2008-2-00442-mtif bab 2
Post on 27-Feb-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
1/29
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Persediaan (Stok)
Persediaan adalah stok yang akan digunakan pada masa yang akan datang
(Bronson et al., 1997, p259).
Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakitan,
dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu (Elsayed,
1994, p. 63).
Berikut ini adalah beberapa definisi lain dari persediaan:
1. Persediaan adalah sejumlah komoditas dari sebuah perusahaan yang disimpan
untuk beberapa waktu untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang (Daniel
SipperdanRobert L. Bulfin, JR., p. 206).
2.
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi (Sofjan Asauri, 1993, p. 176).
3. Persediaan adalah stok yang akan digunakan pada masa yang akan datang
(Bronson et al., 1997, p259).
4. Persediaan adalah barang atau secara umum dapat diartikan sebagai sumber daya
yang sedang tidak dipakai, yang memiliki nilai ekonomis (Spencer B. Smith,
1989, p. 108).
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
2/29
8
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang
memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus diisi.
Sistem persediaan memegang peranan penting, dimana untuk mengetahui transaksi
keluar masuknya barang, serta meneliti persediaan yang ada. Dengan adanya sistem
persediaan, diharapkan tidak ada barang yang tersimpan terlalu lama di dalam gudang,
atau pembelian material yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Persediaan sendiri besarnya meliputi 1/3 dari total investasi, dan dikategorikan
sebagai modal kerja yang berbentuk barang. Dalam perusahaan, banyak divisi
perusahaan yang terlibat, diantaranya adalah divisi finansial, produksi, purchasing, dan
marketing, dan masing-masing divisi memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai
persediaan :
- Divisi finansial menginginkan jumlah persediaan yang sedikit untuk menghemat
holding cost.
- Divisi produksi menginginkan biaya produksi serendah mungkin, dan produksi
sebuah jenis barang secara besar-besaran untuk menghemat waktu.
- Divisi purchasing menginginkan pembelian dalam jumlah besar untuk
mendapatkan potongan harga.
- Divisi marketing menginginkan stok barang jadi dalam jumlah banyak untuk
menghindari stockout. Stockout biasanya muncul pada persediaan yang mahal
dan holding costtinggi (misalnya : dealer mobil).
Karena itulah dibutuhkan sistem persediaan untuk dapat menjembatani keinginan
dan kebutuhan yang berbeda-beda tersebut.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
3/29
9
Dalam masalah persediaan atau stok, ada terkait beberapa macam biaya sebagai
berikut:
-
Purchasing cost: biaya yang timbul akibat pembelian barang. Biaya ini
dipengaruhi oleh besarnya jumlah barang yang dipesan dan juga harga satuan
dari barang yang dipesan.
- Ordering cost: biaya yang dikeluarkan untuk membawa barang dari luar ke
dalam perusahaan. Biaya ini meliputi beberapa biaya, yaitu biaya untuk
menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya
pengangkutan, biaya penerimaan dan lain sebagainya. Biaya ini diasumsikan
konstan untuk setiap kali pesan.
- Holding cost: biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penyimpanan barang.
Ada beberapa macam biaya yang termasuk di dalam holding costini, yaitu biaya
memiliki persediaan (modal), biaya gedung (biaya ini merupakan biaya sewa
gedung jika perusahaan tidak memiliki ruang gudang sendiri atau merupakan
nilai depresiasi jika perusahaan memiliki gudang sendiri), biaya asuransi, biaya
kerusakan dan penyusutan (jika barang disimpan pasti akan mengalami
kerusakan maupun penyusutan), bunga, upah buruh, biaya administrasi dan
pemindahan.
- Set-up cost : biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses produksi untuk
membuat suatu pesanan, atau biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian pada saat bahan/barang diproses. Secara prinsip, set-up costadalah
order costpada saat bahan telah/sedang diproses. Pada banyak kasus, set-up cost
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
4/29
10
sangat berkorelasi dengan set-up time (set-up time dapat dieliminasi dengan
inovasi mesin dan perbaikan standard bahan baku).
-
Biaya kekurangan persediaan: biaya ini muncul jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kebutuhannya untuk melakukan produksi maupun untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Dalam hal ini peusahaan akan kehilangan kesempatan
untuk dapat memproduksi barang maupun untuk mendapatkan keuntungan dari
penjualan barang kepada konsumen. Ada beberapa faktor untuk biaya
kekurangan persediaan ini, yaitu kuantitas yang tidak dapat terpenuhi, waktu
pemenuhan, dan biaya pengadaan darurat.
