13 k aj ian p us t a k a ti n ja u an intensitas per h ...eprints.uny.ac.id/9745/3/bab2.pdf · satu...
Post on 12-Jun-2018
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Intensitas Perhatian Orang Tua
Setiap orang tua selalu mengharapkan agar kelak anaknya memiliki
kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya, berguna bagi Nusa, Bangsa,
dan Agama. Untuk itulah orang tua mempunyai tanggung jawab dan
kewajiban dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua dari lapisan
manapun pasti menginginkan keberhasilan pendidikan anak-anaknya,
mereka akan berusaha sekuat tenaga dengan segala daya dan upaya
semaksimal mungkin untuk mencapai hal tersebut.
Salah satu peranan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan anaknya
adalah dengan memberikan perhatian, terutama perhatian pada kegiatan
belajar anaknya. Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan anak dalam belajar dan merupakan faktor yang paling penting
dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Hal ini mendorong orang tua
untuk berupaya memperhatikan anaknya dalam belajar, sehingga anak
merasa diperhatikan sehingga menimbulkan semangat belajar anak.
Perhatian orang tua ini diharapkan membuat anak menjadi rajin
belajar dan dari hasil belajarnya tersebut dapat memperoleh prestasi belajar
yang maksimal. Mengingat hal tersebut, maka orang tua yang merupakan
bagian dari keluarga, dan keluarga sebagai unit terkecil didalam
masyarakat memiliki tanggungjawab untuk membimbing anak-anak dalam
13
14
proses pencapaian prestasi belajar. Perhatian orang tua merupakan salah
satu wujud tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan
psikologis anak yang turut mendukung tercapainya prestasi belajar.
1. Pengertian Intensitas Perhatian Orang Tua
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai intensitas perhatian orang
tua, sebelumnya ada beberapa pendapat dari para ahli tentang perhatian
itu sendiri. Sumadi Suryabrata, (Erlita Rahmawati, 2011: 11)
menyatakan bahwa “perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju
kepada suatu objek”. Objek dalam penelitian ini yaitu pemusatan
perhatian orang tua terhadap anaknya yang masih membutuhkan
perhatian dan bimbingan dalam mencapai prestasi belajar. Kartini
Kartono, (Slamet Suparyoto, 2011: 12) menyatakan bahwa “perhatian
itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang
menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan
pembatasan kesadaran terhadap satu objek. Kemudian Bimo Walgito
(2004: 98) mengemukakan bahwa “perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada
suatu objek atau sekumpulan objek”. Sedangkan Abu Ahmadi (2009:
142) menjelaskan bahwa perhatian adalah “keaktifan jiwa yang
diarahkan kepada sesuatu objek baik di dalam maupun di luar dirinya,
perhatian timbul dengan adanya pemusatan kesadaran kita terhadap
sesuatu”. Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perhatian adalah
15
pemusatan tenaga psikis dari seluruh aktivitas individu yang tertuju
pada suatu atau sekumpulan objek baik di dalam maupun di luar
dirinya.
Sedangkan pengertian orang tua menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005: 802) orang tua adalah “ayah ibu kandung, orang
yang dianggap tua, orang yang dihormati”, dari pengertian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian orang tua penelitian ini
adalah ayah dan ibu dari anak (jika anak itu tinggal bersama ayah dan
ibu) atau orang lain yang bertanggung jawab atas pendidikan anak
tersebut, wali siswa atau orang tua asuh atau jika anak tersebut
tinggal bersama wali. Orang tua dapat diartikan sebagai ayah-ibu,
yang mendidik anak menjadi manusia yang bermanfaat bagi keluarga,
masyarakat, dan warga negara yang baik. Dengan demikian perhatian
orang tua dapat dinyatakan sebagai perhatian ayah dan ibu. Orang tua
memiliki perasaan yang sangat penting dalam pendidikan anak-
anaknya, peran ini tidak bisa digantikan oleh guru di sekolah. Orang
tua merupakan pendidik yang pertama dan paling utama, sedangkan
guru di sekolah hanya merupakan pendidik setelah orang tua.
