39177067 skripsi analisis hg as dan cn
Post on 04-Jan-2016
102 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan suatu kegiatan mengubah
keadaan ke arah yang lebih maju. Dalam pembangunan tersebut, selain dapat
memajukan kehidupan manusia, tidak disadari juga ada banyak yang harus
dikorbankan, terutama lingkungan yang ada di sekitarnya. Kerena setiap usaha
membangun ekonomi negara diperhadapkan pada pembangunan ekonomi dan
melestarikan lingkungan.
Lingkungan perairan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia karena air merupakan kebutuhan utama bagi hidup manusia.
Perairan merupakan tempat berinteraksi baik secara fisik dan kimia dari
keanekaragaman hayati (Romaire, 1985).
Berbagai kegiatan industri dan pembangunan terbukti memberikan andil dalam
penurunan kualitas lingkungan terutama lingkungan perairan. Berbagai bentuk
substansi yang masuk ke lingkungan perairan tersebut dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap faktor abiotik ekosistem yaitu perubahan struktur
komunitas, kematian massal resistensi terhadap substansi kimia oleh organisme
serta perubahan kualitas perairan tersebut (Rompas, 1990).
Pertambangan rakyat yang ada di Sulawesi Utara, khususnya Minahasa,
kebanyakan kurang memperhatikan faktor pengelolaan lingkungan baik dalam
2
pengelolaan limbah yang dihasilkan maupun bahan berbahaya yang digunakan.
Salah satu wilayah pengolahan emas adalah Desa Tatelu dan sekitarnya yang
masuk kedalam Kecamatan Dimembe. Selain itu pengelolahan emas juga
dilakukan pada sekitar Desa Kecamatan Mapanget yang aliran sungainya menuju
estuari (daerah pertemuan antara air laut dengan air sungai) sungai Kima Bajo dan
Sungai Talawaan.
1.2. Perumusan Masalah
Sungai-sungai dijadikan tempat pembuangan limbah dapat mengakibatkan
tercemarnya suatu sungai. Untuk memonitor ada tidaknya pencemaran pada
Sungai Kima Bajo dan Sungai Talawaan maka perlu dilakukan penelitian. Dalam
penelitian ini akan diteliti kandungan merkuri (Hg), arsen (As), dan sianida (CN)
di Sungai Kima Bajo dan Sungai Talawaan.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui konsentrasi logam merkuri (Hg), logam arsen (As), dan sianida
(CN) di Sungai Kima Bajo dan Sungai Talawaan
2. Mambandingkan konsentrasi Hg, As dan CN yang ditemukan di air Sungai
Kima Bajo dan Sungai Talawaan dengan batas aman yang mengacu pada PP.
No. 82 tahun 2001 tentang Kriteria Mutu Air Bersih.
3
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini selain diperlukan untuk pengontrolan terhadap kualitas air sungai
yang digunakan oleh masyarakat yang berada di sepanjang Sungai Kima Bajo dan
Sungai Talawaan juga sebagai masukan bagi pihak yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tercemarnya suatu lingkungan oleh logam berat selalu menjadi masalah, sehingga
pengontrolan keberadaan logam berat dilingkungan menjadi penting (Manurung,
2003). Diantara logam berat yang berbahaya bagi kesehatan adalah merkuri dan
arsen. Kedua logam ini merupakan logam yang cukup berperan pada polusi
lingkungan perairan. Hal ini disebabkan oleh sifat toksik senyawa Arsenik dan
senyawa Organomerkuri yang dapat terakumulasi pada rantai makanan (Rosbach,
et.al. dalam Ismail dan Suheryanto, 1998). Menurut Palar (1994) secara alami
keberadaan logam dalam badan air dapat berasal dari pengikisan batu mineral
yang banyak disekitar perairan
Arsen dan merkuri merupakan logam berat yang mempunyai afinitas sangat besar
terhadap belerang (Achmad, 2004). Merkuri dan arsen dapat mengikat gugus
sulfida dari enzim atau sisi reseptor yang membentuk ikatan kovalen dan
menghasilkan hambatan yang bersifat irreversibel sehingga enzim tidak dapat
bekerja normal (Siswandono dan Sukohardjo,1996)
R As O + HS
HS
R As
S
S
5
R Hg XH+
Hg+++ HS
HS
S
SHg
Gambar 1. Reaksi logam As dan Hg dengan suatu enzim yang mengandung gugus SH (Siswandono dan Sukohardjo, 1996)
2.1. Merkuri
Merkuri atau raksa merupakan alih bahasa dari bahasa Latin “Hydragyrum” yang
berarti perak cair, dilambangkan Hg (Palar, 1994). Apabila diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia, merkuri berarti mudah menguap (Rompas, 1992). Merkuri
adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan
mempunyai rapatan 13,534 g/ml pada suhu 25 0C (Vogel, 1990). Merkuri adalah
unsur dengan nomor atom 80, berat atom 200,5 g. Titik lebur -34,87 0C, titik didih
358,58 0C dan masuk dalam golongan IIB dalam periodik unsur memiliki dua
valensi yaitu Hg+ sama dengan ion merkuro dan Hg++ sama dengan ion merkuri
(Daintith, 1994). Secara alami Hg dihasilkan dari biji Sinabar, HgS, yang
mengandung unsur Hg antara 0,1 % - 4 % (Palar, 1994).
HgS + O2 →→→→ Hg + SO2
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Hg (Palar, 1994)
6
Kadar merkuri dalam sungai dan danau berkisar 0,08 – 0,12 ppb. Secara alamiah
merkuri ini juga terlepas dan berasosiasi dengan air sungai (Masloman, 2005).
Sumber alami merkuri yang paling umum adalah HgS. Selain itu, mineral sulfida
misalnya sphelarit (ZnS), chalcophyrite (CuFeS) dan galena (PbS) juga
mengandung Hg. HgS sukar larut dalam air, namun pelapukan bermacam-macam
batuan dan erosi tanah dapat melepaskan Hg ke dalam lingkungan. (Effendi,
2003).
Merkuri terdapat di lingkungan sebagai senyawa anorganik melalui oksidasi dan
kemudian menjadi unsur Hg kembali lewat proses reduksi. Merkuri anorganik
dapat menjadi merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobik tertentu misalnya
Metil kobalamin dan senyawa ini secara lambat berdegradasi menjadi merkuri
anorganik (Lu, 1995).
Beberapa jenis aktifitas manusia dapat meningkatkan kadar merkuri dalam
lingkungan antara lain adalah pertambangan, peleburan (untuk menghasilkan
logam dari bijih tambang sulfidanya), pembakaran bahan bakar fosil dan produksi
baja, semen serta fosfat (Lu, 1995).
2.2. Arsen (As)
Arsen adalah zat padat yang berwarna abu-abu seperti baja, getas dan memiliki
kilap logam, As adalah unsur dengan logam atom 33, berat atom 79,42, rapatan
5,72 g/ml, titik didih 6130C, titik lebur 8170C dan termasuk golongan VA pada
7
sistem periodik (Daintith, 1994). Jika dipanaskan akan bersublimasi dan timbul
bau seperti bawang putih yang khas; ketika dipanaskan dalam aliran udara yang
bebas, arsen terbakar dengan nyala biru dan menghasilkan asap berwarna putih
dan semua senyawa arsen beracun (Vogel, 1990). Karena sangat beracun logam
ini tidak begitu banyak kegunaannya seperti logam-logam yang lain juga sifat-
sifatnya yang kurang menguntungkan. Kegunaan arsen antara lain adalah sebagai
bahan campuran insektisida, dipakai dalam konduktor listrik, pembasmi gulma,
bahan pengawet kayu mewarnai kertas yang dibuat untuk dinding (Darmono,
1995).
Dalam kerak bumi, arsen terdapat pada konsentrasi rata-rata 2-5 ppm. Sumber As
di perairan adalah arsenida dan sulfida misalnya niccolite (NiAs) dan arsenopyrite
(FeAsS). Selain itu, pelapukan batuan juga melepaskan arsen dalam bentuk oksida
(As2O3) dan senyawa sulfur (AsS dan As2S3) (Effendi, 2003). Pembakaran bahan
bakar fosil, terutama batu bara, mengeluarkan sejumlah arsen (As2O3) lingkungan
dimana sebagian besar akan masuk kedalam perairan alami.
