a08aar
Post on 23-Dec-2015
14 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL
(Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)
Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH
A3420138
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
ANGGA ARDIYANSYAH. Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol.
Studi Kasus Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng. Di bawah bimbingan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.
Kegiatan pengawasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam
pelaksanaan proyek lanskap agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan profesionalitas kerja
dibidang arsitektur lanskap. Tujuan kegiatan magang ini adalah untuk
meningkatkan wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman
dalam pengawasan pelaksanaan proyek, khususnya proyek lanskap jalan tol.
Kegiatan magang ini dilaksanakan dalam sebuah proyek penataan
lanskap jalan tol pada ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) dengan cara
berpartisipasi aktif sebagai seorang Landscape Inspector (LI) pada sebuah
konsultan PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK), baik dalam kegiatan pengawasan
lapang maupun kegiatan administratif. Pelaksanaan konstruksi lanskap
dilaksanakan oleh PT. Sinar Kemala (SK) dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah
Flora (BIF). Lokasi pelaksanaan pekerjaan penanaman terletak pada tiga lokasi
berbeda, yaitu lanskap jalan tol ruas Cengkareng sepanjang 11,8 km, lanskap
ruas Jagorawi sepanjang 2,8 km dan nurseri Cipinang. Pekerjaan magang
dimulai pada bulan November 2007 hingga Februari 2008 didalam masa
pekerjaan penanaman.
Manajemen proyek yang dimaksudkan dalam kegiatan magang
mencakup pengertian proyek dan bagaimana sebuah proyek dijalankan,
terutama pada pengaturan dan pengorganisasian sumber daya. Sumber daya
dalam pelaksanaan proyek mencakup sumberdaya manusia dan modal. Kedua
sumberdaya tersebut diorganisasikan ke dalam sebuah kegiatan manajemen
yang mencakup kegiatan manejemen waktu, kualitas, perubahan, resiko dan
masalah serta manajemen komunikasi dalam menghasilkan pelayanan jasa
konsultasi yang baik kepada PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC yang
berperan sebagai pihak pemberi kerja.
Dalam pekerjaan pengawasan, kegiatan pertama yang dilaksanakan
adalah dilaksanakannya pekerjaan pendahuluan berupa pemeriksaan terhadap
dokumen kerja atau kontrak yang digunakan. Pemeriksaan tersebut mencakup
pemeriksaan aspek legal kontrak, konsep disain serta gambar kerja (shop
drawings). Dalam kegiatan dihasilkan sejumlah koreksi terhadap kesalahan atau
kekeliruan yang ada dalam masing-masing dokumen. Kesalahan yang terdapat
dalam dokumen kontrak mencakup ketidaklengkapan persyaratan administrasi,
kesalahan notasi gambar kerja dan kesalahan perhitungan dalam dokumen
kuantitas dan kualitas barang (Bill of Quantity).
Setelah koreksi dilakukan, tahap selanjutnya adalah pengawasan
terhadap pelaksanaan lapangan agar menghasilkan kualitas produk pekerjaan
sesuai dengan keinginan pemberi kerja. Pengawasan dilakukan terhadap
pekerjaan persiapan, revitalisasi nurseri Cipinang, pekerjaan penanaman dan
ruang terbuka gerbang tol. Kegiatan yand dilaksanakan selama pekerjaan
persiapan mencakup kegiatan mobilisasi dan demobilisasi, pengadaan kantor
dan gudang lapang, pengadaan tempat penampungan tanaman sementara,
pengadaaan keamanan dan keselamatan kerja, kegiatan pengaturan lalu lintas,
pengadaan alat bantu kerja, kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan pematokan
lubang tanam dan pengadaan penyangga bambu.
Pengawasan pekerjaan penanaman dibagi kedalam dua daerah kerja,
yaitu penanaman pada lanskap ruas jalan tol Cengkareng dan lanskap ruas jalan
tol Jagorawi. Berdasarkan jumlah dan kategori, tanaman yang digunakan terdiri
atas tanaman semak sebesar 95 %, pohon 1,97 %, perdu 1,55 %, rumput 1,18 %
dan palm sebesar 0,38 %. Sedangkan berdasarkan bobot penanaman terhadap
penyelesaian proyek yaitu semak 35,32 % , pohon 33,75 %, palm 26, 97 %,
perdu 3,11 %, dan rumput 0,99 %. Pengawasan penataan ruang terbuka
gerbang tol merupakan pengawasan terhadap pekerjaan instalasi pot pada
gerbang Prof. Dr. Sedyatmo dan gerbang tol Cililitan. Tanaman yang digunakan
dalam penataan gerbang tol adalah pandan bali (Pandanus sp.), bunga kertas
(Bougenvillea glabra.), lili bakung (Hymenocalis speciosa) dan lantana (Lantana
cammara). Sedangkan pengawasan revitalisasi nurseri Cipinang mencakup
pengawasan pembersihan lahan, instalasi paranet dan tiang penyangga,
pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi, pengadaan titik air, pemangkasan pohon
eksisting dan pembuatan lubang pengolahan kompos.
Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan dilakukan terhadap kualitas dan
kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan terhadap kualitas berkenaan dengan mutu
pekerjaan atau produk yang dihasilkan, sedangkan pengawasan terhadap
kuantitas pekerjaan dilakukan terhadap ketepatan jumlah dan volume pekerjaan.
Pemeriksaan terhadap kuantitas dilakukan melalui pencacahan alat dan bahan
yang digunakan pada masing-masing pekerjaan, sedangkan pengawasan
terhadap kualitas pekerjaan dilakukan melalui kegiatan seleksi berdasarkan
standar mutu masing-masing jenis pekerjaan. Hasil dari kegiatan pengawasan
secara keseluruhan terangkum dalam lembar rencana dan realisasi proyek serta
lembar dokumen perubahan kerja.
Hasil kemajuan (progress) kontraktor secara kumulatif terhadap
penyelesaian pekerjaan penanaman adalah sebesar 96,89 %. Dalam pekerjaan
ini, kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai bobot
realiasi pekerjaan 100 %. Diakhir masa pekerjaan penanaman, kontraktor masih
memiliki nilai minus terhadap rencana kerja sebesar -2,61 %. Selain hal tersebut,
realisasi pelaksanaan kerja kontraktor yang digambarkan melalui kurva-s juga
selalu berada dibawah garis rencana kerja pada setiap minggunya. Seluruh hal
tersebut merupakan indikasi bahwa proyek berjalan dengan kurang baik dan
kontraktor memiliki tingkat performa yang rendah. Selain itu, juga terdapat
sejumlah masalah yang berkenaan dengan teknis pelaksanaan di lapangan.
Masalah tersebut mencakup penentuan titik tanam, ketidaksesuaian ukuran
lubang, pengadaan tanah urugan dan hingga perawatan tanaman pasca-tanam.
Untuk mengatasi permasalahan dalam proyek, terutama keterlambatan
penyelesaian pekerjaan, diperlukan pengadopsian metodologi proyek dengan
perencanaan kerja mendetil. Hal tersebut kemudian dilengkapi dengan
pengorganisasian anggota dengan baik. Sedangkan untuk mengatasi
permasalahan ketidaktepatan kualitas produk pekerjaan, diperlukan adanya
itikad baik masing-masing stake holder mulai dari proses perencanaan hingga
penutupan proyek.
PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL
(Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian
pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
ANGGA ARDIYANSYAH A34201038
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. NIP 131 578 796
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 130 422 698
Tanggal lulus: …………………..
Judul : PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Lanskap Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng)
Nama : ANGGA ARDIYANSYAH NRP : A34201038
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan
magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada rasul Allah yang paling mulia Baginda Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang setia hingga akhir masa.
Skripsi ini berjudul “Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)” merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian dari Program Studi
Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Dalam kesempatan ini
penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir.
Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc. selaku dosen pembimbing studi yang
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Atas
selesainya penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dan Bapakku, A Fikar dan istri, Doni, Niko, dan seluruh keluarga yang
telah memberi dukungan secara moral, material, doa, dan nasihat serta
semua pengorbanannya,
2. Omah, Mas Iya, Mba Ida, Mba Indri dan Mba Hera beserta suami di Bekasi,
Om Mumuh dan Bi Euis yang ada di Majalengka, serta Om Didi dan Bi Tuti
yang selalu memberikan dukungannya tanpa kenal lelah,
3. Bapak Ir. Soeliantoro selaku Direktur PT. Buetari Nusa Kreasi yang telah
menerima dan mengizinkan penulis untuk melangsungkan praktek. Bapak Ir.
Soedirmanto untuk kesempatan, bimbingan dan arahannya selama magang.
Bapak Ir. Khairul Tanjung dan Istri atas saran, bimbingan dan dorongannya,
baik secara profesi maupun pribadi.
4. Mas Munawir, Yames Sumitra, Kang Asep dan Mas Aris sebagai rekan kerja
yang sangat baik sepanjang pekerjaan,
5. Bapak Subari, Bapak Pudjo, Bapak Dede, Bapak Sugianto dan seluruh
Satgas Pemeliharaan maupun pihak PT Sinar Kemala selaku Kontraktor
Pelaksana yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung
maupun secara tidak langsung kepada penulis,
6. Imam, Dudi Fahutan (rasa terimakasih yang sebesar-besarnya), Gin gin,
Jupree, Yayat, Asril, Asbok, Icha, Hijrah, Iffa dan teman-teman lanskap
lainnya yang selalu memberi semangat kepada penulis.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Juga semoga apa
yang telah kita lakukan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin Yaa
Rabbal’alamiin
Bogor, Juni 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Mei 1983, di Bogor, Jawa Barat.
Penulis merupakan anak ke dua dari empat orang bersaudara pasangan Ahmad
Firmansyah Rasyid dan Ika Rifka Tisna.
Riwayat pendidikan formal penulis dimulai di TK Anggraeni pada tahun
1987, kampung Ciomas, Bogor. Pada tahun 1989 penulis melanjutkan
pendidikan sekolah dasar di SD Rimba Putra Madya Bogor. Pada tahun 1995
penulis melanjutkan studi di SLTPN 6 Bogor, dan kemudian pada tahun 1998
melanjutkan ke SMUN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang
sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap,
Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama masa studi,
penulis pernah berperan sebagai anggota perencanaan rest area tol Palimanan-
Kanci, sebagai Lanskap Inspector (LI) pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol
Cawang-Tomang-Cengkareng dan freelance ilustrator.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2. Tujuan Magang ........................................................................................... 3
1.2.1. Tujuan Umum ..................................................................................... 3 1.2.2. Tujuan Khusus .................................................................................... 3
1.3. Kegunaan Magang ....................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jalan ............................................................................................................. 4 2.2. Klasifikasi Jalan di Indonesia ........................................................................ 4 2.3. Jalan Tol ....................................................................................................... 5 2.4. Lanskap Jalan .............................................................................................. 6 2.5. Proyek .......................................................................................................... 8 2.6. Manajemen Proyek ................................................................................... 10 2.7. Pelayanan Jasa Konsultasi ........................................................................ 11
III. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Magang ......................................................................... 13 3.2. Kerangka Kerja ........................................................................................... 14 3.3. Metode Pelaksanaan Magang .................................................................... 16
3.3.1. Persiapan ......................................................................................... 16 3.3.2. Pekerjaan Pengawasan ................................................................... 16
3.3.3. Pengumpulan Data ........................................................................... 17 3.3.4. Analisis ............................................................................................. 18 3.3.5. Perumusan Solusi ............................................................................ 18 3.4. Batasan Studi ............................................................................................. 18
IV. ORGANISASI PROYEK
4.1. PT Beutari Nusa Kreasi (BNK) ................................................................... 19 4.2. PT Jasa Marga (Persero), Tbk
cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) ............................................ 19 4.3. Organisasi Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol ................................... 20
4.3.1. Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk ............................................. 20 4.3.2. Konsultan Perencana ....................................................................... 21 4.3.3. Konsultan Pengawas ........................................................................ 21 4.3.4. Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap .......................................... 23
V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK
5.1. Manajemen Waktu ..................................................................................... 26
5.2. Manajemen Kualitas ................................................................................... 26 5.3. Manajemen Perubahan .............................................................................. 27 5.4. Manajemen Resiko ..................................................................................... 27 5.5. Manajemen Masalah/Kendala .................................................................... 28 5.6. Manajemen Komunikasi ............................................................................. 28
VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN
6.1. Pekerjaan Pendahuluan ............................................................................. 31 6.1.1. Pemeriksaan Aspek Legal Kontrak .................................................. 32 6.1.2. Pemahaman Rencana Proyek dan Alur Kerja Pengawasan ............ 33
6.1.2.1. Pemeriksaan Rencana Kerja Non-Penanaman ................... 33 6.1.2.2. Pemeriksaan Rencana Kerja Penanaman ........................... 34
6.1.3. Pemeriksaan Disain .......................................................................... 42 6.1.3.1. Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Cengkareng ..................... 44
6.1.3.1.1. Konsep Areal Gerbang Bandara .............................. 45 6.1.3.1.2. Konsep Areal Median dan Bahu Jalan ..................... 45
6.1.3.2. Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Jagorawi .......................... 46 6.1.3.2.1. Konsep Areal Gerbang Tol ...................................... 47 6.1.3.2.2. Konsep Areal Kantor Cabang .................................. 48 6.1.3.2.3. Konsep Areal Bahu Jalan ........................................ 48 6.1.3.2.4. Konsep Penataan Areal Median Jalan ..................... 49 6.1.3.2.5. Konsep Welcome Area Nurseri ................................ 49
6.1.4. Pemeriksaan (Review) Gambar Kerja .............................................. 50 6.2. Pengawasan Pekerjaan Persiapan ............................................................ 55
6.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor ............................................ 55 6.2.2. Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan ...................................... 57 6.2.3. Pengadaan Penampungan Tanaman (Nurseri) Sementara ............. 58 6.2.4. Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja ............................. 59 6.2.5. Pengaturan Lalu Lintas ..................................................................... 60 6.2.6. Pengadaan Foto Proyek ................................................................... 61 6.2.6. Pengadaan Alat Bantu Kerja ............................................................ 61 6.2.7. Pembersihan Lahan Penanaman ..................................................... 61 6.2.8. Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam ............................................ 62 6.2.9. Pengadaan Steger Bambu ............................................................... 63
6.3. Pengawasan Pekerjaan Revitalisasi Nurseri .............................................. 64 6.3.1. Pembersihan Lahan ......................................................................... 65 6.3.2. Instalasi Paranet dan Tiang Penyangga ........................................... 65 6.3.3. Pemeliharaan Jalur Sirkulasi ............................................................ 66 6.3.4. Pengadaan Titik Air ......................................................................... 67 6.3.5. Pemangkasan Pohon Eksisting ........................................................ 67 6.3.6. Pembuatan Lubang Pengolahan Tanah .......................................... 68
6.4. Pengawasan Pekerjaan Penanaman ......................................................... 69 6.4.1. Pemeriksaan Kriteria dan Kualitas Tanaman ................................... 69 6.4.2. Metode Pemindahan Tanaman ........................................................ 71 6.4.3. Spesifikasi Lubang Tanam ............................................................... 73 6.4.4. Metode Penanaman ......................................................................... 76
6.4.4.1. Penanaman Tanaman Keras ............................................... 76 6.4.4.2. Penanaman Tanaman Lunak ............................................... 78
6.5. Pemeliharaan Pasca Tanam ...................................................................... 80 6.5.1. Pemupukan ...................................................................................... 80 6.5.2. Penjarangan ..................................................................................... 80 6.5.3. Penyiraman ...................................................................................... 80 6.5.4. Pemangkasan dan Perbaikan .......................................................... 83 6.5.5. Penyiangan/Pendangiran ................................................................. 83 6.5.6. Pemupukan Awal .............................................................................. 84
6.6. Pengawasan Pekerjaan Gerbang Tol ......................................................... 85 6.6.1. Kriteria Pemilihan Tanaman ............................................................. 85 6.6.2. Mekansime Pekerjaan Pemasangan Pot ......................................... 86
6.7. Kegiatan Administrasi Konsultan Pengawas .............................................. 87 6.7.1. Penyusunan Materi Rapat ................................................................ 87 6.7.2. Penerbitan Surat Resmi ................................................................... 88 6.7.3. Penyusunan Laporan Bulanan Konsultan Pengawas ...................... 89
VII. PEMBAHASAN
7.1. Manajemen Proyek .................................................................................... 90 7.2. Kondisi dan Permasalahan Teknis ............................................................. 93 7.2. Peran Pengawasan .................................................................................... 97
VIII. SIMPULAN DAN SARAN
8.1. Simpulan .................................................................................................... 98 8.2. Saran .......................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 100
LAMPIRAN ..................................................................................................... 102
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas ......................................................... 15
2. Alokasi waktu pekerjaan magang ..................................................................... 15
3. Jenis, sumber dan cara pengambilan data ..................................................... 17
4. Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga ............................... 20
5. Susunan anggota konsultan pengawas dan lingkup pekerjaannya .................. 22
6. Kontraktor dan sub-kontraktor pekerjaan lanskap CTC .................................. 23
7. Rangkuman lembar data proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC ........... 30
8. Aspek legal kontrak pelaksana kerja (kontraktor) ............................................. 31
9. Aspek legal kontrak konsultan pengawas ...................................................... 33
10. Spesifikasi tanaman lanskap yang digunakan dalam pekerjaan penanaman .. 35
11. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan
tol ruas Cengkareng .......................................................................................... 38
12. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan
tol ruas Jagorawi .............................................................................................. 39
13. Alokasi waktu pemeriksaan konsep dan gambar kerja .................................... 43
14. Ringkasan pemeriksaan gambar rencana dan gambar kerja jalan tol ruas
Cengkareng dan Jagorawi ................................................................................ 50
15. Hasil pemeriksaan (review) dan koreksi terhadap gambar kerja lanskap
jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi ........................................................... 51
16. Acuan skala gambar kerja ................................................................................ 54
17. Ketentuan ukuran lubang tanam ...................................................................... 74
18. Ketentuan jumlah air yang digunakan untuk penyiraman masing-masing
tanaman ........................................................................................................... 82
19. Jadwal pelaksanaan rapat mingguan (management meeting) ......................... 87
20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas ......................... 88
21. Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC ...................... 91
22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman ....................... 96
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Siklus pelaksanaan proyek ......................................................................... 10
2. Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang ....................... 13
3. Alur pikir pekerjaan magang ....................................................................... 14
4. Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam
penataan lanskap jalan tol ruas CTC .......................................................... 24
5. Alur pelaksanaan kerja penataan lanskap jalan tol ................................... 25
6. Persentase jumlah tanaman berdasrkan jumlah ....................................... 36
7. Persentase jumlah tanaman berdasrkan bobot pekerjaan ......................... 37
8. Kondisi tanaman palm pada lokasi penampungan (nurseri) sementara .... 41
9. Konsep umum penataan lanskap ruas Cengkareng .................................. 44
10. Konsep penataan tanaman pada median dan bahu jalan Cengkareng ..... 45
11. Konsep umum penataan lanskap ruas Jagorawi ........................................ 46
12. Konsep penataan gerbang tol .................................................................... 47
13. Konsep penataan lanskap areal kantor cabang ......................................... 48
14. Konsep penataan areal bahu jalan ruas Jagorawi ..................................... 49
15. Konsep penataan median jalan ruas Jagorawi ........................................... 49
16. Konsep penataan area penerimaan nurseri ............................................... 50
17. Kendaraan yang digunakan dalam kegiatan mobilisasi dan demobilisasi
tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak ................................ 56
18. Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi ............. 58
19. Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara .................................. 59
20. Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan ........................ 60
21. Pekerjaan pembersihan lahan penanaman ............................................... 62
22. Pekerjaan pematokan lubang tanam yang didampingi oleh konsultan
pengawas ................................................................................................... 62
23. Kondisi eksisting nurseri Cipinang .............................................................. 64
24. Kondisi nurseri setelah dilaksanakannya pekerjaan pembersihan lahan .. 65
25. Pekerjaan pemasangan paranet dan tiang penyangga .............................. 66
26. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi ....................................................... 67
27. Pekerjaan pengadaan titik air penyiraman ................................................ 67
28. Pekerjaan pemangkasan tanaman eksisting pada nurseri Cipinang .......... 68
29. Pekerjaan pengadaan lubang pengolahan tanah ....................................... 69
30. Pemeriksaan tanaman yang akan digunakan dalam proyek ..................... 70
31. Visualisasi tanaman yang tidak diterima dalam pekerjaan penanaman ..... 71
32. Pekerjaan pembuatan lubang tanam .......................................................... 75
33. Metode penanaman dan pemasangan steger tanaman yang ideal ........... 77
34. Pelaksanaan pekerjaan instalasi pot ......................................................... 86
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman
1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan............................ 103
2. Alur manajemen pengawasan dan penjaminan kualitas pekerjaan ........... 104
3. Alur manajemen pengadaan perubahan kerja ........................................... 105
4. Alur manajemen resiko dan masalah/kendala ............................................ 106
5. Alur manajemen komunikasi ...................................................................... 107
6. Visualisasi tanaman yang digunakan pekerjaan penataan
lanskap CTC ............................................................................................... 108
7. Gambar kerja B-01 pada ruas Jagorawi ..................................................... 109
8. Gambar kerja B-02 pada ruas Jagorawi ..................................................... 110
9. Gambar kerja B-03 pada ruas Jagorawi ..................................................... 111
10. Gambar kerja B-04 pada ruas Jagorawi .................................................... 112
11. Gambar kerja B-05 pada ruas Jagorawi .................................................... 113
12. Gambar kerja B-06 pada ruas Jagorawi .................................................... 114
13. Gambar kerja B-07 pada ruas Jagorawi .................................................... 115
14. Gambar kerja B-08 pada ruas Jagorawi .................................................... 116
15. Gambar kerja B-09 pada ruas Jagorawi .................................................... 117
16. Gambar kerja B-10 pada ruas Jagorawi .................................................... 118
17. Gambar kerja B-11 pada ruas Jagorawi .................................................... 119
18. Gambar kerja B-12 pada ruas Jagorawi .................................................... 120
19. Jenis, lokasi, ruas jalan tol dan jumlah tanaman yang digunakan ............. 121
20. Ketentuan pemasangan penopang pada pohon dan palm ........................ 122
21. Detil penanaman pot ................................................................................. 123
22. Aplikasi metode WBS (Work Break Down Structure) dalam proyek
penataan lanskap CTC.............................................................................. 124
23. Rencana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC .... 125
24. Kurva-s perkembangan rencana dan realisasi pekerjaan kontraktor ....... 126
25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
UmumNo.392/PRT/M/2005 ...................................................................... 127
26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ ............................... 129
27. Daftar istilah .............................................................................................. 133
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan darat merupakan unsur
penting dalam usaha perkembangan perekonomian. Pada wilayah–wilayah yang
telah tinggi tingkat perkembangannya serta telah menunjukkan adanya potensi
ekonomi dan finansial yang cukup tinggi, terdapat kecenderungan ketidak-
efisienan waktu perjalanan dan berkurangnya kenyamanan berkendara. Untuk
menghindari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu jalan arteri bertipe bebas
hambatan yang menghubungkan antara satuan wilayah ekonomi yang ada di
dalam sebuah pulau atau antar propinsi yang memungkinkan (PP No. 18 Tahun
1990) yang ditujukan untuk memperlancar arus lalu lintas pada daerah yang
telah berkembang, menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi serta
membantu meringankan beban pemerintah.
Gagasan pemabangunan jalan arteri bertipe bebas hambatan dengan
biaya yang diperoleh diluar APBN, yaitu berasal dari para pemakai jalan itu
sendiri dihasilkan karena adanya asas pemerataan ekonomi yang diusung oleh
pemerintah. Jalan semacam ini kemudian dikenal dengan istilah jalan tol. Jalan
tol pertama yang ada di Indonesia diresmikan oleh presiden Indonesia H.M.
Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978 dengan nama Jagorawi (Jakarta-Bogor-
Ciawi) dengan panjang 43 Km. Pada tanggal 1 Maret 1978, pemerintah terlebih
dahulu membentuk dan meresmikan sebuah badan usaha yang bertugas dalam
mengelola seluruh jalan tol yang ada di Indonesia dan dinamakan PT. Jasa
Marga (Persero) sebagai salah satu bentuk badan usaha pemerintah yang
bergerak dalam pelayanan jasa pengelolaan jalan tol. Pada awalnya
perkembangannya, keberadaan jalan tol lebih ditekankan pada pembangunan
struktur jalan dan kurang memperhatikan penataan terhadap lanskap di
sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan sebagai bentuk peningkatan
pelayanan terhadap pengguna jalan, penataan terhadap lanskap yang ada di
sekitar jalan tol saat kini telah mendapatkan perhatian khusus dan menjadi salah
satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola untuk meningkatkan
kenyamanan dan pelayanan.
Hal yang membedakan sebuah lanskap jalan tol dengan lanskap lainnya,
yaitu : 1.) lanskap jalan tol merupakan bentang lanskap luas yang terdiri dari
berbagai jenis lanskap yang berbeda, 2.) tingkat keberagaman tanaman yang
2
tinggi, 3.) kondisi iklim mikro pada daerah sepanjang jalan yang kurang
mendukung terhadap pertumbuhan tanaman, 4.) pertimbangan keamanan-
kenyamanan pengguna jalan tol serta pertimbangan terhadap 5.) aspek visual
dalam menciptakan suatu lanskap yang fungsional dan estetis.
Lanskap jalan tol merupakan bagian tak terpisahkan dalam sebuah ruas
jalan tol yang berfungsi selain untuk meningkatkan pelayanan, juga berkaitan
dengan upaya penanggulangan permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh
tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Dalam hubungannya dengan ilmu arsitektur lanskap, penanggulangan
permasalahan dari adanya dampak negatif suatu aktifitas manusia dilakukan
melalui penataan lanskap yang dilakukan melalui kegiatan perencanaan,
perancangan, konstruksi lanskap dan kegiatan pengelolaan.
Pada lanskap jalan tol, pengelolaan lanskap yang berada di dalam daerah
milik jalan (damija) sepenuhnya berada dalam tanggung jawab PT. Jasa Marga
(Persero) di bawah Departemen Bagian Pemeliharaan pada masing-masing
kantor cabang yang termasuk ke dalam kegiatan rutin. Jenis pekerjaan
pengeloaan jalan tol yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga (Persero) mencakup
pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan jalan tol dan jalan penghubungnya yang
meliputi pelaksanaan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan dan
penanganan darurat dan peningkatan jalan tol dan jalan penghubung (Peraturan
Menteri PU No. 02 tahun 2007 pasal 13).
Dalam praktiknya, PT Jasa Marga (Persero) sebagai pengelola jalan tol
tidak melaksanakan seluruh kegiatan pemeliharaan tersebut secara mandiri.
Sejumlah pekerjaan pengelolaan dilimpahkan kepada pihak rekanan melalui
proses lelang pekerjaan atau tender, termasuk didalamnya adalah pekerjaan
penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang
berada dibawah daerah kerja PT. Jasa Marga (Persero) cabang CTC yang
merupakan lokasi magang.
Pengawasan terhadap pekerjaan penataan lanskap jalan tol merupakan
salah satu cabang ilmu arsitektur lanskap yang kurang mendapat perhatian dan
jarang digunakan dalam penelaahan dan penelitian untuk pengembangan ilmu
arsitektur lanskap. Hal ini menjadikan kegiatan pengawasan terhadap pekerjaan
penataan lanskap, dalam kasus ini adalah lanskap jalan tol sebagai sebuah
kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan ditelaah lebih lanjut.
3
1.2. Tujuan
Dalam kegiatan magang yang dilaksanakan, tujuan yang hendak dicapai
dibagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1. Tujuan Umum
Kegiatan magang yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan
wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman dari kegiatan/
pekerjaan yang sesungguhnya di lapang pada bidang arsitektur lanskap,
khususnya pekerjaan pengawasan pelaksanaan proyek lanskap jalan tol serta
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan pengawasan.
1.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam kegiatan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami sistematika dan alur pelaksanaan sebuah proyek lanskap jalan tol,
melaksanakan tugas pengawasan yang didelegasikan serta melakukan analisis
terhadap berbagai kondisi dan pelaksanaan di lapang dan alternatif pemecahan
masalah.
1.3. Kegunaan
Kegiatan magang ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
profesionalitas dan pengalaman kerja di dalam dunia arsitektur lanskap,
khususnya pada manajemen proyek lanskap jalan tol. Selain itu, hasil magang ini
juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan bagi pihak
(stake holder) yang terlibat dalam pelaksanaan sebuah proyek lanskap.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan
Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,
yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kepentingan lalu-lintas serta
merupakan satu kesatuan sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan
pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hirarki (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). 2.2. Klasifikasi Jalan di Indonesia
Sesuai Undang-undang tentang jalan, No.13 tahun 1980 dan Peraturan
Pemerintah (PP) No.26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dibedakan
atas dua kategori utama, yaitu :
1) Jalan primer, yaitu jaringan jalan pada tingkat nasional yang
menghubungkan satu kota dengan kota lainnya; dan
2) Jalan sekunder, yaitu jaringan jalan yang berada di dalam kota
Sedangkan secara hirarkis, jalan masih terbagi lagi dalam tiga kelompok
berdasarkan peranannya sebagai prasarana transportasi:
1) Jalan arteri, diperuntukkan bagi perjalanan jarak jauh dengan kecepatan
tinggi. Adapun jalan yang diklasifikasikan sebagai jalan arteri adalah jalan
propinsi, jalan tol dan atau jalan bebas hambatan
2) Jalan kolektor, disediakan bagi lalu lintas jarak menengah dengan
kecepatan kendaraan sedang, jalan yang termasuk dalam kategori ini
adalah jalan kabupaten
3) Jalan lokal, merupakan jalan yang berfungsi untuk melayani angkutan
setempat dengan ciri-ciri jarak dekat dengan kecepatan kendaraaan
rendah
Jalan sebagai bagian dari lanskap jalan, terdiri atas sejumlah komponen
jalan yang saling berhubungan satu sama lain, Peraturan No. 13 Tahun 1980
yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga mendefinisikan komponen
tersebut kedalam beberapa bagian, yaitu:
1) Daerah Manfaat Jalan (damaja) adalah ruas sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang
ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.
5
Terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.
Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan
bahu jalan. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari
Damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.
2) Daerah Milik Jalan (damija) adalah ruas sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar dan tinggi tertentu, dikuasai oleh pembina jalan. Damija
dimanfaatkan untuk Damaja, pelebaran jalan maupun menambahkan jalur
lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan
jalan.
3) Daerah Pengawasan Jalan (dawasja) adalah ruas di sepanjang jalan di
luar Damija yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan
tujuan agar tidak menganggu pengemudi dan konstruksi bangunan jalan.
2.3. Jalan tol Berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2004 Pasal 44 tentang jalan,
jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalan
tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif.
Namun, dalam keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif.
Sebagai jalur lintas alternatif, jalan tol ditujukan untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke
tempat lain dimana para pengguna jalan harus membayar sesuai dengan tarif
yang berlaku yang didasarkan pada golongan kendaraan. Di Indonesia, jalan tol
sering dianggap sebagai sinonim untuk jalan bebas hambatan, meskipun hal ini
sebenarnya kurang tepat. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan bebas
hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan
freeway atau expressway (free berarti gratis, dibedakan dari jalan-jalan bebas
hambatan yang memerlukan bayaran yang dinamakan tollroad atau tollway - kata
toll berarti biaya) (Anonim, 2008).
Untuk memenuhi standar sebagai sebuah jalur lintas alternatif (Anonim,
2008) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh
sebuah jalan tol yang membedakannya dengan jalan sejenis, perbedaan tersebut
mencakup :
1) Jalan tol harus merupakan jalan alternatif dari jalan umum yang ada,
sehingga tidak ada pemaksaan pemakai jalan menggunakan jalan tol.
6
2) Tidak memiliki simpangan sebidang dengan jalan lainnya sehingga
kelancaran lalu lintas di jalan tol dapat terjamin.
3) Jalur untuk masuk dan keluar terkendali, artinya setiap jalan masuk dan
keluar harus mempunyai lajur penyesuaian kecepatan (taper) yang
memadai sehingga lalu lintas yang masuk atau keluar jalan tol.
4) Mempunyai spesifikasi teknis tinggi, dan dirancang untuk kecepatan
tinggi.
5) Biaya operasi kendaraan melalui jalan tol ditambah pembayaran tol harus
masih lebih rendah dari pada biaya operasi kendaraan melalui lintas
alternatif jalan umum yang ada. Biaya operasi kendaraan meliputi antara
lain bahan bakar, pelumas, keausan dan nilai waktu.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/
M/ 2005 tentang standar pelayanan jalan tol, perbedaan tersebut dinyatakan
dalam sebuah standar pelayanan jalan tol yang dapat dilihat pada Lampiran 25.