2.2 Alasan Memiliki Persediaan
Alasan diadakannya persediaan berkaitan dengan pelayanan terhadap konsumen
sekaligus meminimalkan biaya-biaya yang diakibatkan apabila tidak memiliki
persediaan. Kegunaan dari sistem persediaan antara lain :
- Memenuhi permintaan tepat pada waktunya.
- Penyelarasan antara produksi dan distribusi.
- Meningkatkan fleksibilitas produksi dan menjaga mesin agar tetap bekerja.
- Produksi terus berjalan dengan adanya persediaan bahan mentah.
- Mendapat kepastian tersedianya barang.
-
Antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi.
- Meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan.
- Mengurangi biaya transportasi.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
5/29
11
- Mengantisipasi aksi pemogokan kerja buruh, bencana alam, dan keterlambatan
pengiriman.
-
Pemanfaatan potongan harga bila melakukan pemesanan dalam jumlah banyak
(quantity discount). Quantity discount seringkali diberikan oleh penjual kepada
pembeli jika membeli dalam jumlah tertentu yang cukup besar. Pesanan
pembelian optimal dapat dipengaruhi oleh adanya kebijakan quantity discount
ini.
2.3 Jenis-jenis Persediaan
Persediaan dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu berdasarkan fungsi dan
berdasarkan proses produksi.
2.3.1 Persediaan Berdasarkan Fungsi
Jenis persediaan berdasarkan fungsi yang umumnya digunakan adalah sebagai
berikut (Richard J. Tersine, p. 7-8):
1. Working Stock(CycleatauLot Size Stock)
Working Stock adalah persediaan yang akan digunakan dan telah disimpan
sebelum digunakan, agar pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk sejumlah lot
yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan untuk meminimalisasikan biaya
pemesanan dan penyimpanan, dan mendapatkan potongan harga. Secara umum,
jumlah rata-rata persediaan yang dihasilkan dari ukuran lot yang dimiliki suatu
perusahaan membentuk persediaan aktif perusahaan tersebut.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
6/29
12
2. Anticipation Stock(Seasonalatau Stabilization Stock)
Anticipation Stock adalah persediaan yang digunakan untuk menangani
permintaan musiman yang memuncak, keperluan sampingan (promosi,
pemogokan buruh). Persediaan ini disimpan atau diproduksi sebelum digunakan,
dan berkurang selama permintaan puncak, dengan harapan agar tingkat produksi
rata-rata tetap tercapai, dan jumlah tenaga kerja tetap stabil.
3. Safety Stock(Bufferatau Fluctuation Stock)
Safety Stock adalah persediaan yang disimpan untuk mengantisipasi
kemungkinan supplydan demandyang naik turun. Setelah persediaan berkurang,
selama menunggu persediaan penuh kembali, Safety Stock berfungsi sebagai
persediaan darurat.
2.3.2 Persediaan Berdasarkan Proses Produksi
Jenis persediaan berdasarkan proses produksi dilihat dari jenis serta posisi barang
tersebut dalam proses pembuatan produk (Sofjan Asauri, p. 222-223), yaitu sebagai
berikut :
1. Persediaan bahan baku (raw materials)
Persediaan bahan baku adalah persediaan barang-barang berwujud yang
digunakan dalam proses produksi. Barang dapat diperoleh dari sumber-sumber
alam, ataupun dibeli dari pemasok atau perusahaan yang memproduksi barang
tersebut.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
7/29
13
2. Persediaan komponen (component part)
Persediaan komponen adalah persediaan yang terdiri dari komponen-komponen
yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat langsung dirakit tanpa melalui
proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan barang setengah jadi (work in process)
Persediaan barang setengah jadi adalah persediaan barang-barang yang keluar
dari bagian-bagian dalam sebuah pabrik, atau bahan-bahan yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, namun masih harus diproses untuk dapat dijual sebagai
barang jadi.
4. Persediaan bahan-bahan pembantu
Persediaan bahan-bahan pembantu adalah persediaan barang atau bahan yang
diperlukan untuk mendukung proses produksi atau digunakan dalam aktivitas
perusahaan, namun bukan merupakan bagian dari barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods)
Persediaan barang jadi adalah persediaan yang telah selesai diproses atau diolah
dalam pabrik, dan siap untuk dijual.
