akuntansi dan tradisi

Upload: iwan-fitrah

Post on 06-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Akuntansi merupakan kebiasaan yang diwariskan (diteruskan) dari masa lalu ke masa kini.

TRANSCRIPT

Akuntansi

Tradisi, Modernisasi, dan Globalisasi

AKUNTANSI DAN TRADISI

Pengertian dan Fungsi TradisiMenurut Wikipedia Bahasa Indonesia : Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Shil (1982:12) mendefinisikan tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini. sedangkan Hasan Hanafi (dalam buku Moh. Nur Hakim, 2003:29), mendefinisikan bahwa tradisi (turats) merupakan segala warisan masa lampau yang ada sampai masa kini dan masuk kedalam kebudayaan yang sekarang berlaku. Sedangkan pengertian tradisi seperti yang ditulis oleh Muhammad Abed Al Jabiri dalam tulisannya yang berjudul Al Turats Wal Hadatsah, adalah sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita yang berasal dari masa lalu kita atau orang lain baik masa lalu jauh maupun dekat. Karena definisi tradisi sebagai "sesuatu yang hadir, dan menyertai kekinian kita" maka mengangkat dan menyibukkan diri dengan tradisi adalah masalah yang absah dan bisa dibenarkan. Sebab, ia merupakan bagian esensial dari kebutuhan manusia itu sendiri untuk mengkaji dirinya dan mengembangkannya.

Secara termologi perkataan tradisi mengandung suatu pengertian yang tersembunyi tentang adanya kaitan masa lalu dengan masa kini. Ia menunjukan kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih berwujud dan berfungsi pada masa sekarang. tradisi juga memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal gaib atau keagamaan. didalam suatu tradisi diatur bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lain atau satu kelompok dengan kelompok lain, bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya dan bagimana manusia berperilaku terhadap alam yang lain. Ia berkembang menjadi menjadi suatu sistem yang memiliki pola dan norma dan sekaligus juga mengatur penggunaan sanksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan penyimpangan.

Tradisi lahir melalui 2 (dua) cara :1. Muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak.2. Muncul dari atas melalui paksaan. sesuatu yang dianggap tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh individu yang berpengaruh atau berkuasa.

Setelah terbentuk, tradisi juga dapat mengalami perubahan. perubahan kuantitatif misalnya terlihat dalam jumlah penganut atau pendukungnya. rakyat dapat ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu yang kemudian mempengaruhi seluruh rakyat dan negara atau dapat mempengaruhi skala gobal. perubahan lain adalah arahan perubahan kualitatif yakni perubahan kadar tradisi. simbol, gagasan dan nilai tertentu ditambahkan dan yang lainnya dibuang. perubahan tradisi juga disebabka banyaknya tradisi dan bentrokan antara tradisi yang satu dengan saingannya. benturan ini dapat terjadi antara tradisi masyarakat atau kultur yang berbeda didalam masyarakat tertentu.

Menurut Piotra Sztompka (2007;26) Suatu tradisi memiliki fungsi bagi masyarakat :a. Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan turun-temurun. tempatnya didalam keasadaran, keyakinan norma dan nilai yang kita anut.b. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata dan aturan yang sudah ada.c. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.d. Membantu menyediakan tempat pelarian dan keluhan, ketidakpuasan dan kekecewaan dan ketidakpuasan kehidupan modern.

Hubungan Akuntansi Sebagai TradisiAkuntansi dapat dikatakan sebagai tradisi karena :a. Akuntansi merupakan kebiasaan yang diwariskan (diteruskan) dari masa lalu ke masa kini. b. Menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu,dll.c. Mengatur bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lain atau satu kelompok dengan kelompok laind. Mengatur bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya.e. Berkembang menjadi menjadi suatu sistem yang memiliki pola dan norma.f. Mengatur penggunaan sanksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan penyimpangan.g. Berubah mengikuti perkembangan zaman. perubahan kuantitatif, misalnya terlihat dalam jumlah penganut dan pendukungnya, perubahan kualitatif, misalnya perubahan simbol, gagasan, nilai dll.

