al- hayah perspektif tafsir...

80
Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.ag) Oleh BADRIYATUL AZIZAH Nim: 1111034000021 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: nguyenkhuong

Post on 01-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.ag)

Oleh

BADRIYATUL AZIZAH

Nim: 1111034000021

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah
Page 3: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah
Page 4: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah
Page 5: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Romanisasi

Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic) yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1991 dari

American Library Association (ALA) dan Library Congress (LC).

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alīf .......... Tidak dilambangkan ا

Bā′ B Be ب

Tā′ T Te ت

Tsā′ Ts Te dan Es ث

Jā′ J Je ج

Hā′ Ḥ Ha titik bawah ح

Khā′ Kh Ka dan ha خ

Dal D De د

Dzal Dz De dan jet ذ

Rā′ R Er ر

Zai Z Zet ز

Sīn S Es س

Syīn Sy Es dan ye ش

Ṣād Ṣ Es titik bawah ص

Ḍād Ḍ De titik bawah ض

Ṭā′ Ṭ Te titik bawah ط

Ḍā′ Ẓ Zet titik bawah ظ

Page 6: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

iv

ʻAyn ...ʻ... Koma terbalik (di atas) ع

Gayn Gh Ge غ

Fā′ F Ef ف

Qāf Q Qi ق

Kāf K Ka ك

Lām L El ل

Mīm M Em م

Nūn N En ن

Waw W We و

Hā′ H Ha ه

Hamzah ...′... Apostrof ء

Yā′ Y Ye ي

II. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap

Ditulis mutaʻddidah متعددة

Ditulis ʻiddah عدة

III. Tā′ marbūṭāh di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h:

ditulis Hibah هبة

ditulis jizyah جزية

(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam

bahasa Indonesia seperti zakat, sholat, dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

Page 7: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

v

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain ditulis t:

ditulis niʻmatullah نعمة للا

ditulis zakat al-fiṭri زكاة الفطر

IV. Vokal pendek

Fatḥah ditulis a Contoh ضرب Ditulis ḍaraba

Kasrah ditulis i Contoh فهم Ditulis fahima

Ḍammah ditulis u Contoh كتب Ditulis kutiba

V. Vokal panjang

1. Fatḥah + alif ditulis ā (garis di atas)

ditulis Jāhiliyyah جاهلية

2. Fatḥah + alif maqṣurah ditulis ā (garis di atas)

ditulis yasʻā يسعى

3. Kasrah + ya mati ditulis ī (garis di atas)

Ditulis Majīd مجيد

4. Ḍammah + waw mati ditulis ū (garis di atas)

ditulis Farūd فرود

Page 8: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

vi

VI. Vokal rangkap

1. Fatḥah + ya mati ditulis ai

Ditulis Bainakum بينكم

2. Fatḥah + waw mati ditulis au

ditulis Qaul قول

VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisah dengan apostrof

Ditulis a′antum أأنتم

Ditulis u′iddah أعدة

Ditulis la′in syakartum لئن شكرتم

VIII. Kata sandang alif dan lam

1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al

Ditulis al-Qur′ān القرءان

Ditulis al-Qiyās القياس

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah ditulis sama dengan huruf qamariyyah

Ditulis al-Syams الشمس

′Ditulis al-samā السمآء

IX. Huruf besar

Page 9: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

vii

Huruf besar dalam tulisan latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD).

X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut penulisannya

Ditulis dzawī al-furūḍ ذوى الفروض

Ditulis ahl al-sunnah أهل السنة

Page 10: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

viii

ABSTRAK

Badriyatul Azizah

Al- Hayah Perspektif Tafsir Al-Jailani

Penelitian dalam skripsi ini dilatar belakangi ketika peneliti melihat betapa manusia

seringkali lalai akan fungsi dan tujuan hidupnya di dunia. Bahkan tidak sedikit yang tidak

mengetahui untuk apa sebenarnya hidup mereka di dunia ini. Manusia banyak yang terperdaya

oleh kehidupan duniawi yang malenakan seakan-akan mereka beranggapan untuk hidup di dunia

ini selamanya sehingga melalaikan kehidupan akhirat, yang merupakan kehidupan yang

sebenarnya dan kekal abadi. Manusia menginginkan kebahagiaan, akan tetapi, pada

kenyataannya, kemewahan di dunia ini dan fasilitas teknologi modern yang bisa dimanfaatkan

dan dimiliki manusia belum tentu memperoleh kebahagiaan yang diinginkannya.

Skripsi ini bertujuan untuk agar manusia itu tahu, apa makna dari kehidupan

sesungguhya, apa manfaat kita hidup di dunia, beserta apa tujuan kita hidup di dunia ini menurut

kitab tafsir al-jailani karya Syaikh Abdul Qodir Jailani. Hal ini menjadi penting, karena jarang

sekali penulis menemukan para peneliti yang mengungkap kitab tafsir ini. Didalam kitab ini

beliau menafsirkan ayat dengan kata perkata, jadi mudah untuk orang membacanya dan juga

menggunakan tasawuf karena beliau memang ulama’ sufi.

Dalam penelitian ini memfokuskan kepada ayat-ayat tentang hayah yang meliputi

kehidupan dunia agar supaya kehidupan akhirat yang lebih baik didalam kitab Tafsir Al-Jailani,

beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah mencari

ridho ilahi dan menjadi rahmad bagi seluruh alam, bukan untuk bersenang-bersenang terhadapa

yang kita miliki di dunia ini

Penelitian ini berjenis kualitatif, dengan menggunakan metode Library Research

(kepustakaan). Langkah yang digunakan dalam menganalisa data ialah analisa data kualitatif,

dengan mengumpulkan dan menampilkan data yang dibutuhkan dari berbagai sumber dan

menghasilkan sebuah kesimpulan. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini ialah

Tafsir Al-Jailani karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Sebagai pendukung dalam penelitian ini

berbagai buku, tafsir serta artikel-artikel dalam jurnal pun disertakan.

Kata Kunci: Hayah, kehidupan dunia, tafsir al-jailani

Page 11: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah swt. Dzat yang memberikan nikmat dan karunia yang

taikk terhingga. Salawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada sosok manusia paling

sempurna, Nabi Muhammad saw., Rasul penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga,

sahabatnya, dan para pengikutnya.

Melalui upaya dan Usaha yang melelahkan, Alhamdulillāh akhirnya dengan rahmat

dan Syafaatnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Hambatan

yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini, Alḥamdulillāh dapat teratasi berkat

tuntunan serta bimbingan-Nya dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rasyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. Suryadinata, MA dan jajaran Wadek lainnya.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Prodi Ilmu al-Qur”an dan Tafsir, Dra.

Banun Binaningrum, M.Pd, kak Hani Hilyati, S.Th.I selaku Staf Jurusan Ilmu al-Quran

dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..

4. Bapak Dr. H. M. Amin Nurdin, MA selaku dosen pembimbing akademik dan Bapak

Ahmad Rifqi Muhtar, MA. selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan masukan seputar perkuliahan dan

penelitian yang hendak penulis ambil, Melalui beliau, tumbuh ide-ide baru, pemikiran

baru, sehingga penulis lebih bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 12: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

x

5. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan dedikasinya mendidik

penulis, memberikan ilmu, pengalaman, serta pengarahan kepada penulis selama masa

perkuliahan.

6. Ayahanda H. Moh. Tohiruddin dan Ibunda Sutiyam kedua orang tuaku yang selalu

mendo’akan dengan segala ketulusan hatinya, menasehati, memperhatikan kesehatan

dan selalu mengingatkan penulis pada sholat lima waktu sebagai salah satu ajaran

islam. Terimakasih tak terhingga atas dukungannya baik berupa materil dan

moril.kalian luar biasa. Dan juga untuk semua keluarga besar Bani Mahrudin terimasih

atas dukungannya.

7. Suamiku Fadlul Haq Romadani dan juga anakku tercinta Zahira Askana Salsabila

terimakasih atas segala ketulusannya dan kesabarannya dalam membimbingku dalam

menyelesaikan skripsi ini sampek tidak tidur beberapa hari menemaniku

menyelesaikan skripsi ini. I Love You.

8. Mertuaku tercinta K. H. Muhammad Maskur M.A dan Ny. Faizah terimakasih atas

segala do’anya terutama untuk bapak mertuaku yang selalu membantuku untuk

menyelasaikan skripsi ini. Kebetulan beliau dosen ilmu al-qur’an disalah satu

universitas dimadura.

9. Sahabat-sahabat Ilmu Al-Qur’an dan tafsir seperjuangan yang tidak bisa penulis

sebutkan satu-persatu dan seluruh teman-teman sektor-11 (angkatan 2011)

10. Teman-teman IMABA (ikatan mahasiswa Bata-bata) Jakarta yang telah menemani

selama masa study. Terimaksih nuat kalian semua

Page 13: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

xi

11. Adik-adikku tercinta Lia lutfiah hasan, Daniyati Toyyibah, terimakasih banyak atas

kebaikan kalian, yg selalu menyemangatiku dan membantuku dalam keperluan-

keperluanku dalam menyelesaikan skrisi ini

Kepada mereka semua penulis tidak bisa membalas apa-apa kecuali ungkapan

terimakasih yang sedalam dalamnya serta do’a yang tulus kepada Allah swt, agar semua

kebaikannya dibalas engan pahala yang setimpal, serta diberkati kehidupan yang penuh

berkah, baik didunia maupun diakhirat kelak. Semoga apa yang telah penulis lakukan,

berupa penelitian ini bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarkat umum Amin

Jakarta, 09 agustus 2018

Badriyatul Azizah

Page 14: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………………..i

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………..ii

PEDUMAN TRANSLITERAS……………………………………………….iii

ABSTRAK ………… .………………………………………………………...viii

KATA PENGANTAR .……………………………………………………......ix

DATAR ISI…………...………… …………………………………………......xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….........1

B. Rumusan dan batasan masalah…………………………………………...5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan…………………………………………...5

D. Kajian Pustaka……………………………………………………………6

E. Metode Penelitian………………………………………………………...10

F. Sistematika Pembahasan………………………………………………….14

BAB II. GAMBARAN HAYAH DALAM AL-QUR’AN

A. Terma-terma Hayah dalam Alquran ……………………………..........16

a. Hidup adalah ujian ……………………………………………......19

b. Kehidupan dunia hanya sementara………………………………..20

c. Dunia hanya mencintai kemewahan ……………………………...21

B. Tujuan Hayah Bagi manusia ………………………………………….23

1) Mencari ridho ilahi……………………………………………......24

2) Menjadi rahmad bagi seluruh alam……………………………….24

Page 15: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

xiii

BAB III. BIOGRAFI SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

A. Biografi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani…………………………………....27

B. Guru-guru dan Murid-murinya.………………………………………….32

C. Karya-karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani……………………………….35

D. Profil kitab Tafsir al-Jailani karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ..............36

E. Metode Penafsiran Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani…………………………...41

BAB IV. PENAFSIRAN AYAT-AYAT HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANI

A. Penafsiran Ayat-Ayat Hayah yang berkaitan dengan Hawa Nafsu……..45

1. Surat Al-Imron ayat 14 ..........................................................................45

2. Surat Al-A’raf ayat 32............................................................................47

3. Surat Ar-Ra’d ayat 26............................................................................50

B. Kehidupan yang berkaitan dengan Ibadah………………………………51

1. Surat Al-Fajr ayat 24…………………………………………….........51

2. Surat An-Nahl ayat 97………………………………………………....53

C. Kehidupan yang berkaitan dengan faktor Duniawi……………………...55

1. Surat Al-Baqarah ayat 96……………………………………………...55

2. Surat Al-Ankabut ayat 64……………………………………………..57

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………...60

B. Saran …………………………………………………………………….61

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………62

Page 16: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

xiv

Page 17: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Ḥayāh adalah sebagai salah satu hal yang paling urgent, akan tetapi

pada kenyataanya penelitian mengenai Ḥayāh selama ini hanya dilihat dari

sisi scientific. Hidup adalah lawan kata dari mati. Dalam Bahasa arab, hayyi

pun bermakna seekor binatang yang bergerak. Akar kata Bahasa arab yakni

al-hayaat bermakna kebalikan dari mati.

Nilai Ḥayāh bagi manusia adalah suatu nilai yang tidak akan didapat

selama pengukurannya tidak berpedoman pada kitab suci al-qur’an yang

universal. Kita selalu butuh untuk bisa merujuk kepada neraca keadilan Ilahi

yang permanen, hingga disetiap kata bisa meyakinkan diri bahwa hawa

nafsunya tidak memperdayanya dan tidak mengarahkannya kepada

kebatilan dan kehancuran. Sesungguhnya neraca keadilan Allah tidak akan

sampai kepada orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan.

Dengan demikian salah satu cara selalu dekat dengan Allah, selalu

mendapatkan hidayahnya dan juga cahaya dalam menapak Ḥayāh ini adalah

dengan selalu berpedoman kepada Al-Qur’an1.

Ḥayāh yang menjadi topik utama di dalam al-Qur`an ialah Ḥayāh

yang tampak dan tidak tampak. Ḥayāh yang tampak adalah segala yang ada

di dunia, baik itu bumi maupun alam semesta. Sedangkan Ḥayāh yang tidak

tampak adalah Ḥayāh yang akan menjadi ruang siding menentukan nasib

1 DR. Ahzami samiun Jazuli, Ḥayāh Dalam Pandangan al-Qur`an, (Jakarta: Gema

Insani, 2006), h.1-72

Page 18: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

2

akhir. Dalam artian ada dua ragam Ḥayāh penting yang disebut dalam al-

Qur’an yaitu dunia dan akhirat. Dalam dua ragam Ḥayāh itu terdapat

didalamnya keragaman lain mengenai denamika Ḥayāhnya.2

Ada dua peran penting tujuan hidup manusia dalam al-Qur’an untuk

mencapai hakikat kemanusiaanya yaitu: peran eksistensial dan peran

historis. Secara eksistensial manusia adalah pribadi yang mepunyai

kesadaran diri. Kesadaran ini lahir pada pergulatan terus menerus manusia

dengan realitas, baik fisik dan metafisik. Kesadaran manusia akan fisik dan

metafisik ini merupakan kontruksi dari generasi sebelumnya. Kesadaran

manusia hari ini adalah hasil dari bangunn dari kesadaran generasi

sebelumnya, jika ditarik terus kebelakang akan bermuara pada kesadaran

Adam sebagai bapak munisa di bumi ini., tetapi manusia hari ini juga

merespon aktif warisan kesadaran dari generasi sebelumnya. Dengan

demikian, manusia hari ini juga memberikan satu bata merah kesadaran dari

keseluruhan bangunan kesadaran manusia sebagai sumbangsih generasi

yang akan datang inilah peran historis manusia.3

Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

ini, masalah hakekat manusia dan kehidupan semakin senter dibahas.

Masalah ini memang cukup penting, karena ia merupakan titik tolak dalam

memberikan pembatasan menyangkut fungsi manusia dalam kehidupan ini.

Dari hasil pembatasan itu, kemudian disusun prinsip-prinsip dasar

2 Khalishatun Naqiyah, Makna Kata Al-Duya’ Serta Relasinya Dalam Al-Qur’an,

(Skripsi: S1, IAIN Surakarta: 2017) 3 Mustholih, Tujuan Hidup Manusia Dalam Al-Qur’an (Skripsi: S1, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008).

