1 bab i pendahuluan bangunan gedung pada umumnya
Post on 31-Dec-2016
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh
manusia untuk melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung yang dibangun
dapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu dilengkapi dengan prasarana
lain, yang disebut prasarana bangunan atau utilitas bangunan.
Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung, agar
bangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu penghuninya
akan merasa nyaman, aman, dan sehat.
Ruang lingkup dari Utilitas Bangunan diantaranya adalah :
Sistem plambing air minum
Sistem plambing air kotor
Sistem plambing air hujan
Sistem pembuangan sampah
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
Sistem instalasi listrik
Sistem pengkondisian udara
Sistem transportasi vertikal
Sistem telekomunikasi
Sistem penangkal petir
Salah satu bagian dari utilitas bangunan adalah Plambing. Termasuk dalam ruang
lingkup plambing diantaranya adalah : sistem penyediaan air minum, sistem pembuangan
air kotor, dan sistem pembuangan air hujan didalam bangunan gedung.
Plambing dapat didefinisikan sebagai berikut : Sistem Plambing suatu bangunan
gedung adalah : perpipaan sistem penyediaan air minum, perpipaan sistem
pembuangan air kotor, dan perpipaan sistem pembuangan air hujan.
2
Karena plambing merupakan bagian dari utilitas bangunan, maka tujuan penempatan
plambing dalam suatu bangunan gedung juga, agar penghuni bangunan gedung tersebut
merasa aman, nyaman, dan sehat.
3
BAB II
SISTEM PLAMBING AIR MINUM
2.1 U M U M
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam semua kehidupan, termasuk
kehidupan manusia. Tidak saja karena sekitar (65-80) % dari tubuh manusia, terdiri dari
cairan, tetapi juga karena di dalam air itu terdapat berbagai mineral dan unsur kimia,
seperti Ca, Fe, F, J, dan lain-lain yang diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk menjaga
kesehatan manusia.
Selain dari pada itu air juga merupakan tempat hidup binatang–binatang air, mulai
dari ikan sampai mikroorganisme. Mikroorganisme–mikroorganisme yang hidup di dalam
air sangat bermacam–macam, ada yang pathogen (membahayakan bagi kesehatan manusia)
dan ada yang tidak pathogen. Oleh karena itu, air disamping sebagai kebutuhan hidup juga
sebagai media/sarana penularan penyakit. Sejumlah penyakit menular, terutama penyakit–
penyakit perut yang tergolong dalam “ Water borne deseases” , seperti typus, cholera, dan
gastrolenteritis ( common diarhea ), adalah penyakit–penyakit yang dapat berkembang dan
ditularkan melalui air. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : “Bila sumur tidak
hygienis dan letaknya dekat sekali dengan kakus, dimana pada kakus itu ada faeses
(kotoran manusia) yang mengandung kuman-kuman cholera, maka kuman-kuman cholera
tadi akan ikut dengan air yang merembes masuk kedalam sumur. Bila air sumur yang telah
terkontaminasi oleh kuman-kuman cholera digunakan oleh manusia tanpa pengolahan
terlebih dahulu, maka kuman-kuman cholera itu akan masuk kedalam perut manusia dan
akan berkembang biak, maka manusianya akan sakit”.
Disamping air sebagai media penularan penyakit perut, air pun merupakan pelarut
yang sangat baik. Oleh karena itu di dalam air banyak dijumpai zat-zat kimia atau
mineral-mineral. Zat kimia dan mineral-mineral itu kadar di dalam air tergantung dari
daerah yang di laluinya.
Agar supaya air itu bisa digunakan oleh manusia secara aman (tidak
mengganggu/membahayakan kesehatan), maka organisme-organisme, bahan-bahan kimia
dan mineral-mineral tadi keberadaannya harus pada batas-batas tertentu, dengan kata lain
air tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat ini dinamakan syarat kualitas
air minum.
4
Air minum bisa didefinisikan sebagai berikut : “Air minum adalah air yang telah
memenuhi syarat kualitas air minum (syarat fisik, kimiawi dan bakteriologi)”, yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005, tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pasal 1 ayat 2. Air Minum adalah air
minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat kualitas air minum adalah :
Syarat fisik : jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan
sejuk (temperatur dibawah suhu kamar).
Syarat kimiawi : air mengandung zat-zat kimia atau mineral-mineral dalam
kadar tertentu.
Syarat bakteriologi : air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri pathogen.
Didalam bangunan gedung air minum digunakan untuk berbagai keperluan yang
menunjang kegiatan penghuninya, diantaranya adalah : keperluan untuk memasak, mandi,
minum, mencuci, penggelontor kakus, menyiram tanaman, kolam renang, dan lain
sebagainya.
2.2 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Jenis penyediaan air minum didalam bangunan gedung ada 2 (dua), yaitu :
Penyediaan air minum dingin, dan Penyediaan air minum panas.
5
2.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DINGIN
2.3.1 Sistem Penyediaan air Minum
Sistem penyediaan air minum dingin dalam suatu bangunan gedung ada 3 (tiga)
sistem, yaitu :
a) Sistem sambungan langsung
b) Sistem tangki tekan
c) Sistem tangki atap
a) Sistem sambungan langsung
Sistem sambungan langsung adalah sistem dimana pipa distribusi kebangunan
gedung disambung langsung dengan pipa cabang dari sistem penyediaan air minum secara
kolektif/sistem perpipaan (dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM).
Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM, maka sistem ini hanya
bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2 (dua) lantai.
Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal
dari pipa cabang sistem penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang
distribusi PDAM). Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 1
b) Sistem tangki tekan
Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam bangunan,
pengalirannya menggunakan pompa.
Prinsip kerja sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Air dari sumur atau yang telah ditampung dalam tangki bawah dipompakan ke
dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga air yang ada didalam tangki tertutup
tersebut dalam keadaan terkompresi. Air dari tangki tertutup tersebut dialirkan ke
dalam sistem distribusi bangunan.
7
Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang
menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau
tekanan dalam tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan, dan bekerja
kembali setelah tekanan dalam tangki mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan.
Daerah fluktuasi tekanan biasanya ditetapkan antara 1,00 kg/cm2 sampai 1,50 kg/cm
2 .
Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal
dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dari PDAM
dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah).
Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2, dan Gambar 3.
c) Sistem tangki atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat diterapkan, maka
dapat diterapkan sistem tangki atap.
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah, lalu
dipompakan ke tangki atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan diatas atap atau
dibangunan yang tertinggi, dan bisa juga berupa menara air.
Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal
dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dari PDAM
dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah).
Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 4, dan Gambar 5.
8
GAMBAR : 2
SISTEM TANGKI TEKAN DENGAN SUMBER AIR DARI SUMUR
GAMBAR : 3
SISTEM TANGKI TEKAN DENGAN SUMBER AIR DARI PDAM
10
Agar supaya sistem penyediaan air minum di dalam bangunan gedung (plambing
air minum) dapat berfungsi secara optimal, maka perlu memenuhi beberapa persyaratan
diantaranya adalah :
a) Syarat kualitas
b) Syarat kuantitas
c) Syarat tekanan
a) Syarat kualitas :
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plambing
air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu syarat fisik, syarat
kimiawi, dan syarat bakteriologi, yang sesuai dengan peraturan pemerintah, dalam
hal ini Departmen Kesehatan.
b) Syarat kuantitas :
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plambing
air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu kapasitas air minum
harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum bangunan gedung tersebut.
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan gedung
didasarkan pada pendekatan sebagai berikut :
Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun yang tidak permanen.
Unit beban alat plambing
Luas lantai bangunan
Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai banguan hanya digunakan
untuk menentukan kebutuhan air pada waktu pra rancangan, tidak untuk bangunan
11
gedung yang sudah selesai rancangannya. Perhitungan berdasarkan jumlah penghuni,
dipakai untuk bangunan gedung rumah tinggal.
Contoh perhitungan :
a) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal sederhana
dengan jumlah penghuni sebanyak 5 jiwa.
Asumsikan kebutuhan air sebesar 100 l/jiwa/hari.
Kebutuhan air sebesar : 5 jiwa X 100 l/jiwa/hari = 500 l/hari.
b) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal mewah
dengan jumlah penghuni sebanyak 8 jiwa.
Asumsikan kebutuhan air sebesar 250 l/jiwa/hari.
Kebutuhan air sebesar : 8 jiwa X 250 l/jiwa/hari = 2.000 l/hari.
Perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing, dipakai untuk bangunan
gedung berlantai banyak.
Contoh perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP).
Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk bangunan hotel dengan jumlah
lantai sebanyak 8 lantai.
Asumsikan dalam hotel tersebut terdapat peralatan plambing sebagai berikut :
Kakus dengan tangki gelontor sebanyak 50 unit
Peturasan sebanyak 10 unit
Bak cuci tangan sebanya 50 unit
Bak mandi sebanyak 50 unit
Dus sebanyak 10 unit
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air digunakan Tabel 1, dan Gambar/Grafik 6
Dari Tabel 1, didapat jumlah Unit Beban Alat Plambing (UBAP) sebagai berikut :
Kakus dengan tangki gelontor 50 unit X 5 = 250 UBAP
Peturasan sebanyak 10 unit X 10 = 100 UBAP
Bak cuci tangan sebanya 50 unit X 2 = 100 UBAP
Bak mandi sebanyak 50 unit X 4 = 200 UBAP
Dus sebanyak 10 unit X 4 = 40 UBAP
12
Jumlah total unit beban alat plambing 690 UBAP
Dari Gambar/Grafik 6, didapat besarnya kebutuhan air minum, sebesar 680 l/menit
TABEL : 1
BEBAN KEBUTUHAN ALAT PLAMBING
No
Alat Plambing
Hunian
Jenis Katup
Unit
Bebang
Alat
Plambing
(NUAP)
1 Kakus Umum Katup Gelontor 10
2 Kakus Umum Tangki Gelontor 5
3 Peturasan Umum Katup Gelontor 25 mm (1 inci) 10
4 Peturasan Umum Katup Gelontor 20 mm (1/2 inci) 5
5 Peturasan Umum Tangki Gelontor 3
6 Bak cuci Tangan Umum Kran 2
7 Bak mandi Umum Kran 4
8 Dus Umum Katup Pencampur 4
9 Bak cuci Kantor, dan sebagainya Kran 3
10 Bak cuci Dapur Hotel, Restoran Kran 4
11 Kakus Pribadi Katup Gelontor 6
12 Kakus Pribadi Tangki Gelontor 3
13 Bak cuci Tangan Pribadi Kran 1
14 Bak Mandi Pribadi Kran 2
15 Pancuran Pribadi Katup Pencampur 2
16 Kelompok Kamar Mandi Pribadi Katup Gelontor untuk Kakus 8
17 Dus Terpisah Pribadi Katup Campuran 2
18 Kelompok Kamar Mandi Pribadi Tangki Gelontor untuk Kakus 6
19 Bak cuci Dapur Pribadi Kran 3
20 Bak cuci Pakaian Pribadi Kran 3
21 Alat Plambing Gabungan Pribadi Kran 3
Beban alat plambing yang tidak tercantum dalam Tabel 1 harus diperkirakan dengan membandingkan alat plambing
tersebut dengan alat plambing yang memakai air dalam debit yang sama. Beban yang tercantum dalam Tabel 1 adalah
untuk seluruh kebutuhan.
Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin mempunyai beban masing-masing sebesar ¾ dari beban
yang tercantum dalam Tabel 1
14
c) Syarat tekanan
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam
pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena
pancaran air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar
dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakaian
atau alat yang harus dilayani Tekana air yang berada pada sistem plambing (pada
pipa) tekanannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diantaranya yaitu :
Untuk Perumahan dan hotel antara 2,5 kg/cm2 atau 25 meter kolom air (mka)
sampai 3,5 kg/cm2 atau 35 meter kolom air (mka)
Untuk Perkantoran 4,0 kg/cm2 atau 40 meter kolom air (mka) sampai
5,0 kg/cm2 atau 50 meter kolom air (mka)
Tekanan tersebut tergantung dari peraturan setempat.
Tekanan yang dibutuhkan alat plambing dapat dibaca pada Tabel 2
TABEL : 2
TEKANAN YANG DIBUTUHKAN ALAT PLAMBING
No Nama alat Plambing Tekanan yang dibutuhkan
(kg/cm2)
Tekanan standar
(kg/cm2)
1 Katup gelontor kloset 0,70 1) 2)
1.00
2 Katup gelontor peturasan 0,40 2)
3 Keran yang menutup sendiri, otomatik 0,70 3)
4 Pancuran mandi, dengan pancaran halus/tajam 0,70
5 Pancuran mandi (biasa) 0,35
6 Keran biasa 0,30
7 Pemanas air langsung, dengan bahan bakar gas 0,25 – 0,70 4)
Catatan : 1) 2) Tekanan Minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset dan urinal yang dimuat dalam Tabel 2 ini
adalah tekanan statik pada waktu air mengalir, dan tekanan maksimalnya adalah 4 kg/cm2
3) Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatis, kalau tekanan airnya kurang dari yang minimum
15
dibutuhkan maka katup tidak akan dapat menutup dengan rapat, sehingga air masih akan menetes dari
keran.
4) Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas, tekanan minimum yang dibutuhkan biasanya
dinyatakan/dicantumkan pada alat pemanas tersebut
Untuk bangunan yang berlantai banyak, misalnya 64 tingkat, maka tekanan air
dilantai bawah (untuk sistem pengaliran air dengan menggunakan tangki atap) akan sangat
besar, yaitu sebasar 64 X 3,50 m = 224 meter kolom air (mka). Oleh karena itu, agar
tekana air tidak melampoi batas yang ditentukan, maka bangunan tersebut harus dibagi
menjadi beberapa bagian atau zona, dimana setiap zona tekanan airnya tidak melampoi
tekanan yang terlah ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7
GAMBAR : 7
PEMBAGIAN ZONA TEKANAN
16
2.3.2 Komponen-komponen yang penting
Komponen-komponen atau bagian-bagian yang penting didalam sistem penyediaan
air minum suatu bangunan diantaranya adalah :
1) Sumber air
2) Pompa air
3) Pipa air dan perlengkapannya (assesories)
4) Tangki air
5) Peralatan plambing air minum
2.3.2.1 Sumber air
Sumber air untuk sistem penyedian air minum suatu bangunan gedung ada 2 (dua)
macam yaitu : secara individu dan secara kolektif
Secara individu : adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya diambil
secara perorangan atau rumah tangga/bangunan.
Secara kolektif : adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya diambil
secara bersama-sama atau kolektif yang diselenggarakan oleh
suatu badan atau perusahaan, yang pada umumnya badan atau
perusahaan yang menyelenggarakannya adalah Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Sistem yang digunakan untuk
mendistribusikan airnya menggunakan sarana perpipaan. Oleh
karena itu sistem ini juga disebut : “penyediaan air minum
sistem perpipaan”.
Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara individu dapat dijelaskan
sebagai berikut :
17
Air dari sumber air yang ada didalam tanah melalui sumur diangkat
kepermukaan tanah dengan menggunakan timba/pompa, lalu air tersebut
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ada juga air dari sumber air yang
ada didalam tanah melalui sumur di pompa langsung ke alat-alat
plambing atau di pompa ke menara air, lalu air dari menara air dialirkan
secara gravitasi ke alat-alat plambing. Ada juga yang menggunakan
sumber air dari mata air atau dari air permukaan (sungai atau kolam).
Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara kolektif dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Air dari sumber air (air tanah tertekan, mata air, atau air permukaan) di
alirkan melalui saluran transmisi (saluran pembawa) air baku, baik secara
gravitasi maupun secara pemompaan ke bangunan atau unit pengolahan air
minum (water treatment plan) untuk diolah agar supaya air dari sumber
air yang belum memenuhi syarat kualitas air minum menjadi memenuhi
syarat kualitas air minum. Air minum dari unit pengolahan air minum
(water treatment plan) dialirkan melalui pipa transmisi (pipa pembawa) air
minum secara gravitasi atau pemompaan ke reservoir. Air minum dari
reservoir didistribusikan ke konsumen atau pemakai melalui pipa atau
jaringan pipa distribusi (pipa atau jaringan pipa pembagi) secara gravitasi
atau secara pemompaan atau gabungan pemompaan dan gravitasi”.
Tekanan air pada pipa distribusi, maksimal 40 meter kolom air (mka), dan
pada ujung pipa distribusi minimal 10 meter kolom air (mka).
Dari pipa distribusi air dialirkan ke bangunan gedung, bisa secara langsung
keperalatan plambing, bisa juga secara tidak langsung (menggunakan menara air).
Air dari sistem penyediaan air minum kota (PDAM) pada umumnya kualitasnya
sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum, kalau air dari sumber air individu, ada
yang sudah memenuhi syarat kualitas air minum ada juga yang belum memenuhi. Kalau
belum memenuhi syarat kualitas air minum, maka air tersebut harus diolah terlebih dahulu
agar memenuhi persyaratan air minum, sebelum masuk ke dalam sistem plambing
bangunan gedung.
18
2.3.2.2 Pompa air
Pompa air adalah suatu alat untuk menaikan air dari level yang rendah ke level
yang lebih tinggi. Dilihat dari jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu pompa
hisap dan pompa hisap-tekan. Pompa hisap hanya menaikan air dari level dibawah pompa
kelevel sama dengan level pompa. Pompa hisap-tekan menaikan air dari level dibawah
pompa ke level diatas pompa.
Dari cara kerjanya, pompa dapat dibedakan menjadi pompa tangan dan pompa
mekanik (digerakan dengan cara mekanik).
Untuk lebih jelasnya pompa tangan dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9
Dilihat dari cara meletakan pompa, pompa mekanik dibedakan menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu :
Pompa yang diletakan diatas permukaan air (pompa centrifugal dan pompa jet).
Pompa yang diletakan didalam air, yang disebut pompa rendam (submersible
pump).
Untuk lebih jelasnya pompa mekanik dapat dilihat pada Gambar 10 sampai dengan
Gambar 16.
Pompa centrifugal akan efektif digunakan untuk menaikan air dari kedalaman lebih kecil
atau sama dengan 7.00 meter (jarak dari pompa sentrifugal dengan permukaan air yang
akan di pompa < 7.00 meter). Untuk menaikan air, bila kedalaman muka air lebih besar
dari 7.00 meter dari permukaan tanah, sebaiknya digunakan pompa jet (jet pump), atau
pompa rendam (submersible pump).
Agar pompa bisa berfungsi secara optimal (terutama pada pompa centrifugal),
maka udara tidak boleh masuk kedalam pipa hisap.
28
Peralatan (assesories) yang harus ada sekitar pompa adalah :
Foot valve
Pipa hisap dan peralatannya
Pompa itu sendiri
Fleksible joint
Sambungan peredam getaran
Pipa tekan
Katup (valve)
Katup searah (swing valve)
Saringan (strainer)
Kadang-kadang manometer
Fungsi dari peralatan-peralatan yang ada sekitar pompa tersebut diatas diantaranya
adalah sebagai berikut :
Foot valve, dari jenis katup searah : berfungsi untuk mencegah air turun
kembali.
Pipa hisap dan peralatannya (soket, knie) : berfungsi sebagai jalan air ke pompa
air
Pompa air : berfungsi untuk menaikan air.
Fleksible joint : berfungsi agar pada waktu pompa
akan dipasang setelah diperbaiki
(dilepas), pada waktu pemasangnya
kembali tidak mengalami kesulitan.
Sambungan peredam getaran : berfungsi untuk meredam getaran
pompa agar tidak merambat ke pipa.
Sambungan peredam getaran
biasanya dipasang pada pompa
dengan kapasitas yang besar.
29
Pipa tekan : berfungsi sebagai jalan air dari
pompa air.
Katup (valve) : berfungsi untuk mengatur aliran air,
biasanya yang digunakan adalah dari
jenis gate valve (katup sorong).
Katup searah (swing valve) : berfungsi untuk menahan air balik
agar tidak menekan pompa.