Berkaitan dengan pengertian perhatian yang dipaparkan diatas,
intensitas perhatian orang tua adalah tingkat keseringan perhatian orang
tua yang ditujukan pada kegiatan belajar anak, memberikan bimbingan
belajar, memperhatikan dan memenuhi kebutuhan alat-alat penunjang
pembelajaran, memberikan dorongan untuk belajar memberikan
16
pengawasan, pengarah, dan lain sebagainya supaya siswa mencapai
prestasi belajar yang memuaskan.
2. Macam-macam Perhatian Orang Tua
Menurut Bimo Walgito (2004: 100) jenis-jenis perhatian
dibedakan menjadi beberapa antara lain :
a. berdasarkan bahan dari segi timbulnya perhatian, dibagi
menjadi perhatian spontan dan perhatian tidak spontan, dan
b. berdasarkan banyaknya objek yang dicakup, perhatian dibagi
menjadi perhatian sempit dan perhatian luas.
Menurut Sri Rumini dkk (1993: 13) menyebutkan macam-
macam perhatian dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang
yang pada prinsipnya adalah sebagai berikut.
a. Macam-macam perhatian menurut cara kerjanya, dibedakan
menjadi :
1) perhatian spontan, yaitu perhatian yang tidak disengaja
atau tidak sekehendak subjek, dan
2) perhatian refleksi, yaitu perhatian yang disengaja atau
sekehendak subjek.
b. Macam-macam perhatian menurut intensitasnya, dibedakan
menjadi :
1) perhatian intensif, yaitu perhatian yang banyak
menyertakan aspek kesadarannya, dan
2) perhatian tidak intensif, yaitu perhatian yang tidak
banyak menyertakan aspek kesadaran.
c. Macam-macam perhatian menurut luasnya, dibedakan
menjadi :
1) perhatian terpusat, yaitu perhatian yang tertuju pada
lingkup objek yang sangat terbatas, perhatian ini sering
disebut dengan perhatian konsentratif, dan
2) perhatian terpencar, yaitu perhatian yang tertuju kepada
macam-macam objek yang luas atau tertuju kepada
bermacam-macam objek.
17
Sedangkan menurut Abu Ahmadi (2009: 144-146)
mengemukakan macam-macam perhatian adalah sebagai berikut.
a. Perhatian spontan dan disengaja
Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan
sendirinya oleh karena tertarik pada sesuatu dan tidak
didorong oleh kemauan, perhatian ini sering disebut
perhatian asli atau perhatian langsung. Sedangakan perhatian
disengaja adalah perhatian yang timbulnya didorong oleh
kemauan karena adanya tujuan tertentu.
b. Perhatian statis dan dinamis
Perhatian statis ialah perhatian yang tetap terhadap sesuatu.
Sedangkan perhatian dinamis adalah perhatian yang mudah
berubah-ubah, mudah bergerak, mudah berpindah dari objek
yang satu ke objek yang lain.
c. Perhatian konsentratif dan distributif
Perhatian konsentratif (memusat), yakni perhatian yang hanya
ditujukan kepada satu objek/masalah tertentu. Sedangkan
perhatian distributif (terbagi-bagi), dengan sifat distributif ini
orang dapat membagi-bagi perhatiannya kepada beberapa
arah dengan sekali jalan/dalam waktu yang bersamaan.
d. Perhatian sempit dan luas
Orang yang mempunyai perhatian sempit dengan mudah dapat
memusatkan perhatiannya pada suatu objek yang terbatas,
sekalipun ia berada di tempat yang ramai. Selain itu juga tidak
mudah memindahkan perhatiannya ke objek lain, jiwanya
tidak mudah tergoda oleh keadaan sekelilingnya. Sedangkan
orang yang mempunyai perhatian luas, ia mudah sekali
tertarik oleh kejadian-kejadiannya disekelilingnya, mudah
terangsang, dan perhatiannya tidak dapat mengarah kepada
hal-hal tertentu.
e. Perhatian fiktif dan fluktuatif
Perhatian fiktif (melekat), yakni perhatian yang mudah
dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa
perhatiannya dapat melekat lama pada objek. Kemudian
perhatian fluktuatif (bergelombang) adalah perhatian yang
sangat subjektif, sehingga yang melekat hanyalah hal-hal
yang dirasa penting bagi dirinya.
3. Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua
Perhatian orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak
sangat diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah
18
perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar yang dilakukan anak
sehari-hari. Berdasarkan pendapat M. Dalyono (2009: 59) dan
Slameto (2003: 61) tentang perhatian orang tua yang
mempengaruhi keberhasilan belajar anak yang telah diungkapkan
pada pendahuluan, maka dirumuskan bentuk perhatian orang tua
terhadap kegiatan belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan
dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian
penghargaan dan hukuman, pemenuhan kebutuhan belajar,
menciptakan suasana belajar yang tenang dan tenteram,
memperhatikan kesehatan anak, memberikan petunjuk praktis,
mengenai (cara belajar, cara mengatur waktu, disiplin belajar,
konsentrasi dan persiapan menghadapi ujian).
a. Pemberian bimbingan dan nasihat
Menurut Abin Syamsudin Makmun, (2005: 227) bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu tertentu. Dari
definisi bimbingan tersebut dapat dikaitkan dengan
bimbingan orang tua kepada anak, bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Memberikan bimbingan kepada anak merupakan kewajiban
orang tua. Bimbingan belajar terhadap anak berarti
pemberian bantuan kepada anak dalam membuat pilihan-
pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap
19
tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam
belajarnya dan bertanggung jawab dalam menilai
kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan
mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi
yang berkembang secara optimal meliputi semua aspek
pribadinya sebagai individu yang potensial.
Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak
tidak mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari
orang tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak
mudah sekali putus asa karena ia masih labil, untuk itu
orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak selama ia
belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa
semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan
dan memperbaikinya.
b. Pengawasan terhadap belajar
Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya,
sebab tanpa adanya pengawasan yang komitmen dari orang
tua besar kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan
lancar. Pengawasan orang tua tersebut berarti mengontrol
atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih
20
diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua
akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak,
kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang
dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan
lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi
segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil
belajar yang maksimal.
Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan
terhadap kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih
ditekankan pada pengawasan kewajiban anak yang bebas dan
bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukan
tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang bertindak
sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan
tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat
yang mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya.
Kelalaiannya di sini contohnya adalah ketika anak malas
belajar, maka tugas orang tua untuk mengingatkan anak akan
kewajiban belajarnya dan memberi pengertian kepada anak
akan akibat jika tidak belajar.
Dengan demikian anak akan terpacu untuk belajar
sehingga prestasi belajarnya akan meningkat. Pengawasan
atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya ketika
anak di rumah saja, akan tetapi hendaknya orang tua juga
21
terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua
tentang pengalaman anak di sekolah sanagt membantu orang
tua lebih dapat memotivasi belajar anak dan membantu anak
menghadapi masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah
serta tugas-tugas sekolah.
c. Pemberian penghargaan dan hukuman
Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah
memberikan pujian dan penghargaan pada kemampuan atau
prestasi yang diperoleh anak. Pujian dimaksudkan
menunjukan bahwa orang tua menilai dan menghargai
tindakan usahanya. Bentuk lain penghargaan orang tua selain
memberikan pujian adalah dengan memberikan semacam
hadiah atau yang lain. Hadiah ini dimaksudkan untuk
memberikan motivasi pada anak, untuk menggembirakan,
dan untuk menambah kepercayaan pada anak itu sendiri, serta
untuk mempererat hubungan dengan anak.
