absorpsi yang terjadi pada usus halus
Post on 03-Feb-2016
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Absorpsi yang terjadi pada usus halus:
a) Absorpsi ion-ion
ü Transpor aktif natrium.
Tenaga penggerak absorpsi natrium disediakan oleh transport akrif natrium dari dalam sel epitel
melalui bagian basal dan sisi dinding sel masuk ke dalam ruang paraselular. Transport aktif ini
mengikuti hokum yang biasa beraku untuk transport aktif: proses ini memerlukan energy, dan
proses energy dikatalisis oleh enzin adenosine trifosfat yang sesuai didalam membrane sel.
Sebagian dari atrium diabsorpsi bersama dengan ion klorida; sebenarna ion klorida bermuatan
negatif terutama secara pasif “ditarik” oleh muatan listrik positif ion natrium.
Transpor aktif natrium melalui membran basolateral sel mengurangi konsentrasi natrium di
dalam sel mengurangi konsentrasi natrium di dalam sel sampai ke nilai yang rendah ( kira-kira
50 mEq/L). karena konsentrasi natrium dalam kimus normalnya kira-kira 142 mEq/L (yaitu,
hamper sebanding dengan konsentraasi natrium dalam plasma), natrium bergerak menuruni
gradient elektrokimia yang tinggi dari kimus melalui brush border sel epitel masuk kedalam
sitoplasma sel.hal ini memungkinkan lebih banyak ion natrium yang dapat ditranspor oleh sel
epitel masuk kedalam ruang paraselular.
ü Osmosis Air
Osmosis ini terjadi karena gradient osmotik yang besar telah dibentuk oleh peningkatan
konsentrasi ion dalam ruang paraselular. Sebagian besar osmosis ini terjadi melalui taut erat
diantara batas apical sel-sel apitel, tetapi banyak juga terjadi di sel itu sendiri; dan pergerakan
osmotic air menciptakan aliran air ke dalam dan melewati ruang paraselular dan akhirnya masuk
ke dalam sirkulasi darah vilus.
ü Aldosteron sangat meningkatkan absorpsi natrium
Fungsi aldosteron ini dalam saluran usus sama dengan efek yang di capai oleh aldosteron di
dalam tubulus ginjal. Yang juga bekerja untuk menahan natrium klorida dan air di dalam tubuh
saat seseorang mengalami dehidrasi.
ü Absorpsi ion klorida dalam duodenum dan yeyunum
Pada usus halus bagian atas, absorpsi ion klorida berlangsung cepat dan dan berlangsung
terutama melalui difusi yaitu, absorpsi ion natrium melalui epitel menciptakan
keelektronegatifan dalam kimus dan keelektropositifan pada ruang paraselular diantara sel epitel.
Kemudian ion klorida bergerak sepanjang gradient listrik ini “mengikuti” ion natrium.
ü Absorpsi ion bikarbonat dalam duodenum dan yeyunum
Ion bikarbonat diabsorpsi secara tidak langsung dengan cara berikut: bila ion natrium diabsorpsi,
ion hydrogen dalam jumlah sedang disekresi kedalam lumen usus untuk ditukar dengan beberapa
natrium. Ion hydrogen ini kemudian akan bergabung dengan ion bikarbona untuk membentuk
asam karbonat, yang kemudian berdisosiasi untuk membentuk air dan karbon dioksida.
b) Absorpsi Karbohidrat
Hampir sebagian karbohidrat dalam makanan diabsorpsi ke dalam bentuk monosakarida (glukosa
dan fruktosa) dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi sebagai disakarida (sukrosa, maltosa dan
galaktosa). Monosakarida yang paling banyak diabsorpsi adalah glukosa, biasanya mencapai
lebih dari 80% kalori karbohidrat yang diabsorpsi, karena glukosa merupakan produk pencernaan
akhir dari makanan karbohidrat yang paling sering dikonsumsi manusia, yaitu zat tepung. 20%
sisanya adalah monosakarida yang diabsorpsi hampir seluruhnya dari galaktosa dan fruktosa.
Galaktosa berasal dari susu dan fruktosa merupakan salah satu monosakarida yang dicerna dari
gula tebu.
c) Absorpsi Protein
Hasil dari pemecahan protein menjadi polipeptida oleh enzim tripsin dan kimotripsin yang
disekresikan pada pankreas kemudian dibawa ke tahap terakhir pencernaan protein di lumen
usus. Di lumen usus, protein dibawa ke enterosit yang melapisi vili usus halus, terutama di dalam
duodenum dan jejunum. Sel-sel ini memiliki suatu brush border yang mengandung beratus-ratus
mikrovili. Pada membran sel masing-masing mikrovili terdapat banyak peptidase yang menonjol
keluar melalui membran, tempat peptidase berkontak dengan cairan usus.
