pkbmdaruttaklim.files.wordpress.com file · web viewpendahuluan. latar belakang . penelitian...
Post on 04-Apr-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend
untuk dilakukan oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan
peningkatan kualitas pembelajaran.Penelitian Tindakan Kelas merupakan
suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelasnya.Menurut Suharsimi (2002) bahwa Penelitian
Tindakan Kelas merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata
“penelitian,tindakan, dan kelas “.Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu
objek,menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
imformasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang
berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai
bidang.Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode atau
siklus kegiatan.Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu
yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang
guru yang sama.Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari
classroom Action Research yaitu penelitian yang dilakukan di kelas.
Menurut John Elliot (1982) bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah
tentang situasi social dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan
di dalamnya.
Menurut Kemmis dan Mc Taggarat (1988) mengatakan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang
dilakukan oleh pesertanya dalam situasi soaial dalam meningkatkan penalaran
dan praktik social.
Menurut Carr dan Kemmis penelitian tindakan kelas adalah suatu
bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru,siswa,atau
kepala sekolah) dalam situasi social (termasuk pendidikan).
1
Menurut DR. Sulipan, M.Pd Penelitian tindakan kelas berasal dari
istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian
yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang
diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali
penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946,
yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart,
John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian
yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan
pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan
sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang
pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling,
dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian
adalah situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala
sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat
lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati
tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian
dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian tindakan yang
dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah
kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan
dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja
dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang
kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada
pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu
2
kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama juga (Suharsimi: 2005)
Standford (1970) mendefinisikan penelitian tindakan adalah ‘analysis,
fact finding, conceptualization, planing, execution, more fact finding or
evaluation; and then repetition of this whole circle of activities; indeed, a
spiral of such circles, ('Analisis, menemukan fakta, konseptualisasi,
perencanaan, pelaksanaan, menemukan fakta lebih atau evaluasi; dan
kemudian pengulangan lingkaran ini seluruh kegiatan; memang, sebuah
lingkaran seperti spiral)
Tim proyek PGSM (1999) mendefinisikan penelitian tindakan kelas
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemantaban rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik
pembelajaran tersebut dilakukan,
Mukhlis, Abdul dan Nur, Mohamad (2001) mendefinisikan
penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis
dan siklustis, (4) Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992) mendefinisikan
penelitian tindakan kelas adalah ‘action research is a form of self reflective
inquiry undertaken by participants in a social (including educational)
situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own social
or educational pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the
situations in which practices are carried out’ (penelitian tindakan adalah
suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh
peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-
praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b)
pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat
praktek itu dilaksanakan)
Mills (2003) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai berikut;
‘Any systematic inquiry conducted by teacher researchers ... to gather
information about how their particular schools operate, how they teach, and
3
how well their students learn’.( Setiap penyelidikan yang sistematis yang
dilakukan oleh peneliti guru ... untuk mengumpulkan informasi tentang
bagaimana sekolah tertentu mereka beroperasi, bagaimana mereka mengajar,
dan seberapa baik siswa mereka belajar )
Rapoport (1991) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai
berikut; ‘Action research aims to contribute both to the practical concerns of
people in an immediate problematic situation and to the goals of social
science (including education) by joint collaboration within a mutually
acceptable ethical framework. (Penelitian Aksi bertujuan untuk memberikan
kontribusi baik kepada orang keprihatinan praktis dalam situasi problematik
segera dan dengan tujuan ilmu sosial (termasuk pendidikan) dengan
kolaborasi bersama dalam kerangka etis diterima bersama)
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut,dapat di tarik suatu kesimpulan
bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses
pembelajaran di kelas,sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki
seseorang yang sedang melalui pembelajaran.Pembelajaran bermakna terjadi
apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur
pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan
keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang
sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar
terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa
terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. Dalam belajar berrmakna informasi atau materi pembelajaran baru
diasimilasikan pada sumber-sumber yang relevan dengan struktur kognitif.
4
Kebermaknaan suatu pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sedikitnya
3 faktor yaitu struktur kognitif yang ada,stabilitas,dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu pada waktu tertentu.
Menurut Dahar (1996 : 116) mengemukakan dua syarat terjadinya
belajar bermakna yaitu 1. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara
potensial 2. Anak yang akan belajar harus bertujuan belajar bermakna.
Guru yang professional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi
ajar atau mampu menyajikannya secara tepat,tetapi juga dituntut mampu
melihat atau menilai kinerjanya sendiri.Kemampuan ini berkaitan dengan
penelitian yang dalam konteks ini ruang lingkupnya berada seputar kelas
yaitu penelitian di kelas sendiri (Wardani,dkk 2006-1)
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah
mendidik,mengajar dan melatih agar muridnya kelak menjadi manusia
pandai,terampil dan berbudi luhur.Untuk dapat melaksanakan tugas
tersebut,guru segiyanya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan
dan keterampilan hidup,mendidik agar menjadi manusia yang berakhlak dan
melatih para siswanya agar mampu memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilannya bagi hidupnya kelak di masyarakat.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru sebagai salah satu
unsur pendidik agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah
memahami bagaimana peserta didik belajar dan mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak peserta didik serta memahami tentang bagaimana siswa belajar.Untuk
dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa guru perlu
menguasai hakekat dan konsep dasar belajar.Dengan menguasai hakekat dan
konsep dasar belajar diharapkan guru mampu menerapkannya dalam kegiatan
pembelajaran,karena fungsi utama pembelajaran adalah mempasilitasi
tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik
(Winataputra,2007 : 4).
5
Wadah dan sarana yang paling strategis bagi kecerdasan kahidupan
bangsa adalah pendidikan,utamanya melalui sistem persekolahan.Bagi bangsa
kita,upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengakses dan
mengimplementasikan tujuan nasional tersebut adalah menyelenggarakan
system pendidikan nasional yang diatur oleh undang-undang.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,serta berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003,tentang sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan dasar merupakan merupakan bagian dari pendidikan
nasional bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan pribadi anggota
masyarakat,warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan
peserta didik dan untuk mengikuti pendidikan menengah PP nomor 28 Tahun
1990 tentang pendidikan dasar.Tujuan pendidikan dasar tersebut,dijabarkan
lagi ke dalam tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran) dan tujuan
instruksional menempati posisi kunci yang strategis dalam menciptakan dan
mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga
terjadi pembelajaran yang efektif dan bermakna untuk mengarahkan siswa
agar mampu mencapai hasil yang optimal.
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang memiliki fungsi
strategis bagi siswa Sekolah Dasar dalam perkembangan belajarnya karena
melalui mata pelajaran ini ditanamkan tiga kemampuan dasar sebagai
kemampuan minimal yang mesti dikuasai oleh setiap siswa Sekolah Dasar
yaitu kemampuan membaca,menulis dan berbicara.
Mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup bahan pelajaran yang
mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar penggunaan bahasa
yang meliputi mendengarkan,berbicara atau bercerita,membaca dan menulis
atau mengarang.
6
Mata pelajaran IPA berisi bahan pelajaran yang menekankan agar siswa
mengenal,memahami alam semesta dalam kaitannya dengan praktek
kehidupan sehari-hari (Kurikulum Pendidikan Dasar 1994).
Kemampuan dan ketermpilan dasar sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam pelajaran bahasa Indonesia dan IPA tersebut akan dapat dicapai oleh
siswa apabila seorang guru memiliki kemampuan merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran yang efektif,kreatif dan dinamis.
Indikator keberhasilan pembelajaran adalah tingkat penguasaan materi
pelajaran oleh siswa yang lazimnya dinyatakan dengan nilai.Mengacu pada
konsep tersebut,maka dapat dikatakan bahwa hasil kegiatan pembelajaran
Bahasa Indonesia dan IPA di kelas tempat saya mengajar kurang
berhasil,ditandai rendahnya hasil belajar siswa atau tingkat pemahaman siswa
pada materi masih rendah.Hal ini terbukti dari 23 orang siswa 17 orang siswa
mencapai tingkat pemahaman 74 % ke atas pada materi Bahasa
Indonesia.Sedangkan pada materi IPA dari 23 orang siswa,15 orang siswa
yang mencapai tingkat pemahaman ke atas.
Gejala yang demikian,tentu saja tidak boleh dibiarkan terus menerus
terjadi.Saya menyadari bahwa sebagai seorang guru yang diberi tugas dan
tanggung jawab untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal,merasa terpanggil dan
berkewajiban untuk berbuat dan bertindak mengatasi masalah tersebut dalam
bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai suatu system kegiatan untuk
mencari dan menemukan solusi yang tepat dalam rangka memperbaiki
pembelajaran,sehingga penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat
ditingkatkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka dapat dirumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana caranya meningkatkan
pemahaman siswa kelas IV MI NW Serijata melalui penerapan model
pembelajaran David Ausubel “Belajar Bermakna” pada materi Bahasa
Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam.
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada kelas
IV MI NW Serijata ini adalah untuk peningkatan pemahaman siswa pada
materi pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi siswa dan Pembelajaran
1. Untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir
memperbaiki hasil belajar siswa dan meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas.Dengan adanya PTK kesalahan dan kesulitan
dalam proses pembelajaran (baik strategi,teknik,konsep).Juka kesalahan
yang terjadi dapat segera diperbaiki,maka pembelajaran akan sudah
dilaksanakan,menarik,dan hasil belajar siswa akan meningkat.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa
3. PTK dapat menjadi model bagi siswa.
b. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru
1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
2. Dengan keberhasilan PTK akan menimbulkan rasa puas bagi
guru,karena ia melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya
melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
3. Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang dan meningkatkan
kinerjanya secara fofesional,karena guru mampu menilai,merefleksi
diri,dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
4. Melalui PTK,guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
5. Dengan PTK,guru akan lebih percaya diri.
c. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi sekolah.
1. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat meningkatkan
hubungan erat perkembangan sekolah dengan perkembangan
kemampuan guru.
8
2. Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat perubahan atau
perbaikan mempunyai kesempatan untuk menanggulangi berbagai
masalah belajar siswa,perbaikan kesalahan konsep,serta
penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru.
3. Penelitian tindakan Kelas (PTK) memberikan sumbangan yang positif
terhadap kemajuan sekolah,yang tercermin dari peningkatan
kemampuan professional para guru,perbaikan proses dan hasil belajar
siswa,serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
David Ausubel dalam bukunya Educational Psychology: A cognitive
view,menyatakan bahwa factor yang paling penting yang mempengaruhi belajar
ialah apa yang telah diketahui siswa.Pernyataan inilah yang menjadi inti teori
belajarnya,yaitu belajar bermakna.Teori pembelajaran Ausabel merupakan salah
satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam
cooperative learning. David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan.
Menurut Ausubel (Dahar 1996) bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah
“bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep,
dan generalisasi-generalisasi yang telah disiswai dan diingat siswa. Dalam
mengaitkan konsep-konsep ini dikemukakan 2 prinsip Ausubel,yaitu prinsip
differensiasi progresif (progressife differentiation) dan prinsip rekonsiliasi
integrative (integrative reconciliation).Dalam suatu seri pelajaran hendaknya
siswa diperkenalkan terlebih dahulu pada konsep-konsep yang paling umum
sesudah itu materi pelajaran disusun secara berangsur-angsur menjadi konsep-
konsep yang lebih khusus.Suparno (1997) mengatakan pembelajaran bermakna
adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui
pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu
mesti sesuai dengan keterampilansiswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif
yang dimiliki siswa. Oleh itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang
sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar
terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat
dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran sejarah bukan hanya sekadar menekankan kepada pengertian
konsep-konsep sejarah belaka, tetapi bagaimana melaksanakan proses
10
pembelajarannya, dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran tersebut,
sehingga pembelajaran tersebut menjadi benar-benar bermakna. Dengan
pembelajaran koperatif, tentu bahan sejarah yang disiswainya tidak hanya sekadar
menjadi sesuatu yang dihafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat
dipraktikkan dan dilatih dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan
masalah. Dengan demikian, pembelajaran koperatif akan dapat mengusir rasa
jemu dan bosan pembelajaran mata siswaan sejarah yang lebih banyak
menggunakan pendekatan ekpositori (Al Muchtar 2002), khasnya pembelajaran
sejarah yang selalu bermasalah selama ini.
Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang sesuai adalah lebih
bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam pembelajaran.
Kekuatan dan makna proses pemecahan masalah dalam pembelajaran sejarah
terletak pada kemampuan siswa dalam mengambil peranan pada kumpulannya.
Untuk melancarkan proses tersebut maka diperlukan bimbingan secara langsung
daripada guru, sama ada secara lisan maupun dengan tingkah laku, manakala
siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini
merupakan penekanan dalam pembelajaran koperatif atau cooperative learning.
Selanjutnya Ausubel mengatakan bahwa ada dua jenis belajar, yaitu
belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning).
Bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna. Belajar bermakna adalah
suatu proses di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar akan bermakna bila
siswa mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep
konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Lebih lanjut Ausubel (dalam Kartadinata, 2001) mengemukakan,
seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena, pengalaman dan fakta-fakta
baru ke dalam skemata yang telah dipelajari. Hal ini menjadikan pembelajaran
akuntansi tidak hanya sebagai konsep-konsep yang perlu dihapal dan diingat
hanya pada saat siswa mendapat materi itu saja tetapi juga bagaimana siswa
mampu menghubungkan pengetahuan yang baru didapat kemudian dengan konsep
yang sudah dimilikmnya sehingga terbentuklah kebermaknaan logis. Dengan
11
model cooperative learning materi yang dipelajarinya tidak hanya sekadar menjadi
sesuatu yang dihafal dan diingat saja, melainkan ada sesuatu yang dapat
dipraktikkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan
masalah. Diharapkan model cooperative learning akan dapat mengusir kejenuhan
dan kebosanan yang dirasa siswa di kelas karena selama ini hanya mendengarkan
materi dan guru saja. Penekanan dan model cooperative learning sendiri adalah
selain siswa mendapat bimbingan langsung dan guru, mereka juga diberi
kebebasan untuk memecahkan masalah lewat pengetahuan yang mereka dapatkan
sendiri
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar
dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga
peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar,1988 :142)
Menurut Ausubel, Novak,dan Hanesian ada dua jenis belajar:
1. Belajar bermakna (meaningful learning)
2. Belajar menghafal (rote learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengan struktur penertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar .Belajar bermakma terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan
fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya.
Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi
baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila
seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama
sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu
disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi
kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru
itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar
dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan
12
informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar
bermakna.
Nasution 1982:158 menyimpulkan kondisi- kondisi belajar bermakna sebagai
berikut :
1. Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan- bahan baru dengan bahan-
bahan lama.
2. Lebih dahulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal- hal yang
lebih terperinci.
3. Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama.
4. Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang
baru disajikan.
Selanjutnya dikatakan suatu pembelajaran dikatakan bermakna jika memenuhi
prasyarat, yaitu:
1. Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial.
Materi dikatakan bermakna secara potensial jika materi itu mempunyai
kebermaknaan secara logis dan gagasan yang relevan harus terdapat dalm
struktur kognitif siswa.
2. Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna
sehingga anak tersebut mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar bermakna.
Langkah – langkah belajar bermakna Ausubel adalah :
1. Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang
lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
2. Diferensiasi Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi
konsep- konsep. Caranya unsure yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu
kemudian baru lebih mendetai
Ausubel (Dahar ,1989 :141) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :
a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat,
b. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar
berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip
13
c. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal
yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
Banyak ahli member definisi tentang penelitian tindakan kelas (PTK).Berikut
ini akan disajikan beberapa definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dikemukakan oleh para ahli :
1. Standford (1970) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas adalah
analysis,fact finding,conceptualization,planning,execution,more fact
finding or evalution,and then refetition of this whole circle of
activities,indeed,a spiral of such circles.
2. Tim Proyek PGSM (1999) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,memperdalam pemahaman
terhadap tindakan –tindakan yang dilakukan itu,serta memperbaiki kondisi
di mana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
3. Mukhlis,Abdul dan Nur,Muhamad,(2001) mendefinisikan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah action research is a from of self reflective
inquiry undertaken by participant in a social (including educational)
situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own
social or educational practice,(b) their understanding of these practices,and
(c) the situations in which practices are carried out (Penelitian tindakan
kelas adalah suatu bentuk penelaahan atau iquiri melalui refleksi diri yang
dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi social
termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari
(a) praktikpraktik social atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri,(b)
pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut,(c) situasi di tempat
praktek itu dilaksanakan.
4. Mills,(2003) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut :
Any syistematic inquiry conducted by techer researchers,to gather
information abaut how their particular schools aperate,how theyteach,and
how well their students learn.
14
5. Rapoport,(1991) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut
: Action research aims to contribute both to the practical concerns of people
in an immediate problematic situation and to the goals of social science
(including education) by joint collaboration within a mually acceptable
ethical framework.(Banilaio,2008).
15
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
Tempat penelitian di Desa Perian Kecamatan Montong Gading
Kabupaten Lombok Timur.Lokasi penelitian adalah MI NW Serijata pada
kelas IV.Waktu penelitian pada bulan April 2011 yaitu mata pelajaran Bahasa
Indonesia kegiatan pembelajaran siklus I tanggal 13 April 2011 sedangkan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siklus I diadakan tanggal 14 April
2011.Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II bahasa Indonesia di adakan
tanggal 20 April 2011 dan kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam diadakan tanggal 23 April 2011. Karakteristik siswa
merupakan hal yang pertama kali yang perlu diperhatikan karena kegiatan
pembelajaran pada intinya ditujukan untuk membelajarkan siswa.Dalam
merancang kegiatan pembelajaran,guru harus mengetahui terlebih dahulu
pengetahuan awal siswa.Pemahaman terhadap pengetahuan awal ini
merupakan titik awal bagi guru untuk merancang kegiatan pembelajaran,baik
yang menyangkut tujuan,materi,metode,dan evaluasinya.Untuk
mengetahuinya dapat dilakukan dengan mempelajari ketercapaian tujuan pada
kegiatan pembelajaran sebelumnya atau dengan mengevaluasi hasil belajar
siswa.Hal lain yang terkait dengan siswa adalah jumlah siswa dalam suatu
kelas.Ini juga penting karena akan terkait dengan strategi dan metode
pembelajaran yang akan digunakan termasuk penggunaan sarana penunjang
pembelajaran.
