akhir perselisihan pilkada depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani...

68

Upload: nguyendiep

Post on 06-May-2018

257 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan
Page 2: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 20062

SALAM

Redaksi KONSTITUSI mengundang intelektual dan warga masyarakat untuk menyumbangkan tulisan mengenai hukum tatanegara dalam rubrik “Opini” dan “Warga Menulis”. Panjang tulisan maksimal 6000 karakter untuk “Opini” dan 2000 karakteruntuk “Warga Menulis”. Isi tulisan tidak mencerminkan pendapat Mahkamah Konstitusi. Tulisan dapat dikirim melalui posatau email dengan menyertakan foto diri. Tulisan yang dimuat akan mendapat honorarium.

Apa yang kau kehendaki akanlebih cepat kau peroleh dengan

senyuman daripada ayunanpedang.

Jalaluddin Rumi 1207-1273

Kahlil Gibran 1883-1931

William Shakespeare 1564–1616

“““

””

Berbahagialah seorangpenguasa yang berada di depan

pintu orang miskin, dancelakalah orang miskin yangberada di gerbang penguasa.

Pemimpin yang lemah sangatmenghormati “orang” lain, tapi

sebaliknya gemar menginjakrakyatnya sendiri.

KATA-KATA BIJAKMEMASUKI tahun 2006, majalah BeritaMahkamah Konstitusi (BMK), melakukanbeberapa perubahan baik penampilanmaupun materi. Beberapa hal yang kamianggap kurang relevan kami tinggalkandan sebagai gantinya kami masukkan hal-hal baru yang kami anggap dapat memberibobot lebih.

Beberapa perubahan yang cukupfundamental di antaranya adalah peruba-han nama majalah dari semula BeritaMahkamah Konstitusi yang biasa ditampil-kan akronimnya yakni BMK kami gantidengan KONSITUSI. Perubahan nama inikami putuskan berdasarkan pertimbanganbahwa akronim BMK yang terdiri darikumpulan huruf konsonan kurang lumrahuntuk nama sebuah majalah. Mengikutiperubahan ini, kami juga menggantiukuran majalah yang semula berukuranA4 menjadi ukuran kwarto yang lebihlazim dipakai sebagai standar ukurankertas majalah.

Lebih dari itu, kami juga menambahbeberapa rubrik yang kami anggap pentinguntuk menambah bobot materi beritayakni Parlementaria (berisi perkembanganundang-undang di Indonesia), JejakKonstitusi (berisi sejarah munculnyakonstitusi di negara-negara manca),

Konstitusi Maya (berisi sekilas info menge-nai website tentang konstitusi) dan Konsti-tusiana (berisi informasi mengenai Mahka-mah Konstitusi). Sementara rubrik Kalei-doskop kami maksudkan sebagai rubriktidak tetap yang bersifat insidental.

Selain itu, kami juga mencoba mem-beri sentuhan yang lebih populer pada tataletak dengan penampilan foto-foto danjudul berita yang lebih komunikatif.Melalui perbaikan-perbaikan yang kamilakukan, semoga majalah ini bisa lebihdekat lagi dengan pembaca dan dapatmemberi manfaat yang lebih besar.

Cover lama dancover baru.

Page 3: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 3

DAFTAR ISI

Akhir Perselisihan Pilkada DepokRuang Sidang

Dewan Konstitusi Perancis

Dewan Pengarah: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Prof. Dr. Mohamad Laica Marzuki, S.H., Prof. Abdul Mukthie Fadjar, S.H., MS., Letjen TNI(Purn) H. Achmad Roestandi, S.H., Prof. H. Ahmad Syarifudin Natabaya, S.H., LL.M., Dr. Harjono, S.H., MCL., I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H.,

Perjalanan

Hakim MK di Kamboja

Perseteruan dua pasangan kandidat walikota DepokBadrul Kamal-Syihabuddin Ahmad dan NurmahmudiIsmail-Yuyun Wirasaputra berujung di MK. Karenamahkamah tidak menerima permohonan Badrul Kamal,Nurmahmudi menjadi pemenang. Hlm. 10

Cakrawala

Pengujian konstitusional di Perancis tidak diserahkan pada suatubadan yang berbentuk mahkamah konstitusi seperti negara-negaralain. Untuk melaksanakan kekuasaan tersebut, Perancismembentuk Dewan Konstitusi (Conseil Constitusionnel). Hal. 37

Hakim Mahkamah KonstitusiMaruarar Siahaan, S.H. men-jadi pembicara dalam work-shop penyusunan kode etikhakim kerajaan Kamboja.Worksop diikuti oleh lembaga-lembaga hukum se-Kambojadan dihadiri ekspert dari Ame-rika Serikat dan Malaysia.Hlm. 20

Siapa MengapaWartawan “Desk” HukumBagi Fira Abdurrahman, me-liput persoalan hukum bukansekedar tuntutan profesi, tetapijuga merupakan penyaluran ke-mampuan. Sebelum direkrutSCTV, Fira pernah menjadi re-porter desk hukum di KantorBerita Radio Voice of HumanRight. Apa komentarnya ten-tang proses persidangan diMK? Hlm. 47

Editorial .................................................................................................................................................4Konstitusiana ..................................................................................................................................5Konstitusi Maya .............................................................................................................................5Warga Menulis ...............................................................................................................................6Kaleidoskop .................................................................................................................................... 8Opini Ibnu Tricahyo, S.H., M.H. ......................................................................................19Perjalanan ......................................................................................................................................20Aksi .........................................................................................................................................................22Tanya Jawab ...................................................................................................................................33Jejak Konstitusi ..........................................................................................................................34Pustaka ...............................................................................................................................................40Catatan Panitera .......................................................................................................................44Serba-serbi ....................................................................................................................................45Opini Yanwar Malaming ..........................................................................................................46Istilah Hukum ................................................................................................................................45Putusan MK ......................................................................................................................................48

Maruarar Siahaan, S.H., Soedarsono, S.H. Penanggung Jawab: Janedjri M. Gaffar, Wakil Penanggung Jawab: H. Ahmad Fadlil Sumadi. Pemimpin Redaksi: WinarnoYudho. Wakil Pemimpin Redaksi: Rofiqul-Umam Ahmad. Redaktur Pelaksana: Rafiuddin Munis Tamar. Redaksi: Lukman el Latief, Bambang Suroso, Ali Zawawi,Achmad Edi Subiyanto, WS. Koentjoro, Nur Rosihin, Budi Hari Wibowo, Muchamad Ali Syafa’at, Luthfi Widagdo Eddyono, Ery Satria Pamungkas. Sekretaris Redaksi:Mardian Wibowo. Fotografer: Denny Feishal. Tata Usaha: Fuad Luthfi. Distribusi: Bambang Witono, Rachmat Santoso. Alamat Redaksi/TU: Kantor MK, Jl. MedanMerdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat. Telp. (021) 352-0173, 352-0787. Faks. (021) 352-2058. Diterbitkan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. e-mail:[email protected].

Foto: Ery

Foto

: D

enny

Fei

shal

Foto

: D

ok.

