aktualisasi sila kedua

17
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN “AKTUALISASI KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB (SILA KEDUA) DI ERA GLOBAL” Oleh: 1. MARIA FITRIANA 21060111130065 2. NICO KURNIAWAN 21060111140149 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TENIK

Upload: maria-fitriana

Post on 20-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

aktualisasi sila kedua penyimpangan korupsi

TRANSCRIPT

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGRAANAKTUALISASI KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

(SILA KEDUA) DI ERA GLOBAL

Oleh:

1. MARIA FITRIANA

210601111300652. NICO KURNIAWAN21060111140149JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TENIKUNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG2015BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangNegara hanya dapat dikemudikan secara terarah dan efisien apabila ada gambaran yang jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses penyusunan Undang-undang Dasar negara harus senantiasa berlandaskan pada suatu konsepsi dasar yang jelas tentang negara dan tujuannya. Dengan kata lain realisasi pembentukan negara beserta konstitusinya harus berlandaskan pada ideologi negara, yaitu Pancasila.

Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta tujuan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila mempunyai nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu nilai-nilai Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas) bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain dalam bersikap, bertingkah laku secara perorangaan maupun secara kemasyarakatan.

Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia memiliki visi dasar yang bersumber pada hakikat manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah bagi seluruh kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar filsafat Pancasila bersumber pada hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya manusia adalah sebagai pendukung pokok negara. Inti kemanusiaan itu terkandung dalam sila kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan. Selain itu, dalam sila ke-dua juga terdapat nilai keadilan di mana menuntut kita sebagai manusia yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sila ke-dua tersebut terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih rinci apa yang ada di dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya butiran-butiran sila ke-dua tersebut diharapkan manusia atau lebih tepatnya bangsa Indonesia dapat memahami dam mengamalkan apa yang ada dalam sila ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia senantiasa berdasar kepada kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB IIPERMASALAHANA. Pelanggaran terhadap Pancasila Sila Ke-dua dalam Era GlobalSila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak), memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.

Namun masih banyak pelanggaran terhadap Sila ke-dua Pancasila ini. Sebagai salah satu contoh nyata dari pelanggaran yang terjadi di Indonesia adalah banyaknya kasus korupsi oleh para pejabat tinggi negara. Korupsi sudah menjadi masalah yang sangat kompleks di negara kita. Dihampir seluruh lembaga baik itu pemerintahan maupun swasta korupsi sudah sering terdengar adanya praktek korupsi. Bahkan praktek korupsi baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan ini dilaksanakan oleh berbagai kalangan mulai dari atasan bahkan sampai bawahan.Berbagai media sering menyiarkan masalah korupsi baik media cetak maupun elektroni. Upaya-upaya untuk pemberantasan korupsi pun sudah sering dilakukan baik melalui penegakkan aturan, pemberian sanksi bahkan penerbitan aturan-aturan baru yang kesemuanya dalam rangka memberatas korupsi namun, sampai saat ini masalah korupsi tetap menjadi hal yang paling sulit diberantas.Pendirian lembaga baru seperti halnya KPK (komisi pemberantasan korupsi) malah sepertinya justru membuka peluang atau wadah bagi terjadinya korupsi lagi di lembaga tersebut. maka dari itu masalah korupsi benar-benar menjadi persoalan pelik di negara kita saat ini dan salah satu upaya yaitu melalui penegakkan hukum secara tegas dan tidak memilih dalam arti siapapun dia jika melakukan korupsi harus di hukum karena perilaku tersebut sangat bertentangan dengan apa yang telah di gariskan dalam pancasila yaitu sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.BAB IIIPEMBAHASAN

A. Sebab-sebab Korupsi

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk alas jasa juga termasuk dalam korupsi.

Selanjutnya, balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Singh (1974) menemukan dalam penelitiannya bahwa penyebab terjadinya korupsi di India adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2%), hambatan struktur sosial (7,08 %).

Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut:

a. Peninggalan pemerintahan kolonial.

b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.

c. Gaji yang rendah.

d. Persepsi yang populer.

e. Pengaturan yang bertele-tele.

f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.B. Korupsi Bertentangan dengan Sila Kedua Kemanusiaan yang Adil dan BeradabKorupsi dapat terjadi dimana saja, dapat terjadi di rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, maupun di lembaga-lembaga tinggi negara. dan mereka yang melakukan hal menyimpang tersebut, sangat tidak memenuhi syarat sebagai warga masyarakat yang adil dan beradab sebagaimana yang telah tertuliskan dalam pancasila yaitu sila kedua. Mereka hanya tergolong orang yang egois yang hanya mementingkan kepentingan diri mereka sendiri.Kemanusiaan yang adil dan beradab terdapat nilai bahwa Negara harus menjunjung tinggi sekaligus mewujudkan tercapainya ketinggian harkat dan martabat manusia, dan menjamin hak-hak kodrat manusia melalui perundang-undangan. Nilai kemanusian yang adil mengandung makna bahwa hakekat manusia harus berkodrat adil, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.Korupsi merupakan bentuk penyelewengan yang merugikan orang lain. Perilaku korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak orang lain. Sebab barang yang dikorupsi tersebut berisi hak orang lain, yang berarti bahwa korupsi merupakanbentuk ketidakadilan. Korupsi juga merupakan perilaku yang tidak beradab, sebab perilaku korupsi merupakan perilaku memperkaya diri dengan cara apapun yang tidak halal. Pancasila berisi bahwa setiap kegiatan haruslah berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradap, hal ini berarti korupsi melanggar sila kedua.Korupsi telah menciptakan ketidakadilan dimana-mana. Korupsi penyakit mematikan yang mengakibatkan kerusakan pada tatanan sosial ini tidaklah terjadi dengan begitu saja. Banyak para pejabat yang sebelum duduk di pemerintahan tergolong orang yang bersih dan vokal dalam menentang korupsi, dan banyak dari mereka merupakan aktivis ketika menjadi mahasiswa. Namun, ketika para pejebat tersebut telah mendapatkan posisi dipemerintahan banyak diantara para pejabat tersebut terjebak dalam kondisi yang tidak diharapkan.Korupsi juga sangat berdampak buruk atau merugikan bagi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga kesadaran diri perlu terus dipupuk antara lain melalui perbaikan akhlak dan penguatan integritas diri, sehingga kita akan selalu berupaya menghindarkan diri dari perbuatan korupsi ini. Apalagi negara ini juga negara yang berdasar pada Pancasila, sehingga butir -butir yang ada dalam Pancasila tersebut harus menjadi sandaran kita dalam berperilaku dan beraktifitas.Tindakan korupsi tentu saja juga dapat berpengaruh terhadap negara, khususnya dalam bidang pendapatan negara. Karena para pelaku tersebut telah merampas kekayaan negara untuk memperkaya diri mereka sendiri sehingga negara akan mengalami kerugian dalam jumlah yang besar.C. Upaya Pemberantasan KorupsiMenghilangkan korupsi bukanlan perkara gampang, karena ia telah berurat berakar dan menjalar ke mana-mana di negeri kita ini. Tidak semua orang rela jalan pintasnya untuk kaya diungkit-ungkit. Ada lagi yang menjelaskan mereka korupsi kecil-kecilan karena terpaksa oleh keadaan. Gaji kecil yang tidak mencukupi untuk hidup yang layak dari bulan ke bulan menjadi alasan untuk membenamkan diri. Apalagi kalau hampir semua orang di tempat itu telah menganggap hal itu adalah hal yang biasa. Tahu sama tahu, untuk tidak mengatakan atasan mereka juga meiakukan hal yang sama.Secara kultural dan struktural, memberantas korupsi adalah mensosialisasikan nilai baru bahwa korupsi merupakan sebuah tindakan yang berisiko tinggi dan bemilai rendah, dan akan dikenakan pembuktian terbalik bahwa harta yang diperolehnya adalah barang yang halal. Secara struktural, memberantas korupsi berarti memberantas KKN dengan memberdayakan komisi pemeriksaan kekayaan pejabat dan latar belakang kehidupannya. membangun sistem pencegah dini korupsi, UU Antikorupsi yang konsisten, memberikan jaminan hidup yang layak bagi pegawai, sistem pembuktian terbalik, pengumuman dan audit kekayaan pejabat sebelum dan sesudah bertugas, serta membuat iklan layanan masyarakat di media massa dan di kemasan produk-produk yang dikonsumsi semua orang.Bangsa ini perlu banyak belajar dan merenung untuk menghargai bahwa korupsi merugikan orang banyak yang telah bekerja keras dan berlaku jujur. Tindakan korupsi tidak menghargai fitrah manusia yang diilhamkan kepadanya untukcinta kepada kebaikan. Dengan begitu kita semua sedang belajar untuk hidup lebih lurus. Anak bangsa ini lahir dan besar dalam kondisi majemuk dan berbeda status sosial ekonominya. Ada yang berpunya dan ada yang lahir dalam serba berkekurangan. Dalam kemajemukan tersebut, keragaman pandangan dan pilihan untuk memelihara dan menjinakkan perilaku korupsi adalah hal biasa dan harus kita hargai. Dengan kemauan mengoreksi kesalahan berarti kita berpeluang untuk mengatasi krisis apapun. Krisis adalah peluang di masa sulit. Bangsa ini perlu membangun kehidupan sehari-hari yang berdasar etika yang kuat, aturan-aturan hukum yang dibuat aspiratif dan partisipatif, dengan begitu keadilan akan datang.Masyarakat dapat berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran serta masyarakat tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk:a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi;

b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;

c. hak untuk menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada aparat penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi.

d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukur. dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;

e. hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal;

1. Melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c;2. Hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan di sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya mencegah pemberantasan tindak pidana korupsi;

4. Hak dan tanggung jawab dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-asas atau ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan menaati norma agama dan norma sosial lainnya;

5. Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diatur tebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanKorupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya.

Pancasila sesungguhnya merupakan sumber nilai anti korupsi. Persoalannya arah idiologi kita sekarang seperti di persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana. Korupsi itu terjadi ketika ada pertemuan saat dan kesempatan. Akan tetapi, karena nilai-nilai kearifan local semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga terdoronglah seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar filsafat Negara dan menjadi Prinsip prima bersama-sama norma agama. Sebagai prinsipa prima, maka nilai-nilai pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik.B. Saran

Upaya peberantasan korupsi tetap harus menjadi nomor wajib sebab korupsi merupakan akar dari segala masalah yang menyebabkan nama baik negeri ini terus terpuruk di dunia Internasional. Dan sudah saatnya kita sebagai warga kembali pada nilai-nilai luhur pancasila dan tidak sebatas pada istilah saja. Untuk itu Pancasila harus menjadi ruh para penegak hukum dalam upaya penegakan korupsi.DAFTAR PUSTAKA

Revida, E. (2003). Korupsi di Indonesia: masalah dan solusinya.Kaelan (1999). Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Yogyakarta: Penerbit Paradigma

Lubis, Mochtar. 1977. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya Aksara.

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia.