3.10 analisis data - diponegoro university | institutional...
Post on 26-Jun-2019
255 Views
Preview:
TRANSCRIPT
30
3.10 Analisis Data
Data rekam medik pasien LBP Mekanik di RSUP dr. Kariadi Semarang yang
dikumpulkan, dipilah berdasarkan kriteria inklusi. Setelah semua data penelitian
terkumpul dilakukan analisis data dengan uji statistik.26,27
Untuk mengetahui
apakah populasi berdistribusi normal maka digunakan uji normalitas data Shapiro
Wilk Test karena sampel dalam penelitian ini termasuk sampel kecil (≤50).
Analisis perbedaan VAS sebelum dan sesudah terapi dari masing – masing
kelompok terapi menggunakan Paired-Samples t Test apabila data berdistribusi
normal dan apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Wilcoxon
singed rank test. Analisis perbedaan VAS antar kelompok terapi SWD dan TENS
menggunakan Independent-Samples t-Test apabila data berdistribusi normal dan
apabila data berdistribusi tidak normal menggunakan Mann-whitney U test.
Analisis data dilakukan dengan program komputer.
3.11 Etika Penelitian
Penelitian ini telah dimintakan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP
Dr.Kariadi Semarang dengan No. 550/EC/FK-RSDK/2016. Seluruh biaya yang
berkaitan dengan penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri. Identitas subjek
penelitian dirahasiakan dan tidak dipublikasikan tanpa izin dari subjek penelitian.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Subjek
Subjek penelitian merupakan pasien dengan diagnosis LBP Mekanik yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Subjek telah mendapatkan satu
paket lengkap program terapi TENS atau SWD yaitu sebanyak 6 kali. Jumlah
seluruh subjek sebanyak 34 orang dengan pembagian kelompok berdasarkan
terapi yang didapat yaitu 17 orang yang mendapatkan satu paket program terapi
TENS dan 17 orang yang mendapatkan satu paket program terapi SWD. Subjek
didapatkan dari pasien yang berkunjung ke poliklinik rehabilitasi medik di RSUP
Dr.Kariadi Semarang.
4.1.1 Jenis kelamin
Berdasarkan tabel 3 distribusi sampel menurut jenis kelamin, kelompok
terapi TENS dengan sampel perempuan berjumlah 13 orang (76,5%) dan sampel
laki – laki berjumlah 4 orang(23,5%) dengan jumlah seluruhnya 17 orang (100%).
Sedangkan pada kelompok terapi SWD dengan sampel perempuan berjumlah 8
orang (47,1 %) dan jumlah sampel laki - laki 9 orang (52,9 %) sehingga jumlah
total sampel dari kelompok terapi TENS dan terapi SWD berjumlah 34 orang.
31
32
Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Terapi TENS
n (%)
TENS SWD
1 Perempuan 13(76,5) 8(47,1)
2 Laki-laki 4(23,5) 9(52,9)
Total 17(100) 17(100)
4.1.2 Usia
Usia terendah pasien dengan terapi TENS adalah 33 tahun dan usia tertinggi
adalah 60 tahun. Rentang usia < 40 tahun berjumlah 2 orang (11,8 %) dan rentang
usia 40 – 56 tahun berjumlah 6 orang (35,3%). Distribusi sampel terbanyak pada
rentang usia > 56 tahun yaitu berjumlah 9 orang (52,9%). Rata- rata usia pasien
dengan terapi TENS 52,52 tahun.
Usia terendah pasien dengan terapi SWD adalah 30 tahun dan usia tertinggi
adalah 60 tahun. Rentang usia < 40 tahun berjumlah 5 orang (29,4 %) dan rentang
usia 40 – 56 tahun berjumlah 7 orang (41,2%). Distribusi sampel terbanyak pada
rentang usia > 56 tahun yaitu berjumlah 5 orang (29,4%). Rata- rata usia pasien
dengan terapi SWD 48,70 tahun. Rentang usia terbanyak baik pasien dengan
terapi TENS maupun SWD adalah usia 51 – 60 tahun yaitu berjumlah 17 orang.
Total pasien LBP mekanik terbanyak pada rentang usia > 56 tahun yaitu
berjumlah 14 orang (41,2 %) dari total subjek.
