2. landasan teori 2.1 marketing capability
Post on 19-Oct-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Marketing Capability
Pada zaman yang serba modern ini, perusahaan diharuskan untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan dari konsumen, terutama dalam industri makanan dan
minuman (mamin). Perusahaan harus bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman
(teknologi, informasi, gaya hidup, dan lain-lain). Maka sangat penting bagi perusahaan
untuk dapat tahu mengetahui situasi pasar yang ada dan menjawab kebutuhan dari
konsumen.
Menurut Day (1994) Marketing Capability bisa diartikan sebagai suatu proses
dalam penambahan nilai pada sumber daya yang ada di perusahaan, baik internal
perusahaan maupun ekstenal perusahaan. Marketing Capability dapat membuat
perusahaan sampai ke titik maksimal karena adanya perbaikan yang dilakukan dalam
dan luar perusahaan. Perkembangan dari pelayanan jasa dan produk tidak hanya
berkembang dari dalam, namun mengikuti persaingan yang ada di pasar bersama
dengan kompetitor. Dengan adanya realita ini, perusahaan dituntut untuk menghasilkan
produk baru ataupun pengembangan produk baru dengan fungsi yang baik guna
digunakan dalam dunia persaingan. (Saleh,2015). Kepekaan akan perkembangan
produk ini bisa didapatkan ketika perusahaan memiliki Marketing Capability yang
baik.
Menurut Hooley, et al. (1999) Marketing Capability juga memiliki beberapa
dimensi yaitu marketing culture capability, strategic capability, dan operational
capability. Hal ini berarti bahwa budaya di setiap wilayah selalu memiliki perbedaan.
Dengan mengetahui perbedaan budaya di setiap wilayah atau kawasan yang ada, maka
perusahaan dapat menentukan strategi yang cocok dan pengaplikasian strategi tadi
8 Universitas Kristen Petra
melalui kegiatan operasional perusahaan. Contoh operasional yang ada di internal
perusahaan adalah SOP (Standart Operational Procedurs) yang ada di perusahaan.
Menurut Blesa and Ripolles (2002) yang mengadopsi Day (1994) definisi
dari marketing capability yaitu kumpulan yang kompleks dari keterampilan dan
akumulasi pengetahuan, dilakukan melalui proses organisasi yang memungkinkan
perusahaan-perusahaan untuk mengkoordinasikan kegiatan dan memanfaatkan aset
dan sumber daya mereka. Dengan demikian marketing capability yang optimal dapat
memberikan penginderaan superior pasar, menghubungkan pelanggan, dan kapabilitas
saluran distribusi lalu sebagai akibatnya, bisa menjadi kunci untuk sukses di pasar
internasional
Marketing Capability memiliki delapan aspek fundamental dalam bagi
perusahaan untuk mengukur keberhasilan marketing capability perusahaan (Vorhies &
Morgan, 2005) yaitu:
1. Pricing Capability
Perusahaan memiliki kemampuan untuk menetapkan harga yang sepadan dengan nilai
yang dibeikan kepada customer. Harga yang ditawarkan juga sesuai dengan
kemampuan daya beli yang dimiliki target pasar dan melihat dari kondisi pesaing.
2. New Product Development Capability
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengembangkan maupun menciptakan
produk baru yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan customer yang dinamis.
3. Channel Management Capabilities
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengatur para distributor dari perusahaan
dalam memberikan nilai tambah bagi praktek distribusi.
4. Marketing Communication Capabilities
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengatur persepsi customer value, mampu
membuat customer memiliki persepsi produk yang positif sehingga membangun brand
image yang baik di mata customer.
9 Universitas Kristen Petra
5. Selling Capabilities
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengembangkan manajemen & sistem
penjualan serta menyediakan pelatihan bagi sales representatives.
6. Market Information Management Capabilities
Perusahaan memliki kemampuan untuk memperoleh informasi mengenai target
customer utama serta melakukan analisa terhadap informasi tersebut untuk melakukan
program pemasaran yang efektif.
7. Marketing Planning Capabilities
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mempersiapkan program pemasaran yang
efektif dengan melihat hasil analisa dan analisa mengenai informasi dari sisi customer.
8. Marketing Implementation Capabilites
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan strategi pemasaran
yang sudah dianalisa dan dipasarkan kepada customer dengan baik.