2.4. Lanskap Jalan
Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak bagian dari muka
bumi dengan segala sifatnya dan kehidupan yang ada didalamnya baik yang
bersifat alami maupun buatan manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh
mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat
menjangkau serta membayangkan (Simonds, 1983).
Lanskap jalan merupakan wajah dari karakter lahan atau tapak pada
lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk
topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk
dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya
(Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dan merupakan bentukan permanen
yang dapat mengubah karakter sebuah lanskap (Simonds, 1983).
Lanskap jalan mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan
persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi pemakai jalan
serta diusahakan untuk meciptakan lingkungan yang indah, nyaman dan
memenuhi fungsi keamanan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dengan
fungsi untuk mendukung aktifitas penggunaan terus-menerus, membimbing,
mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat, mendefinisikan
penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan, membentuk
7
lingkungan, membangun karakter lingkungan, membangun karakter spasial dan
membangun visual (Booth, 1983).
Jalur tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap
lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun di dalam
Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Sering disebut sebagai jalur hijau karena
didominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna
hijau (Dirjen Bina Marga, 1996). Menurut Dirjen Bina Marga (1996), terdapat
beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan
merancang jalur hijau jalan, yaitu:
1) Pada jalur tanaman tepi.
Jalur tanaman sebaiknya diletakkan pada tepi jalur lalu lintas, yaitu antara
jalur lalu lintas kendaraan dan trotoar. Penentuan jenis tanaman yang
akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik peletakan
tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman.
2) Pada median jalan.
Lebar jalur median yang dapat ditanami minimal 0.8 meter, sedangkan
lebar yang ideal adalah 4-6 meter. Pemilihan jenis tanaman harus
memperhatikan tempat peletakannya terutama pada daerah
persimpangan pada daerah bukaan (u-turn), pada tempat diantara
persimpangan dan daerah bukaan dan untuk bentuk median yang
ditinggikan atau diturunkan.
3) Pada tikungan.
Pemilihan tanaman sebaiknya mempertimbangkan jarak pandang henti,
panjang tikungan dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah
(perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan
ketinggian maksimal 0.8 meter sangat disarankan untuk ditempatkan
pada ujung tikungan.
4) Pada daerah persimpangan.
Persyaratan geometrik yang harus dipenuhi adalah bebas pandangan
harus terbuka agar tidak mengurangi jarak panfang pengemudi. Pilihan
jenis tnaman dan peletakannya harus memperhatikan bentuk
persimpangan baik persimpangan sebidang atau tidak sebidang.
Tujuan dari penanaman jalur tepi jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki
dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan, memberikan ruang
bagi utilitas dan perlengkapan jalan baik yang terletak di atas maupun di bawah
8
permukaan tanah serta untuk penanaman pohon tepi jalan (Lynch 1971) serta
berfungsi juga sebagai alat perbaikan lanskap dan memberi kesempatan
pengalaman visual bagi pengemudi kendaraan atau pemakai jalan, di samping
memenuhi kebutuhan lalu lintas (Erawati, 2006).
Permasalahan utama lanskap jalan adalah pencemaran (polusi) udara
yang berasal dari emisi kendaraan bermotor yang memiliki dampak negatif
terhadap kesehatan organisme hidup terutama manusia dan hewan,
menyebabkan kerusakan properti dan menurunkan tingkat keamanan dan
kenyamanan berkendara (de Nevers, 2000) sehingga diperlukan suatu solusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Frick dan Mulyani (2006) mengatakan
bahwa solusi dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara dapat
dilakukan melalui penanaman di sekitar lanskap jalan.
Ismayadi dan Subiandono (2008) mengatakan bahwa terdapat sejumlah
pertimbangan khusus yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman
yang ditujukan terhadap perbaikan lingkungan. Eckbo (1955) memberikan
klasifikasi hotikultura dan klasifikasi fisik dalam pemilihan tanaman yang dapat
digunakan pada lanskap jalan. Klasifikasi hortikultura meliputi syarat tumbuh dan
toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama, penyakit dan
pemangkasan. Sedangkan klasifikasi fisik meliputi tujuan desain, ukuran dewasa
tanaman, kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma dan sifat
budidayanya. Sedangkan Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengatakan bahwa
tanaman yang akan ditanam disekitar jalur jalan atau di daerah perkotaan harus
dipilih dan memiliki toleransi terhadap lingkungan sekitar yang kurang bersahabat
agar bisa bertahan hidup.
2.5. Proyek
Kata ‘proyek’ berasal dari bahasa latin ‘projectum’ yang dalam kata
kerjanya berubah menjadi ‘proceire’ yang berarti ‘melemparkan sesuatu ke
depan’ dan berasal dari dua suku kata, yaitu ‘pro-‘ (πρό) yang berarti ‘sesuatu
yang mendahului’ dan ‘-iacere’ yang berarti ‘melemparkan’. Kata ‘proyek’ itu
sendiri berarti sebagai ‘sesuatu yang ada atau muncul sebelum ada hal lain yang
terjadi’ (Anonim, 2008).
Proyek merupakan suatu fungsi yang terdiri dari beberapa bagian yang
masing-masing bagian bertanggung jawab dan mengacu kepada dasar
kesepakatan yang telah disetujui dan ditentukan baik sebelum maupun pada
9
masa pelaksanaan pekerjaan (Burges dan White, 1984). Sedangkan Westland
(2006) mendefinisikan proyek sebagai sebuah upaya unik untuk menghasilkan
serangkaian produk dan atau jasa dalam lingkup waktu, biaya dan kualitas yang
terdefinisi dengan jelas yang memenuhi standar ketentuan pemberi kerja, dan
berbeda dengan operasional bisnis yang serupa dikarenakan :
1) Bersifat unik
Proyek tidak melibatkan adanya pengulangan terhadap proses pekerjaan.
Setiap pelaksanaan proyek yang dilaksanakan berbeda dengan kegiatan
sebelumnya. Pengulangan terjadi hanya pada proses pelaksanaan
aktifitas identik dan bukan pada produk yang dihasilkan
2) Memiliki jangka waktu pelaksanaan yang jelas
Sebuah proyek memiliki jangka waktu yang ditentukan dari awal hingga
akhir waktu pelaksanaan untuk memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh pemilik proyek
3) Terdapat anggaran pekerjaan baku
Alokasi anggaran pelaksanaan proyek direncanakan sedemikian rupa
sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan keinginan pemilik proyek
4) Keterbatasan penggunaan sumberdaya tersedia
Jumlah tenaga kerja, alat dan bahan yang dapat digunakan terbatas pada
kesepakatan masing-masing pihak yang terlibat dalam pekerjaan
5) Melibatkan resiko
Pelaksanaan proyek selalu disertai dengan adanya ketidakpastian yang
terhadap hal tidak terduga
6) Tercapainya perubahan yang menguntungkan
Umumnya tujuan dari pelaksanaan proyek adalah untuk meningkatkan
kemampuan organisasi melalui penanganan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam proses pelaksanaan kerja
Sebuah proyek pada umumnya memiliki sebuah siklus yang mencakup 4
(empat) tahap, yaitu : 1) inisiasi proyek, 2) perencanaan proyek, 3) pelaksanaan
dan 4) pengakhiran atau penutupan proyek (Westland, 2006) sebagaimana yang
tampak pada Gambar 1. Senada dengan hal tersebut, Newell (2002)
mengatakan bahwa setiap proyek, tidak terkait dengan ukuran maupun jenis
proyek yang dijalankan, akan memiliki siklus dengan awal dan akhir pekerjaan
yang terdefinisi dengan jelas.
10
Gambar 1. Siklus pelaksanaan proyek
Newel (2002) menambahkan bahwa kegiatan pengawasan merupakan
salah satu bagian dari siklus proyek yang berada diantara pelaksanaan dan
penutupan proyek. Kegiatan pengawasan ditujukan untuk mengendalikan
pelaksanaan sebuah proyek agar sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya sebuah perencanaan
yang baik oleh menejer proyek dalam sebuah kegiatan manajemen proyek
(Lewis, 2007).
2.6. Manajemen Proyek
Lewis (2007) mendefinisikan manajemen proyek sebagai aplikasi dari
ilmu pengetahuan, alat dan tehnik dalam menjalankan aktivitas proyek untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Westland (2006) mendefinisikan
manajemen proyek sebagai keahlian, proses dan alat yang dibutuhkan dalam
melaksanakan sebuah proyek dengan baik. Sedangkan Idad (2003)
mendiefinisikan kegiatan tersebut sebagai proses pengkoordinasian keahlian dan
tenaga kerja melalui metode atau alat dalam menghasilkan produk yang
diinginkan.
perencanaan mendetil
kontrol dan pengawasan
review pelaksanaan
pendefinisian proyek
11
Westland (2006) mengatakan bahwa hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan
manajemen proyek mencakup :
1) Keahlian khusus. Pengetahuan, keahlian khusus dan pengalaman
dibutuhkan dalam mengurangi resiko dan meningkatkan keberhasilan
pelaksanaan kerja
2) Peralatan manajemen. Peralatan manajemen proyek yang digunakan
mencakup form dan dokumen kerja, piranti lunak (software) perencanaan
serta checklist pemeriksaan
3) Rangkaian proses kerja yang berbeda. Diperlukan adanya pemahaman
terhadap manajemen tehnik dan proses kerja yang diperlukan dalam
melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap waktu, biaya,
kualitas dan cakupan pekerjaan. Rangkaian manajemen proyek yang
diperlukan mencakup manajemen waktu, biaya, kualitas, perubahan,
resiko dan menajeman permasalahan.
2.6. Pelayanan Jasa Konsultasi
Jasa konsultasi digolongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa
murni dikarenakan tidak terdapat produk tangible yang dihasilkan dalam
pelayananannya (Stoner dan Freeman, 1994). Jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan proyek berkaitan dengan kegiatan pengawasan dan pengendalian
proses, alat dan bahan yang digunakan dalam menjalankan sebuah proyek.
Pengawasan (monitoring) pekerjaan berkaitan dengan tata cara
pemeriksaan kualitas yang dilakukan secara kuantitatif (Stoner dan Freeman,
1994). Pengawasan terhadap kualitas suatu pekerjaan hanya dapat berjalan
dengan efektif, apabila spesifikasi standar telah ditentukan dan dipahami dengan
baik, terdapat pendelegasian tanggung jawab pada setiap tingkatan, adanya
perencanaan yang didikung oleh sumber daya yang memadai serta dilakukan
secara berkelanjutan (Westland, 2006). Berkaitan kegiatan jasa konsultasi
pengawasan, Burgess dan White (1984) mengemukakan masa (waktu)
pendendalian pekerjaan pada tiga kategori waktu kerja, yaitu :
1) Masa pra-konstruksi, yang mencakup rancangan, rencana kerja,
pengaplikasian teknologi yang digunakan, ketepatan pemilihan alat dan
bahan
12
2) Masa konstruksi, yang mencakup metode pemindahan dan penggunaan
alat dan bahan kerja, keahlian dan ketersediaan sumberdaya manusia
serta ketepatan spesifikasi yang ditetapkan; dan
3) Masa pasca-konstruksi, yang mencakup perlindungan pasca-konstruksi
serta teknik perlindungannya
13
III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilangsungkan pada PT Beutari Nusa Kreasi (BNK)
yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor. PT. BNK merupakan
konsultan manajemen dan teknik yang memenangkan proses tender untuk
kegiatan pengawasan pekerjaan penataan lanskap jalan tol pada PT Jasa Marga
cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang
Kegiatan pekerjaan penanaman dan penataan lanskap jalan tol ruas
Cawang-Tomang-Cengkareng secara keseluruhan terbagi atas tiga kegiatan
utama, yaitu : 1) Kegiatan penanaman, 2) Kegiatan perawatan dan 3) Kegiatan
pemeliharaan. Masing-masing dari kegiatan tersebut memerlukan waktu 3 bulan
sehingga waktu keseluruhan dari pekerjaan penataan lanskap jalan tol adalah
selama 9 bulan yang dimulai dari bulan November 2007 sampai dengan Agustus
2008. Keikutsertaan kegiatan magang dilangsungkan selama 3 bulan pertama
pada kegiatan penanaman yang mencakup seluruh aspek dalam pengawasan
14
Lanskap Ruas Tomang – Cengkareng
Lanskap Ruas Jagorawi
Permasalahan / Kendala
Solusi Praktis
Skripsi Hasil Magang Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol
Studi Pustaka
Persiapan 1) Orientasi Tapak 2) Pengenalan Dengan Pihak
Terkait Langsung 3) Penjelasan Lingkup dan
Spesifikasi Pekerjaan Pekerjaan Pengawasan :
1) Persiapan Penanaman 2) Penanaman 3) Pemeliharaan Masa
Pertimbangan Teknis Pertimbangan Aspek Manajerial
Analisis
Waktu Kualitas
Perubahan Resiko/Masalah
Komunikasi
Alokasi dan Keterbatasan Sumber Daya
Kondisi Lapang Spesifikasi
dan administrasi pekerjaan. Tabulasi waktu pelaksaan pekerjaan secara
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan pada Tabel 2 merupakan
alokasi waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan magang.
3.2. Kerangka Kerja
Pengawasan terhadap pekerjaan lanskap merupakan salah satu hal
penting yang diperlukan dalam menjamin kualitas dari bentukan lanskap yang
akan dibangun. Pemahaman terhadap berbagai item pekerjaan, spesifikasi
maupun jenis material yang akan digunakan merupakan hal yang penting dalam
kegiatan pengawasan mengingat permasalahan aktual di lapangan lebih bersifat
insidentil dan spesifik tapak. Alur kerja kegiatan magang dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Alur pikir pekerjaan magang
15
Tabel 1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas
Tabel 2. Alokasi waktu magang
2007 September Oktober November Desember No Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Orientasi lapang 2 Pengawasan revitalisasi nurseri 3 Pengawasan Penanaman ruas Jagorawi 4 Pengawasan Penanaman ruas Cengkareng
2007 2008 No Uraian Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni 1. Pengadaan jasa
konsultasi perancangan
Transaksi Langsung 2. Pengadaan Jasa
Konsultasi Pengawasan
Pemilihan Langsung 3. Pengadaan Jasa
Pemborongan
Pelelangan Terbatas dgn Prakualifikasi
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Penanaman b. Perawatan c. Pemeliharaan
Waktu pelaksanaan magang
15
16
Hal-hal yang berhubungan dengan kendala yang menghambat proses pekerjaan
di lapangan akan dianalisis untuk mendapatkan solusi yang dapat diterapkan di
lapangan.
3.3. Metode Pelaksanaan Magang
Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan sebuah
kegiatan pembelajaran aktif dengan ikut berperan serta dalam setiap kegiatan
yang terkait dengan pekerjaan lanskap, serta menjalankan tugas-tugas pekerjaan
lanskap yang ditugaskan oleh pihak konsultan tempat magang. Status
mahasiswa adalah sebagai Landscape Inspector (LI). Dalam pelaksanaan
kegiatan magang, kegiatan yang akan dilakukan terbagi atas : kegiatan
persiapan, pekerjaan pengawasan (lapangan), pengumpulan data, analisis,
perumusan solusi/pemecahan masalah dan penyusunan skripsi.
3.3.1. Persiapan
Pada awal pelaksanaan magang, mahasiswa melakukan orientasi
keadaaan lapang, pengenalan jenis pekerjaan, material yang akan digunakan,
tata cara pengawasan, standar keamanan dan metode kerja di sekitar jalan tol,
pengenalan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan
yang akan dilangsungkan serta penjelasan atas dokumen kontrak sebagai bahan
acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3.3.2. Pekerjaan Pengawasan
Kegiatan magang yang dilakukan secara umum meliputi pengawasan
lapang dan pekerjaan administrasi. Kegiatan pekerjaan pengawasan lapang
mencakup pekerjaan persiapan dan pengolahan lahan, pemeriksaan dan
pencacahan seluruh material tanaman yang akan digunakan pada kegiatan
penanaman dan proses pengerjaannya, pelaporan keadaan kerja di lapangan
serta pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama masa
penanaman. Sedangkan kegiatan administrasi mencakup seluruh kegiatan surat
menyurat, pembuatan dokumen rapat mingguan dan pembuatan laporan bulanan
sebagai bentuk pelaporan kepada pihak PT. Jasa Marga (Persero), Tbk. Jenis
kegiatan kerja yang diikuti selama magang adalah seluruh kegiatan yang
mencakup kegiatan pengawasan maupun kegiatan pendataan pada kedua lokasi
17
ruas penanaman serta pada lokasi nurseri Cipinang. Kegiatan yang dilaksanakan
dalam kegiatan magang terbagi atas dua pekerjaan pokok, yaitu pekerjaan
penanaman ruas jalan tol dan pekerjaan revitalisasi nurseri. 3.3.3. Pengumpulan Data
Merupakan tahap pengambilan data baik yang berupa data ekologis
maupun data teknis yang berhubungan dengan pekerjaan penanaman dan
pengawasan pada lanskap jalan tol. Data tersebut terdiri dari data primer dan
data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi (pengamatan
lapang), pengukuran dan perhitungan, pembuatan dokumentasi kegiatan, serta
melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan
penataan lanskap jalan tol (baik dari pihak konsultan, kontraktor maupun PT Jasa
Marga (Persero), Tbk). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi
pustaka, laporan kegiatan maupun dokumen-dokumen kerja yang terkait. Jenis,
sumber dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis,sumber dan cara pengambilan data No Jenis Data Sumber Cara pengambilan
1 Lanskap Lokasi Proyek
a. Lokasi Pekerjaan Dokumen kontrak dan
Orientasi lapang
Studi pustaka, tinjauan
lapang, wawancara
b. Jenis Pekerjaan Dokumen kontrak dan
Orientasi lapang
Tinjauan pustaka,
pengamatan lapang
2 Kegiatan Pengawasan
a. Jenis dan Kuantitas
Tanaman Dokumen kontrak
b. Dokumentasi Proyek Lapangan Pengamatan lapang
c. Alat dan Bahan Pekerjaan
Pengawasan Lapangan
Pengamatan lapang
d. Metode Kerja Konsutan Wawancara,
Dokumen kontrak
Wawancara,
Studi literatur
3 Administrasi
a. Aspek Legal Kontrak
Dokumen kontrak
Stuid literatur
b. Organisasi Proyek Orientasi proyek
Pengamatan lapang, studi
liteatur
18
3.3.4. Analisis
Data dan informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis data
yang dilakukan mencakup analisis kualitatif dan kuantitif. Analisis kualitatif
merupakan analisis yang dilakukan pada data verbal ataupun fisik yang tidak
terukur seperti hasil wawancara dan kuisioner, dokumentasi hasil pekerjaan dan
dokumen-dokumen kontrak kerja. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan
terhadap data baik lapangan maupun non-lapangan, yang terukur seperti
persebaran jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah dan jenis material yang
digunakan untuk kemudian dipadankan dengan permasalahan yang timbul di
lapangan dan dianalisis untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap
perkembangan pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam kegiatan pengawasan,
analisis lebih ditujukan sebagai bahan penilaian terhadap kinerja kontraktor
lanskap dalam pelaksanaan kewajibannya.
3.3.5. Perumusan solusi
Solusi atau pemecahan masalah yang dirumuskan merupakan hasil
analisis atas laporan kondisi dan permasalahan yang timbul di lapangan. Lebih
lanjut lagi, dalam penyusunan laporan magang, solusi yang dihasilkan di
lapangan tersebut kemudian dibandingkan dengan teori yang dikemukakan oleh
para ahli dari buku referensi, majalah ilmiah dan sumber lainnya.
3.4. Batasan Studi
Ruang lingkup dari kegiatan magang ini yaitu kegiatan pengawasan
dalam masa penanaman pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC,
baik dalam kegiatan administrasi maupun pekerjaan fisik di lapang dan tidak
mencakup kegiatan pemeliharaan dan perawatan pasca konstruksi. Kegiatan ini
merupakan bagian dari pekerjaan lanskap yang berada di bawah Bagian
Pemeliharaan jalan tol ruas Cawang – Tomang - Cengkareng PT Jasa Marga
(Persero), Tbk.
19
IV. ORGANISASI PROYEK
4.1. PT. Beutari Nusa Kreasi
PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11,
Bantar Jati, Bogor merupakan sebuah konsultan yang didirikan pada 09
September 1997 dengan visi menjadi konsultan nasional terpercaya yang selalu
berperan aktif dalam pengembangan dunia konsultansi di Indonesia dengan
memberi pelayanan terbaik bagi kepuasan konsumen/klien dengan berorientasi
pada peningkatan kinerja dan manajemen, pengembangan sumberdaya manusia
serta penggunaan prasarana dan sarana yang optimal demi pencapaian
kesejahteraan bersama.
Kepengurusan perusahaan dibagi atas dua jenis struktur kepengurusan,
yaitu kepengurusan tetap, yang terdiri dari pemilik, dewan direksi serta staf
operasional kantor dan kepengurusan tidak tetap yang hanya dibentuk pada saat
pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu yang terdiri atas tenaga ahli dan staf
lapang. Susunan kepengurusan tetap dari perusahaan tersebut mencakup :
Komisaris utama : Dra. Milawati
Komisaris : Dra. Widiastuti
Direktur Utama : Ir. J. Heru Marsudi, Dipl, HE, MT
Direktur : Ir. Soeliantoro, MBA
Layanan jasa konsultasi yang disediakan oleh PT. Beutari Nusa Kreasi
(BNK) mencakup berbagai bidang, baik bidang kontruksi maupun non-kontruksi
dengan perincian jasa konsultansi konstruksi mencakup pada bidang sipil,
arsitektur, tata lingkungan, elektrikal, jasa pendukung dan perencanaan,
sedangkan jasa konsultansi non konstruksi mencakup bidang telematika, jasa
survai, pariwisata, bisnis dan manajemen, perindustrian dan perdagangan,
pertambangan dan energi, pendidikan, kesehatan dan jasa khusus lainnya.
4.2. PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC
PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang Cawang-Tomang-Cengkareng
(CTC) yang beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta
diresmikan pada tanggal 21 Maret 2000 oleh direktur utama (Dirut) PT. Jasa
Marga pada waktu itu Ir, Wiyoga Adiwasito. PT Jasa Marga (Persero) cabang
20
CTC memiliki daerah operasional sepanjang ± 32 Km yang memanjang dari
daerah Cililitan hingga bandara internasional Soekarno-Hatta.
4.3. Organisasi Pengelolaan Proyek
Selama pelaksanaan pekerjaan penataan lansekap pada jalan tol
Cawang-Tomang-Cengkareng, terdapat tiga organisasi proyek yang meliputi :
Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC, konsultan pengawas dan
kontraktor lanskap. Ketiga unsur organisasi proyek berwenang dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing dengan
melaksanakan koordinasi teknis, lapangan dan administrasi dengan baik
sehingga dapat memberikan hasil terbaik dalam penggunaan biaya, kendali mutu
dan ketepatan waktu pelaksanaan.
4.3.1. Satuan Tugas (Satgas) PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang CTC
Satgas merupakan satuan organisasi kerja yang dibentuk dan ditunjuk
oleh kepala cabang dalam mengendalikan semua item pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan ketentuan kontrak. Satgas
bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor
lanskap. Susunan keanggotaan Satgas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga
Posisi Nama
Ka Satgas Subari
Administrasi Harjono
Anggota Satgas Pyatno Pudjo
Subiarto
Pardede
Tugas dan wewenang satuan tugas (satgas) yang dibentuk oleh Kepala
Cabang (Kacab) secara umum berada pada lingkup manajemen konstruksi dan
bertanggungjawab dalam pengendalian proses pekerjaan. Secara lebih rinci
tugas dan hak satuan tugas (satgas) adalah :
1) menangguhkan pekerjaan secara keseluruhan atau sebagian akibat
kegagalan kontraktor atau ketidakamanan terhadap pekerja atau
masyarakat atau akibat eksternal yang tidak terduga
21
2) memberikan rekomendasi kepada pemberi tugas atas penagihan
pembayaran dari kontraktor melalui sertifikat bulanan, sertifikat
penyelesaian sementara dan sertifikat penyelesaian akhir
3) memberikan persetujuan dan rekomendasi kepada pemberi tugas untuk
dapat dilaksanakannya serah terima sementara dan serah terima akhir
4) memberi dan mengeluarkan perintah perubahan terhadap kontrak kepada
kontraktor sebagai akibat adanya tuntutan dan atau keadaan lapangan
4.3.2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana bertugas dalam melaksanakan pekerjaan
perencanaan tapak dan melakukan perhitungan teknis terhadap kuantitas dan
jenis material yang akan digunakan. Dalam pekerjaan lanskap, konsultan
perencana bertanggung jawab terhadap kebenaran dan ketepatan desain yang
akan diterapkan di lapang, juga termasuk di dalamnya perencanaan terhadap
alokasi waktu yang diperlukan dalam merampungkan pekerjaan.
Pekerjaan perencanaan dilaksanakan selama satu bulan dengan produk
perencanaan berupa laporan perencanaan tertulis, dokumen spesifikasi
lansekap, gambar rencana dan gambar kerja, daftar harga dan kuantitas serta
dokumen teknis lainnya yang telah ditentukan sebelumnya. Konsultan perencana
juga bertugas dalam membuat Harga Perkiraan Sementara (HPS) kepada pihak
Jasa Marga selaku pemberi kerja terkait dengan pekerjaan penataan lansekap
yang dapat dijadikan acuan dalam proses pelelangan (tender). Sedangkan
gambar rencana, daftar harga dan kuantitas, dokumen spesifikasi lanskap serta
berkas lainnya yang merupakan produk dari kegiatan perencanaan juga dapat
dijadikan sebagai bahan acuan dalam kelengkapan dokumen teknis pada proses
pelelangan (tender). Dalam pekerjaan ini, konsultan perencana yang bertugas
dalam merencana dan merancang lanskap jalan tol adalah PT. BNK.
4.3.3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas merupakan bentuk badan usaha yang memberikan
pelayanan jasa konsultasi lanskap dalam penjaminan kualitas dan ketepatan
proses pekerjaan berdasarkan rencana dan kesepakatan di dalam kontrak kerja
dengan jalan memberikan saran dan masukan serta memecahkan masalah dan
kendala yang muncul di lapangan, baik yang bersifat teknis lapangan maupun
non-teknis. Dalam pengawasan pekerjaan lanskap jalan tol ruas CTC, PT. BNK
22
yang pada awal masa pekerjaan bertindak sebagai konsultan perencana juga
berperan dalam menyediakan jasa konsultasi pengawasan. Adapun perincian
anggota konsultan pengawas yang bekerja dalam kegiatan pengawasan dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Susunan anggota konsultan pengawas
Lokasi Posisi Nama Jagorawi Cengkareng Nurseri
Resident Engineer Ir. Khairul √ √ √
Chief Inspector Ir. Munawir √ √ √
Landscape Inspector 1 Yames Sumitra, SP √ √ -
Landscape Inspector 2 Angga Ardyansyah √ √ √
Ofiice Manager H. Sudirmanto, SE Adm dan keuangan
Secara umum, konsultan pengawas mempunyai wewenang dalam
mengusulkan rekayasa teknik lapangan yang diperlukan berdasarkan ketentuan
dalam dokumen kontrak. Konsultan pengawas bertugas dalam mengawasi,
memeriksa dan merekomendasikan persiapan, pelaksanaan dan hasil pekerjaan
yang dilakukan oleh kontraktor. secara lebih rinci tugas dan hak konsultan
pengawas, adalah :
1) memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan dan atau hasil suatu
pekerjaan kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas
hasil pengujian mutu tersebut
2) memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian suatu
pekerjaan
3) menolak bahan yang cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dan
memerintahkan penghentian dan atau menunda setiap pekerjaan yang
tidak layak secara teknis
4) memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor
agar dapat dicapai jadwal yang direncanakan
5) memeriksa kuantitas item pekerjaan yang terdapat dalam rencana kerja
dan hasil pekerjaan serta memberikan laporan hasil pemeriksaannya
kepada satuan tugas (satgas) dan atau kontraktor untuk selanjutnya
diproses untuk pengajuan sertifikat pembayaran atau laporan kemajuan
23
6) melakukan perubahan-perubahan minor pada gambar rencana atas dasar
keadaan lapangan, sejauh tidak mengubah substansi desain
7) mengusulkan perubahan desain kepada pemberi tugas melalui satuan
tugas (satgas)
8) memberikan rekomendasi kepada satuan tugas (satgas) atas usulan
suatu perubahan pekerjaan dilapangan; dan
9) mengendalikan administrasi teknis lapangan dan penyelesaian pekerjaan
4.3.4. Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap
Kontraktor lanskap pada pekerjaan lanskap jalan tol ruas CTC merupakan
badan usaha non-pemerintah yang memenangkan tender dan bertugas dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan di dalam kesepakatan
kontrak. Kontraktor lanskap yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut adalah PT. Sinar Kemala (SK) yang merupakan sebuah kontraktor
umum yang bergerak dalam jasa pembangunan dan penyewaan alat-alat berat
yang selanjutnya bekerja sama dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah Flora
(BIF) selaku penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman (terdapat pada
Tabel 6). Dalam melaksanakan pekerjaan, PT. SK diatur dalam kontrak jasa
pemborongan pekerjaan penataan lansekap pada jalan tol CTC nomor :
FE.06.SPK.134 tanggal 05 November 2007.
Tabel 6. Kontraktor dan sub kontraktor lanskap
Posisi Nama Keterangan
Kontraktor PT Sinar Kemala Jl. Cendana XIV No. 54 Jakasampurna - Bekasi
Sub Kontraktor
CV. Bumi Indah
Flora
Jl. Bumi Indah Rt.002/09 No. 37 Sukabumi Utara –
Jakarta Barat
Skematik hubungan antara pemberi kerja, konsultan pengawas,
kontraktor dan sub-kontraktor lanskap dalam pekerjaan penanaman yang
dilakukan pada kedua ruas jalan tol dapat dilihat pada Gambar 4.
24
Gambar 4. Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC
Kacab. PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC
Kepala Satuan Tugas (Satgas)
Anggota Anggota Anggota
Adm.
Kepala Bagian Pemeliharaan
Direktur PT. Sinar
General Manager
Tenaga Ahli
Sekertaris
Site Manager
Asisten Site Manager
Pekerja 1 Pekerja 2 Pekerja 3
Pekerja .. Pekerja n
kontraktor PT. Sinar K l
sub-kontraktor CV. Bumi Indah
Flora
Resident Engineer
Chief Inspector
Landscape Landscape
Adm.
PT. Beutari Nusa Kreasi
Perintah Kerja
Pengawasan
Perin
tah K
erja
25
resmi tidak resmi
Pelaksanaan
Pelaksanaan Harian diterima
Ya Tidak
Perbaikan
Semua Pekerjaan diterima Serah terima
Pengawasan Konsultan pengawas
Ya
PT. Jasa Marga
Kontraktor
Konsultan Perencana
V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK
Anggota tim konsultan pengawas terdiri dari 2 (dua) orang Landscape
Inspector (LI) yang bertugas dalam mengumpulkan dan memperbaharui data
lapangan, 1 (satu) orang Chief Inspector (CI) dan 1 (satu) orang Resident
Engineer (RE). Pengumpulan data dilaksanakan secara harian oleh LI melalui
tinjauan langsung ke lapangan terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor kepada CI dengan mengacu pada rencana kerja yang kemudian
direkap dalam berita acara kemajuan (progress) pekerjaan. Untuk pekerjaan
yang tidak dapat diawasi langsung oleh konsultan pengawas, pemeriksaan
dilakukan pada hari berikutnya dengan memeriksa hasil pekerjaan tersebut
secara langsung dan meminta laporan, baik tertulis maupun lisan kepada pekerja
yang berada di lapangan. Alur pelaksanaan dan hubungan kerja yang
berlangsung pada penataan lanskap jalan tol CTC dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Alur pelaksanaan kerja penataan proyek lanskap jalan tol
Dalam memastikan bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja
(PT. Jasa Marga cab CTC) dipenuhi, RE selaku menejer pelaksana pekerjaan
pengawasan merencanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian masing-
masing kegiatan kerja melalui serangkaian proses manajemen. Proses tersebut
mencakup : manajemen waktu, manajemen kualitas, manajemen perubahan,
26
manajemen resiko, manajemen masalah dan kendala, manajemen
pencegahan/antisipasi dan manajemen komunikasi.