33
Tabel 4. Distribusi Usia
No Usia n (%)
TENS SWD Total
1 < 40 2(11,8) 5(29,4) 7(20,6)
2 40 – 56 6(35,3) 7(41,2) 13(38,2)
3 > 56 9(52,9) 5(29,4) 14(41,2)
Total 17(100) 17(100) 34(100)
4.1.3 Pekerjaan
Pada tabel 5 menunjukkan pekerjaan pasien dengan terapi TENS yang
terdiri dari guru 1 orang (5,9%), ibu rumah tangga (IRT) 9 orang (52,9%),
pensiunan 1(5,9%), pegawai negeri sipil (PNS) 4 orang (23,5%) dan wiraswasta 2
orang (11,8%). Pasien dengan terapi SWD didapatkan pekerjaan sebagai ABRI 1
orang (5,9 %), guru 1 orang (5,9%), IRT 6 orang (35,3 %), pensiunan 1(5,9%),
PNS 2 orang (11,8 %) dan wiraswasta 6 orang (35,3 %).
Tabel 5. Pekerjaan Pasien LBP Mekanik
No Pekerjaan n (%)
TENS SWD
1 ABRI 0(0,0) 1(5,9)
2 Guru 1(5,9) 1(5,9)
3 IRT 9(52,9) 6(35,3)
4 Pensiunan 1(5,9) 1(5,9)
5 PNS 4(23,5) 2(11,8)
6 Wiraswasta 2(11,8) 6(35,3)
Total 17(100) 17(100)
34
4.1.4 Medikamentosa
Pasien dengan terapi TENS sebanyak 8 orang (47,1%) mendapatkan terapi
medikamentosa berupa analgetik dan 7 orang (41,2%) pada pasien dengan terapi
SWD.
Tabel 6. Medikamentosa Selama Terapi
No Medikamentosa n (%)
TENS SWD
1 Ya 8(47,1) 7(41,2)
2 Tidak 9(52,9) 10(58,8)
Total 17(100) 17(100)
4.1.5 Kondisi medis lain
Pasien dengan terapi TENS berjumlah 17 orang tidak didapatkan riwayat
penyakit lain selain LBP mekanik. Sedangkan pada pasien dengan terapi SWD
didapatkan 1 orang pasien dengan riwayat CHF NYHA II dan Diabetes Melitus.
4.2 Perubahan VAS Pasien LBP Mekanik
4.2.1 Nilai VAS pada pasien dengan terapi TENS
Nilai VAS pasien sebelum dan sesudah mendapatkan satu paket program
terapi TENS yaitu 6 kali terapi dalam kurun waktu 2 minggu dapat dilihat pada
tabel berikut :
35
Tabel 7. Nilai VAS pasien TENS
Pasien Sebelum Sesudah Selisih
1 5 2 3
2 8 4 4
3 5 3 2
4 2 1 1
5 5 3 2
6 5 2 2
7 5 3 2
8 6 3 3
9 6 4 2
10 3 2 1
11 6 5 1
12 4 2 2
13 6 5 1
14 4 1 3
15 6 4 2
16 5 3 2
17 4 2 2
Mean 5 2,88 2,12
SD 1,37 1,22 0,15
Berdasarkan tabel 7, pasien LBP mekanik sebelum mendapatkan terapi
TENS nilai mean VAS didapatkan sebesar 5,00 dengan standart deviation 1,37.
Nilai mean setelah mendapatkan satu paket program terapi TENS menurun
menjadi 2,88 dengan standart deviation sebesar 1,22. Didapatkan selisih nilai
mean VAS sebelum dan sesudah terapi sebesar 2,12 dan standart deviation
sebesar 0,15.
4.2.2 Nilai VAS pada pasien dengan terapi SWD
Nilai VAS pasien sebelum dan sesudah mendapatkan satu paket program
terapi SWD yaitu 6 kali terapi dalam kurun waktu 2 minggu dapat dilihat pada
tabel berikut :
36
Tabel 8. Nilai VAS pasien SWD
Pasien Sebelum Sesudah Selisih
1 3 2 1
2 4 2 2
3 4 2 2
4 5 3 2
5 3 2 1
6 6 4 2
7 5 4 1
8 4 2 2
9 3 3 0
10 7 3 4
11 4 1 3
12 5 4 1
13 4 3 1
14 5 2 3
15 3 2 1
16 4 3 1
17 3 2 1
Mean 4,24 2,59 1,65
SD 1,15 0,87 0,28
Berdasarkan tabel 8, pasien LBP mekanik sebelum mendapatkan terapi
SWD nilai mean VAS didapatkan sebesar 4,24 dengan standart deviation 1,15
sedangkan nilai mean setelah mendapatkan satu paket program terapi SWD
menurun menjadi 2,59 dengan standart deviation sebesar 0,87. Didapatkan selisih
nilai mean VAS sebelum dan sesudah terapi sebesar 1,65 dan standart deviation
sebesar 0,28.
