modulrepositori.respati.ac.id/dokumen/r-00000117.pdf · 2018. 2. 25. · ii modul pendidikan...
Post on 03-Mar-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ii
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN
DI INSTANSI
Disusun untuk menunjang pembelajaran
mata kuliah Pendidikan Kesehatan di Institusi Prodi
S-1 Kesehatan Masyarakat,
Oleh: Dra. Rodiyah, M.Kes.
FAKULTAS ILMU KESEHATAN SEKOLAH
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2016
Kampus II: Jl. Raya Tajem Km 1.5. Maguwoharjo.
Telp. (0274) 4437888, 489780. Fax. (0274) 4437999
iii
KATA PENGANTAR
Modul mata kuliah Pendidikan Kesehatan di Institusi ini disusun untuk kalangan
sendiri dalam rangka memperlancar perkuliahan Pendidikan Kesehatan di Institusi pada
Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati
Yogyakarta khususnya bagi mahasiswa yang memilih peminatan Promosi Kesehatan.
Sebagai calon promotor kesehatan mahasiswa Prodi S-1 Kesehatan Masyarakat
selayaknya memiliki keterampilan menyampaikan pesan kesehatan dengan baik dan
benar. Oleh karena itu, melalui modul ini diharapkan mahasiswa menyadari peranannya
di masyarakat kelak dan termotivasi untuk mempelajari dan berlatih menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat.
Untuk membekali mahasiswa agar mampu menyampaikan pesan kesehatan
kepada masyarakat modul ini dilengkapi dengan teknik presentasi interaktif dan panduan
microteaching. Untuk teori pendidikan kesehatan di institusi banyak mengadopsi dari
Notoatmodjo (2010) mengingat teori-teori tersebut masih relevan untuk membekali
mahasiswa. Secara garis besar dalam modul ini dibahas mulai dari perencanaan promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan di institusi (masyarakat, sekolah, rumah sakit, dan
tempat kerja), teknik presentasi interaktif dan microteaching. Dalam implementasi
perkuliahan Pendidikan Kesehatan di Institusi semua mahasiswa wajib mempraktikkan
microteaching.
Modul mata kuliah Pendidikan Kesehatan di Institusi ini dilengkapi dengan
latihan soal dan kunci jawaban pada setiap bab agar mahasiswa dapat mengukur
pemahamannya. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa aktif mengerjakan soal-soal
latihan pada setiap akhir pokok bahasan sehingga menjadi sehingga dapat memahami
teori yang disampaikan sebagai bekal untuk menjadi seorang promotor kesehatan. Di
samping itu, diharapkan mahasiswa mengembangkan kemampuan dan keterampilan
berbicara di depan umum melalui kegiatan diskusi baik dengan dosen maupun teman
sendiri. Selain itu, juga dengan lebih banyak membaca buku, media massa, dsb. untuk
memperluas wawasan.
Walaupun telah berusaha maksimal dalam menyusun modul ini, penyusun
menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi perbaikan
modul ini. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusun menyelesaikan modul ini
diucapkan banyak terima kasih.
Yogyakarta, Mei 2016
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
BAB I PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
A. Tujuan Umum ............................................................................... 1
B. Tujuan Khusus ............................................................................... 2
C. Materi Pendidikan Kesehatan ........................................................ 2
D. Rangkuman ............................................................................... 2
E. Evaluasi ............................................................................... 3
BAB II. PENDIDIKAN KESEHATAN DI SEKOLAH
A. Tujuan Umum .............................................................................. 6
B. Tujuan Khusus ............................................................................. 7
C. Materi Pendidikan Kesehatan di Sekolah ..................................... 10
D. Rangkuman ................................................................................... 15
E. Evaluasi .................................................................................... 15
BABIII PENDIDIKAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
A. Tujuan Umum ................................................................. 16
B. Tujuan Khusus ................................................................. 16
C. Materi Pendidikan Kesehatan di Tempat Kerja ............................. 17
D. Rangkuman ……. ........................................................ 17
E. Evaluasi ................................................................. 17
BAB IV PENDIDIKAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
A. Tujuan Umum ................................................................. 16
B. Tujuan Khusus ................................................................. 16
C. Materi Pendidikan Kesehatan di Rumah Sakit .............................. 17
v
D. Rangkuman ……. ........................................................ 17
E. Evaluasi ................................................................. 17
BAB V PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PPM
A. Tujuan Umum ............................................................................... 6
B. Tujuan Khusus .............................................................................. 7
C. Materi Pendidikan Kesehatan Melalui PPM .................................. 10
D. Rangkuman .................................................................................... 15
E. Evaluasi .................................................................................... 15
BABVI METODE PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Tujuan Umum ................................................................. 16
B. Tujuan Khusus ................................................................. 16
C. Materi Metode Pendidikan Kesehatan .......................................... 17
D. Rangkuman ……. ........................................................ 17
E. Evaluasi ................................................................. 17
BABVIITEKNIK PRESENTASI INTERAKTIF
A. Tujuan Umum ................................................................. 16
B. Tujuan Khusus ................................................................. 16
C. Materi Metode Pendidikan Kesehatan .......................................... 17
D. Rangkuman ……. ........................................................ 17
E. Evaluasi ................................................................. 17
BAB VIIIEVALUASI PROMOSI KESEHATAN
A. Tujuan Umum ................................................................. 16
B. Tujuan Khusus ................................................................. 16
C. Materi Evaluasi Promosi Kesehatan ............................................. 17
D. Rangkuman ……. ........................................................ 17
E. Evaluasi ................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 15
LAMPIRAN
vi
DAFTAR ISTILAH ASING
Istilah Arti
Abstenteism : tidak masuk/tidak hadir
Ante natal care : pemeriksaan kehamilan
Appropiate : sesuai dengan kebutuhan masyarakat
atau sesuai dengan permasalahan yang
ada
Behavioral Objective : tujuan perilaku
Board Occupancy Rate : angka hunian rumah sakit
Booklet : kumpulan informasi singkat tentang
sesuatu yang dibukukan dengan desain
yang menarik.
Brainstorming : curah pendapat
By case : sesuai dengan kasus yang teridentifikasi
Buzzgroup : metode mengajar dengan membagi
peserta didik menjadi kelompok kecil
(3-5 anggota) kemudian mendiskusikan
suatu masalah.
Community forum approach : pengumpulan data di mana promotor
kesehatan bersama masyarakat
mendiskusikan masalah kesehatan yang
ada
Competent Credibility : kredibilitas kader yang didapat karena
kompetensi yang dimiliki
Consumer : pengguna layanan
Directed : diarahkan
Don’t change the people but change
the system
: jika orangnya sulit diubah perilakunya
makasistemnya yang harus diubah
Educational Objective : tujuan pendidikan/promosi
Effort : upaya/usaha
Enabling : faktor pemungkin
Foodhygiene : kebersihan makanan
Flipchart : kertas yang dipasang pada papan
sebagai tempat menuliskan hasil diskusi
Font : ukuran besar/kecilnya huruf
Guidance and conceling : Bimbingan dan Penyuluhan Health Education : pendidikan kesehatan
Health promoting school : kegiatan yang menggabungakan
program pendidikan dan kesehatan
untuk menumbuhkan perilaku sehat
vii
Health promotion in workplace : promosi atau pendidikan kesehatan di
tempat kerja
Health services in school : pemeliharaan dan pelayanan kesehatan
di sekolah
Healthful school living : lingkungan sekolah yang sehat
Hit and run : kegiatan dihentikan mendadak dan tidak
berkelanjutan.
Implement healthy polecy : penerapan kebijakan kesehatan
Input : masukan/materi
Improved community health through
parent and community participation
: Mengembangkan kesehatan masyarakat
melalui partisipasi orang tua murid dan
masyarakat
Judgment : memberi penilaian
Key informant approach : pengumpulan data dengan cara ini
berartidata diperoleh dari informan
kunci melalui WawancaraWM atau
DKT
Leaflet : inforrmasi singkat yang disampaikan
melalui kertas yang dilipat
Lesson plan : rencana pembelajaran
Mmicroteaching : atau pengajaran mikro
Measurable : dapat diukur/terukur
Occupational Health and Safety : kesehatan dan keselamatan kerja atau
K-3
On going : terus menerus/sedang berjalan
One shot : periode waktu tertentu
Outbond : Kegiatan diluar ruang dalam bentuk
permainan dengan tujuan mempererat
rasa kebersamaan (antarkaryawan
dalam suatu instansi) dan untuk
refreshing.
Output : hasil
Outcome : dampak dari hasil
Partnership : kerja sama yang dilandasi prinsip
kesetaraan atau kemitraan
Peer group : kelompok sebaya
Peer teaching : Pengjaran kelompok sebaya/teman
sendiri
Performance : penampilan/perilaku
viii
Personal hygiene : kebersihan perseorangan/individu
Pre and post design/Pre and Post
Test Design
: pengukuran kemampuan peserta didik
sebelum dan sesudah pendidikan
kesehatan
Predisposing : faktor predisposisi
Preventive action : tindakan pencegahan
Program Objective : tujuan program Provide access preventive and curative
health services :tersedianya sarana dan prasarana
pencegahan dan pengobatan sederhana di
sekolah
Provide a safety and health
environment
: tersedianya lingkungan yang sehat
Provide skill based health education : tersedianya tenaga terampil melalui
program pelatihan kesehatan Provider : penyedia layanan
Public Health Community : partisipasi masyarakat di bidang
kesehatan
Reasonable : logis, masuk akal
Recomended Outcome Situation : situasi belajar yang disarankan
Raw input : masukan mentah/bahan dasar
Reinforcing : faktor pendukung/penguat
Required Outcome Situation : situasi belajar yang diwajibkan
Reward : penghargaan
Roleplay : metode mengajar dengan bermain peran
Safety credibility : citra diri sebagai orang yang dapat
dipercaya Sample survey approach : pengumpulan datamelalui wawancara dan
observasi Self- directed action : mandiri/program atau kegiatan
ditentukan oleh masyarakat
Self Directed outcome situation : Situasi belajar yang ditetapkan sendiri
oleh sasaran/peserta didik.
Self care : upaya pemeliharaan kesehtan sendiri
Social Need Assessment : diagnosis sosial
Specific/operational : berupa perilaku khusus yang
mencerminkan perilaku baru yang
diharapkan.
Simulation game : metode mengajar melalui permainan-
permainan pada ular tangga dan
monopoli
Snowballing : metode mengajar yang dimulai dengan
ix
diskusi 2 orang setelah 5 menit menjadi
4, 8, dst hingga menjadi diskusi
besar/kelas.
Sound system : Seperangkat peralatan untuk
memperkeras dan memperjelas suara
dalam pertemuan yang dihadiri oleh 50
orang atau lebih.
Teaching skill : Keterampilan/kemampuan mengajar
Time bound : batas waktu
To evaluate : memberi nilai terhadap sesuatu
berdasarkan stándar tertentu
Turn-over : karyawan yang baru sebentar bekerja
terus mengundurkan dirik
Up to date : sesuai dengan erkembangan terakhir
Verbalism : tahu katanya tidak tahu artinya
Volunteerism : tugas sosial
We- feeling : rasa kebersamaan
DAFTAR SINGKATAN
x
Singkatan/Akronim Kepanjangan
AIDS : Aquired Immuno Deficiency Syndrom
ANC : Ante Natal Care
ASI : Air Susu Ibu
AVA : Audio Visual Aids
CD : Compact Disk
DBD : Demam Berdarah Dengue
DKT : Diskusi Kelompok Terarah
FGD : Focus Group Disscusion
HIV : Human Immunodeficiency Virus
KLB : Kejadian Luar Biasa
LCD :
LSM : Swadaya Masyarakat
MCK : Mandi Cuci Kakus
NGO : Non-Government Organization
OHP : Over Head Projector
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHC : Public Health Community
PKdTK : Pendidikan Kesehatan di Tempat Kerja
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
PPPK : Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
PPM : Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promkes : Promosi Kesehatan
PROCEED : Polecy, Regulatory, Organizational Construct in
Educational and Environmental Development
PRECEDE : Predisposing, Reinforcing, and Enabling, Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
xi
RPP : Rencana Program Pengajaran/Pembelajaran
RS : Rumah Sakit
SAP : Satuan Acara Penyuluhan/Pembelajaran
SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia
TIK : Tujuan Instruksional Khusus
TIU : Tujuan Instruksional Umum
UI : Universitas Indonesia
UNRIYO : Universitas Respati Yogyakarta
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
WM : Wawancara Mendalam
1
BAB I
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
A. Tujuan Umum: setelah mengikuti proses belajar peserta didik memahami
pentingnya perencanaan promosi kesehatan dan mampu membuat perencanaan
promosi kesehatan dengan baik dan benar.
B. Tujuan Khusus: setelah menyelesaikan kegiatan belajar peserta didik mampu
1. menjelaskan pengertian perencanaan promosi kesehatan
2. menjelaskan tujuan pembuatan perencanaan promosi kesehatan
3. menjelaskan teknik menyusun perencanaan promosi kesehatan
4. menyebutkan 5 keuntungan perencanaan promosi kesehatan
5. membuat perencanaan promosi kesehatan dengan baik dan benar
C. Materi Pembelajaran
1. Pendahuluan
Promosi kesehatan (Promkes) merupakan proses intelektual, psikologikal,
dan sosial meningkatkan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk
hidup sehat. Proses ini didasarkan pada prinsip ilmiah, fasilitasi proses belajar,
dan perubahan perilaku secara suka rela. Promosi kesehatan bertujuan mengubah
pengetahuan dan perilaku agar masyarakat dapat memelihara kesehatannya
sendiri.
Perencanaan Promkes merupakan bagian dari siklus administrasi yang
terdiri dari tiga fase, yaitu, fase perencanaan atau menyusun kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan cara-cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Implementasi yaitu pelaksanaan rencana , dan evaluasi atau mengukur hasil yang
diperoleh melalui upaya pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Evaluasi juga
diperlukan untuk pemantauan promosi kesehatan atau sebagai alat bantu untuk
membuat perencanaan selanjutnya.
Langkah-langkah perencanaan dalam promosi kesehatan adalah:
a. Menentukan kebutuhan promkes
1) Diagnosis masalah
2) Menetapkan prioritas masalah
2
b. Mengembangkan komponen promkes
1) Menentukan tujuan
2) Menentukan sasaran
3) Menentukan isi
4) Menentukan metode
5) Menentukan media
6) Menentukan evaluasi
7) Jadwal pelaksanaan.
Masalah penting pada saat menyusun rencana promosi kesehatan adalah
menentukan kebutuhan masyarakat atau mengidentifikasi permasalahan yang ada
pada masyarakat. Dengan demikian, diharapkan apa yang direncanakan sesuasi
dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga permasalahan yang ada dapat
diselesaikan dan masyarakat dapat langsung merasakan manfaatnya. Dalam program
promosi kesehatan juga dikenal dengan diagnosis masalah. Menurut Green (1980)
dalam Notoatmodjo (2010) diagnosis masalah dapat digunakan untuk membuat
perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang meliputi PRECEDE
(Predisposing, Reinforcing, and Enabling, Causes in Educational Diagnosis and
Evaluation). Pendekatan ini digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan
prioritas, dan tujuan program. Pada tahun 1991 kerangka tersebut dikembangkan
menjadi PRECEDE-PROCEED (Polecy, Regulatory, Organizational Construct in
Educartional and Environmental Development) untuk menertapkan sasaran,, kriteria,
kebijakan, implementasi, dan evaluasi
Pada umumnya saat dilakukan identifikasi masalah, biasanya ditemukan lebih dari
satu masalah bahkan mungkin banyak masalah kesehatan teridentifikasi. Oleh karena
itu, perlu disusun prioritas masalah berdasarkan tingkatan kepentingan masalah
tersebut bagi masyarakat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan
prioritas masalah, misalnya: menentukan status kesehatan masyarakat, menentukan
pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada, menentukan hubungan antara status
kesehatan dan pelayanan kesehatan di masyarakat, menentukan determinan masalah
kesehatan masyarakat (tingkat pendiddikan, umur, jenis kelamin, ras, letak, geografis,
3
kebiasaan/perilaku, dan kepercayaan yang dianut). Di samping itu, juga harus
dipertimbangkan beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, pertimbangan
politis, sumber daya yang ada di masyarakat
2. Langkah-langkah PRECEDE
Fase 1. Diagnosis Sosial (Social Need Assessment), fase ini merupakan Proses
penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap
kualitas hidupnya serta aspirasi untruk meningkatkan kualitas melalui
partisipasi. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus, vital statistik
yang ada atau pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Jika data
dikumpulkan langsung dari masyarakat dapat dilakukan melalui wawancara
dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, diskusi kelompok
terarah (DKT), dan Survai.
Fase 2. Diagnosis Epidemiologi, adalah identifikasi faktor yang berpengaruh
terhadap kualitas hidup seseorang/masyarakat. Identifikasi kelompok yang
rawan terkena masalah kesehatan dengan mempertimbangkan umur, jenis
kelamin, lokasi/tempat tinggal, dan sebagainya. Identifikasi akibat yang
ditimbulkan oleh masalah kesehatan yang ada jika tidak segera
diselesaikan seperti mortalitas, morbiditas, disability, tanda dan gejala yang
ditimbulkan. Cara menanggulangi masalah antara lain, imunisasi,
perawatan, perubahan lingkungan, atau faktor perilaku masyarakat.
Informasi tersebut sangat diperlukan untuk menetapkan prioritas yang
didasarkan pada pertimbangan besarnya masalah, akibat, dan kemungkinan
untuk diubah.
Fase 3. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan merupakan identifikasi masalah
perilaku dan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan. Indikator perilaku meliputi
penggunaan sarana pelayanan kesehatan, preventive action, pola konsumsi,
kepatuhan, dan self care. Indikator lingkungan meliputi, keadaan sosial,
ekonomi, dan fisik sementara dimensi pelayanan kesehatan meliputi
keterjangkauan, kemampuan, pemerataan, dan mutu pelayanan.
4
Langkah diagnosis perilaku dan lingkungan merupakan upaya untuk
memisahkan faktor perilaku dan nonperilaku. Identifikasi perilaku yang
dapat mencegah dan perilaku yang menjadi penyebab. Eliminasi faktor
perilaku yang tidak dapat diubah (genetis dan demografis).Urutkan faktor
perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap masalah
kesehatan masyarakat.Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan
kemungkinan bisa atau tidak bisa diubah. Tetapkan sasaran dan tujuan
perubahan perilaku dan lingkungan.
Fase 4. Diagnosis Promosi dan Organisasional adalah kegiatan untuk
mengidentifikasi Faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap,
persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini masyarakat
setempat. Faktor pemungkin atau enabling merupakan faktor lingkungan
yang memfasilitasi perilaku seseorang. Faktor penguat atau reinforcing
adalah perilaku orang lain yang berpengaruh yang dapat mendorong
munculnya perilaku yang diharapkan.
Setelah faktor-faktor tersebut dapat teridentifikasi langkah selanjutnya
adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu,
berdasarkan faktor pemungkin dan penguat yang telah diidentifikasi, ditetapkan
tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi
dan sumber daya.
Diagnosis Administrasi dan Kebijakan adalah kegiatan untuk analisis
kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang dapat memfasilitasi atau
menghambat pengembangan promosi kesehatan. Kebijakan dalam hal ini adalah
seperangkat peraturan yang digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan
suatu kegiatan. Sementara peraturan merupakan penerapan kebijakan dan
penguatan hukum serta perundang-undangan. Organisasinal artinya kegiatan
memimpin atau mengkoordinasi sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
program.
Untuk kelancaran kegiatan tersebut pelaksana promosi kesehatan dapat
memperoleh data dari dokumen yang ada, langsung dari masyarakat, petugas
5
kesehatan di lapangan, tokoh masyarakat setempat. Oleh karena itu, penting bagi
seorang promotor kesehatan penguasaan komunikasi yang baik sehingga program
promosi kesehatan di masyarakat dapat berjalan dengan lancar.
Di samping itu pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara Key informant
approach, Community forum approach. Sample survey approach.
Key informant approach pengumpulan data dengan cara ini berarti data
diperoleh dari informan kunci melalui Wawancara Mendalam (WM) atau DKT.
Pengumpulan data melalui cara ini cukup sederhana dan representatif sehingga
dapat membantu proses perencanaan serta implementasi kegiatan promosi.
Community forum approach adalah pengumpulan data di mana promotor
kesehatan bersama masyarakat mendiskusikan masalah kesehatan yang ada.
Dilihat dari sudut program cara ini sangat ekonomis karena promotor dapat
memahami masalah dari berbagai sudut pandang masyarakat. Sample survey
approach adalah pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Cara ini
merupakan cara pengumpulan data yang paling valid dan akurat, namu paling
mahal jika dibandingkan dengan kedua cara sebelumnya karena melalui
survey/penelitian..
Setelah dapat menentukan prioritas masalah dengan benar, langkah
selanjutnya adalah mengembangkan komponen promosi kesehatan, yang meliputi
menentukan tujuan, menentukan sasaran promosi kesehatan, menentukan isi
promosi kesehatan, menentukan metode, menentukan media, menyusun rencana
evaluasi, menyusun jadwal pelaksanaan, menentukan tujuan.
3. Menentukan Tujuan Promosi
Ada tiga tujuan utama promosi kesehatan, yaitu peningkatan pengetahuan
dan atau sikap masyarakat, peningkatan perilaku masyarakat yang mendukung
status kesehatan, peningkatan status kesehatan masyarakat. Tujuan promosi yang
baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Specific/operational artinya berupa perilaku khusus yang mencerminkan
perilaku baru yang diharapkan.
6
b. Measurable artinya dapat diukur/terukur karena pada setiap akhir program
atau akhir kegiatan akan ada evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
c. Appropiate artinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau sesuai dengan
permasalahan yang ada sehingga program atau kegiatan yang dilaksanakan
memberi manfaat konkrit kepada masyarakat.
d. Reasonable berarti didasari alasan yang logis, subjektivitas atau pertimbangan
yang tidak wajar dan tidak masuk akal tidak dapat digunakan sebagai dasar
penyusunan tujuan promosi kesehatan.
e. Time bound ada batas waktu pencapaian. Suatu program dikatakan berhasil
apabila dapat mencapai tujuan dalam batas waktu yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu, seorang pendidik kesehatan harus dapat memberi batas waktu yang
jelas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada.
f. Dinyatakan dalam bentuk performance bukan effort.
Menurut Green ada 3 tingkatan tujuan promosi kesehatan yaitu Tujuan
Program (Program Objective), Tujuan Promosi (Educational Objective), Tujuan
Perilaku (Behavioral Objective).Tujuan Program adalah Pernyataan tentang apa
yang ingin dicapai dalam periode tertentu. Ditinjau dari kerangka PRECEDE-
PROCEED tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan epidemiologi.
Tujuan ini harus mencakup who will do how much of what by when sehingga sering
disebut tujuan jangka panjang. Contoh: Kasus baru HIV-AIDS menurun 50% setelah
promosi kesehatan berjalan 5 tahun.
Tujuan Promosi (Educational Objective) adalah deskripsi perilaku yang akan
dicapai untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada. Sering juga disebut sebagai
tujuan jangka menengah, misalnya: Cakupan imunisasi dasar meningkat 75% setelah
promosi kesehatan berjalan selama 3 tahun.
Tujuan Perilaku (Behavioral Objective) merupakan proses pembelajaran yang
harus dicapai untuk mewujudkan perilaku yang diinginkan. Tujuan ini berhubungan
dengan pengetahuan dan sikap, disebut juga sebagai tujuan jangka pendek. Contoh:
7
pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS meningkat 60% setelah promosi
kesehatan berjalan 6 bulan.
Setelah menentukan tujuan promosi kesehatan, langkah selanjutnya adalah
menentukan sasaran promosi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat?.
Kemudian, menentukan isi promosi kesehatan yang dibuat sesederhana mungkin
agar mudah dipahami (bila perlu menggunakan gambar dan bahasa daerah
setempat).selanjutnya metode sesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai,
misalnya untuk aspek pengetahuan dengan penyuluhan, untuk aspek sikap dengan
contoh konkrit yang menggugah emosi seperti foto, slide, film, dan sebagainya,
untuk aspek keterampilan dengan pelatihan, dan sebagainya.
Selanjutnya menentukan media yang sesuai dengan sasaran, tingkat promosi
sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan, dan sumber daya yang
ada media. Kemudian menyusun rencana evaluasi yang meliputi kapan dan di mana
akan dilaksanakan, siapa sasarannya, siapa yang mengevaluasi, materi evaluasi?.
Langkah yang terakhir harus dilakukan adalah menyusun jadwal pelaksanaan yang
merupakan penjabaran dari rencana keseluruhan termasuk yang menyangkut waktu,
tempat, dan pelaksanaan.
4. Mengenal Satuan Acara Pembelajaran/Penyuluhan (SAP) dan Rencana
Program Pengajaran (RPP)
Di atas telah banyak dibahas mengenai hal-hal yang perlu disiapkan sebelum
melaksanakan kegiatan promosi kesehatan. Persiapan tersebut adalah persiapan
untuk terselenggaranya program promosi kesehatan yang jangka waktunya bisa satu
minggu, satu tahun atau lebih. Salah satu bentuk implementasi program promosi
kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan. Penting bagi seorang pendidik
kesehatan untuk menyiapkan sebuah satuan acara pembelajaran (SAP) atau Rencana
Proses Pembelajaran (RPP).
Baik SAP maupun RPP merupakan persiapan kegiatan pendidikan yang harus
dibuat atau disiapkan oleh siapapun yang akan menyelenggarakan kegiatan
penddidikan kesehatan. Dalam kegiatan pendidikan kesehatan diarahkan
mengunakan SAP mengingat pelaksanaan pendidikan kesehatan bersifat insidental
8
dan topik atau pokok bahasannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat
dilakukan dentifikasi masalah. Sementara, dalam kegiatan pendidikan formal
sebaiknya menggunakan RPP karena pokok bahasan sudah disusun sedemikian rupa
sesuai dengan urutan yang ditetapkan dalam garis-garis besar rogram pengajaran
(GBPP) atau silabus tiapa mata ajar.
Satuan Acara Pembelajaran/Penyuluhan dan Rencana Program Pengajaran adalah
persiapan yang lebih spesifik untuk membahas topik-topik tertentu. Dengan kata lain
SAP dan RPP disusun sebagai pedoman bagi pendidik mengenai materi yang akan
disampaikan sehingga satuan waktunya adalah pertemuan. Oleh karena itu, SAP dan
RPP dibuat sangat spesifik untuk pertemuan-pertemuan tertentu.
Satuan Acara Pembelajaran/Penyuluhan dan Rencana Program Pengajaran
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaanya adalah keduanya merupakan
persiapan untuk kegiatan belajar-mengajar, memuat secara spesifik mengenai pokok
materi, metode, media, alat dan bahan, serta evaluasi bagi kegiatan pengajaran.
Sementara, perbedaannya terletak pada penggunaan istilah terutama untuk
mengemukakan tujuan yang hendak dicapai. Pada SAP masih menggunakan istilah
tujuan instruksional umum yang sering dikenal dengan sebutan TIU dan tujuan
instruksional khusus yang dikenal juga dengan istilah TIK. Sementara, pada RPP
mengenai tujuan pembelajaran digunakan istilah-istilah seperti standar kompetensi,
kompetensi daar, dan indikator pencapaian.
Lebih jelas mengenai SAP dan RPP akan langsung dibuat bersama-sama dan
sebelumnya silakan mempelajari SAP dan RPP terlampir.
D. RANGKUMAN
Perencanaan Promkes sebagai Proses merupakan bagian dari siklus
administrasi yang terdiri dari tiga fase, yaitu, fase perencanaan atau menyusun
kegiatan untuk mencapai tujuan, Implementasi yaitu pelaksanaan rencana , dan
evaluasi atau mengukur hasil yang diperoleh melalui upaya pelaksanaan kegiatan
yang direncanakan. Secara garis besar langkah-langkah dalam perencanaan dalam
9
promosi kesehatan adalah menentukan kebutuhan promkes dan mengembangkan
komponen promkes.
Masalah penting pada saat menyusun rencana promosi kesehatan adalah
menentukan kebutuhan masyarakat atau mengidentifikasi permasalahan yang ada
pada masyarakat. Menurut Green (1980) diagnosis masalah meliputi perencanaan
dan evaluasi promosi kesehatan, yaitu Predisposing, Reinforcing, and Enabling,
Causes in Educational Diagnosis and Evaluation (PRECEDE). Pada fase
diagnosis masalah dilakukan penetapan prioritas, dan tujuan program. Pada tahun
1991 kerangka tersebut dikembangkan menjadi Polecy, Regulatory,
Organizational Construct in Educational and Environmental Development
(PRECEDE-PROCEED) untuk menetapkan sasaran, kriteria, kebijakan,
implementasi, dan evaluasi
Ada tiga tujuan utama promosi kesehatan, yaitu peningkatan pengetahuan
dan atau sikap masyarakat, peningkatan perilaku masyarakat yang mendukung
status kesehatan, peningkatan status kesehatan masyarakat. Tujuan promosi yang
baik harus memenuhi syarat sebagai berikut specific/operational, measurable,
appropiet, reasonable, time bound dan dinyatakan dalam bentuk performance
bukan effort. Menurut Green ada 3 tingkatan tujuan promosi kesehatan yaitu
Tujuan Program (Program Objective), Tujuan Promosi (Educational Objective),
Tujuan Perilaku (Behavioral Objective).
Selanjunya menentukan tujuan promosi kesehatan, menentukan sasaran
promosi, kelompok, isi promosi kesehatan, metode dan media yang disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai, misalnya untuk aspek pengetahuan dengan
penyuluhan, untuk aspek sikap dengan contoh konkrit yang menggugah emosi
seperti foto, slide, film, dan sebagainya, untuk aspek keterampilan dengan
pelatihan, dan sebagainya.
Salah satu bentuk implementasi program promosi kesehatan adalah kegiatan
pendidikan kesehatan. Penting bagi seorang pendidik kesehatan untuk
menyiapkan sebuah satuan acara pembelajaran (SAP) atau Rencana Proses
Pembelajaran (RPP). Baik SAP maupun RPP merupakan persiapan kegiatan
10
pendidikan yang harus dibuat atau disiapkan oleh siapapun yang akan
menyelenggarakan kegiatan penddidikan kesehatan.
E. EVALUASI
1. Jelaskan pengertian perencanaan promosi kesehatan!
2. Jelaskan tujuan pembuatan perencanaan promosi kesehatan !
3. Jelaskan teknik menyusun perencanaan promosi kesehatan!
4. Sebutkan 5 keuntungan perencanaan promosi kesehatan !
5. Buatlah perencanaan promosi kesehatan dengan baik dan benar!
11
BAB II
PENDIDIKAN KESEHATAN DI SEKOLAH
A. Tujuan Umum: setelah mengikuti proses belajar peserta didik memahami dan
mampu melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah.
B. Tujuan Khusus: setelah menyelesaikan kegiatan belajar peserta didik mampu
1. menjelaskan pengertian pendidikan kesehatan di sekolah
2. menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan di sekolah
3. menjelaskan efektivitas pendidikan kesehatan di sekolah
4. menyebutkan 5 upaya pendidikan kesehatan di sekolah
5. menjelaskan sasaran kegiatan pendidikan kesehatan di sekolah
6. menyebutkan peran orang tua, guru, dan siswa dalam pendidikan kesehatan di
sekolah.
7. melaksanakan kegiatan pendidikasn kesehatan di sekolah dengan baik dan benar
C. MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN DI SEKOLAH
1. Pengertian:
Pendidikan kesehatan di sekolah (health promoting school) adalah
kegiatan yang menggabungakan program pendidikan dan kesehatan untuk
menumbuhkan perilaku sehat. Hal ini sangat penting mengingat pendidik atau
guru merupakan sosok yang istimewa bagi para peserta didik sehingga hampir
setiap kata atau perintahnya dipatuhi oleh peserta didik. Oleh karena itu, seorang
guru dituntut untuk mampu memanfaatkan kesempatan ini untuk menanamkan
konsep-konsep perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak didiknya. Dengan
demikian, diharapkan akan tumbuh perilaku sehat dengan landasan yang kuat
yaitu kesadaran sehingga perilaku tersebut akan konsisten. Misalnya seorang anak
yang pada awalnya tidak mau makan sayuran, jikadi sekolah guru berhasil
menanamkan konsep pentingnya sayuran bagi tubuh kita anak tersebut akan mau
makan sayuran karena memahami akibat yang akan terjadi pada dirinya jika tidak
mau makan sayuran. Hal ini akan lebih kuat tertanam jika di rumah orang tua di
12
samping menanamkan hal yang sama juga memberi contoh mau mengkonsumsi
sayur dan selalu menyediakan hidangan sayuran.
2. Pemikiran Dasar
Sekolah merupakan lembaga yang didirikan untuk membina dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral, maupun
intelektua sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah yaitu meningkatkan
pengetahuan, membentuk sikap yang baik, dan mengubah perilaku/terjadinya
perubahan perilaku.sebagai. Contoh seorang siswa SMA sebelumnya tidak tahu
bahwa HIV dapat menular melalui jarum suntik, perilakunya tidak baik
(menggunakan narkoba dengan jarum suntik secara bergantian), kemudian di
sekolah disampaikan materi belajar tentang cara penularan HIV dan berhasil
meningkatkan pengetahuan siswa tersebut. Diharapkan selanjutnya siswa tersebut
akan menjauhi teman-teman pengguna narkoba (terbentuk sikap positif) dan pada
akhirnya berhenti mengkonsumsi narkoba (ada perubahan perilaku).
Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah paling efektif sebagai upaya
pengembangan perilaku hidup sehat. Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal sehingga dimungkinkan penanaman pengetahuan untuk munculnya
perilaku melalui peraturan-peraturan. Dengan kondisi demikian peserta didik
tidak punya pilihan lain untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan sekolah. Jika
kondisi ini berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama akan terbentuk
perilaku yang diharapkan, seperti membuang sampah pada tempatnya,tidak
merokok, makan dengan gizi seimbang, dan lain-lain..
Anak usia sekolah (6 tahun-18 tahun) merupakan kelompok terbanyak
jika dibandingkan dengan kelompok umur lain. Secara teoritis usia merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan seseorang.
Artinya, seiring dengan pertambahan usia seseorang eksplorasi terhadap
lingkungan semakin luas sehingga pemahaman terhadap segala sesuatu juga
meningkat. Selain itu, pada usia remaja keinginan untuk mengenal dan
mengetahui lingkungan sangat besar. Oleh karena itu, seorang pendidik yang
mampu mengelola kondisi ini akan berpeluang besar untuk membentuk perilaku
13
anak didik di bidang kesehatan. Untuk anak-anak sekolah dasar mulai dibentuk
perilaku hidup bersih dan sehat yang dilandasi oleh pemahaman terhadap alasan
yang melatarbelakangi perilaku tersebut. Dengan kata lain, peserta didik
berperilaku tertentu bukan sekedar ikut-ikutan teman-temannya melainkan karena
punya keyakinan bahwa perilaku itu adalah perilaku terbaik baginya. Misalnya
pentingnya gosok gigi setelah makan dan sebelum tidur, memotong kuku jari
tangan dan jari kaki secara rutin, memelihara kebersihan lingkungan, dan
sebagainya.
Sekolah merupakan komunitas yang terorganisasi sehingga
pelaksanaannya lebih mudah. Proses pendidikan akan efektif jika disampaikan
secara terorganisasi dengan baik. Namun, tidak semua kondisi memungkinkan
mengumpulkan banyak orang sekaligus sementara di sekolah telah ada komunitas
yang dari beberapa segi sudah homogen. Oleh karena itu, secara teknis
memberikan pendidikan kesehatan di sekolah sangat menguntungkan jika
dibandingkan dengan pendidikan kesehatan yang lain karena sudah jelas peserta
didiknya dengan jadwal yang sudah pasti sekaligus dengan sikap mental siap
belajar.
Anak sekolah merupakan kelompok yang paling peka menerima
perubahan atau pembaharuan (mudah dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan
kebiasaan hidup sehat. Seperti telah disampaikan di atas bahwa mental anak didik
di sekolah sudah terkondisi untuk siap menerima hal-hal baru. Oleh karena itu,
pelaksanaaan pendidikan kesehatan di sekolah lebih mudah dibandingkan dengan
pemberian pendidikan kesehatan di tempat lain karena kondisi belajar harus
dibuat atau direncanakan.
3. Tujuan Pendidikan Kesehatan di Sekolah
Secara umum pendidikan kesehatan di sekolah mempunyai tujuan jangka
panjang untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarkat, khususnya komunitas
sekolah. Dengan tujuan ini bukan berarti bahwa setelah selesai kegiatan belajar
mengajar dengan materi tentang kesehatan secara otomatis derajat kesehatan
masyarakat/komunitas meningkat. Namun, melalui penyampaian materi-materi
14
tentang kesehatan pada lembaga pendidikan formal ini diharapkan akan tumbuh
generasi baru yang memiliki pengetahuan kesehatan yang baik, memiliki
kesadaran pentingnya pemeliharaan kesehatan, serta berperilaku hidup bersih dan
sehat. Harapan selanjutnya adalah kelompok ini akan menjadi pioner bagi
kelompok lain atau generasi selanjutnya.
Di samping itu, pendidikan kesehatan di sekolah juga bertujuan untuk
mencegah dan memberantas penyakit menular di kalangan masyarakat khususnya
di sekolah. Komunitas selalu menjadi tempat yang sangat baik untuk
berkembangnya penyakit menular sehingga sekolah rawan akan munculnya suatu
penyakit menular bahkan ancaman munculnya kejadian luar biasa (KLB). Hal ini
di dukung oleh letak geografis Indonesia di wilayah tropis yang merupakan surga
bagi virus. Oleh karena itu penting bekal pengetahuan bagi anak didik mengenai
berbagai jenis penyakit menular, penyebab, cara penularan, cara pencegahan, dan
sebagainya. Dengan diberikannya informasi tersebut sedini mungkin diharapkan
peserta didik mampu melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap merebaknya
penyakit menular.
Selain itu, pendidikan kesehatan di sekolah mempunyai tujuan untuk
memperbaiki dan memulihkan kesehatan masyarakat. Pada umumnya kondisi
kesehatan yang tidak baik salah satu penyebabnya adalah karena pengetahuan
tentang kesehatan juga tidak baik. Oleh karena itu, diharapkan dengan pemberian
materi kesehatan di sekolah-sekolah dapat membantu meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku peserta didik yang sesungguhnya juga
anggota masyarakat. Sesuai dengan teori HL Blum bahwa faktor perilaku
mempunyai peranan penting dalam menentukan status kesehatan
masyarakat.(Notoatmojo, 2010 )
4. Kegiatan Pendidikan Kesehatan di Sekolah
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, dilakukan beberapa hal seperti
mengikutsertakan guru, murid, dan orang tua dalam upaya, menanamkan
kebiasaan hidup sehat.Hal ini penting mengingat dengan adanya kerja sama antara
sekolah dan keluarga upaya tersebut terjamin kontinuitasnya. Pembentukan
perilaku atau pembiasaan kalau tidak terus menerus akan sangat sulit terwujud.
15
Misalnya, di sekolah guru mengajari tentang pentingnya mengajari pentingnya
mengkonsumsi sayuran, ternyata di rumah orang tuanya sangat sibuk sehingga
setiap hari mengkonsumsi makanan instan tanpa sayuran. Apabila kondisinya
demikia, perilaku konsumsi sayuran akan sulit terwujud.
Upaya lain dalam pendidikan kesehatan di sekolah adalah memonitor
kesehatan peserta didik untuk mengenal kelainan sedini mungkinya sehingga ada
kesempatan untuk upaya pengobatan atau pencegahan agar tidak menjadi kendala
dalam kehidupannya kelak. Dengan demikian, pendidikan kesehatan di sekolah
tidak hanya penyampaian materi kesehatan semata tetapi juga mengidentifikasi
kasus-kasus kesehatan yang dialami oleh peserta didik.
Kegiatan pendidikan kesehatan di sekolah antara lain melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan sederhana. Oleh karena itu
hampir setiap sekolah memiliki kotak pertolongan pertama pada kecelakaan
(PPPK) dan ruang unit kesehatan sekolah (UKS). Kegiatan ini dimaksudkan agar
kasus kesehatan mendadak dapat segera teratasi. Artinya, jika pertolongan utama
belum dapat diberikan ada bantuan sementara. Dalam rangka mewujudkan upaya
pencegahan penyakit menular, dalam pendidikan kesehatan di institusi dapat juga
dilaksanakan program imunisasi. Untuk kegiatan ini sekolah harus bekerja sama
dengan dinas kesehatan atau pihak-pihak yang berwenang.
Selain itu, dapat juga diselenggarakan pengobatan gigi dan
pencegahannya jadwal pemeriksaan bekerja sama dengan dokter atau perawat
gigi, agar jadwal pemeriksaan gigi setiap enam bulan dapat terselenggara sesuai
jadwal. Di sampingitu upaya pengobatan bagi yang mempunyai masalah dengan
kesehatan gigi. Dengan demikian, masalah kesehatan gigi tidak menjadi kendala
bagi pengembangan potensi yang dimiliki. Upaya perbaikan gizi, menciptakan
kehidupan lingkungan sekolah yang sehat juga merupakan bagian dari pendidikan
kesehatan di sekolah baik melalui kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT)
maupun peningkatan pengetahuan makanan sehat, pola konsumsi sehat.
Dengan demikian, pendidikan kesehatan di sekolah pada prinsipnya
adalah menciptakan sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan
16
kesehatan, dengan 3 kegiatan pokok. Yaitu, menciptakan lingkungan sekolah
yang sehat (healthful school living) yang berarti terciptanya lingkungan fisik yang
bersih dan kondusif untuk belajar dan lingkungan nonfisik atau situasi yang sehat
secara psikologis sehingga peserta didik merasa nyaman dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan
(Health Education) diselenggarakan baik melalui penyampaian materi tentang
kesehatan maupun kegiatan praktik seperti membersihkan lingkungan sekolah,
imunisasi,gosok gigi dan cuci tangan dengan baik dan benar. Pemeliharaan dan
pelayanan kesehatan di sekolah (health services in school) merupakan kegiatan
penanggulangan masalah kesehatan peserta didik oleh sekolah agar tidak
berlanjut. Lebih rinci mengenai upaya pendidikan kesehatan di sekolah adalah
sebagai berikut:
a. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (healthful school living)
1) Lingkungan nonfisik atau suasana mental-sosial di sekolah yang ini sangat
penting bagi peserta didik agardapat mengikuti proses belajar mengajar
dengan baik.mental yang sehat akan selalu optimis memandang masa
depan sehinga dapat menimbulkan motivasi untuk belajar. Sementara
suasana ssosial yang sehat membuat pesertadidik merasa berada di
lingkungan keluarga sehingga peserta didik lebih terbuka jika menghadapi
masalah. Dengan demikian diharapkan masalah yang ada dapat segera
terselesaikan dan tidak menjadi pengganggu dalam kegiatan pendidikan
selanjutnya.
Hubungan komunitas sekolah antara guru, murid, dan karyawan terjalin
harmonis setiap individu menyadari benar posisi, tugas, tanggung jawab,
hak, dan kewajiban masing-masing dan menempatkan diri sesuai dengan
posisi tersebut. Tidak ada individu yang merasa lebih terhormat dari yang
lain,ada suasana saling menghormati, saling dan membutuhkan.
Diharapkan kondisi demikian yang tercipta sehingga sangat kondusif
untuk belajar. Di samping itu, juga menjamin tumbuh kembang anak-anak
yang baik termasuk perilaku hidup sehat.
2) Lingkungan fisik
17
Terdiri dari bangunan sekolah dan lingkungannya yang memenuhi syarat
seperti:
a) Letaknya tidak berdekatan dengan tempat keramaian agar peserta didik
dapat berkonsentrasi pada saat mengikuti kegiatan pendidikan.
b) Konstruksinya kuat dan besarnya memadai (luasnya sebanding dengan
penghuni) untuk keamanan pendidik,peserta didik, serta pihak lain yang
terkait.
c) Tersedia halaman dan kebun sekolah di samping untuk menghijaukan
lingkungan sekolah juga sebagai laboratorium bagi peserta didik untuk
lebih mengenal alam sehingga kegiatan belajar tidak selalu dibatasi oleh
dinding-dinding kelas.
d) Ventilasi dan penerangan memadai agar kebutuhan peserta didik akan
udara segar dapat terpenuhi.
e) Ada saluran pembuangan limbah penting mengingat komunitas sekolah
yang berjam-jam berada di sekolah juga melakukan kegiatan yang
menghasilkan limbah.
f) Tersedia sarana mandi, cuci, kakus (MCK) dan tempat sampah yang
memadai karena peserta didik juga banyak melakukan kegiatan yang
membutuhkan kedua sarana tersebut.
g) Tersedia kantin/warung sekolah, dikelola oleh sekolah agar pemantauan
kesehatan dan kebersihannya dapat dilakukan dengan baik apalagi
dengan makin maraknya penggunaan pewarna dan pemanis sintetik
yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
2. Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan
Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan merupakan faktor yang
sangat penting dalam menciptakan lngkungan kehidupan sekolah yang sehat.
Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah kebersihan individu yang
menyangkut kebersihan kulit, kuku, rambut, telinga, dan hidung.termasuk
kebersihan mulut dan gigi. Di samping itu, juga kebersihan dan kerapian
pakaian agar peserta didik memiliki kebiasaan hidup bersih dan sehat termasuk
18
penggunaan alas kaki. Kebiasaan hidup sehat yang lain tidak merokok,
kebiasaan makan dengan menu seimbang, dan lain-lain.
3. Keamanan Umum Sekolah dan Lingkungannya
Keamanan merupakan faktor penting dalam kegiatan pendidikan karena
proses belajar baru dapat terjadi jika keamanan tercipta. Untuk itu, untuk
keamanan lingkungan sekolah setidaknya ada pagar sekolah agar aktivitas
peserta didik selama berada di sekolah dapat dipantau dengan baik. Gang atau
jalan masuk ke sekolah memadai artinya tidak becek pada musim hujan, dan
tidak berdebu pada saat kemarau agar tidak menjadi penganggu proses belajat
mengajar. Pintu dan jendela yang memadai dalam kuantitas dan kualitas agar
peserta didik dapat mengikuti proses belajar dengan baik. Ada tanda lalu lintas
khusus sebagai pemberitahuan kepada pemakai jalan agar pada jam-jam sibuk
(masuk dan pulang) peserta didik dapat menyeberang dengan tenang dan aman.
Tersedia PPPK untuk memberikan pertolongan awal sebelum pertolongan
utama diberikan ketika terjadi kasus-kasus tertentu.
Pendidikan Kesehatan (Health Education) ditujukan kepada murid-murid
untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab
terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungannya. Diperlukan tahap-tahap
memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, menimbulkan
sikap dan perilaku hidup sehat, dan membentuk kebiasaan hidup sehat.
5. Materi Dasar Pendidikan Kesehatan di Sekolah
a. Personal hygiene dan kebersihan lingkungan.
b. Penceghan dan pemberantasan penyakit menular, dengan PHBS.
c. Penyakit tidak menular (penyebab dan cara penularannya)
d. Gizi (mengenal berbagai macam makanan bergizi, kebersihan makanan,
penyakit akibat kekurangan/kelebihan gizi)
e. Pencegahan keselakaan atau keamanan diri
f. Mengenal fasilitas kesehatan yang profesional
19
a. Pemeliharaan dan Pelayanan Kesehatan di Sekolah (health services in
school)
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala
2) Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan lingkungan
3) Usaha penceghan dan pemberantasan penyakitmenular
4) Usaha perbaikan gizi
5) Usaha kesehatan gigi di sekolah.
6) Mengenal kelainan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
7) Mengirim anak yang memerlukan perawatan khusus ke Puskesmas/RS.
8) Memberikan pertolongan pertama ada kecelakaan & pengobatan ringan.
b. Kemitraan dalam Pendidikan Kesehatan di Sekolah
1) Pend.kesehatan di sekolah merupakan perwujudan partnership dari
berbagai pihak.
2) Pilar utama kemitraan Promkes di sekolah terdiri dari guru, petugas
kesehatan, orang tua murid, dan organisasi yang ada di sekolah tersebut
6. Partisipasi Guru
a. Melaksanakan pendidikan kesehatan kepada murid baik melalui mata ajaran
terstruktur (sesuai kurikulum) maupun yang dirancang khusus dalam rangka
penyuluhan kesehatan, seperti masalah imunisasi, penyakit HIV-AIDS,
narkoba, dsb.
b. Memonitor tumbuh kembang anak didik mealui penimbangan berat badan
rutin atau berkala.
c. Memonitor kemungkinan ada anak dengan kelainan tertentu untuk mendapat
penanganan sedini mungkin.
d. Peran guru dalam promosi kesehatan di sekolah
1) Menanamkan kebiasaan hidup sehat
2) Melaksanakan bimbingan dan pengamatan kesehatan dengan jalan
mengadakan pemeriksaan kuku, ulit, rambut, telinga, gigi, dsb.
3) Membantu petugas kesehatan dalam melaksanakan P3K
4) Melakukan deteksi dini terhadap penyakit yang terjadi dan mengirim ke
puskesmas bila perlu.
20
5) Memberdayakan masyarakat sekolah untuk memelihara dan meningkatkan
kebersihan lingkungan, melakukan pencatatan dan pelaporan tentang
upaya kesehatan yang dilaksanakan dan hasilnya menjadi model/contoh
perilaku hidup sehat bagi siswa.
e. Peran Petugas Kesehatan
1) Secara umum membina dan mengembangkan upaya kesehatan sekolah.
2) Membimbing guru dalam melasanakan UKS
3) Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak dapat dilakukan
oleh guru, seperti imunisasi, pemeriksaan kesehatan, dsb.
4) Turut serta dalam pengawasan lingkungan sekolah yang sehat.
5) Memberikan pelatihaan kepada guru rangka meningkatkan kemampuan
upaya kesehatan.
6) Membantu sekolah dalam mengembangkan materi kesehatan.menjalin
kerja sama dengan pihak lain dalam upaya kesehatan di sekolah.
7) Memberdayakan masyarakat di lingkungan sekolah.
7. Partisipasi Murid
a. Murid merupakan calon penerus generasi bangsa yang masih mudah
menerima, melaksanakan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. dalam mendidik siswa perlu diperhatikan:
1) Lingkungan keluarga
2) Sosial ekonomi keluarga siswa.
3) Tumbuh kembang secara individual
4) Pengalaman khusus siswa
c. Peran Murid
1) Mempraktikan dan membiasakan perilaku hidup sehat.
2) Menjadi penghubung antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam
menjalankan kebiasaan atau perilaku hidup sehat.
3) Menjadi contoh perilaku hidup sehat bagi mayarakat luas.
4) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada kawan-kawan atau murid lain.
5) Mengawasi kebersihan lingkungan sekolah.
6) Menimbang berat dan mengukur tinggi badan secara teratur.
21
8. Peran Orang Tua
a. Ikut serta dalam perencanaan dan penyelenggaraan program promosi
kesehatan di sekolah.
b. Menyesuaikan diri dengan program kesehatan di sekolah untuk mengetahui
apa yang dilaksanakan di sekolah.
9. Komponen Promkes di Sekolah
a. Penerapan Kebijakan Kesehatan (implement healthy polecy)
b. Tersedianya sarana dan prasarana pencegahan dan pengobatan sederhana di
sekolah (provide access preventive and curative health services)
c. Tersedianya lingkungan yang sehat (provide a safety and health
environment)
d. Adanya program penyuluhan kesehatan (provide skill based health
education)
e. Partisipasi orang tua murid dan masyarakat (improved community health
through parent and community participation)
10. Penerapan Kebijakan Kesehatan (implement healthy polecy)
Pimpinan sekolah bersama guru membuat dan melaksanakan kebijakan yang
berkaitan dengan kesehatan untuk menanamkan perilaku hidup sehat. Misalnya:
perilaku terkait dengan personal hyangiene. larangan jajan dan membuang
sampah di sembarang tempat, larangan merokok, larangan membawa benda
tertentu tajam, dsb.
11. Tersedia sarana dan prasarana pencegahan
a. Tersedia tempat cuci tangan
b. Tersedia klinik atau ruang P3K
c. Ada tenaga terlatih
d. Tersedia alat medis sederhana
12. Tersedia lingkungan yang sehat (provide a safety and health environment)
a. Semua ruangan memiliki ventilasi yang memadai
b. Tersedia air bersih
c. Tersedia tempat sampah di setiap kelas
22
d. Tersedia keset
e. Tersedia halaman sekolah/taman bermain
f. Tersedia tempat olah raga
13. Adanya program penyuluhan kesehatan (provide skill based health
education)
Promkes di sekolah bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri
yang memerlukan kemampuan khususnya yang berkaitan dengan
a. Pentignya personal hygiene
b. Pemilihan makanan bergizi
c. Pentingnya aktivitas fisik
d. Bahaya merokok dan narkoba
e. Kesehatan reproduksi
f. Cara mencegah penyakit, dll.
D. RANGKUMAN
Pendidikan kesehatan di sekola adalah program pendidikan dan kesehatan
yang dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku sehat. Promosi kesehatan
melalui komunitas sekolah paling efektif sebagai upaya pengembangan perilaku
hidup sehat. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sehingga
dimungkinkan penanaman pengetahuan untuk munculnya perilaku melalui
peraturan-peraturan. Jika kondisi ini berlangsung dalam kurun waktu yang cukup
lama akan terbentuk perilaku yang diharapkan, seperti membuang sampah pada
tempatnya,tidak merokok, makan dengan gizi seimbang, dan lain-lain..
Anak usia sekolah (6 tahun-18 tahun) merupakan jumlah tertinggi jika
dibandingkan dengan kelompok umur lain. Secara teoritis usia merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan seseorang. anak
didik khususnya di bidang kesehatan. Untuk anak-anak sekolah dasar mulai
dibentuk perilaku hidup bersih dan sehat yang dilandasi oleh pemahaman
terhadap alasan yang melatarbelakangi perilaku tersebut.
Proses pendidikan akan efektif jika disampaikan secara massal namun
tidak semua kondisi memungkinkan mengumpulkan banyak orang sekaligus
sementara di sekolah telah ada komunitas yang dari beberapa segi sudah homogen
23
sehingg sangat menguntungkan dibandingkan dengan pendidikan lain karena
sudah jelas peserta didiknya dengan jadwal yang sudah pasti sekaligus dengan
sikap mental siap belajar.
Anak sekolah merupakan kelompok yang paling peka menerima
perubahan atau pembaharuan. Oleh karena itu, pelaksanaaan pendidikan
kesehatan di sekolah lebih mudah dibandingkan dengan pemberian pendidikan
kesehatan di tempat lain karena kondisi belajar harus dibuat atau direncanakan.
Secara umum pendidikan kesehatan di sekolah mempunyai tujuan jangka
panjang untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarkat, khususnya komunitas
sekolah. Harapan selanjutnya adalah kelompok ini akan menjadi pioner bagi
kelompok lain atau generasi selanjutnya. Di samping itu, pendidikan kesehatan di
sekolah juga bertujuan untuk mencegah dan memberantas penyakit menular di
kalangan masyarakat khususnya di sekolah.
Selain itu, pendidikan kesehatan di sekolah mempunyai tujuan untuk
memperbaiki dan memulihkan kesehatan masyarakat. Diharapkan dengan
pemberian materi kesehatan di sekolah-sekolah dapat membantu meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku peserta didik yang sesungguhnya juga
anggota masyarakat (Notoatmodjo, 2010 )
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, dilakukan beberapa hal seperti
mengikutsertakan guru, murid, dan orang tua dalam upaya, menanamkan
kebiasaan hidup sehat. Upaya lain dalam pendidikan kesehatan di sekolah adalah
memonitor kesehatan murid untuk mengenal kelainan sedini mungkinya
sehingga ada kesempatan untuk upaya pengobatan atau pencegahan agar tidak
menjadi kendala dalam kehidupannya kelak.
Kegiatan pendidikan kesehatan di sekolah yang telah populer adalah
melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan sederhana.
Dalam rangka mewujudkan upaya pencegahan penyakit menular, dalam
pendidikan kesehatan di institusi dapat juga dilaksanakan program imunisasi,
pengobatan gigi dan pencegahannya. Selain itu, upaya perbaikan gizi,
menciptakan kehidupan lingkungan sekolah yang sehat juga merupakan bagian
dari pendidikan kesehatan di sekolah baik melalui kegiatan pemberian makanan
24
tambahan (PMT) maupun peningkatan pengetahuan makanan sehat, pola
konsumsi sehat.
Pada prinsipnya pendidikan kesehatan di sekolah adalah menciptakan
sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatan, dengan 3
kegiatan pokok yaitu, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat atau
terciptanya lingkungan fisik yang bersih dan kondusif untuk belajar dan
lingkungan nonfisik atau situasi yang sehat secara psikologis sehingga peserta
didik merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
E. EVALUASI
1. Jelaskan pengertian pendidikan kesehatan di sekolah!
2. Jelaskan tujuan pendidikan kesehatan di sekolah!
3. Jelaskan efektivitas pendidikan kesehatan di sekolah!
4. Sebutkan 5 upaya pendidikan kesehatan di sekolah!
5. Jelaskan sasaran kegiatan pendidikan kesehatan di sekolah!
6. Sebutkan paling sedikit masing-masing 3 peran orang tua, guru, dan siswa dalam
pendidikan kesehatan di sekolah!
7. Melaksanakan kegiatan pendidikasn kesehatan di sekolah dengan baik dan benar!
25
BAB III
PENDIDIKAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
A. Tujuan Umum: seteleah mengikuti proses belajar peserta didik memahami dan mampu
melaksanakan pendidikan kesehatan di tempat kerja.
B. Tujuan Khusus: setelah menyelesaikan kegiatan belajar peserta didik mampu
1. menjelaskan pengertian pendidikan kesehatan di tempat kerja
2. menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan di tempat kerja
3. menjelaskan efektivitas pendidikan kesehatan di tempat kerja
4. menyebutkan 4 upaya pendidikan kesehatan di tempat kerja
5. menjelaskan sasaran kegiatanpendidikan kesehatan di tempat kerja
6. melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan baik dan benar
C. Materi Pendidikan Kesehatan di Tempat Kerja (PKdTK)
1. Urgensi PKdTK
a. Sejarah Singkat
Menurut Goetsch, 1996 dalam Notoatmodjo, 2010 Pada abad ke -18 Bernardino
Ramazzini membuktikan bahwa penyakit para pekerja tambang disebabkan oleh
penanganan bahan berbahaya yang tidak terkontrol dan gerakan yang tidak lazim dan
tidak alamiah.Beberapa hasil penelitian juga menunjukan kaitan yang erat antara
pekerjaan dan kesehatan pekerja.Kemudian lahir berbagai kebijakan untuk melindungi
pekerja dari bahaya kerja dan akhirnya upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas pekerja yang dikemas dalam disiplin ilmu kesehatan dan keselamatan
kerja atau K-3 (Occupational Health and safety).Perkembangan selanjutnya PKdTK
dikembangkan dan ditujukan agar pekerja mematuhi peraturan perusahaan termasuk
dalam penggunaan alat pelindung kerja.Semakin disadari bahwa produktivitas pekerja
tidak hanya ditentukan oleh desain pekerja tetapi juga oleh perilaku sehat pekerja.
Pekerja adalah mereka yang bekerja dan menerima upah atau imbalan tertentu (SK
Menakerstrans No: KEP/68/IV/2004 pasal 1) sementara yang dimaksud perilaku sehat
26
pekerja adalah perilaku yang mendukung kondisi pekerja agar tetap sehat
misalnyamakan siang tidak selalu mie instan, banyak minum air putih jika bekerja di
ruang AC.
b. Contoh kasus:
Disebuah pabrik garmen setiap hari beberapa pekerja yang pingsan pada pukul
10.00.waktu yang diperlukan untuk istirahat ± 2 jam kondisi ini jelas menggangu
produktivitas perusahaan. Kemudian perusahaan menganggap kasus ini cukup
diselesaikan dengan upaya kuratif. Padahal, inti masalahnya adalah karyawan tidak
terbiasa makan pagi.Sementara, upaya yang selama ini dilakukan hanya upaya kuratif
untuk menyembuhkan gejala sehingga tidak menyelesaikan masalah yang ada.
c. Tujuan.
Perkembangan selanjutnya dari kasus ini adalah munculnya ilmu baru yaitu
promosi atau pendidikan kesehatan ditempat kerja (PKdTK) atau Health promotion in
workplace.Kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan angka penyakit akibat kerja,
menumbuhkan kebiasaan kerja dan gaya hidup sehat, menciptakan lingkungan kerja
yang sehat kondusif dan aman dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan
kerja di mayarakat.
2. Tema Kegiatn
Tingkat I : Pemberian Informasi
Dilakukan berbagai strategi untuk memberikan informasi kesehatan pada pekerja,
misalnya dengan mengadakan pameran, menyediakan leaflet dan lain- lain.Tujuannya
untuk memancing minat atas topik kesehatan tertentu.Perubahan perilaku pada tingkat
ini masih kecil dan lemah karena pemberian informasi tidak mempunyai daya tekan
dalam upaya perubahan perilaku.Artinya, tidak ada sanksi apapun yang dapat dikenakan
kepada seseorang yang telah mendapat informasi kesehatan namun tidak mau
melakukannya. Misalnya: setelah diberi penjelasan tentang bahaya rokok seorang
pekerja tetap merokok tidak dapat dikenai sanksi apapun.
27
Tingkat II : Penjajakan Risiko Kesehatan
Mengidentifikasi masalah kesehatan pada pekerja saat ini dan masa yang akan
datang. Bentuk kegiatanya misalnya pemeriksaan kesehatan secara
rutin/berkala.Biasanya seseorang akan mengalami perubahan perilaku pada saat
mengetahui bahwa dirinya memiliki faktor risiko penyakit tertentu.Oleh karena itu
sangat penting pemberian informasi mengenai faktor risiko terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi. Diharapkan melalui informasi yang jelas dan akurat akan menumbuhkan
kesadaran pentingnya perilaku baru yang harus diperjuangkan. Misalnya,setelah
mengetahui asmanya semakin berat karena perilaku merokoknya, seorang pekerja
termotivasi untuk berhenti merokok.
Tingkat III : Pemberian Resep
Memberitahu pekerja mengenai faktor risiko yang teridentifikasi dan apa yang
harus dilakukan. Memberikan layanan konseling bagi pekerja agar berperilaku sehat
sehubungan dengan faktor risiko yang teridentifikasi.Dalam fase ini informasi yang
diberikan lebih spesifik berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi.Disamaikan
dengan lebih intensif dan seksama dan konselor harus yakin bahwa pekerja memahami
informasi yang disampaikan. Misalnya ada pekerja yang terdiagnosis hipertensi
diberitahu bagaimanacara mengurangi atau menghilangkan faktor risiko tersebut dengan
mengurangi makanan sumber kolesterol dan lebih banyak mennkonsumsi buah dan
sayuran.
.
Tingkat IV :Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Pada fase ini pekerja diminta berperilaku hidup sehat daan perusahaan atau
tempat kerja harus menyediakan fasilitas agar perilaku sehat dapat dipraktikan di
tempat akerja.Yang menjadi masalah adalah kenyataannya meskipun telah disediakan
fasilitas yang memadai, sudah ada peraturan untuk berperilaku sehat namun banyak
pekerja yang tetap berperilaku semaunya sendiri.Secara teoritis mengubah perilaku
memang bukan hal yang mudah.Hal ini terjadi karena perilaku sehari-hari sudah
merupakan kebiasaan yang muncul secara otomatis sehingga untuk mengubahnya perlu
upaya yang maksimal dan motivasi intrinsik dari yang bersangkutan.Oleh karena itu
28
perlu dibuat peraturan atau sistem tertentu untuk mengatur perilaku para karyawan. Hal
ini sesuai dengan pepatah yang berbunyi Don’t change the people but change the
system, artinya jika orangnya sulit diubah perilakunya maka harus dibuat sistem untuk
mengubah perilaku pekerja. Misalnya, Jika teridentifikasi banyak karyawan yang
hipertensi, menu yang disediakan adalah yang rendah kalori, membuat ruangan untuk
perokok untuk menciptakan kawasan bebas asap rokok.
3. Waktu dan Durasi
Secara umum pendidikan kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan kapan saja sesuai
kebutuhan institusi. Pada jam kerja dapat dilakukan dengan memutarkan lagu – lagu
yang dapat mengendurkan urat- urat syaraf diluar jam kerja misalnya pada saat makan
siang diputar kaset tentang kesehatan atau nutrisi. Durasi PKDT dapat diselenggarakan
untuk periode waktu tertentu (one shot) atau terus menerus (on going).
Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat bekerja sama dengan institusi kesehatan untuk
menyampaikan isu-isu mutakhir mengenai penyakit tertentu. Misalnya, mengenai HIV-
AIDS yang sebenarnya dapat dicegah melalui perilaku sehat.Selain hal tersebut, jika
terjadi kasus tertentu diperusahaan juga dapat dijadikan momentum yang tepat untuk
menghadirkan pakar yang dapat mengupas tuntas tentang penyakit tersebut.Misalnya
jika ada karyawan yang meninggal karena kanker lambung dan pekerja tersebut telah
memiliki kebiasaan makan mie instan sejak masih duduk di SMP.
4. Lokasi
Pada prinsipnya pendidikan kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan di luar atau di
dalam ruangan tergantung kebutuhan dan media yang digunakan. Diluar ruangan
misalnya dengan kegiatan outbondDiluar tempat kerja juga dapat dilakukan dengan
rekreasi bersama pekerja, penyuluhan kesehatan kepada para penjaja makanan di sekitar
tempat kerja.Didalam tempat kerja dengan cara merekrut pekerja untuk menjadi kader
kesehatan. Kemudian kepadanya diberikan pelatihan secara khusus selanjutnya diberi
tugas untuk memantau kondisi kesehatan karyawan. Jika ditemukan kasus-kasus
tertentu segera dilaporkan kepada pimpinan untuk dicari solusi terbaik untuk perusahaan
dan karyawan.Selain itu, pemasangan poster dan himbauan berkaitan dengan perilaku
29
hidup bersih dan sehat di lokasi-lokasi strategis di perusahaan juga dapat dikategorikan
pendidikan kesehatan di tempat kerja.
