ayat al-quran tentang konsep pendidikan: al-tarbiyah; al …€¦ · al-quran merupakan pedoman dan...
TRANSCRIPT
AYAT AL-QURAN TENTANG KONSEP PENDIDIKAN: AL-TARBIYAH;
AL-FATIHAH, AL-BAQARAH: 21,37
MAKALAH
(Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Terstuktur mata kuliah Ilmu dan
Tafsir Tarbawi)
Dosen :
Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad EQ, MA.
Dr. Yayan Rahtikawati, M.Ag.
Disusun oleh :
Farah Dila Fatmawati : 2170040045
Hafiizh M. Ramadhan : 2170040046
PAI K.I-A
PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT., Pemilik, Pencipta, dan Pemelihara seluruh
makhluk yang telah mencurahkan segala rahmat dan kasih-Nya ke muka bumi ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan
alam, yakni Nabi Muhammad SAW, kepada para shahabat, para tabiin, dan pada
kita selaku ummatnya.
Dengan izin Allah yang Mahakuasa akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ayat al-Quran tentang konsep pendidikan: al-tarbiyah;
al-fatihah, al-baqarah: 21,37“. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi
tugas struktur mata kuliah Ilmu dan Tafsir Tarbawi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dorongan, bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, kiranya sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada
Dosen Mata Kuliah Ilmu dna Tafsir Tarbawi atas bimbingannya dalam pembuatan
makalah ini.
Makalah yang sederhana ini tentunya masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
yang akan datang. Pada akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun
khususnya, dan pembaca pada umumnya.
Bandung, Oktober 2017
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Konsep Pendidikan dalam Al-Quran .................................................. 2
B. Nilai-nilai Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah ................................... 5
C. Nilai-nilai Pendidikan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 21 .................... 8
D. Nilai-nilai Pendidikan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 37 .................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 12
SIMPULAN ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran merupakan pedoman dan petunjuk bagi segenap manusia dalam
mengemban misinya sebagai khalifatullah di bumi. Di dalamnya termuat berbagai
aspek yang dibutuhkan manusia, seperti, aspek spiritual, sosial, budaya, pendidikan,
dan aspek-aspek lainnya.
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dilihat pada
Al-Quran surat an-Nahl ayat 64 dan surat Shad ayat 29. Di sana terungkap bahwa
pada hakikatnya Al-Quran itu merupakan khazanah yang penting untuk kehidupan
dan kebudayaan manusia terutama bidang kerohanian. Al-Quran merupakan pedoman
pendidikan kemasyarakatan, moral dan spiritual (kerohanian).
Dalam makalah ini akan dipaparkan pandangan Islam tentang pendidikan, nilai-
nilai pendidikan dan arah tujuan pemanfaatan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan dalam al-Quran?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan dalam surah al-Fatihah?
3. Bagaimana nilai-nilai pendidikan dalam surah al-Baqarah ayat 21?
4. Bagaimana nilai-nilai pendidikan dalam surah al-Baqarah ayat 37?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan dalam al-Quran.
2. Untuk mengetahui niai-nilai pendidikan dalam surah al-Fatihah.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam surah al-Baqarah ayat 21.
4. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam surah al-Baqarah ayat 37.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Pendidikan dalam al-Quran
Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam Al-Quran dengan istilah At-Tarbiyah,
At-Ta’lim dan At-Tad’ib, tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata
‘Rabba’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi ‘rabba’ yang
mempunyai pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’ yang berarti nama Allah.
(Pohan, 2015: 163-164).
Kata rabb menurut Muhammad Zaki Muhammad Khadr (2009: 3) dengan segala
derivasinya disebutkan dalam al-Quran sebanyak 981 kali. Kata tersebut selanjutnya
digunakan oleh al-Quran untuk berbagai makna antara lain digunakan untuk
menerangkan salah satu sifat Allah swt, yaitu rabbul ‘alamin yang diartikan
pemelihara, pendidik, penjaga, dan penguasa alam semesta, digunakan juga untuk
menjelaskan objek sifat tuhan sebagai pemelihara pendidik, penjaga dan penguasa
semesta seperti: al-‘arsyil ‘adzim, yakni arsy yang agung, al-masyariq yakni ufuk
timur tempat terbitnya matahari, abaukum al-awalun yakni nenek moyang pendahulu
orang-orang kafir Quraisy.