Marketing Capability memiliki peran yang sangat penting dalam
mengoptimalkan sumber daya yang ada, hal ini bisa berdampak kepada kepuasan dari
sisi pelanggan dan membuat diferensiasi dengan perusahaan yang lain.
2.2 Customer Engagement
Sebuah perusahaan tentunya harus memiliki hubungan dua arah yang baik. Hal
ini dikarenakan permintaan yang terus dinamis berubah. Perusahaan dapat mengikuti
keinginan customer dan juga mengembangkan produknya dengan cara membangun
hubungan yang baik dengan customer. Menurut Brodie, R. J., Hollebeek, L. D., Juric,
B., & Ilic, A. (2011) customer engagement adalah keadaan psikologis yang terjadi
berdasarkan interaktif, pengalaman co-creative, dengan agen/object (contohnya brand)
dalam bentuk pelayanan hubungan yang fokus.
Proses pembentukan Customer Engagement merupakan sebuah siklus
Customer Engagement (Sashi, C. M., 2012) yang terdiri dari:
10 Universitas Kristen Petra
1. Connection
Suatu ketentuan guna membentuk hubungan dua arah antara perusahaan dan customer
dan bersifat mengikat dalam sisi emosi customer
2. Interaction
Tahap kedua setelah koneksi adalah adanya interaksi. Disini interaksi bisa
menggunakan media yang ada seperti web, surat, surat kabar, telepon, rekomendasi
dari kerabat dekat.
3. Satisfaction
Ketika kedua belah pihak merasa puas dengan interaksi yang ada, akan menghasilkan
pengulangan dalam membentuk engagement.
4. Retention
Hasil memuaskan yang terjadi dari waktu ke waktu membuat hubungan jangka panjang
antara perusahaan dan customer.
5. Commitment
Memegang komitmen dalam hubungan perusahaan dan customer dapat dibedakan
menjadi dua yaitu afektif dan kalkulatif. Komitmen afektif berbicara mengenai rasa
percaya dan emosional dalam suatu hubungan, sedangkan komitmen kalkulatif
berbicara mengenai dampak fisik yang akan terjadi.
6. Advocacy
Customer yang puas akan berinteraksi dengan orang lain dalam jaringan sosial untuk
membagikan informasi mengenai pengalaman positif dengan sebuah produk,
perusahaan atau brand.
11 Universitas Kristen Petra
7. Engagement
Customer Engagement akan terjadi ketika komitmen kalkulatif dan komitmen afektif
atau kepercayaan serta komitmen antara perusahaan dan customer dapat dijaga dengan
baik.
Gambar 2.1 Customer Engagement Cycle
Sumber: Sashi (2012)
Dessart, L., Veloutsou, C., Morgan-Thomas, A., (2015) juga memodifikasi
variabel customer engagement menjadi tujuh kategori melalui penelitiannya yang
terdiri dari tujuh dimensi yaitu:
1. Enthusiasm
Memperlihatkan adanya semangat dan ketertarikan intrinsik customer terhadap brand.
2. Enjoyment
Menunjukkan rasa senang dan bahagia customer yang berasal dari hubungan dengan
brand.
3. Attention
Customer yang memberikan waktunya untuk memperhatikan dan memikirkan brand.
12 Universitas Kristen Petra
4. Absorption
Sebuah keadaan dimana customer memahami dan meresapi brand.
5. Sharing
Customer dapat menjelaskan isi, ide, dan informasi yang berkaitan dengan brand.
6. Learning
Customer mencari isi, informasi, pengalaman tentang brand.
7. Endorsing
Kondisi dimana customer mempelihatkan iktikad untuk merekomendasikan brand.
Sebuah keadaan dimana pelanggan memikirkan dan menunjukan keinginan untuk
mereferensikan sebuah brand.
2.3 Perceived Value
Dewasa ini, medan pertempuran kompetitif pembeda secara bertahap bergeser
dari atribut fisik produk untuk membuat pelanggan pengalaman yang luar biasa melalui
peningkatan aspek emosional dari nilai (Mascarenhas et al, 2006;. Sandström et al,
2008). Perusahaan harus memiliki produk maupun jasa yang memberikan kesan dan
nilai yang baik di mata customer. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam
membentuk keunggulan perusahaan dalam dunia persaingan di pasar. Hal ini karena
ikatan emosional yang terbentuk antara perusahaan dan pelanggan sulit bagi pesaing
untuk meniru. Dengan demikian, perusahaan saat ini sedang berjuang untuk mencapai
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan menambahkan nilai untuk
persembahan inti mereka
Menurut Sweeney and Soutar (2001) komponen yang ada pada perceived value adalah
a) Quality value
Berbicara mengenai nilai produk atau jasa yang diberikan perusahaan kepada customer
melalui kualitas yang diberikan. Quality value dapat dirasakan melalui kinerja dari
produk atau layanan yang diharapkan oleh customer
b) Emotional value
Aspek ini berbicara mengenai sisi perasaan customer akan produk atau jasa dilebihkan
daripada nilai yang ada.