Page 19: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

3

menyangkut segala aspek kehidupan manusia: politik, ekonomi, sosial

bahkan etika.4

Urgensi pembahasan ini lebih terasa lagi setelah disadari bahwa ilmu

pengetahuan dan teknologi belum dapat menjamin kebahagiaan manusia

selama nilai-nilainya tidak tunduk dibawah nilai-nilai spiritual.

Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa para mufassir dalam

menafsirkan al-Qur'an dikenal dengan dua cara, yaitu dengan tafsīr bi al-

ma’ṣur dan tafsīr bi al-ra’y. Tafsīr bi al-ma’ṣur adalah tafsir yang

mendasari pembahasan dan sumbernya pada riwayat. Sedangkan tafsīr bi

al-ra’y adalah tafsīr yang mendasari sumbernya pada penalaran dan ijtihad.

Dari dua metode inilah kemudian lahir metode-metode lain yang

menyebabkan metodelogi penafsiran al-Qur'an berkembang. Metode-

metode yang dimaksud adalah metode tahlili, metode muqaran dan metode

maudhu’i.5

Sedangkan dalam tataran praktisnya, para ulama juga berbeda-beda

dalam mendekati Al-Qur'an. Salah satunya adalah mendekatinya dengan

menggunakan ilmu tasawuf yang kemudian dikenal dengan istilah al-Tafsīr

al-Sūfī atau sering ditulis dalam bahasa Indonesia yang baku dengan tafsir

sufi.6

Kata-kata al-Hayah bukan hanya diperuntukkan hewan dan manusia

saja akan tetapi diperuntukkan pula bagi Allah dan Malaikat. Dan didalam

4M. Quraish Shihab. Membumikan al-Qur’an H. 349. 5 M. Alfatih Suryadilaga (dkk.), Metodelogi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, Cet III, 2010),

h 41. 6 Abbas Arfan Baraja. Ayat-Ayat Kauniyah (Skripsi: UIN-Malang Press, 2009), h. 52-53.

Page 20: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

4

kalangan para mufassir kata-kata al-hayah itu tidak asing lagi bagi mereka

sehingga mereka tertarik untuk menafsirkan istilah ini.7 Dalam ini penulis

mengambil tema penafsiran hayah dalam Tafsir al-Jailani karya Syaikh

Abdul Qodir al-Jailani dengan mencoba mengumpulkan ayat-ayat tentang

Hayah dalam al-Qur’an.

Syaikh Abdul Qodir al-Jailani mempunyai nama lengkap

Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir al-Jailani. Lahir pada tahun (470 H /

1077 M). Dan wafat pada tahun (561 H / 1165 M).8 Syaikh Abdul Qodir al-

Jailani adalah salah satu ulama sufi yang terkenal sebagai seorang ulama

fiqih yang sangat dihormati oleh sunni dan dianggab wali dalam dunia

tarekat dan sufismenya.9

Banyak karya beliau hasilkan. Diantaranya adalah : Tafsir al-

Jailani, al-Fath Ar-Rabani, As-Sholawat Wal Aurod, Ar-Rasael, Yawaqitul

Hikam. Dan ada beberapa kitab lainnya.10 Pada kitab yang pertamalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini.

Kitab tafsir al-Jailani ini ditafsirkan dengan cara penuturan dan ungkapan

yang mudah, singkat dan sistematis. Karya ini dapat menjadi rujukan utama

para salik dalam menempuh jalan sufi. Dan karya ini sudah diakui oleh para

ulama serta para syaekh sufi.11

7Al-Raghib Al-Asfahāniy, Mufradāt Alfādz Al-Qur’ān, (T.tp.: Maktabah Fiyād li al-

Tijārah wa al-Tauzī‟, 2002), h. 450. 8 Abdul Qadir al-Jailani tafsir al-Jailani tahqiq Syekh Muhammad Fadhil Al-Hasani. Jilid

1 h.19-20 9 https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Qadir_al-Jailani 10 MA Cassim Razvi dan Siddiq Osman NM: “Syekh Abdul Qadir al-Jailani Pemimpin

Para Wali” (Yogyakarta: Pustaka Sufi) H.4 11 Syekh Rohimuddin Nawawi Al-Jahari Al-Bantani (penasehat Markas Jailani Asia

tenggara Dan Direktur Dar Al-Hasani, Kelantan Malaysia)

Page 21: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

5

Berdasarkan pemaparan dan karena latar belakang diatas itulah,

kajian yang dilakukan dalam penelitian ini menjadi sangat menarik untuk

diteliti lebih jauh dan lebih mendalam lagi.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pokok permasalahan yang

akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani tentang hayāh Ad-

Dhunya (kehidupan duni) dalam kitab Tafsīr al-Jailani.

2. Bagaimana corak penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam

menafsirkan ayat-ayat tentang hayāh Ad-Dhunya (kehidupan dunia) dalam

kitab Tafsīr al-Jailani?

Adapun batasan penelitian diatas penulis membatasi penelitian ini hanya

mencari makna Ḥayāh didalam kitab Tafsir al-Jailani.

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani terhadap

ayat-ayat tentang hayah di dalam kitab Tafsir al-Jailani.

2. Untuk mengetahui corak penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

dalam menafsirkan ayat-ayat tentang hayah di dalam kitab Tafsir al-

Jailani.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang penafsiran

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam menafsirkan tentang hayah.

Page 22: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

6

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan acuan bagi

kalangan akademisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang

mungkin cangkupannya lebih luas dan djadikan bahan perbandingan.

3. Menambah khasanah keilmuan dalam bidang ilmu al-Qur’an,

khusunya dalam masalah hayah di dalam al-Qur’an

D. Kajian Pustaka

Dari penelusuran yang penulis lakukan, terdapat beberapa karya-

karya terdahulu yang membahas tentang Syaikh Qodir al-Jailani dan

literature-literatur tentang Ḥayāh.

Pertama Siti Tasrifah dengan judul skripsi “konsep sholat menurut

syaikh Abdul Qodir al-Jailani” (tela’ah atas kitab tafsir al-Jailani).

Penelitian ini menjelaskan bahwa disaat melaksanakan sholat sangat

ditekankan adanya kehadiran hati, karena hati merupakan sentral pokok

dalam melaksanakan sholat. Didalam skripsi ini, sebagaimana penulis

pahami hanya menguraikan tentang sholat menurut syaikh Abdul Qodir al-

Jailani didalam kitabnya tafsir al-jailani, dan sama sekali tidak

menyinggung tentang makna Ḥayāh.12

Kedua Dr. Ahzami Samiun Jazuli menulis dengan judul “al-Hayāh

fī Qur'an al-Karīm”. Dalam karyanya ini Dr. Ahzami Samiun Jazuli

menjelaskan tentang makna hidup dalam al-Qur'an. Hidup dapat bermakna

penciptaan awal, orang yang beriman dan mendapat petunjuk, memelihara

kelangsungan hidup, Ḥayāh dunia, Ḥayāh akherat yang kekal. Beragam

12 Siti Tasrifah, Konsep Shalat Menurut Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Tala’ah Atas Kitab

Tafsir Al-Jailani (Skripsi: S1 UIN, Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2015)

Page 23: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

7

makna hidup itu, penulis menjelaskannya secara mendalam dan sangat rinci

oleh penulis buku ini. Dalam tulisan ini penulis tidak menemukan uraian

makna Ḥayāh menurut syaikh Abdul Qodir al-Jailani. Maka dari itu penulis

hendak melakukan penelitian tentang penafsiran syaikh Abdul Qodir al-

Jailani terhadap ayat-ayat Ḥayāh.13

Ketiga, Robi Darwis penelitian ini terkait dengan tasawuf yang

dilakukan oleh Syaikh Abdu Qadir al-Jailani yakni dengan menggunakan

metode deskriptif Analisis penelitian ini menyimpulkan bahwa jalan

tasawuf di tempuh dengan cara maqamat. Dalam skripsi, hanya menjelaskan

tentang ketasawufan syaikh Abdul Qodir al-Jailani dan tidak menyinggung

tentang makna Ḥayāh. Maka dari itu penulis hendak melakukan penelitian

tentang makna Ḥayāh dalam analisi tafsir al-Jailani.14

Keempat Sitti trinurmi jurnal ini menjelaskan tentang hakikat dan

tujuan hidup manusia dan hubunganya dengan tujuan pendidikan islam. Dan

dapat disimpulakan bahwa tujuan pendidikan itu untuk mewujudkan

manusia yang lebih baik dan untuk menyempurakan ahlaq agar supaya lebih

baik lagi dan mendidik individu yang soleh dengan memperhatikan

perkembangan rohaniahnya baik dalam keluarga maupun masyarakat

muslim. Dalam penelitian ini hanya menjelaskan hakikat pendidikan dan

tujuan hidup manusia secara umum. Maka dari itu penulis hendak

13 DR. Ahzami samiun Jazuli, Ḥayāh Dalam Pandangan al-Qur`an, (Jakarta: Gema

Insani, 2006) 14 Robi Darwis, Corak Tasawuf Syaik Abdul Qadir al-Jialani. Tela’ah atas Kitab Tafsir

Al-Jailani (Skripsi: S1 UIN, Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2016)

Page 24: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

8

melakukakan penelitian tentang makna hayah dalam analisis tafsir al-

Jailani.15

Kelima Miftahul Jannah penelitian ini menjelaskan tentang

pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Dalam konsep

pendidikan di Indonesia dapat ditemukan bahwa konsep tauhid pada zaman

Syaikh sangat ditekankan dalam mewujudkan pembelajaran yang

sempurna. Dalam skripsi ini hanya menjelaskan tentang spriritual dan

ketauhidan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dan tidak ada yang menyinggug

tentang makna hayah.16

Keenam Sisa Rahayu dengan judul skripsi “Konsep taubat menurut

syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dalam tafsir al-Jailani. Penelitian ini

menjelakan bahwa tujian hidup manusia itu untuk mencapai khosnul

hotimah, taubat itu sangatlah penting bagi manusia di muka bumi ini, karena

didalam hidup manusia itu tidak akan luput dari dosa. Sebagaimana yang

penulis pahami hanya menguraikan tentang konsep taubat menurut Syaik

Abdul Qadir Al-Jailani dan sama sekali tidak menyinggung masalah

hayah.17

Ketujuh Irwan Masduqi penelitian ini menjelaskan tentang

“Menyoal Otentititas dan Epistimologi tafsir Al-Jailani” Doktrin-doktrin

Qadiriyah telah diterima secara luas oleh kelompok Muslim tradisional di

15 Siti Trinumi, Hakikan dan tujuan hidup manusia dan hubunganya dengan tujuan

pendidikan islam ( Jurnal: UIN, Alauddin Makasar: 2015) 16 Miftahul Jannah, Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dengan

Konsep Pedidikan Islam Di Indonesia (skripsi: IAIN, Salatiga:2016) 17 Sisah Rahayu, Konsep taubat menurut syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dalam tafsir al-

Jailani (Skripsi: UIN, Wali Songo Yogyakarta: 2014)

Page 25: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

9

dunia Islam, sehingga kajian Tafsir al-Jilani sangat bermanfaat bagi

pengikut Qadiriyah pada khususnya dan pecinta studi al-Quran pada

umumnya untuk meningkatkan wawasan mereka tentang ajaran-ajaran

‘Abd al-Qadir al-Jilani. Didalam penelitian ini tidak menyinggung makna

hayah akan tetapi hanya menjelaskan qadariah Syaikh Abdul Qadir Al-

Jailani saja.18

Delapan Buku dengan judul Dinamika Kehidupan Religius karya

Muhammad Tholhah Hasan yang terdiri atas empat bagian yaitu tentang

ibadah, hakekat hidup manusia, kerja dan harta kekayaan. Buku ini diawali

dengan pembahasan mengenai cakupan ibadah secara luas, kemudian

membahas tentang kaitan ibadah dengan persoalan-persoalan hidup

manusia. Penjelasan ini lebih ditekankan kepada gambaran tentang

kehidupan secara utuh menurut al-Qur’an.19

Sembilan Buku “Klasifikasi Kandungan al-Qur’an” karya

Chairuddin Hadhiri, merupakan sebuah buku yang mengklasifikasikan isi-

isi al-Qur’an ke dalam beberapa bagian. Konsep hidup muslim termasuk

ke dalam salah satu bagian tersebut. Disajikan dengan sangat ringkas

(mujmal), dengan cukup menuliskan nomor surat, nomor ayat, dan isi pokok

atau kandungan dari ayat tersebut. Tulisan ini memang sangat mendalam

akan tetapi hanya mengambil satu konsep kehidupan manusia didalam al-

18 Irwan Masduqi, Menyoal Otentititas dan Epistimologi tafsir Al-Jailani (Jurnal: Analisa

Volume 19 No 01 Januari-Juni 2012) 19 Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Kehidupan Relgius, (Jakarta: PT. Listafariska

Putra, 2004), hlm. vii

Page 26: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

10

qur’an, dan tidak ada yang menyinggung makna hayah menurut tafsir al-

Jailani.20

Sepuluh “Ensiklopedi Tematis al-Qur’an,” karya Ahsin Sakho

Muhammad dkk (ed.). Buku ini merupakan seri penerbitan yang terdiri

dari 6 jilid, yang menguraikan kandungan Al-Qur’an secara tematis.

Dalam ensiklopedi ini tema kehidupan terdapat pada jilid ke 4 (kehidupan

dunia) dan jilid ke 5 (kehidupan akhirat). Pada jilid ke 4, diterangkan

tentang gambaran dunia saat ini dan berbagai penyakit yang ada di

dalamnya seperti cinta dunia, was-was, hawa nafsu, penyimpangan naluri,

dan sebagainya. Pembahasan buku ini masih sangat umum dibandingkan

dengan apa yang penulis teliti yaitu tentang kehidupan yang mecakup dunia

menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.21

E. Metodologi Penelitian.

Dalam setiap penelitian ilmiah diharuskan untuk menggunakan

metode yang jelas. Hal ini berguna untuk mendapatkan hasil yang maksimal

dari sebuah penelitian. Metode yang dimaksud di sini merupakan cara kerja

untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian yang

bersangkutan.22 Dengan kata lain, metode ini merupakan cara atau aktivitas

analisis yang dilakukan oleh seorang peneliti dala meneliti objek

penelitiannya untuk mencapai hasil atau kesimpulan tertentu. Terkait

dengan metode, ada beberapa point yang penulis tegaskan:

20 Chairudin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press,

2005), hlm. 3 21 Ahsin Sakho Muhammad dkk., Ensiklopedi Tematis Al-Qur’an, (Jakarta: Kharisma

Ilmu, 2005), hlm. 4-5 22 Koentjaningrat, Metode-Metode penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1997),

Page 27: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

11

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library reseach) yaitu

penelitian yang berbasiskan pada data-data keperpustakaan, baik dari

berupa buku, jurnal, artikel ataupun bacaan lainnya yang terkait dengan

objek penelitian ini. Dalam hal ini, terutama adalah kitab Tafsir al-

Jailani karya Syaikh Abdul Qodir al-Jailani.

2. Metode Pengumpulan Data

Adapun yang dimaksud dengan metode pengumpulan data adalah

metode atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penelitian melalui prosedur yang sistematik dan

standar. Adapun yang dimaksud dengan data dalam penelitian ini adalah

semua bahan keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau

fenomena yang ada kaitannya dengan riset.23 Data yang dikumpulkan

dalam suatu penelitian harus relevan dengan pokok persoalan. Untuk

mendapatkan data yang dimaksud diperlukan suatu metode yang efektif

dan efisien dalam artian metode praktis,dan tepat dengan obyek

penelitian.

Data-data yag dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini

diperoleh dengan jalan dokumentatif atas naskah-naskah yang terkait

dengan objek penelitian ini. Ada dua jenis sumber data yang diperlukan

dalam penelitian ini, yaitu pertama adalah sumber data primer dan yang

kedua adalah sumber daya sakunder.

23 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1995), h. 3.

Page 28: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

12

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab yang berjudul

Tafsir al-Jailani yaitu sebuah kitab yang dikarang oleh Syaikh Abdul

Qodir al-Jailani.

Sedangkan sumber data sakunder dalam penelitian ini adalah semua

buku, naskah, jurnal, artikel, dan websed yang berhubungan dengan

objek kajian penelitian tersebut.

3. Analisis Data

Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan masalah

yang dikaji, karena kajian ini bersifat library research, maka di sini

penulis menggunakan metode dokumentasi, yaitu “mencari data mengenai

hal-hal yang sesuai dengan topik bahasan yang berupa catatan, buku,

majalah, jurnal dan sebagainya”.24 Penulis mencari dan mengumpulkan

berbagai informasi yang membahas dan berkaitan dengan topik bahasan

baik dari buku, jurnal maupun yang lain. Penulis juga melakukan

penelusuran internet dalam rangka memperoleh data yang terbaru yang

sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

Dalam kajian ini penulis lebih memilih metode mawdu’i. Pemilihan

metode ini berangkat dari satu keyakinan bahwa ayat-ayat al-Qur’an, secara

keseluruhan mempunyai satu kesatuan logis yang saling bertautan dan tak

ada pertentangan di dalamnya. (Q.S. An-Nisa: 8).

Metode mawdu’i/tematik adalah sebuah cara yang dipakai untuk

mencari jawaban tentang sebuah tema dengan jalan menghimpun ayat-

ayat yang berkaitan dengannya, lalu menganalisa lewat ilmu-ilmu bantu

24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hlm. 231

Page 29: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

13

yang relevan untuk kemudian melahirkan konsep yang utuh tentang tema

tersebut.25

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah:26

1) Menetapkan masalah yang akan dibahas (tema).

2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.

3) Menyusun runtutan ayat ssuai dengan masa turunnya disertai

pengetahuan tentang asbab al-nuzul nya.

4) Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surat masing-masing.

5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna.

6) Melengkapi pembahasan dengan hadis yang relevan.

7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan

menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama,

atau mengkompromikan antara yang ‘am (umum) dengan yang

khas (khusus) mutlaq dan muqayyad (terkait), atau yang pada

lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu

muara tanpa perbedaan atau pemaksaan.

Untuk penyebutan asbab al-nuzul, penulis hanya menyandarkan

pada buku--buku atau kitab asbab al-nuzul tanpa mengembalikannya pada

kitab hadits asal. Sedangkan untuk langkah keenam, penulis tidak

menggunakannya secara maksimal karena keterbatasan waktu yang penulis

25 Tim Sembilan, Tafsir Maudlu’i al-Muntaha, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004),

hlm.20 26 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…, hlm. 114-115

Page 30: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

14

miliki. Di sini penulis lebih mengutamakan pada pengumpulan dan analisis

ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan tema.

F. Sistematika pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini dibahas mengenai apa saja yang

dipaparkan dalam skripsi ini. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

pemahaman dan mendapatkan gambaran yang sisitematis terhadap isi

penelitian ini. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan

mngenai siknifikansi penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang yang

membahas mengenai beberapa penting dan menariknya tema yang di angat

untuk dijadikan sebuah penelitian. Selanjutnya ddibahas mngenai rumusan

masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini, kemudian mengenai

tujuan dan kegunaan penelian ini, telaah pustaka yang mencoba

mendeskripsikan secara singkat penelitian-penelitian yang terdahulu yang

terkait dengan tema dan melihat orisinalitas penelitian ini dengan cara

membandingkan dengan peneitian sebelumnya. Dilanjutkan dengan

membahas mengenai metode penelitian yang berisikan tentang jenis dan

sifat penelitia, metode pengumpulan data dan analisis data. Sedangkan yang

terakhir dari bab ini yaitu menjelaskan tentang gambaran umum tentang ini

penelitian ini secara menyeluruh.

Bab kedua akan membahas tentang gambaran umum tentang hayah

menurut ulama tafsir. Didalamnya terdiri dari beberapa subbab: A) Terma-

terma hayah didalam al-qur’an. B) Tujuan tujuan hayah bagi manusia.

Page 31: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

15

Bab ketiga akan menyuguhkan hal- hal yang berhubungan dengan

Syaikh Abdul Qodir al-Jailani dan Tafsir Al-Jailani. Didalamnya terdiri dari

dua Syaikh Abdul Qodir al-Jailani. Yaitu, meliputi subbab: A) Gambaran

umum tentang penafsir biografi Syaikh Abdul Qodir al-Jailani, dan karya-

karyanya, yang mencakup riwayat hidup Syaikh Abdul Qodir al-Jailani,

guru-gurunya dan murid-muridnya yang melingkari pertumbuhan

penafsirannya, dan juga kajian terhadap Tafsir al-Jailani karya Syaikh

Abdul Qodir al-Jailani beserta profil kitab tafsir al-jailani.

Bab keempat merupakan inti dari pembahasan ini, membahas

tentang penafsiran Syaikh Abdul Qodir al-Jailani terhadap ayat-ayat Hayah.

Bab ini terdiri dari tiga subbab, yaitu, A) subbab pertama membahas tentang

penafsiran Syaikh Abdul Qodir al-Jailani terhadap ayat-ayat tentang Hayah,

B) menjelakan tentang pendapat para mufassir tentang hayah didalam al-

qur’an

Bab kelima, merupakan kesimpulan dari seluruh uraian yang telah

dikemukakan dan merupakan jawaban atas permasalahan yang diteliti

disertai dengan saran-saran yang dapat disumbangkan sebagai rekomindasi

untuk kajian lebih lanjut dari penelitian ini sekaligus merupakan penutup

rangkaian dari pembahasan skripsi ini.

Page 32: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

16

BAB II

GAMBARAN HAYAH DALAM AL-QUR’AN

A. Terma-terma hayah didalam al-qur’an

Hayah اة حي kata ini di dalam al-qur’an disebut 76 kali, tersebar

didalam beberapa surah, antara lain didalam QS. AL-Baqarah [2]: 85, 86,

96, 179, 204, dan 212. Didalam bentuk lain kata itu disebut 114 kali. Secara

etimologis kata hayah merupakan turunan dari kata haya yang pada asalnya

memiliki dua arti . pertama , ‘kehidupan’, sebagai lawan dari kematian,

seperti ungkapan hayatul-insan ( حياة االنسان= kehidupan manusia), dan

hayatun-nabat ( حياة النبات= kehidupan nabati). Kedua ‘rasa malu’ yang di

ungkapkan dengan bentuk haya, sebagai lawan dari tebal muka yang

diungkapan dengan al-wiqahah (الوقحة (. Pengertian ini dapat dijumpai pada

QS. Al-Baqarah [2]: 26. Abu Yazid, seorang ahli Bahasa mengatakan

bahwa setiap sesuatu yang dapat menyebabkan rasa malu bila terlihat,

disebut haya’ (حياء ), misalnya jenis unta disebut dengan haya’un-naqah

27)حياءالناقة(

Dalam al-Qur’an kata kehidupan sering ditunjukkan dengan kata

hayat/hayyun, bentuk mashdar dari madli hayiya-yahya-hayatan.

Mengikuti wazan fa’ila – yaf’alu-fa’lan. Yang bermakna “hidup-

kehidupan”. Selain kata hayat, term kehidupan juga sering ditunjukkan

dengan kata ma’ishah yang bermakna “kehidupan” berasal dari kata ‘aysh

“hidup”.

27 Sahabuddin Ensiklopedia Al-Qur’an ( Jakarta: Lentera Hati, 2007) h. 306

Page 33: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

17

Kata al-‘aysh khusus diperuntukkan bagi hewan dan manusia.

Sehingga term “al-’aysh” ini lebih khusus jika dibandingkan dengan term

“al-hayah”. Hal ini disebabkan karena kata hayah tidak hanya

diperuntukkan untuk hewan dan manusia, akan tetapi diperuntukkan pula

bagi Allah dan malaikat. Dan dari kata ‘aysh tersebut, dibentuklah kata

ma’ishah untuk memberi arti apa-apa yang digunakan untuk hidup.28

Berikut ini persebaran ayat-ayat tentang kehidupan dengan

menggunakan term hayah/hayat beserta penjelasannya didalam al-qur’an

Tabel.

PERSEBARAN AYAT-AYAT TENTANG KEHIDUPAN

DENGAN MENGGUNAKAN TERM HAYAH/HAYAT BESERTA

PENJELASANNYA DIDALAM AL-QUR’AN

No Surat Ayat Status

1. Al-baqarah (2) 28, 49, 73, 85, 86, 96, 154, 164, 179, 204, 212,

243, 255, 258, 259, 260 Madaniyah

2. Ali Imron (3) 2, 14, 27, 49, 117, 156, 169, 185 Madaniyah

3. An-Nisa' (4) 74, 94, 109 Madaniyah

4. Al-Maidah (5) 32 Madaniyah

5. Al-An’am (6) 29, 32, 70, 95, 122, 130, 162 Makiyyah

6. Al-A’raf (7) 25, 32, 51, 27, 141, 152, 158 Makiyyah

7. Al-Anfal (8) 24, 42 Madaniyah

8. At-Taubah (9) 38, 55, 116 Madaniyah

9. Yunus (10) 7, 23, 24, 31, 56, 64, 88, 98 Makiyyah

10. Hud (11) 15 Makiyyah

11. Ar-Ra’du (13) 26, 24 Madaniyah

12. Ibrohim (14) 3, 6, 27 Makiyyah

13. Al-Hijr (15) 23 Makiyyah

14. An-Nahl (16) 21, 65, 97, 107 Makiyyah

15. Al-Isro’ (17) 75 Madaniyah

16. Al-Kahfi (18) 28, 45, 46, 104 Madaniyah

17. Maryam (19) 15, 31, 33, 66 Makiyyah

28 Al-Raghib Al-Asfahaniy, Mufradat Alfaz Al-Qur’an, (t.tp.: Maktabah Fiyad Li Al-

Tijarah Wa Al-Tauzi’, 2002), hlm. 450

Page 34: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

18

18. Thoha (20) 72, 74, 97, 111, 131 Makiyyah

19. Al-Anbiya’ (21) 30 Makiyyah

20. Al-Hajj (22) 6, 66 Madaniyah

21 Al-Mu’minu(23) 33, 37, 38 Makiyyah

22 An-Nur (24) 33 Madaniyah

23 Al-Furqon (25) 3, 49, 58 Makiyyah

24 Asy-Su’aro (26) 81 Makiyyah

25 Al-Qashash (28) 4, 60, 51, 79 Makiyyah

26 Al-‘Ankabut (29) 25, 63, 64 Makiyyah

27 Ar-Rum (30) 7, 19, 24, 40, 50 Makiyyah

28 Luqman (31) 33 Makiyyah

29 Al-Ahzab (33) 28 Madaniyah

30 Fathir (35) 5, 9, 22 Makiyyah

31 Yasin (36) 12, 33, 70, 78, 79 Makiyyah

32 Az-Zumar (39) 26 Makiyyah

33 Ghafir (40) 11, 25, 39, 51, 65, 68 Makiyyah

34 Fush-Shilat (41) 16, 13, 39 Makiyyah

35 Asy-Syuro (42) 9, 36 Makiyyah

36 Az-Zukhruf (43) 32, 35 Makiyyah

37 Ad-Dukhon (44) 8 Makiyyah

38 Al-Jatsiyah (45) 5, 21, 24, 26, 35 Makiyyah

39 Al-Ahqaf (46) 20, 33 Makiyyah

40 Muhammad (47) 36 Madaniyah

41 Qaf (50) 11, 43 Makiyyah

42 An-Najm (53) 29, 44 Makiyyah

43 Al-Hadid (57) 2, 17, 20 Madaniyah

44 Al-Mulk (67) 2 Makiyyah

45 Al-Qiyamah (75) 40 Makiyyah

46 Al-Mursalat (77) 26 Makiyyah

47 An-Nazi’at (79) 13, 16 Makiyyah

48 Al-A’la (87) 50 Makiyyah

49 Al-Fajr (89) 49 Makiyyah

Sedangkan kehidupan yang menggunakan term ‘aysh-ma’ishah

beserta seluruh derivasinya, dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 8 kali,

dalam 8 surat dan 8 ayat. Yang mana keseluruhan ayat tersebut turun di

Makkah, sehingga masuk ke dalam golongan makiyyah.

Page 35: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

19

Berikut ini persebaran ayat-ayat tentang kehidupan, dengan

menggunakan term“’aysh-ma’isyah” beserta seluruh derivasinya yang

terdapat dalam al-Qur’an.

Tabel 2.2

PERSEBARAN AYAT-AYAT TENTANG KEHIDUPAN, DENGAN

MENGGUNAKAN TERM“’AYSH-MA’ISHAH” BESERTA SELURUH

DERIVASINYA YANG TERDAPAT DALAM AL-QUR’AN

No Surat Ayat Status

1. Al-A’raf (7) 10 Makiyyah

2. Al-Hijr (15) 20 Makiyyah

3. Thaha ( 20) 124 Makiyyah

4. Al-Qasas (28) 58 Makiyyah

5. Al-Zukhruf (43) 36 Makiyyah

6. Al-Haqqah (69) 21 Makiyyah

7. Al-Naba’ (78) 11 Makiyyah

8. Al-Qari’ah (69) 21 Makiyyah

Dari tabel diatas, penulis hanya menggunakan kalimat-kalimat

hayah untuk menjelaskan makna-makna kehidupan dunia. Didalam al-

qur’an banyak sekali yang menerangkan makna kehidupan. Berikut ini

beberapa gambaran al-qur’an tentang kehidupan.

a. Hidup adalah ujian

Pada dasarnya hidup didunia ini merupakan suatu ujian dimana

setiap perbuatan, dan perilaku yang dilakukan oleh manusia, tidak akan

lepas dari penilaian-penilaian yang akan menentukan hasil dari perjalanan

masa yang akan datang. Adapun yang menentukan nilai hidup manusia

Page 36: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

20

adalah seberapa banyak didalam melakukan amal kebaikan, yang

dilakukan oleh manusia selama hidup didunia ini.29

Ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang hidup itu adalah ujian:

Surat Al-Mulk ayat 1-2

ل ت هو ع ك الذي بي ده الملك و يء ق دير}ب ار ي اة لي بلو كم ا يكم 1ي كل ش الح وت و ل ق الم { ا لذي خ

هو الع زيز الغ فور } ل و ن ع م (2-1{ ) ا لملك:2ا حس

Artinya: “Maha pemberi barkah Tuhanmu, segala klekuasaan pada

hakekatnya ada di genggamanNya. Dia Maha Kuasa untuk melakukan apa

saja. Tuhanlah yang menjadikan kematian dan kehidupan (dalam

kerangka) untuk menguji diantara kamu siapa yang paling bagus

amalnya”. (Q.S. Al-Mulk: 1-2).30

Ayat ini menjelaskan bahwa, sebuah ujian yang menyangkut

tentang hidup dan mati, ada beberapa ulama yang mengartikan bahwa

musibah kematian yang menimpa keluarga, atau seorang teman

kemudian juga, anugerah kehidupan dan kelahiran itu merupakan ujian

dari Allah kepada manusia, apakah ia tabah dan sabar, serta bersyukur

berterimakasih. Dan adapula yang mengartikan bahwa, Allah

menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji ummatnya, Agar

beliau tahu siapa yang lebih mempersiapkan diri dalam kematian, dan

siapa yang langsung bergegas didalam memenuhi ketaatan kepada

Allah.31

b. Kehidupan dunia hanya sementara

29 Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Kehidupan Relgius, (Jakarta: PT. Listafariska

Putra, 2004), hlm. 142 30 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, hlm. 562 31 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,…Vol. IV, hlm, 68-69

Page 37: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

21

Kehidupan dunia itu hanya sementara dan juga kehidupan dunia

akan segera lenyap. Kehidupan yang sebenanya itu bukan kehidupan di

dunia, akan tetapi kehidupan yang kekal itu hanya kehidupan disisi Allah

yaitu di akhirat nanti.

Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang kehidupan dunia

hanya sementara dalam ayat berikut:

Surat Al-Ankabut ayat 64

انو ي عل ان ل و ك ي و ة ل هي الح إن الدار الخر ل عب و ي اة الدني ا إل ل هو و ده الح ا ه م . و ( 64)العنكبوت:مون

Artinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan

main-main, Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang

sebenarnya, jika mereka mengetahui”. (Q.S. Al-Ankabut: 64)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menegaskan kepada manusia

agar tidak terlena dengan kehidupan dunia, sehingga manusia lupa

terhadap kehidupan akhirat yang menjadi tempat terakhir kehidupan kita

yang kekal. Pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini adalah sebuah

tabungan amal untuk dipetik nanti dikehidupan akhirat. Kehidupan dunia

yang bersifat sementara yang akan lenyap, itu semua hanya sebuah

permainan dan ujian bagi manusia. Jadi dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa, manusia yang hidup di dunia ini, diwajibkan untuk

mencari bekal sebanyak-banyaknya sebelum kematian itu menjemput.32

c. Kehidupan dunia hanya mencintai kemewahan

32 Sachiko Murata dan William C. Chittick, Trilogi Islam (Islam, Iman dan Ihsan), (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 217

Page 38: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

22

Surat hud ayat 15

ا ال يه م ف ه ا و يه م ف ه ل ا م أ ع م ه ي ل إ ف و ا ن ت ه ين ز ا و ي ن د ل ة ا ا ي ح ل ا يد ر ي ان ن ك م

)هود:15( ون س خ ب ي

Artinya: “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan

perhiasannya, pasti kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka

di dunia (dengan sempurna), dan mereka didunia tidak akan dirugikan.

(Q.S. Hud:15)

Menurut suatu pendapat ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang

berbuat ria atau pamer (niscaya Kami berikan kepada mereka balasan

pekerjaannya dengan sempurna) pembalasan dari amal baik yang telah

dikerjakannya, seperti sedekah dan bersilaturahmi (di dunia) umpamanya

Kami meluaskan lapangan rezeki mereka (dan mereka di dalamnya) yakni

di dunia (tidak dirugikan) artinya tidak akan dikurangi sedikit pun

balasannya.33

Surat al-a’raf ayat 32

ي ل ه ق ق ز ن الر ات م ب ي لط ا ه و د ا ب ع ل ج ر ي أ خ ت ل ا ة للا ين م ز ر ن ح ل م ق

ات ي ل ال ف ص ك ن ل ذ ك ة ام ي ق ل م ا و ي ة ص ال ا خ ي ن د ل ا اة ي ح ل ي ا وا ف ن ين آم ذ ل ل

ون )األعراف:32( م ل ع م ي و ق ل

Artinya: Katakanlah, “ siapakah yang mengharamkan perhiasan

dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya, dan

(siapa pulakah yang mengharamkan ) rizeki yang baik? “katakanlah,

“semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam

kehiupan dunia, (khusus mereka saja) di hari kiamat.“demikianlah

kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

(Q.S. Al-A’raf: 32)

33Imam Jalaluddin al-Mahally dan Imam Jamaluddin Asy-Syuyuthi “Tafsir jalalain”

(Tasik Malaya: Pustaka al-Hidayah: 2009) hlm 2/900

Page 39: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

23

(Katakanlah,) sebagai rasa ingkar pada mereka (“Siapakah yang

mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkanya untuk

hamba-hambanya) yang terdiridaripakaian (dan yang baik-baik) yakni

kelezatan-kelezatan (dari rizki?” Katakanlah “Semuanya itu disediankan

bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia) yang berhak

memilikinya sekalipun selain mereka turut pula memilikinya (khusus)

khusus untuk mereka saja; dengan dibaca rafa’ sedangkan dibaca nasab

menjadi hal (di hari kiamat.” Demikianlah kamimenjelaskan ayat-ayat itu)

maksudnya kami menerangkan hal itu sedemikian rincinya (bagi orang

yang mengetahui) yaitu merka yang menggunakan fikiranya sebab hanya

merkalah yang dapan memanfaatkanya.34

B. Tujuan hayah bagi manusia

Manusia adalah makhluk yang mampu merencanakan dirinya di

masa mendatang. Bughental menyebutnya makhluk intensional, memiliki

tujuan serta nilai-nilai yang merupakan prinsip serta memiliki makna.

Memiliki kemampuan untuk memilih dan menentukan posisi dirinya saat

ini dan di masa yang akan datang.35 Untuk menjadikan hidup lebih

bermakna, manusia harus mempunyai harapan, atau arah yang akan

ditujunya di masa depan. Tujuan hidup merupakan arah, rujukan, dasar

pijakan dan sekaligus hasil yang ingin diraih. Manusia ditentukan oleh cara

dirinya menetapkan tujuan. Perilakunya ditentukan apa yang

34 Imamuddin Abu al-Fida’ Imail bin Umar bin Katsir “Tafsir ibnukastir” Tahqiq Dr.

Abdullah bin Muhammad bin Abdur Rahman bin Ishaq al-Seikh. (Bogor: Imam as-Syafi’i 2004)

hlm 285 35 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm.

187

Page 40: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

24

diinginkannya. Arah tindakannya, sikap dan bentuk keseluruhan dari

manusia itu sangat ditentukan apa yang dijadikannya sebagai tujuannya.

Oleh karenanya, menentukan dan mengerti apa sebenarnya tujuan hidup

di dunia ini menjadi sangat penting.

Berdasarkan kedua fungsi hidup manusia dalam kedudukannya

dengan Tuhan (sebagai Rabbnya) dan dengan alam beserta lingkungannya,

maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa tujuan manusia hidup di dunia

ini juga ada dua:

1) Mencari ridho Ilahi

Jika manusia telah mendapat ridha dari Tuhannya, Tuhan yang

Maha Kuasa, Yang Memiliki segala sesuatu, Yang Menggenggam seluruh

kehidupan, maka tidak akan ada kesulitan baginya untuk mendapatkan

yang lainnya. Oleh karena itu, al-Qur’an menyuruh umat manusia agar

meng orientasikan seluruh kegiatan, seluruh gerak dalam hidupnya untuk

mendapatkan ridha Tuhan. Bukan diorientasikan untuk mendapat surga.

2) Menjadi rahmad bagi seluruh alam

Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk

beribadah kepada-Nya. Ibadah tidaklah berhenti pada hal-hal yang

bersifat simbolik seperti sholat, zakat, puasa dan lain-lain, akan tetapi,

lebih dalam arti yang luas, yakni adanya kesadaran tentang adanya

mekanisme hubungan antara hamba yang menyembah dan Tuhan yang

Page 41: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

25

disembah, dan adanya kesadaran bahwa seluruh kegiatan manusia

semua diorientasikan pada Tuhan.36

Orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa di bumi

ini ialah orang-orang yang sanggup mengatur dan memimpin

masyarakat, mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia,

sanggup mempertahankan diri dari serangan luar dan dapat

mengokohkan persatuan rakyat yang ada di negaranya. Pemberian

kekuasaan oleh Allah kepada mereka bukanlah berarti Allah telah

meridhai tindakan mereka, karena kehidupan duniawi lain halnya

dengan kehidupan ukhrawi. Ada orang yang bahagia hidup di akhirat

saja, dan ada pula yang bahagia hidup di dunia saja. Sedangkan yang

dicita-citakan orang muslim adalah bahagia di dinia dan di akhirat.

Apabila orang muslim ingin hidup bahagia di dunia dan di

akhirat, mereka harus mengikuti sunnatullah di atas, yaitu taat beribadah

kepada Allah, sanggup memimpin umat manusia dengan baik, sanggup

mengelola bumi ini untuk kepentigan manusia, menggalang persatuaan

dan kesatuan yang kuat diantara mereka sehingga tidak mudah dipecah

belah oleh musuh. Manurut Tafsir Depag, rahmat Allah bagi seluruh

alam dalam ayat ini meliputi perlindungan, kasih sayang, kedamaian

dan sebagainya yang diberikan Allah kepada seluruh makhlukNya,

36 Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid VI, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm.334

Page 42: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

26

baik yang beriman ataupun tidak beriman, termasuk binatang dan

tumbuh-tumbuhan.

Jadi menjadi jelaslah bahwa tujuan Allah mengutus Nabi

Muhammad yang membawa agama-Nya itu tidak lain adalah untuk

memberi petunjuk dan peringatan agar mereka bahagia di dunia dan di

akhirat. Nabi diutus agar menjadi rahmat bagi seluruh alam, yakni

menyebarkan kasih sayang pada seluruh makhluk, tidak hanya

manusia, tetapi juga untuk jin, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Sebagai umat Muhammad, maka tugas kita saat ini adalah

meneruskan risalah beliau, yakni menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Bagaimana sebagai khalifah Allah di bumi, manusia bisa

melaksanakan tugasnya dengan baik, bisa mengayomi dan melindungi

segala apa yang ada di sekitarnya. Bahkan tumbuh-tumbuhan pun tidak

merasa khawatir dirusak jika didekati oleh manusia. Tujuan hidup yang

sebenarnya adalah bagaimana manusia bisa benar-benar menjadi

manusia. Yakni manusia yang bisa menunjukkan eksistensi dirinya

dengan menjadi manusia yang bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri,

orang-orang di sekitarnya, dan lingkungan hidup yang melingkupi

dirinya. Bermanfaat baik dengan dirinya, ilmunya, pemikirannya,

hartanya, bahkan walau hanya dengan tenaganya. Dengan begitu,

lingkungan yang ada di sekitarnya merasa aman dan nyaman berada di

dekatnya.

Page 43: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

27

BAB III

BIOGRAFI SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

A. Biografi Syaikh Qadir al-Jailani

Syaikh sufi besar ini bernama Abdul Qadir Ibn Abi Shalih

Abdullah37 Ibn Janki Daust Ibn Yahyah Ibn Muhammad Ibn Dawud Ibn

Musa Ibn Abdullah Ibn al- Hasan Ibn al-Hasan Ibn Ali Ibn Abi Thalib.

Dalam Siyar ‘Alam al-Nubala’, al-Dhahabi menambahkan penisbahan

namanya dengan kata al-Jili al- Hambali.38 Dalam A’lam Khairuddin al-

Zarkali mengatakan bahwa Abdul Qadir Ibn Musa Ibn Abdullah Ibn Janki

Dausat al-Hasani Abu Muhammad Muhyiddin al-Jailani atau al-Kailani

atau al-Jaili.39

Al-Jailani lahir pada pertengahan bulan Ramadhan tahun 471 H di

daerah Jilan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa al-Jailani lahir pada

tahun 470 H/ 1077 M.40 Pendapat yang lebih lengkap menjelaskan bahwa

tempat kelahiran al-Jailani adalah di Nif atau Naif, termasuk wilaya Jilan,

Kurdistan Selatan, terletak 150 kilometer sebelah timur laut kota Bag}dad

(di selatan Laut Kaspia, Iran) tempat dimana pengaruh madhhab Hanbali

37 Dalam Kitab al-Tabaqat, Ibn Rajab menambahkan lafal Ibn antara Abu Shalih dan

Abdullah, Ibn al-Wardi dalam Tatimmah al-Mukhtasar Fi Akhbar al-Bashar (2/107) berkata

bahwa Abdul Qadir Ibn Abi Salih Musa Janki Dust, sedangkan al-Zarkali dalam al-A’lam (4/74)

berkata bahwa Abdul Qadir Ibn Abdullah. Lihat Abdul Qadir al-Jailani, Sirr al-Asrar wa Muzhir

al-Anwar Fi Ma Yahtaju Ilaihi al-Abrar (Damaskus: Dar Ibn al-Qayyim, Dar al-Sanabil, 1993),

19. 38 al-Dhahabi, Siyar ‘Alam al-Nubala’ (t.t.: Bait al-Afkar al-Daulah, t.th.), 2309. 39 Khairuddin al-Zarkali, al-‘Alam al-Juz’u al-Rabi’ (Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-Malayin,

1990), 47. 40 H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers, Shorter Encyclopaedia of Islam, vol. I (Leiden: E.J.

Brill, 1953), 5

Page 44: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

28

sangat kuat. Al-Jailani lahir tepatnya pada hari Senin, 28 Maret 1077 M atau

1 Ramadhan 470/471 H.41

Nasab Abu Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir al-Jailani dari

ayahnya yaitu Ibn Abi Shalih Sayyid musa Janki Dausat Ibn Sayyid

Abdullah al-Jaili Ibn Sayyid Yahya al-Zahid Ibn Sayyid Muhammad Ibn

Sayyid Dawud Ibn Sayyid Musa Ibn Sayyi Abdullah Ibn Sayyid Musa al-

Juwani Ibn Sayyid Abdullah al-Mahid Ibn Sayyid Hasan al-Muthanna Ibn

Sayyid Amir al- Mu’minin Sayyid Shabab Ahl al-Jannah Abi Muhammad

al-Hasan al- Mujtaba Ibn al-Imam al-Hamam Asadullah al-G}alib dan

Imamnya ilmu Amir al-Mukminin ‘Ali Ibn Abi Talib r.a.42

Sedangkan nasab al-Jailani dari ibunya yaitu, ibunya seorang wanita

mulia Ummul Khair Ummatul Jabbar Fatimah bnti al-Sayyid Abdullah al-

Sauma’iy al-Zahid Ibn Sayyid Jamal al-Din Ibn Sayyid Muhammad Ibn

Sayyid Mahmud Ibn Sayyid Abdullah Ibn Sayyid Kamal al-Din ‘Isa Ibn al-

Sayyid Abi ‘Alauddin Muhammad al-Jawad Ibn al-Sayyid Ali al-Ridha Ibn

al-Sayyid al-Imam Musa al-Kazim Ibn al-Sayyid al-Imam Ja’far al-Sadiq

Ibn al-Sayyid al-Imam Muhammad al-Baqir Ibn al-Sayyid al-Imam ‘Ali

Zain al’Abidin Ibn al-Imam Abi Abdillah al-Husain Ibn al-Imam al-Hamam

Asadullah al-Galib Imam al-Ulum Amir al-Mu’minin ‘Ali Ibn Abi Talib r.a.

