alwida sriyana harahap
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat kondisi setiap organisasi / perusahaan saat sekarang ini sudah
menunjukkan kemajuan, hal ini tidak terlepas peran individu dalam organisasi,
dimana karakteristik individu-individu dalam setiap organisasi / perusahaan memiliki
keragamannya masing-masing. Pimpinan perlu untuk benar-benar memahami
karakteristik individu, karena kunci pelaksanaan dari fungsi pengarahan dan
manajemen terletak pada faktor individu dalam organisasi. Keragaman karakteristik
individu menyebabkan terdapatnya keragaman perilaku yang ditunjukkan oleh
sumber daya manusia yang dimiliki organisasi / perusahaan. Keragaman individu ini
justru akan menjadi potensi negatif sekiranya tidak diarahkan dengan tepat oleh
pimpinan, bahkan jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi sumber terjadinya
konflik internal di dalam organisasi, tetapi bila dikelola dengan baik, keragaman ini
akan menjadi potensi positif dan dapat mempercepat pencapaian tujuan organisasi.
Motivasi menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami oleh para pimpinan,
karena motivasi merupakan faktor pendorong individu atau sumber daya manusia
dalam organisasi berperilaku dan bersikap dengan pola tertentu, termasuk juga terkait
dengan kinerja yang ditunjukkan oleh individu.
Jika organisasi/ perusahaan mengharapkan tenaga kerjanya untuk berperilaku
yang dapat menghasilkan kinerja terbaik bagi organisasi / perusahaan tersebut maka
begitu juga dengan instansi pemerintahan yang memiliki keragaman individu yang
tinggi, karena proses perekrutan yang menyeluruh di seluruh Indonesia. Pimpinan
dalam hal ini pelaksana motivasi diharapkan untuk mampu mengelola individu-
individu yang beragam menjadi potensi yang positif dalam meningkatkan kinerja para
pegawainya.
Bertitik tolak pada uraian – uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun
suatu tulisan yang berjudul : Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas
Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara”.
Peningkatan kinerja para pegawai di instansi pemerintahan pada Dinas
Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara, merupakan hal menarik untuk
ditelusuri agar kelak dapat menjadi bahan informasi bagi instansi terkait dalam hal
meningkatkan kinerja melalui proses pemotivasian.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan mengenai
identifikasi masalah yang ada sebagai berikut :
1. Masalah yang dihadapi oleh berbagai organisasi dalam meningkatkan kinerjanya
2. Peran motivasi dalam meningkatkan kinerja pegawai
3. Hubungan motivasi dengan kepemimpinan
C. Batasan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah yang ada maka dapat dibuat batasan
masalahnya, yaitu :
Seorang pimpinan mempunyai tugas untuk memberi motivasi/dorongan kepada
pegawainya agar para pegawainya dapat menunjukkan kinerja yang baik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “motivasi/dorongan yang diberikan
kepada para pegawai masih rendah sehingga para pegawainya belum dapat
menunjukkan kinerja yang baik.”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui seberapa besar peran motivasi dalam meningkatkan
kinerja pegawai
b. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan kepemimpinan
c. Untuk mendeskripsikan apakah motivasi mampu mempengaruhi kinerja pegawai
secara signifikan di Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara
2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi harapan penulis dari hasil penelitian ini nantinya dapat
bermanfaat, antara lain :
a. Bagi penulis, dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah didapat di bangku
kuliah dengan praktek sebenarnya di lapangan kerja nyata dan dapat menambah
pengetahuan penulis khususnya tentang peran motivasi yang dapat mempengaruhi
kinerja pegawai di Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara.
b. Bagi instansi, semoga dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya
c. Bagi pembaca, diharapkan menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang
selanjutnya dengan materi dan pembahasan tentang sumber daya manusia
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Motivasi
Saat ini, secara virtual semua orang praktisi dan sarjana punya definisi
motivasi tersendiri. Biasanya kata – kata berikut ini dimasukkan dalam definisi :
hasrat, keinginan, harapan, tujuan, sasaran, kebutuhan, dorongan dan insentif. Secara
teknis, istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang
berarti “bergerak”. Arti ini adalah bukti dari definisi komprehensif berikut ini :
motivasi adalah proses yang dimulai dengan definisi fisiologis atau psikologis yang
menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif.
Dengan demikian, kunci untuk memahami proses motivasi bergantung pada
pengertian dengan hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan insentif.
Pengertian motivasi menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut :
- Menurut George R. Terry, Phd. (1997 : 390), motivation is the desire within an
individual that stimulates him or her to action.