5.1. Manajemen Waktu
Manajemen waktu merupakan metode yang digunakan dalam
mengalokasikan penggunaan waktu yang digunakan dalam pengawasan setiap
jenis pekerjaan. Manajemen waktu merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan proyek dikarenakan waktu merupakan sumber daya yang sangat
berharga dalam pelaksanaan proyek (Westland, 2006). Dalam melaksanakan
manajemen waktu, RE dan CI melakukan analisis dalam menentukan alokasi
waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan data
dari sejarah (track record) kemampuan kontraktor dalam menyelesaiakn suatu
jenis pekerjaan. Untuk lebih rincinya, perekaman (record) terhadap waktu aktual
yang dibutuhkan oleh masing-masing pekerja dilapangan dimaksudkan untuk :
1) mengkalkulasikan waktu yang diperlukan dalam menyelesaian jenis
pekerjaan tertentu
2) mengendalikan alokasi sumberdaya masing-masing jenis pekerjaan, dan
3) mengidentifikasikan persentase penyelesaian pekerjaan yang telah
dilaksanakan dan besarnya penyimpangan dari rencana proyek
Dasar yang digunakan dalam proses manajemen waktu adalah laporan
timesheet mingguan yang merupakan rekapitulasi dari laporan harian
pengawasan pekerjaan di lapangan. Prosedur manajemen waktu yang
dilaksanakan dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.2. Manajemen Kualitas
Manajemen kualitas dilakukan melalui penetapan standar pekerjaan.
Penilaian yang dilaksanakan didasarkan kepada pengawasan dan pengendalian
alat, bahan, metode dan tenaga kerja yang digunakan. Dalam proses ini,
pengertian kualitas dari masing-masing jenis pekerjaan didefinisikan secara jelas
dan dilakukan dokumentasi atas rencana pengawasan kualitas. Dalam dokumen
rencana pengawasan kualitas dijelaskan :
1) definisi kualitas yang hendak dicapai pada masing-masing jenis pekerjaan
2) sasaran jelas dalam menentukan kualitas dari masing-masing pekerjaan
yang didalamnya terdapat penjelasan kriteria dan standar yang harus
dipenuhi sesuai dengan keinginan pemberi kerja, dan
27
3) tehnik yang digunakan untuk melakukan pengendalian kualitas
Penjaminan kualitas pekerjaan, baik alat, bahan maupun materi pekerjaan yang digunakan didasarkan kepada hasil Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) yang disusun dan diperbaharui melalui pemeriksaan lapangan oleh LI.
BAP lapangan yang diterbitkan oleh konsultan pengawas terdiri atas :
1) BAP pengadaan tanaman
2) BAP pengadaan penopang bambu
3) BAP pemeriksaan lubang tanam
4) BAP pemeriksaan penanaman
Prosedur manajemen kualitas yang dilaksanakan dalam kegiatan
pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 2. BAP merupakan dokumen
rangkuman hasil pemeriksaan terhadap suatu material atau alat kerja sebelum
digunakan dilapangan. Untuk dapat diterima dalam administrasi proyek,
dokumen tersebut harus disahkan oleh RE dan disetujui oleh satgas.
5.3. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan merupakan bagian dari proses pengawasan yang
ditujukan untuk menangani perubahan terhadap cakupan, kualitas, jangka waktu
pelaksanaan atau sumberdaya pekerjaan yang diajukan melalui prosedur resmi
oleh kontraktor kepada konsultan pengawas. Segala perubahan yang terjadi
selama berlangsungnya pekerjaan didokumentasikan dalam dokumen perubahan
kerja yang disetujui oleh ketua satgas. Pengambilan keputusan pada proses
manajemen perubahan merupakan inti peran seorang RE dalam menjalankan
manajemen proyek. Prosedur dalam menjalankan manajemen perubahan yang
digunakan dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.4. Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah kegiatan manajemen yang ditujukan untuk
mengidentifikasi, mengkalkulasi dan mengatasi masalah sebelum muncul ke
permukaan pada saat pekerjaan sedang berlangsung. Manajemen resiko lebih
ditekankan pada saat pelaksanaan pemeriksaan (review) rencana dan gambar
kerja yang digunakan dalam proyek. Dalam kegiatan ini, dikemukakan sejumlah
tindakan yang mungkin ditempuh dalam mengurangi intensitas dan kemungkinan
kemunculan resiko pekerjaan serta meredam dampak yang ditimbulkan oleh
28
masing-masing resiko tersebut terhadap pekerjaan keseluruhan. Tujuan utama
dalam manajemen resiko adalah memastikan bahwa setiap resiko yang mungkin
muncul teridentifikasi, dapat dikalkulasikan, dihindari, diarahkan ataupun diatasi
dengan baik. Namun demikian, kegiatan manajemen resiko dilangsungkan dari
awal permulaan pekerjaan hingga proyek selesai dilaksanakan. Alur proses
manajemen resiko serupa dengan proses manajemen masalah/kendala dan
dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.5. Manajemen Masalah/Kendala
Manajemen masalah/kendala adalah metode yang digunakan dalam
menangani segala sesuatu yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan pekerjaan.
Proses yang digunakan adalah penerapan berbagai metode peninjauan dalam
menilai dampak yang akan dihasilkan suatu permasalahan/kendala yang
dijumpai di lapangan. Manajemen masalah/kendala merupakan kelanjutan dari
manajemen terhadap resiko yang tidak teridentifikasi pada masa pemeriksaan
rencana proyek. Peninjaun dilakukan dalam sudut pandang ketersediaan waktu
dan kapabilitas masing-masing stake holder. Tahap selanjutnya adalah
merumuskan berbagai kemungkinan yang dapat ditempuh untuk mengatasi atau
mengurangi dampak tersebut.
5.6. Manajemen Komunikasi
Dalam manajemen komunikasi, ditentukan tingkat informasi yang akan
didistribusikan kepada masing-masing pihak yang terlibat (stake holder). Dalam
rencana komunikasi ditentukan tipe, metode, frekuensi dan tanggung jawab
personal dari konsultan pengawas dalam pendistribusian informasi dalam
pelaksanaan pekerjaan. Komunikasi yang jelas, akurat dan lancar merupakan hal
yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.
Komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan berhubungan dengan
tingkat resiko yang mungkin muncul. Komunikasi yang baik berdampak pada
tersedianya informasi yang benar, pada waktu yang tepat dalam pengambilan
keputusan.
Bentuk komunikasi formal yang dilangsungkan dalam pekerjaan adalah
berupa penerbitan laporan performa dan status pekerjaan, pengkomunikasian
potensi resiko pekerjaan, masalah aktual, perubahan ketentuan kerja dan
29
rangkuman informasi proyek secara berkala yang disampaikan melalui materi
dalam rapat rutin mingguan stake holder. Bentuk lainnya adalah melalui
penerbitan surat resmi dan laporan bulanan konsultan pengawas.
Walaupun pelaksanaan komunikasi formal umumnya dilaksanakan
setelah informasi atau data lapangan telah terkumpul, namun komunikasi antar
masing-masing pihak (stake holder) dilaksanakan secara intensif sepanjang
proses pekerjaan. Alur proses manejemen komunikasi formal yang digunakan
oleh konsultan pengawas dapat dilihat pada Lampiran 5 .
30
VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN
6.1. Pekerjaan Pendahuluan
Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum
dilaksanakannya pekerjaan di lapangan. Jenis pekerjaan pendahuluan
mencakup sejumlah pemeriksaan terhadap : 1) aspek legal kontrak, 2)
pemahaman terhadap rencana dan prosedur kerja, serta 3) pemeriksaan (review)
disain lanskap yang digunakan pada lanskap jalan tol ruas CTC.
6.1.1. Pemeriksaaan Aspek Legal Kontrak
Aspek legal kontrak berkaitan dengan hukum dan peraturan yang
mengatur tentang kontrak jasa pemborongan dan merupakan kelengkapan
administratif yang dibutuhkan, baik oleh kontraktor maupun konsultan pengawas
sebagai dasar landasan hukum untuk melaksanakan semua kegiatan pekerjaan.
Kegiatan pertama yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas adalah
pemeriksaaan terhadap lembar data proyek, pemeriksaan tersebut penting
dilakukan untuk memeriksa ada atau tidaknya cacat hukum dalam ketentuan
kontrak kerja. Lembaran data proyek yang terdapat dalam pekerjaan penataan
lanskap jalan tol ruas CTC terangkum di dalam Tabel 7. Tabel 7. Rangkuman lembar data proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC Nama Proyek : Pengawasan Teknik
Pekerjaan Penataan Lanskap pada Jalan Tol
Cawang – Tomang – Cengkareng
Tujuan Proyek : Melaksanakan penataan lanskap pada jalan tol Cawang -
Tomang – Cengkareng dan meningkatkan kualitas visual bagi
kenyaman pengguna jalan tol.
Pemilik Proyek : PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Cabang Cawang – Tomang – Cengkareng
Kepala Cabang : Ir. David Wijayatno
Konsultan Perencana : PT Beutari Nusakreasi
Konsultan Pengawas : PT Beutari Nusakreasi
Kontraktor : PT Sinar Kemala
Total Nilai Pekerjaan : Rp. 989.996.000,- (termasuk PPN 10%)
Sumber Dana : Semua dibiayai terlebih dulu oleh Kontraktor (CPF)
Kontrak Dimulai : Tanggal 05 November 2007
Masa Penanaman : 75 hari Kalender
Masa Perawatan : 90 hari Kalender
31
Masa Pemeliharaan : 90 hari Kalender
Cakupan Proyek : Pekerjaan Penataan Lanskap pada Median dan Damija, Ruas
Jagorawi, Ruas Cengkareng dan Revitalisasi Nurseri
Cipinang
Ruang Lingkup Pekerjaan
Lanskap
: Pekerjaan Softscape, didominasi oleh pekerjaan penanaman
pohon, palm, perdu, semak dan rumput, sedangkan
pekerjaan hardscape meliputi pemasangan instalasi pot serta
revitalisasi nurseri Cipinang
Sumber : dokumen kontrak pelaksanaan kerja (kontraktor) dan konsultan pengawas
Lembar data tersebut di atas kemudian dilengkapi dengan surat
keputusan yang diterbitkan oleh pemberi tugas yang menegaskan keabsahan
administratif masing-masing pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam pelaksanaannya, kontraktor diatur oleh peraturan dan ketentuan
sebagaimana yang berlaku di dalam kontrak kerja berdasar kepada surat
keputusan yang dikeluarkan oleh pihak pemberi kerja yang tercantum pada Tabel
8.
Tabel 8. Aspek legal kontrak pelaksana kerja (kontraktor)
No ASPEK LEGAL NOMOR TANGGAL
1 Persetujuan dan Penetapan Pemenang
Pelelangan Terbatas FE.06.PM.01.1955 23 Oktober 2007
2 Pengumuman Pemenang Pelelangan
Terbatas FE.06.4.PTPL.22 24 Oktober 207
3 Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan
(Gunning) FE.06.PM.01.1986 31 Oktober 2007
4 KJP
(Kontrak Jasa Pemborongan) FE.06.SPK.134
05 November
2007
5 Berita Acara Serah Terima Lahan 020/BAST/FE.06/2007 06 November
2007
6 SPMK
(Surat Perintah Mulai Kerja} FE.06.PM.01.2108
07 November
2007
7 Jaminan Pelaksanaan oleh Kontraktor
288/KC19/PM/SJPP/KASK/2007
Jaminan :
02 November 2007 sd.
12 Agustus 2008
02 November
2007
8 Asuransi Tenaga Kerja
(Jamsostek) - -
9 C A R’S - -
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, didapatkan bahwa kontraktor
belum melengkapi kelengkapan yang diperlukan secara sempurna. Kontraktor
32
belum menyerahkan bukti keikutsertaannya dalam program asuransi
perlindungan tenaga kerja (Jamsostek), yang penting untuk menjamin
perlindungan dan keselamatan pekerja selama masa konstruksi di lapangan.
Sedangkan CAR’S (Contractor All RiskS) merupakan salah satu bentuk asuransi
yang melimpahkan segala bentuk klaim dari pihak ketiga disaat terjadi
kecelakaan yang terjadi di ruas jalan tol lokasi pekerjaan lanskap yang
disebabkan oleh adanya kelalaian kontraktor atau kecelakaan lain yang
disebabkan oleh adanya kegiatan dari proyek tersebut.
Konsultan pengawas kemudian menginformasikan kekurangan tersebut
kepada pihak pemberi kerja maupun kepada kontraktor melalui pernyataan tidak
resmi pada rapat pendahuluan (Pre-Construction Meeting - PCM) yang
dilaksanakan tanggal 8 November 2007, hal tersebut kemudian dipertegas
dengan dikeluarkannya surat resmi 001/CTC-BNK/XI/2007 yang ditujukan
kepada kontraktor menyangkut hal tersebut. Dalam pelaksanaannya, kontraktor
baru dapat memenuhi persyaratan keikutsertaan dalam program asuransi tenaga
kerja pada terakhir dengan menyerahkan bukti secara langsung kepada pihak
pemberi kerja. Sedangkan aspek legal kontrak yang berkenaan dengan
keabsahan administratif konsultan pengawas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Aspek legal kontrak konsultan pengawas
No ASPEK LEGAL NOMOR TANGGAL
1 Berita Acara Pembuktian Kualifikasi
Seleksi Langsung Pekerjaan Jasa
Konsultasi Penataan Lanskap
FE.06.4.PLPL.14 19 September
2007
2 Pengumuman Pemenang
Pelelangan Terbatas
FE.06.4.PLPL 21 September
2007
3 Persetujuan Pemenang Seleksi
Langsung
FE,06.PM.01.1833 20 September
2007
4 Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan
(Gunning)
FE.06.PM.01.1823 26 September
2007
5 Surat Penetapan Hasil Negoisasi FE.06.PPHm.082.1.1 20 September
2007
6 Berita Acara Hasil Evaluasi FE.06.4.PLPL.13 18 September
2007
7 Penawaran Pihak Kedua beserta
Lampiran-Lampirannya
749 / BNK - / IX / 2007 17 September
2007
8 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) FE.06.PM.01.1900 3 oktober 2007
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas
33
Berdasarkan ketentuan dalam dokumen kontrak konsultan pengawas,
pekerjaan pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas secara
resmi dimulai pada tanggal 3 Oktober 2007 dengan diterbitkannya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK). Jangka waktu yang tersedia sebelum dikeluarkannya SPMK
bagi kontraktor dimanfaatkan untuk memahami rencana dan prosedur kerja yang
diajukan dan melakukan pemeriksaan terhadap gambar rencana dan gambar
kerja yang digunakan.
6.1.2. Pemahaman Rencana Proyek dan Alur Kerja Pengawasan
Rencana proyek merupakan dokumen inti dari manajemen pelaksanaan
pekerjaan (Westland 2006). Pemahaman tim konsultan pengawas terhadap
rencana proyek dan prosedur kerja yang digunakan merupakan hal yang sangat
penting untuk mengetahui rencana dan tindakan kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan agar sesuai dengan waktu dan mutu pekerjaan yang telah ditetapkan.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap rencana proyek, dilakukan
pembagian lingkup pekerjaan kedalam rangkaian hirarki tahapan pekerjaan,
aktifitas dan tugas yang harus dilaksanakan untuk dapat menjalankan pekerjaan
dengan baik. Istilah ini lebih dikenal dengan ‘Work Breakdown Structure’ (WBS).
WBS adalah pembagian rangkaian pekerjaan ke dalam bentuk pohon hierarki
yang berorientasi pada hasil akhir (induk cabang). Aplikasi dari metode WBS
dalam proyek ini dapat dilihat pada Lampiran 22. Secara garis besar, dalam
pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC rencana proyek yang diperiksa
dan diawasi pelaksanaanya oleh konsultan pengawas dikategorikan kedalam dua
kelompok utama, yaitu rencana pekerjaan non-penanaman dan rencana
pekerjaan penanaman.
6.1.2.1. Pemeriksaan Rencana Pekerjaan Non-Penanaman
Pemeriksaan terhadap rencana kerja non-penanaman merupakan
pemeriksaan yang dilakukan terhadap rencana kerja selain kegiatan penanaman,
baik pra-penanaman maupun pasca-penanaman. Rencana pekerjaan non-
penanaman yang dilaksanakan oleh kontraktor mencakup 2 (dua) jenis
pekerjaan, yaitu :
1. Pekerjaan persiapan lahan, terdiri atas recana sub-pekerjaan :
a. Mobilisasi dan demobilisasi kontraktor
34
b. Pengadaan kantor dan gudang lapang
c. Pengadaan tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara
d. Pengadaan kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja
e. Pengaturan lalu-lintas
f. Pengadaan foto proyek
g. Pengadaan alat bantu kerja
h. Pembersihan lahan penanaman
i. Pekerjaan pematokan (staking) tanaman
j. Pengadaan penopang bambu
2. Pekerjaan revitalisasi nurseri, terdiri atas rencana sub-pekerjaan :
a. Pembersihan lahan
b. Instalasi paranet dan tiang penyangga
c. Maintenance path paving
d. Pengadaan titik air
e. Pemangkasan pohon eksisting, dan
f. Pembuatan lubang pengolahan kompos
Berdasarkan rencana kerja kontraktor yang terdapat pada Lampiran 23,
dapat diketahui bahwa distribusi sumberdaya yang digunakan oleh kontraktor
akan banyak digunakan pada minggu-2 dan minggu-3 yang mencakup hampir
seluruh sub-jenis pekerjaan kecuali : pengadaan P3K, pengaturan lalu lintas dan
pengadaan foto proyek. Dalam rencana tersebut, pekerjaan pengaturan lalu
lintas tidak didistribusiakan secara merata dan hanya dilaksanakan pada minggu
ke-1, minggu-5 dan minggu-10 padahal kegiatan tersebut merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam mengiringi pelaksanaan pekerjaan penanaman.
Sedangkan pekerjaan revitalisasi nurseri dikonsentrasikan pada minggu-4
sampai dengan minggu-6 dengan perhatian utama pada pekerjaan pemasangan
(instalasi) paranet dan pembuatan titik air. Waktu yang direncanakan kontraktor
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dirasakan kurang cocok mengingat
peran nurseri yang sangat penting sebagai lokasi aklimatiasasi tanaman.
6.1.2.2. Pemeriksaan Rencana Pekerjaan Penanaman
Rencana pekerjaan penanaman yang dilaksanakan oleh kontraktor
mencakup item pekerjaan sebagai berikut :
1) Pekerjaan pembentukan tanah, yang mencakup sub-pekerjaan :
a. Pemberian tanah subur
35
b. Pemberian pupuk kandang
c. Pembentukan dan pengolahan tanah
d. Pembuatan lubang tanam
2) Pekerjaan penanaman ruas Cengkareng; dan
3) Pekerjaan penanaman ruas Jagorawi
Jenis tanaman, lokasi ruas penanaman serta jumlah tanaman yang
digunakan dalam penataan lanskap jalan tol ruas CTC dapat dilihat pada
Lampiran 19. Jenis tanaman yang digunakan pada lanskap jalan tol ruas
Jagorawi dan lanskap jalan tol ruas Cengkareng secara keseluruhan didominasi
oleh pohon dan palm, sedangkan tanaman semak, groundcovers dan rumput
hanya digunakan pada lokasi tertentu sebagai aksen (accent). Sedangkan
spesifikasi dari masing-masing jenis tanaman yang digunakan dalam pekerjaan
penataan lanskap dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Spesifikasi tanaman lanskap yang digunakan dalam pekerjaan
No. RUAS CENGKARENG SPESIFIKASI
Pohon/Palem
1 Palem Anggur (Latania sp) 2.5 m oht
2 Bintaro (Cerbera odollam) 3.0 m oht (branching) 75 mm dia
3 Thevetia (Thevetia peruviana) 1.2 m oht (branching)
4 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht (branching), 150 mm dia
5 Kamboja (Plumeria rubra) 3.0 m oht (branching)
6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 3.0 m oht (branching)
7 Palem Jepang (Ptycosperma macharthurii) 2.0 m oht
8 Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) 0.8 m oht
9
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
1.0 m oht
Shrubs & Ground Covers
1 Bunga Mentega (Nerium oleander) 300 mm oht
2 Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.) 300 mm oht
3 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 300 mm oht
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 200 mm oht
5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 300 mm oht
6 Lantana (Lantana spp) 300 mm oht
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus)
close turfing
RUAS JAGORAWI SPESIFIKASI
Pohon/Palem
1 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 2.5 m oht
2 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 3.0 m oht
3 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 3-4 m oht
4 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 3.0 m oht (branching) 75 mm dia
36
5 Kamboja (Plumeria rubra) 2.5 m oht (branching)
6 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht (branching), 150 mm dia
7.
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
1.0 m oht
Shrubs & Ground Covers
1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 300 mm oht
2 Pisang Hias (Helliconia psittacorum) 300 mm oht
3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 300 mm oht
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 200 mm oht
5 Euphorbia (Euphorbia millii) 300 mm oht
6 Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) 500 mm oht
7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) close turfing
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas Keterangan : OHT (Overall Hight Trunk) Close turfing : penanaman rumput dengan metode sodding
Melalui pemeriksaan terhadap jenis pekerjaan yang terdapat dalam
kesepakatan dokumen kontrak, pekerjaan penataan lanskap didominasi oleh
pekerjaan penataan elemen lanskap lunak (softscape) berupa penanaman
tanaman palm, pohon, semak, perdu, groundcovers dan rumput dengan
perincian tanaman sebanyak 2.373 pohon, 456 palm, 114.464 polybag semak,
1.865 perdu dan 1.419 m2 rumput.
Gambar 6. Persentase jenis tanaman lanskap berdasarkan jumlah
Dalam klasifikasi persentase berdasarkan jumlah, dapat dilihat bahwa
tanaman semak mendominasi lanskap keseluruhan sebesar 95 %, diikuti dengan
pohon 1.97 %, perdu 1.55 %, rumput 1.18 % dan palm sebesar 0.38 %.
Pengklasifikasian ini berfungsi untuk memberikan pemahaman dan Gambaran
mental (mental image) kepada anggota konsultan pengawas mengenai bentukan
lanskap yang akan terbentuk berkaitan dengan pekerjaan pengawasan di
lapangan. Sedangkan pengklasifikasian kedua dilakukan berdasarkan nilai bobot
pekerjaan dipergunakan oleh konsultan pengawas dalam membantu kontraktor
37
Σ Pekerjaan n
Σ Nilai Kontrak Keseluruhan
Bn = 100 % x
menentukan prioritas dan rangkaian proses pekerjaan lanskap yang harus
diselesaikan dalam memenuhi tenggat waktu pekerjaan serta urutan dari jenis
tanaman yang dipersiapkan agar dapat tersedia dalam waktu dan jumlah yang
tepat. Persentase bobot pekerjaan penanaman per kategori tanaman dapat
dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Persentase jenis tanaman lanskap berdasarkan bobot pekerjaan Dalam penentuan bobot dari masing-masing jenis pekerjaan lanskap tersebut,
digunakan persamaan :
dimana,
Bn = Bobot pekerjaan ke-n
Σ Pekerjaan n = (nilai kontrak item pekerjaan ke-n x Σ item-n)
Σ Nilai Kontrak Keseluruhan = Σ (nilai kontrak item pekerjaan 1+2+…+n)
Sebagai contoh, tanaman palm anggur (Latania sp.) dengan bobot
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak adalah sebesar 6.85 % dan diperoleh
dari perhitungan :
112 x Rp. 550.000
Rp. 899.997.083
Bobot pekerjaan penanaman palm anggur
= 100 % x
= 6,85 %
38
Dalam perhitungan tersebut, jumlah tanaman palm anggur (Latania
sp.)sesuai dengan kesepakatan kontrak adalah sebanyak 112 buah pohon
dengan harga satuan yang diajukan oleh kontraktor sebesar Rp. 550,000. Kedua
angka tersebut dikalikan dan hasilnya kemudian dibagi dengan nilai kontrak
keseluruhan yang bernilai Rp. 899,997,083 sehingga diperoleh bobot kerja
penanaman palm anggur sebesar 6,85 %. Nilai kontrak yang digunakan untuk
pembagian tersebut merupakan nilai kontrak yang telah dikurangi oleh kewajiban
pajak sebesar 10 %.
Persamaan tersebut tidak hanya digunakan untuk mengetahui bobot
pekerjaan penanaman masing-masing jenis tanaman, tetapi juga untuk
mengkalkulasikan bobot seluruh jenis pekerjaan yang ada dalam dokumen
kontrak, termasuk di dalamnya seluruh jenis pekerjaan non-penanaman.Secara
keseluruhan, urutan bobot pekerjaan penanaman per kategori tanaman pada
kedua ruas jalan tersebut secara berturut-turut adalah semak, pohon, palm,
perdu dan rumput. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik,
pembobotan tersebut kemudian lebih dirincikan kembali dengan
mengelompokannya berdasarkan masing-masing ruas pekerjaan dan jenis
tanaman tersebut, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol
ruas Cengkareng
No. Jenis Tanaman Jumlah Satuan Bobot Pekerjaan (%)
A. Pohon/Palm
1 Palm Anggur (Latania sp) 112 ph 6.845
2 Bintaro (Cerbera odollam) 790 ph 4.169
3 Thevetia (Thevetia peruviana) 538 ph 1.196
4 Ki Hujan (Samanea saman) 150 ph 2.500
5 Kamboja (Plumeria rubra) 40 ph 0.333
6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 10 ph 0.222
7 Palm Jepang (Ptycosperma macharthurii) 225 ph 0.875
8 Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) 265 ph 0.368
9 Pucuk Merah (Eugenia oleana) 255 ph 1.983
SUB TOTAL A 18.491
B. Shrubs & Ground Covers
1 Bunga Mentega (Nerium oleander) 10,500 plb 2.042
2 Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.) 10,500 plb 2.625
3 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 1,800 plb 0.225
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 1,800 plb 0.140
5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 1,600 plb 0.178
39
6 Lantana (Lantana spp) 16,000 plb 1.778
7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) 50 m2 0.017
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas
Dari bobot pekerjaan penanaman pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng
yang terdapat dalam Tabel 16, didapatkan hasil sebagai berikut : tanaman palm
anggur (Latania sp.) merupakan jenis tanaman dengan bobot pekerjaan yang
paling tinggi yaitu sebesar 6,85 %, diikuti dengan bintaro (Cerbera odolam) 4,62
% dan ki hujan (Samanea saman) sebesar 2,50 %. Pada tanaman semak dan
groundcovers urutan bobot pekerjaan berurut dengan bunga mentega (Nerium
oleander) dengan bobot pekerjaan sebesar 4,67 % sebagai jenis semak dengan
bobot pekerjaan tertinggi, diikuti oleh lantana (Lantana sp.) sebesar 1,78 %,
pandan kuning (Pandanus pygmeus) sebesar 0,23 % dan Lili air mancur
(Hymenocalis speciosa) sebesar 0,14 % sebagai jenis tanaman dengan bobot
pekerjaan terkecil pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng.
Sedangkan berdasarkan bobot pekerjaan penanaman pada lanskap jalan
tol ruas Jagorawi dapat dilihat pada pada Tabel 12.
Tabel 12. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi
No. Jenis Tanaman Jumlah Satuan Bobot Pekerjaan (%)
1 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 45 ph 1.563
2 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 24 ph 1.000
3 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 50 ph 2.500
4 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 250 ph 2.778
5 Kamboja (Plumeria rubra) 89 ph 0.742
6 Ki Hujan (Samanea saman) 18 ph 0.300
7. Pucuk Merah (Eugenia oleana) 233 ph 1.812
SUB TOTAL A 10.694
B. Shrubs & Ground Covers
1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 23,904 plb 2.988
2 Pisang Hias (Helliconia psittacorum) 21,904 plb 2.434
3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 1,600 plb 1.111
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 23,904 plb 1.859
5 Euphorbia (Euphorbia millii) 2,507 plb 2.437
6 Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) 45 plb 0.030
7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) 1,369 m2 0.456
SUB TOTAL B 11.315
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas
40
Tanaman palm sadeng (Livistonia rotundifolia) keseluruhan merupakan
jenis tanaman dengan bobot pekerjaan yang paling tinggi yaitu sebesar 5,06 %,
diikuti dengan bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 2,79 %, pucuk merah
(Euginia oleana) sebesar 1,81 % dan ki hujan (Samanea saman) sebagai jenis
tanaman dengan bobot pekerjaan terkecil yaitu sebesar 0,30 %. Pada tanaman
semak dan groundcovers, pandan kuning (Pandanus pygmeus) merupakan
tanaman dengan bobot pekerjaan tertinggi dengan bobot sebesar 2,99 %,
euphorbia (Euphorbia milii) sebesar 2,44 %, pisang hias (Helliconia psitacorum)
sebesar 2,43 % dan bunga kertas (Bougenvillea glabra) sebagai jenis semak
dengan bobot pekerjaan terkecil yaitu sebesar 0,03 %.
Dengan mengetahui bobot dari masing-masing pekerjaan penanaman,
diketahui bahwa tanaman palm anggur (Latania sp.) merupakan tanaman yang
memiliki bobot pekerjaaan terbesar terhadap kemajuan (progress) pekerjaan
penanaman pada penataan lanskap jalan tol ruas Cengkareng, sedangkan palm
sadeng (Livistonia rotundifolia) memiliki bobot pekerjaan terbesar terhadap
kemajuan pekerjaan pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi. Hasil tersebut bukan
merupakan suatu hal yang positif dikarenakan beberapa sebab, yaitu : 1)
tanaman palm, baik palm sadeng dan palm anggur merupakan tanaman yang
rentan terhadap perlakuan penanaman kembali (transplanting), terutama bila
perawatan pasca-penanaman tidak dilaksanakan dengan baik. Perhatian lebih
diberikan pada tanaman tersebut mengingat kondisi lanskap jalan tol yang
kurang mendukung terhadap pertumbuhan tanaman, 2) memiliki nilai ekonomis
tinggi dibandingkan jenis tanaman lain dan 3) ketersediaannya di pasaran
terbatas, terutama bila harus memenuhi spesifikasi yang terdapat dalam
dokumen kontrak.
Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, konsultan pengawas
memberikan perhatian khusus terhadap penangan tanaman palm pada kedua
ruas jalan tersebut. Sejumlah saran dan masukan juga diberikan kepada pekerja
penanaman di lapangan untuk meningkatkan keberhasilan penanaman, terutama
tanaman-tanaman yang memiliki bobot pekerjaan yang cukup besar terhadap
kemajuan pekerjaan secara keseluruhan seperti tanaman palm dan pohon
berukuran besar lainnya. Saran juga diberikan terhadap jenis tanaman yang
diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan
jalan tol yang kurang bersahabat seperti tanaman Lantana sp yang ditanam pada
ruas Cengkareng Km 25+000 sampai dengan Km 27+000.
41
Adapun saran yang diberikan dalam untuk meningkatkan kemungkinan
hidup tanaman palm setelah perlakuan penanaman kembali (transplanting)
adalah :
1) khusus untuk tanaman palm, apabila belum tiba waktu penanaman,
tanaman hanya diperkenankan untuk ditaruh pada tempat ternaungi untuk
waktu 2-3 hari dengan penyiraman secara rutin yang ditujukan untuk
menjaga kelembaban bola akar
2) tanaman palm harus diusahakan untuk ditanam dengan kedalaman yang
sama dengan lokasi asalnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
pembusukan atau timbulnya penyakit akar
3) seluruh tanaman yang baru ditanam harus disiram hingga tanah disekitar
tanaman tersebut basah hingga kedalaman ± 20 cm atau sesuai dengan
ketentuan pada dokumen kontrak
Tanaman palm yang belum tiba masa tanamnya ditempatkan pada
sebuah lubang tanam sementara yang disediakan khusus untuk menampung
tanaman palm hingga tiba waktu penanamannya, hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan perawatan tanaman tersebut selama masih berada di nurseri
sementara seperti yang tampak pada Gambar 8.
Gambar 8. Tanaman palm pada lokasi tempat penampungan (nurseri) sementara
Sedangkan pada pekerjaan penanaman semak dan rumput diprediksi
tidak akan menimbulkan hambatan terhadap kemajuan (progress) pekerjaan jika
dilaksanakan sesuai dengan panduan pekerjaan penanaman dengan
42
menggunakan tenaga penanaman yang terampil dan berpengalaman. Hal yang
disarankan untuk diperhatikan oleh kontraktor dalam melakukan penanaman
semak dan rumput antara lain :
1) tanaman semak dipindahkan dengan cara dipegang polybagnya dan
bukan pada bagian batangnya
2) waktu penanaman merupakan hal yang harus diperhatikan. Penanaman
hanya diperkenankan pada pagi atau sore hari
Dalam pemeriksaan terhadap rencana kerja proyek secara keseluruhan
diperoleh hal seperti berikut : pekerjaan persiapan memiliki bobot 17,89 %,
pekerjaan pengadaan tanah sebesar 9,94 %, pekerjaan revitalisasi nurseri 2,58
%, pekerjaan penanaman 53,71 %, pekerjaan perawatan 9,81 % dan pekerjaan
pemeliharaan sebesar 5,97 %. Kegiatan magang yang dilangsungkan pada masa
penanaman mencakup seluruh jenis pekerjaan kecuali pekerjaan yang terdapat
pada masa perawatan dan masa pemeliharaan. Bobot kerja pada masa
penanaman itu sendiri secara keseluruhan adalah sebesar 84,50 % terhadap
penyelesaian proyek.
