akuntansi_prediski bangkrut

103
“ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERBANKAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA” SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh : ALI NURRUDIN NIM : 3351401032 PROGRAM STUDI : AKUNTANSI SI FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Upload: budhi-wardhani

Post on 25-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: akuntansi_prediski bangkrut

“ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA

PERBANKAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA”

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :

ALI NURRUDIN

NIM : 3351401032

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI SI

F A K U L T A S I L M U S O S I A L

J U R U S A N E K O N O M I

U N I V E R S I T A S N E G E R I S E M A R A N G

2 0 0 5

Page 2: akuntansi_prediski bangkrut

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah di setujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 19 Oktober 2005

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Fachrurozi, M.Si. Drs. Subowo, M.Si.

NIP. 131813667 NIP. 131404311

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi

FIS UNNES

Drs. Kusmuryanto, MSi

NIP. 131404309

Page 3: akuntansi_prediski bangkrut

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 20 Desember 2005

Penguji Skripsi

Drs. Kusmuryanto, MSi

NIP. 131404309

Anggota I Anggota II

Drs. Fachrurozi, M.Si. Drs. Subowo, M.Si.

NIP. 131813667 NIP. 131404311

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Sunardi, M.M

NIP. 130367998

Page 4: akuntansi_prediski bangkrut

P E R N Y A T A A N

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

Semarang, 20 Desember 2005

Ali Nurrudin

3351401032

Page 5: akuntansi_prediski bangkrut

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. “Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau

dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui

(hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan

(tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscahya aku akan termasuk

orang-orang yang merugi ” (Q.S. Huud: 47)

2. “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya

bersih. Sebenarnya ALLAH membersihkan siapa yang di kehendakiNYA

dan mereka tidak dianiaya sedikitpun “(Q.S. An Nisaa’: 49)

3. Dadi wong ojo nolah-noleh, nuju mung siji

4. Latihan dadi wong sing apik

Persembahan :

1. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberi kasih sayang, menasehati dan

mendo’akan penulis tanpa henti-hentinya

2. Kakakku Nurhartatik, Mustawam, Khoiriyah, Mbak Tami, Bang Nardi,

Lik Bajuri dan Mbak Dwi tercinta

3. Pendukung selalu: Aan, Mukhibad, Kis, Paidul, Sapto, Sayam, Heri, Paidi,

Petty, Nopek, Ika Bahar, Mei, Ririn, Indah. Sahabat sejak tempo dulu

Agung loro-lorone, Wina, Yanuar, Mulyono, Arif, Hartadi, Hendru,

Hendry, Andi, Dimas, Londo, Seno, Ali M, Apit, Charis dan Farida

4. Semua orang yang tidak bisa disebutkan satu per satu

5. Almamaterku tercinta

Page 6: akuntansi_prediski bangkrut

PRAKATA

B ISMILLAHIRR OHMANIR ROHIM

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: “ANALISIS PREDIKSI

KEBANGKRUTAN PADA PERBANKAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK

JAKARTA (BEJ) ”.

Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam

penulisan skripsi

2. Dr. A.T. Soegito, SH, MM, Rektor Universitas Negeri Semaranng

3. Drs. Sunardi, M.M, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

4. Drs. Kusmuriyanto, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang serta saran dan masukannya .

5. Drs. Fachrurozi, M.Si. selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Subowo, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan

bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

7. Teman-temanku selalu yang telah memberikan semangat dan hiburan dalam

penulisan skripsi ini.

Page 7: akuntansi_prediski bangkrut

8. Teman-teman Akuntansi A angkatan 2001 yang telah menorehkan sejarah

baru dalam hidupku

9. Karyawan-karyawati Pojok BEJ Undip dan Perpustakaan BI Semarang yang

telah membantu penulis mendapatkan data-data penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu oleh penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Desember 2005

Penulis

Page 8: akuntansi_prediski bangkrut

SARI

Ali Nurrudin, 2005, Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perbankan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurusan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 82 hal. Kata Kunci: Analisis, Prediksi Kebangkrutan, Ketepatan

Likuidasi yang terjadi pada perbankkan merupakan penghambat besar dalam melaksanakan tugasnya sebagai penunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan rakyat banyak. Likuidasi yang terjadi sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah besar bagi stakeholder and shareholder jika dapat diprediksi lebih dini. Penelitian ini bermaksud mengkaji suatu model prediksi kebangkrutan beserta ketepatannya pada kasus terjadinya kebangkrutan/ketidakbangkrutan pada perbankan go public di BEJ. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan perbaikan kinerja keuangan apabila terdapat tanda-tanda kebangkrutan dari hasil metode prediksi tersebut, serta menjadi masukan bagi peneliti dalam melakukan kajian-kajian sejenis di waktu mendatang

Penelitian ini mencoba menerapkan metode multivariate discriminant analisys dengan menggunakan rasio-rasio dalam metode Z-Score Altman dalam melakukan prediksi kebangkrutan serta membandingkan hasilnya dengan kenyataan yang terjadi. Metode Altman merupakan sebuah metode untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan dengan menggunakan variabel berupa rasio working capital to total assets, retairned earning to total assets, earning before interest and tax to total assets, market value equity to book value of debt dan sales to total assets. Pemilihan rasio-rasio ini karena rasio-rasio tersebut berhubungan erat dengan kebangkrutan yang akan terjadi.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 3 bank yang mengalami kebangkrutan dan 20 bank yang tidak mengalami kebangkrutan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan publikasi pada tahun 2001-2003. Hasil penggunaan multivariate discriminant analisys menunjukkan bahwa semakin lama rentan waktu antara prediksi dengan kondisi yang terjadi, tidak terdapat kecendrungan semakin banyak perusahaan yang diprediksikan akan mengalami kebangkrutan. Hasil penggunaan rata-rata rasio keuangan menunjukkan lebih banyak jumlah bank yang diprediksikan akan mengalami kebangkrutan dibandingkan pada 2 tahun dan lebih sedikit pada 3 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan/ketidakbangkrutan. Sedangkan ketepatan prediksi pada 1 tahun sebelum kebangkrutan/ ketidakbangkrutan sebesar 87.0 %, pada 2 tahun sebesar 91.3 %, pada 3 tahun sebesar 87.0 % dan pada perhitungan rata-rata selama 3 tahun sebesar 87.0 %. Kesalahan prediksi tersebut lebih banyak di pengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah serta adanya peningkatan maupun penurunan kinerja di tahun kebangkrutan/ketidakbangkrutan

Hasil penelitian tersebut memberikan masukan bagi manajemen bank untuk memperhatikan besarnya rasio-rasio keuangan yang ada dalam metode Altman, serta masukan penggunaan metode Altman sebagai alternatif dalam penilaian kondisi keuangan bank bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Page 9: akuntansi_prediski bangkrut

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN............................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

SARI................................................................................................................. vi

PRAKATA....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2.Identifikasi dan Rumusan Masalah .................................................. 8

1.3.Tujuan Penelitian.............................................................................. 10

1.4.Kegunaan Penelitian......................................................................... 10

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1.Kebangkrutan dan Likuidasi Bank ................................................... .12

Page 10: akuntansi_prediski bangkrut

2.1.1. Pengertian Kebangkrutan dan Likuidasi Bank.………….…. 12

2.1.2. Sumber-sumber Informasi Kebangkrutan……….…………...13

2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan……………………....14

2.1.4. Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan….…………….… 16

2.1.5. Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan…………………. 17

2.2.Analisis Prediksi kebangkrutan dengan Menggunakan Multivariate

Discriminant Analisys ...................................................................... 18

2.2.1. Konsep Multivariate Diskrimainan Analisys ………………18

2.2.2. Rasio-rasio Prediktor Kebangkrutan dalam Metode Z-Score

Altman……..……………………………….……………… 19

2.2.3. Analisis Prediksi Kebangkrutan Metode Multivariate

Discriminant Analisys Hasil Penelitian Altman………….... 24

2.2.4. Ketepatan Prediksi Kebangkrutan dengan Mengggunakan

Multivariate Discriminant Analisys ……………….………. 26

2.2.5. Penelitian Terdahulu…………………………..…………... 27

2.3.Kerangka Berpikir ............................................................................ 28

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian ................................................................................. 37

3.2.Populasi, Sampel dan Tekhik Pengambilan Sampel ........................ 37

3.3.Variabel Penelitian ........................................................................... 38

3.3.1. Variabel Bebas (X).………………………………………….38

3.3.2. Variabel Terikat (Z) …………………………………………39

Page 11: akuntansi_prediski bangkrut

3.4.Sumber Data dan Teknik Pengambilan Data.................................... 39

3.4.1. Sumber Data …………….………………………………….. 39

3.4.2. Metode Pengambilan Data …………………………………..40

3.5.Metode Analisis Data ....................................................................... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.HASIL PENELITIAN ...................................................................... 43

4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan..……………………….….……43

4.1.2.Diskripsi Variabel…………..……………….………….……..50

4.1.3.Hasil Statistik………………………………….………………66

4.2.PEMBAHASAN……………………………….………….………..71

4.2.1.Analisis Prediksi Kebangkrutan……………..……..…………71

4.2.2.Analisis Ketepatan Prediksi Kebangkrutan……..….…………78

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan........................................................................................... 86

5.2.Saran ................................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88

LAMPIRAN..................................................................................................... 90

Page 12: akuntansi_prediski bangkrut

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rasio keuangan PT. Bank Global Intrnasional, Tbk. ............................. 5

Tabel 2 : Rasio working capital to total assets tahun 2001, 2002 dan 2003 serta

perubahanya……………………………………………..……………. 51

Tabel 3 : Rasio retairned earning to total assets tahun 2001, 2002 dan 2003

serta perubahanya…………………………………………..………… 55

Tabel 4 : Rasio earning before interest and tax to total assets tahun 2001, 2002

dan 2003 serta perubahanya…………………………..……..…………

Tabel 5 : Rasio market value equity to book value of total debt tahun 2001, 2002

dan 2003 serta perubahanya………………………………………..… 61

58

Tabel 6 : Rasio sales to total assets tahun 2001, 2002 dan tahun 2003 serta

Perubahanya…………………………………………………………... 64

Page 13: akuntansi_prediski bangkrut

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Alur kerangka berpikir…………………………………………….. 36

Page 14: akuntansi_prediski bangkrut

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Komponen-komponen Laporan Keuangan perbankan go public

di BEJ Tahun 2003……………….….………………………… 90

Lampiran 2: Komponen-komponen Laporan Keuangan perbankan go public

di BEJ Tahun 2002………………..…………………………… 91

Lampiran 3: Komponen-komponen Laporan Keuangan perbankan go public

di BEJ Tahun 2001……………………………...……………… 92

Lampiran 4: Rasio-rasio atas laporan keuangan perbankan go public di BEJ

Tahun 2003……………………….…………………………… 93

Lampiran 5: Rasio-rasio atas laporan keuangan perbankan go public di BEJ

Tahun 2002……………………….……………………………

Lampiran 6: Rasio-rasio atas laporan keuangan perbankan go public di BEJ

Tahun 2001…………………….………………………………

94

95

Lampiran 7: Rasio-rasio atas laporan keuangan perbankan go public di BEJ

Rata-rata selama 3 Tahun .....……………..………..….……… 96

97 Lampiran 8: Multivariate Discriminant Analisys Tahun 2003…….…….…..

Lampiran 9: Multivariate Discriminant Analisys Tahun 2002…….………… 100

Lampiran 10: Multivariate Discriminant Analisys Tahun 2001.….………… 103

Lampiran 11: Multivariate Discriminant Analisys Rata-rata 3 Tahun ……... 106

Page 15: akuntansi_prediski bangkrut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara, banyak

roda-roda perekonomian terutama di sektor riil di gerakkan oleh perbankan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Perbankan di Indonesia memegang

peranan yang teramat penting, terlebih negara Indonesia termasuk negara yang

sedang membangun di segala sektor. Hal tersebut di jelaskan dalam pasal 4

Undang-Undang no. 10 tahun 1998, yaitu perbankan Indonesia bertujuan

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan

rakyat banyak.

Banyaknya sektor yang tergantung pada perbankan tersebut di sebabkan

oleh fungsi dan peranan perbankan. Oleh karena itu, organisasi perbankan selalu

di ikutsertakan dalam menentukan berbagai kebijakan di bidang moneter,

pengawasan devisa, pencatatan efek-efek, dan lain-lainya. Hal tersebut di

sebabkan karena usaha pokok perbankan adalah memberikan kredit dan kredit

yang di berikan oleh perbankan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat luas

dalam segala kehidupan, khususnya di bidang ekonomi (Thomas, dkk. 1999: 16).

Perbankan juga mempunyai fungsi untuk menjaga kestabilan moneter, hal tersebut

di sebabkan atas kebijakan perbankan terhadap simpanan masyarakat serta

fungsinya sebagai lalu lintas transaksi keuangan

Page 16: akuntansi_prediski bangkrut

Di lihat dari sisi internal sendiri, perbankan merupakan alat bagi suatu

badan usaha untuk mencapai tujuannya yaitu menghasilkan barang atau jasa

secara terus menerus untuk mendapatkan laba. Dalam hal ini berlaku prinsip

going concern yang artinya kegiatan usaha harus di lakukan secara terus menerus

tidak hanya sesaat atau sekali selesai lalu tidak berkelanjutan (Sriyadi, 1991: 5).

Bahkan Indriyo (1992: 5) menyatakan bahwa tujuan utama di dirikannya suatu

perusahaan yaitu untuk memaksimumkan keuntungan dan memaksimumkan

kemakmuran pemiliknya. Dengan dua tujuan utama perusahaan tersebut,

perbankan sebagai suatu perusahaan harus menjaga kelangsungan hidupnya

sendiri. Kontinuitas merupakan tujuan utama setiap entitas bisnis termasuk

perbankan, pencapaiaan tersebut tidak dapat di pisahkaan dengan kemampuan

pihak manajemen perusahaan sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang

optimal serta pengendalian yang seksama terhadap kegiatan operasional

perusahaan terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan

Kondisi sektor perbankan Indonesia saat ini belum sepenuhnya bangkit

akibat krisis moneter yang berlangsung mulai pertengahan Juli 1997, hal tersebut

di tambah ketatnya persaingan yang berakibat buruk melanda sektor tersebut.

Pemerintah kemudian mengambil kebijakan untuk melikuidasi perbankan, hal ini

merupakan salah satu langkah kebijakan yang di ambil oleh pemerintah selaku

otoritas moneter yang di tujukan untuk menyehatkan sektor keuangan pada

umumnya dan sektor perbankan pada khususnya.

Permasalahan perbankan di Indonesia yang terjadi dan akhirnya

menyebabkan likuidasi tersebut sangat kompleks, antara lain di sebabkan oleh

utang luar negeri perbankan yang berbentuk valas yang menimbulkan tekanan

Page 17: akuntansi_prediski bangkrut

besar. Kepercayaan bank-bank di luar negeri kepada bank-bank di dalam negeri

(dalam rangka perdagangan) berkurang karena dengan depresiasi rupiah

menyebabkan timbulnya tunggakan pembayaran hutang luar negeri dan dalam

rangka perdagangan luar negeri. Akibatnya credit line kepada bank-bank di dalam

negeri banyak yang di hentikan dan banyak yang tidak mau menerima L/C yang

di keluarkan oleh bank-bank di Indonesia. Impor terancam terutama untuk barang-

barang yang sangat penting seperti obat-obatan dan beras serta untuk bahan baku

ekspor, peningkatan suku bunga SBI juga menyebabkan suku bunga perbankan

tinggi yang pada akhirnya meningkatkan jumlah kredit bermasalah. Hal tersebut

terjadi di samping karena faktor kondisi perekonomian secara global dan nasional

juga karena selama perbankan bergelut dalam bisnis pemberian pinjaman,

timbulnya kredit bermasalah (problem loan) merupakan hal yang sulit di hindari.

Lemahnya kondisi internal bank yang terjadi juga merupakan faktor

penyebab buruknya kondisi perbankan. Hal tersebut di sebabkan oleh kualitas

manajemen yang kurang memadai, adanya pemberian kredit pada kelompok atau

group usaha sendiri dan rendahnya modal untuk menyerap berbagai resiko

kerugian merupakan masalah-masalah mendasar yang sedang di hadapi oleh dunia

perbankan di Indonesia. Menghadapi permasalahan ekonomi yang berkepanjangan

dan permasalahan perbankan yang sangat komplek tersebut pemerintah telah

melakukan langkah-langkah untuk menyehatkan perbankan, beberapa bank dapat

bertahan hidup (tidak terlikuidasi) namun sebagian lagi tidak dapat menghindar

dari kebijakan likuidasi yang merupakan keputusan akhir dari pemerintah.

Banyaknya likuidasi yang terjadi pada perbankan telah menurunkan

penyaluran kredit dan hal ini mengakibatkan sektor perekonomian secara

Page 18: akuntansi_prediski bangkrut

keseluruhan terganggu. Majalah Info Bank (2004, Vol XXVI) mencatat

penyaluran kredit perbankan tahun 1999 menurun sebesar 53,81%, hal ini

berdampak pada menurunnya konsumsi dan investasi dunia usaha dan masyarakat

luas, serta sangat terasa dampaknya pada penurunan pemenuhan modal kerja

untuk menjalankan kegiatan perekonomian. Pengaruh likuidasi bank juga di

rasakan sebagai akibat dari likuidasi total assets yang di miliki perbankan, dana

pihak ketiga yang berada di bank serta modal perbankan itu sendiri, hal ini akan

mempengaruhi kegiatan perekonomian secara langsung maupun tidak langsung.

Terjadinya likuidasi pada sejumlah bank telah menimbulkan beberapa

permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder and shareholder. Hal ini

sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar kalau proses

likuidasi pada sebuah lembaga perbankan dapat di prediksi lebih dini sehinggga

dapat di lakukan tindakan-tindakan yang tidak saling merugikan. Dengan adanya

tindakan untuk memprediksi terjadinya likuidasi tersebut, akan dapat menghindari

atau mengurangi resiko terjadinya likuidasi tersebut.

Resiko likuidasi atas sebuah bank sebenarnya dapat di lihat dan di ukur

melalui laporan keuangan. Pengukuran tersebut di lakukan dengan cara

menganalisis laporan keuangan yang di keluarkan oleh bank yang bersangkutan.

Analisis laporan keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting untuk

mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang di capai

sehubungan dengan pemilihan strategi-strategi perusahaan yang telah di

laksanakan. Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah

informasi keuangan yang di hasilkan oleh akuntansi keuangan bermanfaat untuk

melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap kebangkrutan. Tingkat kesehatan

Page 19: akuntansi_prediski bangkrut

penting artinya bagi perbankan untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan

usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat di

tingkatkan dan pada akhirnya dapat menghindarkan dari kemungkinan

kebangkrutan (terlikuidasi) pada lembaga perbankan. Analisa rasio merupakan

suatu alat analisis yang sering di gunakan oleh banyak pihak untuk menganalisa

laporan keuangan suatu perusahaan.

Aplikasi analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan pengkajian-

pengkajian serta studi yang telah di lakukan mengantarkan kepada pemikiran

untuk menjadikan rasio keuangan sebagai indikator yang fundamental dalam

praktek dunia bisnis dan ekonomi. Rasio keuangan juga telah di gunakan sebagai

independent and descriptive variable dalam studi ekonomi. Bahkan terdapat

kecenderungan untuk menggunakan rasio keuangan tunggal seperti ROI

(Zainuddin dan Hartono, 1999).

Aplikasi analisa rasio telah banyak di gunankan para analisis pasar modal

untuk menilai kinerja perusahaan-perusahaan go public di BEJ termasuk

perusahaan perbankan. Berikut adalah implementasi analisa rasio pada salah satu

perusahaan perbankan yaitu PT. Bank Global Internasional, Tbk.

PT. Bank Gobal Internasional. Tbk

FINANCIAL RATIOS 2002 2003 Change

Cash and bank to total deposits 0,21 0,18 -14.29 %

Net Profit Margin (NPM) 0,02 0,03 50 %

Return On Investment (ROI) 0,25 0,39 56 %

Equity to total assets 0.21 0.22 4,76 %

Sumber: Indonesia Capital Market Directory 2004

Page 20: akuntansi_prediski bangkrut

Dari data tersebut cash and bank to total deposits pada tahun 2003

mengalami penurunan 14,29 % dari tahun 2002, walaupun begitu prosentase cash

and bank to total deposits tiap tahun tetap di atas standar yang di tetapkan Bank

Indonesia sebesar 5 %. Net profit margin PT. Bank Global Internasional, Tbk di

tahun 2003 menunjukkan peningkatan sebesar 50 % dari tahun 2002, net nprofit

margin PT. Bank Global Internasional, Tbk tiap tahun lebih kecil dari standar

yang di tetapkan Bank Indonesia yaitu net profit margin minimal 25 %. Return on

investment menunjukkan peningkatan tahun 2003 sebesar 56 % dari tahun 2002,

return on investment PT. Bank Global Internasional, Tbk setiap tahun menunjukkan

di atas standar yang di tetapkan Bank Indonesia minimum sebesar 5 %.

Sedangkan equity to total assets (kecukupan modal) menunjukkan peningkatan

sebesar 4,76 %, rata-rata equity to total assets menunjukkan di atas ketentuan

Bank Indonesia yaitu sebesar 8 %.

Dari kenyataan data tersebut di atas, penilaian menggunakan analisa rasio

keuangan antara satu rasio dengan rasio yang lainya kurang saling mendukung

untuk pengambilan keputusan secara utuh dalam menilai kinerja manajemen dan

memprediksi kinerja secara komperhensif periode yang akan datang. Rasio net

profit margin, return on investment, equity to total assets PT. Bank Global

Internasional, Tbk. menunjukan peningkatan. Rasio cash and bank to total

deposits, return on investment dan equity to total assets menunjukkan di atas

ketentuan Bank Indonesia tetapi NPM menunjukkan di bawah ketentuan Bank

Indonesia. Return on investment (ROI), net profit margin (NPM) dan equity to

total assets kemungkinan sesuai kenaikan rata-rata pertahun akan meningkatkan

Page 21: akuntansi_prediski bangkrut

prosentasenya. Kenyataannya PT. Bank Global Internasional, Tbk. pada bulan

April 2004 mendapat peringatan Bank Indonesia agar memperbaiki rasio

kecukupan modal sesuai ketentuan yang berlaku yaitu minimal 8 %. Pada bulan

September 2004 rasio kecukupan modal PT. Bank Global Internasional, Tbk. telah

mencapai 40 %, akan tetapi kenyataanya PT. Bank Global Internasional, Tbk. di

likuidasi di akhir tahun 2004, sehingga analisa rasio keuangan di rasa kurang

relevan dalam menganalisis kemungkinan terjadinya likuidasi

Menurut Achmad Slamet (2003: 59) bahwa dalam perkembangannya,

analisa rasio ternyata mengalami kendala dan keterbatasan yaitu dalam menguji

setiap rasio keuangan secara terpisah, pengaruh kombinasi beberapa rasio hanya

di dasarkan pada pertimbangan para analis saja. Pada kenyataannya, analisis rasio

keuangan hanyalah suatu titik awal dalam melakukan analisis keuangan

perusahaan. Analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban, kecuali hanya

menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya di harapkan (Friedlob

dan Plewa, 1996). Di sisi lain informasi tentang prediksi kebangkrutan sangat di

butuhkan oleh berbagai pihak, baik pihak intern yang menggunakan informasi

tersebut sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan kinerja di masa yang akan

datang, maupun pihak eksternal yang menggunakan informasi tersebut sebagai

dasar pengambilan kebijakan mereka terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Adanya fakta yang terjadi tersebut memerlukan penyelesaian yang serius,

untuk itu di perlukan suatu kajian mengenai model analisis untuk memprediksi

adanya kemungkinan likuidasi terhadap perusahaan perbankan beserta ketepatan

prediksi kebangkrutan tersebut terhadap terjadinya kasus likuidasi perbankan go

Page 22: akuntansi_prediski bangkrut

public di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dengan harapan dapat menjadi masukan bagi

para pihak-pihak yang berkepentingan supaya dapat di lakukan tindakan

pencegahan yang terbaik sejak dini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Prediksi Kebangkrutan pada

Perbankan Go Public di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sektor perbankan merupakan sektor yang mempunyai pengaruh yang luas

dalam kegiatan perekonomian. Perusahaan perbankan di Indonesia merupakan

penunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan

rakyat banyak. Di sisi internal, perbankan harus melaksanakan kegiatan usahanya

sesuai dengan tujuan didirikanya perbankan tersebut, yaitu untuk memperoleh

adanya keberlangsungan usaha (going concern) serta memaksimumkan

keuntungan dan kemakmuran pemilikya. Dalam perkembangannya, perbankan

menghadapi suatu permasalahan yang hampir di alami suatu entitas bisnis yaitu

ketidakpastian usaha. Banyak likuidasi terjadi pada lembaga perbankan walaupun

telah di lakukan berbagai upaya baik oleh pemerintah, pihak ekstern lainnya

maupun pihak intern perbankan sendiri untuk menghindari hal tersebut.

Tanda-tanda awal adanya potensi kebangkrutan pada entitas bisnis

sebenarnya dapat di ketahui dengan melakukan analisa terhadap kondisi keuangan

suatu perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan yang di terbitkan. Alat

analisis yang sering di gunakan untuk menganalisa laporan keuangan adalah

Page 23: akuntansi_prediski bangkrut

analisa rasio, akan tetapi dalam perkembangannya analisa rasio ini mempunyai

keterbatasan-keterbatasan yang di antaranya tidak mampu menguji setiap rasio

secara bersama-sama. Banyak penelitian yang telah di lakukan untuk mengatasi

permasalahan tersebut, beberapa peneliti menemukan formula-formula untuk

memprediksi kebangkrutan akan tetapi implementasinya masih terbatas pada

perusahaan industri, sedangkan kajian pada industri perbankan sangat sedikit.

Kondisi tersebut menggambarkan kebutuhan alat prediksi kebangkrutan

pada perbankan yang sangat mendasar dan mendesak. Alat prediksi kebangkrutan

yang akan di gunakan oleh para pengambil keputusan di harapkan dapat

mendeteksi kemungkinan kebangkrutan sejak dini. Sehingga semakin lama rentan

waktu antara prediksi kebangkrutan/ketidakbangkrutan dengan waktu terjadinya

kebangkrutan/ ketidakbangkrutan, maka akan semakin baik bagi para pengambil

keputusan untuk melakukan tindakan pencegahan yang terbaik sejak dini sehingga

potensi kebangkrutan di masa yang akan datang dapat di hindari. Dalam

menggunakan alat prediksi kebangkrutan juga harus di ketahui terlebih dahulu

kemampuanya dalam melakukan prediksi kebangkrutan dengan kata lain

ketepatan alat prediksi kebangkrutan tersebut dengan kenyataan terjadinya

kebangkrutan/ketidakbangkrutan, sehingga alat prediksi tersebut dapat membantu

dengan baik bagi para pengambil keputusan.

Dengan adanya kondisi tersebut di atas maka dalam penelitian ini

permasalahan yang akan di bahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi analisis prediksi kebangkrutan pada perusahaan

perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta?

Page 24: akuntansi_prediski bangkrut

2. Bagaimana penggunaan rata–rata rasio keuangan setiap bank dalam

memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi maupun tidak terjadinya

likuidasi bank–bank yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta?

3. Seberapa besar ketepatan prediksi kebangkrutan atas bank-bank yang

terlikuidasi bank-bank yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ada maka tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi dari analisis prediksi kebangkrutan dalam

memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi pada perbankan yang terdaftar

pada Bursa Efek Jakarta

2. Untuk mengetahui penggunaan rata–rata rasio keuangan setiap bank dalam

memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi maupun tidak terjadinya

likuidasi pada bank–bank yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta.

3. Untuk mengetahui seberapa besar ketepatan prediksi kebangkrutan atas bank-

bank yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta yang mengalami likuidasi

maupun yang tidak mengalami likuidasi

1.4. Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini, penulis mempunyai harapan akan di peroleh

manfaat, yaitu:

1. Manfaat teoritis

a. Mencoba menerapkan model perdiksi kebangkrutan untuk dapat mengetahui

Page 25: akuntansi_prediski bangkrut

indikasi terjadinya kebangkrutan agar dapat di gunakan sebagai

pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta mengetahui

ketepatannya dengan kasus likuidasi yang terjadi pada bank-bank yang

terdaftar pada Bursa Efek Jakarta.

b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media untuk belajar memecahkan

masalah secara ilmiah dan memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan

di siplin ilmu yang di peroleh di bangku kuliah

c. Bagi civitas akademik, sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis di

waktu yang akan datang.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dan lembaga terkait dalam

menentukan kebijakan menganalisa mengenai kelangsungan kehidupan

perusahaan khususnya perbankan yang di gunakan untuk deteksi dini akan

adanya potensi kebangkrutan.

b. Untuk mencari solusi atas pertanyaan yang selama ini muncul mengenai

bagaimana penerapan analisis prediksi kebangkrutan pada lembaga

perbankan serta seberapa besar kemampuannya dalam memprediksi

likuidasi perbankan di masa yang akan datang.

Page 26: akuntansi_prediski bangkrut

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kebangkrutan dan Likuidasi

2.1.1. Pengertian Kebangkrutan dan Likuidasi Bank

Kebangkrutan menurut Altman (1973) adalah perusahan yang secara

hukum bangkrut. Sedangkan kebangkrutan menurut undang-undang no 4 tahun

1998 adalah di mana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila

debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu

hutang yang telah jatuh tempo dan dapat di tagih. Undang-undang ini juga

menyatakan bahwa apabila debitur adalah perusahaan perbankan, maka

permohonan pernyatan pailit hanya dapat di ajukan oleh Bank Indonesia

Definisi dari kebangkrutan lainnya di kemukakan oleh M. Akhyar Adnan

(2001), yang menyatakan bahwa kebangkrutan adalah sebagai suatu kegagalan

yang terjadi dalam perusahaan dan kegagalan tersebut dapat di bedakan menjadi:

1. Kegagalan ekonomi ( Economic distressed )

Kegagalan dalam arti ekonomi di artikan sebagai perusahaan

kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya

sendiri, hal ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan

terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus

kas yang di harapkan. Kegagalan juga terjadi karena tingkat pendapatan atas

biaya historis dari investasinya lebih kecil dari biaya modal perusahaan yang

di keluarkan untuk investasi tersebut.

Page 27: akuntansi_prediski bangkrut

2. Kegagalan keuangan ( Financial distressed)

Kegagalan keuangan juga dapat di artikan sebagai insolvensi arus kas,

insolvensi atas dasar arus kas tersebut ada dua bentuk, yaitu:

a. Insolevensi teknis, yaitu terjadi apabila perusahaan tidak mampu

memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo walaupun total aktivanya

sudah melebihi total hutang

b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, yaitu di definisikan sebagai

kekayaan bersih neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas

yang di harapkan lebih kecil dari kewajiban

Sedangkan pengertian likuidasi menurut SK Direksi BI No. 32/53/KEP

DIR Tanggal 14 Mei 1999 adalah tindakan penyelesaian seluruh hak dan

kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan

hukum bank. Sedangkan pencabutan izin usaha dalam proses likuidasi perbankan

oleh Bank Indonesia tersebut di lakukan apabila:

1. Tindakan penyelamatan yang telah di lakukan belum cukup untuk mengatasi

kesulitan yang di alami bank

2. Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan

sistem perbankan nasional

3. Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegang saham bank tersebut

2.1.2. Sumber-sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan

Kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat di prediksi dengan melihat

beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut , adalah (Hanafi, 2003 : 264):

1. Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.

Page 28: akuntansi_prediski bangkrut

2. Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada

persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.

3. Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya.

4. Kualitas manajemen.

5. Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya

2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan

Kebangkrutan yang terjadi pada perbankan di awali oleh memburuknya

kondisi perekonomian Indonesia pada awal 1997. Suku bunga yang tinggi, rush,

hutang membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet

melanda hampir semua bank di Indonesia. Akan tetapi hal tersebut bukan faktor

utama yang menyebabkan kebangkrutan pada lembaga perbankan, hal tersebut di

buktikan dengan masih eksisnya beberapa bank sampai sekarang. Menurut M.

Akhyar Adnan, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada

suatu perusahaan adalah (Murtanto, 2002: 48):

1. Faktor umum

a. Sektor ekonomi

Pengaruh sektor ekonomi terhadap kebangkrutan berasal dari gejala inflasi

dan deviasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan pemerintah,

suku bunga dan devaluasi atau revaluasi mata uang

b. Sektor sosial

Pengaruh sektor sosial berasal dari adanya perubahan gaya hidup

masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa

ataupun yang berhubungan dengan karyawan

Page 29: akuntansi_prediski bangkrut

c. Sektor teknologi

Pengaruh sektor teknologi berasal dari penggunaan teknologi memerlukan

biaya yang di tanggung perusahaan terutama untuk pemeliharaan dan

implementasi

d. Sektor pemerintah

Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah

terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaaan

tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru

bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain

2. Faktor eksternal

a. Sektor pelangan atau nasabah

Untuk menghindari kehilangan nasabah bank harus melakukan identifikasi

terhadap sifat-sifat konsumen atau nasabah juga menciptakan peluang

untuk mendapatkan nasabah baru

b. Sektor kreditur

Di mana kekuatanya terletak pada pemberian pinjaman dan menetapkan

jangka waktu pengembalian hutang piutang yang tergantung kepercayaan

kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank

c. Faktor pesaing/bank lain

Di mana merupakan hal yang harus di perhatikan karena menyangkut

perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah

3. Faktor internal perusahaan

a. Terlalu besarnya kredit yang di berikan kepada nasabah sehingga akan

Page 30: akuntansi_prediski bangkrut

menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya

tidak dapat membayar

b. Manajemen tidak efisien yang di sebabkan karena kurang adanya

kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap adaptif dan inisiatif dari

manajemen

c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan di mana sering di

lakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat

merugikan apalagi yang berhubungan sengan keuangan perusahaan

2.1.4. Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan

Kesulitan keuangan yang terjadi sebenarnya dapat di perbaiki tergantung

besar kecilnya permasalahan, sehingga pada akhirnya permasalahan tersebut akan

dapat di atasi dengan sebaik-baiknya. Beberapa alternatif perbaikan kesulitan

keuangan tersebut adalah (Hanafi, 2000: 262);

1. Pemecahan secara informal

Pemecahan kesulitan keuangan dengan cara ini di lakukan apabila

kesulitan keuangan belum terlalu parah dan hanya bersifat sementara, cara

yang digunakan adalah;

a. Perpanjangan (Ekstension )

Pemecahan dengan cara ini di lakukan dengan memperpanjang jatuh

tempo hutang-hutang perusahaan

b. Komposisi (Composition )

Pemecahan dengan cara ini di lakukan dengan mengurangi besarnya biaya-

biaya tagihan perusahaan

Page 31: akuntansi_prediski bangkrut

2. Pemecahan secara formal

Pemecahan dengan cara ini di lakukan apabila kesulitan keuangan

yang di hadapi oleh perusahaan sangat parah. Sedangkan di sisi lain kreditor

ingin mempunyai jaminan keamanan atas dana yang mereka tanamkan. Cara

yang di gunakan adalah:

a. Apabila nilai perusahaan di teruskan > dari nilai perusahaan di likuidasi,

maka di lakukan upaya reorganisasi dengan merubah struktur modal

selama ini menjadi struktur modal yang layak

b. Apabila nilai perusahaan di teruskan < dari nilai perusahaan di likuidasi,

maka di lakukan upaya likuidasi atas aset-aset perusahaan

2.1.5. Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan

Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan akan sangat

bermanfaat bagi beberapa kalangan. Menurut Hanafi (2000: 261) informasi

prediksi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk:

1. Pemberi pinjaman

Informasi kebangkrutan di gunakan untuk pengambilan keputusan tentang

pemberian pinjaman dan monitoring

2. Investor

Informasi kebangkrutan di gunakan untuk pengambilan keputusan terhadap

surat berharga perusahaan

3. Pihak pemerintah

Informasi kebangkrutan di gunakan untuk melakukan tindakan awal yang bisa

di lakukan terutama terhadap perusahaan BUMN

Page 32: akuntansi_prediski bangkrut

4. Akuntan

Informasi kebangkrutan di gunakan untuk menilai kemampuan going concern

suatu perusahaan

5. Manajemen

Informasi kebangkrutan di gunakan untuk melakukan langkah-langkah

preventif sehingga biaya kebangkrutan bisa di hindari dan atau diminimalisir

2.2. Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Menggunakan Multivariate

Discriminant Analisys

Kegiatan dengan melakukan analisis laporan keuangan suatu bank untuk

melakukan prediksi kondisi masa depan bukanlah suatu yang mudah. Apalagi

perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang sangat rentan akan pengaruh

ekonomi nasionaal dan global. Oleh karena itu alat prediksi kebangkrutan yang di

gunakan pada perbankan harus mempunyai ketepatan prediksi yang baik dengan

memperhatikan karakteristik perbankan. Menurut Avianti (2000: 45) ketepatan

prediksi masa depan berlaku selama emiten mempunyai kondisi keuangan yang

sama dengan pada saat prediksi dilakukan. Apabila emiten melakukan perbaikan

kinerja melalui strategi yang tepat, kemungkinan besar ada ketidaktepatan

prediksi. Namun kelemahan apapun yang di hadapi pada kenyataannya prediksi

masih selalu di lakukan untuk pengambilan keputusan.

2.2.1. Konsep Multivariate Diskrimainan Analisys

Analisis diskriminan adalah suatu analisis yang menghasilkan suatu indeks

yang memungkinkan penggolongan suatu observasi kedalam salah satu kelompok

Page 33: akuntansi_prediski bangkrut

yang telah di tetapkan terlebih dahulu. Pada analisis diskriminan ini terdiri dari

tiga langkah, yaitu (Weston, 1993:170):

1. Merancang golongan klasifikasi yang mutually exclusive. Setiap golongan di

bedakan oleh suatu distribusi probabilitas dari cirri-cirinya

2. Mengumpulkan data untuk setiap golongan

3. Mencari kombinasi linier dari ciri masing-masing yang paling baik

membedakan golongan-golongan tersebut

Adanya kebangkrutan pada perusahaan menyebabkan banyak kerugian

yang menimpa berbagai pihak, untuk mengatasi hal tersebut banyak penelitian

telah di lakukan. Salah satu penelitian yang sukses adalah penelitian yang

dilakukan oleh Altman pada tahun 1968. Altman dalam penelitianya

menggunakan analisis multivariat diskriminan untuk membuat suatu model yang

bertujuan meramalkan kebangkrutan perusahaan dengan sampel dirancang

sebanyak 66 perusahaan yang terdiri dari kelompok perusahaan yang mengalami

kebangkrutan dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan.

Dalam penelitianya, Altman melakukan survei model-model yang di

kembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia,

Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda dan Prancis. Dengan menggunakan

multivariate discriminant analysis tersebut. Altman menemukan bahwa rasio-

rasio keuangan liquidity, solvency dan profitability bermanfaat dalam

memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat keakuratan yang semakin

menurun seiring dengan semakin lamanya periode prediksi.

Page 34: akuntansi_prediski bangkrut

2.2.2. Rasio-rasio Prediktor Kebangkrutan dalam Metode Z-Score Altman

Penelitian yang di lakukan oleh Altman dengan metode multivariate

discriminant analisys, menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai indikasi adanya

kebangkrutan dan ketidakbangkrutan. Hasil penelitian tersebut kemudian di kenal

dengan nama metode Z-Score. Sedangkan rasio-rasio keuangan yang di gunakan

dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Working capital to total assets (X1)

Rasio working capital to total assets terdiri dari 2 komponen, yaitu

modal kerja dan total aktiva. Modal kerja di peroleh dari selisih antara aktiva

lancar dengan utang lancar (Adnan: 2001). Hasil perhitungan working capital

merupakan nilai keefektifan modal kerja yang di gunakan perusahaan. Apabila

nilai yang di peroleh tinggi maka mengindikasikan kelebihan modal kerja

yang mungkin di sebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau

adanya saldo kas yang terlalu besar. Sedangkan apabila nilainya rendah maka

mengindikasikan adanya kelebihan hutang jangka pendeknya, sehingga akan

berpengaruh tidak baik bagi tingkat likuiditas perusahaan (Slamet, 2003:34)

Sedangkan komponen rasio working capital to total assets yang kedua

adalah aktiva. Menurut IAI (2002) manfaat ekonomi masa depan yang

terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan

sumbangan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, arus kas dan

setara kas kepada perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang

produktif dan merupakan bagian dari ektivitas operasional perusahaan.

Mungkin pula berbentuk yang dapat di ubah menjadi kas atau setara kas atau

Page 35: akuntansi_prediski bangkrut

berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan

biaya akibat penggunaan proses produksi alternatif. Besar kecilnya nilai aktiva

sangat menentukan keberlangsungan usaha di masa depan, mengingat potensinya

yang berbentuk sumbangan yang di berikan oleh manfaat aktiva tersebut

Dari dua komponen tersebut perhitungan rasio working capital to total

assets di lakukan. Sedangkan pengertian rasio working capital to total assets

sendiri adalah rasio yang mendeteksi kemampuan likuiditas dari total aktiva

dan posisi modal kerja (neto). Jika di kaitkan dengan indikator kebangkrutan,

maka dapat di gunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat

likuiditas perusahaan seperti indikator ketidakcukupaan kas, utang dagang

membengkak, utilitas modal (kekayaan) menurun, penambahan hutang yang

tidak terkendali dan beberapa indikator lainya (Adnan, 2001)

Menurut Supardi (2003: 68), working capital to total assets adalah

salah satu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek, perhitungan rasio ini akan negatif apabila

kewajiban lancar lebih besar dari hutang lancar.

2. Retairned earning to total assets (X2)

Rasio retairned earning to total assets terdiri dari 2 komponen, yaitu

laba di tahan dan total aktiva. Laba di tahan adalah laba bersih yang di

akumulasikan dalam suatu keuntungan setelah deviden di bayarkan. Laba di

tahan adalah laba tak di bagi atau surplus yang di peroleh (Adnan: 2001)

Menurut Mulyono (1994) retairned earning to total assets adalah rasio

profitabilitas yang dapat mendeteksi kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan, yang di tinjau dari kemampuan perusahaan dalam

Page 36: akuntansi_prediski bangkrut

mendapatkan laba di bandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets

sebagai ukuran efisiensi usaha. Manajemen perusahaan sangat berkepentingan

untuk dapat melihat rasio ini karena sekaligus akan terlihat tingkat efisiensi

usaha dan kemampuan memperoleh laba dari hasil penjualanya.

Definisi lainya di kemukakan oleh Supardi (2003: 81). Retairned

earning to total assets adalah rasio yang mengukur jumlah akumulasi laba

selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap

besarnya rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi

memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba di tahan. Untuk

perusahaan dengan usia yang masih muda maka umumnya akan menunjukkan

rasio tersebut yang rendah

3. Earning before interest and tax to total assets (X3)

Menurut Supardi (2003: 81) rasio earning before interest and tax to

total assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari aktiva yang di gunakan.

Sedangkan menurut Riyanto (1995) earning before interest and tax to

total assets merupakan rasio yang di gunakan untuk mengukur kemampuan

modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang obligasi dan saham.

Beberapa indikator yang dapat di gunakan untuk mendeteksi masalah pada

kemampuan profitabilitas perusahaan adalah adanya piutang dagang yang

meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kuartal, persediaan meningkat,

penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan, kredibilitas perusahaan

Page 37: akuntansi_prediski bangkrut

berkurang serta kesedian memberi kredit pada konsumen yang tidak membayar

pada waktu yang telah di tetapkan.

4. Market value equity to book value of total debt (X4)

Menurut Adnan ( 2001: 190), rasio market value equity to book value

of total debt merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri.

Modal yang di maksud dalam rasio ini adalah gabungan nilai pasar dari

seluruh modal biasa pada harga pasar yang berlaku. Sedangkan nilai buku

hutang adalah hutang lancar dan hutang jangka panjang.

Hasil perhitungan rasio market value equity to book value of debt

menunjukkan kemampuan setiap modal sendiri yang dapat di jadikan jaminan

hutang. Semakin kecil rasio ini berarti semakin sedikit market value equity

yang di jadikan sebagai jaminan atas hutang. Semakin besar rasio ini berarti

semakin banyak market value equity yang di jadikan sebagai atas jaminan

hutang (Mulyati, 2001: 58)

5. Sales to total assets (X4)

Menurut Adnan (2001: 190), sales to total assets merupakan rasio

yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam

keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini

mengukur kemampuan menajemen dalam menggunakan aktiva untuk

menghasilkan revenue.

Definisi lainya di kemukakan oleh Hanafi (2000: 81) sales to total

assets adalah rasio yang menghitung efektifitas penggunaan total aktiva. Rasio

yang tinggi menunjukkan manajemen yang baik, sedangkan rasio yang rendah

Page 38: akuntansi_prediski bangkrut

akan membuat manajemen untuk mengevaluasi strategi yang di gunakan,

pemasaranya dan pengeluaran modal (investasi)

2.2.3. Analisis Prediksi Kebangkrutan Metode Multivariate Discriminan Analisys

Hasil Penelitian Altman

Dalam melakukan analisis prediksi kebangkrutan, Altman menggunakan

variabel bebas yaitu berupa rasio-rasio keuangan tersebut di atas yang di

perkirakan mempengaruhi kebangkrutan. Altman menggunakan variabel tidak

bebas yaitu prediksi kebangkrutan dan di sebut nilai Z-Score. Z-Score adalah skor

yang di tentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan

menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Dalam penelitian

pertamanya Altman menggunakan sampel perusahaan yang berada di Amerika

Serikat. Nilai Z-Score dari hasil penelitian pertamanya tersebut di tentukan

dengan rumus sebagai berikut:

Z-Score = 0,012 X1 + 0,014X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 + 0,999 X5

Dalam menentukan adanya tendensi kebangkrutan atau tidak ada tendensi

kebangkrutan di gunakan titik cut off sebagai batas antara prediksi kebangkrutan.

Titik cut off di hitung dengan cara mencari titik tengah antara dua rasio yang

berurutan. Titik cut off yang di pilih adalah titik cut off yang menghasilkan

kesalahan prediksi paling kecil ( Ghozali, 2002: 117)

Dalam hasil penelitian tersebut, Altman memilih nilai batas atau cut off

sebesar 2,675 (kesalahan klasifikasi minimum untuk mengklasifikasi perusahaan).

Perusahaan yang mempunyai nilai Z-Score di bawah 2,675 di prediksi akan

mengalami kebangkrutan apabila tidak segera di lakukan perbaikan yang berarti,

Page 39: akuntansi_prediski bangkrut

sedangkan perusahaan yang mempunyai nilai Z-Score diatas 2,675 di prediksi

akan mengalami kebangkrutan sangat kecil.

Dalam perkembanganya Altman melakukan penelitian lanjutan dengan

memasukkan di mensi internasional dengan melakukan penelitian di Amerika

Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada,

Belanda dan Prancis. Penelitian lanjutan yang di lakukan tersebut menghasilkan

perhitungan rumus sebagai berikut;

Z-Score = 0,717 X1 + 0,847X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5

Dari hasil analisis yang berupa nilai Z-Score tersebut dapat menjelaskan

kemungkinan kebangkrutan dalam sebuah perusahaan. Dalam model hasil

penelitan lanjutan ini Altman menggunakann titik cut off sebesar 2,99 dan

menggunakan grey area zone (zona hijau/daerah rawan kemungkinan munculnya

klasifikasi yang salah) sebesar 1,81. Nilai Z-Score akan menjelaskan kondisi

keuangan suatu perbankan dengan tingkat kategori:

1. Untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 mengindikasikan

perusahaaan akan mengalami kesulitan keuangan dan resiko yang tinggi

2. Untuk nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99 mengindikasikan perusahaan

berada di daerah kelabu (grey area). Dalam kondisi ini perusahaan akan

mengalami masalah keuangan yang harus di tangani dengan penanganan

manajemen yang tepat, kalau tidak akan mengalami kebangkrutan. Pada

daerah abu-abu (grey area) ini perusahaan mempunyai kemungkinan bangkrut

dan mempuyai kemungkinan tidak bangkrut, tinggal bagaimana pihak

manajemen mengambil tindakan

Page 40: akuntansi_prediski bangkrut

3. Untuk nilai Z-Score di atas 2,99 mengindikasikan bahwa perusahaan berada

dalam kondisi keuangan yang sehat sehingga indikasi akan adanya

kebangkrutan dimasa mendatang sangat kecil

Implementasi dari metode Altman, di samping di gunakan untuk

mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan, juga akan

dapat memberikan arahan bagi perusahaaan untuk melakukan tindakan

pembenahan terhadap bagian-bagian perusahaan yang sedang mengalami

permasalahan dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan

likuiditas, provitabilitas dan aktivitas

2.2.4. Ketepatan Prediksi Kebangkrutan dengan Mengggunakan Multivariate

Discriminant Analisys

Hasil penelitian Altman dengan menggunakan multivariate discriminant

analysis untuk memprediksi kebangkrutan yang akan tersejadi, menemukan

bahwa rasio-rasio keuangan dapat secara bersama-sama di gunakan untuk

memprediksi kebangkrutan yang akan terjadi pada perusahaan. Ketepatan prediksi

kebangkrutan atas hasil perhitungan dari nilai Z-Score pada periode prediksi satu

tahun sebelum perusahaan-perusahaan mengalami kebangkrutan dapat bermanfaat

untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan sebesar 95 %.

Kemudian pada periode dua tahun sebelum kebangkrutan menurun menjadi

sebesar 76 %, pada periode tiga tahun sebelum terjadinya kebangkrutan sebesar

48 %. Pada periode empat tahun sebelum kebangkrutan mempunyai tingkat

keakuratan sebesar 29 %. Kemudian naik lagi sebesar 36 % untuk periode lima

tahun sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan (Adnan, 2001: 184 )

Page 41: akuntansi_prediski bangkrut

2.2.5. Penelitian Terdahulu

1. Setyarini dan Abdul Halim (1999)

Implementasi dari metode Altman untuk memprediksi kebangkrutan

dalam perusahaan perbankan di Indonesia telah di lakukan oleh Setyarini dan

Abdul Halim (1999). Penelitan tersebut bertujuan untuk melakukan analisa

potensi kebangkrutan perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan

menggunakan analisa Z-Score Altman sebagai indikator tingkat kesehatan atau

potensi kebangkrutan. Indikator Z-Score untuk seluruh sampel 38 perusahaan,

di kelompokkan ke dalam kategori sehat (skor > 2,9), grey area (skor antara

1,2 dan 2,9) dan bangkrut (skor < 1,29). Hasil penelitian tersebut

menyimpulkan adanya perbedaan potensi kebangkrutan secara signifikan

antara sebelum dan pada masa krisis moneter serta analisis Z-Score yang di

gunakan merefer pada Altman lebih di tujukan pada sektor perbankan.

2. Muhammad Akhyar Adnan dan M Imam Taufiq. (2001)

Adnan dan Taufik (2001) melakukan penelitian terhadap kasus

terjadinya likuidasi perbankan di Indonesia periode tahun 1997 sampai tahun

2000 dengan menggunakan sampel dua kelompok bank yaitu kelompok bank

terlikuidasi dan bank tidak terlikuidasi. Bank-bank yang di gunakan sebagai

sampel tersebut adalah bank-bank yang terlikudasi pada periode 13 Maret

1999 setelah melewati proses yang dilakukan oleh BPPN yang berjumlah 67

bank. Dalam penelitian ini Adnan dan Taufik menggunakan nilai cut off dari

hasil penelitan yang di lakukan oleh Altman, demikian juga metode

analisisnya yang menggunakan rumus hasil penelitian Altman yaitu Z-Score.

Page 42: akuntansi_prediski bangkrut

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa analisis prediksi kebangkrutan

metode Altman dapat di implementasikan dalam memprediksi kemungkinan

likuidasi perbankan di Indonesia.

3. Supardi dan Sri Mastuti (2003)

Supardi dan Sri Mastuti (2003) melakukan penelitian tentang likuidasi

pada perbankan go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan

metode Altman untuk memprediksi kebangkrutan. Penelitian ini juga

menggunakan sampel perbankan go public yang terlikuidasi dan tidak

terlikuidasi dengan periode laporan keuangan tahun 1993, 1994, 1994, 1996,

1997. Dalam penelitian ini di samping menggunakan analisis diskriptif, juga

menggunakan analisis inferensial berupa uji satu rata-rata dan melakukan

pengujian terhadap hipotesis tentang ketepatan prediksi model Z-Score

Altman pada perusahaan perbankan. Nilai cut off yang di gunakan dalam

penelitan ini juga menggunakan nilai cut off hasil penelitian Altman. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa analisis kebangkrutan metode Altman

dapat di terapkan pada lembaga perbankan di Indonesia.

3.1. Kerangka Berfikir

Perbankan merupakan urat nadi perekonomian suatu negara, hal tersebut

di sebabkan oleh berbagai fungsi yang di jalankan oleh perbankan, oleh karena itu

perbankan sering di ikutsertakan dalam pengambilan kebijakan moneter karena

berkaitan dengan fungsinya terutama fungsi intermediasi. Perbankan sendiri dari

sisi internal perusahaan merupakan alat untuk mencapai tujuan di dirikanya yaitu

Page 43: akuntansi_prediski bangkrut

untuk memaksimumkan keuntungan, oleh karena itu kegiatan usaha harus di

lakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Kondisi perbankan Indonesia saat ini belum sepenuhnya bangkit akibat

krisis moneter, perekonomian nasional yang kurang stabil dan di tambah ketatnya

persaingan yang berakibat buruk melanda sektor tersebut. Adanya kebijakan

untuk melikuidasi perbankan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia

merupakan langkah kebijakan terakhir yang diambil untuk menyehatkan sektor

keuangan pada umumnya dan khususnya sektor perbankan itu sendiri, hal tersebut

di tempuh setelah berbagai cara di upayakan untuk menyehatkan perbankan.

Untuk mengatasi permasalahan resiko kebangkrutan yang terjadi tersebut,

Altman telah melakukan penelitian dengan metode multivariate discriminan

analisys dan menghasilkan suatu model prediksi yang disebut analisis Z-Score.

Penggunaan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman dalam penelitian

ini di lakukan karena rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam metode Z-Score

Altman tersebut mempunyai keterkaitan yang erat dengan kondisi finansial suatu

perusahaan serta keterkaitan terhadap kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada

lembaga perbankan, keterkaitan tersebut yaitu:

1. Hubungan antara modal kerja/total aktiva dengan kebangkrutan

Rasio ini menunjukan kemampuan likuiditas perbankan yang dapat

menunjukkan kondisi keuangan internal perbankan. Semakin tinggi rasio ini

maka menunjukkan semakin besar kecukupan kas, semakin meningkatnya

total kredit yang di berikan dan ini berarti meningkatnya pendapatan bunga.

Semakin menurunnya jumlah kredit bermasalah (non performing loan) yang

Page 44: akuntansi_prediski bangkrut

berarti menurunkan beban operasional, semakin meningkatnya efek-efek dan

penyertaan dalam saham yang berarti meningkatnya pendapatan operasional.

Indikasi lainya adalah semakin menurunnya kewajiban jangka pendek

perusahaan yang berarti juga menurunkan beban bunga. Pada akhirnya kinerja

keuangan yang baik tersebut akan menyebabkan semakin kecil resiko

terjadinya kebangkrutan

Semakin rendah rasio ini maka menunjukkan kondisi likuidaitas di

bandingkan total aktiva yang semakin memburuk. Hal tersebut menunjukkan

adanya ketidakcukupan kas, menurunnya penyaluran kredi yang berarti

menurunkan pendapatan bunga yang di terima. Meningkatnya kredit

bermasalah (non performing loan) yang akan meningkatkan beban operasonal.

Meningkatnya kewajiban lancar sehingga akan meningkatkan beban bunga,

menurunnya efek-efek dan penyertaan saham dan meningkatnya fixed assets

yang akan meningkatkan biaya penyusutan. Kondisi tersebut pada akhirnya

akan meningkatkan resiko kebangkrutan.

2. Hubungan antara laba ditahan/total aktiva dengan kebangkrutan

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan

laba yang di tahan di banding kecepatan perputaran operating asset. Semakin

kecil rasio ini menujukkan penurunan laba ditahan. Adanya penurunan laba di

tahan berakibat bank harus mencari dana dari luar perusahaan, apabila bank

yang bersangkutan akan melakukan ekspansi atau investasi aktiva. Sehingga

hal tersebut akan meningkatkan beban hutang dan beban hutang yang tinggi

dan akhirnya akan meningkatkan resiko kebangkrutan. Rasio yang kecil juga

Page 45: akuntansi_prediski bangkrut

mengindikasikan bahwa perusahaan tidak efektif dalam menggunakan aktiva

untuk mendapatkan laba di tahan serta mengindikasikan banyaknya aktiva

tetap yang tidak produktif sehingga meningkatkan resiko kebangkrutan di

masa yang akan datang

Sedangkan adanya rasio yang tinggi mengindikasikan adanya

peningkatan laba di tahan atas penggunaan aktiva. Dengan laba di tahan yang

tinggi, maka bank akan memperoleh kelebihan dana yang dapat di gunakan

untuk melakukan investasi, ekspansi usaha atau pembayaran hutang sehingga

resiko kebangkrutan akan menurun. Ekspansi usaha tersebut teramat penting

agar perbankan tetap eksis mengingat ketatnya persaingan perbankan di masa

sekarang ini. Rasio yang tinggi juga mengindikasikan bahwa manajemen bank

menggunakan aktiva secara efektif untuk menghasilkan laba setiap periode,

keberhasilan menejemen bank dalam menekan biaya-biaya yang timbul atas

aktiva, serta keberhasilan manajemen dalam memperoleh pendapatan

operasional lainya yang timbul dari penggunaan aktiva, sehingga kondisi

tersebut akan menurunkan resiko kebangkrutan

3. Hubungan antara laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva dengan

kebangkrutan

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang di investasikan dalam

keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba usaha. Rasio yang tinggi

menunjukkan bahwa biaya operasional yang rendah, pendapatan bunga

meningkat akibat besarnya total kredit yang diberikan, pendapatan operasional

meningkat, menurunnya biaya-biaya atas penggunaan aktiva serta

Page 46: akuntansi_prediski bangkrut

meningkatnya pendapatan atas kenaikan aktiva lancar. Kondisi tersebut

menunjukkan kinerja usaha manajemen yang baik sehingga potensi

kebangkrutan semakin kecil.

Rasio yang rendah menunjukkan biaya operasional yang tinggi,

pendapatan bunga menurun akibat kecilnya kredit yang di berikan, pendapatan

operasional menurun, meningkatnya biaya-biaya atas penggunaan aktiva,

menurunnya pendapatan atas kenaikan aktiva lancar. Kondisi tersebut

menunjukkan kinerja usaha manajemen yang buruk dalam penggunaan aktiva

sehingga potensi kebangkrutan semakin besar.

4. Hubungan antara harga pasar modal sendiri/nilai buku total kewajiban dengan

Kebangkrutan

Rasio ini menunjukkan kemampuan perbankan dalam memberikan

jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri, semakin besar

rasio ini maka semakin besar kepercayaan pihak investor dan kreditor. Hal

tersebut juga mengindikasikan rendahnya biaya bunga sehingga akan

meningkatkan pendapatan atas bunga, meningkatnya agio saham, sehingga

pada akhirnya resiko kebangkrutan akan kecil.

Semakin kecil rasio ini maka semakin menurun kepercayaan investor

dan akhirnya akan semakin kecil pula kepercayaan kreditor. kondisi tersebut

menyebabkan naiknya biaya bunga, meningkatnya disagio saham. Dengan

rendahnya kepercayan akan keamanan dana maka juga dapat memicu

terjadinya penarikan secara besar-besaran atas dana simpanan, sehingga akan

mengancam likuiditas bank. Kondisi demikian berarti prospek usaha

Page 47: akuntansi_prediski bangkrut

mendatang akan suram serta semakin besar potensi kebangkrutan yang akan

menimpa peruasahaan.

5. Hubungan antara penerimaan/total aktiva dengan kebangkrutan

Rasio ini menunjukkan kemampuan menajemen dalam menggunakan

aktiva untuk menghasilkan revenue. Rasio yang besar menunjukkan adanya

efektifitas penggunaan aktiva untuk memperoleh pendapatan bunga, provisi

dan komisi. Pendapatan bunga merupakan komponen utama dalam pendapatan

mengingat fungsi utama bank. Pendapatan bunga yang tinggi tersebut selain

mengindikasikan kinerja manajemen yang baik, juga pada akhirnya akan dapat

meningkatkan nilai keuntungan dan aktiva. Sehingga resiko akan adanya

kebangkrutan di masa mendatang kecil.

Rasio yang rendah menunjukkan kinerja manajemen yang inefiktif

dalam menggunakan aktiva yang di miliki perusahaan. Rasio yang kecil juga

mengindikasikan adanya beban bunga yang tinggi akibat besarnya aktiva yang

tidak digunakan untuk penyaluran kredit (tidak produktif), penyaluran kredit

yang kecil, tingginya aktiva yang tidak produktif, tingginya aktiva tetap dan

rendahnya laba. Kondisi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan resiko

kebangkrutan di masa mendatang.

6. Hubungan antara modal kerja/total aktiva, laba di tahan/total aktiva, laba

sebelum bunga dan pajak/total aktiva, harga pasar modal sendiri/nilai buku

total kewajiban dan penerimaan/total aktiva dengan kebangkrutan

Tingginya nilai modal kerja/total aktiva menunjukkan adanya

likuiditas aktiva yang tinggi. Tingginya likuiditas aktiva disamping akan

Page 48: akuntansi_prediski bangkrut

menyebabkan pendapatan bunga yang lebih tinggi dari beban bunga, juga

menunjukkan penurunan beban atas penyisihan kerugian piutang, mengurangi

beban penurunan nilai efek-efek dan beban atas aktiva tetap yang rendah. Hal

tersebut akan meningkatkan profitabilitas perusahaan di mana rasio laba

periode dengan total aktiva akan tinggi dan juga akhirnya akan meningkatkan

rasio laba di tahan dengan total aktiva, apalagi bila laba periode yang tinggi

tersebut berlangsung secara terus-menerus atau relatif stabil.

Adanya profitabilitas perusahaan yang tinggi akan menyebabkan

permintaan akan saham perusahaan meningkat serta akibatnya harga pasar

modal saham sendiri naik. Profitabilitas yang tinggi juga menyebabkan

perusahaan mempunyai kelebihan dana untuk digunakan penyaluran kredit,

sehingga hutang lancar yang biasanya digunakan untuk pembiayan kredit akan

menurun yang berarti menurunkan beban bunga juga. Hal tersebut pada

akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan bunga yang berarti

meningkatkan rasio penerimaan dan total aktiva. Peningkatan kondisi kinerja

keuangan tersebut di atas akan menurunkan resiko kebangkrutan yang

mungkin terjadi pada perusahaan

Rendahnya nilai rasio modal kerja/total aktiva menunjukkan adanya

likuiditas aktiva yang rendah pada perusahaan perbankan. Likuiditas aktiva

yang rendah disamping akan menyebabkan pendapatan bunga yang lebih

rendah dari beban bunga, juga akan meningkatkan beban atas penyisihan

kerugian piutang. Dampak lainya adalah meningkatkan beban penurunan nilai

efek-efek dan beban atas aktiva tetap, serta kekhawatiran akan adanya

Page 49: akuntansi_prediski bangkrut

penarikan simpanan secara besar-besaran (rush) oleh para nasabah. Kondisi

tersebut akan menurunkan profitabilitas perusahaan, di mana rasio laba

periode dengan total aktiva akan menjadi rendah dan pada akhirnya akan

menurunkan rasio laba di tahan dengan total aktiva, apalagi bila kondisi

tersebut berlangsung secara terus-menerus.

Adanya profitabilitas perusahaan yang rendah akan menyebabkan

penjualan saham perusahaan secara besar-besaran oleh para pemegang saham

karena kekawatiran mereka. Di sisi lain profitabilitas yang rendah juga akan

mengakibatkan penurunan permintaan akan saham perusahaan. Kedua kondisi

tersebut akan menurunkan harga pasar modal sendiri di bandingkan aktiva.

Profitabilitas yang rendah juga menyebabkan perusahaan mengalami

kekurangan dana likuid untuk digunakan dalam penyaluran kredit, sehingga

akibatnya hutang lancar yang biasanya digunakan untuk pembiayan kredit

tersbut akan membengkak, yang berarti meningkatkan beban bunga juga.

Kondisi tersebut pada akhirnya akan menurunkan pendapatan bunga yang

berarti menurunkan rasio penerimaan dan total aktiva. Penurunan kinerja

keuangan tersebut di atas akan meningkatkan resiko kebangkrutan yang

mungkin terjadi pada perusahaan

Analisis prediksi kebangkrutan metode metode multivariate discriminant

analisys, menggunakan rasio-rasio keuangan tersebut di atas sebagai dasar

perhitungan. Hasil perhitungannya setelah di kalikan dengan koefisien–koefisien

yang di turunkan dari hasil perhitungan diskriminan dan penjumlahan dari semua

perhitungannya akan diperoleh nilai Z. Hasilnya akan dibandingkan dengan

Page 50: akuntansi_prediski bangkrut

kenyataan kondisi perbankan yang terjadi yaitu perbankan yang mengalami likuidasi

dan perbankan yang tidak mengalami likuidasi. Alur kerangka berfikir tersebut dapat

di sederhanakan dalam bentuk sebagai berikut:

Retairned earning to total

assets

Earning before interest and tax to total assets

Rasio tinggi

Rasio rendah

Profitabilitas tinggi

Profitabilitas rendah

Sales to total assets

Rasio tinggi

Rasio rendah

Hutang semakin terjamin

Beban bunga menurun

Hutang semakin tidak terjamin Beban bunga

meningkat

Market value equity to book value of debt

Rasio tinggi

Rasio rendah Semakin inefektif penggunaan aktiva

Semakin efektif penggunaan aktiva

Working capitalto total assets

Rasio rendah

Likuiditas tinggi

Likuiditas rendah

Potensi bangkrut semakin rendah

Potensi bangkrut semakin tinggi

Rasio tinggi

Page 51: akuntansi_prediski bangkrut

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

banyak di tuntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya, demikian juga pemahaman

kesimpulan penelitian, akan lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik,

bagan, gambar, atau tampilan lain (Suharsimi, 2002: 10).

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Suharsimi, 2002: 108).

Populasi yang digunakan dalam peneltian ini adalah bank-bank yang terdaftar

pada Bursa Efek Jakarta yang telah mengalami kebangkrutan maupun tidak

mengalami kebangkrutan pada tahun 2001-2003

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi. (Suharsimi, 2002: 109).

Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah purposive sampling atas

laporan keuangan bank-bank yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta yang

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan merupakan bank yang mengalami kebangkrutan dan bank yang

tidak mengalami kebangkrutan dengan minimal 3 tahun sudah terdaftar di

Bursa Efek Jakarta sebelum terjadinya kebangkrutan atau ketidakbangkrutan.

2. Terdapat laporan keuangan publikasi paling sedikit 3 tahun sebelum terjadinya

kebangkrutan atau ketidakbangkrutan

Page 52: akuntansi_prediski bangkrut

3.3. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

dalam suatu penelitian (Suharsimi, 2002: 99). Variabel yang di gunakan dalam

penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat Variabel-variabel tersebut adalah:

3.3.1. Variabel Bebas (X), yaitu:

1. XI: Working capital to total assets

Adalah perbandingan antara modal kerja (bersih) dengan total aktiva

yang di miliki oleh perbankan. Variabel ini digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang di

miliki perusahaan.

2. X2: Retairned earning to total assets

Adalah perbandingan antara saldo laba dengan total aktiva yang di

miliki perusahaan. Variabel ini digunakan untuk mendeteksi kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang di tinjau dari kemampuan

perusaahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan

operating assets.

3. X3: Earning before interest and tax to total assets

Adalah perbandingan antara laba sebelum biaya bunga dan pajak

dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Variabel ini digunakan untuk

mengukur kemampuan modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva

untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang

obligasi dan saham

Page 53: akuntansi_prediski bangkrut

4. X4: Market value equity to book value of total debt

Adalah perbandingan antara nilai pasar dari ekuitas dengan nilai total

buku utang. Variabel ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memberikan jaminan kepada setiap hutang yang di miliki melalui

modalnya sendiri.

5. X4: Sales to total assets

Adalah perbandingan antara penjualan perusahaan dengan total aktiva

yang dimiliki perusahaan. Variabel ini digunakan untuk mendeteksi

kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang

berputar dalam satu periode tertentu.

3.3.2. Variabel Terikat (Z)

Z merupakan nilai keseluruhan penjumlahan lima rasio keuangan setelah

dikalikan dengan koefisien masing-masing rasio. Nilai ini menunjukkan

kemungkinan terjadinya kebangkrutan dan ketidakbangkrutan pada perusahaan

setelah dibandingkan dengan nilai cut off

3.4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

skunder. Sumber data sekunder digunakan untuk mengetahui informasi laporan

keuangan yang berupa laporan neraca dan laporan laba rugi dari masing-masing

perusahaan. Sumber data skunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

laporan keuangan yang terdapat pada Bank Indonesia dan laporan keuangan

tahunan perbankan yang terdapat pada Indonesia Capital Market Directory

Page 54: akuntansi_prediski bangkrut

3.4.2. Metode Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini diperlukan metode-metode yang digunakan untuk

mendapatkan data atau bahan keterangan yang digunakan untuk perhitungan

analisis ketepatan prediksi kebangkrutan, yaitu berupa:

1. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang

penyelidikanya ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu,

melalui sumber-sumber dokumen. Dari metode ini diharapkan akan diperoleh

catatan mengenai data-data yang ada hubunganya dengan penelitian ini yaitu

laporan keuangan

2. Metode studi kepustakaan

Metode telaah kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data

yang bersifat teoritis mengenai permasalahan yang berkaitan dengan

penelitian ini. Metode ini dilakukan untuk menunjang kelengkapan data

dengan menggunakan buku-buku literatur yang berhubungan dengan masalah

kebangkrutan perbankan .

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif, yaitu teknik analisis data berbentuk tabel, grafik, dan selanjutnya di

lakukan pengukuran. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan

menjelaskan keadaan masing-masing kelompok perbankan yang mengalami

likuidasi dan yang tidak mengalami likuidasi

Page 55: akuntansi_prediski bangkrut

Analisis dilakukan dari data laporan keuangan perusahaan perbankan baik

perbankan yang bangkrut dan perbankan yang tidak bangkrut. Data atau hasil

perhitungan rasio-rasio tersebut, kemudian di analisis lebih jauh dengan

multivariate discriminant analisys menggunakan rasio-rasio yang ada dalam

metode Z-Score yang di temukan Altman, yaitu:

Z = w1 X1 + w2 X2 + w3 X3 + w4 X4 + w5 X5

Keterangan:

X1 : Modal kerja/Total Aktiva

X2 : Laba Ditahan/Total Aktiva

X3 : Laba Sebelum Bunga Dan Pajak/Total Aktiva

X4 : Harga Pasar Modal Sendiri/Nilai Buku Total Kewajiban

X5 : Penjualan/Total Aktiva (Ghozali, 2001: 105)

Dari hasil analisis tersebut, akan di peroleh angka-angka atau nilai Z yang

kemudian dijadikan pedoman untuk mencari nilai cut off. Nilai Z ini juga dapat

menjelaskan mengenai kinerja manajemen secara keseluruhan di lihat dari aspek

likuiditas, profitabilitas dan aktivitas perusahaan.

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai cut off. Secara umum nilai

cut off yang di pilih adalah nilai yang meminimumkan jumlah incorrect

classification atau kesalahan klasifikasi dan dapat dihitung dengan rumus

(Ghozali, 2002: 117)

Titik cut off : Z1 + Z2

2

Page 56: akuntansi_prediski bangkrut

Di mana Z1 adalah rata-rata score diskriminan kelompok bank yang

mengalami kebangkrutan dan Z2 adalah rata-rata kelompok bank yang tidak tidak

kebangkrutan. Perhitungan ini menggunakan asumsi apabila jumlah sampel kedua

kelompok sama, sedangkan apabila sampel kedua kelompok berbeda maka

menggunakan perhitungan rumus sebagai berikut;

Titik cut off : n1 Z1 + n2 Z2

n1 + n2

Di mana n adalah jumlah observasi pada kelompok bank

Nilai Z dan titik cut off yang dihasilkan akan menjelaskan kondisi

keuangan yang di bagi kedalam tiga tingkatan kategori, yaitu:

1. Apabila nilai Z di atas nilai cut off (Z > cut off) maka diklasifikasikan sebagai

perusahaan yang sehat dan kemungkinan terjadinya kebangkrutan sangat kecil

2. Apabila nilai Z di bawah nilai cut off (Z < cut off) maka diklasifikasikan

sebagai perusahaan yang mempunyai kesulitan keuangan dan resiko yang

tinggi dan mengindikasikan kemungkinan akan terjadinya kebangkrutan.

Dari hasil diatas dapat diketahui bank-bank yang diprediksi akan

mengalami kebangkrutan dan yang tidak akan mengalami kebangkrutan. Dan

hasil prediksi metode multivariate discriminan analisys tersebut kemudian di

bandingkan dengan kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada bank-bank

tersebut. Perbandingan antara prediksi kebangkrutan dengan kenyataan yang

terjadi tersebut akan menghasilkan besarnya prosentase ketepatan dari model

prediksi kebangkutan metode multivariate discriminan analisys dengan

menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman.

Page 57: akuntansi_prediski bangkrut

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Diskripsi Obyek Penelitian

Gambaran umum perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam kelompok

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sampai dengan

akhir tahun sebelum periode terjadinya kebangkrutan/ketidakbangkrutan adalah

sebagai berikut:

1. Kelompok perbankan yang mengalami kebangkrutan

A. PT. Bank Danpac, Tbk.

Bank ini di dirikan pada tanggal 10 Juli 1991 dengan nama PT. Bank Dwina

Sejahtera dan berganti nama menjadi PT. Bank Siratama Artharaya pada

tanggal 24 Mei 1995 serta pada tanggal 7 November 1996 di ubah lagi

namanya menjadi PT. Bank Danpac. Bank ini masuk bursa pertama kali

pada tanggal 12 November 1999 dan bank ini mempunyai status sebagai

bank PMDN.

B. PT. Bank Global Internasional, Tbk.

Bank ini di dirikan tanggal 22 Agustus 1992, bank ini mulai beroperasi

secara komersial pada tanggal 18 Desember 1992. Pada tanggal 23

Desember 1997, saham bank ini telah di catatkan pada Bursa Efek Jakarta.

Sebelum di likuidasi bank ini mempunyai status PMDN dan bank ini telah

di bekukan pada tahun 2004 serta di likuidasi pada awal tahun 2005.

Page 58: akuntansi_prediski bangkrut

C. PT. Bank Pikko, Tbk.

Bank ini didirikan pada tanggal 11 Januari 1968 dengan nama PT. Bank

Rahardja Makmur dan berganti nama menjadi PT. Bank Pikko pada

tanggal 26 Juni 1996. Bank ini berubah statusnya menjadi bank devisa

pada 27 Maret 1996 dan bank ini telah di likuidasi pada akhir tahun 2004.

2. Kelompok perbankan yang tidak mengalami kebangkrutan

A. PT. Bank Artha Niaga Kencana, Tbk.

PT. Bank Artha Niaga Kencana, Tbk. pertama kali berdiri di Surabaya pada

tanggal 18 September 1969 dengan nama PT. Bank Surabaja Djaya. Bank

ini beroperasi di wilayah Jawa Timur. Pada tanggal 10 April 1984 PT.

Bank Surabaja Djaya berubah menjadi PT. Bank Artha Niaga Kencana

Tbk. ( disingkat PT. Bank ANK, Tbk ). Pada tanggal 28 September 2000

bank ini telah merubah statusnya menjadi bank go public.

B. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.

Bank ini berdiri pada tanggal 5 Juli 1946 dengan nama Bank Negara

Indonesia 1946. Bank ini kemudian berubah menjadi Bank Negara

Indonesia (Persero) pada tanggal 31 Juli 1992. Bank ini go public pertama

kali pada tanggal 25 November 1996 dengan menjual sahamnya kepada

masyarakat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

C. PT. Bank Buana Indonesia, Tbk.

Bank ini mulai berdiri sebagai bank komersial pada tanggal 3 Agustus

1956 dengan nama Bank Buana Indonesia. Kemudian pada tanggal 6

September 2000 berganti nama menjadi PT.Bank Buana Indonesia. Bank

Page 59: akuntansi_prediski bangkrut

ini merupakan hasil merger antara PT. Bank Pembinaan Nasional (1972),

PT. Bank Kesejahteraan Masyarakat (1974) yang berpusat di Semarang,

dan PT. Bank Aman Makmur (1975). Pada tahun 1989 bank ini

mengadakan join venture dengan Mitsubishi Buana Bank. Bank ini

pertama kali masuk bursa pada tanggal 28 Juli 2000 di Bursa Efek Jakarta.

D. PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk.

Bank ini di dirikan pada tanggal 31 Juli 1989 dan kemudian mendapatkan

ijin untuk beroperasi sebagai bank umum pada tanggal 4 Januari 1990.

Pada tanggal 5 Desember 1997, bank ini menjadi foreign exchange bank

E. PT. Bank Central Asia, Tbk.

Bank ini mulai berdiri pada tanggal 10 Agustus 1955 di Jakarta dengan

nama Bank Central NV. PT. BCA, Tbk. Semula bank ini merupakan

penggabungan usaha antara Bank Sarana Indonesia (1976), Bank Gemari

(1976), dan Indo Commercial Bank (1979). Pada tanggal 11 Mei 2000,

bank merubah statusnya menjadi go public atas usulan IBRA (Indonesian

Bank Restructuring Agency)

F. PT. Bank Danamon, Tbk.

Bank ini mulai beroperasi sejak bulan Juli 1956 dengan nama PT. Bank

Kopra Indonesia dan mulai terdaftar sebagai bank komersial bulan

September 1956. Bank Danamon pada tahun 1958 berganti nama menjadi

PT. Bank Persatuan Indonesia dan pada tanggal 11 Desember 1976 berubah

nama menjadi Bank Danamon. Bank Danamon merupakan penggabungan

dari berbagai bank. Bank-bank tersebut adalah: Asia-Afrika Banking Corp.

Page 60: akuntansi_prediski bangkrut

pada tahun 1981, PT. Bank DELTA (6 Juni 1996), PT. PDFCI (20

Desember 1999), PT. Bank Duta, Tbk. PT. Bank Rama, Tbk. dan PT. Bank

Tamara Tbk., PT. Bank Tiara Asia, Tbk. PT. Bank Nusa Nasional Tbk. PT.

Bank Pos Nusantara, Tbk. PT. Jaya Bank INT, dan PT. Bank Risjad Salim

INT. Bank ini mulai tercatat pada BEJ pada 8 Desember 1989.

G. PT. Bank Eksekutif Internasional, Tbk.

Bank ini berdiri pada tanggal 11 September 1992 dengan nama PT.

Executive International Bank dan berdiri sebagai bank tertutup. Bank ini

mulai beroperasi tanggal 9 Agustus 1993 dan pada tanggal 13 Juli 2001,

bank ini telah menjadi bank go public.

H. PT. Bank CIC Internasional, Tbk.

Bank ini berdiri sejak tanggal 30 Mei 1989 dengan nama PT. Bank Century

Intervest Corp. dan mulai menjadi bank komersial pada tanggal 16 April

1990. Pada tanggal 4 Juni 1999, bank ini berganti nama menjadi PT. Bank

CIC Internasional, Tbk. Bank ini melakukan penawaran perdana atas

sahamnya pada bulan Juni 1997. Selama tahun 2000, bank ini menfokuskan

bisnisnya pada perdagangan, bank notes, dan bank kecil.

I. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk.

Bank ini berdiri pada tanggal 13 Oktober 1959 dengan nama PT. Bank

Internasional Indonesia. Semula bank ini merupakan penggabungan usaha

dengan PT. Bank Tabungan Umum 1859 pada tahun 1979. Bank ini

melakukan penawaran perdana sahamnya pada bulan Oktober 1989 dan

saham bank masuk bursa pada tanggal 21 November 1989.

Page 61: akuntansi_prediski bangkrut

J. PT. Bank Inter-Pacific, Tbk.

Bank ini berdiri pada 7 September 1973 dengan nama PT. Inter-Pacific

Financial Corp. Bank ini masuk bursa pertama kali pada tanggal 23

Agustus 1990 di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada tahun

1998, nama bank ini berubah lagi menjadi PT. Bank Inter-Pacific, Tbk.

K. PT. Bank Lippo, Tbk.

Bank ini berdiri pada tanggal 11 Maret 1948 dengan nama PT. Bank

Perniagaan Indonesia dan berganti nama menjadi Lippo Bank pada tahun

1977. Perusahaan ini telah melakukan penggabungan usaha dengan

Central Commercial Bank pada tahun 1971 dan dengan Bank Umum Asia

tahun 1989. Bank Lippo masuk bursa pada tanggal 10 Oktober 1989.

L. PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk.

Bank Mayapada berdiri sejak tanggal 7 September 1989 dengan nama PT.

Bank Mayapada Internasional. Bank ini memulai beroperasi secara

komersial pada 16 Maret 1990 dan pada 3 Juni 1993 bank ini memperoleh

ijin usaha sebagai bank devisa. Bank mulai tercatat pada Bursa Efek

Jakarta pada tanggal 7 Agustus 1997 dengan penawaran perdana atas 65

juta lembar saham dengan nilai nominal Rp. 500.00 per lembar.

M. PT. Bank Mega, Tbk.

Bank ini berdiri pada tanggal 15 April 1969 dengan nama PT. Bank

Karman. Pada tanggal 18 Januari 1992 mengganti namanya menjadi PT.

Mega Bank, kemudian pada tanggal 17 Januari 2000 mengganti namanya

lagi menjadi PT. Bank Mega, Tbk. Bank ini melakukan penawaran

Page 62: akuntansi_prediski bangkrut

perdana saham.dengan menjual 12.500 juta saham di Bursa Efek Jakarta

dan Bursa Efek Surabaya.

N. PT. Bank Niaga, Tbk.

Bank ini berdiri pada tanggal 30 September 1955 dengan nama PT. Bank

Niaga. Pada tahun 1973 PT. Bank Niaga melakukan penggabungan usaha

dengan Bank Agung, dan pada tahun 1983 melakukan penggabungan lagi

dengan Bank Amerta. Sejak November 2002 bank ini menjadi anak

perusahaan Commerce Assets-Holding Berhad, Malaysia

O. PT. Bank NISP, Tbk.

Bank ini berdiri pada tanggal 17 Mei 1957 dengan nama NV. Nederlands

Indische Spaar Deposito. Bank ini pada tahun 1972 telah berganti nama

menjadi PT. Bank NISP. Bank NISP masuk bursa pertama kali pada

tanggal 20 Oktober 1994.

P. PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk.

Bank ini berdiri pada tanggal 23 Agustus 1976 dengan nama PT. Bank

Pasar Karya Parahyangan dan pada bulan Maret 1989 berubah menjadi

bank komersial dengan nama PT. Bank Nusantara Parahyangan. Bank ini

berstatus perusahaan PMDN. Pada tahun 2000, bank melakukan

penawaran umum atas atas sahamnya

Q. PT. Bank Pan Indonesia, Tbk.

Bank ini berdiri sejak tanggal 18 Agustus 1971 dengan nama PT. Pan

Indonesia Tbk. Semula bank ini berdiri atas penggabungan usaha dengan

Bank Abadi Jaya pada tahun 1971, Bank Lingga Artha pada tahun 1973.

Page 63: akuntansi_prediski bangkrut

Kemudian dengan Bank Pembangunan Ekonomi pada tahun 1975 dan

Bank Pembangunan Sulawesi pada tahun 1975. Bank Pan Indonesia telah

mempunyai status PMDN

R. PT. Bank Permata, Tbk.

Bank ini didirikan pada tanggal 15 Januari 1955 dan pada bulan juni 1956

bank ini memperoleh ijin untuk melakukan transaksi pertukaran mata uang

asing. Bank ini telah mengalami penggabungan usaha, yaitu dengan PT.

Bank Perkembangan Asia dan PT. Bank Kredit Universal. Bank ini

kemudian mengalami penggabungan usaha lagi pada tahun 2002 dengan

PT. Bank Universal, Tbk. PT. Bank Prima Expres, PT. Bank Arthamedia

dan PT. Bank Patriot. Dengan adanya penggabungan usaha tersebut

kemudian bank ini mengubah namanya menjadi PT. Bank Permata, Tbk

Bank ini masuk bursa pertama kali pada tahun 1990.

S. PT. Bank Swadesi.

Bank ini di dirikan di Surabaya pada September 1968 dengan nama PT.

Bank Pasar Swadesi dan bank ini kemudian beroperasi menjadi bank

umum pada September 1989. Pada tahun 1992, bank ini mulai melakukan

bisnis pertukaran mata uang asing

T. PT. Bank Victoria International, Tbk.

Bank ini berdiri di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1992 dengan nama PT.

Bank Victoria Internasional dan Bank ini telah mempunyai status sebagai

bank PMDN. Bank Victoria International menjadi bank go public pada

tanggal 30 Juni 1999.

Page 64: akuntansi_prediski bangkrut

4.1.2. Diskripsi Varaibel

1. Variabel independen working capital to total asset (X1)

Variabel ini merupakan variabel independen X1 dari multivariate

diskriminan analisys dengan menggunakan variable-variabel yang ada pada

penelitian Altman dalam metode Z-Scorenya. Hal tersebut berarti rasio X1

sebagai variabel yang menentukan besar-kecilnya nilai variabel dependen

yang ada dalam penelitian ini yaitu Z. Variabel ini dapat di cari dengan cara

membandingkan modal kerja dengan total aktiva perusahaan. Besarnya

variabel ini merupakan gambaran tentang besarnya kondisi likuiditas suatu

perusahaan di bandingkan dengan total aktivanya, serta bagaimana posisi dari

modal kerja tersebut.

Besarnya nilai variabel X1 (working capital to total asset)

mengindikasikan bahwa kondisi likuditas perbankan semakin baik. Baiknya

kondisi tersebut seperti besarnya kecukupan kas, total kredit yang diberikan

kepada nasabah yang besar. Investasi pada saham untuk di perjualbelikan yang

besar, adanya penurunan nilai assets terutama bila other assets dalam

kelompok aktiva tetap yang kurang produktif, serta adanya penurunan

penyisihan kerugian piutang dan penurunan total deposits. Sedangkan

kecilnya nilai variabel X1 (working capital to total asset) menunjukkan

adanya kondisi likuiditas perusahaan yang kecil. Kondisi tersebut

mengambarkan tingginya utang lancar, aktiva tetap yang membengkak,

penyaluran kredit yang kecil, menurunnya dana kas yang tersedia pada bank

ataupun dana pada Bank Indonesia dan di bank lain, tingginya penyisihan

kerugian piutang dan lainya.

Page 65: akuntansi_prediski bangkrut

Dari perhitungan yang di lakukan atas laporan keuangan yang di terbitkan

oleh perbankan go public di BEJ untuk 1, 2 dan 3 tahun sebelum mengalami

kebangkrutan/ketidakbangkrutan, maka di peroleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2 : Rasio working capital to total assets tahun 2001, 2002

dan 2003 serta perubahanya

Change Change Change No Nama Bank 2001 2002

(01-02) 2003

(02-03) average 1 Bank Danpac -0,27 0,12 144% 0,15 24% 84%2 Bank Global Internasional 0,17 0,07 -58% 0,24 242% 92%3 Bank Pikko 0,07 0,07 -2% -0,01 -116% -59%4 Bank Artha Niaga Kencana 0,10 0,07 -28% 0,07 -10% -19%5 Bank BNI (Persero) 0,15 0,14 -3% 0,13 -12% -7%6 Bank Buana Indonesia 0,07 0,08 18% 0,10 18% 18%7 Bank Bumiputera Indonesia 0,21 0,13 -38% 0,05 -58% -48%8 Bank Central Asia 0,06 0,07 14% 0,07 7% 11%9 Bank CIC Internasional 0,47 0,39 -17% 0,18 -53% -35%10 Bank Danamon Indonesia 0,18 0,18 2% 0,19 4% 3%11 Bank Eksekutif Internasional -0,10 -0,01 95% 0,00 14% 54%12 Bank Internasional Indonesia -0,53 -0,52 2% -0,41 21% 11%13 Bank Inter-Pacific 0,90 0,94 5% 0,95 1% 3%14 Bank Lippo -0,30 -0,28 6% -0,28 2% 4%15 Bank Mayapada Internasional -0,23 -0,14 39% -0,11 17% 28%16 Bank Mega -0,10 -0,03 72% 0,06 309% 191%17 Bank Niaga -0,20 0,13 166% 0,13 -4% 81%18 Bank NISP 0,12 0,16 36% 0,16 1% 18%19 Bank Nusantara Parahyangan 0,06 0,06 -9% 0,05 -14% -12%20 Bank PAN Indonesia -0,31 0,05 116% 0,04 -25% 46%21 Bank Permata -0,08 0,02 129% 0,03 22% 76%22 Bank Swadesi 0,13 0,14 9% 0,13 -9% 0%23 Bank Victoria Internasional 0,09 0,08 -18% 0,10 24% 3% Average 0,028 0,084 196% 0,087 3% 100%

Page 66: akuntansi_prediski bangkrut

Data tersebut menunjukkan bahwa bank-bank yang mempunyai rasio

X1 negatif pada tahun 2001 menunjukkan telah meningkatkan rasio tersebut

pada tahun 2002. Akan tetapi sebaliknya, pada bank-bank yang mempunyai

rasio positif, menunjukkan adanya penurunan rasio X1 dan kondisi tersebut

masih berlangsung pada tahun 2003. Kondisi tersebut di sebabkan karena

bank-bank mempunyai working capital negatif yang besar, sehingga walaupun

menunjukkan adanya peningkatan kinerja tetapi tidak cukup signifikan untuk

meningkatkan working capital to total assets menjadi positif. Faktor yang lain

adalah karena bank-bank yang sebelumnya mempunyai working capital

positif, tetapi karena jumlahnya kecil sehingga apabila ada penurunan sedikit

saja maka akan menyebabkan rasio X1 menyentuh level negatif.

Sedangkan faktor keberhasilan dari bank-bank yang mempunyai rasio

X1 positif sebagian besar di sebabkan karena working capital to total assets

negatif bank-bank tersebut yang jumlahnya kecil. Sehingga walaupun ada

peningkatan kinerja sedikit, tetapi cukup signifikan untuk meningkatkan rasio

working capital to total assets menjadi positif. Faktor yang kedua adalah

bank-bank yang dahulunya mempunyai rasio working capital to total assets

positif tetapi karena jumlahnya yang besar, sehingga apabila ada penurunan

yang relatif kecil maka tidak menyentuh level negatif.

Secara rata-rata pada bank-bank pada kelompok bank bangkrut, yaitu

Bank Danpac dan Bank Global Internasinoal telah menunjukkan adanya

peningkatan rasio X1 yang cukup signifikan. Akan tetapi sebaliknya Bank

Pikko menunjukkan adanya penurunan rasio X1 yang tajam sehingga

Page 67: akuntansi_prediski bangkrut

menyentuh level negatif. Sedangkan pada kelompok bank yang tidak

mengalami kebangkrutan terdapat Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo

dan Bank Mayapada Internasional yang mempunyai rasio X1 negatif sejak

awal tahun 2001 sampai akhir tahun 2003. Sebenarnya bank-bank tersebut

menunjukkan adanya peningkatan kinerja rasio working capital to total assets.

Akan tetapi karena jumlah rasio tidak signifikan besarnya, maka rasio bank-

bank tersebut masih menunjukkan nilai yang negatif.

Bank Pikko, Bank Artha Niaga Kencana, Bank BNI, Bank Bumiputra,

Bank CIC Internasional dan Bank Nusantara Parahyangan merupakan bank-

bank yang terus mengalami penurunan rasio X1 setiap tahun selama 3 tahun

terakhir. Kondisi tersebut sebagian besar di sebabkan karena menurunnya

penyaluran kredit, sedangkan di sisi yang lain simpanan nasabah meningkat,

sehingga kondisi tersebut menyebabkan modal kerja mengalami penurunan

setiap tahun. Faktor lainya adalah karena peningkatan pada aktiva tetap yang

kurang produktif atau cenderung tetap setiap tahunnya, sehingga

menyebabkan total aktiva mengalami kenaikan, tetapi di sisi lain aktiva

lancarnya menunjukkan adanya kecenderungan penurunan.

Kondisi working capital pada perbankan go public di BEJ secara rata-

rata menunjukkan adanya peningkatan yang tajam pada tahun 2002 yaitu

sebesar 506 % di bandingkan pada tahun 2001. Sedangkan pada tahun 2003

juga menunjukkan peningkatan working capital sebesar 36 % di bandingkan

pada tahun 2002. Di sisi yang lain, total aktiva bank-bank tersebut

menunjukkan adanya peningkatan yang relatif kecil yaitu hanya 5 % per

tahun. Kondisi demikian menyebabkan rasio working capital to total assets

Page 68: akuntansi_prediski bangkrut

(X1) mengalami peningkatan sebesar 196 % pada tahun 2002 dibandingkan

tahun 2001 serta mengalami peningkatan rasio (X1) sebesar 3 % pada tahun

2003 dibandingkan pada tahun 2002.

2. Variabel independen retairned earning to total assets (X2)

Besarnya variabel ini dapat di cari dengan membandingkan total laba

di tahan dengan total aktiva perusahaan. Variabel ini menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk memperoleh

laba di tahan. Laba di tahan sangat penting bagi perbankan mengingat

pentingnya dana sendiri yang di miliki untuk mengatasi masalah kesulitan

likuiditas akibat kecilnya total deposits, serta digunakan untuk pengembangan

usaha bank dalam mengahadapi ketatnya persaingan.

Besarnya variabel X2 (retairned earning to total assets) menunjukkan

kinerja manajemen yang baik secara keseluruhan dari tahun ke tahun. Hal ini

di tunjukkan dengan tingginya laba bersih periode yang bersangkutan dan

periode sebelumnya serta meningkatnya nilai aktiva perusahaan. Lazimnya

semakin lama umur perusahaan, maka semakin besar rasio ini. Hal tersebut

karena retairned earning yang semakin besar atau kinerja perusahaan yang

semakin baik setiap tahun akibat laba bersih setiap periode yang meningkat

sehingga rasio retairned earning to total assets semakin besar pula tiap tahun.

Dari perhitungan yang telah di lakukan atas laporan keuangan yang di

terbitkan oleh masing-masing perbankan go public di Bursa Efek Jakarta

untuk 1, 2 dan 3 tahun sebelum mengalami kebangkrutan/ketidakbangkrutan,

maka di peroleh variabel retairned earning to total assets sebagai berikut:

Page 69: akuntansi_prediski bangkrut

Tabel 3 : Rasio retairned earning to total assets tahun 2001, 2002

dan 2003 serta perubahanya

Change Change ChangeNo Nama Bank 2001 2002

(01-02) 2003

(02-03) average1 Bank Danpac 0,03 0,03 10% 0,03 -3% 4%2 Bank Global Internasional 0,01 0,04 411% 0,03 -13% 199%3 Bank Pikko -0,07 -0,04 50% -0,07 -105% -28%4 Bank Artha Niaga Kencana 0,01 0,01 -27% 0,01 54% 14%5 Bank BNI (Persero) -0,45 -0,45 0% 0,00 101% 50%6 Bank Buana Indonesia 0,04 0,03 -35% 0,02 -12% -24%7 Bank Bumiputera Indonesia 0,01 0,01 36% 0,01 4% 20%8 Bank Central Asia 0,04 0,05 19% 0,05 1% 10%9 Bank CIC Internasional -0,01 -0,02 -78% -0,13 -462% -270%10 Bank Danamon Indonesia 0,01 0,02 105% 0,06 170% 138%11 Bank Eksekutif Internasional 0,00 0,01 1459% 0,03 196% 827%12 Bank Internasional Indonesia -0,50 -0,41 17% -0,42 -2% 8%13 Bank Inter-Pacific -1,34 -1,81 -36% -2,09 -15% -25%14 Bank Lippo -0,35 -0,37 -4% -0,37 0% -2%15 Bank Mayapada Internasional -0,06 -0,04 36% -0,04 9% 22%16 Bank Mega 0,00 0,02 577% 0,03 76% 326%17 Bank Niaga -0,38 -0,37 2% 0,03 108% 55%18 Bank NISP 0,02 0,02 8% 0,03 16% 12%19 Bank Nusantara Parahyangan 0,01 0,02 67% 0,02 12% 39%20 Bank PAN Indonesia 0,04 0,06 56% 0,06 -1% 27%21 Bank Permata -0,24 -0,33 -39% -0,30 9% -15%22 Bank Swadesi 0,03 0,05 47% 0,05 1% 24%23 Bank Victoria Internasional 0,00 0,01 77% 0,01 69% 73% Average -0,13 -0,15 -10% -0,12 16% 3%

Berdasarkan data di atas, bank-bank yang mempunyai rasio retairned

earning to total assets (X2) negatif tidak menunjukkan adanya perbaikan

kinerja rasio yang berarti. Sehingga pada tahun 2003 rasio X2 mereka tetap

Page 70: akuntansi_prediski bangkrut

menunjukkan negatif, kecuali rasio X2 Bank Niaga dan Bank BNI yang telah

berhasil meningkatkan rasionya menjadi positif. Bank-bank yang mempunyai

rasio retairned earning to total assets (X2) negatif, juga sebagian besar

merupakan bank-bank yang mempunyai nilai aktiva yang besar. Retairned

earning yang di miliki bank-bank tersebut juga menunjukkan negatif sangat

besar dan tidak sebanding dengan laba sebelum bunga dan pajak. Kondisi

tersebut menyebabkan rasio X2 bank-bank tersebut sulit untuk meningkat

secara signifikan menjadi rasio yang positif.

Bank-bank yang mampu meningkatkan rasio retairned earning to total

assets (X2) secara signifikan adalah Bank BNI, Bank Eksekutif Internasional

dan Bank Danamon Indonesia. Sedangkan bank yang menunjukkan penurunan

kinerja X2 yang tajam selama beberapa tahun adalah Bank Inter-Pacific.

Secara rata-rata terdapat perbedaan yang cukup besar pada bank-bank yang

mempunyai rasio retairned earning to total assets (X2) negatif dengan bank-

bank yang mempunyai rasio X2 positif. Hal tersebut di sebabkan karena

rendahnya rasio-rasio X2 negatif yang dimiliki oleh bank-bank tersebut.

Bank CIC Internasional merupakan bank yang mempunyai rasio X2

yang mengalami penurunan tiap tahun, kondisi tersebut di sebabkan karena

adanya penurunan laba setelah pajak tiap periode pada bank tersebut. Laba

setelah pajak tiap periode Bank Inter-Pacifik yang menunjukkan positif tidak

digunakan untuk menutupi retairned earning yang negatif tetapi sebaliknya

retairned earning menunjukkan penurunan tiap tahun.

Bank-bank go public di BEJ secara umum juga telah meningkatkan

kinerjanya pada 2 tahun terakhir. Hal tersebut di tunjukkan dengan X2 yang

Page 71: akuntansi_prediski bangkrut

mengalami peningkatan sebesar 16 % pada tahun 2003 di bandingkan pada

tahun 2002. Secara umum rasio X2 dari bank-bank tersebut mempunyai

jumlah yang sangat kecil, yaitu rata-rata tahun 2001 hanya sebesar -14 %,

pada tahun 2002 rata-rata sebesar -15 % dan pada tahun 2003 sebesar -13 %.

Hal tersebut menunjukkan secara keseluruhan retairned earning negatif bank-

bank go public cukup besar jumlahnya bila di bandingkan dengan aktivanya.

Faktor yang lain karena bank-bank yang mempunyai rasio X2 positif sangat

kecil jumlahnya, sedangkan rasio X2 negatif dari bank-bank tersebut nilainya

cukup besar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bank-bank telah dan sedang

mengalami kondisi yang kurang mendukung dalam sistem perbankan.

3. Variabel independen earning before interest and tax to total assets (X3)

Rasio ini merupakan variabel independen yang mengukur kemampuan

operasional bank dalam mendapatkan laba dari penggunaan aktiva yang di

miliki. Perhitungan rasio ini di cari dengan membandingkan laba sebelum

bunga dan pajak dengan total aktiva yang dimiliki. Semakin besar variabel ini

mengindikasikan semakin baik kinerja operasional suatu bank dalam

menggunakan aktiva. Hal tersebut di tunjukkan dengan besarnya laba sebelum

bunga dan pajak, menurunnya beban bunga dan beban-beban operasional,

meningkatnya jumlah pendapatan dari bunga dan menurunnya nilai penyisihan

kerugian. Sedangkan semakin kecil variabel ini, menujukkan kinerja

operasional yang semakin buruk. Hal tersebut di tunjukan dengan biaya bunga

yang tinggi, rendahnya pendapatan dari bunga dan meningkatnya biaya-biaya

operasional perusahaan serta meningkatnya biaya penyisihan kerugian piutang.

Page 72: akuntansi_prediski bangkrut

Dari hasil perhitungan atas laporan keuangan yang di terbitkan oleh

perbankan untuk 1, 2 dan 3 tahun sebelum bank-bank mengalami kebangkrutan/

ketidakbangkrutan, maka di peroleh rasio X3 sebagai berikut:

Tabel 4 : Rasio earning before interest and tax to total assets tahun 2001,

2002 dan 2003 serta perubahanya

Change Change Change No Nama Bank 2001 2002

(01-02) 2003

(02-03) average1 Bank Danpac 0,02 0,01 -40% 0,01 -9% -24%2 Bank Global Internasional 0,00 0,00 -35% 0,00 81% 23%3 Bank Pikko 0,01 0,01 5% -0,04 -531% -263%4 Bank Artha Niaga Kencana 0,01 0,01 -31% 0,01 21% -5%5 Bank BNI (Persero) 0,09 0,08 -3% 0,06 -25% -14%6 Bank Buana Indonesia 0,03 0,03 -8% 0,02 -17% -13%7 Bank Bumiputera Indonesia 0,01 0,01 48% 0,01 8% 28%8 Bank Central Asia 0,03 0,03 -5% 0,02 -19% -12%9 Bank CIC Internasional -0,01 -0,09 -642% 0,00 102% -270%10 Bank Danamon Indonesia 0,01 0,02 47% 0,03 42% 44%11 Bank Eksekutif Internasional -0,01 0,01 209% 0,03 149% 179%12 Bank Internasional Indonesia -0,11 0,00 104% 0,01 103% 103%13 Bank Inter-Pacific 0,03 0,01 -79% 0,01 32% -23%14 Bank Lippo 0,01 -0,01 -171% -0,01 41% -65%15 Bank Mayapada Internasional -0,02 0,00 121% 0,01 131% 126%16 Bank Mega 0,00 0,02 522% 0,03 32% 277%17 Bank Niaga 0,00 0,00 1% 0,02 455% 228%18 Bank NISP 0,01 0,01 -5% 0,01 16% 5%19 Bank Nusantara Parahyangan 0,02 0,02 5% 0,02 -3% 1%20 Bank PAN Indonesia 0,00 0,09 7296% 0,03 -71% 3613%21 Bank Permata 0,01 -0,03 -448% 0,02 162% -143%22 Bank Swadesi 0,04 0,03 -25% 0,02 -35% -30%23 Bank Victoria Internasional 0,00 0,01 17% 0,01 3% 10% Average 0,009 0,013 37% 0,015 17% 27%

Page 73: akuntansi_prediski bangkrut

Secara umum bank-bank go public di BEJ mempunyai kemampuan

profitabilitas yang cukup baik, hal tersebut di tunjukkan dengan sedikitnya

bank-bank yang mempunyai rasio earning before interest and tax to total

assets (X3) negatif. Rasio X3 positif dari bank-bank tersebut jumlahnya tidak

terlalu besar yang di sebabkan karena peningkatan profitabilitas yang terjadi

tidak sebanding dengan peningkatan aktiva yang besar, akan tetapi secara

keseluruhan bank-bank menunjukkan peningkatan profitabilitas.

Data di atas juga menunjukkan, hanya Bank CIC Internasional yang

tahun 2001 dan 2002 mempunyai rasio X3 negatif, akan tetapi di tahun 2003

rasio X3 bank tersebut menunjukkan adanya peningkatan kinerja. Sedangkan

Bank Pikko yang sebelumnya mempunyai rasio X3 cukup baik, akan tetapi di

tahun 2003 bank tersebut mengalami penurunan kinerja rasio X3 yang tajam.

Bank Bumiputera, Bank Danamon Indonesia, Bank Eksekutif Indonesia, Bank

Internasional Indonesia, Bank Mayapada Internasional, Bank Mega, dan Bank

Viktoria Internasional, adalah bank-bank yang konsisten mengalami peningkatan

rasio X3 setiap tahun. Sedangkan Bank BNI merupakan bank yang mempunyai

rasio X3 terbesar, hal tersebut karena Bank BNI mampu mengelola asetnya

dengan baik dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak.

Kondisi secara umum menunjukkan bahwa laba sebelum bunga dan

pajak bank-bank go public di BEJ menunjukkan peningkatan pada tahun 2002

sebesar 22 % dari tahun 2001, akan tetapi kemudian bank-bank tersebut

menunjukkan sedikit penurunan rasio X3 pada tahun 2003 sebesar -1,4 %. Di

sisi lain nilai aktivanya menunjukkan peningkatan, yaitu pada tahun 2002

Page 74: akuntansi_prediski bangkrut

sebesar 2 % di bandingkan tahun 2001, sedangkan pada tahun 2003 meningkat

sebesar 9 % dari tahun 2002. Hal tersebut menyebabkan rasio X3 secara

keseluruhan menunjukkan peningkatan sebesar 37 % pada tahun 2002 bila di

bandingkan pada tahun 2001, dan kemudian menunjukkan peningkatan lagi

yaitu sebesar 17 % di tahun 2003 bila di bandingkan tahun 2002

4. Variabel independen market value equity to book value of total debt (X4)

Market value equity to book value of total debt merupakan variabel

yang dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk

menjamin setiap hutangnya dengan modal sendiri yang di miliki. Variabel ini

dapat di cari dengan membandingkan harga pasar modal sendiri dengan total

hutang bank. Semakin besar variabel ini, maka menunjukkan semakin besar

tingkat kepercayaan dunia usaha khususnya para investor terhadap kinerja

manajemen bank. Hal tersebut akan menambah kepercayaan para debitur

tentang keamanan dana mereka, sehingga di harapkan bank akan memperoleh

total deposits dari nasabah dengan jumlah besar. Dana dari deposan tersebut

merupakan dana yang akan di gunakan bagi bank untuk penyaluran kredit.

Besarnya variabel X3 juga mengindikasikan semakin besar harga

saham perusahaan, semakin banyak total listed saham bank tersebut dan

semakin sedikit total liabilities serta semakin besar total assets perusahaan.

Sedangkan variabel market value equity to book value of total debt (X3) yang

kecil mengindikasikan adanya harga saham yang semakin menurun. Hal

tersebut juga mengindikasikan semakin sedikitnya total listed share saham

bank, semakin banyak jumlah liabilities perusahaan dan semakin tidak

terjamin keamanan dana para deposan.

Page 75: akuntansi_prediski bangkrut

Dari hasil perhitungan atas laporan keuangan yang telah di terbitkan

oleh perbankan untuk 1, 2 dan 3 tahun sebelum bank-bank mengalami

kebangkrutan/ketidakbangkrutan, di peroleh hasil rasio X4 sebagai berikut:

Tabel 5 : Rasio market value equity to book value of total debt tahun 2001,

2002 dan 2003 serta perubahanya

Change Change ChangeNo Nama Bank 2001 2002

(01-02) 2003

(02-03) average1 Bank Danpac 0,19 0,12 -38% 0,10 -20% -29%2 Bank Global Internasional 0,43 0,23 -47% 0,24 7% -20%3 Bank Pikko 0,11 0,04 -62% 0,06 30% -16%4 Bank Artha Niaga Kencana 0,20 0,19 -9% 0,20 6% -1%5 Bank BNI (Persero) 0,15 0,18 27% 0,14 -24% 2%6 Bank Buana Indonesia 0,08 0,17 118% 0,25 44% 81%7 Bank Bumiputera Indonesia 0,01 0,16 1861% 0,11 -34% 913%8 Bank Central Asia 0,09 0,14 51% 0,17 18% 34%9 Bank CIC Internasional 0,03 0,02 -32% 0,17 607% 288%10 Bank Danamon Indonesia 0,14 0,20 43% 0,21 7% 25%11 Bank Eksekutif Internasional 0,08 0,04 -48% 0,04 0% -24%12 Bank Internasional Indonesia 0,07 0,07 1% 0,17 134% 67%13 Bank Inter-Pacific 1,77 0,21 -88% 3,03 1340% 626%14 Bank Lippo 0,06 0,04 -20% 0,07 58% 19%15 Bank Mayapada Internasional 0,08 0,09 10% 0,08 -3% 4%16 Bank Mega 0,04 0,08 94% 0,08 4% 49%17 Bank Niaga 0,21 0,13 -41% 0,12 -2% -21%18 Bank NISP 0,02 0,08 244% 0,09 7% 126%19 Bank Nusantara Parahyangan 0,06 0,07 10% 0,06 -12% -1%20 Bank PAN Indonesia 0,02 0,09 385% 0,28 225% 305%21 Bank Permata 0,10 0,18 82% 0,21 18% 50%22 Bank Swadesi 0,05 0,21 300% 0,20 -6% 147%23 Bank Victoria Internasional 0,02 0,02 5% 0,03 104,5% 55%

Average 0,175 0,120 -31% 0,265 120,9% 45%

Page 76: akuntansi_prediski bangkrut

Dari data tersebut menunjukkan Bank Buana Indonesia, Bank

Danamon Indonesia, Bank PAN Indonesia, Bank Permata dan Bank Swadesi

merupakan bank yang mempunyai rasio X4 yang besar serta menunjukkan

adanya konsistensi peningkatan rasio X4 setiap tahun. Peningkatan rasio X4

tersebut di sebabkan karena market value equity bank-bank tersebut

mengalami peningkatan cukup tinggi setiap tahunnya. Sedangkan di sisi yang

lain, total debt hanya mengalami kenaikan yang kecil dan cenderung tetap,

bahkan Bank PAN Indonesia mempunyai total debt yang terus mengalami

penurunan yang besar setiap tahunnya

Bank Niaga dan Bank Danpac merupakan bank yang mempunyai rasio

X4 yang besar, tetapi menunjukkan konsistensi penurunan rasio X4 setiap

tahun. Bank Inter-Pacific merupakan bank yang mempunyai rasio X4 yang

sangat fenomenal di mana market value equity bank tersebut mencapai sebesar

177 % pada tahun 2001 di bandingkan dengan nilai buku kewajibanya. Pada

tahun 2002, rasio X4 Bank Inter-Pacific mengalami penurunan ke titik yang

normal yaitu sebesar 21 %, akan tetapi kemudian meningkat tajam pada tahun

2003 menjadi 303 %. Kondisi tersebut di sebabkan oleh tingginya harga

saham bank tersebut serta sangat fluktuatif. Faktor yang lain karena adanya

penurunan nilai buku hutang, di mana pada tahun 2002 total hutangnya

menurun sebesar 30 % dan pada tahun 2003 menurun sebesar 17 %.

Demikian pula Bank CIC Internasional yang mempunyai rasio X4nya

mengalami peningkatan yang tajam pada tahun 2003, yaitu sebesar 6 kali lipat

di bandingkan tahun 2002. Hal tersebut karena listing yang di lakukan dapat

Page 77: akuntansi_prediski bangkrut

meningkatkan harga relatif saham bank tersebut, di samping total listed

sharenya juga mengalami peningkatan

Kondisi market value equity bank-bank tersebut secara umum

menunjukkan peningkatan sebesar 29 % pada tahun 2002 di bandingkan pada

tahun 2001, sedangkan pada tahun 2003 meningkat sebesar 21 % di

bandingkan tahun 2002. Di sisi yang lain nilai buku kewajiban menunjukkan

penurunan sebesar -1 % pada tahun 2002 di bandingkan tahun 2001, serta

mengalami peningkatan sebesar 8 % pada tahun 2003 di bandingkan tahun

2002. Kondisi tersebut menyebabkan rasio market value equity to book value

of total debt mengalami penurunan sebesar 31 % pada tahun 2002 dan

meningkat sebesar 120 % pada tahun 2003.

5. Variabel independent sales to total assets (X5)

Variabel ini merupakan variabel independen yang menunjukkan

seberapa besar kemampuan bank dalam memperoleh revenue atas aktiva yang

telah digunakan. Semakin besar rasio ini maka semakin efektif penggunaan

aktiva untuk mendapatkan revenue yang di tunjukkan dengan meningkatnya

pendapatan bunga, meningkatnya pendapatan provisi dan komisi, menurunnya

penyisihan kerugian piutang dan kerugian lainnya serta menurunnya aktiva

tidak produktif. Sedangkan semakin kecil rasio ini maka semakin inefektif

kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva untuk mendapatkan revenue.

Hal tersebut di tunjukkan dengan menurunnya pendapatan bunga, menurunnya

pendapatan provisi dan komisi, meningkatnya penyisihan kerugian piutang

dan kerugian lainnya serta meningkatnya aktiva tidak produktif.

Page 78: akuntansi_prediski bangkrut

Dari perhitungan yang di lakukan atas laporan keuangan pada 1, 2 dan

3 tahun sebelum mengalami kebangkrutan/ketidakbangkrutan, maka di

peroleh hasil rasio sales to total assets sebagai berikut :

Tabel 5: Rasio sales to total assets tahun 2001, 2002

dan 2003 serta perubahanya

Change Change ChangeNo Nama Bank 2001 2002

(01-02) 2003

(02-03) average1 Bank Danpac 0,19 0,18 -4% 0,18 -1% -2%2 Bank Global Internasional 0,13 0,02 -86% 0,02 15% -35%3 Bank Pikko 0,07 0,06 -8% 0,09 44% 18%4 Bank Artha Niaga Kencana 0,14 0,12 -10% 0,11 -9% -10%5 Bank BNI (Persero) 0,12 0,13 7% 0,12 -10% -1%6 Bank Buana Indonesia 0,14 0,14 -3% 0,12 -18% -11%7 Bank Bumiputera Indonesia 0,13 0,16 18% 0,14 -11% 3%8 Bank Central Asia 0,14 0,13 -8% 0,10 -21% -14%9 Bank CIC Internasional 0,10 0,08 -15% 0,10 27% 6%10 Bank Danamon Indonesia 0,14 0,16 10% 0,14 -9% 0%11 Bank Eksekutif Internasional 0,22 0,20 -10% 0,19 -7% -8%12 Bank Internasional Indonesia 0,13 0,10 -21% 0,03 -70% -46%13 Bank Inter-Pacific 0,13 0,12 -5% 0,08 -32% -18%14 Bank Lippo 0,12 0,11 -6% 0,09 -19% -13%15 Bank Mayapada Internasional 0,10 0,12 20% 0,14 17% 19%16 Bank Mega 0,13 0,17 23% 0,12 -27% -2%17 Bank Niaga 0,12 0,14 12% 0,12 -12% 0%18 Bank NISP 0,11 0,11 -7% 0,11 3% -2%19 Bank Nusantara Parahyangan 0,10 0,13 22% 0,09 -28% -3%20 Bank PAN Indonesia 0,12 0,23 87% 0,14 -40% 24%21 Bank Permata 0,06 0,09 50% 0,12 42% 46%22 Bank Swadesi 0,16 0,14 -10% 0,12 -15% -13%23 Bank Victoria Internasional 0,11 0,16 40% 0,12 -21% 9%

Average 0,127 0,130 2% 0,113 -13% -5%

Page 79: akuntansi_prediski bangkrut

Data tersebut menunjukkan bahwa Bank Pikko dan Bank Permata

merupakan bank yang mempunyai rasio X5 yang kecil, tetapi secara rata-rata

menunjukkan peningkatan rasio X5 setiap tahun. Peningkatan rasio X5 pada

Bank Pikko di dukung oleh penurunan nilai aktiva bank tersebut akibat adanya

penurunan penempatan dana di bank lain serta di dukung peningkatan

pendapatan bunga. Peningkatan rasio X5 pada Bank Permata di sebabkan

karena pendapatan bunga Bank Permata mengalami peningkatan yang besar

yaitu 53 % per tahun, sedangkan di sisi yang lain total asetnya hanya

mengalami kenaikan sebesar 4 % per tahun.

Bank Global Internasional, Bank Internasional Indonesia dan Bank

Inter-Pacific merupakan bank-bank yang mengalami penurunan rasio X5 tiap

tahun dan bank-bank tersebut juga mempunyai rasio X5 yang kecil pada tahun

2003. Kondisi tersebut di sebabkan karena penurunan pendapatan bunga yang

tajam serta adanya peningkatan dana kas dan aktiva tetap bank-bank tersebut.

Sedangkan Bank Eksekutiif Internasional merupakan bank yang mempunyai

rasio X5 paling besar walapun menunjukkan penurunan rasio tiap tahunnya.

Hal tersebut karena pendapatan bunga Bank Eksekutif Internasional hanya

mengalami peningkatan sebesar 4 % per tahun, sedangkan total asetnya

mengalami peningkatan sebesar 12 % per tahun yang disebabkan oleh

peningkatan aktiva tetap.

Secara umum pendapatan bunga bank-bank tersebut hanya mengalami

kenaikan yang tidak berarti, yaitu pada tahun 2002 hanya mengalami

peningkatan sebesar 6 % dan kemudian mengalami penurunan sebesar 8 %

Page 80: akuntansi_prediski bangkrut

pada tahun 2003. Di sisi lain nilai aktivanya cenderung tetap pada tahun 2002

dan meningkat sebesar 10 % pada tahun 2003. Kondisi ini menyebabkan rasio

X5 mengalami kenaikan hanya sebesar 4 % pada tahun 2002 dan mengalami

penurunan sebesar 8,5 % pada tahun 2004. Secara keseluruhan rasio X5 antara

satu bank dengan bank lainya tidak menunjukkan perbedaan yang berarti.

4.1.3. Hasil Statistik

1. Hasil statistik tahun 2001

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan sarana program SPSS

for Windows realese 11.00 telah menghasilkan persamaan estimasi fungsi

diskriminan sebagai berikut:

Z : 1,751 – 4,410 X1 + 7,244 X2 + 6,875 X3 + 7,835 X4 – 16,298 X5

Fungsi diskriminan tersebut secara uji statistik dengan menggunakan

multivariate test of significantce, dengan uji walks’s lamda menghasilkan

tingkat signifikansi sebesar 0,227. Dengan angka tersebut sesuai standar taraf

signifikansi sebesar 5 %, maka dapat di simpulkan bahwa fungsi diskriminan

tidak signifikan, yang berarti bahwa nilai rata-rata score diskriminan untuk

kedua kelompok bank baik yang mengalami kebangkrutan maupun tidak

mengalami kebangkrutan tidak berbeda secara signifikan.

Pengujian secara parsial juga menunjukkan tidak satupun rasio-rasio

yang ada dalam penelitian Altman mempunyai tingkat signifikansi di bawah

ambang batas taraf signifikansi 5 %. Hal tersebut bararti bahwa secara parsial

Page 81: akuntansi_prediski bangkrut

dan simultan rasio-rasio yang ada dalam penelitian Altman bukan merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi kebangkrutan/ketidakbangkrutan pada

perbankan go public di Bursa Efek Jakarta

Output statistik juga menunjukkan rata-rata score diskriminan untuk

kelompok bank yang mengalami kebangkrutan adalah sebesar 1,660 dan rata-

rata score diskriminan untuk kelompok bank yang tidak mengalami

kebangkrutan adalah sebesar -0,249. Hal tersebut berarti memberikan nilai cut

off sebesar 0,000. Dengan nilai cut off sebesar itu maka terdapat 6 bank yang

di prediksikan akan mengalami kebangkrutan dan 17 bank lainnya di

prediksikan tidak akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan output juga

menunjukkan terdapat 3 misclassified case dengan tingkat ketepatan prediksi

kebangkrutan sebesar 87 %.

2. Hasil statistik tahun 2002

Hasil perhitungan statistik untuk data laporan keuangan tahun 2002

menghasilkan persamaan estimasi fungsi diskriminan sebagai berikut:

Z : 4,202 + 2,104 X1 + 1,785 X2 + 20,336 X3 – 4,071 X4 – 29,867 X5

Fungsi diskriminan tersebut secara uji statistik dengan menggunakan

multivariate test of significantce dengan uji walks’s lamda menghasilkan

tingkat signifikansi sebesar 0,339. Dengan angka tersebut sesuai standar taraf

signifikansi sebesar 5 % dapat di simpulkan bahwa fungsi diskriminan tidak

signifikan, yang berarti bahwa nilai rata-rata score diskriminan untuk kedua

kelompok bank tidak berbeda secara signifikan.

Page 82: akuntansi_prediski bangkrut

Pengujian secara parsial juga menunjukkan bahwa tidak satupun rasio-

rasio yang ada dalam penelitian Altman mempunyai tingkat signifikansi di

bawah ambang batas taraf signifikansi sebesar 5 %. Hal tersebut berarti bahwa

secara parsial dan simultan, rasio-rasio yang ada dalam penelitian Altman

bukan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebangkrutan/

ketidakbangkrutan yang terjadi pada perusahaan perbankan yang go public di

Bursa Efek Jakarta

Output statistik juga menunjukkan rata-rata score diskriminan untuk

kelompok bank yang mengalami kebangkrutan adalah sebesar 1,479 dan rata-

rata score diskriminan untuk kelompok bank yang tidak mengalami

kebangkrutan adalah sebesar -0,222. Hal tersebut berarti memberikan nilai cut

off sebesar 0,000. Dengan nilai cut off sebesar itu, maka terdapat 3 bank yang

di prediksikan akan mengalami kebangkrutan dan 20 bank lainnya di

prediksikan tidak akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan output juga

menunjukkan terdapat 2 misclassified case dengan tingkat ketepatan prediksi

kebangkrutan sebesar 91,3 %.

3. Hasil statistik tahun 2003

Hasil perhitungan statistik untuk data laporan keuangan tahun 2003

menghasilkan persamaan estimasi fungsi diskriminan sebagai berikut:

Z : 1,812 + 4,329 X1 + 2,157 X2 – 62,960 X3 -0,301 X4 – 8,076 X5

Fungsi diskriminan tersebut secara uji statistik dengan menggunakan

multivariate test of significantce dengan uji walks’s lamda menghasilkan

Page 83: akuntansi_prediski bangkrut

tingkat signifikansi sebesar 0,115. Dengan angka tersebut sesuai standar taraf

signifikansi sebesar 5%, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi diskriminan

tidak signifikan, yang berarti bahwa nilai rata-rata score diskriminan untuk

kedua kelompok bank baik yang mengalami kebangkrutan maupun yang tidak

mengalami kebangkrutan tidak berbeda secara signifikan. Hal tersebut berarti

bahwa secara simultan rasio-rasio yang ada dalam penelitian Altman bukan

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebangkrutan/ketidakbangkrutan

pada perbankan go public di Bursa Efek Jakarta.

Pengujian secara parsial juga menunjukkan bahwa hanya rasio earning

before interset and tax to total assets (X3) yang mempunyai nilai di bawah

ambang batas taraf signifikansi 5 % yaitu sebesar 2,8 %. Hal ini berarti bahwa

rasio earning before interset and tax to total assets (X3) merupakan faktor

yang mempengaruhi kebangkrutan/ketidakbangkrutan pada perusahaan

perbankan go piblic di BEJ secara parsial

Output statistik juga menunjukkan rata-rata score diskriminan untuk

kelompok bank yang mengalami kebangkrutan adalah sebesar 1,931 dan rata-

rata score diskriminan untuk kelompok bank yang tidak mengalami

kebangkrutan adalah sebesar -0,290. Hal tersebut berarti memberikan nilai cut

off sebesar -0,007. Dengan nilai cut off sebesar itu, maka terdapat 4 bank yang

di prediksikan akan mengalami kebangkrutan di masa yang akan datang dan

19 bank lainnya di prediksikan tidak akan mengalami kebangkrutan di masa

yang akan datang. Sedangkan output juga menunjukkan terdapat 3

misclassified case dengan tingkat ketepatan prediksi kebangkrutan metode

multivariate discriminant analisys sebesar 87 %.

Page 84: akuntansi_prediski bangkrut

4. Hasil statistik rata-rata selama 3 tahun (tahun 2001, 2002 dan 2003)

Hasil perhitungan statistik untuk rata-rata atas laporan keuangan

perbankan go public di BEJ tahun 2001, 2002 dan 2003 menghasilkan

persamaan estimasi fungsi diskriminan sebagai berikut:

Z : 2,524 – 3,056 X1 + 7,181 X2 – 9,465 X3 +8,884 X4 – 23,316 X5

Fungsi diskriminan tersebut secara uji statistik dengan menggunakan

multivariate test of significantce dengan uji walks’s lamda menghasilkan

tingkat signifikansi sebesar 0,418. Dengan angka tersebut, sesuai standard

taraf signifikansi sebesar 5 % dapat di simpulkan bahwa fungsi diskriminan

tidak signifikan, yang berarti bahwa nilai rata-rata score diskriminan untuk

kedua kelompok bank baik yang mengalami kebangkrutan maupun tidak

mengalami kebangkrutan tidak berbeda secara signifikan.

Pengujian secara parsial juga menunjukkan tidak satupun rasio-rasio

yang ada dalam penelitian Altman mempunyai tingkat signifikansi di bawah

ambang batas taraf signifikansi 5 %. Hal tersebut juga berarti bahwa secara

parsial dan simultan rasio-rasio yang ada dalam penelitian Altman bukan

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebangkrutan/ketidakbangkrutan

pada perbankan go public di Bursa Efek Jakarta

Output statistik juga menunjukkan bahwa rata-rata score diskriminan

untuk kelompok bank yang mengalami kebangkrutan adalah sebesar 1,371.

Sedangkan rata-rata score diskriminan untuk kelompok bank yang tidak

mengalami kebangkrutan adalah sebesar -0,206. Hal tersebut berarti bahwa

Page 85: akuntansi_prediski bangkrut

rata-rata score diskriminan memberikan nilai cut off sebesar -0,007. Dengan

nilai cut off sebesar itu maka terdapat 4 bank yang diprediksikan akan

mengalami kebangkrutan dan 19 bank lainnya di prediksikan tidak akan

mengalami kebangkrutan. Sedangkan output juga menunjukkan terdapat 3

misclassified case dengan tingkat ketepatan prediksi kebangkrutan sebesar 87 %.

4.2. PEMBAHASAN

4.2.1. Analisis Prediksi Kebangkrutan

1. Analisis prediksi kebangkrutan pada 1 tahun sebelum kebangkrutan/

ketidakbangkrutan ( Tahun 2003 )

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa 4 bank yang di prediksikan

akan mengalami kebangkrutan. Bank-bank tersebut adalah Bank Global

Internasional, Bank Pikko, Bank CIC Internasional dan Bank Viktoria

Internasional. Bank Danpac yang termasuk dalam kategori bank yang

mengalami kebangkrutan, ternyata di prediksikan tidak akan mengalami

kebangkrutan di masa yang akan datang.

Sesuai dengan hasil persamaan diskriminan yang telah di hasilkan,

maka faktor yang paling menentukan besarnya score diskriminan adalah

variabel earning before interest and tax to total assets (X3) dan variabel sales

to total assets (X5) kemudian retairned earning (X2) dan market value equity

to book value of total debt (X4). Sehingga untuk Bank CIC Internasional di

harapkan untuk dapat meningkatkan rasio X3 dan rasio X2 yang telah

menunjukkan negatif dengan cara meningkatkan laba di tahan. Hal tersebut di

Page 86: akuntansi_prediski bangkrut

lakukan karena laba di tahan Bank CIC Internasional menunjukkan negatif

yang besar di bandingkan dengan total assetsnya. Rugi tersebut di sebabkan

karena telah memberikan bunga yang terlalu tinggi (beban bunga tinggi), rugi

penjualan efek yang besar, penyisihan kerugian piutang yang tinggi serta

amortisasi diskon dari pelunasan awal L/C GSM, oleh karana itu bank harus

meningkatkan kinerja pada pos-pos tersebut. Sedangkan di sisi lain besarnya

nilai aktiva Bank CIC Internasional di sebabkan oleh besarnya aktiva yang di

ambil alih oleh bank dan aktiva lain-lain sehingga aktiva tetap tersebut kurang

produktif untuk menghasilkan keuntungan. Dengan kondisi tersebut Bank CIC

Internasional dapat mempertimbangkan untuk mengkonversi aktiva kurang

produktif tersebut menjadi aktiva lancar yang lebih produktif untuk

menghasilkan keuntungan. Cara tersebut di lakukan dengan menggunakan

dana hasil konversi aktiva kurang produktif menjadi penyaluran kredit,

sehingga di harapkan akan dapat meningkatkan rasio X5

Bank CIC Internasional juga di harapkan dapat meningkatkan variabel

market value equity to book value of total debt (X4) dengan mempertimbangkan

untuk melakukan warrant. Hal tersebut di lakukan karena warrant yang

pernah di lakukan oleh Bank CIC Internasional pada bulan maret 2003, telah

berhasil meningkatkan nilai jual relatif sahamnya sebesar 21 %.

Bank Viktoria Internasional juga di harapkan untuk dapat

meningkatkan kinerja keuangan agar terhindar dari bahaya kebangkrutan di

masa yang akan datang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara

mengkonversi sebagian notes and securities yang jumlahnya sangat besar

Page 87: akuntansi_prediski bangkrut

yaitu mencapai rata-rata 60 % dari total asetnya per tahun, menjadi penyaluran

kredit. Sehingga dengan konversi tersebut diharapkan akan dapat

meningkatkan rasio sales to total assets (X5) dan pada akhirnya juga akan

meningkatkan rasio X3 dan X2. Bank Viktoria Internasional juga diharapkan

untuk dapat menurunkan bunga time deposits yang diberikan kepada nasabah

karena terlalu besar. Besarnya bunga time deposits tersebut telah

menyebabkan tingginya beban bunga, disamping juga mendorong

meningkatnya liabilities berupa time deposit yang besar. Dengan penurunan

bunga tersebut diharapkan akan menurunkan beban bunga dan laba perbankan

akan meningkat serta pada akhirnya rasio X2 dan X3 juga akan meningkat.

Penurunan bunga time deposits juga diharapkan akan menurunkan time

deposits sehingga total debt akan menurun dan pada akhirnya rasio X4 Bank

Viktoria Internasional akan meningkat. Cara yang lain untuk meningkatkan

rasio X4 adalah dengan melakukan warrant. Hal tersebut dilakukan karena

warrant yang pernah dilakukan oleh Bank Viktoria Internasional pada tahun

2002 sebanyak 4 kali telah mampu meningkatkan harga jual relatif sahamnya

sebesar 22 %. Dengan tingginya harga jual saham, maka market value equity

akan tinggi pula dan rasio X4 pada akhirnya akan meningkat.

2. Analisis prediksi kebangkrutan pada 2 tahun sebelum kebangkrutan/

ketidakbangkrutan ( Tahun 2002 )

Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat 3 bank yang di

prediksikan akan mengalami kebangkrutan. Bank-bank tersebut adalah Bank

Global Internasional, Bank Pikko dan Bank NISP. Bank Danpac yang

Page 88: akuntansi_prediski bangkrut

termasuk dalam kategori kelompok bank bangkrut ternyata di prediksikan

tidak akan mengalami kebangkrutan.

Sesuai dengan hasil persamaan diskriminan yang telah di hasilkan,

maka faktor yang paling menentukan besarnya score diskriminan adalah

variabel earning before interest and tax to total assets (X3). Sehingga Bank

NISP di harapkan untuk dapat meningkatkan rasio X3 yang hanya sebesar

0,01. Hal tersebut dapat di lakukan dengan cara meningkatkan akumulasi laba

sebelum bunga dan pajak, karena di sebabkan oleh tingginya beban bunga,

sedangkan pendapatan bunganya tidak terlalu tinggi. Sehingga perlu di

lakukan pemberian bunga simpanan yang lebih rendah dan meningkatkan

penyaluran kredit dengan memperhatikan kualitas kredit yang di berikan agar

dapat menurunkan biaya penyisihan kerugian piutang.

3. Analisis prediksi kebangkrutan pada 3 tahun sebelum kebangkrutan/

ketidakbangkrutan ( Tahun 2001 )

Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat 6 bank yang di

prediksikan akan mengalami kebangkrutan. Bank-bank tersebut yaitu Bank

Danpac, Bank Global Internasional, Bank Pikko, Bank Artha Niaga Kencana,

Bank Mayapada Internasional dan Bank Pan Indonesia.

Sesuai dengan hasil persamaan diskriminan yang telah di hasilkan

maka faktor yang paling menentukan besarnya score diskriminan adalah

variabel market value equity to book value of total debt (X4), retairned

earning to total asset (X2) dan earning before interest and tax to total assets

(X3). Bank-bank pada kelompok bank yang tidak mengalami kebangkrutan,

Page 89: akuntansi_prediski bangkrut

tetapi diprediksikan akan mengalami kebangkrutan di harapkan untuk dapat

melakukan perbaikan kinerja keuangan agar terhindar dari bahaya

kebangkrutan yang akan terjadi.

Bank Artha Niaga Kencana di harapkan dapat meningkatkan rasio X4

dengan cara melakukan pembagian deviden, karena pembagian deviden yang

pernah di lakukan pada tanggal 24 april 2003 untuk tahun 2002, di mana

perusahaan membagikan deviden sebesar Rp. 10,00 per lembar saham,

ternyata mampu menaikkan harga jual relatif saham sebesar 18 % dari Rp.

850,00 per lembar menjadi Rp.1.000,00 per lembar saham. Secara matematis,

dengan melakukan pembagian deviden bank masih mendapatkan keuntungan

sebesar Rp.140,00 per lembar saham atas kelebihan kenaikan harga saham

yang terjadi pada tahun 2003. Bank Artha Niaga Kencana juga di harapkan

mampu meningkatkan rasio X2 dan X3 dengan cara menurunkan biaya

operasional perusahaan yang mencapai sebesar 92 % di bandingkan dengan

pendapatan bunga kotor. Selain itu penjualan kredit yang jumlahnya sedikit

yaitu hanya mencapai sebesar 56 % di bandingkan dengan total deposits, perlu

di tingkatkan penyaluran kreditnya serta meningkatkan kualitas pemberian

kredit sehingga dapat menekan besarnya biaya penyisihan kerugian piutang.

Bank Mayapada Internasional di harapkan mampu meningkatkan rasio

X4 dengan cara melakukan right issue, karena right issue yang pernah di

lakukan oleh bank pada tanggal 19 Juli 2002 telah terbukti mampu

meningkatkan nilai jual relatif saham bank tersebut sebesar 60 %. Selain itu

juga Bank Mayapada Internasional di harapkan mampu meningkatkan kinerja

Page 90: akuntansi_prediski bangkrut

rasio X2 dan rasio X3 dengan cara menurunkan beban bunga yang telah

mencapai 120 % bila di bandingkan dengan pendapatan bunga kotornya.

Penjualan kreditnya juga di harapkan dapat di tingkatkan yang hanya 60 % di

bandingkan total deposits. Hal lainya adalah melakukan konversi atas other

assets yang kurang produktif karena jumlahnya sangat besar (sebesar 33 %

dari total assets) menjadi aktiva lancar yang lebih produktif, sehingga dapat di

manfaatkan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih baik.

Bank PAN Indonesia juga di harapkan mampu meningkatkan rasio X4

dengan cara melakukan warrant, karena warrant yang telah di lakukan pada

tahun 2002 oleh Bank PAN Indonesia, ternyata mampu meningkatkan nilai

jual relatif sahamnya sebesar 200 %. Bank PAN Indonesia juga di harapkan

mampu meningkatkan rasio X2 dan rasio X4 dengan cara menurunkan beban

operasional yang telah mencapai 101 % dari pendapatan bunga kotor. Selain

itu penjualan kredit masih kecil dan perlu di tingkatkan, yaitu hanya sebesar

46 % bila dibandingkan dengan total deposits. Tindakan lainya adalah

melakukan konversi atas other assets yang kurang produktif karena jumlahnya

sangat besar (mencapai sebesar 52 % dari total assets) menjadi aktiva lancar

yang lebih produktif, sehingga bisa di manfaatkan untuk menghasilkan

keuntungan yang lebih baik.

4. Analisis prediksi kebangkrutan pada rata-rata selama 3 tahun sebelum

kebangkrutan/ketidakbangkrutan ( Tahun 2001, 2002 dan 2003)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa 4 bank yang di prediksikan

akan mengalami kebangkrutan. Bank-bank tersebut yaitu Bank Global

Page 91: akuntansi_prediski bangkrut

Internasional, Bank Pikko, Bank Artha Niaga Kencana dan Bank BNI.