Saringan (strainer) : berfungsi untuk menyaring kotoran
agar tidak masuk kedalam pompa.
Manometer : berfungsi untuk mengukur tekanan
air. Biasanya dipasang pada pompa
dengan kapasitas yang besar.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 17
Pipa hisap yang tegak harus dipasang tegak lurus, dan pipa hisap yang mendatar
harus dipasang agak miring ke atas kearah pompa agar udara tidak terjebak pada pipa
hisap.
Pada pipa hisap, udara tidak boleh masuk kedalam pipa, oleh karena itu pada pipa
hisap sedapat mungkin jangan terlalu banyak sambungan. Karena pada sambungan tersebut
udara mudah masuk
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar. 18
Cara pemasangan alat otomatis untuk menghidupkan dan mematikan pompa dapat
dilihat pada Gambar 19.
33
2.3.2.3 Pipa air dan peralatannya (assesories)
Air yang mengalir dalam pipa, mengalir dibawah tekanan (under pressure) atau
disebut juga air mengalir dengan tekanan, yaitu air mengalir dalam pipa dalam kondisi pipa
terisi penuh oleh air, jadi tidak ada udara didalam pipa. Oleh karena itu air bisa mengalir
kebawah, keatas, atau kesamping. Jadi pipa dapat dipasang tegak, miring keatas, miring
kebawah, atau mendatar.
Pada waktu air mengalir dalam pipa, akan timbul gesrekan-gesrekan antar molekul
air dan gesrekan-gesrekan antara air dengan dinding pipa, hal ini mengakibatkan
timbulnya kehilangan tekanan (head loss) pada waktu air mengalir didalam pipa.
Besarnya kehilangna tekan dalam pipa tergantung dari :
Kekasaran dinding pipa : makin kasar dinding pipa
makin besar kehilangan
tekanannya.
Panjang pipa : makin panjang pipa, makin
besar kehilangan tekanannya.
Kecepatan air dalam pipa : makin cepat air mengalir
dalam pipa makin besar
kehilangan tekanannya.
Banyaknya perlengkapan (assesories) pipa : makin banyak perlengkapan
pipa makin besar kehilangan
tekanannya.
Menghitung besarnya kehilangan tekanan air dalam pipa dapat menggunakan
rumus “Hazen William” yang sudah dirubah menjadi “Nomogram”. Lihat Tabel 3, dan
Tabel 4.
34
TABEL : 3
NOMOGRAM UNTUK MENENTUKAN KEHILANGAN TEKANAN
DALAM PIPA KECIL DARI HAZEN DAN WILLIAMS
(UNTUK C = 100)
35
TABEL : 4
NOMOGRAM UNTUK MENENTUKAN KEHILANGAN TEKANAN
DALAM PERALATAN PIPA DARI HAZEN DAN WILLIAMS
(UNTUK C = 100)
36
Pipa yang digunakan untuk digunakan dalam sistem plambing air minum harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Pipa yang terbuat dari bahan yang kuat menahan tekanan air
Tidak mudah berkarat
Tidak mudah bocor
Tidak merubah kualitas air dalam pipa
Tidak berubah kualitasnya oleh cuaca (terutama kalau pipa dipasang diluar
bangunan gedung).
Peralatan (assesories) pipa harus terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pipa
yang akan dipasang.
Peralatan pipa diantaranya terdiri dari : soket, knie, tee, reduser, croos, valve, dan
Dop.
Soket : berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa lurus.
Knie : berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa berubah arah
Tee : berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) pipa yang bertemu
Reduser : berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa dengan garis tengah
berbeda.
Croos : berfungsi untuk menyambung 4 (empat) pipa lurus
Valve : berfungsi untuk mengatur atau menutup aliran air
Dop : berfungsi untuk menutup ujung pipa
Macam-macam peralatan pipa dapat dilihat pada Gambar 20. Dan cara penempatan
katup (valve) di dalam sistem plambing air minum dapat dilihat pada Gambar 21.
Pada umumnya garis tengan pipa air minum bergaris tengan kecil, oleh karena itu
pipa air minum dapat dipasang dengan cara menanam pipa dalam dinding bangunan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22.
40
Garis tengan pipa air minum yang ada adalah : ½” , ¾” , 1”, 1 ¼ “, 1 ½ “, 2”,
2 ½ “, 3”, 4”, 6”, 8” 10”. Pada umunya yang dipergunakan, yang bergaris tengan ½ “
sampai dengan 1 ¼ “ untuk rumah tinggal.
Sebelum menghitung besarnya garis tengah pipa dan menentukan perletakan
peralatang pipa perlu dibuat dulu gambar isometri. Contoh gambar isometri dapat dilihat
pada Gambar 23.
Untuk menentukan garistengah pipa dapat digunakan Tabel 5 dan Tabel 6
TABEL : 5
UKURAN MINIMUM PIPA PENYEDIAAN AIR ALAT PLAMBING
No
Alat Plambing
Ukuran Nominal
mm inci
1 Bak mandi 15 ½
2 Gabungan bak cuci dan dulang cuci pakaian 15 ½
3 Pancuran air minum 15 ½
4 Mesin cuci piring untuk rumah tangga 15 ½
5 Bak cuci dapur untuk rumah tangga 15 ½
6 Bak cuci dapur komersiil 20 ¾
7 Bak cuci tangan 15 ½
8 Bak cuci pakaian (1,2 atau 3 bagian) 15 ½
9 Dus (untuk tiap dus) 15 ½
10 Bak cuci (service slop) 15 ½
11 Bak cuci (jenis bibir penggelontor) 20 ¾
12 Peturasan (katup glontor ¾ “) 20 ¾
13 Peturasan (katup glontor 1 ”) 25 1
14 Peturasan tangki glontor 15 ½
15 Kakus (tangki glontor) 15 ½
16 Kakus (katup glontor) 25 1
17 Kran untuk penyembung slang 15 ½
18 Hidran dinding 15 ½
TABEL : 6
THE NUMBER OF ½ IN PIPES THAT WILL DISCHARGE AS MUCH AS
A SINGLE PIPE OF ANY OTHER SIZE FOR THE SAME PRESSURE LOSS
Size of pipe (inch) ½ 5/8 ¾ 1 1¼ 1½ 2 2½ 3 4 6 8 10
Number of ½ inch.
Pipes with same
capacity
1
1,7
2,9
6,2
10,9
17,4
37,8
65,5
110,5
189
527
1.200
2.090
42
Contoh Perhitungan menentukan dimensi pipa air minum
Tentukan dimensi pipa air minum pada gambar berikut :
Keterangan :
1. Bak mandi
2. Kakus (katup gelontor)
3. Bak Cuci dapur untuk Rumah tangga
4. Kakus (tangki gelontor)
5. Pancuran air minum
6. Bak Cuci tangan
Menghitung Dimensi Pipa Air Minum
Dari Tabel 5 diperoleh garis tengah ( ) pipa yang berhubungan dengan alat
plambing air minum adalah sebagai berikut :
1. Bak Mandi garis tengah ( ) pipa ½ inch
2. Kakus (katup gelontor) garis tengah ( ) pipa 1 inch
3. Bak cuci dapur untuk rumah tangga garis tengah ( ) pipa ½ inch
4. Kakus (tangki gelontor) garis tengah ( ) pipa ½ inch
5. Pancuran air minum garis tengah ( ) pipa ½ inch
6. Bak cuci tangan garis tengah ( ) pipa ½ inch
Dari data tersebut dapat dihitung garis tengah ( ) pipa dengan menggunakan
Tabel 6, sebagai berikut :
P
K J I
2 4 6
E F
2 5
C B
A 3
4
1
D
H
L
G
43
Pipa A – B :
Garis tengah ( ) pipa sama dengan pipa ke bak mandi yaitu pipa dengan garis tengah
( ) pipa ½ inch.
Jadi garis tengah ( ) pipa A – B ½ inch
Pipa B – C :
Beban pipa B – C adalah :
- Bak mandi ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
_________________________________ +
Total 2
Dari tabel 6 diperoleh garis tengah ( ) pipa B – C adalah ¾ inch (number of ½ inch.
Pipes with same capacity) sebesar 2,9
Jadi garis tengah ( ) pipa B – C adalah ¾ inch
Pipa C – D
Beban pipa C – D adalah :
- Bak mandi ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Bak cuci dapur untuk rumah tangga pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
_________________________________ +
Total 3
Dari tabel 6 diperoleh garis tengah ( ) C – D adalah ¾ inch (number of ½ inch. Pipes
with same capacity) sebesar 2,9 (antara angka 2,9 dan angka 3 perbedaannya kecil
sekali)
Jadi garis tengah ( ) pipa C – D adalah ¾ inch
Pipa D – H
Pipa D – H sama bebannya dengan pipa C – D. Jadi garis tengah ( ) pipa D – H
adalah ¾ inch
44
Pipa E – F
Garis tengah ( ) pipa sama dengan pipa ke Pancuran air minum yaitu pipa dengan
garis tengah ( ) pipa ½ inch.
Jadi garis tengah ( ) pipa E – F ½ inch
Pipa F – G
Beban pipa F – G adalah :
- Pancuran air minum ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2
_________________________________ +
Total 7,2
Dari tabel 6 diperoleh garis tengah ( ) pipa F – G adalah 1¼ inch (number of ½ inch.
Pipes with same capacity) sebesar 10,9
Jadi garis tengah ( ) pipa F – G adalah 1¼ inch
Pipa I – J
Garis tengah ( ) pipa sama dengan pipa ke bak cuci tangan yaitu pipa dengan garis
tengah ( ) pipa ½ inch.
Jadi garis tengah ( ) pipa I – J ½ inch
Pipa J – K
Beban pipa J – K adalah :
- Bak cuci tangan ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
_________________________________ +
Total 2
Dari tabel 6 diperoleh garis tengah ( ) pipa J – K adalah ¾ inch (number of ½ inch.