Berdasarkan makna-makna tersebut diatas, terlihat dengan jelas bahwa kata rabb
dalam al-Quran digunakan untuk menunjukan objek yang bermacam-macam, baik
fisik maupun non fisik. Dengan demikian, pendidikan oleh Allah swt, meliputi
pemeilharaan seluruh makhluk-Nya.
Dalam pembahasan selanjutnya ditemukan perbedaan pendapat di kalangan para
ahli mengenai pemakian kata tersebut dalam hubungannya dengan pendidikan.
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi dalam Ahmad Tafsir (2010: 29), bahwa kata
tarbiyah lebih tepat digunakan untuk makna pendidikan. Menurutnya, kata tarbiyah
berasal dari tiga kata yaitu: pertama, dari kata rabba-yarbu yang berarti bertambah
3
atau tumbuh; karena pendidikan mengandung misi untuk menambah bekal
pengetahuan kepad aanak dan menumbuhkan potensi yang dimilikinya. Kedua, dari
kata rabiya-yarba’ yang berarti menjadi besar, karena pendidikan jugamengandung
misi untuk membesarkan jiwa dan memperluas wawasan seseorang. Ketiga, dari kata
rabba yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga,
memelihara.
Berbeda dengan pendapat di atas, Abdul Fattah Jalal (1977: 32) mengatakan
bahwa kata ta’lim lebih komprehensif untuk mewakili istilah pendidikan karena kata
tersebut berhubungan dengan tiga aspek. Pertama, menyangkut aspek pemberian
bekal pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggungjawab, dan penanaman
amanah, hingga penyucian atau pembersihan manusia dari segala kotoran dan
menjadikan diri manusia berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk menerima
al-hikmah serta mempelajari apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak
diketahuinya. Kedua, menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan seseorang dalam hidup serta epdoman perilaku yang baik. Ketiga,
merupakan proses yang terus menerus diusahakan semenjak dilahirkn, sebab manusia
dilahirkan tidak mengetahui apa-apa, tetapi dia dibekali dengan berbagai potensi yang
mempersiapkannya untuk meraih dan memahami ilmu penegtahuan serta
memanfaatkannya dalam kehidupan.
kata ‘allama dengan segala bentuk derivasinya disebutkan dalam al-Quran
sebanyak 854 kali dan digunakan dalam berbagai konteks. Terkadang digunakan
untuk menjelaskan bahwa Allah sebagai subjek yang mengajarkan kepada manusia
beberapa hal antara lain: mengajarkan nama-nama (benda) semuanya, emngajarkan
al-Quran, mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui dan terkadang
digunakan bahwa manusia sebagai subjek (Khadr, 2009: 12). Dari beberapa ungkapan
tersebut terkesan bahwa ta’lim dalam al-Quran menunjukan adanya sesuatu berupa
pengetahuan yang diberikan kepada seseorang. Jadi sifatnya intelektual.
4
Adapun menurut Syaed Naquid al-Attas (1988: 17), kata ta’lim disinonimkan
dengan pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar, namun bila al-ta’lim
disinonimkan dengan al-tarbuiyah, al-ta’lim mempunyai arti pengenalan tempat
segala sesuatu dalam sebuah sistem. Menurutnya, ada hal yang membedakan antara
tarbiyah dan ta’lim, yaitu ruang lingkup ta’lim lebih umum dari pada tarbiyah,
karena tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi
eksistensi dan juga tarbiyah merupakan terjemahan dari bahasa latin education yang
keduanya mengacu pada segala sesuatu yang bersifat fisik-mental, tetapi sumbernya
bukan dari wahyu.
