alat alat optik fisika sma
TRANSCRIPT
Fisika Sekolah 2
(Alat-alat Optik)
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah 2
yang diampu oleh Prof. Nathan Hindarto, Ph.D dan Prof. Dr. Supriyadi, M.Si
Disusun Oleh :
Artika Sari (4201412059)
Rini Yunawati (4201412043)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2015
BAB I
ISI
1. Mata dan Kacamata
Diagram sederhana mata ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini
Gambar 1. Diagram mata manusia
Keterangan gambar
1. Lensa kristalin
2. Pupil
3. Iris
4. Kornea
5. Bintik kuning
6. Syaraf mata
7. Retina
8. Otot Siliar
Bagian depan mata mempunyai kelengkungan yang lebih tajam dan dilapisi
oleh selaput transparan yang disebut kornea (nkornea = 1,37). Di belakang kornea
terdapat cairan (aquaeous humor) dengan n = 1,33 yang berfungsi membiaskan
cahaya yang masuk ke mata. Lebih kedalam lagi terdapat lensa yang terbuat dari
bahan bening, berserat dan kenyal yang disebut lensa kristalin (npenutup lensa = 1,38,
ntengah-tengah lensa = 1,41) . Lensa ini berfungsi mengatur pembiasan yang disebabkan oleh
cairan di depan lensa. Di depan lensa kristalin terdapat selaput yang membentuk celah
lingkaran. Selaput ini disebut iris yang berfungsi memberi warna pada mata. Celah
lingkaran yang dibentuk oleh iris disebut pupil. Lebar pupil diatur oleh iris sesuai
dengan intensitas cahaya yang mengenai mata. Di tempat yang gelap (intensitas
cahaya kecil), pupil membesar supaya cahaya yang masuk ke mata lebih banyak. Di
tepat yang sangat terang (intensitas cahaya besar) pupil mengecil, supaya cahaya yang
masuk ke mata lebih sedikit, sehingga mata tidak silau.
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata (lensa kristalin) ke
permukaan belakang mata, yang disebut retina. Di antara lensa dan retina terdapat
cairan yang disebut vitreus humor (n = 1,33). Permukaan retina terdiri atas berjuta-
juta sel sensitif, yang karena bentuknya disebut sel batang dan sel kerucut. Ketika
dirangsang oleh cahaya, sel-sel ini mengirim sinyal-sinyal melalui syaraf optik ke
otak. Di otak, arti bayangan diterjemahkan, sehingga kita mendapat kesan melihat
benda. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa suatu bayangan nyata dari benda dapat
diterima dengan jelas, jika bayangan tersebut jatuh di retina.
Akomodasi Mata
Jarak antara lensa mata dan retina sebagai layar selalu tetap, tetapi
kelengkungan lensa mata dapat diubah-ubah oleh otot siliar (Gambar 2). Dengan
kelengkungan lensa mata dapat diubah-ubah. Dengan berubahnya kelengkungan
lensa, berarti jarak fokus lensa pun berubah.
Untuk memfokuskan benda-benda yang dekat, otot-otot siliar tegang sehingga
lensa mata lebih cembung. Untuk melihat benda-benda yang sangat jauh, otot siliar
mengendor (relaks), sehingga lensa mata lebih pipih. Perubahan-perubahan ini disebut
akomodasi mata.
Akomodasi mata adalah daya untuk membuat lensa mata lebih
cembung atau lebih pipih, sesuai dengan jarak benda yang dilihat oleh
mata supaya bayangan tetap jatuh di retina
Gambar 2. (a) Benda dekat, lensa lebih cembung, bayangan difokuskan di retina.
(b) Benda jauh, lensa lebih pipih, bayangan difokuskan di retina.
Mata dapat melihat dengan jelas jika letak benda berada dalam jangkauan
penglihatan, yaitu di antara titik dekat mata (punctum proximum) dan titik jauh mata
(punctum remotum)
Gambar 3 Jangkauan penglihatan antara punctum proximum (PP) dan punctum remotum
(PR)
Titik dekat mata (punctum proximum) adalah titik terdekat yang dapat
dilihat oleh mata dengan jelas dengan akomodasi maksimum.