Pipes with same capacity) sebesar 2,9
Jadi garis tengah ( ) pipa J – K adalah ¾ inch
45
Pipa K – G
Beban pipa K – G adalah :
- Bak cuci tangan ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2
_________________________________ +
Total 8,2
Dari tabel 6 diperoleh garis tengah ( ) K – G adalah 1¼ inch (number of ½ inch. Pipes
with same capacity) sebesar 10,2
Jadi garis tengah ( ) pipa K – G adalah 1¼ inch
Pipa G – H
Beban pipa G – H adalah :
- Pancuran air minum ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2
- Bak cuci tangan ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2
_________________________________ +
Total 15,4
Dari tabel 6 diperoleh garis tengah ( ) pipa G – H adalah 1½ inch (number of ½ inch.
Pipes with same capacity) sebesar 17,4
Jadi garis tengah ( ) pipa G – H adalah 1½ inch
46
Pipa H – L
Beban pipa H – L adalah :
- Bak mandi ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Bak cuci dapur untuk rumah tangga pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Pancuran air minum ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2
- Bak cuci tangan ( ) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2
_________________________________ +
Total 18,4
Dari tabel 6 diperoleh garis tengah ( ) pipa H – L adalah 1½ inch (number of ½ inch.
Pipes with same capacity) sebesar 17,4 (antara angka 18,4 dan angka 17,4
perbedaannya kecil sekali)
Jadi garis tengah ( ) pipa H – L adalah 1½ inch
Pipa L – P
Pipa L – P sama bebannya dengan pipa H – L. Jadi garis tengah ( ) pipa L – P adalah
1½ inch
2.3.2.4 Tangki air
Tangki air biasa disebut juga reservoir, berfungsi sebagai tempat menyimpan air
minum sementara. Tangki air bisa diletakan dibawah atau diatas tanah (ground reservoir),
pada atap bangunan atau bangunan yang tertinggi, dan pada menara air. Sebaiknya tangki
bawah untuk bangunan gedung tidak diletakan didalam tanah (ditanam), tetapi diletakan
diatas tanah dengan ketinggian sekitar 45 cm sampai 60 cm diatas tanah, agar tidak mudah
terkotori, dan mudah untuk pemeliharaan. Untuk lebih jelasnya perletakan tangki diatas
tanah dapat dilihat pada Gambar 24.
48
Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup sekeliling tangki
untuk pemeriksaan dan perawatan, seperi : disebelah atas, disebelah dinding, dan di bawah
dasar reservoir, agar supaya dapat dilakukan pemeriksaan dan perawatan dengan baik.
Ruang bebas tersebut sekurang-kurangnya 45 cm, tetapi lebih baik dibuat sekitar 60 cm
agar mamudahkan pengecatan dinding luar tangki.
Pada tangki air harus dilengkapi perlengkapan sebagai berikut :
Penutup tangki : agar tangki terhindar dari pengotoran.
Ventilasi : agar ada hubungan antara udara didalam tangki dan udara
diluar tangki
Man hole : agar orang bisa masuk untuk membersihkan tangki.
Pipa peluap : agar air bisa meluap kaluar tangki bila tangki sudah penuh.
Pipa inlet : untuk memasukan air kedalam tangki.
Pipa outlet : untuk mengalirkan air kebangunan gedung.
Pipa drain : untuk pengurasan.
Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum harus dibersihkan
secara teratur, agar kualitas air minum tetap terjaga. Disamping itu sinar matahari tidak
boleh masuk atau menembus kedalam tangki, agar lumut (ganggang) tidak tumbuh.
Disyaratkan juga agar tangki air tidak merupakan bagian struktural dari bangunan, serta
lokasinya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan air kotor atau kotoran lainnya.
Serta lokasi tangki juga tidak boleh di tempat yang sering didatangi orang, kecuali petugas
yang akan melakukan perawatan dan pembersihan.
Gambar 25, menunjukan beberapa contoh pemasangan tangki air. Gambar 25 (a)
adalah yang paling umum dilaksanakan. Gambar 25 (b) adalah contoh dimana suatu
bangunan tidak mempunyai ruang bawah tanah, dan menunjukan pemasangan tangki di
ruang khusus di bawah lantai terbawah dari bangunan. Untuk bangunan yang tidak
mempunyai ruang bawah tanah, tangki air tidak boleh ditanam langsung dalam tanah di
bawah lantai terbawah. Gambar 25 (c) menunjukan keadaan dimana tangki dipasang pada
lantai terbawah, dengan menyingkirkan sebagian dari pelat lantai yang bersangkutan.
49
Kalau di bawah lantai ini ada bak penampung air kotor atau air buangan, maka jarak
dengan tangki air tersebut di atas tidak boleh kurang dari 5 m.
GAMBAR : 25
CONTOH PENEMPATAN TANGKI AIR YANG BENAR
51
Tangki air harus terbuat dari bahan sebagai berikut :
Tidak mudah bocor
Tahan terhadap tekanan air
Tahan terhadap perubahan cuaca (bila tangki air diletakan diluar bangunan)
Tidak menyebabkan air berubah kualitasnya
Didalam tangki air tidak boleh ada air mati, jadi air yang masuk duluan harus
keluar duluan (antri). Kedalam tangki air tidak boleh ada binatang atau serangga yang
masuk, oleh karena itu lubang ventilasi harus ditutup oleh bahan yang tidak bisa ditembus
serangga, tetapi udara bisa masuk (biasanya bahan yang digunakan adalah kasa nyamuk).
A. Menentukan volume tangki air
Untuk menentukan volume tangki air, perlu data-data mengenai :
Kebutuhan air per orang per hari,
Jumlah penghuni bangunan gedung,
Lama waktu pemompaan.
Contoh perhitungan
Misalnya jumlah penghuni bangunan gedung sebanyak 7 jiwa
Kebutuhan air sebanyak 200 l/hari/jiwa
Maka kebutuhan air sebanyak : 7 jiwa X 200 l/hari/jiwa = 1.400 l/hari.
Kalau pompa dijalankan 1 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air sebesar
minimal 1.400 l atau 1, 4 m3 .
Kalau pompa dijalankan 2 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air sebesar
minimal 700 l atau 0,70 m3 .
Kalau pompa dijalankan 3 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air sebesar
minimal 467 l atau 0,47 m3 , atau 500 l.
52
Berat tangki air adalah berat tangki itu sendiri ditambah berat air di dalam tamgki.
Kalau volume air 1 (satu) liter sama dengan berat air 1 (satu) kg, jadi bila volume air
1.000 liter, atau 1 m3 sama dengan berat air sebesar 1.000 kg atau 1 ton.
B. Menentukan tinggi tangki atas air (menara air)
Untuk menentukan tinggi tangki atas air atau menara air, diperlukan data-data
diantaranya adalah :
Tinggi statis peralatan plambing
Kehilangan tekanan dalam pipa
Sisa tekanan pada peralatan plambing
Contoh perhitungan
Misalnya tinggi statis peralatan plambing dalam hal ini dari jenis water heater
setinggi 5.00 meter
Kehilangan tekanan air pada pipa diperhitungkan 1,50 meter
Sisa tekanan pada water heater 7,00 meter (lihat Tabel 2).
Tinggi tangki atas air (menara air) =
Tingggi statis peralatan plambing + Kehilangan tekanan pada pipa + Sisa
tekanan pada peralatan plambing.
Tinggi tangki atas air (menara air) = 5 m + 1,50 m + 7,00 m = 13,50 m
Yang disebut tinggi menara air, adalah jarak vertikal antara permukaan tanah
setempat dengan dasar tangki air. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar. 27.
2.3.2.5 Peralatan plambing air minum
Peralatan plambing adalah peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar
bangunan gedung, untuk menyediakan (mengeluarkan) air minum, atau dengan kata lain
peralatan yang dipasang pada ujung akhir pipa untuk menyediakan (mengeluarkan) air
minum.
Peralatan plambing tersebut diantaranya adalah : Katup (kran), dan Shower.
54
LANGKAH-LANGKAN PERANCANGAN SISTEM PLAMBING AIR MINUM
1. Tentukan letak masing-masing alat plambing air minum
2. Buat gambar lay out jaringan pipa air minum
3. Buat gambar isometri jaringan pipa air minum
4. Tentukan garis tengan pipa air minum dengan mengacu pada Tabel 5 (Ukuran
minimum pipa penyediaan air alat plambing) dan Tabel 6 (The number of ½ inch
pipes that will discharge as much as a single pipe of any other size for the same
pressure loss)
5. Tentukan letak peralatan pipa (accessories pipes) pada gambar isometri jaringan pipa
air minum
6. Tentukan sisa tekanan pada masing-masing alat plambing sesuai dengan sisa tekan
yang dibutuhkan oleh masing-masing alat plambing sesuai denga Tabel 2 (Tekanan
yang dibutuhkan alat plambing)
7. Hitung kehilangan tekanan pada pipa dan peralatannya (kehilangan tekanan pada pipa
dan peralatannya untuk rumah tinggal sebesar 1 mka sampai 2 mka)
8. Untuk menentukan Head Pompa (Hp) digunakan rumus sebagai berikut :
Hp = Kehilangan tekanan + sisa tekan pada alat plambing + Hst
Hst adalah jarak vertikal antara pompa dan pipa out let pada menara
9. Untuk menentukan tinggi menara air digunakan rumus sebagai berikut :
Hst adalah jarak vertikal antara permukaan tanah dan alat plambing yang tertinggi atau
alat plambing dengan total kehilangan tekanan (kehilangan tekanan dalam pipa + sisa
tekanan) yang paling besar
55
2.4 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PANAS
Sistem penyediaan air minum yang panas (air panas) dalam bangunan gedung ada
2(dua) sistem, yaitu : sistem individu dan sistem kolektif.
Sistem individu adalah sistem penyediaan air panas dalam bangunan gedung
secara parsil, dimana setiap alat plambing yang membutuhkan air panas, mempunyai
sumber air panas tersendiri. Misalnya untuk kamar mandi mempunyai satu sumber air
panas sendiri, yaitu berupa unit water heater, dimana sumber pemanasnya bisa dari gas
atau listrik.
Sistem kolektif adalah sistem penyediaan air panas secara bersama-sama dalam
satu bangunan gedung, dimana setiap alat plambing yang membutuhkan air panas,
memperoleh air panas dari satu sumber.
Pipa yang dipergunakan untuk mengalirkan air panas harus terbuat dari bahan yang
tahan terhadap air panas, biasanya dari bahan besi (cast iron). Bila pipanya panjang untuk
menjaga agar air panas tidak terlalu banyak kehilangan kalornya (panasnya), maka pipa
tersebut harus diisolasi oleh bahan yang bisa menahan panas.
Untuk bangunan gedung yang memerlukan air panas selama 24 jam terus menerus,
diperlukan pengaliran air panas “secara tertutup”.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29.
59
BAB III
SISTEM PLAMBING AIR KOTOR
3.1 U M U M
Sebelum melanjutkan pada materi sistem pembuangan air kotor dalam bangunan
gedung, ada beberapa istilah yang perlu diketahui, diantaranya adalah :
Limbah : adalah bahan buangan (bahan yang sudah tidak terpakai). Limbah terdiri
dari limbah padat dan limbah cair.
Limbah padat : adalah bahan buangan yang berbentuk padat, biasanya disebut
sampah.
Limbah cair : adalah bahan buangan yang berbentuk cair. Termasuk dalam limbah
cair diantaranya adalah : air kotoran, air bekas, dan air hujan.
Air kotoran : adalah air buangan yang mengandung kotoran manusia.
Air bekas : adalah air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti
bak mandi (termasuk bath tub), bak cuci tangan, bak cuci dapur, dan lain-lainnya
yang tidak mengandung kotoran manusia.
Air kotor : adalah air buangan yang terdiri dari air kotoran dan air bekas.
Air hujan : adalah air yang jatuh dari atas (langit).
Riol (riool) : adalah pipa yang digunakan untuk menyalurkan air limbah. Sistem yang
digunakan di indonesia adalah sistem terpisah, oleh karena itu riol (riool) hanya
digunakan untuk mengalirkan air kotor.
Riol Gedung : adalah bagian dari sistem pembuangan air kotor yang membentang
60
dari ujung saluran pembuangan gedung dan menyalurkan buangannya ke saluran
pembuangan kota, pribadi, atau tempat pembuangan lainnya yang dibenarkan.
Riol (riool) kota : adalah jaringan saluran pembuangan air kotor di kota, yang
menghubungkan saluran riol gedung dengan unit pengolahan air kotor kota. Karena di
Indonesia sistem pengaliran air kotor dengan sistem pengaliran air hujan terpisah.
Oleh karena itu fungsi dari riol kota hanya untuk mengalirkan air kotor, lebih spesifik
lagi air kotor rumah tangga atau limbah cair rumah tangga.
Air kotor dari bangunan gedung disebut juga air limbah domestik atau air limbah
rumah tangga.
Seperti telah dijelaskan diatas, air kotor adalah air bekas atau air buangan yang
berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, yaitu semua jenis air buangan rumah
tangga yang berasal dari : mandi, dapur, mencuci, kakus, dan lain sebagainya. Jadi air
kotor juga mengandung kotoran manusia (excreta, faeces).
Faeses mengandung zat organik, anorganik, bakteri (baik yang pathogen, maupun
yang tidak pathogen, seperti bakteri coli) dan kadang-kadang juga cacing atau telur cacing.
Disamping itu, proses pembusukan faeses, terutama didalam air terus berlangsung,
sehingga akan menimbulkan bau yang kurang baik. Oleh karena itu faeses, perlu dikelola
dengan baik dan benar, agar tidak menimbulkan bau yang kurang baik, dan penyebaran
penyakit. Karena air kotor mengandung faeses, maka air kotor pun perlu dikelola secara
baik dan benar.
Sistem pembuangan air kotor pada bangunan gedung ada 2 (dua) cara yaitu :
Sistem individu (on site)
Sistem terpusat (of site)
Sistem individu atau disebut juga “on site system” adalah sistem pembuangan air
kotor rumah tangga dari tiap-tiap rumah tangga/bangunan gedung atau beberapa
rumah/bangunan gedung.
61
Sistem terpusat atau disebut juga “off site system” adalah sistem pembuangan air
kotor dari tiap-tiap rumah/bangunan gedung, dialirkan/dibuang bersama-sama dengan
menggunakan sistem perpipaan (disebut sistem rioolering) ke unit pengolahan air kotor
untuk suatu kawasan atau kota.
3.2 SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR
Bagian-bagian yang penting dalam sistem plambing air kotor diantaranya adalah
sebagai berikut :
Perpipaan (sistem perpipaan)
Perangkap
Pipa ven
Lubang pembersih
Bak penampung dan pompa
3.2.1 Perpipan (Sistem perpipaan)
Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan sebagai
berikut :
“Air kotor yang dibuang malalui alat-alat saniter, dialirkan melalui pipa
pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic tank atau unit
pengolahan air kotor melalui riool kota)”.
Pada umumnya air kotor mengalir secara gravitasi, penggunaan pompa hanya untuk
memompa air kotor dari bak penampung air kotor yang berlokasi di bagian bawah
bangunan (basement) ke unit pengolahan air kotor.
Sarana pengaliran air kotor pada umumnya berupa perpipaan. Bahan pipa yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tidak mudah bocor
Tahan terhadap asam
Tahan terhadap cuaca, untuk pipa yang diletakan di luar bangunan gedung
62
Nama-nama perpipaan yang ada dalam sistem plambing air kotor diantaranya
adalah :
Pipa cabang mendatar
Pipa tegak
Saluran pembuangan gedung
Pipa ven
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29
Fungsi dari pipa-pipa tersebut adalah :
Pipa cabang mendatar : adalah pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan
pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan. Berfungsi untuk
mengalirkan air kotor dari alat plambing ke pipa tegak air kotor.
Dalam sistem plambing air kotor, sistem pembuangan harus mampu mengalirkan air
buangan dengan cepat, dan biasanya air buangan mengandung bagian-bagian padat.
Oleh karena itu pipa pembuangan cabang mendatar harus mempunyai ukuran dan
kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus
dialirkan. Pada umumnya kemiringan pipa pembuangan cabang mendatar sebesar 2 %.
Pipa tegak : adalah pipa pembuangan air kotor yang menghubungkan pipa cabang
mendatar dengan pipa saluran pembuangan gedung.
Saluran pembuangan gedung : adalah bagian jaringan pipa terendah dari sistem
pembuangan air kotor yang menerima air kotor dari seluruh jaringan pipa air kotor, dan
menyalurkannya ke tempat pengolahan air kotor.
Kemiringan saluran pembuangan gedung sebesar (0,50 – 4) %.
Pipa ven : adalah pipa yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh bagian sistem
pembuangan air kotor, dan mencegah terjadinya kerja sifon dan tekanan balik pada
perangkap.
65
Garis tengah pipa air kotor pada umumnya lebih besar dari garis tengah pipa air
minum, untuk garis tengah air kotor yang terkacil adalah 2 inci, bila tidak mengangkut
faeses. Untuk pipa yang bersal dari 1(satu) kloset (wc), diameter pipa terkecil adalah 3
inci. Oleh karena itu pemasangan pipa air kotor tidak dapat ditanam didalam dinding,
tetapi harus diluar dinding, agar tidak terlihat perlu ditutup oleh penutup yang serasi
dengan kondisi dinding yang bersangkutan. Bisa juga pipa mendatar diletakan pada lokasi
antara lantai atas dengan plafon. Dan pipa tegak diletakan pada shaf.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 30.
Perlengkapan (assessoris) pipa air kotor diantaranya adalah sebagai berikut : Soket,
belokan (elbow), reducer, tee, dop, Cleanout (CO) atau lubang pembersih.
Fungsi dari perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :
Soket , berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang lurus.
Belokan (elbow), berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang berubah arah (belok).
Dalam sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam pengaliran air adalah
benda kasar (faeses), maka belokan tidak boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk belokan
dipergunakan elbow, bukan knie seperti air minum.
Reducer. Pada sistem pengaliran air kotor sebenarnya tidak dikenal reducer, tetapi
pembesaran pipa, dimana fungsinya untuk menyambung pipa kecil dengan pipa yang lebih
besar. Reducer yang dipergunakan juga dari type long radius reducer.
Tee, berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) buah pipa menjadi satu. Dalam sistem
pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam pengaliran air adalah benda kasar
(faeses), maka pertemuan pipa tidak boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk sambungan
ini dipergunakan “Tee Y”, bukan tee seperti air minum.
Dop, berfungsi untuk menutup ujung pipa.
Lubang pembersih (cleanout), berfungsi untuk pemeliharaan pipa
67
Untuk menentukan ukuran pipa air kotor baik pipa cabang mendatar, pipa tegak,
saluran pembuangan gedung, dan pipa ven tergantung dari banyaknya dan jenisnya alat-
alat saniter yang ada didalam bangunan gedung tersebut
Contoh perhitungan
Diasumsikan bangunan gedung 3 (tiga) lantai dengan alat-alat plambing air kotor yang ada
adalah sebagai berikut :
No 1. Peturasan dengan tangki gelontor
No 2. Bak mandi dengan perangkap 50 mm
No 3. Kakus dengan katup gelontor
No 4. Bidet dengan perangkap 40 mm
No 5. Kakus dengan tangki gelontor
No 6. Lubang pengering lantai
No 7. Kakus dengan katup gelontor
No 8. Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor sebesar 40 mm
No 9. Kakus dengan tangki gelontor
No 10. Dus pada ruang dus
Lay out pemasangan pipa dapat dilihat pada Gambar. 31
Yang akan dihitung adalah dimensi pipa, baik pipa cabang mendatar, pipa tegak,
maupun pipa pembuangan gedung.
Untuk menentukan dimensi pipa dapat digunakan Tabel 17 (Beban maksimum yang
diizinkan untuk perpipaan drainasi saniter, dinyatakan dalam unit alat plambing).Dan
untuk menentukan besarnya nilai unit alat plambing (NUAP), dapat dipergunakan Tabel 16
(Nilai unit alat plambing untuk drainasi saniter)
Cara menghitungnya adalah sebagai berikut :
Menentukan garis tengah pipa A-B :
Pipa A-B (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP
sebesar 4, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa A-B sebesar 50 mm (2 inci).
69
Menentukan garis tengah pipa B-C :
Pipa B-C (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP
sebesar 4, dan No 2 dengan NUAP sebesar 3, jadi jumlah NUAP sebesar 7, dari tabel 17
didapat garis tengah pipa B-C sebesar 65 mm (21/2 inci).
Menentukan garis tengah pipa C-D :
Pipa C-D (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP
sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, dan No 3 dengan NUAP sebesar 8, jadi jumlah
NUAP sebesar 15, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa C-D sebesar 80 mm (3 inci).
Menentukan garis tengah pipa D-E :
Pipa D-E (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP
sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, dan No 4
dengan NUAP sebesar 3, jadi jumlah NUAP sebesar 18, dari tabel 17 didapat garis
tengah pipa D-E sebesar 80 mm (3 inci).
Menentukan garis tengah pipa E-Y :
Pipa E-Y (pipa tegak) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No
2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, dan No 4 dengan NUAP
sebesar 3, jadi jumlah NUAP sebesar 18, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa E-Y
sebesar 65 mm (21/2 inci), oleh karena ada kakus, maka garis tengah pipa diambil 80 mm
(3 inci), ini juga karena pipa D-E sudah bergaris tengah 80 mm (3 inci). Dalam pipa air
kotor tidak boleh air kotor mengalir dari pipa besar ke pipa yang lebih kecil.
Menentukan garis tengah pipa F-G :
Pipa F-G (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No5 dengan NUAP
sebesar 4, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa F-G sebesar 50 mm (2 inci), oleh karena
ada kakus, maka garis tengah pipa diambil 80 mm (3 inci),
Menentukan garis tengah pipa G-H :
Pipa G-H (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No5 dengan NUAP
sebesar 4, dan No 6 dengan NUAP sebesar 1, jadi jumlah NUAP sebesar 5, dari tabel 17
didapat garis tengah pipa G-H sebesar 50 mm (2 inci). oleh karena ada kakus, maka garis
70
tengah pipa diambil 80 mm (3 inci), ini juga karena pipa F-G sudah bergaris tengah 80 mm
(3 inci). Dalam pipa air kotor tidak boleh air kotor mengalir dari pipa besar ke pipa yang
lebih kecil.
Menentukan garis tengah pipa H-I :
Pipa H-I (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No5 dengan NUAP
sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, dan No 7 dengan NUAP sebesar 8, jadi jumlah
NUAP sebesar 13, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa H-I sebesar 80 mm (3 inci). oleh
karena ada 2 (dua) kakus, maka garis tengah pipa diambil 100 mm (4 inci).
Menentukan garis tengah pipa I-Y :
Pipa I-Y (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No5 dengan NUAP
sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, No 7 dengan NUAP sebesar 8, dan No 8 dengan
NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 15, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa I-Y
sebesar 80 mm (3 inci). oleh karena ada 2 (dua) kakus, maka garis tengah pipa diambil 100
mm (4 inci), ini juga karena pipa H-I sudah bergaris tengah 100 mm (4 inci). Dalam pipa
air kotor tidak boleh air kotor mengalir dari pipa besar ke pipa yang lebih kecil.
Menentukan garis tengah pipa Y-M :
Pipa Y-M (pipa tegak) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No
2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, No 4 dengan NUAP sebesar
3, No5 dengan NUAP sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, No 7 dengan NUAP
sebesar 8, dan No 8 dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 33, dari tabel 17
didapat garis tengah pipa Y-M sebesar 100 mm (4 inci).
Menentukan garis tengah pipa K-L :
Pipa K-L (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No 9 dengan NUAP
sebesar 4, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa K-L sebesar 50 mm (2 inci). oleh karena
ada kakus, maka garis tengah pipa diambil 80 mm (3inci).
Menentukan garis tengah pipa L-M :
Pipa L-M (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No 9 dengan NUAP
sebesar 4, dan No 10 dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 6, dari tabel 17
71
didapat garis tengah pipa L-M sebesar 50 mm (2 inci), oleh karena ada kakus, maka garis
tengah pipa diambil 80 mm (3inci),
Menentukan garis tengah pipa M-N :
Pipa M-N (pipa tegak) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No
2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, No 4 dengan NUAP sebesar
3, No5 dengan NUAP sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, No 7 dengan NUAP
sebesar 8, No 8 dengan NUAP sebesar 2, No 9 dengan NUAP sebesar 4, dan No 10
dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 39, dari tabel 17 didapat garis tengah
pipa M-N sebesar 100 mm (4 inci).
Menentukan garis tengah pipa N-O :
Pipa N-O (pipa pembuangan gedung dengan kemiringan sebesar 2%) menanggung
beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, No 3
dengan NUAP sebesar 8, No 4 dengan NUAP sebesar 3, No5 dengan NUAP sebesar 4,
No 6 dengan NUAP sebesar 1, No 7 dengan NUAP sebesar 8, No 8 dengan NUAP sebesar
2, No 9 dengan NUAP sebesar 4, dan No 10 dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP
sebesar 39, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa N-O sebesar 100 mm (4 inci).
Kesimpulan garis tengah pipa tersebut adalah :
Pipa A-B garis tengah sebesar 50 mm (2 inci)
Pipa B-C garis tengah sebesar 65 mm (21/2 inci)
Pipa C-D-E-Y garis tengah sebesar 80 mm (3 inci)
Pipa F-G-H garis tengah sebesar 80 mm (3 inci)
Pipa H-I-Y garis tengah sebesar 100 mm (4 inci)
Pipa Y-M-N-O garis tengah sebesar 100 mm (4 inci)
Pipa K-L-M garis tengah sebesar 80 mm (3 inci)
3.2.2 Perangkap
Tujuan utama dari sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung adalah
mengalirkan air kotor dari dalam bangunan gedung keluar, ke dalam unit pengolahan air
kotor (septic tank) atau riol kota, tanpa menimbulkan pencemaran kepada lingkungannya
maupun dalam bangunan gedung itu sendiri.
72
Pipa pembuangan air kotor didalam bangunan gedung tidak terus menerus
mengalirkan air kotor, jadi tidak selamanya pipa tersebut terisi dengan air, hal ini akan
menyebabkan masuknya gas yang berbau atau beracun dari septic tank atau dari riol,
disamping gas juga ada kemungkinan serangga bisa masuk.
Untuk mencegah hal tersebut diatas, maka pada sistem pembuangna air kotor didalam
bangunan gedung perlu dipasang suatu alat yang disebut “perangkap”atau “trap”,
biasanya berbentuk leher angsa atau “U”, yang akan menahan bagian terakhir dari air
penggelontor, sehingga merupakan suatu “penyekat” atau penutup air yang mencegah
masuknya gas.
Fungsi perangkap adalah, untuk mencegah bau busuk (gas) dari septic-tank atau riol
masuk ke dalam ruangan dimana alat-alat plambing air kotor (alat-alat saniter) berada.
Agar perangkap dapat berfungsi dengan baik, maka perangkap tersebut harus
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah sebagi berikut :
(a). Kedalaman air penutup.
Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100 mm.
(b). Konstruksinya harus sedemikian rupa agar dapat selalu bersih dan tidak menyebabkan
kotoran tertahan atau mengendap.
Aliran air buangan harus menimbulkan efek “membersihkan diri”, jadi perangkap
tersebut dan permukaan dalamnya harus cukup licin agar kotoran tidak tersangkut atau
menempel pada permukaannya.
(c). Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai “penutup”
tetap dapat dipenuhi.
(d). Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah membersihkannya karena
endapan kotoran lama kelamaan tetap akan terjadi.
Bentuk dan jenis perangkap dapat dilihat pada Gambar 32.
3.2.3 Pipa ven
Didalam sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung, terutama untuk
bangunan gedung dengan jumlah lantai sebanyak 2 (dua) lantai atau lebih, perlu dipasang
pipa ven.
74
Tujuan pemasangan pipa ven dalam plambing air kotor adalah sebagai berikut :
Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan
Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan
Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan
Pipa ven dipasang pada ujung pipa tegak sebelah atas, dan sedekat mungkin dengan
unit “perangkap”.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 33 dan Gambar 34
Pipa ven dipasang sampai keluar bangunan gedung, baik diatas atap maupun pada
dinding bagian atas bangunan gedung tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 35.
3.2.4 Lubang pembersih (cleanout) dan bak kontrol
Kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan setelah
digunakan untuk jangka waktu yang lama. Disamping itu kadang-kadang ada juga benda-
benda kecil yang sengaja atau tidak jatuh dan masuk kedalam pipa. Semua itu akan
menyebabkan tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan pengamanan.
Oleh karena itu di dalam sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung perlu
dipasang lubang pembersih (cleanout), biasa titulis “ CO “, untuk diluar bangunan gedung
(pada riol gedung) dipasang “bak kontrol”.
Baik lubang pembersih maupun bak kontrol harus dipasang pada tempat yang mudah
dicapai, dan sekelilingnya cukup luas untuk orang membersihkan pipa. Untuk pipa ukuran
sampai 65 mm jarak bebas sekeliling lubang pembersih sekurang-kurangnya 30 cm, dan
untuk ukuran pipa 75 mm atau lebih besar jarak tersebut sekurang-kurangnya 45 cm.
78
Lubang pembersih (cleanout) harus dipasang pada lokasi sebagai berikut :
Awal dari cabang mendatar atau pipa pembuangan gedung
Pada pipa mendatar yang panjang
Pada tempat di mana pipa pembuangan membengkok (belok) dengan sudut
lebih dari 450
Bagian bawah dari pipa tegak atau di dekatnya
Untuk bangunan yang bertingkat, maka lubang pembersih sebaiknya dipasang
pada setiap 2 (dua) atau 3 (tiga) lantai pada pipa tegak gedung
Dekat sambungan antara pipa pembuangan gedung dengan riol gedung
Ukuran lubang pembersih adalah sebagai berikut : Untuk ukuran pipa sampai dengan
100 mm, ukuran lubang pembersihnya sama dengan ukuran pipa. Untuk pipa yang lebih
besar dari 100 mm, ukuran lubang pembersihnya minimal 100 mm
Untuk lebih jelasnya penempatan lubang pembersih (cleanout) dapat dilihat pada
Gambar 36 dan Gambar 37
Bak kontrol dipasang pada pipa yang ada dibawah tanah. Oleh karena air yang
mengalir didalam pipa yang melewati bak kontrol ini mengandung kotoran manusia
(faeses), maka dasar bak kontrol harus sedemikian rupa sehingga jalannya faeses tidak
terganggu, untuk itu pipa yang melintasi bak kontrol harus menerus. Untuk lebih jelasnya
dapat di lihat pada Gambar : 38.
Ukuran bak kontrol pada umumnya 30 cm x 30 cm (lebar x panjang)
Bak kontrol harus dipasang pada lokasi sebagai berikut :
Pada pertemuan saluran
Pada perubahan arah (belokan) saluran
Pada saluran yang lurus, setiap jarak 5.00 meter
Pada perubahan ketinggian
Pada tempat sebelum masuk septic tank atau sebelum masuk riol kota
82
3.2.5 Bak penampung dan pompa
Air kotor yang letaknya lebih rendah dari pada riol gedung atau riol kota dimasukan
terlebih dahulu ke dalam penampungan (bak penampung) dan kemudian dialirlan ke luar
dengan pompa atau alat lainnya.
Bak penampung ini harus dibuat dengan konstruksi kedap air, tidak membocorkan gas
dan bau, serta harus dilengkapi dengan pipa ven. Bak penampung ini tidak boleh dibuat
sehingga salah satu dindingnya merupakan dinding pemisah dengan bak penampung air
minum.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 39.
3.3 SEPTIC-TANK DAN RESAPAN
3.3.1. Septic-tank
Septic-tank atau tangki septic disebut juga tangki pembusuk, karena pada tangki ini
timbul proses pembusukan faeses oleh bakteri pembusuk dengan bantuan oxygen menjadi
lumpur dan gas (H2S dan NH4).
Disebagian besar negara-negara diluar negri, seperti di Amerika, Inggris, dan lain-
lain, septic-tank berfungsi untuk menampung semua air kotor dari rumah tangga kecuali air
hujan (dari kamar mandi, kakus, dapur, bak cuci tangan, dan alat-alat pembuangan rumah
tangga lainnya). Penyaluran semua air kotor rumah tangga kedalam septic-tank juga
dianjurkan oleh W.H.O.
Air sabun tidak akan mengganggu bekerjanya septic-tank dalam hal pengendapan
maupun pembusukan, demikian juga halnya dengan detergents synthetic (syndet) tidak
semuanya mengganggu, yang mengganggu hanya persenyawaan-persenyawaan
ammonium kwarterne (quaternary ammonium compounds), yang terkenal mempunyai
daya bactericide. Akan tetapi persenyawaan-persenyawaan ammonium kwarterner pun
ternyata hanya menghentikan sebagian saja dari proses pembusukan, oleh karena itu proses
pembusukan masih dapat berlangsung dengan baik, karena didalam septic-tank,
persenyawaan tersebut telah diencerkan lagi dengan air kotor rumah tangga lainnya yang
tidak mengandung detergent.
84
Dari pengalaman dilapangan, ternyata bahwa pemakaian air yang sedikit sekali
menyebabkan terdapatnya zat-zat padat yang banyak sekali pada air kotor dan ini akan
menyebabkan tersumbatnya pipa saluran air kotor, dengan mengalirkannya semua air kotor
rumahtanga kedalam septic-tank bahaya tersebut akan sangat diperkecil, juga dapat
diharapkan, bahwa dengan lebih banyaknya lagi kotor yang dapat melarut kedalam air,
sehingga jumlah lumpur yang harus ditampung didalam septic-tank akan dapat diperkecil.
Oleh karena itu, sebaiknya semua air kotor yang berada dalam rumah tangga, baik
dari kamar mandi dan kakus, maupun dari dapur, bak cuci tangan, dan lainnya
seluruhnya dibuang atau dialirkan ke septic-tank.
Septik-tank terbuat dari bahan yang rapat air, kuat, dan tahan terhadap asam, pada
umumnya terbuat dari konstruksi beton atau pasangan batu bata.
Agar fungsi septic-tank dan bidang resapan atau sumur resapan bisa optimal, maka
septic-tank harus diletakan pada lokasi dimana ketinggian muka air tanah lebih besar
dari 2.00 meter.
Dasar-dasar perencanaan septic-tank adalah sebagai berikut :
1. Waktu tinggal (detention time) air kotor didalam septic-tank ditetapkan
selama 24 jam (satu hari penuh).
2. Pemakaian air setiap orang setiap hari sebesar 100 liter. (pada seminar
on sewage disposal W.H.O di kandy-ceylon telah ditetapkan, bahwa
agar septic-tank dapat bekerja dengan baik, diperlukan suatu persediaan
air sedikit-dikitnya 20 imperial gallons atau 91 liter untuk setiap orang
seharinya).
3. Volume septic-tank yang paling kecil ditetapkan untuk pemakaian oleh
10 orang sesuai dengan anjuran W.H.O.
4. Untuk ruang penyimpanan Lumpur disediakan 30 liter untuk setiap
pemakai setiap tahunnya. (menurut W.H.O besar ruang lumpur
sekurang-kurangnya 1 cb ft atau sebesar 28,8 liter per capita per tahun).
85
5. Frekwensi pembuangan lumpur menurut W.H.O antara 1 tahun sampai
4 tahun.
6. Untuk ruang gas dan busa disediakan tempat yang tinginya sekurang-
kurangnya 30 cm diatas permukaan air (menurut W.H.O, seminar di
Ceylon ruang antara permukaan air di septic-tank dan tutupnya harus
antara 6 inch samapai 1 ft atau antar 15 cm sampai 30 cm).
7. Kedalaman air pada septic-tank sekurang-kurangnya 1,00 meter.
8. Panjang septic-tank sekurang-kurangnya 1,25 meter. Untuk septic-tank
yang berbentuk bulat, diameter (garis tengah) septic-tank sekurang-
kurangnya 1,25 meter.
9. Lebar septic-tank sekurang-kurangnya 0,80 meter.
10. Untuk septic-tank yang besar, perbandingan antara panjang : lebar
sebesar 2 : 1 sampai 3 : 1
11. Beda tinggi antara pipa inlet dan permukaan air di dalam septic-tank
sebesar 7 cm
12. Septic-tank harus dilengkapi dengan : pipa ven, dan lubang pemeriksa
yang berfungsi juga sebagai lubang penyedot lumpur tinja.
Contoh perhitungan untuk menentukan volume septic-tank.
A. Rumah tangga yang dihuni oleh 5 (lima) orang, dan lumpur dibuang (disedot)
setiap 2 (dua) tahun.
Oleh karena menurut peraturan volume septic-tank harus menampung minimal untuk
jumlah penghuni 10 orang, maka untuk perhitungan selanjutnya jumlah orang yang
dihitung sebanyak 10 orang.
Cara perhitungan :
Volume septic-tank adalah : volume air ditambah volume lumpur ditambah
ruang busa.
Volume air : 10 orang X 100 l/orang/hari = 1.000 liter = 1 m3
Panjang : 1,25 m
Lebar : 0,80 m
86
Tinggi air : 1,00 m
Volume lumpur : 10 orang X 30 l/orang/tahun X 2 tahun = 600 liter = 0,60 m3
Panjang : 1,25 m
Lebar : 0,80 m
Tinggi lumpur : 0,60 m
Ruang busa diambil 0,30 m diatas permukaan air
Tinggi septic-tank adalah : tinggi air + tinggi lumpur + ruang busa.
Tinggi septic tank adalah : ( 1,00 + 0,60 + 0,30 ) m = 1,90 m
Dimensi septic-tank adalah sebagai berikut :
Panjang : 1,25 m
Lebar : 1,00 m
Tinggi : 1,90 m
B. Rumah tangga yang dihuni oleh 20 (dua puluh) orang, dan lumpur dibuang
(disedot) setiap 4 (empat) tahun.
Cara perhitungan :
Volume septic-tank adalah : volume air ditambah volume lumpur ditambah
ruang busa.
Volume air : 20 orang X 100 l/orang/hari = 2.000 liter = 2 m3
Panjang : 2,00 m
Lebar : 1,00 m
Tinggi air : 1,00 m
Volume lumpur : 20 orang X 30 l/orang/tahun X 4 tahun = 2.400 liter = 2,40 m3
Panjang : 2,00 m
Lebar : 1,00 m
Tinggi lumpur : 1,20 m.
87
Ruang busa diambil 0,30 m diatas permukaan air
Tinggi septic-tank adalah : tinggi air + tinggi lumpur + ruang busa.
Tinggi septic tank adalah : ( 1,00 + 1,20 + 0,30 ) m = 2,50 m
Dimensi septic-tank adalah sebagai berikut :
Panjang : 2,00 m
Lebar : 1,00 m
Tinggi : 2,50 m
Gambar septic tank dapat dilihat pada Gambar 40
3.3.2. R e s a p a n
Air yang keluar dari septic-tank kandungan BOD nya masih cukup tinggi, dan ada
kemungkinan masih mengandung bakteri-bakteri pathogen atau telur cacing, dan masih
berbau. Oleh karena itu bila air yang keluar dari septic-tank dibuang keperairan terbuka
(badan air terbuka) maka akan menyebabkan pencemaran terhadap perairan terbuka
tersebut. Melihat hal-hal seperti tersebut diatas, maka air yang keluar dari septic-tank
(efluen) tidak boleh dibuang langsung ke badan-badan air, tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
Untuk mencegah pencemaran badan air terbuka , maka air yang keluar dari septic-
tank perlu diolah terlebih dahulu sampai memenuhi persyaratan kualitas air kotor yang
diizinkan oleh peraturan setempat sebelum dibuang ke perairan terbuka. Pengolahan ini
sangat sulit untuk dilakukan, karena kapasitas air yang keluar dari septic-tank sangat
sedikit dan tidak terus menerus.
Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk mengolah air yang keluar dari septic-
tank, yaitu dengan cara, air yang keluar dari septick-tank diresapkan kedalam tanah
dengan cara meresapkan melalui sumur resapan atau bidang resapan.
Untuk lebih jelasnya gambar sumur resapan dan bidang resapan dapat dilihat pada
Gambar 41, dan Gambar 42.
91
Agar supaya baik sumur resapan, bidang resapan, maupun septic-tank tidak
mengganggu lingkungan sekitarnya maka lokasi dari sumur resapan, bidang resapan, dan
septic-tank ada persyaratan jarak tertentu. Persyaratan jarak minimum dari septic-tank,
dan peresapan untuk kondisi tanah biasa dapat dibaca pada Tabel 3.1
TABEL : 3.1
PERSYARATAN JARAK MINIMUM DARI SEPTIC TANK DAN RESAPAN
UNTUK KONDISI TANAH NORMAL
N0
U R A I A N
SEPTIC-TANK
(meter)
RESAPAN
(meter)
1 Bangunan 1,50 3,00
2 Batas-batas pemilikan 1,50 1,50
3 Sumur 10,00 *) 10,00
4 Aliran air 7,50 30,00
5 Pemotongan/Peninggian 7,50 30,00
6 Pipa air minum 3,00 3,00
7 Jalan setapak 1,50 1,50
8 Pohon besar 3,00 3,00
Sumber data : Cotteral dan Norris (1969)
*) Sampai dengan 30,00 meter untuk pasir dan kerikil, dan lebih besar lagi untuk batu
karang yang tersusun atau tidak tersususn.
Panjang bidang resapan minimal 10,00 meter, dan maksimal 15,00 meter. Bila dari
hasil penelitian diperlukan panjang bidang resapan lebih dari 15,00 mater, maka bidang
resapan harus dibuat beberapa dengan panjang masing-masing maksimal 15,00 meter, dan
jarak antara bidang resapan dari as ke as sebesar 2,50 meter. Kemiringan bidang resapan
sebesar 0,20 %.
92
BAB IV
SISTEM PLAMBING AIR HUJAN
Dengan adanya radiasi dari mata hari maka sejumlah air yang berada pada tubuh
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, sungai, danau, dan laut munguap kedalam
atmosfeer, uap air tersebut kemudian tertiup oleh angin naik ketempat yang lebih tinggi
lalu terkumpul menjadi awan. Dalam kondisi tertentu uap air tersebut terkondensasi dan
akhirnya dapat kembali lagi kebumi berupa air hujan, dan salju.
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tersebut, sebagian akan mengalir di
permukaan (surface runoff) dimana kelak akan terkumpul di sungai-sungai, rawa-rawa,
danau-danau, dan laut. Sebagian lagi akan segera menguap kembali, dan selebihnya akan
meresap masuk kedalam tanah, dan menjadi air tanah.
Melihat dari terjadinya air hujan, maka air hujan pada umumnya mempunyai kualitas
yang cukup baik, terutama pada daerah dimana kondisi udaranya belum tercemar oleh gas-
gas lain. Namun yang perlu diperhatikan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan
bumi (tanah), yang biasa disebut aliran permukaan (run off atau surface runof). Kalau run
off tidak ditanggulangi secara baik dan benar, terutama di daerah permukiman, maka akan
menimbulkan hal-hal yang kurang baik, diantaranya akan timbul genangan-genangan air,
bila genangan itu besar disebut banjir.
Besarnya genangan air tergantung dari besarnya ron off atau yang disebut debit run
off, dan besarnya debit run off tergantung dari hal-hal sebagai berikut :
Intensitas hujan
Luas daerah pengaliran
Coefisien pengaliran
Besarnya debit aliran permukaan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa
rumus, diantaranya rumus RATIONAL
93
Rumus Rational :
Q = 0,00278 C . I . A
Dimana :
Q : Debit aliran permukaan (run off), dinyatakan dalam m3/detik
C : Coefisien pengaliran, dinyatakan dalam %
I : Intensitas hujan, dinyatakan dalam mm/jam
A : Luas daerah pengaliran, dinyatakan dalam Ha
Kalau melihat rumus Rational, besaran atau nilai Intensitas hujan ( I ), dan luas daerah
pengaliran ( A ), pada umumnya konstan (tetap), akan tetapi besaran atau nilai Coefisien
pengaliran ( C ) bisa berubah-rubah, tergantung dari bahan lapisan penutup permukaan
tanah. Bila lapisan penutup permukaan tanah terdiri dari bahan yang mudah meresapkan
air hujan, maka besaran atau nilai coefisien pengaliran ( C ) akan kecil, artinya air hujan
lebih banyak yang masuk kedalam tanah dari pada yang menjadi aliran permukaan, akan
tetapi kalau lapisan penutup permukaan tanah terdiri dari bahan yang sulit meresapkan air
hujan, maka besaran atau nilai coefisien pengaliran ( C ) akan besar, artinya air hujan lebih
sedikit yang masuk kedalam tanah dari pada yang menjadi aliran permukaan. Dengan kata
lain makin besar nilai coefisien pengaliaran ( C ), maka akan makin besar debit ( Q ) aliran
permukaan, makin kecil nilai coefisien pengaliran makin kecil debit ( Q ) aliran
permukaan.
Oleh karena itu untuk memperkecil besarnya debit aliran permukaan (run off), maka
nilai coefisien pengaliran harus kecil, jadi lapisan penutup permukan tanah harus terbuat
dari bahan yang mudah meluluskan air hujan kedalam tanah. Untuk mengetahui besarnya
nilai coefien pengaliran dapat dibaca pada Tabel 4.1.
Dari bangunan gedung air hujan bisa dalirkan dengan 3 (tiga) cara, yaitu :
1) Air hujan dari atap bangunan dijatuhkan langsung ke tanah, tidak melalui talang
atap.
2) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang tegak,
lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke saluran
drainase kota.
94
3) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang tegak,
lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke sumur
resapan.
Kalau memungkinkan sistem yang baik adalah sistem no 1, dan no 3, hal ini
dikarenakan air hujan akan lebih banyak meresap kedalam tanah, sehingga ketersediaan air
tanah cukup terjamin dan jumlah aliran permukaan akan sangat sedikit sekali, sehingga
akan mengurangi genangan air (banjir akibat air hujan).
Bentuk sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 43 dan persyaratan lokasi sumur
resapan dapat dibaca pada Tabel 4.2.
95
TABEL : 4.2
KOEFISIEN PENGALIRAN ( C ) UNTUK BERBAGAI PENGGUNAAN BAHAN
LAPISAN PENUTUP PERMUKAAN TANAH
No Type daerah aliran/jenis penggunaan lahan Harga C ( % )
1
2
3
4
5
6
7
8
Rerumputan : Tanah pasir, datar, 2 %
Tanah pasir, rata-rata (2-7)%
Tanah pasir, curam, 7 %
Tanah gemuk, datar 2 %
Tanah gemuk, rata-rata (2 – 7) %
Tanah gemuk, curam 7 %
Business : Daerah kota lama (pusat perdagangan)
Daerah pinggiran
Perumahan : Daerah single family
Multi units, terpisah-pisah
Multi units, tertutup
Sub-urban
Daerah rumah-rumah apartemen
Daerah pinggiran
Kawasan Industri : Daerah ringan
Daerah berat
Pertamanan, kuburan
Tempat bermain
Atap rumah
Jalan : Beraspal
Beton
Batu
5 – 10
10 – 15
15 – 20
13 – 17
18 – 22
25 – 35
75 – 95
50 – 70
30 – 50
40 – 60
60 – 75
25 -40
50 – 70
50 – 70
50 – 80
60 – 90
10 – 25
20 – 35
75 – 95
70 – 95
80 – 95
70 – 85
96
TABEL : 4.2
JARAK MINIMAL SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
DENGAN BANGUNAN LAINNYA
NO
JENIS BANGUNAN
JARAK MINIMAL
DENGAN SUMUR
RESAPAN
(meter)
1 Bangunan gedung 3,00
2 Batas pemilikan 1,50
3 Sumur air minum 10,50
4 Aliran air (sungai) 30,00
5 Pipa air minum 3,00
6 Jalan 1,50
7 Pohon besar 3,00
98
BAB V
SISTEM PEMBUANGAN SAMPAH
Sampah adalah bahan buangan padat yang sudah tidak terpakai lagi pada saat itu.
Sampah yang dihasilkan dari bangunan gedung disebut juga sampah rumah tangga, dimana
sampah tersebut terdiri dari sampah organik dan sampah an organik.
Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang mudah
membusuk, apalagi kalau tercampur oleh air. Pada umumnya sampah organik berasal dari
dapur, diantaranya sisa sayuran, sisa buah-buahan, sisa makanan, dan lain-lain.
Sampah an organik terdiri dari bahan-bahan yang tidak mudah membusuk atau
bahkan tidak akan membusuk, seperti sisa kertas, sisa kaca, sisa kayu, sisa logam, dan lain-
lain.
Di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah sampah organik, karena sampah organik
akan cepat membusuk, terutama kalau sampah organik tersebut terkena air dalam hal ini air
hujan. Pembusukan sampah organik akan menimbulkan bau yang kurang sedap, pandangan
yang tidak baik, ada kemungkinan air sampah (lindi) akan mencemari lingkungan, dan
akan menimbulkan penyakit yang ditularkan oleh binatang pembawa, seperti lalat, tikus,
kecoa, dan lain sebagainya.
Sistem pembuangan sampah dari bangunan gedung dapat dijelaskan sebagai berikut :
Untuk bangunan gedung yang kecil, misalnya dari rumah tinggal, sampah yang
dihasilkan dibuang ketempat pembuangan sampah masing-masing rumah, biasanya
yang ada di depan rumah, bisa berbentuk bak sampah, bin, atau dibungkus plastik.
Untuk bangunan gedung bertingkat banyak, sampah yang dihasilkan dibuang
ketempat pembuangan sampah, melalui shaf, lalu dibuang ketempat pengumpulan
sampah disekitar bangunan gedung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 44.
top related