Perkembangan Akuntansi Dari Masa Ke Masaa. Akuntansi primitif atau pra industrialisasi sebelum Masehi; Diketahui adanya lembaran dari tanah liat yang memuat catatan-catatan pembayaran upah di Babylonia sekitar 3600 tahun sebelum Masehi. terdapat bermacam-macam bukti adanya pemeliharaan catatan dan sistem-sistem kontrol akuntansi yang dijumpai di Kerajaan Mesir Kuno dan Negara-negara Yunani. Adapun catatan-catatan berbahasa Inggris yang pertama kali dijumpai adalah catatan-catatan untuk memastikan sumber-sumber keuangan pada masa kekuasaan William the Conqueror (abad ke 11).b. Perkembangan akuntansi dalam abad pertengahan;abad ke-11-18. Perang salib abad ke-11 s/d 18 ditandai dengan timbulnya kota-kota perdagangan di Italia yang selanjutnya membuka hubungan baru ke asia. Adanya sistem buku berpasangan (ditulis oleh Biarawan Luca Pacioli) Pertengahan abad ke-15 pusat perdagangan bermunculan di Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Perancis dan kota-kota lainnya. Abad ke-16 ditemukan buku-buku akuntansi yang ditulis oleh pedagang dari Jerman, Belanda, Inggris tetapi serupa yang ditulis Luca Pacioli. Abad ke-17,18 adanya rekening-rekening dan transaksi, dibuatnya perhitungan laba-rugi setiap akhir tahun. c. Perkembangan akuntansi modern, abad ke-18 sampai abad ke-20 Revolusi industri di Eropa Barat berpengaruh terhadap perkembangan pemanfaatan system tata buku berpasangan. Peralihan industri kerajinan yang dikerjakan dengan tangan dan bersifat individu ke sistem pabrik dan berdampak pada produksi yang semakin besar. Penentuan harga pokok produksi, kebutuhan uang semakin tinggi dan mesin-mesin produksi. Adanya badan hukum setingkat PT.d. Perang dunia kedua Praktek-praktek akuntansi jepang ditemukan di Indonesia walaupun hanya terbatas dengan menggunakan huruf kanji.e. Era multinasional; Perkembangan teknologi komputer dan telekomunikasi yang begitu pesat pada tahun 80 an, menyebabkan informasi keuangan yang semakin akurat dan semakin cepat. Perkembangan lingkungan teknologi ini menuntut ilmu akuntansi untuk berkembang. Ilmu akuntansi pun memanfaatkan teknologi komputer dalam perkembangan lanjutannya. Sejak menggunakan teknologi komputer, sistem akuntansi dan pelaporannya semakin rapi, teratur, cepat dan akurat. Sehingga kebutuhan informasi keuangan dari berbagai pihak yang membutuhkannya dapat dipenuhi secepat yang mereka butuhkan.

AKUNTANSI DAN MODERNISASI

PengertianSecara etimologi, istilah modern berasal dari bahasa latin moderna yang artinya sekarang, baru, atau saat ini. Jika dilihat dalam kamus bahasa indonesia kata modern memiliki arti : 1) Terbaru, 2) Cara berfikir dan bersikap serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Adapun modernisasi secara terminologi akan terdapat banyak arti dan pengertian karena modernisasi sendiri dapat dilihat dari berbagi sudut pandang yang berbeda dari beberapa ahli.

Di bawah ini definisi modernisasi secara khusus dan dari berbagai sudut pandang menurut beberapa ahli sebagai berikut : 1. Menurut Koentjaraningrat, Modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.2. Menurut Soerjono Soekanto, Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) dan didasarkan suatu perencanaan (social palnning).3. Menurut Wijoyo Nitisastro, Modernisasi adalah suatu proses transformasi total dari kehidupan bersama yang bersifat tradisional (pramodern) dalam arti teknologi suatu organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomi dan politis.4. Menurut Abdul Syam, Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.5. Menurut Astrid S. Susanto, Modernisasi adalah suatu proses pembangunan yang memberikan kesempatan ke arah perubahan demi kemajuan.6. Menurut Wibert E. Moore, Modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial dari yang tradisional ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil.7. Menurut Ougburn dan Nimkoff, Modernisasi adalah suatu usaha untuk mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan diri kemasa depan yang nyata dan bukan pada angan-angan semu.8. Menurut Harold Rosenberg, Modernisasi adalah sebuah tradisi baru yang mengacu pada urbanisasi atau sampai sejauh mana dan bagaimana pengikisan sifat-sifat pedesaan suatu masyarakat berlangsung.