Al-Jailani merupakan seorang tokoh sufi yang memiliki banyak

gelar, bahkan dapat dikatakan menakjubkan yang diberikan oleh

‘penggemar-penggemar’ al-Jailani. Al-Dhahabi menyebut al-Jailani dengan

41 J. Spencer Trimingham, The Sufi Order in Islam (London: The Clarendon Press

Oxford, 1971), 41. 42 Abdul Qadir al-Jailani, Tafsir al-Jailani Tahqiq Fadil Jailani al-Hasani al-Tailani al-

Jamazraq, al- Juz’u al-Awwal (Kairo: Dar al-Rukni wa al-Maqam, 1430 H/2009 M), 19-20.

Page 45: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

29

shaikh al- Islam, orang yang paling alim di antara para wali, penghidup

agama (muhyi al-din).43 Selain itu, para sufi memberinya banyak gelar

seperti al-qutb wa al-gauth, al-baz al-ashyab, dan sebagainya.44 Al-Jailani

terkenal sebagai orang yang zuhud, arif, teladan, pemimpin para wali

“sultan al-auliya’”, imam orang-orang suci, penghidup agama dan sunnah,

serta pembasmi bid’ah. Al- Jailani juga termasuk orang yang terkenal akan

kejujurannya. Berdasarkan catatan sejarah, al-Jailani adalah figur teladan

kejujuran sejak masih kanak-kanak.45 Al-Jailani juga dikenal sebagai orang

yang sangat cerdas, pandai, mampu menyelesaikan setiap permasalahan

dengan baik.

Abdul Qadir berasal dari Jilan sehingga namanya dinisbahkan pada

tempat tersebut (al-Jailani). Jilan adalah nama daerah yang sangat luas,

letaknya di belakang daerah Thabaristan, yang terdiri dari kampung-

kampung yang letaknya berada di padang rumput antara pegunungan dan

laut Thabaristan.46 Al-Jailani bermadzhab Shafi’i setelah kemudian

bermadzhab Hambali dan al-Jailani juga merupakan guru (syaikh) bagi

penduduk Baghdad.

Kehidupan keluarga Al-Jailani tergolong miskin. Masa kecilnya

dijalani dengan bekerja keras di bidang pertanian. Sebidang tanah yang

mereka miliki di Jailan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Sebagian penduduk Jailan memiliki ternak sapid an lainnya, Al Jailani

43 al-Dhahabi, Siyar..., 2310. 44 Said Ibn Musfir al-Qahtani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, terj. Munirul

Abidin (Jakarta: Pt. Darul Falah, 2015), 15. 45 al-Qahtani, Buku Putih..., 37. 46 Al-Jailani, Sirr al-Asrar..., 19.

Page 46: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

30

mengembalakannya dengan membawa ternak tersebut untuk digembala dan

sekaligus digunakan untuk membajak sawah. Mayoritas penduduk Jailani

menganut mazhab hambali. Para penduduk Jailan sangat terkesan dengan

sosok Ahmad ibn Hambal dan para pengikutnya yang teguh

mempertahankan sunah. Madzhab Hambali banyak dianut oleh penduduk

Baghdad yang kala itu merupakan tempat tinggal Ahmad ibn Hambal.

Selain itu, Baghdad juga merupakan pusat keilmuan dan budaya saat dinasti

Abbasiyah berkuasa. Maka dari itulah Al Jailani memiliki keinginan kuat

untuk menimba ilmu ke Baghdad.47

Dalam kajian tasawuf, al-Jailani merupakan tokoh yang tidak asing

lagi, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau kiblat para pencinta kajian

tasawuf. Hal ini barangkali disebabkan adanya anggapan bahwa al Jailani

merupakan pendiri tarekat sufi pertama yang kemudian terkenal dengan

tarekat Qadariah.48 Inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti apa

penyebab manusia tidak pernah puas dan selalu mencari hal yang lebih baik,

terutama menurut tokoh-tokoh sufi. oleh karena itu, penulis mengambil

salah satu tokoh sufi yang selalu dijadikan kiblat bagi para pecinta kajian

tasawuf.

Setelah mengalami pengetahuan agama, ditempat kelahirannya

sendiri (Jaelan), pada tahun 1095 M, beliau terdorong untuk merantau ke

Baghdad, kota yang pada saat itu menjadi pusat peradaban dan pengetahuan

Islam. Di sana beliau bermaksud untuk mencari dan memperoleh ilmu

47 Abdul Razaq Al-Kailani, syekh Abdul Qadir Al Jailani, Guru Para Pencari Tuhan, terj.

Aedi Rakhman Saleh, 94-95. 48 Kamran As‟ad irsyadi, Lautan hikmah kekasih Allah,( Jogjakarta: Diva pres, 2007), 6.

Page 47: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

31

sebanyak mungkin. Saat memasuki usia 18 tahun, Al Jailani pun

memantapkan diri berangkat ke Baghdad untuk memperdalam pemahaman

agamanya. Sebuah riwayat menceritakan perjalanan Al-Jailani menuju

Baghdad. Sebelum berangkat,ibunya yang memiliki 80 dinar harta warisan

dari sang ayah hendak memberikannya sebagai bekal menuju Baghdad.

Tapi Al Jailani hanya mengambil setengahnya, sisanya dikembalikan

kepada ibunya. Uang itu kemudian disimpan di saku yang dijahit di bawah

keiak Al Jailani agar tidak terlihat oleh pencuri atau perampok.49

Di Baghdad, Abdul Qadir Jailani muda menjumpai para ulama,

berguru pada mereka dan bersahabat dengan mereka, sehingga ia berhasil

menguasai ilmu lahir dan batin. Yaitu ilmu hakikat yang dipahami oleh

orang-orang sufi. Di kemudian hari beliau merupakan tokoh yang disegani

sebagai ahli fiqih dihormati sebagai seorang ahli sufi. Salah seorang

pembimbingnya dalam tasawuf adalah ad-Dabbas.50

Usai menuntut ilmu dari ulama dan sufi besar, beliau mengembara

mengarungi sahara Irak selama 25 tahun, melewati rumput berduri dan

tanah terjal. Pengembaraannya ini merupakan jawaban atas kegelisahan

melihat keburukan moralitas sebagian umat pada saat itu, sekaligus untuk

mengasah kebathiniahnya. Selama pengembaraan spiritualnya itu, beliau

berusaha menghindari pertemuan dengan manusia lain. Beliau hanya

mengenakan pakaian sederhana berupa jubbah dari bulu domba serta tutup

kepala dari sesobek kain tanpa alas kaki. Selama mengembara beliau hanya

49 Muhammad bin Yahya al-Tadafi, Mahkota Para Aulia, terj. A Kasyful Anwar, (

Jakarta: Pernada, 2005), 17 50 Sayyid Syaikh Abdul Qadir, Tafsir al Jailani, 20

Page 48: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

32

memakan buah-buahan segar dari pohon rerumputan muda di sungai dan

sisa sayur yang sudah dibuang. Minum pun hanya secukupnya, sementara

waktu tidurnya begitu singkat, sehingga nyaris selalu terjaga.51

Al-Jailani wafat pada malam sabtu, tanggal 10 Rabiul al-Tsani 561

H bertepatan dengan 13 februari 1166 M pada usia 91 tahun 14. Selama

hidupnya, Al Jailani tidak pernah menderita sakit keras kecuali menjelang

wafatnya. Al-Jailani mewariskan pemikiran-pemikirannya dalam berbagai

kitab. Keturunan dan muridnya kemudian mendirikan suatu tarekat yang

dikenal dengan tareka Qadiriyah. Tarekat yang kini memiliki pengikut dan

pengaruh besar di dunia Islam termasuk Indonesia.52

B. Guru-guru Dan Murid-murinya

Kehidupan semasa belajar Al Jailani tidak diketahui secara

persisnya bagaimana, namun bisa diketahui melalui potong-potongan

riwayat tentangnya. Beliau banyak menghabiskan waktu mengasingkan diri

di gurun atau di tepian sungai, berjalan tanpa alas kaki, tidur di gubuk yang

hampir roboh, sehingga al Jailani mudah digelari al-Majnun (gila).

Sebagian penulis biografi menyatakn krisis moralitas yang terjadi di

Baghdad kala itu telah mengguncang Al Jailani. Inilah yang mendorongnya

menyendiri di pinggiran kota Baghdad di sebuah menara yang dikenal

dengan Burj al-Gharib ( menara orang asing) di daerah al-Mada‟in dan

direruntuhan istana kisra selama beberapa tahun. Setelah kepribadian dan

jiwanya kuat, beliau kembali ke Baghdad untuk mendalami fikih, hadist,

51 Al Barzanji, Al Lujjain Al Dain, terj. Muslih Abdurahman, Al Burhani, jilid II (

Semarang: Toha Putera), 20 52 Abdul Razaq Al-Kailani, syekh Abdul Qadir Al Jailani, Guru Para Pencari Tuhan, terj.

Aedi Rakhman Saleh, …,109.

Page 49: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

33

adab, ulumul Qur‟an serta tasawuf. Adapun guru-guru dari syekh Abdul

Qadir Al Jailani diantaranya:

a) Dalam ilmu hadist beliau belajar kepada:

1) Abu Ghalib Muhammad ibn al Hasan al-Baqilani.

2) Abu Bakar Ahmad ibn Muzhaffar.

3) Abu al Qasim Ali ibn Bayan al-Razaq.

4) Abu Muhammad Ja‟far ibn Ahmad al-Siraj.

5) Abu Sa‟d Muhammad ibn al-Khusyaisyi.

6) Abu Thalib ibn Yusuf, Abul Ghanim Muhammad bin Muhammad

bin Alin bin Maimun al-Farisi.

7) Abu Qasim Ali bin Ahmad bin Banan al-Karkhi

8) Abu al-Barakat Hibabatullah Ibnul Mubarak

9) Abdul Izz Muhammad bin Mukhtar,

10) Abu Nashr Muhammad, Abu Ghalib Ahmad, Abu Abdillah Yahya,

11) Abu al Hasan bin al-Mubarakbin Thuyur,

12) Abu Manshur Abdurrahman al-Qanzaz

13) Abu al-Barakat Thalhah al-Aquli, dan lain-lain.53

b) Dalam bidang tasawuf, Al Jailani belajar kepada:

53 Al Jailani, Sayyid Syaikh Abdul Qadir, Tafsir al Jailani, 21.

Page 50: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

34

1) Abu Muhammad Ja‟far ibn Ahmad al-Siraj,

2) Syaikh Hammad ibn Muslim al-Dibbas

3) al-Qadi Abu Sa‟d al-Mubaraq ibn Ali al-Muharrami.54

c) Dalam ilmu fiqih beliau pernah berguru kepada:

1) Syaikh Abu al-Wafa Ali bin „Aqil bin Muhammad bin Aqil bin

Abdullah al-Baghdadi al-Zari d

2) Syaikh Abu al- Khatab bin Ahmad bin Hasan bin Hasan al-Iraqi al-

Kalwazani.

d) Dalam ilmu sastra dan bahasa beliau belajar kepada Abu Zakariya

Yahya bin Ali at-Tabrizi.55

Al Jailani dikenal sebagai sosok seorang guru besar yang masyhur.

Beliau mengajar begitu banyak orang-orang pintar maupun awam. Setiap

tahun lulusan dari madrasah dan ribat al Jailani mencapai 3.000 orang murid

dan pengikut. Dan dalam 33 tahun menjadi pengajar beliau telah

menlahirkan ratusan ribu orang murid. Diantara para ulama yang pernah

menjadi muridnya adalah :

1) Abdul Ghani bin Abdul Wahin al-Muqaddasi ( penyusun kitab

Umdatul Ahkam fi kalami Khairil Anam).

2) Al-Qadi Abu Mahasin Umar bin Ali bin Hadar al-Qurasyi, Abu

Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qadamah al-

Muqaddasi ( penulis al-Mughni).

54 Abdul Razaq Al-Kailani, syekh Abdul Qadir Al Jailani, Guru Para Pencari Tuhan, terj.

Aedi Rakhman Saleh, …,104. 55 Al Jailani, Sayyid Syaikh Abdul Qadir, Tafsir al Jailani, 21

Page 51: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

35

3) Imam al-Qudwah al-Syaikh Abud Amru Usman bin Marzuq bin

Hamid bin Salamh al-Quraisyi.

4) Syaikh Abu Fath Nasr al-Muna.

5) Syaikh Abu Muhammad bin Utsman al-Baqqal.

6) Imam Abu Hafash Umar bin Nasr bin Ali al-Gazzal

7) Syaikh Muhammad bin al-Kizan.56

C. Karya-karya Syeikh Abdul Qodir al-Jailani

1) Tafsir al-Jailani

2) Al-Fathu ar-Rabbani wa al-faydh ar-Rahmani Sebuah kitab yang

mencakup wasiat, nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk di enam

puluh dua majelis yang diasuhnya sejak tanggal 3 syawal 545H/ 5

Februari 1151M sampai tanggal 6 Sya‟ban 546 H / 30 November

1151 M yang membahas ihwal permasalahan keimanan, keikhlasan

dan sebagainya.57

3) As-Sholawat wa al-Aurad

4) Ar-Rasail

5) Yawaqid al-Hikam

6) Al-Ghunyah li thalabi Thariqil Haq

7) Futuh al-Qhaib

56 Abdul Razaq Al-Kailani, syekh Abdul Qadir Al Jailani, Guru Para Pencari Tuhan, terj.

Aedi Rakhman Saleh,…, 275-278. 57 Al-kisah no.07/4-17 april 2011, hal. 35

Page 52: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

36

8) Ad-Diwan

9) Sirrul Asrar

10) Asrorul Asrar

11) Jalaul Khathir

12) Al-Amru al-Muhkam

13) Ushulu Saba’

14) Mukhtasar ihya Ulumuddin

15) Ushuluddin.58

D. Profil kitab Tafsir AL-jailani karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Penemuan karya Syekh Abdul Qadir Al Jailani oleh cucu ke-25-nya

sendiri ini Syekh Dr. Muhammad Fadhil, membuat dunia akademik dan

pengamal tarekat terkagum-kagum. Naskah ini selama 800 tahun

menghilang dan baru ditemukan secara utuh di Vatikan. Manuskrip yang

berisi 30 juz penuh ini tersimpan secara baik di perpustakaan.59

Tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa Syekh Abdul Qadir

Al-Jailani menulis kitab tafsir al-Qur‟an 30 juz yang mengulas ayat-ayat al-

Qur‟an. Seolah-olah mempelajari samudra tasawuf dari ayat ke ayat. Dan

Alhamdulillah, Tafsir Al Jailani yang dalam bahasa arab telah diterbitkan

58 Tafsir al-jailani. op. cit. juz I hal. 21-22 59 Al Jailani, Sayyid Syaikh Abdul Qadir, Tafsir al Jailani,…, 28.

Page 53: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

37

oleh markaz Al Jailanii Turki. Tafsir Al Jailani, karena penyusunnya sangat

menggemari tasawuf sehingga tafsir yang disuguhkannya pun kental dengan

nuansa sufistik. Untuk lebih dalam memahami tafsir Al Jailani maka akan

dibahas secara singkat ciri khas Tafsir Al Jailani.

Tafsir ini memiliki judul “Tafsir Al Jailani” jika dilihat dari sampul

depan cetakan tafsir ini. Hal tersebut menegaskan bahwa tafsir ini

dinisbatkan kepada Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Meski demikian dalam

pengantar cetakan tafsir ini, editor menyebutkan bahwa sebenarnya nama

dari kitab tersebut adalah “al-Fawatih al-Illahiyyah wa al-Mafatih al-

Ghaibiyyah al-Muwaddihah lil al-Kalim al-Qur‟aniyyah wa al-Hikam al-

Furqaniyyah”. Kitab ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1998 oleh

markaz al-Jilani li al-Buhuts al-Ilmiyyah wa Tab‟a wa al-Nasyr Istambul

Turki. Sebelum diterbitkan, naskah dari tafsir Al jailani telah mengalami

proses pencarian yang melelahkan dan koreksi yang melelahkan.

Muhammad Fadhil Al-Jailani selaku editor telah berkeliling ke

berbagai perpustakaan terkenal di dunia untuk melacak keberadaan

manuskrip tafsir tersebut. Sebagaimana yang disebutkan dalam

muqaddimah bahwa Fadhil Al Jailani telah melakukan ekspedisi pencarian

di 50 perpustakaan resmi dan perpustakaan pribadi di 20 Negara.60 Tak

ketinggalan perpustakaan megah Vatikan di Italia pun telah dikunjungi. Saat

kunjungannya ke Vatikan, petugas perpustakaan bertanya kepada Fadhil

perihal keperluannya. Muhammad Fadhil menjawab bahwa beliau hendak

60 Al Jailani, Sayyid Syaikh Abdul Qadir, Tafsir al Jailani,…,28

Page 54: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

38

mencari naskah-naskah Al-Jailani. Pustakawan tersebut menjawab “ya, Al

Jailani, Filosof Islam”.

Dalam katalog perpustakaan Fadhil mencari dokumen yang

berkaitan dengan Al Jailani. Hal yang mengembirakan, disebutkan di

dalamnya gelar “Sang Filosof Islam” dan “Syekh al-Islam wa al-Muslimin”.

Kedua gelar inilah yang tidak ditemukan Fadhil di tiga benua, kecuali hanya

di Vatikan. Keterangan di perpustakaan Vatikan menyebutkan pula bahwa

Al Jailani menguasai 13 cabang ilmu. Termasuk di sana pula Fadhil

menemukan naskah Al Jailani.61

Penerbit membagi kitab ini menjadi 6 jilid yang cukup tebal,

masing-masing jilidnya terdiri dari:

a. Jilid pertama dimulai dari al-Fatihah hingga al-Maidah

b. jilid kedua berawal dari surat al-An‟am sampai akhir surat

Ibrahim

c. Jilid ketiga memuat surat al-Hijr hingga an-Nur

d. Jilid keempat memuat dari surat al-Furqan sampai Yasin

e. Jilid kelima dimulai dari surat ash-Shaffat sampai al-

Waqi‟ah

f. Jilid keenam dimulai dari surat al-Hadid sampai an-Nas

Pembaca akan selalu menemukan ciri khas dari kata pengantar di

setiap surat dengan kalimat awal “ la yakhfa” (bukan rahasia lagi / sangat

jelas). Dua kata ini akan digabungkan dengan nasihat yang hadir terkait isi

surat secara umum, tentunya dengan nuansa sufistik. Bila kata “la yakhfa”

61 Abdurahman Azuhdi, telaah otentitas tafsir sufistik Abdul Qadir Al Jailani, skripsi

jurusan Tafsir Hadist UIN Sunan kalijaga tahun2013, 95.

Page 55: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

39

menjadi trend pada permulaan surat, maka secara konsisten Al Jailani juga

memberi khas tersendiri untuk Khatimah penafsirannya. Pembaca akan

selalu menemukan nasihat sufistik di akhir surat dengan diawali kata “

alaika”.62

Dalam pengantar penerjemah dan penerbit kitab Tafsir Al Jailani,

direktur Markaz Al Jailani Asia Tenggara yakni Syekh Rohimuddin

Nawawi Al-Jahary Al-Bantani memberikan ulasan tentang keistimewaan

yang terdapat dalam kitab tafsir tersebut. Beliau memaparkan bahwa:

1) Pada kitab ini, ayat demi ayat ditafsirkan dengan cara

penuturan dan ungkapan yang mudah, singkat dan

sistematis. Jika terdapat ayat yang dapat ditafsirkan dengan

ayat lain maka dijelaskan sambil dibandingkan antara dua

ayat tersebut, sehingga makna dan tujuannya semakin jelas.

Dapat dikatakan bahwa tafsir ini sangat memperhatikan cara

penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an. Lalu setelah selesai,

beliau mulai menuturkan beberapa hadist marfu‟ yang

berkenaan dengan ayat tersebut, sambil menjelaskan

argumentasi dengan mengiringi perkataan para sahabat,

tabi‟in dan ulama salaf.

2) Dalam ayat-ayat yang terkait dengan hukum fikih, tafsir ini

tampak mentarjih sebagian pendapat ulama dan

mendhaifkan serta mensahihkan sebagian riwayat secara

tersirat, singkat dan dengan redaksi yang hemat, tidak seperti

62 Abdurahman Azuhdi, telaah otentitas tafsir sufistik Abdul Qadir Al Jailani, skripsi

jurusan Tafsir Hadist UIN Sunan kalijaga tahun2013, 96.

Page 56: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

40

yang banyak dilakukan mufasir lain. Hal ini menunjukan

bahwa pengarangnya adalah seorang yang memiliki

pengetahuan ilmu hadist yang sangat mapan.

3) Tafsir ini tergolong tafsir isyari. Meskipun tidak semua ayat

dalam surah al-Qur;an ditafsirkan dengan Isyari, akan tetapi

struktur dalam bangunan pandangan sufi terhadap tauhid

melalui penafsiran beliau kepada seluruh ayat-ayat al-

Qur‟an, sangat sistematis, runtut dan sempurna. Sehingga ini

memperkuat tafsir Al Jailani sebagai sebuah referensi utama,

serta standar maklumat bagi umat islam, khususnya para

penempuh jalan menuju Allah SWT

4) Sebagai sebuah kitab dan rujukan tasawuf tingkat tinggi

(first class), kitab ini juga menyebutkan sanad dan kualitas

hadist, mentarjih sesuatu yang dipandang benar tanpa fanatik

atau taklid tanpa dalil. Tafsir ini benar-benar bersih dari

isra‟iliyat yang tidak terdapat dalam al-Qur‟an dan hadist.

5) Terbukti tafsir Al Jailani telah diterima dan tersebar di

seluruh dunia Islam serta diakui oleh para ulama, seperti

Syek Ali Jum‟ah ( mufti mesir), mufti Syiria, mufti Libanon,

serta Syekh sufi seperti murabbi besar Syekh Youssef Riq

al-Bakhour dan lain-lain.63

Kecenderungan metode penafsiran Tafsir Al Jailani adalah tafsir

dirayah atau tafsir yang berbasis pada penalaran akal mufassir dengan

63 Al Jailani, Sayyid Syaikh Abdul Qadir, Tafsir al Jailani 24

Page 57: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

41

bercorak tasawuf (sufistik). Meski terdapat beberapa penafsiran yang

menampilkan asbab al-nuzul. Namun sangat jelas terlihat hal tersebut tidak

bisa menampilkan bahwa tafsir ini mengungkapkan metode tafsir riwayat.

Hal tersebut berdasar pada cara menafsirkannya yang langsung mengarah

pada nalar sufistik penafsir. Riwayat yang ada hanya sebagai penegas bahwa

penafsiran ini muncul sebagaimana riwayat yang ada. Riwayat yang

dimunculkan pun tidak seperti yang terdapat dala tafsir bi al-riwayah yang

sering menampilkan berbagai riwayat dengan perbandingan pendapat

perawi. Sehingga Tafsir Al Jailani bisa dikatakan sebagai tafsir dirayah

bercorak sufistik.64

Dalam pendahuluan kitab ini, editor menyebutkan bahwa Al Jailani

tidak sekedar menafsirkan al Qur‟an dengan pola penafsiran yang semata-

mata mengandalkan ilmu dan pemahaman seperti yang lazim terdapat dalam

kitab tafsir lain, tetapi tafsir ini lebih banyak bertumpu pada pemaparan

berbagai sugesti serta disandarkan pada inspirasi-inspirasi yang dapat

menghidupkan ruh dan mengokohkan ketaqwaan.65

E. Metode Penafsiran Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa Tafsir al-Jailani

merupakan karya al-Jailani yang ditahqiq oleh dua orang yaitu Fadhil

Jailani al-Hasani dan oleh Farid al-Mazidi. Kitab yang ditahqiq oleh Fadhil

Jailani terdiri dari 6 jilid sedangkan yang ditahqiq oleh Farid al-Mazidi

terdiri dari 5 juz. Kitab Tafsir al-Jailani adalah tafsir yang ditulis lengkap

30 juz dalam 6 jilid, dengan rincian jilid 1 terdiri dari muqaddimah, tafsir

64 Al Jailani, Sayyid Syaikh Abdul Qadir, Tafsir al Jailani 313 65 Al Jailani, Sayyid Syaikh Abdul Qadir, Tafsir al Jailani 26

Page 58: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

42

surah al-Fatihah sampai surah al-Maidah, jilid 2 terdiri dari tafsir surah al-

An’am sampai surah Ibrahim. Jilid 3 berisi tafsir surah al-Hijr sampai surah

al-Nur, jilid 4 berisis penafsiran dari surah al-Furqan sampai surah Yasin,

jilid 5 berisi penafsiran atas surah al-Saffat sampai surah al-Waqiah, dan

jilid 6 berisi penafsiran surah al-Hadid sampai surah al-Nas selain itu juga

terdapat fihris hadith Nabi yang terdapat dalam jilid 5 dan jilid 6 serta

lampiran berisi qasidah dengan munajat asmaul husna dan qasidah al-

Khomriyyah (syair sufi).66 Selain itu, di tiap awal surah di setiap jilid,

terdapat keterangan pembuka surah dan penutup surah di akhir penafsiran

(akhir ayat dari bagian surah).

Berbicara tentang metode Tafsir al-Jailani, maka dapat dijelaskan

dalam beberapa segi, antara lain:

1) Dari sumber penafsiran

Dilihat dari segi sumber penafsirannya, Tafsir al-Jailani termasuk

dalam ketegori tafsir bi al-iqtirani. Hal ini karena dalam

menafsirkan ayat al- Qur’an al-Jailani memadukan antara riwayat

yang kuat dan sahih} dan hasil ra’y yang sehat,67 riwayat yang

disebutkan al-Jailani dalam tafsirnya kebanyakan terkait dengan

asbab al-nuzul, meskipun demikian, dalam menyebutkan riwayat,

al-Jailani tidak menyertakan sanad yang lengkap.

2) Dari segi penjelasannya

66 Abdul Qadir al-Jailani, Tafsir al-Jailani, v. 1-6 (Kairo: Dar al-Rukni wa al-Maqam,

1430 H/ 2009 M), t.th. 67 M. Ridlwan Nasir, Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin Dalam Memahami al-

Qur’an (Surabaya: Imtiyaz, 2010), 14.

Page 59: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

43

Dilihat dari segi cara al-Jailani dalam menjelaskan ayat al-Qur’an,

Tafsir al-Jailani termasuk dalam kategori tafsir yang menggunakan

metode bayani, yaitu penafsiran dengan cara menafsirkan ayat-ayat

al-Qur’an hanya dengan memberikan keterangan secara deskriptif

dan membandingkan riwayat dan memberikan pentarjihan antar

sumber.68

3) Segi keluasan penjelasan tafsiranya

Dilihat dari segi keluasan penjelasan tafsir, Tafsir al-Jailani

termasuk dalam tafsir yang menggunakan metode ijmaly yaitu

menafsirkan ayat al- Qur’an secara global, tidak mendalam dan

panjang lebar.

4) Dari segi ketertiban ayat

Dari segi ketertiban tertib ayat yang ditafsirkan, Tafsir al-Jailani

tergolong tafsir yang menggunakan metode tahlili. Metode tahlili

sangat terlihat jelas pada Tafsir al-Jailani, yang mana al-Jailani

menafsirkan al-Qur’an lengkap tafsir ini terdiri lengkap 30 juz sesuai

dengan urutan mushaf Usmani.

Selain metode, hal yang tidak dapat dipisahan dari sebuah tafsir

adalah corak atau natijah dari sebuah tafsir. Corak tafsir merupakan aspek

yang sangat bergantung pada kecenderungan atau bidang keilmuan yang

dikuasai oleh mufassir. Tafsir al-Jailani adalah tafsir yang dikarang oleh

seorang sufi mashur, yakni Abdul Qadir al-Jailani. Mendengar nama

pengarangnya saja, khalayak sudah dapat menerka bahwa laun yang

68 Nasir, Perspektif.., 16.

Page 60: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

44

mendominasi tafsir ini adalah sufi (isyari). Dalam muqaddimah Tafsir al-

Jailani, Fadhil Jailani menyebutkan bahwa Tafsir al-Jailani

merepresentasikan tasawuf yang hakiki, murni, bersih, mengikuti al-Qur’an

dan al-sunnah, dan dari sini dimungkinkan bahwa dalam menulis tafsirnya,

al-Jailani menggunakan manhaj tasawufnya dan jumhur ulama memberi

kesaksian bahwa manhaj al-Jailani ini adalah manhaj yang luhur.69

Penafsiran sufi isyari yang digunakan oleh al-Jailani dalam

menafsirkan ayat al-Qr’an sangat terlihat jelas. Hampir semua ayat yang al-

Jailani tafsirkan selalu dihubungkan dengan ketauhidan yang mana

ketauhidan adalah pokok ajaran tasawuf.

69 Abdul Qadir al-Jailani, Tafsir al-Jailani, v. 1 (Kairo: Dar al-Rukni wa al-Maqam, 1430

H/ 2009 M), 27.s

Page 61: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

45

BAB IV

PENAFSIRAN AYAT-AYAT HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-

JAILANI

A. Penafsiran Ayat-ayat Hayah yang berkaitan dengan hawa nafsu

1. Dalam Al-Qur’an, tepatnya pada surat Al-Imron ayat 14 Allah SWT

berfirman

ير اط ن ق ل ا ين و ن ب ل ا اء و س ن ل ن ا ات م و ه ب الش اس ح لن ل ن ي ة ز ر ط ن ق م ل ا

ت اع ك م ل ذ ث ر ح ل ا ام و ع األ ن ة و م و س م ل ل ا ي خ ل ا ة و ض ف ل ا ب و ه ن الذ م

آب م ل ن ا س ح ه د ن ع للا و ا ي ن د ل ا اة ي ح ل {14}ال عمرا: ا

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan

kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak anak,

harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-

binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di

dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S

Ali imron: 14)

Dijadikan indah pada pandanngan manusia kecintaan kepada

syahwat, yakni perhiasan dunia akan terlihat bagus, bagi semua

orang yang suka tertipu oleh kemewahan dunia, hal-hal yang

menggiurkan tersebut pokok-pokoknya terhimpun dalam hal-hal

berikut (yaitu petama wanita-wanita) Bagi orang yang

menginginkannya, sebab mereka tujuannya untuk digauli, dan

termasuk sesuatu kelezatan yang paling menggoda bagi nafsu birahi.