2.4 Properti Persediaan
Secara umum, sistem persediaan selalu berkaitan dengan hal-hal berikut sebelum
pada akhirnya sampai pada penentuan jumlah pesanan yang tepat dengan biaya total
yang optimal (Richard J.Tersine, p. 12-13).
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
8/29
14
1. Permintaan (demand)
a. Demand size adalah ukuran skala magnitude dari permintaan, yang
dibedakan antara konstan dengan variabel, dan deterministic dengan
probabilistic(diskrit dengan kontinu)
b. Demand rateadalah ukuran permintaan per satuan waktu.
c. Demand patternmengacu pada berapa banyak barang yang dikeluarkan
dari persediaan.
2. Waktu tunggu (lead time)
Waktu tunggu adalah tenggang waktu yang diperlukan antara pemesanan bahan
baku sampai dengan kedatangan bahan baku tersebut. Waktu tunggu ini dapat
bernilai konstan maupun probabilistic (Elsayed A.Elsayed and Thomas
O.Boucher, p. 64-65)).
3. Pemesanan kembali (replenishment)
a. Replenishment size mengacu pada kuantitas atau sejumlah barang yang
akan diterima masuk ke dalam persediaan. Ukurannya dapat bernilai
konstan atau variabel tergantung dari tipe sistem persediaan yang
digunakan.
b. Replenishment pattern mengacu pada bagaimana sejumlah unit tertentu
ditambahkan ke dalam persediaan.
c. Replenishment lead time adalah tenggang waktu antara pemesanan
sejumlah item dan penambahan item tersebut ke dalam persediaan.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
9/29
15
4. Persediaan cadangan (Safety Stock)
Persediaan cadangan adalah persediaan yang diadakan untuk mencegah
terjadinya kekosongan persediaan ketika kondisi atau situasi permintaan sedang
tidak pasti, atau ketika terjadi keterlambatan penerimaan bahan-bahan baku.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan ini, antara lain
penggunaan bahan baku rata-rata selama periode tertentu sebelum barang
pesanan tiba, waktu tunggu yang bervariasi.
2.5
Komposisi Biaya Persediaan
Metode-metode pengendalian persediaan selalu mengarah pada minimalisasi
biaya sebagai suatu kriteria optimalisasi agar keuntungan yang diperoleh maksimal.
Biaya-biaya yang umumnya berperan dalam persediaan yaitu:
1. Biaya pembelian (purchase cost)
Biaya pembelian merupakan biaya untuk membeli atau memproduksi satuan
barang persediaan. Biaya ini konstan dan oleh sebab itu tidak dipertimbangkan
dan dapat dihilangkan dari perhitungan total cost (Roger G.Schroeder, p. 58).
2. Biaya pemesanan atau persiapan (orderatau set-up cost)
Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul setiap kali pemesanan dilakukan
untuk mengisi kembali persediaan barang yang ada. Saat pemesanan dilakukan,
muncul beberapa biaya yang berkaitan dengan pemrosesan, persiapan,
pengiriman, penanganan, dan pembelian sejumlah item yang dipesan (Vollman,
Berry, and Whybark, p. 694). Biaya pemesanan ini terdiri dari (Ronald H.Ballou,
p. 413-414):
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
10/29
16
a. Biaya manufacturing atau harga dari produk untuk beragam ukuran
pesanan.
b. Biaya persiapan proses produksi
c. Biaya pemrosesan pesanan oleh departemen keuangan dan pembelian.
d. Biaya pengiriman pesanan.
e. Biaya pendistribusian apabila biaya transportasi tidak dimasukkan ke
dalam harga pembelian.
f. Biaya penanganan pesanan selama perjalanan ke lokasi pemesan.
3. Biaya penyimpanan (holding cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan
diadakannya persediaan, dan meliputi seluruh pengeluaran yang diakibatkan oleh
persediaan tersebut (Sofjan Asauri, p. 224). Komposisi biaya ini antara lain
(Ronald H.Ballou, p. 414-415):
a. Biaya pergudangan (space cost) yang meliputi biaya sewa gudang, biaya
pemeliharaan dan penanganan barang, dan biaya administrasi gudang.
b. Bunga atas modal yang diinvestasikan dalam persediaan (capital cost),
meliputi 80% dari total biaya penyimpanan. Hal ini disebabkan karena
persediaan merupakan campuran antara aset jangka pendek dan jangka
panjang, dan jangkauan biaya bunga mulai dari nilai bunga bank sampai
opportunity cost of capital.
