almuslim news edisi 2

16
NO.3/TH.II/ EDISI JUNI 2014 UMUSLIM TUAN RUMAH PEKSIMIDA XII

Upload: humas-umuslim

Post on 31-Mar-2016

252 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

maju bersama menggapai masa depan

TRANSCRIPT

Page 1: Almuslim news edisi 2

NO.3/TH.II/ EDISI JUNI 2014

UMUSLIM TUAN RUMAH PEKSIMIDA XII

Page 2: Almuslim news edisi 2

2

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014

Assalamualaikum Wr. Wb.

Apa kabar pembaca? Sudah lama kami tidak men-yapa Anda, kesibukan dan rutinitas ditambah lagi tidak ada momentum yang pas untuk diangkat ke khalayak pembaca maka kami memilih untuk tidak ”memaksakan diri” untuk hadir menyapa pembaca.

Pembaca yang budiman, AlmuslimNews kali ini hadir tampil ke tengah pembaca dengan mengu-sung liputan utama tentang Universitas Almuslim (Umuslim) yang sudah GO Internasional, pelab-elan ini tentu tidak berlebihan. Setelah tampil di Jepang, baru-baru ini Umuslim kembali di undang ke Korea Selatan. Tidak cukup itu, Umuslim saat ini juga sedang mempersiapkan diri untuk tampil di Australia pada bulan September yang akan da-tang.

Selain Liputan Utama tadi, kami juga melapor-kan tentang sejauhmana sudah proses penegerian Umuslim dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN), laporan ini layak dan sangat relevan diangkat, mengingat banyaknya masyarakat dan juga civitas akademika yang bertanya-tanya tentang perkembangan pen-ingkatan status dari PTS ke PTN. Terlepas dari adanya pro dan kontra terkait dengan peningkatan status ini, tentu hal tersebut tak terlepas dari kecin-taan masyarakat Negeri Ampon Chiek Peusangan terhadap kampus kebanggaan mereka.

Selain itu ada hal yang menggembirakan, yang akan kami kemas dalam bentuk laporan, yaitu penunju-kan Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan Bireuen sebagai tuan rumah Pekan seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) Provinsi Aceh tahun 2014, yang akan dilaksanakan pada 17-19 Juni 2014. Penunjukan Universitas Kebanggan masyarakat Bireuen ini berdasarkan hasil rapat yang dilaksan-kan oleh Badan Pembina seni Mahasiswa (BPSMI) provinsi Aceh di Unsyiah Banda Aceh.

Tentu banyak laporan-laporan yang kami kemas su-paya pembaca puas, tentu masih banyak kekuran-gan yang perlu diperbaiki. Semua itu tak terlepas dari segala keterbatasan-keterbatasan. Tapi satu hal yang sangat membanggakan, dukungan pihak re-ktorat untuk terbitnya AlmuslimNews sangat luar biasa.

Akhirnya, kami hanya ingin mengatakan selamat membaca dan jangan lupa kritik dan saran yang sifatnya konstruktif.

Wassalam.

Rubrik AN Edisi 3 TH.II Juni 2014

1. Ranub Sigapu2. Pena Pimred3. Liputan Utama4. Galeri5. Kampusiana6. Sosok7. Opini8. History9. Kisah Nyata10. Etalase

Ranup Sigapu

Di Aceh pada umumnya dan di Kabupaten Bireuen khususnya tingkat peredaran narkoba terutama teru-tama di kalangan generasi muda semakin meresahkan. Kondisi ini tentu menjadi tanggung jawab semua pihak, baik pada level pemerintah dan lembaga-lembaga pen-didikan tidak terkecuali Universitas Almuslim (Umus-lim), maupun level keluarga untuk terus mengawasi tingkah dan polah generasi muda, kalau tidak ada kepedulian semua pihak, tidak mustahil akan muncul banyak ”generasi teler” di Aceh.

Penting menyelamatkan generasi muda dari pen-garuh-pengaruh arus negatif globalisasi, karena di tan-gan pemuda lah masa depan bangsa ini berada. Hari ini kita tidak berperang lagi dengan musuh yang nyata, musuh kita hari ini adalah arus informasi yang nyaris tanpa filter atau saringan. Coba bayangkan, bagaimana internet merambah setiap sudut negeri, setiap orang be-bas mengakses konten apasaja, baik itu informasi yang positif maupun yang negatif. Tergantung selera pen-gakses, ”lapak” sudah tersedia.

Selain itu, siaran televisi juga tiada henti masuk ke rumah-rumah penduduk kita, dengan pola-pola siaran yang makin mencemaskan. Dari sinetron yang menjual mimpi sampai gaya hidup selebriti yang tak patut, sep-erti gaya hidup bebas, kawin cerai dan laki-laki bergaya perempuan. Semua itu sadar ataupun tidak telah mampu ”mencuci otak” anak-anak kita untuk ikut meniru lagak dan gaya mereka.

Nah, disinilah dibutuhkan orangtua yang mampu menjelaskan fenomena yang mencemaskan itu. Selain itu peran ulama dan umara juga jangan pernah berhenti untuk menyerukan ke arah yang positif dan ”jalan yang benar”, supaya generasi kita tidak tambah sesat dalam menempuh lorong waktu yang semakin gelap dan pekat dalam era globalisasi teknologi dan informasi sekarang ini.

Kembali ke masalah peredaran narkoba di kalangan anak muda saat ini benar-benar sudah darurat, karena semakin meresahkan. Pecandu narkoba di Kabupaten Bireuen umumnya di kabupaten penghasil keripik pi-sang ini adalah anak-anak muda yang merupakan gen-erasi penerus. Kondisi ini tentu tidak boleh dibiarkan se-makin liar. Oleh sebab itu, selain pencegahan dini juga pentingnya dibangun pusat rehabilitasi di Kabupaten Bireuen, untuk menyelamatkan ”generasi teler” ini.

Seiring perkembangan zaman, pola penggunaan narkoba juga semakin beragam, jika dulu generasi Aceh hanya mengenal ganja atau istilah mereka cimeng, seka-rang menghisap ganja sudah mulai bergeser menggu-nakan sabu-sabu. Setidaknya kondisi beberapa tahun terakhir, tren menghisap ganja sudah bergeser kepada menghisap sabu-sabu. Masalahnya ketika paket sabu-sabu yang relatif mahal tidak sanggup dipenuhi oleh kocek mereka, akhirnya mereka mencuri apasaja supaya sabu-sabu bisa terbeli.

Pola lainnya adalah dengan ”meracuni” anak-anak, istilahnya merekrut kader, caranya dengan memberikan

sabu-sabu ”gratis” pada awalnya, setelah anak-anak itu ketagihan akhirnya menjadi pengedar. Parahnya lagi yang menjadi sasaran adalah anak-anak orang kaya. Par-ahnya lagi, anak-anak yang bermodal cekak ada alter-natif lain yang bisa dimanfaatkan, yaitu menghisap lem. Karena dalam lem juga terkandung zat-zat adiktif yang bisa membuat on jika dihirup.

Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan san-gat membahayakan generasi muda, hal ini diakui oleh Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bireuen Drs. Agussalim kepada saya beberapa waktu lalu, ”Benar sangat memprihatinkan kondisi ini,” ka-tanya.

Sebagai orang yang dipercayakan untuk mencegah dan memberantas peredaran narkoba di Kabupaten Bi-reuen, keprihatinan mantan Kabag Humas Kabupaten Bireuen ini tentu sangat dimaklumi, karena menurut pria yang akrap dipanggil Agus ini tingkat peredaran narkoba di Kabupaten Bireuen adalah yang terbesar di Aceh. Indikasinya menurut Agus adalah 80 persen pen-derita gangguan jiwa yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Banda Aceh berasal dari Kabupaten Bireuen. Demikian juga penghuni Rumah Tahanan (Rutan) Bi-reuen 62 persen akibat kasus narkoba.

Kondisi ini tentu menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang sangat berat buat Agussalim, ”Ya kami akui ini tan-tangan yang berat buat kami BNNK Bireuen, oleh sebab itu kami mengharapkan semua pihak terutama Pemer-intah Kabupaten Bireuen dan aparat penegak hukum mau membantu tugas-tugas kami,” harap Agus.

Selama ini diakui bahwa koordinasi antar instansi dalam rangka pencegahan, pemberantasan, penyalah-gunaan, dan peredaran narkoba di kabupaten penghasil keripik pisang ini sudah cukup baik, ”koordinasi dian-tara kami sudah cukup baik, tapi tentunya harus terus ditingkatkan,” kata Agus.

Menurut Agus sebagai sebuah lembaga yang baru di bentuk di Kabupaten Bireuen tentu banyak harapan yang disematkan oleh masyarakat pada BNNK Bireuen, untuk itu BNNK Bireuen juga sudah mencoba berbuat sesuai kemampuannya dan kewenangan yang dimi-likinya. Misalnya dengan mengajak Keuchik, tokoh masyarakat, LSM/OKP, organisasi profesi untuk mel-akukan Pencegahan Pemberantasan, Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

Selain itu, untuk menekan angka korban penyalah-gunaan atau pecandu narkoba, Badan Narkotika Na-sional (BNNK) Bireuen setiap tahun melakukan enam kali tes urine bagi 600-800 orang dari kalangan pelajar, pekerja (PNS/swasta). “Setiap tahun ada sekitar 600-800 orang dari kalangan pelajar, pegawai pemerintah maupun swasta yang dilakukan tes urine oleh BNNK Bireuen,” katanya.

Menurut informasi lain yang diperoleh media ini mulusnya penggunaan dan makin banyaknya peredaran narkoba akibat ada oknum aparat keamanan yang ikut bermain menjadi pengedar dan pemakai barang haram ini. kondisi ini tentu menjadi dilema buat BNNK Bi-reuen, “Kita akui ada oknum penegak hukum yang terli-bat. Ini menjadi dilema sendiri dalam upaya pemberan-tasan narkoba. Tapi, keterlibatan aparat penegak hukum itu kasuistik, bukan dilakukan secara struktural,” kata Agussalim.

Melihat fenomena makin banyaknya pecandu narko-ba di Kabupaten Bireuen timbul pendapat untuk didiri-kan pusat rehabilitasi untuk pecandu narkoba, pendapat ini mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan BNNK Bireuen dengan kalangan warta-wan setempat di Hotel Djarwal, pada Sabtu 24 April 2014 lalu.[]

”GENERASI TELER”

TIM REDAKSI Pelindung : Yayasan Almuslim PeusanganPenanggung Jawab : Dr. H. Amiruddin Idris, SE.,M.Si (Rektor Universitas Almuslim)Pemimpin Umum : Dr. H. Sujiman A. Musa, M.A (Wakil Rektor IV Universitas Almuslim)Pimpinan Redaksi : Hamdani, Wakil Pemimpin Redaksi : Win Manan, Sekretaris Redaksi : Zulkifli, Redaktur Pelaksana : Hamdani, Staf Redaksi : Amukhas Gandapura, Khairul Hasni, Denny Sumantri, UKM Pers Maha-siswa Almuslim, Dokumentasi Foto : Masniar, Keuangan : Chairul Bariah, Tim IT : Husni Abda, Heri Gustami, Layout/Produksi : T. Rafli Abdillah. Fotografer : Al AzharAlamat Redaksi : Kampus Induk Universitas Almuslim Bireuen Provinsi Aceh, e-mail : [email protected], HP : 08116701522

Pena Pimred

Page 3: Almuslim news edisi 2

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014 3

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

Kampus yang terletak di pojok pasar Matang-glumpangdua, Kabupaten Bireuen itu terlihat be-gitu bersahaja. Bangunan mentereng terlihat dan dan taman yang terawat membuat mata nyaman memandang. Kondisi ini tentu tidak serta merta didapat, butuh kerja keras untuk bisa membangun gedung yang megah seperti itu, selain butuh biaya besar juga butuh kekompakan seluruh civitas aka-demika.

Meski terletak di kampung tentunya prestasi yang didapat tidaklah bisa dikatakan kampungan, setidaknya sederet prestasi baik nasional mau-pun internasional sudah pernah diraih kampus kebanggaan negeri Ampon Chiek Peusangan ini. Setidaknya di bidang seni Umuslim sudah menun-jukkan bukti. Bahwa kehadirannya bukan sebagai pelengkap penderita kampus-kampus swasta di sudut negeri ini.

Simak saja keberhasilan Umuslim ke Jepang, tentu ini tidak gratis diperoleh, mereka harus bek-erja keras menyingkirkan ratusan universitas lain-nya di Indonesia sebelum berhasil memenangkan Hibah Program Muhibah Seni Ke Luar Negeri yang dilakukan oleh Direktorat Tinggi Kementrian Pen-didikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2011 lalu.

Selanjutnya baru beberapa minggu lalu Maha-siswa Universitas Almuslim yang tergabung dalam Grup Sanggar seni Universitas Almuslim Peusan-gan Bireuen mendapat kehormatan untuk tampil pada Upacara peringatan 50 tahun Departemen

Malay-Indonesia Syudies Hankuk University of Foreign Studies (Hufs) Seoul Korea Selatan.

Sebelumnya kepastian tampilnya mahasiswa Umuslim ke Korea setelah pihak universitas ke-banggan masyarakat Bireuen ini menerima undan-gan resmi melalui email yang ditandatangani Prof. Koh selaku panitia. Rektor Umuslim Dr. H. Amir-uddin Idris, SE., Msi kepada AlmuslimNews men-gatakan gembira dan sangat bangga atas undangan ini, ”Kami sangat berterima kasih atas kepercayaan dari Korea Selatan, Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga, karena satu-satunya Univer-sitas swasta di Sumatera yang di Undang dalam acara yang bertaraf Internasional ini”. Katanya bangga.

Menurut Amiruddin, kebanggaan tersebut tak boleh berhenti sampai disini. Karena ke tahun depan kemungkinan Tim Sanggar Seni Mirah De-lima Umuslim akan menampilkan kebolehannya di Australia. Informasi ini diperoleh AlmuslimNews dari Rektor Umuslim Dr. H. Amiruddin Idris, SE., M. Si, ”Insya Allah kita akan tampil di Australia be-berapa bulan yang akan datang,” kata Amiruddin singkat.

Prestasi Internasional bukan kali ini saja diraih universitas kebanggaan masyarakat Peusangan ini, menurut informasi yang diperoleh AlmuslimNews, sebelumnya M. Zulfadli yang merupakan salah se-orang mahasiswa Prodi Bahasa Inggris Umuslim Kampus B Cunda berhasil menjadi juara 2 pada ajang lomba Pidato Bahasa Melayu di Malaysia.

Laporan: Hamdani

”UNIVERSITAS ALMUSLIM GO INTERNASIONAL”

Tidak tanggung-tanggung, prestasi M. Zulfadli ini diraih setelah menyingkirkan 72 negara, se-hingga keberhasilan M. Zulfadli ini menjadi pem-bicaraan hangat masyarakat Melayu Nusantara pada saat itu. Sehingga aplaus membahana tak hen-ti-hentinya bergema di Gedung Konvesyen Antar Bangsa Putra Jaya (PICC) Malaysia pada saat itu.

Hebatnya lagi, keikutsertaan M. Zulfadli pada saat itu tanpa persiapan khusus, hal ini seperti dic-eritakan kembali pada AlmuslimNews, ”Saat itu saya ikut tanpa persiapan khusus, hanya keyaki-nan dan kepercayaan diri yang mengantarkan saya menjadi juara,” kata anak pasangan Alm. Razali dan Zarniah itu bangga.

Kondisi ini tentu harus dipertahankan oleh selu-ruh civitas akademika Umuslim, karena walaupun terletak di kampung tapi prestasi tidak kampungan, hal ini seperti sering diungkapkan Rektor Umus-lim dalam beberapa kesempatan Dr. H. Amirud-din Idris, SE., M. Si, ”Umuslim memang terletak di kampung, tapi prestasi kita jangan kampungan,” Katanya.

Semoga harapan rektor juga menjadi harapan seluruh jajarannya, sehingga semua program untuk pengembangan kampus Umuslim menjadi bersin-ergi. Sehingga PTS terbesar di Aceh ini bisa go in-ternasional bukan hanya menjadi harapan kosong yang semu. Semoga.[]

Liputan Utama

Kerja keras Civitas Akademika Universitas Almuslim (Umuslim) mulai menuai hasil, Umuslim Go Internasional, setidaknya melalui seni dan bu-daya yang sudah beberapa kali tampil di Luar Negeri. Malaysia, Jepang, Korea sudah dijelajahi, sekarang sedang mempersiapkan diri untuk me-menangakan Hibah dari Dikti ke Australia. Sebelumnya prestasi meng-kilap juga digoreskan salah seorang mahasiswa Umuslim di dunia inter-nasional, dengan menjadi juara pidato bahasa Melayu memperebutkan piala Perdana Menteri Malaysia.

Page 4: Almuslim news edisi 2

4

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014

MEMBAWA MISI KE NEGERI SAKURA

Keberangkatan rombongan Universi-tas Almuslim (Umuslim) ke Jepang setelah berhasil memenangkan Hibah Program Muhibah Seni Ke Luar Negeri yang dilaku-kan oleh Direktorat Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik In-donesia pada tahun 2011 lalu.

