akut abdomen
DESCRIPTION
akutTRANSCRIPT
AKUT ABDOMEN
ANATOMI ABDOMEN
Abdomen dibagi menjadi 4 kuadran oleh
garis tengah tubuh dan garis horizontal
yang membentang melalui umbilicus.
Organ dapat dilokasikan berdasarkan
kuadran, yaitu:
o Right Upper Quadrant (RUP)
Hati
Kandung empedu
Ginjal kanan
Kolon ascendens
Kolon transversum
o Left Upper Quadrant (LUQ)
Lien
Lambung
Pankreas
Ginjal kiri
Kolon transversum
Kolon descendens
o Right Lower Quadrant (RLQ)
Kolon ascedens
Appendix
Ovarium kanan (wanita)
Tuba fallopi kanan (wanita)
o Left Lower Quadrant (LLQ)
Kolon descendens
Kolon sigmoid
Ovarium kiri (wanita)
Tuba fallopi kiri (wanita)
o Periumbilical area
Terletak disekitar umbilikus
Usus halus berada disepanjang periumbilikal
o Suprapubic area
Berlokasi dibawah dari tulang pubis
Terdapat uterus dan vesica urinaria
o Cavum abdominal
Peritoneum = pembatas dari cavum abdomen
Membagi abdomen menjadi dua bagian:
Rongga peritoneum
Lien
Hati
Lambung
Kandung empedu
Usus
Ruang retroperitoneal
Pancreas
Ginjal
Ureter
Vena cava inferior
Aorta abdominalis
Vesica urinaria
Organ reproduksi
Organ dalam abdomen dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Organ solid, seperti hati, lien, ginjal dan pancreas. Apabila organ – organ
ini mengalami trauma maka akan terjadi perdarahan hebat yang bisa
mengakibatkan syok.
2. Organ berongga, seperti lambung, kandung empedu, usus halus dan usus
besar, ureter dan vesica urinaria. Jika terjadi rupture maka isi dari organ
akan keluar dan masuk ke dalam rongga peritoneum sehingga terjadi
proses inflamasi.
3. Pembuluh darah besar, seperti aorta, vena cava inferior beserta cabang –
cabang pembuluh darahnya. Jika terjadi perlukaan, maka akan
menyebabkan kehilangan darah yang sangat hebat.
PERTIMBANGAN UMUM
Nyeri, anoreksia, mual, muntah dan demam merupakan manifestasi khas suatu
kelainan abdomen akut. Tanda penting pada pemeriksaan fisik mencakup nyeri
tekan “defence muscular” dan perubahan dalam peristaltic usus. Tetapi pembeda
kritis bukan antara abdomen akut dan non akut, tetapi antara abdomen bedah dan
abdomen nonbedah. Identifikasi abdomen bedah tergantung atas penggunaan tiga
komponen diagnostik dasar : anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes penyokong.
Klasifikasi nyeri
Pada akut abdomen, penderita sering mengeluh adanya nyeri di perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainanan di abdomen atau di luar
abdomen, seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri perut dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Nyeri visceral (nyeri sentral)
Nyeri viseral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi
organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau
radang. Akan tetapi apabila tarikan, regangan atau kontraksi yang
berlebihan dari otot (spasme) yang menyebabkan nyeri akan memberikan
rasa nyeri yang tumpul disertai perasaan sakit. Pasien dengan nyeri viseral tidak
dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri. Hal ini dikarenakan nyeri tidak
dipengerahui oleh gerakan.
Asal Organ Organ Lokasi Nyeri
Foregut Esofagus, lambung, duodenum,
saluran empedu/pancreas
Epigastrium
Midgut Jejunum kolon transversum Periumbilikal
Hindgut Kolon distal Infraumbilikal
Retroperitoneal Ginjal, ureter Pinggang, lipat paha
Pelvis Adneksa Pinggang, suprapubik
b. Nyeri somatik
Nyeri somatik dikarenakan rangsangan pada peritoneum parietale yang
disarafi oleh saraf tepi dan diteruskan ke susunan saraf pusat. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk atau disayati, dan pasien dapat menunjukan
secara tepat letaknya dengan jari. Rangsangan dapat berupa rabaan,
tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan. Pergeseran
antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal atau
peradangan pada organ itu sendiri akan menimbulkan rangsangan yang
menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Lokalisasi
nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain memungkinkan
kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.
Letak nyeri somatik
Letak Organ
Abdomen kanan atas Kandung empedu*, hati,
duodenum, pamkreas, kolon, paru,
miokard
Epigastrium Lambung*, pancreas, duodenum,
paru, kolon
Abdomen kiri atas Limpa*, kolon, ginjal, pancreas,
paru
Abdomen kanan bawah Apendiks*, adneksa*, sekum,
ileum, ureter
Abdomen kiri bawah Kolon*, adneksa*, ureter
Suprapubik Buli-buli*, uterus, usus halus
Periumbilical Usus halus
Pinggang/punggung Pancreas*, aorta, ginjal
Bahu Diafragma*
*organ yang paling sering menimbulkan nyeri somatic
Sifat Rasa Nyeri
Rasa nyeri yang timbul pada pasien dengan abdomen akut dapat berupa nyeri
yang terus menerus atau nyeri yang bersifat kolik. Rangsangan pada peritoneum
parietal dapat disebabkan oleh kimiawi atau bakteri (reaksi inflamasi), nyeri yang
timbul adalah nyeri somatik dapat lokal atau merata pada seluruh perut. Nyeri
yang bersifat kolik adalah nyeri viseral akibat spasme otot polos viseral. Karena
kontraksi ini terjadi secara intermiten maka nyeri yang dirasakan hilang timbul.
Nyeri kolik disebabkan hambatan passase dari organ yang berongga.
1. Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah. Misalnya, diafragma yang berasal dari region leher C3-5
pindah kebawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada
diafragma pleh perdarahan atau peradanganakan dirasakan di bahu.
Kadang nyeri ini sukar dibedakan dengan nyeri alih.
Persarafan sensorik organ perut
Organ atau struktur Saraf Tingkat persarafan
Bagian tengah
diafragma
N.frenikus C3-5
Tepi diafragma,
lambung, pancreas,
kandung empedu, usus
halus
Pleksus seliakus Th.6-9
Apendiks, kolon
proksimal, dan organ
panggul
Pleksus mesentrikus Th. 10-11
Kolon distal, rectum,
ginjal, ureter, dan testis
N. splanikus kaudal Th. 11-L1
Buli-bili Pleksus hipogastrikus S2-S4
2. Nyeri proyeksi
Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik akibat cedera
atau peradangan saraf. Contohnya nyeri fantom setelah amputasi, atau
nyeri perifer setempat pada herpes zoster.
3. Hiperestesia
Sering ditemukan pada kulit jika ada peradangan pada rongga
dibawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada
peritonitis setempat maupun peritonitis umum.
4. Nyeri kontinu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan
terus-menerus karena berlangsung terus. Misalnya pada reaksi radang.
Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan
setempat. Otot dinding perut menunjukan defans muscular secara
reflex untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari
gerakan atau tekanan setempat.
5. Nyeri kolik
Nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstuksi usus,
batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini
timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran.
Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal
gangguan perdarahan dinding usus juga berupa nyeri kolik.
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual bahkan muntah.
Dalam serangan, penderita sangat gelisah, kadang sampai berguling-
guling di tempat tidur. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri atas
serangan nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan
gerak paksa.
6. Nyeri iskemik
Nyeri ini sangat berat, menetap dan tidak menyurut. Nyeri ini
merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut
akan tampak tanda intoksikasi umum, serta takikardi, merosotnya
keadaan umum, dan syok karena resobsi toksin dari jaringan nekrosis.
7. Nyeri pindah
Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada
tahap apendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum,
nyeri visceral dirasakan di sekitar pusat disertai mual karena apendiks
termasuk usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding
termasuk peritoneum visceral, terjadi nyeri akibat rangsangan
peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Pada saat ini, nyeri
dirasakan tepat pada bawah. Jika apendiks kemudian mengalami
nekrosis dan gangrene (apendisitis ganggrenosa), nyeri berubah lagi
menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut,
kemudaia penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis
Sebab spesifik aku abdomen
Sebab lazim nyeri abdomen akur dapat dibagi kedalam 3 kelompok utama: (1)
lesi peradangan, (2) lesi obstuktif, (3) kelainan vascular. Masing- masing keadaan
patologis ini mempunyai pola nyeri yang khas. Lesi peradangan tampil dengan
mulai bertahap nyeri tumpul yang sulit dilokalisasi. Lesi obstruktif tampil dengan
nyeri kram seperti kolik yang berseling dengan interval bebas nyeri. Lesi vascular
tampil dengan mulai eksplosif atau cepat bagi nyeri menyiksa, yang tidak dapat
dihilangkan oleh narkotika.
