4. hasil dan pembahasan 4.1. 4.1.1. - uksw · 2021. 2. 24. · ringin agung, ngudi lestari, maju...
Post on 16-May-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
19
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. PUAP di Lokasi Penelitian
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program
Kementrian Pertanian yang dilaksanakan di bawah koordinasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) yang berupa bantuan dana yang
dihibahkan kepada gapoktan. Di lokasi penelitian yang menerima bantuan dana
PUAP yaitu gapoktan Prima Agung yang berada di Kelurahan Kauman Kidul,
Kecamatan Sidorejo, Salatiga Jawa Tengah.
Dana PUAP diterima gapoktan Prima Agung pada Oktober 2008. Dana
PUAP hanya diberikan sekali sebesar Rp100.000.000,00, kemudian gapoktan
yang mengelola. Dana PUAP yang diterima gapoktan disalurkan untuk kegiatan
kelompok tani yang berada di gapoktan Prima Agung antara lain kelompok tani
Ringin Agung, Ngudi Lestari, Maju Makmur, Sumber Rejeki, dan Ngudi Raharjo.
Dana PUAP yang digunakan gapoktan yaitu pertama untuk penyedia
saprodi seperti pupuk dan yang kedua untuk dipinjamkan ke anggota kelompok
tani. Dana PUAP yang dipinjamkan ke anggota kelompok tani, dengan syarat
pinjaman yang sebelumnya harus sudah lunas, namun tidak semua anggota
kelompok tani yang dapat meminjam, hal ini dikarenakan terbatasnya dana PUAP
yang ada di gapoktan. Dana PUAP yang dipinjamkan maksimal sebesar
Rp500.000,00 dan pengembalian dilakukan saat petani panen dengan bunga 4%
(Rp20.000,00).
4.1.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dukuh Legok yang terletak di Kelurahan Kauman
Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga Jawa Tengah, yang berbatasan dengan
wilayah sebagai berikut:
Batas sebelah Timur : Kelurahan Kutowinangun
Batas sebelah Barat : Kelurahan Bugel
Batas sebelah Utara : Desa Pabelan
Batas sebelah Selatan : Kelurahan Salatiga
20
4.1.3. Keadaan Pertanian Dukuh Legok
Dilihat cara budidaya yang dilakukan di Dukuh Legok, pertanian di Dukuh
Legok sudah maju, ini kelihatan dari cara budidaya petani di Dukuh Legok,
membajak sawah sudah dengan mesin, dan pemanenan sudah menggunakan
mesin, namun pada saat penanaman padi petani di Dukuh Legok masih
menggunakan tenaga manual atau tenaga kerja orang
Di Dukuh Legok fokus pada tanaman pangan yaitu padi, namun ada juga
petani yang membudidayakan komoditi lain seperti cabai dan tomat.
4.2. Karakteristik Responden
Responden penelitian ini terdiri dari 33 petani program PUAP dan 34 petani
non-PUAP. Karakteristik petani meliputi usia, pendidikan, jumlah anggota
keluarga, status kepemilikan lahan, pendapatan, harga benih, harga pupuk, harga
pestisida, upah tenaga kerja dan luas lahan.
4.2.1. Usia
Petani program PUAP dan non-PUAP memiliki usia yang berbeda-beda
dalam mengelola usahataninya, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Usia
No. Usia (tahun) PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. 33-41 7 21,21 1 2,94
2. 42-49 7 21,21 12 35,29
3. 50-57 11 33,34 15 44,12
4. 58-65 4 12,12 5 14,71
5. 66-73 3 9,09 0 0,00
6. > 73 1 3,03 1 2,94
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Usia 51 tahun 52 tahun
Sumber: Analisis Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat usia dengan jumlah petani tertinggi
yaitu 11 orang (33,33%) petani program PUAP dan 15 orang (44,12%) petani
non-PUAP pada kelas usia 50-57 tahun, dengan rata-rata usia petani program
PUAP yaitu 51 tahun dan non-PUAP yaitu 52 tahun, sehingga dapat dikatakan 62
petani (92,54%) yang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP di Dukuh
Legok memiliki usia produktif. Berdasarkan Tabel 4.1 masih ada petani yang
21
berusia >73 tahun namun masih berusahatani, hal ini karena untuk memenuhi
kebutuhan hidup rumah tangga dan tidak ada pekerjaan lain selain berusahatani.
4.2.2. Pendidikan
Tabel 4.2 menunjukkan petani program PUAP dan non-PUAP menurut
tingkat pendidikan.
Tabel 4.2 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan
Pendidikan
No. Pendidikan PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. SD 17 51,52 26 76,47
2. SMP 4 12,12 1 2,94
3. SMA 12 36,36 6 17,65
4. Perguruan Tinggi 0 0,00 1 2,94
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Sumber: Analisis Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa mayoritas petani di Dukuh Legok adalah
tamat SD yaitu 43 petani (64,18%) terdiri dari petani program PUAP 17 orang
(51,52%) dan petani non-PUAP 26 orang (76,47%). Hal ini karena, walapun
petani dengan persentase terbesar pada usia produktif, namum mereka (petani)
sudah tua, pada jaman mereka (petani) pendidikan masih rendah, dan belum
mementingkan pentingnya pendidikan. Pada Tabel 4.2 terdapat 1 petani
pendidikannya perguruan tinggi tetapi berusaha tani, hal ini karena petani tersebut
menganggap tani sebagai olahraga disamping itu petani tersebut sudah pensiun,
sehingga tidak ada kegiatan lain selain berusahatani.
4.2.3. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga terdiri dari istri/suami, dan anak yang hidup dalam
satu atap dengan petani program PUAP dan non-PUAP, dapat dilihat pada Tabel
4.3.
Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa jumlah anggota keluarga petani di Dukuh
Legok berada pada kelas 3-4 orang yang berjumlah 40 petani (59,70%) terdiri dari
petani program PUAP 20 orang (60,61%) dan petani non-PUAP 20 orang
(58,83%), dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan
petani PUAP dan non-PUAP adalah 4 orang, dengan melihat kondisi ini maka
22
tanggungan petani di Dukuh Legok tidak begitu besar. Namun, masih ada petani
yang memiliki tanggungan jumlah anggota keluarga 5 orang yang memungkinkan
bahwa beban petani tersebut tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tabel 4.3 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga
No. Jumlah Anggota Keluarga (Orang) PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. 2 5 15,15 3 8,82
2. 3-4 20 60,61 20 58,83
3. 5 8 24,24 11 32,35
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga 4 orang 4 orang
Sumber: Analisis Data Primer 2016
4.2.4. Status Kepemilikan Lahan
Gambaran status kepemilikan lahan petani program PUAP dan non-PUAP
ditampilkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Status
Kepemilikan Lahan
No. Status Kepemilikan Lahan PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. Milik Sendiri 1 3,03 1 2,94
2. Milik Sendiri dan Sewa 4 12,12 4 11,77
3. Sewa 28 84,85 29 85,29
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Status Kepemilikan Lahan Sewa Sewa
Sumber: Analisis Data Primer 2016
Berdasakan Tabel 4.4 mayoritas status kepemilikan lahan usahatani padi di
Dukuh Legok adalah sewa sebesar 85,07% terdiri dari petani program PUAP 28
orang (84,85%) dan non-PUAP petani 29 orang (85,29%). Banyaknya petani
yang memiliki lahan berstatus sewa ini dikarenakan di Desa kauaman Kidul
terdapat tanah milik di Desa (bengkok) yang mana pengelolaannya diserahkan
pada Desa, sehingga Desa Kauman Kidul menyewakan tanah bengkok tersebut
kepada petani.
4.2.5. Pendapatan
Gambaran pendapatan petani program PUAP dan non-PUAP ditampilkan
pada Tabel 4.5.
23
Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa sebagian besar pendapatan petani di Dukuh
Legok berada pada kelas Rp735.000,00-Rp2.369.568,00 per luas lahan usahatani
yaitu 17 orang (51,52%) petani program PUAP dan non-PUAP berada pada kelas
Rp2.369.569,00-Rp4.004.137,00 per luas lahan usahatani yaitu 17 orang
(50,00%), sedangkan jumlah petani terendah dengan pendapatan tertinggi pada
petani program PUAP yaitu 2 orang (6,06%) berada pada kelas >Rp8.907.844,00.
Rata-rata pendapatan persatuan luas lahan usahatani untuk satu kali musim tanam
petani program PUAP Rp3.004.545,00 sedangkan untuk petani non-PUAP
Rp3.464.059,00.
Tabel 4.5 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan
Pendapatan
No. Pendapatan (Rp/per luas lahan) PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. 735.000,00-2.369.568,00 17 51,52 9 26,47
2. 2.369.569,00-4.004.137,00 11 33,33 17 50,00
3. 4.004.138,00-5.638.706,00 1 3,03 5 14,71
4. 5.638.707,00-7.273.275,00 2 6,06 2 5,88
5. 7.273.276,00-8.907.844,00 0 0,00 0 0,00
6. >8.907.844,00 2 6,06 1 2,94
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Pendapatan (Rp/per luas lahan) 3.464.059,00 3.004.545,00
Sumber: Analisis Data Primer 2016
4.2.6. Harga Benih
Varietas padi yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP relatif
sama yaitu IR64, C4, Nikongga, Situ Bagendit dan Pandan Wangi. Varietas yang
tidak digunakan petani non-PUAP namun digunakan petani program PUAP yaitu
Rojo lele dan Songgo Langit, sedangkan varietas yang tidak digunakan petani
program PUAP namun digunakan petani non-PUAP yaitu Ciherang, Marsela dan
Umbul-umbul. Umumnya petani program PUAP dan non-PUAP menggunakan
varietas IR64 dengan harga berkisar Rp5.000,00-Rp12.000,00 per kg.
Harga benih yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP
ditampilkan pada Tabel 4.6.
Berdasarkan Tabel 4.6 bahwa harga benih yang digunakan petani di Dukuh
Legok berada pada kelas Rp7.903,00-9.203,00 per kg yaitu 27 petani (40,30%)
terdiri dari petani program PUAP 13 orang (39,40%) dan petani non-PUAP 14
24
orang (41,18%), sedangkan rata-rata harga benih yang digunakan petani program
PUAP yaitu Rp7.248,00 per kg dan non-PUAP Rp7.897,00 per kg.
Tabel 4.6 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Harga
Benih
No. Harga Benih (Rp/kg) PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. 4.000,00-5.300,00 6 18,18 2 5,88
2. 5.301,00-6.601,00 6 18,18 11 32,35
3. 6.602,00-7.902,00 6 18,18 0 0,00
4. 7.903,00-9.203,00 13 39,40 14 41,18
5. 9.204,00-10.504,00 1 3,03 4 11,77
6. >10.504,00 1 3,03 3 8,82
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Harga Benih (Rp/kg) 7.248,00 7.897,00
Sumber: Analisis Data Primer 2016
4.2.7. Harga Pupuk
Pupuk yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP relatif sama
yaitu pupuk kandang, Urea, Phonska, dan SP-36. Pupuk yang tidak digunakan
petani non-PUAP namun digunakan petani program PUAP yaitu Gandasil.
Umumnya petani program PUAP dan non-PUAP menggunakan pupuk Urea dan
Phonska, dengan harga Urea berkisar Rp1.900,00-Rp2.200 per kg dan Phonska
berkisar Rp2.100,00-Rp3.000,00 per kg, pupuk yang digunakan petani yaitu
pupuk subsidi, oleh karena itu harga tersebut tergolong murah.
Harga pupuk yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP
ditampilkan pada Tabel 4.7.
Berdasarkan Tabel 4.7 harga pupuk yang digunakan petani di Dukuh Legok
berada pada kelas Rp1.863,00-2.383,00 per kg dengan jumlah petani 56 orang
(83,58%) terdiri dari petani program PUAP 28 orang (84,85%) dan petani non-
PUAP 28 orang (82,35%). Namun terdapat 1 petani non-PUAP yang
menggunakan harga pupuk >Rp2.904,00 per kg, hal ini karena petani tersebut
menggunakan pupuk kandang yang harganya lebih mahal dari pupuk Urea dan
Phonska yaitu Rp6.000,00 per kg, jika dirata-rata harga pupuk Urea, Phonska dan
pupuk kandang yang digunakan petani tersebut >Rp2.904,00 per kg. Pupuk
kadang yang dibeli petani tersebut di dapat di Toko Pertanian, sehingga harga
yang belinya pun lebih mahal, disamping itu pupuk kandang tersebut sudah diolah
25
dan siap digunakan oleh petani. Rata-rata harga pupuk yang digunakan petani
program PUAP yaitu Rp2.087,00 per kg dan petani non-PUAP Rp2.091,00 per
kg.