Pendekatan modern menyebutkan bahwa organisasi sebagai suatu sistem terbuka, yang berarti bahwa organisasi merupakan bagian (sub sistem) dari lingkungannya, sehingga organisasi dapat dipengaruhi maupun mempengaruhi lingkungannya (Lubis dan Huseini, 1987). Menurut Grayson dan Hodges (2004), bahwa perusahaan tidak beroperasi di dalam ruang kosong, melainkan dalam kondisi interaksi yang kompleks dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, situasi politik, pembangunan sosial dan ekonomi, juga risiko-risiko yang mungkin timbul. Jonker dan Witte (2004) menyebutkan bahwa Organisasi sekarang ini tidak hanya bertanggung jawab bagaimana menghasilkan kualitas produk dan jasa yang baik, tetapi juga harus dapat memenuhi kebutuhan para external stakeholders sebagai suatu cara untuk mencegah timbulnya dampak negatif sosial.

Gejala modernisasi pada masyarakat Indonesia tampak dari berbagai bidang kehidupan yang semakin berkembang pesat, di antaranya adalah sebagai berikut : a. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti adanya sistem pendidikan yang berbasis pada teknologi, informasi, dan komunikasi.b. Bidang politik dan ideologi (demokrasi), seperti pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat tanpa melalui perwakilan.c. Bidang ekonomi, seperti adanya pengembangan perbankan sebagai sistem perekonomian dan juga indutrialisasi sebaga basis mata pencaharian masyarakat.d. Bidang agama dan kepercayaan.

Akuntansi Dalam Era ModernisasiAkuntansi adalah salah satu objekt implikasi oleh adanya modernisasi. Akuntansi adalah salah satu bidang ilmu dalam ekonomi, dimana dengan adanya modernisasi maka penerapan akuntansi tradisional pada zaman modern seperti saat sekarang ini sudah di anggap sebagai sesuatu yang kaku untuk diterapkan. Karena akuntansi modern lebih mengedepankan nilai manfaat yang lebih dimasa yang akan datang yaitu semuanya harus di nilai dengan uang. Ketika perubahan itu terjadi akuntansi sudah tidak lagi mengedepandankan kepentingan publik tapi lebih kepada kepentingan perusahaan, organisasi atau bahkan individu.

Akuntansi yang kita kenal sekarang telah berkembang seiring dengan zaman dan peradaban manusia. Masyarakat modern tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan akuntansi. Namun, akuntansi yang telah diterapkan sekarang, baik di perusahaan profit oriented maupun non profit oriented, sebenarnya telah mengalami evolusi. Akuntansi terus menerus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Di zaman modern ini peran akuntansi sangat penting khususnya dalam bidang keuangan. Jantung akuntansi keuangan modern ada pada sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) atau yang hingga saat ini dipakai jutaan perusahaan di dunia dengan namadouble-entry system. Sistem ini melibatkan pembuatan paling tidak dua masukan untuk setiap transaksi: satu debit pada suatu rekening, dan satu kredit terkait pada rekening lain. Jumlah keseluruhan debit harus selalu sama dengan jumlah keseluruhan kredit. Cara ini akan memudahkan pemeriksaan jika terjadi kesalahan. Cara ini diketahui pertama kali digunakan pada abad pertengahan di Eropa, walaupun ada pula yang berpendapat bahwa cara ini sudah digunakan sejak zaman Yunani kuno. Beberapa kritik mengatakan bahwa standar praktik akuntansi tidak banyak berubah dari dulu. Akan tetapi reformasi akuntansi dalam berbagai bentuk selalu terjadi pada tiap generasi untuk mempertahankan relevansi pembukuan dengan aset kapital atau kapasitas produksi. Namun walaupun demikian, hal ini tidak mengubah prinsip-prinsip dasar akuntansi, yang memang diharapkan tidak bergantung pada pengaruh ekonomi seperti itu.