Titik jauh mata (punctum remotum) adalah titik terjauh yang dapat
dilihat oleh mata dengan jelas tanpa akomodasi.
Cacat Mata
Ada kemungkinan terjadi beberapa ketidaknormalan pada mata, yang disebut
cacat mata. Cacat mata dapat diatasi dengan memakai kacamata atau operasi.
PR PP
Jangkauan penglihatan
mata
Mata normal (emetropi) memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak hingga
(Gambar 4). Jadi mata normal dapat melihat benda dengan jelas pada jarak paling
dekat 25 cm dan paling jauh tak hingga tanpa bantuan kacamata.
Gambar 4. Mata norrmal (emetropi)
a. Rabun jauh (miopi)
Seseorang yang memiliki cacat mata rabun jauh atau terang dekat mempunyai
titik dekat lebih kecil dari 25 cm dan titik jauh pada jarak tertentu (Gambar 5). Orang
yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan jelas pada jarak 25 cm, tetapi ia
tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas. Keadaan ini terjadi karena lensa
mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana mestinya, sehingga bayangan benda
yang sangat jauh terbentuk di depan retina (Gambar 6)
Gambar 5 Mata rabun jauh (miopi)
Gambar 6. (a) Rabun jauh (b) Rabun jauh ditolong dengan kacamata lensa cekung
PR= PP= 25 cmmata
PR tertentu PP<25 cmmata
Agar dapat melihat benda-benda pada jarak takberhingga (s = ), penderita
rabun jauh harus menggunakan lensa kacamata yang menghasilkan bayangan di depan
lensa pada jarak yang sama dengan titik jauh penderita. Sesuai dengan perjanjian
tanda, untuk bayangan di depan lensa s’ bertanda negatif.
s’ = - titik jauh penderita rabun jauh = -pr
Dengan menggunakan persamaan untuk lensa
Dengan menggunakan persamaan untuk kekuatan lensa
dengan f dalam satuan meter
b. Rabun dekat (hipermetropi)
seseorang dengan cacat mata rabun dekat atau terang jauh memiliki titik dekat
lebih besar dari 25 cm dan titik jauh pada jarak tak hingga (Gambar 7). Karena itu
mata rabun dekat dapat melihat dengan jelas benda-benda yang sangat jauh tanpa
akomodasi, tetapi dia tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas. Keadaan
ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya,
sehingga bayangan benda yang dekat terbentuk di belakang retina (Gambar 8)
Gambar 7. Mata rabun dekat (hipermetropi)
PR= PP> 25 cmmata
Gambar 8. (a) Rabun dekat (b). Rabun dekat ditolong dengan kacamata lensa cembung
Dengan menggunakan persamaan untuk kekuatan lensa
dengan f dalam satuan meter
c. Mata Tua (presbiopi)
Daya akomodasi dapat berkurang karena bertambahnya usia, sehingga letak
titik dekat maupun titik jauh mata telah bergeser. Jadi mata tua adalah cacat mata
akibat berkurangnya daya akomodasi karena usia lanjut. Titik dekat presbiopi lebih
besar dari 25 cm dan titik jauhnya pada jarak tertentu (Gambar 9). Oleh karena itu
penderita presbiopi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas, dan dia juga tidak
dapat membaca pada jarak baca normal.
Mata presbiopi ditolong dengan kacamata berlensa rangkap, untuk melihat
jauh dan untuk membaca.
Gambar 9. Mata presbopi
2. LUP
Perbesaran Sudut
Ketika membahas lensa, kita telah membahas perbesaran linier, yaitu
perbndingan antara tinggi bayangan dengan tinggi benda. Pada bagian ini kita akan
membahas perbesaran sudut.
PR tertentu
PP> 25 cmmata
Bagaimana ukuran bayangan pada retina mata, jika benda berada pada jarak
yang berbeda dari mata. Gambar 10 menunjukkan bahwa makin dekat benda ke mata,
sudut penglihatan ( ) makin besar.
Gambar 10. Perbesaran sudut
Jika benda kita bawa terus mendekati mata, maka ada jarak terdekat ke mata
yang bayangannya masih tampak jelas. Jika benda terus kita bawa mendekati mata,
maka bayangan tampak kabur. Titik terdekat yang bayangannya masih tampak jelas,
disebut titik dekat mata (titk dekat mata normal sekitar 25 cm).
Lup (Kaca Pembesar)
Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas sebuah lensa cembung
(lensa konvergen) yang digunakan untuk memperbesar sudut penglihatan yang tidak
dapat dilakukan oleh mata. Lup dapat digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat
kecil, biasanya banyak digunakan oleh tukang arloji.
Perbesaran sudut ( ) lup adalah perbandingan antara sudut penglihatan dengan
menggunakan lup ( ) dan tanpa lup ( ).
Secara matematis
Ada dua kasus mengenai perbesaran sudut sebuah lup, yaitu
1. Perbesaran sudut lup untuk mata berakomodasi maksimum
2. Perbesaran sudut lup untuk mata tak berakomodasi.
O2O1 O3
21 3
mata
Ukuran bayangan pada retina membesar
1. Perbesaran sudut lup untuk mata berakomodasi maksimum
Untuk mata berakomodasi maksimum, bayangan maya yang dibentuk lup terletak
di titik dekat mata (s’ = - sn , dengan sn = jarak titik dekat mata)
Gambar 11 Perbesaran sudut lup untuk mata berakomodasi maksimum
Pada Gambar 11 dilukiskan sudut buka benda dilihat dengan mata
berakomodasi maksimum tanpa lup. Sedangkan dengan lup sudut bukanya adalah .
Perbandingan dengan disebut perbesaran sudut
Untuk lup s’ = -sn
Sehingga
2. Perbesaran sudut lup untuk mata tak berakomodasi.
sn
Mata tidak cepat lelah (lebih relaks) jika bayangan yang dibentuk lup terletak
sangat jauh di depan mata
Gambar 12. Perbesaran sudut lup untuk mata tak berakomodasi
Untuk mata tak berakomodasi, bayangan di tak hingga, maka benda harus
diletakkan pada titik fokus F . Perbesaran sudutnya adalah :
3. MIKROSKOP
LUP sebagai alat yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda kecil
memiliki keterbatasan. Untuk itu diperlukan alat optik yang memiliki kemampuan
untuk memperbesar bayangan hingga berlipat-lipat. Alat ini dikenal dengan nama
mikroskop. Mikroskop yang paling sederhana menggunakan kombinasi dua buah
lensa positif, dengan panjang titik fokus obyektif lebih kecil daripada jarak titik fokus
lensa okuler.
F F
Prinsip kerja mikroskop adalah obyek ditempatkan di ruang dua lensa
obyektif sehingga terbentuk bayangan nyata terbalik dan diperbesar. Lensa okuler
mempunyai peran seperti lup, sehingga pengamat dapat melakukan dua jenis
pengamatan yaitu dengan mata tak berakomodasi atau dengan mata berakomodasi
maksimum. Pilihan jenis pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara menggeser
jarak benda terhadap lensa obyektif yang dilakukan dengan tombol soft
adjustment (tombol halus yang digunakan untuk menemukan fokus). Kegiatan
berikut ini akan memperlihatkan pembentukan bayangan pada mikroskop.
Pembentukan Bayangan pada Mikroskop
1. Pengamatan menggunakan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum.
Pada mikroskop, lensa okuler berfungsi sebagai lup. Pengamatan dengan mata
berakomodasi maksimum menyebabkan bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif
harus terletak di ruang I lensa okuler (di antara Ook dan fok ). Hal ini bertujuan agar
bayangan akhir yang dibentuk lensa okuler tepat pada titik dekat mata pengamat.
Secara matematis perbesaran bayangan untuk mata berakomodasi maksimum
dapat ditulis sebagai berikut :
Panjang Mikroskop (tubus) dapat dinyatakan :
2. Pengamatan menggunakan mikroskop
dengan mata tak berakomodasi
Agar mata pengamat dalam menggunakan mikroskop tidak berakomodasi,
maka lensa okuler harus diatur/digeser supaya bayangan yang diambil oleh lensa
objektif tepat jatuh pada fokus lensa okuler.