Tabel 4.7 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Harga
Pupuk
No. Harga Pupuk (Rp/kg) PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. 300,00-820,00 0 0,00 1 2,94
2. 821,00-1.341,00 1 3,03 2 5,89
3. 1.342,00-1.862,00 4 12,12 1 2,94
4. 1.863,00-2.383,00 28 84,85 28 82,35
5. 2.384,00-2.904,00 0 0,00 1 2,94
6. >2.904,00 0 0,00 1 2,94
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Harga Pupuk (Rp/kg) 2.087,00 2.091,00
Sumber: Analisis Data Primer 2016
4.2.8. Harga Pestisida
Harga pestisida yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP
ditampilkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Harga
Pestisida
No. Harga Pestisida (Rp/ml) PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. < 17,00 3 9,09 7 20,59
2. 17,00-85,00 2 6,06 2 5,88
3. 86,00-154,00 15 45,46 15 44,12
4. 155,00-223,00 6 18,18 5 14,71
5. 224,00-292,00 2 6,06 2 5,88
6. >292,00 5 15,15 3 8,82
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Harga Pestisida (Rp/ml) 155,00 129,00
Sumber: Analisis Data Primer 2016
Pestisida yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP relatif sama
yaitu DMA, Ally Plus, Landep, Marshal, dan Matador. Pestisida yang tidak
digunankan petani non-PUAP namun digunakan petani program PUAP yaitu
Aplot, Timek dan Furadan, sedangkan pestisida yang tidak digunakan petani
program PUAP namun digunakan petani non-PUAP yaitu Danke, Nararel, Round
26
up, dan Rumba. Umumnya petani program PUAP dan non-PUAP menggunakan
DMA dengan harga Rp20.000,00-Rp35.000,00 per botol (200 ml).
Berdasarkan pada Tabel 4.8 bahwa harga pestisida di Dukuh Legok berada
pada kelas Rp86,00-Rp154,00 per ml yaitu sebesar 30 orang (44,78%) terdiri dari
petani program PUAP 15 orang (45,46%) dan petani non-PUAP 15 orang
(44,12%), sedangkan rata-rata harga pestisida yang digunakan petani program
PUAP yaitu Rp155,00 per ml dan petani non-PUAP yaitu Rp129,00 per ml.
4.2.9. Upah Tenaga Kerja
Upah tenaga kerja luar keluarga (TKLK) di Dukuh Legok yang digunakan
terdiri dari laki-laki dan perempuan. Berdasarkan observasi di lapangan, upah
tenaga kerja berkisar Rp48.000,00-Rp56.000,00 per hari orang kerja. Upah
tersebut digunakan petani untuk membuat pematang (galengan) sawah dan
penanaman padi.
Gambaran upah tenaga kerja luar keluarga yang digunakan petani program
PUAP dan non-PUAP ditampilkan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Upah
Tenaga Kerja Per Hari Orang Kerja
No. Upah TKLK (Rp/HOK) PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. 48.000,00-49.300,00 9 27,27 4 11,76
2. 49.301,00-50.601,00 0 0,00 0 0,00
3. 50.602,00-51.902,00 0 0,00 1 2,94
4. 51.903,00-53.203,00 6 18,18 5 14,71
5. 53.204,00-54.504,00 3 9,09 0 0,00
6. >54.504,00 15 45,46 24 70,59
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Upah TKLK (Rp/HOK) 52.844,00 54.314,00
Sumber: Analisis Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 4.9 bahwa upah tenaga kerja luar keluarga di Dukuh
Legok berada pada kelas > Rp54.504,00/HOK yaitu sebesar 39 petani (58,21%)
yang terdiri dari petani program PUAP 15 orang (45,46%) dan petani non-PUAP
24 orang (70,59%). Penyebaran ini tidak merata berdasarkan jenis kelamin dan
jenis pekerjaan yang dikerjakan, sedangkan rata-rata upah tenaga kerja luar
keluarga yang digunakan yaitu Rp52.844,00/HOK petani program PUAP dan
Rp54.314,00/HOK petani non-PUAP.