Ismunandar (2004) menyatakan semua batuan pada dasarnya mengandung
arsenik, biasanya berkisar pada 1-5 ppb. Konsentrasi tertinggi dijumpai pada
batuan beku dan sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya mengandung
arsenik 0,1-40 ppb. Air yang berinteraksi dengan batuan atau tanah tadi dapat
mengambil arseniknya. Beberapa pestisida mengandung senyawa As yang toksik.
Sumber utama lainnya adalah hasil akhir pertambangan tembaga, emas dan
limbah yang terakumulasi sebagai limbah (Achmad, 2004).
8
Menurut Achmad (2004), As dapat membentuk senyawa-senyawa metil yang
sangat toksik dengan adanya bakteri dan melewati beberapa proses, yaitu :
H3AsO4 + 2H+ + 2e- H3AsO3 + H2O
H3AsO3 Metil Kobalamin CH3AsO (OH2)2
(Asam Metil Arsenit)
CH3AsO (OH2)2 Metil Kobalamin (CH3)2 AsO (OH)
(Asam Metil Arsenit)
(CH3)2 AsO (OH) + 4H+ + 4e Metil Kobalamin (CH3)2AsH (dimetil Arsin)
Gambar 3. Proses pembentukan senyawa metil arsen (Achmad, 2004)
2.3. Sianida (CN)
Sianida merupakan suatu senyawa yang secara kimia sangat bersifat toksik dan
berada dalam air dalam bentuk Hidrogen Sianida (HCN). Sianida dapat ditemukan
secara alamiah seperti pada tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan sianida
terikat pada glukosa (gula) yang disebut amygdalin (Manampiring,2001).
C H
C
O
N
C6H10O 4 O C6H10O 5
Gambar 4. Rumus struktur amygdalin (Manampiring, 2001)
9
Bangsa Romawi kuno memperoleh CN dari sumber biji-bijian alami seperti biji
apel, apricot dan ceri. Sianida dapat larut dalam air karena hanya sianida alkali
yang terikat pada logam yang memiliki sifat kelarutan tersebut. Dalam larutan
murni, CN- adalah bentuk yang paling stabil diatas pH kira-kira 10,5. Sianida
bersifat toksik yang letal dan sub letal terhadap organisme. Sianida dalam air
bersih yang akan digunakan untuk minum tidak boleh melewati batas 0,05 ppm
karena dapat mengganggu metabolisme.
Sianida dalam bentuk ion sianida (CN-) membentuk berbagai ikatan kompleks
dengan ion-ion transisi logam misalnya emas (Au(CN)2), perak (Ag(CN)2) dan
besi (Fe(CN)6). Alasan karakteristik inilah sehingga sianida digunakan secara
komersil (Manahan, 1992). Sianida juga banyak digunakan secara luas dalam
industri terutama pembersih logam dan pengelasan listrik. Sianida juga banyak
digunakan dalam prosessing mineral-mineral tertentu (Achmad, 2004).
Sianida yang terdapat di perairan berasal dari limbah industri, misalnya industri
pelapisan logam, pertambangan emas, pertambangan perak, pupuk dan besi dan
baja. Kadar sianida yang digunakan dalam pertambangan emas dan perak dapat
mencapai 250 ppm (Effendi, 2003).
2.4 Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air adalah masuknya atau
10
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan komonen lain ke dalam air
olehkegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tersebut tidak berfungsi lagi sesuai
peruntukkannya (MENLH dalam Masloman, 2005).
Air menurut kegunaannya diklasifikasikan menjadi:
a. Kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas II, yaitu air yang dapat digunakan untik rekresi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
c. Kelas III, yaitu air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau untuk peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
11
III. BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah merkuri (II) Kklorida (HgCl2),
larutan asam nitrat (HNO3) pekat, aquades, larutan asam sulfat (H2SO4), larutan
kalium permanganat (KMnO4), stanium klorida (SnCl2), larutan kalium tiosulfat
(K2S2O8), arsen (III) oksida (As2O3), Larutan asam klorida (HCl), larutan natrium
borohidrat (NaBH4), reagen Cyaniver 3, reagen Cyaniver 4, reagen Cyaniver 5
dan sampel air sungai Kima Bajo dan sungai Talawaan.