Ketika akuntansi modern menjadi alat bisnis untuk membantu para pemilik modal (kapital) memupuk kekayaan yang sebesar-besarnya (profit maximization) demi kesejahteraan mereka (shareholder wealth) maka perilaku individu-individu yang ada dalam perusahaan cenderung menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan yang utama tersebut. Angka-angka dalam akuntansi dimainkan sedemikian rupa dengan alasan earnings management atau creative accounting, laba dipercantik dengan cara income smoothing ataupun teknik-teknik akuntansi lainnya yang cenderung mengabaikan nilai-nilai etika dan moralitas. Ada kebohongan terhadap publik yang tersirat dari tindakan-tindakan negatif yang mereka lakukan. Merujuk pada etika bisnis Islam maka tindakan yang merugikan orang lain termasuk perbuatan yang dhalim dan berdosa.

Fakta menunjukkan banyaknya skandal akuntansi dan manipulasi laporan keuangan yang melanda perusahaan serta rendahnya kepedulian mereka akan tanggung jawab sosial dan lingkungan menyiratkan bahwa terjadi perubahan yang sangat besar pada para pelaku akuntansi. Kondisi ini menunjukkan bahwa akuntansi telah gagal untuk menggambarkan realitas bisnis secara utuh. Triyuwono (2006) menyatakan bahwa akuntansi modern tidak mampu merefleksikan realitas non ekonomi yang diciptakan perusahaan. Ia hanya mampu mengakui dan merefleksikan peristiwa ekonomi saja.

Dalam Harahap (2008) dinyatakan ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dari sebuah laporan keuangan yang merupakan produk utama dari akuntansi konvensional (modern) yaitu : Masyarakat pengguna akuntansi keuangan adalah masyarakat dengan ideologi sekuler, materialisme dan rasional semata, tidak mengakui keberadaan Tuhan dan tidak percaya adanya pertanggungjawaban di akhirat; Tujuan laporan keuangan hanya untuk masyarakat Amerika atau yang seideologi; Laporan keuangan mayoritas dipakai oleh perusahaan besar atau go publik; Laporan keuangan kapitalis hanya untuk tujuan informasi akumulasi kekayaan; Laporan keuangan bersifat historis; Bersifat umum bukan melayani kepentingan pihak khusus; Proses penyusunan bersifat taksiran dan pertimbangan subyektif; Hanya melaporkan informasi yang material; Mengabaikan informasi yang bersifat kualitatif;

Triyuwono (2006) juga secara sistematis menjelaskan beberapa kelemahan yang muncul berkaitan dengan praktik akuntansi konvensional (modern) yakni : Akuntansi modern mengabaikan dua aspek penting yaitu lingkungan dan sosial sehingga gagal menggambarkan realitas bisnis yang semakin kompleks; Sifat egoisme sangat melekat pada akuntansi modern sehingga terefleksi ke dalam bentuk private costs/benefits dan berorientasi melaporkan profit untuk kepentingan pemilik modal/pemegang saham. Oleh karena itu informasi akuntansi menjadi egois dan mengabaikan pihak lain. Akuntansi modern lebih bersifat materialistik sehingga memarjinalkan nilainilai spiritualitas padahal manusia sebagai pelaku akuntansi memiliki dua hal tersebut yakni material dan spiritual. Jika manusia diarahkan untuk menjalankan praktik akuntansi yang beorientasi pada materi (profit) maka perilaku yang muncul berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan tersebut berpotensi melanggar aturan dan kehilangan nilai-nilai etika, agama dan moralitas.