27
4.2.10. Luas Lahan
Tabel 4.10 menunjukkan luas lahan petani program PUAP dan non-PUAP.
Tabel 4.10 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Luas
Lahan
No. Luas Lahan (m2)
PUAP Non-PUAP
Orang % Orang %
1. 500-2.043 8 24,24 3 8,82
2. 2.044-3.587 20 60,61 24 70,59
3. 3.588-5.131 3 9,09 5 14,71
4. 5.132-6.675 1 3,03 1 2,94
5. 6.676-8.219 0 0,00 1 2,94
6. >8.219 1 3,03 0 0,00
Jumlah 33 100,00 34 100,00
Rata-rata Luas Lahan (m2) 2.726 3.008
Sumber: Analisis Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 4.10 mayoritas luas lahan petani di Dukuh Legok berada
pada kelas 2.044 m2
- 3.587 m2 yaitu sebesar 44 petani (65,67%) terdiri dari
petani program PUAP 20 orang (60,61%) dan petani non-PUAP 24 orang
(70,59%), sedangkan rata-rata luas lahan petani program PUAP yaitu 2.726 m2
dan petani non-PUAP 3.008 m2. Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat tidak
terdapat perbedaan pada luas lahan petani baik petani program PUAP dan non-
PUAP. Hal ini dikarenakan dana PUAP di gapoktan Prima Agung diperuntukan
bagi semua anggota kelompok tani yang membutuhkan biaya untuk melakukan
kegiatan usahatani.
4.3. Hasil Komputasi
4.3.1. Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Program PUAP dan Non-
PUAP
Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji beda (Independent Samples t-test)
pendapatan rata-rata usahatani program PUAP dan non-PUAP.
Tabel 4.11 Uji Beda Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Program PUAP dan
Non-PUAP
No. Dummy Mean (juta) Std. Dev. Obs.
1. PUAP = 1 3,004545 2,274451 33
2. Non PUAP = 0 3,464059 1,689872 34
All 3,237731 1,997397 67
t-test 0,940618
t-tabel 2,00030
Probability 0,3504
Sumber: Analisis Data Primer 2016
28
Berdasakan Tabel 4.11 terdapat perbedaan rata-rata pendapatan usahatani
padi program PUAP dan non-PUAP. Pendapatan petani program PUAP yaitu
Rp3,004545 juta (Rp3.004.545,00) lebih kecil dari pada pendapatan petani non-
PUAP yaitu Rp3,464059 juta (Rp3.464.059,00), namun secara statistik tidak
berbeda nyata artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata pendapatan usahatani
program PUAP dengan rata-rata pendapatan usahatani non-PUAP. Hal ini
ditunjukan dengan nilai t-test sebesar 0,940618 < ttabel 2,00030 atau nilai P
sebesar 0,3504 > 0,05.