Adapun alat-alat yang digunakan adalah AAS, alat-alat gelas, Spektrofotometer
DR/2400.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Tempat Pengambilan
Pengambilan sampel dilakukan di perairan sungai Talawaan dan sungai Kima
Bajo. Lokasi pengambilan sampel dari hulu sampai hilir sungai Talawaan dan
sungai Kima Bajo dimana tiap sungai diambil 4 titik. Untuk sungai Talawaan
yaitu Desa Tatelu, Desa Wasian, Desa Talawaan dan Desa Budo Kima Bajo.
Untuk sungai Kima Bajo yaitu kompleks perumahan AURI, bawah jembatan
12
perbatasan Kima dan Mapanget, bawah jembatan Kima, bawah jembatan Wori.
Sampel kemudian dibawa kelaboratorium Kimia FMIPA Unsrat untuk dipreparasi
selanjutnya sampel dianalisis di laboratorium BTKL dan PPM Manado.
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel air diambil dari sungai Talawaan dan sungai Kima Bajo dengan
kedalaman air 20 cm pada titik-titik yang sudah ditentukan. Untuk pengukuran
logam berat masing-masing botol sampel ditambahkan HNO3 dan untuk
pengukuran sianida ditambahkan NaOH untuk pengawetan.
3.2.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Lanjut FMIPA UNSRAT dan di
laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan
Penyakit Menular (BTKL PPM) Manado. Dimulai pada tanggal 25 Maret 2006
sampai 7 April 2006.
13
3.3. Analisis Sampel
3.3.1 Analisis Merkuri
Sebelum sampel diuji, dibuat larutan Hg dengan konsentrasi 100 ppm dari larutan
induk 1000 ppm. Dengan menggunakan pipet mikro dibuat larutan standar 0
(blanko); 1; 2; 3; ppb. Alat AAS dioptimalkan untuk pengukuran Hg sesuai
petunjuk penggunaan alat. Sebanyak 100 mL dari masing-masing larutan standar
ditambahkan masing-masing 5 mL larutan H2SO4 pekat, 2,5 mL HNO3 pekat, 5
mL SnCl2 kemudian diukur dengan alat AAS. Data hasil pengukuran dibuat kurva
kalibrasi untuk masing-masing konsentrasi.
Sampel yang telah disediakan dikocok terlebih dahulu dan diambil sebanyak 20
mL kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL. Ke dalam labu
erlenmeyer ditambahkan 5 mL larutan asam sulfat pekat; 2,5 mL asam nitrat pekat
dan 15 mL KMnO4 5% biarkan 15 menit. Ke dalam labu erlenmeyer ditambahkan
8 mL larutan kalium tiosulfat 5%, dipanaskan pada suhu 950 C di atas penangas
air selama 2 jam kemudian didinginkan. Larutan ini diencerkan lagi dengan air
suling sampai volumenya 100 mL. Sampel siap diuji di alat AAS.
Sampel yang telah siap diuji diperlakukan serupa dengan perlakuan terhadap
standar, yakni ditambahkan 5 mL larutan asam sulfat pekat; 2,5 mL asam nitrat
pekat; 5 mL SnCl2, kemudian diukur dengan alat AAS. Kadar Hg dalam sampel
dapat ditentukan menggunakan kurva kalibrasi yang telah dibuat sebelumnya.
14
3.3.2 Analisis Arsen
Sebelum sampel diuji, dibuat larutan induk As dengan konsentrasi 1000 ppm.
Diambil sebanyak 0 (blanko); 0,01; 0,02; 0,03 mL dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 mL lalu ditambahkan dengan aquades sehingga diperoleh kadar logam
0;0,01; 0,02; 0,03 ppm. Larutan standar diukur dengan alat AAS. Hasil yang
diperoleh dibuat kurva kalibrasi untuk setiap konsentrasi larutan standart.
Sampel yang telah disiapkan dikocok terlebih dahulu dan diambil sebanyak 50
mL kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL. Sebanyak 5 mL asam
nitrat pekat ditambahkan kedalam sampel dan dipanaskan perlahan-lahan
sehingga volumenya menjadi 15 - 20 mL. Kemudian ditambahkan lagi 5 mL asam
nitrat pekat, lalu dipanaskan. Kemudian ditambahkan lagi 2 mL asam nitrat dan
dipanaskan kira-kira 10 menit kemudian sampel dipindahkan kedalam labu ukur
50 mL, diencerkan sampai tanda batas.
Alat AAS diatur dan dioptimalkan untuk pengukuran As sesuai petunjuk
penggunaan alat. Sampel yang siap diuji ditambahkan 5 mL HCl dan 5 mL
NaBH4, kemudian diukur dengan alat AAS dan dicatat serapannya.
15
3.3.3 Analisis Sianida
Sebanyak 10 mL sampel yang terlebih dahulu ditambahkan NaOH untuk
pengawetan, dimasukkan ke dalam tabung sampel. Selanjutnya ke dalam tabung
sampel ditambahkan 1 bungkus CyaniVer 3, ditutup, kemudian dikocok selama 30
detik, diamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung sampel ditambahkan 1 bungkus
CyaniVer 4, ditutup kemudian dikocok selama 30 detik, diamkan selama 30 detik.
Ke dalam tabung sampel ditambahkan 1 bungkus CyaniVer 5, ditutup, kemudian
dikocok selama 30 detik, diamkan selama 30 detik. Jika ada sianida larutan akan
berwarna merah muda. Selanjutnya sampel diukur dengan alat spektro DR/2400.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis yang diperoleh dapat dilihat pada tabel. 4.1
Tabel 4.1 Hasil Analisis untuk Sungai Kima Bajo
Kode Sampel HASIL ANALISA ( µg /L)
As Hg CN Kima Bajo I (Kompleks Perum AURI) Kima Bajo II (Perbatasan Kima dan Mapanget) Kima Bajo III (Jembatan Kima) Kima Bajo IV (Desa Wori)
3,1 0,0 1,3 0,0
1,34 1,31 1,30 1,47
6 5 9 13
Rata-Rata 1,1 1,36 8,25
Tabel 4.2 Hasil Analisis Untuk Sungai Talawaan
Kode Sampel HASIL ANALISA ( µg /L) As Hg CN
Talawaan I (Jalan Pinili Desa Tatelu) Talawaan II (Desa Wasian) Talawaan III (Desa Talawaan) Talawaan IV (Desa Budo)
0,3 0,3 0,9 4,4
1,52 1,37 1,32 1,33
13 7 5 17
Rata-Rata 1,48 1,39 10,5
Sedangkan batas ambang beberapa logam dan sianida yang diperbolehkan untuk
air menurut PP No. 82 tahun 2001 dapat dilihat pada Tabel 4.3
17
Tabel 4.3 Batas ambang beberapa logam dan sianida menurut PP No. 82 tahun 2001
No Parameter Satuan Kelas
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Besi (Fe) Mangan (Mn) Barium (Ba) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Krom (Cr) Cadmium (Cd) Raksa (Hg) Timbal (Pb) Arsen (As) Selenium (Se) Kobalt (Co) Sianida (CN)
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0,3 0,1 1 0,02 0,05 0,05 0,01 0,001 0,03 0,05 0,01 0,2 0,02
(-) (-) (-) 0,02 0,05 0,05 0,01 0,002 0,03 1 0,05 0,2 0,02
(-) (-) (-) 0,02 0,05 0,05 0,01 0,002 0,03 1 0,05 0,2 0,02
(-) (-) (-) 0,2 2 1 0,01 0,005 1 1 0,05 0,2 (-)
(MENLH dalam Masloman, 2005)
Dari Tabel 4.1 dan 4.2 dapat dilihat bahwa kandungan logam merkuri, arsen dan
sianida yang terdapat di kedua sungai ini belum melewati batas ambang baku
mutu air bersih kelas II yang sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001.
Pada Kima Bajo I konsentrasi arsen yang sedikit tinggi disebabkan oleh di sekitar
Perumahan AURI terdapat kegiatan pertanian dimana menurut Achmad (2001)
beberapa jenis pestisida, misalnya timbal arsenat (Pb3(AsO4)2); natrium arsenit
(Na3(AsO3), mengandung senyawa arsen yang sangat toksik. Merkuri yang
ditemukan di kompleks Perumahan AURI karena senyawa merkuri banyak juga
digunakan sebagai pestisida, misalnya merkuri dimetil ditio karbonat; etil merkuri
18
klorida (C2H6-HgCl), karena di titik ini tidak adanya kegiatan pertambangan.
Sianida yang ditemukan di Perumahan AURI ini diduga juga berasal dari alam
karena menurut Manampiring (2001) sianida dapat ditemukan pada buah-buahan.
Konsentrasi arsen yang sangat kecil bahkan hampir tidak ada di perbatasan Kima
Bajo dan Mapanget disebabkan tidak adanya kegiatan pertanian dan
pertambangan. Selain itu yang menyebabkan konsentrasi arsen, merkuri dan
sianida di perbatasan Kima Bajo dan Mapanget lebih kecil dibandingkan dengan
di Perumahan AURI adalah badan air sungai yang makin membesar di Kima Bajo
dan Mapanget sehingga volume air makin banyak mengakibatkan konsentrasi
arsen, merkuri dan sianida makin kecil.
Kandungan arsen yang masuk di Jembatan Kima diduga berasal dari pestisida
yang digunakan oleh masyarakat. Sedangkan kandungan sianida berasal dari alam,
yaitu berasal dari tumbuh-tumbuhan atau juga hasil pembakaran kayu. Untuk
merkuri diduga berasal dari penggunaan pestisida karena disekitar daerah ini tidak
ada kegiatan industri dan pertambangan.
Kandungan arsen di Desa Wori sangat kecil karena tidak adanya areal pertanian
dan badan sungai yang sangat besar. Sedangkan merkuri dan sianida yang masuk
ke sungai diduga di Desa Wori ini pernah dijadikan tempat pengolahan emas
karena di sekitar tempat ini ditemukan ada alat pengolahan emas.
19
Arsen yang terdapat di sungai yang berada di jalan Pinili Desa Tatelu berasal alam
karena disekitar wilayah ini tidak ada kegiatan pertambangan. Sedangkan
kandungan merkuri dan sianida yang sedikit tinggi diduga warga sekitarnya
melakukan pengolahan tailing (material sisa dari proses pengolahan emas)
menggunakan merkuri dan sianida yang tidak sedikit. Diperkirakan limbah dari
hasil kegiatan ini langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Untuk sungai di Desa Wasian konsentrasi arsen sangat kecil dan diduga arsen
berasal dari alam. Di sungai di Desa Wasian konsentrasi merkuri dan sianida
sedikit tinggi tapi tidak ada kegiatan pertambangan. Jadi mekuri dan sianida
berasal dari pengolahan tailing yang dilakukan masyarakat di sekitar sungai.
Untuk air sungai di Desa Talawaan yang disekitarnya ada kegiatan pertambangan,
seharusnya konsentrasi merkuri dan sianida lebih besar dibandingkan di air sungai
di Desa Wasian dan di jalan Pinili, tapi kenyataannya lebih kecil. Mungkin
disebabkan badan air sungai lebih besar selain itu juga pengambilan sampel
dilakukan pada saat hujan. Konsentrasi arsen di air sungai di Desa Talawaan lebih
besar dibandingkan dengan air sungai di Desa Wasian dan di jalan Pinili, diduga
berasal dan tanah hasil pelapukan batuan.
Konsentrasi arsen dan sianida yang lebih besar di Desa Budo dibandingkan
dengan air sungai di ketiga tempat diatas karena disekitarnya ada areal
perkebunan kelapa. Kandungan Arsen berasal dan pestisida. Kandungan Sianida
20
kemungkinan berasal dari kegiatan perkebunan tersebut. Selain itu juga secara
alamiah Sianida dapat ditemukan pada tumbuh-tumbuhan (Manampiring, 2001).
Dari hasil rangkuman uji t untuk Arsen sungai Talawaan dan sungai Kima Bajo
tidak berbeda nyata kandungan arsennya dan kedua sungai ini belum melewati
batas ambang air bersih sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001. Dimana t hitung
adalah - 0,31 sedangkan t tabel adalah 1,94. Hasil berbeda nyata jika t hitung lebih
besar dari t tabel. Tapi hasil yang didapat adalah t hitung lebih kecil dari t tabel.
Untuk kandungan Merkuri kedua sungai ini juga tidak berbeda nyata karena
didapat t hitung (-0,49) lebih kecil dari t tabel (1,94). Sehingga kedua sungai ini
belum melewati batas ambang air bersih yang sesuai dengan PP No. 82 Tahun
2001.
Kandungan Sianida kedua sungai ini juga tidak berbeda nyata karena t hitung (-
0,69) lebih kecil dari t tabel (1,94). Kandungan Sianida kedua sungai ini juga
belum melewati batas ambang air bersih yang sesuai dengan PP No. 82 Tahun
2001.
21
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1) Untuk Sungai Kima Bajo konsentrasi rata-rata untuk As untuk adalah 1,1 ppb,
konsentrasi rata-rata Hg adalah 1,36 ppb sedangkan konsentrasi rata-rata
untuk CN adalah 8,25 ppb.
2) Untuk Sungai Talawaan konsentrasi rata-rata As adalah 1,48 ppb, konsentrasi
Hg rata-rata adalah 1,39ppb sedangkan konsentrasi rata-rata untuk CN adalah
10,5 ppb.
3) Dari hasil ini dapat dilihat kandungan Hg, As dan CN di kedua sungai ini
belum melewati ambang batas air bersih sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001
tentang Kriteria Mutu Air Bersih.
5.2. Saran
Perlunya diadakan pengontrolan secara berkala kandungan logam-logam berat
yang terakumulasi di air sungai Kima Bajo dan Talawaan, dan juga penelitian
mengenai logam-logam lain yang terakumulasi di Sungai Kima Bajo dan
Talawaan.
22
DAFTAR PUSTAKA Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Andi: Jakarta. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta. Daintith, J (Editor). 1994. Kamus Lengkap Kimia. Terjemahan Suminar Achmadi.
Erlangga. Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Jogjakarta. Ismail, S. dan Suheryanto. 1998. Analisis Arsen dan Merkuri di Perairan Sungai
Musi dengan Metode Spektrofotometer Serapan Atom. Jurnal Sains dan Teknologi, Volume 4, No. 1.
Ismunandar. 2004. Asal Arsenik dan Bahayanya.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/24/humaniora/1223989.htm [24 Agustus 2004].
Lu, C.F. 1995. Toksikologi Dasar. Penerjemah: Edi Nugroho. UI Press. Jakarta. Manurung, H. 2003. Pengkajian Kandungan Merkuri dan Logam Berat Akibat
Pertambangan Emas dan Akumulasinya di Perairan. Hak cipta © Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan. Desain oleh PT. Esolusi Indonesia http://e-solusi.com/ [29 Juli 2005].
Manahan, S. E. 1992. Toxicology Chemistry, 2nd Edition. Lewis Publisher Boca
Raton Arbor. London. Manampiring, A. E. Dampak Sianida Terhadap Kesehatan Manusia. abstrak 3,
hlm 6. Didalam Seminar Nasional Penambangan Emas Yang Akrab Lingkungan, 2001. Himpunan Kimia Indonesia. Manado.
Masloman, W. 2005. Analisis Kandungan Merkuri, Arsen dan Sianida di Sungai
Talawaan [Skripsi]. FMIPA. UNSRAT. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. Romaire, R.P. 1985. Crustaceae and Mollusca Aquaculture in the United State
Water Quality. Van Norstan Reinhold. New York. Rompas, R. M. 1990. Telaah Tingkat Polutan Merkuri di Peraoran Bolaang
Mongondow Akibat dari Kegiatan Pertambangan Emas. Laporan Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. DEPTAN
23
Rompas, R. M. Toksikologi Kelautan. Bahan Kursus Pemantauan Pencemaran Laut. Karjasama. UNSRAT, P3O-LIPI dan UNESCO. Manado.
Suci, K. 2005. Analisis Kadar Merkuri, Arsen dan Sianida pada Makrozoobentos
di Sungai Talawaan Sulawesi Utara [Skripsi]. FMIPA. UNSRAT. Siswandono dan Sukohardjo, B. 1996. Kimia Medisinal. AUP. Jakarta.
24
Lampiran 1. Daftar Baku Mutu Air Bersih
Disalin : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 82 TAHUN 2001
TANGGAL : 14 DESEMBER 2001
TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
No Parameter Satuan Kelas
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kimia pH DO COD BOD Besi (Fe) Mangan (Mn) Barium (Ba) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Krom (Cr) Cadmium (Cd) Raksa (Hg) Timbal (Pb) Arsen (As) Selenium (Se) Kobalt (Co) Sianida (CN) Sulfida (H2S) Fluorida (F) Klorin Bebas
- mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
6-9 6 10 2 0,3 0,1 1 0,02 0,05 0,05 0,01 0,001 0,03 0,05 0,01 0,2 0,02 0,002 0,5 0,03
6-9 4 25 3 (-) (-) (-) 0,02 0,05 0,05 0,01 0,002 0,03 1 0,05 0,2 0,02 0,002 1,5 0,03
6-9 3 50 6 (-) (-) (-) 0,02 0,05 0,05 0,01 0,002 0,03 1 0,05 0,2 0,02 0,002 1,5 0,03
5-9 0 100 12 (-) (-) (-) 0,2 2 1 0,01 0,005 1 1 0,05 0,2 (-) (-) (-) (-)
25
Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Sampel Air
26
Lampiran 3. Pembuatan Larutan Standar Hg MM HgCl2 = 271,50 g/mol MM Hg = 200,59 g/mol 1000 ppm Hg = 1000 mg/L Hg ≈ 1000 mg Hg dalam 1L air Untuk pembuatan 1000 mL larutan mg Hg = 1000 mg/L Hg x 1 L = 1000 mg Hg mg Hg 1000 mg Hg
mmol Hg = = MM Hg 200,59 mg/mol = 4,986 mmol Hg 1 mmol Hg++ ≈ 1 mmol HgCl2 4,986 mmol Hg++ ≈ 4,986 mmol HgCl2 mg HgCl2 = mmol HgCl2 x MM HgCl2 = 4,986 mmol HgCl2 x 271,50 mg/mmol HgCl2 = 1353,51 mg HgCl2 = 1,354 g HgCl2 Lampiran 4. Pembuatan Larutan Standar As MM As2O3 = 197,84 g/mol MM As = 33 g/mol 1000 ppm As = 1000 mg/L As ≈ 1000 mg As dalam 1L air Untuk pembuatan 1000 mL larutan mg As = 1000 mg/L As x 1 L = 1000 mg As mg As 1000 mg As
mmol As = = MM As 33 mg/mol = 30,3 mmol As 30,3 mmol As ≈ 30,3 mmol As2O3 1 mmol As+++ ≈ 1 mmol As2O3 30,3 mmol As+++ ≈ 30,3mmol As2O3 mg As2O3 = mmol As2O3 x MM As2O3 = 30,3 mmol As2O3 x 197,84 mg/mmol As2O3 = 5995,18 mg As2O3
= 5,995 g As2O3
27
Lampiran 5. Tempat Pengambilan Sampel Sungai Kima Bajo
Kima Bajo I (Perumahan AURI)
Kima Bajo II (Perbatasan Kima)
Kima Bajo III (Jembatan Kima)
Kima Bajo IV (Desa Wori)
28
Lampiran 6. Tempat Pengambilan Sampel Sungai Talawaan
Talawaan I (Desa Tatelu)
Talawaan II (Desa Wasian)
Talawaan III (Desa Talawaan)
Talawaan IV (Desa Budo)
29
Lampiran 7. Alat AAS
Lampiran 8. Alat Spektrofotometer DR/2400
30
Lampiran 9. Sampel air yang siap dipreparasi
31
Lampiran 10. Preparasi Sampel Air
32
Lampiran 11. Analisis Sampel menggunakan Alat AAS
Lampiran 12. Analisis sampel air menggunakan Spektrofotometer
top related