Jika anak memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang
tua memberikan penghargaan kepada anaknya untuk
meningkatkan aktivitas belajarnya. Untuk mendorong
semangat belajar anak hendaknya orang tua mampu
memberikan semacam hadiah untuk memotivasi belajar bagi
anak itu sendiri. Namun, kadang kala orang tua juga dapat
menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak
22
melakukan sesuatu yang buruk, misalnya ketika anak malas
belajar atau malas masuk ke sekolah. Tujuan diberikan
hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang
kurang baik, dan tujuan selanjutnya adalah mendidik dan
mendorong anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku
yang tidak baik. Di samping itu hukuman yang diberikan itu
harus wajar, logis, objektif, dan tidak membebani mental,
serta harus sebanding antara kesalahan yang diperbuat
denagn hukuman yang diberika. Apabila hukuman terlalu
berat, anak cenderung untuk menghindari atau meninggalkan.
d. Pemenuhan kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak.
Kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam
sekolah, buku-buku, alat-alat belajar dan lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak,
karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar
dengan baik.
Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai
akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak-
anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya seringkali
tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala
kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih
23
bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Mengenai
perhatian terhadap kebutuhan belajar, kaitannya dengan
motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Hal
itu dapat diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan
belajar, berarti anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya.
Kebutuhan belajar, seperti buku termasuk unsur yang
sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar.
Pada dasarnya buku merupakan salah satu sumber belajar,
disamping sumber belajar yang lain. Dengan dicukupinya
buku yang merupakan salah satu sumber belajar, akan
memperlancar proses belajar mengajar di dalam kelas dan
mempermudah dalam belajar di rumah. Dengan demikian
sudah sepatutnya bagi para orang tua untuk memperhatikan
dan berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak.
e. Menciptakan suasana belajar yang tenang dan tenteram
Orang tua harus menciptakan ruang dan suasana rumah
yang aman dan nyaman ketika anak belajar di rumah,
sehingga anak dalam belajar tidak terganggu. Suasana rumah
yang gaduh dan ramai tidak akan memberi ketenangan
kepada anak yang sedang belajar. Rumah yang bising dengan
suara radio, tape recorder, TV, suara penghuni rumah yang
rebut, maupun suara pertengkaran orang tua pada waktu
belajar, dapat mengganggu konsentrasi belajar anak
24
(Slameto, 2003: 63). Suasana rumah yang tenang dan tentram
anak merasa kerasan/betah tinggal di rumah, dapat
berkonsentrasi dalam belajar, dan dapat belajar dengan baik
sehingga akan mendukung belajar anak.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa usaha dan
berbagai bentuk perhatian orang tua dapat mendukung
kelancaran dan keberhasilan kegiatan belajar sehingga dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak. Bagaimanapun sibuknya
orang tua, mereka harus memberikan waktu dan perhatian
kepada anak-anaknya setiap hari karena anak merupakan
tunas dan harapan masa depan bangsa.
f. Memperhatikan kesehatan
Orang tua harus memperhatikan makanan yang dimakan
anak, gizi makanan yang diberikan, istirahat anak, dan
kesehatan badan yang lainnya. Selain itu juga memeriksakan
anak ke dokter atau Puskesmas terdekat ketika anak sakit.
g. Memberikan petunjuk-petunjuk praktis mengenai :
1) cara belajar,
2) cara mengatur waktu,
3) disiplin belajar,
4) konsentrasi, dan
5) persiapan menghadapi ujian.
