69241834-pengantar-ekonomi
Post on 28-Oct-2015
375 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I.PENGERTIAN ILMU EKONOMI
Mempelajari ilmu ekonomi itu penting, karena persoalan-persoalan hidup seseorang atau negara, sering ditenggarai oleh persoalan cara berfikir yang keliru seperti
pemborosan dan distribusi pendapatan yang tidak adil oleh penguasa yang dzalim
A. Mengapa Belajar Ilmu Ekonomi?
Menurut Case dan Fair (1996) ada beberapa manfaat dari studi ekonomi, antara
lain:
1. Memperbaiki cara berpikir yang membantu dalam pengambilan keputusan
Dengan pikiran kita mampu menganalisis, menilai benar-salah, baik-buruk
dan menentukan pilihan. Metode-metode, teknik berpikir dalam ilmu ekonomi
akan meningkatkan kemampuan berpikir dan mengambil keputusan.
2. Membantu memahami masyarakat
Sejarah ekonomi mengajarkan bahwa melalui pertukaran, manusia berupaya
mengatasi kelangkaan, selanjutnya mengembangkan teknologi dan sistem
kemasyarakatan.
3. Membantu memahami masalah-masalah internasional (global)
Dengan mempelajari ilmu ekonomi, kita dapat mengerti lebih dalam mengenai
permasalahan ekonomi global. Kita dapat mengerti mengapa pada saat negara-
negara Asia Timur (Indonesia) mengalami krisis ekonomi tahun 1998, negara-
negara maju (Eropa Barat, USA dan Jepang) mau memberi bantuan.
4. Bermanfaat dalam membangun masyarakat demokrasi
Ekonom memandang demokratisasi sangat penting dalam rangka
memperbaiki proses alokasi sumber daya, karena lebih mencerminkan aspirasi
masyarakt kebanyakan.
B. Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi
Dalam ilmu ekonomi ada dua hal besar yang dibahas, yaitu ekonomi mikro dan
ekonomi makro. Ekonomi mikro membahas proses alokasi sumber daya secara efisien di
tingkat individu, perusahaan dan industri (kumpulan perusahaan yang menghasilkan
barang sejenis). Efisiensi di tingkat mikro belum tentu baik untuk keseluruhan. Misalnya,
agar harga-harga produk industri murah, sebaiknya teknologi yang digunakan padat
modal. Tetapi pilihan ini menghilangkan kesempatan kerja sehingga menimbulkan
pengangguran. Jika tidak ada yang bekerja, pasaran lokal tidak ada, karena tidak ada daya
beli. Ternyata pilihan teknologi padat modal, merugikan industri-pemilik modal. Terlihat
bahwa pilihan teknologi padat modal, memungkinkan efisiensi tingkàt industri tetapi
tidak secara keseluruhan. Banyak sumber daya manusia yang tidak teralokasi. Masalah-
masalah ini dibahas dalam ekonomi makro.
C. Pengertian Barang dan Jasa
Barang adalah benda-benda yang berwujud atau tak berwujud, yang digunakan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk menghasilkan benda lain yang
akan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan jasa tidak dapat digolongkan sebagai
suatu barang, karena tidak berwujud, tetapi dapat memberikan kepuasan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Contoh jasa ialah jasa perbankan, jasa bengkel, jasa dokter, dan
pengajaran yang diberikan oleh guru.
D. Masalah-masalah Ekonomi
Masalah ekonomi adalah masalah pilihan alokasi sumberdaya yang langka. Ilmu
ekonomi akan senantiasa bermanfaat, selama masalah yang dihadapi adalah alokasi
sumberdaya yang langka. Ada beberapa masalah yang dihadapi, antara lain:
1. Apa yang Harus Diproduksi dan Berapa Banyak?
Produksi berupa barang dan jasa adalah hasil transformasi berbagai faktor
produksi. Barang dan jasa memberikan kegunaan/manfaat bagi pemakai/konsumen.
Pertanyaan apa yang harus diproduksi bermakna barang apa yang harus disediakan?
Berapa banyak agar kesejahteraan masyarakat meningkat?
2. Bagaimana Memproduksinya?
Setelah memutuskan barang dan jasa apa saja yang harus diproduksi, pertanyaan
berikut adalah, “Bagaimana memproduksinya?” Metode dan teknologi apa yang
digunakan dalam proses produksi? Ilmu ekonomi memandang teknologi sebagai faktor
penting dalam proses produksi.
3. Untuk Siapa Barang dan Jasa Diproduksi?
Pertanyaan ini berdimensi keadilan dan pemerataan. Sebab apa gunanya produksi
melimpah karena menggunakan teknologi tinggi, berskala besar dan efisien, bila hanya
dinikmati segelintir anggota masyarakat saja? Keputusan untuk siapa barang dan jasa
diproduksi berkaitan erat dengan konsep keadilan masyarakat bersangkutan. Bagi
masyarakat egaliter, keadilan berarti setiap individu memperoleh jumlah yang sama.
Sedangkan masyarakat utilitarian tidak terlalu mementingkan keadilan dalam jumlah.
SOAL LATIHAN
1. Mengapa kita perlu belajar ilmu ekonomi ?
2. Apa hubungannya antara masalah perekonomian dengan keadilan distribusi
pendapatan ?
3. Apa perbedaan antara ekonomi mikro dan ekonomi makro ?
4. Jelaskan definisi barang dan jasa !
5. Mengapa pemborosan dalam memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya ekonomi
merupakan salah satu masalah dalam perekonomian ?
BAB II. MEKANISME PASAR: PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Persoalan rendahnya daya beli masyarakat, tidak sekedar dipengaruhi oleh peningkatan harga barang dan jasa, melainkan dipengaruhi oleh faktor rendahnya tingkat
pendapatan konsumen.
Untuk meningkatkan pendapatan individu (personal income), diperlukan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki produktivitas yang tinggi yang tidak
menggantungkan hidupnya pada orang lain.
A. Hakikat Jumlah yang Diminta
Jumlah total dari suatu komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga
dinamakan jumlah yang diminta dari komoditi tersebut. Sehubungan dengan konsep ini,
ada tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, jumlah yang diinginkan adalah suatu
jumlah yang diinginkan pada tingkat harga komoditi tersebut dan pada harga komoditi
lain, pendapatan konsumen dan sebagainya yang sudah tertentu. Jumlah ini kemungkinan
tidak sama dengan jumlah yang benar-benar dibeli oleh konsumen. Ini dapat terjadi bila
jumlah yang tersedia di pasar tidak cukup, sehingga jumlah yang ingin dibeli melebihi
jumlah yang benar-benar dibeli. Untuk lebih jelasnya, istilah jumlah yang diminta
digunakan untuk menerangkan jumlah yang ingin dibeli, dan jumlah yang benar-benar
dibeli untuk menerangkan jumlah yang sebenarnya dibeli.
Kedua, kata “diinginkan” mengandung makna bahwa jumlah tersebut dalam batas
jangkauan daya beli rumah tangga. Ketiga, jumlah yang diminta menunjukkan pada arus
pembelian yang terus menerus, atau sering disebut konsep flow, artinya, jumlah yang
diminta berhubungan dengan suatu dimensi waktu atau jangka waktu tertentu.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang,
yaitu:
1. Harga Barang Itu Sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu
bertambah. Begitu juga sebaliknya.
2. Harga Barang Lain yang Terkait
Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan akan suatu barang, tetapi
kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam
barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap).
3. Tingkat Pendapatan Per Kapita
Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi
tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu
barang meningkat.
4. Selera atau Kebiasaan
Selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap suatu
barang. Beras misalnya. Walaupun harganya sama, permintaan beras per tahun di
propinsi Maluku lebih rendah dibanding dengan di Sumatra Utara. Mengapa?
Karena orang-orang Maluku lebih menyukai sagu (sejak kecil mereka makan
sagu).
5. Jumlah Penduduk
Kita ambil contoh beras lagi. Sebagai makanan pokok rakyat Indonesia, maka
permintaan akan beras berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Makin
banyak jumlah penduduk, permintaan akan beras makin banyak.
C. Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan
matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi permintaan,
maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable)
dan variabel-variabel bebas (independent variables).
Bentuk persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat
permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ialah:
Dx = f(Px, Py, Y/cap, sel, pen)
di mana: Dx = permintaan akan harang X
Px = harga X
Py = harga Y (barang substitusi atau komplemen)
Y/cap = pendapatan per kapita
sel = selera atau kebiasaan
pen = jumlah penduduk
Dx adalah variabel tidak bebas (dependent variable), karena besar nilainya
ditentukan oleh variabel-variabel lain, yaitu yang berada di sisi kanan persamaan.
Variabel-variabel ini disebut variabel bebas (independent variable), karena besar nilainya
tidak tergantung besarnya nilai variabel lain.
Dalam analisis ekonomi tidak semua variabel diperhitungkan. Biasanya yang
diperhitungkan adalah yang pengaruhnya besar dan langsung. Dalam hal ini variabel
yang dianggap mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu
sendiri, harga barang lain dan pendapatan.
D. Pengertian Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada
berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Faktor-faktor yang menentukan
tingkat penawaran adalah harga jual barang yang bersangkutan, serta faktor-faktor
lainnya yang dapat disederhanakan sebagai faktor nonharga. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penawaran akan suatu barang, antara lain:
1. Harga Barang Itu Sendiri
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah
barang yang dihasilkan.
2. Harga Barang Lain yang Terkait
Secara umum dapat dikatakan bahwa apabila harga barang substitusi naik, maka
penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk
barang komplemen, dapat kita nyatakan bahwa apabila harga barang komplemen
naik, maka penawaran akan suatu barang berkurang, dan sebaliknya.
3. Harga Faktor Produksi
Kenaikan harga faktor produksi akan mengurangi laba perusahaan. Apabila
tingkat laba suatu industri tidak menarik lagi, mereka akan pindah ke industri lain,
dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya penawaran akan barang.
4. Biaya Produksi
Kenaikan harga input menyebabkan kenaikan biaya produksi. Dengan demikian,
bila biaya produksi meningkat (apakah dikarenakan kenaikan harga faktor
produksi atau penyebab lainnya), maka produsen akan mengurangi hasil
produksinya, berarti penawaran akan barang itu berkurang.
5. Teknologi Produksi
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan
barang-barang baru. Dalam hubungannya dengan penawaran akan suatu barang,
kemajuan teknologi menyebabkan kenaikan dalam penawaran akan barang.
6. Jumlah Pedagang/Penjual
Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran
akan barang tersebut akan bertambah.
7. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba, bukan memaksimumkan hasil
produksinya. Akibatnya, tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan
kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya pada
tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum.
8. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi penawaran akan suatu barang.
Di Indonesia, beras merupakan makanan utama. Kebijakan pemerintah untuk
mengurangi impor beras dan meningkatkan produksi dalam negeri guna
tercapainya swasembada beras, menyebabkan para petani menanam padi tertentu
yang memberikan hasil banyak setiap panennya. Kebijakan ini jelas menambah
supply beras dan keperluan impor beras dapat dikurangi.
Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis
dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Persamaan matematis yang menjelaskan
hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
adalah:
Sx = f(Px, Py, Pi, C, tek, ped, tuj, kebij)
di mana: Sx = penawaran akan barang X
Px = hargaX
Py = harga Y (barang substitusi atau komplementer)
Pi = harga input / faktor produksi
C = biaya produksi
tek = teknologi produksi
ped = jumlah pedagang/penjual
tuj = tujuan perusahaan
kebij = kebijakan pemerintah
SOAL LATIHAN
1. Apa yang Anda ketahui dengan definisi permintaan (demand) ?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat permintaan seseorang
terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsinya ?
3. Apa yang Anda ketahui dengan penawaran (supply) ?
4. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi penawaran ?
5. Mengapa kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat
penawaran produsen ?
BAB III. KONSEP ELASTISITAS: ELASTISITAS HARGA DAN PENAWARAN
Kecenderungan masyarakat untuk tetap membeli barang pangan yang relatif mahal dalam proporsi yang masih tinggi, mengindikasikan bahwa barang pangan seperti beras, tepung terigu, telur, daging ayam dan minyak goreng merupakan kebutuhan pokok hidup
masyarakat.
Pemerintah berkewajiban menstabilkan haraga-harga kebutuhan pokok masyarakat, karena tingkat harga dan ketersediaan barang-barang pokok dapat mempengaruhi
tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah
A. Pengertian Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang
dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris
paribus). Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas
harga (price elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga
barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila dikaitkan dengan
pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity).
Elastisitas Harga (Ep)
Mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya
berubah sebesar satu persen.
Persentase perubahan jumlah barang yang dimintaEp =
Persentase perubahan harga
Angka-angka elastisitas harga:
1. Inelastis (Ep < 1)
Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil daripada perubahan harga.
2. Elastis (Ep > 1)
Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan harga suatu
barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar.
3. Elastis unitari (Ep = 1)
Jika harga naik 10%, permintaan turun 10% juga.
4. Inelastis sempurna (Ep = 0)
Berapapun harga suatu barang, orang akan tetap membeli jumlah yang
dibutuhkan.
5. Elastis tak terhingga (Ep = x)
Perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang
besarnya.
Elastisitas Silang (Ec)
Mengukur persentase perubahan permintaan akan suatu barang sebagai akibat
perubahan harga barang lain sebesar satu persen.
Persentase perubahan jumlah barang X yang dimintaEc = Persentase perubahan harga barang X
Atau
Nilal Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan Y. Bila Ec > 0, X
merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga relatif X lebih murah,
sehingga permintaan terhadap X meningkat. Nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan X dan
Y adalah komplementer. X hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Penambahan atau
pengurangan terhadap X, menyebabkan penambahan atau pengurangan terhadap Y.
Kenaikan harga Y menyebabkan permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan
permintaan terhadap X ikut menurun.
Elastisitas Pendapatan (Ei)
Mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila
pendapatan berubah sebesar satu persen.
Persentase perubahan jumlah barang yang dimintaEi = Persentase perubahan pendapatan
Atau
Umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan
meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya makin besar.
Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal (normal goods). Bila nilai Ei antara 0
sampai 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok (essential goods). Barang dengan
nilai Ei > 1 merupakan barang mewah (luxurius goods). Ada barang dengan Ei <0.
Permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan nyata
meningkat. Barang ini disebut barang inferior (inferior good).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Harga
Ada beberapa faktor yang menentukan tingkat elastisitas harga:
1. Tingkat substitusi. Makin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaan makin
inelastis.
2. Jumlah pemakai. Makin banyak jumlah pemakai, permintaan akan suatu barang
makin inelastis.
3. Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Bila proporsi tersebut
besar, maka permintaan cenderung lebih e1astis.
4. Jangka waktu. Jangka waktu permintaan atas suatu barang juga mempunyai
pengaruh terhadap elastisitas harga. Namun hal ini tergantung pada apakah
barangnya durabel atau nondurabel.
C. Definisi Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran dapat didefinisikan dengan analogi logika yang sama
dengan elastisitas permintaan. Elastisitas penawaran adalah angka yang menunjukkan
berapa persen jumlah barang yang ditawarkan berubah, bila harga barang berubah satu
persen. Elastisitas penawaran, juga dapat dikaitkan dengan faktor-faktor atau variabel-
variabel lain yang dianggap mempengaruhinya, seperti tingkat bunga, tingkat upah, harga
bahan baku dan harga bahan antara lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas penawaran antara lain:
1. Jenis produk. Kurva penawaran produk pertanian umumnya inelastis, sebab
produsen tidak mampu memberikan respons yang cepat terhadap perubahan
harga. Jika harga beras naik 10%, petani harus menanam dahulu dan baru 3-4
bulan kemudian dapat memanen hasil. Sementara kurva penawaran produk
industri umumnya elastis, sebab mampu berespons cepat terhadap perubahan
harga. Bila harga tekstil meningkat, pabrik tekstil akan memperpanjang jam kerja
mesin, menambah pekerja harian atau memberikan kesempatan lembur.
2. Sifat perubahan biaya produksi. Selain tergantung pada jenis produknya,
elastisitas penawaran dipengaruhi juga oleh sifat perubahan biaya produksi.
Penawaran akan bersifat inelastis bila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan
dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila penawaran dapat ditambah
dengan pengeluaran biaya tambahan yang tidak terlalu besar, penawaran akan
bersifat elastis. Apakah biaya produksi akan meningkat dengan cepat atau lambat
apabila produksi ditambah, tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a) Tingkat penggunaan kapasitas perusahaan. Apabila kapasitasnya telah
mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru harus dilakukan untuk menambah
produksi. Dalam keadaan mi kurva penawaran akan menjadi inelastis.
b) Kemudahan memperoleh faktor-.faktor produksi. Penawaran akan menjadi
inelastis apabila faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menaikkan
produksi sulit diperoleh.
3. Jangka waktu. Jangka waktu juga dapat mempengaruhi besarnya elastisitas
penawaran.
SOAL LATIHAN
1. Dapatkah Anda menjelaskan definisi elastisitas harga ? Sebutkan faktor-faktor
yang mempengaruhi elastisitas harga !
2. Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan elastisitas silang ? berikan contohnya !
3. Mengapa beras merupakan barang inelastis ? Kemukakan alasan Anda !
4. Mengapa kenaikanharga BBM di Indonesia tidak membuat permintaan terhadap
BBM menjadi berkurang ?
5. Apa yang dimaksud dengan elastisitas penawaran ? Jelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi elastisitas penawaran !
BAB IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN
Konsumsi barang maupun jasa yang berlebihan tidak hanya akan menurunkan nilai manfaat/utilitas barang dan jasa itu sendiri, tetapi lebih dari itu, berlebih-lebihan dalam mengkonsusmsi barang atau jasa tanpa ada pengendalian, menjerumuskan manusia pada kesesatan.
Islam mengatur manusia untuk hidup hemat dan memanfaatkan barang dan jasa yang Allah SWT berikan dengan kadar yang cukup tanpa berlebih-lebihan
A. Pengertian-pengertian dan Asumsi Utama
Barang (Commodities)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau
kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dan satu barang dan jasa, seluruhnya
digabungkan dalam bundel barang (commodities bundle). Barang yang dikonsumsi
mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar manfaat yang diperoleh (good).
Utilitas (Utility)
Utilitas adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang. Utilitas
merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif penggunaannya.
Utilitas digugakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen. Utilitas total
(total utility/TU) adalah manfaat total yang diperoleh dan seluruh barang yang
dikonsumsi. Utilitas marjinal (marginal utility/MU) adalah tambahan manfaat yang
diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.
Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing
Marginal Utility)
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan
utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin menurun,
bahkan menjadi negatif. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala itu disebut sebagai
Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminshing Marginal
Utility, untuk selanjutnya disingkat LDMU). Dalam analisis perilaku konsumen, gejala
LDMU dilihat dan makin menurunnya nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya
adalah perubahan utilitas marjinal, analisis ini dikenal sebagai analisis marjinal (marginal
analysis).
Konsistensi Preferensi (Transitivity)
Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas
pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan
preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan atau sama-sama disukai (indifference).
Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge)
Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna
berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas
produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu
memprediksi jumlah penerimaan untuk suatu periode konsumsi.
B. Teori Kardinal (Cardinal Theory)
Teori Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal.
Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk mengonsumsi
suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang
harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dan konsumsi disebut utilitas total
(TU). Tambahan kegunaan dan penambahan satu unit barang yang dikonsumsi disebut
utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah
unit barang dikalikan harga per unit. Untuk setiap unit tambahan konsumsi, tambahan
biaya yang harus dikeluarkan sama dengan harga barang per unit.
C. Teori Ordinal (Ordinal Theory)
1. Kurva Indiferensi (Indifference Curve)
Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung. Hanya dapat
dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk
menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi. Kurva
indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam
barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu
kurva indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta indiferensi atau
indifference map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen.
Walaupun telah dinyatakan bahwa menurut teori ordinal kegunaan atau kepuasan
tidak dapat dihitung, namun untuk keperluan studi (agar menjadi lebih jelas), tidaklah
salah bila kita mengasumsikan bahwa informasi dan kurva indiferensi dapat
diterjemahkan dalam persamaan kuantitatif. Misalnya nilai kegunaan (kepuasan) Sutarno
dan mengonsumsi makan bakso dan makan sate per bulan dapat ditulis sebagai
U = X.Y
di mana U = tingkat kepuasan
X = makan bakso (mangkok per bulan)
Y = makan sate (porsi per bulan)
Untuk mencapai tingkat kepuasan 100 (U = 100), beberapa kombinasi yang
mungkin dicantumkan dalam tabel berikut ini.
Makan Bakso (mangkok per bulan)
Makan Sate (porsi per bulan)
Nilai Kepuasan
25 4 10020 5 10010 10 1005 20 1004 25 100
Jika kombinasi itu disajikan dalam kurva akan diperoleh kurva indiferensi (IC)
seperti ditunjukkan oleh kurva berikut.
Kurva Indiferensi
Asumsi-asumsi kurva indiferensi antara lain:
a. Semakin jauh kurva indiferensi dan titik origin, semakin tinggi tingkat
kepuasannya.
Asumsi ini menjelaskan bahwa konsumen dapat membandingkan
pilihannya terpenuhi. Kumpulan kurva indiferensi hanya mengatakan bahwa
makin ke kanan atas, tingkat kepuasannya makin tinggi, tetapi tidak dapat
mengatakan berapa kali lipat. Misalnya, walaupun IC3 jaraknya terhadap titik
(0,0) adalah tiga kali IC1, tidak berarti tingkat kepuasan yang diberikan IC3
adalah tiga kali lipat IC1. Yang dapat dikatakan adalah IC3 memberi tingkat
kepuasan Iebih besar dan IC1.
Himpunan Kurva Indiferinsi
b. Kurva indiferensi menurun dan kiri atas ke kanan bawah (downward sloping), dan
cembung ke titik origin (convex to origin).
Asumsi ini menggambarkan adanya kelangkaan. Bila suatu barang makin
Iangka, harganya makin mahal. Hal ini dijelaskan dalam konsep Marginal Rate of
Substitution (MRSyx yang menjelaskan berapa banyak barang Y harus
dikorbankan untuk menambah 1 unit barang X demi menjaga tingkat kepuasan
yang sama. Berdasarkan hukum LDMU, jumlah Y yang ingin dikorbankan makin
kecil pada saat jumlahnya makin sedikit (langka).
Kurva indiferensi yang cembung ke arah titik origin menjelaskan kadar
penggantian marjinal. Tingkat penggantian marjinal menggambarkan besarnya
pengorbanan atas konsumsi suatu barang untuk menambah konsumsi barang
lainnya dengan tetap mempertahankan tingkat kepuasan yang diperoleh.
Kurva Marginal Rate of Substitution
Dalam kurva diatas, pada awalnya jumlah Y yang ingin dikorbankan
untuk memperoleh tambahan satu unit X adalah OY1-0Y2. Sehingga besarnya
MRSyx adalah - (OY1-OY2 / OX1-OX2). Pada saat ingin menambah 1 unit X lagi
(dan OX2 ke OX3), jumlah Y yang ingin dikorbankan menjadi lebih kecil (OY2-
OY3), sehingga nilai MRSyx berubah. Jumlah Y yang ingin dikorbankan
menurun, karena jumlah Y yang dimiliki makin sedikit (langka).
c. Kurva indiferensi tidak saling berpotongan.
Asumsi ini penting agar asumsi transitivitas terpenuhi.
Posisi Kurva Indefirens Dikaitkan dengan Konsistensi Preferensi (Transitivitas)
Pada gambar diatas, IC1 dan IC2 berpotongan di titik B, berarti IC1 = IC2. Di titik C, IC2 >
IC1, padahal di titik A, IC1 > IC2. Keadaan itu tidak sesuai dengan asumsi transitivitas
yang mengatakan: Bila A > B dan B > C, maka A > C. Asumsi transitivitas hanya
terpenuhi bila IC1 dan IC2 tidak saling berpotongan (gambar b).
2. Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)
Garis anggaran ada1ah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam
barang yang rnernbutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Misalnya garis anggaran
dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga sebagai P (Px untuk X dan Py untuk Y) dan
jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q (Qx untuk X dan Qy untuk Y), maka
BL = Px.Qx + Py.Qy
Kemiringan (slope) kurva BL adalah negatif, yang merupakan rasio Px dan Py.
Pada gambar dibawah ini, kita melihat bahwa OY sama dengan besarnya pendapatan (M)
dibagi harga Y, sedangkan OX sama dengan besarnya pendapatan (M) dibagi harga X.
Sehingga slope kurva garis anggaran adalah:
- (OY/OX) = - (1/Py.M)/(1/Px.M) = -Px/Py
Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)
Dari kurva diatas :
Px.X1+ Py.Y1= Px.X2 + Py.Y2 = Px.X3 + Py.Y3
SOAL LATIHAN
1. Coba Anda jelaskan mengenai barang baik (good goods) dan barang buruk (bad
goods) !
2. Dapatkah Anda menjelaskan apa yang dimaksud dengan manfaat (utility) suatu
barang ?
3. Mengapa pertambahan konsumsi suatu barang atau jasa secara terus menerus
akan mengurangi manfaat barang atau jasa yang dikonsumsinya ?
4. Apa yang Anda ketahui dengan kurva indiferen beserta asumsi-asumsinya !
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan garis anggaran ?
BAB V. TEORI PRODUKSI DAN KONSEP BIAYA
Perusahaan yang efisien adalah perusahaan yang memanfaatkan dan memelihara sumberdaya-sumberdaya produksinya secara adil. Tidak mengeksploitasi buruh, tetapi
sebaliknya memberdayakan buruh sebagai aset perusahaan yang harus dilindungi.
Kemampuan perusahaan dalam memelihara barang modal khususnya mesin dan peralatan, serta dengan terus mengikuti perkembangan teknologi produksi dapat
mempertahankan kemampuan output perusahaan pada level yang diinginkan.
A. Dimensi Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very long run) semua faktor
produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi kapasitas
produksi dengan menambah atau mengurangi mesin produksi. Dalam konteks
manajemen, jangka panjang dan jangka sangat panjang berkaitan dengan ukuran waktu
kronologis. Misalnya ada kualifikasi yang menyatakan bahwa jangka panjang berkisar
antara 5-25 tahun. Jangka sangat panjang bila waktunya lebih dan 25 tahun.
Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka panjang secara
kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi dimana perusahaan tidak
mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau
beberapa faktor produksi. Periode jangka panjang adalah periode produksi di mana semua
faktor produksi menjadi faktor produksi variabel.
Tenggang waktu jangka pendek setiap perusahaan berbeda-beda tergantung jenis
usahanya. Perusahaan yang memproduksi barang-barang modal, periode jangka
pendeknya barangkali lima tahun. Sebab perusahaan membutuhkan waktu minimal lima
tahun untuk menambah kapasitas produksi dengan menambah mesin. Perusahaan yang
bergerak di industri pengolahan, periode jangka pendeknya lebih singkat. Perusahaan
yang mengolah makanan kalengan, periode jangka pendeknya barangkali hanya dua atau
tiga tahun.
B. Model Produksi
Satu Faktor Produksi Variabel
Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian
analisis jangka pendek, di mana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah. Ketika
mencoba memahami proses alokasi faktor produksi oleh perusahaan, ekonomi membagi
faktor produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour). Dalam model
produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor produksi tetap.
Keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
Dua Faktor Produksi Variabel
Dalam bagian ini kita melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap. Baik
barang modal maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat
bahwa pelonggaran asumsi ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab
dalam kenyataan, faktor produksi variabel yang digunakan dalam proses produksi lebih
dari dua macam.
1. Isokuan (Isoquant)
Isokuan adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua
macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu, yang
menghasilkan tingkat produksi yang sama. Misalnya, kasus usaha tekstil tradisional
dengan asumsi mesin dapat ditambah.
Produksi Total Usaha TekstilTradisional (Dua Faktor Produksi Variabel)
MesinTenaga Kerja
1 2 3 4 51 5 20 45 80 1052 30 45 105 150 1353 80 105 150 180 1504 105 135 180 240 210
Kita melihat bahwa tingkat produksi 105 bal tekstil dapat dicapai dengan
beberapa kombinasi faktor produksi, yaitu 1 mesin dengan 5 tenaga kerja, 2 mesin
dengan 3 tenaga kerja dan seterusnya. Selanjutnya kita dapat menurunkan kurva isokuan
seperti berikut ini.
Kurva Isokuan (Isoquant)
Asumsi-asumsi isokuan:
a. Konektivitas (Conectivity)
Asumsi koneksitas analogi dengan asumsi pada pembahasan perilaku konsumen,
yaitu kurva indiferensi yang menurun dan kiri atas ke kanan bawah (down ward
sloping). Produsen dapat melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua macam
faktor produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap. Kesediaan produsen
untuk mengorbankan faktor produksi yang satu demi menambah penggunaan
faktor produksi yang lain untuk menjaga tingkat produksi pada isokuan yang
sama disebut Derajat Teknik Substitusi Faktor Produksi atau Marginal Rate of
Technical Substitution (MRTS). MRTSIk adalah bilangan yang menunjukkan
berapa unit faktor produksi I harus dikorbankan untuk menambah 1 unit faktor
produksi k pada tingkat produksi yang sama. Jika I adalah tenaga kerja dan k
adalah barang modal (mesin), maka MRTSIk adalah berapa unit tenaga kerja yang
harus dikorbankan untuk menambah 1 unit mesian, demi menjaga produksi pada
tingkat yang sama.
b. Penurunan Nilai MRTS (Diminishing of MRTS)
Produsen menganggap makin mahal faktor produksi yang semakin langka. Itulah
sebabnya mengapa nilai MRTSlk makin menurun (hukum LDR). Dalam kasus-
kasus tertentu, nilai MRTS akan konstan atau nol. MRTS konstan bila kedua
faktor produksi bersifat substitusi sempurna (perfect substitution).
c. Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Menurun (The Law of Diminishing
Return)
Asumsi ini menjelaskan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja dengan jumlah
mesin yang tetap, justru megurangi tingkat pertambahan output.
d. Daerah Produksi yang Ekonomis (Relevance Range of Production)
2. Perubahan Output Karena Perubahan Skala Penggunaan Faktor Produksi (Return
to Scale).
Perubahan Output Karena Perubahan Skala Penggunaan Faktor Produksi adalah
konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor
produksi di lipat gandakan (doubling).
a. Skala Hasil Menaik (Increasing Return to Scale)
Jika penambahan faktor produksi sebanyak 1 unit menyebabkan output meningkat
lebih dan satu unit, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil Menaik
(Increasing Return to Scale).
b. Skala Hasil Konstan (Constant Return to Scale)
Jika pelipatgandaan faktor produksi menambah output sebanyak dua kali lipat
juga, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil konstan.
c. Skala Hasil Menurun (Decreasing Return to Scale)
Jika penambahan 1 unit factor produksi menyebabkan output bertambah kurang
dari 1 unit, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun.
3. Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi memungkinkan peningkatan efisiensi penggunaan faktor
produksi. Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan faktor produksi
yang Iebih sedikit.
4. Kurva Anggaran Produksi (Isocost)
Kurva anggaran produksi (isocost) adalah kurva yang menggambarkan berbagai
kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi yang memerlukan biaya yang sama.
Jika harga faktor produksi tenaga kerja adalah upah (w) dan harga faktor produksi barang
modal adalah sewa (r), maka kurva isocost (I) adalah:
I = rK + wL
5. Keseimbangan Produsen
Keseimbangan produsen terjadi ketika kurva I bersinggungan dengan kurva Q. Di
titik persinggungan itu kombinasi penggunaan kedua faktor produksi akan memberikan
hasil output yang maksimum. Keseimbangan dapat berubah karena perubahan
kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi. Analisis perubahan keseimbangan
produsen analogis dengan analisis perilaku konsumen.
Perubahan jumlah faktor produksi yang digunakan merupakan interaksi kekuatan
efek substitusi (substitution effect) dan efek skala produksi (output effect). Karena itu
produsen juga mengenal faktor produksi inferior, yaitu faktor produksi yang
penggunaannya justru menurun bila kemampuan anggaran perusahaan meningkat
(kemampuan memproduksi meningkat). Dalam mencapai keseimbangannya produsen
selalu berdasarkan prinsip efisiensi, yaitu maksimalisasi output (output maximalization)
atau minimalisasi biaya (cost minimalization). Prinsip maksimalisasi output menyatakan
bahwa dengan anggaran yang sudah ditentukan, dicapai output. Prinsip minimalisasi
biaya menyatakan target ouput yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya
minimum.
6. Pola Jalur Ekspansi (Expantion Path)
Tujuan perusahaan adalah maksimalisasi laba. Untuk mencapai tujuan itu, dalam
jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan harus tetap mempertahankan
efisiensinya. Biasanya perusahaan menetapkan target yang akan dicapai setiap tahunnya,
yang harus dicapai dengan biaya minimum. Dalam jangka panjang perusahaan memiliki
tingkat fleksibilitas lebih tinggi dalam mengombinasikan faktor produksi.
C. Biaya Produksi Jangka Pendek
1. Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya total jangka pendek (total cost) sama dengan biaya tetap ditambah biaya
variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada
jumlah produksi. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung
pada tingkat produksi.
TC=FC + VC
di mana: TC = biaya total jangka pendek
FC = biaya tetap jangka pendek
VC = biaya variabel jangka pendek
Kurva-kurva Biaya Total, Biaya Tetap, Biaya Variabel
Kurva FC mendatar menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap tidak tergantung
pada jumlah produksi. Kurva VC membentuk huruf S terbalik, menunjukkan hubungan
terbalik antara tingkat produktivitas dengan besarnya biaya. Kurva TC sejajar dengan VC
menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, perubahan biaya total semata-mata ditentukan
oleh perubahan biaya variabel.
2. Biaya Rata-rata
Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit
output. Besarnya biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Karena dalam
jangka pendek TC = PC + VC, maka biaya rata-rata (average cost) sama dengan biaya
tetap rata-rata (average fixed cost) ditambah biaya variabel rata-rata (average variable
cost).
AC = AFC + AVC
atau
TC FC VC= +
Q Q Q
di mana: AC = biaya rata-rata jangka pendek
AFC = biaya tetap rata-rata jangka pendek
AVC = biaya variabel rata-rata jangka pendek
Kurva Biaya Rata-rata
Kurva AFC terus menurun, menunjukkan bahwa AFC makin menurun bila
produksi ditambah. Tetapi kurva AFC tidak pernah menyentuh sumbu horizontal
(asimptot). Artinya nilai AFC tidak pernah negatif. Kurva AC mula-mula menurun lalu
naik, sepola dengan pergerakan kurva AVC. Pola ini berkaitan dengan hukum LDR (law
of diminishing return). Kurva AVC juga mula-mula menurun selanjutnya menaik dan
terus mendekati kurva AC, namun tidak pernah bersentuhan (asimptot). Makin kecilnya
jarak AVC dengan AC karena makin mengecilnya AFC. Pergerakan kurva AVC
berkaitan dengan pergerakan kurva AP (average product). Bila harga per unit tenaga
kerja adalah P. maka AVC = P/AP. Dan persamaan mi terlihat pada saat nilai AP
meningkat, nilai AVC menurun. Begitu sebaliknya.
3. Biaya Marjinal (Marginal Cost)
Biaya marjinal (MC) adalah tambahan biaya karena menambah produksi
sebanyak satu unit output.
Kurva Biaya Marjinal
Gambar diatas menggambarkan bahwa garis singgung a, b, c dan seterusnya
menunjukkan besarnya MC. Bila garis singgung makin mendatar, nilai MC makin
mengecil, begitu sebaliknya. Gambar b menunjukkan kurva MC yang diturunkan dari
gambar a.
4. Hubungan Antar Kurva-kurva Biaya
Kurva-kurva Biaya
a. Kurva AFC terus menurun berbentuk garis asimptot pada sumbu vertikal dan
horizontal (titik I dan 2), tapi tidak pernah sampai menyinggung atau memotong
sumbu horizontal.
b. Kurva AVC mula-mula menurun, sampai mencapai minimum (titik 3) pada saat
AP maksimum, kemudian menaik mendekati kurva AC namun tidak pernah
bersentuhan (titik 5), karena AFC terus menurun.
c. Kurva AC awalnya menurun sampai mencapai minimum di titik 4, setelah itu
terus menaik.
d. Kurva MC pada awalnya juga menurun hingga mencapai minimum di titik 6.
Selanjutnya kurva MC menaik dan memotong kurva AVC dan AC pada saat
keduanya minimum (titik 3 dan 4). Setelah titik itu nilai MC Iebih besar dari nilai
AC dan AVC.
SOAL LATIHAN
1. Apa yang Anda ketahui dengan faktor-faktor produksi ? Sebutkan contohnya !
2. Jelaskan pengertian isokuan (isoquant) dan sebutkan asumsi-asumsinya !
3. Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan biaya total (total cost) , biaya tetap
(fixed cost) ! sebutkan contohnya !
4. Jelaskan apa yang Anda ketahui dengan dan biaya variabel (variable cost) ?
berikan contohnya !
5. Mengapa adopsi teknologi berpotensi meningkatkan efisiensi produksi ?
BAB VI.
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (PPS)
Asumsi-asumsi pasar persaingan sempurna di era kontemporer saat ini sulit untuk ditemukan secara mutlak. Yang mungkin terjadi adalah bentuk pasar yang
mendekati pemenuhan asumsi-asumsi pasar persaingan sempurna.
Contoh bentuk pasar yang mendekati persaingan sempurna di Indonesia adalah pasar komoditas pangan beras, dimana banyak penjual dan banyak pembel beras di
Indonesia. Tetapi kekuatan tengkulak besar yang menekan harga jual gabah kering giling petani dan kelemahan Bulog dalam mengatisipasi pasar gelap
beras, berpotensi merugikan petani dan konsumen.
A. Karakteristik PPS
1. Homogenitas Produk (Homogeneous Product)
Yang dimaksud dengan produk yang homogen adalah produk yang mampu
memberikan kepuasaan (utilitas) kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa
produsennya. Konsumen tidak membeli merek barang tetapi kegunaan barang.
Karena itu semua perusahaan dianggap mampu memproduksi barang dan jasa
dengan kualitas dan karakteristik yang sama.
2. Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge)
Para pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) memiliki pengetahuan sempurna
tentang harga produk dan input yang dijual. Dengan dernikian konsumen tidak
akan mengalami perlakuan harga jual yang berbeda dan satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya. Dan siapa pun produk dibeli, harga yang berlaku adalah
sama. Demikian halnya dengan perusahaan, hanya akan menghadapi satu harga
yang sania dan berbagai pemilik faktor produksi.
3. Output Perusahaan Relatif Kecil (Small Relatively Output)
Semua perusahaan dalam industri (pasar) dianggap berproduksi efisien (biaya
rata-rata terendah), baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Kendatipun demikian jumlah output setiap perusahaan secara individu dianggap
relatif kecil dibanding jumlah output seluruh perusahaan dalam industri.
4. Perusahaan Menerima Harga Yang Ditentukan Pasar (Price Taker)
Konsekuensi dari asumsi ketiga adalah bahwa perusahaan menjual produknya
dengan berpatokan pada harga yang ditetapkan pasar (price taker). Karena secara
individu perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar. Yang dapat
dilakukan perusahaan adalah menyesuaikan jumlah output untuk mencapai laba
maksimum.
5. Keleluasaan Masuk-Keluar Pasar (Free Entry and Exit)
Pemikiran yang mendasari asumsi ini adalah dalam pasar persaingan sempurna
faktor produksi mobilitasnya tidak terbatas dan tidak ada biaya yang harus
dikeluarkan untuk memindahkan faktor produksi. Pengertian mobilitas mencakup
pengertian geografis dan antarpekerjaan. Maksudnya faktor produksi seperti
tenaga kerja mudah dipindahkan dan satu tempat ke tempat lainnya atau dan satu
pekerjaan ke pekerjaan lainnya, tanpa biaya. Hal tersebut menyebabkan
perusahaan leluasa untuk masuk-keluar pasar. Jika perusahaan tertarik di satu
industri (dalam industri masih memberikan laba), dengan segera dapat masuk.
Bila tidak tertarik lagi atau gagal, dengan segera dapat keluar.
B. Permintaan dan Penerimaan dalam PPS
1. Permintaan
Tingkat harga dalam pasar persaingan sempurna ditentukan oleh permintaan dan
penawaran. Misalkan kita berbicara tentang pasar pakaian anak-anak, maka harga
pakaian anak-anak ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pakaian anak-
anak, seperti digambarkan dalam kurva dibawah ini (kurva a).
Kurva Permintaan Industri dan Perusahaan(Pakaian Anak-anak) dalam PPS
Perusahaan secara individu harus menerima harga tersebut sebagai harga jual.
Karena jumlah output perusahaan relatif sangat kecil dibanding output pasar, maka
berapa pun yang dijual perusahaan, harga relatif tidak berubah. Karena itu kurva
permintaan yang dihadapi perusahaan secara individu berbentuk garis lurus horizontal
(kurva b).
2. Penerimaan
Penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output (Q)
dikali harga jual (P). Karena harga telah ditetapkan, penerimaan rata-rata (average
revenue) dan penerimaan marjinal (marginal revenue) adalah sama dengan harga.
Dengan demikian kurva permintaan (D) sama dengan kurva penerimaan rata-rata (AR)
sama dengan kurva penerimaan marjinal (MR) dan sama dengan harga (P), seperti pada
gambar.a dibawah ini.
Kurva Penerimaan: TR, AR, MR dalam PPS
Kurva penerimaan total berbentuk garis lurus dengan sudut kemiringan positif, bergerak
mulai dan titik (0,0), seperti ditunjukkan oleh gambar b.
C. Penawaran Perusahaan PPS
Penawaran industri adalah total penawaran perusahaan-perusahaan. Jumlah output
yang ditawarkan perusahaan adalah jumlah yang menghasilkan laba maksimum (MR =
MC). Berdasarkan hal tersebut dapat dikonstruksi kurva penawaran perusahaan, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
1. Kurva Penawaran Jangka Pendek
Gambar a dibawah ini menunjukkan jika harga di bawah P0, perusahaan tidak mau
berproduksi (tidak ada penawaran) karena harga masih lebih kecil dari biaya vaniabel per
unit yang paling rendah (AVC berpotongan dengan MC). Jika harga naik ke P, agar
mencapai laba maksimum perusahaan berproduksi pada saat MR = MC atau MR P,
sehingga jumlah output adalah Q1. Jika harga jual terus meningkat, misalnya ke P2, P3 dan
P4, maka perusahaan harus memproduksi Q2, Q3 dan Q4 agar mencapai laba maksimum.
Kurva MC menunjukkan hubungan antara tingkat harga dengan jumlah output yang
ditawarkan. Dengan demikian dalam pasar persaingan sempurna kurva MC setelah
melewati titik potong dengan minimum kurva AVC adalah juga kurva penawaran jangka
pendek (gambar b).
Kurva Penawaran Jangka Pendek
2. Kurva Penawaran Jangka Panjang
a. Dalam industri skala biaya konstan (constant cost industry) penambahan
penggunaan faktor produksi karena masuknya perusahaan-perusahaan baru, tidak
akan menaikkan harga faktor produksi. Karenanya kurva-kurva biaya perusahaan
yang sudah ada tidak berubah. Kurva penawaran jangka panjang adalah LS yang
berbentuk garis lurus sejajar sumbu horizontal.
Kurva Penawaran Jangka Panjang Industri Skala Biaya Konstan
b. Industri Skala Biaya Menaik (Increasing Cost Industry)
Pada industri skala biaya menaik, masuknya perusahaan-perusahaan baru
menyebabkan harga faktor produksi naik, sehingga terjadi perubahan struktur
biaya dan pergeseran titik keseimbangan.
Kurva Penawaran Jangka Panjang Industri Skala Biaya Menaik
Kurva c menunjukkan peningkatan permintaan (D1 ke D2), menaikkan
harga ke P2 yang mengundang masuknya perusahaan-perusahaan lain ke dalam
industri. Akibatnya struktur biaya perusahaan berubah menjadi lebih mahal.
Kurva a adalah struktur biaya sebelum masuknya perusahaan lain. Kurva b adalah
struktur biaya setelah masuknya perusahaan lain. Perubahan struktur biaya
menyebabkan titik potong MR dan MC bergeser dan mendesak perusahaan
mengubah jumlah output yang ditawarkan. Akibatnya dalam industri kurva
penawaran bergeser ke S2 dengan tingkat harga P3 dan output Q3. Pada saat itu
perusahaan menikmati laba normal yang menyebabkan gerak masuk-keluar
terhenti. Karena itu kurva penawaran jangka panjang adalah LS yang mempunyai
sudut kemiringan positif.
c. Industri Skala Biaya Menurun (Decreasing Cost Industry)
Dalam kurva dibawah ini, pada industri skala biaya menurun masuknya
perusahaan-perusahaan lain ke dalam industri justru menurunkan harga faktor
produksi karena efisiensi skala besar (large scale economies). Akibatnya struktur
biaya berubah menjadi lebih murah (kurva a ke kurva b). Meningkatnya
permintaan (D1 ke D2) pada gambar c menaikkan harga jual ke P2 yang
mengundang masuknya perusahaan perusahaan lain. Dengan struktur biaya yang
baru keseimbangan pun bergeser yang menyebabkan kurva penawaran bergeser
(S1 ke S2). Jumlah penawaran industri adalah Q3. Kurva penawaran jangka
panjang adalah LS yang mempunyai sudut kemiringan negatif.
Kurva Penawaran Jangka Panjang Industri Skala Biaya Menurun
D. Kekuatan dan Kelemahan PPS
1. Kekuatan
Sebagai sebuah model ekonomi, pasar persaingan sempuma memberikan
penjelasan tentang perilaku perusahaan dalam dunia ideal, dimana dibuktikan bahwa
perusahaan berproduksi dalam skala yang efisien dengan harga produksi yang paling
murah. Pasar persaingan sempurna juga memungkinkan output yang maksimum
dibanding pasar lainnya.
Konsekuensi model pasar persaingan sempurna bagi masyarakat adalah pasar ini
memberikan tingkat kemakmuran dan kenikmatan (utilitas hidup) yang maksimal,
karena:
Harga jual barang dan jasa adalah yang termurah.
Jumlah output paling banyak sehingga rasio output per penduduk maksimal
(kemakmuran maksimal).
Masyarakat merasa nyaman dalam mengonsumsi karena tidak perlu membuang
waktu untuk memilih barang dan jasa (produk yang homogen) dan tidak takut
ditipu dalam kualitas dan harga (informasi sempurna).
2. Kelemahan
Kelemahan Dalam Hal Asumsi
Asumsi-asumsi yang dipakai dalam pasar persaingan sempuma mustahil
terwujud, karena dalam dunia nyata manusia (produsen dan konsumen) dibatasi
oleh dimensi waktu dan tempat. Keterbatasan itu menyebabkan perpindahan
faktor produksi dan pengumpulan informasi membutuhkan biaya. Hasil (output
dan informasi) yang diperoleh pun tidak homogen dan sempurna.
Kelemahan dalam Pengembangan Teknologi
Model pasar persaingan sempurna menyatakan bahwa keseimbangan dalam
jangka panjang akan tercapai dan setiap perusahaan memperoleh laba normal.
Masalahnya apakah dengan laba normal perusahaan dapat melakukan kegiatan
riset dan pengembangan. Padahal kegiatan riset dan pengembangan arnat
dibutuhkan untuk memperoleh teknologi produksi yang meningkatkan efisiensi
produksi.
Konflik Efisiensi-Keadilan
Pasar persingan sempurna sangat menekankan efisiensi. Tetapi hal ini
menimbulkan masalah jika diterapkan dalam kehidupan nyata. Misalnya kasus
industrialisasi di negara sedang berkembang (NSB). Karena industrinya masih
amat muda atau dalam tahap awal perkembangan (infant industry), biaya
produksinya (biaya rata-rata) jelas lebih tinggi daripada industri di negara maju.
Jika dibiarkan bersaingan dalam pasar global, industri di NSB akan ambruk
karena kalah bersaing. Rakyat di NSB kemakmuran dan kesejahteraannya tidak
akan meningkat dibanding di negara maju. Muncul masalah ketidakadilan! Agar
tidak kalah bersaing, industri di NSB butuh perlindungan (protection) sementara.
Tetapi hal ini akan menimbulkan masalah inefisiensi.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan homogenitas produk dalam pasar
persaingan sempurna (PPS) !
2. Mengapa perusahaan dalam PPS dapat masuk dan keluar secara bebas (ree entry
and free exit) !
3. Mengapa kurva permintaan perusahaan dalam PPS berbentuk horizontal,
seangkan kurva industri dalam PPs berslop negartif !
4. Sebutkan dan jelaskan kekuatan dan kelemahan PPS !
5. Mengapa PPS menjadi idaman setipa konsumen di seluruh dunia ?
BAB VII. PASAR MONOPOLI
Pasar monopoli tidak hanya menutup peluang perusahaan lain untuk ikut bersaing dan menikmati keuntungan, tetapi juga menghilangkan kesejahteraan konsumen, sebaagi akibat pengaturan harga yang tinggi yang ditetapkan oleh
perusahaan tunggal.
Kehadiran perusahaan monopolis hanya dapat ditolelir sebatas pada perusahaan negara/Badan Usaha Milik Negara atau Daerah (BUMN/BUMD) yang khusus
menyediakan kebutuhan publik seperti penyediaan listrik, air bersih, dan gas. Prasyarat mutlak yang harus BUMN/BUMD tersebut adalah mereka harus
efisien dan terhindar dari praktek-praktek KKN, sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dengan harga yang terjangkau
A. Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya Monopoli
1. Hambatan Teknis
Ketidakmampuan bersaing secara teknis menyebabkan perusahaan lain sulit
bersaing dengan perusahaan yang sudah ada (existing firm). Keunggulan secara
teknis ini disebabkan oleh beberapa hal.
Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus (special
knowidge) yang memungkinkan berproduksi sangat efisien.
Tingginya tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan monopolis mempunyai
kurva biaya (MC dan AC) yang menurun. Makin besar skala produksi, biaya
marjinal makin menurun, sehingga biaya produksi per unit (AC) makin rendah
(decreasing MC and AC).
Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi, baik berupa
sumber daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi produksi.
2. Hambatan Legalitas (Legal Barriers to Entry)
Undang-undang dan Hak Khusus
Tidak semua perusahaan mempunyai daya monopoli karena kemampuan teknis.
Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan perusahaan-perusahaan yang tidak
efisien tetapi memiliki daya monopoli. Hal itu dimungkinkan karena secara
hukum mereka diberi hak monopoli (legal monopoly). Di Indonesia, contohnya
ialah BUMN.
Hak Paten (Patent Right) atau Hak Cipta
Tidak semua monopoli berdasarkan hukum (undang-undang)
mengakibatkan inefisiensi. Hak paten atau hak cipta adalah monopoli berdasarkan
hukum karena pengetahuan-kemampuan khusus (special knowledge) yang
menciptakan daya monopoli secara teknik. Contohnya ialah orang yang
menemukan sesuatu, maka ia memiliki hak monopoli atas penemuannya itu.
B. Permintaan dan Penerimaan Perusahaan Monopoli
1. Permintaan
Dalam pasar monopoli permintaan terhadap output perusahaan (firm’s demand)
merupakan permintaan industri. Karena itu perusahaan mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi harga pasar dengan mengatur jumlah output. Posisi perusahaan monopolis
adalah penentu harga (price setter).
2. Penerimaan Total dan Penerimaan Marjinal
Penerimaan marjinal perusahaan monopoli lebih kecil dari harga jual (MR < P).
Kurva dibawah ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan output yang dijual (Q1 ke
Q2) perusahaan harus menurunkan harga jual (P1 ke P2).
Kurva MR dalam Perusahaan Monopoli
Penurunan harga jual menyebabkan penerimaan total (TR) berkurang sebanyak
luas daerah segi empat A. Penambahan jumlah output menambah TR seluas daerah segi
empat B. Dengan demikian MR = -A + B yang nilainya lebih kecil dan harga. Penjelasan
yang sama dapat diterapkan bila perusahaan bergerak ke P3, P4 dan seterusnya. Karena
itu kurva MR berada di bawah kurva harga (permintaan) seperti pada gambar b.
Dalam pasar persaingan sempurna kurva TR berbentuk garis lurus dimulai dan
titik (0,0). Dalam pasar monopoli besarnya TR sangat tergantung pada besarnya
elastisitas harga.
a. Jika elastisitas harga Iebih besar dan satu (elastis), untuk menambah output 1%,
harga diturunkan Iebih kecil dan 1%. Akibatnya TR naik yang berarti MR positif.
b. Jika elastisitas harga sama dengan satu, untuk menambah output 1%, harga harus
diturunkan 1% juga. TR tidak bertambah, yang artinya MR = 0. Pada saat itu nilai
TR maksimum.
c. Jika elastisitas harga Iebih kecil dan satu (inelastis), untuk menaikkan output 1%,
harga harus diturunkan Iebih dan 1%. Akibatnya TR turun, yang artinya MR < 0
(negatif).
Kurva TR dan MR dalam Perusahaan Monopoli
C. Biaya Sosial Monopoli
Ada beberapa hal negatif yang ditimbulkan oleh adanya monopoli, antara lain:
1. Hilang atau Berkurangnya Kesejahteraan Konsumen (dead weigth loss)
Kurva dibawah ini menunjukkan dalam pasar monopoli keseimbangan perusahaan
tercapai pada titik A.
Dead Weight Loss pada Perusahaan Monopoli
Perusahaan hanya memproduksi sejumlah Qm dengan harga Pm. Padahal jika
perusahaan bergerak dalam pasar persaingan sempurna, keseimbangan perusahaan
tercapai di titik B (D = MR = AR = P = MC). Jumlah output adalab Qk yang lebih
banyak dan Qm. Sedangkan harga jual adalah Pk yang Iebih murah dan Pm.
Sikap yang diambil perusahaan menyebabkan konsumen kehilangan
kesejahteraan sebesar luas segi tiga ACB. Sebab bila perusahaan bergerak dalam pasar
persaingan sempurna, surplus konsumen besarnya seluas segi tiga PkEB. Tetapi karena
monopoli, surplus konsumen tinggal sebesar luas segi tiga PmEA. Surplus konsumen
sebesar luas segi empat PkPmAC dieksploitasi menjadi tambahan laba perusahaan.
Keputusan perusahaan juga menyebabkan perusahaan kehilangan surplus
produsen sebesar luas segi tiga FCB, sehingga total kesejahteraan yang hilang (total dead
weight loss) adalah sebesar luas segi tiga FAB yang sama dengan luas segi tiga CAB +
FCB. Naniun kehilangan surplus produsen lebih kecil daripada tambahan laba. Tambahan
laba bersih yang dinikmati perusahaan monopolis adalah sebesar luas segiempat
PkPmAC dikurangi luas segitiga FCB.
2. Memburuknya Kondisi Makro Ekonomi Nasional
Jika di setiap industri muncul gejala monopoli, maka secara makro jumlah output
(riel output) akan lebih sedikit daripada kemampuan sebenarnya (potential output).
Keseimbangan makro terjadi di bawah keseimbangan ekonomi (under full-employment
equilibrium) karena tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan kapasitas
produksi. Akan tetapi pengangguran tenaga kerja (unemployment) maupun faktor-faktor
produksi yang lain. Kemudian daya beli menurun, menciutkan pasar, yang memaksa
perusahaan memproduksi lebih sedikit lagi. Begitu seterusnya sehingga perekonomian
secara makro dapat mengalami keadaaan stagflasi (stagnasi dan inflasi), dimana
pertumbuhan ekonomi mandek, pengangguran tinggi, tingkat inflasi juga tinggi.
3. Memburuknya Perekonomian Internasional
Tuntutan perdagangan bebas diakui dapat meningkatkan efisiensi. Tetapi
optimisme terhadap perdagangan bebas harus ditinjau ulang, karena fakta menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan yang besar telah menjadi perusahaan monopoli alamiah.
Karena sahamnya dimiliki pihak swasta, tujuan perusahaan ini adalah maksimalisasi laba.
Karenanya jika dibiarkan bersaing bebas, akan menggilas perusahaan-perusahaan yang
ada di NSB.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan asumsi-asumsi dari pasar monopoli !
2. Apa yang dimaksud dengan hambatan legal dalam pasar monopoli ? berikan
contohnya !
3. Apa yang dimaksud dengan hambatan teknis dalam pasar monopoli ? berikan
contohnya !
4. Dapatkah Anda menjelaskan dampak negatif monopoli berupa hilangnya
kesejahteraan konsumen (deadweight loss) ?
5. Upaya apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menghapus praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ?
BAB VIII.PENDAPATAN NASIONAL:
METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Tingginya pendapatan nasional memang merupakan salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi diperlukan sinergitas antarpelaku ekonomi; perusahaan-pemerintah dan rumah tangga-dunia internasional
A. Siklus Aliran Pendapatan (Circular Flow)
Siklus aliran pendapatan seperti ditunjukkan oleh gambar dibawah ini adalah
sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antar para pelaku ekonomi
menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran dalam upaya
memaksimalkan nilai kegunaan (utility) masing-masing pelaku ekonomi.
Circular Flow
Perusahaan Pemerintah Rumah Tangga
Dunia Internasional
Gaji, Pembayaran Bunga, Penghasilan Non Balas Jasa (Transfer Payment)
Pajak
Gaji, Upah, Deviden, Sewa
Ekspor Impor
PajakPembelian Barang dan Jasa
Pembelian Barang dan Jasa
Model Circular Flow membagi perekonomian menjadi empat sektor:
1. Sektor Rumah Tangga (Households Sector), yang terdiri atas sekumpulan
individu yang dianggap homogen dan identik.
2. Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri atas sekumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa.
3. Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki kewenangan politik
untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.
4. Sektor Luar Negeri (Foreign Sector), yaitu sektor perekonomian dunia, di mana
perekonomian melakukan transaksi ekspor-impor.
B. Metode-metode Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Metode Output (Output Approach) atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh
suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi
perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output
masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada
kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari
output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi.
Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda (double
counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung
beberapa kali lipat dan angka yang sebenarnya. Untuk menghindarkan hal di atas, maka
dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah
(value added) masing-masing sektor. Yang dimaksud nilai tambah adalah selisih antara
nilai output dengan nilai input antara.
2. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total
balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Jumlah tenaga
kerja, barang modal dan uang yang banyak tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak
ada kemampuan entrepreneur. Kemampuan entrepreneur ini adalah kemampuan dan
keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal dan uang untuk menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah
pendapatan sewa. Untuk pemilik uang atau aset finansial adalah pendapatan bunga.
Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor
produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
3. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran
dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis
pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian:
a. Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
b. Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
c. Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
d. Ekspor Neto (Net Export)
C. PDB Riil Versus PDB Nominal
Para ahli ekonomi menggunakan nilai output total barang dan jasa perekonomian
untuk menghitung PDB. Tetapi apakah PDB merupakan ukuran yang baik dari
kemakmuran ekonomi? Perhatikanlah perekonomian yang hanya memproduksi apel dan
jeruk. Dalam perekonomian ini PDB adalah jumlah dari nilai seluruh apel dan seluruh
jeruk yang diproduksi. Yaitu:
PDB = (Harga Apel x Jumlah Apel) + (Harga Jeruk x Jumlah Jeruk)
Lihatlah bahwa PDB bisa meningkat karena harga meningkat atau karena jurnlah produk
meningkat.
Dengan rnudah kita bisa melihat bahwa PDB yang dihitung dengan cara ini bukan
ukuran kemakmuran ekonomi yang baik. Ukuran ini tidak secara akurat mencerminkan
sejauh mana perekonomian bisa memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah. Jika seluruh harga digandakan. tanpa perubahan dalam jumlah, PDB akan
berlipat ganda. Tetapi tidak benar untuk mengatakan bahwa kemampuan perekonomian
untuk memuaskan permintaan telah berlipat ganda, karena jumlah setiap produk yang
diproduksi tetap sama. Para ekonom menyebut nilai barang dan jasa yang diukur dengan
harga berlaku sebagai PDB nominal.
Ukuran kemakmuran ekonomi yang lehih baik akan menghitung output barang
dan jasa perekonomian dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga. Untuk tujuan
ini, para ekonom menggunakan PDB riil (real GDP), yang nilai barang dan jasanya
diukur dengan menggunakan harga konstan. Yaitu, PDB riil menunjukkan apa yang akan
terjadi terhadap pengeluaran pada output jika jumlah berubah tetapi harga tidak.
Untuk melihat bagaimana GDP riil dihitung, bayangkan kita ingin
membandingkan output pada tahun 1998 dan output pada tahun 1999 dalam
perekonomian apel dan jeruk kita. Kita bisa rnulai dengan memilih sekumpulan harga,
disebut harga dasar-tahunan (base-year prices), seperti harga berlaku pada tahun 1998.
Barang dan jasa lalu ditambahkan dengan menggunakan harga dasar tahunan ini untuk
menilai barang-barang yang berbeda di kedua tahun. PDB riil untuk tahun 1998 adalah:
PDB Riil = (Harga Apel 1998 x Jurnlah Ape! 1998)
+ (Harga Jeruk 1998 x Jumlah Jeruk 1998)
Demikian pula PDB riil pada tahun 1999 adalah:
PDB Riil = (Harga Apel 1998 x Jurnlah Ape! 1999)
+ (Harga Jeruk 1998 x Jumlah Jeruk 1999)
D. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Sarnpai batas-batas tertentu, angka PDB per kapita dapat mencerminkan tingkat
produktivitas suatu negara. Tetapi tepatkah bila kita mengatakan bahwa produktivitas
penduduk Brunei Darussalam lebih tinggi dibanding penduduk Filipina? Jawabannya:
sulit untuk membandingkan tingkat produktivitas rakyat Brunei dengan rakyat Filipina.
Hal ini karena penduduk Brunei hanya 300.000 jiwa, sementara penduduk Filipina
mencapai 75 juta jiwa (tahun 1999). Sebagian besar PDB Brunei berasal dari hasil
penjualan minyak bumi. Untuk mencapai pendapatan per kapita setingkat Filipina (US$
1.200,00), Brunei hanya perlu menjual minyak senilai US$ 360 juta (yaitu jumlah
penduduk Brunei dikalikan US$ 1.200,00). Hal itu amat mudah bagi Brunei, karena
ekspor minyaknya saja mencapai angka miliaran US dollar per tahun.
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan:
1. Jumlah dan komposisi penduduk. Bila jumlah penduduk makin besar, sedangkan
komposisinya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan
berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat
makin baik.
2. Jumlah dan struktur kesempatan kerja. Jumlah kesempatan kerja yang makin
besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses
produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas.
3. Faktor-faktor nonekonomi. Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara
lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan.
E. PDB, Nilai Tambah dan Pendapatan
Ada tiga pemikiran mengenai PDB, antara lain:
1. PDB adalah nilai dari barang jadi
Disini artinya PDB dihitung berdasarkan nilai dari barang jadi, bukan
barang antara. Sebagai ilustrasi, diasumsikan dalam sebuah perekonomian
terdapat dua buah perusahaan. Perusahaan 1 memproduksi baja, sementara
perusahaan 2 memproduksi mobil. Perusahaan 1 menjual baja kepada perusahaan
2 seharga $100. Perusahaan 1 mengeluarkan upah untuk pekerja sebesar $80,
sehingga memilki keuntungan sebesar $20. Perusahaan 2 menjual mobil hasil
produksinya sebesar $210. Dari $210, sebesar $100 untuk membeli baja, $70
untuk upah pekerja , sehingga memperoleh keuntungan sebesar $40. Dari ilustrasi
tersebut, yang masuk ke dalam perhitungan GDP adalah nilai akhir/ harga mobil
($210), bukan penjumlahan antara harga baja dengan harga mobil ($310).
2. PDB adalah penjumlahan dari nilai tambah.
Artinya nilai PDB berasal dari penjumlahan nilai tambah dari barang
setengah jadi dan barang jadi. Nilai tambah adalah nilai hasil produksi dikurangi
nilai barang input (barang antara). Dari ilustrasi pada poin 1, perusahaan baja
memiliki nilai tambah sebesar $100, nilai itu diperoleh karena perusahaan tersebut
tidak menggunakan barang antara. Sementara perusahaan mobil memiliki nilai
tambah sebesar $210 - $100 = $110. Total nilai tambah adalah sebesar $210, nilai
tambah total inilah yang dimasukkan ke dalam PDB.
3. PDB adalah penjumlahan dari pendapatan
Pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi diterima oleh tiga
pihak,yaitu keuntungan kepada perusahaan, pendapatan untuk pekerja, dan pajak
kepada pemerintah. Dari ilustrasi sebelumnya, diasumsikan tidak ada pajak,
artinya pendapatan hanya didapatkan oleh perusahaan dan pekerja.
Dari nilai penjualan sebesar $100, perusahaan 1 mengeluarkan upah
untuk pekerja sebesar $80, sehingga memilki keuntungan sebesar $20. Perusahaan
2 menjual mobil hasil produksinya sebesar $210. Dari $210, sebesar $100 untuk
membeli baja, $70 untuk upah pekerja , sehingga memperoleh keuntungan sebesar
$40.
Dalam pandangan ini, nilai PDB dihitung dari jumlah keuntungan kedua
perusahaan sebesar $60 ($20 + $40) dan jumlah pendapatan pekerja kedua
perusahaan sebesar $150 ($80 + $70). Sehingga nilai yang dimasukkan kedalam
PDB adalah sebesar $210 ($60 + $150).
SOAL LATIHAN
1. Apa yang Anda ketahui dengan sektor rumah tangga ? Apakah ektor rumah
tangga pemiilik faktor produksi atau pengguna faktor produksi ?
2. Apa yang menjadi kekuatan pemerintah dalam mengatur perekonomian ?
3. Jelaskan metode penghitungan pendapatan nasional berdasarkan pendekatan
pengeluaran (expenditure approach) !
4. Jelaskan metode penghitungan pendapatan nasional berdasarkan pendekatan
output (output approach) !
5. Jelaskan perbedan antara PDB dan PNB !
BAB IX UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN
Lembaga keuangan yang sehat dapat menciptakan kestabilan moneter. Kestabilan moneter sangat dipengaruhi oleh kestabilan jumlah uang beredar dalam
mengendalikan tingkat inflasi. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, merupakan otoritas yang memiliki tanggungjawab untuk mengendalikan inflasi dari sisi
pengaturan jumlah uang beredar
A. Pengertian Uang
Dari sudut pandang ekonomi, uang (money) merupakan stok aset-aset yang
digunakan untuk transaksi. Uang adalah sesuatu yang diterima/dipercaya masyarakat
sebagai alat pembayaran atau transaksi. Karena itu uang dapat berbentuk apa saja, tetapi
tidak berarti segala sesuatu itu adalah uang.
Ada beberapa jenis uang, antara lain:
1. Uang Fiat (Fiat Money atau Token Money)
Uang fiat adalah komoditas yang diterima sebagai uang, namun nilai nominalnya
jauh lebih besar dari nilai komoditas itu sendiri.
2. Uang Komoditas (Commodity Money)
Uang komoditas adalah uang yang nilainya sebesar nilai komoditas itu sendiri.
3. Uang Hampir Likuid Sempurna (Near Money)
Salah satu syarat suatu aset untuk dapat digunakan sebagai uang adalah
likuiditasnya. Uang fiat dan uang komoditas adalah uang yang likuid sempurna,
sehingga untuk dapat digunakan tidak perlu ditukarkan atau dicairkan terlebih
dahulu.
B. Fungsi Uang
Ada beberapa fungsi uang, antara lain:
1. Satuan Hitung (Unit of Account)
Yang dimaksud uang sebagai satuan hitung adalah uang dapat memberikan harga
suatu komoditas berdasarkan satu ukuran umum, sehingga syarat terpenuhinya
double coincidence of wants (kehendak ganda yang selaras) tidak diperlukan lagi.
2. Alat Transaksi (Medium of Exchange)
Uang juga berfungsi sebagai alat transaksi. Untuk dapat berfungsi sebagai alat
tukar, uang harus diterima/mendapat jaminan kepercayaan. Dalam perekonomian
modern ini, jaminan kepercayaan itu diberikan oleh pemerintah berdasarkan
undang-undang atau keputusan yang berkekuatan hukum. Dengan fungsinya
sebagai alat transaksi, uang amat mempermudah dan mempercepat kegiatan
pertukaran dalam perekonomian modern.
3. Penyimpan Nilai (Store of Value)
Fungsi uang sebagai penyimpan nilai dikaitkan dengan kemampuan uang
menyimpan hasil transaksi atau pemberian yang meningkatkan daya beli,
sehingga semua transaksi tidak perlu dihabiskan saat itu juga.
4. Standar Pembayaran Di Masa Mendatang (Standard of Deferred Payment)
Banyak sekali kegiatan ekonomi yang balas jasanya tidak diberikan saat itu juga.
Para pegawai umumnya setelah bekerja sebulan penuh baru mendapat gaji.
Contoh lain adalah transaksi utang-piutang, mungkin baru dapat diselesaikan
tuntas dalam tempo belasan tahun. Pembayaran untuk masa mendatang tersebut
dimungkinkan karena uang memiliki fungsi standar pembayaran di masa
mendatang (standard of deferred payment). Dengan fungsi tersebut berapa balas
jasa atau pembayaran di masa mendatang menjadi lebih mudah dihitung, karena
diukur dengan daya beli (purchasing power), dibanding bila diukur dengan nilai
komoditas tertentu.
C. Lembaga Keuangan Perbankan (Banking Financial Institution)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7/1992 (sebagaimana diubah dengan UU
No. 10/1998) tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Selanjutnya undang-undang
tersebut mengklasifikasikan bank menjadi dua kelompok, yaitu Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam
lalu-lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Jadi BPR adalah bank yang
menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk
lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Dalam sebuah perekonomian negara, dibutuhkan peran bank sentral. Fungsi
utama paling mendasar dari sebuah bank sentral suatu negara adalah mengatur jumlah
uang beredar dalam perekonomian (to manage nations money supply). Tetapi dalam
praktiknya, bank sentral menjalankan banyak fungsi mulai dan penanganan penyelesaian
giro (clearing and collecting check) sampai kepada pemberian izin, pembinaan dan
pengawasan perbankan. Ada beberapa fungsi utama bank sentral, antara lain:
1. Agen fiskal pemerintah (Fiscal agent of government)
Bank sentral berfungsi sebagai penasihat dan memberi bantuan untuk mengelola
berbagai masalah/transaksi keuangan pemerintah.
2. Banknya bank (Banker of bank)
Bank sentral memberi bantuan kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditas. Fungsi ini juga dikenal sebagai lender of last resort.
3. Menentukan kebijakan moneter (Monetary policy maker)
Mengendalkian jurnlah uang beredar sebagai bagian dan kebijakan ekonomi yang
bertujuan mengarahkan kondisi makro ekonomi ke arah yang lebih baik dan atau
diinginkan.
4. Pengawasan, evaluasi dan pembinaan perbankan (Supervision, examination and
regulation of members bank)
Melalui fungsi ini bank sentral akan meminimumkan eksternalitas merugikan
(dan memaksimumkan eksternalitas menguntungkan) dari industri perbankan.
5. Penanganan transaksi giro (The clearing and collection of checks)
Dengan fungsi ini bank sentral mengefisienkan kegiatan-kegiatan transaksi yang
menggunakan alat pembayaran giro, sebab transaksi tersebut terjadi dalam jumlah
yang besar, antarbank, antarwilayah, dan antarnegara.
6. Riset-riset ekonomi (Economic research)
Riset-riset ekonomi yang dilakukan bank sentral terutama ada!ah yang berkaitan
dengan masalah-masalah dan perkembangan sektor moneter. Riset-riset ini
dibutuhkan sebagai masukan dalam penentuan kebijakan ekonomi, khususnya
kebijakan moneter.
Bank sentral yang terdapat di Indonesia ialah Bank Indonesia (BI). Didirikan pada
tahun 1953 dengan mengubah status De Javasche Bank N.V. (yang dinasionalisasi di
tahun 1951) menjadi bank sentral Indonesia. Dasar hukum pendirian BI adalah Undang-
Undang Nomor 11/1953.
Sama halnya dengan bank sentral di negara-negara Iainnya, BI mengalami
perubahan kedudukan dan fungsi pokoknya, yang merupakan konsekuensi dari
perkembangan sejarah, politik dan ekonomi di Indonesia. Dilihat dan perubahan undang-
undangnya, sejak 1953 BI telah mengalami dua kali perubahan kedudukan dan fungsi
pokok. Perubahan pertama dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13/1968,
sedangkan perubahan kedua berdasarkan Undang-Undang Nomor 23/1999. Perubahan-
perubahan tersebut diringkas dalam tabel berikut.
Perkembangan Status dan Fungsi Pokok Bank Indonesia, Berdasarkan Undang-Undang tentang Bank Sentral
UU No. 11/1953 UU No. 13/1968 UU No. 23/1999Kepemimpinan Dewan Moneter Dewan Direksi Dewan Gubernur
Dewan Direksi Dewan Penasihat
Status dan Tugas-tugas Utama
Bank sentral mengatur peredaran uang
Pemegang Kas Negara
Bank sentral Mengatur
peredaran uang Pemegang kas
negara Pengelola
devisa negara
Bank sentral Menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Mengatur dan mengawasi bank
Hubungan Keuangan dengan Pemerintah
Dapat memberikan uang muka (kredit) kepada pemerintah, maksimum 30% dari penghasilan selama satu tahun anggota
Dapat memberikan uang muka (kredit) sesuai dengan kebutuhan pemerintah dengan mengenakan bunga 3% per tahun
Dilarang memberikan kredit kepada pemerintah
BI membagi sisa surplus usahanya kepada pemerintah, setelah dipotong 30% cadangan tujuan, 10% cadangan umum dengan ketentuan setelah dipotong terlebih dahulu kewajiban pemerintah kepada BI
Sumber: Rahardja (2001)
LATIHAN SOAL
1. Jelaskan definisi uang sebatas yang Anda ketahui !
2. Apa yang Anda ketahui dengan fungsi-fungsi uang ?
3. Jelaskan perbedaan antara lembaga BPR, BPRS, dan Bank Umum ?
4. Dapatkah Anda menjelaskan fungsi Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No. 23
Tahun 1999 ?
5. Mengapa BI memiliki tanggungjawab yang besar dalam mengendalikan inflasi
dan jumlah uang beredar ?
BAB X
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi hanya salah satu indikator untuk melihat kemakmuran sebuah bangsa. Tetapi pertumbuhan ekonomi seringkali gagal menciptakan pemerataan
kesejahteraan.
Pertumbuhan ekonomi yang semu ini disebabkan oleh peningkatan output oleh sekelompok pelaku ekonomi yang tidak diimbangi oleh peningkatan pendapatan labor.
A. Pertumbuhan Ekonomi: Konsep dan Pengukuran
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah
produksi barang dan jasanya atau output meningkat. Angka yang digunakan untuk
menaksir perubahan output adalah nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai
Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang
digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan. Sebab, dengan menggunakan harga
konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang
muncul adalah nilai uang dan total output barang dan jasa, perubahan nilai PDB sekaligus
menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama
periode pengamatan.
Cara menghitung tingkat pertumbuhan cukup sederhana, jika selang waktu
pertumbuhan hanya satu periode, yaitu:
(PDBRt - PDBRt-1)Gt = x 100%
PDBRt-1
di mana: Gt = pertumbuhan ekonomi periode t (triwulanan atau tahunan)
PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)
PDBRti = PDBR satu periode sebelumnya
Jika interval waktunya Iebih dan satu periode, penghitungan tingkat pertumbuhan
ekonomi dapat menggunakan persamaan eksponensial:
PDBRt = PDBR0 (1 + r)t
di mana:
PDBRt = PDBR periode t r = tingkat pertumbuhan
PDBR0 = PDBR periode awal t = jarak periode
B. Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi sangat penting dan dibutuhkan. Sebab, tanpa pertumbuhan
tidak akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja, produktivitas dan
distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi juga penting untuk merripersiapkan
perekonomian menjalani tahapan kemajuan selanjutnya.
1. Pertumbuhan dan Peningkatan Kesejahteraan
Rakyat dikatakan makin sejahtera jika setidak-tidaknya output per kapita
meningkat. Dalam literatur ekonomi makro, tingkat kesejahteraan tersebut diukur
dengan PDB per kapita. Makin tinggi PDB per kapita, makin sejahtera
masyarakat. Agar PDB per kapita terus meningkat, maka perekonomian harus
terus bertumbuh dan harus lebih tinggi daripada tingkat pertambahan penduduk
Jika pertambahan penduduk suatu negara adalah 2% per tahun, maka
pertumbuhan PDB harus lebih besar daripada 2% per tahun.
2. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja akan meningkat bila output meningkat. Hubungan antara
kesempatan kerja dan output dapat dilihat berdasarkan rasio kesempatan kerja-
output dan angka elastisitas kesempatan kerja.
a. Rasio Kesempatan Kerja - Output
Menurut Arthur Okun, tingkat pengangguran yang minimal (4% per tahun)
akan tercapai bila seluruh kapasitas produksi terpakai (kesempatan kerja penuh
atau full employment). Konsekuensi pemikiran Okun adalah pentingnya menjaga
perekonomian agar berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh.
b. Angka Elastisitas Kesempatan Kerja
Alat analisis lain yang digunakan untuk melihat hubungan antara kesempatan
kerja dan pertumbuhan ekonomi adalah, angka elastisitas kesempatan kerja.
Angka ini menunjukkan berapa persen kesempatan kerja akan bertambah, untuk
setiap 1% pertumbuhan ekonomi.
3. Pertumbuhan Ekonomi dan Perbaikan Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan yang baik adalah yang makin merata. Tetapi tanpa adanya
pertumbuhan ekonomi, yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan. Pertumbuhan
ekonomi hanya akan menghasilkan perbaikan distribusi pendapatan bila
memenuhi setidak-tidaknya dua syarat, yaitu memperluas kesempatan kerja dan
meningkatkan produktivitas. Dengan meluasnya kesempatan kerja, maka akses
rakyat untuk memperoleh penghasilan makin besar.
4. Persiapan Bagi Tahapan Kemajuan Selanjutnya
Pertumbuhan ekonomi merupakan tangga untuk mencapai tahapan kemajuan
ekonomi selanjutnya. Sebab, sebuah perekonomian yang mampu terus-menerus
bertumbuh dalam jangka panjang (setidak-tidaknya dalam tempo lima puluh
tahun), umumnya telah memiliki kemampuan untuk menjadi modern. Untuk
menunjang pertumbuhan jangka panjang, yang dibutuhkan bukan saja tenaga
kerja, bahan baku dan teknologi, melainkan juga kelembagaan-kelembagaan
ekonomi dan sosial yang modern.
C. Faktor-faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi
Ada beberapa faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi, antara lain:
1. Barang Modal
Agar ekonomi bertumbuh, stok barang modal harus ditambah. Penambahan stok
barang modal dilakukan lewat investasi. Karena itu salah satu upaya pokok untuk
meningkatkan investasi adalah menangani faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
investasi. Yang juga harus diingat adalah pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan jika
investasi neto lebih besar daripada nol. Sebab, jika investasi neto sama dengan nol,
perekonomian hanya dapat berproduksi pada tingkat sebelumnya. Akan lebih baik lagi,
jika penambahan kuantitas barang modal juga disertai peningkatan kualitas.
2. Tenaga Kerja
Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan
output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak penambahan TK akan terus
meningkatkan output. Hal itu sangat tergantung dari seberapa cepat tejadinya The Law of
Diminishing Return (TLDR). Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR sangat
ditentukan oleh kualitas SDM dan keterkaitannya dengan kemajuan teknologi produksi.