Menurut Dick & Carey (1990),karakteristik siswa yang harus
diidentifikasi guru adalah tingkat kemampuan,pengalaman
sebelumnya,minat,motivasi,dan harapan terhadap pembelajaran.Dengan
memperhatikan karakteristik siswa yang kita hadapi,kita akan dapat
merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai bagi mereka sehingga tujuan
16
pembelajaran yang telah ditetapkan dpat dikuasai dengan
optimal.Kemampuan awal dan karakteristik siswa dapat digunakan guru
sebagai jembatan untuk menguasai kemampuan baru.
Rencana pembelajaran yang disusun haruslah dibuat sesuai dengan
tujuan serta kebutuhan siswa.Materi pelajaran yang diberikan harus sesuai
dengan tuntutan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa,perkembangan
siswa,mengandung norma yang positif,serta memperhatikan minat dan
perhatian siswa.Selain kaitan dengan hal tersebut,pada intinya rencana
pembelajaran yang dibuat harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa
atau dengan kata lain harus chil centered atau terpusat pada siswa.Dengan
demikian,segala sesuatu yang direncanakan dan dirumuskan sepenuhnya
ditujukan agar siswa belajar.Proses pembelajaran siswa tersebut haruslah
direncanakan sesuai dengan tujuan dari pembeljaran itu sendiri,yang
berorientasi pada tujuan.
Dalam kegiatan pembelajaran,guru harus selalu peka terhadap
perubahan kebutuhan siswa.Oleh karena itu,guru bias menggunakan berbagai
pendekatan pembelajaran agar siswa tidak menjadi bosan.Penting
diperhatikan bahwa mengajak dan menjaga agar siswa tetap belajar adalah
tugas guru dalam rangka menjaga semangat elajar.Siswa dapat diajak
bersama-sama memikirkan dan melakukan proses pembelajaran yang telah
direncanakan guru.Oleh karena itu,penting pula bagi guru untuk mengetahui
keadaan awal para siswa.
Dalam menerapkan karakteristik belajar anak SD dalam proses
pembelajaran di sekolah,sekurang-kurangnya ada dua tahapan yang harus
dilakukan guru yaitu membuat perencanaan pengajaran dan melaksanakan
pengajaran.Dalam merencanakan pengajaran,tujuan pengajaran hendaknya
merupakan titik tolak awal dalam mengembangkan materi yang akan
diajarkan yang kemudia dipertimbangkan berdasarkan waktu,metode,dan
sarana yang diperlukan.Tujuan pengajaran pada dasarnya adalah berupa
perubahan perilaku anak yang diharapkan akan terwujud setelah melalui
proses belajar-mengajar.Faktor kondisi anak juga harus merupakan
pertimbangan utama.Peristiwa pengajaran pada dasarnya merupakan
17
rangsangan bagi anak untuk melakukan kegiatan belajar.Kegiatan ini
berlangsung dalam suatu proses mengikuti tahapan-tahapan tertentu,dengan
hasil belajar tertentu,dan berlangsung dalam kondisi tertentu pula.
B. Deskripsi Per Siklus dan Refleksi
1. Pelaksanaan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun Rencana Pelaksanakan
Pembelajaran (RPP),menyusun pedoman observasi,dan merancang
tahapan tindakan yaitu tes awal,tes akhir siklus I.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : MI NW Srijata
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/semester : IV/2
Pertemuan ke : 1
Alokasi waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi : Memahami hubungan antara struktur organ
Tubuh manusia dengan fungsinya serta
Pemeliharaannya.
Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan hubungan antara
struktur rangka tubuh manusia dengan
fungsinya.
2. Menerapkan cara memelihara
kesehatan kerangka tubuh.
Indikator :
1. Menjelaskan kegunaan rangka
2. Mempraktikan sikap tubuh yang baik untuk menjaga bentuk
rangka,misalnya cara duduk,cara berdiri,dan cara tidaur.
18
3. Mencari informasi tentang penyakit yang berkaitan dengan
rangka.
1. Tujuan Pembelajaran.
Setelah mempelajarai bab ini,diharapkan siswa mampu :
a. Menjelaskan kegunaan rangka
b. Memperaktikan cara merawat rangka
c. Mengidentifikasi penyakit dan kelainan yang sering terjadi
pada rangka.
2. Materi Pembelajaran
Rangka tubuh manusia
3. Metode Pembelajaran
Informasi,pemberian tugas,demonstrasi.
4. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Guru menjelaskan cirri-ciri mahluk hidup dengan
menekankan pada salah satu cirri mahluk
hidup,yaitu bergerak.
2. Secara acak,siswa ditanya mengenai penyebab kita
dapat bergerak.
b. Kegiatan Inti
1. Guru mengevaluasi jawaban siswa dan menjelaskan
proses gerak yang terjadi pada tubuh kita.
2. Siswa diminta untuk menekankan jarinya pada kaki
atau bagian tubuh lainnya sehingga dapat merasakan
ada sesuatu yang keras di dalam tubuh.
3. Dengan dipandu guru,siswa menyimpulkan bahwa
di dalam tubuh terdapat tulang yang bersambungan
sehingga membentuk rangka.
c. Kegiatan Akhir
19
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan bahwa
dalam tubuh kita terdapat banyak tulang dengan bentuk
dan ukuran tertentu.Tulang satu dengan yang lainnya
tersusun dan bersambungan secara teratur sehingga
membentuk rangka.
5. Alat/Bahan/Sumber Belajar.
1. Buku Akrab dengan dunia IPA 4 halaman 1-14 terbitan
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
2. Charta kebiasaan duduk,berdiri,berjalan,dan berbaring
3. Charta orang yang mengalami kelainan rangka.
6. Penilaian
1. Pengamatan keaktifan dalam menjawab
pertanyaan,penilaian sikap,minat,dan tingkah laku.
2. Mengerjakan tugas.
3. Menjawan soal evaluasi.
Srijata, 2011
Mengetahui Guru Praktik/Mahasiswa
Kepala Sekolah
H.MASNAN,S.Pd ZULKARNAIN
NIP. NIM.818711038
b. Rencana Pelaksanaan Bahasa Indonesia
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : MI NW Srijata
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : IV/2
Pertemuan ke : 1
20
Alokasi waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi : Membaca teks agak panjang (150-200) kata
dengan cara membaca sekolas.
Kompetensi Dasar : Menemukan pikiran pokok teks agak
panjang (150-200) dengan cara membaca
sekilas.
Indikator :
- Membaca beragam teks agak panjang
150-200 dengan intonasi yang sesuai
dengan isi teks sehingga dapat dipahami
orang lain.
- Mencatat hal-hal penting dari tes agak
panjang.
- Mengajukan pertanyaan sesuai dengan
isi teks.
1. Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat membaca beragam teks yang agak panjang dengan
intonasi yang sesuai dengan isi teks sehingga dapat dipahami
orang lain.
2. Materi ajar :
Teks agak panjang 150-200 kata
3. Metode Pembelajaran :
Ceramah,latihan,Tanya jawab dan penugasan
4. Langkah-langkah pembelajaran :
a. Kegiatan Awal
- Mengadakan apersepsi dengan mengabsen siswa.
- Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai
pembelajaran.
- Siswa di beri tugas membacakan teks agak panjang
sebagai langkah awal pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
21
- Siswa membacakan beragam teks agak panjang 150-
200 kata dengan intonasi yang sesuai dengan isi teks
melalui ceramah dan penugasan.
- Siswa mencatat hal-hal yang penting dalam isi teks
melalui kegiatan latihan dan penugasan.
- Siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan isi teks.
c. Kegiatan Akhir
Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan
hasil belajar.
5. Bahan atau sumber belajar
- Buku saya senang berbahasa Indonesia kelas 4,hal 1-2,PT
Erlangga,Teks agak panjang dan standar isi 2006.
6. Penilaian
Teknik : tes dan non tes
Bentuk : pilihan ganda,isian dan essay
7. Instrumen
- Bacalah teks beragam agak panjang 150-200 kata dengan
intonasi yang sesuai dengan isi teks sehingga dapat
dipahami orang lain !
- Coba ajukan pertanyaan sesuai dengan isi teks
- Jawablah pertanyaan tentang isi teks.
Srijata, 2011
Mengetahui Guru Praktik/Mahasiswa
Kepala Sekolah
H.MASNAN,S.Pd ZULKARNAIN
NIP. NIM.818711038
22
2. Pedoman Observasi.
a. Pedoman observasi kinerja pendidik dalam menerapkan model
pembelajaran David Ausubel “Belajar Bermakna” untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada materi Ilmu Pengetahuan
Alam dan bahasa Indonesia kelas IV MI NW Srijata Desa Perian
Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur adalah
sebagai berikut :
No KegiatanNilai
Siklus INilai Siklus
II1 2 1 2
1 Menyampaikan bahan pengait2 Menyampaikan tujuan dan batas-batas
tugas3 Menyampaikan langkah-langkah
pembelajaran4 Memotivasi peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam pembelajaran
5 Pendidik mengajukan permasalahan6 Membimbing peserta didik secara
individu dan kelompok7 Membantu peserta didik
menyelesaikan hasil karya8 Membantu peserta didik menyajikan
hasil karya9 Mengadakan refleksi10 Menggunakan media11 Sistematika dalam menyampaikan
bahan12 Kejelasan dalam memberikan contoh13 Suasana kelas14 Keaktifan peserta didik dalam
kegiatan15 Mengatur penggunaan waktu16 Mengatur dan memfaatkan fasilitas
belajar17 Melaksanakan penilaian proses selama
pembelajaran berlangsung18 Melaksanakan penilaian pada akhir
23
pelajaran19 Menyimpulkan pelajaran20 Memberikan tindak lanjut
b. Pedoman observasi keaktifan peserta didik dalam menerapkan
model pembelajaran David Ausubel “Belajar Bermakna” untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada materi Ilmu Pengetahuan
Alam dan Bahasa Indonesia kelas IV MI NW Srijata Desa
Perian Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur
adalah sebagai berikut :
No KegiatanNilai
Siklus INilai Siklus
II1 2 1 2
1 Menyampaikan pendapat2 Mengajukan pertanyaan3 Menanggapi jawaban peserta
didik lain4 Kemampuan persentasi hasil5 Memperhatikan pertanyaan
orang lain6 Mencatat jawaban masalah7 Suasana kelas8 Motivasi peserta didik9 Keaktifan peserta didik dalam
kegiatan10 Ketepatan waktu
menyelesaikan tugas
Siklus I dilakukan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan
Bahasa Indonesia. Setelah itu diadakan tes awal yang merupakan langkah
pertama dalam kegiatan ini.Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh
informasi tentang kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam tujuan
istruksional,sebelum mereka mengikuti pembelajaran yang telah
disiapkan.Apabila siswa telah menguasai kemampuan yang tercantum
dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mka hal itu tidak perlu
24
diberikan lagi oleh guru dlam program pembelajaran yang akan
diberikan.Hal ini berfungsi sebagai uji coba pembelajaran Bahasa
Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas IV MI NW Serijata pada
materi “Teks agak panjang 150-200 kata” Bahasa Indonesia sedangkan
pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah “ Rangka Tubuh Manusia”.
c. Tahap Tindakan atau Pelaksanaan
Berdasarkan tes yang diadakan pada setiap akhir pembelajaran (siklus
I) dari dua mata pelajaran tersebut menunjukkan bahwa dari 23 orang,17
orang yang mencapai tingkat pemahaman 74% ke atas.
Pada waktu pelaksanaan tes awal yang fungsinya sebagai tes
diagnosis,peneliti dibantu oleh seorang (observer) teman
sejawat.Pengamatan teman sejawat ini dapat dijadikan sebagai refleksi dari
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan dapat pula dijadikan sebagai
data penyebab gagalnya siswa menyerap pembelajaran.
d. Tahap Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini dilakukan oleh seorang observer yaitu
pendidik guru kelas IV dengan identitas sebagai berikut :
Nama : Mismah,S.Pd.I
NIP : 19721231 2005 01 2007
Jenis kelamin : Perempuan
Ijazah terakhir : S1
Alamat : Serijata Desa Perian Kec.Montong Gading Lotim.
Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk
mencatat keaktifan siswa meliputi (1) melakukan kegiatan yang terkait
dengan pembelajaran,(2) berintraksi satu sama lain,saling bertanya,saling
menjelaskan,(3) memformulasikan gagasan tertulis,(4) menyampaikan
gagasan lisan,(5) merangkum materi diakhir pelajaran.Pengamatan dalam
kegiatan belajar mengajar dilakukan secara kolaboratif dengan pendidik
25
mitra terhadap pelaksanaan jalannya proses belajar-mengajar melalui
lembar observasi.Urutan penyajian kegiatan pendidik dan kegiatan siswa
dicatat melalui lembar observasi.Menurut teman sejawat ini,hasil yang
diperoleh siswa pada Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam masih
rendah,antara lain disebabkan oleh :
a. Untuk materi Bahasa Indonesia siswa tidak dapat menjawab dengan
baik dan benar,karena contoh dan jawaban yang disediakan masih
membingungkan siswa.Ini disebabkan juga oleh para siswa yang tidak
serius dan kurang konsentrasi pada waktu mendengarka penjelasan guru
dalam proses pembelajaran di kelas,disamping itu juga siswa umunya
daya khayalnya masih terbatas.
b. Untuk materi Ilmu Pengetahuan Alam “Rangka tubuh manusia” siswa
masih kurang paham sehingga tidak dapat menjawab dengan benar.Hal
ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa tentang materi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA),serta waktu proses pembelajaran,tidak
variatif,termasuk media atau alat peraga yang tidak lengkap.
c. Baik pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia dan materi
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),proses pembelajarannya
guru menerangkan terlalu cepat,monoton,tidak menggunakan
pendekatan,strategi,dan metode yang variatif,sehingga murid cepat
jenuh,perhatian siswa kurang terfokus,guru tidak memberikan siswa
berlatih di depan papan tulis dan disebabkan juga oleh media atau alat
praga yang tidak lengkap dipersiapkan.Akibatnya kecepatan
pemahaman siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dapat terganggu pada proses pembelajaran.
d. Tahap Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah
metode tes dan observasi.Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai
berikut.
26
a. Tes Awal
Kemampuan awal mengacu pada pengetahuan,sikap,dan
keterampilan yang telah dikuasai siswa sebelum mengikuti
pembelajaran.Tes awal dilakukan sebelum melakukan penerapan
yang akan diterapkan oleh peneliti yaitu sebelum melakukan
penerapan metode problem solving.Dengan mengetahui kemampuan
awal siswa,guru dapat menentukan batas,mana yang perlu dan tidak
perlu dibahas dalam pembelajaran.Adapun tujuan tes awal ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik sebelum
melakukan penelitian dan sebagai tolok ukur untuk mengetahui
pemahaman siswa dengan metode problem solving pada materi
“Memahami Puisi” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia “ Rangka
Tubuh Manusia“ pada IPA kelas IV MI NW Srijata Desa Perian
Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur.
b. Tes Akhir
Kalau tes awal diberikan sebelum siswa mengikuti pelajaran
maka tes akhir diberikan setelah selesai mengikuti pembelajaran.Tes
yang diberikan dalam tes akhir ini identik dengan yang diberikan
pada tes awal.Tes akhir adalah tes yang dilakukan setelah
pembelajaran dengan metode problem solvingAdapun pelaksanaan
tes akhir dilakukan selama dua siklus,yaitu siklus I dan siklus II,dan
dari hasil akhir ini akan terlihat pula perkembangan peningkatan
pemahaman siswa pada setiap siklus.
e. Metode Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik atau cara untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan tentang siswa.Observasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan gejala sistematika terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian.Pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek tempat terjadi atau berlangsungnya
peristiwa,sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki atau
diobservasi dilakukan secara langsung (Margono,2003 : 158).
27
Observasi digunakan untuk mendapatkan data yang obyektif
tentang proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung,baik menyangkut kegiatan peserta didik maupun pendidik.
Teknik observasi terdiri atas sejumlah cara untuk memahami
individu mengenai aspek-aspek yang bersifat perbuatan,misalnya
kebiasaan belajar,tingkah laku di kelas,hubungan social,aktivitas dalam
diskusi,ketepatan leksanakan suatu tugas dan sebagainya.Agar
observasi dilakukan dengan baik maka terlebih dahulu harus disiapkan
alat bantunya yaitu pedoman observasi.Pedoman observasi merupakan
pedoman tertulis bagi pengamat atau guru yang berisikan rumusan
tentang hal-hal sebagai berikut.(1) tujuan,sasaran,dan focus observasi
(2) pengamat,waktu dan tempat pelaksanaan observasi (3) cara atau
prosedur observasi serta pencatatan dan pengolahan data.
a. Instrumen Pengumpulan Data
Guna mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya yang berkaitan
dengan masalah penelitian diperlukan suatu alat pengumpul yang dikenal
dengan instrument penelitian.Keberhasilan suatu penelitian banyak
dipengaruhi oleh instrument yang digunakan,sebab data yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan penelitian atau masalah diperoleh peneliti
melalui instrument.Jadi,dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian
merupakan alat yang sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan
data.
2. Pelaksanaan Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II ini,instrument yang digunakan sama
seperti instrument yang digunakan pada siklus I.Pada siklus II ini,dibuat
rencana perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV dengan
materi “ Teks agak panjang 150-200 kata”.
a. Pada kegiatan awal,guru mengadakan apersepsi memotivasi siswa
dengan menjelaskan pentingnya membaca.
28
b. Guru memfokuskan pembelajaran tentang “membaca” kemudian
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab dengan
tepat.
c. Memberi latihan dan tugas rumah
d. Tugas akhir,guru menyimpulkan pelajaran serta mengadakan evaluasi
dan tindak lanjut.
Begitu pula pada hari yang lain pada siklus II dibuat rencana
perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Rangka
tubuh manusia” :
a. Pada kegiatan awal,guru melakukan apersepsi dengan menampilkan
gambar eraga,dengan diikuti Tanya jawab tentang rangka tubuh
manusia.
b. Pada kegiatan inti,guru memfokuskan kegiatan belajar pada pengertian
konduktor dan isolator panas pada alat peraga.
c. Beberapa siswa ditugaskan ke depan untuk menyelesaikan soal,secara
bergiliran dengan bimbingan guru.
d. Siswa yang lain mengamati hasil beberapa temannya yang
lain,kemudian member komentar apakah pekerjaan temannya itu slah
atau benar dengan memberikan alas an-alasan yang masuk akal.
e. Pada kegiatan akhir,guru menyimpulkan materi pelajaran,evaluasi dan
tindak lanjut dengan memberikan tugas rumah dan belajar kelompok.
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada materi mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan pada materi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA),saya meminta teman sejawat mengobservasi kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan terutama mencermati dan memberikan penekanan
pada fokus perbaikan pembelajaran seperti :
a. Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran
Bahasa Indonesia pada kelas IV adalah sebagai berikut :
1. Memotivasi siswa agar lebih serius dan bergairah mengikuti
pelajaran.
2. Membimbing siswa untuk lebih memahami membaca.
3. Memberi latihan yang lebih intensif.
29
4. Menyimpulkan,merangkum pelajaran bersama siswa.
5. Mengadakan evaluasi untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar
siswa.
6. Memberikan latihan dan tugas rumah dan belajar kelompok.
b. Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada kelas IV adalah sebagai berikut :
1. Guru membuka pelajaran dengan memberikan motivasi,mengatur
suasana dan mengadakan apersepsi dengan beberapa pertanyaan
untuk menggali pengetahuan siswa.
2. Guru menjelaskan materi secara klasikal dengan diawali dengan
pengertian konduktor dan isolator dalam kehidupan sehari-hari.
3. Siswa menyelesaikan soal secara bersama-sama atas bimbingan
guru,guru menyuruh siswa secara bergiliran untuk menyelesaikan
soal di papan tulis,sedangkan murid yang lain member komentar
atas jawaban temannya.
4. Guru bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran
5. Mengadakan evaluasi
6. Mengadakan tindak lanjut dengan tugas rumah.
Sesuai dengan focus permasalahan yang dialami oleh siswa maka
kegiatan khusus yang menjadi inti perhatian dalam perbaikan
pembelajaran adalah siswa membaca teks agak panjang 150-200 kata.
Observasi tindakan pada siklus II ini memperlihatkan terjadinya
banyak perubahan yang positif terutama dalam proses pembelajaran.
Guru membuat catatan pelajaran,rencana pelajaran,membuka
pelajaran,menjelaskan tujuan pembelajaran,membuat skenario
pembelajaran,memberikan penekanan terhadap materi pelajaran,dengan
menerapkan pembelajaran David Ausubel dalam pembelajaran,melakukan
pola intraksi yang bervariasi,memberikan tugas latihan dan
mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Pada siswa bergairah mengikuti pelajaran,umpan balik terjadi,aktif
saling memberikan tanggapan,kegiatan belajar mengajar berjalan
30
lancer,jumlah siswa kebingungan dapat diperkecil dan siswa tidak takut
dan malu engajukan pertanyaan pada gurunya.
Refleksi,berdasarkan observasi dalam pelaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II diperoleh data sebagai berikut :
a. Secara umum ketuntasan belajar siswa kelas IV MI NW Serijata pada
materi pembelajaran Bahasa Indonesia “Membaca teks agak panjang
150-200 kata” dan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam “Rangka
tubuh manusia” menunjukkan peningkatan.
b. Skenario pembelajaran sudah lebih baik.
c. Siswa diberi motivasi sehingga konsentrasi mengikuti pelajaran dan
bebas mengajukan pertanyaan.
d. Penyajian materi dengan menerapkan model pembelajaran David
Asubel,serta menggunakan pendekatan strategi dan metode yang
bervariasi ternyata lebih meningkatkan pemahaman siswa pada materi
pembelajaran Bahasa Indonesia dan materi pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada kelas IV MI NW Srijata Montong Gading
Lombok Timur.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Siklus I dan II
Pada bab IV ini akan disajikan data hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam dan Bahasa Indonesia kelas IV MI NW Srijata Kabupaten Lombok
Timur.
Data perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II akan ditampilkan dalam
bentuk table sehingga nantinya akan terlihat hasil perbaikan pembelajaran
yang telah dilakukan oleh guru pada siklus II pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Data siklus I dan siklus II pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
No Nama Siswa
Mata Pelajaran
IPA
Siklus I Siklus II
1 Agus Suhendra 40 70
2 Elma Agustina S 60 80
3 Husniati 40 70
4 Eka Saira 80 70
5 Ilmiana Agustina 40 70
6 Islahul Ummah 60 80
7 Jupriadi 60 60
8 M.Arip Setiawan 80 80
9 M.Irham Adiputra 60 70
10 Mu’immah 50 70
11 Misriuni 80 80
12 Nurma Laela Sakina 70 80
13 Rini Sri Harna Widya 60 70
14 Supriadi 50 80
15 Saharunnizam 60 80
16 M.Rosidi 80 60
17 M.Saderi 40 70
18 Wiwin Sulistia W. 60 80
19 Wili Arisma 60 70
32
20 Yodi Hadraini 60 80
21 Yuli Ilmiati 70 70
22 Yuli Ariani 50 70
23 Zaki Bahtiar 70 70
Jumlah 23 Siswa
Rata-rata
60 73
Data siklus I dan siklus II pada pembelajaran Bahasa Indonesia
No Nama Siswa
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Siklus I Siklus II
1 Agus Suhendra 70 70
2 Elma Agustina S 50 70
3 Husniati 60 70
4 Eka Saira 50 80
5 Ilmiana Agustina 70 70
6 Islahul Ummah 60 80
7 Jupriadi 70 60
8 M.Arip Setiawan 40 80
9 M.Irham Adiputra 70 70
10 Mu’immah 70 70
11 Misriuni 40 70
12 Nurma Laela Sakina 70 80
13 Rini Sri Harna Widya 70 70
14 Supriadi 70 80
15 Saharunnizam 50 70
16 M.Rosidi 40 70
17 M.Saderi 60 70
18 Wiwin Sulistia W. 70 80
19 Wili Arisma 50 80
20 Yodi Hadraini 40 80
21 Yuli Ilmiati 70 70
22 Yuli Ariani 60 70
33
23 Zaki Bahtiar 50 80
Jumlah 23 Siswa
Rata-rata
63 74
B. Pembahasan Siklus
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Analisis
Dari hasil data yang didapat oleh observer,maka proses belajar
mengajar yang telah dilakukan dianalisis : proses pembelajaran kurang
lancar karena siswa kurang bersemangat dalam menerima
pelajaran.Disamping itu juga,guru kurang memberikan arahan dan
motivasi kepada siswa,serta guru tidak menggunakan
pendekatan,strategi dan metode pembelajaran yang variatif.