Perbesaran bayangan pada mata tak berakomodasi dapat ditulis sebagai beriukut :
Panjang mikroskop (jarak tubus) dapat dinyatakan :
4. Teleskop
Teleskop (teropong) digunakan untuk melihat benda-benda besar yang
letaknya jauh. Fungsi teleskop untuk membawa bayangan benda yang terbentuk lebih
dekat sehingga tampak benda lebih besar. Pada tahun 1608, Hans Lippershey
ilmuwan Belanda berhasil membuat teleskop. Pada tahum 1611, seorang ilmuwan
Italy, Galileo berhasil membuat teropong dengan perbesaran sampai dengan 30 kali.
Galileo adalah orang pertama yang menggunakan teleskop untuk mengamati benda-
benda langit. Dia berhasil mengamati adanya pegunungan di Bulan dan bulan-bulan
yang mengitari planet Yupiter. Teleskop ini lebih sering digunakan untuk mengamati
benda-benda langit sehingga sering disebut teleskop astronomis.
4.1. Teropong Bintang
Pada teropong bintang terdapat dua buah lensa positif (lensa objektif dan lensa
okuler) fob > fok. Untuk mata berakomodasi maksimal prinsip kerja:
- Lensa objektif: Sob= ~ ; S’ob= ob
- Lensa okuler (berfungsi sebagai lup) Sok < fok ; S’ok =-Sn
- Perbesaran Sudut :
- Panjang Tubus : d = fob + Sok
Untuk mata tak berakomodasi prinsip kerjanya:
- Lensa obektif : Sob = ~ ; S’ob = fob
- Lensa okuler (berfungsi sebagai lup) Sok = fok ; S’ok = ~
- Perbesaran sudut :
- Panjang Tubus : d = fob + fok
Secara garis besar, teleskop atau teropong bintang (teropong astronomi)
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
a. Teropong Pembias (Keplerian)
b. Teropong Pemantul
a. Teropong Pembias (Keplerian)
Lensa yang paling dekat dengan objek disebut lensa objektif dan akan
membentuk bayangan nyata I1 dari benda yang jatuh pada bidang titik fokusnya Fob
(atau di dekatnya jika benda tidak berada pada tak berhingga). Walaupun bayangan I1
lebih kecil dari benda aslinya, ia membentuk sudut yang lebih besar dan sangat dekat
ke lensa okuler, yang berfungsi sebagai pembesar. Dengan demikian, lensa okuler
memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif untuk menghasilkan
bayangan kedua yang jauh lebih besar I2, yang bersifat maya dan terbalik.
Gambar 13. Diagram pembentukan pada teropong pembias
Jika mata yang melihat rileks (tak berakomodasi), lensa okuler dapat diatur
sehingga I2 berada pada tak berhingga. Kemudian bayangan nyata I1 berada pada titik
fokus f’ok dari okuler, dan jarak antara lensa objektif dengan lensa okuler adalah d =
fob+f’ok untuk benda pada jarak tak berhingga.
Perbesaran total dari teropong dapat diketahui dengan melihat bahwa ,
dimana h adalah tinggi bayangan I1 dan kita anggap kecil, sehingga tan =
Kemudian garis yang paling tebal untuk berkas sinar sejajar dengan sumbu utama
tersebut, sebelum jatuh pada okuler, sehingga melewati titik fokus okuler Fok, berarti
Perbesaran anguler (daya perbesaran total) teropong adalah:
Tanda minus (-) untuk menunjukka bahwa bayangan yan terbentuk bersifat
terbalik. Untuk mendapatkan perbesaran yang lebih besar, lensa objektif harus
memiliki panjang fokus (fob) yang anjang dan panjang fokus yang pendek untuk
okuler (fok)
b. Teropong Pemantul
Sebelumnya telah disebutkan bahwa untuk membuat teleskop pembias
(teleskop astronomi) berukuran besar diperlukan konstruksi dan pengasahan lensa
besar yang sangat sulit. Untuk mengatasi hal ini, umumnya teleskop-teleskop paling
besar merupakan jenis teleskop pemantul yang menggunakan cermin lengkung
sebagai objektif, (Gambar 14) karena cermin hanya memiliki satu permukaan sebagai
dasarnya dan dapat ditunjang sepanjang permukaannya. Keuntungan lain dari cermin
sebagai objektif adalah tidak memperlihatkan aberasi kromatik karena cahaya tidak
melewatinya. Selain itu, cermin dapat menjadi dasar dalam bentuk parabola untuk
membetulkan aberasi sferis. Teleskop pemantul pertama kali diusulkan oleh Newton.