Selama ada sinergi antara TK dan teknologi, penambahan TK akan memacu pertumbuhan
ekonomi.
3. Teknologi
Jika hanya dilihat dari peningkatan output, hampir dapat dipastikan bahwa
penggunaan teknologi yang makin tinggi sangat memacu pertumbuhan ekonomi,. Akan
tetapi hal tersebut akan menjadi berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi jika tidak
diimbangi dengan kesempatan kerja. Sebab, dengan teknologi dapat menggantikan peran
manusia sebagai tenaga kerja. Untuk itu, penggunaan teknologi yang tepat guna sangat
diperlukan.
4. Uang
Dalam perekonomian modern, uang memegang peranan dan fungsi sentral. Uang
bagi perekonomian ibarat darah dalam tubuh manusia. Tidak mengherankan makin
banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar output yang dihasilkan.
Tetapi dengan jumlah uang yang sama, dapat dihasilkan output yang lebih besar jika
penggunaannya efisien.
5. Manajemen
Manajemen adalah peralatan yang sangat dibutuhkan untuk mengelola
perekonomian modern, terutama bagi perekonomian yang sangat mengandalkan
mekanisme pasar. Sistem manajemen yang balk, terkadang jauh lebih berguna dibanding
barang modal yang banyak, uang yang berlimpah dan teknologi tinggi.
6. Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai kemampuan dan keberanian mengambil
risiko guna memperoleh keuntungan. Keberanian itu bukan asal-asalan. Para pengusaha
mempunyai perkiraan yang matang bahwa inputs yang dikombinasikannya akan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, atau menjadi barang dan jasa
yang akan dibutuhkan masyarakat. Kemarnpuan mengombinasikan inputs ini dapat
disebut sebagai kemampuan inovasi.
7. Informasi
Syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi sumber daya ekonomi yang
efisien adalah adanya informasi yang sempurna dan seimbang (perfect and simetric
information). Kegagalan pasar merupakan akibat tidak terpenuhinya asumsi ini. Semakin
banyak, semakin benar dan semakin seimbang arus informasi, para pelaku ekonomi dapat
mengambil keputusan dengan lebih cepat dan lebih baik, alokasi sumber daya ekonomi
makin efisien. Sehingga dengan sumber daya yang sama, dihasiikan output yang lebih
banyak.
SOAL LATIHAN
1. Mengapa pertumbuhan ekonomi penting diperhatikan oleh pemerintah setiap
negara ?
2. Apakah tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menjamin terciptanya
pemerataan pendapatan per kapita ?
3. Jelaskan pemahaman menganai hukum penambahan tenaga kerja yang dapat
mengurangi pendapatan perusahaan (law of diminishing return) ! Mengapa hal itu
dapat terjadi ?
4. Mengapa faktor teknologi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
negara ?
5. Jelaskan faktor-faktor lain yang dapat mempengruhi pertumbuhan ekonomi suatu
negara !
BAB XI INFLASI DAN PENGANGGURAN
Salah satu penyakit perekonomian yang tidak dikendaki oleh setiap rezim pemerintahan manapun adalah inflasi dan pengangguran.
Inflasi akan mengurangi daya beli masyarakat, yang akan berdampak buruk pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
Pengangguran bukan hanya berdampak negatif terhadap pelemahan pendapatan nasional, tetapi lebih dari itu, pengangguran yang tidak terkendali memicu konflik sosial
dan kestabilan nasional.
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-
menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan
telah terjadi inflasi:
Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga
periode sebelumnya.
Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan
tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik.
Berlangsung Terus-menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika
terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu
minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat
umum dan terus-menerus.
B. Pengangguran
Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang yang
tidak mau bekerja, tidak dapat dikatakan sebagai pengangguran. Sebab jika dia mencari
pekerjaan (ingin bekerja), mungkin dengan segera mendapatkannya. Definisi ekonomi
tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja. Seseorang baru
dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun
tidak mendapatkannya. Dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang mencari
kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja.
Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64 tahun dan
sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, entah karena harus mengurus
keluarga atau sekolah, tidak masuk angkatan kerja. Tingkat pengangguran adalah
persentase angkatan kerja yang tidak/belum mendapatkan pekerjaan.
Untuk menghitung besarnya tingkat pengangguran cukup mudah, yaitu:
Jumlah yang menganggurTingkat pengangguran = x 100%
Jumlah angkatan kerja
Menurut pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (Labour Utilization Approach),
angkatan kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni:
1. Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau
sedang mencari pekerjaan.
2. Setengah Menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum
dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja mereka dalam seminggu kurang
dan 35 jam.
3. Bekerja Penuh (Employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam
kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
Jenis-jenis pengangguran:
1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Pengangguran ini bersifat sementara, biasanya terjadi karena adanya kesenjangan
waktu, informasi maupun karena kondisi geografis antara pencari kerja dan
kesempatan (lowongan) kerja. Mereka yang masuk dalam kategori pengangguran
sementara, umumnya rela menganggur (voluntary unemployment) untuk
mendapat pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)
Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerja
tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan
yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat.
3. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka
pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Misalnya, di luar musim tanam dan
panen, petani umumnya menganggur, sampai menunggu musim tanam dan panen
berikutnya.
C. Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran
Hasil penelitian Profesor Philip tentang perekonomian Inggris periode 1861-1957
menunjukkan adanya hubungan negatif dan non linier antara kenaikan tingkat upah /
inflasi tingkat upah (wage inflation) dengan pengangguran, seperti dalam gambar di
bawah ini.
Hubungan antara Tingkat Upah dan Pengangguran
Dari gambar di atas terlihat biaya dari pengurangan tingkat pengangguran adalah
inflasi (naiknya tingkat upah). Misalnya, kondisi awal yang dihadapi adalah titik B, di
mana tingkat upah W2 dan tingkat pengangguran U2. Jika tingkat pengangguran ingin
dikurangi menjadi U1, tingkat upah naik menjadi W1. Berarti terjadi inflasi. Seandainya
yang ditargetkan adalah penurunan inflasi, secara grafis yang harus dilakukan adalah
mengubah titik B ke titik C, karena W3 < W2. Namun harga yang harus dibayar adalah
meningkatnya pengangguran, karena U3 > U2.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan asumsi-asumsi terjadinya inflasi !
2. Mengapa inflasi dapat mengurangi kesejahteraan hidup setiap individu dan
masyarakat suatu bangsa ?
3. Apa perbedaan antara menganggur (unemployed) dan setengah menganggur
(underemployed) ?
4. Apa perbedaan antara pengangguran friksional dan pengangguran struktural ?
5. Bagaimana hubungan antara inflasi dan pengangguran berdasarkan pemahaman
Prof. Philip ?
BAB XII.KEBIJAKAN FISKAL
Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak adalah menggugah kesadaran masyarakat untuk
memahami akan pentingnya ketaatan untuk membayar pajak dengan benar.
Penerimaan pemerintah dari sektor pajak menjadi tidak bermakna apa-apa,seandainya penggunaannya tidak efektif dan efisien sesuai dengan kaidah-kaidah
penggunaan keuangan negara.
A. Definisi Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau yang
diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi,
kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang sama persis dengan kebijakan moneter.
Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan moneter
pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar, maka dalam kebijakan fiskal
pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya. Penerimaan pemerintah
berasal dari pajak (tax) dengan notasi T, sementara untuk pengeluaran pemerintah
(goverment expenditure) notasinya G.
B. Pajak
Secara hukum, pajak dapat didefinisikan sebagai iuran wajib kepada pemerintah
yang bersifat memaksa dan legal (berdasarkan undang-undang), sehingga pemerintah
mempunyai kekuatan hukum (misalnya denda atau kurungan penjara) untuk menindak
wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya. Walaupun pajak sifatnya memaksa,
pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membalas jasa secara langsung kepada
para pembayar pajak. Pajak dipungut untuk menjalankan roda pemerintahan.
Secara ekonomi, pajak dapat didefinisikan sebagai pemindahan sumber daya yang
ada di sektor rumah tangga dan perusahaan (dunia usaha) ke sektor pemerintah melalui
mekanisme pemungutan tanpa wajib memberi balas jasa langsung. Jika pungutan
pemerintah sifatnya memberikan balas jasa Iangsung, maka pungutan tersebut disebut
retribusi.
1. Klasifikasi Pajak
a. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi
para wajib pajak.
b. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang dipungut dengan melihat kemampuan
wajib pajak. Biasanya bila kemampuan wajib pajak makin besar, beban
pajaknya makin besar.
c. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang beban pajaknya tidak dapat digeser
kepada wajib pajak yang lain (no tax incidence). Jadi pembayar pajak
langsung adalah pembayar pajak terakhir (last tax payer).
d. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang beban pajaknya dapat digeser
kepada wajib pajak yang lain (tax incidence).
2. Tarif Pajak
a. Pajak Nominal
Pajak nominal adalah pajak yang pengenaannya berdasar sejumlah nilai
nominal tertentu.
b. Pajak Persentase
Pada pajak persentase, beban pajaknya ditetapkan berdasarkan persentase
tertentu dan dasar pengenaan pajak. Pajak persentase terdiri dari: (1) Pajak
proporsional, tarif persentasenya tetap. Misalnya pajak penghasilan di
katakan proporsional bila berapapun besarnya penghasilan, tarif pajaknya
tetap 20%; (2) Pajak progresif tarifnya makin tinggi bila dasar pengenaan
pajaknya makin tinggi. Pajak penghasilan dikatakan progresif bila tarifnya
makin tinggi pada saat pendapatan meningkat.
C. Pengaruh Pajak Terhadap Pendapatan dan Konsumsi
1. Pajak Nominal
Pajak nominal, pertama kali mempengaruhi pendapatan disposabel. Jika
pendapatan adalah Y dan pajak nominal adalah T, maka pendapatan disposabel:
Ya =Y-T
Fungsi konsumsi menurut model Keynes adalah:
C = C0+bYd
Dengan adanya pajak nominal, maka d = Y - T, sehingga fungsi konsumsi menjadi:
C = C0 + bYd
= C0 + b(Y-T)
= C0 + bY - bT
= C0 - bT + bY
Dari persamaan di atas terlihat bahwa pajak nominal tidak mengubah nilai MPC. Artinya
pajak nominal tidak mengubah sensitivitas konsumsi akibat perubahan pendapatan. Yang
berubah adalah konsumsi otonomus, di mana pajak nominal menyebabkan konsumsi
otonomus menjadi lebih kecil sebesar bT.
2. Pajak Proporsional
Jika pajak penghasilan yang dikenakan adalah proporsional (t), maka pendapatan
disposabel menjadi:
Yd = Y-tY = Y(1-t)
Akibatnya fungsi konsumsi berubah menjadi:
C = C0+bYd = C0+b{Y(1-t)}
= C0+bY-btY = C0+(b-bt)Y
Ternyata pajak proporsional menyebabkan MPC menjadi (b-bt) atau lebih kecil sebesar
bt, sedangkan konsumsi otonomus tetap.
D. Politik Anggaran
Dilihat dan perbandingan nilai penerimaan (T) dan pengeluaran (G), politik
anggaran dapat dibedakan menjadi anggaran tidak berimbang dan anggaran berimbang.
Hasil yang dicapai dari kebijakan fiskal merupakan interaksi dari dampak pajak dan
pengeluaran pemerintah terhadap output keseimbangan. Pengaruh perubahan pengeluaran
pemerintah terhadap perubahan pendapatan keseimbangan, adalah:
ΔGΔY =
(1-b)
Sedangkan pengaruh pajak terhadap pendapatan adalah:
bΔTΔY = -
(1-b)
1. Anggaran Defisit (Deficit Budget)
Anggaran defisit adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab
pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dan penerimaan pemerintah (T < G
atau C > T). Politik anggaran defisit, biasanya ditempuh bila pemerintah ingin
menstimulir pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonornian
berada dalam kondisi resesi. Dengan asumsi kondisi awal anggaran pemerintah adalah
anggaran berimbang (G = T), bila pemerintah menempuh anggaran defisit, maka ΔG >
ΔT, di mana ΔG 0 dan ΔT 0. Karena AG > 0 dan ΔG > ΔT, maka jika pemerintah
menempuh politik anggaran defisit, pemerintah dianggap memilih kebijakan fiskal
ekspansif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget)
Kebalikan dan anggaran defisit, dalam anggaran surplus pemerintah
merencanakan penerimaan lebih besar dari pengeluaran (T > G atau G < T). Atau dapat
juga dikatakan pemerintah menempuh politik anggaran surplus bila ΔG < ΔT, di mana
ΔG dan ΔT 0. Karena itu juga, politik anggaran surplus sering diidentikkan dengan
kebijakan fiskal kontraktif. Politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian sedang
dalam tahap ekspansi dan terus memanas (overheating). Melalui anggaran surplus
pemerintah mengerem pengeluarannya untuk menurunkan tekanan permintaan atau
mengurangi daya beli dengan menaikkan pajak. Pengaruh anggaran surplus terhadap
output keseimbangan adalah kebalikan dari pengaruh anggaran defisit.
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Pemerintah dikatakan menempuh politik anggaran berimbang bila pengeluaran
direncanakan akan sama dengan penerimaan (G = T dan atau ΔG = ΔT). Tidak ada
ketentuan pokok, dalam kondisi ekonomi seperti apa politik anggaran berimbang
ditempuh. Namun bila pemerintah memilih politik anggaran berimbang, dua hal utama
yang ingin dicapai adalah peningkatan disiplin dan kepastian anggaran.
SOAL LATIHAN
1. Coba Anda jelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal ?
2. Dalam kebijkan fiskal, pajak (T) diasumsikan sebagai sumber penerimaan
pemerintah. Untuk apa pajak dikumpulkan oleh pemerinytah ?
3. Apa perbedaan antara pajak langsung dan pajak tidaklangsung ? Berikan
contohnya !
4. Upaya-uapaya apa yang harus dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan
kedasaran membayar pajak warganya ?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan politik anggran defisit ?
BAB XIII.KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter identik dengan pengendalian inflasi dari sisi pengendalian jumlah uang beredar. Tetapi untuk mengendalikan tingkat inflasi tidak hanya mengandalkan
instrumen kebijakan moneter.
Bank Indonesia bertanggungjawab dalam mengatur jumlah beredar untuk meredam tingkat inflasi
A. Definisi Kebijakan Moneter
Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau
mengarahkan perekonornian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan
mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah
meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi
terkontrol). Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah
atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan
ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi.
Jika yang dilakukan adalah menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah
dikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive). Sebaliknya jika
jumlah uang beredar dikurangi, pemerintah menempuh kebijakan moneter kontraktif
(monetary contractive). Istilah lain untuk kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan
uang ketat (tight money policy).
B. Instrumen Kebijakan Moneter
1. Operasi Pasar Terbuka (OPT)
Operasi pasar terbuka (open market operation) adalah pemerintah mengendalikan
jumlah uang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik
pemerintah (government securities). Jika ingin mengurangi jumlah uang beredar, maka
pemerintah menjual surat-surat berharga (open market selling). Dengan demikian uang
yang ada dalam masyarakat mengalir ke otoritas moneter, sehingga jumlah uang beredar
berkurang.
Jika ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah membeli kembali
surat-surat berharga tersebut (open market buying). Guna lebih mengefektifkan operasi
pasar terbuka ini, Bank Indonesia telah mengembangkan kedua instrumen tersebut
dengan menambahkan fasilitas repurchase agreement (repo) ke masing-masing
instrumen, sehingga saat ini dikenal SBI repo dan SBPU repo.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas
bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu, bank-bank
mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus meminjam kepada bank sentral.
Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengurangi atau
menambah jumlah uang beredar. Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar,
maka pemerintah menurunkan tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat
bunga pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang
dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang beredar bertambah.
Sebaliknya bila ingin menahan laju pertambahan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan bunga pinjarnan. Hal ini akan mengurangi keinginan bank-bank meminjam
uang dari bank sentral, sehingga pertambahan jumlah uang beredar dapat ditekan.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar. Jika
rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih
kecil dibanding sebelumnya. Misalnya, jika rasio cadangan wajib mulanya hanya 10%,
maka untuk setiap unit deposito yang diterima, perbankan dapat mengalirkan pinjaman
sebesar 90% dari deposito yang diterima perbankan. Dengan demikian angka multiplier
uang dari sistem perbankan adalah 10. Jika pemerintah ingin menurunkan jumlah uang
yang beredar, maka pemerintah menaikkan rasio cadangan wajib, dan sebaliknya.
4. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau
mengendalikan jumlah uang beredar. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia dapat memberi
saran agar perbankan berhati-hati dengan kreditnya atau membatasi keinginannya
meminjam uang dan bank sentral.
SOAL LATIHAN
1. Apa yang Anda ketahui dengan kebijakan moneter ?
2. Mengapa pemerintah perlu mengendalikan jumlah uang beredar ?
3. Lembaga apa yang bertanggungjawab dalam mengendalikan jumlah uang beradar
di Indonesia ?
4. Apa yang harus dilakukan oleh Bank Sentral dalam manambah jumlah uang
beredar dari sisi Operasi Pasar Terbuka ?
5. Apa yang harus dilakukan oleh Bank Sentral dalam manambah jumlah uang
beredar dari sisi fasilitas diskonto ?
BAB XIV. KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA GLOBALISASI
Kebijakan promosi ekspor hanya dapat dilakukan apabila kebutuhan atau permintaan dalam negeri telah terpenuhi. Untuk memperoleh peningkatan devisa pemerintah dari
ekspor, pemenuhan kualitas barang sesuai standar internasional menjadi prasyarat mutlak harus dipenuhi oleh perusahaan Indonesia yang ingin bersaing di pasar
internasional.
A. Kebijakan Substitusi Impor (SI)
Kebijakan substitusi impor (import substitution) adalah kebijakan memproduksi
di dalam negeri terhadap barang-barang yang tadinya diimpor. Kebijakan ini paling
sering ditempuh pada tahap awal pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan
industri.
Ada beberapa manfaat positif yang diperoleh dan kebijakan substitusi impor,
antara lain:
1. Mengurangi ketergantungan pada impor. Terutama untuk barang-barang
kebutuhan pokok atau yang menghasilkan produk antara.
2. Memperkuat sektor industri. Pengembangan sektor industri diperlukan untuk
memperkuat perekonomian. Salah satu jalan untuk mempercepat pembangunan
industri adalah SI, di mana pemerintah memberikan fasilitas yang memperbesar
minat dan kemampuan swasta u ntuk berinvestasi. Industri-industri yang dibangun
berdasarkan kebijakan SI pada tahap awaln umumnya adalah yang bersifat padat
karya dan atau berteknologi rendah. Sebab industri tersebut relatif sesuai dengan
kualitas SDM di NSB. Lagipula industri-industri tersebut dapat menghasilkan
keunggulan komparatif.
3. Memperluas kesempatan kerja. Bertumbuhnya sektor industri juga dapat
memperluas kesempatan kerja. Dengan demikian tenaga kerja yang melimpah di
sektor pertanian akan diserap oleh sektor industri tanpa mengurangi output sektor
pertanian.
4. Menghemat devisa. Penghematan devisa berarti memperbaiki neraca pembayaran.
Perbaikan neraca pembayaran umumnya dilihat dan surplus neraca perdagangan
atau menurunnya defisit neraca perdagangan, karena impor makin mengecil. Atau
dapat juga dilihat dalam neraca modal, di mana modal masuk lebih besar daripada
modal keluar. Perbaikan neraca pembayaran ini akan memberikan efek
multiplikasi perekonomian domestik, sekaligus memperbaiki posisi di
perekonomian dunia.
Disamping manfaat-manfaat tersebut, SI juga memilki keterbatasan-keterbatasan,
antara lain:
1. Menguntungkan perusahaan asing. Perusahaan asing yang menanamkan modal di
sektor industri substitusi impor akan memperoleh keuntungan, karena
memperoleh proteksi di balik benteng tarif dan memperoleh fasilitas keringanan
pajak, serta insentif penanaman modal.
2. Pasar domestik cepat jenuh. Titik lemah dari kebijakan SI bukanlah pada aspek
penawaran, melainkan aspek permintaan. Rendahnya pendapatan per kapita
penduduk NSB menyebabkan permintaan domestik akan produk-produk industri
amat kecil. Artinya, skala pasar domestik relatif kecil sehingga cepat jenuh.
3. Memunculkan atau memperkuat gejala monopoli dan atau oligopoli. Kecilnya
skala pasar domestik menyebabkan para investor meminta jaminan kepastian
pasar agar skala jual produksi mereka mencapai tingkat efisiensi ekonomis,
bahkan dapat memberikan keuntungan supernormal (supernormal profit). Hal ini
menjadi salah satu alasan mengapa para investor menuntut hak monopoli (legal)
atau pembatasan jumlah produsen berdasarkan ketentuan hukum. Tidak
mengherankan bila struktur industri di NSB umumnya monopoli atau oligopoli
yang berdasarkan kekuatan hukum.
4. Ketergantungan yang makin besar terhadap impor. Yang menjadi persoalan besar
dalam kebijakan SI adalah tidak tersedianya industri pendukung, misalnya yang
dapat menyediakan mesin-mesin dan bahan-bahan baku. Akibatnya kebijakan SI
justru menimbulkan ketergantungan baru terhadap impor. Impor bahan baku dan
barang modal justru meningkat jika target pertumbuhan output industri atau
ekononii ditingkatkan.
5. Pemborosan devisa. Akibat lebih lanjut dari ketergantungan impor adalah makin
besarnya devisa yang harus dikeluarkan, karena harga impor makin mahal dan
atau permintaan impor yang makin besar.
B. Kebijakan Promosi Ekspor (Export Promotion Policy)
Promosi ekspor (PE) merupakan salah satu alternatif mengatasi cepat jenuhnya
pasar domestik, sebab pasar luar negeri relatif jauh lebih besar daripada pasar domestik.
Kebijakan PE umumnya dilakukan setelah berhasil melaksanakan SI, kendati ada juga
yang melakukan secara bersamaan.
Ada empat faktor yang dapat menjelaskan bahwa kebijakan PE mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dibandingkan kebijakan SI, yaitu:
1. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri, misalnya agroindustri yang
berkembang karena berorientasi pada bahan baku pertanian. Dengan adanya
kaitan ini, maka permintaan sektor industri terhadap sektor pertanian tetap dapat
dipertahankan.
2. Skala ekonomi (economies of scale) dapat dicapai karena permintaan ekspor yang
skalanya cukup besar, sehingga dapat diproduksi secara manufaktur/ masal.
3. Meningkatnya persaingan atas prestasi perusahaan karena kuatnya persaingan
pada pasar dunia.
4. Dampak kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi dapat diatasi.
Meskipun kebijakan PE memberikan manfaat, namun juga ada beberapa masalah:
1. Cepat jenuhnya pasar internasional. Cepat jenuhnya pasar internasional
disebabkan oleh faktor permintaan dan penawaran. Dilihat dan sisi permintaan,
apa yang diekspor oleh NSB seperti pakaian, makanan olahan, barang-barang
elektronik sederhana, bahkan kendaraan, umumnya merupakan barang kebutuhan
pokok bagi negara maju. Sebagai barang kebutuhan pokok, elastisitas
permintaannya (elastisitas harga dan elastisitas pendapatan) sangat rendah,
sehingga pasarnya relatif tetap.
2. Makin kuatnya kebijakan proteksi oleh negara-negara maju. Sekalipun negara-
negara maju memiliki keunggulan komparatif dalam produksi teknologi padat
modal dan ilmu pengetahuan, mereka tetap melakukan proteksi terhadap industri-
industri yang berteknologi sederhana.
C. Kebijakan Proteksi
Tahap kebijakan substitusi impor (SI) dan promosi ekspor (PE) dijembatani oleh
proteksi. Bagi NSB, alasan proteksi adalah perlindungan sementara industri-industri yang
masih dalam tahap awal perkembangan (infant industries argument). Dengan proteksi,
industri domestik dilindungi dari sisi harga produk dan skala produksi, sehingga dapat
menjalani tahap pembelajaran (learning process).
1. Tarif (Tariff)
Tarif adalah pajak untuk komoditas impor. Tarif akan diberlakukan bila harga
pasar internasional lebih rendah danpada harga domestik. Dengan tarif harga barang
impor menjadi lebih mahal, sehingga produsen lokal dapat meningkatkan daya saing
harga. Ada beberapa jenis tarif, antara lain:
a. Tarif Nominal (Nominal Tariff)
Tarif nominal adalah tarif yang dihitung berdasarkan perbedaan harga domestik
dengan harga internasional. Misalnya harga domestik produk mobil adalah Rp 60
juta per unit, sedangkan harga di pasar internasional hanya sebesar Rp 30 juta.
Dan data tersebut, agar industri mobil domestik mampu bersaing dengan mobil
impor, maka setiap unit mobil impor dikenakan pajak Rp 30 juta. Dengan
demikian besarnya tingkat perlindungan (tarif) adalah 100%.
b. Tarif Efektif (Effective Tariff)
Tarif nominal hanya memberikan informasi tentang perubahan harga barang jadi.
Padahal yang lebih penting lagi adalah perubahan nilai tambah karena adanya
proteksi. Perubahan nilai tambah karena proteksi inilah yang disebut sebagai tarif
perlindungan efektif (effective rate of protection). Karena tujuan penetapan TPE
adalah peningkatan nilai tambah faktor produksi domestik, maka yang perlu
diperhatikan adalah berapa besar komponen impor dan setiap unit produk
domestik.
2. Kuota (Quota)
Kebijakan kuota adalah kebijakan pembatasan jumlah barang impor yang boleh
masuk ke pasar domestik. Pengaruh kuota terhadap permintaan dan penawaran domestik
adalah sama persis dengan pengaruh tarif. Perbedaannya, dengan kuota pemerintah tidak
memperoleh penerimaan pajak. Karena itu menganalisis pengaruh kuota dapat
menggunakan diagram untuk analisis pengaruh tarif nominal, dengan arah yang berbeda.
Maksudnya, bila dalam kebijakan tarif pemerintah mempengaruhi harga sehingga
mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran, maka dengan kebijakan kuota
pemerintah menetapkan terlebih dahulu jumlah impor, yang dapat mempengaruhi harga
jual domestik, sehingga akhirnya mempengaruhi permintaan dan penawaran domestik.
SOAL LATIHAN
1. Apa yang Anda ketahui dengan kebijakan susbstitusi impor ?
2. Apa yang Anda ketahui dengan kebijakan promosi ekspor ?
3. Mengapa kebijakan promosi ekspor diprediksi dapat meningkatkan petumbuhan
ekonomi ?
4. Prasyarat apa yang harus dipenuhi oleh perusahaan apabila produknya dapat
bersaing di pasar internasional ?
5. Apa perbedaan antara tarif nominal dan tarif efektif ?
top related