13 Universitas Kristen Petra
c) Price value
Aspek ini berbicara mengenai nilai banding antara pengorbanan yang dikeluarkan oleh
customer dengan produk atau jasa yang diterima.
d) Social value.
Aspek ini berbicara mengenai penerimaan atau utilitas pada tingkat hubungan individu
dengan lingkungan sosialnya. Nilai dari produk atau jasa untuk mengejutkan,
membangkitkan rasa ingin tahu atau memenuhi keinginan untuk pengetahuan.
Akhirnya, nilai bersyarat mengacu pada faktor konjungtural atau situasional seperti
penyakit atau spesifik situasi social
Perceived value memiliki arti penilaian customer atas semua nilai yang diterima
dengan harga yang dibayarkan. Dengan adanya perceived value akan membuat
customer mempunyai rasa percaya, dan membuat customer menjadi loyal (Karjaluoto,
H., Jayawardhena, C., Leppäniemi, M., & Pihlström, M., 2012). Perceived value yang
baik di mata customer akan menjadi competitive advantage dari perusahaan karena
produk atau jasa kita akan memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk atau
jasa kompetitor.
2.4 Competitive Advantage
Dewasa ini, perusahaan harus memiliki perbedaan yang dapat diunggulkan dari
kompetitor bersaingnya. Maka dari itu perusahaan harus bisa melakukan
pengembangan yang berkesinambungan, sehingga memiliki nilai yang lebih dari para
kompetitornya. Ma, H., (1999) perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif
adalah perusahaan yang dapat merancangkan dan mengimplementasikan sebuah
strategi yang dapat menghasilkan performa yang superior dibandingkan dengan
kompetitornya dalam sebuah industri yang sama.
Barney (2002) juga mengatakan bahwa perusahaan dapat meraih mencapai
keunggulan bersaing jika tindakan atau kegiatan yang dilakukan dapat menciptakan
nilai ekonomi dan ketika ada beberapa pesaing yang melakukan tindakan atau kegiatan
yang sama.
14 Universitas Kristen Petra
Li, et al (2006) menjelaskan bahwa competitive advantage adalah kemampuan
perusahaan untuk menciptakan posisi yang dapat dipertahankan terhadap pesaingnya.
Perusahaan akan memperoleh competitive advantage yang berkelanjutan atas para
pesaingnya jika perusahaan tersebut mampu memanfaatkan kekuatannya dengan
optimal berdasarkan dua faktor penting yaitu kekuatan internal dan kekuatan eksternal,
dan pada saat yang sama mampu mengatasi ancaman eksternal, sementara pada saat
yang sama menghindari kelemahan internal.
Perusahaan yang memiliki competitive advantage adalah perusahaan yang
memiliki produk atau jasa yang memiliki nilai yang tidak dimiliki maupun disamakan
oleh kompetitor di pasar.
Menurut Peteraf (1993) competitive advantage yang dihasilkan dari kompetensi
tergantung pada empat kondisi sumber daya dan kompetensi yang harus memenuhi:
(1) mereka harus heterogen dari kompetensi pesaing;
(2) harus ada kekuatan yang ex post membatasi persaingan dan melindungi dari imitasi
dan substitusi;
(3) kompetensi dan sumber daya harus tidak sempurna dipindahtangankan dan
karenanya dikendalikan oleh perusahaan; dan
(4) harus ada ex batas ante kompetisi disajikan dalam harapan yang berbeda tentang
nilai masa depan sumber daya dan kompetensi
Menurut Boyer & Lewis (2002), competitive advantage memiliki beberapa
indikator dalam pengukurannya :
1. Cost
Menjelaskan tentang perusahaan dapat bertanding dengan kompetitor dengan cara
bersaing melalui strategi harga berdasarkan cost based maupun value based.
2. Quality
Menjelaskan tentang kualitas yang ada pada produk atau jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada customer untuk memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan
produk atau jasa kompetitor.