c. Biaya pelayanan persediaan (inventory service cost), termasuk di
dalamnya biaya pencegahan kerusakan bahan baku, pencurian, maupun
penurunan nilai barang.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
11/29
17
4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
Biaya kekurangan persediaan disebut juga shortage cost, yaitu biaya yang
dikenakan jika tidak terdapat persediaan yang cukup untuk memenuhi
permintaan berlebih yang datang pada waktu tertentu (Richard J.Tersine, p. 14),
yaitu:
a. Biaya kehilangan penjualan (lost sales cost), timbul apabila pelanggan
dihadapkan pada situasi kekosongan barang lalu memutuskan untuk
membatalakan pesanan atas barang tersebut.
b. Biaya pemesanan kembali (back order cost), timbul apabila pelanggan
bersedia menunggu pesanannya terpenuhi, meskipun rencana
penjualannya harus diundur. Biaya ini akan menambah ongkos
pemrosesan order, transportasi, dan penanganan material.
2.6 Lot Sizing
Lot Sizing adalah proses menentukan ukuran pesanan. Pemesanan ini harus
tersedia di awal periode produksi. Terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran
lot. Beberapa teknik diarahkan untuk menyembangkan set-up costdan holding cost. Ada
juga yang bersifat sederhana dengan menguunakan konsep jumlah atau periode
pemesanan yang tetap. Berdasarkan pengambilan keputusan persediaan berdasarkan
kuantitas (quantity decision),Lot Sizingdibagi menjadi dua:
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
12/29
18
Gambar 2.1 Model Lot Sizing
1. Static Lot Sizing Modelsatau SLS (Model Ukuran Pemesanan Statis)
Static Lot Sizing Models merupakan model yang digunakan untuk permintaan
yang tetap selama periode waktu yang direncanakan.
2. Dynamic Lot Sizing Models atau DLS(Model Ukuran Pemesanan Dinamis)
Dynamic Lot Sizing Modelsmerupakan model yang digunakan untuk permintaan
yang berubah-ubah selama periode waktu yang direncanakan. Diasumsikan
permintaan diketahui dengan pasti dan biasa disebut dengan lumpy demand.
2.6.1 Static Lot Sizing Models
Static Lot Sizing Modelsdapat dikategorikan menjadi empat model, yaitu :
1. Fixed Order Quantity(FOQ)
FOQ merupakan pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap
karena keterbatasan akan fasilitas.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
13/29
19
2. Economic Order Quantity(EOQ)
EOQ merupakan pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan
ongkos pesan. Ukuran lottetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut.
3. Economic Production Quantity(EPQ)
EPQ merupakan pengembangan dari EOQ. Perbedaannya dengan EOQ adalah
EPQ berasumsi bahwa pemesanan diterima secara bertahap meningkat selama
proses produksi.
4. Resource Constraints
Resource Constraints merepresentasikan kombinasi dari barang dan jasa yang
dapat dibeli oleh konsumen.
2.6.2 Dynamic Lot Sizing Models
Dynamic Lot Sizing dapat dibagi menjadi 3 macam menurut cara penyelesaian
masalah atau rules, yaitu:
Gambar 2.2 ModelDynamic Lot Sizing
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
14/29
20
1. SimpleRules
Simple Rules adalah aturan keputusan kuantitas pemesanan yang tidak
didasarkan langsung pada optimalisasi fungsi biaya. Termasuk di dalam Simple
Rules adalah:
a. Fixed Periode Requirement (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep
ukuran lotdengan periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan
periode waktu tertentu saja.
b. Period Order Quantity(POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah
pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan
diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ.
c. Lot for Lot(LFL) : Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan
diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang
dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan.
2. Heuristic Rules
Heuristic Rules bertujuan mencapai solusi biaya rendah namun tidak harus
optimal.
a. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan
dengan ongkos unit terkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval
pemesanan dapat bervariasi.
b. Part Period Balancing(PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran
lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos
pesannya.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
15/29
21
c. Silver Meal(SM) : Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat
meminimumkan ongkos total per-perioda.
d. Least Total Cost(LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total
akan diminimalisasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison
perencanaan hampir sama besarnya.
3. Optimum Rules
Optimum Rules bertujuan mencapai solusi biaya rendah yang juga optimum.
Termasuk didalamnya adalah Metode Wagner Whitin (WW). WW merupakan
pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program
linear, bersifat matematis. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah
melakukan minimalisasi penggabungan ongkos total dari set-up costdan holding
cost dan berusaha agar totalnya mendekati nilai yang sama untuk kuantitas
pemesanan yang dilakukan.