25
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua
Menurut Abu Ahmadi (2009: 146-147), perhatian dipengaruhi
oleh beberapa faktor adalah sebagai berikut.
a. Pembawaan
Adanya pembawaan tertentu yang berhubungan dengan
objek yang berhubungan dengan objek yang direaksi, maka
timbul perhatian terhadap objek tertentu.
b. Latihan dan kebiasaan
Dari hasil latihan-latihan atau kebiasaan dapat menyebabkan
mudah timbulnya perhatian terhadap bidang tertentu
walaupun tidak ada bakat pembawaan tentang bidang
tersebut.
c. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan
tersebut mempunyai tujuan yang harus dicurahkan
kepadanya. Adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan
timbulnya perhatian terhadap objek tersebut.
d. Kewajiban
Di dalam kewajiban terkandung tanggung jawab yang harus
dipenuhi oleh orang yang bersangkutan, ia menyadari atas
kewajibannya itu. Dia tidak akan bersikap masa bodoh, apa
yang menjadi kewajibannya akan dijalankan dengan penuh
perhatian.
e. Keadaan jasmani
Sehat tidaknya jasmani sangat mempengaruhi perhatian kita
terhadap suatu objek.
f. Suasana jiwa
Keadaan batin, perasaan, fantasi dan pikiran sangat
mempengaruhi perhatin kita. Mungkin dapat mendorong dan
sebaliknya dapat juga menghambat.
g. Suasana di sekitar
Adanya macam-macam suasana di sekitar kita, seperti
kegaduhan, keributan, kekacauan, temperatur, sosial ekonomi,
keindahan, dan sebagainya dapat mempengaruhi perhatian.
h. Kuat tidaknya perangsang dari objek itu sendiri
Berapa kuatnya perangsang yang bersangkutan dengan
objek perhatian sangat mempengaruhi perhatian kita. Jika
rangsangannya kuat, kemungkinan perhatian terhadap objek
tersebut besar pula. Sebaliknya jika rangsangannya lemah,
perhatian kita juga tidak begitu besar.
26
B. Tinjauan Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
“Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar” Syaiful Bahri Djamarah, (2002:
114). Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang artinya
dorongan atau menggerakan. Menurut Mc. Donald dalam Syaiful
Bahri Djamarah, (2002: 114), Motivasi adalah suatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam
dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa
yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu
dipelajari, maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai
keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai
motivasi. Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja
mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan
kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat
penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang
positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta
menanggung resiko dalam belajar.
Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya
dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar
27
pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk
mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri
siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam
mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas
individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi
dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan
tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui
penyusunan jadwal belajar dan melaksanakannya dengan tekun.
“Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan berlangsung dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki siswa yaitu pencapaian prestasi belajar yang optimal
dapat dicapai.” Winkel, (Fajar Kurniawan Saputro, 2006: 17).
“Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar.” (Sardiman, 2007: 75).
Menurut beberapa pendapat di atas motivasi belajar adalah suatu
dorongan yang kuat terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas belajar sehingga mencapai tujuan tertentu atau mencapai
prestasi yang optimal. Motivasi belajar yang kuat akan mempengaruhi
intensitas usaha belajar yang tekun dan tidak lekas putus asa dalam
menghadapi tugas sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar yang
dicapai. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya
28
sendiri ada keinginan untuk belajar.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar secara
keseluruhan daya penggerak atau dorongan yang kuat dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan untuk belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
siswa yaitu mencapai tujuan prestasi belajar yang optimal yang dapat
dicapai. Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup bekerja
keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi
itu muncul karena dorongan adanya kebutuhan. Dorongan seseorang
untuk belajar menurut Maslow, (Sardiman 2007: 80) sebagai berikut :
a. kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat
dan sebagainya,
b. kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut
dan kecemasan,
c. kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat
atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok), dan
d. kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan
bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan,
sosial dan pembentukan pribadi.
2. Macam-macam Motivasi Belajar
Macam-macam motivasi belajar, menurut Sardiman (2007: 89-91)
motivasi dibagi menjadi dua tipe: a) motivasi intrinsik, merupakan
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang
senang membaca tidak usah disuruh atau mendorongnya, ia sudah
rajin membaca buku-buku untuk dibacanya, b) motivasi ekstrinsik,
29
merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu
besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik,
atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan
esensi apa yang dilakukannya itu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 115) yang tergolong
bentuk motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam
motivasi intrinsik yaitu: a) belajar karena ingin mengetahui seluk-
beluk masalah selengkap-lengkapnya, b) belajar karena ingin menjadi
orang terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada penghayatan
kebutuhan dan siswa berdaya upaya melalui kegiatan belajar untuk
memenuhi kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat.
Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi belajar ekstrinsik yaitu: a)
belajar demi memenuhi kewajiban, b) belajar demi menghindari
hukuman yang diancam, c) belajar demi memperoleh hadiah material
yang dijanjikan, d) belajar demi meningkatkan gengsi sosial, e) belajar
demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi
persyaratan kenaikan jenjang, f) belajar demi memperoleh pujian dari
orang yang penting.
30
3. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar
siswa, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang
dilakukan oleh siswa.
Menurut Sardiman (2007: 85) fungsi motivasi adalah:
a. mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan,
b. menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak
dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya,
dan
c. menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Dari penjelasan di atas bahwa motivasi sangat penting dalam
proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan
dengan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar
tersebut diperlukan suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi
siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar
yang optimal.
4. Indikator Motivasi
Menurut Max Darsono, 2000: 65 ; Dimyati dan Mudjiono, 1994:
90-92, (Fajar Kurniawan Saputro, 2006: 11-13) indikator dari
motivasi, yaitu: a) cita-cita, b) kemampuan belajar, c) kondisi siswa,
d) kondisi lingkungan, e) unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan f)
31
upaya guru membelajarkan siswa.
a. Cita-cita
Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini
diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan
yang mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita
seseorang disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan,
bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang juga menimbulkan adanya
perkembangan kepribadian.
b. Kemampuan belajar
Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini
diukur melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa
yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan
siswa yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir
rasional. Siswa yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk
melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat
sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya
dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan merasa malas
untuk berbuat sesuatu.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi
psikologis, karena siswa adalah makluk yang terdiri dari kesatuan
psikofisik. Kondisi fisik siswa lebih cepat diketahui daripada
kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas
menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri
siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan
dikelola agar dapat menyenangkan dan membuat siswa merasa
nyaman untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga perlu
mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi,
dihargai, diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul
dan dapat dipertahankan.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya
didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-
kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah
belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan,
perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami
perubahan selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.
f. Upaya guru membelajarkan siswa
Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam
mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian
siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya guru
32
hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi
titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar
sehingga motivasi belajar siswa menjadi melemah atau hilang.
C. Tinjauan Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya
evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolok ukur maksimal
yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama
waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi telah dirasa
cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai
ukuran dari prestasi belajar. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai
prestasi belajar, terlebih dahulu akan dibahas mengenai prestasi dan
belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) prestasi adalah
“hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.
Kemudian Sutisna, (Erlita Rahmawati, 2011: 27) mengemukakan
bahwa prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan
baik secara individual atau kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa
prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik
secara perorangan maupun kelompok dengan jalan keuletan kerja.
Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli tentang pengertian
belajar, diantaranya Slameto, (2003: 2) menyatakan bahwa “belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
33
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Selanjutnya Wittig, (Muhibin Syah, 2006: 65-66), mengemukakan
bahwa “belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi
dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman”. Sedangkan Sardiman (2007: 21)
menjelaskan bahwa “belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,
psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya,
yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik”. Beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah proses perubahan keseluruhan tingkah laku
individu yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik yang relatif menetap sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Masalah belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
perubahan proses belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(2002: 700) dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah “penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”. Selanjutnya Muhibin Syah (2006: 213)
menyebutkan bahwa “pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa”.
34
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi
kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, yang dapat diukur secara
langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tes dan lazimnya
ditunjukkan dengan angka nilai. Berdasarkan pengertian diatas, maka
dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan
menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat diketahui
setelah diadakan evaluasi. Hasil evaluasi dapat memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.
2. Macam-macam Tes Prestasi Belajar
Dalam proses pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar sebagai
tolok ukur prestasi belajar yang dicapai peserta didik diperlukan
evaluasi belajar. “Melalui evaluasi, dapat diketahui kemajuan-
kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan
35
penting mengenai apa yang diperoleh dan diketahui anak, serta dapat
merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya”
(Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 198).
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan
ruang lingkupnya, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
(2006: 106-107) mengolongkan tes prestasi belajar sebagai berikut.
a. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes
ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
bahan/pokok bahasan tertentu dalam waktu tertentu. Dapat pula
dimanfaatkan guru untuk mengetahui keberhasilan proses belajar
mengajar.
b. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran/sejumlah pokok
bahasan tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap
siswa terhadap sejumlah pokok bahasan yang telah diajarkan,
untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
36
c. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah yang telah diajarkan selama satu
semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk
menetapkan tingkat keberhasilan siswa dalam suatu periode
belajar tertentu. Tes ini meliputi ujian akhir semester, tes
kenaikan kelas, ujian akhir sekolah dan ujian akhir nasional. Hasil
dari tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun
peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah. Tes hasil belajar
akan menggambarkan sejauh mana siswa telah mencapai hasil
yang diharapkan dari proses belajar mengajar dan prestasi yang
telah dicapai siswa.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan oleh individu adalah hasil yang telah dicapai dari
proses belajar. Salah satu hasil dari proses belajar adalah prestasi
belajar. Jadi, untuk memperoleh hasil belajar dalam bentuk “perubahan”
harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam
individu dan dari luar individu.
Nohei Nasution, dkk (Syaiful Bahri Djamarah 2002: 141)
memandang belajar itu bukanlah suatu aktifitas yang berdiri sendiri.
Mereka berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung
di dalamnya, yaitu raw input, learning teaching proses, output,
37
invoremental input, dan instrumenal input.
Raw input adalah masukan mentah yang merupakan bahan
pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning
teaching proces) dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran
(output) dengan kualifikasi tertentu. Dalam proses belajar mengajar
sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari lingkungan
(invoremental input) dan sejumlah faktor instrumental (instrumenal
input) yang sengaja dirancang dan dimanipulasi untuk menunjang
tercapainya keluaran yang diinginkan. Untuk memperjelas apa yang
disebutkan diatas Nohei Nasution, dkk (Syaiful Bahri Djamarah 2002:
142-171) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar, adalah sebagai berikut.
a. Faktor dari luar (eksternal) adalah:
1) faktor Lingkungan yaitu: lingkungan alami dan lingkungan
sosial budaya, dan
2) faktor Instrumenal yaitu: kurikulum, program, sarana dan
fasilitas, dan guru.
b. Faktor dari dalam (internal) meliputi: kondisi fisiologi dan kondisi
panca indra, dan kondisi psikologis (minat, kecerdasan, bakat,
motivasi, kemampuan kognitif).
Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo (2004: 138-139) menyatakan
bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri
(faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam
mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.
38
a. Faktor internal
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh terdiri atas:
a) faktor intelektif, yaitu: faktor potensial (kecerdasan dan
bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah
dimiliki), dan
b) faktor non intelektif, yaitu: unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi, penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor eksternal
1) Faktor sosial terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
tekhnologi, kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas
belajar, iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun
tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dari sekian banyak
faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dapat digolongkan
menjadi 2, yaitu faktor internal yang berasal dari diri seseorang dan
faktor internal yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor internal
meliputi kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegency),
bakat, minat, motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal
meliputi lingkungan sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitar), budaya, lingkungan
fisik, dan lingkungan spiritual atau keagamaan. Pencapaian prestasi
belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkat kecerdasan siswa
saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan keluarga dan sekolah
39
dimana guru, kurikulum, sarana dan prasarana belajar dijadikan
sebagai sumber belajar bagi kelancaran proses belajar mengajar.