Prestasi ini tentu sangat membanggakan seluruh civitas akademika Umuslim, hal ini seperti pengakuan Rektor Umuslim Dr. H. Amiruddin Idris SE, M. Si kepada Almus-limNews beberapa waktu lalu, ”Ini sangat menggembirakan, kita bisa memenangkan hibah ini tentu luar biasa, karena kita mam-pu bersaing dengan ratusan universitas-universitas lainnya di Indonesia,”katanya.

Sekedar informasi, lolosnya Umuslim dalam program ini setelah menyisihkan ratusan perguruan Tinggi yang ikut dalam Program Hibah Kompertisi (PHK) tingkat nasional ini. Dari seluruh Indonesia hanya 7 (tujuh) perguruan tinggi yang lolos dan empat perguruan tinggi sudah berangkat pada tahun 2012 lalu, dan untuk tahun ini berangkat tiga perguruan tinggi dan salah satunya adalah Umuslim Peusangan ke Jepang, sedangkan dua lagi yaitu Universi-tas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ke Australia dan sekolah Tinggi Seni Bali ke Eropa, untuk Sumatera Umuslim satu-satunya yang lolos.

Menurut informasi yang diperoleh Al-muslimNews, Program Hibah ini merupa-kan bantuan yang diberikan oleh pemerin-tah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Program Hibah ini mer-upakan program bantuan bagi perguruan tinggi di Indonesia secara langsung tetapi bersifat perlombaan dengan mengajukan proposal pada bidang seni dan budaya.

Menurut Rektor Umuslim Amirud-din melalui Kabag Humas Zulkifli, M.Kom pada media ini, bahwa misi tim ke Jepang disamping membawa missi kesenian dae-rah yang lebih penting misi ke Negara Jepang adalah penandatanganan MOU antara Umuslim dengan beberapa universi-tas dan lembaga pendidikan di Jepang serta komunitas masyarakat adat dan budaya di Jepang dan KBRI di Jepang banyak mem-bantu dan menyambut kedatangan tim

Umuslim. Selama di Jepang Tim Seni Umuslim

tampil pada Universitas Doshisha Univer-sity dan Wasedha University serta di pang-gung terbuka dengan menampilkan tarian Saman, Rapii Geleng, Serune Kale, Tari Ki-pas dari Sulawesi, Tari Tor-Tor Sumatera Utara dan Sentratasik Tsunami (seni tari musik dan drama tentang tsunami), dan penampilan tim seni Umuslim disambut meriah pada saat penampilannya di Jepang.

Dilaporkan proses perjalanan Tim Seni Umuslim Peusangan Bireuen mengikuti Program muhibah seni mewakili Indonesia ke Jepang pada saat memasuki hari ke de-lapan di Jepang, rombongan Umuslim tiba di Desa Kyotamba, sebuah desa di daerah Kyoto Jepang, di desa tersebut rombongan mahasiswa dan Dosen Umuslim mengikuti program Homestay, sebanyak 12 mahasiswa dan empat dosen mengikuti program homestay di rumah penduduk setempat.

Tujuan dari pada program Homestay ini adalah untuk lebih mengakrabkan ma-hasiswa Aceh dengan penduduk setempat dan juga untuk dapat lebih mengetahui se-luk beluk budaya Jepang dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kehadiran rombongan Umuslim di desa Kyotamba disambut meriah dan dalam sebuah acara resmi yang digelar se-cara adat Jepang oleh masyarakat dengan persembahan tarian Jepang dan juga tradisi minum teh ala Jepang. Acara tersebut di-hadiri masyarakat Desa Kyotamba

Untuk menghargai penyambutan yang meriah oleh masyarakat Kyotamba tim sanggar seni Mirah Delima pimpinan Hj. Nuryani Rahcman juga turut mem-persembahkan kesenian Nusantara dengan menampilkan Tari Pakarena, Tari Kreasi Tsunami, Tari Saman, Rapai Geleng, lagu Jepang dan Aceh.

Program Homestay ini di fasilitasi oleh sebuah organisasi sosial di Kyotamba, dimana pada program ini dosen dan ma-hasiswa diinapkan pada rumah-rumah penduduk yang telah ditentukan dan para peserta mempelajari budaya tuan rumah.

Acara serimonial penyambutan rom-bongan dari Umuslim oleh masyarakat desa Kyotamba Jepang. Dibuka oleh kepala

Kyotamba Internasional Exhange Assossia-tion Noguchi Hishayuki dan pada kesem-patan tersebut Rektor Umuslim Bireuen Dr. H. Amiruddin Idris, SE, MSi, berterima kasih atas sambutan dan keramahtamahan yang di berikan masyarakat Kyotamba.

Menurut Amiruddin bahwa budaya ke-hidupan penyambutan tamu masyarakat Jepang hampir tidak jauh beda dengan ker-amahtamahan masyarakat Aceh, ”apa lagi dengan kejadian musibah gempa Tsunami yang pernah terjadi di Aceh telah menjadi history dan perekat tersendiri bagi kedua belah pihak yang saling merasakan per-asaan yang sama dalam menghadapi ben-cana.” ungkapnya.

Setelah acara seremonial selesai para mahasiswa dan Dosen Umuslim langsung berbaur dengan masyarakat Jepang dan mereka dipersilakan duduk ala Jepang dan disuguhkan minum teh secara bersama. Kemudian para para remaja Jepang me-minta pada sanggar seni Umuslim agar diajarka Tarian Saman dan Rapaii Geleng, permintaan tersebut disambut antusias oleh anak-anak mahasiswa Umuslim den-gan penuh kekeluargaan.

Setelah acara latihan bersama maha-siswa dan dosen Umuslim yang ikut dalam program Homestay dengan persaudaraan diantar oleh anak muda Desa Kyotamba ke rumah masyarakat tempat mereka mengi-nap, peserta menginap di rumah orang Jepang yang telah menjadi orangtua angkat mereka selama di Jepang.

Salah seorang dosen yang mengikuti Program Homestay tersebut Angga S. Ka-rina kepada AlmuslimNews mengaku sangat senang dan bahagia bisa mengikuti program tersebut, ”Saya sangat senang dan bahagia bisa nginap di rumah keluarga pak Ngusuko Kaseki dan mereka sangat baik terhadap kami dan saya cukup banyak mendapat pengalaman tentang kehidupan orang Jepang.” katanya bernada gembira.

Selanjutnya dalam rangka mengimple-mentasikan kerjasama yang telah dilakukan dengan beberapa perguruan tinggi yang ada di luar negeri, Umuslim akan mengirimkan sejumlah mahasiswa-nya ke Niigata Uni-versity Jepang untuk kuliah 1-2 tahun di negeri matahari terbit tersebut.

Kerjasama ini juga adalah bagian dari implementasi kunjungan ke Jepang, hal ini ditegaskan Rektor Umuslim Dr. H. Amir-uddin Idris, SE., M Si. ”Secara lisan kita sudah membicarakan dengan Prof. Sasaki yang merupakan seorang dosen Niigata University Jepang saat datang ke Umuslim belum lama ini, bahkan Prof. Hiroshi Sa-saki sangat setuju dengan program yang sedang kita jajaki ini, seraya mengatakan, pihaknya akan menanggung semua biaya kuliah mahasiswa Umuslim selama kuliah disana, namun biaya hidupnya selama menempuh kuliah ditanggung mahasiswa sendiri,”jelasnya.

Selanjutnya menurut Amiruddin, pro-gram kerjasama dengan Jepang merupakan kesempatan terbaik bagi putra-putri Aceh khususnya mahasiswa Umuslim. Selain itu, pihak Umuslim akan menerima mahasiswa dari negeri matahari terbit tersebut untuk kuliah di Aceh (Umuslim). ”Jadi, semacam program pertukaran mahasiswa, program ini, akan terealisasi dengan waktu akan agak lama,” katanya.

Kata Rektor, mahasiswa Umuslim yang menempuh pendidikan di Jepang tersebut akan mendapat dua ijazah (double degree), yakni, satu ijazah dari Umuslim dan satu lagi dari Niigata University Jepang. ”Upaya implementasi kerjasama ini terus kita laku-kan dan hasilnya sudah terlihat dimana sudah dua kali para mahasiswa dari Jepang

Liputan Utama

mengunjungi dan belajar ke Umuslim se-lain kedatangan 13 mahasiswi dari Niigata University, sebelumnya mahasiswi dari Aoyama Gakuin University dan Ryukoko University juga sudah berkunjung ketem-pat kita (Umuslim-red),” ujar Amiruddin mantap.

Wujud dari kerjasama yang telah ter-bina dengan jepang, beberapa waktu lalu lima orang perwakilan mahasiswi Jepang berkunjung ke Umuslim. Kehadiran per-wakilan mahasiswa dari Negara matahari terbit tersebut difasilitasi oleh sebuah Lem-baga NINDJA (Network for Indonesian De-mocracy, Japan) yang berkedudukan Tokyo.

Menurut Rektor Umuslim Dr. H. Amir-uddin Idris, SE, MSi kepada AlmuslimNews kehadiran perwakilan mahasiswa Jepang tersebut untuk bersilaturahmi dan juga menjajaki beberapa program yang akan di-jajaki dan dikembangkan dan kehadiran mereka merupakan tindak lanjut hasil pembicaraan waktu rombongan Umuslim berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu.

Selain itu tambah Amiruddin ada be-berapa agenda yang dilakukan perwakilan mahasiswa tersebut antara lain pertemuan dengan civitas akademika, dialog antar ma-hasiswa dan latihan bersama Tari Saman di Sanggar Mirah delima. Mereka yang datang adalah Adachi Kokoro dari Ryukoko Uni-versity Kyoto, Gomori Kanako dari Aoyama Gakuin University Tokyo, Mikami Maho dari Aoyama Gakuin Women’s College Tokyo, Yonemori Rio, Gakuin University Tokyo, dan Saeki Natsuko Lembaga Nindja Tokyo. Rangkaian terakhir agenda maha-siswa Jepang Di Universitas Almuslim akan diakhiri dengan acara bakar ikan bersama.

Setelah kunjungan pertama selanjutnya sebanyak sebelas orang mahasiswa dan satu orang Dosen bergelar Profesor kem-bali berkunjung ke Kampus Umuslim Peu-sangan Bireuen. Kehadiran mahasiswa Jepang tersebut turut didampinggi oleh Sekretaris General NINDJA Saeki Natsuko.

Menurut Rektor Umuslim Dr. H. Amir-uddin Idris, SE, MSi kehadiran mahasiswa Jepang ke kampus kebanggan masyarakat Bireuen ini, untuk bersilaturahmi, mem-pelajari budaya Aceh, belajar tarian tradi-sionil Aceh dan juga menjajaki beberapa program yang akan dikembangkan antara mahasiswa dari Jepang dengan mahasiswa Umuslim, ”Kehadiran mereka merupa-kan tindak lanjut hasil pembicaraan waktu rombongan Universitas Almuslim berkun-jung ke Jepang beberapa waktu yang lalu.” ungkapnya.

Menurut Amiruddin para mahasiswa yang hadir ke Bireuen ini berasal dari Nii-gata University Of International and In-formation Studies. Agenda yang akan di-lakukan mahasiswa dan satu orang dosen tersebut antara lain pertemuan dengan civitas akademika, diskusi internasional tentang tsunami, budaya dan politik inter-nasional dan latihan bersama tari saman di Sanggar Mirah Delima.

Selanjutnya mereka juga akan men-gadakan Homestay atau menginap diru-mah-rumah masyarakat. Tujuan Homestay ini adalah mereka untuk mempelajari seluk beluk budaya dan kebiasaan masyarakat Aceh dalam kehidupan sehari-hari. Pro-gram homestay ini sebagai balasan karena sewaktu mahasiswa Umuslim berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu.

Kita berharap kerjasama ini terus ber-lanjut, supaya Umuslim semakin dikenal di kancah dunia, terutama dalam fokus pen-didikan seperti cita-cita Ampon Chiek Peu-sangan dan tokoh-tokoh Peusangan masa lalu. Semoga.[]

Kiprah Universitas Almuslim (Umuslim) semakin membang-gakan, sebagai kampus swasta yang terletak di ”pojok kam-pung” tapi prestasinya tidak lagi bisa dianggap kampungan,

setelah beberapa waktu lalu, Sanggar seni Mirah Delima Umuslim Peusangan Bieruen tampil mewakili Indonesia ke Negara matahari terbit Jepang dalam rangka program

Muhibah seni bagi perguruan tinggi Indonesia ke luar negeri. Program hibah ini dimenangkan setelah menyingkirkan ratu-

san universitas lainnya di Indonesia.

LAPORAN : TIM REDAKSI ALMUSLIMNEWS DARI JEPANG

Page 5: Almuslim news edisi 2

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014 5

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

Liputan Utama

Mahasiswa Universitas Almuslim yang tergabung dalam Grup Sanggar seni Univer-sitas Almuslim Peusangan Bireuen mendapat kehormatan untuk tampil pada Upacara per-ingatan 50 tahun Departemen Malay-Indo-nesia Syudies Hankuk University of Foreign Studies (Hufs) Seoul Korea Selatan.

Kepastian tampilnya mahasiswa Umuslim ke Korea setelah pihak Universitas kebanggan masyarakat Bireuen ini menerima undan-gan resmi melalui email yang ditandatangani Prof. Koh selaku panitia. Rektor Umuslim Dr.H.Amiruddin Idris,SE.,M.Si menyambut gembira dan sangat bangga atas undangan ini, ”Kami sangat berterima kasih atas ke-percayaan dari Korea Selatan, Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga, karena satu-satunya Universitas swasta di Sumatera yang di Undang dalam acara yang bertaraf In-ternasional ini.” katanya.

Selain pementasan seni menurut Amir-uddin acara juga dirangkaiankan dengan berbagai seminar ilmiah yang akan dihadiri oleh sejumlah pakar dari berbagai Universi-tas di dunia. ”Pada kesempatan ini tentunya kita juga akan mempromosikan Kabupaten Bireuen lewat penampilan seni Tradisionil Aceh, apalagi Bireuen yang sedang melaksan-akn program Visit Bireuen Year 2018.” ung-kapnya.

Menurut Amiruddin selama berada di Korea Selatan, selain pementasan kesenian pihaknya juga telah menjajaki beberapa MOU dengan Universitas di Korea Selatan, ada penandatangan kerjasama (MOU) den-gan Universitas di Korea Selatan, kerjasama yang akan dirintis pertukaran mahasiswa dan dosen, dan dalam waktu dekat pihak Hankuk Universty akan mengadakan seminar Inter-nasional di Umuslim. ”Kita sangat bersyukur atas undangan dan kepercayaan ini, karena merupakan salah satu upaya untuk memperk-enalkan Umuslim di tingkat Internasional, banyak hal yang bisa kita manfaatkan pada kesempatan ini.” terangnya.

Umuslim tampil di Seoul pada 14-20 Mei lalu, selain Di Hankuk University, agenda keg-iatan Umuslim juga berkunjung ke EHWA University dan beberapa Universitas lainya dalam rangka menjajaki kerjasama bidang pengajaran dan penelitian, selain itu rombon-gan juga bertemu KBRI di Seoul dan komuni-tas masyarakat Indonesia di Ansan.

Keberangkatan Tim seni Umuslim ke ne-gara Ginseng tersebut merupakan suatu pres-tasi tampil di luar negeri, setelah sebelumya sanggar pimpinan Hj. Nuryani Rahman, Spd sukses tampil di beberapa negara di Asean ta-hun 2011dan Jepang tahun 2013, dan untuk kali ini kembali mendapat Undangan untuk tampil di Korea Selatan .

Dalam kesempatan lawatan ke Negeri Gingseng tersebut Rektor Umuslim, Peusan-gan, Bireuen, Aceh, Dr. H. Amiruddin Idris SE, MSi, juga ikut memperkenalkan kopi dan budaya Aceh kepada Chairman, Hankuk Uni-versity of Foreign Studies (HUFS), Global As-sociation of India-Asean Studies Prof. Dr. Koh

Yong Hun, dalam satu pertemuan khusus dua pimpinan perguruan tinggi dua negara In-donesia-Korsel, saat jamuan makan siang di sebuah restoran diseputaran kampus HUFS, Seoul, Korea Selatan (Korsel), pada Sabtu, 16 Mei 2014 lalu.

Rektor Umuslim, yang ditemani Wakil Rektor IV, Dr Sujiman.A.Musa,MA, Wakil Rektor III Ir. Saiful Hurry, M.Si, Dekan Fakul-tas Teknik, Ismail, ST. MT. Dekan FKIP, Dra Zahara, Kabag Humas, Zulkifli, M.Kom, saat jumpa orang nomor satu di HUFS yang saat itu dia juga ditemani beberapa stafnya. “Prof Dr Kok Young Hun, menyambut baik dan ramah kedatangan kami, lalu pada saat ngo-brol-ngobrol biasa dia terceplos bahwa orang Aceh beragama Islam dan informasi yang dia dapatkan sangat tertutup,” kata Amiruddin.

Pada kesempatan itulah, Rektor Umus-lim menyerahkan bingkisan sebuah souve-nir Pintu Aceh, lalu menjelaskannya, bahwa masyarakat muslim di Aceh sangat terbuka dan sangat baik kepada setiap tamu yang data-ng atau legewo, lalu diibaratkan dengan pintu, bahwa orang Aceh membuka pintu kepada se-mua tamu yang datang. “Setelah saya jelaskan baru mengetahui bahwa orang Aceh sangat terbuka dan sangat menghormati tamu yang datang, saat itulah Prof. Dr. Koh Young Hun mengangguk-angguk kepala dan mengaku baru tahu saat itu demikian tetang masyarakat Aceh,” ujar Amiruddin.

Kecuali itu, sambungnya, dalam kesempa-tan itu, dia juga menceritakan hal ihwal bu-daya Aceh secara umum dan Bireuen secara khusus dengan detail termasuk menjelaskan berbagai tempat wisata dan juga menying-gung mengenai wisata-wisata Aceh serta mengenai rencana dilaksanakan Visit Bireuen Year 2018 yang sedang dipromosikan pemer-intah setempat.

Kemudian, Amiruddin juga mempro-mosikan kopi Aceh yang selama ini dikenal paling bagus kualitasnya di dunia Interna-sional, seperti kopi Gayo, Kopi Ulee Kareng dan juga beberapa jenis kopi yang diproduksi masyarakat. ”Setelah saya jelaskan semua itu, lalu Prof Koh Young Hun, mengatakan, di-rinya baru tahu dan penasaran serta berjanji akan berkunjung ke Aceh dan akan singgah di Umuslim untuk membuktikannya semua yang telah saya jelaskan saat itu,” katanya.

Selain itu, tambah Amiruddin, Prof Koh Young Hun juga mengaku sangat kagum den-gan tarian tradisional Aceh seperti Saman dan Rapaii yang dikatakan sangat menarik serta gerakan penarinya sangat heroik dan pantas diakui dunia, sehingga dalam kesempatan itu Amiruddin juga sempat menjelaskan se-cera singkat sejarah tari Saman dan arti se-mua gerakannya. ”Setelah mendengar semua penjelasan saya Prof. Koh menyambut baik rencana kerjasama antara perguruan tinggi yang dipimpin sekarang ini dengan Umuslim, shingga Umuslim bukan saja go Internasonal, namun dapat mendidik mahasiswa yang lebih berkualitas dari yang telah ada selama ini,” ka-tanya.

Rektor Umuslim menambahkan, pada

KETIKA SANGGAR SENI UMUSLIM GETARKAN NEGERI GINGSENGLaporan : Amukhas Gandapura dan Hamdani

Minggu 18 Mei 2014 lalu pihaknya berkun-jung ke kawasan Ansan memenuhi yang did-ampingi pihak KBRI undangan komunitas masyarakat Indonesia. Dalam kunjungan ke Korsel kali ini, kita juga menjajaki kerjasa-ma dengan pihak EHWA University dalam rangka menjajaki beberapa kerjasama antara Umuslim dengan universitas tersebut,” kata Amiruddin.

Tim Sanggar Mirah Delima dan juga pihak akademika yang ikut ke Korsel, mereka dibawa jalan keliling Kota Korsel serta dibawa sejumlah tempat wisata yang termegah di negeri Gingseng tersebut oleh seorang pe-mandu wisata utusan kampus HUFS. ”Kami

sangat terhibur setelah dibawa keliling kota dan ke tempat-tempat bersejarah dan wisata yang ada di Korsel termasuk yang termegah, seperti traditional house of Korea, bangunan menara Soul Tower, Namsangol Hanok Vil-lage, Gyeongbokgung Place dan lainnya,” kata Chairul Bariah dan Hj.Asniah yang diiyakan para personil Mirah Delima.

Dalam kesempatan tampil Saman telah mampu memukau ribuan pengunjung yang memadati gedung pertunjukan pada malam itu. Gerakan cepat serta heroik para penarin-ya ditambah dengan syair yang didendangkan seorang chahie yang dimainkan Angga Eka Karina dipadu dengan tabuh rebana seorang syeh bersama penari, benar-benar telah me-mukau ribuan mahasiswa Hankuk warga Ko-rea Selatan (Korsel) dan ratusan masyarakat dunia yang hadir pada acara HUT Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) 50 ta-hun ini.

”Wah...benar-benar the best-lah pokokn-ya penampilan Sanggar Mirah Delima, malam ini, semua penonton seperti dihipnotisnyalah. Mantap sekalilah pokoknya,” kata Lee Ji Hyun seorang mahasiswi HUFS yang fasih berba-hasa Indonesia, usai menyaksikan penampi-lan grup Sanggar Mirah Delima pada malam acara puncuk di Gedung Gukjaekwan, Sabtu 17 Mei 2014 malam.

Ucapan mahasiswi yang sejak awal keda-tangan tim Umuslim, selalu bersama Angga dan Koko Cs itu, awalnya dikira hanya sek-edar untuk mengenakan hati anak didik Hj Nuryani Rachman saja, namun setelah dit-anya mendetail serta melihat tingkahnya yang berbeda dengan hari sebelumnya, akhirnya semua personil grup Sanggar Mirah memper-cayainya kepada Lee Ji Hyun. ”Tim tarian dari Aceh sangat dinanti-nantikan penampilan se-mua penonton yang memenuhi aula, lihat saja

setelah anak-anak Umuslim tampil, penonton hampir separoh keluar dan mengejar pemain tarian Aceh untuk mengajak foto bersama,” jelasnya yang terlihat penuh semangat dan se-lalu merapat bersama para penari Aceh.

Sambil terus menjaga pemain Saman Umuslim supaya tidak banyak yang rebutan minta foto bersama, Lee juga terus mengawal pemain Saman dan cepat-cepat meminta un-tuk mengamankan rapai yang dipegang para personil Mirah Delima. ”Selama ini kami hanya melihat Saman melalui televisi, seka-rang kami baru tahu, saman memang benar-benar tarian unik dan sangat pantas Unesco mensahkannya sebagai tarian dunia, tadi me-

rinding saya saksikan penampilan teman-te-man dari Umuslim di atas panggung,” katanya dengan lembut sambil melihat kearah pemain Saman Umuslim saat berada di depan gedung pertunjukan yang telah banyak dikerumuni para penonton.

Bukan hanya Lee Ji Hyun, yang menga-gumi saman, walaupun belum mengetahui bahasa Aceh atau syair-syair yang dilantun dalam Saman, namun temannya yang tidak menyebut namanya, mengakui Saman Aceh merupakan sebuah tarian tradisional dari tanah rencong yang hebat dan mengandung makna yang mendalam dari syair sampai ke pergerakan penarinya. ”Hebat Umuslim...pantas dikagumi dan juga pantas sekali Sa-man Aceh go Internasional,” katanya dengan bahasa Indonesia berlogat bahasa Korea.

”Selamat ya, semoga penari Umuslim selamat kembali ke kampungnya, mudah-mudahan suatu saat nanti, kita bisa jumpa lagi dalam acara lain ya,” tambahnya, sambil menyalami satu persatu personil Sanggar Mi-rah Delima.

Sedang asyiknya anak-anak Umuslim dia-jak foto dengan sejumlah tamu, saat itu Rek-tor Umuslim, Dr. H. Amiruddin Idris SE,Msi muncul dari arah pintu bersama Ketua Sang-gar Mirah Delima, Hj. Nuryani Rachman, lalu sambil melihat ke arah pemain Saman yang telah dikerumuni pengunjung, bersama dengan itu, mengingatkan kepada penari Sa-man, jangan pernah merasa puas dengan penampilannya, namun terus tingkatkan lati-han serta jangan lupa shalat lima waktu serta selalu berdoa dan jangan pernah sombong. ”Semoga anugerah atau karunia Allah yang telah diberikan Allah selalu disyukuri dan jangan pernah sombong dengan yang telah dicapai selama ini,” pesannya, sambil men-gajak kembali ke apartemen tempat mereka menginap selama ini.[]

foto bersama [Foto Doc/AN]

Setelah sukses menghentak Negeri Mata Hari Terbit Jepang, kini giliran Negeri Gingseng bergetar setelah melihat persembahan Grup Sanggar seni Universitas Almuslim (Umuslim)

Peusangan Bireuen. Umuslim benar-benar Go Internasional.

Page 6: Almuslim news edisi 2

6

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014

Setelah mengikuti perjalanan dalam program pentas seni Budaya Internasion-al bersama Tim kesenian Sanggar Mirah Delima Universitas Almuslim (Umus-lim) Peusangan, Bireuen, Aceh, dalam rangka memenuhi undangan dalam rangka memeriahkan HUT Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul, Korea Selatan (Korsel) ke 50.

Saya dan beberapa anggota Rom-bongan Umuslim yang dipimpin Rek-tor Umuslim, Dr H Amiruddin Idris SE, MSI, terdiri, Wakil Rektor IV, Dr Sujiman.A.Musa,MA, Wakil Rektor II,III, Ketua Sanggar Mirah Delima, Hj Nuryani Rahcman, tiga orang De-kan, satu Direktur, Civitas Akademika dan sejumlah anggota Sanggar Mirah Delima,selama kami berada di Seoul, Korea Selatan. Korsel tersebut banyak hal yang dan pengalaman baru yang dapat kami dapatkan baik dari segi pergaulan, budaya maupun pendidikan yang sung-guh jauh berbeda dari kultur mahasiswa di Indonesia khususnya Aceh.

Salah satunya adalah dalam hal tingginya tingkat moralitas mahasiswa dalam menghormati dan menghargai seorang guru ataupun dosen. Pengala-man saya bersama dengan beberapa ma-hasiswa Korsel yang mendampingi kami selama di negeri Gingseng dimana para mahasiswa sangat segan kalau berjumpa dengan dosen dan senior yang lebih tua dari mereka. Pengalaman kami, pada satu hari, kami mengajak seorang dari

pemadu kami untuk bisa mendampingi kami ketempat yang diluar dari jadwal dan perintah guru atau dosennya, mere-ka langsung menolak dan minta maaf untuk tidak bisa membantu kami dalam hal tersebut.

Hal yang kami lakukan adalah un-tuk membantu mempercepat proses pelaksanaan aktivitas kegiatan mereka. Tetapi mereka menyuruh kami untuk menelepon dan meminta izin dulu pada dosennya. Dan mereka benar-benar san-gat takut kalau ini dilakukan tanpa ada perintah atau izin dari dosennya. Pada-hal setelah kami telepon dan beritahukan pada dosennya, dia tidak ada masalah apa-apa disilahkan saja kemana dan apa-pun yang kami lakukan sesuai dengan keinginan kami, karena mereka ditunjuk mendampingi untuk kelancaran kami, sesuai kebutuhan kami selama berada di Korea.

Tetapi para mahasiswa Korsel ini tetap meminta kami harus minta izin dulu pada gurunya. Dan ada juga pen-galaman dimana kami melapor pada Dosen di Universitas tersebut bahwa kami membutuhkan seorang mahasiswa untuk mendampingi kami dalam suatu keperluan, dan Dosen tersebut langsung menelepon mahasiswa, dan dalam hi-tungan menit mahasiswa yang dipanggil tersebut secepat kilat berlari dengan na-fas terengah-engah menghadap Dosen-nya dengan wajah membungkuk, dan kami semua terkejut melihat sikap si ma-hasiswa yang sangat santun dan patuh menghadap dosen tersebut, dan menan-yakan ada keperluan apa? Padahal dosen tersebut hanya menyuruh mereka untuk mendampingi kami saja. Padahal kalau kita lihat hal tersebut bisa dilakukan den-gan menjawab kesediaan melalui telepon saja, tetapi hal tersebut tidak dilakukan tetapi mereka berlari langsung mengha-dap dosennya langsung, seperti seorang Prajurit menghadap seorang komandan. Masyarakat Korea juga sangat antusias untuk belajar menimba ilmu, mereka tidak mempedulikan apakah uang kuliah mahal atau murah tetapi mereka tetapa fokus hanya satu terus belajar dan bela-jar. Begitu juga bagi mereka yang sudah usia dewasa mereka hanya tahu bekerja dan bekerja tanpa mempedulikan hal-hal lain.

Bahkan mereka juga sangat jarang yang menikah pada usia muda karena menurut cerita dari beberapa mahasiswa

yang mendampingi kami, bahwa mereka di waktu muda disuruh fokus belajar dan bekerja makanya perkembangan perekonomian Korea sekarang hampir menyamai Jepang, dan bahkan menu-rut informasi dari atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Korea Adriansyah Rasul ketika menerima Rektor Umuslim Dr.H.Amiruddin Idris,SE.,Msi beserta rombongan di ruang kerjanya, bahwa In-vestasi luar Negeri di Indonesia sekarang yang paling besar adalah dari Perusa-haan Korea dan telah mengeser Jepang.

Mahasiswa di Korsel rata-rata san-gat bangga kalau belajar dan kuliahnya pada bidang budaya dan bahasa, ma-kanya di Korsel sistem perkuliahan sep-erti terfokus pada masing-masing bidang seperti misalnya Di Hankuk University mayoritas fakultas adalah yang berafiliasi pada jurusan atau program studi yang berhubungan dengan Budaya dan ba-hasa.

Begitu juga ada salah satu fakultas yang hanya di buka khusus untuk wanita yaitu Ewha Womans University dimana Universitas ini mahasiswanya semua wanita dengan uang kuliah satu tahun rata-rata 133 juta. Tetapi untuk solidari-tas kampus ini tetap ada juga membuka kelas bagi laki-laki hanya pada musim panas dan musim dingin. Jadi tingat soli-daritas dan menghargai sesama di kalan-gan mahasiswa Korea juga sangat tinggi.

Dalam hal menghargai dan menghor-mati guru memang bukan mengada-ada, dimana pengalaman pada malam ketiga di kawasan Imun-dong, Dong Daemun-gu, saya dan rekan rekan lain dan turut di dampinggi oleh dua orang mahasiswa Korea yang sudah bisa berbahasa Indo-nesia yaitu Jeon Seung Heon dan Cho Eoi Geu kedua mereka sedang menem-puh pendidikan bidang kajian budaya Malay-Indonesia ini, sedang duduk pada bangku yang agak tinggi kira-kira set-inggi meja dan tiba-tiba lewat seorang Profesor di depan kami dan tiba-tiba ma-hasiswa tersebut secara refleks turun dari bangku tersebut sambil menghadap pada Professor tersebut sambil membungkuk kepalanya seperti orang mau rukuk, dan kami semua terkejut dan tercenggang melihatnya.

Setelah itu kami menayakan kepada mereka kenapa begitu repleks menghor-mati orang yang lewat sendiri, Mereka menjawab bahwa itu gurunya dan bu-daya mereka kalau guru harus di hargai

dan di hormati dan cara berbicara juga tidak boleh keras-keras dan melawan sembarangan. Dan hal seperti itu hampir tiga kali terjadi saat kami duduk disitu dengan orang lewat yang berbeda-beda. Mereka mengatakan itu yang lewat ada-lah guru atau dosenya. Dan bahkan un-tuk melapor sesuatu yang berhubungan dengan keperluan kami mereka juga sangat sengan, tidak berani sembaran-gan mereka melapor dan memberitahu-kan pada dosen atau gurunya. Mereka kadang-kadang meminta bantu pada kepala rombongan kami untuk menyam-paikan pada gurunya, karena dia sangat segan dan hormat pada guru.

Ini sungguh sangat berbeda den-gan budaya kita yang beragama Islam, dan sangat menjunjung adat ketimuran, Dimana dewasa ini pergeseran moral dikalangan pelajar dan mahasiswa kita sungguh memprihatinkan dan sangat jauh berbeda dengan mahasiswa Korea, hampir tidak ada lagi budaya menghor-mati dan menghargai guru dan orang yang lebih tua di kalangan pelajar dan mahasiswa kita dewasa ini. Padahal kita adalah orang yang beragama Islam dan juga kultur budaya Aceh yang sangat Is-lami yang menyuruh umatnya hormat dan menghargai para guru, orang tua dan orang yang lebih tua dari kita.

Bangsa korea melalui pendidikan tidak hanya cerdas dan mampu mem-bangun secara fisik tetapi yang lebih bermakna lagi adalah telah mampu me-mangun karakter dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa, kepatuhan ke-pada norma-norma dan kemuliaan ke-pada orang yang lebih dewasa.

Tetapi fenomena hari ini sudah ter-balik justru budaya menghormati dan menghargai guru dan orang yang lebih tua telah di aplikasikan oleh orang Ko-rea yang beragama Atheis, maka untuk menjawab tantangan tersebut karak-ter-karakter budaya Islami dan kultur Masyarakat Aceh perlu mendapat perha-tian serius dari kita semua yang dimulai dari keluarga, masyarakat dan lingkun-gan pendidikan dan lembaga-lembaga lainnya.