5. Penyelenggara
Perusahaan besar biasanya memiliki divisi khusus yang diberi tangung jawab mengenai
kesehatan kerja para karyawan lengkap dengan dokter perusahaaan.Namun, tidak
sedikit perusahaan yang baru mencari tenaga kesehatan jika ditemukan kasus kesehatan
ada karyawannya. Bahkan sebagian yang lain mengganggap pendidikan kesehatan di
perusahaan dapat merusak citra perusahaan. Misalnya jika paerusahaan memberikan
pendidikan kesehatan mengenai HIV-AIDS bagi karyawannya khawatir di cap sebagai
perusahaan yang bereputasi buruk karena menganggap ada karyawan yang menderita
HIV-AIDS. Dalam hal ini pengetahuan dan komitmen pimpinan menjadi hal yang
sangat penting. Selain itu, penyelenggara dapat mengndang pihak ketiga yang dianggap
ahli, misalnya departement trining , general affair, dsb. Perusahaan juga dapat bekerja
sama dengan LSM yang berperan memfasilitasi program PKDT yang meliputi,
merancang program, menyediakan SDM/narasumber, menyediakan berbagai media
pendidikan kesehatan, hingga melakukan evaluasi.
6. Efektivitas Program PKDT
Seperti kegiatan pendidikan pada umumnya keberhasilan sebuah program pendidikan
kesehatan juga dilakukan dengan pre and post design. Hal ini dipandang tepat dilakukan
karena pendidikan kesehatan di tempat kerja juga merupakan sebuah intervensi yang
keberhasilannya dilakukan dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah
intervensi.Beberapa hasil penelitian mengenai efektivitas PKDT menemukan bahwa
terjadi penurunan yang tajam proporsi pekerja yang mempunyai pengetahuan buruk
mengenai gizi, dari 56,1% (2000) menjadi 14.9% (2003) pekerja yang merokok
menurun dari 44,4% (2000) menjadi 34,7% (2003). Proporsi pekerja yang berperilaku
makan yang sehat meningkat dari 32,2% du tahun 2000 menjadi 47,1% di tahun 2003.
30
7. Manfaat PKD
Implementasi pendidikan kesehatan di tempat kerja memberikan manfaat yang
banyak baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan. Manfaat bagi pekerja antara lain lebih
memahami dan mampu berperilaku sehat, kepuasan kerja meningkat karena menyadari
kepedulian prusahaan, dan menurunkan abstenteism sehingga meningkatkan
produktivitas. Kondisi ini akan meningkatkan loyalitas pekerja terhadap perusahaan dan
pada akhirnya perusahaan juga diuntungkan.
Bagi perusahaan pendidikan kesehatan di tempat kerja sangat bermanfaat seperti
menunjukan kepedulian terhadap karyawan sehingga karyawan lebih loyal kepada
perusahaan atau institusi, angka turn-over rendah sehingga rekrutmen dan pelatihan
untuk karyawan baru juga rendah sehingga meningkatkan produktivitas perusahaan.
Selain itu juga menurunkan biaya kompensasi pengobatan karyawan,menurunkan angka
penyakit akibat kerja, menumbuhkan kebiasaan kerja dan gaya hidup sehat, menciptakan
lingkungan kerja yang sehat kondusif dan aman, memberikan dampak positif terhadap
lingkungan kerja di mayarakat. Pada akhirnya perusahaan mempunyai citra positif dari
masyarakat dan mitra bisnis sehinga maendapatkan kepercayaan baik dari masyarakat
maupun mitra bisnis.
D. Rangkuman
Pendidikan kesehatan di tempat kerja adalah kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan
angka penyakit akibat kerja, menumbuhkan kebiasaan kerja dan gaya hidup sehat,
menciptakan lingkungan kerja yang sehat kondusif dan aman dan memberikan dampak
positif terhadap lingkungan kerja di mayarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui
pemberian informasi, penjajakan risiko kesehatan, pemberian resep, dan menciptakan
lingkungan yang mendukung.
Pendidikan kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan
institusi. Pada jam kerja dapat dilakukan dengan memutarkan lagu – lagu yang dapat
mengendurkan urat- urat syaraf diluar jam kerja misalnya pada saat makan siang diputar
kaset tentang kesehatan atau nutrisi. Durasi PKDT dapat diselenggarakan untuk periode
waktu tertentu (one shot) atau terus menerus (on going).Selain itu PKDT,dapat
dilakukan di luar atau di dalam ruangan tergantung kebutuhan dan media yang
31
digunakan.Perusahaan besar biasanya memiliki divisi khusus yang diberi tangung jawab
mengenai kesehatan kerja para karyawan lengkap dengan dokter perusahaaan.Namun,
tidak sedikit perusahaan yang baru mencari tenaga kesehatan jika ditemukan kasus
kesehatan ada karyawannya.
Efektivitas program pendidikan kesehatan juga dilakukan dengan pre and post design.
Hal ini dipandang tepat dilakukan karena pendidikan kesehatan di tempat kerja juga
merupakan sebuah intervensi yang keberhasilannya dilakukan dengan membandingkan
kondisi sebelum dan sesudah intervensi.
E. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian pendidikan kesehatan di tempat kerja!
2. Jelaskan tujuan pendidikan kesehatan di tempat kerja!
3. Jelaskan efektivitas pendidikan kesehatan di tempat kerja!
4. Sebutkan 4 upaya pendidikan kesehatan di tempat kerja!
5. Jelaskan sasaran kegiatanpendidikan kesehatan di tempat kerja!
6. Buatlah program pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan baik dan benar!
32
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
A. Tujuan Umum: Setelah mengikuti proses belajar peserta didik memahami dan mampu
memberikan pendidikan kesehatan di institusi kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dll).
B. Tujuan Khusus: Setelah menyelesaikan kegiatan belajar peserta didik mampu
1. menjelaskan pengertian pendidikan kesehatan di rumah sakit
2. menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan di rumah sakit
3. menjelaskan sasaran kegiatan pendidikan kesehatan di rumah sakit
4. melaksanakan pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan baik dan benar
C. MateriPROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
1. Prinsip Dasar
Pendidikan kesehataan di rumah sakit sangat penting karena rumah sakit merupakan
salah satu tatanan institusi pelayanan kesehatan.Selain itu, pendidikan kesehatan tidak
hanya diperlukan dalam pelayanan preventif dan promotif saja tetapi juga pada pelayanan
kuratif dan rehabilitatif. Secara konseptual pendidikan kesehatan dimasyarakat sama
dengan pendidikan kesehatan di rumah sakit namun berbeda sasarannya.Sasaran
pendidikan kesehatan di rumah sakit adalah pasien, pengunjung, dan keluarga pasien
yang tidak hanya membutuhkan pengobatan saja tetapi juga informasi, nasehat, dan
petunjuk yang berkaitan dengan sakit yang dialaminya. Pendidikan kesehatan di rumah
sakit khusus ditujukan kepada pasien dan keluarganya agar dapat membantu proses
penyembuhan dan pemulihan pasien yang bersangkutan.
Pendidikan kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan
pengertian /pemahaman pasien dan keluarganya terhadap penyakit yang diderita.Promosi
kesehatan dirumah sakit mempunyai prinsip pemberdayaan pasien dan keluarganya agar
lebih mampu bersikap dan berperilaku preventif promotif dikemudian hari.Promkes di
rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan "proses belajar" kesehatan di rumah sakit
artinya pasien dan keluarganya disamping memperoleh kesembuhan juga memperoleh
pengalaman baru yang berupa nasihat, informasi, berkaitan dengan penyakitnya dan
sebagainya.
33
2. Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
a. Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Bagi Pasien
1) mengembangkan perilaku kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan yang
menyangkut jenis penyakit, gejala, epidemiologi, cara penularan, pencegahan, dan
sebagainya.
2) diharapkan sikap dan perilaku ini mempunyai pengaruh positif seperti
a) mempercepat penyembuhan dan pemulihan.
b) mencegah terulangnya terkena penyakit yang sama.
c) mencegah penularan penyakit.
d) menyebarluaskan pengalaman penyembuhan suatu penyakit.
e) mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan modern.
b. Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Bagi Keluarga
1) membantu mempercepat proses penyembuhan mengingat sebagai lingkungan yang
terdekat diharapkan dapat menciptakan kondisi yang nyaman bagi penderita karena
kesembuhan tidak hanya melalui pengobatan yang diberikan oleh rumah sakit tetapi
juga situasi dan kondisi sekitarnya.
2) tidak menularkan penyakit pada orang lain baik keluarga maupun tetangga. Artinya
dengan meningkatnya pengetahuan tentang pengertian yang benar tentang
penyakitnya, cara penularan, pengobatan yang benar, serta pencegahan penyakit
diharapkan setiap individu yang berdekatan dengan penderita dapat melakukan
tindakan pencegahansehingga tidak tertular penyakit tersebut.
c. Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Bagi Rumah Sakit
1) meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Perlu dipahami oleh rumah sakit
bahwa pasien yang datang ke rumah sakit tidak hanya untuk mencari kesembuhan
tetapi menuntut pelayanan yang "holistik" termasuk pelayanan psikososial.
2) meningkatkan citra rumah sakit, yang akan terwujud jika promosi kesehatan di rumah
sakit diberikan disetiap sudut layanan rumah sakit sehingga masyarakat bisa menilai
bahwa pelayanan rumah sakit sudah baik.
34
3) meningkatkan angka hunian rumah sakit (Board Occupancy Rate)rumah sakit yang
berhasil melaksanakan promosi kesehatan biasanya berhasil menurunkan jangka
waktu kesembuhan pasien (hari rawat). Dampak lebih lanjut dari hal ini pamor rumah
sakit dan biasanya pasien yang ingin dirawat lebih banyak.
3.Sasaran Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
a. Pasien dengan berbagai macam penyakit: akut, kronis, rawat inap, rawat jalan, dan
sebagainya dijadikan dasar untuk menentukan metode dan strategi pendidikan kesehatan
di institusi.
b. Kelompok orang sehat (keluarga pasien dan pengunjung), dipandang penting agar mereka
dapat membantu proses penyembuhan pasien pada saat dirawat dan setelah pulang ke
rumah.
c. Petugas rumah sakit antara lain petugas medis, paramedis, pimpinan, administrasi,
tenaga teknis karenadisamping tugas utama merawat pasien para petugas ini mempunyai
tugas tambahan untuk memberikan penyuluhan kesehatan. Untuk itu, perlu pelatihan baik
mengenai teknis penyelenggaraan promkes maupun substasi atau materi promkes
sebelum memberikan pendidikan kesehatan.
d. Pengelola manajemen RS yang bertanggung jawab atas operasional rumah sakit juga
perlu memahami pentingnya Promkes di RS sehingga akan diperoleh dukungan dalam
bentuk komitmen pimpinan untuk penyelenggaraan Promkes di RS.
4.TempatPromosi Kesehatan di Rumah Sakit
a. Ruang Tunggu
Ruang tunggu tempat berkumpulnya pasian rawat jalan atau keluarga pasien rawat
inap berkumpul sehingga merupakan kesempatan yang baik untuk pelaksanaan promosi
kesehatan karena biasanya pengunjung berkumpul untuk waktu yang relatif
lama.Menunggu merupakan situasi yang sangat membosankan. Untuk mengurangi
kejenuhan akibat menunggu terlalu lama dapat dilakukan penyuluhan kesehatan baik
secara langsung maupun tidak langsung.Pemberian informasi kesehatan dapat membantu
menghilangkan rasa jenuh selama menunggu panggilan.Selain itu, dapat disediakan
leafletyang dibaca dan dibawa pulang.Diharapkan melalui kegiatan ini pengunjung dapat
meningkatkan pengetahuaannya mengenai kesehatan.
35
b. Kamar Periksa
Di kamar periksa merupakan tempat dan kesempatan yang baik untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan, khususnya berkaitan dengan penyakit pasien.Penyampaian pesan
dipandang lebih efektif karena pasien dalam kondisi ingin sembuh (ada kebutuhan ingin
tahu penyakitnya).Untuk menunjang keberhasilan promosi kesehatan sebaiknya ada alat
peraga pada kamar periksa.
c. Ruang Perawatan
Pendidikan kesehatan di ruang perawatan penting karena ditempat ini perawat
mempunyai waktu yang relatif banyak untuk berkomunikasi dengan pasien dibandingkan
dengan petugas kesehatan yang lain.Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan sambil
melakukan tugas perawatan seperti mengukur tekanan darah, mengambil sampel darah,
memberi obat, disampaikan pesan dan anjuran-anjuran yang harus dipatuhi oleh pasien.
5.Materi Promosi Kesehatan di Rumah Sakit meliputi
a. Pesan kesehatan terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Misalnya
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari. Misalnya dengan melakukan
1) makan dengan menu seimbang dan secukupnya.
2) aktivitas fisik yang memadai secara rutin.
3) tidak merokok, minum-minuman keras dan mengkonsumsi narkoba.
4) dapat mengelolah stres.
5) istirahat cukup.
b. Pesan kesehatan terkait dengan pencegahan penyakit terutama penyakit yang sedang
diderita pasien. Jika penyakitnya menular penting disampaikan bagaimana agar yang
bersangkutan tidak menjadi sumber penularan penyakit tersebut bagi orang lain khususnya
keluarganya.Perilaku Pencegahan Penyakit dapat dilakukan dengan mengenali
1) gejala atau tanda-tanda penyakit.
2) penyebab penyakit.
3) cara penularan penyakit.
4) cara pencegahan penyakit.
36
c. Pesan kesehatan terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan.
Perlu ditanamkan bahwa setiap penyakit mempunyai proses penyembuhan yang berbeda-
beda sehingga perlu pengertian dan kesabaran dari pasien dan keluarganya dalam
melakukan perawatan pasien.Misalnya, meminum obat sesuai dengan petunjuk dokter,
kapan harus kontrol dan bertemu dokter, dan bagaimana memelihara kesehatan setelah
sembuh.
5.Metode Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Sebagai institusi kesehatan rumah sakit harus bisa menjadi contoh baik dari bangunan,
lingkungan sekitar, maupun orang-orang yang menjadi bagian dari rumah sakit harus bias
menjadi contoh bagi para pengunjung. Pemberian contoh perlu mengubah kesan rumah
sakit yang menyeramkan seperti identik dengan sakit berat/keras dan kematian menjadi
lingkungan yang lebih ramah, antara lain:
a. bangunan bersih, rapi, bisa digunakan berbagai warna tidak hanya putih (hasil penelitian
mahasiswa UI pasien yang dirawat di ruang berwarna lebih cepat sembuh).
b. kamar mandi bersih dan tidak ada jentik nyamuk, terawat, dan tersedia air bersih yang
memadai.
c. tersedia tempat sampah baik di dalam maupun di luar ruangan.
d. tersedia taman hidup di sekitar rumah sakit.
e. kebersihan, kerapian, dan keramahan petugas rumah sakit.
Selain metode pemberian contoh metode pendidikan kesehatan lain juga dapat digunakan
seperti curah pendapat, diskusi, tanya jawab, ceramah, dll sesuai kebutuhan dan kesempatan.
Namun, lebih tepat digunakan metode konseling karena masalah kesehatan yang ada
biasanya bersifat individual sehingga membutuhkan pendekatan yang berbeda antara
individu yang satu dan yang lainnya.
6. Penggunaan Media
Pemilihan dan penggunaan media yang tepat dalam proses pendidikan akan sangat
mendukung keberhasilan kegiatan karena media merupakan alat bantu untuk menyampaikan
pesan kesehatan kepada pasien dan pengunjung rumah sakit.Beberapa media cetak yang
dapat digunakan antara lain: leaflet, booklet, poster, spanduk. Selain itu, media elektronik
seperti: radio, CD, video, sound systemtertentu dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-
37
pesan kesehatan melalui musik, siraman rohani untuk menghibur, memberi semangat untuk
sembuh, dan memperkuat iman para pasien.
Pemasangan poster tentang kesehatan pada tempat-tempat yang strategis di rumah sakit juga
merupakan media pendidikan kesehatan.
Penyuluhan langsung juga merupakan salah satu bentuk metode pendidikan kesehatan di
rumah sakit.Penyuluhan dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram oleh petugas
khususnya yang mempunyai dibidang promosi kesehatan secara berkala.Penyuluhan dapat
juga dilaksanakan secara langsung oleh paramedis ketika berhadapan dengan pasien.
D. Rangkuman
Pendidikan kesehataan di rumah sakit merupakan salah satu tatanan institusi
pelayanan kesehatan yang tidak hanya diperlukan dalam pelayanan preventif dan promotif
saja tetapi juga pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif.Pendidikan kesehatan di rumah sakit
pada prinsipnya adalah pengembangan pengertian /pemahaman pasien dan keluarganya
terhadap penyakit yang diderita.promosi kesehatan dirumah sakit mempunyai prinsip
pemberdayaan pasien dan keluarganya agar lebih mampu bersikap dan berperilaku preventif
promotif dikemudian hari. promkes di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan "proses
belajar" kesehatan di rumah sakit artinya pasien dan keluarganya disamping memperoleh
kesembuhan juga memperoleh pengalaman baru yang berupa nasIhat, informasi, dan
sebagainya.
Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Bagi Pasien mengembangkan perilaku
kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan yang menyangkut jenis penyakit, gejala,
epidemiologi, cara penularan, pencegahan, dan sebagainya. Selain itu juga diharapkan sikap
dan perilaku ini mempunyai pengaruh positif seperti bersedia ber-PHBS.
Tujuan promosi kesehatan di sumah sakit bagi keluarga membantu mempercepat proses
penyembuhan mengingat sebagai lingkungan yang terdekat diharapkan dapat menciptakan
kondisi yang nyaman bagi penderita karena kesembuhan tidak hanya melalui pengobatan
yang diberikan oleh rumah sakit tetapi juga situasi dan kondisi sekitarnya.Tujuan promosi
kesehatan di rumah sakit bagi rumah sakit meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
Perlu dipahami oleh rumah sakit bahwa pasien yang datang ke rumah sakit tidak hanya untuk
38
mencari kesembuhan tetapi menuntut pelayanan yang "holistik" termasuk pelayanan
psikososial.
Sasaran promosi kesehatan di rumah sakitPasien dengan berbagai macam penyakit,
kelompok orang sehat, petugas rumah sakit, dan pengelola manajemen RS yang bertanggung
jawab atas operasional rumah sakit. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dapat dilakukan di
ruang tunggu, ruang periksa, dan ruang perawatan. Sementara materi pendidkan kesehatan di
rumah sakit antara lain pesan kesehatan terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, dan proses penyembuhan dan pemulihan.
Selain metode pemberian contoh metode pendidikan kesehatan lain juga dapat digunakan
seperti curah pendapat, diskusi, tanya jawab, ceramah, dll. sesuai kebutuhan dan kesempatan.
Namun, lebih tepat digunakan metode konseling karena masalah kesehatan yang ada
biasanya bersifat individual sehingga membutuhkan pendekatan yang berbeda antara
individu yang satu dan yang lainnya. Selain metode, pemilihan dan penggunaan media yang
tepat dalam proses pendidikan akan sangat mendukung keberhasilan kegiatan karena media
merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada pasien dan pengunjung
rumah sakit. Pemasangan poster tentang kesehatan pada tempat-tempat yang strategis di
rumah sakit juga merupakan media pendidikan kesehatan.Penyuluhan langsung juga
merupakan salah satu bentuk metode pendidikan kesehatan di rumah sakit.
E. Evaluasi:
1. Jelaskan pengertian pendidikan kesehatan di rumah sakit!
2. Jelaskan tujuan pendidikan kesehatan di rumah sakit!
3. Sebutkan 5 prinsip dasar pendidikan kesehatan di rumah sakit!
4. Jelaskan sasaran kegiatan pendidikan kesehatan di rumah sakit!
5. Buatlah program pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan baik dan benar!
39
BAB V
PENDIDIKAN KESEHATAN DI MASYARAKAT
A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti proses belajar peserta didik memahami dan mampu
melaksanakan pendidikan kesehatan di masyarakat.
B. Tujuan Khusus : Setelah menyelesaikan kegiatan belajar peserta didik mampu
1. Menjelaskan pengertian pendidikan kesehatan di masyarakat
2. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan di masyarakat
3. Menjelaskanefektivitaspendidikankesehatan di masyarakat
4. Menyebutkan 3upayapendidikankesehatan di masyarakat
5. Menjelaskansasarankegiatankesehatan di masyarakat
6. Menyebutkanperanpetugas/fasilitator, kaderkesehatan,
danpejabatlokalsdalampendidikankesehatan di masyarakat
7. Melaksanakankegiatankesehatan di masyarakatdenganbaikdanbenar
C. Materi Pendidkan Kesehatan Melalui Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat.
1. Pengertian
Pendidikan kesehatan di masyarakat merupakan upaya menyadarkan
masyarakat mengenai pentingnya hidup sehat atau pentingnya perilaku sehat, melalui
peningkatan pengetahuan masyarakat. Melalui kegiatan ini potensi masyarakat
digali dan dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada
pendidikan kesehatan di masyarakat dilakukan bimbingan bagi masyarakat setempat
untuk menemukan sendiri permasalahan yang ada kemudian didiskusikan
pemecahanya sehingga mereka terlibat langsung dalam penemuan dan penyelesaian
masalah tersebut. Tujuan akhir dari kegiatan pendidikan kesehatan di masyarakat
adalah kemandirian masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan khususnya di
bidang kesehatan.
Pendidikan kesehatan di masyarakat pelaksanaanya dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat atau tergantung
permasalahan yang ada pada masyarakat.Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan
kesehatan di masyarakat bervariasi. Artinya berbeda antara masyarakat di satu
wilayah dengan masyarakat di wilayah yang lain. Dibawah ini pendekatan yang biasa
digunakan dalam pendidikan kesehatan di masyarakat (Notoatmodjo, 2010)
40
2. Jenis-jenisPendekatandalamPendidikanKesehatan di Masyarakat
a. PendekatanDirektif
Pendekatan direktif berasumsi bahwa petugas tahu apa yang dibutuhkan
dan apa yang baik untuk masyarakat dan biasanya ditujukan untuk masyarakat
yang belum berkembang. Peran petugas kesehatan lebih dominan karena
prakarsa kegiatan dan sumberdaya yang dibutuhkan berasal dari petugas.Oleh
karena itu, interaksi antara petugas kesehatan dan masyarakat yang lebih
bersifat instruktur dan masyarakat dilihat sebagai objek.
b. Non- direktif
1) Didasarkan pada asumsi bahwa masyarakat sudah tahu kebutuhan dan apa
yang baik untuk mereka sendiri.
2) Petugas hanya menggali dan mengembangknan potensi yang ada pada
masyarakat.