Biasanya lensa atau cermin okuler, tampak seperti pada Gambar 14 dipindahkan
sehingga bayangan nyata yang dibentuk oleh cermin objektif dapat direkam langsung
pada film.
Gambar 14. cermin cekung digunakan untuk sebagai objektif pada
teleskop astronomi
Agar teleskop astronomi menghasilkan bayangan yang terang dari bintang-
bintang yang jauh, lensa objektif harus besar untuk memungkinkan cahaya masuk
sebanyak mungkin. Dan memang, diameter objektif merupakan parameter yang
paling penting untuk teleskop astronomi, yang merupakan alasan mengapa teleskop
yang paling besar dispesifikasikan dengan menyebutkan diameter objektifnya,
misalnya teleskop Hale 200 inci di Gunung Palomar. Dalam hal ini, konstruksi dan
pengasahan lensa besar sangat sulit.
Gambar 15. Teleskop Hale yang termasuk teleskop pemantul, adalah
teleskop terbesar di dunia
4.2. Teropong Medan (Teropong bumi)
Teropong terestrial atau teropong medan yang digunakan untuk melihat
benda-benda di Bumi, tidak seperti teropong bintang (teleskop), harus menghasilkan
bayangan tegak.
4.2.1. Teropong Galilean
Gambar 16. Teropong Galilean
Teropong Galilean ditunjukkan pada Gambar 16 , yang digunakan Galileo
untuk penemuan-penemuan astronominya yang terkenal, memiliki lensa divergen
(lensa cekung) sebagai okuler yang memotong berkas yang mengumpul dari lensa
objektif sebelum mencapai fokus, dan berfungsi untuk membentuk bayangan tegak
maya. Rancangan ini sering digunakan pada kacamata opera. Tabungnya pendek,
tetapi medan pandang kecil.
Gambar 17. Pembentukan sinar pada Teropong Terestrial Galilean
Pada teropong bumi(teropong medan) terdaat tiga buah lensa positif (lensa
objektif, lensa pembalik, lensa okuler) fob > fok
Untuk mata berakomodasi maksimum prinsip kerja:
- Lensa objektif : Sob = ~ ; S’ob = fob
- Lensa pembalik : Sp = 2 fp ; S’p = 2 fp
- Lensa okuler (berfungsi sebagai lup) : Sok < fok ; S’ok = -Sn
- Perbesaran sudut :
- Panjang tubus : d = fob + 4fp + Sok
Untuk mata tak berakomodasi, prinsip kerjanya :
- Lensa objektif : Sob = ~ ; S’ob = fob
- Lensa pembalik : Sp =2fp ; S’p = 2 fp
- Lensa okuler (berfungsi sebagai lup) ; Sok = fok ; S’ok = ~
- Perbesaran Sudut :
- Panjang tubus: d = fob + 4fp + fok
5. PERISKOP
Periskop adalah teropong pada kapal selam yang digunakan untuk mengamati
benda-benda di permukaan laut. Periskop terdiri atas 2 lensa cembung dan 2 prisma
siku-siku sama kaki. Jalannya sinar pada periskop adalah sebagai berikut.
1. Sinar sejajar dari benda yang jauh menuju ke lensa obyektif.
2. Prisma P1 memantulkan sinar dari lensa objektif menuju ke prisma P2.
3. Oleh prisma P2 sinar tersebut dipantulkan lagi dan bersilangan didepan lensa
okuler tepat di titik fokus lensa okuler.
