amida
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN KONSEP
AGROPOLITAN AND MARINE CULTURE INTEGRATED
DEVELOPMENT AREA (AMIDA)
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan,
Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memunculkan babak baru di Provinsi Bangka Belitung,
khususnya Pulau Belitung, karena di pulau ini yang tadinya hanya satu Kabupaten, kini
dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.
Kedua kabupaten tersebut mewarisi sisa-sisa penambangan timah yang biasa disebut kolong.
Sumber timah telah membuat Pulau Belitung di kenal dari jaman kolonial Belanda, dimana
sejak 1852 Belanda telah melakukan eksploitasi timah di Tanah Belitung. Namun demikian
sebagai sumber alam yang tak terbarukan sudah barang tentu tidak selamanya bisa
dieksploitasi. Dengan menipisnya cadangan timah (skala ekonomi sudah tak terpenuhi), maka
masa emas Belitung sebagai penghasil timahpun mulai sirna.
Kini sebagai kabupaten baru yang lahir di era otonomi daerah, maka diharapkan
pembangunan bisa dengan cepat dilakukan untuk mengejar ketinggalan dari daerah-daerah
lain yang lebih maju dengan memperhatikan kondisi dan potensi yang ada, yang juga
merupakan modal sekaligus tantangan pembangunan itu sendiri. Jika dilihat dari posisi
geografis lokasi Kabupaten Belitung Timur sangatlah strategis yaitu berada di antara Laut
Jawa dan Laut Natuna yang merupakan alur pelayaran nasional menuju alur pelayaran
internasional (Selat Malaka) dan sebaliknya.
Disamping posisi geografis potensi sumber daya alam disamping timah yang sudah tidak
ekonomis lagi juga terdapat potensi kaolin, pasir kuarsa, dan pasir bangunan dan tanah liat
sebagai bahan baku keramik. Potensi alam yang tak terbarukan tersebut tidak bisa selamanya
diandalkan, oleh karenanya potensi lain yang bisa diperbaharui seperti perkebunan (lada,
kelapa, kelapa sawit, cokelat, dan kopi) dan perikanan harus lebih bisa dikembangkan.
Potensi lain yang tak kalah pentingnya adalah sektor pariwisata.
Perumusan Masalah
Kabupaten Belitung Timur pada saat ini berada pada tahapan transisi dari wilayah yang
pertambangan yang produktif menjadi wilayah yang mengandalkan pada pertanian dalam arti
luas. Perubahan ini membawa konsekuensi yang cukup besar terhadap kapasitas masyarakat
di wilayah tersebut, terutama bagi mereka yang selama ini bekerja di sektor pertambangan.
Upaya untuk mencari alternatif lain dalam pengembangan ekonomi wilayah, salah satunya
2
terbentur pada kapasitas masyarakat yang cenderung biasa dimudahkan oleh kegiatan
pertambangan timah yang telah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat. Untuk
dapat mengatasi kondisi ini, maka misi pertama yang harus dijalankan adalah bagaimana
meningkatkan kapasitas masyarakat Kabupaten Belitung Timur menjadi masyarakat yang
mampu mengolah sumberdaya alam yang lain yang lebih menjamin kontinuitas pembangunan
di wilayah ini seperti agroindustri dan budidaya kelautan.
Struktur ekonomi yang mengandalkan pada satu komoditi telah dialami oleh wilayah ini,
yakni tambang bijih timah. Namun pengalaman menunjukkan bahwa struktur perekonomian
demikian sangatlah rapuh, terutama komoditi yang bersangkutan memiliki cadangan terbatas
dan tidak terbaharukan (nonrenewable). Pengembangan agroindustri dan budidaya kelautan
yang tidak didukung dengan pengembangan keterkaitan sektor hulu dan hilir dikhawatirkan
akan mengalami nasib yang sama. Oleh karena itu pengembangan keterkaitan sektor hulu dan
hilir ini harus menjadi salah satu misi utama pembangunan di Kabupaten Blitung Timur.
Sementara itu pengembangan agroindustri dan budidaya kelautan bukanlah hal yang baru
dalam pembangunan daerah. Kegiatan agroindustri dan budidaya kelautan yang mampu
menjadi basis perekonomian wilayah adalah kegiatan yang unggul. Kondisi saat ini di
Kabupaten Belitung Timur, kegiatan agroindustri dan budidaya kelautan dapat dikatakan
masih dapat dikatakan dalam kategori pemula. Untuk mampu menjadi daerah yang unggul di
kedua sektor ini, maka misi pengembangan keduannya haruslah menjadi prioritas dan
komitmen bersama semua stakeholder di wilayah ini. Selanjutnya, untuk dapat unggul maka
orientasi keduanya harus berskala lebih luas sehingga acuan yang digunakan memiliki daya
saing yang lebih tinggi.