3) Sifat interaksinya adalah interaktif dan masyarakat dilihat sebagai subjek.
c. Kondisi untuk tumbuhnya self- directed action/nondirektif
1) Adanya sejumlah orang yang tidak puas terhadap keadaan dan sepakat
tentang apa sebenarnya yang menjadi dibutuhkan.
2) Menyadari bahwa kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika mereka
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.
3) Memiliki sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. (termasuk pengetahuan, keterampilan, sarana dan kemauan yang
kuat untuk melasanakan keputusan yang telah ditetapkan bersama).
d. Keuntunganpendekatan non- direktif
1) Memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dalam keterbatasan
sumber daya.
2) Membantu perkebangan masyarakat
3) Menumbuhkan rasa kebersamaan(we- feeling)
e. Keterbatasanpendekatan non- direktif
1) Petugas tidak dapat sepenuhnya menetapkan isi dalam proses kegiatan
serta tidak dapat menjamin bahwa hasil akhir akan sesuai dengan
keinginanya.
2) Masyarakat yang sudah biasa dengan pendekatan direktif sulit untuk
terlibat secara aktif dan ikut bertanggung jawab sepenuhnya atas
kebutuhan yang ditetapkan.
41
3. KonsepPiringTerbang
Konsep piring terbang adalah analogi permainan piring terbang untuk
pemberdayaan masyarakat. Artinya pemberian tambahan kekuatan atau bantuan
yang tidak sesuai dapat berakibat fatal atautidak seperti yang diharapkan.
Untuk meningkatkan posisi piring terbang perlu adanya penambahan
kemampuan berputar (dapat dilakukan dari dalam maupun dari luar pada saat yang
tepat dan arah yang sesuai) yang harus diingat adalah bahwa penambahan
perputaran yang terjadi secara tiba–tiba dapat menimbulkan guncangan dan arah
yang tidak sesuai yang dapat menimbulkan kehancuran.
Dengan kata lain situasi dan kondisi masyarakat yang berbeda memerlukan
jenis pendekatan yang berbeda pula. Masyarakat yang udah siap dapat dibina
dengan pendekatan non-direktif sementara masyarakat yang belum siap
membutuhkan pendekatan direktif. Petugas harus memahami bahwa adalah bahwa
tujuan akhirnya adalah tercapainya kemandirian masyarakat yang dapat dicapai
secara betahap.S ebagai gambaran konsep piring terbang adalah sebagai berikut
a. Sesuaidenganhukummekanikapiringan yang
berputarakanbergeraknaikjikamengalamipeningkatandalamkecepatanperputaran
ya danbergerakturunjikakecepatanperputaranberkurang.
b. Potensi masyarakat dapat digambarkan sebagai energi yang ada dalam sebuah
piringan yang berpuutar, dimana kecepatan berputar tiap kelompok berbeda.
c. Perbedaan ini menyebabkan munculnya perbedaaan ketinggian dari tiap piring
terbang.
d. Pada masyarakat yang sudah berkembang energi yang ada sudah dikembangkan
secara optimal sehingga tingkat pengembangnaya lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok lain dalam berkembang.
4. Penetapan PPM
a. Dilandasi pada pemikiran bahwa proses belajar berlangsung secara betahap
yang disesuaikan situasi dan kondisi kelompok sasaran
b. Penetapan gaji menggambarkan proses pendelegasian wewenang dari petugas
kepada kelompok sasaran agara semakin mandiri
c. Keterlibatan sasaran yang pada awalnya lebih banyak pada kegiatan yang
bersifat pelaksanaan secara bertahap ditingkatkan pada kegiatan pemantauan,
perencanaan, dan penilaian.
42
Secara skematis penerapan pendekatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Tahap peran petugas peran masyarakat
Persiapan Petugas
a. Dinamisasi Kelompok + + + + +
b. Advokasi + + + + +
c. Penyiapan Lapangan + + + + +
Persiapan Sosial
a. Pengenalan masyarakat + + + + +
b. Pengenalan masalah + + ++ +
c. Penyadaran + + + + +
Penyusunan rencana + + + + +
Pelaksanaan + + + + +
Monitoring dan evaluasi + + + + +
Perluasan + + + + +
5. KonsepGotongRoyong
Konsep gotong royong erat kaitanya dengan konsep kelompok primer dan
sekunder, artinya konsep gotong royong lebih sesuai untuk kelompok primer
karena mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi lebih secara intensif. Hal ini
penting karena penerapan konsep gotong royong harus mempertimbangkan sifat-
sifat kelompok. Pada masyarakat kota konsep gotong royong dapat diterapkan
dengan cara yang berbeda.
6. Kegiatan PPM SebagaiPengalaman Belajar
Required Outcome Situation (situasi belajar yang diwajibkan )
Adalah kondisi pembelajaran di mana petugas mengharuskan masyarakat
berperilaku tertentu dan jika masyarakat tidak mau melaksanakan dapat
memberikan sanksi atas pelanggaran terhadap instruksinya. Skenario seperti ini
diberlakukan jika ada ancaman terhadap orang banyak seperti wabah dan
bencana. Misalnya, setiap keluarga diwajibkan bebas jentik nyamuk, kemudian
jumantik akan melakukan pemantauan jika ada keluarga yang kedapata nada
jentik pada penampungan airnya diberi sanksi 1 jentik harus bayar Rp10.000,00.
Recomended Outcome Situation (Situasi belajar yang disarankan)
43
Petugas berperan sebagai narasumber dan perilaku tertentu namun tidak ada
sanksi jika perilaku tersebut tidak dilaksanakan. Misalnya pada upaya perbaikan
gizi petugas menyarankan untuk mengkonsumsi menu seimbang.
Self Directed Outcome Situation (Situasibelajar yang ditetapkan sendiri) dalam
kondisi ini, masyarakat sudah mandiri karena status sosial ekonomi dan
pendidikanya yang memadai sehingga dapat menentukan upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan. Misalnya, jika ada keluarga yang
memiliki bayi dan balita diinformasikan bahwa asap rokoks angat berbahaya
bagi tumbuh kembang bayi dan balita. Kemudian kepada orang tuanya yang
merokok, jika ingin bayi dan balitanya bertumbuh dan berkembang dengan baik
orang tua disarankan berhenti merokok.
7. Partisipasi Masyarakat
a. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kemandirian masyarakat yang
dapat dicapai dengan partisipasi masyarakat.
b. Partisipasi mengandung 3 komponen yaitu interaksi, pengambilan keputusan,
dan kesederajatan.
c. Partisipasi juga mengandung konsekuensi berbagi kekuasaan antara yang
mengajak berpartisipasi dan yang diajak berpartisipasi.
d. Dalam pembangunan kesehatan berpartisipasi merupakan proses yang harus
dikembangkan dalam setiap upaya kesehatan. Misalnya dalam program
posyandu.
e. Secara bertahap kualitas partisipasi masyarakat harus selalu ditingkatkan.
8. Peran Serta MasyarakatdalamPublic Health Community (PHC)
Prinsip penting dalam PHC adalah partisipasi masyarakat dengan konsekuensi
tindakan kesehatan yang semula merupakan hakeksklusif profesi kesehatan
dialihteknologikan kepada kader kesehatan sehingga menimbulkan tantangan dari
kelompok profesi kesehatan. Karena jumlah profesi kesehatan tidak sebanding
dengan banyaknya perasalahan kesehatan, kehadiran kader kesehatan dalam PHC
dapat diterima. Partisipasi menadi penting dalam PHC karena upaya kesehatan
primer merupakan kontak pertama dari suatu proses pemecahan masalah
kesehatan. Disamping itu partisipasi mempunyai nilai positif antara lain:
d. Menjembatani kesenjangan antara provider dengan consumer
44
e. Dengan partisipasi potensi setempat dapat digali dan didayagunakan sehingga
proses belajar dapat berlangsung secara efektif, masyarakat menjadi mandiri, dan
tujuan pembangunana kesehatan dapat dicapai.
9. PerandanKedudukan Kader Kesehatan dalam PHC
a. Bentuk konkrit partisipasi masyaraka dalam PHC adalah menjadi kader
kesehatan, yaitu masyarakat terpilih yang diberi keterampilan melalui pelatihan
oleh petugas kesehatan.
b. Kader kesehatan menjadi motor penggerak upaya kesehatan primer secara
preventif, promotif , kuratif dan rehabilitatif.
c. Upaya kesehatan primer yang dikelola oleh kader kesehatan merupakan hal baru
bagi masyarakat sehingga kadang-kadang kurang mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan dari petugas kesehatan untuk
menyakinkan masyarakat agar kader kesehatan ini memiliki kredibilitas di
masyarkat.
d. Dengan kata lain kader kesehatan memerlukan adanya competent credibility.
10. Competent Credibility Kader Kesehatan
a. Competent Credibility diperoleh melalui keterampilan dalam bidang teknik-
teknik sederhana agar dapat memberikan nasehat teknis kepada masyarakat yang
memerlukanya.
b. Melalui keterampilan ini akan dapat mengembangkan citra diri sebagai orang
yang dapat dipercaya (safety credibility) sehingga dapat menjalankan perananaya
sebagai pengelola upaya kesehatan.
c. Kredibilitas dapat dimiliki kader kesehatan jika ada interaksi partnership dan
edukatif antara petugas kesehatan yang profesional dan kader kesehatan.
d. Dengan kredibilitas yang dimiliki upaya kesehatan primer yang dikelola kader
kesehatan akan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
11. Hal PentingBerkaitandengan Kader Kesehatan
a. Kader kesehatan merupakan tugas sosial sehingga harus ada volunteerism
b. Meskipun demikian seorang kader kesehatan tetap memerlukan penghargaan
(reward) baik materi maupun non materi.
45
c. Hingga saat ini belum ada mekanisme pemberian penghargaan untuk kader
sehngga perlu dikembangkan suatu cara agar kader mendapat kepuasan dari
perananya sebagai kader kesehatan.
d. Kepusan ini akan timbul jika kader merasakan bahwa kredibilitasnya meningkat
dengan aktivitasnya sebagai kader.
12. LembagaSwadayaMasyarakat
a. Merupakan wadah dari organisasi yang mau berkontribusi dalam pembangunan
b. Dalam beberapa kegiatan LSM dapat menjadi pionir seperti PKBI dalam kegiatan
KB
c. Dalam kontribusinya mepunyai keunikan terutama kemampuanya menerapkan
pendekatan partisipatif karena sifatnya yang tidak terlalu birokratis sehingga lebih
mudah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.
13. Model- Model PPM
PPM diartikan sebagai bentuk intervensi kepada masyarakat yang diarahkan untuk
peningkatan atau perubahan lembaga masyarakat.( Fred. Cox et al., 1979
dalamNotoatmodjo, 2010).Ada tiga model PPM yaitu:
a. Model A ( Locality Development)
1) Asumsi: Perubahan masyarakat berlangsung secara optimal jika ada
partisipasi masyarakat dalam penetapan tujuan dan pelaksanaan tindakan.
2) Berorientasi pada proses yang nampak dari banyaknya penggunaan metode
dinamika kelompok.
3) Strategi dasar: pencapaian konsensus dan menghindari konflik
4) Peran petugas sebagai enabler yang memberi kesempatan kepada masyarakat
untuk mengalami proses balajar melalui kegiatan pemecahan masalah
5) Orientasiterhaapstrukturkekuasaandiikutsertakansebagaimitradalamusahamen
capaitujuan
b. Model B ( Social Planning)
1) Menekankan aspek teknis dalam penyelesaian masalah melalui perencanaan
yang baik dan rasional, sementara pola partisipsi masyarakat berfariasi
tergantung permasalahanya yang dihadapi.
2) Berorientasi pada penugasan.
46
3) Strategi dasar: menekankan pentingnya pengumpulan data dan analisisnya
sebelum meyusun perencanaan.
4) Peran petugas sebagai ahli (expert) dengan kemampuan teknis untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.
5) Orientasi terhadap struktur kekuasaan diikutsertakan sebagai sponsor dalam
usaha mencapai tujuan.
c. Model C( Social Action)
1) Mempunyaitujuanutamauntuk mengadakan perubahan mendasar pada
lembaga- lembaga kemasyarakatan ( restrukturisasi).
2) Berorientasipadaproses atau penugasan.
3) Strategi dasar banyak memanfaatkan konflik, konfrontasi dan aksi- aksi
langsung.
4) Struktur kekuasaan dijadikan sasaran perubahan.
5) Dalam praktik ketiga model tersebut sering digunakan secara kombinasi
untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam social planning,
sebagai usaha awal social action.
D. RANGKUMAN
Pendidikan kesehatan di masyarakat merupakan upaya menumbuhka nkesadaran
pentingnya hidup sehat atau pentingnya perilaku sehat. Pendidikan kesehatan di
masyarakat dilakukan melalui bimbingan agar menemukan sendiri permasalahan
selanjutnya mencari cara pemecahanya sehingga mereka terlibat langsung dalam
penemuan dan penyelesaian masalah tersebut. Tujuan akhir dari kegiatan pendidikank
esehatan di masyarakat adalah kemandirian masyarakat dalam menyelesaikan
permaalahan khususnya di bidang kesehatan.
Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan di masyarakat bervariasi. Artinyaberbeda
antara masyarakat di satu wilayah dengan masyarakat di wilayah yang lain. Jenis
pendekatan dalam kesehatan di masyarakat antara lain Pendekatan Direktif, Non-
direktif,
1) Pendekatan direktif berasumsi bahwa petugas tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang
baik untuk masyarakat
2) Peran petugas kesehatan lebih dominan karena prakarsa kegiatan dan sumberdaya
yang dibutuhkan berasal dari petugas.
3) Interaksi yang muncul lebih bersifat instruktur dan masyarakat dilihat sebagai objek.
47
4) Didasarkan padaa sumsi bahwa masyarakat sudah tahu kebutuhan dan apa yang baik
untuk mereka sendiri.
5) Petugas hanya menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada masyarakat.
6) Sifat interaksinya adalah interaktif dan masyarakat dilihat sebagai subjek.
Kondisi untuk tumbuhnya self- directed action/nondirektif
1) Adanya sejumlah orang yang tidak puas terhadap keadaan dan sepakat tentang apa
sebenarnya yang dibutuhkan.
2) Menyadari bahwa kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika mereka berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut.
3) Memiliki sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
(termasuk pengetahuan, keterampilan, sarana dan kemauan yang kuat untuk
melasanakan keputusan yang telah ditetapkan bersama).
Peran petugas dalam menumbuhkanSelf- Direction Action (SDA)
1) Menumbuhkan keinginan untuk bertindak melalui diskusi tentang permasalahan yang
dirasakan masyarakat
2) Memberi informasi (pengalaman kelompok lain dalam menghadapi masalah yang
sama)
3) Membantu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha melakukan analsisis
situasi.
4) Menghubungkan masyarakat dengans umber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk
membantu mengatasi permasalahan.
Keuntungan pendekatan non- direktif
1) Memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dalam keterbatasan sumber daya.
2) Membantu perkebangan masyarakat
3) Menumbuhkan rasa kebersamaan(we- feeling)
Keterbatasan pendekatan non- direktif
1) Petugas tidak dapat sepenuhnya menetapkan isi dalam proses kegiatan serta tidak
dapat menjamin bahwa hasil akhir akan sesuai dengan keinginanya.
2) Masyarakat yang sudah biasa dengan pendekatan direktif sulit untuk terlibat secara
aktif dan ikut bertanggung jawab sepenuhnya atas kebutuhan yang ditetapkan.
48
Konsep Piring Terbang
1) Sesuai dengan hokum mekanika piringan yang berputar akan bergerak jika
mengalami peningkatan dalam kecepatan perputaranya dan bergerak turun jika
kecepatan perputaran berkutang.
2) Potensi masyarakat dapat digambarkan sebagai energi yang ada dalam sebuah
piringan yang berputar, dimana kecepatan berputar tiap kelompok berbeda.
3) Perbedaan ini menyebab kanmunculnya perbedaaan ketinggian da itiap piring terbang.
4) Pada masyarakat yang sudah berkembang energi yang ada sudah dikembangkan
secara optimal sehingga tingkat pengembangnya lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok lain dalam berkembang.
E. EVALUASI
1. Jelaskan pengertian pendidikan kesehatan di masyarakat!
2. Jelaskan tujuan pendidikan kesehatan di masyarakat!
3. Jelaskan efektivitas pendidikan kesehatan di masyarakat!
4. Sebutkan 3upaya pendidikan kesehatan di masyarakat!
5. Jelaskan sasaran kegiatan pendidikan kesehatan di masyarakat!
6. Menyebutkan paling sedikitmasing- masing promoter kesehatan, kader kesehatan
tokoh masyarakat/pejabat local dan pejabat local dalam pendidikan kesehatan di
masyarakat!
7. Buatlah rencana kegiatan pendidikan kesehatan di masyarakat dengan baik dan benar
dan praktikan di lingkungan tempat tinggal Anda!
BAB II
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Tujuan Umum: setelah mengikuti proses belajar peserta didik memahami dan
mampu menggunakan metode pendidikan kesehatan dengan tepat.
B. Tujuan Khusus: setelah menyelesaikan kegiatan belajar peserta didik mampu
1. menjelaskan pengertian metode pendidikan kesehatan
2. menyebutkan 5 metode pendidikan kesehatan.
3. menjelaskan perbedaan metode diskusi dengan metode brain storming
4. menjelaskan efektivitas metode ceramah
5. menjelaskan keuntungan metode seminar
6. menyebutkan metode yang tepat digunakan pada pendidikan kesehatan pada
kelompok kecil.
7. memilih/menentukan metode yang tepat dalam pendidikan kesehatan.
C. Metode Pendidikan Kesehatan
Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan pada
masyarakat, kelompok, atau individu, dengan adanya pesan tersebut maka
diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan lebih baik. Diharapkan pengetahuan akan berpengaruh terhadap
perilaku. Artinya, melalui pendidikan diharapkan akan muncul sikap positif sesuai
dengan apa yang diketahuinya selanjutnya terjadi perubahan perilaku sasaran.
Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang pendidik dituntut mampu memilih
metode yang tepat dalam proses pendidikan atau pembelajaran. Untuk itu,
seorang pendidik kesehatan harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
metode-metode mengajar dan mampu menggunakannya secara efektif. Perlu
dipahami bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan karena itu
disarankan sebaiknya penggunaan metode lebih dari satu dalam setiap kegiatan
pendidikan
Penggunaan metode mengajar dalam pendidikan kesehatan biasanya
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, jumlah sasaran, kasus yang
ditemukan. Sebagai contoh, jika pendidikan kesehatan diberikan dengan tujuan
agar peserta didik memiliki perilaku menggosok gigi secara rutin dengan baik dan
benar metode yang tepat adalah demonstrasi dan pembiasaan. Beberapa metode
yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan individual, kelompok, dan
massa (public) antara lain (Notoatmodjo, 2010):
1. Metode Pendidikan kesehatan Individual (Perorangan)
Metode pendidikan kesehatan yang individual digunakan dengan
tujuan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai
tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, membina
seorang ibu yang mulai tertarik dengan program imunisasi karena baru saja
memperoleh atau mendengarkan pendidikan kesehatan. Pendekatan ini
digunakan agar ibu tersebut bersedia mengimunisasikan anaknya secara rutin,
pendekatan dilakukan secara perorangan. Dengan kata lain, metode pendidikan
kesehatan akan dipilih dan dipertimbangkan by case atau sesuai dengan kasus
yang teridentifikasi.
Pendekatan perorangan tidak hanya berarti hanya dilakukan kepada
yang bersangkutan, tetapi juga kepada anggota keluarga yang lain dari
keluarga tersebut untuk memperoleh dukungan. Hal ini penting mengingat
dapat terjadi seorang ibu yang sudah ingin menjadi akseptor KB pada
akhirnya tidak dapat mengikuti Program KB karena suaminya melarang (tidak
mendukung). Demikian juga seorang ibu muda yang akan memberikan
kolostrum kepada bayinya gagal karena ibunya melarang (menyuruh
membuang kolostrum karena dianggap asi jelek/basi).
Dasar digunakannya pendekatan individual ini adalah setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui
dengan tepat serta dapat membantunya metode ini lebih tepat digunakan. Di
samping itu, dengan pendekatan individual dapat dilakukan pendidikan
kesehatan yang lebih intensif sehingga pemahaman masyarakat mengenai
informasi kesehatan benar yang pada akhirnya terjadi perubahan perilaku.
Bentuk pendekatan ini, antara lain.
a. Jenis Metode Pendidikan Individu
1) Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan (Guidance and conceling)
Melalui metode ini ada kontak langsung antara klien dan petugas
secara intensif dalam suasana informal sehingga klien mempunyai
keberanian untuk mengungkapkan permasalahan kesehatan yang
dihadapi.. Dengan demikian dapat dilakukan identifikasi masalah
secara langsung dan selanjutnya dibantu penyelesaiannya. Pada
akhirnya diharapkan ada peningkatan pengetahuan klien yang diikuti
dengan perubahan sikap yang positif sehingga dengan sukarela dan
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku
baru tersebut (mengubah perilaku).
2) Wawancara (Interview)
Metode ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
kesehatan di mana identifikasi masalah digali melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh petugas (penyuluh). Artinya,
wawancara antara petugas kesehatan dan klien dimaksudkan untuk
menggali informasi latar belakang belum munculnya perilaku yang
diharapkan. Misalnya, mengapa seseorang tidak/belum menerima
perubahan (belum bersedia mengimunisasikan anaknya), apakah
perubahan tersebut menarik/penting atau tidak, bagaimana persepsi
seseorang terhadap perubahan yang diharapkan. Di samping itu, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum
maka perlu pendidikan kesehatan yang lebih mendalam lagi.
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Individual
1) Kelebihan Metode Individual
a) dapat menggali akar masalah
b) dapat membina hubungan baik secara personal yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap
petugas kesehatan.
c) dibutuhkan keterampilan/kemampuan komunikasi interpersonal
yang baik dari pendidik kesehatan.
2) Keterbatasan Metode Individual
a) membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai target wilayah.
b) tidak mudah untuk melakukan pendekatan perorangan agar yang
bersangkutan dapat terbuka terhadap masalah yang dihadapi.
2. Metode Pendidikan Kesehatan Kelompok
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan tidak hanya secara individual tetapi
juga secara berkelompok. Dari segi efektivitas dan efisiensi, pendidikan
kesehatan kelompok lebih efektif dan efisien karena dalam waktu singkat
dapat disampaikan informasi kesehatan kepada sejumlah orang. Namun, kalau
mengingat tujuan yang ingin dicapai seperti telah dikemukaan dalam metode
individual setiap metode memiliki nilai efektivitas dan efisiensinya masing-
masing.
