amma

12
Pewarna Alami untuk Pangan_____________________________________________________ 58 HIJAU KLOROFIL Klorofil Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil pada semua makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintetis. Pada semua tanaman hijau, sebagian besar klorofil berada dalam dua bentuk yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil a bersifat kurang polar dan berwarna biru hijau, sedangkan klorofil b bersifat polar dan berwarna kuning hijau. Klorofil berwarna hijau karena menyerap secara kuat daerah merah dan biru dari spektrum cahaya visibel. [87,b] Rumus empiris klorofil a adalah C 55 H 72 O 5 N 4 Mg, sedangkan klorofil b adalah C 55 H 70 O 6 N 4 Mg. Pigmen tersebut merupakan suatu porfirin yang mengandung cincin dasar tetrapirol. Keempat cincinnya berikatan dengan ion Mg 2+ . Cincin isosiklik yang kelima berada dekat dengan cincin pirol ketiga. Subtituen asam propionat diesterifikasi oleh diterpen alkohol fitol (C 20 H 39 OH) yang bersifat hidrofobik dalam cincin keempat (Gambar 10). [87] Seperti pigmen alami lainnya, klorofil juga mudah terdegradasi akibat paparan panas, cahaya, oksidator, dan kondisi pH lingkungan. Gambar 11 memperlihatkan mekanisme degradasi klorofil. Secara umum terdapat tiga reaksi yang dapat menjelaskan degradasi pigmen klorofil, yaitu reaksi peofitinasi, pembentukan klorofilid, dan oksidasi. Reaksi peofitinasi adalah reaksi pembentukan peofitin. Peofitin adalah bentuk klorofil yang ©SEAFAST Center 2012

Upload: nurhayatun-nafsiyah

Post on 23-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

okk

TRANSCRIPT

  • Pewarna Alami untuk Pangan_____________________________________________________

    58

    HIJAU KLOROFIL

    Klorofil

    Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam

    kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil pada semua

    makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintetis. Pada semua

    tanaman hijau, sebagian besar klorofil berada dalam dua bentuk

    yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil a bersifat kurang polar dan

    berwarna biru hijau, sedangkan klorofil b bersifat polar dan

    berwarna kuning hijau. Klorofil berwarna hijau karena menyerap

    secara kuat daerah merah dan biru dari spektrum cahaya

    visibel.[87,b]

    Rumus empiris klorofil a adalah C55H72O5N4Mg, sedangkan

    klorofil b adalah C55H70O6N4Mg. Pigmen tersebut merupakan suatu

    porfirin yang mengandung cincin dasar tetrapirol. Keempat

    cincinnya berikatan dengan ion Mg2+. Cincin isosiklik yang kelima

    berada dekat dengan cincin pirol ketiga. Subtituen asam propionat

    diesterifikasi oleh diterpen alkohol fitol (C20H39OH) yang bersifat

    hidrofobik dalam cincin keempat (Gambar 10).[87]

    Seperti pigmen alami lainnya, klorofil juga mudah

    terdegradasi akibat paparan panas, cahaya, oksidator, dan kondisi

    pH lingkungan. Gambar 11 memperlihatkan mekanisme degradasi

    klorofil.

    Secara umum terdapat tiga reaksi yang dapat menjelaskan

    degradasi pigmen klorofil, yaitu reaksi peofitinasi, pembentukan

    klorofilid, dan oksidasi. Reaksi peofitinasi adalah reaksi

    pembentukan peofitin. Peofitin adalah bentuk klorofil yang

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • _____________________________________________________Pewarna Alami untuk Pangan

    59

    kehilangan ion Mg2+ sehingga warna yang diekspresikan bukan

    hijau melainkan hijau kecoklatan. Klorofil a diketahui mengalami

    reaksi peofitinasi lima sampai sepuluh kali lebih cepat

    dibandingkan dengan klorofil b. Reaksi peofitinasi ini dapat terjadi

    ketika klorofil diperlakukan dengan asam. Ion Mg2+ yang berada di

    tengah-tengah molekul akan lepas dan digantikan oleh ion

    hidrogen. Di larutan HCl 13%, reaksi peofitinasi dapat terjadi hanya

    dalam waktu 1-2 menit. Reaksi ini akan berjalan lebih cepat lagi

    jika terkena panas.[88]

    Panas mempercepat reaksi peofitinasi karena panas dapat

    mendenaturasi protein. Pada matriks tanaman, klorofil terdapat

    dalam bentuk berikatan dengan molekul protein. Ketika daun

    dipapar dengan panas, misalnya direbus, protein yang melindungi

    klorofil akan terdenaturasi sehingga klorofil berada dalam bentuk

    bebas. Klorofil bebas bersifat tidak stabil dan mudah diserang oleh

    asam. Akibatnya Mg2+ yang terdapat di dalam molekul klorofil

    dapat dengan mudah digantikan oleh ion hidrogen.[90]

    Gambar 10. Rumus struktur klorofil.[71]

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • 60

    Gambar 11. Bagan reaksi degradasi klorofil.[39]

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • _____________________________________________________Pewarna Alami untuk Pangan

    61

    Penggunaan garam alkali seperti magnesium karbonat dan

    kalsium hidroksida pada pengolahan sayur hijau diketahui dapat

    mencegah ion magnesium di klorofil lepas dan digantikan oleh ion

    hidrogen. Meskipun metode ini menghasilkan produk dengan

    warna yang menarik, namun warna tersebut tidak bertahan lama

    selama penyimpanan. Hasil penelitian Harborne (1973)

    menunjukkan bahwa klorofil dapat diekstrak dari daun segar

    dengan menggunakan aseton 80% atau metanol dengan sedikit

    penambahan CaCO3 untuk mencegah terbentuknya peofitin. Selain

    itu, garam seng juga dapat menstabilkan klorofil. Seng akan

    membentuk komplek dengan peofitin sehingga warna hijau tetap

    stabil. Food and Drug Administration (FDA) telah mengatur batas

    penggunaan garam seng di produk sayur kaleng, yaitu 75 ppm.

    Pada prakteknya, untuk membentuk kompleks dengan peofitin,

    dibutuhkan minimal 25 ppm garam seng atau 100 ppm untuk hasil

    yang maksimal.[91,92]

    Reaksi jenis kedua yaitu reaksi pembentukan klorofilid.

    Klorofilid dapat terbentuk dari reaksi hidrolisis pada suasana asam

    maupun basa. Biasanya reaksi pembentukan klorofilid terjadi

    akibat aktivitas enzim klorofilase. Enzim klorofilase yang terdapat

    hampir di semua tanaman mampu menghidrolisis rantai fitol dari

    klorofil sehingga terlepas membentuk klorofilid dan fitol. Pada

    kondisi normal, enzim klorofilase diduga terikat kuat secara fisik

    pada lipoprotein lamela sehingga tidak bereaksi menghidrolisis

    klorofil. Enzim ini akan aktif pada temperatur kamar jika berada

    pada pelarut organik atau pada temperatur 65-75 oC pada pelarut

    air.[87,93]

    Berbeda dari reaksi peofitinasi, klorofilid yang dihasilkan pada

    reaksi hidrolisis ini masih mengekspresikan warna hijau seperti

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • Pewarna Alami untuk Pangan_____________________________________________________

    62

    klorofil tetapi lebih larut air.[93] Lebih lanjut klorofilid dapat

    menjadi peoforbid, yaitu senyawa klorofilid yang kehilangan ion

    Mg2+ dan digantikan dengan ion hidrogen. Meskipun demikian,

    perubahan klorofilid menjadi peoforbid relatif lebih sulit

    dibandingkan klorofil menjadi peofitin. Oleh karena itu salah satu

    usaha untuk menstabilkan warna hijau adalah dengan mengubah

    klorofil menjadi klorofilid.

    Reaksi oksidasi klorofil menghasilkan produk yang tidak

    berwarna akibat dari teralomerasinya klorofil dan pecahnya cincin

    tetrapirol.[93] Reaksi oksidasi ini dapat terjadi secara enzimatis

    maupun non enzimatis. Oksidasi secara enzimatis melibatkan

    enzim lipoksigenase (linoleat oksidoreduktase) yang terdapat di

    sebagian besar sayuran dan buah-buahan. Enzim ini mengkatalisa

    reaksi oksidasi ketika terdapat oksigen dan lemak, terutama asam

    lemak linoleat dan linolenat. Blansir dapat dilakukan terhadap

    bahan untuk menginaktivasi enzim lipoksigenase. Waktu

    pemblansiran penting untuk diperhatikan karena blansir yang

    terlalu lama tidak hanya akan menginaktivasi enzim lipoksigenase,

    namun juga menginduksi terjadinya reaksi oksidasi non enzimatis.

    Menurut Eskin (1979) pemblansiran selama 45 detik sampai 1

    menit cukup untuk menginaktivasi enzim lipoksigenase.[94] Selain

    disebabkan oleh panas, reaksi oksidasi non-enzimatis juga dapat

    terjadi secara spontan oleh oksigen yang terdapat di atmosfer

    selama penyimpanan meskipun dalam kondisi gelap. Proses

    oksidasi klorofil ini dapat dihambat dengan karotenoid.[87]

    Klorofil yang disubtitusi dengan tembaga (Cu) atau klorofilin

    merupakan bentuk klorofil yang stabil jika dibandingkan dengan

    klorofil alami. Klorofilin cukup stabil di kondisi netral dan basa.

    Kelemahan klorofilin adalah menimbulkan sensasi rasa logam

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • _____________________________________________________Pewarna Alami untuk Pangan

    63

    akibat keberadaan ion Cu. Flavor yang mengganggu ini dapat

    ditutupi dengan menambahkan flavor pada makanan seperti flavor

    buah sehingga off flavor dapat tertupi. Klorofilin cocok digunakan

    sebagai pewarna pada permen dengan flavor jeruk. Flavor jeruk

    dapat mengaburkan rasa logam yang ditimbulkan klorofilin.[38]

    Daun Suji

    Tanaman suji atau Pleomela

    angustifolia merupakan tanaman

    perdu dari keluarga Liliaceae yang

    banyak tumbuh liar di

    Pulau Jawa. Tinggi

    tanaman ini dapat

    mencapai 2-7 meter

    dan jika hanya tumbuh

    sendiri dapat

    berbentuk pohon kecil

    yang banyak

    cabangnya. Daun

    tanaman suji berwarna hijau gelap, berbentuk lancet garis, kaku,

    dan meruncing dengan panjang rata-rata 10-25 cm dan lebar 0,9-

    1,5 cm.

    Warna hijau pada daun suji merupakan manifestasi dari

    keberadaan pigmen klorofil. Hasil penelitian Prangdimurti et al.

    (2006) menunjukkan bahwa daun suji segar yang memiliki kadar air

    basis basah sebesar 73,25%, mengandung 3.773,9 ppm klorofil

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • Pewarna Alami untuk Pangan_____________________________________________________

    64

    yang terdiri atas 2.524,6 ppm klorofil a dan 1.250,3 ppm klorofil

    b.[95]

    Klorofil daun suji dapat diekstrak dengan menggunakan

    larutan NaHCO3. Semakin tinggi konsentrasi NaHCO3 yang

    ditambahkan menyebabkan semakin banyak klorofil yang dapat

    diekstrak dan semakin basa larutan yang didapat. Rufaida (2008)

    menyatakan bahwa ekstraksi klorofil daun suji optimum dilakukan

    dengan menggunakan NaHCO3 pada konsentrasi 0,5% (b/v). Hasil

    ekstrak dengan metode tersebut menghasilkan ekstrak dengan

    kandungan klorofil sebesar 3,069 mg/10 mL dan pH larutan

    8,02.[96]

    Penambahan logam Cu2+ ketika mengekstrak klorofil dari daun

    suji diketahui dapat meningkatkan kestabilan warna hijau klorofil.

    Tembaga atau Cu merupakan salah satu logam yang termasuk

    dalam golongan logam transisi. Logam transisi cenderung

    membentuk kompleks dengan molekul lain dan bertindak sebagai

    atom pusat dari kompleks tersebut. Oleh karena itu Cu cenderung

    akan menggantikan Mg pada pusat porfirin klorofil. Ikatan antara

    atom Cu dengan inti porfirin dari molekul klorofil jauh lebih kuat

    dan stabil dibandingkan dengan Mg-porfirin.[97]

    Hasil penelitian Rufaida (2008) menunjukkan bahwa secara

    visual semakin banyak ion Cu2+ yang ditambahkan maka warna

    hijau ekstrak klorofil semakin stabil. Pada hari pertama

    penyimpanan ekstrak klorofil di temperatur ruang, ekstrak tanpa

    penambahan ion Cu2+ terlihat memiliki endapan berwarna hijau di

    bagian bawah tabung. Sebaliknya, pada ekstrak yang ditambahkan

    ion Cu2+ sebesar 50, 100, dan 150 ppm tidak terlihat endapan dan

    warna hijau masih terlihat stabil. Setelah tujuh hari penyimpanan

    pada temperatur ruang, endapan pada ekstrak tanpa penambahan

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • _____________________________________________________Pewarna Alami untuk Pangan

    65

    Cu2+ berubah warna menjadi coklat. Endapan juga terbentuk pada

    ekstrak dengan penambahan Cu2+ sebesar 50 ppm walau warna

    endapan masih hijau. Supernatan pada ekstrak tanpa Cu2+ dan

    ekstrak yang mengandung 50 ppm Cu2+ berubah warna menjadi

    coklat zaitun. Pada ekstrak dengan penambahan ion Cu2+ sebesar

    100 dan 150 ppm tidak terdapat endapan dan warna hijau masih

    terlihat stabil.[96]

    Pembentukan klorofilid juga dapat dilakukan untuk

    meningkatkan kestabilan ekstrak klorofil daun suji. Pembentukan

    klorofilid melibatkan enzim klorofilase. Ekstraksi yang melibatkan

    enzim klorofilase membutuhkan waktu inkubasi agar enzim

    tersebut dapat bekerja secara optimum karena reaksi enzim ini

    berlangsung lambat.[98] Kecepatan reaksi yang lambat ini

    disebabkan oleh ukuran molekul enzim yang besar sehingga

    membutuhkan waktu yang lebih lama agar terjadi interaksi

    substrat dan enzim.[99] Namun demikian, waktu inkubasi juga tidak

    boleh terlalu lama karena dapat menurunkan laju reaksi dan

    penyimpangan terhadap aktivitas yang diperoleh. Laju reaksi

    menurun karena selama hidrolisis terbentuk fitol yang bertindak

    sebagai inhibitor reaksi.[100] Masa inkubasi optimum menurut

    Hakim (2005) adalah 30 menit pada temperatur 75 oC.[101]

    Temperatur 75 oC merupakan temperatur aktivitas maksimum dari

    enzim klorofilase. Merujuk pada penelitian Prangdimurti et al.

    (2005), larutan pengekstrak klorofil dari daun suji yang optimum

    yaitu 0,75% Tween 80 dalam larutan natrium sitrat 12 mM. Tween

    80 bersifat emulsifier sehingga dapat membantu klorofil yang

    bersifat hidrofobik untuk larut air. Natrium sitrat 12mM diduga

    dapat meningkatkan aktivitas enzim klorofilase dalam

    menghidrolisis rantai fitol.[102] Lopez et al. (1992) melaporkan

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • Pewarna Alami untuk Pangan_____________________________________________________

    66

    bahwa tanpa kehadiran natrium sitrat dalam uji aktivitas enzim

    klorofilase, aktivitasnya turun sampai 50%.[103]

    Daun Pandan

    Pandan (Pandanus

    amaryllifolius) merupakan

    tanaman perdu menjalar

    yang memiliki daun

    berwarna hijau, berbetuk

    tipis memanjang, bertepi

    rata, ujungnya berduri halus

    dan kalau diremas berbau

    wangi. Panjang daun

    pandan berkisar antara 40-

    80 cm dengan lebar sekitar

    4,5 cm. Jika dibiarkan,

    tanaman pandan dapat mencapai ketinggian 1,75 m dengan

    batang menjalar dan pada pangkalnya keluar akar. Tanaman ini

    digolongkan sebagai keluarga Pandanaceae.[104] Di Indonesia,

    umumnya pandan ditanam di pekarangan rumah dan digunakan

    sebagai penyedap, pewangi masakan, dan pewarna hijau pada

    makanan. Sebutan untuk tanaman pandan ini beragam di berbagai

    daerah, seperti seuke bangau (Aceh), pandan jau (Batak), pandan

    harum (Sumatra Tengah), pandan musang (Minang Kabau), ponda

    (Gorontalo), bonak (Timor), dan nao moni (Ambon).[105]

    Seperti daun suji, warna hijau di daun pandan juga merupakan

    akibat dari keberadaan pigmen klorofil. Penggunaan daun pandan

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • _____________________________________________________Pewarna Alami untuk Pangan

    67

    bersama-sama dengan daun suji telah diaplikasikan di masyarakat

    untuk memberikan warna hijau pada kue basah dan diketahui

    memberikan efek sinergis. Secara tradisional penggunaan warna

    hijau ini didapat dengan menumbuk daun pandan dan daun suji.

    Hasil tumbukan ditambah air dan kemudian diperas. Air yang

    didapat akan berwarna hijau dan dapat langsung dicampurkan ke

    dalam adonan makanan seperti dadar gulung, kue apem, kue

    talam susun, dan kue bikang.[106] Jika air ekstrak tersebut tidak

    langsung digunakan, pengawetan dapat dilakukan dengan

    menambahkan kapur sirih ke dalam larutan dan disimpan di dalam

    refrigerator.

    Peningkatan umur simpan larutan pandan dapat dilakukan

    dengan metode pasteurisasi. Vongsawasdi et al. (2010) meneliti

    pengaruh pasteurisasi terhadap degradasi klorofil pada jus pandan.

    Sebelum daun pandan dibuat jus, daun dicuci dan direbus selama 4

    menit. Daun kemudian dipotong kecil-kecil dan dicampur air

    dengan perbandingan 1:4 (w/w). Campuran tersebut

    dihomogenisasi dan disaring untuk mendapatkan larutan pandan

    dengan total padatan 122 oBrix. Pasteurisasi dilakukan selama 30

    menit pada empat temperatur yang berbeda, yaitu 63, 70, 80, dan

    90 oC. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kandungan

    klorofil pada jus semakin menurun dengan meningkatnya

    temperatur pasteurisasi. Akibatnya warna hijau jus mengalami

    pemudaran seiring dengan rusaknya klorofil. Degradasi klorofil ini

    mengikuti reaksi orde pertama dengan kecepatan degradasi

    0,0282-0,0429 menit-1.[107]

    Untuk skala komersial, pandan dalam bentuk larutan kurang

    disukai karena sulit dalam transportasi dan memiliki umur simpan

    yang pendek. Pembuatan tepung pandan merupakan salah satu

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • Pewarna Alami untuk Pangan_____________________________________________________

    68

    solusi untuk meningkatkan keawetan dan memperluas aplikasi

    daun pandan sebagai pewarna dan pemberi aroma. Untuk

    memperoleh mutu tepung pandan dengan warna dan aroma yang

    baik, pengeringan harus dilakukan pada temperatur serendah

    mungkin. Menurut Buckle et al. (1987), semakin lama dan semakin

    tinggi temperatur pengeringan, kadar air akan semakin rendah dan

    intensitas warna hijau semakin menurun. Penurunan intensitas

    warna tersebut terjadi karena pigmen pada daun pandan

    teroksidasi selama pengeringan. Jika melalui pengeringan dengan

    oven vakum, dapat digunakan temperatur pengeringan sebesar 60 oC dengan lama pengeringan 1,5-3,5 jam. Pengeringan dengan

    oven konveksi harus menggunakan temperatur yang lebih rendah,

    yaitu berkisar antara 30-50 oC dengan lama pengeringan 3,5-6,5

    jam.[108,105]

    Mikroenkapsulasi pigmen klorofil daun pandan dapat

    dilakukan untuk mendapatkan pewarna hijau dalam bentuk kering

    dan mengandung pigmen yang lebih banyak dibandingkan dengan

    tepung daun pandan. Mikroenkapsulasi dibuat dengan

    menggunakan pengering spray dryer. Ekstrak klorofil dibuat

    dengan metode Senklang dan Anprung (2010) dengan

    menggunakan enzim pektinase.

    Pada metode Senklang dan Anprung (2010), klorofil

    direaksikan dengan logam sehingga membentuk komplek logam-

    klorofil untuk meningkatkan kestabilannya. Pandan yang telah

    dicuci dan dipotong kecil dihancurkan dan dicampur air dengan

    perbandingan pandan:air sebesar 1:4. Campuran ini kemudian

    direaksikan dengan 300 ppm ZnCl3 pada pH 5 dan temperatur 110 oC selama 15 menit. Komplek Zn-klorofil diekstrak secara enzimatis

    dengan 2,5% (v/w) enzim pektinase.[109]

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2

  • _____________________________________________________Pewarna Alami untuk Pangan

    69

    Metode pembuatan mikroenkapsulasi komplek Zn-klorofil

    dilaporkan oleh Porrarud dan Pranee (2010). Pada penelitian

    tersebut digunakan tiga macam zat penyalut, yaitu gum arab,

    maltodekstrin, dan pati modifikasi octenyl succinic anhydride

    (OSA). Sebagai emulsi digunakan Tween 80. Campuran dikeringkan

    dengan spray dryer pada temperatur inlet 1505 C dan

    temperatur outlet 905 C. Dari hasil pengamatan, diketahui

    bahwa penggunaan pati modifikasi OSA menghasilkan bubuk yang

    lebih bulat dan halus jika dibandingkan dengan bubuk dari gum

    arab dan maltodekstrin. Penggunaan pati modifikasi OSA juga

    menghasilkan bubuk Zn-klorofil dengan intensitas warna hijau dan

    total klorofil paling tinggi serta waktu paruh paling lama, secara

    berturut-turut yaitu -14,64, 187,34 mg/100g formula, dan 462

    hari.[110]

    S

    EA

    FAS

    T C

    ente

    r 201

    2