Berdasarkan hal-hal di atas maka perlu disusun suatu konsep pengembangan wilayah
Kabupaten Belitung Timur yang tidak mengandalkan sektor pertambangan lagi yang bersifat
tidak dapat diperbaharui, tetapi dengan potensi lain seperti perkebunan/pertanian dan
kelautan. Konsep pengembangan ini harus terpadu dan bersinergis sehingga dapat
menghasilkan nilai tambah untuk dapat meningkatkan daya saing Kabupaten Belitung Timur.
Pada tulisan ini akan disampaikan suatu konsep pengembangan untuk wilayah Kabupaten
Belitung Timur, yaitu Agropolitan and Marine Culture Integrated Development Area
(AMIDA). Konsep ini didasarkan atas pertimbangan potensi, kendala maupun kesiapan daerah
tersebut.
Tujuan
Tujuannya adalah identifikasi dan analisis potensi wilayah Kabupaten Belitung Timur untuk
dapat menyusun suatu konsep pengembangan wilayah di daerah ini yang terpadu dan sinergis.
Metodologi
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan konsep ini adalah dengan metode eksploratif
dan survai, yaitu melakukan kajian-kajian referensi yang relevan dengan objek penelitian
serta mengadakan survai data primer dan survai instansional guna melengkapi data dan
informasi yang diperlukan dalam analisis masalah.
3
Pengumpulan data dilakukan terhadap beberapa jenis data yaitu data regulasi/peraturan atau
dokumen rencana, data tabular/statistik dan data spasial/peta serta data lapangan. Selanjutnya
metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kesesuaian lahan.
II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BELITUNG TIMUR
Kabupaten Belitung Timur secara astronomis terletak di antara 107o45’ – 108
o18’ Bujur
Timur (BT) dan 02o30’ – 03
o15’ Lintang Selatan (LS), sedangkan secara administratif
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Laut Cina Selatan,
Sebelah Timur : Selat Karimata,
Sebelah Selatan : Laut Jawa,
Sebelah Barat : Kecamatan Sijuk, Badau dan Membalong (Kabupaten Belitung)
Luas wilayah Kabupaten Belitung Timur yang terdiri luas daratan 2.506,91 Km2 dan luas
wilayah lautan 15.461,03 Km2 ini mempunyai 4 kecamatan yaitu : Kecamatan Manggar (377
km2), Gantung (937 km2), Kelapa Kampit (587,410 km2), dan Dendang (605,5 km2). Jumlah
desanya adalah 30 (1 desa swadaya, 13 desa swakarya dan 16 desa swasembada). Sebagai
ibukotanya adalah Kota Manggar. Di wilayah Manggar ini sedang dibangun berbagai sarana
untuk keperluan pusat pemerintahan.
Berdasarkan data peta Citra Landsat tahun 2001 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di
Kabupaten Belitung Timur masih didominasi oleh kawasan perkebunan dan kebun campuran
(43,4%). Penggunaan lahan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.
Kabupaten Belitung Timur juga merupakan wilayah kepulauan. Jumlah pulau sebanyak 91
buah, baik pulau besar maupun kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Belitung yang terbagi
menjadi 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.
Di wilayah perencanaan terdapat interaksi gugus pulau ke darat begitu juga pengaruh
sebaliknya (DKP, 2001). Interaksi tersebut sebagai berikut :
Pantai Selatan Dendang dengan keterkaitan gugus Pulau Batu – Pulau Ketapang,
Pantai Tenggara Gantung dengan keterkaitan gugus Pulau Ayer Masin,
Pantai Timur Laut Manggar dengan keterkaitan gugus Mempera
Tabel 1
Penggunaan Lahan di Kabupaten Belitung Timur
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
Kawasan terbangun 3.817 1,52
- desa/kampung
- kota kecamatan
- kawasan transmigrasi
- latpur
1760
650
631
775
0,70
0,26
0,25
0,31
Kawasan non terbangun 246.879 98.48
- kawasan kebun campuran
- kawasan perkebunan
13.279
87.931
5,30
35,07
4
- kawasan pertanian tanaman pangan
- kawasan pariwisata
- kawasan pertambangan
- areal penggunaan lain (semak/belukar, tanah
rusak, hutan, dll)
443
383
9.006
135.832
0,18
0,15
3,59
54,18
Total 250.691 100,00 Sumber : hasil analisis citra landsat tahun 2001
Sumberdaya kelautan di wilayah perencanaan sangat besar. Terbukti dengan banyaknya ikan
laut hasil tangkapan. Selain itu pesisir di sepanjang garis pantai, terutama di Kecamatan
Dendang dan Manggar sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi sarana wisata
pantai. Keindahan pasir dan batu serta pemandangan menjadikan salah satu keunikan wisata
pantai yang ada.
Daerah estuaria yang ada di wilayah perencanaan meliputi daerah Muara Sungai Buding,
Muara Sungai Manggar dan Muara Sungai Balok Simpang Pesak. Estuaria adalah teluk
pesisir yang sebagian tertutup, tempat air laut dan air tawar bertemu dan bercampur. Daerah
pertemuan ini mengandung banyak bahan-bahan organik sehingga estuaria kaya akan unsur
hara. Namun pada umumnya daerah estuaria di wilayah perencanaan ini belum dikelola
dengan maksimal. Terdapat indikasi bahwa Muara Sungai Balok dan Muara Sungai Buding
telah tercemar limbah CPO hasil pembuangan dari perusahaan pabrik pengolahan kelapa
sawit.
III. POTENSI DAN KENDALA PEMBANGUNAN KABUPATEN BELITUNG
TIMUR
Potensi Pembangunan
Berdasarkan struktur perekonomian Kabupaten Belitung Timur dewasa ini, dua sektor primer
– pertanian serta pertambangan dan penggalian – memang masih mendominasi kegiatan
ekonomi. Namun ada perbedaan kecenderungan di antara keduanya. Di satu sisi, kontribusi
sektor pertambangan dan penggalian pada perekonomian kian menurun. Cadangan bahan
tambang timah sudah mulai menipis, sedangkan cadangan bahan galian lainnya masih banyak
namun belum dimanfaatkan dalam bentuk nilai tambah di daerah sendiri. Di sisi lain,
sumbangan sektor pertanian semakin meningkat. Potensi perkebunan, kelautan dan perikanan,
kehutanan, tanaman pangan, dan peternakan masih besar, baik dalam bentuk budidaya
maupun industri pengolahan. Sektor pertanian inilah yang dilirik oleh Pemerintah Kabupaten
Belitung Timur untuk didorong menjadi penghela utama pertumbuhan ekonomi dan perbaikan
kesejahteraan masyarakat.
Di antara lima subsektor yang termasuk ke dalam kategori sektor pertanian, pengembangan
subsektor kelautan dan perikanan mempunyai potensi dan peluang yang paling besar serta
dijadikan prioritas utama pembangunan sektoral. Hamparan Laut Natuna, Selat Karimata, dan
Laut Jawa memberikan harapan untuk mendatangkan nilai tambah yang besar kepada
perekonomian. Pada tahun 2002 lalu, hasil penangkapan ikan laut seberat 1,14 ribu ton telah
memberikan pemasukan sebanyak Rp 116 miliar. Sebagian besar ikan laut tersebut diekspor
ke Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Potensi perikanan laut di atas bisa dilapis oleh potensi
5
perikanan darat yang juga cukup besar, baik budidaya di perairan umum maupun budidaya
tambak.
Setelah kelautan dan perikanan, potensi berikutnya yang dimiliki Kabupaten Belitung Timur
adalah pengembangan di subsektor perkebunan. Beberapa komoditas yang potensial untuk
dikembangkan menjadi pelapis subsektor kelautan dan perikanan bersama-sama mendorong
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat adalah lada, kelapa sawit, kakao, kelapa,
dan kopi. Berdasarkan hasil SP 2000, subsektor perkebunan mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 12.080 jiwa, atau 36% dari penduduk yang bekerja. Komoditas lada sendiri
menyerap tenaga kerja sekitar 5.365 KK, yang mampu memproduksi biji lada seberat 2.075
ton dari lahan seluas 4.248 hektar. Biji lada tersebut diekspor ke Singapura dan Cina melalui
Pangkalpinang dan Jakarta. Tepung lada putih produk Belitung Timur mampu bersaing
dengan tepung lada hitam Lampung. Sementara itu, perkebunan kelapa sawit juga mulai
berkembang ke berbagai wilayah di kabupaten ini. Pabrik CPO pun sudah ada di wilayah ini,
dimana sebagian besar hasilnya dikirim ke industri hilir CPO di luar daerah.
Pariwisata juga memberikan harapan yang besar kepada pengembangan perekonomian
Kabupaten Belitung Timur. Daerah ini memiliki kekayaan dan keindahan alam dan budaya
yang mempunyai nilai ekonomis. Karena itu pemerintah perlu mengambil langkah-langkah
positif untuk optimalisasi pemanfaatan kekayaan dan keindahan alam dan budaya tersebut.
Obyek wisata dalam bentuk keindahan alam dan sejarah yang ada saat ini terdiri dari pantai,
air terjun, vihara, dan lain-lain. Sedangkan keindahan dan kekayaan budaya yang masih
lestari adalah tari-tarian, kesenian gambus, kesenian betiong, pencak silat tradisional,
permainan-permainan tradisional, upacara-upacara ritual, dan wisata sejarah (seperti makam
raja-raja dan musium).
Pengembangan berbagai sektor di atas, mulai dari pertanian hingga perdagangan, harus
dibarengi dengan pembangunan subsektor keuangan (terutama perbankan) dan infrastruktur
wilayah (jaringan transportasi, telekomunikasi, listrik, dan air bersih).
Kendala Pembangunan
6
Pembangunan perkebunan, kelautan dan perikanan, kehutanan, tanaman pangan, dan
peternakan memang terus bergulir, namun masih didominasi oleh aktivitas budidaya yang
menghasilkan produk dalam bentuk bahan mentah atau ikan segar. Hal ini kurang
menguntungkan karena nilai tambah yang didapat sangat terbatas. Sementara itu, industri
yang mengolah bahan mentah tadi menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadi yang
nilai tambahnya lebih besar, belum begitu berkembang. Keadaan serupa terjadi pula dalam
sektor pertambangan dan penggalian, dimana produk sektor ini baru dalam bentuk bahan baku
industri. Industrinya sendiri ada di luar Kabupaten Belitung Timur. Di sektor pariwisata,
meskipun kaya dengan keindahan dan kekayaan alam dan budaya, juga belum dikelola secara
profesional, sehingga pengembangannya masih lemah dan selanjutnya tingkat kunjungan
wisatawan masih rendah. Akibatnya, nilai tambah yang dinikmati Kabupaten Belitung Timur,
baik dari sektor pertanian, pertambangan, maupun pariwisata, relatif kecil. Pada gilirannya,
kemampuan daerah untuk memperbesar kapasitas keuangannya demi peningkatan percepatan
pembangunan juga masih terhambat.
Di samping nilai tambah yang rendah, masalah lainnya yang dihadapi Kabupaten Belitung
Timur dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam adalah minimnya investasi di daerah
ini. Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang menyebabkannya. Faktor internal di
antaranya adalah posisi geografis yang secara ekonomis dinilai kurang menguntungkan bagi
investor dari luar Kabupaten Belitung Timur, infrastruktur yang belum memadai, kemampuan
sumberdaya manusia yang terbatas, upaya pemerintah untuk mempromosikan potensi yang
dimilikinya hampir tidak ada, insentif investasi juga belum ada, dan lain-lain. Sedangkan
faktor eksternal dapat berupa minat investor lokal dan investor dari luar yang memang rendah,
lebih kuatnya daya tarik wilayah lain yang memiliki potensi sejenis, dan lain-lain
IV. PENUTUP
Sebagai daerah yang baru lahir maka diperlukan suatu konsep untuk pengembangan
daerahnya. Kabupaten Belitung Timur yang saat ini sedang mengalami masa transisi dari era
pertambangan ke pertanian/perkebunan dan perikanan maka dibutuhkan suatu konsep yang
terpadu dan sinergis. Untuk itu khusus untuk Kabupaten Belitung Timur maka telah
dimunculkan Konsep Agropolitan-Marineculture Integrated Development Area (AMIDA).
Keterpaduan pengembangan daratan dan kelautan menjadi keharusan dalam pengembangan
wilayah Kabupaten Belitung Timur. Hal ini dikarenakan karakteristik morfologi Kabupaten
Belitung Timur yang terdiri dari dua karakter yang berbeda yaitu kawasan daratan (inland)
dan kawasan perairan (laut). Dengan kondisinya tersebut keterpaduan antara aktivitas di
wilayah agropolitan dan di wilayah marineculture harus menjadi prioritas pengembangan
wilayah di Kabupaten Belitung Timur.
V. DAFTAR PUSTAKA
- Anonymous, 2003. Hortikultura. Direktorat Pengembangan Usaha Hortikultura.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian R.I.
Jakarta.
7
- Anonymous, 2002. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pedoman
Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Badan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian. Departemen Pertanian R.I. Jakarta.
- Anonymous, 2001. Kebijakan Pembangunan Wilayah Pesisir Terpadu. IPB. Bogor
- Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001. Model Penataan Ruang untuk Pengembangan
Ekonomi Regional Gugus Pulau Belitung. Jakarta.
- Rivai, D.E., 2003. Pengembangan Kawasan Agropolitan sebagai Pengembangan Kawasan
Agropolitan sebagai Pendekatan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat
Pertanian. IPB. Bogor.