(kedua anak laki-laki) untuk penampilan mereka berbangga-bangga

untuk kemenangan dalam permusuhan. (ketiga, harta yang banyak

menggiurkan terus diperbanyak dan dikembangkan, lalu

dikumpulan (emas dan perak), karena harta itu, yang menjadi

Page 62: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

46

perantara hawa nafsu selalu cenderung pada harta yang alami, lalu

terdidik dan dinisbatkan pada mereka untuk mengendarainya, dan

menyombongkan diri (dengan hewan peliharannya) dan unta, sapi,

kambing untuk dijadikan muatan dan makanan, alat pertanian, lalu

dijadikan makanan pokok, untuk dijadikan bekal hidup. (jadi semua

itu), pokok-pokok tersebut (perhiasan hidup) yang akan binasa yang

menjadi penghalang untuk merujuk kesyurga untuk tempat tinggal,

yang merupakan tempat tinggal tetap, kekal dan tempat untuk

bertemu sang pencipta yang maha kasih, Allah yang selalu

menunjukkan jalan yang benar. (kepada semua yang diatas), bagi

orang yang menuju pada Allah, dan menjemput uluran tangan Allah,

(tempat kembali yang baik).70

Ayat diatas dapat disimpulkan bahwa manusia hidup didunia

ini selalu tertipu oleh keindahan dunia, seperti contoh wanita, anak

dan harta yang bayak, Sehingga mereka itu lebih mengedepankan

hawa nafsu demi kepuasan dirinya, lalu sangat mencintai harta yang

berlimpah, mereka mengumpulkan harta seperti halnya emas perak,

kuda-kuda yang bagus atau binatang-binatang ternak, untuk

dijadikan bekal kehidupan mereka kedepannya. Ketika manusia

mempunyai semua itu mereka berlomba-lomba untuk

menyombongkan diri, karena sudah mempunyai kekayaan yang

berlimpah, padahal semua itu hanya tipuan dan kesenangan didunia

70 Tafsir Al-jailani. Tahqiq Fadil Al-jailani Al-Tailani Al-Jamazraq, al-Juz’u al-Awwal

(Kairo: Dar al-Rukni wal al-Maqam, 1430 H/2009 M) h. 254-255

Page 63: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

47

saja. Didunia manusia bersenang-senang dengan hartanyaakan

tetapi semua itu akan lenyap. Semua yang menyangkut dengan dunia

itu hanya bersifat sementara, hidup yang kekal itu hanya kehidupan

akhirat, dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik, itulah yang

seharusnya menjadi sebuah idaman dan tujuan kita bukan yang lain.

2. Surat Al-A’raf ayat 32

ي ل ه ق ق ز ن الر ات م ب ي لط ا ه و د ا ب ع ل ج ر ي أ خ ت ل ا ة للا ين م ز ر ن ح ل م ق

ات ي ل ال ف ص ك ن ل ذ ك ة ام ي ق ل م ا و ي ة ص ال ا خ ي ن د ل ا اة ي ح ل ي ا وا ف ن ين آم ذ ل ل

ون )األعراف:32( م ل ع م ي و ق ل

Katakanlah: “Siapakah yeng meharamkan perhiasan dari

Allah yang telah dikeluarkanya untuk hamba-hambanya dan

(siapa pula yang menghamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah

semua itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam

kehidupan dunia, khusu (untuk mereka saja) di ahari kiamat”.

Demikianlah kamimenjeaskan ayat-ayat itu bagiorang yang

mengetahui.

Katakanlah wahai utusan paling sempurna kepada ahli

thahir yang masih terhalang yang belum mendapati pengertian

pencerahan hidayah secara batin. Yang belum bisa mengarah pada

sisi ketauhidan seperti contoh ketauhidan yang ada dalam ayat ini:

(siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah

dikeluarkan) dan telah di bagikan (kepada hamba-hambanya)

murni dari campur tangan semesta dengan terang benderanganya

agama Allah dan sifat-sifatnya (dan yang baik-baik) yang bersifat

batin dan kelezatan-kelezatan yang beersifat ruhaniah (dari rezeki)

sampaikanlah wahai utusan tuhan yang paling sempurna bahwa

kenikmatan yang bersifat rahmani tersebut bisa diraih oleh orang-

orang mukmin dengan selalu meng-esakan Allah (selama hidup di

Page 64: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

48

dunia). Di ayat yang pertama adalah suatu keberadaan mereka

tercampur kengan kekuatan yang manusiawi dan kotoran-kotoran

yang bersifat hewani (sampai hari kiamat), pokok pemhaman ayat

ini adalah akan diraih oleh mereka pada hari kiamat tampa campur

baur kekotoran ketika meraka bisa mencabut diri atau menahan diri

dari keinginan-keinginan yang batil dan keberadaan ketentuan

yang hampa demikianlah kami jelaskan ayat-ayat yang

menunjukan ketauhudan atau kesaan tuhan bagi orang-orang yang

mengerti, meraka tunduk dengan keimanan maka merak menuju

satujengakal leabih dekat dengan tuhan atau bisa dikatakan wali71

Ayat diatas menunjukan bahwa Allah berfirman untuk

menyanggah pendapat orang-orang yang mengharamkan dari

makanan atau minuman atau pakaian menurut kehendak hatinya

sendiri tampa ada dasar syariat dari Allah SWT. Dan ayat di atas

juga menunjukan bahwa semua yang Allah ciptakan di dunia ini

hanyalah untuk orang-orang yang beriman kepada-nya dan rosul-

nya dalam kehidupan di dunia ini, bahkan sekalipun orang-orang

kafir ikut memanfaatkanya secara lahiriah di dunia ini, akan tetapi

semuanya itu khusus bagi orang-ornag yang beriman kelak di hari

kiamat. Tiada seorangpun darikalangan orang-ornag kafir bersama

71 Tafsir al-jailani. Tahqiq Fadil Al-jailani Al-Tailani Al-Jamazraq, Juz 2 (Kairo: Dar al-

Rukni wal al-Maqam, 1430 H/2009 M) hlm 100

Page 65: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

49

mereka dalam memanfaatkanya, karena surga diharamkan bagi

orang-orang kafir.72

Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan

yang baik itu dapat dinikmati didunia ini leh orang yang beriman

dan orang-orang yang tidak beriman, sedangkan diakhirat nanti

adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.

Orang-orang pada masa jahiliah telah mengharamkan

sebagian makanan ketika mengerjakan haji seperti makanan

daging, makanan yang berlemak dan lain-lain. Orang-orang

nasrani dan ahli kitab sebagian mereka juga mengharamkan

memakan yang baik-baik seperti halnya perbuatan orang pada

masa jahiliah itu. Maka ayat ini dengan tegas memerintahkan

kepada nabi Muhammad SAW untuk menanyakan kepada mereka,

siapa yang mengharamkan semua itu? Jelaslah bahwa orang yang

mengharamkan itu mereka sendiri dan setan bukan merupakan

wahyu Allah yang disampaikanya kepada rosul Allah.

Pakaian dan perhiasan yang memang sudah disediakan

Allah untuk mereka dan Allah tidak mengharamkan makanan yang

baik-baik, yang lezat-lezat seperti rezekiyang halal dari allah.

Memakai pakaian yang indah, berdadan dan berhias, serta

memakan makanan yang lezat-lezat yang dihalalkan Allah adalah

72 Imamuddin Abu al-Fida’ Imail bin Umar bin Katsir “Tafsir ibnukastir” Tahqiq Dr.

Abdullah bin Muhammad bin Abdur Rahman bin Ishaq al-Seikh. (Bogor: Imam as-Syafi’i 2004)

hlm 286

Page 66: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

50

merupakan kesenangan dan kegemaran manusia. Agama islam

membolehkanya selama tidak bertentangan dengan hukum Allah,

seperti berlebih-lebihan dan lain-lain.

Abul Qasim Imam Thabrani mengatakan, telah

menceritakan kepada kami Abu Husain Muhammad Ibnu Husain

A-Qadhi,telah menceritakan kepada kami Yahya Al-Hammani,

telah menceritakan kepada kami Ya’qub Al-Qummi, dari jakfar

Ibnu Mughirah, dari Said Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas mengatakan

bahwa dahulu orang-orang Quraisy melakukan tawafnya di

Baitullah dalamkedaan telanjang seraya bersiuldan bertepuk

tangan. Tetapi setalah masa islam, Allah menu runkan firma-nya:

Katakanlah, “siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah

yang telah dibaginya kepada hamba-hambanya? (Al-a’raf: 32);

Maka mereka diperintahkanya untuk memakai pakaian mereka.73

3. Surat Ar-Ra’d ayat 26

زق ي بسط للا ن الر ي قدر ي ش اء لم ف رحوا و ي اة و ا الدني ا بالح م ي اة و ة في الدني ا الح إال الخر

ت اع {26:الرعد}م

Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang

Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia,

padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat,

hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Q.S Ar-Ra’d: 26)

(Allah meluaskan rezekin) melebarkan (bagi siapa yang di

kehendaki-Nya dan menyempitkannya). Artinya Allah pun

menyempitkan rezekinya bagi siapa yang dikehendakinya. (mereka

73 Imamuddin Abu al-Fida’ Imail bin Umar bin Katsir “Tafsir ibnukastir” Tahqiq Dr.

Abdullah bin Muhammad bin Abdur Rahman bin Ishaq al-Seikh. (Bogor: Imam as-Syafi’i 2004)

hlm 286

Page 67: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

51

bergembira)yang dimaksud adalah penduduk mekah, yaitu dengan

kegembiraan yang sombong (dengan kehidupan di dunia) dengan

apa yang telah mereka peroleh dari perkara duniawi (padahal

kehidupan dunia itu, dibanding dengan (kehidupan di akhirat ,

hanyalah kesenagan yang sedikit). Kesenangan yang bersifat

sementara lalu lenyap.74

Ayat diatas menjelaskan bahwa manusa itu tidak boleh

sombong atas apa yang telah dicapai dan yang sudah dimiliki, karena

semua yang kita punya itu hanyalah semata-mata milik Allah. Apa

yang manusia peroleh dari Allah itu hanya sementara, tidak ada

yang bisa kita sombongkan dihadapan Allah, dan Allah maha

meluaskan rizki manusia dan juga bisa menyempitkan rizki apabila

dikehendak-Nya. Kehidupan dunia itu kesengannya sedikit

dibandingkan kesenangan di akhirat nanti, karena kesenangan yang

bersifat sementara itu akan lenyap seketika. Jadi bersyukurlah atas

nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita.

B. Kehidupan yang berkaitan dengan ibadah

1. Surat Al-Fajr ayat 24

قول ي اتي ل ق دمت ل يت ني ي ا { 24}الفجر: ح

Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu

mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". (Q.S Al-Fajr: 24)

74 Tafsir Al-jailani. Tahqiq Fadil Al-jailani Al-Tailani Al-Jamazraq, Juz 2 (Kairo: Dar al-

Rukni wal al-Maqam, 1430 H/2009 M) h.504

Page 68: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

52

Orang kafir itu akan mengatakan dengan mengharapkan

sesuatu yang tidak mungkin, dengan penuh peyesalan yang

mendalam. (seandainya saya dulu melakukan amal kebaikan, dan

beriman dalam semua coba’an dan ujian dalam kehidupan saya).

Dan keselaman saya pada hari ini secara keseluruhan. (pada hari

ini seseorang tidak akan disiksa, kecuali dengan diksaannya

sendiri). Maksudnya siksaa sesorang itu, tidak akan diberikan

kepada orang lain, malaikat penyiksa seperti siksaan orang lain,

dalam penyesalannya, dan dalam segala bentuk kesengsaraan dan

kegalauan ang mendalam dan kehinaan. (dan tidak diikat) dan

tidak diperkuat ikatannya, kecuali dengan ikatannya sendiri.

Seperti ikatan dan siksaan orang lain dalam segala macam

bentuk penghinaa, dan penyesalan dalam ketersendatannya, dan

kesengsaraa dalam penyiksaan. Sebab yang disebabkan karena

penyesalan dan penghinaan, tidak bisa diukur dengan siksaan

badan. Penyesalan orang kafir menjadi penyesalan yang tidak

berguna, karena tidak ada kehidupan lagi, dan tidak mungkin

dikembalikan kedunia lagi. Penyesalan itu sangat pedih bahkan

tidak bisa diukur dengan apapun yang ada di dunia ini.75

Ayat diatas menjelaskan tentang penyesalan manusia

sewaktu hidup di dunia, atas apa yang mereka lakukan selama hidup.

Manusia terlena dengan keindahan dunia sehingga lupa akan adanya

75 Tafsir Al-jailani. Tahqiq Fadil Al-jailani Al-Tailani Al-Jamazraq, Juz 6 (Kairo: Dar al-

Rukni wal al-Maqam, 1430 H/2009 M) h.271

Page 69: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

53

akhirat. Apa yang mereka lakukan hanya kesenangan, dan perbuatan

keburukan yang melanggar aturan Allah, Sehingga mereka tidak

mempunya bekal untuk di akhirat, penyesalan ini sudah tidak ada

gunanya lagi. Maka diri itu dunia hanya ujian dari Allah untuk

manusia

2. Surat an-nahl ayat 97:

ة ب ي ط ة ا ي ح ه ن ي ي ح ن ل ن ف م ؤ و م ه ث ى و ن أ ر أ و ك ذ ن ا م ح ل ا ل ص م م ن ع

ون ل م ع وا ي ن ا ا ك ن م س أ ح م ب ه ر م أ ج ه ن ي ز ج ن ل و

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka

sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang

baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka

dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan.

(Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki

maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya

akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik) menurut suatu

pendapat dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di

surga. Menurut pendapat yang lain dikatakan adalah kehidupan

dunia, yaitu dengan mendapatkan rasa qana`ah atau menerima apa

adanya atau ia mendapatkan rezeki yang halal (dan sesungguhnya

akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih

baik dari apa yang telah mereka kerjakan).76

76 Imam Jalaluddin al-Mahally dan Imam Jamaluddin Asy-Syuyuthi “Tafsir jalalain”

(Tasik Malaya: Pustaka al-Hidayah: 2009) hlm 3/1450

Page 70: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

54

Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala bagi orang yang

mengerjakan amal shalih, yaitu amal yang mengikuti Kitab Allah

Ta’ala (al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya, Muhammad, baik laki-

laki maupun perempuan yang hatinya beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya. Amal yang diperintahkan itu telah disyari’atkan dari sisi

Allah, yaitu Dia akan memberinya kehidupan yang baik di dunia dan

akan memberikan balasan di akhirat kelak dengan balasan yang

lebih baik daripada amalnya. Kehidupan yang baik itu mencakup

seluruh bentuk ketenangan, bagaimanapun wujudnya.