Sedangkan Bank Danpac dan bank lainnya di prediksikan tidak akan

mengalami kebangkrutan di masa yang akan datang.

Sesuai dengan hasil persamaan diskriminan, maka faktor yang paling

menentukan besarnya score diskriminan adalah variabel sales to total assets

(X5), variabel retairned earning to total asset (X2), earning before interest

and tax to total assets (X3) dan rasio market value equity to book value of

total debt (X5). Bank-bank yang di prediksikan akan mengalami kebangkrutan

di harapkan untuk dapat melakukan perbaikan kinerja keuangan, sehingga di

masa yang akan datang dapat terhindar dari kebangkrutan.

Bank Artha Niaga Kencana di harapkan mampu meningkatkan rasio

X5, X2 dan X3 dengan cara menurunkan biaya operasional yang terus

mengalami peningkatan sebesar 10 % per tahun, sedangkan pendapatan bunga

kotor bank tersebut hanya meningkat sebesar 7 % per tahun. Selain itu

penjualan kredit yang sedikit perlu di tingkatkan untuk meningkatkan laba.

Sedangkan dana kas penempatan di Bank Indonesia yang jumlahnya besar,

dapat di pertimbangkan untuk digunakan dalam penyaluran kredit. Dengan

penyaluran kredit tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan

bunga, mengingat penjualan kredit Bank Artha Niaga Kencana mempunyai

bunga lebih tinggi di bandingkan penempatan di Bank Indonesia. Dengan

adanya peningkatan pendapatan bunga, maka rasio sales to total asset X5 akan

meningkat dan laba perbankan juga akan meningkat (rasio X3) serta laba di

tahan juga akan meningkat (rasio X2)

Page 92: akuntansi_prediski bangkrut

Bank BNI di harapkan dapat meningkatkan rasio X4 dengan cara

melakukan penjualan obligasi pemerintah (termasuk kelompok aktiva lancar)

ke pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa seperti yang pernah di

lakukan pada tahun 2002, yang ternyata mampu meningkatkan nilai X4

sebesar 27 %. Penjualan tersebut di satu sisi dapat menyebabkan nilai

aktivanya menurun, tetapi di sisi lain penyaluran kredit dan labanya

mengalami peningkatan (rasio X5, X3 dan X2 meningkat) akibat adanya

pengalihan dana dari hasil penjualan obligasi pemerintah yang jumlahnya

besar tersebut ke dalam penyaluran kredit. Bank BNI juga di harapkan untuk

tidak melakukan reserve stock split seperti yang di lakukan pada tahun 2003

dengan cara menggabung 15 saham menjadi 1 saham (reserve stock split),

karena menyebabkan menurunnya nilai pasar saham relatif sebesar 21 %.

Bank BNI juga di harapkan mampu meningkatkan rasio X5, X3 dan

X2 dengan cara melakukan perbaikan kinerja kredit, di mana penyisihan

kerugian piutang meningkat 473 % dari tahun 2002 ke tahun 2003. Sedangkan

di sisi lain penjualan kreditnya hanya mengalami peningkatan sebesar 22 %,

akan tetapi pendapatan bunganya mengalami penurunan sebesar 6 %.

4.2.2. Analisis Ketepatan Prediksi Kebangkrutan

1. Analisis ketepatan prediksi kebangkrutan pada 1 tahun sebelum kebangkrutan/

ketidakbangkrutan ( Tahun 2003 )

Output statistik menunjukkan bahwa terdapat 3 kesalahan prediksi

kebangkrutan dengan kenyataan yang terjadi. Kesalahan tersebut adalah

kesalahan memprediksi tidak akan ada tendensi kebangkrutan pada Bank

Page 93: akuntansi_prediski bangkrut

Danpac akan tetapi ternyata bank tersebut mengalami kebangkrutan.

Kesalahan yang kedua adalah kesalahan memprediksi akan adanya tendensi

kebangkrutan pada Bank CIC Internasional dan Bank Viktoria Internasional,

akan tetapi dalam kenyataanya bank tersebut belum mengalami kebangkrutan.

Kesalahan prediksi pada PT. Bank CIC Internasional, Tbk di sebabkan

karena bank tersebut mengalami peningkatan kinerja yang cukup signifikan

pada tahun terjadinya ketidakbangkrutan. Hal tersebut di tunjukkan oleh

adanya peningkatan modal kerja sebesar 77 % pada tahun 2003, laba di tahan

juga mengalami peningkatan sebesar 18 %, laba sebelum bunga dan pajak

juga meningkat sebesar 80 %. Harga pasar modal sendiri juga mengalami

peningkatan sebesar 114 %, pendapatan bunga juga meningkat sebesar 73 %

dan total aktiva meningkat sebesar 46 %. Dari sisi peraturan Bank Indonesia,

pada tahun 2003 CAR PT. Bank CIC Internasional, Tbk sebesar 15,95 % dan

tahun 2004 naik lagi diatas ketentuan Bank Indonesia.

Kesalahan prediksi pada Bank Viktoria Internasional di sebabkan

karena bank tersebut mengalami peningkatan kinerja yang cukup signifikan

pada tahun terjadinya ketidakbangkrutan. Hal tersebut ditunjukkan dengan

meningkatnya pendapatan bunga bank sebesar 18 % pada tahun 2004 (tahun

ketidakbangkrutan) dibandingkan tahun 2003 dan di sisi yang lain beban

bunga mengalami penurunan sebesar 15 % di tahun 2004 dari tahun 2003.

Laba bersih tahun 2004 juga mengalami peningkatan sebesar 206 % dari tahun

2003. Total assets Bank Viktoria Internasional juga mengalami peningkatan

sebesar 15 % di tahun 2004 dari tahun 2003.

Page 94: akuntansi_prediski bangkrut

Dari sisi peraturan, Bank Viktoria Internasional telah sesuai dengan

ketentuan yang telah di tetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu CAR sebesar

11,52 % pada desember 2003 dan 14,92 % pada desember 2004 (tahun

ketidakbangkrutan). LDR Bank Viktoria Internasional sebesar 40,22 % pada

desember 2003 dan sebesar 54,72 % pada desember 2004 (tahun

ketidakbangkrutan). Bank Viktoria Internasional dari segi kepatuhan juga

telah menunjukkan tidak adanya pelanggaran atas Batas Maksimum

Pemberian Kredit (BMPK) pada tahun 2003 dan 2004.

Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate discriminant

analisys menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman

pada 1 tahun sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan/ketidakbangkrutan

adalah sebesar 87 %. Hasil ini lebih rendah di bandingkan dengan penelitian

Altman yang menghasilkan tingkat ketepatan sebesar 95 %.

2. Analisis ketepatan prediksi kebangkrutan pada 2 tahun sebelum kebangkrutan/

ketidakbangkrutan ( Tahun 2002 )

Output statistik menunjukkan bahwa terdapat 2 kesalahan prediksi

kebangkrutan dengan kenyataan yang telah terjadi. Kesalahan tersebut adalah

kesalahan memprediksi tidak akan ada tendensi kebangkrutan pada Bank

Danpac, akan tetapi ternyata bank tersebut telah mengalami kebangkrutan.

Kesalahan yang kedua adalah kesalahan memprediksi akan adanya tendensi

kebangkrutan pada Bank NISP, tetapi dalam kenyataanya bank tersebut belum

mengalami kebangkrutan.

Kesalahan prediksi pada Bank NISP di sebabkan karena bank tersebut

telah meningkatkan kinerja keuangannya di tahun ketidakbangkrutan (tahun

Page 95: akuntansi_prediski bangkrut

2004). Hal tersebut di tunjukkan dengan meningkatnya modal kerja,

meningkatnya laba di tahan mencapai sebesar 65 % per tahun, meningkatnya

laba sebelum bunga dan pajak sebesar 70 % per tahun. Harga pasar modal

sendiri juga mengalami peningkatan sebesar 105 % per tahun, pendapatan

bunga Bank NISP mengalami peningkatan sebesar 17 % per tahun dan total

aktiva juga meningkat sebesar 30 % per tahun. Dari sisi peraturan Bank

Indonesia Bank NISP telah sesuai dengan standar, yaitu CAR sebesar 15,11 %

pada tahun 2004 (tahun ketidakbangkrutan) dan 13,78 % pada tahun 2003,

dari ketentuan BI sebesar 8 %. LDR bank tersebut sebesar 77,34 % pada tahun

2004 dan 77, 95 % pada tahun 2003, dari ketentuan maksimal sebesar 115 %.

PDN Bank NISP sebesar 0,26 % dari modal pada tahun 2004 dan 2003, di

mana ketentuanya maksimal sebesar 20 % dari modal. NPL Bank NISP

sebesar 1,01 % pada tahun 2004 dan 0,84 % pada tahun 2003 dari ketetapan

maksimal sebesar 5 %.

Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate discriminant

analisys menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman

pada 2 tahun sebelum kebangkrutan/ketidakbangkrutan adalah sebesar 91,3 %.

Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Altman yang

menghasilkan tingkat ketepatan sebesar 76 %.

3. Analisis ketepatan prediksi kebangkrutan pada 3 tahun sebelum kebangkrutan/

ketidakbangkrutan ( Tahun 2001 )

Output statistik menunjukkan bahwa terdapat 3 kesalahan prediksi

kebangkrutan dengan kenyataan yang terjadi. Kesalahan tersebut adalah

Page 96: akuntansi_prediski bangkrut

kesalahan memprediksi akan adanya tendensi kebangkrutan pada Bank Artha

Niaga Kencana, Bank Mayapada Internasional dan Bank Pan Indonesia, akan

tetapi dalam kenyataanya bank-bank tersebut belum mengalami kebangkrutan

Kesalahan prediksi pada Bank Artha Niaga Kencana di sebabkan karena

bank tersebut telah meningkatkan kinerjanya pada tahun ketidakbangkrutan

(tahun 2004). Hal tersebut di tunjukkan dengan meningkatnya modal kerja

pada tahun 2004 sebesar 18 % di bandingkan tahun 2003, meningkatnya laba

di tahan sebesar 65 % dan meningkatnya laba sebelum bunga dan pajak

sebesar 28 %. Secara rata-rata selama tahun 2001 sampai tahun 2004, bank ini

juga menunjukkan peningkatan modal kerja sebesar 5 % per tahun. Laba di

tahan meningkat sebesar 43 % per tahun, laba sebelum bunga dan pajak

meningkat sebesar 16 % per tahun. Pendapatan kredit mengalami peningkatan

sebesar 14 % per tahun dan total aktiva mengalami peningkatan rata-rata

sebesar 30 % per tahun.

Dari sisi peraturan, Bank Artha Niaga Kencana telah sesuai dengan

standar yang di tetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu CAR pada tahun 2004

menunjukkan sebesar 20,99 % dan pada tahun 2003 sebesar 21,96 %. NPL

menunjukkan sebesar 2,44 % pada tahun 2004 dan 3,54 % pada tahun 2003.

LDR menunjukkan sebesar 71,26 % pada tahun 2004 dan pada tahun 2003

sebesar 63,09 %

Kesalahan predikis pada PT. Bank Mayapada, Tbk juga di sebabkan

kerana bank tersebut menunjukkan peningkatan kinerja manajemen pada

tahun 2001 sampai 2004, yang dapat di lihat dengan total assets yang

Page 97: akuntansi_prediski bangkrut

menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 24,5 % per tahun. Total loans

menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 41,6 % per tahun dan total

deposits meningkat rata-rata sebesar 25,6 % per tahun. Operating profit juga

mengalami peningkatan sebesar 117 % per tahun serta other income PT. Bank

Mayapada, Tbk yang lebih besar dari other expenses. Dari sisi peraturan Bank

Indonesia, bank ini telah sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu CAR pada

tahun ketidakbangkrutan sebesar 14,43%.

Kesalahan prediksi pada PT. Bank Pan Indonesia, Tbk. juga di

sebabkan karena bank ini telah meningkatkan kinerja keuangan pada tahun

ketidakbangkrutan (tahun 2004). Peningkatan tersebut di tandai dengan total

assets yang mengalami kenaikan sebesar 23 % dari 1 tahun sebelum terjadinya

ketidakbangkrutan (tahun 2003). Total penyaluran kredit Bank Pan Indonesia

tahun 2004 mengalami kenaikan yaitu sebesar 31 % dari tahun sebelumnya

dan total simpanan naik sebesar 58 %. Laba sebelum bunga dan pajak bank

tersebut pada tahun 2004 juga mengalami kenaikan sebesar 130 % di

bandingkan tahun 2003 dan laba bersih juga menunjukkan kenaikan sebesar

114 % di bandingkan tahun sebelumnya. PT. Bank Pan Indonesia, Tbk. pada

tahun ketidakbangkrutan (tahun 2004) juga telah sesuai dengan standar

ketentuan dari Bank Indonesia yaitu CAR sebesar 40,19 %, LDR sebesar

55,32 % dan PDN sebesar 5,28 %

Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate discriminant

analisys menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman

pada 3 tahun sebelum kebangkrutan/ketidakbangkrutan adalah sebesar 87,0 %.

Page 98: akuntansi_prediski bangkrut

Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Altman yang

menghasilkan tingkat ketepatan hanya sebesar 48 %.

4. Analisis ketepatan prediksi kebangkrutan pada rata-rata selama 3 tahun

sebelum kebangkrutan/ketidakbangkrutan ( Tahun 2001, 2002 dan 2003 )

Output statistik menunjukkan bahwa terdapat 3 kesalahan prediksi

kebangkrutan dengan kenyataan yang terjadi. Kesalahan prediksi tersebut

adalah kesalahan memprediksi tidak akan ada tendensi kebangkrutan pada

Bank Danpac, akan tetapi ternyata bank tersebut mengalami kebangkrutan.

Kesalahan lainya adalah memprediksi akan adanya tendensi kebangkrutan

pada Bank Artha Niaga Kencana dan Bank BNI, akan tetapi dalam

kenyataanya bank tersebut belum mengalami kebangkrutan.

Kesalahan prediksi pada Bank Artha Niaga Kencana, karena bank

tersebut telah meningkatkan kinerjanya di tahun ketidakbangkrutan (tahun

2004). Begitu juga Bank BNI yang telah menunjukkan perbaikan kinerja pada

tahun 2004. Kenaikan kinerja pada Bank BNI tersebut di tunjukkan dengan

adanya peningkatan laba di tahan sebesar 599 % di bandingkan tahun 2003.

Laba sebelum bunga dan pajak Bank BNI juga menunjukkan peningkatan

sebesar 224 %. Harga pasar modal sendiri bank ini mengalami peningkatan

sebesar 30 % dan total aktiva juga mengalami kenaikan sebesar 5 %.

Dari sisi peraturan, PT. Bank BNI (Persero), Tbk juga telah sesuai

dengan standar ketentuan yang di tetapkan oleh Bank Indonesia yaitu PDN

pada tahun 2004 sebesar 4,79 %, pada tahun 2003 sebesar 4,33 % dan pada

tahun 2002 sebesar 2,26 %. CAR bank ini pada tahun 2004 juga di atas

Page 99: akuntansi_prediski bangkrut

ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 17,13 %. PDN Bank BNI pada tahun

2004 juga sesuai ketentuan Bank Indonesia sebesar 4,79 % dan pada tahun

2003 sebesar 4,33 %.

Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate discriminant

analisys menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman

untuk rata-rata selama 3 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan/

ketidakbangkrutan adalah sebesar 87.00 %

Page 100: akuntansi_prediski bangkrut

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anailis yang dilakukan atas laporan keuangan baik dari

kelompok bank yang mengalami kebangkrutan maupun dari kelompok bank yang

tidak mengalami kebangkrutan, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Semakin lama rentan waktu antara prediksi kebangkrutan dengan kondisi yang

terjadi, maka tidak terdapat kecendrungan semakin banyak perbankan yang di

prediksikan akan mengalami kebangkrutan.

2. Penggunaan rata-rata rasio keuangan menunjukkan lebih banyak jumlah bank

yang diprediksikan bangkrut dibandingkan dengan penggunaan rasio keuangan

pada 2 tahun dan lebih rendah pada 3 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan/

ketidakbangkrutan

3. Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate discriminant analisys

menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman

menunjukkan semakin lama rentan waktu antara prediksi dengan kondisi yang

terjadi tidak selalu menunjukkan penurunan ketepatan prediksi kebangkrutan

5.1 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi manajemen bank harus memperhatikan besarnya rasio, earning before

interest and tax to total assets. Karena besar-kecilnya rasio tersebut akan

Page 101: akuntansi_prediski bangkrut

dapat memberikan gambaran mengenai keberlangsungan usaha perusahaan di

masa yang akan datang, sehingga apabila terdapat indikasi kebangkrutan dapat

di ambil perbaikan kinerja.

2. Bagi kalangan dunia usaha diharapkan dapat mempertimbangkan untuk

memakai metode alternatif, yaitu multivariate discriminant analisys dengan

menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman apabila

akan melakukan analisis untuk mendeteksi kondisi finansial suatu perbankan.

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data publikasi dan bisa jadi

merupakan data yang telah di olah. Sehingga diharapkan bagi peneliti

selanjutnya untuk dapat memperoleh data yang berasal dari sumber yang tepat.

4. Dalam menentukan kinerja perbankan, Bank Indonesia telah mempunyai alat

ukur sendiri, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan

analisis yang komprehensif dengan multivariate discriminant analisys antara

rasio-raso dalam model prediksi Z-Score Altman dengan alat ukur yang telah

di tetapkan oleh Bank Indonesia

Page 102: akuntansi_prediski bangkrut

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

IAI. 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2001. BI (PAPI) 2001 Hal

1.1-11.18 IAI, 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat ICMD: Indonesian Capital Market Directory 2004. Jakarta: Institute For

Economic and Financial Research Gitosudarmo, Indriyo dan Basri. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.

Semarang. BP. Universitas Diponegoro Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim. 2003. Analisa Laporan Keuangan.

Yogyakarta : UPP AMP YKPN Adnan, Muhammad Akhyar dan Eha Kurniasih. 2000. Analisis Tingkat

Kesehatan Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman . JAAI Volume 4 No. 2.

Adnan, Muhammad Akhyar dan M Imam Taufiq. 2001. Analisis Ketepatan

Prediksi Metode Altman Terhadap terjadinya Likuidasi pada Lembaga Perbankan (Kasus Likuidasi Perbankan di Indonesia). Dalam JAAI Volume 5 No. 2.

Mulyono, Teguh Pudjo. 1994. Aplikasi Akuntansi Manajemen Dalam Praktek

Perbankan. Yogyakarta: BPFE Muslich, Muhamad. 2000. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Rineka Cipta Munawir, S. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Murtanto dan Zeny Afiana. 2002. Analisis Laporan Keuangan Dengan

Menggunakan Rasio CAMEL dan Metode Altman sebagai Alat untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank. Dalam Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol 2, No. 2 Agusutus. Hal. 44-56

Page 103: akuntansi_prediski bangkrut

Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Gajah Mada

Setyorini dan Abdul Halim. 1999. Studi Potensi Kebangkrutan Perusahaan

Publik di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi II IAI-KAPd. Malang: IAI

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat Slamet, Achmad. 2003. Analisa Laporan Keuangan. Semarang Sriyadi. 1991. Bisnis: Pengantar Ilmu Ekonomi Perusahaan Modern.

Semarang: IKIP Semarang Press Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Ikatan Penerbit Indonesia Supardi dan Sri Mastuti, 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Analisis Altman

untuk Menilai Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam Kompak Nomor 7 Hal 68-69

Suwarsono. 1995. Manajemen Strategik, Konsep dan Kasus. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN Suyatno, Thomas, dkk. 1988. Kelembagaan Perbankan. Jakarta : Gramedia Weston, Fred. J. 1993. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga Www. jsx.com