02 metafisika_ontologi

Post on 16-Feb-2015

69 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

a slide about definition, metodes, dan concepts of metaphysics/ontology

TRANSCRIPT

METAFISIKA/ONTOLOGI

Zainul Maarif

Pembahasan

• Definisi: Etimologis dan Filosofis• Manfaat Metafisika• Prasyarat: Pengalaman dan Objek• Objek: Material dan Formal• Metode: Abstraksi, Demonstrasi, Pembuktian,

Reduksi• Istilah-istilah: Yang-Ada, Kenyataan, Eksistensi,

Esensi, Substansi, Materi, Bentuk.

Definisi 1• Etimologis: term metafisika berasal dari bahasa Yunani,

yaitu ta meta ta physica, yang dicetuskan oleh Andrikos dari Rodi (abad I SM) dalam mengklasifikasikan buku-buku Aristotle yang datang sesudah fisika. Buku-buku tersebut membahas masalah realitas, kualitas, kesempurnaan dan yang-ada melampaui dunia fisik. (Bagus, 1991: 17-18)

• Aristotle menyebut metafisika dengan Filsafat Pertama dengan pengertian filsafat yang bersangkutan dengan sebab-sebab terdalam, prinsip-prinsip konstitutif dan tertinggi dari segala hal. (Bagus, 1991: 19).

Definisi 2• Filsuf skolastik abad pertengahan mendefisikan metafisika

sebagai post physicam et supra physicam: ilmu tentang yang-ada, yang muncul sesudah dan melebihi fisika (abstraksi tertinggi). (Bagus, 1991: 19)

• Christian Wolff (abad ke-17) membagi metafisika menjadi ontologi, kosmologi umum dan teori mengenai roh (psikologi dan teologi kodrati/natural). Ontologi adalah ilmu tentang ada secara keseluruhan, yang membahas segala sesuatu yang dapat ditangkap akal budi. Ontologi sinonim dari metafisika. (Bagus, 1991: 19-20).

• Metafisika zaman sekarang terkait erat dengan ilmu alam dan teori fisika, seperti pada Eddington, Galileo dan Newton. (Kattsoff, 2004: 72).

Metafisika = Ontologi + KosmologiOntologi Kosmologi

Etimologi (Yunani) Ontos=yang-ada, Logos asas rasional tentang.

(Yunani) Cosmos = alam semesta yang teratur.

Definisi Filsafat yang membahas ‘yang-ada’

Filsafat yang membahas ‘yang-ada’ yang teratur.

Objek material Esensi terdalam ‘yang ada’ Ketertiban susunan ‘yang-ada’

Ontologi = Kuantitatif + Kualitatif• ontologi yang membahas yang-ada dari

sudut jumlah• Pertanyaan: kenyataan itu tunggal atau

jamak? (Monisme, Dualisme, Pluralisme)Ontologi

Kuantitatif

• ontologi yang membahas esensi yang-ada

• Misalnya: apa yang merupakan kenyataan?

Ontologi Kualitatif

Manfaat Metafisika

• Menunjukkan jati diri manusia sbg makhluk rasional, dengan abstraksi dan ekplikasi (pencarian hubungan sebab-akibat).

• Membantu manusia merenungkan kehidupan scr mendalam, tidak sekadar menjalani hidup begitu saja.

• Mencari kedudukan yg individual dlm konteks keseluruhan.• Membantu manusia keluar dari keterbatasan fisik,

mengungkapkan yang transenden.• Memenuhi kebutuhan intelektual manusia untuk meraih

pengertian tentang kesatuan dlm keanekaragaman.(Bagus, 1991: 3-4)

Prasyarat• Prasyarat bermetafisika adalah bergelut dengan

pengalaman manusia baik yang objektif (yang dapat diindera) maupun yang subjektif.

• Pengalaman objektif hadir pd subjek dalam tiga tiga ciri: 1. sebagai fakta (tak tergantung pd diri)2. sebagai sesuatu yang komplek (beraneka)3. sebagai sesutu yang tidak stabil (berproses menjadi.

(Bagus, 1991: 22-24)

Objek

• Objek Material (ruang lingkup pembahasan) Metafisika: semua realitas yang ada.

• Objek Formal (sudut pandang pembahasan) Metafisika: membahas ada sebagaimana adanya (ens in quantum ens).

(Bagus, 1991: 27)

Abstraksi

• Abstraksi adalah proses menjadikan sesuatu yang inderawi-individual menjadi bersifat rasional-universl.

• Tingkatan Abstraksi1. Abstraksi Fisik2. Abstraksi Matematis3. Abstraksi Metafisik

(Bagus, 1991: 42-43)

Abstraksi fisik

• Proses: memisahkan pembahasan ilmiah dari materi yang dapat diindera.