15 Universitas Kristen Petra
3. Delivery
Menjelaskan tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen
dengan cepat, baik dalam jumlah, jenis produk, maupun waktu.
4. Flexibility
Menjelaskan tentang kemampuan perusahaan dalam menanggapi perubahan situasi
pasar yang dinamis. Perusahaan bisa untuk memberikan innovasi baru yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan customer.
2.6 Hubungan Antar Konsep
Berdasarkan teori pendukung di atas, variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Marketing Capability, Customer Engagement, Perceived Value, dan
Competitive Advantage. Untuk mengetahui pengaruh dari setiap hubungan tersebut
dalam membentuk Competitive Advantage, dibutuhkan adanya hubungan antar konsep.
Berikut adalah beberapa hal yang menurut peneliti dapat mempengaruhi Competitive
Advantage pada PT Nutrifood Indonesia di Surabaya.
2.6.1 Hubungan Marketing Capability dengan Customer Engagement
Marketing Capability memberikan kapabilitas bagi perusahaan untuk
melakukan pembaruan darn perubahan pada produk dan jasa serta menyampaikannya
kepada customer melalui hubungan dan strategi harga yang sesuai dengan kondisi
pasar. Untuk mendapatkan hasil jangka panjang dan sustainable dibutuhkan adanya
komunikasi dan interaksi yang terjalin dengan baik antara perusahaan dan customer.
Hal ini diharapkan menimbulkan pengaruh positif terhadap keterikatan antara customer
terhadap perusahaan.
Kedua konsep Marketing Capability dan Customer Engagement merupakan
konsep customer-centric dimana patokannya ada pada customer dalam mementukan
nilai tambah demi memenuhi kebutuhan customer. Keikutsertaan customer dalam
proses pembentukan nilai tambah diperlukan sehingga ada ikutan customer dengan
perusahaan (Sashi, 2012).
16 Universitas Kristen Petra
Pembentukan nilai tambah harus dilakukan dengan cara yang unik dan berbeda
karena pendekatan pemasaran yang selama ini bisa memuaskan pelanggan tidak cukup
untuk menciptakan Customer Engagement (Roberts & Alpert, 2010). Pembentukan
Customer Engagement dipengaruhi oleh inovasi yang dilakukan perusahaan dalam
menerapkan Marketing Capability (Cambra-Fierro, Melero-Polo, & Vázquez-
Carrasco, 2013).
Marketing Capability memiliki pengaruh terhadap terciptanya Customer
Engagement yaitu pricing, product / service, serta communication. Ketiga faktor
tersebut dijelaskan memiliki pengaruh yang berbeda bagi customer yang individualis
dan collectivis. Selain itu, ditegaskan kembali dalam penelitian lain bahwa
pembentukan Customer Engagement tidak lepas dari pengembangan Marketing
Capability (Saleh, 2015).
Customer Engagement yang terjadi antara customer terhadap perusahaan membuat
perusahaan mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan pesaing. Customer tersebut
memilih untuk engage dengan satu perusahaan dibandingkan dengan competitor. Hal
ini penting untuk diperhatikan sehingga bisa mempertahankan customer tersebut
sampai kepada tahap loyal.
2.6.2 Hubungan Marketing Capability dengan Perceived Value
Marketing Capability memiliki arti suatu proses dalam penambahan nilai pada
sumber daya yang ada di perusahaan, baik internal perusahaan maupun ekstenal
perusahaan. Produk atau jasa yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan akan dinilai oleh
para customer. Maka dari itu penting untuk menghasilkan perceived value yang baik
di mata customer.
Menurut Khuong, M., N., and Giang, T.,H., (2014) efek positif dari inovasi
pemasaran yang berfokus pada value yang dirasakan dan niat kembalinya customer.
Inovasi yang berfokus pada pemasaran sebagai faktor yang sangat berkontribusi dalam
efektivitas praktek inovasi layanan. Sales configurator capability yang mengemukakan
sebagai membantu perusahaan meningkatkan hedonic value dan creative perceived
value yang dirasakan oleh potential customer mereka melalui pengalaman konfigurasi
17 Universitas Kristen Petra
(Perin, E., Trentin, A., and Forza, C, 2013). Menurut Day (1994) Pada semua tingkat
diorganisasi, marketing capability dapat didefinisikan sebagai khusus / spesial,
arsitektur, lintas fungsional, dan proses dinamis dimana sumber daya pemasaran
diperoleh, dikombinasikan, dan berubah menjadi persembahan value untuk target
pasar.
Disini jelas dilihat bahwa proses yang ada di marketing capability akan membentuk
perceived value yang baik bagi perusahan. Innovasi produk yang diberikan juga
mengikuti keinginan dari customer. Maka dari itu diperlukannya juga customer
engagement.
2.6.3 Hubungan Marketing Capability dengan Competitive Advantage
Dalam menghadapi persaingan saat ini, kemampuan perusahaan untuk
menerapkan strategi pemasaran penting untuk diperhatikan. Marketing Capability
yang dimiliki oleh setiap perusahaan harus terus dikembangkan mengikuti
perkembangan yang terjadi. Hal ini diharapkan mampu menghasilkan keunggulan
bersaing demi keberlangsungan perusahaan di masa depan.
Marketing Capability dari perusahaan akan menciptakan kemampuan yang
unggul dalam mengelola faktor – faktor dari bauran pemasaran, kecepatan perusahaan
dalam memperkenalkan produk baru, dan kesanggupan untuk mendiferensiasikan
produk dengan inovasi demi terciptanya keunggulan bagi perusahaan untuk dapat
bersaing dalam persaingan (Weerawardena & Cass, 2004). Pencapaian keunggulan
bersaing perusahaan akan terjadi apabila produk atau layanan perusahaan mampu
disampaikan dengan baik serta mendapatkan perhatian dari target customer.
Pencapaian tersebut membutuhkan komunikasi, sales force, dan sumber daya distribusi
perusahaan (Weerawardena, 2003).
Strategi bisnis, struktur organisasi, dan kemampuan memproses informasi pasar
memiliki dampak positif terhadap pengembangan Marketing Capability. perusahaan
dengan Marketing Capability yang terus dikembangkan akan memiliki tingkat
efektivitas yang lebih baik serta memegang peranan penting dalam mencapai
Competitive Advantage (Vorhies, 1998).
18 Universitas Kristen Petra
Apabila perusahaan mampu menerapkan strategi pemasaran dengan baik, akan
mampu menjadikan perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk bisa bersaing
menghadapi competitor (Mariadoss, Tansuhaj, Mouri, 2011). Hal ini menengaskan
kembali pentingnya kemampuan pemasaran perusahaan di dalam persaingan yang
dikatakan dalam penelitian terdahulu bahwa Marketing Capability bisa membantu
perusahaan dalam menciptakan Competitive Advantage yang sustainable (Hooley,
Fahy, Cox, Beracs, Fonfara & Snoj, 1999).
Competitive Advantage diperlukan perusahaan dengan memiliki keunikan,
keunggulan dan kekhasan yang tidak bisa ditemui oleh customer dari pesaing. Oleh
karena itu, penciptaan Competitive Advantage perlu diperhatikan dengan benar dengan
memperhatikan bahwa kelebihan yang dihasilkan oleh perusahaan harus mendapat
pengakuan dari customer melalui komunikasi dan hubungan yang diupayakan oleh
perusahaan.
2.6.4 Hubungan Customer Engagement dengan Competitive Advantage
Customer engagement memperlihatkan rencana untuk menciptakan dan
mengembangkan prestasi perusahaan, termasuk pertumbuhan penjualan dan superior
competitive advantage (Hollebeek, L. D. 2013). Salah satu peranan paling penting
dalam pemberian keputsan untuk pembelian adalah adanya rekomendasi ataupun
review. Rekomendasi yang paling dapat dipercaya oleh customer adalah dari sesama
customer, dan sudah pernah mengonsumsi produk atau jasa yang direkomendasikan.
Adanya pengembangan produk sehingga menjadi lebih baik juga dikarenakan adanya
masukan dari customer, hal ini bisa menjadi added value bagi perusahaan Mewujudkan
hubungan yang positif dengan customer merupakan cara yang efisien untuk mengikat
perusahaan dengan customer yang mengakibatkan adanya keuntungan jangka panjang
bagi perusahaan (Nordin, F., 2008). Bijmolt, T. H. A., Leeflang, P. S. H., Block, F.,
Eisenbeiss, M., Hardie, B. G.S., Lemmens, A., and Saffert, P. (2010) juga menyertakan
bahwa customer engagement akan menyebabkan customer bertahan dengan
perusahaan, dan customer tersebut akan membantu perusahaan mendapatkan customer
lain dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
19 Universitas Kristen Petra
Dalam jurnal penelitian Kumar, V., Aksoy, L., Donkers, B., Venkatesan, R., Wiesel,
T., & Tillmanns, S. (2010) yang berjudul “Undervalued or Overvalued Customers:
Capturing Total Customer Engagement Value” mengatakan bahwa customer
engagement dapat menghasilkan customer yang dapat menjadi sumber informasi bagi
perusahaan untuk dijadikan database yang menaikkan efektivitas perusahaan.