Berdasarkan pemeriksaaan terhadap rencana proyek kontraktor, dapat
diketahui bahwa rencana kerja tersebut menggunakan pendekatan (iterative).
Pendekatan ini merupakan pendekatan pelaksanaan kerja yang dilaksanakan
secara simultan. Sejumlah pekerjaan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan
dengan pola distribusi kerja secara paralel (Idad, 2003). Hal yang perlu
diperhatikan pada pengaplikasian rencana kerja dengan menggunakan
pendekatan semacam itu adalah distribusi bobot kerja per minggu terbesar
dengan jenis pekerjaan kerja yang paling banyak. Pada distribusi kerja dalam
rencana kerja kontraktor dapat diketahui bahwa jumlah bobot kerja terbesar
terdapat pada minggu-8 yang mencapai bobot kerja hingga 11,709 %. Implikasi
dari penerapan pendekatan tersebut adalah tingginya tuntutan terhadap
kemampuan kontraktor dalam menyediakan dan mendistribusikan alat, bahan
dan tenaga kerja pada masing-masing lokasi pekerjaan yang berjauhan satu
sama lain.
6.1.3. Pemeriksaan Disain
Pemeriksaan terhadap konsep dan disain lanskap merupakan salah satu
tugas pendahuluan yang dilakukan oleh konsultan pengawas yang dimaksudkan
untuk memperoleh pemahaman terhadap konsep dan rancangan yang hendak
43
diterapkan oleh tim perencana dan memeriksa apakah konsep tersebut dapat
diterapkan di lapang melalui pembandingan terhadap ketentuan teknis
penanaman lanskap jalan yang telah ditentukan oleh Dirjen Bina Marga tahun
1996 mengenai Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan.
Pemeriksaan terhadap disain lanskap dilaksanakan selama satu minggu
sebelum pekerjaan lanskap dimulai, kegiatan tersebut mencakup pemeriksaan
terhadap konsep lanskap, gambar kerja, gambar rencana dan dokumen
spesifikasi lanskap. Pemeriksaan (review) disain dilaksanakan dengan
melakukan pemeriksaan silang (cross-references) antar dokumen yang tersedia
dan melakukan pembahasan secara langsung dengan perwakilan tim perencana.
Disain penataan lanskap jalan tol ruas Cawang – Tomang – Cengkareng
secara garis besar dibagi atas dua jalur utama, yaitu jalur median dan damija
(daerah milik jalan) yang masing-masing berada di ruas jalan tol Jagorawi
sepanjang 2,8 km dan ruas Cengkareng sepanjang 11,8 km. Adapun jadwal kerja
dalam melaksanakan pemeriksaan disain lanskap pada kedua ruas jalan tol
Jagorawi dan Cengkareng dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Alokasi waktu pemeriksaan konsep dan gambar kerja Oktober - November 2007
No Kegiatan 31 1 2 3 4 5 6
1 Pemeriksaan konsep lanskap
a. Ruas Cengkareng
b. Ruas Jagorawi
2 Pemeriksaan Gambar rencana dan Gambar kerja
a. Ruas Cengkareng
b. Ruas Jagorawi
Dari jadwal kegiatan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh konsultan
pengawas pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa pemeriksaan terhadap gambar
kerja ruas Cengkareng memerlukan waktu yang lebih dibandingkan dengan
pemeriksaan lainnya. Hal ini disebabkan karena minimnya kelengkapan gambar
yang dihasilkan oleh konsultan perencana pada lanskap jalan tersebut sehingga
diperlukan waktu dan pemahaman yang lebih dalam melakukan pemeriksaan
dan koreksi. Sebagai hasil akhir dari kegiatan pemeriksaan (review) disain,
konsultan pengawas memberikan sejumlah koreksi terhadap kekurangan dan
kesalahan yang ada pada gambar kerja kedua ruas jalan tersebut.
44
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak perencana, konsep
yang hendak diterapkan pada lanskap ruas jalan tol CTC adalah sebuah
penataan lanskap dengan disain sederhana (simple) berkesan formal, modern-
minimalis menggunakan tanaman eksotis yang disusun menggunakan pola
geometris. Tanaman yang digunakan, disusun dan ditanam secara berkelompok
(mass planting) pada titik-titik tertentu, terutama pada lokasi yang memiliki nilai
visualitas rendah (bad view). Fungsi utama tanaman dalam mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan jalan menempatkan tanaman sebagai
elemen penghias (ornament), penyangga (buffer), pemersatu (unity) dan
penghalang (screen). Kelompok tanaman ditata dan ditanam dalam jarak
tertentu, baik jarak antar tanaman maupun jarak tanaman terhadap badan jalan.
Kontinuitas jarak dan tema penanaman ditujukan untuk memberikan pengaruh
terhadap psikologis pengguna jalan. Dengan penataan teratur dan konsep
lanskap yang jelas, kesan visual yang baik terhadap tapak diharapkan akan
semakin kuat.
6.1.3.1. Konsep lanskap ruas jalan tol Cengkareng
Penataan lanskap ruas jalan tol Cengkareng dititik beratkan pada : 1)
areal bahu jalan, 2) areal median; dan 3) gerbang bandara sebagaimana yang
tampak pada Gambar 9.
Gambar 9. Konsep umum penataan lanskap Cengkareng
Konsep penataan lanskap ruas jalan tol Cengkareng direncanakan dan
dirancang lebih lembut dibandingkan konsep lanskap ruas Jagorawi. Rancangan
45
bertema semi-formal diambil untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna jalan
tol mengingat kondisi lingkungan pada areal ini yang kurang mendukung bagi
pertumbuhan tanaman secara optimal. Penerapan pola semi-formal diterapkan
melalui pemilihan jenis tanaman dan penataannya yang menggunakan pola
penanaman tidak teratur (irregular). Kehadiran tanaman bertajuk lebar dengan
komposisi ragam tanaman ditujukan untuk menciptakan kesan teduh dan
nyaman. Penanaman tanaman secara berkelompok (mass planting) dan rapat
pada bahu jalan ditujukan untuk mengurangi kesan keras (harsh) pada
lingkungan di sepanjang jalan tol. Elemen keras lanskap (hardscape) yang
terekspos pada bagian ruas tertentu dikamuflasekan dengan penggunaan
tanaman penghalang (screen) untuk menghasilkan kesan lembut dan juga
estetis.
6.1. 3.1.1. Konsep areal gerbang bandara
Konsep dan Gambar kerja untuk penataan areal gerbang bandara yang
tidak disertakan dalam dokumen kerja mempersulit kegiatan pemeriksaaan
(review) dan penerapan di lapangan sehingga dibutuhkan inisiatif tersendiri dari
konsultan pengawas dengan saran dan masukan dari konsultan perencana.
6.1.3.1.2. Konsep areal median dan bahu jalan
Penataan tanaman pada area median dan bahu jalan pada ruas
Cengkareng dapat dilihat di Gambar 10.
Gambar 10. Konsep penataan tanaman pada median dan bahu jalan
Konsep penataan pada areal median dan bahu jalan bertemakan semi
formal. Pada median jalan penyeragaman tema jenis tanaman yang digunakan
AREA TANGGUL TAMPAK ATAS AREA MEDIAN
cm
cm
46
berlaku hingga jarak tertentu guna mempertegas kesan lanskap jalan tol yang
berbunga dan untuk mengefisiesikan pemeliharaan. Pergantian tema tanaman
pada bagian median jalan difungsikan untuk memecah kemonotonan dalam
perjalanan. Hal yang membedakan penanaman ruas Cengkareng dengan ruas
Jagorawi terletak pada adanya penanaman semak di sepanjang garis tanggul,
namun sayangnya konsep penanaman tersebut tidak dilengkapi dengan Gambar
kerja penanaman sehingga konsep tersebut sulit untuk dipahami dan
dikhawatirkan mengakibatkan kesalahan pemahaman terutama bagi para pekerja
di lapangan.
Dengan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng,
diharapkan damija dan median yang ada akan lebih tertata dengan baik dengan
adanya pohon-pohon hijau dan tanaman bunga berwarna-warni yang ditata
secara masal. Jalan tol yang memiliki pohon yang berbunga berwarna-warni
pada damija dan median jalan diharapkan akan dapat menciptakan karakter yang
khas dalam membentuk sebuah gardening toll road khususnya pada lanskap
jalan tol ruas Cengkareng.
6.1.3.2. Konsep lanskap ruas jalan tol Jagorawi
Konsep umum penataan lanskap jalan tol ruas Jagorawi diperlihatkan
pada Gambar 11.
Gambar 11. Konsep umum penataan lanskap ruas Jagorawi
Sebagaimana tampak pada Gambar 11, lokasi tanam antar masing-
masing lokasi berdekatan satu sama lain. Penataan lanskap ruas jalan tol
Jagorawi memiliki daerah tanaman yang lebih kecil dibandingkan dengan lokasi
47
TAMPAK ATAS
TAMPAK SAMPING
penanaman pada ruas Cengkareng, sehingga penanaman hanya dititik beratkan
pada : 1) areal gerbang tol, 2) areal kantor cabang, 3) areal bahu jalan (damija),
4) areal median jalan, dan 5) area penerimaan (entrance area) nurseri.
6.1.3.2.1. Konsep areal gerbang tol
Gerbang tol merupakan salah satu bagian jalan tol yang didominasi oleh
struktur bangunan yang berfungsi melaksanakan fungsi pelayanan pembayaran
pengguna jalan (tol). Penataan lanskap yang dapat dilakukan pada areal ini
sangat terbatas dikarenakan tidak tersedianya ruang dan media tanam alami
yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman. Salah satu metode umum yang
digunakan dalam melembutkan suasana yang terdapat pada lanskap gerbang tol
adalah dengan melakukan penanaman pada sebuah pot yang disusun
menyerupai penataan sebuah container garden dengan menggunakan elemen-
elemen keras berwarna monokromatik.Tanaman ditata dengan prinsip container
garden menggunakan pot dengan disain sederhana (simple) dan alur penataan
memanjang (linear) seperti yang tampak pada Gambar 12.
Gambar 12. Konsep penataan gerbang tol
Pot yang diusulkan pada ruas jalan tol Cawang diletakkan pada gerbang
tol Cililitan 2 (gerbang tol satelit), sedangkan pada ruas jalan tol Cengkareng
diletakan pada gerbang tol Prof. Dr. Sedyatmo dengan jumlah pot pada masing-
masing gerbang sebanyak 44 buah pot tipe A berukuran kecil dan 22 pot tipe B
48
berukuran besar. Dalam konsep yang digunakan, tidak ditentukan jenis dan
jumlah tanaman pada masing-masing pot tersebut. Jenis tanaman yang
digunakan pada masing-masing pot ditentukan dalam rapat Pre-Construction
Meeting (PCM) dengan menggunakan jenis tanaman yang disarankan satgas
dan kontraktor. Untuk tanaman utama digunakan tanaman bunga kertas
(Bougenvillea sp.) untuk pot tipe A dan pandan bali untuk pot tipe B. Sedangkan
untuk tanaman pelengkapnya digunakan pandan kuning (Pandanus pygmeus)
pada kedua jenis pot tersebut.
6.1.3.2.2. Konsep areal kantor cabang
Penerapan konsep lanskap pada areal kantor cabang ditata untuk
menciptakan kesan lembut dengan tema semi-formal melalui penerapan disain
dengan berpola semi-organik dan pemilihan tanaman berwarna hangat
sebagaimana yang terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Konsep penataan lanskap areal kantor cabang
Penggunaan pohon bertajuk lebar dipadukan dengan kelompok
groundcover dari ragam yang berbeda. Gradasi ketinggian dan warna tanaman
yang digunakan, baik dari jenis groundcover hingga pohon ditujukan untuk
membuat lanskap eksisting terkesan lembut dan juga untuk menciptakan aksen
lanskap yang berbeda (distinctive) dengan bentuk lanskap lain yang ada
disekitar areal kantor cabang.
6.1.3.2.3. Konsep areal bahu jalan
Konsep lanskap pada bahu jalan lebih mengutamakan penataan
berdasarkan perbedaan tinggi tanaman melalui pengkomposisian beragam jenis
tanaman. Pohon, semak, perdu dan groundcovers ditata dengan teratur sehingga
dapat menutupi bagian yang tidak diinginkan. Agar fungsi ekologis tanaman
mencapai hasil maksimal, tanaman ditanaman secara massal dan cukup rapat.
49
TAMPAK ATAS
Melalui pemilihan jenis tanaman yang tepat, diharapkan area ini mampu
memberikan suasana yang berbeda saat masa pembungaan. Konsep penataan
areal bahu jalan terlihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Konsep penataan areal bahu jalan ruas Jagorawi
6.1.3.2.4. Konsep penataan areal median jalan
Konsep penanaman yang diterapkan pada median jalan pada ruas
Jagorawi dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 . Konsep penataan areal median jalan ruas Jagorawi
Ukuran median jalan yang cukup lebar pada ruas jalan tol Jagorawi
memungkinkan adanya penanaman dengan menggunakan pohon berukuran
besar. Hal ini dimanfaatkan dengan melakukan penanaman tanaman palm yang
dikombinasikan dengan tanaman pucuk merah yang digunakan untuk memecah
kemonotonan tanaman yang ada pada median.
6.1.3.2.5. Konsep welcome area nurseri
Konsep penataan lanskap pada area penerimaan (welcome area) nurseri
diterapkan dengan bentukan disain non-formal melalui penataan tanaman secara
acak (random) namun dengan tetap memperhatikan gradasi serta komposisi
cm
50
TAMPAK ATAS
tanaman secara harmonis. Konsep penataan areal penerimaan nurseri yang
dilampirkan dalam dokumen perencanaan lanskap Jagorawi tidak disertakan
dalam rancangan detil yang terdapat pada gambar kerja, termasuk di dalamnya
jenis dan jumlah tanaman yang akan digunakan sehingga rancangan pada area
ini tidak dapat diterapkan di lapangan. Konsep penataan areal penerimaaan
nurseri tampak pada Gambar 16.
Gambar 16. Konsep penataan area penerimaan nurseri
Secara garis besar, bentuk disain yang hendak diterapkan dalam lanskap
jalan tol CTC lebih ditujukan sebagai pelembut suasana jalan tol yang terkesan
monoton. Sasaran pekerjaan lanskap adalah untuk meningkatkan kualitas visual
lanskap melalui penataan lanskap dengan disain sederhana pada kedua ruas
jalan tersebut yang diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kenyamanan
pengguna jalan tol.
6.1.4. Pemeriksaan (review) Gambar Kerja
Gambar kerja (shop drawings) yang digunakan sebagai panduan
pelaksanaan kontraktor dalam pekerjaan di lapangan dapat dilihat pada
Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 18. Sejumlah koreksi diberikan terhadap
gambar kerja yang dikoreksi oleh konsultan pengawas. Ringkasan hasil
pemeriksaan pada gambar kerja tersebut disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Ringkasan pemeriksaan (review) gambar kerja dan gambar rencana
lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi No LOKASI KETERANGAN
1 Penataan Lansekap pada Ruas Jagorawi
STA : 1 + 000 – STA 3 + 800
Area : Median dan Damija
Gambar : 4 lembar
Skala : tidak ada
Arah Utara : tidak ada
51
No LOKASI KETERANGAN
2 Penataan Lansekap pada Ruas Cengkareng
STA : 21 + 000 – STA 32 + 800
Area : Median dan Damija
Gambar : 6 lembar
Skala : Tidak ada
Arah Utara : tidak ada
3 Revitalisasi Nursery Cipinang
Lokasi : STA : 3 + 800 lajur arah Bogor, bersebelahan dengan pool
derek PT Jasa Marga
Gambar : tidak ada
Sumber : laporan bulanan pertama konsultan pengawas
Melalui kegiatan pemeriksaan disain lanskap (review design) dan
pemeriksaan gambar kerja, diharapkan mampu memberikan pemahaman bagi
anggota tim pengawas lapangan terhadap konsep yang akan diterapkan maupun
persyaratan material dan alat yang akan digunakan. Melalui kegiatan tersebut
juga, diharapkan agar perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di lapangan
tidak berbeda jauh atau bahkan merubah konsep awal yang hendak diterapkan
oleh perencana lanskap.
Dalam kegiatan pemeriksaan gambar kerja, masalah-masalah yang
timbul akibat kesalahan produksi atau pembuatan gambar kerja diantisipasi dan
dicarikan alternatif solusi yang mungkin ditempuh sehingga masalah tersebut
tidak menghambat proses pekerjaan ketika gambar tersebut digunakan di
lapangan. Perincian dari hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil pemeriksaan dan koreksi terhadap gambar kerja penataan
lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi
No. URAIAN Gambar BQ SELISIH SOLUSI
1. RUAS CENGKARENG A. Pohon/Palm 1 Palm anggur (Latania sp) 112 112 0
2 Bintaro (Cerbera odollam) 704 790 86 86 phn ditambahkan pada gambar
3 Thevetia (Thevetia peruviana) 433 538 105 105 phn ditambahkan pada gambar
4 Ki hujan (Samanea saman) 120 150 30 30 phn ditambahkan pada gambar
5 Kamboja (Plumeria rubra) 40 40 0
6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans)
10 10 0
7 Palm jepang (Ptycosperma macharthurii) 180 225 45 45 phn ditambahkan
pada gambar
8 Bunga merak (Caesalpinia pulcerrima)
212 265 53 53 phn ditambahkan pada gambar
9 Pucuk merah (Eugenia oleana) 204 255 51 51 phn ditambahkan pada gambar
52
No. URAIAN Gambar BQ SELISIH SOLUSI
B. Shrubs & Ground Covers
1 Bunga mentega (Nerium oleander) 11000 10,500 -500 500 nos dihilangkan
pada gambar
2 Bunga mentega Var. (Nerium oleander var.) 10500 10,500 0
3 Pandan kuning (Pandanus pygmeus)
1800 1,800 0
4 Lili air mancur (Hymenocallis speciosa) 1800 1,800 0
5 Pisang hias (Helliconia sp.) 1600 1,600 0 6 Lantana (Lantana spp) 16000 16,000 0
7 Rumput paetan (Axonopus compresus)
50 50 Lokasi pada gambar kerja tidak ada
C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
1. Pot Type A 0 44 44 Tipe A pada gambar dirubah menjadi Tipe B
Lokasi pada gambar kerja tidak ada
2. Pot Type B 0 22 22 Tipe B pada gambar dirubah menjadi Tipe A
Lokasi pada gambar kerja tidak ada
D. Pemindahan Tanaman Existing dari Median ke Damija
1 Cassia sp. 0 12600 12,600 Lokasi pada gambar kerja tidak ada
Tidak terdapat referensi foto lokasi
E. Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija
1. Pohon 0 60 60 Lokasi pada gambar kerja tidak ada
A. Pohon/Palm
1 Palm sadeng (Livistona rotundifolia) 45 45
2 Palm sadeng (Livistona rotundifolia)
24 24
3 Palm sadeng (Livistona rotundifolia) 50 50
4 Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 265 250 -15 15 phn dikurangi pada
gambar 5 Kamboja (Plumeria rubra) 89 89 0
6 Ki hujan (Samanea saman) 17 18 1 1 phn ditambahkan pada gambar
7. Pucuk merah (Eugenia oleana) 233 233 0 B. Shrubs & Ground Covers
1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 24033 23,904 -129 129 nos dikurangi pada
gambar
2 Pisang hias (Helliconia psittacorum) 21775 21,904 129 129 nos ditambahkan
pada gambar
3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 1666 1,600 -66 66 nos dikurangi pada
gambar
4 Lili air mancur (Hymenocallis speciosa) 24033 23,904 -129 129 nos dikurangi pada
gambar
53
No. URAIAN Gambar BQ SELISIH SOLUSI
5 Euphorbia (Euphorbia millii) 2517 2,507 -10 10 nos dikurangi pada gambar
6 Bunga kertas (Bougainvillea glabra)
45 45 0
7 Rumput paetan (Axonopus compresus) 1369 1,369 0
C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
1. Pot Type A 44 44 0 Jenis tanaman belum ditentukan
2. Pot Type B 22 22 0 Jenis tanaman belum ditentukan
D. Revitalisasi Nursery Cipinang 1 Pembersihan lahan 1,500 1,500
2 Instalansi paranet + tiang penyangga 500 500 Gambar belum ada
4 Titik air 5 Gambar belum ada
5 Prunning existing pohon 30 30 Gambar teknisnya belum ada
6 Pembuatan lubang tanam kompos 3 Lokasi pada gambar
kerja tidak ada
Catatan Tambahan hasil periksa Gambar rencana
a Layout Planting Plan jumlah lembar : 10 b Layout Detaill Penanaman Jumlah lembar : 4
c Daftar Isi dan Judul : masing2 satu lembar
d Lembar Gambar belum ditandatangani
Sumber : dokumen kontrak kontraktor
Kesalahan yang paling banyak dijumpai pada pemeriksaan tersebut
adalah ketidaksesuaian antara keterangan yang terdapat pada gambar kerja
dengan keterangan pada dokumen harga dan jumlah material kerja (Bill of
Quantity - BQ). Kekurangan lainnya adalah adanya ketidak-lengkapan notasi
gambar kerja seperti skala dan orientasi arah mata angin. Kekurangan-
kekurangan tersebut akan sangat menghambat pekerjaan bila tidak ada tindakan
koreksi yang dilakukan. Tindakan yang diperlukan sebagai koreksi dalam
mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui penggambaran ulang gambar
kerja pada masing-masing ruas baik pada ruas Cengkareng maupun pada ruas
Jagorawi.
Dalam penerapan skala gambar kerja, digunakan skala gambar sebagai
mana yang dikemukakan oleh Hakim (2005) yang mengelompokkan skala
gambar proyek kedalam tiga kelompok utama, yaitu gambar rencana, gambar
54
detil dan gambar presentasi. Ketentuan dalam pengguaan skala pada masing-
masing gambar tersebut diperlihatkan pada Tabel 16.
Tabel 16. Acuan skala gambar kerja No Jenis Gambar Keterangan Skala
I. Gambar perencanaan (Planning in design drawings)
1 Lay Out Plan Rencana Dasar 1 : 1 000
2 Landscape Plan Rencana Lanskap 1 : 500
3 Planting Plan Rencana Pola Tata Hijau 1 : 500
4 Elevation Plan Rencana Tampak 1 : 500
5 Section Plan Rencana Potongan 1 : 500
6 Lighting Plan Rencana Pencahayaan 1 : 500
7 Topography Plan Rencana Muka Tanah 1 : 500
8 Drainage Plan Rencana Saluran
Drainase 1 : 500
9 Maintenance Plan Rencana Pemeliharaan 1 : 500
III. Gambar detil (Design engineering detail)
16 Sketsa Perspektif - Tanpa Skala
17 Animasi - Tanpa Skala
18 Raw Concept Konsep Awal Tanpa Skala
Secara keseluruhan, sebagian besar masalah yang terdapat dalam
gambar rencana dan gambar kerja adalah kurangnya detil. Gambar kerja
dirasakan masih mentah dan dapat mengakibatkan kesalahan penafsiran yang
berdampak pada ketidaksesuaian konsep yang direncanakan terhadap aplikasi di
lapangan. Berdasarkan keterangan dari tim perencana, faktor-faktor yang
mengakibatkan terjadinya kekurangan dan kesalahan tersebut adalah:
II. Gambar detil (Design engineering detail)
10 Landscape Design Development Disain Pengembangan 1 : 200
11 Planting Design Disain Penanaman 1 : 200
1 : 100
12 Section and Elevation Potongan dan Tampak 1 : 200
1 : 100
13 Landscape Furniture Detail Detil Elemen Keras
Lanskap
1 : 100
1 : 50
14 Hard Materials Detail Detil Pola Perkerasan 1 : 100
1 : 50
15 Planting Constructions Detail Detil Panduan
Penanaman
1 : 50
1 : 20
55
1) kurangnya jangka waktu untuk melaksanakan kegiatan perencanaan dan
perancangan yang dibutuhkan
2) tidak terdapat data dan informasi yang akurat mengenai kondisi lapangan
3) minimnya pemahaman konsultan perencana terhadap tapak secara
keseluruhan.
6.2. Pengawasan Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan segala jenis pekerjaan yang meliputi
persiapan lahan dengan segala kelengkapannya sebelum dilaksanakannya
pekerjaan penanaman. Pengawasan pekerjaan persiapan dalam penataan
lanskap jalan tol ruas CTC mencakup 10 (sepuluh) sub-pekerjaan yang terdiri
atas : pemeriksaan terhadap mobilisasi dan demobilsasi kontraktor, pengadaan
kantor dan gudang lapangan, pengadaan tempat penampungan tanaman
(nurseri) sementara, pengadaan kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja,
pengaturan lalu-lintas, pengadaan foto proyek, pengadaan alat bantu kerja,
pembersihan lahan penanaman, pekerjaan pematokan tanaman dan pengadaan
penopang bambu. Seluruh sub-pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan
pendahuluan dalam mempersiapkan alat dan bahan serta area kerja.
6.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor
Pekerjaan mobilisasi merupakan pekerjaan pemindahan alat, material dan
tenaga kerja yang dipergunakan oleh kontraktor, baik untuk memasuki maupun ke
luar dari lokasi pekerjaan dan juga mencakup pekerjaan demobilisasi
(pembongkaran atau pemulangan kembali) apabila pekerjaan telah selesai dan
atau peralatan yang diperlukan tidak digunakan lagi.
Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk memindahkan alat dan
material yang diperlukan sehingga dapat dipastikan tersedia di lapangan dalam
kondisi yang baik tanpa adanya kekurangan atau gangguan kerusakan. Dalam
melaksanakan pekerjaan tersebut, kontraktor menggunakan kendaraan proyek
yang digunakan untuk kegiatan mobilisasi dan demobilisasi kontraktor yang
dibagi atas : 1) kendaran milik sendiri yang digunakan untuk memindahkan
peralatan dan tenaga kerja dan 2) kendaran sewa yang digunakan untuk
memindahkan materi dan material yang diperlukan ke dalam atau ke luar lokasi
pekerjaan. Berdasarkan keterangan kontraktor, jumlah armada yang dapat
digunakan tergantung tuntutan kondisi pekerjaan yang dibutuhkan. Penambahan
56
armada kendaraan hanya dilakukan terbatas pada waktu-waktu tertentu, yaitu
pada saat dilakukannya pengiriman tanaman atau tanah merah.
Sedangkan untuk kendaraan operasional sehari-hari hanya digunakan
kendaraan bak terbuka. Kendaraan yang digunakan dalam pekerjaan mobilisasi
dan demobilisasi dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Kendaraan yang digunakan dalam mobilisasi dan demobilisasi
tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak
Selain memiliki keterbatasan jumlah kendaraan operasional tetap,
kontraktor juga tidak memiliki program mobilisasi yang dapat dijadikan sebagai
acuan untuk memprediksikan kebutuhan mobilisasi yang diperlukan. Dalam
melaksanakan pekerjaan mobilisasi, kontraktor seharusnya sudah terlebih dahulu
mempersiapkan program kerja mobilisasi yang mencakup :
1) lokasi pusat-pusat kegiatan seperti : kantor, tempat penyimpanan material
dan nurseri sementara yang disertai denahnya
2) rencana pengangkutan material tanaman dan alat dari dan ke tempat
tujuan, jadwal dan cara pengiriman serta tahapan menurut prioritas
3) perubahan kerja
Hal tersebut di atas dibahas bersama dengan konsultan pengawas dan pihak PT.
Jasa Marga untuk dikoreksi dan diperbaiki. Hal ini merupakan sesuatu yang
cukup penting, mengingat bahwa pihak PT. Jasa Marga tidak mengizinkan
adanya pekerjaan lanskap yang dilaksanakan pada siang hari yang diperkirakan
akan menimbulkan kemacetan seperti pekerjaan pengiriman tanah, pada ruas
Cengkareng. Perencaaan program mobilisasi dan mobilisasi yang baik
merupakan hal yang sangat penting dalam pekerjaan penanaman pada lanskap
jalan tol, hal ini dikarenakan kondisi ruas jalan tol tidak memungkinkan kontraktor
57
untuk melakukan pemindahan material atau alat kerja dari satu jalur ke jalur jalan
lainnya secara langsung. Penilaian terhadap kegiatan mobilisasi dan
demobilisasi kontraktor dilakukan terhadap intensitas atau frekuensi distribusi
alat dan material yang dilaksanakan oleh kontraktor setiap minggunya.
6.2.2. Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan
Kantor dan gudang lapangan merupakan sarana kelengkapan yang
dibuat oleh kotraktor yang berfungsi sebagai pusat korodinasi kontraktor dalam
melaksanakan tugasnya di lapangan. Adapun persyaratan minimal yang harus
dipenuhi dalam mendirikan kantor dan gudang lapangan adalah :
1) memperhatikan dan mentaati peraturan PT. Jasa Marga dalam
menempatkan dan melaksanakan pemasangan/instalasi bangunan kantor
dan gudang lapangan
2) kantor dan gudang lapangan harus baik secara struktur, kedap terhadap
cuaca dengan lantai yang lebih tinggi dari permukaan tanah.
3) dimensi bangunan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan pada
masing-masing lokasi
4) kantor dan gudang lapangan harus dilengkapi dengan peralatan P3K
dengan utilitas bangunan kantor ditentukan berdasarkan kebutuhan
kontraktor menggunakan biaya sendiri
Daerah kerja yang terdapat dalam kontrak kerja penataan lanskap jalan
tol ini terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah kerja, yaitu : lanskap jalan ruas
Cengkareng, lanskap jalan ruas Jagorawi dan nurseri Cipinang yang letaknya
berjauhan satu sama lain. Kondisi tersebut mengakibatkan kotraktor harus
memiliki tempat yang dapat dijadikan sebagai kantor dan gudang lapangan pada
masing-masing wilayah.
Untuk daerah pekerjaan di Cengkareng, kontraktor tidak mendirikan
kantor dan gudang lapangan (direksi kit) dan memilih untuk mengontrak pada
rumah warga yang terletak disekitar Km-32. Pada area kerja ruas jalan tol
Jagorawi, kontraktor mendirikan kantor dan gudang lapangan pada lahan kosong
disekitar area kantor cabang dengan terlebih dahulu meminta persetujuan
kepada pihak PT. Jasa Marga. Lokasi ini dipilih karena pertimbangan ukurannya
yang cukup luas, tersedia utilitas eksisting seperti saluran air bersih dan listrik
yang dapat dimanfaatkan oleh kontraktor, memiliki aksesibilitas yang baik dan
tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan tol. Namun bangunan yang
58
digunakan tidak memenuhi standar yang telah ditentukan, bangunan hanya
berupa tenda darurat yang dapat digunakan oleh pekerja untuk beristirahat pada
malam hari. Keterbatasan anggaran merupakan alasan utama kontraktor untuk
tidak membangun kantor dan gudang lapangan sesuai dengan ketentuan yang
telah diberikan. Sedangkan pada area pekerjaan nurseri Cipinang, kontraktor
menyewa bangunan pengelola milik PT. Jasa Marga. Kantor dan gudang
lapangan pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi dan nurseri dapat dilihat pada
Gambar 18.
Gambar 18. Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi
6.2.3. Pengadaan Penampungan Tanaman (nurseri) Sementara
Penampungan tanaman (nurseri) sementara merupakan lokasi yang
digunakan dalam proses aklimatisasi untuk membantu tanaman agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan barunya. Lokasi tempat penampungan (nurseri)
sementara diusahakan tidak berada jauh dari lokasi pekerjaan, memiliki kondisi
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman, tidak mengganggu pengguna
jalan tol dan mendapatkan persetujuan satgas pelaksana. Selain hal tersebut,
tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara juga digunakan sebagai
lokasi penilaian yang dilakukan konsultan terhadap kualitas dan kuantitas dari
masing-masing jenis tanaman yang akan ditanam.
Pada awalnya, lokasi nurseri ditetapkan pada 2 (dua) lokasi berbeda,
yang masing-masing berada dibawah pengelolaan PT. Jasa Marga. Lokasi
tersebut yaitu pada nurseri Cipinang dan nurseri gerbang tol Kapuk. Namun,
konsultan pengawas menyaranakan adanya lokasi penampungan tanaman lain
selain dua lokasi tersebut. Lokasi penampungan tanaman sementara dapat
dilihat pada Gambar 19.