37
4.2.3 Perubahan VAS
Dilakukan uji normalitas pada pasien dengan terapi TENS dan terapi SWD
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Didapatkan hasil data tidak
berdistribusi normal pada pasien dengan terapi SWD dimana p < 0,05. Lalu
dilakukan transform data dan dilakukan uji normalitas sehingga didapatkan data
berdistribusi normal. Lalu dilakukan uji T berpasangan pada pasien dengan terapi
TENS terjadi pengurangan intensitas nyeri secara bermakna sebelum dan sesudah
mendapatkan terapi (p = 0,000). Begitu juga dengan pasien dengan terapi SWD,
terjadi pengurangan intensitas nyeri secara bermakna sebelum dan sesudah terapi
(p = 0,000). Perubahan VAS sebelum dan sesudah terapi dapat dilihat pada tabel
9.
Tabel 9. Perubahan VAS Sebelum dan Sesudah Terapi
TENS SWD
SD mean p SD mean p
Sebelum Terapi 1,37 5 0,000*
1,15 4,24 0,000*
Sesudah Terapi 1,22 2,88 0,87 2,59
*Uji T berpasangan
Dilakukan uji normalitas pada pasien dengan terapi TENS dan SWD,
didapatkan hasil data berdistribusi tidak normal (p < 0,05) dan setelah data
ditransform, data tetap tidak berdistribusi normal. Data tidak berdistribusi normal
maka uji hipotesis yang dipakai adalah uji Mann Whitney. Didapatkan hasil
bahwa tidak terdapat perbedaan rerata selisih nilai VAS yang bermakna antara
pasien LBP mekanik yang mendapatkan terapi TENS dengan pasien LBP
mekanik yang mendapatkan terapi SWD (Uji Mann Whitney p = 0,109). Rerata
38
selisih nilai VAS pasien dengan terapi TENS dan SWD dapat dilihat pada tabel
10.
Tabel 10. Selisih VAS
n Mean P
Selisih nilai
VAS
TENS 17 2,12 0,109*
SWD 17 1,65
*Uji Mann Whitney
4.2.4 Pengaruh medikamentosa
Dalam penelitian ini terdapat variabel perancu yaitu medikamentosa berupa
analgetik. Sebanyak 14 orang (44,1 %) pasien mendapatkan medikamentosa
analgetik baik pasien dengan terapi TENS maupun SWD. Dilakukan uji korelasi
Spearman antara medikamentosa dengan perubahan nilai VAS (selisih VAS)
sebelum dan sesudah melakukan terapi TENS dan SWD untuk mengetahui
apakah medikamentosa mempengaruhi perubahan pengurangan intensitas nyeri
pada pasien. Dari tabel 11 didapatkan hasil bahwa nilai p = 0,053 yang
menunjukkan bahwa korelasi antara pemberian medikamentosa dengan perubahan
nilai VAS adalah tidak bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar - 0,335
menunjukkan arah korelasi negatif.
Tabel 11. Pengaruh Medikamentosa
Selisih VAS
Medikamentosa r - 0,335
p 0,053*
*Uji Korelasi Spearman
39
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Hasil Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosis LBP mekanik yang
telah mendapatkan satu paket terapi TENS dan pasien yang telah mendapatkan
satu paket program terapi SWD. Jumlah pasien dengan terapi TENS sebanyak 17
orang dan pasien dengan terapi SWD sebanyak 17 orang.
Berdasarkan distribusi jenis kelamin penelitian ini menunjukkan LBP
mekanik sebagian besar diderita oleh perempuan (21 orang) lebih banyak dari
pada laki – laki (13 orang). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Silva,dkk., Agustus 2013 yang menunjukkan LBP lebih sering mengenai wanita
daripada pria dengan usia berkisar ≥ 40 tahun.28
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi tertinggi pada usia > 56 tahun
sebanyak 14 orang atau sebesar 41,2 %. Hal ini sesuai dengan penelitian
epidemiologi di Australia yang menunjukkan bahwa prevalensi kejadian LBP
meningkat sampai usia 60 atau 65 tahun, lalu secara bertahap menurun. Dari
penelitian Wadner,dkk. pada usia lanjut (> 56 tahun) sensitivitas terhadap nyeri
meningkat dan juga keinginan untuk mencari pengobatan lebih besar. 4,29
Berdasarkan pekerjaan pasien, pekerjaan terbanyak adalah IRT yaitu pada
pasien TENS berjumlah 9 orang (52,9 %) dan pasien SWD berjumlah 6 orang
(35,3 %). Penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan Blue Collar seperti pekerjaan
ibu rumah tangga dan Wiraswasta yang menggunakan fisik dengan gerakan
40
berulang, postur yang tidak benar, kegiatan fisik yang berat menyebabkan keluhan
LBP dibandingkan dengan tenaga kerja White Collar seperti PNS dan Guru.28
Sebanyak 14 orang (44,1 %) pasien mendapatkan medikamentosa
analgetik baik pasien dengan terapi TENS maupun SWD. Dari uji korelasi
Spearman didapatkan hasil bahwa nilai p = 0,053 yang menunjukkan bahwa
korelasi antara pemberian medikamentosa dengan perubahan nilai VAS adalah
tidak bermakna. Hal ini terjadi karena konsumsi obat analgetik hanya pada saat
awal pasien berobat, setelah memulai fisioterapi pasien tidak lagi mengkonsumsi
obat analgetik. Diketahui bahwa obat analgesik non opioid (paracetamol)
memiliki durasi kerja paling lama kurang lebih 6 jam sehingga kemungkinan
besar saat pasien melakukan fisioterapi dan pengukuran VAS, obat analgetik tidak
memberikan pengaruh yang besar terhadap pengurangan nyeri. 30
Didapatkan satu orang mempunyai riwayat Diabetes Melitus dan CHF
NYHA II. Penelitian di Jepang oleh Ohmori dkk. menemukan bahwa pasien
Diabetes Melitus dengan keluhan LBP ada kaitannya dengan abses peritoneal.
Dalam kasus pasien dengan riwayat diabetes melitus yang lama, kolonisasi kuman
staphylococcus pada infeksi ulkus dan gangren telah dikaitkan dengan penyebaran
kuman secara hematogen dan menyebabkan infeksi sekunder termasuk abses
psoas dengan keluhan salah satunya adalah LBP. Belum ada penelitian tentang
hubungan yang bermakna antara pasien CHF NYHA II dengan kejadian LBP.31,32
Subjek mendapatkan terapi sebanyak 6 kali, VAS dilihat sebelum memulai
terapi dan setelah menyelesaikan 6 kali terapi. Pada penelitian ini baik pasien
yang mendapat terapi TENS dan SWD mengalami pengurangan VAS yang
40
41
bermakna. Pada pasien dengan terapi TENS sebelum terapi rerata nilai VAS
sebesar 5 ± 1,36 menjadi 2,88 ± 1,21 sehingga terjadi pengurangan rerata nilai
VAS sebesar 2,12 ± 0,15 dengan p = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa terjadi
pengurangan intensitas nyeri secara bermakna sebelum dan sesudah mendapatkan
terapi TENS. Hal ini sesuai dengan penelitian Maureen J.P bahwa ada
pengurangan VAS yang bermakna pada pasien LBP mekanik dengan terapi TENS
(p = 0,000). Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa TENS
berguna sebagai pengobatan untuk nyeri ringan sampai sedang maupun sebagai
terapi kombinasi dengan farmakoterapi untuk nyeri sedang sampai berat. TENS
mengalirkan arus listrik ke ujung saraf di kulit yang akan diteruskan ke otak lewat
serat saraf mekanoseptif (Serat A) tanpa meningkatkan produksi serat C dengan
mengalirkan input phasic. Hal ini sesuai dengan teori pintu gerbang Melzack and
Wall (1965).6,25,33
Pada pasien dengan terapi SWD sebelum terapi rerata nilai VAS sebesar
4,23 ± 1,14 menjadi 2,52 ± 0,87 sehingga terjadi pengurangan rerata nilai VAS
pasien SWD sebesar 1,65 ± 0,27 dengan p = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa
terjadi pengurangan intensitas nyeri secara bermakna sebelum dan sesudah
mendapatkan terapi SWD. Pada penelitian Robby dan Lanny I juga didapatkan
hasil yang sesuai bahwa terdapat penurunan nilai VAS yang bermakna pada
pasien dengan terapi SWD dari 4,56 ± 0,62 menjadi 1,90 ± 0,51 (p < 0,001).8
Peningkatan temperatur meningkatkan konduksi saraf dan mengurangi latensi
konduksi saraf sensorik dan motorik. Kecepatan konduksi saraf meningkat sekitar
2 meter/detik untuk setiap peningkatan temperatur 1 ºC (1,8 ºF). Implikasi klinis
42
dari efek ini tidak dipahami dengan baik, pengurangan persepsi nyeri atau
perbaikan sirkulasi yang terjadi sebagai respon terhadap temperatur yang
meningkat. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa aplikasi pemanasan
lokal dapat meningkatkan ambang nyeri. Pemanasan meningkatkan aktivitas
termoreseptor kutaneus yang dapat menghambat efek langsung gating pada
transmisi sensasi nyeri pada tingkat sumsum tulang belakang. Stimulasi dari
termoreseptor juga dapat menyebabkan vasodilatasi, menyebabkan peningkatan
aliran darah dan berpotensi mengurangi nyeri yang disebabkan oleh iskemi.
Iskemi juga menurun sebagai akibat dari pengurangan spasme otot yang menekan
pembuluh darah.Vasodilatasi yang dihasilkan termoterapi juga dapat
mempercepat pemulihan nyeri lokal ke tingkat normal dengan mempercepat
penyembuhan jaringan.34
Uji hipotesis untuk melihat apakah ada perbedaan efektivitas pengurangan
nyeri pada pasien LBP mekanik yang mendapat satu paket program terapi SWD
dan terapi TENS memberikan hasil tidak bermakna ( p > 0,05 ). Dengan
demikian, TENS memberikan pengaruh pengurangan intensitas nyeri sama
baiknya dengan terapi SWD untuk pasien dengan LBP mekanik. Hal ini sesuai
dengan penelitian Robby dan Lanny I bahwa terapi TENS sama baiknya dengan
terapi SWD dengan nilai p = 0,64.8
43
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu jenis data yang peneliti
gunakan adalah data sekunder berupa rekam medik pasien dimana tidak semua
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia secara lengkap dan tertulis
dengan jelas seperti berat badan dan tinggi badan pasien. Selain itu waktu untuk
penelitian juga terbatas.
44
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Terdapat penurunan nilai VAS yang bermakna antara sebelum dan sesudah
mendapatkan terapi pada pasien LBP mekanik yang mendapat terapi TENS.
2. Terdapat penurunan nilai VAS yang bermakna antara sebelum dan sesudah
mendapatkan terapi pada pasien LBP mekanik yang mendapat terapi SWD.
3. Satu paket program terapi TENS sama efektifnya dengan satu paket program
terapi SWD untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan LBP mekanik.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas terapi TENS
dan SWD terhadap pengurangan nyeri pada pasien LBP mekanik dengan
mempertimbangkan onset penyakitnya.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Kahl L, editor. Low Back Pain. In: Rheumatology Subspecialty Consult.
2nd ed. Philadelphia: Wolter Kluwer/Lippincot William; 2012. p. 64.
2. S.Wildstein M. Low Back Pain. In: Kelley,s Textbook of Rheumathology.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009. p. 617–25.
3. Kasmir YI. Diagnosis dan Tatalaksana Nyeri Pinggang. In: Kumpulan
Makalah Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta; 2010. p. 29–31.
4. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. Best Practice & Research
Clinical Rheumatology The Epidemiology of low back pain. Best Pract Res
Clin Rheumatol. Elsevier Ltd; 2010;24(6):769–81.
5. Purnamasari H. Overweight Sebagai Faktor Resiko Low Back Pain pada
Pasien Poli Saraf RSUD. Mandala Heal. 2010;4:25–32.
6. Maureen J P. Perbandingan Efek Terapi Arus Interfensi dengan TENS
dalam pengurangan nyeri pada penderita Nyeri Punggung Bawah
Muskuloskeletal. Univeritas Diponegoro; 2004.
7. Pasha MF. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Low Back Pain
Spondilosis Lumbal Dengan Modalitas Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation Dan William Flexi Exersice di RSUD Bendan Pekalongan.
Ilmu Pengetah dan Teknol. 2015;28:61–71.
8. Kartadinata RT, Indriastuti L. Comparison Of the Therapeutic Effect
between SWD dan TENS on Relieving Pain in Mechanical Low Back Pain
Patients. Medica Hosp. 2012;1(2):113–7.
9. Kurniasih E. Penambahan Terapi Latihan MC . Kenzie pada Intervensi
Short Wave Diathermy ( SWD ), Trancutaneus Electrical Stimulation (
TENS ) dan Massage lebih dapat menurunkan Nyeri Pinggang pada Kasus
Low Back Pain. 2010;
10. Preyde M. Effectiveness of massage therapy for subacute low-back pain: a
randomized controlled trial. CMAJ [Internet]. 2000;162(13):1815–20.
11. Krismer M. Low Back Pain (non-spesific). Best Pract Res Clin Rheumatol.
2007;21(1):77–91.
46
12. Fatmawati V. Pengaruh Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
dan Ultrasound pada Low Back Pain Kinetik. Universitas Muhammadiyah
Surakarta; 2009.
13. Ramadhani AE. Gambaran Gangguan Fungsional dan Kualitas Hidup pada
pasien Low Back Pain Mekanik. J Media Med Muda. 2013;4(4):264–72.
14. Shidarta P. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktik Umum. Dian
Rakyat; 1984. p. 191-211.
15. Tveito TH, Hysing M, Eriksen HR. Low back pain interventions at the
workplace: A systematic literature review. Occup Med (Chic Ill).
2004;54(1):3–13.
16. Septadina IS, Legiran. Nyeri pinggang dan faktor-faktor risiko yang
mempengaruhinya. J Keperawatan Sriwij. 2014;1:2–4.
17. E.Dreisinger T. McKenzie Therapy Classifications [Internet]. Spine Health.
2007.
18. Ropper AH. Pain. In: Adam’s and Victor Principles of Neurology. 8th ed.
McGraw-Hill; 2005.
19. Frontera WR, Silver JK, Rizzo TD. Musculoskeletal Disorders, pain, and
Rehabilitation. In: Essential of Physical Medicine and Rehabilitation. 2nd
ed. 2008.
20. Marcus DA. Defenition and Classification of Chronic Pain. In: Chronic
pain: an atlas of investigation and management. Oxford: Oxford Clinical
Publishing; 2009. p. 3.
21. Moeliono MA. Physical Modalities in the Management of Pain. In:
Simposium Nyeri. Bandung; 2008.
22. A.Price S. Nyeri. In: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
6th ed. Jakarta: EGC; 2005. p. 1063–83.
23. Tan JC. Acute and Chronic Pain. In: Practical and Manual Physical
Medicine and rehabilitation. Mosby Inc; 1998.
24. Mcdowell I. Measuring Health : A Guide to Rating Scales an
Questionnaires. In: Third Edit. New York: Oxford University Press; 2006.
p. 491.
47
25. Johnson M. Transcutaneous electrical Nerve Stimulation (TENS). Contin
Educ Anasthesia, Crit Care Pain. 2009;9:261–7.
26. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar - dasar Metodologi. In: Dasar - dasar
Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Sagung Seto; 2011.
27. Dahlan MS. Hipotesis Komparatif. In: Statistik Untuk Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
28. Silva C, Barros C, Cunha L, Carnide F, Santos M. Prevalence of back pain
problems in relation to occupational group. Int J Ind Ergon.
29. Robinson ME. The Perception of Pain in Others: How Gender, Race, and
Age Influence Pain Expectations. J Pain [Internet]. Elsevier Ltd;
2012;13(3):220–7.
30. Neal MJ. Medical pharmacology at Glance. Fifth Edit. London: Wiley
Blackwell; 2005.p. 95.
31. Report C. Low back pain at presentation in a newly diagnosed diabetic.
2002;543–4.
32. Ohmori M, Kobayashi E, Harada K, Sugimoto K-I, Ohkamo H, Tsutsumi
H, et al. Severe Low Back Pain Due to Retroperitoneal Abscess Formation
in Diabetic Patients. BJID. 2002;6:309–12.
33. Bloodworth D MD, Grabois M., Calvillo M. Chronic Pain Syndromes:
Evaluation and treatment. In: Physical Medicine and Rehabilitation. 2nd ed.
Philadelpia: W.B. Saunders Company; 2000. p. 926–7.
34. Prentice WE, Draper DO. Shortwave and Microwave Diathermy. In:
Therapeutic Modalities in Rehabilitation. Third. USA; 2005. p. 259–81.
48
Lampiran 1. Lembar Pengambilan Data
IDENTITAS PASIEN
No CM :
Nama Penderita :
Umur/Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
ANTROPOMETRI
Berat Badan :
Tinggi Badan :
IMT :
DATA DASAR DAN DATA KHUSUS
Diagnosis
Penyakit /
Kelainan Lain
yang Menyertai
Terapi yang Diberikan
Jenis Terapi Ya (√) /
Tidak (X)
Keterangan
TENS
SWD
Medikamentosa
Lain - lain
Pemberian 1 Paket Terapi
Terapi ke- 1 2 3 4 5 6
Ya (√) /
Tidak (X)
Tanggal
Sebelum Terapi Sesudah Terapi
VAS (cm)
52
Lampiran 4. Spreadsheet Data
Rekam
Medik
Jenis
Kelamin Usia Pekerjaan
Jenis
Terapi
VAS
Sebelum
VAS
Sesudah Analgetik
Kondisi
Medis
Lain
1 Perempuan 60 IRT TENS 5 2 Tidak
2 Perempuan 59 IRT TENS 8 4 Ya
3
Perempuan 54 IRT TENS 5 3 Tidak
4 Laki-laki 60 PNS TENS 2 1 Tidak
5 Perempuan 45 Guru TENS 5 3 Tidak
6
Perempuan 56 IRT TENS 5 2 Ya
7 Perempuan 58 IRT TENS 5 3 Tidak
8 Perempuan 58 PNS TENS 6 3 Ya
9
Perempuan 57 IRT TENS 6 4 Ya
10 Laki-laki 54 Wiraswasta TENS 3 2 Tidak
11 Perempuan 45 IRT TENS 6 5 Ya
12
Perempuan 38 IRT TENS 4 2 Tidak
13 Laki-laki 41 PNS TENS 6 5 Ya
14 Laki-laki 60 Pensiunan TENS 4 1 Ya
15
Perempuan 58 PNS TENS 6 4 Ya
16 Perempuan 57 IRT TENS 5 3 Ya
17 Perempuan 33 Wiraswasta TENS 4 2 Tidak
18 Laki-laki 59 PNS SWD 3 2 Tidak
19 Perempuan 45 IRT SWD 4 2 Tidak
20 Laki-laki 30 Wiraswasta SWD 4 2 Ya
21 Perempuan 60 IRT SWD 5 3 Tidak
22 Laki-laki 60 Pensiunan SWD 3 2 Tidak
23 Laki-laki 33 PNS SWD 6 4 Ya
24 Laki-laki 38 Wiraswasta SWD 5 4 Ya
25 Laki-laki 48 Wiraswasta SWD 4 2 Tidak
53
26 Perempuan 60 IRT SWD 3 3 Tidak
27
Perempuan 34 Wiraswasta SWD 7 3 Ya
28 Perempuan 53 IRT SWD 4 1 Tidak
29 Laki-laki 60 ABRI SWD 5 4 Ya
CHF
NYHA II
dan DM
II
30 Perempuan 54 Guru SWD 4 3 Tidak
31 Laki-laki 34 Wiraswasta SWD 5 2 Ya
32
Laki-laki 51 Wiraswasta SWD 3 2 Tidak
33 Perempuan 56 IRT SWD 4 3 Tidak
34 Perempuan 53 IRT SWD 3 2 Tidak
54
Lampiran 5. Hasil Analisis Data dengan Menggunkan SPSS
Frekuensi Pasien LBP Mekanik
Jenis Kelamin dengan Terapi TENS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Perempuan 13 76,5 76,5 76,5
Laki-laki 4 23,5 23,5 100,0
Total 17 100,0 100,0
Jenis Kelamin dengan Terapi SWD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Perempuan 8 47,1 47,1 47,1
Laki-laki 9 52,9 52,9 100,0
Total 17 100,0 100,0
Usia SWD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 5 29,4 29,4 29,4
2,00 2 11,8 11,8 41,2
3,00 10 58,8 58,8 100,0
Total 17 100,0 100,0
55
Usia TENS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 2 11,8 11,8 11,8
2,00 3 17,6 17,6 29,4
3,00 12 70,6 70,6 100,0
Total 17 100,0 100,0
Pekerjaan TENS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
GURU 1 5,9 5,9 5,9
IRT 9 52,9 52,9 58,8
PENSIUNAN 1 5,9 5,9 64,7
PNS 4 23,5 23,5 88,2
WIRASWASTA 2 11,8 11,8 100,0
Total 17 100,0 100,0
56
Pekerjaan SWD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ABRI 1 5,9 5,9 5,9
GURU 1 5,9 5,9 11,8
IRT 6 35,3 35,3 47,1
PENSIUNAN 1 5,9 5,9 52,9
PNS 2 11,8 11,8 64,7
WIRASWASTA 6 35,3 35,3 100,0
Total 17 100,0 100,0
Medikamentosa TENS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 8 47,1 47,1 47,1
Tidak 9 52,9 52,9 100,0
Total 17 100,0 100,0
57
MedikamentosaSWD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 7 41,2 41,2 41,2
Tidak 10 58,8 58,8 100,0
Total 17 100,0 100,0
Correlations
Medikamentosa
TENS
Selisih VAS
Spearman's rho
Medikamentosa TENS
Correlation Coefficient 1,000 -,335
Sig. (2-tailed) . ,053
N 34 34
Selisih VAS
Correlation Coefficient -,335 1,000
Sig. (2-tailed) ,053 .
N 34 34
Descriptives
Statistic Std. Error
VAS sebelum TENS
Mean 5,0000 ,33211
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 4,2960
Upper Bound 5,7040
5% Trimmed Mean 5,0000
58
Median 5,0000
Variance 1,875
Std. Deviation 1,36931
Minimum 2,00
Maximum 8,00
Range 6,00
Interquartile Range 2,00
Skewness -,166 ,550
Kurtosis 1,161 1,063
VAS sesudah TENS
Mean 2,8824 ,29558
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,2557
Upper Bound 3,5090
5% Trimmed Mean 2,8693
Median 3,0000
Variance 1,485
Std. Deviation 1,21873
Minimum 1,00
Maximum 5,00
Range 4,00
Interquartile Range 2,00
Skewness ,251 ,550
Kurtosis -,642 1,063
VAS sebelum SWD Mean 4,2353 ,27825
59
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3,6454
Upper Bound 4,8252
5% Trimmed Mean 4,1503
Median 4,0000
Variance 1,316
Std. Deviation 1,14725
Minimum 3,00
Maximum 7,00
Range 4,00
Interquartile Range 2,00
Skewness ,887 ,550
Kurtosis ,609 1,063
VAS sesudah SWD
Mean 2,58824 ,211069
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,14079
Upper Bound 3,03568
5% Trimmed Mean 2,59804
Median 2,00000
Variance ,757
Std. Deviation ,870260
Minimum 1,000
Maximum 4,000
Range 3,000
Interquartile Range 1,000
Skewness ,339 ,550
60
Kurtosis -,580 1,063
Trans_VASSWDsebelum
Mean ,6128 ,02737
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound ,5548
Upper Bound ,6708
5% Trimmed Mean ,6074
Median ,6021
Variance ,013
Std. Deviation ,11284
Minimum ,48
Maximum ,85
Range ,37
Interquartile Range ,22
Skewness ,352 ,550
Kurtosis -,526 1,063
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAS sebelum TENS ,206 17 ,054 ,931 17 ,223
Trans_VASSWDsebelum ,185 17 ,126 ,892 17 ,050
a. Lilliefors Significance Correction
61
Paired Samples Test TENS
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Pair 1 VAS sebelum TENS - VAS
sesudah TENS
2,11765 ,85749 ,20797 1,67676
Paired Samples Test TENS
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
95% Confidence
Interval of the
Difference
Upper
Pair 1 VAS sebelum TENS - VAS
sesudah TENS
2,55853 10,182 16 ,000
Paired Samples Test SWD
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower
62
Pair 1 VAS sebelum SWD -
Trans_VASSWDsebelum
3,62252 1,03565 ,25118 3,09004
Paired Samples Test SWD
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
95% Confidence
Interval of the
Difference
Upper
Pair 1 VAS sebelum SWD -
Trans_VASSWDsebelum
4,15500 14,422 16 ,000
Descriptives
Statistic Std. Error
Selisih VAS
Mean 1,8824 ,16223
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1,5523
Upper Bound 2,2124
5% Trimmed Mean 1,8464
Median 2,0000
Variance ,895
Std. Deviation ,94595
Minimum ,00
Maximum 4,00
Range 4,00
63
Interquartile Range 1,25
Skewness ,475 ,403
Kurtosis -,142 ,788
Trans_SelisihVAS
N
Valid 34
Missing 0
Mean ,2347
Median ,3010
Std. Deviation ,20566
Range ,60
Minimum ,00
Maximum ,60
Trans_SelisihVAS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
,00 13 38,2 38,2 38,2
,30 13 38,2 38,2 76,5
,48 6 17,6 17,6 94,1
,60 2 5,9 5,9 100,0
Total 34 100,0 100,0
64
Mann-Whitney Test
Ranks
Terapi N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih VAS
TENS 17 20,09 341,50
SWD 17 14,91 253,50
Total 34
Test Statisticsa
Selisih VAS
Mann-Whitney U 100,500
Wilcoxon W 253,500
Z -1,602
Asymp. Sig. (2-tailed) ,109
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,131b
65
Lampiran 6. Biodata Mahasiswa
IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Adventina Silalahi
Nim : 22010112130135
Tempat/Tanggal Lahir : Sumbul, 21 desember 1993
Alamat : Jl.Sisingamangaraja no.151 Sumbul sumatra Utara
No. HP : 0813201429569
Email : adventinasialahi@gmail.com
Riwayat Pendidikan Formal
1. SD : SD N 030331 Sumbul Lulus tahun :2005
2. SMP : SMP S St.Paulus Sidikalang Lulus tahun :2008
3. SMA : SMA Yayasan Soposurung Lulus tahun :2011
4. FK UNDIP : Masuk tahun 2012
top related