4.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi
Program PUAP dan Non-PUAP
Hasil analisis diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani program PUAP dan non-PUAP berdasarkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Usahatani Padi Program PUAP dan Non-PUAP
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability
C 4,181485 0,986488 4,238760 0,0001
Harga Benih (P1) 0,021885 0,250538 0,087352 0,9307
Harga Pupuk (P2) -0,107186 0,079009 -1,356631 0,1800
Harga Pestisida (P3) -0,000108 0,006479 -0,016631 0,9868
Upah_TK (P4) -1,092264 0,528402 -2,067109 0,0430*
Luas Lahan (X) 0,680387 0,147321 4,618405 0,0000*
Dummy (D) -0,187411 0,141828 -1,321403 0,1914
R-squared 0,549257 t-tabel 2,00030
S.E. of regression 0,370044 F-tabel 2,25
F-hitung 12,18562
Sumber: Analisis Data Primer 2016
Keterangan : * = Signifikan pada α : 0,05 (5%)
Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R
squared) sebesar 0,549257 atau 54,93%. Hal ini berarti 54,93% variasi variabel
pendapatan dijelaskan oleh variabel independen (harga benih, harga pupuk, harga
pestisida, upah tenaga kerja, luas lahan, dan dummy). Sisanya 45,07% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
Uji F untuk mengetahui apakah secara bersama variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Menurut Ghozali (2006) uji statistik F pada
dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model signifikan mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil analisis
pada Tabel 4.12 nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 12,18562 > 2,25, sehingga
29
dapat dikatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama
signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Untuk melihat masing-masing pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dapat dilihat dari hasil uji t statistik dengan nilai signifikansi
0,05. Menurut Ghozali (2006) uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen.
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu
upah tenaga kerja (P4) dan luas lahan (X) berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usahatani padi, ini dapat dilihat dari nilai probabilitas kedua variabel
independen tersebut yaitu 0,0430 dan 0,0000 lebih kecil dari 0,05. Variabel
independen lain yaitu harga benih (P1), harga pupuk (P2), harga pestisida (P3),
dan dummy (D) tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi karena
nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari 0,05.
Persamaan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani program PUAP dan non-PUAP ditulis sebagai berikut:
lnπ = α + α1 lnP1+ α2 lnP2+ α3 lnP3+ α4 lnP4+ α5 lnX + D
Lnpendapatan = 4,181485 + 0,021885P1 – 0,107186P2 – 0,000108P3 –
1,092264P4* + 0,680387X* – 0,18741D
Keterangan : * = Signifikan pada α : 0,05 (5%)
Interpretasi dari persamaan yang signifikan berpengaruh terhadap
pendapatan adalah sebagai berikut:
1) Koefisien regresi P4 (upah tenaga kerja) sebesar -1,092264 menunjukkan
bahwa setiap kenaikkan upah tenaga kerja sebesar 1 rupiah/HOK, maka
akan terjadi penurunan pendapatan sebesar -1,092264 rupiah, dengan
menganggap variabel lain (P1, P2, P3, X dan D) konstan atau sama dengan 0
(nol).
2) Koefisien regresi X (luas lahan) sebesar 0,680387 menunjukkan bahwa
setiap penambahan luas lahan 1 m2 maka akan meningkatkan pendapatan
sebesar 0,680387 rupiah, dengan menganggap variabel lain (P1, P2, P3, P4,
dan D) konstan atau sama dengan 0 (nol).
30
4.4. Pembahasan
4.4.1. Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Program PUAP dan Non-
PUAP
Berdasarkan Tabel 4.11 rata-rata pendapatan usahatani padi perluas lahan
dalam sekali musim tanam program PUAP lebih rendah dari non-PUAP yaitu
Rp3,004545 juta (Rp3.004.545,00) dan Rp3,464059 juta (Rp3.464.059,00),
namun secara statistik rata-rata pendapatan usahatani padi program PUAP dan
non-PUAP tidak berbeda nyata dilihat dari nilai t-test sebesar 0,940618 atau nilai
P sebesar 0,3504 > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sisilia
dkk. (2012) dan Erna dkk. (2015) serta Hermawan dkk. (2015) menunjukkan
program PUAP telah berhasil meningkatkan pendapatan petani.
Berdasarkan pendapatan rata-rata petani program PUAP lebih kecil
dibandingkan petani non-PUAP, namun petani program PUAP mampu
mengembalikan modal pinjaman dana PUAP, sehingga dengan lancarnya
pengembalian pinjaman dana PUAP berdampak pada meningkatnya dana PUAP
di gapoktan. Berdasarkan laporan keuangan gapoktan, nilai dana PUAP sampai
dengan September 2016 yaitu sebesar Rp114.713.000,00 dibandingkan dengan
saat pertama kali memperoleh dana PUAP (Oktober 2008), rata-rata peningkatan
dana PUAP sebesar 1,84% per tahun. Peningkatan ini sejalan dengan Nababan
(2009) yang menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya program PUAP dilihat dari
bertambahnya dana yang dikelola oleh gapoktan.
Program PUAP di Dukuh Legok sudah tepat sasaran dilihat dari luas lahan
rata-rata yang dimiliki petani pada Tabel 4.10 dimana rata-rata luas lahan petani
program PUAP lebih kecil dari non-PUAP. Hal ini berarti dana pinjaman PUAP
di Dukuh legok digunakan untuk petani yang luas lahannya lebih kecil dari non-
PUAP.
Dapat disimpulkan bahwa program PUAP di Dukuh Legok belum berhasil
meningkatkan pendapatan rata-rata petani program PUAP, namun program PUAP
telah berhasil jika dilihat dari dana PUAP di gapoktan dimana petani telah lancar
melakukan pengembalian modal pinjaman dana PUAP, dan program PUAP di
Dukuh Lekok sudah tepat sasaran.
31
4.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi
Program PUAP dan Non-PUAP
1. Pengaruh Harga Benih (P1) Terhadap Pendapatan (Y)
Pada Tabel 4.12 menunjukkan harga benih tidak berpengaruh terhadap
pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP dengan nilai
probabilitas 0,9307 lebih besar dari 0,05. Sejalan dengan penelitian Muzdalifah
(2012) yang menyatakan harga benih tidak memberikan pengaruh terhadap
pendapatan.
Berdasarkan Tabel 4.6 rata-rata harga benih di Dukuh Legok yang
digunakan petani program PUAP adalah Rp7.248,00/kg dan non-PUAP
Rp7.897,00/kg. Sebagian besar petani membeli benih diatas harga rata-rata yaitu
37 orang yang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP, dengan demikian
walapun harga benih meningkat tidak akan mempengaruhi pendapatan petani
program PUAP dan non-PUAP.
2. Pengaruh Harga Pupuk (P2) Terhadap Pendapatan (Y)
Pada Tabel 4.12 menunjukkan harga pupuk tidak berpengaruh terhadap
pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP dengan nilai
probabilitas 0,1800 lebih besar dari 0,05. Berbeda dengan penelitian Cahyono
(2010) yang menyatakan harga pupuk berpengaruh nyata terhadap keuntungan,
karena semakin tinggi harga atau biaya maka kualitas pupuk juga semakin baik,
dan jika dilakukan dengan komposisi yang tepat akan menghasilkan produksi padi
yang semakin berkualitas, sehingga keuntungan yang diperoleh juga akan
meningkat.
Berdasarkan Tabel 4.7 rata-rata harga pupuk di Dukuh Legok yang
digunakan petani program PUAP adalah Rp2.087,00/kg dan non-PUAP
Rp2.091,00/kg. Sebagian besar petani membeli pupuk diatas harga rata-rata yaitu
45 orang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP, dengan demikian
walapun harga pupuk meningkat tidak akan mempengaruhi pendapatan petani
program PUAP dan non-PUAP.
3. Pengaruh Harga Pestisida (P3) Terhadap Pendapatan (Y)
Pada Tabel 4.12 menunjukkan harga pestisida tidak berpengaruh terhadap
pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP dengan nilai
32
probabilitas 0,9868 lebih besar dari 0,05. Sejalan dengan penelitian Cahyono
(2010) yang menyatakan harga pestisida Rp/botol tidak berpengaruh terhadap
keuntungan, dikarenakan komposisi maksimal dan minimal penggunaan pestisida
tidak terlalu besar perbedaannya.
Berdasarkan Tabel 4.8 rata-rata harga pestisida di Dukuh Legok yang
digunakan petani program PUAP adalah Rp155,00/ml dan non-PUAP
Rp129,00/ml. Sebagian besar petani membeli pestisida diatas harga rata-rata
yaitu 31 orang yang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP, sedangkan
10 orang petani tidak menggunakan pestisida. Artinya dari 67 petani hanya 57
petani yang menggunakan pestisida terdiri dari petani program PUAP dan non-
PUAP, dengan demikian walapun harga pestisida meningkat tidak akan
mempengaruhi pendapatan petani program PUAP dan non-PUAP.
4. Pengaruh Upah Tenaga Kerja (P4) Terhadap Pendapatan (Y)
Pada Tabel 4.12 menunjukkan upah tenaga kerja signifikan berpengaruh
terhadap pendapatan usahatani program PUAP dan non-PUAP dengan nilai
probabilitas 0,0430 lebih kecil dari 0,05. Hasil regresi upah tenaga kerja (P4)
dengan koefisien sebesar -1,092264 menunjukkan bahwa setiap kenaikan upah
tenaga kerja sebesar 1 rupiah/HOK, maka akan terjadi penurunan pendapatan
sebesar -1,092264 rupiah, dengan menganggap variabel lain (P1, P2, P3, X dan D)
konstan atau sama dengan 0 (nol). Secara statistik upah tenaga kerja berpengaruh
terhadap pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP, dilihat dari
nilai thitung lebih besar ttabel atau -2,067109 > 2,00030. Sejalan dengan penelitian
Larsito (2005) yang menyatakan upah tenaga kerja mempunyai hubungan negatif
terhadap keuntungan, sehingga kenaikan upah tenaga kerja akan menurunkan
keuntungan.
Upah tenaga kerja rata-rata petani di Dukuh Legok adalah
Rp52.844,00/HOK petani program PUAP dan Rp54.314,00/HOK petani non-
PUAP. Sebagian besar petani menggunakan upah tenaga kerja diatas harga rata-
rata yaitu 39 orang yang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP (Tabel
4.9), dengan demikian semakin tinggi upah yang dikeluarkan petani program
PUAP dan non-PUAP maka akan menurunkan pendapatan.
33
5. Pengaruh Luas Lahan (X) Terhadap Pendapatan (Y)
Tabel 4.12 menunjukkan luas lahan signifikan berpengaruh terhadap
pendapatan usahatani program PUAP dan non-PUAP dengan nilai probabilitas
0,0000 lebih kecil dari 0,05. Hasil regresi luas lahan (X) dengan koefisien sebesar
0,680387 menunjukkan bahwa setiap penambahan luas lahan 1 m2 maka akan
meningkatkan pendapatan sebesar 0,680387 rupiah, dengan menganggap variabel
lain (P1, P2, P3, P4, dan D) konstan atau sama dengan 0 (nol). Secara statistik luas
lahan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-
PUAP, dilihat dari nilai thitung lebih besar dari ttabel atau 4,618405 > 2,00030.
Sejalan dengan penelitian Muzdalifah (2012) yang menyatakan luas lahan
memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Lahan merupakan tempat petani
melakukan aktivitas usahatani, dan secara teoritis semakin luas lahan garapan
semakin tinggi pendapatan petani (Cahyono, 2010).
Bedasarkan Tabel 4.10 rata-rata luas lahan petani di Dukuh Legok adalah
2.726 m2 petani program PUAP dan 3.008 m
2 petani non-PUAP. Sebagian besar
petani yaitu meliliki luas lahan dibawah rata-rata adalah 48 orang terdiri dari
petani program PUAP dan non-PUAP, sedangkan 19 orang memiliki luas lahan
diatas rata-rata. Hal ini berarti Semakin luas lahan petani program PUAP dan
non-PUAP di Dukuh Legok pendapatan petani akan meningkat.
6. Pengaruh Program PUAP dan Non-PUAP (D) Terhadap Pendapatan
(Y)
Pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa Dummy program PUAP tidak
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani program PUAP dengan nilai
probabilitas 0,1914 > 0,05. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan dana
pinjaman PUAP sebesar Rp500.000,00 relatif kecil dirasa belum dapat
memberikan dampak yang besar pada modal dalam kegiatan usahatani padi,
sehingga tidak dapat meningkatkan pendapatan. Lebih jauh, dana PUAP di petani
tidak hanya dipergunakan untuk kegiatan usahatani padi saja, namun juga
dipergunakan untuk kegiatan konsumtif lain di luar kegiatan usahatani padi.
Sedangkan petani non-PUAP juga tetap memiliki akses yang sama terhadap
saprodi, sehingga tidak terjadi perbedaan dalam pembelian sarana produksi
misalnya pupuk mapun pestisida.
top related