Kebalikan dari pendapat Sayed Muhamad Naquib al-Attas, Muhammad Athiyah
al-Abrasy (1968: 32), mengatakan bahwa ta’lim lebih khusus dibandingkan dengan
tarbiyah. Hal itu karena ta’lim merupakan upaya menyiapkan individu dengan
mengacu pada aspek-aspek tertentu saja, sedangkan kata tarbiyah mencakup
keseluruhan aspek-aspek pendidikan. Sementara itu Abduin Nata (1997: 8)
mengatakan bahwa istilah ta’lim mengesankan proses pemberian bekal pengetahuan,
sedangkan istilah tarbiyah mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi
pembentukan kerpibadian dan sikap mental.
Istilah ketiga yang digunakan untuk menunjukkan kepada pendidikan adalah
adab. Arti dasar istilah ini yaitu "undangan kepada suatu perjamuan" Ibn Mandzur
juga menyebutkan ungkapan "addabahu fataaddaba" berarti allamahu
(mendidiknya). Gagasan ke suatu perjamuan mengisyaratkan bahwa tuan rumah
adalah orang yang mulia dan adanya banyak orang yang hadir, dan bahwasanya yang
hadir adalah orang-orang yang menurut perkiraan tuan rumah pantas mendapatkan
kehormatan untuk diundang dan, oleh karen itu, mereka adalah orang-orang bermutu
dan berpendidikan tinggi yang diharapkan bisa bertingkah laku sesuai dengan
keadaan, baik dalam berbicara, bertindak dan beretika (al-Attas, 1996: 56-57).
5
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
menurut al-Quran adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan bertahap untuk
memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada peserta didik sebagai bekal
dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
B. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Surat al-Fatihah
Pembahasan mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang termuat dalam surat al-
Fatihah. Nilai-nilai pendidikan Islam yang termuat dalam surat al-Fatihah dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Keimanan
Maksudnya ajaran keimanan kepada secara menyeluruh. Pada surat ini
diperkenalkan tentang sifat-sifat Allah yang diwakili oleh lafadz al-Rahman dan al-
Rahim (Maha Pengasih dan Maha Penyayang) yang diulang masing-masing dua kali;
dan perbuatan Allah yang diwakili oleh lafadz rabb al-‘alamin (Yang menguasai,
Memelihara, Membina,Mendidik, Mengarahkan dan membina seluruh alam),
terutama alam yang memiliki unsur kehidupan, makan-minum dan bergerak, serta
adanya hari akhir yang diwakili oleh lafadz malik yaum al-din (Yang menguasai Hari
Pembalasan). (Syafi’I, 17)
Pokok-pokok ajaran tentang keimanan yang terdapat dalam surat al-Fatihah di
atas sama sekali tidak menyinggung masalah zat Tuhan, karena hal ini termasuk
masalah yang tidak mungkin dijangkau oleh pancaindera dan akal manusia yang
terbatas. Ajaran keimanan dalam surat al-Fatihah menekankan tentang pentingnya
mengenal Allah melalui pengamatan secara seksama terhadap sifat dan perbuatan
Allah yang tampak di jagat raya ini.
Keimanan yang dapat menghasilkan keikhlasan, kejujuran, tanggung jawab,
kreativitas dan motivasi yang termuat dalam surat al-Fatihah harus mendasari seluruh
perbuatan baik yang akan dilakukan oleh manusia, sehingga perbuatan tersebut di
6
samping akan bernilai ibadah juga tidak akan disalahgunakan untuk tujuan-tujuan
yang dapat merusak dan merugikan umat manusia.
2. Nilai Pendidikan Ibadah
Pokok ajaran tentang ibadah diwakili oleh ayat iyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’in (Kepada-Mu kamu mengabdi dan kepada-Mu kami memohon pertolongan).
Kata ibadah yang pada intinya ketundukkan untuk melaksanakan segala perintah
Allah mengandung arti yang luas, yaitu bukan hanya ibadah dalam arti khusus seperti
shalat, puasa, zakat, dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti luas, yaitu seluruh
aktivitas kebaikan yang dilakukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia
dengan tujuan ikhlas karena Allah S.W.T. Menurut Rasyid Ridha (2005: 32) bahwa
kandungan ibadah dimaksud juga akan menghidupkan tauhid dalam hati dan
mematrikannya dalam jiwa. Ibadah dalam arti yang demikian itulah yang harus
dijadikan tujuan dalam pendidikan Islam sebagaimana disebutkan di atas. Dengan
cara ini, pendidikan akan memiliki kontribusi dalam menyiapkan sumberdaya
manusia yang mampu berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Manusia yang mampu
beribadah itulah manusia yang akan memberi manfaat pada dirinya dan manfaat bagi
orang lain (Al-Fauzan, 2003: 55) .
3. Nilai Pendidikan tentang Hukum Agama (Syari’ah)
Pokok ajaran tentang ajaran agama diwakili oleh ayat ihdina alshirat al-
mustaqim. Lafadz ini secara harfiah mengandung arti tentang kebutuhan manusia
terhadap jalan yang lurus. Jalan lurus ini adalah agama dengan segenap hukum atau
syari’ah yang terkandung di dalamnya. Agama yang berasal dari Allah ini berfungsi
sebagai rahmat yang diperlukan manusia untuk mengatasi berbagai kekurangan
dirinya. Melalui agama ini berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh akal
dan segenap potensi yang dimiliki manusia akan dapat diatasi, seperti masalah
kehidupan di akhirat, baik dan buruk dan lain sebagainya.
7
Pokok-pokok ajaran tentang hukum agama atau syari’ah ini erat kaitannya dengan
materi atau kurikulum pendidikan, yaitu selain kurikulum itu memuat materi
pelajaran yang bertolak dari hasil penelitian dan pemikiran manusia, juga harus
memuat materi pelajaran yang bertolak dari wahyu yang diturunkan Allah S.W.T.
Keberadaan materi ajaran yang bersumber dari wahyu ini penting dalam rangka
menilai dan mengukur kebenaran yang dihasilkan penelitian dan pemikiran manusia.
Dengan cara demikian terjadi keseimbangan antara materi ajaran yang berasal dari
akal dan materi ajaran yang berasal dari naqli (wahyu Allah), yaitu al-Qur’an. Ajaran-
ajaran tersebut telah termuat dalam surat al-Fatihah (Bakri, 2001: 8).
4. Nilai Pendidikan tentang Kisah (Teladan)
Pokok ajaran tentang ksiah diwakili oleh ayat shirat al-ladzina an’amta ‘alaihim
ghair al-maghdlubi ‘alaihim wala al-dlallin. Ayat ini menginformasikan tentang
kisah orang yang mendapatkan kenikmatan yaitu para Nabi, para shiddiqin, para
shalihin dan sebagainya, dan orang yang mendapatkan murka dan kesesatan, yaitu
orang-orang yang inkar terhadap kebenaran, berbuat keburukan dan sebagianya
seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Melalui kisah ini diharapkan dapat
mengetuk hati manusia agar menjadi orang yang baik dan tidak menjadi orang yang
buruk. Keberadaan kisah sebagai cara mendidik seseorang diakui memiliki
kecenderungan menyukai kisah. Manusia misalnya merasa senang mendegar cerita
Nabi Yusuf yang unik itu. Melalui kisah ini seseorang dapat memetik ajaran tentang
perlunya memiliki ketampanan lahir dan batin, sebagaimana dimiliki Nabi Yusuf.
Adanya materi ajaran tentang kisah (sejarah) tentang akhlak ini merupakan jiwa
pendidikan Islam.
Sebagaimana dikatakan oleh al-Ghazali dalam Sulaiman (1986: 31) oleh bahwa
karakteristik pendidikan Islam yang menonjol adalah riligius moralisnya, tanpa
mengesampingkan yang berkenaan dengan duniawi, akal dan ketrampilan. Teladan
akhlak inilah yang telah termuat dalam surat al- Fatihah.