Pengembangan produk yang diterima dari customer, dan perushaan dapat
merealisasikan keinginan dari customer. kelebihan inilah yang akan meciptakan
keunggulan bersaing bagi perusahaan yang memiliki customer engagement
dibandingkan kompetirot lain yang tidak memiliki.
2.6.5 Hubungan Perceived Value dengan Competitive Advantage
Saat ini, perceived value yang dirasa lebih tinggi adalah sumber competitive
advantage di pasar tempat kompetitor bersaing (Woodruff, R. B., 1997). Day (1994)
juga megatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir telah diakui bahwa perilaku
customer yang lebih baik dipahami jika dianalisis melalui perceived value. Bahkan,
value adalah kunci untuk mendapatkan competitive advantage.
Ketika customer sudah merasa bahwa produk atau jasa yang diberikan memiliki
nilai positif yang berbeda, hal ini akan membuat customer memiliki keloyalitasan yang
tinggi terhadap perusahaan. Bahkan dalam jurnal “Gaining competitive advantage
through the right business model: analysis based on case studies” (Purkayastha, A.,
Sharma, S, 2016) mengatakan ada beberapa perusahaan lokal dengan fokus yang
berkerja sama agar mendapatkan value sebagai sumber dari competitive advantage.
20 Universitas Kristen Petra
2.7 Kerangka Konseptual
1. Pricing Capability
2. New Product Capability
3. Channel Management Capability
4. Marketing Communication Capability
5. Market Information Management Capability
6. Marketing Implementation Capability
(Vorhies & Morgan, 2005)
1. Enthusiasm
2. Enjoyment
3. Attention
4. Absorption
5. Sharing
6. Learning
7. Endorsing
(Morgan Thomas, 2015)
Customer
Engagement
(Y2)
Marketing
Capability (X1)
H4 H1
H3 Competitive
Adavantage (Z1)
H2 H5
Perceived Value
(Y1)
1. Quality value
2. Emotional value
3. Social value
Sweeney and Soutar (2001)
1. Cost
2. Quality
3. Delivery
4. Flexibility
Boyer & Lewis (2002)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber: Olahan Penulis
21 Universitas Kristen Petra
2.8 Hipotesa
H1 : Marketing Capability berpengaruh positif terhadap Customer Engagement
H2 : Marketing Capability berpengaruh positif terhadap Perceived Value
H3 : Marketing Capability berpengaruh positif terhadap Competitive Advantage
H4 : Customer Engagement berpengaruh positif terhadap Competitive Advantage
H5 : Perceived Value berpengaruh positif terhadap Competitive Advantage
2.9 Kerangka Berpikir
LATAR BELAKANG
1. Banyanya jumlah penduduk di Indonesia
2. Kebutuhan customer terhadap makanan dan minuman sehat
3. Visi dan misi dari PT Nutrifood Indonesia untuk menjadi pioneer dan pelopor
industri mamin kesehatan di Indonesia
4. Nilai yang dipandang masyarakat tentang PT Nutrifood Indoesia
RUMUSAN MASALAH
a. Apakah Marketing Capability berpengaruh terhadap Customer Engagement pada PT Nutrifood
Indoesia di Surabaya?
b. Apakah Marketing Capability berpengaruh terhadap Perceived Value pada PT Nutrifood
Indonesia di Surabaya?
c. Apakah Marketing Capability berpengaruh terhadap Competitive Advantage pada PT Nutrifood
Indonesia di Surabaya?
d. Apakah Customer Engagement berpengaruh terhadap Competitive Advantage pada PT Nutrifood
Indonesia di Surabaya?
e. Apakah Perceived Value berpengaruh terhadap Competitive Advantage pada PT Nutrifood
Indonesia di Surabaya?
22 Universitas Kristen Petra
Customer
Engagement
(Y1)
Competitive
Advantage
(Z1)
Marketing
Capability
(X1)
Perceived
Value (Y2)
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Sumber: Olahan Penulis
top related