Gambar 18. Jalannya sinar pada periskop
6. KAMERA
Gambar 19. bagian-bagan dari kamera
Bagian-bagian penting dari kamera adalah sebagai berikut
a. Shutter, sebagai pengatur jarak lensa ke benda
b. Appature, sebgai lubang tempat cahaya masuk.
c. Lensa, sebagai pembentuk bayangan
d. Diafragma, sebagai pengatur besar kecilnya appature.
e. Film , sebagai layar tempat terbentuknya bayangan
Komponen-komponen dasar kamera adalah lensa, kotak ringan yang rapat,
shutter (penutup) untuk memungkinkan lewatnya cahaya melalui lensa dalam waktu
yang singkat, dan pelat atau potongan film yang peka. Gambar 20. menunjukkan
desain atau diagram sebuah kamera sederhana. Ketika shutter dibuka, cahaya dari
benda luar dalam medan pandangan difokuskan oleh lensa sebagai bayangan pada
film. Film terdiri dari bahan kimia yang peka terhadap cahaya yang mengalami
perubahan ketika cahaya menimpanya. Pada proses pencucian, reaksi kimia
menyebabkan bagian yang berubah menjadi tak tembus cahaya sehingga bayangan
terekam pada film. Benda atau film ini disebut negatif, karena bagian hitam
menunjukkan benda yang terang dan sebaliknya. Proses yang sama terjadi selama
pencetakan gambar untuk menghasilkan gambar “positif ” hitam dan putih. Film
berwarna menggunakan tiga bahan celup yang merupakan warna-warna primer.
Kalian juga dapat melihat bayangan dengan membuka bagian belakang kamera dan
memandang melalui secarik tissue atau kertas lilin (di mana bayangan dapat
terbentuk) yang diletakkan pada posisi film dengan shutter terbuka.
Gambar 20. Kamera Sederhana
Ada tiga penyetelan utama pada kamera dengan kualitas yang baik, yaitu
kecepatan shutter, f-stop, dan pemfokusan. Pada saat ini, walaupun banyak kamera
dengan system penyetelan secara otomatis, pemahaman mengenainya akan berguna
untuk menggunakan kamera apa pun dengan efektif. Untuk hasil yang khusus dan
kualitas tinggi, kamera yang memungkinkan penyetelan manual harus dimiliki.
6.1. Kelajuan Shutter
Kelajuan shutter mengacu pada berapa lama penutup kamera (shutter) dibuka
dan film terbuka .laju ini bisa bervariasi dari satu detik atau lebih(“waktu
pencahayaan”) sampai 1/1000 detk lebih kecil lagi. Untuk menghindari pengaburan
karena gerak kamera,laju yang lebih cepat dari 1/100 detik biasanya digunakan . Jika
benda bergerak laju shutter yang lebih tinggi dibutuhkan untuk menghentikan gerak
tersebut. Umumnya shutter berada persis dibelakang lensa, sedangkan pada kamera
SLR(single lens reflex/refleks lensa tunggal) adalah shutter “bidang fokus” , yang
merupakan tirai tidak tembus cahaya persis di depan film yang bukaannya dapat
bergerak cepat melintasi film untuk menerima cahaya.
6.2. F-Stop
Banyaknya cahaya yang mencapai film harus dikendalikan dengan hati-hati
untuk menghindari kekurangan cahaya (terlalu sedikit cahaya sehingga yang terlihat
hanya benda yang paling terang) atau kelebihan cahaya (terlalu banyak cahaya,
sehingga semua benda terang tampak sama, tanpa adanya kesan kontras dan kesan
“tercuci”. Untuk mengendalikan bukaan, suatu “stop” atau diafragma mata, yang
bukaannya dengan diameter variabel, diletakkan di belakang lensa. Ukuran bukaan
bervariasi untuk mengimbangi hari-hari yang terang atau gelap, kepekaan film yang
digunakan, dan kecepatan shutter yang berbeda. Ukuran bukaan diatur dengan f-stop,
didefinisikan sebagai:
f-stop= f/D
Dengan f-stop adalah panjang fokus lensa dan D adalah diameter bukaan.