8
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa nilai-nilai pendidikan yang
termuat dalam surat al-Fatihah adalah nilai keimanan, nilai ibadah, nilai syarii’ah, dan
nilai teladan atau kisah Fathiyyah
C. Nilai Nilai Pendidikan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 21
Nilai-nilai ketauhidan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 21 dalam penafsirannya
meliputi tiga nilai ketauhidan yang relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam
adalah sebagai berikut:
1. Tauhid Ubudiyah
Menurut Quraish Shihab (2002: 119), Nilai tauhid ubudiyah yang terdapat pada
ayat yang menjadi subjek penelitian bermuara pada kata “yaa ayyuhannas u’buduu”
di awal ayat 21. Seruan Allah kepada manusia untuk melaksanakan ibadah
merupakan dasar kenyakinan bahwa seluruh umat manusia diciptakan oleh Dia dan
harus mengabdi/beribadah kepada-Nya sebagaimana yang ada di dalam pembahasan
ayat tersebut.
2. Tauhid Rububiyah
Peribadah beribadah yang tersebut pada poin di atas hanya harus ditujukan
kepada Tuhan yang telah menciptakan manusia yang diperintah untuk beribadah itu.
Hal ini dikarenakan bahwa Dia merupakan Rabb bagi semesta alam yang meliputi
manusia, langit, bumi, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut
kemudian dapat dipahami nilai tauhid rububiyah Allah SWT yang sudah semestinya
ditelaah dengan potensi akal pikiran yang sudah diberikan kepada manusia.
3. Tauhid Uluhiyah
Nilai tauhid uluhiyah pada ayat ini diambil dari ayat yang selanjutnya
dikarenakan adanya behubungan didalam penafsirannya yang melarang manusia
mempersekutukan Allah SWT dengan tuhan-tuhan lain. Larang Allah pada akhir ayat
9
selanjutnya ini bukan tanpa dasar, melainkan terlebih dahulu telah diawali oleh
penjelasan mengenai penciptaan manusia, pemberian nikmat kehidupan di atas bumi,
adanya curahan hujan dari langit, nikmat buah-buahan dan lai-lain, baru kemudian
Allah menegaskan ketidaklayakan manusi untuk menyembah selain-Nya. Disinilah
Allah SWT menuntut kemurnian kenyakinan dari manusia agar senantiasa
membersihkan diri mereka dari perbuatan mempersekutukan Allah dari segala
sesuatu. (Bakri, 2001: 39)
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam ayat tersebut yang berisikan nilai-
nilai ketauhidan itu disertai dengan penjelasan-penjelasan yang merangsang
penggunaan rasio. Dengan demikian kedua ayat di atas mendidik umat Islam untuk
mengintegrasi dan menginterkoneksikan antara kenyakinan beragama dan ilmu
pengetahuan agar saling menguatkan satu sama lainnya.
D. Nilai-nilai pendidikan pada surat Al-Baqarah ayat 37
Pada ayat 37 Allah SWT memberitahukan bahwa adam menerima kalimat
pertobatan dari Allah berupa doa berbunyi,
“Ya tuhan kami, kami telah mendzalimi diri-diri kami, jika Engkau tidak
mengampuni dosa kami dan meramati kami niscaya kami termasuk orang-
orang merugi.” (QS. Al-A’raf:23).
Maka Adam dan Hawa mengucapkan kalimat itu sebagai bentuk taubat dari
keduanya, dan Allah pun menerima taubat mereka, karena Allah Maha menerima
taubat dan Maha penyayang. (Departemen Agama RI, 2005: 153).
Adapun nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari ayat di atas menurut
adalah:
10
1. Pengasih buruk perbuatan maksiat yang dapat mengubah kenikmatan menjadi
kesiksaan.
2. Kewajiban bertaubat dari perbuatan dosa. Yaitu dengan beristigfar (memohon
ampunan) sesudah mengakui perbuatan dosa dan meninggalkannya serta
menyesali dosa yang telah terjadi. (Departemen Agama RI, 2005: 154)
Dalam pelajaran yang terdapat dalam ayat di atas, bahwa untuk menjadi hamba
Allah yang beriman, manusia harus mampu menjauhi segal hal yang telah dilarang
dalam syariat Islam. Dalam kehidupan sehari-hari wajar jika manusia sering berbuat
dosa dan maksiat, karena manusia diciptakan dengan dianugerahi akal dan nafsu
syahwat. Di sisi lain manusia harus mempunyai sifat saling memaafkan, mudah
meminta maaf dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Sehingga dalam
bermasyarakat akan tercipta kehidupan yang damai dan sejahtera. (Bakri, 2001: 69).
Oleh karena itu, jika melakukan kesalahan maka harus cepat meminta maaf dan
berusaha tidak mengulangi kesalahan tersebut. Agar dapat dijauhkan dari perbuatan
yang dapat menjadikan seseorang sebagai kafir atau menyeretnya kepada kekafiran.
Karena pengaruh buruk perbuatan maksiat juga dapat mengubah kenikmatan menjadi
siksaan.
Bisa diambil kesimpulan dari ayat sebelumnya sampai ayat 37 tersebut bahwa
Nilai pendidikan ibadah di antaranya sebagai berikut:
1. Menunjukan keilmuan ilmu pengetahuan dan keutamaan orang yang
menuntut ilmu diatas orang yang bodoh.
2. Keutamaan orang yang mengakui ketidakmampuan dan kekurangan dirinya.
3. Kewajiban bertaubat dari perbuatan dosa. Yaitu dengan beristigfar (memohon
ampunan) sesudah mengakui perbuatan dosa dan meninggalkannya serta
menyesali dosa yang telah terjadi.
11
Dari pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Baqarah ayat
diatas Menjelaskan bahwa Islam mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia Pancasila, sebab Islam merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta
merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena
itu Islam perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat
menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh. (Drajat,
2011: 87).
12
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pendidikan menurut al-Quran adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan
bertahap untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada peserta
didik sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah
di muka bumi. Sebaimana nilai-nilai pendidikan yang termuat dalam surat al-Fatihah
yang mencakup nilai keimanan, nilai ibadah, nilai syarii’ah, dan nilai teladan atau
kisah Fathiyyah
Ditemukan juga adanya relevansi antara nilai-nilai ketauhidan yang terdapat
dalam Q.S AL-Baqarah ayat 21 dalam tafsir Al-Mishbah dengan tujuan pendidikan
Islam dalam dua hal utama, yaitu: manusia sebagai Abdullah dan manusia sebagai
Khalifatullah. Tujuan pendidikan Islam yang tertinggi adalah terbentuknya insan
kamil yang mampu memfungsikan keduanya secara sempurna.
Dari pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Baqarah ayat
diatas Menjelaskan bahwa Islam mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia Pancasila, sebab Islam merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta
merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 2010. Ilmu Pendidikan Dalam Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
al-Abrasy, M. Athiyah. 1968. al-Tarbiyah al-Islamiyah, Terj. Bustani A Gani dan
Djohar Bakry, Jakarta: Bulan Bintang.
al-Attas, Muhammad Naquib. 1988. Konsep Pendidikan dalam Islam. Bandung:
mizan
Al-Attas, Muhammad Naquib. The Concept of Education in Islam: A Frame Work for
an Islam Phloshopy of Education, Terj. Haidae Bagir. Bandung: Mizan.
Al-Fauzan, Syaikh Dr. Shalih Bin Fauzan. 2003. Kitab Tauhid.
Asy-Syafi’I, Imam. Tafsir Ibnu Katsir jilid 8. (Terbitan Pustaka).
Bakri, Umar. 2001. At-Tafsir Al-Madrosi. Ponorogo: Darussalam Press.
Departemen Agama RI. 2005. AL-qur’an dan Terjemah. Bandung: PT Syamil Cipta
Media.
Drajat, Zakiyah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Jalal, Abdul fatah. 1997 Min al-Usuli al-Tarbiyah fi al-Islam. Mesir: Daarul Kutub
Misriyah.
Khadr, Muhammad Zaki Muhammad. Mu’jam Kalimat al-Quran, Juz 12, 2005.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Ridha, Muhammad Rasyid. 2005. Tafsir Surat al-Fatihah; Menemukan Hakikat
Ibadah, terj., Bandung: Al-Bayan, Mizan.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an Vol. I. Jakarta: Lentera Hati.
Slamat pohan. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Medan: KBPM sumatra utara.
Sulaiman, Fathiyyah Hasan. 1986. Alam Pikiran al-Ghazali mengenai Pendidikan
dan Ilmu. Bandung: CV. Dipnegoro.