• Sebutan: – abstractio totius/abstraksi keseluruhan: karena sesuatu

dibebebaskan dari unsur individualnya.– abstrasi pertama: karena objek tidak dapat dipikirkan

tanpa referensi pada materi yang dapat diindera, secara langsung.

(Bagus, 1991: 43)

Abstraksi matematis

• Proses: memisahkan objek pembahasan dari materi inderawi yang secara ilmiah cocok untuk matematika.

• Sebutan: – Abstractio formae (abstraksi bentuk): karena yang

dipentingkan adalah bentuk, ukuran, kuantitas, dan jumlah.

– Abstraksi kedua: tetap mengacu pada materi namun tidak secara langsung.

(Bagus, 1991: 43)

Abstraksi Metafisik

• Proses: memisahkan diri dari semua materi dan tidak tergantung pada materi tertentu dalam makna dan eksistensi.

• Sebutan: – Abstraksi tingkat tiga: karena melampaui abstraksi

pertama dan kedua.– Metafisika: yang melampuai hal-hal fisik.

(Bagus, 1991: 43)

Metafisika Demonstratif

• Metafisika: ilmu pengetahuan yang bersifat demonstratif (Thomas Aquinas).

• Demonstrasi: berpikir sesuai dengan alur tertentu atau sesuai dengan penalaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

• Ciri2 pengetahuan demonstratif: 1. Tertentu dan bersilogisme.2. Universal bukan individual atau partikular.3. Punya istilah teknis yang univok (satu kata dan makna).

(Bagus, 1991: 37-39)

Model-model Demonstrasi

1. Demonstrasi propter quid: – Bergerak dari sebab menuju akibat; dari kodrat ke sifat-

sifat.– Disebut sebagai demonstrasi apriori atau deduksi

2. Demonstrasi quia:1. Bergerak dari akibat menuju sebab; 2. Disebut sebagai demonstrasi aposteriori atau eksplanasi

ilmiah(Bagus, 1991: 40-41)

Pembuktian Metafisik

• Pembuktian metafisik ada dua: – Pembuktian apriori, dan – Pembuktian aposteriori (ex effectibus/ berdasarkan akibat)

• Faktor pembeda pembuktian: – kedudukan ontologis entitas yang ada dalam pembuktian. – kedudukan ontologis dari term tengah dan predikat.

(Bagus, 1991: 44)

Pembuktian Apriori

• Term tengah berada lebih dulu dari predikat yang ada di kesimpulan, dan berposisi sebagai sebab kebenaran yang ada dalam kongklusi.

• Contoh: Kerohanian sebagai sebab ketidak matian jiwa dalam silogisme berikut:

Sesuatu yang ruhani tidak dapat mati (M=P)Jiwa adalah sesuatu yang rohani (S=M)

Jadi, jiwa tidak mati. (S=P)(Bagus, 1991: 44-45)

Pembuktian Aposteriori

• Term tengah berada sesudah realitas yang terdapat pada kesimpulan. Term tengah menunjukkan akibat (efek) realitas yang dinyatakan dalam kongklusi.

• Contoh: adanya manusia di suatu tempat karena ada senjata, dlm silogisme berikut:

Di mana ada senjata, ada manusia. (M=S)Senjata ada di sana (M=P)

Jadi, manusia ada di sana (S=P) (Bagus, 1991: 45)

Metode Reduksi

• Reduksi: kembali ke prinsip-prinsip dasar pengetahuan yang swanyata (per se intellectui nota/ self evident).

• Tiga pokok reduksi: 1. Ens in quantum ens.2. In quo omnes conceptiones resolvit intelectus.3. Quid omens aliae conceptiones Intellectus

accipiantur ex additione ad ens.(Bagus, 1991: 47-50)

Pokok-pokok Reduksi

1. Ens in quantum ens. Yang ada diketahui secara intuitif sebagai yang ada. Bukan sbg ada yang dipartikularisasi, yang kabur, yang bebas dari realitas, dan yang palsu

2. In quo omnes conceptiones resolvit intelectus. Semua konsep dijabarkan/dikembalikan oleh intelek pada yang ada.

3. Quid omens aliae conceptiones Intellectus accipiantur ex additione ad ens. Semua konsep lain dianggap sebagai tambahan dari yang ada.

