5. deasy gastroentritis

Post on 11-Dec-2015

217 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

ket

TRANSCRIPT

2c. Mekanisme dan penyebab mual pada kasus ? Faktor infeksi adanya bakteri E. coli pada

saluran pencernaan yang kemudian mengeluarkan toksin pada daerah usus dan lambung akan

mengganggu kerja usus halus sebagai pengabsorbsi zat-zat makanan seperti karbohidrat, lemak,

dan protein. Hal ini akan menimbulkan keadaan hipoglikemi yang dapat memicu munculnya rasa

mual dan muntah. Selain itu, rasa mual dan muntah juga dapat timbul akibat hipersekresi cairan

yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam dan basa. Banyaknya cairan yang

dihasilkan ke lumen usus ini juga akan menyebabkan rongga usus melebar dan dinding usus

merenggang sehingga mual dan muntah juga akan terpicu melalui sinyal aferen menuju pusat

muntah.

2g. Mekanisme dan penyebab kram perut? Toksin ST yang dihasilkan oleh Enterotoxigenic

E.coli dapat menurunkan motilitas usus halus, mengaktifkan siklase guanilat, meningkatkan

kadar guanosin fosfat siklik, dan terjadi hipersekresi cairan dan elektrolit yang dapat

menyebabkan terjadinya gangguan absorbsi klorida, kalium dan natrium sehingga akan terjadi

hipokalemi. Keadaaan hipokalemi ini akan menimbulkan kejang dan kram abdomen sampai juga

terasa nyeri abdomen.

2i. Kenapa tidak demam? Pada kasus ini, diare yang terjadi adalah akibat infeksi bakteri E.coli

tipe Enterotoxigenic. Pada infeksi jenis ini, bakteri mengeluarkan eksotoksin yang dapat bersifat

heat stabile dan heat labile. Kedua toksin inilah yang akan meningkatkan sekresi cairan dan

elektrolit dari dinding usus halus sehingga terjadilah diare. Bakteri ini tidak melakukan invasi ke

epitel usus halus sehingga tidak terjadi inflamasi. Maka respon inflamasi pun tidak keluar

sehingga tidak terjadilah demam.

5q. Cara pemeriksaan lab kultur feses pada media TCBS?

5s. Penyakit apa yang diderita ? Penyakit yang di derita adalah diare akibat Enterotoxigenic

E.coli atau juga disebut travellers diarrhea.

5u. Epidemiologi organisme tersebut ? Enterotoxigenic E.coli menular lewat makanan dan

minuman, banyak pada anak-anak dan turis asing di Negara berkembang.

GASTROENTERITIS

Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang dapat diakibatkan oleh bakteri, virus,

ataupun pathogen parasitic lain sehingga dapat menimbulkan gejala diare, mual, muntah,

hilangnya nafsu makan, dan rasa tidak enak diperut.

Gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi internal

Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab paling sering pada anak.

Infeksi internal meliputi :

Infeksi bakteri : Basiller disentri, E. coli, Salmonella

Infeksi virus : Enteroirus, Adenovirus, Rotavirus

Infeksi parasite : Cacing, protozoa, jamur

b. Infeksi parenteral

Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar saluran pencernaan seperti

tonsillitis, bronchopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada

bayi atau anak berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor Makanan

Gastroenteritis yang dapat disebabkan karena makanan basi, beracun, ataupun alergi

terhadap suatu makanan.

3. Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleran maltose dan laktosa). Pada aanak

paling sering terjadi intoleran laktosa.

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

4. Faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas

Patofisiologi gastroenteritis secara umum

Gastroenteritis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun pathogen parasitic

lainnya. diare karena infeksi bakteri berawal dari makanan dan minuman yang masuk ke

tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk hinggal mencapai lambung. Sebagian bakteri ada

yang mati karena terpapar asam lambung, tetapi ada sebagian bakteri lainnya yang lolos,

berlanjut ke duodenum, dan berkembang di intestinum. Pada kebanyakan kasus

gastroenteritis, organ yang diserang adalah usus. Di dalam usus, bakteri tersebut akan

menghasilkan enzim yang akan mencairkan lapisan mukosa yang menutupi permukaan

usus. Kemudian bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang pengeluaran sekresi

cairan-cairan usus melalui kripta vili dan menghambat proses absorbsi cairan. Sebagai

akibat dari keadaan ini, volume cairan di dalam lumen usus akan meningkat yang

mengakibatkan dinding usus mengembung sehingga lumen usus melebar dan usus akan

melakukan kontraksi untuk mengalirkan kelebihan cairan tersebut sehingga timbullah

hipermotilitas usus. Hal ini akan menyebabkan feses yang dikeluarkan menjadi cair dan

keadaan ini disebut sebagai diare. Peregangan lumen usus, terutama lumen duodenum

dapat memicu mual dan muntah melalui sinyal aferen ke pusat muntah.

Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan dapat menyebabkan tekanan

osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga juga akan timbul keadaan hipersekresi

cairan dan elektrolit yang pada akhirnya akan menyebabkan diare dengan konsistensi

feses cair.

Tertelannya makanan beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan

mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus akan mengaakibatkan hiperperistaltik

sehingga menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan secara

sempurna. Sebaliknya, jika gerak peristaltic usus menurun, maka bakteri akan dapat

dengan mudah menetap dan berkembangbiak di usus. Kedua kondisi ini juga akan

menimbulkan diare.

Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan cairan dirongga usus akan

mengakibatkan timbulnya rasa tidak nyaman pada perut. Hasil metabolisme bakteri yaitu

H2O dan CO2 juga akan mengakibatkan kembung perut, rasa mual dan muntah, serta

flatus berlebihan. Gangguan absorbsi elektrolit seperti natrium dan kalium akan

mengakibatkan terjadinya hipokalemi yang dapat menyebabkan terjadinya kejang dan

kram abdomen. Selain terjadi gangguan absorbsi elektrolit, juga terjadi gangguan

penurunan absorbsi zat makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Hal ini akan

menyebabkan hipoglikemi yang juga akan menimbulkan rasa mual dan muntah.

Hipersekresi cairan dan elektrolit juga akan mengganggu keseimbangan asam dan basa

yang juga dapat menimbulkan keluhan mual dan muntah.

Kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan akan menimbulkan keadaan dehidrasi

yang ditandai dengan berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata menjadi cekung,

serta bibir dan kulit tampak kering. Dehidrasi dan inflamasi dapat menyebabkan

peningkatan suhu tubuh. Bila hipersekresi terus menerus terjadi, maka akan volume darah

juga akan berkurang. Tubuh akan mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan

terganggu, dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut

jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, hipotensi, serta keadaan tubuh menjadi

lemah sampai menurunnya kesadaran.

Tipe infeksi E.coli :

E.coliResiko

PopulasiEpidemiologi

Karakteristik Diare Faktor Virulensi Utama Diagnosis

Cairan Darah DurasiFaktor

AdherenceToksin

Target

Gen

untuk

PCR

ETEC>1 thn,

travelers

Menular lewat

makanan dan

minuman, banyak

pada anak-anak

dan turis asing di

Negara

berkembang

+++ - Akut

Clonization

factor

antigens

(CFA I, II,

IV)

Heat-labile

enterotoxin

(LT)

Heat-

stabile

enterotoxin

(ST)

LT dan ST

EIEC >1 thn

Menular lewat

makanan dan

minuman, banyak

pada anak-anak

dan turis asig di

Negara

berkembang

+

++

Disetri

dengan

demam

Akut

Invasi

plasmid

antigen (lpa

ABCD)

Shigella

enterotoxinIpaH/IAL

EPEC

<2 th,

terutama

bayi <6

bln

Menular antar

manusia, khusunya

bayi

+++ -

Akut/

persiste

n

A/E lesion,

intimin/Tir,

EspABD

BFP

EspF Eae, BfpA

STEC

6 bln –

10 thn,

orang

tua

Menular lewat

makanan, air, dan

perpindahan antar

manusia, banyakdi

daerah industry

+

+++

Afebril

hemorrhagic

colitis, HUS

Akut A/E lesion

Shiga toxin

(Stx1,

Stx2, &

variant

Stx2)

Eae, Stx1,

Stx2

EAEC <1 thn, Menular lewat +++ - Akut/ Aggregative ShET1, AggR or

travelers

makanan dan

minuman, banyak

pada anak-anak

dan turis asing di

Negara

berkembang.

persiste

n

adherence

fimbria

(AAF)

EAST1,

Pet

AA

plasmid

*ETEC : Enterotoxigenic E.coli; EIEC : Enteroinvasive E.coli; EPEC : Enteropathogenic

E.coli; STEC : Shiga toxin-producing E.coli; EAEC : Enteroaggregative E.coli

Referensi

Jawetz, Melnick, Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. EGC : Jakarta

Matthew A.C, B. Brett Finlay. 2009. Molecular Mechanism of Escherichia coli Pathogenicity.

[Online]. Tersedia : http://www.scribd.com Diakses : 8 September 2015

Dani U.A, Khoirun N, Nur F.S, Riska I, Triwijayanti I.S. 2012. Escherichia coli. [Online].

Tersedia : http://www.scribd.com Diakses : 8 September 2015

top related