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari `Abdullah bin `Umar, bahwa

Rasulullah saw bersabda: “Sungguh beruntung orang yang berserah

diri, yang diberi rizki dengan rasa cukup, dan diberikan perasaan

cukup oleh Allah atas apa yang telah Dia berikan kepadanya.” (HR.

Muslim)

Imam Ahmad juga meriwayatkan, dari `Anas bin Malik, dia

bercerita, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak

mendhalimi suatu kebaikan seorang mukmin yang Dia berikan di

dunia dan diberikan balasan atasnya di akhirat kelak. Sedangkan

orang kafir, maka dia akan diberi makan di dunia karena berbagai

kebaikannya di dunia sehingga apabila datang di alam akhirat, maka

tiada satu pun kebaikan yang mendatangkan kebaikan baginya.”

(HR. Muslim)

Page 71: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

55

Akan kami balas mereka dan akan kami berikan pahala

mereka dengan balasan yang lebih baik dari nilai amal mereka

karena mereka selalu menepati janji dengan allah dan ketentuan-

ketentuan allah, dan mereka selalu berjalan pada garis tuntunan

perintah dan larangan Allah. (Barang siapa yang mengerjakan) amal

soleh diantarakalian (amalan yang baik) untuk diterima yang

dikerjakan (oleh laki-laki) diantara kalian (atau dariperempuan)

padasaat (dia) beramal dalam kedaan (beriman) dan meng esakan

Allah, dan meyakini para utusan dan kitab-kitab yang diturunkan

kepada mereka,77

Pengertian kehidupan yang baik ialah kehidupan yang

mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai aspeknya. Telah

diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa mereka

menafsirkannya dengan pengertian rezeki yang halal lagi baik.

C. Kehidupan yang berkaitan dengan faktor manusiawi (sifat alami manusia)

1. Surat Al-Baqarah ayat 96

ل ص ت جد نهم و ل ى الناس أ حر ي اة ع من ح كوا الذين و د أ شر دهم ي و ر ل و أ ح ا س ن ة أ لف يع م م هو و

حزحه ر أ ن الع ذ اب من بمز يع م للا ا ب صير و لون}البقرة: بم { 96ي عم

Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang

paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi)

dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi

umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan

menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang

mereka kerjakan. (Q.S Al-Baqarah:96)

77 tafsir al-jailani Tahqiq Fadil Al-jailani Al-Tailani Al-Jamazraq, Juz 3 (Kairo: Dar al-

Rukni wal al-Maqam, 1430 H/2009 M)hlm 87

Page 72: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

56

(Dan sesungguhnya, akan kamu jumpai mereka itu) “lam”

menunjukkan sumpah (setamak-tamak manusia atas kehidupan

dunia dan) lebih tamak lagi (dari orang-orang musyrik) yakni yang

mengingkari hari-hari kebangkitan. Merka tahu bahwa tempat

kediaman mereka itu neraka, berbeda halnya dengan orang-orang

musyrik yang mengingkari adanya hari akhirat itu. (masing-masing

dari mereka menginginkan) atau mengharapkan (agar diberi umur

seribu tahun) “ lau’ masdariyah sama arti dengan ‘an’ atau agar

“kata benda “ menjadi “mif ul bih” atau ‘objek penderita’ dari

‘yawaddu’. (Dan tidaklah dia) maksunya masing-masing dari

mereka (akan menjauhkannya) menyelamatkan dirinya (dari siksa)

makudnya neraka. (kaena mereka diberi umur panjang itu). ‘An

bersama ‘shilahnya ini menjadi ‘fa’il atau ‘pelaku’ dari

‘muzahzihihi, (dan Allah maha melihat akan apa yang mereka

lakukan) karena itu Allah akan membalasnya.78

Ada yang membaca dengan ‘ya’ dan adapula dengan ‘ta.

Ibnu Shuriya bertanya kepada Nabi SAW atau Umar, “ siapakah

diantara malaikan yang menyampaikan wahyu? Jawabnya, Jibril.

Kata Ibnu Suriyah, “Dia musuh kami yang selalu mendatangkan

siksa atau kesengsaraan. Kalau saja Mikail, tentu kami akan

beriman , karena Dia membawa kemakmuran dan kedaimain. Lalu

turunlah ayat ini.

78 Tafsir Al-jailani. Tahqiq Fadil Al-jailani Al-Tailani Al-Jamazraq, Juz 1 (Kairo: Dar al-

Rukni wal al-Maqam, 1430 H/2009 M) h.104

Page 73: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

57

Ayat diatas menjelaskan tentang orang-orang yang terlalu

mencintai dunia, sehingga mereka mempunya sifat tamak terhadap

kehidupan dunia. Dan ada pula yang lebih tamak lagi yaitu orang-

orang yang mempunya sifat-sifat syirik, manusia yang seperti

itu,tidak mempercayai hari akhir. Mereka itu menginginkan umur

yang sangat panjang untuk lebih lama hidup di dunia ini, mereka

beranggapan apabilah mereka mepunyai umur yang panjang mereka

akan dijahui dari siksa neraka. padahal meskipun mereka lama hidup

diduni, Allah akan mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka.

Mereka itu sangat mencintai kehidupan dunia, mereka lupa akan

akhirat yang menjadi kehidupan manusia yang kekal.

2. Surat Al-Ankabut ayat 64

او ذه م ي اة ه ل عب ل هو إال الدني ا الح إن و ة الدار و ان ل هي الخر ي و ك انوا ل و الح

{64ز}النكبوت:ي عل مون

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau

dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya

kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Q.S Al-Ankabut:64).

( Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau

dan main-main) sedangkan, amal-amal takarrub termasuk perkara

akhirat, karena buahnya akan dipetik diakhirat nanti. (dan

sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan). Lafal al-

hayawan artinya kehidupan (kalau mereka mengetahui) hal tersebut,

Page 74: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

58

niscaya mereka tidak akan memilih parkara duniawi dan

meninggalkan parkara akhirat.79

Jadi, kehidupan dunia itu hanya sebagai tempat senda gurau

dan sebuah permainan. Maka dari itu dunia ini bukan sesuatu yang

harus kita perjuangkan, karena dunia ini hanya tempat kita untuk

menanam modal kahidupan abadi kelak di syurga, dengan cara

memperbanyak ibadah, takarrub kepada Allah. Berlomba-lombalah

untuk menanam bekal menuju akhirat nanti.

Dari ayat-ayat diatas dapat disimpulkan bahwa makna hayah

atau kehidupan menurut Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani didalam

kitab Tafsir Al-Jailani adalah bahwa kehidupan didunia ini hanya

sebuah permainan saja dan sandiwara belaka, dan juga hidup di

dunia itu hanya ujian dari Allah agar bisa tau seberapa cintanya

makhluk-Nya terhadap-Nya. Hidup didunia ini tidak laian hanyalah

sebuah , permainan anak kecil, permainan anak remaja, dan sebuah

perhiasan (permainan orang dewasa). Seharusnya kita hidup di dunia

ini harus memperbanyak bekal contohnya, bertaqarrunb ke pada

Allah, melakukan apa yang diperintahkan, melakukan amal baik dan

sholeh. Barang siapa yang beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya serta

mengerjakan amal sholeh, maka dia akan mendapatkan balasan

kelak di akhirat nanti. Karena Allah menciptakan dunia ini untuk

orang-orang yang beriman, sedangkan Allah menciptakan syurga

79 Tafsir Al-jailani. Tahqiq Fadil Al-jailani Al-Tailani Al-Jamazraq, Juz 4 (Kairo: Dar al-

Rukni wal al-Maqam, 1430 H/2009 M) h.504

Page 75: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

59

hanya dikhusukan untuk orang-orang yang beriman saja dan

mengharamkan bagi orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya

dan Rasul-Nya.

Alasan kenapa penulis mengambil ayat-ayat diatas karena

penulis sering kali melihat orang-orang yang lebih mementingkan

duniawi dari pada kehidupan akhirat, dan ayat-ayat diatas telah

menjelaskan secara rinci dan jelas tentang kehidupan dunia manusia

yang lebih mencintai dunia dan melupakan dunia akhirat.

Maka dari itu dunia ini bukanlah sesuatu yang harus kita

perjuangkan, karena dunia ini adalah tempat kita menanam modal

untuk kehidupan abadi kelak disyurga. Tidak ada yang bisa kita

sombongkan karna apa yang kita miliki didunia ini hanya milik

Allah semata.

Page 76: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan terhadap Al-Hayah

Perspektif Tafsir Al-Jailani sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab-

bab sebelumnya, maka pada bagian ini penulis akan mengambil kesimpulan

dari penelitian bab sebelumnya.

Menurut Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani Al-Hayah atau kehidupan

di dunia beliau menjelaskan bahwa kehidupan dunia itu hanya bersifat

sementara dan dapat di bagi menjadi beberapa bagian yaitu pertama hidup

adalah ujian artinya kita hidup didunia fana ini diberikan ujian sama Allah

seberapa mampu kita didalam melaksanakan perintah-Nya dan menjahui

hal-hal yang dilarang-Nya, dan Allah akan melihat apa saja yang kita

lakukan selama hidup didunia. Kedua kehidupan dunia hanya bersifat

sementara, jadi apa yang kita peroleh di dunia seperti halnya harta, tahta,

wanita, itu hanya bersifat sementara, semua itu tidak bisa kita pertahankan

itu semua akan musnah. Kehidupan yang sebenarnya itu hanya kehidupan

akhirat nanti. Berlomba-lombalah untuk melakukan amal kebaikan. Ketiga

kehidupan di dunia itu hanya mencintai kemewahan yaitu manusia hidup

hanya melakukan hal-hal yang tidak berguna, berlomba-lomba dengan

kesombongannya, berfoya-foya.

Jadi dapat disimpulkan makna hayah menurut baliau adalah

kehidupan di dunia ini hanya sebagai suatu permainan saja dan sandiwara

Page 77: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

61

belaka, apabila seseorang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta

melakukan amal sholeh, maka Allah akan membalas kelak diakhirat nanti.

Allah menciptakan dunia itu, agar manusia berlomba-lomba untuk

melakukan apa yang diperintahnya, bukan malah sebaliknya. Maka dari itu

kita harus menanam modal untuk kehidupan kita kelak diakhirat nanti.

B. Saran

Setelah meneliti dan mengkaji penelitian ini,penulis menyadari

bahwa masih banyak celah dalam penelitian ini, sehingga membutuhkan

kajian lanjut tentang pemikiran mereka. Dengan adanya skripsi ini.

Hendaknya para pembaca bisa lebih meningkatkan kualitas hidupnya

dengan menanamkan dalam hati, arti hidup yang dijalani.

Al-Hayah perspektif tafsir Al-Jailani Yang penulis teliti saat ini,

masih dalam sudut pandang yang luas. Diharapkan para peneliti mendatang

bisa lebih memperdalamkajian ini.

Page 78: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

62

DAFTAR PUSTAKA

al-Asfahāniy, al-Raghib. Mufradāt Alfādz Al-Qur’ān. T.tp.: Maktabah Fiyād li al-

Tijārah wa al-Tauzī‟, 2002.

Azuhdi, Abdurahman. “Telaah otentitas tafsir sufistik Abdul Qadir Al Jailani”.

Skripsi jurusan Tafsir Hadist UIN Sunan kalijaga tahun2013.

Al-Barzanji. al-Lujjain Al Dain. Penerjemah Muslih Abdurahman, Al Burhani. Jilid

II. Semarang: Toha Putera.

Baraja, Abbas Arfan. Ayat-Ayat Kauniyah. Malang: UIN-Malang Press, 2009.

Depag RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jilid VI. Jakarta: Lentera Abadi, 2010.

al-Dhahabi. t.t.: Bait al-Afkar al-Daulah, t.th.

al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulum ad-Din. Beirut: Dar al-Fikr, 1995.

Halim, Muhammad Abdul. Memahami Al-Qur’an Pendekatan Gaya dan Tema.

Bandung: Penerbit Marja’, 2002.

H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers Shorter. Encyclopaedia of Islam. Vol. I. Leiden: E.J.

Brill, 1953.

Irsyadi, Kamran As’ad. Lautan hikmah kekasih Allah. Jogjakarta: Diva pres, 2007.

Izzan, Ahmad. Metodelogi Ilmu Tafsīr. Bandung: Tafakkur, 2011.

al-Jailani, Abdul Qadir. Sirr al-Asrar wa Muzhir al-Anwar Fi Ma Yahtaju Ilaihi al-

Abrar. Damaskus: Dar Ibn al-Qayyim, Dar al-Sanabil, 1993.

Page 79: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

63

.Tafsir al-Jailani. Tahqiq Fadil Jailani al-Hasani al-Tailani al-Jamazraq, al- Juz’u al-

Awwal (Kairo: Dar al-Rukni wa al-Maqam, 1430 H/2009 M

Jazuli, Ahzami samiun. Ḥayāh Dalam Pandangan al-Qur`an. Jakarta: Gema Insani, 2006.

Koentjaningrat. Metode-Metode penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1997.

M. Arifin, Tatang. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1995

MA Cassim Razvi dan Siddiq Osman NM. Syekh Abdul Qadir al-Jailani Pemimpin Para

Wali. Yogyakarta: Pustaka Sufi.

Moeloeng, Lexy J.. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 1991

Mustholih, “Tujuan Hidup Manusia Dalam Al-Qur’an”. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008.

Muhadjir, Noeng. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Cet VIII. Yogyakarta: Reka Sarasin,

1998.

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsīr al-Al-Qur’an. Yogyakarta: Pondok Pesantren

LSQ & Adab Press, 2012.

Nasir, M. Ridlwan. Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin Dalam Memahami al-Qur’an.

Surabaya: Imtiyaz, 2010.

Naqiyah, Khalishatun. “Makna Kata Al-Duya’ Serta Relasinya Dalam Al-Qur’an”.

Skripsi:IAIN Surakarta: 2017.

al-Qahtani, Said Ibn Musfir. Buku Putih Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Penerjemah Munirul

Abidin. Jakarta: Pt. Darul Falah, 2015.

Sahabuddin. Ensiklopedia Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Page 80: Al- HAYAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILANIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42955...beserta fungsi kehidupan bagi manusia dan tujuan hidup bagi manusia didunia ini adalah

64

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah. Vol. XIV. Jakarta: Lentera Hati. 2003.

Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito,

1994.

Suryadilaga, M. Alfatih dkk., Metodelogi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, Cet III, 2010.

al-Syirbashi, Ahmad. Sejarah Tafsir Al-Qur’an, Penerjemah Tim Pustaka Firdaus Cet. III,

Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

al-Tadafi, Muhammad bin Yahya. Mahkota Para Aulia. Penerjemah A Kasyful Anwar.

Jakarta: Pernada, 2005.

Tasrifah, Siti. “Konsep Shalat Menurut Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Tala’ah Atas Kitab

Tafsir Al-Jailani”. Skripsi:UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2015

Tasmara, Toto. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani, 2002.

Trimingham, J. Spencer. The Sufi Order in Islam. London: The Clarendon Press Oxford,

1971.

wikipedia.Abdul_Qadir_al-Jailani

al-Żahabī, M. Husain. al-Tafsīr wa al-Mufassirūn, Juz II. Qairo: Maktabah Wahbah, 2000.

al-Zarkali, Khairuddin. al-‘Alam al-Juz’u al-Rabi’. Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-Malayin, 1990.