Yang artinya, motivasi adalah keinginan di dalam seseorang individu yang
mendorong ia untuk bertindak.
- Menurut Harold Koontz et al. (1997 : 634), motivation refers to the drive and
effort to satisfy a want or goal.
Yang artinya, motivasi menunjukkan dorongan dan usaha untuk memenuhi,
memuaskan sesuatu kebutuhan atau untuk mencapai satu tujuan
- Menurut Susilo Martoyo (2000 : -), motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental
yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang
mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidakseimbangan.
- Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan (2005 : 219), motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan
Dari beberapa pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
mempunyai arti yang sama dengan motif, yaitu suatu daya pendorong atau
perangsang untuk melakukan sesuatu. Motivasi terkait dengan berbagai hal yang
mendorong seseorang untuk menunjukkan perilaku tertentu dalam organisasi dan
lingkungannya.
B. Teori Motivasi (Motivation Theory)
Suatu lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga yang dinamakan
perusahaan ataupun yayasan (foundation) dalam mencapai tujuan yang diterapkan
harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok
orang (group human being) yang berperan aktif sebagai pelaku (actors) dalam upaya
mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan.
Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara kinerja individu
(individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau
kinerja perusahaan (corporate performance). Dengan perkataan lain bila kinerja
karyawan baik maka kemungkinan besar kinerja lembaga ataupun organisasi juga
baik, kinerja seorang karyawan akan baik bila dia mempunyai keahlian (skill) yang
tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian,
mempunyai harapan (expectation) masa depan lebih baik.
Mengenai gaji dan adanya harapan (expectation) merupakan hal yang
menciptakan motivasi seorang karyawan bersedia melaksanakan kegiatan kerja
dengan kinerja yang baik. Bila sekelompok karyawan dan atasannya mempunyai
kinerja yang baik, maka akan berdampak pada kinerja lembaga/organisasi yang baik
pula.
Sehubungan dengan itu, di bawah ini akan dijelaskan tentang adanya
hubungan antara upaya melaksanakan tugas, motivasi, harapan dan kinerja.
Penjelasan tentang hal ini dikenal dengan sebagai teori-teori motivasi.
1. Teori Hierarki Kebutuhan (Abraham Maslow)
Hierarki kebutuhan dari Maslow pada mulanya tidak dimaksudkan secara
langsung untuk diterapkan pada motivasi kerja dalam suatu organisasi tertentu.
Hierarki kebutuhan Maslow dapat di ubah ke dalam tatanan model motivasi kerja
dengan perincian kebutuhan sebagai berikut :
a. Kebutuhan Fisik
b. Kebutuhan Keamanan
c. Kebutuhan Sosial
d. Kebutuhan akan Penghargaan
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Maslow menyatakan bahwa kelima kebutuhan tersebut secara hierarkis,
artinya pemenuhannya berawal dari tingkatan yang paling bawah, yaitu kebutuhan
fisik hingga tingkatan yang paling tinggi yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang hierarkinya lebih tinggi cenderung tidak akan memotivasi tenaga
kerja sekiranya kebutuhan pada hierarkinya yang lebih bawah belum terpenuhi.
2. Teori Dua Faktor (Herzberg)
Frederick Herzberg memperluas hasil karya Maslow dan mengembangkan
suatu teori yang khusus bias diterapkan pada motivasi kerja. Menurut Herzberg
kepuasan-kepuasan dalam pekerjaan diberi nama oleh Herzberg motivator, adapun
ketidakpuasan disebutnya factor higienis.
Motivating factors adalah berbagai kebutuhan yang terdapat dalam seorang
yang menuntut untuk terpenuhi sehingga jika terpenuhi akan mendorong tercapainya
kepuasan seseorang dalam pekerjaannya.
Hygienis factors merupakan kebutuhan yang terdapat dalam seseorang akan
kondisi dari lingkungan pekerjaannya, yang jika kebutuhan akan kondisi lingkungan
yang diinginkannya tidak terpenuhi maka dirinya akan mengalami ketidakpuasan
dalam lingkungan pekerjaannya.
3. Teori ERG (Layton Alderfer)
ERG merupakan singkatan dari existence, relatedness dan Growth. Teori ini
diperkenalkan oleh Clayton Alderfer. Pada dasarnya Alderfer setuju dengan Maslow
bahwa kebutuhan manusia atau individu yang mendorong seseorang untuk
termotivasi dalam melakukan sesuatu bersifat hierarkis atau memiliki tingkatan,
namun Alderfer memiliki setidaknya 2 perbedaan dibandingkan dengan Maslow.
Perbedaan ini dapat digambarkan dalam gambar di bawah ini :
Aktualisasi diri
Penghargaan
Sosial
Keamanan
Fisik
Tingkatan Kebutuhan dari Maslow Teori ERG dari Alderfer
Gambar 1. Perbandingan antara Teori Kebutuhan Maslow dan Teori ERG
4. Teori 3 Kebutuhan (Atkinson & Mc. Clelland)
Selain Maslow, Herzberg dan Alderfer di antara pemikir lain yang
memperkenalkan teori kebutuhan adalah John W. Atkinson. Atkinson menyatakan
bahwa terdapat 3 jenis kebutuhan manusia yang akan mendorong seseorang untuk
termotivasi dalam berperilaku dan melakukan sesuatu. Ketiga kebutuhan tersebut
adalah :
a. kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement / N-Ach)
b. kebutuhan akan berafiliasi (need for affiliation /N-Aff)
c. kebutuhan akan kekuasaan (need for power/N-Pow)
GROWTH Needs
RELATEDNESS Needs
EXISTENCE Needs
Ketiga teori kebutuhan ini kemudian dikembangkan dan dipopulerkan oleh
David Mc. Clelland melalui hasil riset empirisnya.
5. Teori X dan Teori Y (Mc. Gregor)
Menurut Douglas Mc. Gregor, para manajer / pimpinan perlu menyadari
bahwa pada dasarnya manusia dapat dikategorikan kepada 2 jenis karakter yaitu tipe
x dan tipe y.
a. Sumber daya manusia yang bertipe x
- memiliki kecendrungan sebagai orang yang malas untuk bekerja
- hanya bekerja jika dipaksa untuk bekerja
- bagi pekerja dengan tipe ini, pekerjaan adalah sesuatu yang tidak terlalu
penting
- pada umumnya pekerja dengan tipe ini, akan cenderung menghindari
pekerjaan dan tanggung jawab
- cenderung bersikap pasif dalam setiap pekerjaan
b. Sumber daya manusia yang bertipe y
- para pekerja yang bertipe ini memandang bahwa pada dasarnya bekerja tidak
berbeda jauh dengan bermain atau beristirahat
- cenderung menyukai pekerjaan
- bersifat aktif dalam setiap pekerjaan
- berinisiatif, kreatif dan sangat menyukai berbagai tantangan dalam pekerjaan
C. Hubungan Motivasi dengan Kepemimpinan
Motivasi dan kepemimpinan merupakan salah satu dari kunci agar fungsi
pengarahan dapat berjalan dengan baik sehingga implementasi rencana organisasi
dapat terwujud.
Sekiranya seorang pimpinan telah memahami bahwa setiap pegawai atau
individu di dalam suatu organisasi memiliki berbagai motif yang harus dilakukan
dalam melakukan implementasi rencana dalam fungsi pengarahan adalah apa yang
harus dilakukan para pimpinan sehingga rencana yang telah disusun organisasi dapat
direalisasikan ? Apa yang harus ditunjukkan para pimpinan agar para pegawai dengan
segala motif dan perilakunya mau menunjukkan kinerja terbaik dalam setiap
pekerjaan yang dilakukan?.
Pengetahuan terhadap keragaman motivasi dan perilaku para pegawai akan
menjadi sia-sia sekiranya para pimpinan tidak dapat memahami dan mengeahui akan
dibagaimanakan para pegawai dengan segala keragamannya tersebut. Disinilah
hubungan antara motivasi dan kepemimpinan dapat diketahui. Fungsi kepemimpinan
pada dasarnya adalah tindak lanjut dari pemahaman para pimpinan terhadap
keragaman karakteristik motif dan perilaku para pegawai dalam organisasi.
Bagaimana semestinya para manajer mengarahkan dan memotivasi para pegawai
menjadi esensi pokok dari kepemimpinan. Kepemimpinan sendiri merupakan bagian
dari fungsi pengarahan dalam manajemen. Sekiranya fungsi pengarahan dalam
manajemen ingin direalisasikan, maka kepemimpinan menjadi salah satu kunci pokok
yang harus dipahami.
D. Pengertian Kinerja dan Manajemen Kinerja
Kinerja secara umum yaitu melakukan suatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan.
Kinerja / performance juga merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika.
Kinerja suatu organisasi, baik organisasi yang berorientasikan mencari
keuntungan maupun organisasi pemerintah atau organisasi sosial atau organisasi
keagamaan tergantung kepada etos kerja dari peserta organisasi bersangkutan.
Misalnya, bila suatu organisasi pemerintahan dapat memakmurkan sebagian
besar anggota masyarakat, berarti kinerja organisasi pemerintah tersebut baik. Dalam
hal inipun, kinerja tersebut akibat dari kinerja berupa etos kerja yang baik dari peserta
organisasi pemerintah bersangkutan.
Tingkat keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari kinerja organisasi
dalam mengelola sumber daya yang ia miliki. Organisasi dengan kinerja yang baik,
mempunyai efektivitas dalam menangani aktivitasnya, mengenai sumber daya
manusianya, menentukan sasaran atau tujuan yang harus dicapai baik secara
individual maupun organisasional.
Itulah sebabnya, sebuah organisasi dituntut menjalankan manajemen kinerja
yang baik, sehingga apa yang diharapkan baik oleh pegawai, manajer/pimpinan
bahkan masyarakat dapat dicapai.
Manajemen kinerja merupakan sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja
dalam suatu kerangka tujuan yang telah disepakati.
Manajemen kinerja didasarkan pada proposisi sederhana bahwa jika orang
mengetahui dan memahami apa yang diharapkan dari mereka dan mampu ambil
bagian dalam pembentukan harapan-harapan itu, mereka bisa dan akan melakukan
untuk memenuhinya.
E. Faktor Variabel yang mempengaruhi Organisasi dan Kinerjanya
Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan ukuran keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai tujuan.
Namun keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh struktur organisasi
yang tepat, pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dari para sumber
daya manusia yang berkecimpung dalam organisasi tersebut. Tanggung jawab akan
tugasnya atau rasa tanggung jawab berkaitan atau dapat dikaitkan dengan tingkat
disiplin para sumber daya manusia organisasi. Semakin baik disiplin para sumber
daya manusia organisasi, diharapkan kinerja organisasi dalam mencapai tujuan akan
bertambah baik. Lebih-lebih bila rasa taat tersebut disertai dengan inisiatif yang
merupakan pencerminan kreativitas ide yang bernuansa daya dorong dalam mencapai
tujuan organisasi dengan lebih baik. Di samping itu efektivitas dan efisiensi dapat
menjadi tolak ukur kinerja suatu organisasi.
F. Kerangka Konseptual
Menurut Mardalis (1990 : 47) bahwa dalam tiang atau kerangka mengenai
konsep ini dimaksudkan agar penelitian dapat menjelaskan konsep kata-kata yang
dipakai dalam penelitian yang dilakukan agar dapat pemahaman yang sama antara
peneliti dan pembaca hasil penelitian.
Dalam melaksanakan penelitian penulis menyusun kerangka konseptual ini
untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi dan sistematika pembahasan. Selain
itu kerangka konseptual yang penulis lakukan agar penelitian ini lebih terarah
sehingga berkaitan satu sama lain.
Kerangka konseptual Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Pada
Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara, dapat dilihat kerangka
konseptual di bawah ini :
Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara kinerja pegawai
dengan kinerja organisasi, dengan kata lain bila kinerja pegawai baik maka
kemungkinan besar kinerja organisasi juga baik. Kinerja seorang pegawai akan baik
bila dia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau
diberi upah sesuai dengan perjanjian dan mempunyai harapan masa depan lebih baik.
Mengenai gaji dan adanya harapan merupakan hal yang menciptakan motivasi
seorang pegawai untuk bersedia melaksanakan kegiatan kerja dengan kinerja yang
baik. Dengan demikian, organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.
DistambenPropsu
Motivasi
Kinerja Pegawai
Tujuan Organisasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera
Utara di Jalan Setia Budi Pasar II No. 84 Tanjung Sari Medan.
2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian bagi penulis adalah “Pengaruh Motivasi
terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera
Utara”.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis merencanakan mulai bulan Februari s/d April 2009.
No Jenis KegiatanBulan
Februari Maret AprilI II III IV I II III IV I II III IV
1 Persiapan Penelitian2 Pembuatan Seminar
Penelitian3 Survei (Pengolahan
Data)4 Penyusunan Konsep
Penelitian5 Penyusunan Skripsi
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Kuncoro (2003:103) “Populasi adalah sekelompok elemen-elemen
lengkap, yang biasanya beberapa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita
tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian.” Merujuk pada
pendapat tersebut di atas, di dalam penelitian yang menjadi populasi oleh penulis
adalah para pegawai yang bekerja di Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi
Sumatera Utara, sebanyak 140 orang.
2. Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Sampel diambil secara
random sampling. Jumlah sample berdasarkan pendapat Roscue yang dikutip Sekaran
(2000) “ bahwa ukuran sample lebih besar dari 30 orang dan kurang dari 500 orang
telah mencukupi untuk digunakan dalam semua penelitian.” Mengacu pada pendapat
Roscue itu, maka jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 25% dari jumlah
populasi yaitu 35 orang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi kepada dua macam,
yakni :
a. Penelitian Lapangan (Field Research). Yaitu mengadakan kegiatan
mengumpulkan data di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpul data
sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
pelaksanaan kegiatan kerja pegawai di Dinas Pertambangan dan Energi
Propinsi Sumatera Utara.
b. Interview, yakni mengadakan wawancara / Tanya jawab secara langsung
dengan para pegawai dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian itu.
c. Angket, questioner adalah lembaran pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada responden tentang objek penelitian
2. Penelitian Perpustakaan (Library research), yakni mengadakan penelitian terhadap
sejumlah literature yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
D. Teknik Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, maka penulis menganalisanya dengan
menggunakan metode analisis sebagai berikut :
1. Metode Deskriptif
Yaitu suatu metode yang penganalisaannya dilakukan dengan mengumpulkan
data, mengklasifikasikan dan menganalisanya, serta menginterpretasikannya sehingga
diperoleh gambaran mengenai fakta yang berlaku pada objek penelitian.
2. Metode Kuantitatif
Teknik analisa data yang dipergunakan dengan cara mempergunakan
Corelation Product Moment Pearson oleh Carl Pearson dan selanjutnya diuji melalui
uji t.
Adapun masing-masing uji tersebut adalah :
a. Corelation Product Moment Pearson
Cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya
hubungan antara variable bebas dengan variable terikat.
Cara perhitungannya mempergunakan rumus sebagai berikut :
rxy =
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi variable x dan y
x = variable bebas (motivasi)
y = variable terikat (kinerja pegawai)
n = jumlah sampel
b. Koefisien determinasi
Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh
variable bebas terhadap variable terikat. Perhitungannya dilakukan dengan
mengkuadratkan nilai koefisien Product Moment (rxy) dan dilakukan dengan 100%
(seratus persen).
D = (rxy)2 x 100%
Keterangan :
D = koefisien korelasi
rxy = koefisien correlation product moment antara x dan y
C. Uji t
Uji t adalah rumus untuk menguji tingkat signifikan hubungan antara kedua
variable yang diajukan sebagai pedoman penelitian.
t =
Pada taraf signifikan dan derajat kebebasan dk = n-2, maka dapat dilihat
pengujian hipotesis penelitian dan melihat signifikan variable bebas dan variable
terikat dengan ketentuan :
1. Bila t hitung > t tabel, maka ada pengaruh signifikan antara x dan y
2. Bila t hitung > t table, maka tidak ada pengaruh signifikan antara x dan y
DAFTAR PUSTAKA
Ernie Tisnawati & Sule Kurniawan Saefullah, 2006, Pengantar Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Penerbit Kencana, Jakarta.
Fred Luthans, 2005, Organizational Behavior, 10th edition, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Hadari Nawawi, 1987, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press.
J. Winardi, 2004, Manajemen Perilaku Organisasi, Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Malayu S. P. Hasibuan, 2005, Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah , Edisi Revisi, cetakan keempat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Mardalis, 1990, Metode Penelitian suatu Pendekatan Proposal, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Michael Amstrong, 2004, Performance Management, cetakan pertama, Penerbit Tugu Publisher, Yogyakarta.
Miftah Thoha, 2007, Perilaku Organisasi : Konsep Dasar & Aplikasinya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Moekijat, 2002, Dasar-dasar Motivasi, CV. Pionir Jaya, Bandung
Suyadi Prawirosentono, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia : Kebijakan Kinerja Karyawan. Kiat Membangun Perdagangan Bebas Dunia, edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.
Uma Sekaran, 2000, Research, Methods for Business, A skill Building Approach, third edition, John Wiley & Sons, Inc. Singapore.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar
Belakang.......................................................................... 1
B. Identifikasi
Masalah………………………………………….. 2
C. Batasan
Masalah……………………………………………... 3
D. Rumusan
Masalah……………………………………………. 3
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
………………………………. 3
BAB II LANDASAN TEORITIS………………………………………….. 5
A. Pengertian Motivasi…………………………………………... 5
B. Teori Motivasi ………………….……………………………. 6
C. Hubungan Motivasi dengan Kepemimpinan ………………… 11
D. Pengertian Kinerja dan Manajemen Kerja …………………… 12
E. Faktor Variabel yang mempengaruhi organisasi dan kinerjanya 13
F. Kerangka Konseptual…………………………………………. 14
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………. 16
A. Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian………………………….. 16
B. Populasi dan Sampel…………………………………………… 17
C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 17
D. Teknik Analisa Data…..……………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA