aku cinta budaya asli.docx
TRANSCRIPT
AKU CINTA BUDAYA BATIK INDONESIA SEBAGAI PEMERSATU
BANGSA
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila
Yang dibina oleh Bapak Sadiyo
Oleh
Wahyu Pamudita Sari
(100321400981)
Pendidikan Fisika C-C
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
MEI 2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan
nikmatnya sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Dan
semoga limpahan rahmat dan keselamatan tercurahkan pula kepada para sahabat dan
seluruh umatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna
memperluas ilmu pengetahuan dalam mata kuliah Pancasila.
Ucapan terima kasih yang dalam tak terhingga penulis sampaikan kepada
seluruh komponen yang memberikan bantuan kepada kami sehingga makalah ini
tersusun dengan baik. Ucapan terima kasih penulis terutama disampaikan kepada :
Bapak dosen yang telah memberikan tugas beserta pengajaran dalam bidang studi
Pancasila.
Ucapan terima kasih pula penyusun sampaikan kepada semua komponen yang
telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, mudah-mudahan
Allah SWT membalasnya dengan yang lebih baik. Dalam penyusunan makalah ini
penulis tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan dan kehilafan sebab itu penulis
berharap untuk diberi kritikan dan saran yang membangun guna kesempurnaan
makalah ini .
Wassalamu’alaikaum.Wr.Wb
Malang, Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari macam-macam suku, ras,
budaya, agama, dll. Tapi pada kesempatan kali ini pokok bahasan penulis akan
lebih terfokus pada budaya. Di Indonesia kaya dengan ragam budaya. Ada
bermacam-macam budaya di Indonesia. Salah satu contoh dari budaya di
Indonesia adalah batik. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang
sampai saat ini masih ada. Batik yang dahulu di pakai pada golongan atas saja,
saat ini banyak di jual dimana-mana bahkan di emperan toko. Batik kini dipakai
oleh setiap orang, setiap acara, bahkan dipakai untuk bersantai . Mulai dari
Presiden, pejabat sampai orang menengah ke bawah seperti pegawai negeri,
tukang becak, dll , mereka telah menggunakan batik . Ini membuktikan bahwa
batik merupakan kain “sang pemersatu bangsa” . Batik bukan hanya sebagai
pemersatu bangsa, tetapi juga sebagai identitas bangsa di mata dunia. Batik juga
pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada
waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. UNESCO menunjuk batik
Indonesia sebagai mahakarya warisan budaya manusia pada 2 Oktober 2009.
Oleh karena itulah penulis mengambil judul “Aku Cinta Budaya Batik
Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa” pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah batik di Indonesia?
2. Bagaimana batik bisa menjadi identitas bangsa dimata dunia?
3. Apakah batik dapat menjadi pemersatu bangsa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah batik di Indonesia.
2. Untuk mengetahui batik sebagai identitas bangsa dimata dunia.
3. Untuk mengatahui batik sebagai pemersatu bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Batik
Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan
malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa
teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain
pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik
serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di
India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik
dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di
Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat
populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya
batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I
atau sekitar tahun 1920-an.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak
abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya
bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa
canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4] Detil ukiran kain yang menyerupai
pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa
Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-
kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan
kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat
dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku
History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah
menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873
seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang
diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada
awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu
dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia
memukau publik dan seniman.
Batik berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Kata
batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak - menggunakan canting atau cap -
dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak "malam"
(wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna.
Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi kain
batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting
dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik ini
hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra,
wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Kain yang
pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan
kain bercorak batik - biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print)
- bukan kain batik.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan
Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata
pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif
perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-
laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik
pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega
Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi
kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.
Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak
hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai
pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah.
Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga
mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada
batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti
bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta
kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik
tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara
adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada
keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga
teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah
dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara
seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik
juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik
yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari
Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun,
sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.
Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini,
beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan
Surakarta.
Batik Sebagai Identitas Bangsa di Mata Dunia
Warga Indonesia yang berada di kota-kota besar di luar negeri seperti
Helsinki, Abu Dhabi dan Nurnbrg, maupun di dalam negeri seperti Jakarta dan Solo
meluapkan kegembiraan mereka pada Hari Jumat, 2 Oktober 2009 dengan
mengenakan baju batik. Bundaran Monumen Havis Amanda, Helsinki, misalnya,
menjadi pusat perayaan kegembiraan masyarakat Indonesia di Finlandia untuk
menyambut pengakuan UNESCO (United Nations Educational Scientific and
Cultural Organization) atas batik sebagai warisan budaya Indonesia.
Begitu juga masyarakat Indonesia yang berdomisili di Nurnberg, Jerman.
Spanduk yang tertuliskan “Selamat atas dikukuhkannya Batik Indonesia sebagai
warisan dunia oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009” diarak di sepanjang pusat kota
itu.
UNESCO mengakui Batik Indonesia dengan memasukkannya ke dalam Daftar
Representatif sebagai Budaya Takbenda Warisan Manusia (Representative List of the
Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-
Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan
Budaya Tak Benda di Abu Dhabi, pada 2 Oktober 2009.
Meskipun negara lain juga mempunyai batik, namun dengan inskripsi oleh
UNESCO ini secara langsung dunia internasional mengakui Batik Indonesia sebagai
identitas rakyat Indonesia. Untuk itu, Batik Indonesia akan dilindungi oleh semua
pihak terkait baik di dalam negeri maupun di dunia internasional melalui UNESCO.
Selama dua tahun ini Batik Indonesia sudah mendapat pengakuan
internasional dari Unesco sebagaimana telah dikukuhkan dalam sidang Unesco di Abu
Dhabi. Dengan adanya pengakuan ini berarti batik Indonesia berhak mendapatkan
perlindungan internasional. Batik sebagai hasil budaya adi luhung bangsa Indonesia
sejatinya telah dikenal di Jawa sejak zaman kerajaan dulu hingga sekarang ini. Sentra
produksi Batik Jawa ada di pesisir dengan pusat kerajinan di Cirebon, Pekalongan,
Indramayu dan Lasem. Sedangkan sentra produksi batik pedalaman ada di Banyumas,
Solo, Klaten, Madura dan Jogjakarta.
Perlu dipahami bahwa batik Indonesia mempunyai teknik dan simbol budaya
sebagai identitas rakyat Indonesia sejak lahir sampai meninggal. Karena proses
pembuatan yang menitik beratkan kepada kehalusan, kesabaran, ketelatenan dan
keuletan dari perajin batik menyangkut tenaga kerja, maka tepatlah bila Unesco
mengakui batik sebagai budaya tak benda warisan adiluhung manusia sejak dulu kala.
Masuknya batik Indonesia dalam daftar budaya tak benda Unesco pada sidang
ke empat di Abudabi Uni Emirat Arab dua tahun lalu merupakan pengakuan dunia
internasional terhadap batik sebagai salah satu karya budaya Indonesia. Di sini batik
memang sering ditemui dan diakui dimiliki negara lain. Namun inskripsi oleh Unesco
tadi berarti dunia telah resmi mengakui batik Indonesia sebagai identitas rakyat
Indonesia dan dengan sendirinya batik Indonesia berhak mendapat perlindungan
internasional.
Upaya agar batik Indonesia diakui Unesco memang telah melewati perjuangan
dan jalan panjang dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait industri batik. Di
antara pemangku kepentingan terhadap batik adalah unsur pemerintah Indonesia
sendiri, kalangan perajin batik, pakar batik, asosiasi pengusaha batik, yayasan dan
lembaga batik maupun masyarakat luas dalam penyusunan dokumen nominasi.
Sukses pengakuan ini juga tidak lepas dari kerja keras Perwakilan R.I di negara-
negara anggota tim juri yakni Uni Emirat Arab, Turki, Estonia, Meksiko, Kenya dan
Korea Selatan serta UNESCO Paris.
UNESCO telah mencatat batik Indonesia dan mengakui secara sah sebagai
produk asli Indonesia. Satu usulan lainnya dari Meksiko adalah menjadikan batik
sebagai dokumen nominasi terbaik dan dapat dijadikan contoh dalam proses nominasi
mata budaya takbenda di masa mendatang. Dalam sidang di Abu Dabi UNESCO juga
menetapkan diklat budaya batik Indonesia yang bekerjasama dengan musium batik
Pekalongan dalam katagori best practices.
Atas pencapaian Indonesia ini sejumlah negara menyampaikan apresiasi dan
berharap ke depan apa yang telah dilakukan Indonesia dapat ditularkan ke negara-
negara anggota UNESCO. Pemerintah Indonesia sendiri juga telah menyarankan
karyawan baik pemerintah dan swasta memakai baju kerja batik di hari Jumat mulai
tanggal 2 Oktober 2009. Bahkan batik akan dianggap sebagai barang istimewa
sebagai busana tradisional setelah badan kebudayaan PBB UNESCO mengukuhkan
batik sebagai warisan budaya Indonesia.
Warisan yang masih hidup dan diturunkan dari generasi ke generasi ini
memberikan identitas tersendiri dan keberlangsungan bagi komunitas/kelompok
masyarakat, dan dianggap sebagai upaya untuk menghormati keanekaragaman budaya
dan kreatifitas manusia. Batik terkait dengan identitas budaya rakyat Indonesia dan
melalui berbagai arti simbolik dari warna dan corak mengekspresikan kreativitas dan
spiritual rakyat Indonesia.
Dalam menyiapkan nominasi, para pihak terkait telah melakukan berbagai
aktivitas, termasuk melakukan penelitian di lapangan, pengkajian, seminar, dan
sebagainya untuk mendiskusikan isi dokumen dan memperkaya informasi secara
bebas dan terbuka. Di samping itu, pemerintah telah memasukkan Batik Indonesia ke
dalam Daftar Inventaris Mata Budaya Indonesia.
UNESCO memasukkan Batik Indonesia ke dalam Representative List karena
telah memenuhi kriteria, antara lain kaya dengan simbol-simbol dan filosofi
kehidupan rakyat Indonesia, memberi kontribusi bagi terpeliharanya warisan budaya
tak benda pada saat ini dan di masa mendatang.
Selain itu, UNESCO juga telah menetapkan Diklat Budaya Batik Indonesia
untuk siswa sekolah bekerja sama dengan Museum Batik di Pekalongan dalam
kategori Best Practices dan hanya tiga negara/kelompok negara yang masuk dalam
kategori ini yaitu Spanyol dan negara-negara Amerika Tengah seperti Bolivia, Chile
dan Peru.
Dengan pengakuan Best Practices ini, UNESCO berkewajiban pula untuk
mempromosikan cara Indonesia dalam melestarikan warisan budaya tak benda kepada
negara-negara anggota. Atas pencapaian Indonesia, beberapa negara peserta
menyampaikan apresiasinya terhadap Indonesia dan berharap apa yang dilakukan oleh
Indonesia dapat ditularkan ke negara-negara anggota.
Keberhasilan Pemerintah Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari
UNESCO bahwa batik merupakan warisan kultural adiluhung milik Bangsa Indonesia
merupakan langkah awal untuk lebih mengenalkan batik sebagai salah satu identitas
bangsa Indonesia kepada dunia internasional, sehingga dunia akan mengenal batik
tidak hanya sebagai bahan sandang semata, tetapi juga sebagai instrumen “character
building” bangsa, terutama kepada generasi muda. Karena batik merupakan doa
orang-orang tua dan leluhur kita agar anak cucunya menjadi orang yang berkualitas,
yang tercermin dalam Motif Sido Mukti, Sido Luhur. Batik juga sebagai sumber
semangat, misalnya Motif Gringsing. Batik juga mengajarkan kepada kita untuk dapat
hidup harmonis dengan alam dan lingkungan hidup kita, yang tercermin dalam motif-
motif bunga, tumbuh-tumbuhan, hewan, gunung, dan lain-lain. Sebagai komoditas,
batik menjanjikan devisa yang sangat besar. Hal ini dikarenakan batik sangat fleksibel
untuk produk sandang, mulai dari yang casual sampai yang formal/resmi. Belum lagi
untuk aplikasi yang lain seperti handicraft yang pasar ekspornya masih kompetitif
karena memiliki keunikan yang khas yang sulit ditiru oleh negara lain.
Go internasionalnya-nya batik Indonesia, baik sebagai komoditas maupun
identitas bangsa, tentunya harus diawali dari upaya menjadikan batik eksis di
rumahnya sendiri. Sudah saatnya menghapus pandangan sinis terhadap batik yang
konon kata sementara orang berjas dan berdasi, batik hanya cocok untuk orang
kondangan / hajatan. Sudah saatnya batik menjadi pakaian kerja, pakaian dinas,
bahkan busana nasional kita pada forum-forum internasional. Duta besar Indonesia
dan stafnya di luar negeri wajib hukumnya memakai baju batik ketika menerima tamu
kenegaraan.
Setiap negara mempunyai busana tradisional yang mencerminkan pakaian
khas negara tersebut. Tengok saja Philipina mempunyai Barong, orang Arab
mengenakan busana Dishdasha dan konon Bangsa Kuwait paling memperhatikan detil
corak paling fashionable. Lalu lihat Bangsa Jepang bangga dengan Kimono yang telah
dipakai turun temurun sementara orang China mempunyai baju khas berkerah
Shanghai dan India bangga dengan pakaian Sari nya.
Maka tidak berlebihan bila langkah pemerintah menetapkan tanggal 2 Oktober
sebagai Hari Batik Nasional. Sekarang tinggal giliran kita sebagai warga negara
Indonesia harus mendukung dan menunjukkan kebanggaan akan busana batik. Agar
Batik tetap eksis di dalam negeri dan selebihnya telah go abroad dan kini resmi
mendapat pengakuan badan kebudayaan PBB Unesco, maka tugas pemerintah yang
harus membina pengusaha batik agar tetap lestari membuat kain batik.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengenakan batik telah
mendeklarasikan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Hal ini, sebagai sebuah
langkah menjadikan batik sebagai alat menunjukkan nasionalisme. Selain itu,
didirikannya museum batik adalah beberapa langkah nyata dalam rangka melestarikan
batik. Namun masih ada pekerjaan rumah yang setiap saat harus dilakukan yaitu
mempromosikannya ke pasar internasional sambil tetap menjaga kegairahan dan
kebanggaan kita memakai batik.
Batik Sebagai Alat Pemersatu Bangsa
Kebudayaan adalah alat pengenal / identitas suatu bangsa yang tidak dimiliki
oleh negara lain. Di Indonesia sendiri, kebudayaannya sangat banyak dan beragam,
muali dari tarian, musik, bahasa.
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas
nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
“Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya
dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia
Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan
untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap
bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan
pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti
dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya,
Semarang: P&K, 199”.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-
puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham
kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan
daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum
nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat
dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun
asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah
kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan
daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang
Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. Nunus Supriadi,
“Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari
UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang
mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait
dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru.
Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah
jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat
sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan
nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi
yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional
terdapat unsur pemersatu dari Bangsa Indonesia yang sudah sadar dan menglami
persebaran secara nasional.
Budaya Indonesia dapat menjadi pemersatu apabila kita memiliki rasa bangga
terhadap budaya yang kita miliki. Sebagai contoh ,yaitu batik di Indonesia. Batik
dapat menjadi alat pemersatu bangsa karena adanya kebanggan dari kita sebagai
bangsa Indonesia menggunakan batik, yang merupakan hasil kebudayaan Indonesia .
Bahkan kini presiden telah menghimbau kepada kalangan masyarakat untuk
menggunakan batik pada hari jum’at sebagai tanda mencintai dan bangga akan
budaya yang kita miliki, menghindari klaim dari Negara-negara lain. Seperti Malaysia
yang sempat mengklaim batik sebagai hasil dari budaya mereka dan secara langsung
atau tidak menggunakan batik akan menciptakan rasa persatuan antar warga Negara.
Budaya-budaya yang berbeda di setiap daerah dapat membuat persatuan.
Suatu daerah pasti merasa bangga terhadap budaya yang mereka miliki .Tapi budaya
itu telah mampu berbicara di mata dunia (Internasional) tentulah seluruh Indonesia
akan sama bangganya terhadap budaya itu. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero
Wacik mengatakan budaya bisa menjadi alat pemersatu bangsa, karena melalui
kebudayaan antarwarga masyarakat akan semakin akrab. “Untuk itu, setiap daerah
perlu memperbanyak karnaval budaya, karena kegiatan tersebut dapat memperkokoh
persatuan bangsa,” katanya pada pelepasan karnaval budaya menyambut Festival
Sriwijaya XIX Tahun 2010, di Palembang, Rabu.
Para ahli tersebut menjelaskan adanya unsur-unsur sebyektivitas dan
psikologis dalam tatanan dinamika kehidupan politik suatu bangsa, kemantapan suatu
sistem politik dapat dicapai apabila sistem tersebut berakar pada kebudayaan politik
bangsa yang bersangkutan. Meskipun demikian, dapat diperdebatkan bahwa
kepemimpinan mantan Presiden Soeharto yang ototarian mempunyai pengaruh besar
kepada penerimaan Wawasan Nusantara sebagai alat pemersatu bangsa.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mendeklarasikan 2
Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Hal ini, sebagai sebuah langkah
menjadikan batik sebagai alat menunjukkan nasionalisme.
2. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang sampai saat
ini masih ada. Batik berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti
menulis dan "nitik". Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni
tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya
Jawa) sejak lama.
3. Keberhasilan Pemerintah Indonesia untuk mendapatkan pengakuan
dari UNESCO bahwa batik merupakan warisan kultural adiluhung
milik Bangsa Indonesia merupakan langkah awal untuk lebih
mengenalkan batik sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia
kepada dunia internasional, sehingga dunia akan mengenal batik tidak
hanya sebagai bahan sandang semata, tetapi juga sebagai instrumen
“character building” bangsa, terutama kepada generasi muda.
4. Batik dapat menjadi alat pemersatu bangsa karena adanya kebanggan
dari kita sebagai bangsa Indonesia menggunakan batik, yang
merupakan hasil kebudayaan Indonesia . Batik kini tidak mengenal
batasan, siapapun dari kalangan manapun dengan bebas memakainya.
Saran
1. Kita sebagai bangsa Indonesia harus senantiasa menjaga, merawat dan
melestarikan batik, agar anak cucu kita kelak dapat menggunakan kain
sang pemersatu bangsa ini .
2. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mendukung dan
menunjukkan kebanggaan akan busana batik. Agar Batik tetap eksis di
dalam negeri dan selebihnya telah go abroad dan kini resmi mendapat
pengakuan badan kebudayaan PBB UNESCO, maka tugas pemerintah
yang harus membina pengusaha batik agar tetap lestari membuat kain
batik. Salah satunya memberikan kemudahan kredit usaha apa pun
bentuknya dan jumlahnya.
DAFTAR RUJUKAN
Ardiyuda , Dayu . 2009. Kebudayaan Sebagai Alat Pemersatu Bangsa, (Online), (http://www.lintasberita.us/topic/Tugas+Softskill:+Kebudayaan+Sebagai+Alat+Pemersatu+Bangsa, diakses 12 Mei 2011).
Astuti, Widi.2010.UNESCO Setujui Batik Sebagai Warisan Budaya Indonesia, (online), (http://www.antaranews.com/berita/1252320992/unesco-setujui-batik-sebagai-warisan-budaya-indonesia, diakses 12 Mei 2011)
Carrol. 2011. Indonesia Culture, (Online), (http://www.trulyindonesia.com/2011/04/indonesian-culture/, diakses 12 Mei 2011).
Coekhy,Udhi. 2009. Black Hole Menurut Al-Quran,(online), (http://djarumblackinspiration.blogspot.com/2009/10/batik-indonesia-sebagai-mahakarya.html, diakses 12 Mei 2011).
Dewi, Indah. 2010. Batik Indonesia in The Eyes Of The World, (online), (http://balithesun.com/2010/10/03/batik-indonesia-in-the-eyes-of-the-world/, diakses 12 Mei 2011)
Wikipedia. 2011. Batik, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Batik, diakses 12 Mei 2011)