Peradangan Apendisitis, diverticulitis, kolesistitis,
ulkus peptikum perforate, pancreatitis
akut
Obstruksi Pita melekat, hernia, intususepsi,
karsinoma, penyakit divertikulum,
volvulus
Kelainan vascular Rupture aneurisma aorta, iskemia
mesenterica akut
Diagnosis
Anamnesis
Pada suatu penyakit bedah darurat, anamnesis merupakan pemeriksaan yang
sangat penting. Hasil dari anamnesis akan memberikan informasi yang sangat
berharga pada proses penegakan diagnosis adalah :
A. Usia dan Jenis kelamin
Pasien diatas usia 65 tahun mempunyai dua kali insidens mengalami
nyeri abdomen dibandingkan pasien di bawah usia 65 tahun.
Pada kelompok usia dewasa, wanita lebih sering mengalami nyeri
abdomen dibanding pria, tetapi pria yang mempunyai gejala ini
memiliki insidens penanganan bedah yang lebih tinggi.
Sistem genitourinarius lazim menyebabkan nyeri abdomen pada wanita.
B. Lokasi nyeri
Di atas telah diberikan daftar kemungkinan diagnosis banding dari
penyakit - penyakit berdasarkan lokasi.
C. Cara penyebaran rasa nyeri
Kadang-kadang informasi mengenai cara penyebaran rasa nyeri dapat
memberikan petunjuk mengenai asal-usul atau lokasi penyebab nyeri itu
Nyeri yang berasal dari saluran empedu menjalar ke samping
sampai bagian bawah scapula kanan.
Nyeri karena appendicitis dapat mulai dari daerah epigastrium
untuk kemudian berpindah ke kwadran kanan bawah. Nyeri
dari daerah rektum dapat menetap di daerah punggung bawah.
Lambung dan duodenum berasal dari foregut dan nyeri dari
organ ini khas terasa dalam epigastrium.
Usus halus dan colon proksimal yang diberi makan oleh A.
mesenterica superior berasal dari midgut dan nyeri dalam
bagian tractus gastrointestinal ini terletak periumbilikalis.
Nyeri yang berasal dalam 2/3 colon secara embriologi berasal
dari hindgut dan khas dialihkan ke hipogastrium.
Nyeri flank dan nyeri dalam angulus costovertebrae
berhubungan dengan batu ginjal atau ureter atau dengan
pielonefritis.
Nyeri ginjal bisa juga disertai dengan nyeri dalam testis
ipsilateral.
Iritasi diafragma bisa menyebabkan nyeri dalam daerah distribusi C4.
Sehingga proses peradangan hati dan limpa atau kumpulan cairan
subdiafragma akibat ulkus perforata bisa mengalihkan nyeri ke bahu.
D. Bentuk rasa nyeri
Menyiksa
Nyeri menyiksa tak berespon terhdapa narkotika menggambarkan
suatu lesi vascular akut seperti rupture aneurisma abdominalis atau
infark usus.
Parah
Nyeri yang parah tetapi mudah dikendalikan oleh obat khas
peritonitis akibat viskus yang pecah atau pancreatitis akut.
Tumpul
Nyeri tumpul, samar-samar yang sukar dilokalisasi
menggambarkan suatu proses peradangan dan lazim presentasi
awal apendisitis.
Kolik
Nyeri kolik yang ditandai sebagai keram dan dorongan
menggambarkan gastroenteritis. Nyeri akibat obstruksi usus halus
mekanik juga bersifat kolik tetapi mempunyai pola berirama
dengan interval bebas nyeri bergantian dengan kolik parah.
Dorongan peristaltic bisa terdengar selama kolik parah. Dorongan
peristaltic menyertai gastroenteritis tidak perlu terkoordinasi
dengan nyeri kolik.
E. Gejala sistemik
Keadaan dengan demam tinggi dan kedinginan meliputi pleflebitis dan
kolangitis supurativa. Lebih lazim nyeri abdomen disertai dengan penyakit
medis yang meliputi penyakit peradangan pelvis dan infeksi tractus
urinarius. Gejala sistemik lain yang akan mengarahkan ke akut abdomen
mencakup diare hebat, gejala sendi aktif, erupsi kulit yang muncul pada
saat mulainya nyeri abdomen serta sekret uretra atau vagina.