59
Gambar 19. Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara
Adapun pertimbangan dalam penambahan lokasi tempat penampungan
(nurseri) sementara antara lain dikarenakan: 1) luasan nurseri milik PT. Jasa
Marga tidak mencukupi untuk menampung seluruh tanaman yang didatangkan
oleh kontraktor, 2) lokasi nurseri yang diusulkan oleh pemberi kerja berada jauh
dari lokasi pekerjaan akan dilaksanakan dan 3) keterbatasan armada
pengangkutan yang dimiliki oleh kotraktor. Selain itu, lokasi yang disarankan juga
memiliki kondisi lingkungan yang serupa dengan kondisi lokasi penanaman.
6.2.4. Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja
Kelangkapan keamanan dan keselamatan kerja mencakup kelengkapan
keamanan dan keselamatan yang digunakan oleh pekerja yang ada di lapangan.
Kelengkapan tersebut antara lain : helm proyek, sepatu bot, rompi proyek dan
perlengkapan P3K. Kondisi lingkungan di sekitar jalan tol, terutama suhu udara
dan tingkat penyinaran yang tinggi menyebabkan kondisi udara tidak nyaman,
sehingga menyebabkan para pekerja di lapangan enggan untuk menggunakan
kelengkapan keselamatan kerja walaupun telah disediakan oleh kontraktor. Para
pekerja mengeluhkan bahwa kelengkapan keselamatan tersebut menyebabkan
mereka tidak nyaman dalam melaksanakan pekerjaan, terutama pada
pelaksanaan pekerjaan pembuatan lubang tanam dan pekerjaan penanaman.
Pada Gambar 20 dapat dilihat kondisi para pekerja di lapangan yang tidak
dilengkapi dengan keselamatan dan keamanan kerja.
60
Gambar 20. Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan
Rendahnya kesadaran terhadap keselamatan dan keamanan kerja
merupakan hal yang sangat disayangkan dalam pelaksanaan pekerjaan lanskap
jalan tol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari perilaku tenaga kerja penanaman
yang terkadang menyebrang secara langsung melalui jalan tol. Para pekerja
beralasan tidak semua ruas jalan tol lokasi pekerjaan memiliki unit jembatan
penyebrangan yang dapat digunakan oleh pekerja atau dalam upayanya
mengalokasikan alat dan material menuju lokasi pekerjaan pada jalur jalan tol
disebrangnya.
6.2.5. Pengaturan Lalu-lintas
Pekerjaan pengaturan lalu lintas ditujukan untuk menjada kelancaran dan
keamanan arus lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan. Hal ini dilakukan melalui
pemasangan sejumlah rambu lalu-lintas, lampu, papan peringatan dan
perlengkapan lainnya yang perlu sesuai dengan petunjuk satgas. Pengaturan
lalu lintas pada jalan tol yang disediakan jalur pemisah (median) atau pada jalan
yang lain dalam mana pekerjaan sedang dikerjakan, harus dilaksanakan untuk
panjang tertentu dan Kontraktor dalam usahanya agar lalu lintas tetap lancar
harus menyediakan sarana pemisah jalur berupa rubber cone dan sarana
pengatur lalu-lintas lainnya.
Kontraktor harus selalu mengusahakan dalam setiap pelaksanaan
pekerjaannya, agar hambatan-hambatan, kesulitan-kesulitan dan kelambatan-
kelambatan lalu lintas dihindari. Dalam pelaksanaan kerja, kontraktor sudah
seharusnya atau bila konsultan pengawas menghendaki, maka kontraktor harus
menyediakan tenaga/pekerja yang dialokasikan khusus untuk memberi tanda-
tanda kepada lalu lintas agar kelancaran dan keamanan terjamin.
61
6.2.6. Pengadaan Foto Proyek
Foto proyek merupakan dokumentasi terhadap setiap pekerjaan yang
telah dilaksanakan oleh kontraktor. Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan
oleh kontraktor didokumentasikan kedalam dokumentasi foto proyek yang terdiri
atas 3 (tiga) jenis dokumentasi, yaitu foto 0%, foto 50% dan foto 100%. Foto 0%
merupakan kondisi awal dari lokasi pekerjaan sebelum adanya kegiatan sama
sekali, foto ini juga dikenal dengan nama foto eksisting. Foto 50% merupakan
foto kemajuan pekerjaan pada saat setengah rampung, sedangkan foto 100%
adalah foto lokasi proyek setelah pekerjaan selesai. Setiap jenis foto tersebut
diharuskan untuk diambil dengan menggunakan sudut pandang dan obyek yang
sama.
Dokumentasi tersebut digunakan sebagai materi kelengkapan pada
laporan visualisasi terhadap hal-hal penting dalam pekerjaan dan merupakan
kelengkapan didalam laporan visualisasi pada materi rapat mingguan, laporan
bulanan yang diterbitkan oleh konsultan pengawas, dokumen penagihan
kontraktor dan arsip PT. Jasa Marga.
6.2.7. Pengadaan Alat Bantu Kerja
Alat bantu kerja yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini adalah
pengadaan sumber listrik yang diperlukan bagi pekerjaan di lapangan, terutama
dalam kegiatan pekerjaan yang dilakukan pada malam hari. Pada pekerjaan ini,
kontraktor tidak mengadakan kelengkapan listrik kerja pada pekerjaan malam
hari. Pada ruas jalan tol Jagorawi, penerangan yang berasal dari lampu jalan
dirasakan telah cukup memadai bagi para pekerja. Sedangkan pada ruas jalan
tol Cengkareng, tidak ada pekerjaan yang dilaksanakan pada malam hari, kecuali
pengiriman tanaman ke lokasi tanamnya.
6.2.8. Pembersihan Lahan Penanaman
Kegiatan pembersihan lahan mencakup pekerjaan pengelupasan
permukaan tanah (peeling) dari rumput atau tanaman eksisting yang tidak
termasuk dalam rencana atau Gambar kerja untuk memungkinkan pekerjaan
pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam pada lokasi tertentu. Dalam
pekerjaan pembersihan lahan, puing, sampah dan batu yang ada kerja
dibersihkan dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Pembersihan lahan
62
penanaman hanya dilaksanakan pada areal kantor cabang dan median yang
terdapat di sekitar gerbang bandara Soekarno-Hatta.
Gambar 21. Pekerjaan pembersihan lahan penanaman
6.2.9. Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam
Pekerjaan pematokan lubang tanam dilaksanakan untuk menentukan titik
tanam yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pematokan titik tanam
berikutnya. Pada Gambar 22 dapat dilihat pekerjaan pematokan lubang tanam
acuan.
Gambar 22. Pekerjaan pematokan lubang tanam pada ruas Cengkareng yang
didampingi oleh konsultan pengawas
Pematokan lebih diutamakan untuk menentukan lokasi titik tanam
tanaman pohon dan palm, sedangkan untuk tanaman semak dan groundcover
pematokan hanya dilakukan terhadap area penanamannya. Penilaian atau
pembobotan terhadap pekerjaan pematokan lubang tanam didasarkan pada
63
jumlah lubang tanam yang telah ditentukan (dipatok). Data pematokan diperoleh
dari laporan harian yang dilaporkan oleh para pekerja di lapangan setelah
diperiksa ulang oleh konsultan pengawas. Alat dan bahan yang digunakan dalam
pekerjaan ini adalah patok bambu, martil, blencong dan meteran gulung.
Pematokan lubang tanam dilakukan terhadap seluruh jenis tanaman. Dalam
menentukan titik lubang tanam acuan, para pekerja lapangan didampingi oleh
anggota konsultan pengawas, sedangkan setelah ditetapkan titik lubang tanam
acuan maka pekerjaan pematokan selanjutnya diserahkan kepada pekerja di
lapangan.
6.2.10. Pengadaan Penopang Bambu
Penopang digunakan untuk menyokong posisi tanaman agar dapat berdiri
dengan baik pada tempat penanamannya yang baru. Penggunaan penopang
merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman baru pada
tempat-tempat yang memiliki intensitas dan kecepatan angin yang dapat
menyebabkan tanaman baru (transplanting) tumbang. Sedangkan untuk tanaman
pada lokasi yang tidak memiliki angin yang kuat atau intensif, penggunaan
penopang tanaman merupakan hal yang tidak disarankan.
Penopang yang digunakan dalam pekerjaan adalah bilah bambu dengan
ukuran panjang 1,5 m dan diameter ± 8 cm. Sedangkan tali yang digunakan
untuk mengikat penopang digunakan tali ijuk dan tali rafia. Ketentuan
pemasangan penopang pada masing-masing tanaman dapat dilihat pada
Lampiran 20. Jumlah penopang yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah
sebanyak 9.375 bilah bambu yang digunakan pada 3.245 tanaman yang terdiri
atas pohon dan palm. Setiap tanaman diberikan satu set penopang yang terdiri
dari bambu penyangga sebanyak 3 buah yang diikat dengan menggunakan tali
rafia atau tali lainnya yang diperkirakan akan mengalami dekomposisi.
Penilaian atau pembobotan terhadap pekerjaan pengadaan penopang
bambu didasarkan pada jumlah penopang yang telah dipersiapkan oleh
kontraktor sesuai dengan jumlah tanaman yang akan dipasangkannya.
Walaupun pemasangan penopang dengan menggunakan tali rafia merupakan
hal yang tidak disarankan, namun dalam aplikasinya di lapangan kontraktor tetap
menggunakan bahan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya
operasional secara keseluruhan yang harus dikeluarkan pada kegiatan tersebut.
64
6.3. Pengawasan Pekerjaan Revitalisasi Nurseri
Nurseri yang digunakan oleh kontraktor dalam melaksanakan
kewajibannya dibagi atas dua macam bentuk, yaitu nurseri sementara dan
nurseri permanen. Nuseri sementara adalah nurseri yang berupa tempat
penampungan tanaman yang berada di lapangan sebelum dilaksanakannya
penanaman terhadap tanaman tersebut, sedangkan nurseri permanen adalah
nurseri milik PT. Jasa Marga cabang CTC yang terletak di daerah Cipinang atau
tepatnya pada Km-1 jalan tol Cililitan dan bersebelahan dengan pool derek
Jagorawi. Pekerjaan revitalisasi nurseri hanya dilakukan pada nurseri permanen
dan tidak pada nurseri sementara. Kondisi eksisting nurseri Cipinang dapat
dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Kondisi eksisting nurseri Cipinang
Nurseri yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini merupakan lokasi yang
cukup luas dengan penataan dan fasilitas tertentu yang digunakan untuk
memelihara dan mempersiapkan tanaman sehingga siap untuk dipindahkan dan
ditanam ke lokasi dan tidak digunakan sebagai tempat perbanyakan tanaman
sebagaiman fungsi nurseri pada umumnya. Fungsi nurseri dalam pekerjaan
penataan lanskap jalan tol CTC adalah sebagai area aklimatiasasi, lokasi
penilaian tanaman dan sebagai tempat penyimpanan semua peralatan dan
bahan pembantu pemeliharaan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman.
Kegiatan revitalisasi nurseri mencakup sub-pekerjaan : 1) pembersihan
lahan, 2) instalasi paranet dan tiang penyangga, 3) maintenance path paving, 4)
pengadaan titik air, 5) pemangkasan terhadap pohon eksisting, dan 6)
pembuatan lubang pengolahan kompos.
65
6.3.1. Pembersihan Lahan
Pekerjaan pembersihan lahan yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini
adalah pemindahan tanaman eksisting yang merupakan tanaman tampungan
milik PT. Jasa Marga cabang CTC ke lokasi lain di dalam nurseri tersebut
sebagai bagian dari persiapan nurseri untuk menampung tanaman yang akan
didatangkan oleh kontraktor untuk proses aklimatisasi. Kondisi nurseri setelah
dikerjakannya pekerjaan pembersihan lahan dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Kondisi nurseri setelah dilaksanakannya pekerjaan pembersihan
lahan
Dalam pekerjaan ini, kontraktor melaksanakan pemindahan tanaman ke
lokasi sebelah Barat dari nurseri tersebut yang merupakan lahan kosong.
Pekerjaan pemindahan tanaman dilakukan oleh 4 (empat) orang tenaga kerja,
pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 hingga selesai. Alat yang digunakan dalam
pekerjaan tersebut hanyalah gerobak kayu. Gerobak kayu digunakan untuk
memindahkan tanaman yang berukuran cukup besar, sedangkan tanaman yang
berukuran kecil dipindahkan secara manual dengan cara mengangkat dan
memindahkannya ke lokasi penampungan yang baru. Tanaman yang
dipindahkan dalam pekerjaan itu antara lain : pangkas kuning, nusa indah, lidah
mertua, palm kuning dan euphorbia.
6.3.2. Instalasi Paranet Dan Tiang Penyangga
Modul kerangka yang digunakan dalam membentuk tiang penyangga
pada nuseri Cipinang disesuaikan dengan bentukan nurseri yang memanjang ke
arah Barat dengan luas area yang mampu digunakan sebesar ± 400 m2. Untuk
tiang penyangga digunakan pipa besi dengan diameter 10 cm dengan tinggi 3 m,
66
tiang tersebut kemudian dilas terhadap rangka atap besi sehingga menyerupai
bentukan sebuah patio. Setelah rangka selesai dikerjakan, paranet kemudian
dipasangkan dengan diikat menggunakan tali rafia. Paranet yang digunakan
dalam pekerjaan ini memiliki kerapatan 50 %. Pada Gambar 25 dapat dilihat
paranet dan tiang penyangga yang telah selesai didirikan oleh kontraktor pada
lokasi nurseri Cipinang.
Gambar 25. Pekerjaan pemasangan paranet dan tiang penyangga
Pekerjaan pembuatan tiang penyangga dan instalasi paranet
dilaksanakan pada malam hari selama 4 hari kerja. Lamanya waktu yang
dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan ini disebabkan karena kontraktor
hanya menyewa tenaga kerja pengelasan serta peralatannya pada malam hari.
Pekerjaan pengelasan dimulai pada pukul 19.30 dan berakhir sekitar pukul
24.00. Pelaksanaan pekerjaan juga tidak dilengkapi dengan penerangan yang
memadai dan hanya menggunakan lampu penerangan berupa senter.
6.3.3. Pemeliharaan Jalur Sirkulasi
Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi (maintenance path paving) dalam
pekerjaan ini pada dasarnya adalah pekerjaan pembersihan rutin. Tapak
disekitar nurseri dijaga kebersihannya dengan melakukan penyapuan dan
membuang sampah daun yang berada disekitar jalur sirkulasi utama. Tenaga
kerja yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah 3 (tiga) orang tenaga kerja,
sedangkan peralatan yang digunakan mencakup sapu lidi, pengki, dan gerobak
kayu. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 25.
67
Gambar 26. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi
6.3.4. Pengadaan Titik Air
Titik air yang terdapat pada nurseri Cipinang berupa keran air berjumlah 5
(lima) buah yang tersebar di dalam nurseri yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penyiraman. Titik air yang ada pada nurseri Cipinang dapat dilihat pada
Gambar 27.
Gambar 27. Pekerjaan pengadaan tiitik air penyiraman
6.3.5. Pemangkasan Pohon Eksisting
Pemangkasan pohon eksisting dilakukan untuk mempermudah instalasi
tiang penyangga untuk pemasangan paranet. Pemangkasan hanya dilakukan
pada tanaman-tanaman berukuran besar yang diperkirakan akan mempersulit
68
pemasangan paranet. Pekerjaan pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Pekerjaan pemangkasan tanaman eksisting pada lokasi nurseri
Cipinang
Tanaman yang dipangkas dalam pekerjaan ini hanya dilakukan terhadap
3 (tiga) pohon besar yang ditujukan sebagai pemangkasan pengangkatan tajuk
(crown raising). Pengangkatan tajuk adalah pemangkasan yang ditujukan untuk
menghilangkan percabangan pohon yang terdekat dengan permukaan tanah
untuk menciptakan ruang yang lebih luas.
6.3.6. Pembuatan Lubang Pengolahan Tanah
Lubang pengolahan tanah merupakan lubang yang digunakan sebagai
lokasi tempat penyampuran tanah dengan kompos atau pupuk kandang sebelum
digunakan sebagai media tanam. Lubang pengolahan tanah yang digunakan
dalam pekerjaan berukuran 3 x 9 x 1 m. Pekerjaan pembuatan lubang
pengolahan tanah pada nurseri Cipinang dapat dilihat pada Gambar 29.
Pekerjaan pembuatan lubang pengolahan tanah merupakan satu-satunya sub-
pekerjaan revitalisasi nurseri yang dilakukan terpisah dan dilakukan sebelum
pekerjaan revitalisasi nurseri dilakukan. Hal ini dikarenakan tanah hasil buangan
dari pekerjaan tersebut kemudian digunakan sebagai tanah urugan pada
pekerjaan penanaman.
Dalam ketentuan BQ, kontraktor hanya diwajibkan untuk membuat
sebuah lubang pengolahan tanah. Namun, untuk memenuhi kebutuhan dalam
mendatangkan tanah urugan, kontraktor membuat dua buah lubang pengolahan
tanah, dengan satu lubang tambahan dikhususkan sebagai tempat pengambilan
tanah urugan.
69
Gambar 29. Pekerjaan pengadaan lubang pengolahan tanah
6.4. Pengawasan Pekerjaan Penanaman
Dalam penanaman pada pekerjaan penataan lansksap jalan tol ruas
CTC, terdapat beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi masing-masing
jenis tanaman. Ketentuan tersebut menyangkut : kriteria dan kualitas tanaman,
metode pemindahan, spesifikasi ukuran lubang tanam, pengolahan lahan dan
persiapan media tanam, metode penanaman dan pemeliharaan pasca
penanaman.
6.4.1. Pemeriksaan Kriteria dan Kualitas Tanaman
Tanaman yang akan ditanam harus memiliki kesesuaian ukuran dan
spesies sesuai dengan yang tercantum dalam daftar spesifikasi tanaman yang
terdapat dalam rencana proyek. Tanaman yang telah ditempatkan di nurseri
kemudian diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan pengawas dan diberikan
persetujuan atau penolakan terhadap kualitas tanaman yang diajukan tersebut.
Tanaman yang akan digunakan harus berasal dari kebun pembibitan, dengan
kualitas yang baik dan dalam kondisi tanaman telah tumbuh. Dalam hal ini,
berdasarkan keterangan yang diperoleh dari sub-kontraktor, tanaman yang ada
diperoleh dari beberapa pengada yang berada di daerah Cipanas, Parung dan
Jawa Tengah. Seluruh tanaman yang diambil dari pengada (sulplier) atau nurseri
tanaman yang telah didatangkan ke lokasi kerja disarankan untuk tidak ditanam
secara langsung dan perlu diadaptasikan (aklimatiasasi) dengan lokasi tanam
berikutnya dengan cara menempatkan tanaman tersebut pada nurseri
sementara yang berada di lapangan selama 3 hingga 7 hari.Kegiatan
pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada gambar 30.
70
Gambar 30. Pemeriksaan tanaman yang akan digunakan dalam proyek
Kriteria penilaian tanaman dilakukan melalui pemeriksaan secara visual
dan pencacahan langsung. Penilaian secara visual dilakukan untuk menentukan
kualitas tanaman, Agesta (2007) memberikan panduan penilaian secara visual
dalam menentukan kualitas pohon yang baik, antara lain : 1) batang utama
utama tidak memiliki cabang (berbentuk huruf Y), 2) memiliki ukuran bola akar
cukup besar, 3) tidak dipotong untuk memenuhi spesifikasi yang ditentukan 4)
secara visual bebas dari hama dan penyakit tanaman, 5) tidak terdapat luka pada
batang utama dan 6) tanaman tidak berada di nurseri lebih dari 2 (dua) tahun, hal
ini dapat dilihat dari ada tidaknya akar yang membelit pembungkus bola akar.
Penilaian juga dilakukan terhadap kuantitas tanaman dengan melakukan
pencacahan terhadap jumlah tanaman yang telah ditempatkan di nurseri. Jumlah
tanaman yang didatangkan oleh kontraktor harus sesuai dengan ketentuan
kotrak. Kontraktor melalui perwakilan dari pihak pengada (suplier) tanaman
melakukan pengiriman tanaman ke lokasi nurseri secara bertahap dan disertai
dengan bukti surat jalan yang ditandatangani oleh pengada (suplier) yang
mengirimkan tanaman tersebut yang disetujui oleh perwakilan konsultan
pengawas. Seluruh tanaman yang telah didatangkan kemudian direkap untuk
kemudian dilihat kekurangan yang harus dipenuhi hingga mencapai jumlah
seperti yang telah ditentukan.
Tujuan dilakukannya penilaian terhadap tanaman tersebut adalah untuk
memisahkan tanaman yang sesuai dengan tanaman yang tidak sesuai standar
71
spesifikasi kontrak. Tanaman yang tidak memenuhi spesifikasi atau tidak
memiliki kualitas yang baik dipisahkan dan dikeluarkan dari lokasi tempat
penampungan (nurseri) sementara. Tanaman tersebut tidak diizinkan untuk
ditanam pada lokasi proyek. Visualisasi tanaman yang tidak diterima dan tidak
diizinkan untuk ditanam dapat dilihat pada Gambar 31.
Gambar 31. Visualisasi tanaman yang ditolak dalam pekerjaan penanaman
6.4.2. Metode Pemindahan Tanaman
Pemindahan tanaman (transplanting) merupakan perlakuan pemindahan
tanaman dewasa dari satu lokasi ke tanah pada lokasi yang berbeda (Anonim,
2006). Pemindahan tanaman (transplanting) dilaksanakan dikarenakan dua
alasan utama, yaitu 1) untuk mendapatkan bentukan lanskap yang segera
(instant) dan 2) lokasi yang dirancang atau direncanakan tidak memungkinkan
penanaman dengan cara penyemaian (Agesta 2007).
Tanaman yang akan mendapat perlakuan penanaman kembali
(transplanting) disarankan untuk dipangkas pada ujung-ujung percabangannya.
Mahkota pohon dipangkas hingga 40-50 %, tujuannya adalah untuk mengurangi
laju evapotranspirasi, menciptakan struktur dan bentuk yang seimbang,
mengurangi berat tanaman dan meminimalkan hambatan angin dalam proses
pemindahan (Rurit, 2007). Dalam pekerjaan ini terdapat pekerjaan pemindahan
tanaman yang dilakukan terhadap tanaman dewasa khususnya pohon dan palm.
72
Sebelum melaksanakan kegiatan pemindahan, kontraktor diminta untuk
menjelaskan metode yang digunakan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh
dari pelaksana penanaman di lapangan dan hasil pemeriksaan, metode
pemindahan tanaman yang digunakan oleh kontraktor adalah metode sistem
parit dan sistem bola akar.
1) Sistem parit
Sistem pemindahan (transplanting) ini digunakan pada pohon berukuran
besar. Dalam pekerjaan ini hanya diterapkan pada pohon ki hujan (Samanea
saman). Sistem ini digunakan untuk mengisolasi sistem perakaran tanaman yang
menyebar, membantu membatasi perkembangan akar sehingga akan
membentuk sistem perakaran yang lebih menyatu. Caranya adalah dengan
membuat parit di sekeliling tanaman yang akan dipindahkan, diameter lingkaran
dibuat 2 hingga 3 kali dari diameter batang utama. Dalam pembuatan parit
tersebut, akar tanaman dipotong. Setelah akar tanaman dipotong, parit yang
sudah dibuat kemudian diisi dengan tanah yang dicampur pasir. Tanaman secara
teratur disiram dan dipertahankan posisinya minimal selama 2 (dua) minggu
sebelum dipindahkan.
2) Sistem bola akar
Sistem bola akar merupakan lanjutan pekerjaan dari sistem parit. Pada
masa ini, akar tanaman diangkat kepermukaan untuk dibungkus dengan
menggunakan karung. Setelah selesai dibungkus, bola akar disiram dan
didiamkan selama satu hari sebelum tanaman siap untuk dipindahkan.
Dalam melakukan pengiriman tanaman berukuran besar seperti pohon
dan palm, kontraktor melakukan pengiriman dengan jadwal yang telah diatur
sedemikian sehingga tanaman tersebut tiba pada lokasi tanam pada malam hari.
Tanaman yang dipindahkan harus benar-benar terlindung dan tertutup,
untuk mencegah kerusakan tanaman tersebut pada pemindahan dari lokasi asal
sampai ke nurseri. Tanaman tersebut tidak boleh diikat dengan tali atau kawat
yang dapat mengakibatkan batang/cabang tanaman rusak dan patah. Untuk
mencegah kerusakan perakaran, tanaman yang akan ditanam harus dalam
polybag/pot. Polybag adalah kantong plastik dengan bentuk khusus yang dibuat
guna membungkus akar dan ujung bagian bawah tanaman beserta tanah yang
melekat padanya. Tanaman yang dimaksudkan adalah pohon atau perdu yang
sedang dalam proses pemindahan untuk menuju penanaman akhir. Bahan
plastik tersebut tidak mudah hancur baik di atas atau di dalam tanah. Walaupun
73
ketebalan bahan plastik polybag dapat ditembus oleh pertumbuhan akar pohon di
dalam tanah, tetapi akar perdu tidak cukup kuat menembusnya. Polybag memiliki
ciri-ciri berupa kantong berlubang yang memungkinkan air berlebihan di
dalamnya dapat keluar sehingga tanaman dapat hidup. Polybag memiliki
berbagai ukuran, sehingga ukuran polybag yang dipergunakan dipilih sesuai
dengan ukuran besarnya akar dan tanah yang membutuhkannya.
Bibit tanaman yang akan ditanam sampai di tempat penampungan
(nurseri) senantiasa harus dalam keadaan sehat mulai dari akar, batang dan
daun, serta pemilihan tanaman harus rata keadaannya baik tinggi tajuk maupun
lebar tajuk. Semua jenis tanaman yang akan dipilih harus sesuai dengan ukuran
yang diberikan dalam daftar kuantitas.
Yang menjadi pedoman dalam penentuan jenis tanaman adalah nama latin atau
botani dari tanaman tersebut.
Untuk penyimpanan tanaman sementara, tanaman diletakkan pada
tempat yang teduh di sekitar nurseri sementara dan disusun dalam bentuk
bedeng dengan keadaan tanah datar dan telah dibersihkan. Tanaman yang telah
didatangkan ke lokasi proyek disiram dan dipelihara hingga tiba wakktu
penanaman. Di dalam tempat penampungan (nurseri sementara), pemeriksaan
terhadap kondisi tanaman menyangkut pertumbuhan dan perkembangan
dilakukan setiap minggu sekali selama tanaman tersebut belum ditanam.
Tanaman yang mati atau yang tidak sesuai dengan spesifikasi dikeluarkan dari
nurseri selambat-lambatnya 2 hari setelah pemeriksaan.
6.4.3. Spesifikasi Lubang Tanam
Pengolahan tanah merupakan kegiatan awal dari rangkaian kegiatan
penanaman. Dengan menerapkan metode pengolahan tanah yang baik,
diharapkan tanaman akan memperoleh tempat dan media tanam yang
menguntungkan bagi pertumbuhannya.
Sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam, setiap titik lubang tanam
yang telah ditentukan oleh kontraktor dengan menggunakan titik acuan yang
diberikan oleh konsultan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu.
Peninjauan lapang sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam dilakukan
secara bersama-sama oleh konsultan dan kontraktor. Pemeriksaan lubang tanam
dilakukan terhadap dimensi panjang, lebar dan kedalaman lubang. Lubang
tanam yang tidak memenuhi spesifikasi lubang tanam tidak disarankan untuk
74
dilakukan penanaman hingga lubang tersebut diperbaiki hingga memenuhi
ketentuan spesifikasi lubang tanam sebagaimana yang terdapat dalam Tabel 17
kecuali apabila kondisi di lapangan tidak memungkinkan. Faktor penghambat di
lapangan yang tidak memungkinkan dibuatnya lubang tanam sesuai dengan
ketentuan spesifikasi lubang tanam antara lain luas median atau damija lokasi
penanaman yang tidak memungkinkan dan tinggi muka air tanah yang rendah.
Tabel 17. Ketentuan ukuran lubang tanam
Kondisi tersebut terutama dijumpai pada lokasi penanaman jalan tol ruas
Cengkareng yang pada umumnya didominasi oleh tanah rawa bakau (mangrove)
yang memiliki ketinggian muka air tanah sangat rendah atau berada dekat
dengan permukaan tanah. Untuk lokasi pembuatan lubang tanam yang tidak
dapat memenuhi ketentuan, konsultan pengawas memberikan sejumlah alternatif
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, antara lain :
1) Memindahkan lokasi titik tanam ke lokasi lain
2) Membuat lubang tanam yang ditinggikan
Ukuran lubang tanam yang relatif besar bagi tanaman pohon dan palm
ditujukan untuk memberikan media tanam yang baik bagi tanaman. Setelah
pembuatan lubang tanah selesai, lubang tanam disarankan untuk dibiarkan
UKURAN LUBANG GALIAN (M) NO NAMA LOKAL NAMA LATIN
Panjang Lebar Kedalaman
1 Palem sadeng Livistona rotundifolia 1.0 1.0 1.0 2 Latania Latania sp. 1.0 1.0 1.0 3 Palem Jepang Ptycosperma macharthurii 0.6 0.6 0.6 4 Ki Hujan Samanea Saman 1.0 1.0 1.0 5 Bintaro Cerbera odolla, 1.0 1.0 1.0 6 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea 1.0 1.0 1.0 7 Kamboja Plumeria rubra 1.0 1.0 1.0 8 Euginia Euginia oleana 0.5 0.5 0.5
9 Bunga Kertas Baugainvillea glabra 0.5 0.5 0.5 10 Thevetia Thevetia peruviana 0.5 0.5 0.5 11 Bunga Merak Caesalpinia pulcerrima 0.5 0.5 0.5 12 Bunga Mentega Nerium oleander Hanya dilakukan pengolahan 13 Bunga Mentega var Nerium oleander var. Hanya dilakukan pengolahan 14 Pandan Kuning Pandanus pygmeus Hanya dilakukan pengolahan 15 Pisang Hias Heliconia psittacorum Hanya dilakukan pengolahan 16 Nusaenda Mussaenda Hanya dilakukan pengolahan 17 Lili Air Mancur Hymenocallis speciosa Hanya dilakukan pengolahan 18 Euphorbia Euphorbia millii Hanya dilakukan pengolahan 19 Rumput paetan Axonopus compresus Hanya dilakukan pengolahan
75
selama 3 (tiga) hingga 1 (satu) minggu untuk mendapatkan aerasi yang baik.
Pada Gambar 32 dapat dilihat proses pengerjaan lubang tanam.
Gambar 32. Pekerjaan pembuatan lubang tanam
Tanah hasil galian harus dibuang keluar tapak dan tidak diperkenankan
digunakan kembali sebagai media tanam. Lubang tanam kemudian diisi kembali
dengan menggunakan top soil dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1.
Salah satu aspek teknis yang harus diperhatikan dalam penanaman di
sepanjang lanskap jalan tol adalah lokasi titik tanam. Lokasi titik tanam, terutama
tanaman berukuran besar harus ditanam pada lokasi-lokasi spesifik dengan
mempertimbangkan aspek keamanan pengguna jalan dan kemudahan kegiatan
pemeliharaan dimasa yang akan datang, sedangkan aspek lain yang juga harus
diperhatikan mencakup ukuran lubang penanaman dan kondisi lahan eksisting.
Sedangkan ukuran lubang tanam yang digunakan berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup tanaman pada awal masa adaptifnya terhadap lingkungan
yang baru. Polomsky (2005) mengatakan bahwa ukuran lubang tanam
berpengaruh besar pada posisi tanaman terhadap muka air tanah serta efisiensi
penyiraman tanaman. Pada tanah yang memiliki drainase tanah yang baik,
76
lubang penanaman sebaiknya tidak digali lebih dalam dari ketinggian bola
perakaran. Meletakan pohon pada tanah yang terlalu gembur akan
mengakibatkan tenaman tenggelam lebih dalam ke dalam tanah. Pada tanah
berdrainase baik, lubang penanaman sebaiknya memiliki ukuran dua hingga lima
kali lebih lebar dari ukuran bola akar. Akar akan tumbuh lebih cepat pada tanah
yang gembur, yang akhirnya akan mempercepat waktu petumbuhan dan
adaptasi tanaman pada tapak. Sedangkan pada tanah yang berdrainase kurang
baik atau pada tanah yang telah mengalami pemadatan berat, tanaman
sebaiknya ditempatkan lebih tinggi daripada ketinggian lubang penanaman
aslinya hingga ketinggian 10 hingga 15 cm dari ketinggian tanah yang berada di
sekelilingnya.