2.7 Peramalan (Forecasting)
Peramalan adalah suatu metode untuk memprediksi keadaan masa depan. Dalam
kasus ini, yang diprediksi adalah keadaan permintaan pada masa depan yang akan
mempengaruhi keadaan stok barang yang dimiliki.
Ada 3 metode peramalan, yaitu:
1.
Metode kualitatif, yang menggunakan opini dari sang ahli untuk meramalkan
masa depan.
2. Metode kausal, yang menghubungkan variabel yang akan diramalkan dengan
variabel lainnya.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
16/29
22
3. Metode rangkaian waktu, yang berusaha meramalkan masa depan dari kejadian
pada masa lampau.
Ada lima prinsip mengenai peramalan, yaitu:
1. Hasil peramalan mengandung error
2. Errorperamalan harus jelas
3. Peramalan untuk jumlah yang besar lebih akurat dibandingkan dengan peramalan
untuk jumlah kecil.
4. Peramalan lebih akurat untuk jangka waktu yang lebih pendek dibanding dengan
jangka waktu yang lebih panjang.
5. Jika memungkinkan, perhitungan permintaan lebih baik daripada
meramalkannya.
Dalam skripsi ini, untuk melakukan peramalan data permintaan yang akan terjadi
pada masa mendatang dilakukan dengan metode Trend Analysis. Metode ini dapat
mengatasi adanya keadaan permintaan yang bersifat periodik.
Rumus untuk melakukan peramalan dengan metode Trend Analysis ini adalah
sebagai berikut:
monthMRbxay ++= )(
y = nilai hasil peramalan pada periode selanjutnya.
(a + bx) = nilai dari least square dengan x sebagai periode yang mau diramalkan
nilainya.
MRmonth= nilai mean residual pada bulan yang bersesuaian dengan periode bulan
yang akan diramalkan nilainya.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
17/29
23
2.8 Metode Wagner - Whitin
Metode Wagner-Whitin ditemukan pada tahun 1958 oleh Wagner dan Whitin.
Metode ini merupakan pengembangan dariDynamic Programmingyang ditemukan oleh
Richard Bellman pada tahun 1957. Metode Wagner-Whitin sering digunakan dalam
pengenalanDynamic Programming.
Kelebihan dari Metode Wagner-Whitinantara lain memiliki solusi optimal yang
terjamin untuk problem statis. Wagner-Whitin dimulai dari model deterministik, dengan
jumlah permintaan diketahui per periodenya, biaya pemesanan yang fluktuatif, dan stok
barang dari satu periode ke periode berikutnya.
Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program
linear, bersifat matematis. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah
melakukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos pesan dan ongkos simpan
dan berusaha agar kedua ongkos tersebut tersebut mendekati nilai yang sama untuk
kuantitas pemesanan yang dilakukan.
Berikut ini adalah langkah-langkahWagner-Whitin,yang disertai dengan contoh
soal.
Tabel 2.1 Data Permintaan
j 1 2 3 4 5
Dt 20 50 10 50 50
At 100 100 100 100 100
Ht 1 1 1 1 1
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
18/29
24
j menunjukkan periode, yang dapat berupa hari, minggu, atau bulan. Pada soal
ini, j merupakan periode dalam satuan bulan.
Dt menunjukkan jumlah permintaan pada periode tersebut.
At menunjukkan setup cost, pada soal di atas merupakan nilai dalam satuan
dollar.
Ht menunjukkan holding cost,pada soal di atas merupakan nilai dalam satuan
dollar.
Langkah 1:
Karena ini merupakan data pertama, periode optimal adalah periode 1.
Langkah 2:
Periode 1 masih yang terkecil, jadi permintaan barang periode 2 akan dipesan
pada periode 1.
1
100
*
1
1
*
1
=
==
j
AZ
1
150
200100100
150)50(1100min
2inproduce,Z
1inproduce,min
*2
2
*
1
211*
2
=
=
=+
=+=
+
+=
j
A
DhAZ
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
19/29
25
Langkah 3:
Periode 1 masih yang terkecil, jadi permintaan barang periode 2 dan 3 akan
dipesan pada periode 1.
Langkah 4:
Periode 4 yang terkecil, jadi permintaan barang periode 4 akan dipesan pada
periode ini.
.
1
170
250100150
21010)1(100100
17010)11()50(1100
min
3inproduce,Z
2inproduce,Z
1inproduce,)(
min
*
3
3*2
322
*
1
321211
*
3
=
=
=+
=++
=+++
=
+
++
+++
=
j
A
DhA
DhhDhA
Z
4
270
270100170
30050)1(100150
31050)11(10)1(100100
32050)111(10)11()50(1100
min
4inproduce,Z
3inproduce,Z
2inproduce,)(Z
1inproduce,)()(
min
*
4
4*3
433
*
2
432322
*
1
4321321211
*
4
=
=
=+
=++
=++++
=++++++
=
+
++
++++
++++++
=
j
A
DhA
DhhDhA
DhhhDhhDhA
Z
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
20/29
26
2.9 Alat Bantu Perancangan
2.9.1 State Transition Diagram(STD)
State Transition Diagram merupakan salah satu cara untuk menggambarkan
jalannya suatu proses. STD ini terdiri dari input/kondisi, stateproses, output/aksi yang
terjadi dan perubahan statenya. Komponen dasar STDantara lain:
Gambar 2.3 Komponen Dasar State Transition Diagram
State menunjukkan satu atau lebih kegiatan atau keadaan atau atribut yang
menjelaskan bagian tertentu dari proses.
Anak panah berarah, menunjukkan perubahan stateyang disebabkan oleh input
tertentu (stateX ke stateY).
Input atau kondisi merupakan suatu kejadian pada lingkungan eksternal yang
dapat dideteksi oleh sistem misal sinyal, interupsi atau data. Hal ini
menyebabkan perubahan dari satu state ke state yang lainnya atau dari satu
aktivitas ke aktivitas lainnya.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
21/29
27
Output atau aksi merupakan hal yang dilakukan oleh sistem jika terjadi
perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi dapat
menghasilkan output, tampilan pesan pada layar, kalkulasi atau kegiatan lannya.
2.9.2 Pseudocode
Pseudocodeberasal dari kata pseudo dan code. Pseudocodememiliki beberapa
definisi, antara lain:
1. Pseudocode adalah deskripsi yang informal dan padat dari sebuah algoritma
pemrograman komputer yang menggunakan aturan struktural dari bahasa
pemrograman, tetapi menghilangkan detail-detail seperti subrutin, deklarasi
variabel atau syntaxbahasa pemrograman tertentu.
2. Pseudocodeadalah kode atau tanda yang menyerupai atau merupakan penjelasan
cara menyelesaikan suatu masalah.
Bahasa pemrograman dalam hal ini digabungkan dengan penjelasan detail dalam
bahasa natural agar terlihat lebih umum. Pseudocode bukanlah skeletonprogram atau
dummy code yang masih dapat di-compile tanpa error. Salah satu bentuk pseudocode
adalahflowchart.
Dalam penulisannya,pseudocodepun memiliki beberapa aturan, yaitu:
1. Statementprogram ditulis dengan bahasa yang sederhana
2. Instruksi ditulis per baris.
3. Tiap modul diberi spasi untuk memudahkan pembaca.
4. Huruf untuk penulisanpseudocodedibedakan
5. Batasi jumlah baris pada tiap modul
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
22/29
28
2.9.3 Teori Perancangan Program
Perangkat lunak merupakan data elektronik yang disimpan sedemikian rupa oleh
komputer itu sendiri. Data yang disimpan ini dapat berupa program atau instuksi yang
akan dijalankan oleh perintah, maupun catatan-catatan yang diperlukan oleh komputer
untuk menjalankan perintah yang didapatnya.
Perangkat lunak memiliki banyak definisi, sebagian diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Instruksi-instruksi (program komputer) yang jika dijalankan akan
memberikan fungsi dan unjuk kerja yang diinginkan.
b. Kumpulan beberapa perintah yang dieksekusi oleh mesin komputer dalam
menjalankan pekerjannya.
c. Struktur data yang membuat program mampu memanipulasi suatu informasi.
d. Dokumen-dokumen yang menjelaskan operasi dan pemakaian suatu program.