F. Perubahan fisiologi alat pencernaan
1. Nafsu makan, mual, muntah
2. Defekasi teratur, mencret, obstipasi
3. Penilaian gejala diare, konstipasi dan obstipasi
Jika dapat dipastikan bahwa pasien tidak mengeluarkan gas per
rectum dan tidak mempunyai gerakan usus selama 24 jam, maka
diagnosis lebih mengarah ke obstruksi usus. Diare lazim menyertai
gastroenteritis, tetapi bisa juga terjadi pada appendisitis. Diare
berulang berdarah menunjukkan diagnosis yang cocok dengan colitis
ulserativa, penyulit Crohn, disentri atau iskemia colon.
4. Perut kembung, serangan kolik
5. Sudah berapa lama semua perubahan ini berlangsung
G. Perubahan anatomi
1. Adanya benjolan neoplasma
2. Adanya luka akibat trauma
3. Adanya bekas operasi
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan keadaan umun, wajah, denyut nadi,
pernafasan, suhu badan, dan sikap berbaring. Gejala dan tanda dehidrasi,
perdarahan, syok dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
1) Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
Penderita kesakitan.
Perubahan dalam keadaan mental, warna dan tumor kulit serta
mata yang cekung bisa manifestasi hipovolumia parah dan kolaps
kardiovaskular mengancam
Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah abdomen.
Penderita pucat, keringat dingin.
Pasien nyeri visera terisolasi seperti yang ditemukan dalam
obstruksi usus, bisa sering mengubah posisi, tetapi jika nyeri
terlokalisasi atau ada iritasi peritoneum generalisata, maka sering
pasien menghindari gerakan.
Posisi anatomi pasien diranjang patut diperhatikan. Pasien
peritonitis yang luas sering membawa lututnya ke atas untuk
merelaksasi tegangan abdomen. Pasien keadaan peradangan yang
berkontak dengan muskulus psoas bisa memfleksi paha yang
berhubungan. Pasien pancreatitis parah bisa duduk diranjang
dengan lututnya ditarik ke dadanya, berayun-ayun maju mundur
pada serangan nyeri.
Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka,prolaps
omentum atau usus.
Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan
tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang
oleh dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
perubahan pada pemeriksaan fisik.
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya
letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat
peristalsis usus (Darm-steifung).
Keadaan nutrisi penderita.
2) Palpasi
Akut abdomen memberikan rangsangan pada peritoneum melalui
peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum
tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
Palpasi
Seharusnya dimulai sejauh mungkin dari pusat nyeri dan ia harus
dilakukan dengan lembut dengan satu jari tangan. Secara berharap
jari tangan seharusnya bergerak ke arah area nyeri tekan
maksimum. Kemudian perlu menentukan adanya defans muscular
atau spasme. Tempatkan tangan dengan lembut diatas muskulus
rektus dan tekan sedikit serta minta pasien menarik napas dalam.
Jika spasme volunter, maka ahli bedah akan merasakan muskulus
rektus yang relaksasi dan sebaliknya.
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala:
o Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan
bertambah pada waktu palpasi sehingga dikenal gejala
nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan
timbul rasa nyeri di daerah peradangan pada penekanan
dinding abdomen di daerah lain.
o Kejang otot (muscular rigidity, defense musculaire)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis
diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga
secara refleks terjadi kejang otot
3) Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal:
Perasaan nyeri oleh ketokan pada jari. Ini disebut sebagai nyeri
ketok.
Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi usus yang
berisikan gas pada ileus obstruksi rendah.
4) Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi
perangsangan peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus
paralitik. Auskultasi dapat menentukan ada bising usus atau tidak. Bising
usus bernada tinggi yang timbul dalam dorongan yang bersamaan dengan
nyeri menunjukkan obstruksi usus halus.
5) Pemeriksaan rectal toucher (RT)
RT atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan
pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma pada rektum atau
keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor. RT dapat
pula membedakan antara obstuksi usus dengan paralisis usus karena pada
paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstuksi
usus ampula biasanya kolaps.
Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat perut
Keadaan Tanda klinis penting
Awal perforasi saluran cerna atau
saluran lain
Perut tampak cekung (awal), tegang;
bunyi usus kurang aktif (lanjut), pekak
hati hilang, nyeri tekan, defans
muskuler
Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus
hilang (lanjut), nyeri batuk, nyeri gerak,
nyeri lepas, defans muscular, tanda
infeksi umum, keadaan umum merosot
Massa infeksi atau abses Massa nyeri (abdomen, pelvis, rectal),
nyeri tinju, uji local (psoas), tanda
umum radang
Obstuksi usus Distensi perut; peristalsis hebat (kolik
usus) yang tampak di dinding perut,
terdengar (borborigmi*), dan terasa
(oleh penderita yang bergerak); tidak
ada rangsangan peritoneum
Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau
hilang, tidak ada nyeri tekan local
iskemik/strangulasi distensi tidak jelas
(lama), bunyi usus mungkin ada, nyeri
hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas,
jika kena usus mungkin keluar darah
dari rectum, tanda toksis
Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi,
berdenyut jika aneurisma aorta, nyeri
tekan local pada kehamilan ektopik,
cairan bebas (pekak geser), anemia
TES KHUSUS DAN TANDA
Dua tes mempunyai kepentingan klinik primer dalam mengkonfirmasi dan
oemeriksaan fisik. Tes ini mencakup tes iliopsosas dan tes obturator.
Tes iliopsoas digunakan untuk mengkonfirmasi adanya focus peradangan
dalam musculus. Pasien ditempatkan dengan sisi tak nyeri di bawaah serta dengan
satu tangan menstabilkan pelvis dan tangan lain ditempatkan pada lutut; tungkai
pada sisi yang nyeri digerakan kearah anteroposterior. Nyeri akan disebabkan oleh
perasat ini, jika musculus psoas kaku akibat reflex atau iritasi langsung. Tes ini
tidak bermanfaat, jika telah ada regiditas abdomen.
Dengan tes obturator, pasien ditempatkan dalam posisi terlentang dengan lutut
difleksi dan articulation coxae ditempatkan dalam rotasi interna dan kemudian
eksterna. Jika tes ini positif, maka rotasi eksterna akan menyebabkan nyeri
hipogastrium. Tanda positif menyertai appendix vermiformis perforate, abses
lokalisata atau adanya hernia obturator.
Ada tiga tanda yang lazim menyertai pemeriksaan abdomen akuta:
1. Tanda Cullen merupakan pewarnaan periumbilicus, yang ada dalam pasien
hemoperitoneum luas. Walaupun tanda ini dramatis bila ada, sering ia
terbukti walaupun ada perdarahan intraperitoneum yang serius.
2. Tanda Murphy bermanfaat dalam mendiagnosis vesica biliaris meradang
akut. Pemeriksaan menekan pada kuadran kanan atas dan pasien diminta
menginhalasi dalam. Inspirasi menyebabkan hati turun, yang
menyebabkan vesica biliaris yang meradang menabrak jari tangan
pemeriksa. Akibatnya pasien mengalami nyeri dan usaha inspirasi
berhenti.
3. Tanda Rovsing ada bila nyeri kuadran kanan bawah disebabkan oleh
palpasi kuadran kiri bawah. Sering ia menyertai apendisitis.
Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup
banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma
pada hepar.
b. Pemeriksaan urine rutin
Jika ada trauma pada saluran kemih maka akan dijumpai
hematuria. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.
B. Pemeriksaan radiologi
a. Foto thoraks
Harus dilakukan foto thoraks dalam posisi tegak untuk menyingkirkan
adanya kelainan pada thoraks atau trauma pada thoraks. Harus juga
diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya
gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika.
b. Plain abdomen foto tegak
Hasil foto akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga
peritoneum, udara bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus
alienum, perubahan gambaran usus.
c. IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal
d. Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang
belum dioperasi dan dicurigai adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum
C. Pemeriksaan khusus
a. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl
0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.
c. Rektosigmoidoskopi
Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan
rektosigmoidoskopi.
d. NGT
Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang
keluar dari lambung pada trauma abdomen.
Sebab Spesifik Abdomen Akut
a. Apendisitis
Apendisitis akut sebagai sebab terlazim abdomen akut bedah pada pasien
dibawah usia 30 tahun. Dalam bentuk tanda dan gejala fisik, apendisitis
adalah suatu peradangan, obstruksi dan iskemia yang terjadi dalam waktu
yang bervariasi.
Patofisiologi
Apendisitis terjadi karena hyperplasia folikel limfoid submukosa yang
menyebabkan obstruksi lumen appendix vermiformis. Sedangkan sekresi
mukosa terjadi terus menerus walaupun ada lumen yang tersumbat
sehingga tekanan di dalam appendiz meningkat. Karena tekanan
intralumen meningkat, maka aliran limfe ikut tersumbat sehingga terjadi
edema appendix. Hal itu dinamakan Stadium Apendisitis Fokal Akut yang
yang ditandai oleh ekstravasasi bakteri.