D. Kerangka Pikir
1. Pengaruh Intensitas Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar
Segala bentuk intensitas perhatian dari orang tua sangatlah
dibutuhkan peserta didik. Karena intensitas perhatian orang tua
terhadap belajar peserta didik akan dapat menjadi pendorong untuk
giat belajar dan untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Bentuk
intensitas perhatian orang tua tersebut dapat berupa pemberian
bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap kegiatan belajar anak,
pemberian penghargaan dan hukuman, pemenuhan fasilitas belajar,
menciptakan suasana tenang dan tenteram, memperhatikan kesehatan
anak, dan memberikan petunjuk praktis mengenai: cara belajar, cara
mengatur waktu, disiplin belajar, konsentrasi, dan persiapan
menghadapi ujian. Semakin baik intensitas perhatian orang tua yang
diberikan kepada anak, maka akan semakin berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Lain halnya bagi peserta didik yang orang tuanya
kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, acuh tak acuh
terhadap aktifitas belajar anaknya, dapat menyebabkan anak kurang
termotivasi untuk belajar dan mengakibatkan prestasi yang dicapai
rendah/tidak memuaskan. Jadi intensitas perhatian orang tua dan
segala bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan dan kegiatan
40
belajar anak dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.
2. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi belajar
Selain perhatian dari orang tua dengan semangat belajar yang
tinggi siswa cenderung mempunyai keinginan untuk belajar lebih giat
sehingga bisa mendapatkan yang ia inginkan. Dalam hal ini persoalan
motivasi dikaitkan dengan prestasi belajar yang diperoleh dari proses
belajar. Motivasi belajar disini adalah suatu dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar sehingga
mencapai suatu tujuan tertentu atau mencapai prestasi yang optimal.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu rasa ingin
tahu dan cita-cita, selain itu dipengaruhi faktor dari luar yaitu
memenuhi kewajiban, menghindari hukuman, memperoleh hadiah,
meningkatkan gengsi sosial, memperoleh pujian dan tuntutan. Siswa
yang mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar dengan keras
akan mempunyai prestasi seperti yang ia harapkan. Jadi dengan
motivasi belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar.
3. Pengaruh Intensitas Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar
terhadap Prestasi Belajar
Faktor intensitas perhatian orang tua dan motivasi belajar
merupakan faktor besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak.
Orang tua yang dapat mendidik anaknya dengan cara memberikan
perhatian dan dorongan yang lebih akan berpengaruh positif terhadap
41
prestasi belajar anak. Dan sebaliknya, orang tua yang tidak
memperhatikan anaknya, acuh tak acuh, tidak memberikan dorongan
akan berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar anak. Sehingga
dengan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa jika siswa memiliki
intensitas perhatian lebih dari orang tua dan mempunyai motivasi
belajar yang tinggi, maka akan mempunyai pengaruh yang positif
terhadap prestasi belajar siswa tersebut.
Untuk mengetahui pengaruh intensitas perhatian orang tua dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar, maka akan dilakukan penelitian
mengenai hal tersebut. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel bebas
(independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable).
1. Variabel bebas
Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas perhatian
orang tua dan motivasi belajar.
2. Variabel terikat
Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
siswa. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Desain Penelitian
X1
X2
Y
42
Keterangan:
X1 = intensitas perhatian orang tua
X2 = motivasi belajar
Y = prestasi belajar siswa
= garis hubungan/keterkaitan
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dengan rumusan kerangka di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. H1 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas
perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV
SD se Gugus Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran
2011/2012.
2. H2 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi
belajar terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD se
Gugus Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.
3. H3 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas
perhatian orang tua dan motivasi belajar secara bersama-sama
terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD se-Gugus
Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.
top related