Perangkat lunak memiliki perbedaan dengan perangkat keras. Perangkat lunak
merupakan suatu elemen sistem yang bersifat logis bukan bersifat fisik dan tidak
berbentuk secara nyata. Perangkat lunak memiliki beberapa karakteristik, sebagai
berikut.
a. Perangkat lunak dikembangkan dan direkayasa, bukan dirakit seperti perangkat
keras. Ada persamaan antara pengembangan perangkat lunak dan produksi
perangkat keras, namun kedua aktivitas itu pada dasarnya memiliki perbedaan
satu sama lainnya.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
23/29
29
b. Perangkat lunak tidak rusak, berbeda dengan perangkat keras. Perangkat keras
dapat menjadi rusak karena terkena pengaruh lingkungan dan perangkat keras
yang rusak tersebut dapat digantikan dengan yang baru atau diperbaiki.
Sedangkan, pada perangkat lunak jika terjadi kegagalan fungsi maka dapat
diperbaiki. Oleh karena itu, pemeliharaan perangkat lunak menjadi lebih rumit
daripada pemeliharaan perangkat keras.
c. Perangkat lunak dibuat mulai dari komponen terkecil kemudian digabungkan
sehingga membentuk suatu fungsi tertentu. Berbeda dengan perangkat lunak
yang dirakit dari komponen yang sudah ada.
Perancangan perangkat lunak adalah penetapan dan penggunaan prinsip-prinsip
perancangan untuk mendapatkan perangkat lunak yang ekonomis, handal dan bekerja
secara efisien pada mesin yang sesungguhnya (Pressman, 2005, p53).
Rekayasa Perangkat Lunak adalah suatu pendekatan aplikasi yang sistematis,
disiplin dan mampu mengukur dalam pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan
perangkat lunak. Menurut Pressman, Rekayasa Perangkat Lunak adalah teknologi yang
berlayer.Layer-layertersebut terdiri dari empat elemen yang mampu untuk mengontrol
proses pengembangan perangkat lunak sebagai berikut.
a. Aquality focus
Setiap pendekatan teknik harus berdasarkan pada kualitas yang menjadi
komitmen suatu organisasi. Hal mendasar yang mendukung suatu teknik
perangkat lunak adalah quality focus.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
24/29
30
b. Proses (Process)
Merupakan fondasi dari teknik perangkat lunak yang merupakan perekat yang
memegang layer-layer teknologi bersama-sama dan mampu secara rasional dan
dari waktu ke waktu mengembangkan perangkat lunak komputer. Proses
didefinisikan sebagai urutan di dalam metode yang akan digunakan.
c. Metode-metode (methods)
Menyediakan cara-cara teknis membangun perangkat lunak. Pada metode ini hal-
hal yang perlu diperhatikan:
1)
Komunikasi
2) Analisis sistem yang diperlukan.
3) Desain model.
4) Konstruksi program.
5) Pengujian.
6) Pendukung untuk proses dan metode.
2.9.4 Model Waterfall
Nama model ini sebenarnya adalah Linear Sequential Model. Model ini sering
disebut dengan classic life cycle atau model waterfall. Model ini adalah model yang
muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi
merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE).
Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan
sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing/verification , dan
maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
25/29
31
menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Sebagai contoh, tahap
desain harus menunggu selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap requirement. Secara
umum tahapan pada model waterfalldapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.4 Model Waterfall
Gambar di atas adalah tahapan umum dari model proses ini. Akan tetapi Roger S.
Pressman memecah model ini menjadi 6 tahapan meskipun secara garis besar sama
dengan tahapan-tahapan model waterfallpada umumnya. Berikut adalah penjelasan dari
tahap-tahap yang dilakukan di dalam model ini menurut Pressman:
1. Rekayasa dan pemodelan sistem
Karena sistem merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih besar, pemodelan
ini dimulai dengan membangun syarat dari semua elemen sistem dan
mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan ke software tersebut. Pandangan
sistem ini penting ketika software harus berhubungan dengan elemen-elemen
yang lain seperti software, hardware, manusia, dan database. Rekayasa dan
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
26/29
32
pemodelan sistem menyangkut pengumpulan kebutuhan pada tingkat sistem
dengan sejumlah kecil analisis serta desain tingkat puncak. Tahap ini sering
disebut dengan Project Definition.
2. Analisis kebutuhan software
Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan, khususnya pada
software. Untuk memahami sifat dari program yang dibuat, maka software
engineerharus memahami domain informasi softwaretersebut, misalnya fungsi
yang dibutuhkan, tingkah laku, unjuk kerja, dan user interface. Kebutuhan baik
untuk sistem maupun software didokumentasikan dan ditunjukkan kepada
pelanggan.
3. Desain
Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan diatas menjadi
representasi ke dalam bentuk blueprint software sebelum coding dimulai.
Desain software sebenarnya adalah proses multi langkah yang berfokus pada
empat atribut sebuah program yang berbeda, struktur data, arsitektur software,
representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. Desain harus dapat
mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya.
Proses desain menterjemahkan syarat/kebutuhan ke dalam sebuah representasi
software yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai pemunculan
kode. Sebagaimana 2 aktivitas sebelumnya, desain didokumentasikan dan
menjadi bagian dari konfigurasi software.
4. Generasi kode
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
27/29
33
Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer, maka desain
tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin,
yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding.. Tahap ini
merupakan implementasi dari tahap desain yang secara teknis nantinya
dikerjakan olehprogrammer.
5. Pengujian
Setelah program dibuat, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus
pada logika internal software, memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji,
dan pada eksternal fungsional, yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan
kesalahan kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan
memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang diinginkan. Semua
fungsi-fungsi software harus diujicobakan, agar software bebas dari error, dan
hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan
sebelumnya.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di dalamnya adalah
pengembangan, karena software yang dibuat tidak selamanya tetap seperti itu.
Ketika dijalankan mungkin saja masih ada error kecil yang tidak ditemukan
sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software
tersebut. Software dapat mengalami perubahan setelah disampaikan kepada
pelanggan (perkecualian yang mungkin adalah softwareyang dilekatkan), karena
software harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan perubahan di
dalam lingkungan eksternalnya (contohnya perubahan yang dibutuhkan sebagai
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
28/29
34
akibat dari perangkat peripheral atau sistem operasi yang baru), atau karena
pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau unjuk kerja.
Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari eksternal perusahaan
seperti ketika ada pergantian sistem operasi, atau perangkat lainnya.
Pemeliharaan software mengaplikasikan lagi setiap fase program sebelumnya
dan tidak membuat yang baru lagi.
Model ini sangat popular karena pengaplikasiannya mudah. Selain itu, ketika
semua kebutuhan sistem dapat didefinisikan secara utuh, eksplisit, dan benar di awal
project, maka System Engineerdapat berjalan dengan baik dan tanpa masalah. Meskipun
seringkali kebutuhan sistem tidak dapat didefinisikan seeksplisit yang diinginkan, tetapi
paling tidak, problem pada kebutuhan sistem di awal project lebih ekonomis dalam hal
uang (lebih murah), usaha, dan waktu yang terbuang lebih sedikit jika dibandingkan
problem yang muncul pada tahap-tahap selanjutnya.
Meskipun demikian, karena model ini melakukan pendekatan secara urut /
sequential, maka ketika suatu tahap terhambat, tahap selanjutnya tidak dapat dikerjakan
dengan baik dan itu menjadi salah satu kekurangan dari model ini. Selain itu, ada
beberapa kekurangan pengaplikasian model ini, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Ketika problem muncul, maka proses berhenti, karena tidak dapat menuju ke
tahapan selanjutnya. Bahkan jika kemungkinan problem tersebut muncul akibat
kesalahan dari tahapan sebelumnya, maka proses harus membenahi tahapan
sebelumnya agar problem ini tidak muncul. Hal - hal seperti ini yang dapat
membuang waktu pengerjaan System Engineer.
-
7/25/2019 2008-2-00442-MTIF bab 2
29/29
35
2. Karena pendekatannya secara sequential, maka setiap tahap harus menunggu
hasil dari tahap sebelumnya. Hal itu tentu membuang waktu yang cukup lama,
artinya bagian lain tidak dapat mengerjakan hal lain selain hanya menunggu hasil
dari tahap sebelumnya. Oleh karena itu, seringkali model ini berlangsung lama
pengerjaannya.
3. Pada setiap tahap proses tentunya dipekerjakan sesuai spesialisasinya masing-
masing. Oleh karena itu, ketika tahap tersebut sudah tidak dikerjakan, maka
sumber dayanya juga tidak terpakai lagi. Oleh karena itu, seringkali pada model
proses ini dibutuhkan seseorang yang multi - skilled, sehingga minimal dapat
membantu pengerjaan untuk tahapan berikutnya.
Pengembang sering melakukan penundan yang tidak perlu. Sifat alami dari siklus
kehidupan klasik membawa kepada blocking state di mana banyak anggota tim proyek
harus menunggu tim yang lain untuk melengkapi tugas yang saling memiliki
ketergantungan. Blocking state cenderung menjadi lebih lazim pada awal dan akhir
sebuah proses sekuensial linier.
top related