Stadium kedua apendisitis (Apendisitis Supurativa Akut) ditandai oleh
peningkatan lebih lanjut tekanan intralumen, obstruksi vena, iskemia fokal
dan iritasi serosa. Bila tunika serosa appendix yang meradang dekat
dengan peritoneum paritonalis, maka pasien mengalami perpindahan nyeri
periumbilikalis ke kuadran kanan bawah. Nyeri somatic terlokalisai baik,
hal tersebut menunjukkan ancaman penyediaan darah arteri dan iskemia
menyebabkan infark kecil sepanjang batas antimesenterica appendix.
Stadium apendisitis gangrenosa ini disertai dengan peningkatan
ekstravasasi bakteri dan kontaminasi lokalisasi cavitas peritonealis.
Progresivitas menyebabkan perforasi dan massa periappendix lokalisata
atau peritonitis generalisata, hal tersebut dinamakan Stadium Perforasi.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, Auskultasi dan Perkusi
Tidak bermanfaat pada pasien apendisitis.
Palpasi
Dimulai dari kuadran kiri bawah lalu kekuadran kiri atas lalu kuadran
kanan atas dan diakhiri kekuadaran kanan bawah. Pada apendisitis
yang lanjut, dapat dideteksi suatu massa. Adanya nmyeri tekan
kuadran kanan bawah dengan spasme otot kuadran kanan bawah
merupakan indikasi untuk operasi.
Pemeriksaan rectum dan pelvis harus dilakukan dalam semua pasien
apendisitis. Adanya nyeri tekan atau secret cervix pada wanita muda
dengan nyeri kuadran kanan bawah membawa kearah diagnosis
penyakit peradangan pelvis. Tanda Rovsing bisa positif dengan adanya
apendisitis supurativa.
Diagnosis Banding
o Pada bayi : kolik, GEA, intususepsi, hernia inkarserata dan
volvulus.
o Pada usia prasekolah : GEA, pielonefritis, divertikulum meckel dan
intususepsi.
o Pada usia sekolah : gastroenteritis dan limfadenitis mesenterica.
o Pada orang tua : diverticulitis, ulkus perforate, kolesistitis akut,
karsinoma, obstruksi usus dan penyakit vascular mesenterica.
o Pada remaja dan dewasa muda : pielonefritis akut, batu ginjal,
torsio testis dan epididimitis.
b. Penyakit Divertikulum
¾ pasien penyakit divertikulum asimtomatik. Sekitar 25 % pasien penyakit
divertikulum simtomatik mempunyai perjalanan yang dikomplikasi oleh
perdarahan, peradangan, obstruksi atau perforasi. Divertikulosis
simtomatik adalah suatu keadaan yang ditandai oleh nyeri abdomen
lokalisata tanpa bukti peradangan peridivertikulum.
Pembentukan divertikulum melibatkan perbedaan tekanan antara lumen
colon dan serosa serta area kelemahan dalam dinding colon.
Gejala utama divertikulitis adalah nyeri abdomen yang bersifat kram
dan sering terlokalisasi atau diare. Gangguan dalam kebiasaan buang air
besar menandakan prognosisnya buruk. Adanya mual, muntah atau gejala
urinarius menetap, distensi abdomen dan massa abdomen yang dapat
dipalpasi disertai dengan tingginya angka komplikasi dan prognosisnya
buruk.
Pemeriksaan Fisik
Tampil dengan nyeri tekan diatas daerah colon, biasanya colon
sigmoideum. Jika perforasi tertutup, maka nyeri tekan terlokalisasi, tetapi
peritonitis generalisata dapat disertai dengan perforasi tak tertahan.
Kadang-kadang massa diskrit dapat dirasakan dalam kuadran kiri bawah.
c. Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut adalah radang kandung empedu 95% yang disebabkan
oleh sumbatan ductus sistikus terutama oleh batu empedu dan 5-10%
kolesistisis akut terjadi tanpa batu (kolesistitis akalkulus). Penyebab lain
kolesistitis akut adalah penderita yang dipuasakan lama dan dirawat
dengan nutrisi intravena. Pada penderita biasanya timbul stasis empedu
yang akan menjadi lumpur empedu terdiri dari endapan kalsum,
bilirubinat. Sedangkan penyebab lainnya adalah invasi kuman secara
primer, misalnya Salmonella typhi dan Clostridium. Kolesistitis sering
terjadi pada wanita gemuk berusia lebih dari 40 tahun. Penderita mengeluh
nyeri perut akut di bagian perut kanan atas dapat bersifat kolik atau terus
menerus, nyeri menyebar ke punggung dan ke arah skapula. Penderita
terlihat ikterus ringan, teraba massa dan pada saat inspirasi dalam terasa
nyeri dan terhentinya pernapasan.