Dalam memilih metode pendidikan kesehatan kelompok, harus diingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran
termasuk perubahan perilaku yang diharapkan. Semakin homogen latar
belakang pendidikan peserta didik akan semakin mudah menentukan metode
atau merencanakan pendidikan kesehatan yang akan dilaksanakan. Di
samping itu, besar kecilnya kelompok peserta didik juga akan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan kesehatan yang dilaksanakan. Metode yang
digunakan untuk kelompok besar berbeda dengan metode yang digunakan
pada kelompok kecil. Efektivitas suatu metode tergantung pada besar kecilnya
sasaran. Di bawah ini disajikan metode pendidikan kesehatan untuk kelompok
besar dan metode pendidikan kesehatan untuk kelompok kecil.
a. Kelompok besar
Besar kecilnya sebuah kelompok dilihat dari banyak sedikitnya anggota
kelompok. Kelompok besar adalah sebuah kelompok yang memiliki
jumlah anggota lebih dari 15 orang. Jumlah anggota kelompok ini menjadi
salah satu pertimbangan untuk menentukan metode pendidikan yang akan
digunakan agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh peserta didik.
Beberapa metode pendidikan untuk kelompok besar ini, antara lain:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode pendidikan yang tertua,
artinya sebelum ditemukan metode-metode lain metode ini sudah
digunakan sebagai cara untuk menyampaikan pesan kepada pihak
lain/peserta didik. Metode ceramah adalah cara menyampaikan
pesan/informasi kepada sejumlah orang secara lisan yang bersifat satu
arah. Artinya peran yang dominan ada pada pihak penyampai pesan
sementara penerima pesan hanya mendengarkan.
Metode apapun yang digunakan sebenarnya diawali atau
dikombinasi dengan metode ceramah. Misalnya, seorang pendidik
akan menggunakan metode diskusi tentu tidak mungkin begitu masuk
kelas peserta didik disuruh berdiskusi namun namun harus diawali
dengan pengarahan, pembentukan kelompok diskusi, pembagian
tugas, dan lain-lain. Dalam kegiatan pengarahan, pembentukan
kelompok diskusi, pembagian tugas, dan lain-lain inilah metode
ceramah digunakan. Oleh karena itu, diharapkan setiap pendidik dapat
menjadi penceramah yang baik, dan berikut adalah hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah:
(a). Persiapan
Metode ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materi yang akan diceramahkan. Untuk itu
penceramah harus mempersiapkan diri dengan seperti:
(1). Mempelajari materi dengan baik dan sistematis. Lebih baik
kalau disusun dalam diagram atau skema untuk
memudahkan peserta didik memahami informasi yang
disampaikan.
(2). Mempersiapkan alat-alat bantu pendidikan kesehatan,
misalnya makalah singkat, slide, transparan, soundsystem,
dan sebagainya agar ceramah lebih menarik.
(b). Pelaksanaan
Penggunaan metode ceramah akan berhasil apabila penceramah
tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu
penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
(1). Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh
bersikap ragu-ragu atau gelisah
(2) Suara hendaknya cukup keras dan jelas (dapat didengarkan
oleh seluruh peserta didik namun tidak memekakan telinga)
(3 ) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah
(5) Berdiri di depan (di pertengahan) sebaiknya tidak dan duduk
dapat bergerak sesuai kebutuhan namun tidak berlebihan
(6) Menggunakan alat-alat bantu audio visual aids (AVA)
semaksimal mungkin untuk menghindari verbalisme dan
mempermudah peserta didik memahami informasi yang
disampaikan.
(c) Kelebihan Metode Ceramah
(1) dapat menyampaikan materi yang banyak dalam waktu
singkat kepada sejumlah besar peserta didik
(2) penceramah dapat menguasai seluruh arah pembiaraan
(3) tidak terlalu banyak membutuhkan alat bantu.
(4) ekonomis karena hanya bermodalkan suara
(d) Keterbatasan Metode Ceramah
(1) dapat menimbulkan verbalisme dan salah persepsi
(2) membosankan jika pendidik tidak menguasai teknik
presentasi yang baik.
(3) peserta didik pasif, bertentangan dengan azas kurikulum
berbasis kompetensi.
(4) seringkali perhatian peserta tidak penuh.
b). Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting, dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat. Sebagai metode pendidikan kesehatan, penyampaian
materi harus dikemas sedemikian rupa dan disampaikan benar-
benar oleh ahlinya. Oleh karena itu, kelebihan metode ini adalah
materi disampaikan oleh ahlinya sehingga jika peserta didik
merasa belum jelas akan mendapat penjelasan yang memuaskan.
Sementara, kelemahan metode ini adalah karena dalam seminar
dibutuhkan peran aktif dari peserta didik sehingga dibutuhkan
peserta didik yang mempunyai latar belakang pendidikan yang
memadai.
(1) Kelebihan
(a) Mengaktifkan peserta didik
(b) Dapat memperoleh informasi langsung dari pakar
(c) Memberi kesempatan peserta didik untuk berbicara
dihadapan banyak orang dan menghargai pendapat orang
lain.
(2) Keterbatasan
(a) untuk satu materi perlu mencari beberapa pakar
(b) untuk pelaksanaan yang baik perlu persiapan yang matang
(c) harus ada manajemen waktu yang baik.
1) Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan ini kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok ini antara
lain :
a) Diskusi Kelompok
Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa
sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu
sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.
Pemimpin diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain peserta
harus merasa berada dalam posisi yang sama, sehingga tiap anggota
kelompok mempunyai kebebasan atau keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat. Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi
harus memberikan umpan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan
atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi
yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan
mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang dapat kesempatan
berbicara dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
(1) Kelebihan
(a) memberi kesempatan peserta didik untuk mengemukakan
pendapat
(b.) demokratis dan belajar bekerja sama
(c) Mengembangkan dan menghargai kepemimpinan dalam peer
group.
(2) Keterbatasan
(a) peserta didik mendapat informasi yang terbatas
(b) jika moderator kurang berpengalaman diskusi dapat berlarut-
larut.
(c) dibutuhkan kemampuan berpikir ilmiah
(d) dapat didominasi oleh orang yang suka bicara.
b). Curah pendapat
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada
permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah
dan kemudian tiap peserta wajib memberikan jawaban atau tanggapan
(curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh
siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap
anggota dapat mengomentari, dan akhirya terjadi diskusi.
(1) Kelebihan
(a) Mengaktifkan peserta didik
(b) Memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk
menyampaikan pendapat, ide, dan lain-lain.
(c) Dapat menjadi sarana pembelajaran peer group, artinya teman
sendiri dapat menjadi sumber pengetahuan.
(2) Keterbatasan
(a) dapat dilaksanakan jika peserta didik telah mempunyai bekal
pengetahuan mengenai topik diskusi.
(b) fasilitator dapat terjebak ikut dalam curah pendapat.
(d) jika fasilitator kurang terampil curah pendapat dapat
berkembang keluar topik.
c). Bola salju (snowballing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang)
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih
kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap-tiap pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya
sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
(1) Kelebihan
(a) Mengaktifkan semua peserta didik
(b) Pembahasan dapat meluas dan mendalam seiring pertambahan
anggota kelompok.
(c) Memberi kesempatan peserta didik untuk berbicara dihadapan
banyak orang dan menghargai pendapat orang lain.
(2) Keterbatasan
(a) peserta didik yang tidak menguasai topik akan sulit mengikuti
perkembangan diskusi/kelompok
(b) jika fasilitator tidak terampil, akan sulit mengendalikan arah
pengembangan topik.
(c) harus ada manajemen waktu yang baik.
d). Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak
sama dengan kelompok lain. Setiap kelompok mendiskusikan masalah
tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan
dicari kesimpulannya.
(1) Kelebihan
(a) Semua peserta didik dituntut aktif
(b) Dapat memotivasi kelompok untuk mengembangkan
kreativitasnya dalam mengerjakan tugas dengan berkompetisi
dengan kelompok lain.
(c) Memberi kesempatan peserta didik untuk berbicara dihadapan
banyak orang dan menghargai pendapat orang lain.
(2) Keterbatasan
(a) jika topik berbeda-beda pendidik harus mempunyai wawasan
yang luas untuk setiap topik agar jika ada permasalahan dapat
dipecahkan dengan baik dan benar.
(b) untuk pelaksanaan yang baik perlu persiapan yang matang
(c) harus ada manajemen waktu yang baik.
e). Memainkan peranan (role play)
Metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter
puskesmas, pasien, perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan
anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, bagaimana interaksi atau komunikasi sehari-
hari dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelesaikan masalah
kesehatan.
f). Permainan simulasi (simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara roleplay dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli.
Cara memainkannya sama seperti bermain monopoli atau ular tangga,
dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau
papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber/fasilitator. Sebagai metode pendidikan
kesehatan, cara memainkannya sama artinya, peserta melempar gaco,
kemudian melangkah sesuai angka yang keluar saat dadu dilempar.
Kemudian pemain melangkah sesuai angka tersebut dan berhenti pada
satu titik. Pada saat berhenti melangkah sudah ada perintah/soal yang
harus dijawab. Misalnya gejala demam berdarah yaitu ......dst.
3. Metode Pendidikan Massal
Adalah metode pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan secara massal, misalnya pidata Menteri Kesehtan RI dalam
rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional yang disiarkan melalui televisi
nasional, penyampaian dara melakukan gerakan 3 M melalui televisi, pesan
tentang tanda dan gejala DBD melalui surat kabar nasional dan televisi
nasional, termasuk pesan kesehatan melalui spanduk, baliho dan poster
yang dipajang secara nasional.
D. Rangkuman
Metode mengajar merupakan komponen penting yang harus dikuasai oleh setiap
pendidik karena denggan penggunaan metode yang tepat materi pendidikan akan
optimal tersampaikan kepada peserta didik. Untuk dapat memilih metode
mengajar yang tepat seorang pendidik harus memahami karakteristik dari setiap
metode mengajar.
Pada prinsipnya ada secara garis besar adatiga jenis metode mengajar yaitu
metode mengajar individual, kelompok, dan massal. Metode mengajar misalnya
Bimbingan dan Konseling, Wawancara. Metode mengajar kelompok misalnya
diskusi kelompok, seminar, curah pendapar, dll. Metode pendidikan massal
adalah penyampaian materi kesehatan baik secara lisan maupun tertulis melalui
media massa seperti televisi, radio, dan surat kabar.
E. Evaluasi
1.Jenjelaskan pengertian metode pendidikan kesehatan!
2. Sebutkan 5 metode pendidikan kesehatan!.
3. Jelaskan perbedaan metode diskusi dengan metode brain storming
4. Jelaskan efektivitas metode ceramah dalam pendidikan kesehatan!
5. Jelaskan keuntungan metode seminar!
6. Sebutkan 3 metode yang tepat digunakan pada pendidikan kesehatan pada
kelompok kecil!.
TEKNIK PRESENTASI INTERAKTIF
A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mempelajari materi teknik presentasi interaktif peserta belajar memiliki
pemehaman yang lebih mendalam dan mampu melaksanakan presentasi interakif.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi teknik presentasi interaktif peserta belajar mampu
1. menjelaskan pengertian presentasi interaktif
2. menguraikan kelebihan dan kekurangan presentasi interaktif
3. menjelaskan langkah-langkah presentasi interaktif
4. menguraikan teknik bertanya
5. menguraikan teknik mendengar
6. mempraktikkan teknik presentasi interaktif.
C. URAIAN MATERI
1. Pengetian
Adalah metode untuk melaksanakan proses alih pengetahuan atau penyampaian
pesan dengan pemberian materi/teori secara verbal dari seorang /pengajar
pelatih/penyuluh/presenter di dalam kelas Metode ini akan lebih efektif jika
dilengkapi dengan teknik bertanya dan teknik menjawab yang efektif dan
menggunakan perangkat audiovisual seperti OHP, LCD, Lembar Balik, Slide
Projektor, Video tape dsb. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya
verbalisme atau tahu katanya tidak tahu makna atau bendanya.
2. Kelebihan dan Keterbatasan
a. Kelebihan
1) Jika dirancang dengan baik presentasi interaktif akan memperlihatkan
hasil yang efektif diterapkan gabungan kelompok belajar cepat dan
lambat.
2) Dapat digunakan untuk menyampaikan sejumlah besar informasi dalam
waktu yang relatif singkat.
3) Dapat digunakan untuk kelompok belajar yang jumlahnya cukup besar
dibandingkan dengan kelompok diskusi, curah pendapat, bermain peran,
atau studi kasus.
4) Pelatih dapat mengendalikan pokok bahasan dan metode penyampaian
materi.
b. Keterbatasan
1) Kurang berhasil bila pelatih dan peserta tidak mampu menjaga
konsentrasi dan perhatian secara penuh dan cukup lama.
2) Kontribusi dan keterlibatan peserta akan minimal jika pelatih tidak
mampu menciptakan interaksi yang sehat.
3) Karena penyampaian materi didominasi oleh pelatih maka pemahaman
peserta harus dimonitor melalui pertanyaan umpan balik secara berkala.
4) Dapat terjadi materi yang diberikan terlalu banyak sehingga melebihi
kapasitar memori peserta.
3. Langkah-Langkah Presentasi Interaktif
a. Menentukan tujuan presentasi
1) Menentukan tujuan yang diharapkan dari peserta latih setelah mengikuti
presentasi (kompetensi peserta setelah mengikuti presentasi)
2) menggunakan kata-kata yang spesifik (menjelaskan, menyebutkan,
menghitung, mengukur, menceritakan, menjumlahkan, membuat,
menunjukkan, melakukan dsb) supaya kompetensi dapat diukur pada
akhir presentasi.
3) Pertanyaan berikut dapat membantu menyusun tujuan presentasi
a) Setelah presentasi apa yang kita ingin peserta lakukan? katakan?,
yakini?
b) Presentasi ini dilakukan untuk membujuk, mengilhami,
menginformasikan, meyakinkan, memberi instruksi, menghibur ?
b. Mengecek kembali tujuan presentasi, bila perlu direvisi
1) Pada saat menentukan presentasi tidak hanya menentukan apa yang
dilakukan oleh pendengar, tetapi bayangan mengenai
persepsi/pengetahuan peserta tentang subjek yang dipresentasikan.
Perhatikan homogenitas peserta karena semakin variatif goal yang
berbeda semakin banyak.
2) Merupakan tugas presenter memilah bahan presentasi yang sesuai dengan
peserta.
3) Hampir dalam setiap komunikasi memiliki lebih dari satu tujuan yang
ingin dicapai, bahkan mungkin ada tujuan tersembunyi yang dapat
mengganggu tercapainya tujuan presentasi. Oleh karena, itu harus
mengecek tujuan presentasi.
4) Tujuan tersembunyi kadang-kadang bersifat pribadi, misalnya ingin
dianggap sebagai pembicara yang hebat, ingin memberikan impresi
tertentu pada khalayak.
c. Menciptakan pembuka presentasi yang menarik
1) Kata-kata yang paling didengar oleh audience biasanya adalah kalimat-
kalimat awal sehingga keberhasilan sebuah presentasi dapat diprediksi
dari 2 menit awal presentasi. Artinya jika pada 2 menit pertama kita dapat
menguasai kelas atau mampu menarik perhatian audience maka
presentasi akan berhasil dan sebaliknya.
2) Berikut ini adalah tip untuk menarik minat dan mempertahankan
perhatian selama presentasi
b) ajukan pertanyaan-pertanyaan provokatif yang ada hubungannya
dengan materi yang akan dipresentasikan.
c) gunakan pertanyaan popular yang relevan dengan materi/subjek
d) berikan sentuhan yang menarik minat misalnya pengalaman pribadi
yang ada hubungannya dengan materi presentasi (jangan berlebihan).
e) kaitkan dengan hal-hal yang baru terjadi dan ada relevansinya dengan
subjek.
3) Hal yang harus dihindari
a) menggunakan humor pada situasi dan kondisi yang tidak
memungkinkan dan bukan humoris.
b) menjelaskan arti kata secara leksikal dari materi presentasi
c) menunjukan skema organisasi dan menjelaskan sejarah
departemen/organisasi yang tidak berkaitan dengan substansi
presentasi.
d) tidak hanya membaca tulisan yang ada pada layar/gambar .
d. Menyiapkan isi/materi presentasi
Susun materi sesingkat dan semenarik mungkin dalam bentuk poin-poin dan
dalam satu tampilan maksimal berisi 12 poin (setiap poin didukung oleh data
yang memadai), besar huruf (font) yang digunakan pada setiap slide 28.
e. Hal penting dalam presentasi
1) dilaksanakan setelah kurang lebih 6-8 menit untuk mempertahankan
minat dan perhatian pendengar, dan harus ada relevansinya dengan materi
yang diresentasikan.
2) Beberapa contoh hal yang dapat menigkatkan daya tarik presentasi
a) visual aids yang menarik
b) penggunaan humor yang tepat
c) cerita yang up to date dan sedang diminati
d) pernyataan/ tokoh yang populer.
3) Biasanya untuk kelompok tertentu bumbu yang ditambahkan semakin
efektif jika ditambahkan dengan sex, uang, popularitas, peluang,
kesusahan, kesehatan, keuntungan, cinta, ketakutan,
kemenangan/kesuksesan
f. Menyiapkan visual aid
1) Mengapa menggunakan visual aids? Karena
a) dengan AV orang 43% lebih mudah diyakinkan dibandingkan
daripada tidak memakai AV.
b) Orang bersedia membayar 26% untuk produk/jasa yang sama.
c) Kita dapat menyampaikan cerita yang sama dengan waktu 25-40%
lebih sedikit
2) Jika sebuah gambar setara dengan sejuta kata, berarti satu gambar setara
dengan 8 menit berbicara.
3) Visual aids yang baik dapat menstimulr minat, memperjelas dn
menguatkan yang disampaikan/diucapkan.
4) Visual Aids yang baik yang seperti apa?
5) Tampilan slide (yang terpenting adalah tiga yang pertama)
a) sederhana
b) sederhana
c) sederhana
d) gunakan warna tapi bukan pelangi
e) terjemahkan angka ke bagan
f) minimalkan kata, poin (bukan kalimat lengkap)
g) gunakan gambar, simbol, kartun yang relevan dengan materi
h) hanya ada satu poin penting tiap visualisasi
i) gambar terbaik adalah riil, kedua terbaik adalah gambar dari yang riil.
j) Pilih AV yang nyaman dan yakin digunakan.
k) Biar lampu terang benderang sedapat mungkin tidak dimatikan agar
audiens dapat melihat presenter dengan jelas. Karena AV terbaik
adalah diri presenter yang menguasai materi dan etode dengan baik.
g. Menyiapkan catatan
Catatan di sini dimaksudkan untuk
1) Memastikan tidak ada yang terlupakan
2) Mengingatkan, agar tidak harus nebghafal seluruh bagian
3) Mengoptimalkan penggunaan kata-kata kunci yang telah disiapkan. Oleh
karena itu panduan sebaiknya:
a) diketik supaya mudah dibaca
b) ukuran kertas disesuaikan agar mudah dibaca.
c) terdiri atas 3-5 kata pertama dari tiap poin
d) sketsa/grafik
e) kata-kata kunci.
h. Pastikan memang untuk ”dia/audiens”
Mengecek kembali untuk memastikan bahwa seluruh materi telah sesuai
dengan audiens baik dalam pembuka, isi, penutup, bahasa yang digunakan,
cara penyampaian, termasuk “bumbu” nya, humor, dsb.
i. Latihan – latihan – latihan
Tidak ada yang gratis di dunia ini semua ada imbalannya bahkan untuk
mendaatkan oksigenpun kita harus bernafas. Jadi untuk dapat presentasi juga
harus latihan…latihan …dan latihan … good luck!
4. Tip menyajikan presentasi efektif
Ada sejumlah keterampilan yang dapat membuat suatu presentasi menjadi lebih
menarik dan efektif. Presenter yang kompeten akan menggunakan berbagai
teknik untuk melibatkan peserta, memelihara konsentrasi, dan menghindari gaya
penyajian yang membosankan. Beberapa teknik berikut sering digunakan:
a) Ikuti rencana presentasi dan siapkan catatan khusus yang Anda perlukan
misalnya pengantar presentasi dan sebagainya.
b) Berkomunikasi pada tingkat individu. Banyak peserta yang belum mengenal
istilah, akronim, jargon dan bahasa presentasi yang baru. Sebaiknya presenter
menggunakan bahasa dan istilah yang sudah dikenal serta membina
komunikasi dengan peserta selama peserta.
c) Mempertahanan kontak mata dengan para peserta sehingga peserta dapat
menangkap suasana belajar , memberikan umpan balik, menilai tingkat
pemahaman peserta, menunjukkan perhatian, dan menciptakan suasana yang
positif.
d) Melantangkan suara sehingga mencapai seluruh ruangan dan dapat
menguasai kelas. Atur volume, irama dan intonasi secara variatif untuk
mempertahankan perhatian peserta. Hindarkan intonasi monoton karena
membuat peserta mengantuk dan tidak memperhatikan.
e) Hindarkan pengulangan kebiasaan, kata-kata, ungkapan yang dapat
mengganggu peserta.
f) Perlihatkan antusiasme selama presentasi dengan menunjukkan sikap
semangat, ceria, memperhatikan, menanggapi, dan berinteraksi dengan
peserta.
g) Bergerak bebas dan leluasa sehingga terkesan dekat dengan peserta
(sebaiknya susunan kursi audiens berformasi U)
h) Gunaan AV yang tepat dan dikuasai cara penggunaannya.
i) Ajukakan ertanyaan yang sederhana maupun yang menantang.
j) Berikan umpan balik yang positif keada para peserta (misalnya, terima kasih
atas pendapatnya, pertanyaan yang sangat bagus, dsb.)
k) Sebutkan nama peserta sesering mungkin.
l) Lakukan perpindahan antartopik secara lembut dengan baik yang dapat
dilakukan dengan cara
1) membuat ringkasan yang relevan dengan topik berikutnya.
2) Melontarkan pertanyaan
3) Menghubungkan topik bahasan dengan kegiatan praktik atau tugas
kelompok (studi kasus, bermain peran, dsb.) sebelum pindah ke topik
berikutnya.
m) Berlaku sebagai model ideal bagi suatu peran dalam berpakaian, penampilan,
antusiasme, disiplin, dsb.