Dua jenis enzim peptidase yang sangat berperan penting adalahaminopolipeptidase dan
beberapa dipeptidase. Enzim-enzim tersebut bertugas memecahkan sisa polipeptida-polipeptida
yang besar menjadi bentuk tripeptida dan dipeptida, serta beberapa menjadi asam amino. Baik
asam amino ditambah peptida dan tripeptida dengan mudah ditranspor melalui membran
mikrovili ke bagian dalam enterosit.
Akhirnya di dalam sitosol enterosit terdapat banyak peptidase lain yang spesifik untuk jenis
ikatan antara asam amino yang masih tertinggal. Dalam beberapa menit, sebenarnya semua
dipeptida dan tripeptida yang masih tertinggal akan dicerna sampai tahap akhir untuk
membentuk asam amino tunggal, kemudian asam amino tunggal tersebut dihantarkan ke sisi lain
dari enterosit dan dari tempat itu ke dalam darah.
Lebih dari 99% produk pencernaan akhir protein yang diabsorpsi merupakan asam amino
tunggal, jarang berupa peptida, dan lebih jarang lagi berupa molekul protein utuh. Molekul
protein utuh yang sangat sedikit diabsorpsi ini kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan
alergi yang berat atau gangguan imunologik.
d) Absorpsi Lemak
Ketika lemak dicerna untuk membentuk monogliserida dan asam lemak bebas, kedua produk
akhir pencernaan ini pertama-tama akan larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu. Karena
dimensi molekulnya, misel hanya berdiameter 3 sampai 6 nanometer, dan juga karena muatan
luarnya yang sangat tinggi, zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida
dan asam lemak bebas ditranspor kepermikaan mikrovilibrush border sel usus dan kemudian
menembus ke dalam ceruk di antara mikrovili yang bergolak dan bergerak. Di sini,ke duanya
baik monogliserida dan asam lemak segera berdifusi ke luar misel dan masuk kebagian dalam sel
epitel yang dapat terjadi karena lipid juga larut dalam membran sel epitel. Proses ini
meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya
berkali-kali untuk membantu mengabsorpsi lebih banyak monogliserida dan asam lemak lagi.
Absorpsi Usus Halus
Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin
dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung
di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ilieum.
a. Penyerapan Garam dan Air
Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui osmosis. Natrium
diserap secara transpor aktif dari dalam sel epitel melalui bagian basal dan sisi dinding sel masuk
ke dalam ruang paraseluler. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida, damana ion
klorida bermuatan negatif secara pasif ditarik oleh muatan listrik positif ion natrium.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang
ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu
glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder
sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi
c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap
menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk melalui bantuan
pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush
border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.
Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi
khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi
Na.
d. Penyerapan Lemak
Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas, keduanya akan larut
dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam
bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan mikrovili brush border
sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk diantara mikrovili yang bergerak. Dari sini
keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke bagian dalam sel epitel. Proses ini
meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya
berkali-kali membantu absorpsi monogliserida dan asam lemak.
e. Penyerapan Vitamin
Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan yang larut dalam
lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan lemak.
f. Penyerapan Besi dan Kalsium
Absorpsi besi dan kalsium tergantung pada kebutuhan tubuh akan elektrolit tersebut
Proses Pencernaan
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan berakhir
sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses defekasi.
Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi
(mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan
yang dilakukan oleh gigi. Tujuan mengunyah adalah (1) menggiling dan memecah makanan; (2)
mencampur makanan dengan air liur; dan (3) merangsang papil pengecap. Ketika merangsang
papil pengecap maka akan menimbulkan sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi
saliva. Di dalam saliva terkandung protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi
saliva dalam proses pencernaan adalah:
Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja enzim amilase.
Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan dengan adanya
mukus sebagai pelumas.
Memiliki efek antibakteri oleh lisozim.
Pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang pupil pengecap.
Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan
bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies.
Selanjutnya adalah proses deglutition (menelan). Menelan dimulai ketika bolus di dorong oleh
lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan yang kemudian
mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan secara refleks akan
mengaktifkan otot-otot yang berperan dalam proses menelan. Tahap menelan dapat dibagi
menjadi 2, yaitu:
Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolusdiarahkan ke dalam
esofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring.
Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik primer yang
mendorong bolus menuju lambung. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik untuk
mencapai ujung esofagus.
Selanjutnya, makanan akan mengalami pencernaan di lambung. Di lambung terjadi proses
motilita. Terdapat empat aspek proses motilitas di lambung, yaitu:
Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkan lambung
dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter
Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus lambung, makanan yang
masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan secara bertahap akan
disalurkan dari korpus ke antrum.
Pencampuran lambung (gastric mixing): kontraksi peristaltik yang kuat merupakan penyebab
makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Dengan gerakan
retropulsi menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang peristaltik di
antrum akan mendorong kimus menuju sfingter pilorus.
Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum menyebabkan juga gaya
pendorong untuk mengosongkan lambung.
Selain melaksanakan proses motilitas, lambung juga mensekresi getah lambung. Beberapa sekret
lambung diantaranya:
HCL: sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung. Fungsi HCL
dalam proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen menjadi pepsin
dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2) membantu penguraian serat otot dan
jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan mikroorganisme dalam makanan.
Pepsinogen: pada saat di ekresikan ke dalam lambiung, pepsinogen mengalami penguraian oleh
HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam pencernaan protein untuk
menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena fungsinya memecah protein, maka peptin dalam
lambung harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak
mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk.
Sekresi mukus: Mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapa cedera pada
mukosa lambung.
Faktor intrinsik: faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitamin
B12 penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin
B12 tidak dapat diserap.
Sekresi Gastrin: Di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yang mensekresikan
gastrin.
Aliran sekresi getah lambung akan dihentikan secara bertahap seiring dengan mengalirnya
makanan ke dalam usus. Di dalam lambung telah terjadi pencernaan karbohidrat dan mulai tejadi
pencernaan protein. Makanan tidak diserap di lambung. Zat yang diserap di lambung adalah etil
alkohol dan aspirin.
Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan tempat berlangsungnya
pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi menjadi tiga segmen, yaitu:
Duodenum (20 cm/ 8 inci): pencernaan di lumen duodenum di bantu oleh enzim-enzim pankreas.
Garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak.
Jejenum (2,5 m/ 8 kaki)
Ileum (3,6 m/12 kaki)
Proses motalitas yang terjadi di dalam usus halus mencakup:
Segmentasi: merupakan proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus. Kontraksi
segmental mendorong kimus ke depan dan ke belakang. Kimus akan berjalan ke depan karena
frekuensi segmentasi berkurang seiring dengan panjang usus halus. Kecepatan segmentasi di
duodenum adalah 12 kontraksi/menit, sedangkan kecepatan segmentasi di ileum adalah 9
kontraksi/menit. Segmentasi lebih sering terjadi di bagian awal usus halus daripada di bagian
akhir, maka lebih banyak kimus yang terdorong ke depan daripada ke belakang. Akibatnya,
kimussecara perlahan bergerak maju ke bagian belakang usus halus dan selama proses ini kimus
mengalami proses maju mundur sehingga terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal.
Komplek motilitas migratif: jika sebagian makanan sudah diserap maka proses segmentasi akan
berhenti dan digantikan oleh komplek motilitas migratif yang akan “menyapu” bersih usus
diantara waktu makan.
Usus halus mensekresikan 1,5 liter larutan garam dan mukus cair yang disebut sukus enterikus
ke dalam lumen yang fungsinya adalah (1) mukus menghasilkan proteksi dan limbrikasi; (2)
sekresi encer ini menghasilkan H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan secara
enzimatik. Proses pencernaan di usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas. Dalam
keadaan normal, semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar
elektrolit, vitamin, dan air diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan terjadi di
duodenum dan jejenum.
Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan
rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Isi
usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna, komponen
empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk dieliminasi merupakan
feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Feses akan
dikeluarkan oleh refleks defekasi yang disebabkan oleh sfingter anus internus (terdiri dari otot
polos) untuk melemas dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila
sfingter anus eksternus (terdiri dari otot rangka) juga melemas maka akan terjadi defekasi.
Peregangan awal di dinding rektum menimbulkan rasa ingin buang air besar. Ketika terjaid
defekasi biasanya dibantu oleh mengejan volunter yang melibatkan kontraksi simultan otot-otot
abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis dalam posisi tertutup sehingga meningkatkan
tekanan intra-abdomen yang membantu pengeluaran feses.
Daftar Pustaka
top related