Contohnya, jika lensa dengan panjang fokus 50 mm memiliki bukaan D = 25 mm,
maka lensa tersebut diatur pada f/2. bila lensa diatur pada f/8, bukaan hanya 25/4
mm(50/(25/4)= 8)
6.3. Pemfokusan
Pemfokusan adalah peletakan lensa pada posisi yang benar relatif terhadap
film untuk mendapatkan bayangan yang paling tajam. Jarak bayangan minimum
untuk benda di jarak tak berhingga (∞ ) dan sama dengan panjang fokus. Untuk
benda-benda yang lebih dekat, jarak bayangan lebih besar dari panjang fokus, sesuai
dengan persamaan atau rumus lensa . Untuk memfokuskan benda –benda
dekat, lensa harus dijauhkan dari film, dengan memutar gelang pada lensa.
Jika lensa terfokus pada benda dekat, bayangan tajam dari benda itu akan
terbentuk, tetapi benda yang jauh mungkin akan kabur. Berkas-berkas dari titik pada
benda jauh akan berada di luar fokus, dan membentuk lingkaran pada film. Benda
jauh akan menghasilkan bayangan yang terdiri atas lingkaran-lingkaran yang
bertumpang-tindih dan akan kabur. Lingkaran-lingkaran ini disebut lingkaran
kebingungan. Agar benda dekat dan jauh terlihat tajam pada saat yang sama dapat
diperoleh dengan mengatur fokus lensa pada posisi pertengahan. Untuk pengaturan
jarak tertentu, ada kisaran jarak di mana lingkaran-lingkaran tersebut akan cukup
kecil, sehingga bayangan akan cukup tajam. Kisaran ini disebut kedalaman medan.
Untuk pilihan diameter lingkaran kebingungan tertentu sebagai batas atas (biasanya
diambil 0,03 mm untuk kamera 35 mm), kedalaman medan bervariasi terhadap
bukaan lensa. Faktor lain juga memengaruhi ketajaman bayangan, antara lain
kekasaran film, difraksi, dan aberasi lensa yang berhubungan dengan kualitas lensa itu
sendiri.
Berdasarkan panjang fokus dan ukuran film, lensa kamera dibedakan menjadi
normal, telefoto, dan sudut lebar. Lensa normal adalah lensa yang menutup film
dengan medan pandangan yang kira-kira sama dengan pandangan normal. Lensa
normal untuk film 35 mm mempunyai panjang fokus dalam jarak 50 mm. Lensa
telefoto berfungsi seperti teleskop untuk memperbesar bayangan. Lensa ini memiliki
panjang fokus yang lebih panjang dari lensa normal, ketinggian bayangan untuk jarak
benda tertentu sebanding dengan jarak bayangan, dan jarak bayangan akan lebih besar
untuk lensa dengan panjang fokus yang lebih besar. Untuk benda-benda jauh, tinggi
bayangan hampir sebanding dengan panjang fokus. Bila lensa telefoto 200 mm yang
digunakan pada kamera 35 mm menghasilkan perbesaran 4× lensa normal 50 mm.
Contoh Soal
1. Sebuah teropong bintang dengan fob =100 cm dan fok = 5cm, digunakan
untuk melihat buan purnama oleh orang bermata normal tanpa berakomodasi. Jika
sudut yang lihat diameter bulan tanpa alat 3 derajat, maka berapakah sudut lihat
diameter bulan dengan alat?
Penyelesaian
Diketahui: fob = 100 cm
fok = 5 cm
α = 3 derajat
Ditanya: β =… ?
Jawab:
2. Sebuah teropong bumi dengan fob =80 cm; fp= 5 cm dan fok = 20 cm
digunakan untuk melihat benda jauh oleh orang bermata normal dengan
berakomodasi maksimum. Tentukan:
a). Perbesaran sudut b). Panjang Tubus
Penyelesaian
Diketahui: fob = 80 cm ; fp = 5 cm ; fok = 20 cm
Ditanya: a) γ =…? ; b) d =..?
Jawab:
DAFTAR PUSTAKA
Karyono. 2009. Fisika untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Sumarsono, Joko. 2008. Fisika untuk SMA/Ma kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Widodo, Tri. 2009. Fisika untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional