akhlak terhadap allah

46
AKHLAK TERHADAP ALLAH & RASULNYA AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT Titik tolak akhlak terhadap Allah SWT adalah pengakuan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-fifat terpuji, demikian agung sifat agung itu, yang janganka manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya. Mahasuci engkau wahai Allah kami tidak mampu memuji-Mu, pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu, demikian ucapan para Malaikat.Itulah sebabnya mengapa Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk memuji-Nya, Wa qul al- hamdulillah (Katakan “al-hamdulillah”). Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba allah yang terpilih dalam firman Allah SWT QS. ash-Shaffat :159-160 ;Teramati bahwa semua makhluk hidup kecuali Nabi-Nabi tertentu selalu menyertakan pujian mereka kepada Allah dangan mensucikan-Nya dari segala kekurangan. Dan para malaikat mensucikan sambil memuji Tuahan mereka dalam surat Asy-Syura : 5 ;Semua itu menunjukan bahwa makhluk tidak dapat mengeta dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allh SWT. Itu sebabnya mereka sebelum memuji-Nya bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-Nya. Jangan sampai pujian yang mreka ucapkan tidak sesuai dengan kebesaran-Nya. Bertitik tolak dari uraian mengenai kesempurnaan Allah, tidak heran kalau Al-Qur’an memerintah manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan sempurna. Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk menjadikan Allah sebagai “wakil”. Misalnya firman-Nya dalam Al-muzzammil (73):9: (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung).Kata “wakil” bisa diterjemahkan sebagai “pelindung”. Kata tersebut pada hakikatnya terambil

Upload: anha-munawarah-portulaca-grandiflora

Post on 05-Aug-2015

341 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akhlak Terhadap Allah

AKHLAK TERHADAP ALLAH & RASULNYA

AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT

Titik tolak akhlak terhadap Allah SWT adalah pengakuan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-fifat terpuji, demikian agung sifat agung itu, yang janganka manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya. Mahasuci engkau wahai Allah kami tidak mampu memuji-Mu, pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu, demikian ucapan para Malaikat.Itulah sebabnya mengapa Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk memuji-Nya, Wa qul al-hamdulillah (Katakan “al-hamdulillah”). Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba allah yang terpilih dalam firman Allah SWT QS. ash-Shaffat :159-160 ;Teramati bahwa semua makhluk hidup kecuali Nabi-Nabi tertentu selalu menyertakan pujian mereka kepada Allah dangan mensucikan-Nya dari segala kekurangan. Dan para malaikat mensucikan sambil memuji Tuahan mereka dalam surat Asy-Syura : 5 ;Semua itu menunjukan bahwa makhluk tidak dapat mengeta dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allh SWT. Itu sebabnya mereka sebelum memuji-Nya bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-Nya. Jangan sampai pujian yang mreka ucapkan tidak sesuai dengan kebesaran-Nya. Bertitik tolak dari uraian mengenai kesempurnaan Allah, tidak heran kalau Al-Qur’an memerintah manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan sempurna.Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk menjadikan Allah sebagai “wakil”. Misalnya firman-Nya dalam Al-muzzammil (73):9:(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung).Kata “wakil” bisa diterjemahkan sebagai “pelindung”. Kata tersebut pada hakikatnya terambil dari kata “wakala-yakin” yang berarti mewakilkan.Apabila seseorang mewakilkan kepada orang lain (untuk susunan persoalan), maka ia telah menjadikan orang yang mewakili sebagai dirinya sendiri dalam menangani persoalan tersebut, sehingga sang wakil melaksanakan apa yang dikehendaki oleh orang yang menyerahkan perwakilan kepadanya.Menjadikan Allah sebagai wakil sesuai dengan makna yang disebutkan di atas berarti menyerahkan segala persoalan kepada-Nya. Dialah yang berkehendak dan bertindak sesuai dengan kehendak manusia yang menyerahkan perwakilan kepada-Nya.Makna seperti itu dapat menimbulkan kesalah pahaman jika tidak dijlaskan lebih jauh. Pertama sekali harus diingat bahwa keyakinan tentang keesaan Allah antara lain berarti bahwa perbuatanya esa, sehingga tidak dapat disamakan dengan perbuatan manusia, walaupun penamaannya sama. Sebagai contoh, Allah Maha Pengasih (Rahim) dan Maha Pemurah (Karim). Sifat ini dapat pula dinisbahkan kepada manusia, karena mempersamakan hal akan berakibat gugurnya makna keesaan.Allah SWT.yang kepada-Nya diwakilkan segala persoalan ada yang Maha Kuasa,

Page 2: Akhlak Terhadap Allah

Maha Mengetahui,Maha Bijaksana dan semua yang mengandung pujiaan. Manusia sebaliknya, memiliki keterbatasan pada segala hal. Jika demikian “perwakilan” pun berbeda dengan perwakilan manusia.Benar bahwa wakil diharapkan dan dituntut untuk mementaruhkan kehendak yang mewakilkan. Namun, karena dalam perwakilan manusia sering terjadi kedudukan maupun pengetahuan orang yang mewakilkan lebih tinggi daripada sang wakil,dapat saja orang yang mewakilkan tidak menyetujui atau membatalkan tindakan sang wakil atau menarik kembali perwakilannya.Jika seseorang menjadikan Allah sebagai wakil, hal serupa tidak akan terjadi, karena sejak semula telah menyadari keterbatasan dirinya, dan menyadari pula kemahamutlakan Allah SWT. Oleh karena itu, ia akan menerima dengan sepenuh hati, baik mengetahui maupun tidak hikmahsuatu perbuatan Tuhan.Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (QS Al-Baqarah:216).Dan tidak wajar bagi lelaki mukmin, tidak pula bagi wanita mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka (QS Al-Ahzab [33]:36).Demikian salah satu perbedaan antara perwakilan manusia kepada Tuhan dengan perwakilan manusia kepada selain-Nya.Perbedaan kedua adalah dalam keterlibatan orang yang mewakilkan.Jika anda mewakilkan orang lain untuk melaksanakan sesuatu. Anda telah menugaskannya untuk melaksanakan hal tertentu. Anda tidak perlu melibatkan diri, karena hal itu telah dikerjakan oleh sang wakil.Perintah bertawakal kepada Allah -–atau perintah menjadikan-Nya sebagai wakil— terulang dalam bentuk tung (tawakal) sebanyak sembilan kali, dan dalam bentuk ja (tawakkalu) sebanyak dua kali. Semuanya didahului oleh perintah melakukan sesuatu, lantas disusul dengan perintah bertawakal. Perhatikan misalnya Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 61:Dan jika mereka condong kepada perdamaian, condonglahkepadanya, dan bertawakallah kepada Allah. Yang lebih jelas lagi adalah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah Serbulah mereka melalui pintu gerbang (kota); apabila kamu memasukinya,niscaya kamu akan menang, dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar-benar orang yang beriman. Jika Anda telah merasa yakin terhadap kesempurnaan Allah, segala yang dilakukan-Nya adalah baik serta terpuji, Anda harus percaya bahwa:Apa saja nikmat yang kamu peroleh aalah dari Allah,dan apa saja bencana yang menimpamu, itu dan (kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa’ [4]: 79).Al-Qur’an memberi contoh bagaimana seharusnya seorang muslim mengekspresikan keyakinan itu dalam ucapan-ucapannya. Perhatian pengajaran Allah dalam Al-Qur’an surat Al-FatihahJalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai, dan bukan (Jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah [1]:7)Disini, petunjuk jalan menuju kebaikan dinyatakan bersumber dari Allah yang memberi nikmat. Perhatikan redaksi ayat atas “yang telah Engkau anugerahi nikmat”. Tetapi,ketetapan berbicara tentangf jalan orang-orang sesat dan yang mendapat murka, tidak dinyatakan “jalan orang-orang yang Engkau

Page 3: Akhlak Terhadap Allah

murkai,”tetapi”yang dimurkai,” karena murka dan mengandung makna negatif,sehingga tidak wajar disandar kepada Allah.Perhatikan juga ucapan Nabi Ibrihim a.s.:Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku (QS Asy-Syu’ara’ 80)Karena penyakit merupakan sesuatu yang buruk, tidak dinyatakan bahwa ia berasal dari Tuhan, Tetapi, apabila aku saat kesembuhan yang merupakan sesuatu yang terpuji, dinyatakan bahwa “Dia (Allah) yang menyembuhkan”.Sekali lagi, bacalah firman Allah dalam surat Al-Kahfi yang mengisahkan perjalanan Nabi Musa a.s. bersama seorang hamba pilihan Allah (Khidir a.s.).Ketika sang hamba Allah itu membocorkan perahu, dia berulah “Aku ingin merusaknya” (ayat 79), ini disebabkan karena pembocoran perahu tampak sebagai sesuatu yang buruk. Tetapi ketika ia membangun kembali tembok yang hampir rubuh, kalimat yang digunakan adalah “Maka Tuhanmu menghendaki” (ayat 80) karena disana amat jelas sisi positif pembangunan itu. Ketika Khidir membunuh seorang bocah dengan maksud agar Tuhan menggantikan dengan bocah yang lebih baik, reaksi yang digunakannya adalah “Maka kami berkehendak” (ayat 81) Kehendaknya adalah pembunuhan, dan kehendak Tuhan adalah pergantian anak dengan yang lebih baik.

Akhlak Terhadap Rasulullah SAWSebagaimana yang diriwayatkan mengenai perilaku Rasulullah saw, bahwa baginda tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya, melainkan dipukulnya karena fi-sabilillahi Ta’ala. Baginda juga tidak pernah menyimpan dendam karena sesuatu yang dilakukan atas dirinya sendiri, melainkan melihat kehormatan Allah. Jika baginda memilih antara dua perkara, tanpa ragu-ragu lagi baginda akan memilih yang paling ringan dan mudah antara keduanya, kecuali jika pada perkara itu ada dosa, ataupun akan menyebabkan terputusnya perhubungan silaturrahim, maka baginda akan menjadi oarang yang paling jauh sekali daripadanya. Tiada pernah seseorang yang pernah datang kepada Nabi saw, baik mereka merdeka atau hamba sahaya ataupun amah (hamba sahaya perempuan) mengadukan keperluannya, melainkan baginda akan memenuhi hajat masing-masing.Anas r.a berkata : Demi zat yang mengutusnya dengan kebenaran. Ia (Nabi) tiada pernah berkata padaku dalam perkara yang tiada diinginkannya, mengapa engkau lakukan itu. Dan apabila istri-istri memarahiku atau sesuatu yang aku lakukan, maka Ia berkata kepada mereka: Biarkanlah si Anas itu, dan jangan dimarahi, sebenarnya tiap- tiap sesuatu itu berlaku menurut ketentuan dan kadar.Termasuk akhlaknya yang mulia, Ia memulai memberi salam kepada siapa saja yang ditemuinya. Jika ada orang yang mengasarinya karena sesuatu keperluan, Ia menyabarkannya sehingga orang itu memalingkan muka daripada baginda. Bila berjumpa dengan salah seorang sahabatnya, segera Ia akan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Baginda tidak pernah bangun atau duduk, melainkan lidahnya senantiasa menyebut nama Allah SWT. Sering sekali bila sedang sembahyang, lalu ada tamu yang datang karena sesuatu keperluan, maka segeralah Ia meringkaskan sembayangnya untuk menyambut tamu tadi.Bila baginda berada didalam suatu majlis antara para sahabatnya maka tidak

Page 4: Akhlak Terhadap Allah

pernah dikhususkan satu tempat baginya, melainkan dimana saja sesuai dengan baginda datang, disitulah dia akan duduk. Allah SWT berfirman;(QS. Ali-Imran : 159).Baginda Rasulullah saw adalah seoarang yang amat jarang marahnya, tetapi jika ia marah segera ingat dengan Allah SWT. Baginda adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada seluruh manusia. Allah SWT berfirman :(QS. Ali-Imran : 134).Rasulullah saw adalah seorang yang amat lapang dada dan suka memaafkan orang lain meskipun baginda mampu membalas dendam. Dalam peristiwa-peristiwa yang lain, banyak sekali para sahabat meminta izin membunuh orang-orang yang berbuat jahat kepada Rasulullah saw, Rasul tidak setuju dan melarangnya. Rasulullah saw bersabda :“Jangan sampai ada seorang dari kamu yang menyampaikan sesuatu berita tentang seorang dari sahabatku, sesungguhnya aku ingin keluar kepadamu sedangkan aku dalam keadaan berlapang dada”Rasulullah saw adalah seoarang yang berwatak lemah lembut pada segala hal, lemah lembut lahir dan batin, mudah diketahui pada raut wajahnya ketika baginda sedang marah ataupun tidak. Meskipun demikian baginda tetap tidak suka menampakkan sikap kebenciannya kepada seseorang secara terusterang.Rasulullah saw adalah seorang yang murah hati dan dermawan terhadap para umatnya. Terutama sekali pada bulan ramadhan, kemurahan hatinya dan kedermawaannya laksana angin yang menghembus, yakni tidak putus-putusnya sehingga tidak ada sesuatupun yang akan tinggal lagi dalam tangannya yang muliaitu.Rasulullah saw adalah manusia yang termulia dan amat berani.Rasulullah saw adalah seorang yang sederhana perawakannya, tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. warna kulitnya berseri-seri, tidak terlalumerah ataupun terlalu putih. Rambutnya tidak terlalu lurus ataupun terlalu keriting, dan rambut itu mengiringi sampai ketepi dua telinganya. Uban dikepala atau dijanggut tidak sampai dua puluh helai. Dahinya luas, bulu keningnya tidak terlalu lebat tapi panjang. Rasulullah saw adalah seoarang yang sangat sempurna.Sering Rasulullah saw bersikap merendah diri memperkecilkan kedudukannya, Rasulullah saw senantiasa memohon kepada Allah SWT agar memperhiaskan dirinya dengan tata sopan yang mulia dan budi pekerti yang luhur. Allah SWT telah mengabulkan doanya, karena menepati janji-Nya dalam surat Al-Mu’min : 60;

Lalu Allah SWT menurunkan keatas junjungan kita Nabi Muhammad saw Al-Qur’an dan mendidikanya sesuai dengan akhlak Al-Qur’an, sehingga Rasul meneriama pijian yang amat tinggi dengan dikatakan, bahwa budi pekerti baginda itu Al-Qur’an.Sebenarnya Al-Qur’an telah mendidik baginda supay bersifat pemaaf, dan suka mengajak orang ke jalan kebaikan serta tiada merendahkan kata-kata yang bodoh, seperti firman Allah SWT yang berbunyi:“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”(QS. Al-A’raf : 199)

Page 5: Akhlak Terhadap Allah

Al-qur’an juga mendidik baginda supaya melaksanakan keadilan, melakukan kebaikan terhadap orang banyak, ingat kepada kaum kerabat melarang melakukan segala macam kemungkaran dan kekejian seperti firman Allah SWT :“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS. An-Nahl : 90).Kemudian baginda pun menyatakan kepada sekalian makhluk hidup dibumi, bahwasanya Allah amat mencintai akhlak dan budi pekerti yang mulia seraya membenci akhlak dan kelakuan jahat. Allah Ta’ala telah melengkapkan pribadi Rasulullah s.a.w. dengan kelakkuan yang tinggi dan siasah yang sempurna, padahal baginda itu seorang ummi, tidak pandai menulis atau membaca. Baginda dibesarkan di negeri yang masih dibelenggu oleh kejahilan dan dikelilingi oleh padang pasir, hidup dalam keadaan miskin dan sebagi penggembala kambingseorang anak yatim tiadda berayah dan tiada beribu. Tetapi Allah Ta’ala telah mendidik baginda dengan sifat budi pekerti yang luhur dan perjalanan yang terpuji. Moga-moga Allah mengkaruniakan petunjuk kepada kami untuk menurut perintah Rasulullah s.a.w. dan mencontohi segala tauladan dalam perbuatan dan perilakunya, Amin Ya Rabbal Alamin.

Daftar PustakaHujjatul Islam Al Iman Al Ghazali, Kitab Adab Kenabian Dan Akhlak

MuhammadGendis belajar dan mempelajari

Pengertian akhlak

Pengertian AkhlakAkhlak dari kata Al-Akhlak, jamak dari Al-khuluq yang artinya kebiasaan, perangai, tabiat dan agama.

Menurut Al Gazali, kata akhlak sering diidentikkan dengan kata kholqun (bentuk lahiriyah) dan Khuluqun (bentuk batiniyah), jika dikaitkan dengan seseorang yang bagus berupa kholqun dan khulqunnya, maka artinya adalah bagus dari bentuk lahiriah dan rohaniyah. Dari dua istilah tersebut dapat kita pahami, bahwa manusia terdiri dari dua susunan jasmaniyah dan batiniyah. Untuk jasmaniyah manusia sering menggunakan istilah kholqun, sedangkan untuk rohaniyah manusia menggunakan istilah khuluqun. Kedua komponen ini memilih gerakan dan bentuk sendiri-sendiri, ada kalanya bentuk jelek (Qobi’ah) dan adakalanya bentuk baik (jamilah). Akhlak yang baik disebut adab. Kata adab juga digunakan dalam arti etiket, yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar mereka.

Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku / perangai (Imal-Suluh) atau Tahzib al-akhlak (Filsafat akhlak), atau Al-hikmat al-Amaliyyat, atau al-hikmat al- khuluqiyyat. Yang dimaksudkan dengan ilmu tersebut adalah pengetahuan tentang

Page 6: Akhlak Terhadap Allah

kehinaan-kehinaan jiwa untuk mensucikannya. Dalam bahasa Indonesia akhlak dapat diartikan dengan moral, etika, watak, budi pekertim, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan.

Ruang Lingkup Akhlaka) Akhlak pribadiYang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.

b) Akhlak BerkeluargaAkhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat.Kewjiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, islam telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.

Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.

c) Akhlak BermasyarakatTetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.

Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah

Page 7: Akhlak Terhadap Allah

satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.

d) Akhlak BernegaraMereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dab penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.

e) Akhlak BeragamaAkhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.

Berangkat dari sistematika diatas dengan sedikit modifikasi penulis membagi pembahasan ruang lingkup akhlak antar lain:1. Akhlak terhadap Allah SWT2. Akhlak terhadap Rasullah Swt3. Akhlak Pribadi4. Akhlak dalam keluarga5. Akhlak bermasyarakat6. Akhlak bernagara

Dalam konsep akhlak segala sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara (Qu’an dan Sunah) yang menilainya demikian. Namun akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jikqa etika dibatasi pada sopan santun antar sesame manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.

Pembinaan AkhlakPembinaan adalah suatu usaha untuk membina. Membina adalah memelihara dan mendidik, dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Anak didik adalah anak yang masih dalam proses perkembangan menuju kearah kedewasaan. Hal ini berarti bahwa anak harus berkembang menjadi manusia yang dapat hidup dan menyesuaikan dari dalam masyarakat, yang penuh dengan aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Oleh karena itu perlulah anak di didik, dipimpin kearah yang dapat dan sanggup hidup menuruti aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Jadi maksud dari tujuan pendidikan akhlak atau

Page 8: Akhlak Terhadap Allah

kesusilaan adalah memimpin anak setia serta mengerjakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu.

Pada masa sekarang ini demoralisasi telah merajalela dalam kehidupan masyarakat, maka dari itu diperlukan usaha-usaha pendidikan dalam mengupayakan pembinaan akhlak terutama pada masa remaja, karena pada masa pubertas dan usia baligh anak mengalami kekosongan jiwa yang merupakan gejala kegoncangan pikiran, keragu-raguan, keyakinan agama, atau kehilangan agama. Menurut Al-Gazaly adalah menunjukkan suatu hikmah bahwa anak puber tersebut memerlukan bekal untuk mengisi kekosongan jiwanya melalui sublimasi dan “way out” dari problema yang dihindarinya.

Metode Pendidikan AkhlakYang dimaksud dengan metode disini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Adapun metode Islam dalam upaya perbaikan terhadap akhlak adalah mengacu pada dua hal pokok, yakni pengajaran dan pembiasaan. Yang dimaksud dengan pengajaran adalah sebagai dimensi teoritis dalam upaya perbaikan dan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiasaan untuk dimensi praktis dalam upaya pembentukan (pembinaan) dan persiapan.

Ali Kholil Abu’Ainin didalam kitabnya : Falsafahtul Tarbiyatul Islamiyahtu Al-Qur’anil karim” mengemukakan secara panjang lebar tentang metode pendidikan Islam, yang diringkasnya menjadi 11 (sebelas) macam, yaitu :1. Pengajaran tentang cara beramal dan pengalaman / ketrampilan.Metode ini dapat dilakukan melalui ibadah shalat, zakat, puasa, haji dan ijtihad.2. Mempergunakan akal3. Contoh yang baik dan jujur4. Perintah kepada kebaikan, larangan perbuatan munkar saling berwasiat kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.5. Nasihat-nasihat6. Kisah-kisah7. Tamsil8. Menggemarkan dan menakutkan atau dorongan dan ancaman.9. Menanamkan atau menghilangkan kebiasaan.10. Menyalurkan bakat.11. Peristiwa-peristiwa yang berlalu.

Menurut al-nahlawi metode pendidikan yang diajurkan, antara lain :1. Metode Hiwar Qur’ani dan NabawiHiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru). Dalam percakapan itu bahan pembicaraan tidak dibatasi, dapat digunakan berbagai konsep sains, filsafat, seni, wahyu, dll. Kadang-kadang pembicaraan sampai pada satu kesimpulan, kadang-kadang tidak sampai pada kesimpulan, karena salah satu pihak tidak puas terhadap pendapat

Page 9: Akhlak Terhadap Allah

pihak lain. Yang manapun ditemukan hasilnya dari segi pendidikan tidak jauh berbeda, masing-masing mengambil pelajaran untuk menentukan sikap pada dirinya.

Metode Hiwar pada saat ini masih efektif dipakai dalam belajar mengajar, yakni sama dengan diskusi pada zaman sekarang ini, dan memang cukup efektif untuk melatih anak didik lebih mandiri karena mereka dapat berdialog dari hasil bacaan mereka sendiri pada tema yang telah di tentukan oleh gurunya.

2. Metode kisah Qur’ani dan NabawiDalam pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam (sebagai suatu bidang studi), kisah sebagai suatu metode pendidikan amatlah penting, untuk dapat merenungkan kisahnya, yang menyentuh hati umat manusia. Kisah Qur’ani adalah untuk mendidik perasaan keimanan.

3. Metode amtsal (perumpamaan)Metode ini banyak kita temui dalam Al-qur’an, antara lain :

Dalam surah Al-Baqarah ayat 17. Perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api.

فى وتركهم بنورهم الله ذهب حوله ما اضأت فلما قدنارا استو الذي كمثل مثلهماليبصرون ظلمت

Dalam surah Al-Ankabut ayat 41 Allah mengumpamakan sesembahan atau Tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba, Perumpamaan orang-orang yang berlindung kepada selain Allah atau seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.

البيوت اوهن وان بيتا اتخذت المنكبوت كمثل اوليأ الله دون من اتخذوا الذين مثلهميعلمون لوكانوا المنكبوت لبيت

Kebaikan dari metode ini adalah :a) Memudahkan siswa memahami konsep yang abstrak.b) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.c) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan haruslah logis dan mudah dipahami.d) Perumpamaan Qur’ani dan Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.

4. Metode TeladanSecara psikologis anak menang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelekpun ditirunya. Dalam teori tabula rasa (John Lock dan Francis Bacon), bahwa anak yang baru dilahirkan dapat di umpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi, segala kecakapan dan pengetahuan manusia timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat indra.

Page 10: Akhlak Terhadap Allah

5. Metode PembiasaanInti dari pembiasaan adalah pengulangan, metode mendidik anak murid pada masa kini. Yang menetapkan bahwa dengan cara mengulang –ngulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu dapat meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapatkan kenikmatan pada waktu mengulang-ngulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman-pengalaman tanpa melalui praktik.

6. Metode Ibrah dan mau’idahIbrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapun Mu’idah ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.

7. Metode Targib dan TarhibTargib ialah janji terhadap kesenangan, kenilematan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan.

Sedangkan menurut Prof. Dr.H.M Arifin Med, bahwa dalam Al-Qur’an dan sunah nabi dapat ditemukan metode-metode untuk pendidikan agama, antara lain :a) Perintah / laranganb) Cerita tentang orang-orang yang taat dan orang-orang yang berdosa (kotor) serta akibat-akibat dari perbuatannya.c) Peragaan, misalnya manusia disuruh melihat kejadian dalam alam ini, dengan melihat gunung, laut, hujan, tumbuhan dan sebagainya.d) Instruksional (bersifat pengajaran), misalnya menyebutkan sifat-sifat orang yang beriman, begini dan begitu dan lain sebainya.e) Acquisition (self : aducation), misalnya menyebutkan tingkah laku orang yang munafik itu merugikan diri mereka sendiri, dengan maksud manusia jangan menjadi munafik dan mau mendidik dirinya sendiri kearah iman yang sesungguhnya.f) Mutual Education (mengajar dalam kelompok), misalnya nabi mengajar sahabat tentang cara-cara sembah yang dengan contoh perbuatan yang mendemonstrasikannya.g) Exposition (dengan menyajikan) yang didahului dengan motivasion (menumbuhkan minat) yakni dengan memberikan muqodimah lebih dahulu, kemudian baru menjelaskan pelajarannya.h) Function (pelajaran dihidupkan dengan praktek) misalnya nabi mengajarkan tentang hukum-hukum dan syarat-syarat haji, kemudian nabi bersama-sama untuk mempraktekannya.i) Explanation (memberi penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas) misalnya nabi memberi penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an, seperti ayat-ayat yang memerintahkan bersembahyang dan sebagainya.

Konsep pendidikan modern saat ini sejalan dengan pandangan al-Gazaly tentang pentingnya pembiasaan melakukan suatu perbuatan sebagai suatu metode

Page 11: Akhlak Terhadap Allah

pembentukan akhlak yang utama, terutama karena pembiasaan itu dapat berpengaruh baik terhadap jiwa manusia, yang memberikan rasa nikmat jika diamalkan sesuai dengan akhlak yang telah terbentuk dalam dirinya.

Begitu juga metode mendidik anak pada masa kini yang menetapkan bahwa dengan cara mengulang-ulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu dapat meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapatkan kenikmatan pada waktu mengulang-ulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman yang diperoleh dengan tanpa melalui praktek, maka kesan yang ditinggalkan adalah jelek.

Pandangan Al-Gazaly tersebut sesuai dengan pandangan ahli pendidikan Amerika Serikat, John Dewey, yang mengatakan “Pendidikan moral itu terbentuk dari proses pendidikan dalam kehidupan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid secara terus menerus”.

Oleh karena itu pendidikan akhlak menurut John Dewey adalah pendidikan dengan berbuat dan berkegiatan (learning by doing) yang terdiri dari pada tolong menolong, berbuat kebajikan dan melayani orang lain, dapat dipercaya dengan jujur. John Dewey berpendapat bahwa akhlak (moralitas) tidak dapat diajarkan kepada anak dengan melalui cerita-cerita yang dikisahkannya, akan tetapi hanya dapat diajarkan melalui praktek yang manusiawi saja. Sehingga kebajikan dan moralitas dan pengertian yang terkandung didalam cerita-cerita tidak mungkin dipindahkan (transformasikan) kedalam jiwa anak untuk menjadi akhlaknya, yang kemudian berinteraksi dengan anak lain berdasarkan atas pemeliharaan keutamaan-keutamaannya, akhlak (moralitas) hanya dapat diajarkan dengan cara membiasakan dengan perbuatan praktis.

Tujuan Pembinaan AkhlakAkhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika diatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terlebih dahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa).a) Akhlak Terhadap AllahTitik tolak akhlak terhadap Allah atau pengukuran dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian Agung sifat terpuji itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjunjungkan hakikatnya.

b) Akhlak Terhadap Sesama ManusiaBanyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan

Page 12: Akhlak Terhadap Allah

terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.

) البقره حليم غني والله يتبعهاازى صدقة من خير ومغفرة معروف )263/: 2قولArtinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima)”.(Q.S. Al-Baqarah/2 : 263).

Disisi lain Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Nabi Muhammad SAW, misalnya dinyatakan sebagai manusia yang sempurna, namun dinyatakan pula sebagai Rosul yang memperoleh penghormatan melebihi manusia lain. Karena itu Al-Qur’an berpesan kepada orang-orang mukmin.

Hubungan akhlak dengan etika, moral, kesusilaan, dan kesopanan

a. Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).

Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn

Page 13: Akhlak Terhadap Allah

Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.[3]

b. Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.

Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut ahmad amin mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Berikutnya, dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.

Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu

Page 14: Akhlak Terhadap Allah

yang memebahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.

Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal manusia.

c. Moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.

Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.

Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.

Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.

Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan

Page 15: Akhlak Terhadap Allah

etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.

Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.

Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

d. Karakteristik dalam ajaran Islam

Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.

Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.

Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai

Page 16: Akhlak Terhadap Allah

bersifat local dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.

Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).

http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-akhlak.html

http://kuliahpai.blogspot.com/2009/02/akhlak-etika-moral.html

No related posts.

Tagged as: Akhlak, Akhlak Berkeluarga, Akhlak Bermasyarakat, Akhlak Bernegara, Akhlak pribadi, Etika, Karakteristik dalam ajaran Islam, metode pendidikan, Moral Leave a comment

2. Pengertian Akhlak menurut Istilah

Juni 24, 2010

       Dilihat dari segi terminologi “ Akhlak “ ( ال�ق� terdapat beberapa pakar (  أ�خ�yang berpendapat antara lain :

a. Abu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Miskawaih :

  ي�ة� و� و�ال�ر ك�ر� ف� غ�ي�ر� م�ن� ا ع�ال�ه� ا�ف� ا�ل�ى ا ل�ه� ي�ة� د�اع� ل�لن!ف�س� ال  ح�

 Artinya : “ Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu “ [1].

 b. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali :

د ر ت�ص� ا ع�ن�ه� ة( خ� اس� ر� الن!ف�س� ف�ى ي�ئ�ة� ه� ع�ن� ة� ب�ار� ع� ل ق �ل�خ ل�ة�     ا و� ه ب�س ع�ال اال� ف�ي!ة� و� و�ر ك�ر� ف� ا�ل�ى ة� اج� ح� غ�ي�ر� م�ن� ر� ي س� و�

Page 17: Akhlak Terhadap Allah

Artinya : “ Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran “[2].  

 c. Ibrahim Anis :

ك�ر� ف� ا�ل�ى ة� اج� ح� ر6 ش� ا�و� ي�ر� خ� م�ن� ال اال�ع�م� ا ع�ن�ه� د ر ت�ص� ة خ� اس� ر� ل�لن!ف�س� ال ح�ي!ة� و� و�ر

Artinya : “ Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang melahirkan bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan “[3].

 d. Ahmad Amin :

) ي�أ ش� ا�ع�ت�اد�ت� ا�ذ�ا اد�ة� �ر� اال� ن!أ� ي�ع�ن�ى اد�ة� �ر� اال� ع�اد�ة ن!ه

ب�أ� ل ق� ال�خ م� ه ب�ع�ض ف� ع�ر!ل ق� ب�ال�خ اة م! ال�م س� ي�ى ه� ا ع�اد�ت ه� ف�

Artinya : “ Sementara orang membuat definisi akhlaq, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak “[4].

 e. Al-Qurthuby :

, ة� ل�ق� ال�خ� م�ن� ي�ر ي�ص� �ن!هأل� ا ل ق( خ م!ى ي س� ن�اال� د�ب� م� ه س ن�ف� ان �ن�س� اال� ذ ب�ه� خ

ي�أ� و� اه م�ي�ه�              ف�

Artinya : “ Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari        adab-kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan termasuk bagian dari kejadiannya “[5].

f. Muhammad bin I’laan Ash Shodieqy

ل�ة� و� ه ب�س ي�ل�ة� م� ال�ج� ع�ال� ف� األ د و�ر� ص ع�ل�ى ا ب�ه� ت�د�ر ي�ق� ب�الن!ف�س� ل�ك�ة� م� ل�ق �ل�خ� ا

Artinya : “ Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah ( tanpa dorongan dari orang lain ) “[6].

g. Muhammad Abdullah Dirros :

“ Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar ( dalam hal akhlak yang baik ) atau pihak yang jahat ( akhlak yang jahat ) “ . Selanjutnya perbuatan-perbutan manusia yang dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dengan dua syarat, yaitu :

Page 18: Akhlak Terhadap Allah

Pertama, Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan.

Kedua, Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan    emosi-emosi jiwanya, bukan karena adanya tekanan-tekanan yang dating dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-indah danlain sebagainya[7].  

Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh menjadi suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, yaitu ilmu yang memiliki ruang lingkup pokok bahasan, tujuan, rujukan, aliran dan para tokoh yang mengembangkannya. Kesemua aspek yang terkandung dalam akhlak ini kemudian membentuk suatu kesatuan yang saling berhubungan dan membentuk suatu ilmu.

Berkenaan dengan ilmu akhlak ini terdapat beberapa definisi oleh para ahli antara lain sebagai berikut :

1 . Ibrahim Anis :

ن� س� ب�ال�ح� ت و�ص�ف ال!ت�ى ال اال�ع�م� ب�ه� ت�ت�ع�ل!ق ت ه ي�م� ق� ك�ام ا�ح� و�ع�ة و�ض م� �ل�ع�ل�م ا

ب�ح� ال�ق و�

Arinya : “ Ilmu yang obyek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat di sifatkan dengan baik dan buruk “[8].

2 . Abd. al-Hamid Yunus :

ذ�ائ�ل� ب�اار! و� ا ب�ه� الن!ف�س( ل!ى ل�تت�ت�ح� ا ت�ن�ائ�ه� ا�ق� ي�ة� ي�ف� ك�ي�ف� و� ائ�ل� ض� ب�الف� �ل�ع�ل�م اا ع�ن�ه� ل!ى ل�تت�ت�ح� ا ي�ه� ق� ت�و� ي�ة� ي�ف� ك�ي�ف� و�

Artinya : “ Ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya hingga jiwa terisi dengannya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya hingga jiwa kosong dari padnya “[9].

3 . Rachmat Djatnika :

Ilmu akhlak mengandung hal-hal sebagai berikut :

1. Menjelaskan pengertian “ baik dan buruk “ .

2. Menerangkan apa yang harus dilakukan oleh seseorang atau sebagian manusia terhadap sebagian yang lainnya.

3. Menjelaskan tujuan yang sepatutnya dicapai oleh manusia dengan perbuatan-perbuatan manusia itu.

Page 19: Akhlak Terhadap Allah

4. Menerangkan jalan yang harus dilalui untuk berbuat[10].

 4 . Barmawie Umary :

Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin[11].

        Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat, sifat seseorang atau perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar sudah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan serta di angan-angan lagi. Maka dari itu  gerakan refleks, denyut jantung dan kedipan mata itu tidak dapat disebut sebagai akhlak, karena gerakan tersebut tidak diperintah oleh unsur kejiwaan. Sebab akhlak merupakan           ” kehendak ” dan ” kebiasaan ” manusia yang menimbulkan kekuatan-kekuatan yang sangat besar untuk melakukan sesuatu. Kehendak merupakan keinginan yang ada pada diri manusia setelah dibimbing, dan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah untuk melakukannya. Oleh karena itu faktor kehendak atau kemauan memegang peranan yang sangat penting sebab dengan adanya kehendak tersebut telah menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan, yang karenanya dapat disebut dengan ” akhlak ”[12].

Maksud dengan sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan serta di angan-angan lagi, disini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak di kehendaki. Maka perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah merupakan ” azimah ” yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan, oleh karenanya jelas bahwa perbuatan itu memang sengaja di kehendaki adanya.  Hanya saja keadaan yang demikian ini dikakukan secara kontinyu, sehingga sudah menjadi adat / kebiasaan untuk melakukannya, karenanya timbullah perbuatan itu dengan mudah tanpa difikirkan lagi, begitu juga karena bentuknya tidak kelihatan sehingga dapat dikatakan bahwa “ Akhlak “ (   ال�ق� adalah nafsiah ( bersifat (أ�خ�kejiwaan ) atau maknawiyah ( sesuatu yang abstrak ), sedangkan bentuknya yang kelihatan dinamakan mu’amalah ( tindakan ) atau suluk                         ( prilaku ) maka dari itu bentuknya akhlak adalah sumber dan prilaku tersebut.

Dengan demikian secara substansial bahwa perbuatan yang termasuk akhlak mempunyai lima ciri antara lain :

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadian.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

Page 20: Akhlak Terhadap Allah

3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara, seperti dalam film.

5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak ( khusus akhlak yang baik ) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah Swt, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian [13].

 

[1] . Abu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Miskawaih ( 1934 ). Tahdzib                al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, Mesir : al-Mathba’ah al-Misriyah, hal : 40

[2] . Abu Hamid Muhammad al-Ghozali ( t.t ). Ikhya’ Ulumuddin, III, Bairut : Darul Fikr, hal : 56.

[3] . Ibrahim Anis ( 1972 ). al-Mu’jam al-Wasith, Mesir : Dar al-Ma’arif,                 hal : 202.

[4] . Ahmad Amin ( 1967 ). Kitab al-Akhlaq, Kairo : an-Nahdlah al-Misriyah,           hal : 50.

[5] . al-Qurtuby ( 1913 ). Tafsir al-Qurtuby, Juz VIII, Kairo : Daarus Sya’by,             hal : 6706.

[6] . Muhammad bin Ilaan Ash-Shiddiqy ( 1971 ). Dalilul Faalikhin, Juz III, Mesir : Mustofa al-Babil al-Halaby, hal : 76.

[7] . Humaidi Tatapangarsa ( 1979 ). Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya : Bina Ilmu, hal : 10.

[8] . Ibrahim Anis ( 1972 ). Op.cit, hal : 202.

[9] . Abd. Hamid Yunus ( T.th ). Op. cit, hal : 436-437.

[10] . Rachmat Djatnika ( 1992 ). Sistem Ethika Islam ( Akhlak Mulia ), Jakarta : Pustaka Panji Masyarakat, hal : 31.

[11] . Barmawie Umary ( 1991 ). Materia Akhlak, Solo : Romadhani, hal : 1.

[12] . M. Zein Yusuf ( 1993 ). Akhlak Tasawuf, Semarang : al-Husnah, hal : 7.

Page 21: Akhlak Terhadap Allah

[13] . Abuddin Nata ( 2006 ). Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal : 4-6.

Makna Akhlak Sebelum terlalu panjang lebar membahas tentang pendidikan akhlak dan tujuannya, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian pendidikan. Hal ini dimaksudkan menjadi pijakan awal untuk pembahasan yang lebih lanjut.Di tinjau dari segi bahasa (etimologi), pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapat awalan pe dan mendapat akhiran an. Sehingga menjadi suku kata "pendidikan" kata pendidikan adalah berarti "perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik.Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan  baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dimasyarakat dan kebudayaan. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.Menurut Zuhairini, pendidikan adalah "suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia yang bertujuan seumur hidup". Pendapat ini menjelaskan pendidikan itu bisa dimana dan kapan saja tanpa batas dan waktu, terutama dalam kelurga dan sekolah sebagai wadah pendidikan yang utama.Dari beberapa definisi tentang pendidikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: “Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar yang diberikan oleh pendidik/guru kepada anak didik yang mencakup norma-norma yang sesuai dengan tingkatan perkembangannya dengan tujuan terbentuknya kepribadian utama bagi anak didik dan pendidikan yang dilakukan tanpa batas (seumur hidup)”.Setelah membahas pengertian pendidikan maka selanjutnya penulis akan membahas masalah akhlak. Adapun pengertian akhlak dalam kamus bahasa Arab-Indonesia dijelaskan bahwa kata   خالق yang berarti ( خلق ) berasal dari kata (( اperangai atau akhlak. Kemudian juga dijelaskan dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khuluk. Khuluk di dalam kamus Mahmud Yunus berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan akhak.Di dalam da'iratul ma'arif dikatakan bahwa:

دبية اال نسان اال صفات هى االخلقArtinya : "Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik"                Para Ulama Ilmu Akhlak merumuskan devinisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang dikemukakannya; antara lain:1.        Al-Qurthuby Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya disebut akhlaq,

Page 22: Akhlak Terhadap Allah

karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.2.        Muhammad bin ‘Ilan Ash ShadiqyAkhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain).3.        Ibnu Maskawaih Akhlaq adalah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkannya (lebih lama).4.        Abu Bakar L-JazairyAkhlaq adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.5.        Imam Al-Ghozali Akhlaq adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan; tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlaq yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlaq yang buruk.Dari pegertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

Jadi pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah beberapa macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari'at dan akal pikiran, maka ini dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya yang lahir dari kelakuan yang buruk, maka di sebutlah budi pekerti yang tercela.Kemudian menurut Ibnu Maskawaih yang dikutif oleh Abuddin Nata bahwa akhlak menurut istilah: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan". Kata ahklak atau khuluk, terdapat dalam al-Qur'an dan Hadits. Seperti:a. Dalam surat Al-Qolam ayat 4 yaitu:

(٤: القلم ) عظيم خلق لعلى وانكArtinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung"(Q.S Al-Qalam: 4)b. Dalam surat al-Imran ayat 159 yaitu:

:عمران ل ا )حولك من النفضوا القلب غليظ فظا ولوكنت لهم لنت الله من رحمة فبما۱۵۹)

Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan

Page 23: Akhlak Terhadap Allah

diri dari sekelilingmu." (Q,S Al-Imaran: 159)c. Kemudian hadist Rasulullah SAW yaitu :

(صحيح حسن وقال الترميذى رواه ) خلقا احسنهم ايمانا المؤمنين اكملArtinya: "Yang paling sempurna iman orang mu'min itu yang paling sempurna (baik) budi pekertinya"d. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim:

(ومسلم البخارى رواه ) اخالقا احاسنكم خيركمArtinya: "Sebaik-baik kamu yaitu yang paling baik keadaan akhlaknya" (H.R. Bukhori Muslim) Dari ayat-ayat dan hadits di atas dapat dipahami bentuk perkataan akhlak, khuluk dan khaliqun bisa diartikan dengan istilah budi pekerti atau perangai, tingkah laku, adab kebiasaan, tabiat serta peradaban yang baik atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat. Sedangkan menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syibany, akhlak ialah salah satu hasil dari iman dan ibadah, bahwa iman dan ibadah manusia tidak sempurna kecuali kalau timbul dari akhlak yang mulia dan perbuatan yang baik.Menurut imam Al-Ghazali akhlak ialah "sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran ( lebih dahulu)Sedangkan menurut Akmal Hawi akhlak adalah suatu perangai atau tingkah laku manusia dalam pergaulan sehari-hari. Perbuatan-perbuatan tersebut timbul dengan mudah tanpa direncanakan terlebih dahulu karena sudah menjadi kebiasaan.

Diterbitkan di: 15 Februari, 2010

Sumber: http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1973685-makna-akhlak/#ixzz1w4VfVOD6

sMakna Akhlak Sebelum terlalu panjang lebar membahas tentang pendidikan akhlak dan tujuannya, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian pendidikan. Hal ini dimaksudkan menjadi pijakan awal untuk pembahasan yang lebih lanjut.Di tinjau dari segi bahasa (etimologi), pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapat awalan pe dan mendapat akhiran an. Sehingga menjadi suku kata "pendidikan" kata pendidikan adalah berarti "perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik.Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan  baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dimasyarakat dan kebudayaan. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai

Page 24: Akhlak Terhadap Allah

dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.Menurut Zuhairini, pendidikan adalah "suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia yang bertujuan seumur hidup". Pendapat ini menjelaskan pendidikan itu bisa dimana dan kapan saja tanpa batas dan waktu, terutama dalam kelurga dan sekolah sebagai wadah pendidikan yang utama.Dari beberapa definisi tentang pendidikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: “Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar yang diberikan oleh pendidik/guru kepada anak didik yang mencakup norma-norma yang sesuai dengan tingkatan perkembangannya dengan tujuan terbentuknya kepribadian utama bagi anak didik dan pendidikan yang dilakukan tanpa batas (seumur hidup)”.Setelah membahas pengertian pendidikan maka selanjutnya penulis akan membahas masalah akhlak. Adapun pengertian akhlak dalam kamus bahasa Arab-Indonesia dijelaskan bahwa kata   خالق yang berarti ( خلق ) berasal dari kata (( اperangai atau akhlak. Kemudian juga dijelaskan dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khuluk. Khuluk di dalam kamus Mahmud Yunus berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan akhak.Di dalam da'iratul ma'arif dikatakan bahwa:

دبية اال نسان اال صفات هى االخلقArtinya : "Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik"                Para Ulama Ilmu Akhlak merumuskan devinisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang dikemukakannya; antara lain:1.        Al-Qurthuby Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya disebut akhlaq, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.2.        Muhammad bin ‘Ilan Ash ShadiqyAkhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain).3.        Ibnu Maskawaih Akhlaq adalah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkannya (lebih lama).4.        Abu Bakar L-JazairyAkhlaq adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.5.        Imam Al-Ghozali Akhlaq adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan; tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlaq yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlaq yang buruk.Dari pegertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu

Page 25: Akhlak Terhadap Allah

dapat berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

Jadi pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah beberapa macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari'at dan akal pikiran, maka ini dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya yang lahir dari kelakuan yang buruk, maka di sebutlah budi pekerti yang tercela.Kemudian menurut Ibnu Maskawaih yang dikutif oleh Abuddin Nata bahwa akhlak menurut istilah: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan". Kata ahklak atau khuluk, terdapat dalam al-Qur'an dan Hadits. Seperti:a. Dalam surat Al-Qolam ayat 4 yaitu:

(٤: القلم ) عظيم خلق لعلى وانكArtinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung"(Q.S Al-Qalam: 4)b. Dalam surat al-Imran ayat 159 yaitu:

:عمران ل ا )حولك من النفضوا القلب غليظ فظا ولوكنت لهم لنت الله من رحمة فبما۱۵۹)

Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (Q,S Al-Imaran: 159)c. Kemudian hadist Rasulullah SAW yaitu :

(صحيح حسن وقال الترميذى رواه ) خلقا احسنهم ايمانا المؤمنين اكملArtinya: "Yang paling sempurna iman orang mu'min itu yang paling sempurna (baik) budi pekertinya"d. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim:

(ومسلم البخارى رواه ) اخالقا احاسنكم خيركمArtinya: "Sebaik-baik kamu yaitu yang paling baik keadaan akhlaknya" (H.R. Bukhori Muslim) Dari ayat-ayat dan hadits di atas dapat dipahami bentuk perkataan akhlak, khuluk dan khaliqun bisa diartikan dengan istilah budi pekerti atau perangai, tingkah laku, adab kebiasaan, tabiat serta peradaban yang baik atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat. Sedangkan menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syibany, akhlak ialah salah satu hasil dari iman dan ibadah, bahwa iman dan ibadah manusia tidak sempurna kecuali kalau timbul dari akhlak yang mulia dan perbuatan yang baik.Menurut imam Al-Ghazali akhlak ialah "sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan

Page 26: Akhlak Terhadap Allah

pikiran ( lebih dahulu)Sedangkan menurut Akmal Hawi akhlak adalah suatu perangai atau tingkah laku manusia dalam pergaulan sehari-hari. Perbuatan-perbuatan tersebut timbul dengan mudah tanpa direncanakan terlebih dahulu karena sudah menjadi kebiasaan.

Pengertian akhlak dan tasawuf — Document Transcript

1. Pengertian Akhlak dan Tasawuf<br />Pengertian Akhlak:• Secara bahasa akhlak berasal dari kata – – اخالقا يخلق ,artinya perangai اخلقkebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah:<br />1. QS. Al- Qalam: 4: خلق لعلى وانك2عظيم . QS. Asy-Syu’ara: 137: االولين خلق اال هذا 3ان . Hadis : بعثت انما

االخالق مكارم br />• Menurut Istilah, akhlak adalah:1. Ibnu> التممMiskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.<br />Ciri Perbuatan Akhlak:1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.5. Dilakukan dengan ikhlas.<br />Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:@ Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.@ Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.@ Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.<br />Manfaat mempelajari Ilmu Akhlak:1. Menetapkan criteria perbuatan yang baik dan buruk.2. Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.3. Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.4. Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk.<br />Pengertian Tasawuf:• Secara bahasa tasawuf berarti:- saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)- sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.<br />• Menurut Istilah:1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt.2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.<br />Sumber Ajaran Tasawuf:1. Unsur Islam:- Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS> At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada HambaNya (QS.

Page 27: Akhlak Terhadap Allah

An-Nur: 35), sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3)- Hadis Nabi seperti tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya.- Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.2. Unsur Non Islam:a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.b. Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan.c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain.<br />Hubungan Akhlak dengan Tasawuf:<br />Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesame manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.<br />Kuliah Kedua<br />SEJARAH PERKEMBANGAN AKHLAK TASAWUF<br />Sejarah Perkembangan AkhlakDitelusuri dari aspek kebangsaan, dapat dijelaskan sebagai berikut:A. Akhlak pada bangsa Yunani• Ditandai dengan munculnya Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana.• Dasar pemikirannya: rasionalistik, baik dan buruk didasarkan pada pertimbangan akal pikiran. Argumentasinya didasarkan pada filsafat tentang manusia (anthropocentris), terkait dengan kejiwaan manusia. Akhlak adalah sesuatu yang fitri yang ada dalam diri manusia.• Tokohnya:- Socrates (469-399 SM): membentuk pola hubungan antara manusia dengan dasar ilmu pengetahuan.- Plato (427-347 SM): mengemukakan teori contoh, yaitu apa yang terdapat pada lahiriyah sebenarnya telah ada contoh sebelumnya yang ada dalam bayangan dari yang tidak tampak (alam rohani atau alam ide). Teorinya ini terdapat dalam bukunya: Republik.- Aristoteles (394-322 SM): mengemukakan teori pertengahan; yang baik adalah yang berada di tengah-tengah. Tujuan akhir manusia adalah kebahagiaan. Untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan menggunakan ilmu pengetahuan.<br />B. Akhlak pada Agama Nasrani• Dasarnya adalah teocentris, Tuhan adalah sumber akhlak.• Tuhan yang menentukan dan membentuk patokan akhlak.• Menekankan pada aspek sufistik (dimensi batin).• Pendorong kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan kitab Taurat.<br />C. Akhlak pada bangsa Romawi• Dibangun berdasarkan perpaduan antara ajaran Yunani (anthropocentris) dengan ajaran Nasrani (Teocentris).• Tokohnya: Abelard (1079-1142 M) dari Perancis, dan Thomas Aquinas (1226-1274 M) dari Italia.<br />D. Akhlak pada Agama Islam• Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia.• Al-Qur’an memberi perhatian besar pada pembinaan akhlak.• Nabi menjadi role model dalam pembinaan akhlak dalam penyebaran Islam.Sejarah Perkembangan Tasawuf<br />• Masa Rasulullah belum ada istilah tasawuf.• Benih-benih tasawuf ditemukan pada perilaku dan sifat Nabi, seperti ketika berkhalwat di gua hira.• Kehidupan para sahabat juga mencerminkan kehidupan sebagai sufi seperti sikap zuhud dan qana’ah.• Masa Tabi’in: ada istilah Nussak, yaitu orang-orang yang menyediakan dirinya untuk beribadah kepada Allah.

Page 28: Akhlak Terhadap Allah

Tokohnya Hasan Basri, yang benar-benar mempraktekkan tasawuf dengan memunculkan konsep khauf dan raja’.• Istilah tasawuf muncul pada abad ke 2 H. Kata sufi pertama kali digunakan oleh Abu Hasyim, seorang Zahid dari Syria (w. 780 M). Dia mendirikan Takya, semacam padepokan sufi yang pertama.• Tasawuf muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang penuh dengan kemewahan. Para sufi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al-Qur’an, salat sunnah dan sebagainya. Tasawuf menjadi pengajian yang dipimpin oleh guru sufi.• Abad ke 3 H: muncul tasawuf yang menonjolkan pemikiran eksklusif (tasawuf falsafi) seperti Al-Hallaj dengan konsep hulul.• Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuf hanya pada al-Qur’an dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral.• Abd ke 6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Rifa’I (w. 570 H), dan Sayid Abdul Qadir Jaelani (w. 651 M).• Sejak abad ke 6 H muncul perpaduan antara tasawuf akhlaki dengan falsafi dengan tokoh seperti: Suhrawardi Al-Maqtul dan Ibn Arabi. <br />Kuliah Ketiga<br />ETIKA, MORAL, SUSILA, DAN AKHLAK<br />Etika• Secara bahasa etika berasal dari bahasa Yunani; ethos; yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika dalam kamus diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak.• Menurut istilah etika adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia (Ahmad Amin).• Konsep etika bersifat humanistis dan anthropocentris, karena didasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada perbuatan manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan yang dihasilkan oleh akal manusia.• Komponen yang terdapat dalam etika meliputi 4 hal:1. Objek, yaitu perbuatan manusia.2. Sumber, berasal dari pikiran atau filsafat.3. Fungsi, sebagai penilai perbuatan manusia.4. Sifat, berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.<br />Moral• Secara bahasa berasal dari kata mores (latin) yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus moral diartikan sebagai penentuan baik dan buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.• Istilah: moral merupakan istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.• Acuan moral adalah system nilai yang hidp dan diberlakukan dalam masyarakat.• Persamaan antara moral dan etika terletak pada objeknya yaitu: perbuatan manusia.• Perbedaan keduanya terletak pada tolok ukur penilaian perbuatan. Etika menggunakan akal sebagai tolok ukur, sedangkan moral menggunakan norma yang hidup dalam masyarakat. <br />Susila• Berasal dari bahasa Sanskerta, Su: artinya baik, dan susila: artinya prinsip, dasar, atau aturan.• Susila atau kesusilaan diartikan sebagai aturan hidup yang lebih baik, sopan, dan beradab.• Kesusilaan merupakan upaya membimbing, memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma/nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.<br />PERSAMAAN ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK<br />• Persamaan ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.•

Page 29: Akhlak Terhadap Allah

Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal:1. Objek: yaitu perbuatan manusia2. Ukuran: yaitu baik dan buruk3. Tujuan: membentuk kepribadian manusia<br />PERBEDAAN1. Sumber atau acuan:- Etika sumber acuannya adalah akal- Moral sumbernya norma atau adapt istiadat- Akhlak bersumber dari wahyu2. Sifat Pemikiran:- Etika bersifat filososfis- Moral bersifat empiris- Akhlak merupakan perpaduan antara wahyu dan akal3. Proses munculnya perbuatan:- Etika muncul ketika ad aide- Moral muncul karena pertimbangan suasana- Akhlak muncul secara spontan atau tanpa pertimbangan.<br />KONSEP BAIK DAN BURUK<br />Definisi Baik dan Buruk• Pengertian baik atau khair adalah:1. sesuatu yang sudah mencapau kesempurnaan,2. sesuatu yang memiliki nilai kebenaran/nilai yang diharapkan,3. sesuatu yang berhubungan dengan luhur, bermartabat, menyenangkan, dan disukai manusia.• Buruk atau syarr, memiliki pengertian kebalikan dari baik.• Pengertian baik dan buruk di atas bersifat subjektif, relative, tergantung individu yang menilainya.<br />Penentuan Baik dan Buruk1. Berdasarkan adat istiadat masyarakat (aliran sosialisme).2. Berdasarkan akal manusia (hedonisme)3. Berdasarkan intuisi (humanisme)4. Berdasarkan kegunaan (utilitarianisme)5. Berdasarkan agama (religiousisme)<br />Konsep Baik dalam ajaran Islam1. Hasanah; sesuatu yang disukai atau dipandang baik (QS. 16: 125, 28: 84)2. Tayyibah; sesuatu yang memberikan kelezatan kepada panca indera dan jiwa (QS. 2: 57).3. Khair; sesuatu yang baik menurut umat manusia (QS. 2: 158).4. Mahmudah; sesuatu yang utama akibat melaksanakan sesuatu yang disukai Allah (QS. 17: 79).5. Karimah; perbuatan terpuji yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari (QS. 17: 23).6. Birr; upaya memperbanyak perbuatan baik (QS. 2: 177).<br />KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB<br />Makna Kebebasan:1. Kemampuan untuk menentukan diri sendiri, tidak dibatasi oleh orang lain.2. Kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai yang dimilikinya dan tujuan yang diinginkannya.3. Kemampuan memilih kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.4. tidak dipaksa/terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya, berbuat dengan leluasa.<br />Kebebasan manusia: apakah manusia memiliki kebebasan atau tidak?1. Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan kemauannya (Qadariyah/Mu’tazilah).2. Kebebasan manusia dibatasi oleh Tuhan (Jabariyah/Asy’ariyah).<br />Dasar Kebebasan: QS. 3: 164, 18: 29, 41: 40. <br />Macam Kebebasan:1. Kebebasan jasmani (menggerakkan anggota tubuh).2. Kebebasan ruhani (berkehendak)3. Kebebasan moral.<br />Tanggung Jawab• Kesediaan dasariah untuk melaksanaka apa yang menjadi kewajiban.• Kewajiban untuk melaksanakan segala sesuatu yang bertujuan untuk mempertahankan keadilan, keamanan, dan kemakmuran.• Menerima pembebanan sebagai akibat perbuatan sendiri.<br />Eksistensi Tanggung jawab• berhubungan dengan perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran.• Tanggung jawab berhubungan dengan kebebasan berbuat , dimana kebebasan berbuat harus dapat dipertanggungjawabkan.• Hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab meliputi:1. kemampuan

Page 30: Akhlak Terhadap Allah

untuk menentukan diri sendiri2. kemampuan untuk bertanggungjawab.3. kedewasaan manusia<br />Kuliah Keempat<br />PEMBENTUKAN AKHLAK<br />Pandangan tentang eksistensi akhlak- Terdapat dua aliran tentang akhlak manusia, apakah akhlak itu dibentuk atau bawaan sejak lahir.1. Akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Jadi akhlak adalah pembawaan manusia, yaitu kecenderungan kepada fitrah yang ada pada dirinya. Akhlak tumbuh dengan sendirinya tanpa dibentuk atau diusahakan (gairu muktasabah).2. Akhlak adalah hasil pendidikan, latihan atau pembinaan yang sungguh-sungguh. Akhlak adalah hasil usaha (muktasabah). <br />Metode Pembentukan Akhlak• Dalam Islam pembentukan akhlak dilakukan secara integrated, melalui rukun iman dan rukun Islam. Ibadah dalam Islam menjadi sarana pembinaan akhlak.• Cara lain adalah melalui: pembiasaan, keteladanan, dan instropeksi.<br />Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak1. Aliran Nativisme: potensi batin dangat dominant dalam pembinaan akhlak. Potensi tersebut adalah pembawaan yang berupa kecenderungan, bakat, minat, akal, dan lain-ain.2. Aliran Empiris: lingkungan social, termasuk pendidikan merupakan factor penting dalam pembinaan akhlak.3. Aliran Konvergensi: pembinaan akhlak dipengaruhi oleh factor internal (pembawaan) dan factor eksternal (lingkungan).4. Islam: sesuai dengan aliran konvergensi (QS. An-Nahl: 78, dan hadis Nabi: kullu mauludin…).<br />Petunjuk Pembinaan Akhlak dalam Islam:1. Memilih pasangan hidup yang beragama2. Banyak beribadah saat hamil3. Mengazani saat kelahiran4. Memberi makanan yang halal dan bergizi5. Mencukur rambut dan khitan sebagai tanda kesucian6. Aqiqah, isyarat menerima kehadiran sang anak7. Memberi nama yang baik8. Mengajari membaca Al-qur’an9. Mengajari salat sejak umur tujuh tahun. <br />http://doelmith.wordpress.com/2009/03/01/mata-kuliah-akhlak-tasauf/<br />