Ada sebuah hubungan analogi konotatif yang cukup menarik terhadap akuntansi modern. Yakni sifat dari akuntansi modern yang maskulin yang dinyatakan oleh Triyuwono. Maskulin ini terlihat dari egoistiknya, privatisasi, materi, kuantitatif, dan lainnya. Egoistiknya dapat kita lihat bahwa akuntansi modern hanya berorientasi pada memaksimalkan profit untuk kepentingan shareholder atau manajemen itu sendiri. Berbagai cara dilakukan agar manajemen memperoleh keuntungan yang maksimal. Tanpa memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Akuntansi Modern hanya fokus pada materi. Akuntansi yang dilaporakan hanya berupa materi-materi atau angka angaka yang pada akhirnya akan mendorong pembaca atau penggunannya menuju hal yang hanya berpikiran pada materi semata. Semua nya di nilai pada materi semata. Hal ini pada akhirnya akan membuat manusia mempunyai sebuah pemikiran bahwa materi itu lebih penting daripada hidupnya sendiri.

AKUNTANSI DAN GLOBALISASI

PengertianIstilah globalisasi' secara etimologi diambil dari kata globalize yang mengacu pada kemunculan jaringan sistem sosial dan ekonomi berskala internasional (online etymologuy dictionary). Sedangkan menurut Selo Soemardjan, globalisasi merupakan sebuah proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama. Anthony Giddens mengatakan bahwa globalisasi adalah intensifikasi hubungan sosial secara mendunia sehingga menghubungkan antara kejadian yang terjadi dilokasi yang satu dengan yang lainnya serta menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya.Pengertian globalisasi yang agak berbeda menurut Immanuel Wallerstein, dimana Globalisasi adalah representasi dari kemenangan kapitalis terhadap ekonomi dunia yang diikat bersama oleh divisi kerja secara global

Akuntansi Dalam Era Globalisasi

Perdagangan bebas yang merupakan tanda era globalisasi sudah di depan mata. Globalization is a reality, not a choice ( Gernon& Meek, 2001). Apakah siap atau tidak, warga dunia harus menghadapi era ini seiring telah disepakatinya berbagai perjanjian perdagangan bebas. Globalisasi telah mengubah standar akuntansi dengan menciptakan suatu standar pelaporan, sebagai akibat dari kebutuhan mendesak untuk Standar Akuntansi global, yang akhirnya, globalisasi juga berdampak pada pendidikan akuntansi juga. Dampak globalisasi dalam profesi akuntansi harus diatasi agar akuntan dapat sukses bersaing dalam perekonomian global. Informasi keuangan yang relevan dan dapat diandalkan merupakan faktor penentu keberhasilan dalam fungsi apapun, termasuk dalam dunia ekonomi, dimana manajemen dituntut untuk melakukan suatu proses pengambilan kebijakan yang tepaat, yang didasarkan atas suatu input informasi yang akurat.

Tantangan yang akan banyak dihadapi oleh para akuntan adalah bagaimana meningkatkan value dunia bisnis agar bisa survived di era perdagangan bebas. Dalam meninjau dunia korporasi di Indonesia, ada hal yang patut menjadi pertanyaan yaitu : faktor faktor apa yang menyebabkan daya saing sebagian perusahaan nasional belum optimal bila dibandingkan dengan perusahaan luar negeri?. Bila dicermati, salah satunya adalah mengenai aspek governance-nya. Pelaksanaan good governance telah membiasakan perusahaan untuk berbisnis secara sehat dan aware terhadap berbagai resiko. Dengan pengelolaan resiko yang lebih baik, maka sebagian biaya (seperti biaya modal) dapat ditekan sehingga tercapai efisiensi operasi. Keunggulan ini telah berkontribusi dalam menghasilkan output : high quality product with lower price. Setiap produk akan secara fair bersaing tanpa mengenal batasan negara mengingat dihilangkannya bats-batas perdagangan antar negara. Sistem akuntansi yang terintegrasi akan membawa bisnis menjadi lebih efektif dan efisien. Adanya pencatatan yang tertib dan andal, menghasilkan kepastian informasi yang bisa dianalisis.

Dengan adanya kesamaaan standar pelaporan akuntansi di dunia yaitu IFRS diharapkan dapat memberikan ruang gerak yang bebas bagi para investor di berbagai penjuru dunia untuk menanamkon modal di perusahaan yang diinginkan. Namun apakah dengan penggunaan IFRS ini dapat menjamin suatu negara dapat berkembang dengan bebas dan independen secara ekonomi? IFRS itu sendiri tidak terlepas dari kepentingan politik negara-negara yang menciptakan standar tersebut. Dengan IFRS transfer modal antara negara-negara berkuasa terhadap negara-negara berkembang semakin bebas untuk dilakukan salah satunya adalah Indonesia. Saat ini regulasi tentang perpajakan yaitu Tax Holiday yang diberikan kepada investor asing sehingga dapat meningkatkan investasi di Indonesia. Sementara Koperasi di Indonesia yang merupakan tulang punggung perekonomian bangsa, ketika memperoleh laba dikenakan pajak 5% dan tidak mendapatkan laba tetap membayar 1%. Lalu, apakah globalisasi yang membawa manfaat bagi Bangsa Indonesia jika semua aset perekonomian dikuasai oleh investor asing.

Untuk itulah maka peran para akuntan di Indonesia di zaman globalisasi ini diharapkan dapat secara aktif melakukan pembenahan, perbaikan, dan pemulihan perekonomian nasional dengan memperhatikan berbagai konstelasi global yang terkait. Peran tersebut harus diwujudkan melalui pemantapan profesionalisme serta penegakan kode etik akuntan, yang justru saat ini mendapat sorotan keras dari masyarakat. Perubahan lingkungan bisnis global yang diwarnai dengan penerapan Teknologi informasi menuntut setiap perusahaan untuk beradaptasi dan mengubah strategi, jika mau survive dan berkembang.

Akuntansi terus berkembang dan menjadi alat untuk mengukur kesuksesan, sayangnya perkembangan akuntansi yang terjadi begitu pesat telah mengabaikan nilai-nilai kemanusian sehingga akuntansi saat ini dikatakan sebagai alat kapitalisme. Bottom line merupakan salah satu satu ukuran ketika seseorang akan menilai kesuksesan perusahaan bukan pada seberapa besar perusahaan mempunyai pelanggan atau konsumen, atau seberapa besar pengaruh shareholder terhadap kesuksesan perusahaan. Akuntansi pada era globalisasi memegang peranan yang begitu besar dalam setiap perkembangan zaman, baik secara ekonomi, politik, tradisi, dan arus modernisasi. Akuntansi terus mengalami perkembangan dari masa ke masa dari sistem pencatatan, pelaporan, dan pengambilan keputusannya.

Mengulas Tyranni Of Bottom Line

Ralph W. Estes dalam bukunya Tiranny of The Bottom Line menceritakan tentang fenomena orang-orang yang pada awalnya baik menjadi berperilaku buruk pada saat mereka masuk dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya praktek tyranny of the bottom line yang diterapkan di dalam perusahaan-perusahaan besar tersebut. Tiranny of the bottom line menceritakan tentang kekacauan korporasi yang terjadi di Amerika, yaitu: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang membawa dampak sosial dan ekonomi yang sangat besar bagi jutaan orang Amerika, tapi disisi lain gaji CEO menjulang tinggi tak terjangkau bagai bumi dan langit dibandingkan dengan pekerja, limbah pabrik yang mencemari tanah, air, dan udara, produk tidak sehat yang beredar di pasaran, kecelakaan kerja, dan kejahatan kerah putih di Wall Street yang pada akhirnya merugikan semua orang.

Menjawab pertanyaan, apakah orang-orang yang pada awalnya baik bisa menjadi berperilaku buruk pada saat mereka masuk dalam suatu perusahaan? Jawaban kami adalah: bisa dan peluang untuk menjadi buruk itu besar karena tuntutan mendapatkan laba untuk investor dan perusahaan tempat mereka bekerja sangat tinggi sehingga banyak diantara orang-orang baik itu menjadi berfikir fragmatis. Saat ini banyak kita lihat orang- orang jujur yang masih produktif terdepak dari pekerjaan mereka akibat downsizing(perampingan) yang dicanangkan perusahaan dalam rangka maksimalisasi laba. Lalu, apakah perolehan laba perusahaan yang besar pantas mengorbankan kebahagian umat manusia.

Dalam bukunya Ralph telah memaparkan beberapa akar permasalahan dari terbentuknya tirani ini, yaitu diantaranya adalah terdapatnya pergeseran arah tujuan perusahaan, kekuasaan perusahaan tanpa akuntabilitas, dan terbentuknya kerajaan korpokrasi. Pada awalnya tujuan perusahaan didirikan oleh kerajaan untuk melayani kepentingan negara atau kerajaan. Kemudian faham demokrasi mengadopsi tradisi berdirinya perusahaan guna melayani kepentingan umum. Sedangkan para investor dijanjikan keuntungan sebagai perangsang agar bersedia mendanai perusahaan, namun pembagian keuntungan bagi para investor hanya bersifat sekunder bagi tujuan perusahaan yang sesungguhnya, yaitu memberikan keuntungan bagi masyarakat umum. Hal ini jelas terlihat bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk kepentingan umum, dan bukan untuk kepentingan pemilik saham.

Ternyata dengan perkembangan zaman, tujuan perusahaan untuk melayani kepentingan publik tersebut telah berubah digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, sehingga persoalan mengutamakan laba mengorbankan para stakeholder- para karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat, dan bangsa kita- dan mengabaikan masyarakat. Dalam konteks perusahaan, tekanan untuk mencari profit yang sebesar-besarnya telah menyebabkan perusahaan kehilangan kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya dalam melindungi konsumen, memberikan produk terbaik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, mengembangkan pekerja-pekerjanya dan membuat mereka sejahtera, serta turut menjaga lingkungannya.

Tekanan untuk mencari profit sebesar-besarnya telah menjadi tyranny yang membuat orang pintar tak berdaya dan membuat orang baik bertindak buruk. Kita bisa melihat banyak contoh dimana tyranny ini begitu luar biasa merusak akal sehat manusia. Selain itu Tiranny of The Bottom Line tersebut berawal dari munculnya teori keagenan dan sistem kapitalisme. Menurut Gorz disebutkan, dalam kapitalisme, faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, alat-alat produksi dan tenaga kerja dikombinasikan sedemikian rupa untuk menciptakan kemungkinan terbesar bagi tercapainya penimbunan keuntungan. Sementara agency theory menempatkan pihak agen (manajemen perusahaan) dan principal (investor) sebagai pihak yang memiliki akses dan mendapatkan kontribusi (keuntungan) terbesar dari perusahaan. Perusahaan dianggap hanya bertanggung jawab untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya bagi kepentingan para investor.

Jadi yang menjadi penyebab manajer yang baik menjadi buruk adalah karena mereka terjebak pada kondisi penilaian kinerja yang sangat utilitarian dan parsial sehingga mereka harus mendapatkan laba setinggi-tingginya, tanpa peduli perbuatannya merugikan publik atau tidak. Banyak contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari memperlihatkan manajemen perusahaan yang bertindak merugikan publik demi mencari keuntungan/laba semata. Lalu, seperti apa konsep kinerja akuntansi apabila dihubungkan dengan semakin tidak manusiawinya perusahaan dalam mencari keuntungan. Seperti halnya kita ketahui untuk mengetahui keberlangsungan hidup dan mengetahui perkembangan suatu perusahaan digunakan alat ukur atas kinerja manajemen perusahaan. Ukuran kinerja yang digunakan perusahaan ada beberapa jenis yaitu diantaranya: ROA, ROI, dan EVA. Dalam hal ini parameternya tetap laba perusahaan dan tentunya adalah laba untuk manajemen perusahaan dan investor.

Dalam bukunya, Ralph Estes memberikan solusi agar manajemen mengubah system evaluasi kinerja perusahaan. Perkenalkan system yang valid dan relevan karena manajer akan menghasilkan tindakan- tindakan dan keputusan yang lebih laras dengan seluruh tujuan perusahaan yang sering kali cukup kuat dalam mengartikulasikan tujuan- tujuan social yang bertanggung jawab. Bila perusahaan, melalui system penilaiannya, sungguh- sungguh bergerak untuk mengevaluasi para manajer tidak berdasarkan satu dimensi saja, tetapi pada keseimbangan yang mereka capai diantara beberapa dimensi, maka para manajer akan tanggap dan segera mencari keseimbangan itu. Perusahaan tidak hanya mengakui tanggung jawab ligkungan dalam pernyataan misi korporatnya, tetapi juga memaksa para manajer bertanggung jawab atas kinerja actual perusahaan atas dimensi profitabilitas financialnya, maka para manajer niscaya akan lebih cermat memperhitungkan dampak lingkungandari setiap keputusan sehari- hari mereka.

Pengabaian masalah lingkungan dan aspek sosial jelas merupakan suatu masalah bagi kelangsungan hidup (survival) perusahaan. Ini disebabkan oleh karena survival tersebut terkait erat dengan legitimasi sosial atau keberadaan suatu perusahaan pada suatu komunitas tertentu. Demikian juga halnya kelangsungan suplai bahan baku produk sangat tergantung pada kelangsungan atau daya dukungan ekologi. Hal ini menunjukkan bahwa jika suatu indicator kinerja naik, kinerja keuangan maupun non-keuangan hanya berorientasi pada profit semata, maka secara jangka panjang akan mengalami kegagalan dalam mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup suatu organisasi (Darwis, 2006). Triyuwono (2004) menyatakan bahwa keempat perspektif dalam Balance Scorecard pun yang digadang-gadang menjadi pengganti system penilaian kinerja bottom line, semuanya menekankan pada orientasi laba (profit oriented). Perspektif pelanggan maupun pembelajaran dan pertumbuhan hanyalah sarana untuk memaksimalkan profit.

Dewasa ini konsep CSR semakin berkembang, dan dengan berkembangnya konsep CSR tersebut maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan mengenai CSR ini. Salah satu yang terkenal adalah teori triple bottom line Berd (John Elkington, 1997) dimana teori ini berpandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan 3P. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Yusuf wibisono, 2007). a. Profit (Keuntungan) Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit dan mendongkrak harga saham setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efiisensi biaya.Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin (Yusuf wibisono, 2007). b. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan) People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dan perlu juga disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karena itu perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menyentuh kebutuhan masyarakat (Yusuf wibisono, 2007). c. Planet (Lingkungan) Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Namun sebagaian besar dari manusia masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung yang bisa diambil didalamnya.Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang wajar. Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya (Yusuf wibisono, 2007).

Kesimpulan atau benang merah yang dapat kita ambil dari bukunya Ralph Estes yang berjudul Tyranny of The Bottom Line bahwasannya Tyranny of the bottom line telah memaksa para ahli bertindak buruk dengan menggunakan otoritas keahliannya untuk melegitimasi sebuah obsesi. Perlu diluruskannya kembali tujuan perusahaan, perubahan terhadap penilaian manajer harus diukur dari berbagai dimensi dimana tidak mengesampingkan kepuasan stakeholder dan dampak tanggung jawab sosialnya.

Dalam ajaran agama Islam mengajarkan kita untuk menyeimbangkan antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dengan pemenuhan kepentingan jangka panjang. Dalam Al Quran Allah swt mengatakan Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa kebahagiaan akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashsash : 77).

Pada ayat diatas jelas Allah swt menganjurkan kepada kita untuk mengejar kepentingan jangka panjang, namun tidak boleh melupakan kepentingan jangka pendek. Kita harus mengejar masa depan tanpa harus melupakan hari ini. Kita tetap harus berusaha memenuhi kepentingan-kepentingan jangka pendek sebagai syarat memenuhi kepentingan jangka panjang. Namun tidak berarti kita harus terjebak pada kepentingan jangka pendek dan melupakan kepentingan jangka panjang. Allah swt mengatakan Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia. maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (QS. an-Naziat: 37-41).

Sesungguhnya pemeliharaan kelestarian lingkungan telah diatur dengan jelas dalam peraturan Negara. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan dalam pasal 8 ayat (1): sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah dan pasal 6 ayat (1): setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan. Dalam hal ini, korporasi termasuk salah satu pihak yang sangat berkepentingan untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan.

Referensi Al-Quran. Belkaoui. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat Burrel, G. dan G. Morgan. 1979. Sociological Paradigms and Organizational Analysis. New York: Ashgate Publishing Company. Estes, Ralph W. 2005. Tiranny of The Bottom Line Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Wibisana, Jusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik, Fascho Publishing