6.4.4. Metode Penanaman
Metode penanaman yang diterapkan oleh para pekerja di lapangan
dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu metode penanaman pada
tanaman keras dan metode penanaman pada tanaman lunak.
6.4.4.1. Penanaman Tanaman Keras
Tanaman keras yang dimaksudkan dalam pekerjaan penataan lanskap
jalan tol ruas Cawang – Tomang – Cengkareng adalah semua jenis tanaman
berkayu atau tanaman berkambium dengan tinggi tanaman 50 cm atau lebih.
Jenis tanaman ini mencakup semua jenis palm, pohon dan perdu yang ada
dalam dokumen daftar harga, kuantitas dan kualitas kerja (Bill of Quantity).
Penanaman tanaman keras dilakukan setelah lubang tanam dan media
penanaman telah tersedia dan siap untuk digunakan. Metode penanaman untuk
tanaman keras yang digunakan oleh para pekerja di lapangan adalah sebagai
berikut :
1) Tanaman dimasukkan ke dalam lubang yang tersedia dengan kondisi
tetap dalam pembungkus akar (pada tanaman yang menggunakan
karung goni). Apabila pembungkus bola akar terbuat dari bahan lain,
terutama bahan yang tidak dapat terdekomposisi seperti plastik maka
pembungkus bola akar dibuka terlebih dahulu
2) Sebelum dilakukan pengurugan, dilakukan beberapa tindakan antisipasi
seperti pengaplikasian fungisida pada lubang tanam dan penggunaan
zat perangsang akar disekitar bola akar
77
3) Setelah tanaman ditempatkan pada lubang tanam, kemudian lubang diisi
kembali sampai melebihi batas permukaan tanah, tetapi tidak melebihi
leher akar
4) Disekitar lubang tanam dibuat cekungan sebagai media untuk
menampung air agar tidak melimpah keluar
5) Setelah lubang tanam diurug dengan menggunakan media tanamnya,
maka batang pohon diberikan penguat tanaman atau penopang dan
diikat dengan kuat menggunakan ijuk atau tali organik lainnya Seluruh tanaman keras yang digunakan dalam pekerjaan ini diharuskan
untuk dilengkapi dengan penopang untuk menjaga posisi tanaman tetap berdiri
dengan tegak. Metode pemasangan penopang yang diterapkan oleh para
pekerja lapangan merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh konsultan
pengawas.
Umumnya, penopang dipasang dengan bentuk penyangga kaki tiga (tripod)
dengan batang utama tanaman berada di pusat pemasangan penopang. Metode
pemasangan seperti ini pada umumnya digunakan pada area dengan intensitas
angin yang cukup kuat (Hillock dan Schenelle, 2008), namun dapat merusak dan
melukai batang utama tanaman apabila tidak diaplikasikan dengan benar.
Metode penanaman dan pemasangan penopang tanaman yang baik dapat
dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Metode penanaman dan pemasangan penopang tanaman yang ideal
Tali pengikat
Cekungan air
Kayu atau bambu ditancapkan dengan jarak lebih besar dari diameter lubang tanam
Diameter lubang dibuat 1.5-2x lebar tajuk
78
Pemasangan penopang seperti ini tidak akan melukai batang maupun
akar tanaman sekaligus memberikan ruang yang cukup bagi tanaman untuk
dapat tumbuh dengan baik (Hillock dan Schenelle, 2008). Namun, metode
pemasangan seperti ini akan memerlukan biaya dan waktu lebih dibandingkan
dengan pemasangan menggunakan metode tripod. Kesalahan yang umum
dijumpai pada pekerjaan pemasangan penopang antara lain :
1) Penggunaan material yang tidak sesuai
Pada pemeriksaan terhadap material, didapatkan bahwa penopang
yang digunakan pada tanaman tidak seluruhnya sesuai dengan ukuran yang
ditentukan. Sedangkan tali yang digunakan oleh kontraktor adalah tali rafia yang
tidak disarankan oleh konsultan pengawas.
2) Metode pemasangan yang kurang baik
Di lapangan banyak dijumpai metode pemasangan penopang yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang ada pada Gambar kerja. Pada beberapa lokasi
pekerjaan, ditemukan bahwa kontraktor hanya menggunakan dua buah
penopang pada masing-masing pohon. Hal ini kemudian diperburuk dengan
kondisi penopang yang tidak ditancapkan dengan baik sehingga terdapat
sejumlah tanaman yang rubuh.
6.4.4.2. Penanaman Tanaman Lunak
Sedangkan tanaman lunak yang dimaksudkan adalah semua jenis
tanaman selain tanaman keras yang akan digunakan pada pekerjaan
penanaman. Tanaman yang termasuk ke dalam kategori tanaman lunak adalah
semak, rumput dan tanaman penutup tanah (groundcover).
Rumput merupakan tumbuhan yang menutup tanah yang mempunyai
kemampuan bertahan pada kondisi pemangkasan dan pemakain yang teratur.
Turgeon (1980) menyatakan rumput ini sebagai rufgrass. Sedangkan tanaman
penutup tanah (groundcover) adalah tanaman rendah dengan tingkat persebaran
dan kerapatan tanaman yang relatif tinggi. Tanaman penutup tanah
(groundcover) umumnya digunakan sebagai tanaman perintis (pioner) untuk
mengatasi permasalahan pada lahan yang sulit ditanami dengan menggunakan
pohon atau tanaman berukuran besar. Adapun permasalahan yang dapat diatasi
dengan menggunakan penanaman dengan menggunakan tanaman penutup
tanah (groundcover) mencakup :
1) Kontrol erosi pada lahan dengan kemiringan yang curam
79
2) Daerah naungan di bawah pohon atau semak.
3) Pada lokasi dimana perakaran tanaman berada dekat dengan
permukaan sehingga tidak memungkinkan penanaman dengan
menggunakan tanaman lain
4) Pada lokasi yang sangat lembab atau sangat kering
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman
tanaman penutup tanah adalah pekerjaan persiapan tanah yang ditujukan untuk
membersihkan area penanaman dari gulma. Hal ini disebabkan karena banyak
dari jenis tanaman penutup tanah memiliki tingkat kompetisi yang rendah
terhadap gulma (Kluepfel, 2001). Dalam pekerjaan penanaman rumput,
penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem sodding (titik tanam).
Setelah penanaman selesai dilakukan, permukaan tanah tempat penanaman
kemudian dipadatkan dengan cara diinjak atau dipukul-pukul dengan potongan
balok untuk merapikan permukaan tanah, setelah itu tanah disiram. Dalam
penanaman tanaman dengan menggunakan cara seperti ini, harus
memperhatikan sistem perembesan dan pengaliran air ke dalam tanah.
Sedangkan untuk tanaman semak atau perdu, lubang tanaman diisi
dengan tanah subur / top-soil yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang
sudah matang (berumur 2 bulan) dan pasir dengan ukuran perbandingan
campuran top soil 0,04 m³ - 0,144 m³/pohon, pupuk kandang / kompos 10 kg,
pasir sebanyak ± 0,004 m³ s/d 0,048 m³ /lubang tanam pohon dan tanah merah
yang dicampurkan secara merata pada tempat terpisah sehingga masing-masing
lubang tanam tertimbun dengan baik. Tanah kemudian dipadatkan dengan cara
diinjak atau dipukul-pukul dengan menggunakan cangkul atau papan. Pupuk
yang dipakai sebagai media tanam adalah pupuk kandang yang mempunyai
kriteria sebagai berikut :
1) berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, atau kambing yang sudah
mengalami pelapukan dimana kotoran sudah menjadi tanah
2) tidak berbau kotoran dan lebih ringan dari tanah biasa
3) berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan dan keabu-abuan
4) terbebas dari hama atau gulma
Sebelum diisi dengan tanah, dasar lubang diberi furadan/pembasmi rayap,
dengan dosis 20 gram/m² atau sesuai petunjuk yang ada pada kemasan. Dalam
pekerjaan ini, kontraktor disarankan untuk melakukan penggemburan terhadap
tanah yang digunakan untuk pengurugan. Bongkahan yang terdapat pada saat
80
pengurugan menyebabkan terjadinya kerusakan pori-pori udara yang berada di
dalam tanah disekitar bola akar dan dapat menghambat pertumbuhan sistem
perakaran dan kemampuan tumbuh tanaman (Polomsky, 2005). Untuk proses
penanaman, tanaman ditempatkan pada lubang tanam dalam posisi berdiri
tegak dan dengan kedalaman yang tepat, kemudian lubang tanam tersebut
diurug hingga setengah lubang tanam di sekeliling bola akar terisi penuh.
Penyelesaian penanaman dilakukan dengan pengisian lubang tanam dengan
mengunakan tanah gembur yang dipadatkan secara ringan dengan melakukan
penginjakan.
6.5. Pemeliharaan Pasca Tanam Kegiatan pemeliharaan pasca penanaman dilakukan untuk meningkatkan
kemungkinan hidup tanaman setelah kegiatan pemindahan tanaman
(transplanting). Kemungkinan hidup tanaman yang telah melalui proses
pemindahan akan lebih besar ketika tanaman tersebut telah melalui masa shock
nya. Kegiatan pemeliharaan pasca tanam yang dilaksanakan oleh kontraktor
mencakup: pemupukan, penyiraman, pendangiran dan pemangkasan.
6.5.1. Pemupukan
Pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan pasca tanam adalah pupuk
alami atau pupuk kandang. Digunakan pupuk kandang yang bermutu baik, yang
telah melalui masa penimbunan selama minimum 6 (enam) bulan, sebagai
campuran tanah gembur dengan penggunaan sebagai berikut : untuk 1 (satu)
pohon digunakan 0,128 m3 pupuk kandang dan untuk semak, perdu, penutup
tanah digunakan 0,.2 m3 per m2 lubang tanam dan untuk rumput digunakan 0,1
m3 per m2 lokasi penanaman. Pupuk alami yang digunakan merupakan pupuk
yang berasal dari sisa sisa pembusukan yang berasal dari hewan ataupun
tanaman baik yang terjadi secara alamiah ataupun dengan bantuan manusia.
Pupuk ini kemudian disebut sebagai pupuk kandang dan kompos. Pupuk
kandang merupakan pupuk yang berasal dari hewan sedangkan kompos
merupakan pupuk alami yang berasal dari tumbuhan.
6.5.2. Penjarangan
Penjarangan hanya dilakukan terhadap tanaman penutup tanah
(groundcover) sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan dengan tujuan untuk
mengurangi kerapatan tanaman atau membuang bagian tanaman yang mati atau
81
terserang hama penyakit.
6.5.3. Penyiraman
Walaupun pekerjaan penanaman dilaksanakan pada musim hujan,
namun kontraktor harus tetap melakukan penyiraman terhadap setiap tanaman
yang telah ditanam. Tanaman yang baru ditanam harus disiram sampai benar-
benar basah perakarannya, atau diperkirakan minimum untuk setiap pohon
membutuhkan air sebanyak 10 liter dan perdu sebanyak 3 liter dengan cara
penyiraman yang dilakukan sedemikan rupa sehingga tanaman tidak rusak. Hal
ini juga didasarkan pada kenyataan bahwa walaupun pekerjaan penanaman
dilaksanakan pada musim penghujan, namun hujan sangat jarang turun pada
kedua ruas jalan tersebut. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh pengawas di
lapangan, hujan hanya turun di daerah Jagorawi hanya sebanyak 6 (enam) kali
dalam satu bulan kerja.
Untuk penyiraman, harus digunakan air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam alkali atau salinitas yang tinggi dan bahan-bahan
organik lainnya yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Untuk daerah
penanaman di sekitar lokasi pekerjaan lanskap jalan tol Jagorawi, sumber air
diperoleh dari sumur bor yang dibuat oleh kontraktor yang ditampung pada
wadah penampungan air (water toren). Sedangkan untuk penyiraman pada
lokasi pekerjaan lanskap jalan tol Cengkareng, sumber air diperoleh dari sungai
di sekitar Bandara yang diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki air.
Jadwal penyiraman yang disarankan untuk dilakukan oleh kontraktor adalah
sebagai berikut :
1) Minimal satu kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman dan
rumput yang baru ditanam dan semua tanaman yang masih berada di
tempat penampungan sementara
2) Penyiraman dilakukan sebelum pukul 10.00 (pukul 06.00 s/d 09.00) pada
pagi hari atau sesudah pukul 15.30 (pukul 16.00 s/d 18.00) pada sore
hari Tanaman disiram hingga diperkirakan tanaman tersebut telah
tumbuh atau dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru
Ketentuan yang diijinkan dalam melakukan kegiatan penyiraman adalah dengan
cara sebagai berikut :
1) Penyiraman tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan truk
tangki air untuk lokasi yang mudah dijangkau. Sedangkan untuk lokasi
82
yang jauh dari jangkauan semprotan truk air, penyiraman dilakukan
secara manual. Selama operasional truk air harus dilengkapi dengan
lampu rotator sebanyak 2 (dua) buah yang ditempatkan diatas kap
kendaraan serta dilengkapi rambu kerja yang cukup
2) Memakai alat khusus untuk menyiram tanaman seperti emrat yang
memiliki lubang banyak pada ujung keluarnya air sehingga dapat
menyebarkan air secara merata ke seluruh permukaan tanah yang
disiram
3) Memakai slang air terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan kran /
sumber air yang terdekat. Penyiraman dilakukan dengan cara
memancarkan air menggunakan nozzle atau sprinkler
4) Penyiraman dilakukan secara teratur terutama di musim kemarau bagi
tanaman dan rumput yang baru ditanam dan juga bagi tanaman dalam
tempat penampungan
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, terdapat ketentuan jumlah air
minimal yang harus diberikan kepada setiap tanaman berdasarkan jenisnya
masing-masing dan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah air yang digunakan untuk penyiraman masing-masing tanaman
NO NAMA LOKAL NAMA LATIN JUMLAH AIR
1 Palem sadeng Livistona rotundifolia 10 l/phn 2 Palem Jepang Ptycosperma macharthurii 10 l/phn
3 Latania Latania sp. 10 l/phn
4 Ki Hujan Samanea Saman 10 l/phn
5 Bintaro Cerbera odollam 10 l/phn
6 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea 10 l/phn
7 Kamboja Plumeria rubra 10 l/phn
8 Thevetia Thevetia peruviana 10 l/phn
9 Euginia Euginia oleana 10 l/phn
10 Bunga Kertas Baugainvillea glabra 10 l/phn
11 Bunga Merak Caesalpinia pulcerrima 10 l/phn
12 Bunga Mentega Nerium oleander 10 l/m2
13 Bunga Mentega var Nerium oleander var. 10 l/m2
14 Pandan Kuning Pandanus pygmeus 10 l/m2
15 Pisang Hias Heliconia psittacorum 10 l/m2
16 Nusaenda Mussaenda 10 l/m2
17 Lili Air Mancur Hymenocallis speciosa 10 l/m2
18 Euphorbia Euphorbia millii 10 l/m2
19 Rumput paetan Axonopus compresus 10 l/m2
83
Selain penyiraman terhadap tanaman yang baru ditanam, kontraktor juga
diharuskan untuk melakukan penyiraman terhadap seluruh tanaman yang berada
di tempat penampungan (nurseri). Dalam melakukan pemeriksaan apakah
jumlah air yang diberikan pada pekerjaan penyiraman yang dilakukan terhadap
tanaman yang baru ditanam. Dalam melakukan pemeriksaan jumlah air yang
diperlukan dalam penyiraman, konsultan pengawas menyarankan melakukan
pemeriksaan terhadap kandungan air yang terjerap dalam tanah. Polomsky
(2005) menyarankan melakukan pemeriksaan dengan cara sebagai berikut :
pada minggu pertama setelah penanaman, buatlah lubang kecil pada bagian
terluar lubang tanam dengan kedalaman setengah dari lubang tanam dari
tanaman yang diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mengambil sampel tanah dari
lubang pemeriksaan tersebut. Apabila tanah yang diperoleh meneteskan air
ketika diremas, maka penyiraman terlalu banyak, apabila tanah tersebut hancur
maka penyiraman terlalu sedikit, namun apabila tanah tersebut tidak hancur dan
tidak meneteskan air maka jumlah penyiraman diperkirakan telah sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan beberapa jam setelah
penyiraman. Pemeriksaan ini merupakan cara yang mudah dan cepat tanpa
memerlukan perlatan khusus untuk dilakukan.
6.5.4. Pemangkasan dan Perbaikan
Pemangkasan dilakukan sebagai penyempurnaan dari pekerjaan
penananaman (transplanting). Semua tanaman dapat dipangkas atau diperbaiki
dari kerusakan-kerusakan akibat proses pemindahan tanaman atau proses yang
terjadi selama penanaman dan masa adaptasi yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pemangkasan pada masing-masing tanaman dikerjakan sedemikian rupa
sehingga tidak merubah bentuk dan sifat tanaman juga tidak mengakibatkan
adanya perubahan terhadap desain secara keseluruhan. Bagian tanaman yang dipangkas merupakan bagian tanaman yang tidak
berguna atau menyebabkan ketidak-indahan secara visual seperti bagian
tanaman yang kering dan mati, bagian dengan pertumbuhan yang tidak merata
(khusus pada tanaman penutup tanah) atau pada bagian yang terserang hama
penyakit. Sedangkan pemangkasan bagian batang atau ranting (prunning) yang
bertujuan untuk mengurangi shock tidak disarankan dilakukan pada tanaman
yang telah ditanam (transplanting). Agesta (2007) mengatakan bahwa
pemangkasan terhadap batang atau ranting tidak membantu mengurangi shock
84
pada tanaman yang mengalami pemindahan (transplanting). Shock pada
tanaman pada umumnya lebih baik untuk diatasi dengan memberikan
penyiraman yang cukup terhadap tanaman tersebut selama masa adaptifnya
dengan melakukan penyiraman secara rutin dalam jumlah yang tepat.
6.5.5. Penyiangan/Pendangiran
Pekerjaan penyiangan/pendangiran meliputi penggemburan tanah dan
pembersihan tanaman/rumput liar/gulma di sekitar tempat tumbuh tanaman.
Pelaksanaan pekerjaan penggemburan tanah harus dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga tidak merusak akar tanaman. Alat yang digunakan adalah alat
khusus yang digunakan untuk pekerjaan penyiangan/pendangiran yaitu garpu,
sekop dan blencong. Pekerjaan ini dilakukan sebulan dua kali secara terus-
menerus, atau apabila media tanam telah ditumbuhi rumput. Kondisi media
tanam disekitar tanaman diusahakan harus selalu bersih dan gembur. Tujuan
dari kegiatan pendangiran adalah untuk membersihkan tanah yang terdapat di
sekitar tanaman agar tidak ditumbuhi oleh gulma. Hal ini penting dilakukan
terutama pada tanaman-tanaman baru untuk mengurangi tingkat persaingan
dalam memperoleh nutrisi dari tanah. Seluruh tanaman dalam pekerjaan ini
diupayakan untuk disiangi atau didangir minimal sekali dalam dua minggu,
khususnya tanaman-tanaman lunak pada minggu awal setelah penanaman.
6.5.6. Pemupukan Awal
Pada dasarnya, kegiatan pemupukan yang dimaksudkan dalam
pekerjaan merupakan jenis pekerjaan yang termasuk pada masa perawatan.
Pemupukan awal dilakukan pada tanaman yang telah tumbuh lebih kurang 3
bulan pasca tanam, karena penanaman awal tanah sudah diberi pupuk kandang
maka pada pemupukan ini hanya berupa pupuk anorganik (KCl,NPK atau Urea)
sesuai kebutuhan tanaman. Dosis yang diberikan sebanyak 25 gram/pohon atau
100 gram/m², sedangkan untuk perdu 40 gram/ m². Pemupukan ini diberikan
secara taburan, yang ditaburkan pada keliling pokok tanaman dengan jarak 40
cm dari pokok tanaman yang sebelumnya, dibuatkan galian yang ditujukan
khusus bagi pekerjaan pemupukan. Galian lubang pemupukan berukuran lebih
kurang 10 cm mengelilingi tajuk pohon dengan jarak 60 cm atau sesuai dengan
ukuran tajuk masing-masing tanaman.
85
Sebagai bahan pertimbangan dalam pekerjaan di masa mendatang,
pohon atau palm yang dinyatakan sehat atau baik dan memenuhi syarat diberi
keterangan tertulis yang diikatkan secara longgar pada masing-masing batang
tanaman dengan menyebutkan jenis tanaman, nomor urut dan tanggal masuk.
Keterangan berupa label tersebut dari kertas karton manila ukuran 5 x 10 cm
yang dibungkus plastik dan digantung menggunakan tali rapia. Semua tanaman
yang masuk atau keluar nurseri dicatat. Semua jenis tanaman yang ditanam
harus berasal dari bedeng atau nurseri dan telah mendapat persetujuan
pengawas. Pengiriman tanaman dari nurseri ke lokasi tanam dicatat pada label.
Walaupun tidak ada penilaian khusus terhadap metode penanaman dan
penanganan tanaman yang dilakukan oleh kontraktor selama masa penanaman,
namun cara dan metode penanaman yang baik dan benar merupakan hal
penting yang dapat menjamin keberlangsungan hidup tanaman terutama pada
masa adaptifnya. Keberhasilan penanaman merupakan salah satu hal yang akan
menjadi keuntungan bagi semua pihak, terutama kontraktor. Hal ini disebabkan
kontraktor tidak diwajibkan untuk mengadakan penyulaman atau penggantian
terhadap tanaman yang mati.
6.6. Pengawasan Pekerjaan Gerbang Tol
Pekerjaan lanskap gerbang tol adalah pekerjaan pemasangan (instalasi)
pot pada gerbang tol satelit Cililitan 2 dan gerbang tol Prof. Dr. Sedyatmo. Pot
yang digunakan adalah pot dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan
gambar kerja yang terdapat pada Lampiran 21 dan merupakan pot pesanan
khusus yang diadakan oleh kontraktor. Jumlah keseluruhan pot yang digunakan
pada masing-masing gerbang tol adalah sebanyak 132 buah pot.
6.6.1. Kriteria Pemilihan Tanaman
Tanaman yang akan digunakan pada masing-masing jenis pot pada
awalnya tidak ditentukan oleh konsultan perencana. Berdasarkan keterangan
yang diperoleh, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada
pemilik (PT. Jasa Marga) dan kontraktor dalam menentukan jenis tanaman yang
ingin digunakan. Dalam pelaksanaannya, kontraktor diberi kebebasan penuh
oleh satgas pelaksana untuk menentukan jenis tanaman yang hendak digunakan
asalkan telah mendapat persetujuan.
86
Dalam menentukan jenis tanaman yang hendak digunakan, kontraktor
meminta masukan kepada konsultan pengawas untuk menentukan jenis
tanaman serta disain penanaman yang dilakukan pada rapat koordinasi minggu-
2 (dua). Dalam rapat koordinasi minggu-3 (tiga) konsultan pengawas
memberikan usulan secara resmi beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan
untuk masing-masing tipe pot dengan terlebih dahulu mendiskusikan hal tersebut
secara terpisah dengan pihak pemberi tugas.
Pertimbangan utama dalam pemilihan tanaman adalah dimensi ruang
yang diperkenankan untuk digunakan di dalam pekerjaan penataan tanpa
mengganggu aktifitas yang berlangsung pada gerbang tersebut. Tanaman yang
dipilih untuk ditanam pada lokasi ini disarankan untuk tidak memiliki bentuk tajuk
yang menyebar (irregular) dengan ukuran tinggi maksimal tanaman dewasa
kurang dari 4 m dan tinggi keseluruhan pot beserta tanaman tidak boleh lebih
tinggi dari 6 m.
6.6.2. Mekanisme Pekerjaan Pemasangan Pot
Sebelum dapat dilaksanakannya pekerjaan instalasi pot pada gerbang tol,
maka pekerjaan pertama yang harus dilakukan adalah pekerjaan pemindahan
pot eksisting ke lokasi lain. Berdasarkan masukan dari satuan tugas (satgas), pot
eksisting dipindahkan ke trotoar yang terdapat pada masing-masing gerbang tol
lokasi pekerjaan. Selain untuk menghemat biaya (cost) yang harus dikeluarkan
oleh kontraktor, kepala cabang PT. Jasa Marga juga menghendaki bahwa pot
yang lama yang masih baik kondisinya untuk dapat dipergunakan kembali.
Visualisasi pekerjaan instalasi pot dapat dilihat pada Gambar 34.
Gambar 34. Pelaksanaan pekerjaan instalasi pot
87
Pekerjaan instalasi pot dan tanamannya pada gerbang tol hanya dapat
dilakukan malam hari dengan menggunakan sistem buka tutup. Sistem buka
tutup ini makskudnya adalah penutupan gerbang tol bagian terluar pada saat
pekerjaan pengedropan pot ke lokasi pengumpul (dropping zone), sedangkan
pemindahan pot beserta media tanam dan tanamannya ke lokasinya masing-
masing dilakukan secara manual dengan menggunakan grobak atau dengan
menggunakan kendaraan forklift, tergantung pada ukuran pot yang akan
dipindahkan. Setelah pekerjaan pengedropan selesai dilakukan, gerbang tol
kemudian dibuka kembali. Pada saat pot sudah berada pada lokasinya masing-
masing, para pekerja kemudan memasang media tanam pada masing-masing
pot. Penanaman baru dapat dilaksananakan pada malam berikutnya dengan
menggunakan sistem yang sama. Tanaman yang pertama ditanam adalah
tanaman utama, kemudian setelah dilakukan penambahan tanah dan pupuk
kandang maka penanaman dilanjutkan dengan melakukan penanaman tanaman
penutup.
6.7. Kegiatan Administrasi Konsultan Pengawas
Kegiatan administrasi yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas
mencakup pekerjaan sebagai berikut : 01. Menyusun materi rapat mingguan dan
notulennya, 02. Pelaporan hasil pengawasan berkala yang dilakukan bulanan
dan 03. Penerbitan surat yang berkenaan dengan kemajuan (progress)
pekerjaan dan perubahannya. Kegiatan administrasi kantor berkaitan dengan
kegiatan manajemen informasi yang dilakukan oleh konsultan pengawas.
6.7.1. Penyusunan Materi Rapat
Kegiatan rapat manajemen (mangement meeting) dilaksanakan setiap
hari Kamis pukul 14.00 sampai dengan selesai di ruang rapat kantor PT. Jasa
Marga cabang CTC yang dihadiri oleh perwakilan masing-masing pihak (stake
holder) pelaksanaan pekerjaan. Permasalahan yang dijumpai di lapangan
dijadikan sebagai bahan penyusunan materi rapat dan disampaikan dalam rapat
tersebut untuk dicarikan jalan keluar yang terbaik. Dalam Tabel 19 dapat dilihat
jadwal rapat manajemen yang diselenggarakan stake holder.
Tabel 19. Jadwal pelaksanaan rapat manajemen (mangement meeting)
88
Dalam rapat manajemen dibahas mengenai tingkat pelaksanaan pekerjaan dan
hal-hal yang menghambat kemajuan pekerjaan di lapangan. Dalam rapat
manajemen, informasi yang disebarkan kepada stake holder selanjutnya
digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Selain rapat manajemen
tersebut juga diadakan rapat tak resmi yang dilaksanakan dilapangan (kick-off
meeting) yang dilakukan untuk membahas permasalahan aktual lapangan.
6.7.2. Penerbitan Surat Resmi
Pada setiap surat yang diterbitkan oleh konsultan pengawas, akan dibuat
salinan bagi masing-masing pihak yang terlibat dalam pekerjaan untuk
dipergunakan sebagai arsip. Dalam Tabel 20 dapat dilihat daftar surat resmi yang
dikeluarkan oleh konsutaln pengawas berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Tabel 20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas
No Nomor surat Perihal
1 001/CTC-BNK/XI/2007 Pemasukan tanaman baru
2 002/CTC-BNK/XI/2007 Penerapan K3
3 003/CTC-BNK/XI/2007 Keterlambatan Progres Pekerjaan
4 004/CTC-BNK/XI/2007 Penyediaan Mobil Tangki Air
5 005/CTC-BNK/XI/2007
Penting, meliputi :
Mobilisasi kontraktor
No Rapat Tanggal
1 Pra – PCM 08 Nov 2007
2 PCM 15 Nov 2007
3 Rapat Koordinasi ke-1 22 Nov 2007
4 Rapat Koordinasi ke-2 29 Nov 2007
5 Rapat Koodinasi ke-3 06 Des 2007
6 Rapat Koordinasi – 4 13 Des 2007
7 Rapat Koordinasi – 5 19 Des 2007
8 Rapat Koordinasi – 6 21 Des 2007
9 Rapat Koordinasi – 7 27 Des 2007
10 Rapat Koordinasi – 8 03 Jan 2008
11 Rapat Koordinasi – 9 10 Jan 2008
Tabel 19. Jadwal pelaksanaan rapat manajemen (mangement meeting) (lanjutan)
89
No Nomor surat Perihal
Surat Kuasa GS
Keterlambatan Progress (Kumulatif
Deviasi : -13.088%)
Laporan Harian
Droping Tanaman
Pematokan
Pembuatan Lubang Tanam
Mobilisasi Tangki AIr
6 006/CTC-BNK/XII/2007
Upaya Pencapaian Progress Minimal 50
% Sebelum Tanggal 27 Desember 2007
7 007/CTC-BNK/XII/2007 Pengantar Laporan Bulan November
8 008/CTC-BNK/XII/2007 Pengantar Laporan Bulan Desember
9 009/CTC-BNK/I/2008
Perkiraan Alokasi Waktu Droping Tanah
Untuk Penanaman Lantana Pada Ruas
Cengkareng
6.7.3. Penyusunan Laporan Bulanan Konsultan Pengawas
Laporan bulanan merupakan salah satu bentuk kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh konsultan dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan
pengawasan secara berkala kepada pihak pemberi kerja (PT. Jasa Marga). Hal
yang dilaporkan dalam laporan bulanan mencakup kemajuan (progress)
pekerjaan kontraktor dan keterlambatannya baik dalam bentuk laporan tertulis
maupun pada kurva-s ataupun segala hal yang berkaitan dengan perubahan
kerja yang terjadi selama kurun waktu pengawasan. Laporan kegiatan
pengawasan dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap, yaitu 1 rangkap laporan
menggunakan hardcover dan 4 (empat) rangkap laporan menggunakan softcover
dengan susunan laporan sebagai berikut : a) Sampul laporan (cover), b) Dafar
isi, c) Bab 1. Rangkuman eksekutif, d) Bab 2. Organisasi proyek, e) Bab 3.
Laporan kegiatan konsultan pengawas, f) Bab 4. Waktu proyek, g) Bab 5.
Progres pekerjaan, h) Bab 6. Laporan visualisasi dan i) Lampiran.
Laporan tersebut diserahakan kepada satuan tugas (satgas) selambatnya
satu minggu setelah akhir setiap bulan pengawasan. Dalam menyerahkan hasil
laporan bulanan, konsultan pengawas menerbitkan surat pengantar yang
Tabel 20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas (lanjutan)
90
ditujukan kepada pihak PT. Jasa Marga. Secara keseluruhan, laporan bulanan
yang disusun dalam kegiatan pengawasan pekerjaan penanaman terdiri atas tiga
buah laporan bulanan, yang dimulai dari laporan konsultan pengawas bulan
Desember sampai dengan bulan Februari yang menandai diakhirinya
pengawasan terhadap pekerjaan penanaman.
91
VIII. PEMBAHASAN
7.1. Manajemen Proyek
Tugas konsultan pengawas dalam kegiatan manajemen proyek adalah
mengawasi dan memastikan kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
rencana dan memenuhi bobot kemajuan kerja sesuai dengan jadwal pada setiap
minggunya. Cara yang dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut adalah
dengan melakukan pengendalian terhadap alokasi kerja yang dilaksanakan
kontraktor setiap minggunya. Untuk dapat memenuhi rencana kerja yang telah
ditetapkan, konsultan pengawas memberikan sejumlah saran mengenai jenis dan
kuantitas pekerjaan kepada kontraktor.
Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor kemudian
didokumentasikan dalam sebuah laporan harian yang selanjutnya dirangkum
dalam laporan mingguan yang diserahkan kepada konsultan pengawas.
Dokumen tersebut kemudian digunakan sebagai data dalam pengawasan dan
pembobotan penyelesaian pekerjaan. Dokumen laporan harian dan mingguan
yang diberikan oleh kontraktor kemudian diperiksa silang (cross references)
terhadap data yang dimiliki oleh konsultna pengawas. Persamaan yang
digunakan dalam menentukan bobot pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
kontraktor adalah :
dimana, Rn = Bobot realisasi minggu ke-n
Σ RW n = Realisasi pekerjaan-n pada minggu-n
Σ Wn = Nilai total dari satuan pekerjaan-n
Bn = Bobot pekerjaan ke-n
Persamaan tersebut digunakan dalam menentukan seluruh realisasi
bobot pekerjaan terlaksana dilapangan. Berdasarkan hasil pengawasan secara
keseluruhan, kontraktor yang bertugas dalam proyek ini memiliki kemampuan
rendah dalam menjalankan rencana proyek. Hal ini tampak dari bobot
penyelesaian pekerjaan yang hampir selalu minus atau berada pada kisaran
angka di bawah bobot penyelesaian pekerjaan yang ditetapkan setiap
92
minggunya. Rangkuman dari keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan
kotraktor tiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC
Rencana progres
perminggu Kumulatif rencana
Realisasi progress
per minggu
Kumulatif realisasi progress
Deviasi rencana per
minggu
Kumulatif deviasi per
minggu
Minggu I 0.726 0.726 0.007 0.007 -0.720 -0.720
Minggu II 5.285 6.012 0.000 0.007 -5.285 -6.005
Minggu III 5.396 11.407 2.066 2.073 -3.330 -9.335
Minggu IV 4.940 16.347 2.103 4.176 -2.837 -12.172
Minggu V 9.023 25.371 6.884 11.060 -2.139 -14.310
Minggu VI 11.650 37.020 6.844 17.904 -4.806 -19.117
Minggu VII 11.601 48.622 17.882 35.785 6.280 -12.837
Minggu VIII 11.709 60.332 14.570 50.355 2.861 -9.976
Minggu IX 10.475 70.807 3.2762 53.631 -7.199 -17.175
Minggu X 5.463 76.271 4.240 57.872 -1.223 -18.398
Minggu XI 4.781 81.051 8.814 66.686 4.033 -14.365
Minggu XII 3.033 84.084 14.790 81.475 11.756 -2.609
Dari tabel di atas tampak bahwa kontraktor memiliki bobot minus pada
setiap minggunya, kecuali pada minggu ke-7, 8, 11 dan 12. Bobot minus ini
merupakan indikasi bahwa kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan jadwal rencana yang ditetapkan atau memiliki performa dibawah
rencana kerja, selain itu bobot minus tersebut juga terus terakumulasi pada
minggu-minggu berikutnya sehingga seluruh bobot pekerjaan yang ada pada
kolom deviasi kumulatif memiliki nilai negatif. Dalam tabel tersebut dapat dilihat
bahwa pada minggu-12 atau pada akhir masa pekerjaan, kumulatif rencana kerja
yang seharusnya sudah dikerjakan oleh kontraktor adalah sebesar 84,08 %
sedangkan pada realisasinya, kontraktor hanya mampu merealisasikan pada
kisaran bobot sebesar 81,48 %. Hal ini menunjukan bahwa kontraktor masih
berada di bawah target pekerjaan yang direncanakan dengan deviasi kumulatif
pada minggu terakhir adalah sebesar -2,61 %. Nilai minus ini berasal dari
pekerjaan pengadaan tanah, penentuan lokasi dan pekerjaan penanaman
lantana serta pengadaan penopang bambu yang masih kurang dari ketetapan
kontrak.
Performa rendahnya kinerja kontraktor juga tercermin pada rencana dan
realisai kerja kontraktor yang terdapat pada Lampiran 23. Dalam pelaksanaan
kerjanya, kontraktor tidak bekerja sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
93
Seluruh pekerjaan dikerjakan di luar jadwal atau tidak sesuai dengan rencana.
Sebagai salah satu contoh yaitu pada pekerjaan pengadaan kantor gudang dan
lapangan yang direncanakan dilaksanakan pada minggu-2 dan baru
direalisasikan kontraktor pada minggu-9. Hal ini mengakibatkan keberadaan
kantor dan gudang lapangan dirasakan kurang bermanfaat sebagaimana
seharusnya.
Secara umum, keterlambatan tersebut diatas disebabkan karena sub-
kontraktor sebagai pihak pelaksana pekerjaan di lapangan tidak mampu bekerja
secara optimal dan merupakan dampak lanjutan dari kurang baiknya komunikasi
serta koordinasi antara kontraktor dengan sub-kontraktor lanskap. Minimnya
sponsoritas yang diberikan oleh kontraktor kepada sub-kontraktor ditengarai
sebagai penyebab utama timbulnya permasalahan selama masa pelaksanaan
penanaman. General Superintendant (GS) yang ditugaskan oleh PT. SK kurang
dapat bekerja sama dengan Site Manager (SM) CV. BIF. Hal ini mengakibatkan
proses penyampaian informasi terkadang berjalan lambat atau bahkan
terhambat. Hal tersebut berdampak pada terlambatnya upaya penanggulangan
masalah yang terjadi di lapangan. Selain itu GM juga dirasakan kurang
menguasai pelaksanaan proyek secara keseluruhan, hal ini tampak dari
ketidakpahaman GM terhadap metode maupun bahan yang digunakan dalam
pekerjaan penanaman.
Pada lingkup manajemen perubahan, dilakukan sejumlah perubahan
yang lebih bersifat korektif. Perubahan tersebut dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan terhadap gambar kerja dan dokumen kontrak yang dilakukan dalam
pekerjaan pendahuluan, sejumlah perubahan kemudian diusulkan kepada pihak
PT. Jasa Marga cabang CTC. Koreksi yang dilakukan terhadap gambar kerja
dilakukan dengan jalan melakukan penggambaran ulang terhadap seluruh
gambar pada lanskap ruas Cengkareng, sedangkan pada lanskap ruas Jagorawi
koreksi hanya dilakukan dengan memperbaiki jumlah tanaman yang terdapat
pada gambar tersebut agar sesuai dengan jumlah tanaman yang tercantum pada
dokumen kontrak. Sedangkan perubahan pada dokumen kontrak dilakukan
menyangkut jumlah dan spesifikasi dari beberapa jenis tanaman dan kuantitas
tanah merah yang harus diadakan oleh kontraktor.
Dalam perubahan kontrak kerja, terjadi perubahan terhadap beberapa
jenis pekerjaan hingga lebih dari 10 % dari ketetapan dokumen kontrak dan
merupakan suatu hal yang seharusnya tidak diperkenankan. Hal tersebut sesuai
94
dengan ketentuan dalam perubahan kontrak kerja (Variation Order - VO) yang
diperkenankan sesuai dengan Kepres No. 08 tahun 2003. Perubahan tersebut
terjadi pada item pekerjaan pengadaan tanah urugan, penambahan tanaman
baru berupa nanas merah, ubi singapur, rumput gajah mini dan sambang darah.
Rangkuman dari VO yang terjadi terhadap dokumen BQ dapat dilihat pada
Lampiran 26. Perubahan kerja terbesar terdapat pada pekerjaan pemberian
tanah dan pengadaan pupuk untuk pekerjaan penanaman, penambahan
pekerjaan instalasi pot ruas Cengkareng serta adanya penambahan tanaman
baru yang pada awalnya tidak terdapat dalam ketentuan gambar kerja seperti
bayam merah, ubi singapur, nanas merah, sambang darah dan penanaman
rumput gajah mini.
Selain itu, perubahan juga terjadi pada alokasi waktu keseluruhan yang
diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan penanaman. Waktu yang diberikan
kepada kontraktor diperpanjang dengan adanya surat permohonan addendum
waktu kerja selama 3 minggu. Adapun waktu tersebut digunakan untuk
melakukan kegiatan pengadaan tanah dan penanaman lantana (Lantana
cammara) pada ruas Cengkareng yang terdapat pada Km 25+200 sampai
dengan Km 27+200.
7.2. Kondisi dan Permasalahan Teknis
PT. SK selaku kontraktor utama merupakan kontraktor dengan latar
belakang sebagai penyedia layananan jasa konstruksi bangunan dan fasilitas
umum, sedangkan CV. BIF selaku sub-kontraktor merupakan rekanan PT. Jasa
Marga cabang CTC yang telah menangani berbagai proyek penanaman lanskap
jalan tol pada kantor cabang PT. Jasa Marga dengan sejarah kerja (track record)
yang cukup baik. Perbedaan latar belakang ini menjadikan kontraktor dengan
sub-kontraktor memiliki pemahaman dan tujuan pelaksanaan kerja yang
berbeda.
Harga penawaran kontraktor PT. SK dalam dokumen penawaran (tender)
yang berada di bawah harga normal, menjadikan sub-kontraktor CV. BIF sebagai
penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman tidak dapat menyediakan
tanaman sesuai dengan spesifikasi pada dokumen kontrak secara sempurna. Hal
ini terutama tampak pada tanaman pucuk merah (Eugenia oleana) yang ditanam
pada kedua ruas jalan tol tersebut yang hanya memiliki ketinggian setengah dari
ketentuan spesifikasi tanaman yang tercantum dalam dokumen kontrak.
95
Permasalahan teknis yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini
mencakup: penentuan lubang tanam, penyediaan armada penyiraman dan
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan, keterbatasan sumberdaya dalam
pengadaan tenaga kerja dan faktor eksternal. Dalam penentuan lubang tanam
pada masing-masing ruas, PT. BIF selaku pelaksana pekerjaan penanaman
mendapatkan kesulitan dalam menentukan lubang tanam sesuai dengan gambar
rencana yang telah diberikan. Hal tersebut menyebabkan SM tidak mau
menentukan titik lubang tanam apabila tidak disertai oleh perwakilan konsultan
pengawas yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam
pekerjaan pembuatan lubang tanam. Dampak dari hal tersebut adalah semakin
banyaknya waktu yang diperlukan dalam menentukan titik lubang tanam dan
berakibat pada semakin mundurnya waktu pelaksanaan dari setiap item
pekeraan yang ada dalam dokumen kontrak.
Sedangkan faktor eksternal yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini
adalah adanya fenomena alam berupa banjir rob (air pasang) yang terjadi pada
ruas Cengkareng di sekitar Km-22 sampai dengan Km-27 yang merupakan lokasi
penanaman Lantana sp. dan Nerium oleander. Sedangkan tanaman palm jepang
(Pthycosperma sp.) dan pucuk yang diletakan pada lokasi yang berbatasan
dengan pemukiman penduduk pada ruas Cengkareng menjadikan tanaman
tersebut sebagai jenis tanaman dengan tingkat kerusakan tertinggi dibandingkan
jenis tanaman lainnya. Kerusakan pada umumnya disebabkan oleh adanya
aktivitas penggembalaan hewan ternak yang dilakukan oleh penduduk sekitar.
Daun dari tanaman tersebut dimakan oleh kambing yang digembala disekitar
lokasi penanaman. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melakukan
relokasi tanaman atau dengan melakukan penggantian jenis tanaman dengan
menggunakan tanaman lain. Pada permasalahan yang menyanggkut adanya
aktifitas penggembalaan hewan ternak, tanaman palm jepang ditukarkan lokasi
penanamnnya dengan tanaman thevetia. Hal ini merupakan saran yang berasal
dasri SM yang menginformasikan bahwa hewan ternak tidak menyukai tanaman
thevetia.
Permasalahan teknis lain terdapat pada pemasangan bambu penyangga
pada pohon atau palm yang tidak sesuai dengan ketentuan kerja. Beberapa jenis
pohon yang seharusnya memiliki bentukan penopang menyerupai tripod hanya
dipasangkan dengan 2 (dua) buah penopang, itu pun dengan cara pemasangan
yang kurang baik. Penopang tersebut tidak ditancapkan dengan baik ke dalam
96
tanah sehingga tidak memiliki fungsi sebagaimana yang seharusnya. Sedangkan
ukuran lubang tanam tidak dipenuhi sebagaiman ketentuan pada dokumen
kontrak. Lubang tanam yang dibuat pada lokasi pekerjaan hanya dibuat dengan
ukuran 2 (dua) hingga 3 (tiga) kali ukuran bola akar. Walaupun ukuran tersebut
merupakan ukuran lubang tanam yang ideal bagi penanaman tanaman, namun
ketidaktepatan ini berdampak pada tidak terpenuhinya penyediaan tanah dan
pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam. Selain itu, ukuran
lubang tanam yang relatif besar tersebut juga dimaksudkan untuk memperbaiki
struktur dan kandungan hara tanah disekitar tanaman yang akan ditanam pada
lubang tersebut.
Dalam ketentuan-ketentuan kontrak kerja yang tidak dideskripsikan
dengan jelas, kontraktor melakukan beberapa pengurangan atau pemangkasan
biaya operasional secara keseluruhan melalui :
1) Tidak menyediakan kelengkapan keaman kerja yang memadai seperti
rompi dan helm proyek
2) Tidak melakukan pengaturan lalu lintas untuk menjamin keamanan dan
keselamatan, baik pekerja maupun pengguna jalan tol
3) Pengadaan alat keselamatan kerja yang sangat minim
Sedangkan pada pihak konsultan permasalahan timbul akibat adanya
ketidak-lengkapan seragam dan perlatan lapang lapang. Peralatan lapang yang
sangat vital dalam kegiatan pengawasan yaitu kamera yang digunakan untuk
kegiatan pendokumentasian. Pada awal minggu pertama, konsultan pengawas
tidak memiliki kamera yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan seluruh
pekerjaan yang dilaksanakan pada minggu tersebut. Selain itu, kendala utama
dalam melaksanakan kegiatan pengawasan adalah keterbatasan penggunaan
sarana mobilisasi yang lengkap dengan kelengkapan keamanan pelaksanaan
kerja di jalan tol yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan.
Selain itu, posisi CI dalam anggota tim pengawas kurang dapat berperan dengan
baik. Hal ini dikarenakan pada pertengahan bulan-3, CI mengundurkan diri dalam
keterlibatannya pada pelaksanaan proyek ini.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh konsultan pengawas adalah
keterbatasan dalam mengawasi seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor di lapangan secara langsung dikarenakan keterbatasan dalam sarana
mobilisasi yang dapat digunakan oleh konsultan pengawas. Hal ini sangat
97
berpengaruh pada pekerjaan pengadaan tanah ke lokasi tanam yang umumnya
dilaksanakan pada malam hari.
Dalam melakukan penjaminan terhadap pemenuhan jumlah tanaman
yang harus dipenuhi, kontraktor diwajibkan melakukan penggantian terhadap
seluruh tanaman yang mengalami kematian, baik pada ruas Jagorawi maupun
pada ruas Cengkareng. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan pemeriksaan
tanaman yang telah tertanam, terdapat sejumlah tanaman yang mengalami
kematian, baik dikarenakan oleh kesalahan pra-penanaman, rendahnya tingkat
pemeliharaan pasca-penanaman maupun adanya gangguan dari aktifitas
penduduk sekitar. Perincian hasil pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman
dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman
Kuantitas No Nama Pohon BQ Hidup Mati
Ruas Jagorawi 1 Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) 2.5 m 45 41 4 2 Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) 3 m 24 21 3 3 Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) 3.5 – 4 m 50 52 3 4 Bunga kupu‐kupu (Bauhinia purpurea) 250 289 61 5 Kamboja (Plumeria rubra) 89 89 ‐ 6 Ki Hujan (Samanea saman) 18 14 4 7 Pucuk merah (Euginia oleana) 233 228 5 8 Pandan kuning (Pandanus pygmeus) 23.904 ‐ ‐ 9 Pisang hias (Helliconia psittacorum) 21.904 ‐ ‐ 10 Nusa indah (Musaenda sp) 1.600 1.219 381 11 Lili air mancur (Hymenocalis speciosa) 23.904 ‐ ‐ 12 Euphorbia (Euphorbia milii) 2.507 ‐ ‐ 13 Bunga kertas (Bougenvillea glabra) 45 40 5 14 Rumput gajah mini (Axonopus sp) 1.369 ‐ ‐ Ruas Cengkareng 1 Palm anggur (Latania sp) 112 110 2 2 Bintaro (Cerbera odolam) 790 769 21 3 Thevetia (Thevetia peruviana) 538 525 13 4 Ki Hujan (Samanea saman) 150 123 33 5 Kamboja (Plumeria rubra) 40 40 ‐ 6 Kamboja bali (Plumeria fragrans) 10 10 ‐ 7 Palem jepang (Ptycosperma macharturii) 225 182 43 8 Bunga merak (Caesalpinia pulcerrima) 265 250 15 9 Pucuk merah (Euginia oleana) 265 253 12 10 Bunga mentega (Nerium oleander) 10.500 ‐ ‐ 11 Bunga mentega Var. (Nerium oleander Var) 10.500 ‐ ‐ 12 Pandan kuning (Pandanus pygmeus) 1.800 ‐ ‐ 13 Lili air mancur (Hymenocalis speciosa) 1.800 ‐ ‐ 14 Pisang hias (Helliconia psittacorum) 1.600 ‐ ‐ 15 Lantana (Lantana camarra) 16.000 8.000 8.000 16 Rumput gajah mini (Axonopus sp) 50 ‐ ‐
Sumber : hasil pengamatan lapang
98
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kematian yang terjadi pada
tanaman disebabkan karena adanya gangguan yang berasal dari adanya aktifitas
penduduk sekitar. Beberapa tanaman seperti trembesi (Samanea saman) dan
bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) mati dikarenakan ditebang untuk dijadikan
sebagai kayu bakar. Tanaman palm jepang (Spermathophyta sp) dan pucuk
merah (Euginia oleana) mengalami kematian karena adanya aktifitas
penggembalaan hewan ternak. Sedangkan tanaman lantana (Lantana cammara)
mengalami kematian dikarenakan minimnya penyiraman yang diberikan pasca-
penanaman. Secara keseluruhan, permasalahan teknis yang dijumpai dalam
pekerjaan penanaman lebih mengarah pada pemenuhan pekerjaan sesuai
dengan kualitas dan ketetapan kerja dalam kontrak.
7.3. Peran Pengawasan
Peran pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas lebih
berpengaruh pada pemeriksaan kelengkapan dokumen administrasi dan gambar
kerja pada masa pekerjaan pendahuluan. Sedangkan dalam masa penanaman,
konsultan pengawas lebih berperan sebagai peredam dalam meminimalisasi
dampak dari kekurangan atau kesalahan yang terjadi selama proyek
berlangsung. Peran konsultan sebagai pengendali jalannnya proyek kurang
dapat dirasakan karena keterbatasan wewenang yang dimiliki. Selain itu,
konsultan pengawas dalam menjalankan fungsi pengawasan tidak dapat bersifat
independen dalam menerapkan sanksi terhadap kelalaian yang dilakukan oleh
kontraktor. Hal ini disebabkan karena adanya interfensi yang berasal dari pihak
satgas. Setiap masukan, saran atau teguran yang diberikan oleh kepada
kontraktor tidak dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini dikarenakan pihak satgas
dapat menerima pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor walaupun
dengan segala kekurangannya.
99
VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan
Kegiatan magang yang dilaksanakan pada konsultan PT. Beutari Nusa
Kreasi secara umum telah memenuhi tujuan yang hendak dicapai. Dalam
kegiatan magang tersebut, mahasiswa telah diberi kesempatan dan tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas sebagai Landscape Inspector (LI) dalam
pengawasan pelaksanaan proyek lanskap jalan tol ruas CTC. Kegiatan
pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan merupakan bentuk aplikasi
kegiatan manajemen proyek yang dilaksanakan diantara tahap pelaksanaan dan
penutupan proyek. Sebuah proyek dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi
atau bahkan melampaui sasaran atau ekspektasi pemilik kerja. Dalam sebuah
proyek lanskap, banyaknya jenis pekerjaan dengan metode pembobotan yang
berbeda menyebabkan kegiatan pengawasan cukup sulit dilakukan terutama jika
tidak ada kerjasama kontraktor dalam penyediaan informasi serta hubungan
komunikasi yang baik. Pembobotan pekerjaan dalam kegiatan pengawasan
merupakan hal yang sangat penting dalam mengendalikan proses pelaksanaan
di lapangan.
Dalam pelaksanaan proyek, penting bagi seluruh stake holder untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode kerja yang baik dan
dilaksanakan dengan benar pada kali pertama sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Hal ini dikarenakan setiap pengulangan suatu jenis pekerjaan akan
berakibat pada bertambahnya sumber daya yang harus digunakan, terutama
biaya dan waktu.
Hasil kemajuan (progress) kontraktor secara kumulatif terhadap
penyelesaian pekerjaan penanaman adalah sebesar 96,89 %. Kontraktor tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai bobot realiasi pekerjaan 100 %.
Dalam masa akhir pekerjaan penanaman, kontraktor masih memiliki nilai minus
terhadap rencana kerja sebesar -2,61 %. Selain hal tersebut, realisasi
pelaksanaan kerja kontraktor yang digambarkan melalui kurva-s juga selalu
berada dibawah garis rencana kerja pada setiap minggunya. Seluruh hal
tersebut merupakan indikasi bahwa proyek berjalan dengan kurang baik dan
kontraktor memiliki tingkat performa yang rendah. Secara keseluruhan, penyebab
utama timbulnya permasalahan dalam proses pekerjaan proyek ini adalah tidak
berjalannya proses perancanaan secara maksimal, baik dalam perencanaan
100
lanskap, maupun dalam perencanaan pelaksanaan kerja serta minimnya
sponsoritas dan kurang harmonisnya komunikasi yang ada antara kontraktor
dengan sub-kontraktor lanskap. Dari hasil analisis, tidak tercapainya target
pelaksanaan pekerjaan secara sempurna disebabkan karena adanya
permasalahan-permasalahan yang bersifat manajerial maupun teknis lapangan.
Peran pangawas sebagai pengendali jalannya proyek, baik dalam
pengawasan terhadap aspek kualitas, kuantitas maupun waktu dalam proyek ini
berjalan kurang efektif. Hal ini disebabkan karena rendahnya independensi
konsultan pengawas dalam proses penetapan keputusan, selain itu adanya
hubungan yang erat antara pihak satgas dengan kontraktor mengakibatkan
laporan hasil kegiatan pengawasan terhadap kinerja kontraktor tidak memberikan
dampak perbaikan.
8.2. Saran
Untuk mengatasi permasalahan dalam proyek, terutama keterlambatan
penyelesaian pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pengadopsian metodologi
proyek dengan perencanaan kerja yang detil dan akurat. Hal tersebut kemudian
dilengkapi dengan pengorganisasian sumberdaya proyek dengan baik.
Sedangkan untuk mengatasi permasalahan ketidaktepatan kualitas produk
pekerjaan, diperlukan adanya itikad baik masing-masing stake holder mulai dari
proses perencanaan hingga penutupan proyek. Selain pengawasan terhadap
kinerja kontraktor dalam melaksanakan tugasnya, pengawasan juga perlu
dilakukan terhadap proses manajemen proyek yang direncanakan dan
diterapkan oleh konsultan lanskap.
101
DAFTAR PUSTAKA
Agesta, GI. 2007. Notes on Urban Trees Structure Management. Makalah. 32 p. www.arbolonline.org diakses 27 Mei 2008
Anonim. 2006. Dictionary of Agriculture (Third Edition). A & C Black Publishers Ltd. London. 289 p.
Anonim. 2008. Definition of Project. www.wikipedia.com. diakses pada 10 April 2008
Booth NK. 1983. Basic Element of Landscape Architectural Design. Waveland Press, Inc. Illinois.
Burgess, RA dan G White. 1984. Produksi Bangunan dan Manajemen Proyek (Terjemahan). Andi Offset. Yogyakarta. 280 hal.
Carpenter, PL, TD Walker, and FO Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. W. H. Freeman. San Fransisco. 468 p.
Chiara, JD dan LE Koppelmen. 1990. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Airlangga. Jakarta. 380 hal.
de Nevers, M. 2000. Enviromental Engineering. Mac Millan Publisher. Co. Inc. New York.
Departemen Pekerjaan Umum - Direktorat Jenderal Bina Marga. 1991. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.
_______. 1995. Tata Cara Pemeliharaan Tanaman Lanskap Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.
_______. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.
Eckbo, G.1995. Visual Values for The Highway User. An Engineer’s Workbook. U.S Department of Transportation. Washington DC.
Erawati, AB. 2006. Perencanaan Lanskap Jalan Masuk Kawasan Agrowisata pada Agropolitan Cianjur (Skripsi). Proram Studi Arsitektur Lanskap. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor (IPB). (Tidak Dipublikasikan)
Fare, DC. 2007. Pruning Landscsape Trees, Shrubs and Groundcovers. Agricultural Extension Services. University of Tennessee. 20 p.
102
Frick, H dan TH Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Penerbit Kanisus. Yogyakarta. 208 hal.
Hakim, R. 2005. Rancangan Visual Lansekap Jalan – Panduan Estetika Dinding Penghalang Kebisingan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 162 hal.
Hillock, D dan M Schenelle. 2008. Planting Trees and Shrubs. Oklahoma State University Extention Cooperative Services. 4 p. www.osuextra.com (20 Mei 2008)
[ Idad ] Institute of Destination Architects and Designers. 2003. Management in Destination Architecture. Institute of Destination Architects and Designers Press. 17 p. www.idad.org (20 Mei 2008)
Ismayadi, S dan E Subiandono. 2008. Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Makalah. 10 hal.
Kleupfel, S. 2001. Water Efficient Landscaping. United States Environmental Protection Agencies. Denver
Lewis, JP. 2007. Fundamentals of Project Manangement (Third Edition). American Management Association. Massachusetts. 177 p.
Lynch, K. 1971. Site Planning. The MIT Press. Massachusetts.
Mc Harg, IL. 1969. Design with Nature. Doubleday/Nature History Press. New York.
Newel, MW. 2002. Preapering For The Project Management Professional Certification Exam (Second Edition). American Management Association. Massachusetts. 430 p.
Nurisjah S dan Q Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Pertamanan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak Dipublikasikan)
Polomsky, B. 2005. Planting Trees Correctly. Home and Garden Information Center. Clemson Extensions. Artikel. http://hgic.clemson.edu (8 Agustus 2006)
Render, B and J Heizer. 1997. Principles of Operation Management with Tutorials (Second edition). Prentice Hall, International Inc. New Jersey. 525 p.
Rurit, B. 2007. Cara Memindahkan Pohon Hidup-Hidup. Artikel Kompas on-line. www.kompason-line.com. (15 April 2008)
103
Simond, JO. 1983. Landscape Architecture A Manual of Site Planning and Design. McGraw-Hill Book Company. New York.
Sternloff, RE and R Warren. 1984. Park and Recreation Maintenance Management (Second edition). John Wiley and Sons Inc. New York. 326 p.
Stoner, JAF and E Freeman. 1994. Manajemen Jilid I. Edisi 5. Intermedia. Prentice Hall. 679 hal.
Turgeon, AJ. 1980. Turfgrass Management. Reston Publ. Co. Inc. Virgnia. 391 p.
Westland, J. 2006. The Project Management Life Cycle. Kogan Page Publisher. Philaldelphia. 257 p.
104
Disetujui ?
Pengajuan
Pembaharuan timesheet
pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan l
Kelengkapan laporan harian
Pembaharuan rencana proyek
Apakah pekerjaan
diselesaikan ?
Apakah sesuai rencana ?
Pekerjaan telah selesai
Pengecualian
tidak
tidak
tidak
ya
ya
ya
Pela
ksan
ala
pang
Chi
efIn
spec
tor
Res
iden
tEng
inee
r
Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan
Harian
Mingguan
Rencana Proyek
105
Pela
ksan
ala
pang
Chi
efIn
spec
tor
Res
iden
tEng
inee
r
Lampiran 2. Alur manajemen pengawasan dan penjaminan kualitas pekerjaan
Pemeriksaaan
Definisi kualitas ditetapkan
Metode pemeriksaan kualitas ditetapkan
Apakah terpenuhi ?
Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
Pengecualian
Penjaminan kualitas Kontrol kualitas
Implementasi tindakan perbaikan
tidak ya
tidak
ya
106
Pela
ksan
ala
pang
Chi
efIn
spec
tor
Res
iden
tEng
inee
r
Lampiran 3. Alur manajemen pengadaan perubahan kerja
Pemeriksaaan
Identifikasi perubahan
Permohonan perubahan kerja
Pengkajian perubahan
Penerbitan dokumen perubahan
Pemeriksaaan
Disetujui ?
Pelaksanaan
Pelaksanaan pengkajian
tidak
ya
tidak
ya
107
Pela
ksan
a la
pang
C
hief
Insp
ecto
r R
esid
ent E
ngin
eer
Lampiran 4. Alur manajemen resiko dan masalah/kendala
Peninjauan
Identifikasi resiko
Pengajuan peninjauan
Apakah valid ?
Dokumentasikan
Tindak lanjut
Apakah teratasi ? Dokumentasikan
Perlukah perubahan ?
Tindakan alternatif
Peninjauan
Permohonan perubahan
tidak
ya
tidak
ya
tidak
108
Pela
ksan
ala
pang
Chi
efIn
spec
tor
Res
iden
tEng
inee
r
Lampiran 5. Alur manajemen komunikasi
Identifikasi materi pesan
Identifikasi penerima pesan
Draft pesan
Disetujui ?
Penyampaian pesan
Identifikasi waktu penyampaian
Identifikasi format penyampaian pesan
Pengajuan persetujuan
ya
tidak
109
Lampiran 6. Visualisasi tanaman yang digunakan pada pekerjaan penataan lanskap CTC
Lantana Bayam merah Nusa indah
Pandan bali Pisang hias Bougevil
Sambaing darah Pandan kuning Lili belut
Ubi singapur Rumput gajah Euphorbia
Nanas merah
122
Lampiran 19. Jenis, lokasi ruas jalan tol dan jumlah tanaman yang digunakan
Kategori Tanaman No. Uraian
Ketentuan dalam
Kontrak Palm Pohon Perdu Semak Rumput
1. RUAS CENGKARENG
A. Pohon/Palm
1 Palm Anggur (Latania sp) 112 112
2 Bintaro (Cerbera odollam) 790 790
3 Thevetia (Thevetia peruviana) 538 538
4 Ki Hujan (Samanea saman) 150 150
5 Kamboja (Plumeria rubra) 40 40
6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 10 10
7 Palm Jepang (Ptycosperma macharthurii) 225 225
8 Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) 265 265
9 Pucuk Merah (Eugenia oleana) 255 255
B. Shrubs & Ground Covers
1 Bunga Mentega (Nerium oleander) 10.500 10.500
2 Bunga Mentega Var. (Nerium oleander
var.) 10.500 10.500
3 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 1.800 1.800
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 1.800 1.800
5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 1.600 1.600
6 Lantana (Lantana spp) 16.000 16.000
7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) 50 50
2. RUAS JAGORAWI
A. Pohon/Palm
1 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 45 45
2 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 24 24
3 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 50 50
4 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 250 250
5 Kamboja (Plumeria rubra) 89 89
6 Ki Hujan (Samanea saman) 18 18
7. Pucuk Merah (Eugenia oleana) 233 233
B. Shrubs & Ground Covers
1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 23.904 23,904
2 Pisang Hias (Helliconia psittacorum) 21.904 21,904
3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 1.600 1.600
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 23.904 23,904
5 Euphorbia (Euphorbia millii) 2.507 2,507
6 Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) 45 45
7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) 1.369 1.369
TOTAL 120.577 456 2.373 1.865 114.464 1.419
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas
125
Lampiran 22. Aplikasi metode WBS (Work Breakdown Structure) dalam proyek penataan lanskap CTC
1.1. Pembersihan lahan 1.2. Pembuatan lubang kompos 1.3. Instalasi paranet 1.4. Pengadaan titik air 1.5. Pemeliharaan jalur sirkulasi 1.6. Pemangkasan pohon eksisting
1.1. Pemberian tanah subur1.1.1. Pohon 1.1.2. Semak
1.2. Pemberian pupuk kandang 1.2.1. Pohon 1.2.2. Semak
1.3. Pembuatan lubang tanam
1.1. Mobilisasi dan demobilisasi1.2. Pengadaan kantor/gudang lapang 1.3. Pengadaan nurseri sementara 1.4. Keamanan dan keselamatan kerja
1.4.1. Keamanan 1.4.2. Peralatan P3K
1.5. Pengaturan lalu lintas 1.6. Foto proyek 1.7. Alat bantu kerja 1.8. Pembersihan lahan 1.9. Pematokan titik tanam
1.9.1. Pohon 1.9.2. Semak
1.10. Penopang bambu 1.1. Pemindahan tanaman eksisting 1.2. Pemangkasan tanaman eksisting
Penataan lanskap CTC
Non‐penanaman Penanaman
Revitalisasi nurseri Cipinang
Lanskap JagorawiLanskap Cengkareng
Penataan gerbang tol
Persiapan
Pekerjaan tanah
Pekerjaan khusus
126 Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC
MASA PENANAMAN
MINGGU KE
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
NOV'07 DES'07 JAN'08
07-07 08-14 15-21 22-28 29-05 06-12 13-19 20-26 27-2 03-09 10-16 17-20
No. URAIAN SPESIFIKASI VOLUME UNIT
BOBOT PROGRE
SS (%)
1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 4
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Mobilisasi & Demobilisasi 1 LS 4.425 0.295 2.065 2.065
1.033 1.033 0.277 0.277 0.277 1.530
2 Kantor & Gudang Lapangan 1 LS 0.083 0.028 0.028 0.028
0.021 0.021 0.021 0.021
3 Nursery/tempat penampungan tanaman sementara 1 LS 0.111 0.037 0.037 0.037
0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014
4 Keamanan dan keselamatan
- Keamanan/satpam 1 LS 0.056 0.001 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.003
0.028 0.014 0.014
- P3K/peralatan 1 LS 0.067 0.007 0.007 0.007
0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.028 0.028 0.005
5 Pengaturan lalu lintas 1 LS 0.083 0.009 0.009 0.009
0.001 0.008 0.009 0.023 0.023 0.018
6 Foto Proyek 1 LS 0.061 0.007 0.007 0.007
0.007 0.007 0.007 0.027 0.013
7 Alat bantu kerja (listrik kerja) 1 LS 0.067 0.001 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.004
0.067
8 Pembersihan lahan penanaman 1 LS 0.500 0.007 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.027
0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.053 0.047 0.040 0.127
9 Pematokan titik tanam
-pohon 3,245 Titik 0.126 0.002 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015
0.004 0.004 0.038 0.026 0.055 #DIV/0!
-Semak/perdu di area damija jalan 152,853 Titik 4.076 0.072 0.501 0.501 0.501 0.501 0.501 0.501 0.501 0.501
0.752 0.752 1.628 0.061 0.814
10 Penopang bambu 3,245 Titik 0.288 0.013 0.092 0.092 0.092
0.044 0.044 0.018 0.061 0.061 0.061 -0.013
SUB TOTAL I 9.944 0.397 2.796 2.803 0.740 0.581 0.574 0.574 0.582 0.583 0.065 0.065 0.042
0.007 0.000 1.880 1.881 0.402 0.425 0.453 3.360 0.091 0.221 0.254 #DIV/0!
II. PEKERJAAN TANAH
1 Pemberian tanah subur
- pohon 1,030 m3 3.719 0.065 0.457 0.457 0.457 0.457 0.457 0.457 0.457 0.457
0.090 0.108 0.018 0.144 0.181 1.950
- Semak/perdu di area damija jalan 1,929 m3 6.966 0.122 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855
0.090 0.108 0.018 0.144 0.181 3.539 1.659
2 Pemberian pupuk kandang
- pohon 755 m3 1.258 0.022 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155
0.067 0.128 0.003
- Semak/perdu di area damija jalan 1,181 m3 1.968 0.035 0.242 0.242 0.242 0.242 0.242 0.242 0.242 0.242
0.067 0.178 0.068
3 Pembentukan & pengolahan tanah
- pohon 3,245 titik 0.144 0.003 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018
0.052 0.082 0.010 0.064
- Semak/perdu di area damija jalan 96,428 m2 3.750 0.066 0.461 0.461 0.461 0.461 0.461 0.461 0.461 0.461
0.046 0.068 0.003 0.054
4 Pembuatan lubang tanam 3,245 Titik 0.180 0.003 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022
0.005 0.005 0.055 0.093 0.022 0.081
SUB TOTAL II 17.986 0.316 2.209 2.209 2.209 2.209 2.209 2.209 2.209 2.209 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.186 0.222 0.322 0.175 0.618 0.078 0.000 0.509 5.492 1.781
III. PENANAMAN
1. RUAS CENGKARENG
A. Pohon/Palem
1 Palem Anggur (Latania sp) 2.5 m oht 112 ph 6.844 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760
3.056 3.789
2 Bintaro (Cerbera odollam) 3.0 m oht (branching) 75 mm dia 790 ph
4.169 0.521 0.521 0.521 0.521 0.521 0.521 0.521 0.521
4.169
3 Thevetia (Thevetia peruviana) 1.2 m oht (branching) 538 ph 1.196 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149
0.711 0.484
4 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht (branching), 150 mm dia 150 ph
2.500 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313
0.417 2.083
5 Kamboja (Plumeria rubra) 3.0 m oht (branching) 40 ph 0.333 0.048 0.048 0.048 0.048 0.048 0.048 0.048
0.333
6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 3.0 m oht (branching) 10 ph 0.222 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032
0.222
7 Palem Jepang (Ptycosperma macharthurii) 2.0 m oht 225 ph 0.875 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125
0.778 0.097
8 Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) 0.8 m oht 265 ph 0.368 0.061 0.061 0.061 0.061 0.061 0.061
0.368
9 Pucuk Merah (Eugenia oleana) 1.0 m oht 255 ph 1.983 0.331 0.331 0.331 0.331 0.331 0.331
0.778 1.206
SUB TOTAL A 18.491 0.000 0.760 1.744 1.948 2.340 2.340 2.340 2.340 2.340 2.340
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 10.83 7.175 0.484 0.000 0.000 0.000
B. Shrubs & Ground Covers
1 Bunga Mentega (Nerium oleander) 300 mm oht 10,500 plb 2.042 0.408 0.408 0.408 0.408 0.408
1.069 0.972 1.069 0.972 0.583
2 Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.) 300 mm oht 10,500 plb 2.625 0.525 0.525 0.525 0.525 0.525
3 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 300 mm oht 1,800 plb 0.225 0.075 0.075 0.075
127
0.225
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 200 mm oht 1,800 plb 0.140 0.070 0.070
0.156 0.162
5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 300 mm oht 1,600 plb 0.178 0.089 0.089
6 Lantana (Lantana spp) 300 mm oht 16,000 plb 1.778 0.356 0.356 0.356 0.356 0.356
0.889 0.722 0.167
7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) close turfing 50 m2 0.017 0.017
0.017
SUB TOTAL B 7.004 0.000 0.089 0.444 1.364 1.434 1.434 1.289 0.933 0.017
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.069 0.972 0.000 1.958 2.075 19.420
C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
1. Pot Type A 600 X 600 X 600 MM 44 nos 0.733 0.367 0.367
0.733
2. Pot Type B 1000 X 1000 X 1000 MM 22 nos 1.283 0.642 0.642
1.283
SUB TOTAL C 2.017 0.000 1.008 1.008 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.283 0.733 0.000
D. Pemindahan Tanaman Existing dari Median ke Damija
1 Cassia sp. 12600 unit 1.680 0.560 0.560 0.560
1.680
SUB TOTAL D 1.680 0.560 0.560 0.560 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.680
E. Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija
1. Pohon 60 nos 0.007 0.002 0.002 0.002
0.007
SUB TOTAL E 0.007 0.000 0.002 0.002 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.007
SUB TOTAL III.1 29.199 1.323 3.403 3.963 3.704 3.774 3.774 3.629 3.273 2.357
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 11.90 8.147 0.484 3.242 2.808 21.10
2. RUAS JAGORAWI
A. Pohon/Palem
1 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 2.5 m oht 45 ph 1.563 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313
0.938 0.556 0.069
2 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 3.0 m oht 24 ph 1.000 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200
0.667 0.333
3 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 3-4 m oht 50 ph 2.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500
0.500 1.900 0.100
4 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 3.0 m oht (brunching) 75 mm dia 250 ph
2.778 0.556 0.556 0.556 0.556 0.556
1.700 1.078
5 Kamboja (Plumeria rubra) 2.5 m oht (brunching) 89 ph 0.742 0.371 0.371
0.742
6 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht (brunching), 150 mm dia 18 ph
0.300 0.300
0.167 0.133
7. Pucuk Merah (Eugenia oleana) 1.0 m oht 233 ph 1.812 0.362 0.362 0.362 0.362 0.362
1.602 0.210
SUB TOTAL A 10.694 0.000 1.675 1.931 2.301 2.301 1.931 0.556 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 2.846 4.656 2.849 0.133 0.210 0.000 0.000 0.000
B. Shrubs & Ground Covers
1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 300 mm oht 23,904 plb 2.988 0.498 0.498 0.498 0.498 0.498 0.498
1.590 0.171 0.375 0.750 0.102
2 Pisang Hias (Helliconia psittacorum) 300 mm oht 21,904 plb 2.434 0.487 0.487 0.487 0.487 0.487
1.252 0.117 0.133 0.889 0.043
3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 300 mm oht 1,600 plb 1.111 0.278 0.278 0.278 0.278
0.894 0.217
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 200 mm oht 23,904 plb 1.859 0.310 0.310 0.310 0.310 0.310 0.310
0.420 0.237 0.327 0.125 0.751
5 Euphorbia (Euphorbia millii) 300 mm oht 2,507 plb 2.437 0.406 0.406 0.406 0.406 0.406 0.406
1.225 1.212
6 Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) 500 mm oht 45 plb 0.030 0.030
0.027 0.003
7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) close turfing 1,369 m2 0.456 0.228 0.228
0.117 -0.117
SUB TOTAL B 11.315 0.000 0.000 0.000 0.000 0.487 1.572 1.979 2.009 1.979 1.214 1.442 0.634
0.000 0.000 0.000 0.000 3.262 1.536 2.060 2.851 0.151 0.102 0.259 11.332
C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
1. Pot Type A 600 X 600 X 600 MM 44 nos 1.222 0.407 0.407 0.407
1.056 0.167 0.000
2. Pot Type B 1000 X 1000 X 1000 MM 22 nos 1.283 0.428 0.428 0.428
1.283
SUB TOTAL C 2.506 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.835 0.835 0.835 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.339 0.167 0.000 0.000
D. Revitalisasi Nursery Cipinang
1 Pembersihan Lahan 1,500 m2 0.208 0.014 0.097 0.097
0.052 0.052 0.104
2 Instalansi paranet + tiang penyangga 500 m2 0.694 0.231 0.231 0.231
0.694
3 Maintenance path paving 80 m2 0.711 0.237 0.237 0.237
0.711
4 Titik air 5 titik 0.292 0.097 0.097 0.097
0.292
5 Prunning existing pohon 30 phn 0.367 0.183 0.183
0.367
6 Pembuatan lubang tanam kompos 3x2x15 m 3 unit 0.308 0.103 0.103 0.103
0.308
SUB TOTAL D 2.581 0.014 0.281 0.383 0.669 0.669 0.566 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC (lanjutan)
128
0.000 0.000 0.000 0.000 0.052 0.052 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.476
SUB TOTAL III.2 27.096 0.014 0.281 0.383 0.669 2.830 4.904 5.115 5.145 3.909 1.770 1.442 0.634
0.000 0.000 0.000 0.000 6.160 6.244 4.909 2.984 2.700 0.269 0.259 13.80
SUB TOTAL III 56.295 0.014 0.281 0.383 1.991 6.233 8.867 8.819 8.919 7.683 5.398 4.715 2.991
0.000 0.000 0.000 0.000 6.160 6.244 16.811
11.132 3.185 3.510 3.068 34.91
5 100.000
RENCANA PENANAMAN PER MINGGU
RENCANA PROGRESS PER MINGGU (%) 0.726 5.285 5.396 4.940 9.023 11.65 11.60 11.71 10.48 5.463 4.781 3.033
KUMULATIF RENCANA (%) 0.726 6.012 11.40 16.34 25.37 37.02 48.62 60.33 70.80 76.27 81.05 84.08
REALISASI PROGRESS PER MINGGU (%) 0.007 0.000 2.066 2.103 6.884 6.844 17.88 14.57 3.276 4.240 8.814 14.78
KUMULATIF REALISASI PROGRESS (%) 0.007 0.007 2.073 4.176 11.06 17.90 35.78 50.35 53.63 57.87 66.68 81.47
DEVIASI PROGRESS PER MINGGU (%) 0.720 5.285 3.330 2.837 2.139 4.806 6.280 2.861 7.199 1.223 4.033 11.75
KUMULATIF DEVIASI (%) 0.720 6.005 9.335 12.17 14.31 19.12 12.84 9.976 17.19 18.40 14.37 -2.61
Keterangan : Rencana
Realisasi
Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC (lanjutan)
129
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 1 2 13 1415 1617 18192021 22 23 2425262728293031 32 33343536
Lampiran 24. Kurva-s perkembangan rencana dan realisasi pekerjaan kontraktor
masa penanaman
masa perawatan masa pemeliharaan
84.08
81.47
93.96
100
Progress pekerjaan
(%)
Waktu (minggu)
rencana kerja
realisasi
130
Lampiran 25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/ M/ 2005
Standar pelayanan minimum No Substansi pelayanan Indokator Cakupan Tolok ukur (01) (02) (03) (04) (05)
- Kekesatan
- Seluruh Ruas Jalan Tol
- > 0,33 mm
- Ketidakrataan - Seluruh Ruas Jalan Tol
- IRI ≤ 4 m/km
01 kondisi jalan tol
- Tidak ada Lubang - Seluruh Ruas Jalan Tol
- 100 %
- Kecepatan Tempuh Rata-rata
- Jalan Tol Dalam Kota
- ≥1,6 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol
02 kecepatan tempuh rata-rata
- Jalan Tol Luar Kota - ≥1,8 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol
- Kecepatan Transaksi Rata – Rata
- Gerbang Tol sistem terbuka
- ≤ 8 detik setiap Kendaraan
03 aksesibilitas
- Gerbang Tol sistem tertutup :
· Gardu masuk - ≤ 7 detik setiap Kendaraan
· Gardu Keluar - ≤ 11 detik setiap Kendaraan
- Jumlah Gardu Tol - Kapasitas Sistem Terbuka
- ≤ 450 kendaraan per jam per Gardu
- Kapasitas Sistem Tertutup
· Gardu Masuk - ≤ 500 kendaraan per Jam
· Gardu Keluar - ≤ 300 kendaraan per Jam
- Kecepatan Penanganan Hambatan Lalu Lintas
- Wilayah Pengamatan/ observasi Patroli
- 30 menit per siklus pengamatan
- Mulai Informasi diterima Sampai ke Tempat Kejadian :
- ≤ 30 menit
- Penanganan Akibat Kendaraan Mogok
- Melakukan penderekan ke Pintu Gerbang Tol terdekat/ Bengkel terdekat dengan menggunakan derek resmi (gratis)
04 mobilitas
- Patroli Kendaraan Derek
- 30 menit per siklus Pengamatan
- Sarana Pengaturan Lalu Lintas :
· Perambuan - Kelengkapan dan Kejelasan Perintah dan Larangan serta Petunjuk
- 100 %
05 Keselamatan
· Marka Jalan - Fungsi dan Manfaat - Jumlah 100 %
131
Standar pelayanan minimum No Substansi pelayanan Indokator Cakupan Tolok ukur (01) (02) (03) (04) (05)
dan Reflektifitas ≥ 80 %
· Guide Post/Reflektor - Fungsi dan Manfaat - Jumlah 100 % dan Reflektifitas ≥ 80 %
· Patok Kilometer Setiap 1 km
- Fungsi dan Manfaat - 100 %
- Penerangan Jalan Umum (PJU) Wilayah Perkotaan
- Fungsi dan Manfaat - Lampu Menyala 100%
- Pagar Rumija - Fungsi dan Manfaat - Keberadaan 100 %
- Penanganan Kecelakaan
- Korban Kecelakaan
- Dievakuasi gratis ke rumah sakit rujukan
- Kendaraan Kecelakaan
- Melakukan penderekan gratis sampai ke pool derek (masih di dalam jalan tol)
- Pengamanan dan Penegakan Hukum
- Ruas Jalan Tol - Keberadaan Polisi Patroli Jalan Raya (PJR) yang siap panggil 24 jam
- Ambulans
- Ruas Jalan Tol
- 1 Unit per 25 km atau minimum 1 unit (dilengkapi standar P3K dan Paramedis)
- Kendaraan Derek - Ruas Jalan Tol : · LHR > 100.000
kend/hari - 1 Unit per 5 km atau minimum 1 unit
· LHR ≤ 100.000 kend/hari
- 1 Unit per 10 km atau minimum 1 unit
- Polisi Patroli Jalan Raya (PJR)
- Ruas Jalan Tol :
· LHR > 100.000 kend/hari
- 1 Unit per 15 km atau minimum 1 unit
· LHR ≤ 100.000 kend/hari
- 1 Unit per 20 km atau minimum 1 unit
- Patroli Jalan Tol (Operator)
- Ruas Jalan Tol - 1 Unit per 15 km atau minimum 2 unit
- Kendaraan Rescue - Ruas Jalan Tol - 1 Unit per ruas Jalan Tol (dilengkapi dengan peralatan penyelamatan)
06 Unit pertolongan / penyelamatan dan bantuan pelayanan
- Sistem Informasi - Informasi dan Komunikasi Kondisi Lalu Lintas
- Setiap Gerbang Masuk
Lampiran 25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/ M/ 2005 (lanjutan)
132 Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ
ADDENDUM I/KONTRAK BARU PEKERJAAN TAMBAH KURANG
SPESIFIKASI VOLUME UNIT No. URAIAN
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH (Rp) TOTAL PRICE
(Rp) PEKERJAAN TAMBAH
PEKERJAAN KURANG
I. 1 Mobilisasi & Demobilisasi 1 LS 39,828,680 39,828,680 2 Kantor dan gudang lapang 1 LS 750,000 750,000 3 Nursery/tempat penampungan
tanaman sementara 1 LS 1,000,000 1,000,000
4 Keamanan dan keselamatan ‐ Keamanan/satpam 1 LS 500,000 500,000 ‐ P3K/peralatan 1 LS 600,000 600,000 5 Pengaturan lalu lintas 1 LS 750,000 750,000 6 Foto Proyek 1 LS 550,000 550,000 7 Alat bantu kerja (listrik kerja) 1 LS 600,000 600,000 8 Pembersihan lahan penanaman 1 LS 4,500,000 4,500,000 9 Pematokan titik tanam ‐pohon 4,694 Titik 350 1,642,900 507,150
‐Semak/perdu di area damija jalan
150,287 Titik 240 36,068,880 ‐ 615,840
10 Steger bambu 3,094 Titik 800 2,475,200 ‐ 120,800
SUB TOTAL I 89,265,660 507,150 ‐ 736,640
II. 1 Pemberian tanah subur ‐ pohon 396 m3 32,500 12,884,352 ‐ 20,590,648 ‐ Semak/perdu di area damija
jalan 1,790 m3 32,500 58,175,000 ‐ 4,517,500
2 Pemberian pupuk kandang ‐ pohon 755 m3 15,000 11,325,000 ‐ Semak/perdu di area damija
jalan 188 m3 15,000 2,817,881 ‐ 14,897,119
3 Pembentukan & pengolahan
tanah
‐ pohon 4,694 titik 400 1,877,600 579,600 ‐ Semak/perdu di area damija
jalan 4,388 m2 350 1,535,800 ‐ 32,214,000
4 Pembuatan lubang tanam 4,694 Titik 500 2,347,000 724,500
SUB TOTAL II 90,962,633 1,304,100 ‐ 72,219,267
III. 1. A. Pohon/Palem 1 Palem Anggur (Latania sp) 2.5 m oht 112 ph 550,000 61,600,000 2 Bintaro (Cerbera odollam) 3.0 m oht
75 mm dia 790 ph 47,500 37,525,000
3 Thevetia (Thevetia peruviana) 1.2 m oht
(branching) 538 ph 20,000 10,760,000
4 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht
150 mm dia 150 ph 150,000 22,500,000
5 Kamboja (Plumeria rubra) 3.0 m oht
(branching) 40 ph 75,000 3,000,000
133
6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 3.0 m oht (branching)
10 ph 200,000 2,000,000
7 Palem Jepang (Ptycosperma
macharthurii) 2.0 m oht 225 ph 35,000 7,875,000
8 Bunga Merak (Caesalpinia
pulcerrima) 0.8 m oht 265 ph 12,500 3,312,500
9 Pucuk Merah (Eugenia oleana) 1.0 m oht 255 ph 70,000 17,850,000
SUB TOTAL A 166,422,500
B. Shrubs & Ground Covers 1 Bunga Mentega (Nerium
oleander) 300 mm
oht 24,000 plb 1,750 42,000,000 23,625,000
2 Bunga Mentega Var. (Nerium
oleander var.) 300 mm
oht plb 2,250 0 ‐ 23,625,000
3 Pandan Kuning (Pandanus
pygmeus) 300 mm
oht 1,800 plb 1,125 2,025,000
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis
speciosa) 200 mm
oht 4,086 plb 700 2,860,200 1,600,200
5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 300 mm
oht plb 1,000 0 ‐ 1,600,000
6 Lantana (Lantana spp) 300 mm
oht 16,000 plb 1,000 16,000,000
7 Rumput Paetan (Axonopus
compresus) close turfing
50 m2 3,000 150,000
8 Nanas Merah 30‐40 cm
daun 139 plb 11,511 1,600,000 1,600,000
SUB TOTAL B 64,635,200 26,825,200 ‐ 25,225,000
C. Suplai dan Instalasi Pot +
Tanaman
1. Pot Type A 600 X 600 X 600 MM
104 nos 150,000 15,600,000 9,000,000
2. Pot Type B 1000 X 1000
X 1000 MM 52 nos 525,000 27,300,000 15,750,000
SUB TOTAL C 42,900,000 24,750,000
D. Pemindahan Tanaman Existing
dari Median ke Damija
1 Cassia sp. 12600 unit 1200 15,120,000
SUB TOTAL D 15,120,000 0 0
E. Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija
1. Pohon 60 nos 1,000 60,000
SUB TOTAL E 60,000
SUB TOTAL III.1 289,137,700 51,575,200 ‐ 25,225,000
2. A. Pohon/Palem 1 Palem Sadeng (Livistona
rotundifolia) 2.5 m oht 45 ph 312,500 14,062,500
2 Palem Sadeng (Livistona
rotundifolia) 3.0 m oht 24 ph 375,000 9,000,000
3 Palem Sadeng (Livistona
rotundifolia) 3‐4 m oht 50 ph 450,000 22,500,000
4 Bunga Kupu‐kupu (Bauhinia
purpurea) 3.0 m oht (brunching) 75 mm dia
250 ph 100,000 25,000,000
5 Kamboja (Plumeria rubra) 2.5 m oht
(branching) 89 ph 75,000 6,675,000
Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan)
134
6 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht
(branching), 150 mm dia
18 ph 150,000 2,700,000
7. Pucuk Merah (Eugenia oleana) 1.0 m oht 233 ph 70,000 16,310,000
SUB TOTAL A 96,247,500
B. Shrubs & Ground Covers 1 2 Pisang Hias (Helliconia
psittacorum) 300 mm
oht 21,904 plb 1,000 21,904,000
3 Nusaenda (Musaenda
philipinensis) 300 mm
oht 1,600 plb 6,250 10,000,000
4 Lili Air Mancur (Hymenocallis
speciosa) 200 mm
oht 23,904 plb 700 16,732,800
5 Euphorbia (Euphorbia millii) 300 mm
oht 2,507 plb 8,750 21,936,250 2,917
6 Bunga Kertas (Bougainvillea
glabra) 500 mm
oht 45 plb 6,000 270,000
7 Rumput Paetan (Axonopus
compresus) close turfing
0 m2 3,000 0 ‐ 4,107,000
8 Bayam Merah (Erpha) 300‐350
mm oht 11,000 plb 2,500 27,500,000 27,500,000
9 Ubi Singapura (Ipomea sp) 50‐100 mm
oht 6,000 plb 3,186 19,116,000 19,116,000
10 Nanas Merah (Pandanus sp ‐ Red) 300‐400
mm oht 50 plb 11,511 575,540 575,540
11 Rumput Gajah Mini 300‐350
mm oht 650 m2 6,318 4,107,000 4,107,000
12 Sambang Darah 25‐30 cm
oht 200 plb 10,000 2,000,000 2,000,000
SUB TOTAL B 151,033,590 53,301,457 ‐ 4,107,000
C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
1. Pot Type A 600 X 600 X 600 MM
44 nos 150,000 6,600,000 ‐ 4,400,000
2. Pot Type B 1000 X
1000 X 1000 MM
22 nos 525,000 11,550,000
SUB TOTAL D 18,150,000 ‐ 4,400,000
D. Revitalisasi Nursery Cipinang 1 Pembersihan Lahan 1,500 m2 1,250 1,875,000 2 Instalansi paranet + tiang
penyangga 500 m2 12,500 6,250,000
3 Maintenance path paving 80 m2 80,000 6,400,000 4 Titik air 5 titik 525,000 2,625,000 5 Prunning existing pohon 30 phn 110,000 3,300,000 6 Pembuatan lubang tanam
kompos 3x2x15 m 3 unit 925,000 2,775,000
SUB TOTAL E 23,225,000 0 0
SUB TOTAL III.2 288,656,090 53,301,457 ‐ 8,507,000
Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan)
135
SUB TOTAL III 577,793,790 104,876,657 ‐ 33,732,000
IV. 1 ‐ Penyiraman 2 x sehari,
daily 180 kali 450,000 81,000,000
2 ‐ Pendangiran 1 X 2
minggu 12 kali 100,000 1,200,000
3 ‐ Pemangkasan 1 X Sebulan 3 kali 400,000 1,200,000 4 ‐ Pemupukan 1 X Sebulan 3 kali 500,000 1,500,000 5 ‐ Penyemprotan insektisida 1 X Sebulan 3 kali 1,125,000 3,375,000
SUB TOTAL IV 88,275,000
V. 1 ‐ Penyiraman Daily 90 kali 450,000 40,500,000 2 ‐ Pendangiran 1 X 2
minggu 12 kali 100,000 1,200,000
3 ‐ Pemangkasan 1 X Sebulan 3 kali 1,000,000 3,000,000 4 ‐ Pemupukan 1 X Sebulan 3 kali 1,000,000 3,000,000 5 ‐ Penyemprotan insektisida 1 X Sebulan 3 kali 2,000,000 6,000,000
SUB TOTAL V 53,700,000
JUMLAH (I+II+III+IV+V) 899,997,083 106,687,907 ‐ 106,687,907
PPN10% 89,999,708
JUMLAH 989,996,791
DIBULATKAN 989,996,000
Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan)
136
Lampiran 27. Daftar istilah
Istilah Umum
Daerah Manfaat Jalan
: merupakan daerah yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan
dan daerah ambang pengamannya
Daerah Milik Jalan
: meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu, di luar
daerah manfaat jalan
Daerah Pengawasan Jalan
: sejalur tanah tertentu di luar daerah milik jalan yang berada di
bawah pengawasan pembina jalan
Jalan : suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,
meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas
Jalan Khusus : jalan selain daripada yang digunakan sebagai jalan khusus
Jalan Primer : jaringan jalan di tingkat nasional yang menghubungkan satu
kota dengan kota lainnya
Jalan Sekunder : jaringan jalan yang berada di dalam kota
Jalan Tol : jalan umum yang kepada para pemakainya dikenakan
kewajiban membayar tol
Jalan Umum : jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum
Pembinaan jalan : kegiatan penanganan jalan yang meliputi penentuan sasaran
dan pewujudan sasaran
Tol : sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan
tol
Istilah Yang Berhubungan dengan Proyek
Bahan : adalah setiap dan semua bahan yang diperuntukkan atau
dimaksudkan dalam pekerjaan
Gambar Kerja (Shop Drawings)
: gambar kerja berarti gambar yang dibuat oleh kontraktor untuk
memudahkannya dalam melaksanakan pekerjaan yang disetujui
secara tertulis oleh pengawas dan diketahui oleh pemberi tugas
Gambar Rencana : adalah gambar-gambar yang dimaksudkan dalam dokumen
kontrak dan setiap perubahan pada gambar tersebut yang telah
disetujui oleh pemberi tugas serta gambar-gambar semacam
lainnya yang disediakan atau disetujui secara tertulis oleh
pemberi tugas
Gambar Terlaksana
: gambar yang selalu dibuat secara kumulatif berdasarkan hasil
137
(As Built Drawings)
kemajuan bulanan pekerjaan nyata dan sudah harus menjadi
gambar yang lengkap sebelum serah terima sementara/serah
terima akhir. Gambar ini dibuat dalam dan didasarkan pada
gambar kerja dan hasil nyata yang terbangun dilapangan
Harga Satuan : berarti harga tetap dari setiap jenis pembayaran yang dijabarkan
dalam daftar kuantitas dan harga, untuk kontraktor atau nilai lain
yang mungkin disetujui setiap saat oleh pemberi tugas dan
kontraktor
Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
: satuan harga yang diajukan oleh pihak penawar pekerjaan
sebagai bahan perbandingan terhadap harga satuan yang tertera
dalam dokumen kontrak
Instruksi : perintah tertulis resmi, atau perintah tertulis tidak resmi yang
selanjutnya ditegaskan secara resmi, yang dikeluarkan oleh
pemberi tugas atau pengawas kepada kontraktor sesuai dengan
ketentuan umum kontrak yang meminta pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan kontrak
Kepala Pelaksana / General Superintedent
: adalah pihak yang ditunjuk oleh pihak kedua sebagai perwakilan
pihak kedua dalam pelaksanaan kontrak, yang berkewajiban
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam
dokumen kontrak dan peraturan / ketentuan yang mengikat, dan
bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang
dilaksanakannya
Kotraktor : adalah penyedia jasa borongan yang selanjutnya disebut sebagai
pihak kedua yang berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai
ketentuan pada dokumen kontrak dan peraturan / ketentuan yang
mengikat
Lapangan : lapangan berarti lahan dan tempat, pada, di bawah, di dalam atau
di mana pekerjaan akan dilaksanakan dan lahan atau tempat lain
yang disediakan oleh pemberi tugas untuk tujuan pekerjaan di
dalam kontrak bersama dengan tempat lain tersebut yang
mungkin secara khusus ditunjukkan dalam kontrak yang
merupakan bagian dari lapangan
Overall (Ovall) : satuan tanaman dimana ketinggian tanaman diukur berdasarkan
ketinggian tanaman keseluruhan, mulai dari pangkal batang
hingga ujung daun tertinggi/terluar
Overall High : satuan tanaman pada palm dimana ketinggian tanaman diukur
138
Trunk (OHT)
berdasarkan ketinggian batang yang diukur dari pangkal batang
hingga percabangan daun terbawah
Pekerjaan Permanen
: adalah suatu bagian dari pekerjaan sebagaimana disyaratkan
dalam kontrak yang harus diselesaikan oleh kontraktor dan
diterima oleh pemberi tugas
Pekerjaan Sementara
: adalah segala macam pekerjaan sementara yang diminta dalam
pelaksanaan, penyelesaian atau jaminan dari pekerjaan
Peralatan Konstruksi
: segala mesin-mesin, peralatan atau barang-barang yang
diperlukan di dalam atau untuk pelaksanaan, penyelesaian atau
pemeliharaan pekerjaan atau pekerjaan sementara, tetapi tidak
termasuk didalamnya material lainnya yang akan dipergunakan
untuk mewujudkan seluruh atau sebagian dari pekerjaan
permanen
Perintah : perintah tertulis yang dikeluarkan oleh pemberi tugas dan
diterima oleh kontraktor, yang mencakup instruksi-instruksi
tambahan, variasi kuantitas atau perubahan terhadap pekerjaan
Produk : adalah bahan, mesin, peralatan dan perlengkapan tetap yang
merupakan bagian dari pekerjaan permanen tetapi tidak
termasuk bahan, mesin dan perlengkapan yang digunakan untuk
menyiapkan, mengangkut dan memasang pekerjaan yang
biasanya dimaksudkan sebagai peralatan konstruksi,
perlengkapan dan bahan
Satuan Tugas (Satgas)
: adalah wakil dari pemberi tugas yang berkewajiban
melaksanakan pengawasan pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam dokumen kontrak dan ketentuan yang mengikat, dan
bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang
dilaksanakannya
Spesifikasi : terdiri dari spesifikasi umum dan spesifikasi khusus
Stake Holder : seluruh pihak yang terlibat dan terikat oleh adanya kesepakatan
kontrak
Sub Kontraktor : adalah penyedia barang/jasa usaha kecil/koperasi kecil yang
memenuhi kriteria sebagaimana yang dimaksud dalam undang-
undang nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, atau penyedia
barang/jasa spesialis
Variation Order (VO)
: ketentuan perubahan terhadap jenis atau item dalam kontrak
139
berupa penambahan atau pengurangan jenis pekerjaan tertentu
dengan batas toleransi perubahan yang diperkenankan maksimal
sebesar 10 % terhadap kontrak awal
Istilah Yang Berhubungan dengan Manajemen
Work Breakdown Structure (WBS)
: pemecahan lingkup pekerjaan kedalam struktur hirarki
berdasarkan urutan dan jenis pekerjaan
top related