Pemeriksaan fisik
Nyeri di kuadran kanan atas yang bisa menjalar ke punggung. Mual dan
muntah didapatkan pada beberapa pasien dan disertai dengan ikterus
ringan. Kebanyakan pasien mempunyai suhu tubuh dalam rentang 38-39 C
serta vesica biliaris dapat juga nyeri bila dipalpasi. Nyeri disebabkan oleh
distensi dan peradangan vesica biliaris. Faktor yang mempengaruhi
keparahan kolesistitis mencakup usia pasien, diabetes mellitus dan invasi
bakteri sekunder.Biasanya ada defans muscular dan tanda Murphy (+).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita adalah
a. Laboratorium
Bisa terlihat leukositosis dengan kadar leukosit sekitar 12.000-15.000
dan bilirubin serum berkisar dari 2-4 mg per 100 ml. Mungkin ada
peningkatan ringan dalam fosfatase alkali dan beberapa pasien, amylase
serum.
b. Ultrasonografi
Pada USG terlihat gambaran kandungan empedu membesar dan dinding
yang menebal.
c. EKG dan foto toraks
Terapi
Setiap peritonitis abdomen kanan atas sebelum diagnosis pasti ditegakkan,
penderita harus puasa, dipasang infus, anti mikroba dan pemasangan pipa
lambung. Koreksi dehidrasi dan keseimbangan elektrolit dengan cairan IV
yang tepat. Sonde nasogaster bisa dipasang dan antibiotika dimulai.
Sefazolin (2-4 g/hari) atau ampisilin parenteral (4 g/hari).
Pada penderita ini dapat dilakukan penanganan secara non operatif dan
kolesistektomi. Pada penanganan non operatif, penderita dilanjutkan
diobservasi selama 2 x 24 jam dan dinilai tanda peritonitisnya. Apabila
keadaan penderita baik, maka kolesistektomi 8-12 minggu kemudian.
Selama observasi bila ditemukan empyema kandung empedu, peritonitis
meluas/umum dan keadaan penderita tidak ada perbaikan setelah 2x24
jam, maka segera dilakukan koleksistektomi.
Anjuran menunda operasi yang menganggap bahwa kebanyakan gejala
pasien akan mereda dengan terapi non bedah dan kolesistektomi terencana
dapat dilakukan 4-6 minggu kemudian.
d. Obstruksi usus
Ada 4 sebab utama obstruksi usus yaitu obstruksi mekanik lumen, lesi
dinding usus, lesi ekstrinsik terhadap usus dan motilitas tak adekuat.
Obstruksi dapat timbul ditempat manapun sepanjang traktus
gastrointestinal. Lebih proksimal tingkat obstruksi, maka lebih akut
gejalanya. Obstruksi tingkat tinggi dalam usus halus disertai dengan
akutnya mulai nyeri abdomen parah seperti kolik dan sering disertai
dengan beberapa episode muntah. Pada obstruksi besar, mulainya gejala
relative menahun. Gejala obstruksi usus tidak statis. Obstruksi dapat
menyebabkan iskemia yang diikuti oleh perforasi dan kolaps vascular
sistemik.
Gejala Klinis
Khas mulainya nyeri pada obstuksi usus halus relative akut, sedangkan
dalam obstruksi usus besar, nyeri dimulai lebih diam-diam. Distribusi
nyeri dalam obstruksi usus halus pada epigastrium atau periumbilikus,
sedangakn dalam obstruksi usus besar, nyeri tersering digambarkan dalam
hipogastrium. Khas obstruksi tampil bersama nyeri episodic kolik yang
sering diperhebat oleh inspirasi dalam. Terdapat nya muntah yang
memiliki endapan.
Pemeriksaan Fisik
Pada auskultasi terdengar bunyi usus hiperaktif dengan dorongan dan
gemerincing (tinkles) bernada tinggi. Pada palpasi tampak distensi dan
nyeri tekan dalam derajat bervariasi. Pada perkusi menunjukkan
hiperresonansi. Tes konfirmasi yaitu dengan foto polos abdomen yang
digunakan untuk membedakan tingkat obstruksi dan gas dalam jumlah
besar abnormal di dalam usus. Foto abdomen tegak pada pasien obstruksi
usus halus mekanik khas memperlihatkan beberapa batas udara cairan.
Foto thorak merupakan cara terbaik mengenal udara bebas dibawah
diafragma.
e. Kehamilan Ektopik
Harus dicurigai pada pasien dengan ketidakteraturan haid, perdarahan
pervaginam dan nyeri abdomen bawah seperti kram. Sering perdarahan
mula-mula minimum tetapi bisa meningkat dengan berlalunya waktu.
Pasien ini mula-mula tampil dengan nyeri abdomen dan tanda peritoneum.
Tetapi berlanjut ke perdarahan ke dalam abdomen yang ditandai dengan
distensi dan hipotensi.
Tes konfirmasi mencakup tes kehamilan, tetapi tes kehamilan negative
tidak menghalangi diagnosis. Pemeriksaan lainnya yaitu kuldosintesis dan
laparoskopi.
f. Penyakit Peradangan Pelvis
Khas pada wanita dengan nyeri abdomen bawah difus dan demam tinggi.
Suhu tubuh meningkat antara 39,5-40 C. Disamping itu bisa mempunyai
riwayat salpingitis atau secret vagina sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik,
sering tampil sekresi vagina dan besifat purulenta. Penyakit peradangan
pelvis khas ditandai nyeri tekan cervix. Disamping itu, biasanya cerviz
hangat dan hyperemia serta uterus bisa nyeri tekan. Mungkin ada nyeri
tekan adnexa bilateral.
g. Endometriosis
Ditandai oleh perkembangan glandula endometrium dan stroma dalam
area di luar uterus. Endometriosis ovarium membentuk kista coklat besar
atau emndometrioma. Implant endometrium pada usus bisa menyebabkan
perdarahn traktus gastrointestinal siklik. Pasien endometriosis bisa benar-
benar asimtomatik tetapi bisa mengeluh nyeri sedang sampai parah yang
berhubungan dengan daur haid. Khas pada pasien umur 20-an dan tidak
pernah hamil. Terdapat nyeri tekan sepanjang ligamentum sacrouterina
atau cul-de sac posterior.
h. Torsio Testis
Cenderung timbul pada pria muda dan jarang diatas usia 25 tahun.
Mulainya nyeri mendadak dan parah serta bisa disertai dengan mual dan
muntah. Mula-mula nyeri tekan hanya terlijhat dalam testis tetapi dengan
iskemia menetap, nyeri bisa terlihat berasal dari abdomen bawah. Doppler
digunakan untuk membedakan torsio testis dan epididimitis.
i. Epididimitis
Epididimitis atau peradangan epididymis, cenderung timbul pada pria
yang aktif secara seksual di atas usia 20 tahun. Mungkin ada riwayat
infeksi tractus urinarius atau uretritis sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
sering ada epididymis nyeri tekan unilateral. Pemeriksaan mikroskopis
urina bisa memperlihatkan leukosit, yang menggambarkan infeksi traktus
urinarius bersamaan. Tanda Prehn bermanfaat dalam membedakan
epididimitis dari torsio testis. Nyeri yang dihilangkan dengan mengelevasi
scrotum menggambarkan epididimitis. Pada torsio, nyeri dieksaserbasi
dengan menggerakkan scrotum.
j. Urolitiasis
Batu dalam tractus urinarius suatu sebab nyeri abdomen dan ‘ flank
’. Biasanya batu terbentuk di dalam pelvis renalis dan gejala timbul
dengan lewatnya batu ke dalam ureter atau sebagai akibat infeksi.
Dehidrasi kronika suatu sebab penting pembentukan batu dan bisa
bertanggung jawab untuk tingginya insidens urolitiasis dalam iklim
tropis atau pada pasien diare kronika. Sering pasien mempunyai
riwayat dahulu atau riwayat keluarga pembentukan batu.
Gejala awal urolitiasis merupakan nyeri ‘ flank ’ unilateral yang
cepat menjadi menyiksa. Nyeri seperti kram dimulai disisi tubuh atau
punggung serta bisa menjalar ke bagian bawah abdomen, genitalia
atau sisi dalam paha.
k.