5. Teknik bertanya
Bertanya merupakan teknik utama yang tepat guna dalam pelatihan/pendidikan
orang dewasa karena peserta telah memiliki pengalaman hidup dengan
pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat berbagi sesama peserta.
Pertanyaan juga dapat digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan
diskusi. Disarankan seorang presenter memiliki kebiasaan menuliskan
pertanyaan dalam lesson plan. Berikut adalah beberapa teknik bertanya yang
dapat digunakan
a) Teknik bertanya gantung yaitu pertanyaan dibiarkan menggantung sehingga
merangsang pemikiran karena peserta tidak tahu siapa yang akan menjawab,
semua peserta cenderung berpikir.
b) Lemparkan pertanyaan kepada semua peserta tanpa menyebutkan nama
audiens.
c) Tunggu hingga peserta menjawab secara suka rela setelah sekitar 4 menit
tidak ada yang menjawab presenter boleh penunjuk salah satu audiens untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Penting diperhatikan oleh presenter bahwa
audiens perlu diberi kesempatan untuk mencari/memikirkan jawaban dari
pertanyaan yang disampaikan.
Misalnya: “Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?”
d) Teknik bertanya langsung biasanya untuk mendisiplinkan “si pengantuk”
atau “si banyak bicara” dapat juga ditujukan pada si pemalu. Gambaran
pokok pertanyaan langsung
1) Sebut nama seorang peserta yang sedang tidak memperhatikan presentasi
2) Sampaikan pertanyaan. Misalnya:”Pak Aji” (diam) “Mengapa promosi
kesehatan penting bagi masyarakat?”
e) Teknik bertanya kombinasi untuk melibatkan semua peserta agar turut
berpikir dan mencegah kekosongan yang terlalu lama karena tidak
seorangpun yang menjawab. Gambaran pokok
1) Lemparkan pertanyaan
2) Sebutkan nama seorang peserta(dalam 3 hitungan)
Misalnya:”Mengapa pertanyaan harus direncanakan sebelumnya?”
(diam)”Bu Ira?”
f) Teknik bertanya pantul → memantulkan kembali pertanyaan dari peserta
kepada forum karena lebih baik jika peserta menemukan sendiri
jawaban/informasi yang diperlukan dari pada informasi selalu datang dari
presenter/pelatih. Gambaran pokok:
1) Ada pertanyaan dari seorang peserta
2) Fasilitator mengembalikan pertanyaan tersebut kepada forum.
g) Teknik bertanya Retorik → adalah eretanyaan yang sebenarnya tidak
membutuhkan jawaban karena jawabannya sudah diketahui oleh banyak
orang. Pertanyaan diajukan untuk menarik perhatian atau memperbanyak
variasi sehingga peserta tidak bosan.
1. Tips bertanya secara umum
a) Lakukan
1) Sampaikan pertanyaan secara merata pada peserta.
2) Gunakan teknik bertanya langsung pada orang yang nampaknya
kurang memperhatikan presentasi.
b) Gunakan pertanyaan yang mudah pada awal sesi untuk menarik
perhatian dan menghidupkan suasana.
c) Tuliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan secara lengkap
dalam lesson plan
1) Ulangi pertanyaan bila peserta tidak mengerti apa yang
ditanyakan.
2) Kendalikan rasa ingin cepat menjawab pertnyaan yang diajukan.
d) Jangan lakukan
1) bertanya kepada peserta secara berurutan
2) menggunakan pertanyaaan yang terlalu panjang dan kompleks
3) mengajukan pertanyaan dikotomi karena kurang berarti bagi
kegiatan belajar mengajar. Bila terpaksa harus menggunakan
pertanyaan jenis ini lanjutkan pertanyaan yang membutuhkan
penjelasan jawaban sebeumnyai. Jangan menggunakan pertanyaan
ambigu yang menimbulkan perdebatan apalagi jika pelatih tidak
tahu persis jawaban yang benar.
h) Teknik mendengar
Dalam kegiatan presentasi, seorang presenter harus mendengarkan secara
aktif dengan tujuan:
1) Memahami apa yang dikemukakan pembicara karena itu biarkan
pembicara mengatakan semua yang ingin disampaikan, ungkapkan
kembali apa yang dimaksudkan oleh pembicara sehingga tidak terjadi
salah paham.
2) Mendorong peserta untuk berbicara dengan memperlihatkan bahwa
pelatih mendengarkan misalnya mengunakan pesan-pesan nonverbal
seperti senyum tanda setuju, anggukan kepala, dsb. serta kontak mata
dengan pembicara. Dengan demikian, nampak bahwa memberi perhatian
dan menghargai pembicara.
3) Menumbuhkan perilaku mendengar yang baik bagi semua peserta dalam
kelompok misalnya meminta pembicara berbicara lebih keras
i) Umpan balik atau tanggapan
Agar umpan balik yang diberikan dapat menumbuhkan semangat belajar
dan motivasi ada baiknya memperhatikan beberapa tip berikut:
1) Ungkapkan sisi kebaikan dan kekurangan dari jawaban peserta. Analisis
kebaikan jawaban untuk memberikan alasan terhadap “kebaikaan”
tersebut sehingga menumbuhkan motivasi positif bagi peserta. Analisis
kekurangan untuk memberikan alasan spesifik terhadap kekurangan
tersebut.
2) Berikan komentar yang beorientasi kepada jawaban bukan kepada
orangnya.. Misalnya “Terima kasih, jawaban yang cukup baik, bila kita
lihat, masih ada hal lain yang belum masuk yaitu…”
3) Berikan komentar yang spesifik terhadap kekurangan dan beri saran-
saran perbaikan berdasakan teknik atau konsep yang telah dikuasai
peserta.
4) Berlakulah objektif agar tanggapan dapat diterima secara objektif dan
realistik.
5) Ikuti pemberian umpan balik dengan perilaku mendengar yang efektif
agar peserta dapat mengungkapkan persepsi mereka terhadap masalah
belajar karena pada umumnya orang dewasa mempunyai pendapat
tentang bagaimana mereka belajar dan mereka ingin mengembangkan
pendapat ini dalam forum.
6) Sesuaikan tanggapan yang diberikan dengan situasi dan kondisi,
upayakan dapat memenuhi kebutuhan yang berbeda dari setiap peserta.
Misalnya ada peserta yang dapat menerima kritik ada juga peserta yang
tidak dapat menerima kritik.
7) Berikan penguatan untuk perilaku menjawab pertanyaan.
Misalnya,”Terima kasih Bu Ira jawabannya sangat bagus mari kita
diskusikan …” Tidak fokus pada kesalahan jawaban karena akan
mematahkan semangat menjawab pertanyaan dan diskusi menjadi
buntu.
6. Rancang penutup presentasi
a. Penutup presentasi merupakan kesimpulan dan alasan dilaksanakannya
presentasi sehingga merupakan bagian terpenting dalam sebuah presentasi.
b. Penutup juga merupakan kesempatan terakhir bagi untuk menyenangkan dan
memenangkan peserta sehingga kita perlu fokus pada momen ini baru
kembali ke pembahasan seluruh materi. Dengan demikian presentasi akan
terstruktur dengan baik, serta memiliki sasaran dan tujuan yang fokus dan
jelas.
D. Rangkuman
Presentasi interaktif adalah metode untuk melaksanakan proses alih pengetahuan
atau penyampaian pesan dengan pemberian materi/teori secara verbal dari seorang
/pengajar pelatih/penyuluh di dalam kelas Metode ini akan lebih efektif jika
dilengkapi dengan teknik bertanya dan teknik menjawab yang efektif dan
menggunakan perangkat audiovisual seperti OHP, LCD, Lembar Balik, Slide
Projektor, Video tape dsb. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya verbalisme
atau tahu katanya tidak tahu makna atau bendanya.
Langkah-langkah presentasi interaktif antara lain menentukan tujuan presentasi,
mengecek kembali tujuan presentasi, menciptakan pembuka presentasi yang
menarik, menyiapkan isi presentasi, menyiapkan visual aid, slide atau power point,
menyiapkan catatan. Selain itu, untuk sebuah presentasi yang baik dan menarik
seorang presenter harus berlatih sebelum tampil di depan kelas.
Merancang penutup presentasi, penutup presentasi merupakan kesimpulan dan
alasan dilaksanakannya presentasi sehingga merupakan bagian terpenting dalam
sebuah presentasi. Penutup juga merupakan kesempatan terakhir bagi untuk
menyenangkan dan memenangkan peserta sehingga kita perlu fokus pada momen
ini baru kembali ke pembahasan seluruh materi.
E. Latihan Soal:
1. Apakah yang dimaksud presentasi interaktif?
2. Sebutkan langkah-langkah yang diperlukan dalam melaksanakan presentasi
interaktif dan jelaskan secara singkat!
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam penyajian presentasi interaktif!!
4. Jelaskan secara singkat teknik bertanya yang baik saat presentasi
5. Jelaskan apa tujuan dari proses mendengar aktif?
6. Apa manfaat dari umpan balik yang diberikan?
PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN PRESENTASI
(DIGUNAKAN OLEH PESERTA)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
o Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidaqk sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dlaksanakan.
o Mampu : langkah-langkah telah dilaukan dengan benar dan sesuai dengan
urutannya, tetapi penggunaan waktunya belum efisien.
o Mahir : langkah-langkah telah dilakukana dengan benar dan waktunya sangat
efisien.
PESERTA :………………………………… Tanggal Observasi:………………
DAFTAR TILIK KEERAMPILAN PRESENTASI
LANGKAH/KEGIATAN OBSERVASI
1 Menyampaikan pengantar dengan efektif
2 Menyebutkan /menyampaikaan tujuan presentasi
3 Bertanya kepada kelompok
4 Bertanya kepada perorangan
5 Bertanya dalam berbagai jenjang
6 Menggunakan nama peserta
7 Memberikan umpan balik positif
8 Menanggapi pertanyaan peserta
9 Menggunakan catatan pelatih atau bahan rujukan pribadi
10 Selalu melakukan kontak mata dengan peserta
11 Mengatur suara agar dapat didengar oleh seluruh eserta
12 Bergerak secara laluasa di dala ruangan
13 Menggunakan AVA secara efektif
14 Memasukkan humor positif
15 Menyampaikan ringkasan seara efektif
16 Memberi kesempatan untuk aplikasi atau mempraktikkan
bahan presentasi
Melakukan Presentasi Secara Efektif
EVALUASI PELATIHAN
(diisi oleh peserta)
Berikan penilaian menurut pendapat Anda terhadap komponen pelatihan dengan
memakai skala enilaian seperti di bawah ini:
5: sangat setuju 2. tidak setuju
4: setuju 1. sangat tidak setuju
3: tidak ada pendapat
NO
KOMPONEN PELATIHAN NILAI
1 Kuesioner yang diberikan sebelum pelathan membantu saya
belajar lebh efektif
2 Sesi permainan peran dan praktik keterampilan melatih sangat
membantu
3 Waktu yanag disediakan untuk praktik dan bermain peran cukup
memadai
4 Penyajian melalui Audiovisual membaqntu saya memahami
materi/keterampilan
5 Praktik dengan simulator/model membuat saya lebih mudah
untuk melakuan keterampilan lebih
6 Waktu yang disediakan untuk praktik keterampilan dianggap
cukup memadai
7 Saya sekarang lebih percaya diri melakukan pelatihana dan
melatih
8 Saya sekarang lebih percaya diri untuk melakukan pelatihan dan
melatih
9 Teknik pendekatan pelatihan yang digunakan dalam pelatihaan
ini, memudahkan saya untuk mengerti bagaimana cara melatih
10 Pelatihan srlama tiga hari ,
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran . Semarang: IKIP Semarang Press.
Dimyanti, Mudjiono. (2006) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harbardinah, Bagus Widjanarko, Kusyogo Cahyo. 2003. Renval PKM. Semarang:
FKM UNDIP
Gochman, David S (Ed.). 1988. Health Behaviour: Emerging Research Perspectives.
New York: Plenum Press
Iqbal Mubarak, W., Nurul Chayatin, Khoirul Rozikin, Supradi. 2007. Promosi
Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Munib, Achmad. 2005. Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang: UNNES PRESS.
Munir, Baderel. 1997. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dengan Pendekatan
Antropologi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Munir, Baderel. 2001. Dinamika Kelompok. Penerbit: Universitas Sri Wijaya
Notoatmodjo,S. 2010. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Slamet, M. 2005. “Panduan Praktik Pengalaman Program Pembentukan Kemampuan
Mengajar”. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
Slamet, M.. 2008. Panduan Pengajaran Mikro. Yogyakarta: UPPL Universitas
Negeri Yogyakarta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta :
Rineka Cipta.
Syah M. (2008) Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung., PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Undang-undang Republik Indonesia No.20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
KUNCI JAWABAN
EVALUASI PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Evaluasipendidikankesehatanadalahmengidentifikasikeberhasilan, kegagalan, faktor yang
mendorong/memperkuat, faktorpenghambat program yang
selanjutnyahasilnyaakandijadikandasaruntukmenyusun program selanjutnya.
2. Tujuanpendidikankesehatanuntukmengetahuikeberhasilansuatu program
pendidikandanfaktor-faktor yang
mempengaruhinyatermasukuntukmengetahuikesesuaianpelaksanaan program denganrencana.
3. Diagnostikperilakuadalahmengidentifikasiperilaku yang
menjadifaktorrisikomunculnyamasalahkesehatanmelaluipengamatanperilakusecaralangsungat
au data sekunder.
Diagnostikepidemiologiupayamengidentifikasimasalahkesehatanmelaluisurvailans.
Diagnostikadministrasiupayamengidentifikasikelaiklaksanaansuatu program
berdasarkankebijakandanperaturan yang berlaku.
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Metode pendidikan kesehatan adalah cara yang digunakan oleh promotor kesehatan atau
pendidik kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada peserta didik atau
masyarakat.
2. Metode Ceramah, Metode Demonstrasi, Metode Diskusi, Brainstorming, Snowball.
3. Pada metode diskusi peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang selanjutnya
diberi soal atau masalah untuk dipecahkan melalui diskus. Sementara pada metode
brainstorming tanpa pembagian kelompok dikemukakan suatu masalah kemudian setiap
peserta didik diminta memberikan komentar terhadap permasalahan tersebut. Setelah semua
berkomentar kemudian pendapat tersebut dikelompokan dan didiskusikan.
4. Efektivitas Metode Ceramah
a. dapat menyampaikan materi yang banyak dalam waktu
b. singkat kepada sejumlah besar peserta didik
c. penceramah dapat menguasai seluruh arah pembiaraan
d. tidak terlalu banyak membutuhkan alat bantu.
e. ekonomis karena hanya bermodalkan suara
5. Kelebihan Metode Seminar
a. Mengaktifkan peserta didik
b. Dapat memperoleh informasi langsung dari pakar
c. Memberi kesempatan peserta didik untuk berbicara dihadapan banyak orang dan
menghargai pendapat orang lain.
6. Metode diskusi, metode demonstrasi , metode tugas, dan metode tanya jawab.
PEND KES DI MASYARAKAT
1. Pengertianpendidikankesehatan di
masyarakatadalahupayamenyadarkanmasyarakatmengenaipentingnyahidupsehatataupenting
nyaperilakusehat, melaluipeningkatanpengetahuanmasyarakat,
sertamenggalidanmengembangkanpotensimasyarakatuntukmenyelesaikanpermasalahan
yang dihadapi. Tujuanakhirdarikegiatanpendidikankesehatan di
masyarakatadalahkemandirianmasyarakatdalammenyelesaikanpermasalahankhususnya di
bidangkesehatan.
2. Tujuanpendidikankesehatan di
masyarakatuntukmenyadarkanmasyarakatakanadanyamasalahkesehatandanmeyakinkanmas
yarakatbahwamerekamemilikikemampuanuntukmenyelesaikannya.
3. Pendidikankesehatan di
masyarakatsangatefektifkarenamelibatkanmasyarakatsejakidentifikasimasalahhinggapenyele
saianmasalahsehinggamasyarakatmerasamenjadibagiandari program
pendidikantersebutdanmerasaikutbertanggungjawabterhadapkeberhasilan program.
4. Upayapendidikankesehatan di masyarakatantaralainLocality Development, Social Planning,
danSocal Action.
5. Sasarankegiatanpendidikankesehatan di masyarakatyaitumasyarakatumum, kaderkesehatan,
dantokohmasyarakat.
6. Perankader, masyarakatdanpejabatlokaldalampendidikankesehatan di masyarakat
Perankadermenjadi motor penggerakbagimasyarakat agar
mauberpartisipasipadakegiatanpendidikankesehatan di masyarakat.
Peranmasyarakatberpartisipasipadakegiatanpendidikankesehatanmasyarakat.Perantokohmas
yarakatdanpejabatlokaladalahberkontribusidalampengambilankeputusanberkaitandengankeg
iatanpendidikankesehatanmasyarakat.
PEND KES DI SEKOLAH
1. Pendidikankesehatan di sekolahadalah
2. Tujuan pendidikan kesehatan di sekolahuntuk menumbuhkan perilaku sehat dengan
landasan yang kuat yaitu kesadaran sehingga perilaku tersebut akan konsisten, mencegah
dan memberantas penyakit menular di kalangan masyarakat khususnya di sekolah
3. Pendidikan kesehatan di sekolah sangat efektif karena di sekolah telah terkumpul komunitas
yang siap menerima pembaharuan atau informasi baru sehingga pesan-pesan kesehatan yang
disampaikan lebih mudah diterima dibandingkan jika disampaikan kepada kelompok lain.
4. Upaya pendidikan kesehatan di sekolah antar lain menanamkan kebiasaan hidup sehat,
memonitor kesehatan peserta didik, melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan
pengobatan sederhana, pengobatan gigi dan pencegahannya, pemeriksaan gigi bekerja sama
dengan dokter atau perawat gigi, upaya perbaikan gizi melalui PMT.
5. Sasarankegiatanpendidikankesehatan di sekolahyaitu guru, pesertadidik, orang
tuapesertadidik, karyawansekolah.
6. Peran orang tua, guru, dansiswadalampendidikankesehatan di sekolah orang
tuaikutsertadalamperencanaandanpenyelenggaraan program promosikesehatan di
sekolahdanMenyesuaikandiridengan program kesehatan di sekolahuntukmengetahuiapa
yang dilaksanakan di sekolah. Peran guru menanamkankebiasaanhidupsehat,
melaksanakanbimbingandanpengamatankesehatandenganjalanmengadakanpemeriksaan
kuku, ulit, rambut, telinga, gigi,
dsb.Peransiswamempraktikandanmembiasakanperilakuhidupsehat,
menjadicontohperilakuhidupsehatbagimayarakatluas, menimbang berat dan mengukur tinggi
badan secara teratur.
PENDIDIKAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
1. Pendidikankesehatan di
tempatkerjaadalahkegiataninibertujuanuntukmenurunkanangkapenyakitakibatkerja,
menumbuhkankebiasaankerjadangayahidupsehat, menciptakanlingkungankerja yang
sehatkondusifdanamandanmemberikandampakpositifterhadaplingkungankerja di mayarakat.
2. Tujuanpendidikankesehatan di tempatkerjauntukmenurunkanangkapenyakitakibatkerja,
menumbuhkankebiasaankerjadangayahidupsehat, menciptakanlingkungankerjayang
sehatkondusifdanamandanmemberikandampakpositifterhadaplingkungankerja di mayarakat.
3. Berdasarkanhasilpenelitianmengenaiefektivitasmenemukanbahwaterjadipenurunan yang
tajamproporsipekerja yang mempunyaipengetahuanburukmengenaigizi, dari 56,1% (2000)
menjadi 14.9% (2003) pekerja yang merokokmenurundari 44,4% (2000) menjadi 34,7%
(2003). Proporsipekerja yang berperilakumakan yang sehatmeningkatdari 32,2% du tahun
2000 menjadi 47,1% di tahun 2003
4. menyebutkan 5 upayapendidikankesehatan di tempatkerjapemberianInformasi,
penjajakanrisiko, pemberianresep, menciptakanlingkungan yang mendukung,
5. menjelaskansasarankegiatanpendidikankesehatan di
tempatkerjapemilikperusahaan/pemegangsahamdanpejabat structural, karyawan,
keluargakaryawan,pemilikkantin/warung di sekitarperusahaan.
6. melaksanakankegiatanpendidikankesehatan di tempatkerjadenganbaikdanbenar
PENDIDIKAN KESEHATAN DI RS
1. Pendidikankesehatan di rumahsakitpadaprinsipnyaadalahpengembanganpengertian
/pemahamanpasiendankeluarganyaterhadappenyakit yang diderita. promosikesehatan
dirumahsakitmempunyaiprinsippemberdayaanpasiendankeluarganya agar
lebihmampubersikapdanberperilakupreventifpromotifdikemudianhari.
2. Tujuanpendidikankesehatan di
rumahsakityaitumengembangkanperilakukesehatanmelaluipeningkatanpengetahuanmengena
ijenispenyakit, gejala, epidemiologi, carapenularan, pencegahan, membantumempercepat
proses penyembuhan, tidakmenularkanpenyakitpada orang lain
baikkeluargamaupuntetangga, meningkatkankualitaspelayanandancitrarumahsakit
3. Sasarankegiatanpendidikankesehatan di rumahsakitpasiendenganberbagaimacampenyakit:
akut, kronis, rawatinap, rawatjalan, dansebagainya, orang sehat
(keluargapasiendanpengunjung), petugasrumahsakit antara lain petugas medis, paramedis,
pimpinan, administrasi, tenagateknisdi RS, pengelola manajemen RS yang bertanggung
jawab atas operasional rumah sakit dalam bentuk komitmen pimpinan untuk
penyelenggaraan Promkes di RS.
PERENCANAAN PROMKES
1. Perencanaanpromosikesehatanmenyusunkegiatan yang akandilaksanakandengancara-cara
yang sistematisuntukmencapaitujuantertentu
2. Tujuan pembuatan perencanaan promosi kesehatan agar kegiatan promosi dapat berjalan
dengan baik sehingga tujuan tang telah ditetapkan dapat tercapai maksimal.
3. Teknik menyusun perencanaan promosi kesehatan
a. Menentukankebutuhanpromkes
1) Diagnosis masalah
2) Menetapkanprioritasmasalah
b.Mengembangkan komponen promkes
1) Menentukan tujuan
2) Menentukan sasaran
3) Menentukan isi
4) Menentukan metode
5) Menentukan media
6) Menentukan evaluasi
7) Jadwal pelaksanaan.
4. Keuntungan perencanaan promosi kesehatan kegiatan lebih sistematis, sebagai pedoman
bagi promotor kesehatan sehingga kegiatannya terarah, program sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dapat memberdayagunakan SDA dan SDM yang dimiliki daerah setempat
melalui pemberdayaan masyarakat, perogram dapat berjalan dengan baik, benar, dan
lancar.
TEKNIK PRESENTASI INTERAKTIF
1. Presentasiinteraktifadalahmetodeuntukmelaksanakan proses
alihpengetahuanataupenyampaianpesandenganpemberianmateri/teorisecara verbal
dariseorang /pengajarpelatih/penyuluh di dalamkelas.
2. Langkah-langkahpresentasiinteraktifantara lain menentukantujuanpresentasi,
mengecekkembalitujuanpresentasi, menciptakanpembukapresentasi yang menarik,
menyiapkanisipresentasi, menyiapkanvisual aid, slide atau power point, menyiapkancatatan.
Selainitu, untuksebuahpresentasi yang baikdanmenarikseorang presenter
harusberlatihsebelumtampildi depankelas.
3. Yang
perludiperhatikandalampenyajianpresentasiinteraktifyaitumenyiapkanisi/materipresentasi,
menyusunmaterisesingkatdansemenarikmungkindalambentukpoin-
poindandalamsatutampilanmaksimalberisi 12 poin (setiappoindidukungoleh data yang
memadai), besarhuruf (font) yang digunakanpadasetiapslide
28.Dilaksanakansetelahkuranglebih 6-8
menituntukmempertahankanminatdanperhatianpendengar,
danharusadarelevansinyadenganmateri yang diresentasikan.Beberapacontohhal yang
dapatmenigkatkandayatarikpresentasivisual aids yang menarik, penggunaan humor yang
tepat, cerita yang up to datedansedangdiminati, pernyataan/ tokoh yang populer.
4. Teknikbertanya yang
baiksaatpresentasiantaralainmenyampaikanpertanyaansecarameratapadapeserta,
gunakanteknikbertanyalangsungpada orang yang
nampaknyakurangmemperhatikanpresentasi.Gunakanpertanyaan yang
mudahpadaawalsesiuntukmenarikperhatiandanmenghidupkansuasana.
5. Tujuan dari proses mendengar aktif adalah memahamiapa yang
dikemukakanpembicarakarenaitubiarkanpembicaramengatakansemua yang
ingindisampaikan, ungkapkankembaliapa yang
dimaksudkanolehpembicarasehinggatidakterjadisalahpaham.
6. Manfaat dari umpan balik yang diberikan
dapatmenumbuhkansemangatbelajardanmotivasijikadisampaikandengantepat, baik,
danbenar.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik/Pokok Bahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Subtopik/SubPokok Bahasan : Imunisasi
Hari : ……………………….
Tanggal : ……………………….
Waktu : ……………………….
Pertemuan ke : ……………………….
Sasaran : Ibu Bayi dan Balita
Tempat : Balai Desa X
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
(tuliskan tujuan penyuluha/pembelajaran yang bersifat umum)
Misalnya: Setelah mengikuti penyuluhan peserta didik (memahami, mengerti, mengetahui) imunisasi
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
(tuliskan tujuan penyuluhan/pembelajaran yang bersifat khusus dan bisa diukur)
Misalnya: Setelah mengikuti penyuluhan peserta didik dapat
1. menjelaskan pengertian imunisasi
2. menyebutkan 4 macam imunisasi dasar
3. menyebutkan 3 manfaat imunisasi
4. menjelaskan akibat jika bayi tidak diimunisasi
III. POKOK-POKOK MATERI
1. Pengertian imunisasi
2. Macam-macam imunisasi
3. Manfaat imunisasi
4. Akibat jika bayi tidak diimunisasi
IV. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi Interaktif
3. Brain Storming
V. MEDIA
1. Lembar balik, alat peraga, dsb (sesuai kebutuhan dan kemampuan)
2. LCD
3. Slide (font tulisan minimal 28)
a. Slide 1→ Imunisasi (JUDUL)
b. Slide 2→ Pengertian Imunisasi
c. Slide 3→ Macam-macam Imunisasi
d. Slide 4→ Manfaat Imunisasi
e. Slide 5→ Akibat jika bayi tidak diimunisasi
f. Slide 6→ Waktu yang tepat untuk Imunisasi
VI. KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
NO
KEGIATAN
WAKTU PENYULUH AUDIENS
1 Pendahuluan
Memberikam salam
Berdoa
Perkenalan
Menjelaskan maksud dan tujuan
Kontrak waktu
Apersepsi
Menjawab salam
Berdoa bersama
Berkenalan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan/berperan serta
2 menit
2 Materi Inti
Menjelaskan
Diskusi interaktif
Memberi contoh (sesuai dg mtd
yg digunakan)
Menyusun kesimpulan/membuat
rangkuman
Memperhatikan
Menanyakan hal-hal yang belum
dipahami
Memperhatikan&menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
Berperan serta/aktif
6 menit
3 Evaluasi
Mengajukan pertanyaan/soal
secara lisan atau tertulis, memberi
tugas (sesuai dg rencana)
Melaksanakan tugas sesuai perintah
2 menit
Jumlah 10 menit
VII. SUMBER BAHAN
Tuliskan semua sumber bahan/materi perkuliahan/penyuluhan secara lengkap (penulis,
judul buku/artikel, tahun terbit, tempat terbit, dan penerbit). Misalnya
Effendi, Nasrul.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Murwani, Arita. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya
VIII. EVALUASI
Teknik Evaluasi: Lisan atau tertulis
Instrumen Evaluasi : Soal-soal yang digunakan untuk evaluasi
1. Jelaskan pengertian imunisasi!
2. Sebutkan 4 macam imunisasi dasar!
3. Sebutkan 4 manfaat imunisasi!
4. Jelaskan akibat yang diderita oleh bayi yang tidak diimunisasi!
Kunci Jawaban
(tuliskan jawaban yang benar/dikehendaki dari soal-soal pada evaluasi)
1. Imunisasi adalah upaya mengaktifkan imunitas bayi dalam rangka pencegahan penyakit
infeksi melalui pemberian vaksin ke dalam tubuh.
2. Empat macam imunisasi dasar
a. DPT.
b. BCG
c. Polio.
d. Campak.
3. Manfaat Imunisasi
a. DPT→ mencegah penyakit dipteri, pertusis, dan tetanus
b. BCG→ mencegah paenyakit TBC
c. Polio→mencegah penyakit polio
d. Campak→mencegah penyakit campak
4. Akibat yang diderita bayi jika tidak mendapat imunisasi bayi menjadi mudah terserang
penyakit infeksi yang berbahaya bagi tumbuh kembang bayi, karena imunitas masih rendah.
IX. HASIL EVALUASI
(Tuliskan persentase kemampuan peserta didik yang Anda harapkan setelah mengikuti
perkuliahan/penyuluhan).
Misalnya:
1. Pengertian imunisasi mampu dijawab oleh peserta didik dengan tingkat kebenaran 80%
2. Macam-macam imunisasi mampu dijawab oleh peserta didik dengan tingkat kebenaran 80%
3. Manfaat mampu dijawab oleh peserta didik dengan tingkat kebenaran 75%
4. Akibat bagi bayi yang tidak diimunisasi mampu dijawab oleh peserta didik dengan tingkat
kebenaran 65%
Mengetahui Yogyakarta, ...................2013
Dosen Pembimbing Peserta didik/Praktikan
(.........................................) (.....................................................)
NIK/NIP: .......................... NIM: ............................................
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Disiapkanuntukreal teaching)
Prodi/Fakultas : D III Kebidanan/IlmuKesehatan
NamaInstitusi : UniversitasRespati Yogyakarta
Mata Kuliah : IlmuKesehatanMasyarakat
Semester : IV (empat)
Kelas : B.61
Pertemuanke- : 11 (sebelas)
AlokasiWaktu : 50menit
PokokBahasan : Pemberdayaan Kader KesehatanMasyarakat
Sub PokokBahasan : PemberdayaanKesehatanMasyarakat
Faktor yang MempengaruhiIndividu
TipeMasyarakat
StandarKompetensi :
Mata
kuliahinimemberikankemampuankepadamahasiswauntukmemahamidan
mengaplikasikankonsepdasarilmukesehatanmasyarakat.
KompetensiDasar :
Mahasiswadapatmenjelaskanpemberdayaankaderkesehatanmasyarakat.
N
o
Indikator Materipokok
1. Mahasiswadapatmenjelaskanpengertianpemberday
aanmasyarakat
Pemberdayaanmasy
arakat
2. Mahasiswadapatmenjelaskanfaktor yang
mempengaruhiindividu
Faktor yang
mempengaruhimasy
arakat :
a. Perilaku
b. Lingkungan
c. Keturunan
d. PelayananKese
hatan
3. Mahasiswadapatmenyebutkantipemasyarakat Tipemasyarakat :
a. Masyarakatkot
a
2
b. Masyarakatdes
a
Catatan :materiselengkapnyaterlampir
I. TujuanPembelajaran
Padaakhirperkuliahanmahasiswamampu :
1. Menjelaskanpengertianpemberdayaankesehatanmasyarakat
2. Menjelaskanfaktor yang mempengaruhiindividu
3. Menyebutkan2 tipemasyarakat
II. MetodePembelajaran
1. Ceramah
2. Brain storming
3. Tanya Jawab
III. Langkah-LangkahPembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Alokasi
waktu
Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa
KegiatanAwa
l
5 menit a. Mengucapkan salam
b. Memimpindo’a
c. PerkenalandanMenjela
skantujuanpembelajara
n
d. Memberikanmotivasia
wal
e. Melakukan
apersepsidengankasus
dalamkehidupansehari
-hari
a. Menjawab salam
b. Melaksanakando’
abersama
c. Memperhatikanda
nmerespon
d. Memperhatikanda
nmerespon
e. Memperhatikan
dan menanggapi
apersepsi
KegiatanInti
35
menit
a. Menjelaskanpemberda
yaankesehatanmasyara
kat
b. Menjelaskanfaktor
yang
a. Memperhatikand
anmendengarkan
b. Memperhatikand
anmerespon
3
mempengaruhiindivid
u
c. Menyebutkantipeindiv
idu
d. Membagiempatkelomp
okuntukmelakukancur
ahpendapat (brain
storming)
c. Memperhatikand
anmencatat
d. Melaksanakanbr
ain storming
Penutup 10
menit
a. Memberikan
kesempatanuntukberta
nya
b. Mengevaluasimateri
yang telahdisampaikan
c. Menyimpulkanmateri
yang telahdisampaikan
d. Memberikantugasmera
ngkummateripemberda
yaankesehatanmasyara
kat
e. Menunjukkanreferensi
buku yang digunakan
f. Menutup
pembelajarandengan
salam
a. Mengajukan
pertanyaan
tentang hal yang
belum difahami
dan dimengerti
b. Menjawabpertany
aan
c. Mendengarkan
d. Mencaridanmeran
gkumtugas
e. Memperhatikanda
nmencatat
f. Menjawab salam
IV. Alat / Bahan / SumberBahan
1. Power pointtentangpemberdayaankaderkesehatanmasyarakat
2. LCD
3. Laptop
4. White board
5. Spidol
V. Penilaian
1. Jenistagihan : Essay Test
2. Contohpertanyaan :
4
a. Jelaskanpengertianpemberdayaankesehatanmasyarakat!
b. Jelaskanfaktor yang mempengaruhikesehatanindividu!
c. Sebutkan2 tipemasyarakat !
3. KunciJawaban :
a. Proses untukmenumbuhkankesadaran, kemauan,
dankemampuanmasyarakatdalammengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, danmeningkatkankesejahteraan
b. Faktoryang mempengaruhikesehatanindividu, kecuali :
1) Perilaku
2) Keturunan
3) Lingkungan
4) Pelayanankesehatan
c. Duatipemasyarakatyaitu
1) Masyarakatdesadenganciri
a) Askripsi
b) Afektivitas
c) Diffuseness
d) Orientasikolektif
2) Masyarakatkota
a) Heterogen
b) Kolektifdan individual
c) Kekeluargaandankelembagaan
d) Isolasisosialdanmobilitassosial
VI. SumberBelajar
Effendi, Nasrul. 1997. Dasar-DasarKeperawatanKesehatanMasyarakat.
Jakarta: EGC
Meilani, Niken. 2009. KebidananKomunitas. Yogyakarta: Fitramaya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. PromosiKesehatandan IlmuPerilaku.
Jakarta: RinekaCipta
5
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. PromosiKesehatandan IlmuPerilaku.
Jakarta: RinekaCipta
Wrihatnolo, R. 2007. ManajemenPemberdayaan. Jakarta: PT Gramedia
Panduan Pedoman Praktik Mengajar Micro Teaching
Buku Pedoman Praktik Mengajar Program Studi S-1 Kesmas FIKES-UNRIYO
1
PANDUAN
PRAKTIK MENGAJAR BAGI MAHASISWA PEMINATAN PROMKES
PRODI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pendahuluan
Dalam rangka memenuhi kompetensi mahasiswa Program Studi S-1
Kesehatan Masyarakat peminatan Promosi Kesehatan sebagai
pendidik/penyuluh kesehatan khususnya, perlu mendapatkan bekal
kemampuan mengajar (teaching skill) baik secara teoritis maupun praktis.
Melalui mata kuliah Pendidikan Kesehatan di Institusi mahasiswa mendapat
teori belajar-mengajar. Selain itu, secara praktis mahasiswa dibekali dengan
kemampuan mengajar melalui kegiatan microteaching atau pengajaran
mikro.
Pengajaran mikro merupakan pelatihan tahap awal dalam
pembentukan kompetensi mengajar melalui pengaktualisasian kompetensi
dasar mengajar. Pengajaran mikro dilaksanakan melalui praktik mengajar
dengan model peerteaching. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan
kepada mahasiswa berlatih berbicara di depan umum dan menyampaikan
pesan kesehatan.
Pengajaran mikro juga sebagai sarana latihan untuk tampil berani
menghadapi kelas, mengendalikan emosi, ritme pembicaraan dan lain-lain.
Kegiatan ini dilaksanakan setelah mahasiswa mendapatkan teori mengajar
dan teknik presentasi. Mahasiswa juga dibekali dengan keterampilan
Panduan Pedoman Praktik Mengajar Micro Teaching
Buku Pedoman Praktik Mengajar Program Studi S-1 Kesmas FIKES-UNRIYO
2
membuat persiapan mengajar dalam bentuk Satuan Acara Penyuluhan dan
menguasai teknik presentasi dengan baik.
B. Tujuan Praktik Mengajar
1. Tujuan Umum
Pengajaran mikro bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan kompetensi dasar mengajar sebagai bekal praktik
mengajar (real-teaching) di masyarakat/keluarga, di institusi kesehatan,
di tempat kerja, dan di sekolah..
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan kegiatan microteaching mahasiswa
diharapkan mampu :
a. menyusun Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan baik dan benar
b. memiliki keberanian berbicara di muka umum
c. menyampaikan pesan-pesan kesehatan dengan bahasa yang jelas,
baik, dan benar.
d. mengelola kelas dengan baik
e. memiliki rasa percaya diri saat berbicara di depan umum.
f. memiliki motivasi untuk terus meningkatkan pengetahuannya
tentang pendidikan sebagai upaya pengembangan diri.
C. Kegiatan Praktik
Dalam praktik pengajaran mikro setiap mahasiswa wajib:
1. Mengikuti praktik microteaching sesuai jadwal
2. Merencanakan kegiatan praktik sesuai tujuan praktik
Panduan Pedoman Praktik Mengajar Micro Teaching
Buku Pedoman Praktik Mengajar Program Studi S-1 Kesmas FIKES-UNRIYO
3
3. Membuat Satuan Acara Pembelajaran tentang materi yang akan di
sampaikan pada mahasiswa.
4. Merencanakan metode yang akan digunakan sesuai dengan tujuan dan
materi yang akan disampaikan.
5. Membuat rencana evaluasi pada mahasiswa tentang materi yang telah
disampaikan.
D. Strategi Praktik
1. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok setiap kelompok 8-10
orang (dalam praktik satu orang menjadi promotor teman-temannya
menjadi peserta didik).
2. Sebelum praktik mahasiswa memperoleh pembekalan
3. Mahasiswa melaksanakan praktik microteaching sebanyak satu kali
pertemuan, setiap pertemuan diberikan waktu 10-15 menit. Jika belum
memenuhi kompetensi wajib mengulang.
4. Setiap mahasiswa yang akan melaksanakan praktik microteaching
diwajibkan melakukan konsultasi dengan dosen pengampu.
E. Prinsip Penilaian Praktik Microteaching
1. Valid dan reliabel
Penilaian harus memberikan informasi yang sahih dan handal tentang
hasil prestasi belajar mahasiswa. Oleh karena itu, penilaian harus
Panduan Pedoman Praktik Mengajar Micro Teaching
Buku Pedoman Praktik Mengajar Program Studi S-1 Kesmas FIKES-UNRIYO
4
dilakukan oleh orang yang kompeten dan alat ukur yang di gunakan
memberi hasil yang sahih dan handal
2. Mendidik
Penilaian harus mampu mendorong dosen untuk meningkatkan
pembimbingan dan mendorong mahasiswa untuk lebih banyak berlatih.
Hasil penilaian harus dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi
mahasiswa yang berhasil dan sebagai pemicu untuk lebih meningkatkan
latihan bagi yang kurang berhasil.
3. Berorientasi pada kompetensi
Penilaian harus memberi informasi tingkat pencapaian kemampuan
dasar mahasiswa baik dalam hal pengembangan rencana pembelajaran
maupun praktik mengajar dalam pengajaran mikro.
4. Adil
Penilaian harus adil terhadap semua mahasiswa, tidak menguntungkan
atau merugikan salah satu atau sekelompok mahasiswa yang dinilai.
5. Terbuka
Prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan
harus jelas dan terbuka bagi semua pihak.
6. Menyeluruh
Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur
termasuk mengumpulkan berbagai bukti-bukti hasil karya mahasiswa
yang berupa pengembangan silabus dan sistem penilaian, rencana
pembelajaran dan media pembelajaran yang dipergunakan.
Panduan Pedoman Praktik Mengajar Micro Teaching
Buku Pedoman Praktik Mengajar Program Studi S-1 Kesmas FIKES-UNRIYO
5
7. Terpadu
Penilaian prestasi hasil belajar pada pengajaran mikro harus terpadu,
baik dilihat dari komponen yang dinilai maupun penyelenggaraan
penilaian. Dalam penilaian pencapian belajar pada pengajaran mikro
harus diupayakan mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
8. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan hasil prestasi mahasiswa
sebagai hasil kegiatannya. Penilaian mencakup semua kemampuan dasar
dan hasilnya dianalisis untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai.
9. Bermakna
Penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat dan
dapat ditindaklanjuti baik oleh mahasiswa maupun dosen.
F. Tempat Praktik
Ruang Microteaching Universitas Respati Yogyakarta
G. Jumlah Mahasiswa
Peserta 8-12 mahasiswa per pertemuan
H. Waktu
Praktik pengajaran microteaching dilaksanakan oleh mahasiswa setelah
memiliki kemampuan menyusun SAP dengan benar.
Panduan Pedoman Praktik Mengajar Micro Teaching
Buku Pedoman Praktik Mengajar Program Studi S-1 Kesmas FIKES-UNRIYO
6
I. Evaluasi Praktik
1. Dilaksanakan sesui jadwal atau kesepakatan antara dosen dan
mahasiswa secara langsung oleh pembimbing/dosen pengampu mata
kuliah.
2. Dilaksanakan dengan responsi
3. Lembar Observasi.
Panduan Pedoman Praktik Mengajar Micro Teaching
Buku Pedoman Praktik Mengajar Program Studi S-1 Kesmas FIKES-UNRIYO
7
TATA TERTIB PRAKTIK MENGAJAR
UMUM:
Setiap mahasiswa :
1. Jujur dalam seluruh kegiatan praktik mengajar
2. Wajib mentaati segala peraturan yang ditetapkan oleh Institusi pendidikan
maupun tempat praktik
3. Wajib memegang teguh sopan santun / tata karma.
4. Berpakaian yang sopan dan sesuai peraturan praktik dan tidak memakai
perhiasan serta ber-make-up yang tidak berlebihan.
KHUSUS:
Setiap mahasiswa:
1. Datang 15 menit sebelum praktik dimulai
2. Mengikuti semua kegiatan praktik tanpa kecuali
3. Menandatangani daftar hadir yang telah disiapkan
4. Bagi mahasiswa yang tidak bisa mengikuti praktik mengajar harus ada bukti
surat izin dan wajib mengulang praktik mengajar.
5. Tidak mengubah jadwal praktik.
6. Menyerahkan SAP 3 hari sebelumnya kepada dosen pengampu.
7. Mengenakan pakaian seragam kelas atau yang telah ditentukan.
Lampiran.4.
Contoh format PenilaianMicroteaching
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
Jl. LaksdaAdisucipto KM 6,3Depok, Sleman Yogyakarta telp.(0274) 489780, 488781 Fax(0274)489780
Nama :
NIM :
Hari/tanggal :
Mata kuliah :
ASPEK YANG DIOBSERVASI NILAI
NILAI X BOBOT JUMLAH 1 2 3 4
A. SatuanPerkuliahan 1. RumusanTujuanIntruksionalUmum 2. RumusanInstruksionalKhusus 3. Perkenalan 4. Menjelaskan maksud dan Tujuan 5. Kontrak Waktu 6. Apersepsi
B. Kegiatan Inti 7. Penyajian
Menjelaskan TeknikBertanya TeknikMenjawab Memberiumpanbalik MemberiPenguatan/Motivasi Interaksidenganaudiens Variasigerak VariasiSuara Penggunaan media danmetode Merangkum Penguasaanmateri
8. Penutup RancanganEvaluasi PelaksanaanEvaluasi Penugasan
C. PenampilanUmum
D. PengendalianWaktu
NILAI AKHIR = (A) + (B) + (C) + (D)
100
Standar lulus nilai minimal B
Keterangan:
A = 3.51-4.00
B = 2.76-3.50
C = 2.00-2.75
D = 0.00-1.99
top related