Sungguh miris keadaan budaya menghormati guru dikalangan pelajar dan mahasiswa kita hari ini. Demikian sekelumit kisah yang tercecer dari per-jalanan Rombongan tim Seni Sanggar Mirah Delima Universitas Almuslim Peusangan Bireuen ke Negeri Ginseng. []

Dosen Sangat Dihormati Di KorselDilaporkan Kabag Humas Umuslim, Zulkifli M.Kom Pengalaman Dari Seoul

Liputan Utama

Rektor Dan Seluruh Civitas AkademikaUNIVERSITAS ALMUSLIMPeusangan – Bireuen

MengucapkanSelamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1435 H

Page 7: Almuslim news edisi 2

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014 7

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

M.Si memberikan kopi Ulee Kareng dan kopi Gayo sebagai salah satu minuman bercitra rasa tinggi, khas dari Aceh yang sudah dikonsumsi oleh masyarakat du-nia. Oleh-oleh spesifik itu diterima oleh Prof Koh Young Hun selaku Chairman Dept of Malay-Indonesian Studies HUFS.

Dr. H. Amiruddin Idris, SE. M.Si juga menyerahkan cenderamata berupa pin Pintoe Aceh, sebagai simbol ker-amahtamahan dan keterbukaan Rakyat Aceh yang senantiasa memberikan pintu masuk bagi masyarakat dunia ke Propinsi Aceh. Prof Koh Young Hun mengaku, pihaknya siap untuk menjalin kerjasama bidang pendidikan dengan Umuslim Bi-reuen. Pada kesempatan itu, pimpinan HUFS itu menyatakan dalam waktu dekat akan berkunjung ke Kabupaten Bireuen, guna menggelar seminar Internasional serta menjajaki pertukaran mahasiswa dan dosen, serta penelitian antara dua universitas itu.

“Kami sangat senang dan bangga atas sambutan yang luar biasa di Korea Sela-tan ini. Meskipun baru pertama kali ber-

temu, namun mereka cukup bersahabat dan sudah memahami kultur masyarakat Aceh. Apalagi Prof Koh Young Hun ini tercatat sebagai salah seorang dosen di Universitas Indonesia di Jakarta,” se-butnya saat jamuan di restoran dalam ka-wasan HUFS.

Cultural Night of Departemen Malay-Indonesian Jum’at (16/5) menjadi ajang penampilan kesenian tradisional berbagai negara Asia. Acara malam fes-tival seni budaya itu disaksikan ratusan penonton yang memadati Cyber Build-ing Auditorium Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) Seoul, Korea Se-latan.

Kegiatan ini, merupakan bagian apre-siasi bagi upaya pelestarian seni budaya tradisional, sebagai warisan kekayaan du-nia dari keberagaman kebudayaan yang ada di kawasan Asia. Selain kesenian asli Korea Selatan, beberapa negara lain juga ikut menampilkan bermacam tarian khas masing-masing yang dipertunjukkan oleh para mahasiswa.

Cyber Building Auditorium HUFS berukuran 20 X 30 meter dan berkapa-

Meski masih diliputi rasa lelah setelah menempuh perjalanan panjang selama hampir 20 jam, dari Matang Glumpang Dua Kecamatan Peusangan hingga tiba di Seoul, Korea Selatan. Namun, tak menyu-rutkan semangat tim kesenian Universi-tas Almuslim (Umuslim) Bireuen, un-tuk tampil maksimal dalam pentas seni budaya internasional yang berlangsung di Hankuk University of Foreign Stud-ies (HUFS) kawasan Imun-dong, Dong Daemun-gu, Seoul, Korea Selatan.

Sanggar Mirah Delima (SMD) yang turut berpartisipasi pada pemen-tasan seni dan seminar budaya, bersama sejumlah utusan negara lain di Asia dan Eropa tahun ini dalam rangka Milad HUFS ke 50. Menjadi momen terbaik yang dimanfaatkan kontingen Umuslim, untuk mempromosikan potensi wisata Aceh menyambut visit Bireuen 2018. Kes-empatan menampilkan tarian tradisional di pentas internasional itu, memperte-mukan ribuan mahasiswa dari berbagai penjuru dunia dengan aneka ragam ke-budayaan yang masih terus dilestarikan. Wartawan Rakyat Aceh, Bahrul Wa-lidin yang turut mengikuti kegiatan kesenian ini melaporkan dari Seoul, Korea Selatan.

33 anggota tim kesenian dipimpin Rektor Umuslim Bireuen, Dr Amiruddin Idris SE M.SI, tiba di Kota Seoul memenuhi undan-gan Departemen Malay-Indonesia HUFS. Dari bandara Kualanamu rombongan ini terbagi dua, 14 orang berangkat via Changi Internasional Airport menggunakan Silk Air, se-dangkan 19 lainnya melalui Kuala Lumpur, Malaysia dengan maskapai Air Asia. Setelah terpisah hampir de-lapan jam, akhirnya seluruh tim baru bertemu kembali di terminal kedata-ngan In-Cheon Internasional Aiport Seoul Kamis (15/5) pukul 07.45 wib atau 9.45 AM waktu Korea Selatan.

Rombongan ini, kemudian dijemput oleh lima mahasiswa HUFS yang sangat menguasai bahasa Indonesia. Selanjutnya menuju lokasi penginapan di kompleks perguruan tinggi swasta itu. Untuk mencapai lokasi ini yang berada di kawasan ibu Kota Korsel, dibutuhkan waktu dua jam dengan menumpangi bus travel yang telah dipersiapkan panitia. Beruntung, duta seni Umuslim men-dapat kamar apartemen yang biasanya diperuntukkan bagi tenaga pengajar (profesor) dari berbagai negara Asia dan Eropa. Berkat keramahan dan kepedulian panitia pendamping, kontingen kesenian merasa cukup nyaman berada di negeri ginseng itu.

Hari pertama tiba di Korsel, kontingen Umuslim langsung mengikuti agenda seminar budaya yang digelar pan-itia. Sementara itu, tim kesenian SMD melakukan latihan persiapan guna tampil maksimal, menghibur masyarakat Korea dan ratusan warga dari beberapa negara lainnya pada acara Cultural Night of Malay-Indonesian yang menjadi momen promosi pariwisata Aceh.

Selain suguhan kesenian tradisional, Rektor Umuslim Dr Amiruddin Idris SE

Catatan Perjalanan Tim Kesenian Umuslim Bireuen ke Korea Selatan

Promosi Wisata Melalui Seni Budaya Aceh Tari Saman Memukau Masyarakat Dunia

Laporan : Bahrul Walidin/Seoul, Korea Selatan

sitas 700 kursi, terlihat dipenuhi penon-ton yang cukup antusias menyaksikan pagelaran pentas seni khas dari sejumlah negara. Setiap tim kesenian itu diberi kesempatan tampil selama 30 menit, un-tuk menghibur para pengunjung acara Cultural Night of Departemen Malay-Indonesian.

Menariknya, poster penari Saman Sanggar Mirah Delima berukuran rak-sasa dalam bahasa Korea, terpajang di pintu masuk Cyber Building Auditorium HUFS sehingga menjadi pusat perhatian pengunjung.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Sanggar Mirah Delima (SMD) Umuslim Bireuen mendapat kesempatan pada urutan ke tujuh. Dengan seman-gat heroik Ampon Chik Peusangan dan rasa percaya diri tinggi para penari, serta keinginan mempersembahkan hiburan berkualitas bagi komunitas internasional. Tarian Saman disusul Rapa’I Geleng den-gan iringan shalawat, mendapat applause ratusan penonton yang datang dari 15 negara.

Uniknya, jika beberapa kesenian tradisional negara lain menggunakan musik untuk mengiringi gerak tubuh para penari. Tarian khas Aceh yang kini telah tercatat di Unesco itu, hanya mengguna-kan lirik syair disertai tabuhan gendang mengatur gerakan lincah dalam tempo cepat dan serentak yang disuguhkan dara-dara Aceh. Kekompakan serta kes-erasian tarian Saman ini, memukau sejak awal penampilan. Bahkan, suguhan seni tradisional itu sangat menghibur hingga akhir penampilan. Ratusan penonton Cultural Night itu, spontan berdiri dan bertepuk tangan sebagai wujud apresiasi serta kekaguman terhadap seni budaya Aceh ini.

Malam itu, tim Sanggar Mirah De-lima pimpinan Hj Nuryani Rachman yang tampil sukses, menjadi pusat per-hatian masyarakat dunia dari kalangan mahasiswa dan pakar budaya dari berba-gai belahan dunia. Bahkan, performance mahasiswi Umuslim Bireuen dinilai yang terbaik serta paling menarik, sehingga menghipnotis penonton Cultural Night. Bermacam komentar dan pujian menga-

Liputan Utama

lir dari berbagai kalangan yang ikut men-yaksikan penampilan tarian khas Aceh ini. Diantaranya, Chairman Dept Malay-Indonesian HUFS Prof Koh Young Hun, Atase kebudayaan dan pendidikan KBRI di Seoul, Adriansyah Rasul, Guru Besar Universitas Malaysia Prof Dr Saiful Haq serta sejumlah undangan VIP lain yang langsung menyalami Rektor Umuslim Bi-reuen, Dr Amiruddin Idris SE MSi usai penampilan tarian Saman dan Rapai Ge-leng.

Prof Koh Young Hun mengatakan, penampilan SMD Umuslim Bireuen malam itu, sangat menarik dan luar biasa. Dia mengaku tidak menyangka tarian Sa-man memiliki keunikan tersendiri, baik dari gerakannya energic dengan kece-patan dan kekompakan penari, maupun lirik syair dari musik tradisional yang membangkitkan andrenalin para penon-ton.

“Tarian Saman ini sangat menarik, tahun depan kami mengundang kembali Umuslim Bireuen untuk tampil pada aca-ra serupa di HUFS,” ujarnya.

Sementara itu, Prof Dr Saiful Haq menyatakan bangga atas ke-kayaan seni budaya Islam yang dipertunjukkan melalui tari Sa-man. Menurutnya, lantunan syair pengiring gerakan tubuh serentak para penari ini, merupakan suatu media dakwah guna menyampai-kan pesan-pesan moral tentang ajaran kehidupan dan ketauhidan. Dia mengaku, terharu bahkan sampai merinding saat menyak-sikan tarian Saman yang mem-bangkitkan semangat fisabilillah.

“Tari ini benar-benar sua-tu inovasi yang sangat bernilai tinggi, sebagai umat Islam saya merasa bangga memiliki khasan-ah budaya yang ada dalam tari Saman Aceh ini. Semoga semua masyarakat terus mencintai dan melestarikan kekayaan budaya sendiri, agar memproteksi gener-

asi dari budaya barat yang tak sesuai bagi kita umat Islam,” ungkapnya.

Dosen Seni Umuslim yang sekaligus Syahi (vocal) Tari Saman SMD, Angga Eka Karina M.Sn menyatakan kepua-sannya dapat tampil maksimal pada pertujukkan itu. Menurut alumni Pasca Sarjana Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara (USU) ini, se-mula dia sempat merasa khawatir akibat perubahan cuaca yang sempat membuat suaranya nyaris hilang. Namun, berkat perhatian dan dukungan besar dari of-ficial tim kesenian yang berusaha men-gatasi kondisi itu, akhirnya dia mampu menyesuaikan diri dengan iklim dingin Korsel.

“Alhamdulillah kami cukup bangga bisa tampil maksimal, serta mendapat-kan stand applause ratusan penonton yang mewakili beberapa negara Asia dan Eropa yang menyaksikan Culture Night. Semoga persembahan ini menciptakan perhatian dunia terhadap keunikan seni budaya Aceh, serta membawa nama baik Indonesia di pentas internasional,” se-butnya. []

Page 8: Almuslim news edisi 2

8

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014

Page 9: Almuslim news edisi 2

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014 9

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

Page 10: Almuslim news edisi 2

10

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014

Kampusiana

AlmuslimNews-Dalam upaya pen-erapan Teknologi khususnya Teknologi Informasi maka mulai tahun 2014 ini Umuslim membuka pendaftaran peneri-maan mahasiswa baru dengan menggu-nakan Sistem On-Line. Menurut Ketua Panitia SPMB Umuslim Drs. Marwan Hamid., MPd bahwa penerimaan ma-hasiswa baru Umuslim mulai tahun ini dengan system Online.

Kata Marwan, “Tujuan pembu-kaan pendaftaran secara Online un-tuk membantu masyarakat terutama calon mahasiswa yang tinggal jauh dari kampus Umuslim yang berminat masuk ke Umuslim tidak perlu mengeluarkan ongkos banyak datang ke kampus induk, hanya untuk mengambil formulir pen-daftaran tetapi mereka cukup mendaftar secara Online melalui laman www.umus-lim.ac.id/spmbonline,” jelasnya.

Menurut Marwan yang juga Wakil Rektor I Umuslim sistem ini juga akan dapat membantu calon Mahasiswa yang ingin kuliah di Umuslim, selain itu Umuslim juga membuka sekretariat pen-daftaran di beberapa tempat, ini bertu-juan untuk membantu masyarakat apabi-la mengalami kesulitan dalam mendaftar secara Online.

Menurut Rektor Umuslim Dr. H. Amiruddin Idris, SE., MSi kepada Al-muslimNews pekan lalu, bahwa jumlah mahasiswa baru yang diterima Umuslim tahun ini ada sedikit penambahan dari penerimaan tahun lalu. “Kita terima agak lebih banyak dibandingkan tahun lalu,” katanya.

Terkait biaya kuliah Amiruddin menjelaskan biaya kuliah di PTS yang dipimpinya sangat rendah dan murah bila dibandingkan dengan PTS yang lain. Menurutnya biaya kuliah Umuslim san-gat murah masih bisa terjangkau dengan kondisi ekonomi masyarakat saat ini, un-

tuk kelas reguler hanya bebankan biaya kuliah sangat murah dan system pemba-yaran setahun dengan empat kali cicilan.

Kecuali untuk kelas lanjutan (ek-tensi) dan kebidanan biaya agak berbeda dibandingkan kelas reguler tetapi uang kuliah di Umuslim masih berada pada ta-karan yang sangat rendah dibandingkan dengan PTS lain.

Informasi yang diperoleh media ini Umuslim mempunyai enam Fakultas, satu Diploma III dan 22 Program Studi dan ditambah dengan dua program Khu-sus yaitu Pendidikan Guru dalam Jabatan (SKGJ) dan Program Profesi Guru (PPG). Adapun fakultas di Umuslim adalah Per-tanian (4 Program studi), FKIP (8 Prodi), Fakultas Teknik (2 Prodi), Fisip (2 Pro-di), Fakultas Ekonomi (1 Prodi), Fikom (2 Prodi) dan Diploma III Kebidanan.

Menurut informasi yang diterima media ini dari panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Umuslim Peu-sangan Bireuen, tahun ini menyediakan sebanyak tujuh ribu formulir SPMB, Penyediaan sejumlah tersebut adalah prediksi panitia dari pengalaman tahun lalu yang terjual hampir 6 ribu formulir, dan untuk tahun ini pendaftaran dibuka mulai sekarang sampai dengan 17 juli 2014.

Pihak Umuslim melalui Rektornya Dr. H.Amiruddin Idris SE,Msi, mem-prediksikan bahwa peminat mahasiswa baru untuk masuk ke Umuslim tahun ini akan meningkat, “Prediksi kita peminat yang akan mendaftar ke Umuslim tahun ini akan bertambah, jadi untuk mengan-tisipasi kekurangan formulir maka kita sediakan lebih dibandingkan tahun lalu. Apalagi banyak calon mahasiswa yang tidak lulus tahun lalu ikut mendaftar kembali di Umuslim tahun ini.” Terangn-ya.[Humas Umuslim]

PENDAFTARAN SPMB UMUSLIM BISA DILAKUKANSECARA ONLINE

UMUSLIM MENANGKAN 35 PROPOSAL PENELITIAN

Matangglumpangdua - AlmuslimNews-Sebanyak 31 proposal penelitian yang diaju-kan dosen dan 4 (empat) yang diajukan maha-siswa Umuslim berhasil memenangkan Hibah Penelitian yang dilaksanakan oleh Direktorat Jendral pendidikan tinggi (Dikti) Depdiknas Tahun Anggaran 2013/2014 dengan jumlah anggaran bervariasi tergantung jenis hibah yang di ikuti.

Menurut Ketua LPPM Umuslim Dr. H. Hambali, SE., MSi, jumlah hibah yang dime-nangkan dosen Umuslim tahun ini mengala-mi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Adapun jenis hibah yang dimenangkan para dosen tersebut antara lain jenis Hibah Penelitian Dosen Pemula, Hibah KKN Pemb-elajaran Pemberdayaan Masyarakat, Peneli-tian Fundamental, Penelitian Hibah Bersaing, Penelitian Kerja sama antar Perguruan Tinggi, Ipteks bagi Masyarakat dan jenis Hibah PKM untuk mahasiswa.

