97374436 pemerintahan-yang-bersih

Post on 30-Nov-2014

522 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN DEMOKRATIS

Oleh :

ELLY HASAN SADELI, S.PD., M.PD

Terdapat suatu keprihatinan yang terjadi

di negara kita, bahwa negara kita

merupakan negara terkorup di Asia, dan

terkorup ketiga di dunia setelah Nigeria

dan Kamerun. Juara ketiganya adalah

Indonesia dan Azarbaijan (Transparancy

Internasional, Kompas, 22 Juli 2000).

Pemerintahan yang Bersih

Pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu negara (daerah negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah sesuatu negara (seperti kabinet merupakan suatu pemerintah). Sedangkan pemerintahan adalah perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah (Pamudji, 1995: 23). Pemerintah sebagai alat untuk bertindak demi kepentingan rakyat, untuk mencapai tujuan organisasi negaraantara lain kesejahteraan, pertahanan, kemanan, tata tertib, keadilan, kesehatan, dan sebagainya (Kansil, 1985: 48).

Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan Negara sendiri; jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislatif dan yudikatif (Kusnardi dan Ibrahim, 1981:170).

Pemerintahan yang bersih menurut

Chamim (2006: 54) adalah kondisi

pemerintahan yang para pelaku yang

terlibat di dalamnya menjaga diri dari

perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN).

Korupsi merupakan perbuatan pejabat pemerintah yang menggiunakan uang pemrintah dengan cara-cara yang tidak legal. Kolusi adalah bentuk kerja asama antara pejabat pemerintah dengan oknum lain secara illegal (melanggar hukum) untuk mendapatkan keuntungan material bagi mereka. Sedangkan nepotisme adalah pemanfaatan jabatan untuk memberi pekerjaan, kesempatan atau penghasilan bagi keluarga atau kerabat dekat pejabat sehingga menutup kesempatan bagi orang lain.

Negara Hukum

Di dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) jelas-jelas dinyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Juga disebutkan di dalam Pasal 27 ayat (1) bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Syarat-syarat Negara Hukum

Immanuel Kant (1724-1804) merumuskan bahwa konsep negara hukum hendaknya mengandung dua unsur, yakni: (1) perlindungan terhadap hak asasi manusia; dan (2) pemisahan kekuasaan. Sedangkan Friedrich Julius Stahl dalam konsepnya Negara hukum dalam arti formal, bahwa Negara hukum hendaknya mengandung unsur-unsur : (1) perlindungan terhadap hak asasi manusia; (2) pemisahan kekuasaan; (3) setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan undang-undang; (4) adanya peadilan administrasi yang berdiri sendiri-sendiri (Kusnardi dan Ibrahim, 1983:156)

Menurut A.V. Dicey, konsep Negara hukum faham Anglo Saxon yang terkenal dengan Rule of Law, Negara hukum hendaknya mengandung tiga unsur, yaitu : (1) supremacy of law; (2) equality before the law; (3) human right.

Menurut sejarah, jauh sebelumnya Islam telah meletakkan dasar Negara hukum (embrio Negara hukum). Pada masa Rasulullah saw, ada seorang anak pembesar (kepala suku) yang bernama Fatimah binti Abil Asad mencuri. Karena anak pembesar,orang-orangpun khawatir kalau ia sampai dihukum. Karena itu, ada kecenderungan sementara orang ketika itu supaya ia tidak dihukum. Melalui Usamah bin Zaid diajukan permohonan dispensasi kepada Kepala Negara yaitu Nabi Muhammad saw. Usamah bin Zaid dikenal sebagai sahabat kesayangan Nabi. Namun, Nabi menegur Usamah dengan kata-kata beliau:

“Apakah engkau Usamah akan mencari dan mengusahakan dispensasi atas hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Allah swt? Orang-orang sebelum kamu dahulu binasa karena golongan elitnya mencuri mereka dibiarkan saja, tetapi kalau rakyat jelata mencuri mereka dihukum. Demi Allah sekiranya Fatimah anak perempuan Muhammad mencuri pasti akan kupotong tangannya” ( Azhari, 2004: 160-161).

SEKIAN TERIMA KASIH

top related