b. Sintetis
Pada siklus ini dari proses pembelajaran yang telah dilakukan
mulai dari perencanaan sampai pada akhir kegiatan,ternyata belum
dapat meningkatkan pemahaman siswa sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh guru.Hal ini disebabkan karena masih adanya
kelemahan yang menjadi rintangan dalam mencapai peningkatan
pemahaman siswa sehingga perlu dilakukan pembelajaran pada siklus II
selanjutnya.
c. Evaluasi
Berdasarkan hasil data,pada proses pembelajaran pada siklus I
ini,memperlihatkan bahwa proses pembelajaran IPA Bahasa Indonesia
memperlihatkan bahwa tingkat pemahaman siswa secara klasikal masih
di bawah standar,yaitu dari 23 orang siswa,nilai rata-rata kelas
60,sedangkan pada materi IPA dari 23 orang siswa nilai rata-rata kelas
63,kurang dari nilai rata-rata standar 70 ke atas.
34
2. Hasil Penelitian Siklus II
Hasil observasi proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan
hal-hal sebagai berikut :
a. Siswa lebih aktif,hal ini disebabkan karena guru sudah banyak
memberikan bimbingan dan pengayaan tambahan atau penjelasan.
b. Siswa lebih cepat menerima materi pelajaran karena guru telah
mencoba menerapkan model pembelajaran David Ausubel,media atau
alat peraga dipersiapkan,skenario pembelajaran telah dirancang dengan
baik,pembelajaran menggunakan metode yang variatif.
Refleksi terdiri dari :
1. Analisis
Setelah diadakan siklus II yang diikuti,dengan kelas yang
dilakukan sesuai dengan perencanaan dan skenario pembelajaran,maka
proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sempur4na serta suasana
kelas yang kondusif.
2. Sintetis
Dari hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kelemahan-kelemahan dan kekurangan pada proses pembelajaran
siklus I telah dapat diatasi dengan baik.Dengan kata lain perbaikan
pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPA pada kelas IV MI NW Srijata
telah berhasil meningkatkan pemahaman siswa.
3. Evaluasi
Hasil evaluasi proses perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia
dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV MI NW Srijata dengan
penerapan model pembelajaran David Asubel membuktikan bahwa
perubahan peningkatan pemahaman siswa pada materi Ilmu
Pengetahuan Alam yaitu rata-rata kelas 60,berubah menjadi 73.
Sedangkan pada maeri Bahasa Indonesia dari rata-rata kelas pada
siklus I,63 berubah menjadi 74 pada siklus II
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah
dilakukan mengenai penerapan model pembelajaran David Asubel,untuk
meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada materi pembelajaran Bahasa
Indonesia dan IPA,maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Peningkatan pemahaman siswa kelas IV MI NW Srijata dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam
(IPA) dengan penerapan model pembelajaran David Asubel ,ternyata dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada kegiatan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan Bahasa Indonesia.Hal ini terlihat dari perubahan
nilai rata-rata kelas 60,pada siklus II menjadi 73.Sedangkan pada
pembelajaran Bahasa Indonesia siklus I 63 berubah menjadi 74 pada
siklus II.
2. Kreativitas dan pendekatan,strategi dan metode yang variatif dalam
pembelajaran materi IPA dan Bahasa Indonesia sangat berperan dalam
meningkatkan pemahaman siswa.
3. Kegiatan pembelajaran yang bertahap sangat memungkinkan berhasilnya
peningkatan pemahaman siswa.
B. Saran
1. Saran kepada pendidik.
Diharapkan pendidik dalam melakukan proses belajar mengajar
dapat menggunakan metode mengajar secara lebih efektif dan
efisien.Selain itu juga,dapat melakukan berbagai pendekatan dalam
mengajar sehingga penguasaan materi pelajaran oleh peserta didik dapat
mengalami peningkatan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
2. Saran kepada peserta didik
Diharapkan kepada peserta didik agar belajar dengan sungguh-
sungguh sebab kesungguhan dapat mewujudkan berbagai tujuan yang
36
ingin dicapai.Selain itu juga,dapat memecahkan maslah sendiri secara
mandiri agar terus dibiasakan agar mencapai prestasi belajar yang lebih
baik.
3. Saran kepada peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
khususnya bagi peneliti sendiri dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah selanjutnya di
bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan.Dalam upaya meningkatkan
kinerja guru perlu sekali setiap guru melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) pada masing-masing sekolahnya.Hal ini bermanfaat bagi
pembelajaran yang dikelolanya dan juga bagi siswanya.Hasil Penelitian
Tindakan Kelas ini,perlu dibaca oleh guru-guru yang lain.Hal ini penting
karena dengan ikut membaca Penelitian Tindakan Kelas,guru yang lain
sepertinya berhadapan dengan masalah sendiri.Dengan
demikian,diharapkan para guru akan berkembang secara
professional,mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya.Menggunakan pendekatan,strategi dan metode,serta
mempersiapkan media atau alat peraga dlam kegiatan pembelajaran
apapun sangat diperlukan oleh seorang guru agar tujuan pembelajarannya
berhasil sesuai dengan harapan.Diharapkan kepada pendidik dalam
melakukan proses belajar mengajar dapat menggunakan metode mengajar
secara lebih efektif dan efisien.Pendidik dalam melakukan proses belajar
mengajar agar dapat melakukan berbagai pendekatan dalam mengajar
sehingga penguasaan materi pelajaran oleh peserta didik dapat mengalami
peningkatan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
37
top related