”Nilai Hibah yang berhasil dimenangkan dosen Umuslim yang tertinggi adalah Rp 85 juta dan terendah jenis Hibah PKM untuk mahasiswa sebesar Rp 5.200.000.” jelas Ham-bali pada AlmuslimNews.

Pada kesempatan tersebut Rektor Umus-lim Dr. H. Amiruddin Idris SE., MSi memberi-kan apresiasi yang tinggi dan mengucapkan selamat kepada para dosen yang telah berhasil memenangkan hibah penelitian, ”ini prestasi yang membanggakan dan patut kita syukuri bersama, karena ini merupakan suatu bukti bahwa proses pelaksanaan Tri Darma Pergu-ruan Tinggi di Umuslim telah berjalan sesuai dengan amanah Undang-Undang Pendidikan dan juga ini merupakan suatu gambaran ting-ginya perhatian dan kepercayaan Dirjen Dikti terhadap kampus milik masyarakat ini,” un-gkapnya yang baru saja pulang dari Kopertis Wilayah I menandatangani kontrak pendan-aan hibah penelitian tersebut.[Humas Umus-lim]

Gedung Kampus Timur Universitas Almuslim

UMUSLIM TUAN RUMAH PEKSIMIDA XII

ZAHARA: “TUGAS GURU SANGAT BERAT”Almus-

l i m N e w s - Tugas se-orang guru s a n g a t l a h berat dis-a m p i n g sebagai se-orang pen-didik yang mentransfer

ilmu pengetahuan kepada anak didik juga guru harus berperan ganda menjadi seorang masyarakat yang mengemban peran sosial hal ini disampaikan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Umuslim Dra. Zahara, MPd pada seminar sehari tentang Peran Ganda Guru dalam dunia Pendidikan.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Biologi Umuslim ini diikuti 600 peserta mahasiswa, guru dan dosen digelar di Aula MA. Jangka pada Sabtu (15/03/2014). Menurut Zaha-ra selama ini ada bahagian yang terlupa-kan dalam diri seorang guru yang meru-pakan pendidik di sekolah, yakni seorang pendidik harus lebih mengedepankan as-pek mendidik dengan mentransfer ilmu pengetahuan.

Lanjutnya, padahal ada aspek yang lebih penting lagi yang harus dipunyai

seorang guru yaitu aspek sosial, yakni aspek yang mendidik karakter seorang siswa. Menurutnya, banyak siswa seka-rang menjadi sombong dan angkuh serta hilangnya tata krama dan etika karena disebabkan dalam mendidik seorang guru belum mampu mengedepankan as-pek sosial.

“Seorang pendidik yang sukses dia harus bisa melahirkan lulusan disamping cerdas dan pandai juga mempunyai etika dan tata krama sosial yang tinggi.” Ulas Zahara.

Katanya, untuk melahirkan seoa-rang siswa yang beretika juga tidak hanya tanggung jawab seorang guru semata tapi juga harus melibatkan masyarakat atau orangtua. Karena sekarang orangtua juga sudah sangat jarang peduli kepada anaknya dan hanya mengharapkan tugas dari guru semata, ini merupakan pen-didikan yang salah. Untuk menghasilkan generasi yang berkualitas baik bidan keil-muan maupun bidang sosial yang mem-punyai akhlakul karimah diperlukan peran serta unsur masyarakat.

Menurut informasi yang diperoleh AlmuslimNews dari panitia penyelengga-ra, dalam seminar itu selain Dra. Zahara, M. Pd yang menjadi pemateri, juga pada seminar ini menghadirkan Wakil Rektor II Institut Agama Islam (IAI) Almuslim Nazaruddin, MA.[Humas Umuslim]

AlmuslimNews-Universitas Almus-lim (Umuslim) Peusangan Bireuen yang di tunjuk sebagai tuan rumah Pekan seni Mahasiswa Daerah XII sudah siap untuk menjadi tuan rumah kegiatan tersebut, yang akan dilaksanakan pada tanggal 17-19 Juni 2014.

Penunjukan universitas kebanggan masyarakat Bireuen ini sebagai tuan ru-mah berdasarkan hasil rapat yang dilak-sankan oleh Badan Pembina seni Maha-siswa (BPSMI) provinsi Aceh beberapa waktu lalu di Unsyiah Banda Aceh. Peksimida merupakan ajang seleksi bagi daerah untuk menyeleksi duta-duta seni dari berbagai perguruan Tinggi yang berada di daerah untuk diikutsertakan pada Pekan Seni mahasiswa tingkat Na-sional (Peksiminas).

Peksiminas adalah suatu program yang dilaksanakan oleh Direktorat Jen-dral Pendidikan Tinggi Kementrian Pen-didikan dan Kebudayaan Republik Indo-nesia setiap dua tahun sekali, bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap seni budaya bangsa sebagai nilai luhur kepribadian bangsa, dan diharapkan mahasiswa akan mampu mengembang-kan kepribadian agar memiliki integri-tas yang tinggi terhadap pelestarian dan pengembangan kepribadian kebudayaan nasional.

Menurut Ketua Panitia Ir. Saiful Hurri, Msi kepada AlmuslimNews pekan lalu, saat ini yang sudah mendaftar dan di pastikan ikut sebanyak 18 Perguruan Tinggi utusan dari PTN/PTS yang ada di

Aceh, dengan jumlah peserta yang sudah mendaftar 157 peserta yang ikut lomba 55 orang official dan ditambah dengan sekitar 500 orang sebagai peserta seminar tentang seni dan Budaya dengan pema-teri Mantan Rektor Institut Seni Indone-sia (ISI) Solo Prof. T.Slamet Suparno.

Kegiatan yang memperlombakan sebanyak 13 tangkai seni yaitu lagu pop, Dangdut, keroncong, Seriosa, Baca pui-si, Monolog, Penulisan puisi, Penulisan Cerpen, Penulisan Lakon, Desain Poster, Lukis, Fotografi dan komik Strip, akan berlangsung tanggal 17-19 juni, Para pemenang setiap tangkai lomba akan dikirim sebagai duta Aceh pada ajang Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasion-al (Peksiminas) yang dilaksanakan di Palang Karaya Kalimantan Tengah Sep-tember mendatang. jelas Saiful Hurry.

Sementara itu Rektor Umuslim Dr.H.Amiruddin Idris,SE.,MSi yang di-hubungi AlmuslimNews mengatakan bahwa, “Umuslim akan melaksanakan amanah ini dengan mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menjadi tuan rumah yang baik, “kami menga-jak semua pihak untuk memberikan dukungan dan perhatian serius untuk kesuksesan kegiatan ini. Apalagi selama ini Umuslim telah diakui oleh pihak Ke-mentrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional tentang keunggulan Umuslim di bidang seni yang telah mewakili Indo-nesia dalam beberapa kegiatan Muhibbah seni ke Luar Negeri,” terangnya.[Zulkifli]

Page 11: Almuslim news edisi 2

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014 11

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

Kampusiana

Matangglumpangdua - Almuslim-News-Sebanyak 127 mahasiswi Program Diploma Kebidanan Universitas Almus-lim Peusangan Bireun melaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL) di 16 desa yang ada di Kecamatan Gandapura.

Menurut Direktur Diploma III Ke-bidanan Umuslim Nurhidayati, MPh kepada AlmuslimNews tujuan penempa-tan mahasiswi ini ke desa adalah dalam rangka untuk melaksanakan suatu prak-tek Belajar lapangan (PBL) sesuai dengan tuntutan mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.

Menurut Direktur Diploma III ke-bidanaan Umuslim Nurhidayati, ”Prak-tek Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas adalah merupakan satu mata kuliah wajib bagi mahasiswi akademi ke-bidanan yang telah duduk disemester IV dan mereka selama praktek tersebut wa-jib tinggal di desa,” jelas alumni Universi-tas Gajah Mada ini.

Selanjutnya menurut Nurhidayati,

Matangglumpangdua - YAlmuslim-News-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian keluar sebagai juara Pekan Olah raga Mahasiswa (POMAL) Universitas Almuslim Peusangan, sete-lah pada perlagaan final sepak bola me-nang atas BEM Fakultas Ilmu Komputer (Fikom) dengan skor 3-1 di Lapangan Blang Asan Matangglumpang Dua.

Dengan kemenangan tersebut BEM P e r t a n i -an berhak mendapat-kan piala tetap dan uang pem-binaan yang diserahkan langsung Re-ktor Umus-lim Dr. H. Amiruddin Idris, SE., MSi. Sedan-gkan BEM Fikom yang menjadi Reneur Up Ke-juaraan tersebut mendapatkan piala dan uang pembinaan.

Sementara itu untuk peringkat ketiga diraih oleh HMJ Peternakan dan kepada mereka juga diserahkan piala dan uang pembinaan. Menurut pantauan Almus-limNews pertandingan final antara BEM FP melawan BEM Fikom berlangsung sangat seru dan alot, dimana BEM Perta-nian terlebih dahulu mencetak gol pada menit ke 25 oleh yang dicetak Reza, ke-mudian disusul gol Ridwan pada menit ke 53.

Selanjutnya Ridwan yang pernah memperkuat Tim Umuslim FC pada Liga Pendidikan Indonesia (LPI) tingkat na-

mahasiswi akan berada di desa selama satu bulan mulai 27 Mei 2014 sampai 27 Juni 2014, dan setelah selesai praktek di desa mereka diwajibkan untuk membuat laporan.

Sepulangnya dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini mahasiswi dihara-pakan akan mampu mempraktekkan manajerial asuhan kebidanan di komu-nitas, mengerakkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kesehatan masyarakat khusunya ibu dan anak, serta mahasiswi mampu dan sang-gup mengelola tentang program KIA-KB di wilayah praktek masing-masing.

Jelas Nurhidayati, “praktek ini juga sebagai sebuah implementasi dari pada Tri Darma perguruan Tinggi yaitu Dar-ma Pegabdian Masyarakat, katanya di kantor Camat Gandapura selesai acara penyerahkan mahasiswa kepada geuchik masing-masing gampong lokasi praktek ini.[Humas Umuslim]

sional di Tangerang ini berhasil menam-bah satu gol lagi pada menit ke 85. Se-dangkan satu-satunya gol balasan Fikom dicetak oleh Martunis pada menit ke 76.

Ketua panitia Rahmad Nur yang didampingi ketua PEMA Saifannur S pada laporannya saat penutupan kegiatan mengucapkan terimakasih kepada semua mahasiswa dan seluruh civitas Akade-mika Umuslim, serta semua pihak yang

telah menyuk-seskan kegia-tan ini.

Informasi yang diper-oleh Almus-limNews dari pihak panitia peneylenggara, kegiatan Pomal ini selain mem-pertandingkan cabang sepak bola juga di-

gelar pertandin-gan Bola voli putri dan atletik.

Pada acara penutupan Rektor Umus-lim Dr.H.Amiruddin Idris SE,.MSi men-gatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegitan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dan kegiatan ini bu-kan hanya semata-mata untuk mencari siapa juara tetapi yang paling utama adalah mempererat tali silaturrahmi antar mahasiswa dan civitas akademika, ”kami mengharapkan kepada para juara agar jangan cepat puas dan yang belum berhasil agar terus berlatih dan mem-persiapkan diri karena masih banyak event-event lain yang akan kita gelar pada tahun-tahun mendatang,” katanya.[Zulkifli]GANDAPURA LOKASI PBL

MAHASISWI D-III KEBIDANAN

BEM PERTANIAN JUARA POMAL

ACEH TENGAH DAN BENER MERIAH LOKASI KKM MAHASISWA UMUSLIM

Penyematan atribut peserta KKM di Kabupaten Bener Meriah Aceh tengah

Matangglumpangdua AlmuslimNews - Sebanyak 865 mahasiswa peserta Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dari Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan, Kabu-paten Bireuen. Peserta KKM angkatan XII tahap II tahun Akademik 2013/2014 ini ditempatkan di Bener Meriah. Para maha-siswa KKM ditempatkan di 104 desa pada 5 kecamatan yang menjadi lokasi pengab-dian mahasiswa.

Menurut informasi yang diperoleh AlmuslimNews mereka nantinya akan dibimbing oleh 29 Dosen Pembimbing Lapangan. Acara pemberangkatan maha-siswa umuslim Ke Bener Meriah diantar langsung Rektor Umuslim Dr.H.Amiruddin Idris,SE,.MSi Rabu 23 April 2014 lalu.

Setelah acara penyerahan kepada Pemerintah Bener Meriah akan dipusat-kan di Kantor Bupati Bener Meriah dan diterima langsung oleh Bupati H. Ruslan

Abdul Gani. Setelah penyerahan para ma-hasiswa akan diserahkan pada Reje (Kepala Desa) dan langsung ditempatkan di desa masing-masing. Sehari sebelumnya Umus-lim juga telah menyerahkan sebanyak 504 mahasiswa ke Kabupaten Aceh Tengah, dan mereka sekarang telah ditempatkan di 63 desa pada 3 kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah.

Mereka akan mengabdi di daerah ber-hawa dingin tersebut selama 1 bulan pe-nuh dan akan dibimbing oleh 18 orang Dosen Pembimbing. Rektor Umuslim Dr.H.Amiruddin Idris,SE.,MSi disela-sela keberangkatan mengatakan pelaksanaa KKM daerah tersebut sebagai upaya pengintegrasian antara mahasiswa Umus-lim yang kebanyakan berasal dari daratan pesisir dengan masyarakat di wilayah pen-gunungan Aceh Tengah dan Bener Meriah.[Humas Umuslim]

Penyerahan piala bergilir kepada Kapten Tim BEM FP

TERKAIT LPI SMA & PERGURUAN TINGGI JOHAR ARIFIN AKAN TEMUI MENDIKNAS

AlmuslimNews - Ketua Umun PSSI pusat dalam waktu dekat akan menemui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Muhammad Nuh, untuk membahas kelan-jutan pelaksanaan Liga Pendidikan Indone-si (LPI) tingkat SMA dan Perguruan Ting-gi. Penegasan ini disampaikanya kepada Manejer Umuslim FC Zulkifli,M.Kom ke-tika bertemu di Medan Rabu (22/05/2014) lalu.

Pertemuan manajer Umuslim FC Zulkifli dengan Ketua Umum PSSI ini berlangsung penuh keakraban, dan pada kesempatan tersebut Zulkifli menanyakan tentang kelanjutan dari Program LPI, dan memohon agar program ini dapat digulir kembali, dan menurut Johar Arifin pro-gram ini dihentikan karena Mendiknas menghentikan pemberian dana, “tetapi dalam waktu dekat saya akan menjumpai Pak Menteri Pendidikan untuk membahas program ini,” kata Johar waktu itu, sambil menyakinkan Zulkifli.

Keakraban Johar Arifin dengan Zulki-fli dari Umuslim merupakan suatu hal yang wajar karena Johar Arifin adalah sahabat dekat H. Amiruddin Idris semasa Johar Arifin sebagai Kopertis Wilayah I Sumut-Aceh dan H. Amiruddin Idris sebagai Ketua Sekolah Tinggi Almuslim (Universitas Al-muslim sekarang-red).

LPI merupakan sebuah wadah yang dicetuskan beberapa tahun lalu oleh tiga lembaga yaitu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian Pemuda dan Olah Raga dan Pengurus Sepak Bola Se-luruh Indonesia (PSSI). Pelaksanaan LPI telah melahirkan banyak bibit olahragawan baru khususnya sepak bola, dimana selama ini mereka tidak pernah mencuat keper-mukaan tapi dengan adanya program LPI telah menetaskan suatu pembinaan yang

menelurkan banyak bibi-bibit muda di olah raga sepakbola.

Untuk Provinsi Aceh Umuslim FC sendiri merupakan juara bertahan dua kali secara berturut-turut. Sambutan yang luar biasa dari masyarakat setelah berakhirnya LPI di Banda Aceh pada tahun 2012 lalu, Walaupun LPI telah berakhir, tapi sambu-tan masyarakat dan gaung pertandingan tersebut masih membekas dibenak para pemain, pengurus, pencinta dan pemerhati sepak bola.

Johar Arifin sangat merespon dan menurutnya apa yang saya tanyakan juga telah menjadi pemikiran PSSI pusat.” Kata Zulkifli.

Menurut Zulkifli program LPI meru-pakan aset yang perlu kita pertahankan untuk melahirkan bibit olah raga handal khususnya sepakbola. Pelaksanaan LPI tel-ah tumbuhnya partisipasi masyarakat yang luar biasa, ini dapat kita lihat dari partisipa-si peserta dimana walaupun tanpa dukun-gan dana APBK tapi semangat kegoton-groyongan antara pihak institusi sekolah, orangtua dan masyarakat sangat terasa. “Semangat kekompakan kerjasama dan tanggung jawab yang ditumbuhkan oleh ketiga komponen ini hendaklah menjadi modal untuk memfasilitasi melaksanakan kompetisi yang berkesinambungan dan berkelanjutan,” ujar Zulkifli.

Sistem pembibitan dan pembinaan yang berfokus pada pelajar dan mahasiswa yang bersifat kompetisi ditingkat daerah, dan program ini perlu dipertahankan. Ka-rena pembinaan yang berbasis sekolah atau pelajar dan mahasiswa akan ber-dampak multi efek bagi pembinaan daerah.[Amukhas Gandapura]

Page 12: Almuslim news edisi 2

12

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014

SosokKetua Sanggar Mirah Delima Umuslim Hj. Nuryani Rachman, S. Pd :

SOSOK WANITA PANTANG MENYERAH DALAM MENGABDILaporan : Amukhas Gandapura

Bawaannya lembut, tenang serta bersahaja. Namun, dibalik itu terlihat ramah serta suka bercerita serta mudah diajak becanda. Begitu kesan pertama ke-tika AlmuslimNews belum lama ini bertemu Hj Nuryani Rahman S.Pd, yang

merupakan ketua Sanggar Mirah Delima, Umuslim, Peusangan, Bireuen. Pertemuan dengan isteri Rektor Umuslim, Peusangan, Bireuen, Dr H Amirud-din Idris SE MSI tersebut dilakukan AlmuslimNews di Desa Pulo Kiton, Kota

Juang, Bireuen atau di kediaman sang rektor.

Jujur saja, sebelumnya Almus-limNews agak sungkan untuk memewancarainya, karena

kabarnya dia bukan orang yang suka diajak bicara dan setelah mendapat penjelasan dari Kabag Humas Umus-lim, Zulkifli M.Kom, bahwa Nuryani wanita ramah yang enak bicara bila sudah kenal. “Biar saya yang temani dan lihat saja nanti, bagaimana sikap ramahnya ibu kepada kita nanti,” kata Zulkifli meyakinkan AlmuslimNews kala itu.

Setelah itu, AlmuslimNews ber-sama Zulkifli datang ke kediaman-nya, saat itu sang suaminya Amirud-din sedang melayani tamunya yang diundang untuk makan daging rusa bersama yang baru saja dibelinya.

Pada saat Amiruddin melayani tamu lain Zulkifli mengajak Almus-limNews untuk menjumpai Nury-ani. Setibanya di depan pintu Zulkifli memberi salam dan terdengar jawa-ban dari dalam rumah. “Waalaikum salam, wah silahkan masuk, apa ka-bar, baru jumpa lagi kita ya setelah bawa anak-anak ke Medan baru-baru ini, ayo silahkan duduk dulu,” kata Nuryani ramah begitu melihat Al-muslimNews datang bersama Zulkifli sambil bangkit dari tempat duduknya sembari menunjuk kearah kursi sofa di ruang tengah.

“Bagaimana sehat kan? Saya hari ini ke rumah tetangga yang menin-ggal, jadi tidak kemana-mana,” ka-tanya sambil ikut duduk di kursi sofa bersama.

Kemudian, Zulkifli, member-itahukan kepadanya bahwa maksud kedatangan AlmuslimNews saat itu untuk keperluan wawancara sebagai Ketua Sanggar Mirah Delima Umus-lim yang baru-baru ini merebut juara I dan juara favorit Tarian Saman Aceh yang digelar Kopertis Wilayah I Sumut-Aceh di Kota Medan dan juga menanyakan bagaimana pengalaman tampil di Negeri Sakura Jepang dan dalam acara muhibbah seni mewakili Indonesia, dan penampilan di Korea Selatan (Korsel) baru-baru ini.

Banyak hal yang diungkapkan terkait pengalamannya tersebut, membawa Tim Sanggar Seni Mirah Delima Umuslim tersebut, sosok wan-ita yang dikenal sudah lama meng-

abdi mulai dari men-jadi bidan desa (Bides), mendamp-ingi suami setiap saat saat.

“ O o h ! gitu ya, aduh gimana ya, saya jawab dulu men-genai pen-g a l a m a n ke Jepang, penampilan anak-anak di Jepang luar biasa, hal ini karena kita telah m e m p e r -siapkan diri, sebelumnya anak-anak juga sudah berhasil men-juarai lomba seni yang diadakakan Kopertis dan itu menjadi modal dasar buat anak-anak untuk tampil di Jepang dan juga di Korsel,” katanya menjelaskan panjang lebar.

Wanita lembut ini, lahir pada 4 Desember 48 tahun silam. “Hari ul-ang tahun saya mudah diingat kok, karena bersamaan dengan Milad GAM atau hari sejarah bagi orang Aceh ya,” katanya sambil tersenyum.

Setelah diam sejenak mantan bidan desa (bides) di Peusangan Siblah Krueng itu kembali menga-takan, berhasilnya tim sanggar yang dipimpinnya belum lama ini, karena anak-anak tampil semangat dan per-caya diri dan atas doa masyarakat Bireuen. “Kita berterimakasih kepa-da anak-anak yang begitu semangat tampil di Korsel, sehingga berhasil memukau ribuan penonton saat itu, itu bentuk perjuangan anak-anak yang harus kita hargai,” tambahnya sambil melirik kearah anaknya Putri yang saat itu menanyakan sesuatu padanya.

Semoga, lanjutnya, grup sang-gar Mirah Delima yang dipimpinnya sejak beberapa tahun lalu terpilih un-tuk untuk tampil ke Jepang mewak-ili Indonesia dalam acara muhibbah seni dan ke Korsel. “Waktu tampil di

Jepang dan K o r s e l anak-anak juga bisa tampil ba-gus, se-h i n g g a bisa meng-harumkan Umusl im, B i r e u e n , Aceh dan Indonesia umumnya,” katanya.

S e t e -lah panjang lebar men-ceritakan, m a s a l a h s a n g g a r yang dip-impinnya, anak ke 9 dari 10 ber-

saudara dari pasangan alm H. Abd. Rachman dan Hj. Siti Aminah asal Aceh Tenggara itu menceritakan pen-galamannya mendampingi suaminya mulai dari menjadi seorang guru, keuchiek, rektor hingga menjadi Wakil Bupati Bireuen dan kini kem-bali dipercayakan menjadi rektor lagi di perguruan tinggi swasta di kota Sate Matang Geulumpangdua itu.

“Sebenarnya banyak atau pan-jang pengalaman saya mendampingi bapak, pada saat bapak jadi kechiek saya berprofesi sebagai bidan desa dan saat bapak jadi Wabup saat Aceh di landa konflik saya punya pengala-man sangat getir yaitu dua kali sem-pat diberondong senjata, satu kalinya pada saat saya habis melahirkan anak terakhir dengan operasi saya harus mendampingi Gubernur Aceh pada saat itu Ir.H.Abdullah Puteh MSi dan isterinya Linda Purnomo mengun-jungi satu kecamatan dalam rangka mesosialisasikan program Gamma-war di suatu desa terpencil,” kenang wanita kelahiran Desa Manggadua, Kec. Babussalam, Kutacane, Aceh Tenggara 4 Desember 1965 itu.

Namun, katanya, berkat perto-longan Allah, walaupun dirinya sem-pat merayap dirinya selamat bersama suaminya tercinta Amiruddin. “Kami memulai hidup dengan sederhana,

dan apa yang kami capai sekarang pada ini semuanya titipan Allah, Al-hamdulillah,” katanya yang saat itu yang kesannya tidak sombong dan angkuh.

Kemudian ibu dari tiga putra dan seorang putri itu, pada saat men-jadi bidan desa (bides) terpencil atau baru diangkat menjadi PNS dan saat itu suaminya guru SMEA merangkap jadi Keuchiek di Desa Blang Asan dan dosen di Umuslim. “Saya sering naik ojek ke tempat tugas maupun saat saya menolong ibu melahirkan yang membutuhkan pertolongan saya kala itu, bila sepedamotor harus dipakai bapak, sebaliknya bapak juga sering diantar ojek ke sekolah, maupun ke Umuslim kala itu,” kenang alumni SPK Banda Aceh yang melanjutkan kuliahnya di FKIP Biologi Umuslim dan menamatkan beberapa tahun lalu itu.

“Saat bapak menjadi Rektor, ba-pak juga kuliah lagi, dan saat menjadi Wabup kadang-kadang bapak men-inggalkan saya berhari-hari bersama anak-anak, namun kami sudah saling percaya, dan bapak orangnya pen-yayang itu yang saya sangat salut ke-padanya,” katanya.

Kecuali itu, tambah ibu dari dokter Abdul Arif yang merupakan alumni Fakultas Kedokteran Unsyiah, Banda Aceh. Pengalamannya yang tak bisa dilupakan, pernah tidak tidur selama berhari-hari, karena harus mendampingi sang suami yang saat itu menjadi Ketua Satkorlak penang-gulangan korban gempa dan tsunami di Bireuen.

Setelah panjang lebar bercer-ita tentang kehidupannya, Nuryani mengulangi lagi ucapan bahwasanya, apa yang didapatkan atau yang dimi-liki bersama suaminya sekarang ini semuanya pinjaman Allah dan di-rinya selalu bersyukur dan berusaha tetap mengabdi serta mendampingi suaminya sampai akhir hayat. Itulah sembonyannya.

Kita berharap semoga makin banyak muncul perempuan-perem-puan perkasa seperti, yang tanpa le-lah terus mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan pendidikan dan perkembangan seni di Aceh pada umumnya, dan di Bireuen pada khu-susnya. Amiiin.[]

Page 13: Almuslim news edisi 2

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014 13

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

OpiniPERAN MEDIA DALAM MENDORONG HAK SIPIL DALAM

BIDANG EKOSOB WARGA NEGARA Oleh: Hamdani, SE.,MSM

Pendahuluan Hak- hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (Hak-hak EKOSOB) adalah hak dasar manusia yang harus dilindungi dan dipenuhi agar manusia terlindungi martabat dan kesejahteraannya.

Dalam deklarasi Wina 1993 menekankan tanggung jawab negara untuk melindungi

dan menegakkan HAM, termasuk hak-hak EKOSOB. Penyelenggara negara, baik ekse-kutif maupun legislatif, dituntut berperan aktif dalam melindungi dan memenuhi Hak-hak EKOSOB karena mereka yang se-cara efektif memiliki kewenangan menen-tukan alokasi sumber daya nasional.

Pertanyaannya adalah bagaimana dengan Indonesia? Apakah hak-hak EKO-SOB warganya sudah terpenuhi? Lalu bagaimana komitmen Indonesia dalam me-menuhi Hak-hak EKOSOB warganya?

Ternyata Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kovenan Internasional tentang Hak-hak EKOSOB (International Covenant on Economic, social, and Cultural Right) pada Oktober 2005. Ratifikasi ini ditandai dengan terbitnya UU No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Conv-enant on Economic, Social and Cultural Right (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya). Den-gan demikian, negara wajib menghormati, melindungi dan memenuhi Hak-hak terse-but kepada warganya. Ada 143 negara yang meratifikasi kovenan tersebut, termasuk Indonesia.

Ratifikasi menuntut kewajiban ke-pada negara setahun setelahnya untuk me-nyesuaikan semua aturan dengan Hak-hak EKOSOB dan dalam jangka waktu dua ta-hun setelah ratifikasi diharapkan menyer-ahkan laporan kepada komisi PBB untuk EKOSOB mengenai kemajuan yang dicapai.

Nah, disinilah peran media memain-kan fungsinya sebagai salah satu komponen lembaga sipil yang bergerak sebagai alat kontrol sosial yang diakui Undang-Undang untuk terus memantau dan mendorong negara dalam upaya memenuhi hak-hak sipil di bidang EKOSOB warga negaranya, termasuk di Indonesia. Karena jika tidak dikontrol, maka negara akan lalai memen-uhi hak-hak EKOSOB warganya.

Dalam kovenan ECOSOC dimana Indonesia juga sudah meratifikasinya dise-butkan ada 5 (lima) jaminan hak-hak warga yang harus dijamin negara, yaitu pada ba-gian pertama memuat hak setiap penduduk untuk menentukan nasib sendiri dalam hal status politik yang bebas serta pembangu-nan ekonomi, sosial dan budaya.

Sedangkan pada bagian kedua me-muat kewajiban negara untuk melakukan semua langkah yang diperlukan dengan berdasar pada sumber daya yang ada dalam mengimplementasikan Kovenan dengan cara-cara yang efektif, termasuk menga-dopsi kebijakan yang diperlukan.

Selanjutnya bagian ketiga memuat jaminan hak-hak warga yaitu: (1) hak atas pekerjaan; (2) hak mendapatkan program pelatihan; (3) hak mendapatkan keny-amanan dan kondisi kerja yang baik; (4) hak membentuk serikat buruh; (5) hak menikmati jaminan sosial, termask asur-ansi sosial; (6) hak menikmati perlindun-gan pada saat dan setelah melahirkan; (7) hak atas standar hidup yang layak termasuk pangan, sandang, dan perumahan; (8) hak terbebas dari kelaparan; (9) hak menikmati standar kesehatan fisik dan mental yang tinggi; (10) hak atas pendidikan, termasuk pendidikan dasar secara cuma-cuma; dan (11) Hak untuk berperan serta dalam ke-hidupan budaya menikmati manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan aplikas-inya.

Bagian keempat memuat kewajiban negara untuk melaporkan kemajuan yang

telah dicapai dalam pemenuhan Hak-hak EKOSOB ke Sekretaris Jenderal PBB dan Dewan EKOSOB dan bagian kelima me-muat Ratifikasi negara. Diantara banyak hak yang dimuat dalam Hak-hak EKOSOB, ada hak yang paling mendasar sebagai ba-sis terpenuhinya Hak-hak EKOSOB, yakni Hak Atas Pendidikan dan Kesehatan.

Perlindungan Hak Ekosob di Indone-sia Pasca Reformasi

Perlindungan hak ekosob pasca-Reformasi menjadi persoalan yang sangat penting, hal ini dapat dilihat dari penga-dopsian HAM ke dalam sistim hukum Indonesia ke dalam konstitusi Indonesia, yaitu UUD 1945 hasil amandemen II. Lebih jauh lagi melalui ratifikasi Kovenan Inter-nasional Hak Ekonomi Sosial dan Budaya. Pengadopsian HAM dapat dikatakan se-jalan dengan ide awal dari pembentukkan negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.

Persoalan kemudian kerangka nor-matif HAM (khusus hak ekosob) saja tidak-lah cukup untuk menjawab persoalan hak ekosob di Indonesia. Meski telah diakui secara global, sebagaimana sebuah konsep normatif, diskursus HAM cenderung men-jadi abstrak, sehingga kita kesulitan untuk menerjemahkannya dalam konteks nyata di tingkat lokal maupun nasional (Soysal in Dean, 2004).

Sejak kovenan hak ekosob diratifikasi, dapat dikatakan belum ada assesment khu-sus terhadap perlindungan hak EKOSOB di Indonesia. Padahal ancaman terhadap per-lindungan hak ini justru meningkat seiring dengan pengaruh kebijakan ekonomi pasar dunia ke dalam kebijakan negara, misalnya privatisasi BUMN dan pencabutan subsidi BBM.

Dibanding dengan saat krisis moneter yang terjadi di kurun 1997-1998, kondisi moneter Indonesia dapat dikatakan relatif stabil meski belum pulih seperti sediakala. Namun krisis moneter tersebutlah yang mendorong munculnya kebijakan-kebija-kan di atas sebagai prasyarat bagi pemerin-tah Indonesia guna mendapatkan bantuan likuiditas pada masa itu (Choirie, 2003). Kebijakan ekonomi yang diambil tersebut ditujukan untuk efisiensi yang diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain kebijakan tersebut, peruba-han pola hidup akibat pengaruh pasar ter-hadap masyarakat pun telah menimbulkan persoalan-persoalan lanjut atas perlindun-gan hak ekosob, misalnya dengan mening-katnya buruh migran akibat peluang lapa-ngan kerja yang rendah di dalam negeri, maka perlindungan terhadap tenaga kerja sekaligus warganegara, tidak dapat dijawab hanya dengan kebijakan nasional.

Investasi menjadi alat penting guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Masuknya investasi interna-sional, tidak hanya dalam sektor manufak-tur maupun perbankan, tetapi juga sektor sumberdaya alam seperti tambang dan perkebunan, telah mengubah pola ekonomi masyarakat lokal di daerah, misalnya dari pola ekonomi yang bergantung kepada tanah dan sumberdaya alam menjadi ber-gantung kepada perusahaan MNC yang bekerja di areal tersebut.

Hasil penelitian Hasil riset Business Watch terhadap sektor financial di Indo-nesia memperlihatkan bahwa investasi yang dilakukan tanpa kepekaan terhadap kepentingan masyarakat pada akhirnya gagal mencapai efek yang baik dari per-tumbuhan ekonomi (Prasetyantoko, 2004). Dalam proses ini seringkali masyarakat jus-

tru mengalami proses peminggiran atas hak ekosob mereka.

Secara umum dapat disimpulkan bah-wa Indonesia memiliki keluasan persoalan perlindungan hak ekosob, baik dari segi jenis hak yang harus dilindungi (pangan, pendidikan, pekerjaan), dari segi sektor yang harus ditangani (keuangan, perkebu-nan, pertambangan), dari segi aktor yang harus dilindungi (anak, perempuan, buruh, buruh migran, masyarakat adat), dan dari segi wilayah (propinsi, kabupaten, Indone-sia timur, daerah konflik).

Mencari Pertanggungjawaban Hak Ekosob di Indonesia dan Peran Media

Seluruh situasi di atas mendorong kita untuk mencari siapakah yang harus ber-tanggunjawab dan memastikan perlindun-gan hak EKOSOB tersebut. Secara normatif dalam mekanisme HAM internasional, ne-gara adalah penanggunjawab akhir untuk menjamin pemenuhan hak EKOSOB (Mc Chesney, 2003).

Sebagai negara yang terkena imbas krisis moneter regional Asia pada 1997-1998, dengan jumlah utang luar negeri yang besar, dan krisis politik pada 1998, maka persoalan sumber daya menjadi salah satu faktor dari kesulitan negara untuk melind-ungi hak ekosob.

Dalam konteks Indonesia, ketidak-mampuan negara untuk memastikan pemenuhan hak EKOSOB tersebut perlu diidentifikasi lebih jauh, agar kita dapat mendorong pemenuhan hak EKOSOB. Dalam hal ini media massa harus terus-menerus memantau dan mendorong ne-gara untuk memenuhi hak EKOSOB warga negara.

Dalam alam demokrasi, media adalah pilar keempat selain eksekutif, yudikatif dan legislatif. Di sisi lain media adalah bagian dari masyarakat sipil (civil society) yang da-pat terlibat aktif dalam mengawasi, menga-wal dan mengkritisi kebijakan pemerintah. Media mendukung tata pemerintahan yang demokratis dengan melakukan tiga fungsi, yaitu : (1) Menginformasikan publik ten-tang isu-isu dan peristiwa-peristiwa yang penting bagi publik dan kehidupan politik dan menyediakan ruang untuk perdebatan publik; (2) Meminta pertangungjawaban dari pemerintah dan aktor berkuasa lainn-ya. Media berperan sebagai watchdog den-gan melakukan pemantauan atas pemerin-tah dan mengungkapkan kesalahan; dan (3) Memfasilitasi keterlibatan politik anggota masyarakat dengan memberikan informasi mengenai isu yang signifikan dan mem-fasilitasi tindakan berdasarkan pengeta-huan mereka dan partisipasi publik.

Tindakan media ini merupakan tolak ukur demokratisasi negara, yaitu tersedian-ya ruang publik bagi pertukaran pendapat, arus komunikasi dan informasi yang be-bas bagi terciptanya wacana publik. Secara khusus, media menjadi penunjang proses demokratisasi.

Di Indonesia, jaminan terhadap kebe-basan media ini diatur dalam UU Pers No. 40 tahun 1999. Pasal 4 UU Pers menyebut-kan bahwa : (1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. (3) Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan infor-masi. Sementara kewajiban pers nasional disebutkan dalam Pasal 5 ayat 1 UU Pers yang menyatakan bahwa “Pers nasional memiliki kewajiban untuk memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.”

Secara lebih detil, pers nasional mel-aksanakan peran yang diatur dalam pasal 6 UU Pers, yang menyatakan : a. memen-uhi hak masyarakat untuk mengetahui; b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hu-kum, dan Hak Asasi Manusia, serta meng-hormati kebhinekaan; c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar; d. melaku-kan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Peran media yang signifikan ini men-unjukkan bahwa media menjadi jembatan bebas dalam menyuarakan kebebasan dalam berpendapat dan beropini sepanjang informasi yang disampaikan tidak melang-gar rule of law dan hak asasi dalam kerang-ka demokratisasi. Pada kenyataannya, me-dia mengalami situasi paradoks. Di sisi lain media dan kebebasan berekspresi menjadi payung kebebasan informasi, sebagai pen-anda suatu tatanan politik yang demokra-tis dan dasar supremasi hukum. Namun di sisi lain media harus tunduk pada problem struktural dan industri. Dalam logika ka-pitalisme, modal bisa membatasi kebebasan media dan melakukan intervensi.

Problem mendasar lain adalah min-imnya mekanisme proteksi terhadap jurna-lis. Sebagai bagian dari pekerja HAM (hu-man rights defender), jurnalis semestinya mendapatkan perviledge untuk mendapat-kan jaminan keamanan dalam menjalankan tugasnya. Tetapi di Indonesia kebebasan pers terkadang menjadi paradoks ketika berhadapan dengan alat negara yang tidak mau memahami tugas dan fungsi pers.

Indonesia masih bisa dikatakan gagal mewujudkan hak-hak EKOSOB warganya, hal ini ditandai dengan belum adanya ass-esment khusus terhadap perlindungan hak EKOSOB di Indonesia. Ini menjadi hal yang sangat riskan dan kontraproduktif. Padahal disebutkan ratifikasi menuntut ke-wajiban kepada negara setahun setelahnya untuk menyesuaikan semua aturan dengan Hak-hak EKOSOB dan dalam jangka waktu dua tahun setelah ratifikasi diharapkan menyerahkan laporan kepada komisi PBB untuk EKOSOB mengenai kemajuan yang dicapai.

Melihat begitu pentingnya hak-hak EKOSOB warga negara, dimana Indonesia juga sudah meratifikasi kovenan Interna-sional tentang Hak-hak EKOSOB (Interna-tional Covenant on Economic, social, and Cultural Right) pada Oktober 2005, maka sudah sewajarnya media terus menerus mendorong negara untuk memenuhi hak-hak EKOSOB warganya.

Karena tindakan media ini merupa-kan tolak ukur demokratisasi negara, yaitu tersedianya ruang publik bagi pertukaran pendapat, arus komunikasi dan informasi yang bebas bagi terciptanya wacana publik.

Kemudian media juga tidak perlu ragu dalam menjalankan tugas dan fungsin-ya, khususnya dalam upaya mendorong pemenuhan hak-hak sipil, terutama hak EKOSOB warganya. Karena dalam hal ini media juga bekerja di bawah Undang-Undang, yaitu UU Pers No. 40 tahun 1999, dan negara harus menjamin kebebasan untuk berekspresi dalam memberikan in-formasi yang bertanggung jawab. Sehingga setiap berita yang sudah dipublikasikan bisa dipertanggungjawabkan, baik kepada manusia maupun kepada Sang Khalik. Semoga. []

Page 14: Almuslim news edisi 2

14

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014

History

Dalam masa berkecamuknya perang antara Kerajaan Aceh melawan Belanda (1873-1942), lahirlah seorang bayi sehat dan rupawan. Bayi ini dilahirkan pada tanggal 25 Juni 1890 didesa Pulo Iboh, di tepi kota Matang Glumpang Dua. Ibunya, Potjut Unggaih, seorang putri bangsawan, putri uleebalang Meureudu. Ayahnya, Teuku Tjhik Sjamaun,

uleebalang nanggroe Peusangan. Dua sejoli itu memberi nama anaknya, TEUKU MUHAMMAD DJOHAN ALAMSJAH.

Kemudian setelah memegang jabatan uleebalang dan menu-naikan ibadah haji, cucu Teuku

Tjhik Muhammad Hasan itu diberi nama, Teuku Hadji Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah Perkasa Alam. Dalam perjalanan sejarah Aceh abad ke-XX, Teuku Tjhik Mu-hammad Djohan Alamsjah tampil sebagai salah seorang uleebalang Aceh terkemuka. Teuku Muhammad Djohan Alamsjah meru-pakan turunan generasi ke-IX pengungsi im-perium Abbasiyah yang terdampar di Bandar Aceh pada abad ke-13 itu.

Teuku Tjhik Sjamaun. Isteri pertaman-ya, Potjut Salbiah pribumi nanggroe Peu-sangan, melahirkan dua orang anak. Anak pertamanya seorang putri diberi nama Potjut Zahara, karena kecantikannya rakyat Peu-sangan memberi nama panggilan untuknya Potjut Buluen. Anak kedua seorang putra di-beri nama Teuku Ali Alamsjah. Rakyat nang-groe Peusangan menggelari Teuku Ali Alam-sjah dengan nama Panglima Perang (Ampon Prang), karena beliau juga memimpin pasu-kan nanggroe Peusangan dalam peperangan melawan tentara Belanda.

Isteri Teuku Tjhik Sjamaun, Potjut Ung-gaih, melahirkan 3 orang anak. Mereka terdiri dari 2 orang putra dan seorang putri. Anak pertama Teuku Tjhik Sjamaun dari putri ul-eebalang Meureudu ini adalah Potjut Sjariba-nun, seorang putri. Rakyat nanggroe Peusan-gan menyebut Potjut Sjaribanun dengan nama kesayangan Potjut Putroue, karena sikapnya yang agung dalam kehidupan sehari-hari den-gan rakyatnya. Anak kedua adalah seorang putra, Teuku Muhammad Djohan Alamsjah, seorang pemuda yang kelak tampil menjadi “uleebalang terkemuka” di Aceh. Dan yang ketiga juga seorang putra, Teuku Bustaman.

Pulo Iboh, tempat kelahiran dan tempat Teuku Muhammad Djohan Alamsjah dibe-sarkan, adalah juga tempat kediaman resmi uleebalang Peusangan. Pulo Iboh juga disebut kuta uleebalang (istana) nanggroe Peusan-gan. Desa Iboh juga memegang kunci pent-ing dalam sejarah revolusi sosial Aceh tahun 1945-1946.

Menyangkut Iboh ada cerita lainnya. Dari desa inilah orang tua Teungku Amir Hu-sin Al Mujahid berasal. Ketika perang Aceh dengan Belanda sedang mencapai puncaknya dipantai utara Aceh, keluarga orang tua Husin al Mujahid mengungsi ke nanggroe Idi, yang telah menjadi sahabat kerajaan Belanda jauh hari sebelum Perang Aceh–Belanda dimulai.

Orang Aceh memberi gelar yang agung

untuk Amir Husin al Mujahid, Napoleon Bonaparte Aceh, ka-rena keberhasilannya merun-tuhkan dan membantai seluruh uleebalang Aceh hanya dalam waktu beberapa hari saja. Tanpa pernah bertempur guru sekolah dasar madrasah di Idi -Aceh Timur ini, dapat mengecoh Residen Aceh/ Jenderal Mayor TKR/TNI Teuku Njak Arief dan menggiringnya ke kamp tahanan di Takengon. Napoleon Bona-parte Aceh dengan lasykarnya TPR (tentara perjuangan rakyat) dengan ganas membantai se-luruh uleebalang Aceh beserta pengikutnya.

Kemudian Amir Husin al Mujahid mengangkat dirinya sendiri menjadi Jenderal Mayor, anehnya ketika dia berpangkat Jenderal Mayor tentaranya len-yap bersama asap revolusi sosial Aceh. Kawan-kawannya sesama orang PUSA menyebutnya filsuf besar Aceh. Keberhasilan Teung-ku Amir menggusur Teuku Njak Arief, Residen- penguasa Nega-ra Republik Indonesia yang baru merdeka di Aceh, mengantarkan

seorang guru madrasah Jamiatul Diniah Ab-adiyah di Blang Paseh-Sigli yang bernama Te-ungku Muhammad Daud Beureueh ke takhta Diktator Aceh yang baru.

Sambil berkacak pinggang, dengan tan-gan kiri dia menuding kemuka Teuku Tjhik Daudsjah - Pejabat Residen Aceh. Uleebalang Idi yang bunglon itu diperintahkannya un-tuk mengangkat pemilik kios obat Pidie yang bernama, Teuku Muhammad Amin, menjadi Asisten Residen Aceh Bidang Politik. Terpu-kau oleh kebengisan PUSA, dalam sekejap Teuku Tjhik Peusangan yang selama ini “dim-uliakan rakyatnya”, berubah menjadi target tangkapan Teuku Muhammad Amin pada bulan Maret 1946.

Dalam masa pertempuran dengan Be-landa di nanggroe Peusangan, Teuku Tjhik Sjamaun mengundurkan diri ke daerah hulu sungai Peusangan yang penuh hutan rimba. Dalam pengungsiannya ini Teuku Tjhik Sjamaun itu mengatur strategi melawan serangan dan invasi pasukan Jenderal van Heutz. Uleebalang ini telah bersumpah, tidak akan pernah berjumpa dengan kafir Belanda. Setelah bergerilya selama 2 tahun, Teuku Tjhik Sjamaun jatuh sakit dan wafat ditengah hutan rimba Peusangan. Maka, terwujudlah sumpahnya untuk tidak berjumpa kafir Be-landa. Teuku Tjhik Sjamaun yang patrotik itu dimakamkan di markas komandonya diten-gah hutan rimba Peusangan.

Pemakaman uleebalang yang patriotik ini mendapat penghormatan yang megah dari pasukan dan pengikutnya yang setia. Sayang makam yang bersejarah ini kemudian hari dipindahkan. Setelah keadaan di Peusangan menjadi damai jenasah Teuku Tjhik Sjamaun dimakamkan kembali di Matang Glumpang Dua, oleh putranya Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah.

Ketika Teuku Tjhik Sjamaun sedang bergerilya di rimba Peusangan, Sultan Aceh Tuwanku Muhamad Daudsjah berkunjung ke Matang Glumpang Dua, ibu kota nang-groe Peusangan. Sultan Aceh itu bermaksud mengukuhkan kembali Teuku Tjhik Sjamaun sebagai uleebalang Peusangan dengan gelar kedudukannya Teuku Keujruen.

Sultan Aceh menunggu kedatangan Teuku Tjhik Sjamaun beberapa hari di Ma-tang Glumpang Dua, tetapi uleebalang Peu-sangan itu tak kunjung tiba. Seorang utusan Teuku Tjhik Sjamaun mengabarkan kepada Sultan Aceh, bahwa uleebalang itu sedang sakit berat di tengah rimba di hulu sungai Peusangan. Tanpa membuang waktu, sebagai gantinya Sultan Aceh mengukuhkan putra-

TEUKU TJHIK MUHAMMAD DJOHAN ALAMSJAH (AMPON TJHIK PEUSANGAN)

Oleh: Hamdani

nya, Teuku Muhammad Djohan Alamsjah sebagai uleebalang nanggroe Peusangan. Pengangkatan itu dimuat diatas surat resmi Keputusan Kerajaan Aceh. Surat pengangka-tan yang disebut “Surat Tjap Sikureung” itu diserahkan langsung kepada Teuku Muham-mad Djohan Alamsjah. Pada hal, pada saat pengangkatannya, uleebalang muda itu baru berumur 10 tahun.

Usai pelantikan itu, sambil menghindari incaran Jenderal van Heutz terhadapnya, Sul-tan Aceh bergegas melanjutkan perjalanan-kerjanya ke wilayah Pasai, untuk menyusun kembali markas komanandonya. Sunguh ironis, perjuangan Teuku Tjhik Sjamaun mel-awan penjajah Belanda kandas dalam waktu singkat. Beberapa bulan setelah Teuku Tjhik Sjamaun wafat, paman Teuku Tjhik Djohan Alamsjah yang tertua yang bernama Teuku Maharadja Djeumpa melapor diri (mel) ke-pada Belanda minta berdamai.

Bagaikan mendapatkan durian runtuh, Jenderal van Heutz langsung menyambut uluran tangan Teuku Djeumpa itu. Utusan Belanda datang ke Pulo Iboh menemui Potjut Unggaih. Belanda membujuk permaisuri ul-eebalang Peusangan itu untuk mengizinkan putranya dibawa ke Kutaradja untuk dis-ekolahkan. Belanda bermaksud mendidik ul-eebalang muda itu menurut kepentingannya, disekolah model Belanda. Dengan tegas per-mintaan Belanda itu ditolaknya, karena Potjut Unggaih tidak ingin putranya menjadi orang kafir. Berulang kali utusan Belanda datang bersama dengan Teuku Djeumpa, membujuk Potjut Unggaih.

Setelah bermusyawarah dengan selu-ruh handai taulannya, Potjut Unggaih dengan berat hati mengijinkan putranya dibawa Be-landa ke Kutaraja, pusat kekuasaan Belanda di Aceh. Ibunda Teuku Djohan Alamsjah itu mengajukan syarat. Putranya boleh dibawa, tetapi harus disertai oleh seorang temannya yang juga harus disekolahkannya. Tentu saja Belanda dengan penuh suka cita menyambut berita kemenangannya ini. Tanpa perlu berlu-muran darah lagi, nanggroe Peusangan telah menjadi sahabat Kerajaan Belanda.

Sahabat adalah kata berukiran indah yang disamarkan pihak Belanda, sebagai kata ganti takluknya orang Aceh. Enak diden-gar bangsa Belanda, tetapi pahit dirasakan bangsa Aceh. Akhirnya berangkatlah Teuku Muhammad Djohan Alamsjah ke Kutaraja dengan seorang pengawal dan seorang teman yang bernama: Abdul Karim.

Kelak dikemudian hari, salah seorang putra Abdul Karim ini yang bernama Drs Ad-nan, pegawai pemda Kota Medan, hingga bu-lan Oktober 2006 dengan setia masih menjaga Potjut Maimunah, salah seorang putri Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah yang su-dah sangat sepuh dirumahnya di Jalan Sei Be-lutu Gang Keluarga no. 55i, Medan. Untaian tali kesetiaan anak manusiapun terputuskan. Dan ajalpun datang menjemput putri bang-sawan Aceh yang agung itu pada tanggal 5 November 2006 jam 16.45 di Bandung.

Selama 3 tahun Teuku Muhammad Djo-han Alamsjah bersama Abdul Karim belajar di sekolah Rakyat Guru Djam di Kutaradja.Guru Muhammad Djam, orang Minangkabau ini sangat profesional dibidangnya. Secara privat kedua anak muda Aceh itu dididik dan diajarinya dengan sabar. Mata pelajaran dasar yang diajarkan terutama matematik, mem-baca dan menulis huruf Latin, bahasa Melayu, etiket pergaulan masyarakat Belanda, ilmu se-jarah dan politik Hindia Belanda.

Kedua anak muda Aceh itu menyambut kesungguhan gurunya. Keduanya belajar den-gan giat dan mengambil alih seluruh pengeta-huan yang diperolehnya. Gubernur Belanda di Aceh, Jenderal van Heutz sangat puas ter-hadap kinerja Guru Djam. Untuk mengenang jasa-jasa Guru Muhammad Djam dalam bi-dang pendidikan, pemerintahan Hindia Be-landa di Aceh kemudian hari menamai jalan

dimuka sekolah itu, jalan Guru Muhammad Djam.

Setelah menjalani masa pendidikan yang dikehandaki Belanda, Teuku Muham-mad Djohan Alamsjah serta kawan dan pengawalnya yang setia diantar kembali ke nanggroe Peusangan. Jenderal van Heutz menganggap uleebalang muda Aceh ini sudah cukup berhasil dijinakkannya. Kepada Teuku Muhammad Djohan Alamsjah dipercayakan kembali jabatan uleebalang Peusangan yang dipangkunya sesuai sarakata Sultan Aceh. Dalam pelaksanaan tugasnya uleebalang muda ini dibimbing oleh pamannya, Teuku Djeumpa. Pada hakekatnya pamannya inilah yang bertindak selaku uleebalang nanggroe Peusangan.

Teuku Djeumpa dengan cermat mulai memutar roda pemerintahan nanggroe Peu-sangan sepeninggal Teuku Tjhik Sjamaun. Kepada kemenakannya, Teuku Tjhik M. Djo-han Alamsjah, dijelaskannya posisi Peusangan dalam peta politik terbaru tanah Aceh. Wa-laupun dikemas dalam untaian kata-kata yang indah, bahwa Kerajaan Belanda bersahabat dengan nanggroe Peusangan melalui Korte Verklaaring, tak berarti nanggroe Peusangan masih berkedaulatan penuh seperti yang ter-cantum dalam surat sarakata cap sikureung Sultan Aceh.

Secara militer, nanggroe Peusangan sudah terkalahkan oleh Kerajaan Belanda. Teuku Djeumpa juga menjelaskan kepada Teuku Djohan Alamsjah, kekalahan nang-groe–nanggroe uleebalang lain ditanah Aceh hanya tinggal menunggu waktu saja. Perla-wanan secara terbuka terhadap Belanda akan mengorbankan seluruh rakyat Peusangan baik harta maupu nyawa, dan cara ini harus dihindari.

Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alam-sjah yang masih belia itu, duduk terpukau merenungkan posisi negara Aceh yang lemah berhadapan dengan Belanda. Uleebalang muda bersama pamannya yang bijak itu berkesimpulan, tak ada jalan lain menghabisi Belanda kecuali melalui pendekatan diploma-tis.

Maka, uleebalang muda itu bertekad akan menghabisi Belanda dengan ilmu Belan-da itu sendiri. Dalam perjalanan sejarah Aceh tercatat, Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah terkenal selalu bersikap lemah-lem-but dan lugas terhadap siapapun, baik terha-dap Belanda sebagai musuh maupun terhadap rakyat Peusangan yang dibelanya.

Hingga akhir hayatnya, rakyat Peusangan menganggap Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah sebagai bapaknya, tempatnya berlindung. Se-baliknya Belanda, sebagai musuhnya, menganggap uleebalang Peusangan ini sebagai sahabatnya. Sebagai uleebalang di dalam surat “cap sikureung” ditegas-kan bahwa Teuku Muhammad Djohan Alamsjah dengan pangkat Kejreuen ber-hak mengambil hasil dari laut, darat dan hutan di wilayah Nanggroe Peusangan.

Laut lepas pantai nanggroe Peusan-gan sungguh kaya dengan kandungan berbagai jenis ikan. Nelayan nanggroe Peusangan sangat senang bila saat me-laut tiba. Hasil tangkapan ikan melimpah ruah. Sebagai tanda penghormatan kepa-da uleebalangnya, oleh nelayan itu dipil-ihnya beberapa kepala ikan yang terbesar. Dan kepala ikan pilihan ini dipersembah-kan kepada uleebalangnya, Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah. Persem-bahan nelayan ini menjadi kenangan manis yang abadi bagi keluarga besar ul-eebalang Peusangan terhadap rakyatnya hingga kini.[]

Teuku Djohan Alamsjah

Page 15: Almuslim news edisi 2

No. 3/TH.II/ Edisi Juni 2014 15

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

Kisah NyataAKU “GILA” KARENA GANJA

Dikisahkan Kembali Oleh: Hamdani

Hal ini seperti dialami Helmi (se-but saja demikian), diusianya yang baru beranjak 23 tahun harus mengalami pa-hit getir kehidupan karena harus men-jalani terapi di sebuah Rumah Sakit Jiwa karena penyakit jiwa akut yang diderita akibat mengkonsumsi ganja yang berle-bihan dan juga setelah menjalani serang-kaian terapi akhirnya dia juga dikirim ke sebuah pesantren untuk menjalani rehabilitasi jiwa. Ini lah sekelumit kisah pahit getir penikmat “daun syurga” yang jarang diekpos media, berikut penutur-annya kepada Hamdani dari Almuslim-News beberapa waktu lalu.

Aku adalah anak ke-2 dari lima bersaudara, semuanya cowok. Kehidu-pan kaluarga kami memang tergolong sulit, kedua orangtuaku sering berantem dan ribut melulu sehingga terkadang aku malas pulang ke rumah, Karena pulangpun tidak ada kedamaian, rumah seperti neraka buatku, sehingga aku ser-ing bergabung dengan rekan-rekan se-baya.

Karena keseringan gabung-gabung dengan teman-teman akhirnya aku su-dah mulai mengkonsumsi rokok pada usia lima belas tahun, saat itu aku masih bersekolah di kelas tiga SMP. Merokok adalah hal yang membanggakan diusia tersebut, merokok juga sebagai sarana aktualisasi diri untuk menunjukkan eksistensi seseorang biar disebut sudah dewasa. Masalah merusak tubuh dan merusak kesehatan karena merokok sama sekali aku tidak tahu dan tidak mau tahu.

Menginjak bangku SMA aku su-dah mulai mencoba-coba menghisap ganja, ada suatu kenikmatan tersendiri yang sulit kulukiskan dengan kata-kata saat menikmati “bakong Aceh” tersebut, sehingga berawal dari coba-coba aku mulai ketagihan untuk mengkonsumsi ganja, apalagi di lingkungan sekitar tempat tinggalku ganja begitu mudah diperoleh, sehingga setiap kubutuhkan “barangnya” selalu ada istilahnya ada duit ada barang.

Lingkungan tempat tinggalku me-mang terkenal sebagai tempat transaksi ganja, di daerah ini nyaris tidak tersen-tuh hukum para bandar narkoba juga menjual barangnya dengan cara terang-terangan, tidak ada kesan takut setiap ada orang yang ingin memesan ganja atau sejenis narkotika lainnya. Hal ini wajar kukira karena pihak aparat hukum dalam hal ini polisi juga sering menjadi pelanggan mereka. Kalaupun ada razia gabungan mereka sudah duluan gulung tikar, sepertinya mereka selalu duluan tahu kalau ada razia, sehingga kesan-nya polisi selalu kalah cepat. Tetapi kukira semua itu hanya akal-akalan saja, seperti di kisah film-film India karena polisi juga merupakan bagian dari jarin-gan kejahatan itu sendiri sehingga sulit mengungkapkan kejahatan.

Karena sudah mulai ketagihan

maka sulit bagiku sehari saja kalau tidak mengisap ganja, barang memang gam-pang karena stoknya selalu ada, yang jadi masalah aku tidak selalu punya uang untuk membeli ganja yang kubu-tuhkan tersebut, maklumlah aku belum bekerja karena masih sekolah, ganja yang kubelipun terkadang dari uang jajan yang tidak seberapa. Sehingga ka-rena keinginan yang mendesak terpaksa aku mencuri uang orangtuaku untuk membeli ganja, hal ini sudah kulakukan berkali-kali.

Suatu hari hal ini diketahui oleh orangtuaku, sehingga bapakku ngamuk-ngamuk karena merasa kehilangan uang simpanannya, semua kami anak-anakn-ya dikumpulkan dan diinterograsi siapa yang mengambil uang. Tidak ada yang

mengaku karena memang tidak ada yang merasa mengambil, kecuali aku yang hanya pura-pura tidak mengaku.

Akhirnya karena tidak ada yang mengaku semua kami diikat dibatang pohon kelapa di depan rumah, sam-bil mengancam kalau tidak ada yang mengaku tidak akan dilepaskan sampai keesokan harinya. Maka ketakutanlah kami semua, dan di antara kami jadi saling dan menyalahkan. Akhirnya en-tah karena kasihan atau tidak sanggup merasa tertekan dan bersalah akupun mengaku kepada kakak-kakaku bahwa akulah yang mencuri uang bapak.

Akhirnya setelah didesak oleh kakakku-kakakku aku mengaku juga kepada bapak, maka semua dilepaskan kecuali aku yang mendapat hukuman tambahan yaitu dilecut lima kali dengan memakai tali pinggang bapakku dan tidak mendapat uang jajan selama sem-inggu. Perih tak terkira, tapi aku tidak menangis aku malu menagis sebagai anak lelaki.

Karena aku kapok mencuri uang orangtuaku maka aku mulai mencari cara lain untuk mendapatkan ganja, akhirnya aku mulai menjadi agen atau penyalur kecil-kecilan, sehingga dengan menjadi penyalur aku selalu bisa men-dapat ganja gratis dari bandar yang be-

sar selain itu dikasih imbalan uang yang lumayan.

Menghadapi kenyataan ini aku sangat gembira, aku semakin larut dan ketagihan dalam mengkonsumsi gan-ja tidak siang tidak malam aku selalu mengkonsumsi ganja, ke rumah aku sudah jarang pulang sekolahpun sudah jarang masuk dan akhirnya aku benar-benar tidak bersekolah lagi. Orangtuaku juga tidak peduli aku mau pulang atau tidak mereka hanya sibuk dengan du-nianya tanpa peduli kapada kami anak-anaknya, sehingga akibat depresi yang berkepanjangan abangku yang sulung nekat meninggalkan rumah. Entah ke-mana abangku pergi sampai kini aku tidak tahu.

Semakin hari aku semakin terjeru-

mus ke dunia hitam, main judi dan main perempuan menjadi hal yang biasa ku-lakukan, hal-hal tentang agama nyaris aku tidak tahu sama sekali aku merasa kehidupan ini begitu bebas dan nik-mat tanpa ada yang mengekang. Aku merasa benar-benar bebas lepas penuh kemerdekaan.

Aku tidak menyadari bahwa tu-buhku semakin ceking nyaris tidak berdaging. Aku juga semakin tidak bisa mengontrol tingkah lakuku, kadang aku tertawa tanpa sadar otakku tidak sang-gup kuperintahkan, timbul juga rasa panik tapi aku tidak mengerti dan mulai tidak sadar diri. Sampai suatu hari aku merasa dunia ini sudah gelap, aku tidak punya parasaan apa-apa lagi, mungkin saat itu aku sudah gila.

Sampai suatu hari aku mulai mer-asa pulih dan aku telah berada bersama dengan orang-orang aneh yang ting-kahnya ada yang lucu dan juga yang menjengkelkan. Sulit sekali menjelas-kan pengalamanku secara runut atau kronologis pada saat itu, karena aku memang tidak sadar diri. Yang jelas dan aku yakini saat itu aku telah berada di Rumah Sakit Jiwa. Ya, aku telah bersta-tus orang gila, sungguh perih dan pedih perasaanku menghadapi realitas ini tapi apa daya? Ini adalah kenyataan dari apa yang telah kuperbuat selama ini.

Sampai hari ini aku belum tahu pasti apa sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan masa laluku, berapa tahun aku berstatus sebagai orang gila. Hidup menjadi orang gila benar-benar bagai dalam mimpi tanpa pernah kita menya-dari apa yang terjadi, tiba-tiba saat sadar dunia jadi berubah.

Suatu hari datang pamanku untuk menjemputku, ternyata selama ini yang mengeluarkan biaya untuk perawatanku adalah paman. Dan menurut penutur-an dokter kepada paman yang sempat kudengar aku sudah bisa berobat jalan, tetapi harus selalu dikontrol dan obat harus selalu tersedia kalau tidak aku bisa kambuh lagi.

Sesampainya di kampung hasil rembug keluarga aku diantar ke sebuah pesantren untuk mengobati jiwaku se-cara tuntas dan kalau di pesantren ke-mungkinan untuk terjerumus lagi ke dunia hitam akan sangat kecil. Kembali pamanku menjadi pahlawan, karena pa-man mengatakan bahwa akan menang-gung segala biaya selama aku berada di pesatren. Alhamdulillah pikirku, ka-rena aku juga punya keinginan menjadi orang baik-baik, aku kapok sekarang.

Suasana pesantren benar-benar membuatku insyaf terhadap kelakuanku selama ini, aku benar-benar merasa dila-hirkan kembali. Kadang-kadang tengah malam aku bangun dan sholat tahajjud memohon ampunan Allah atas segala tingkah dan lakuku pada masa lalu yang tidak terarah dan jauh dari agama, apa lagi saat mendengar nasehat dari abon tentang bahaya mengonsumsi ganja dan khamar serta begitu besar dosanya zina aku benar-benar gemetar dan ketaku-tan. Sehingga aku semakin rajin bersu-jud dan memohon ampunan Allah, aku tidak yakin apakah saat ini Allah telah mengabulkan permohonanku tersebut, tetapi yang jelas aku akan tetap berdoa dan berdoa. Supaya tingkah laku bu-rukku di masa lalu bisa terampunkan.

Aku juga tidak henti-hentinya berdoa buat kebahagiaan kedua orang-tuaku. Terakhir kudengar kabar abang sulungku telah ditangkap di Malaysia karena menjual dadah atau ganja dan terancam hukuman gantung, dan kedua orangtuaku telah bercerai, bapak meni-kah lagi ibu juga menikah lagi, dan tiga orang adikku terlantar, tetapi kini telah diasuh oleh paman. Aku turut berse-dih terhadap cobaan yang menimpa keluargaku tetapi aku tidak berdaya merubahnya, semua adalah takdir Allah seperti aku yang tengah mengikuti arah takdirku. Aku hanya berharap semoga semuanya akan berakhir dan baik-baik saja. Mudah-mudahan kisahku menja-di pelajaran yang berharga dan menjadi ikhtibar buat orang lain, bahwa dunia hitam bukan sesuatu yang indah dan mengkonsumsi ganja hanya akan mer-usak badan dan merusak jiwa menjadi gila.[]

Semua orang tentu tidak menginginkan hidup menjadi pecundang dan tersia dari lingkungan karena dianggap mengganggu dan menjadi sampah masyarakat karena perilaku yang merusak diri dengan hal-hal yang dilarang norma agama dan adat

istiadat yang dianut masyarakat. Tetapi keingingan masa muda yang penuh gejolak sulit untuk menepis segala hasrat untuk anti kepada kemapanan.

Ilustrasi

Page 16: Almuslim news edisi 2

www.almuslimnews.umuslim.ac.id

Etalase

Umuslim

Rektor Dan Seluruh Civitas Akademika

UNIVERSITAS ALMUSLIMPeusangan – Bireuen

Mengucapkan Selamat dan Sukses Kepada :

Dr. H. Hambali Ismail, SE., M.PdDosen Tetap Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Atas Promosi Doktor (S3) Pada Universitas Negeri Jakarta

Dan

Dr. Cut Khairani, M.SiDosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Atas Promosi Doktor (S3) Pada Universitas Merdeka MalangSemoga Ilmu yang di peroleh berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara

Rektor

Dr. H. Amiruddin Idris, SE., M.Si

DISEWAKAN UNTUK UMUMGUEST HOUSE/HOTEL UMUSLIMJL. KOMPLEK KAMPUS TIMUR UMUSLIM PEUSANGAN - BIREUENFASILITAS BINTANG TIGA- LOKASI NYAMAN DAN ASRI - MEETING ROOM 100 ORANG- AC- Flat TV- 25 TV Channel- HARGA TERJANGKAU

RESERVASI : BIRO UMUM UNIVERSITAS ALMUSLIM

Guest House