(Bagus, 1991: 48-50))

Yang-Ada (Being)

• Yang-ada (Being) merupakan predikat yang paling umum serta paling sederhana. Ia predikat universal. Segala sesuatu, baik yang nyata maupun dalam angan-angan termasuk yang ada. (Kattsoff, 2004: 48)

• Ekspresi yang-ada dibedakan oleh Antonio Rosmini menjadi tiga:

1. Verum2. Unum3. Bonum

(Bagus, 1991: 54)

Ekspresi Yang-adaIdeal Riil Moral

Verum (benar) Unum (satu) Bonum (baik)

Pikiran Pengalaman Langsung

Tindakan

Kenyataan (Reality)

• Kenyataan adalah sesuatu yang dicerap sebagai sesuatu yang dapat dipercaya, dan bebas dari kesalahan.

• Antonim kenyataan adalah khayalan/impian.• Yang nyata adalah yang benar-benar ada. • Yang nyata mempunyai sifat ada, tapi yang ada tidak

harus nyata.(Kattsoff, 2004: 49)

Eksistensi (Existence)

• Eksistensi adalah kenyataan dalam ruang dan waktu

• Ia adalah sesuatu yang dapat dialami orang banyak secara inderawi.

• Kenyataan tak selalu bereksistensi, sedangkan eksistensi selalu merupakan kenyataan yang meruang dan mewaktu.

(Kattsoff, 2004: 50)

Esensi (Essense)

• Esensi adalah hakikat sesuatu. • Esensi adalah sifat terdalam dari sesuatu. • Eksistensi senantiasa beresensi, tapi esensi

tidak harus bereksistensi. Contohnya, esensi segitiga.

(Kattsoff, 2004: 50-51)

Substansi (Substance)

• Substansi adalah sesuatu yang didalamnya terwujud esensi.

• Substansi adalah sesuatu yang mendasari atau mengandung kualitas-kualitas serta sifat-sifat kebetulan yang dipunya barang sesuatu.

• Misalnya substansi batu yang tetap batu meski dibentuk menjadi nisan, patung, pondasi dll.

(Kattsoff, 1991: 51)

Materi (Matter)

• Materi adalah sesuatu yang darinya sesuatu itu dibuat.

• Materi adalah substansi di alam fisik yang dicerap oleh pengalaman fisik.

• Ciri-ciri mendasar dari materi ialah esksistensi, penempatan ruang, kemambanan, gerakan, kepadatan, dll.

(Kattsoff, 2004: 53)

Bentuk (Form)

• Bentuk adalah struktur kemenjadian sesuatu.• Bentuk adalah pola barang tertentu yang

memberikan materi keadaan tertentu.• Seperti, bentuk meja bagi materi kayu.

(Kattsoff, 2004: 53-54)

Perubahan (change)

• Perubahan adalah peralihan sesuatu dari keadaan menjadi bukan keadaan, dan dari bukan keadaan menjadi keadaan.

• Perubahan adalah proses dari keadaan potensial ke keadaan aktual, dan dari keadaan aktual ke keadaan potensial.

• Pertanyaan: apakah perubahan itu nyata atau khayalan?• Parmenides menjawab: tidak ada perubahan.• Heraclitus menjawab: segala sesuatu mengalir/berubah.

(Kattsoff, 2004: 54-55)

Sebab-Akibat (Causality)• Akibat adalah hasil dari sebab.• Sebab menurut Aristotle ada 4:

– Causa materialis: benda yang menjadi bahan sesuatu. Spt. kayu pada meja kayu.

– Causa formalis: pola yang mengadaan sesuatu. Spt. pola meja pada meja kayu.

– Causa Efficiens: penggerak adanya sesuatu. Spt. Tukang kayu pada meja kayu

– Causa Finalis: tujuan keberadaan sesuatu. Spt. Untuk belajar pada meja kayu.

• Sebab juga dibagi menjadi dua: – Syarat yang harus ada (necessary)– Syrat yang mencukupi kebutuhan (sufficient)

Hubungan (relation)

• Banyak (bahkan mungkin seluruh) masalah filsafat yang berkaitan dengan penyelidikan tentang hubungan, antara satu dengan yang lain. Misalnya apakah hubungan antara roh dan materi? mengetahui dan yang diketahui?

• Teori-teori tentang asal muasal hubungan:1. Realisme: Semua hubungan berasal dari luar (ekstrensi). Ada

‘sesuatu’ dan ada ‘hubungan’ ‘Hubungan’ tidak otomatis mengubah ’sesuatu’.

2. Idealisme: Semua hubungan berasal dari dalam (intrinsik). Menghubungkan dua hal berarti mengubah kedua hal tersebut.

(Kattsoff, 2004: 56-57)

Referensi

• Bagus, Lorens, ( 1991), Metafisika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Bab I-III

• Kattsoff, L. O. (1953) Elements of Philosophy, New York: The Ronald Press Company, terj. Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004, cet. Ke-9, Bab 3, 9, 10.

top related