Mar

uara

r

Page 4: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 20064

EDITORIAL

Berbagai masalah hukum muncul seiring denganperkembangan masyarakat yang berinteraksi dalamintensitas tinggi dengan jangkauan yang meluas.

Sebagai akibatnya, hubungan-hubungan hukum terjadi dalambentuk yang semakin kompleks. Peraturan hukum dituntutuntuk dapat mengantisipasi berbagai perkembangan tersebut,dan mengarahkannya sesuai dengan tujuan dibentuknya aturanhukum tersebut, yaitu kepastian hukum (rechtssicherkeit),keadilan hukum (gerechtigkeit), dan kebergunaan hukum(zweckmassigkeit).

Sektor kehidupan masyarakat yang mengalami perkem-bangan dengan cepat antara lain adalah kegiatan di bidangekonomi. Berbagai rezim hukum di bidang ekonomi meng-alami perubahan menyesuaikan dengan model hubunganekonomi yang diciptakan untuk memperlancar aktivitasekonomi. Kebutuhan pengembangan hukum terkait denganaktivitas perekonomian sangat penting bagi bangsa Indonesiayang saat ini sedang menapak jalan kebangkitan dari krisisekonomi.

Salah satu produk hukum yang diperlukan dalammenunjang pembangunan perekonomian nasional adalahperaturan yang mengatur mengenai kepailitan dan penundaankewajiban pembayaran utang. Dari sudut sejarah hukum, padaawalnya UU Kepailitan bertujuan untuk melindungi parakreditur dengan memberikan cara yang cepat dan mudahuntuk menyelesaikan piutang yang jatuh waktu dan tidak/belum dibayar oleh debitur.

Dalam perkembangannya kemudian, UU Kepailitan jugabertujuan untuk melindungi debitur dengan memberikan carauntuk menyelesaikan utangnya tanpa membayar secara penuh,sehingga usahanya dapat bangkit kembali tanpa beban utang.Secara sosiologis, UU Kepailitan diperlukan untuk memulih-kan dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat sertainvestor asing sekaligus untuk mengembangkan ekonominasional. Dalam hubungan itu, UU Kepailitan yang berlakudi Indonesia diharapkan dapat mendorong investasi asing danmenyelesaikan piutang kreditur yang tidak tertagih secaraIebih mudah dan cepat.

Salah satu materi muatan dalam UU Nomor 37 Tahun2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pemba-

Kepastian Hukumdalam Undang-Undang Kepailitan

yaran Utang adalah masalah kurator dan pengurus yangberperan dalam penanganan proses pailit sebuah perusahaan.Pengaturan masalah tersebut tentu saja harus sesuai denganlegal policy hukum kepailitan, yaitu perlindungan terhadapkreditur dan debitur dan demi keberlangsungan aktivitasekonomi. Selain itu, pengaturan tersebut harus tetapberorientasi kepada tujuan hukum, yaitu kepastian hukum,keadilan hukum, dan kebergunaan hukum. Ketiga tujuanhukum tersebut termanifestasi baik dalam proses pem-bentukan hukum, maupun dalam produk hukum setelahdisahkan.

Salah satu hak konstitusional warga negara yang seringdijadikan dasar untuk mengajukan permohonan pengujianundang-undang terhadap Undang-Undang Dasar adalah hakatas kepastian hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal28D ayat (1) UUD 1945. Masalah kepastian hukum tersebutjuga menjadi salah satu dasar permohonan pengujian Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban PembayarUtang.

Untuk dapat memberikan kepastian hukum, redaksionalsebuah peraturan perundang-undangan harus disusun secaratepat menurut kaidah bahasa. Hal ini dimaksudkan agarketentuan tersebut dapat dipahami oleh semua orang secarasama, dengan kata lain, tidak menimbulkan perbedaanpenafsiran yang akan mencederai kepastian hukum sebagaisalah satu tujuan hukum. Jika suatu ketentuan tidak disusundengan baik dan tepat, atau banyak terdapat kekura-ngcermatan penulisan (clerical error) dengan sendirinya akanmenimbulkan ketidakpastian hukum.

Terkait dengan masalah jaminan kepastian hukum,putusan Mahkamah Konstitusi harus dilihat tidak sekedardari amar putusan menolak atau mengabulkan permohonanpara pemohon. Pada banyak putusan, termasuk putusantentang Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Pem-bayaran Utang ini, Mahkamah Konstitusi memberikanpenafsiran hukum yang memberikan kepastian hukum kepadamasyarakat atas suatu ketentuan dalam undang-undang sesuaidengan konstitusi walaupun tanpa membatalkan ketentuandalam suatu undang-undang.

M Ali Safa’at

Page 5: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 5

WEBSITE Mahkamah KonstitusiRepublik Italia ini ditampilkan dalamlima bahasa yaitu Italia, Inggris,Spanyol, Perancis, dan Belanda. Parauser khususnya peminat masalahhukum dan konstitusi dapat mem-bukanya di situs internet denganalamat www.cortecostituzionale.it danAnda disediakan beberapa menu,misalnya jika membutuhkan dokumententang perkembangan konstitusi diItalia. Jelajahi situs ini dengan meng-klik menu-menu yang ada.

KEBERADAAN website ini ketikapertama kali membukanya terkesankurang atau bahkan tidak menarik.Namun, ketika anda lebih dalam lagimelakukan eksplorasi keseluruhan isiyang disediakan maka akan dijumpaibeberapa fasilitas (gratis) yang dapatdigunakan, terutama adanya data-datamengenai konstitusi di dalamnya.Salah satu contoh data yang dimuatadalah proseding hasil konvensikonstitusional di Philadelpia tahun1787 (data ini disajikan per tanggal).www.constitution.org

KONSTITUSI MAYA

WWW.CONSTITUTION.ORG

WWW.CORTECOSTITUZIONALE.IT

Constitution Society

MK Italia

Tahap-Tahap Tes CPNSMahkamah Konstitusi

KONSTITUSIANA

Berdasarkan Keputusan MenpanNo: KEP/29.F/M.PAN/10/2005, Sekretariat Jenderal dan

Kepaniteraan Mahkamah KonstitusiRepublik Indonesia (MKRI) untuk tahunanggaran 2005 mendapatkan formasiPegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 91orang. Dari jumlah tersebut 49 orangdiperuntukkan bagi pengangkatan tenagahonorer dan 42 orang untuk pelamarumum. Untuk itu pada tanggal 24 Januari2006 s/d 1 Februari 2006 telah dibukakesempatan bagi WNI yang memenuhisyarat untuk mengajukan lamaran melaluiPO BOX MKRI (P.O. BOX 999 Jakarta –10000). Hasilnya 1.572 lamaran (ter-masuk 49 lamaran berasl dari tenagahonorer) telah masuk dan selanjutnyadiadakan seleksi administrasi. Parapelamar yang lolos seleksi administrasimengikuti ujian CPNS tahap kedua pada11 Februari 2006 yang dilakukan serentakdengan ujian CPNS lembaga lain.

Kepala Bagian Kepegawaian Sekre-tariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRIDrs. Mulyono ketika ditanya mengenaiseleksi administrasi CPNS bagi pelamarumum menyatakan, ada dua prioritasutama penyeleksian administrasi tersebut,yaitu berdasarkan persyaratan usia seku-rang-kurangnya 18 tahun dan setinggi-tingginya 35 tahun pada tanggal 1 Januari2006 dan kualifikasi pendidikan yangsesuai dengan pilihan jabatan. “Akhirnyaterpilih 431 orang yang lolos dari seleksiadministrasi, namun demikian hanya 243orang yang mengikuti Tes PengetahuanUmum (TPU) dan Tes Bakat Skolastik(TBS) pada tanggal 11 Februari lalu,” ujarMulyono yang akhir-akhir ini seringmelembur sampai jam 01.00 dini harikarena mengurus tes CPNS. Banyaknyapeserta yang tidak datang pada saat tes,menurut Mulyono, kemungkinan besarkarena tes CPNS di MK berbarengandengan tes CPNS lembaga lain yangmenawarkan lebih banyak formasi, se-hingga pilihan peserta tes tersebut kelembaga lain dengan asumsi kemungkinanditerima lebih besar.

TPU dan TBS CPNS MKRI dilak-sanakan di gedung kuliah Fakultas TeknikUniversitas Indonesia Depok Sabtu 11Februari 2006. Ujian CPNS MKRIdilaksanakan di Depok karena MK beker-jasama dengan Universitas Indonesiamelalui PT Daya Makara UniversitasIndonesia. PT Daya Makara UniversitasIndonesia yang diserahi tanggung jawabini nantinya akan menyediakan fasilitasruang ujian, pelaksanaan teknis ujian,kerjasama penyusunan soal ujian, sampaipenentuan ranking hasil ujian. Dra. Hj.Dewi Pratiwi, Kepala Biro Umum Sek-retariat Jenderal dan Kepaniteraan MK,menegaskan bahwa kerjasama ini dimak-sudkan agar tes CPNS di MK lebihobyektif.

Hal itu dibenarkan oleh Drs. Mulyo-no yang menyatakan bahwa obyektivitasmemang merupakan alasan utama. Selainitu karena alasan teknis juga, yakni volumepekerjaan pegawai MK sudah sangatbanyak sekali dan tidak akan mampuuntuk mengurus teknis tes CPNS sertaruangan untuk tes yang belum dimilikiMK. Tetapi tidak semua akan diserahkanke PT Daya Makara UI. PT Daya Makarakhusus untuk menangani pembuatan soalyang mengacu pada kisi-kisi yang diberi-kan oleh tim pengadaan CPNS tingkatnasional dan seleksi hasil ujian yang output-nya berupa ranking. “Administrasiujian dan penetapan hasilnya tetap olehMK,” ungkap Mulyono di sela-selakesibukannya mengurus administrasi tesCPNS MKRI.

Selain adanya tes administrasi danTPU/TBS, yang menggunakan sistemgugur, tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakanpada 18 Februari 2006 di Fakultas IlmuBudaya UI. Tes ini bakal diikuti 174 orangyang telah lulus TPU dan TBS. Peserta testoefl yang lulus tersebut akan mengikutipsikotes dan tes kesehatan pada 26Februari 2006. “Rencananya seluruhrangkaian tes CPNS MKRI akan berakhir15 Maret 2005,’ jelas Drs. Mulyono.

(Lwe)

Page 6: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 20066

WARGA MENULIS

Mahkamah Konstitusi (MK)sebagai sebuah lembaga yang

bertanggung jawab mendorong ter-wujudnya masyarakat sadar dan ber-budaya konstitusi hendaknya dapatmenjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan gunamendukung terlaksananya tanggungjawab tersebut.

Pada dasarnya MK dibentuk de-ngan tujuan menjaga kepentingan warga negara agar hak-hakkonstitusional mereka terlindungi. Karena itu penting bagi MKuntuk melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalammelaksanakan tugas-tugas konstitusionalnya. Hanya saja,masyarakat belum banyak mengetahui peran MK dalam sistemketatanegaraan dan bagaimana memanfaatkan intitusi tersebutuntuk melindungi hak-hak konstitusional mereka.

MK hendaknya bisa bersinergi dan melibatkan gerakan sosialkemasyarakatan dengan pertimbangan gerakan sosial kemasya-rakatan lebih leluasa bergerak di tengah-tengah masyarakat danberinteraksi secara langsung dengan masyarakat. Kerjasama MKdengan gerakan sosial kemasyarakatan ini juga dimaksudkan agarada peran serta msyarakat dan dukungan dalam penyelenggaraandan pengembangan MK.

Salah satu gerakan sosial kemasyarakatan yang dapatdigandeng oleh MK dalam mengemban tugas mewujudkanmasyarakat sadar dan berbudaya konstitusi adalah Gerakan Pem-asyarakatan Minat Baca (GPMB). Gerakan ini bertujuanmembangkitkan semangat dan kemauan masyarakat untukmembaca dan belajar serta menjadikan kegiatan membaca danbelajar sebagai budaya. Salah satu program GPMB yang bisadisinergikan dengan upaya MK adalah pembentukan kelompok-kelompok membaca dan belajar untuk semua tingkatan usia

Atin PrabandariPengurus Gerakan Pemasyarakatan Minat BacaPropinsi DI YogyakartaEmail: [email protected]

MK dan GerakanPemasyarakatan Minat Baca

bekerjasama dengan instansi terkait serta pembuatan jaringankerja (networking) mengenai pengembangan minat baca.

Kelompok-kelompok membaca dan belajar ini bisadimanfatkan MK untuk mengkaji isu-isu konstitusi danmenebarkan wacana konstitusi pada masyarakat, juga sebagaisarana pendidikan masyarakat di mana produk-produk hukumMK, perangkat perundang-undangan, proseding, kebijakan danputusan serta publikasi MK yang lain seperti Jurnal Konstitusi,Berita Mahkamah konstitusi (BMK) dan Penerbit Konpress dapatdidistribusikan sekaligus dikaji. Kelompok tersebut bisadidampingi oleh seorang pakar untuk menjadi narasumber.

Kelompok-kelompok ini juga dapat dimanfaatkan sebagaisarana melaporkan kinerja dan penyelenggaraan MK kepadamayarakat serta sebagai pusat informasi dan pengaduan di manamasyarakat bisa memberikan input kepada MK. Hal ini jugamerupakan salah satu saluran bagi MK untuk membuka danmemberikan kemudahan akses secara luas kepada seluruh lapisanmasyarakat yang membutuhkan informasi tentang kinerja MKmaupun informasi tentang perkembangan perkara. Sinergi antaraMK dengan gerakan sosial kemasyarakatan yang dalam hal inidiwakili GPMB dapat mendukung terbangunnya komunikasipublik dan kemitraan yang strategis sehingga dapat mengem-bangkan kelembagaan MK dengan lebih baik.

Dunia pendidikan kita mendapat angin segar dengankeluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai

pengujian Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.Putusan tersebut menegaskan bahwa alokasi dana pendidikan(di luar gaji pendidik dan biaya kedinasan) sebesar 20% dariAPBN dan APBD harus dipenuhi oleh pemerintah. Denganbegitu dapat diartikan bahwa mulai tahun ini APBN dan APBDakan memberikan porsi dana untuk dunia pendidikan sesuaidengan ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar.

Putusan MK tersebut patut diberi aplaus oleh seluruh rakyat

Angin Segar Putusan MKtentang Pendidikan

KaryatiPendidik, tinggal di Jepara.

Email: [email protected]

Indonesia yang memandang pendidikansebagai elemen dasar bagi perbaikankondisi bangsa yang sedang dilandakebangkrutan baik di bidang ekonomi,politik, dan yang terutama di bidangmoral. Meskipun pendidikan yang baiktidak secara langsung dapat mengatasiberbagai keterpurukan yang ada, na-mun berbagai upaya menuju recoveryekonomi, stabilisasi politik dan pene-

gakan moral (dan juga hukum) dapat dibangun melaluipendidikan yang baik. Pendek kata, pendidikan merupakan entryponit bagi pulihnya kesejahteraan dan martabat bangsa.

Akan tetapi, dengan keluarnya putusan MK tersebut, tidakberarti persoalan dana pendidikan sudah selesai. Sebab, alokasidana pendidikan dalam APBN tahun 2006 ternyata hanya beradapada kisaran 8% (Detik Com 25/11/2005). Sungguh di luardugaan, para pejabat pembuat undang-undang (eksekutif danlegislatif) tidak mengindahkan putusan MK. Lalu, untuk apaada MK?

Page 7: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 7

Pelaksanaan peraturan seringkali terlihat absurd. Masyarakatseringkali memahami peraturan tidak secara utuh, hanya

sepengal-sepenggal saja. Syukur mereka mau mencobamemahami, namun realitanya masih banyak masyarakat kitayang acuh tak acuh dengan konstitusi yang berlaku di negaraini. Ironis, jika kita kaitkan dengan asas fictie hukum yang berlakudi negeri ini.

Dengan dalih bahasa konstitusi yang sukar dipahamiditambah dengan sosialisasi yang tidak sempurna, menjadienggan-lah mereka untuk mencoba bersahabat dengan peraturan-peraturan. Belum lagi dalih-dalih baru seperti ketidakpercayaan

masyarakat terhadap konstitusi yangada karena disinyalir memuat kepen-tingan golongan-golongan tertentu,semakin enggan pula mereka untukmelaksanakannya.

Untuk itu pada tahun 2003, disah-kanlah sebuah lembaga negara bernamaMahkamah Konstitusi (MK) yang mer-upakan amanat ketentuan Pasal 24 ayat(2) dan Pasal 24C Undang-Undang

Dasar 1945 hasil perubahan ketiga. MK mempunyai misi untukmewujudkan MK sebagai salah satu lembaga pemangkukekuasaan kehakiman yang terpercaya; dan membangunkonstitusionalitas Indonesia dan budaya sadar berkonstitusi.

Saat ini MK telah berusia lebih dari dua tahun, namun budayasadar berkonstitusi dalam masyarakat Indonesia ternyata belummenunjukkan adanya kemajuan yang berarti. Sejenak terbesitpertanyaan: “Akankah misi MK menjadi sebuah missionimpossible untuk direalisasikan di tengah-tengah masyarakat Indo-nesia?”

Liza Anindya RahmadianiPegawai PT (Persero) Angkasa Pura I, Yogyakarta

E-mail: [email protected]

Ridho MarpaungJurnalis Media Digital

Email: [email protected]

Sengketa LembagaNegara

Misi MahkamahKonstitusi

Salah satu hal yang menarik sepanjang tahun 2005 adalahadanya konflik antara beberapa lembaga negara atau yang

melibatkan lembaga negara. Contohnya, konflik lembagakepresidenan dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akibatkericuhan saat rapat kerja Jaksa Agung Abdul Rahman Salehdan Komisi III DPR (17/2/2005). Buntut kisruh tersebut, DPRmengirim surat meminta presiden menegur keras jaksa agungdalam tuduhan contempt of parliament.

Peristiwa lainnya terjadi pada November 2005. Saat itu,hubungan Ketua Mahkamah Agung (MA) Bagir Manan danKetua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) TaufiequrrachmanRuki sempat “memanas”. Gara-garanya adalah ketidak-sepahaman Bagir Manan terhadap beberapa prosedur pemerik-saan KPK dalam kasus dugaan suap dari pengusaha Probosutedjokepada para hakim MA. Akhirnya, Presiden SBY pun “turuntangan” menyelesaikan konflik keduanya.

Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan perubahannya jo. Pasal 10ayat (1) UU No. 24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UUMK) mengungkapkan salah satu kekuasaan MK adalah memutussengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannyadiberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Dari kedua haltersebut dapat ditafsirkan: 1) Kekuasaan MK adalah memutussengketa kewenangan lembaga negara. 2) Lembaga negara yang

dimaksud adalah lembaga negara yangkewenangannya diberikan oleh UUD1945.

Sementara, pasca reformasi, kitamelihat beberapa lembaga negara barubermunculan. Di antaranya, MK yangberdiri pada tahun 2001 dan KomisiYudisial (KY) pada tahun 2005. Belumlagi KPK pada tahun 2002. Namunpraktis dari ketiga lembaga tersebut,

hanya MK dan KY yang dibentuk berdasar UUD 1945 setelahamandemen. Sementara KPK meski super body namunpengaturannya hanya diatur lewat UU No. 30/2002. Jadi, MKtidak dapat memeriksa apabila ada sengketa kewenangan yangmenyangkut KPK.

Satu hal lagi, berdasar Pasal 65 UU MK, MA tidak dapatmenjadi pihak dalam sengketa kewenangan. Artinya, MA adalahlembaga untouchable dalam kekuasaan MK untuk memutussengketa antarlembaga negara.

Penulis menyetujui kalau MK cukup hanya mengaturpenyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara yangkewenangannya diberikan oleh UUD 1945. Karena kalau MKharus mengurusi tetek bengek soal prosedur, etika, dan komentarsaling singgung menyinggung adalah akan mengaburkan fungsidan kekuasaan MK sebagai lembaga kekuasaan kehakiman dijalur tata negara.

Namun, satu hal yang terbersit di benak penulis adalahbagaimana bila kewenangan MK disengketakan oleh lembaganegara lainnya? Dalam UUD 1945 maupun UU MK hal itumemang tidak diatur. Apakah mau dan berani, lembaga negaratersebut mengajukan sengketa ke MK terhadap MK? Hal ini bisamenjadi bahan masukan untuk MK kedepan. Bukankah pepatahmengatakan “sedia payung sebelum hujan”.

WARGA MENULIS

Page 8: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

15 Februari 2005

MK memutuskan bah-wa Pasal 68 UU No. 30Tahun 2002 tentangKPK tidak mengan-dung asas retroaktif.

MK memutuskan menolak permohonanmantan Gubernur Timor Timur Abilio J. O.Soares mengenai pengujian UU No. 26Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

12 April 2005Pasal 50 UU No. 24 Tahun 2003 tentang MKdibatalkan oleh MK. Dengan dibatalkannya pasalitu, maka MK berwenang menguji UU yang di-undangkan sebelum Perubahan UUD 1945(1999).

17 Mei 2005MK membatalkan Pasal 6 ayat (3) besertaPenjelasannya dan Pasal 224 ayat (6) sepanjangmenyangkut kata “ayat 3” dalam UU No. 37 Tahun2004 tentang Kepailitan Penundaan KewajibanPembayaran Utang.

3 Maret 2005 22 Maret 2005

25 Mei 2005Presentasi Ketua MK dalam forum 13th Annual International JudicialConference di Kiev, Ukraina.

30 Mei 2005Kunjungan Ketua MK ke Parlemen Rusia (Duma) sekaligus ke MK Rusia.

Kaleidoskop MK Tahun 2005

MK memutuskan untuk membatal-kan empat pasal UU No. 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerahyang bertentangan dengan UUD1945.

Tahun 2005 telah berlalu. MK melewatinya denganberbagai kegiatan sebagai pengejawantahan dari tugasdan kewajibannya. KONSTITUSI telah merekamberbagai momentum penting yang dilakukan MKsepanjang tahun 2005. Berikut catatannya.

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 20068

Page 9: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

17 Juni 2005Pemancangan tiang pertama gedung baru MK di Jl. Medan Merdeka BaratNo. 6 Jakarta Pusat oleh sembilan hakim konstitusi sebagai tanda dimulai-nya pembangunan gedung MK yang baru.

19 Juli 2005MK memutuskan bahwa UU No. 7 Tahun 2004 tentang SDA adalahkonstitusional selama peraturan perundang-undangan pelaksana UUSDA tidak bertentangan dengan UU-nya (conditionally constitutional).

28 Agustus 2005Untuk pertama kali Ketua MK melakukan temu wicara denganalim ulama se-Jawa Timur dan santri di Pesantren SalafiyahPasuruan, bertempat di Pendopo Kabupaten Pasuruansekaligus peluncuran UUD 1945 dalam huruf Arab Pegon.

30 Agustus 2005MK memutuskan bahwa Pasal 5 ayat (2), (3) dan (4) UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)bertentangan dengan UUD 1945.

6-9 September 2005Hakim konstitusi Maruarar Siahaan dan hakim konstitusi I Dewa GedePalguna mengikuti The Third Conference of Asian Constitutional CourtJudges di Ulan Bator, Mongolia.

17 September 2005Ketua MK meluncurkan buku UUD 1945 dalam bahasa Jawa Ngoko diBantul, DI Yogyakarta.

18 Oktober 2005Deklarasi Kode Etik Hakim Konstitusi.

19 Oktober 2005MK memutuskan tidak dapat menerima permohonan Pengujian UU No.36 Tahun 2004 tentang APBN Tahun 2005, dengan dasar pemikiran bilaUU APBN 2005 dicabut dapat menimbulkan kekacauan administrasikeuangan negara. Selain itu, MK memutuskan bahwa pemerintah harusmemenuhi anggaran pendidikan 20 persen, tidak lagi secara bertahapsebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 49 ayat (1) UUSisdiknas.

16 Desember 2005- Penandatanganan MoU antara MK, Depdiknas, Dephukham (Ditjen Perlindungan HAM), dan Universitas Pendidikan Indonesia

mengenai peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah melalui fasilitasi penyediaan buku pengayaan dan peningkatanpemahaman bidang konstitusi dan HAM.

- Penandatangan MoU antara MK dengan Dephukham (BPHN) kerjasama di bidang penelitian dan pengkajian hukum dan konstitusi.

11 Agustus 2005Penandatanganan MoUantara MK dengan Ar-sip Nasional RepublikIndonesia (ANRI) dalamhal pengelolaan, pe-nyelamatan dan peles-tarian arsip-arsip MK.

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 9

Page 10: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200610

RuangSidang

PILKADA DEPOKBABAK AKHIRPerseteruan dua pasangan kandidat walikota Depok Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad dan Nurmahmudi Ismail-Yuyun Wirasaputraberujung di MK. Mahkamah tidak menerima permohonan pemohon.

Tanggal 24 Januari menjadi akhirdari perselisihan pemilihan kepaladaerah kota Depok. Berakhirnya

perselisihan ini bukan karena MahkamahKonstitusi (MK) menyatakan salah satupihak lebih benar dibanding pihak lain-nya. Namun MK menyatakan ketidak-berwenangannya dalam menangani per-mohonan judicial review yang diajukanBadrul Kamal-Syihabuddin Ahmad.Sehingga Putusan Mahkamah Agung(MA), yang dimintakan judicial reviewkepada MK, tetap berlaku dan memilikikekuatan hukum mengikat.Perseteruan panjang

Cerita perseteruan itu sendiri berawalsaat pasangan calon walikota dan wakilwalikota Nurmahmudi Ismail-YuyunWirasaputra dinyatakan memenangkanPilkada Depok 26 Juni 2005 oleh KomisiPemilihan Umum Daerah (KPUD) De-pok. Namun Badrul-Syihabuddin melihatkemenangan Nurmahmudi-Yuyun tidakmurni dan merugikan mereka. Sebagaiupaya hukum, Badrul-Syihabuddin mem-bawa tuduhan kecurangan penghitungansuara Pilkada kepada Pengadilan Tinggi(PT) Jawa Barat. Sesuai ketentuan dalamUU No. 32 Tahun 2004 tentang Peme-rintahan Daerah (UU Pemda), PT JawaBarat yang berkedudukan di Bandungmemang menjadi pihak yang berwenanguntuk menguji serta mengeluarkan putus-an yang bersifat final dan mengikat jikaterjadi perselisihan hasil pilkada.

Gayung bersambut, PT Jawa Baratmenangani perkara perselisihan hasil pil-kada yang dilayangkan pasangan Badrul-Syihabuddin. Usai proses persidangan, PTJawa Barat dalam keputusannya tanggal 4Agustus 2005 memenangkan Badrul-

Syihabuddin dan menganulir kemenanganNurmahmudi-Yuyun.

Menanggapi keputusan PT JawaBarat, giliran KPUD Depok yang merasaterlanggar haknya. KPUD Depok menga-jukan kasasi kepada MA terhadap kepu-tusan PT Jawa Barat yang dinyatakanbersifat final dan mengikat. Majelis hakimkasasi MA yang diketuai Paulus EfendiLotulung mengabulkan kasasi KPUDDepok. Serta, dengan demikian, mengem-balikan kedudukan Nurmahmudi-Yuyunsebagai pasangan pemenang pilkadawalikota dan wakil walikota Depok.

Keterlibatan MK diawali pada hariSenin, 9 Januari 2006, ketika BadrulKamal dan Syihabuddin Ahmad menga-jukan permohonan pengujian Putusan MAkepada Kepaniteraan MK. Permohonanbernomor 001/PUU-IV/2006 yang di-ajukan Badrul-Syihabuddin berisi per-mohonan agar MK menyatakan PutusanMA No 01/PK/Pilkada/2005 tidakmempunyi kekuatan hukum mengikatmengingat putusan MA tersebut ber-tentangan dengan UU No. 32 Tahun 2004juncto PP No. 6 Tahun 2005 juncto PermaNo. 2 Tahun 2005.

Isi putusan MA dianggap merugikanpemohon karena putusan tersebut mem-batalkan putusan Pengadilan Tinggi (PT)Jawa Barat yang berkedudukan di Ban-dung. Putusan PT Jawa Barat merupakanpengesahan bagi pasangan Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad untuk menjadi wali-kota dan wakil walikota Depok menga-lahkan pasangan Nurmahmudi-Yuyun.Substansi Pengujian UU

Pemohon menganggap Putusan MAmampu menyimpangi UU Pemda yangmengatur Pilkada, dan putusan tersebut

telah menjadi yurisprudensi. Menurutpemohon hal itu menunjukkan bahwaPutusan MA merupakan undang-undangatau bahkan lebih kuat dari undang-undang. Sehingga sudah pada jalurnya jikadimintakan pengujian undang-undangkepada MK.

Untuk menguatkan argumennya,pemohon menghadirkan ahli Prof. Soe-hino, S.H. dari UGM, Dr. I Gede PancaAstawa, S.H. dari Unpad, dan Prof. Dr.Muhammad Ryaas Rasyid. Kedua namapertama adalah pakar dalam bidanghukum tata negara, sementara RyaasRasyid dikenal sebagai pakar dalambidang pemerintahan.

KPUD sebagai termohon dalamperkara SKLN mengajukan ahli Prof. Dr.Soedikno Mertokusumo, S.H. Namunsayangnya guru besar ilmu hukum dariUGM tersebut berhalangan hadir danhanya menyampaikan keterangannyasecara tertulis. Pihak terkait, Nurmah-mudi Ismail-Yuyun Wirasaputra turutpula mengajukan dua orang ahli. Yaitu

Foto

: D

enny

Fei

shal

Page 11: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 11

RuangSidang

pakar hukum tata negara dari UGM DenyIndrayana, Ph.D. dan mantan PanwasPemilu 2004 Topo Santoso, S.H., M.H.

Penyelenggaraan pemilihan kepaladaerah serta penyelesaian sengketa yangtimbul dalam pemilihan kepala daerah,diatur oleh UU Pemda. Pasal 106 ayat (6)undang-undang tersebut menyatakanbahwa “Mahkamah Agung dalam melak-sanakan kewenangannya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat mendelega-sikan kepada Pengadilan Tinggi untukmemutus sengketa hasil penghitungansuara pemilihan kepala daerah dan wakilkepala daerah kabupaten dan kota”’.

Selanjutnya, ayat (7) pada pasal yangsama menyatakan “Putusan PengadilanTinggi sebagaimana dimaksud pada ayat(6) bersifat final”. Penjelasannya menya-takan “Putusan Pengadilan Tinggi yangbersifat final dalam ketentuan ini adalahputusan Pengadilan Tinggi yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap dantidak bisa lagi ditempuh upaya hukum”.

Dari peraturan tersebut, pemohon

merasa bahwa MA telah melakukan suatupelanggaran terhadap UU Pemda, karenamengabulkan PK yang diajukan KPUDDepok terhadap putusan PT Jawa Barat.Seharusnya, menurut pemohon, berdasarUU Pemda putusan PT merupakan putus-an yang final atau terakhir dan tidak bisadimintakan PK.

MK memiliki kewenangan mengujiundang-undang terhadap UUD 1945;memutus sengketa kewenangan lembaganegara yang kewenangannya diberikanoleh UUD 1945; memutus pembubaranpartai politik; memutus perselisihantentang hasil pemilihan umum; dan wajibmemberikan putusan atas pendapat DPRbahwa Presiden dan/atau Wakil Presidendiduga telah melakukan pelanggaranhukum berupa pengkhianatan terhadapnegara, korupsi, penyuapan, tindak pida-na berat lainnya, atau perbuatan tercela,dan/atau tidak lagi memenuhi syaratsebagai Presiden dan/atau Wakil Pre-siden.

Majelis berpendapat bahwa permo-

honan pada pokoknya bermaksud mela-kukan pengujian undang-undang terhadapUUD 1945, dengan membangun kon-struksi hukum seolah-olah putusan Mah-kamah Agung Nomor 01 PK/PILKADA/2005 adalah yurisprudensi, dan yuris-prudensi setara atau bahkan lebih tinggidari undang-undang. Namun pengujianputusan MA bukan kewenangan MKsebagaimana tercantum dalam Pasal 24Cayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 juncto UUKekuasaan Kehakiman juncto UUMK.

Senada dengan ahli-ahli hukum tatanegara, majelis berpendapat bahwa me-nyamakan putusan MA dengan yuris-prudensi dan untuk selanjutnya menya-makan yurisprudensi dengan undang-undang, adalah pendapat yang tidak tepat.Majelis berargumen bahwa dalam artiformil maupun materiil, undang-undangtidak sama dengan yurisprudensi.

Dasar hukum yang lebih menguatkanmajelis, undang-undang yang dimak-sudkan dalam UUD 1945 adalah undang-undang sebagaimana disebutkan dalamPasal 20 UUD 1945 dan Pasal 1 butir 3UU Nomor 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan, yaitu “Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DewanPerwakilan Rakyat dengan persetujuanbersama Presiden”. Atas pertimbangantersebut, majelis menyatakan permohonanberada di luar ruang lingkup kewenangan(onbevoegheid des rechters) MK.

Majelis juga menyatakan pemohontidak memiliki legal standing, karena tidakmemenuhi ketentuan Pasal 51 UUMK.Yaitu tidak menjelaskan hak konsti-tusional yang dirugikan oleh berlakunyaundang-undang yang dimohonkan judicialreview. Andai pun terdapat kerugian, quodnon, maka kerugian yang diderita olehPemohon bukanlah disebabkan olehberlakunya undang-undang, melainkandisebabkan penerapan undang-undang.Berdasar kedua pertimbangan di atas, MKmemutuskan bahwa permohonan Pemo-hon tidak dapat diterima (niet ontvankelijkverklaard).Substansi Permohonan SKLN

Melalui perkara 002/SKLN-IV/2006, Pemohon juga mengajukan perseli-sihan pilkada tersebut sebagai sengketakewenangan lembaga negara. Pemohonmenganggap dirinya adalah lembaganegara dan dalam perkara ini merasa

Badrul Kamal berjabatan tangan denganNurmahmudi Ismail

Page 12: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200612

RuangSidang

Dinding gedung Mahkamah Konstitusi tidak mampumenahan gegap-gempita suara riuh dari halaman gedung.

Apalagi ketika Pemohon Badrul Kamal dan kuasa pemohon-nya membacakan permohonan judicial review-nya kepada MK,segera teriakan-teriakan dan makian menyambut. Hari Rabu,18 Januari 2006, gedung MK kebanjiran tamu; ratusanpengunjung, puluhan polisi serta belasan wartawan.

Hari itu memang sedang dilangsungkan sidang plenomembahas permohonan judicial review terkait sengketa hasilPilkada Depok. Dan massa yang berada di halaman gedungMK, sengaja datang untuk menggelar aksi dukungan kepadaNurmahmudi-Yuyun.

Beranjak siang, gedung MK di Jalan Medan Merdeka Baratsemakin dipenuhi ratusan massa yang mengaku berasal darikecamatan-kecamatan di Kota Depok. Massa yang berpakaianhitam-hitam serta mengenakan ikat kepala putih bertuliskanNurmahmudi-Yuyun tersebut, merupakan massa pendukungpasangan walikota-wakil walikota versi KPUD Depok yaituNurmahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra.

Rudi, salah seorang perwakilan massa, mengatakan bahwakedatangan mereka ke MK untuk mengikuti sidang judicialreview atas Putusan MA No 01/PK/Pilkada/2005 yangdimohonkan Badrul-Syihabuddin. Putusan MA sendiri, padapokoknya menguatkan posisi kemenangan Nurmahmudi-Yuyun untuk menjadi walikota-wakil walikota Depok (bacaberita MK Menafsir Pilkada Depok).

Besarnya jumlah massa yang datang, sudah diantisipasioleh MK dengan menyediakan layar monitor di halaman agar

Dukungan Massa Nurmahmudi-Yuyun

pengunjung di luar dapat melihat jalannya sidang. Polri punturun tangan membantu dengan menerjunkan puluhananggotanya, berikut beberapa polisi wanita, untuk mengaman-kan jalannya sidang.

Datang dari Cimanggis, Sukmajaya, Beji, Pancoran Mas,Limo dan Sawangan, massa yang terkoordinir ini cukup tertibmengikuti jalannya sidang. Meskipun tetap saja terdengarteriakan-teriakan riuh mereka ketika kubu Badrul Kamalangkat bicara dalam persidangan.

Disinggung mengenai keberatan majelis hakim akandemonstrasi di depan gedung MK, Rudi mengatakan bahwatujuan mereka datang bukan untuk mempengaruhi netralitasputusan hakim. “Kita di sini nggak anarkis kok. Kita hanyaingin menonton bagaimana MK bersidang,” tegasnya lebihlanjut. (mw)

dirugikan oleh KPUD Depok sebagailembaga negara penyelenggara pilkada.Asumsi pemohon yang mendasari permo-honan ini ialah bahwa putusan PT JawaBarat yang menyatakan pemohon sebagaipemenang pilkada kota Depok seketikamengubah kedudukan hukum pemohonsebagai walikota dan wakil walikota.

Majelis berpendapat bahwa permo-honan pemohon bukanlah lingkup perkarasengketa kewenangan antar lembaganegara. Dengan demikian permohonanPemohon dinyatakan tidak dapat diterima(niet ontvankelijk verklaard).

Majelis menolak anggapan pemohonyang menyatakan bahwa diri pemohonadalah walikota dan wakil walikotasekaligus sebagai lembaga negara. Majelismengatakan menurut ketentuan UUPemda dan PP Nomor 6 Tahun 2005tentang Pemilihan, Pengesahan Pengang-katan, dan Pemberhentian Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah, untuk dapat-nya pemenang pilkada menjadi walikota

dan wakil walikota, masih harus disahkanpengangkatannya oleh Menteri DalamNegeri atas nama Presiden dan pelantikanoleh Gubernur atas nama Presiden.

Sementara KPUD Kota Depokmerupakan KPUD yang kewenangannyadiberikan oleh UU Pemda. Karena ituKPUD Depok bukanlah bagian dari KPUyang dimaksudkan Pasal 22E UUD 1945.Dengan demikian, meskipun KPUDadalah lembaga negara, namun dalampenyelenggaraan Pilkada kewenangannyabukanlah kewenangan yang diberikan olehUndang-Undang Dasar, sebagaimanadimaksud dalam UUD 1945 dan UUMK.Akhir yang patut dirayakan

Sengketa yang berlarut-larut tidakmenguntungkan siapapun. Apalagi jikaperselisihan mengorbankan kepentinganmasyarakat. Calon-calon pasangan wali-kota Depok telah memberiteladan bagimasyarakat Depok.

MK memutuskan niet onvankelijkverklaard bagi permohonan Badrul Kamal-

Syihabuddin Ahmad. Tegasnya, bagipemohon tidak ada lagi upaya hukum yangbisa ditempuh, karena MA telah meme-nangkan PK KPUD Depok dan secaramateriil mengukuhkan kemenangan pasa-ngan walikota dan wakil walikota Nur-mahmudi Ismail-Yuyun Wirasaputra.

Kebesaran hati tetaplah hal yangutama, seusai pembacaan putusan olehmajelis hakim, Badrul Kamal, Syiha-buddin Ahmad, Nurmahmudi Ismail danYuyun Wirasaputra bersalaman eratdengan didampingi Ketua MK. Mengo-mentari putusan tersebut, Badrul Kamal“Semua proses sudah selesai, tadi kitadengar keputusan ini final dan mengikat,kita mengakui ini keputusan yang ter-akhir.”

Sementara Nurmahmudi menyatakankesiapannya bekerjasama dengan BadrulKamal dalam membangun Kota Depok,“Saya siap mendengarkan nasihat danpengalaman beliau, karena beliau adalahpendahulu kami di Kota Depok.” (mw)

Para pendukung pasangan Nurmahmudi-Yuyun di depan gedung MK.Foto

: D

enny

Fei

shal

Page 13: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 13

RuangSidang

PERMOHONAN UU KEPAILITAN DITOLAK“Kurator bertanggungjawab terhadap

kesalahan atau kelalaiannya dalammelaksanakan tugas pengurusan

dan/atau pemberesan yang menyebabkankerugian terhadap harta pailit”. [Pasal 72UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitandan Penundaan Kewajiban PembayaranUtang (UU Kepailitan)].

Tommy S Siregar, S.H., LLM., mela-lui kuasanya Swandy Halim, S.H., Mar-selina Simatupang, S.H., MuhammadAs’ary, S.H., Nur Asiah, S.H., FindaMayang Sari, S.H., dan Lucas, S.H.,mengajukan permohonan judicial reviewterhadap UU Kepailitan. Menurut Pemo-hon, UU Kepailitan merugikan dalam haltidak memberikan perlindungan dankepastian hukum kepada kurator yangsedang menjalankan pekerjaannya.

Undang-undang tersebut membukapeluang bagi kurator untuk melakukankesalahan. Hal demikian terjadi, menurutpemohon, karena peraturan dalam UUKepailitan menimbulkan ketidakpastianhukum. Lebih jauh, kesalahan/kelalaianyang dilakukan oleh kurator dalam pengu-rusan harta pailit bisa berakibat digu-gatnya kurator di hadapan pengadilanumum. Hal demikian dianggap olehpemohon merupakan kerugian konsti-

tusional bagi dirinya. Menurut pemohon,seharusnya kurator dalam melaksanakanpekerjaannya dilindungi oleh undang-undang. Lugasnya, seharusnya kuratordilindungi dari ancaman gugatan olehpihak-pihak yang terlibat dalam sengketakepailitan.

Selain Pasal 72 UU Kepailitan, pasal-pasal dimaksud oleh Pemohon meliputipula Pasal 17 ayat (2), Pasal 18 ayat (3),Penjelasan Pasal 59 ayat (1), Pasal 83 ayat(2), Pasal 104 ayat (1), Pasal 127 ayat (1),Pasal 244 dan Penjelasan Pasal 228 ayat(6).

Majelis hakim menyatakan pemohonmemiliki legal standing sehingga bisamengajukan permohonan judicial reviewUU Kepailitan. Tetapi dalam pemeriksaansubstansial terhadap materi permohonan,ternyata majelis hakim tidak bisa mene-rima argumen pemohon. Majelis me-ngatakan “… hal yang dipersoalkan olehPemohon bukanlah merupakan kepen-tingan yang berkait dengan hak kon-stitusional pemohon selaku kurator,meskipun pemohon berusaha keras mem-bangun argumentasi hukum seolah-olahhal itu ada hubungannya dengan hakkonstitusional pemohon selaku kura-tor…”

Dalam sidang pembacaan putusantersebut majelis hakim menegaskan bahwapasal-pasal dalam UU Kepailitan yangdipersoalkan oleh pemohon tidak ber-tentangan dengan UUD 1945 karenaargumen yang diajukan oleh pemohonmemiliki kelemahan. “Mahkamah ber-pendapat bahwa permohonan pemohontidak cukup beralasan sehingga harusditolak,” tegas Ketua MK Prof. Dr. JimlyAsshiddiqie, S.H. saat membacakanputusan.

Dibacakan dalam sidang terbukauntuk umum, Rabu (14/12), amar majelishakim konstitusi menyatakan permo-honan Pemohon ditolak untuk selu-ruhnya. Tetapi tidak seluruh hakimbersepakat menolak permohonan. HakimProf. Dr. Laica Marzuki, S.H. menya-takan dissenting opinion ‘pendapat ber-beda’ terhadap putusan tersebut. Menurut

Hakim Laica, seyogyanya Pasal 127 ayat(1) UU Kepailitan dinyatakan tidakmengikat secara hukum karena ber-tentangan dengan Pasal 28D UUD 1945.Menurut Hakim Laica, Pasal 127 ayat (1)memang tidak memberi jaminan kepastianhukum kepada kurator dalam hal tidakmenjelaskan apa yang dimaksud “ban-tahan” dalam penjelasan Pasal 127 ayat(1). Padahal bantahan dimaksud, yangdiajukan oleh pihak-pihak berselisih,merupakan pintu gerbang bagi dibawanyaperkara kepailitan (termasuk kurator) kehadapan pengadilan umum.

Dalam pemeriksaan judicial review atasUU Kepailitan, ditemukan kekurang-cermatan dalam penulisan undang-undang(clerical error) yang cukup mengganggu.Dalam Pasal 244 huruf c tercantum kata“ayat 1 huruf b”, padahal dalam Pasal 244tersebut tidak bisa dijumpai adanya “ayat1 huruf b” yang dimaksud. Kesalahan inidiakui oleh pemerintah, dan majelishakim juga menyatakan seharusnya kata“ayat 1 huruf b” dipandang tidak ada.Meskipun demikian, kekurangcermatantersebut tidak cukup jadi alasan untukmenyatakan pasal bersangkutan adalahinkonstitusional.

(mw)

Majelis hakim dalam sidang putusan pengujian UU Kepailitandan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Fo

to:

Den

ny F

eish

al

Page 14: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200614

RuangSidang

Persatuan Guru Republik Indonesia(PGRI) dan Ikatan SarjanaPendidikan Indonesia (ISPI) mera-

sa kecewa terhadap pemerintah berkaitdengan kebijakan anggaran pendidikan.Kekecewaan senada juga dialamatkanmereka kepada MK.

Akar kekecewaan mereka berawaldari kebijakan pemerintah yang pada tahunanggaran 2005 hanya mengalokasikanlebih kurang 6 persen dari dana APBNuntuk sektor pendidikan. Padahal jelas-jelas konstitusi Indonesia menentukananggaran pendidikan berjumlah tidakkurang dari 20 persen total APBN.

Menyikapi UU APBN 2005, padaparuh kedua tahun yang sama, sejumlahguru dan masyarakat Banyuwangi menga-jukan judicial review atas UU APBN 2005.Dengan diprakarsai Fathul Hadie, guru-guru dan masyarakat Banyuwangi menda-lilkan bahwa UU APBN 2005 berten-tangan dengan UUD 1945. Sifat berten-tangan dengan UUD 1945 ini, seharusnyamenjadi alasan hukum untuk menyatakanUU APBN 2005 tidak memiliki kekuatanhukum mengikat.Mencegah Kerugian Lebih Besar

Namun, dalam sistem hukum Indone-sia, jika ada kekosongan hukum yangditandai dengan dicabutnya suatu undang-undang, maka secara otomatis berlakuundang-undang sejenis yang berlakusebelumnya. Dengan pertimbangan itu,MK menyatakan demi mencegah kerugianyang lebih besar, UU APBN 2005 tetapdinyatakan berlaku dan mempunyaikekuatan hukum mengikat. Kenyataan-nya, memang alokasi dana pendidikandalam UU APBN 2005 lebih besardaripada jumlah yang dialokasikan olehUU APBN 2004.

Kebijakan mencegah kerugian yanglebih besar sudah diambil majelis hakimMK. Namun putusan ini bukan bebas darikritik. Muncul pendapat bahwa PutusanMK tersebut mengabaikan konstitusi danmembela pemerintah, karena jelas-jelasPasal 31 ayat (4) UUD 1945 menyebutkan“Negara memprioritaskan anggaran pen-didikan sekurang-kurangnya 20 persendari APBN serta dari APBD untuk meme-nuhi kebutuhan penyelenggaraan pendi-dikan nasional”.

Putusan sudah diambil, final danmengikat, dan UU APBN 2005 meleng-gang tanpa hambatan lagi menuju paripur-

Jika Dana PendidikanTak Kunjung Sesuainanya beban sampai tahun anggaran 2005berakhir.UU APBN 2006

Januari 2006 mengawali berjalannyatahun anggaran 2006. Artinya UU No. 13Tahun 2005 tentang APBN Tahun Angga-ran 2006 (UU APBN 2006) mendapatpersetujuan dan pengesahan. Namun,kegalauan masyarakat kembali hadirkarena di dalam undang-undang tersebut,alokasi anggaran pendidikan untuk tahun2006 hanya sekitar 8,1 persen. Jauh dariangka 20 persen seperti ditentukan olehUUD 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003tentang Sisdiknas.

Akhirnya PGRI dan ISPI bersepakatuntuk mengadukan pelanggaran UUAPBN 2006 kepada Mahkamah Konsti-tusi. Diwakili oleh masing-masing ketua-nya, HM Rusli Yunus dan H Soedijarto,permohonan judicial review atas UU APBN2006 dilayangkan kepada KepaniteraanMK pada penghujung tahun 2005. Dalil-nya lugas, UU APBN 2006 bertentangandengan UUD 1945, khususnya Pasal 31ayat (4) tentang kewajiban negara menye-diakan 20 persen dari dana APBN danAPBD untuk pendidikan nasional.

Sidang Panel MK digelar 13 Januari2006 untuk mendengarkan permohonan

HM Rusli Yunus dan H Soedijarto.Diketuai I Dewa Gede Palguna dengananggota Harjono dan Maruarar Siahaan,panel hakim MK mendengarkan semuaketerangan yang disampaikan pemohon.Keterangan yang dipadu dengan pemerik-saan formal untuk mengetahui apakahpemohon memiliki legal standing ataukedudukan hukum. Serta kebenaran dalilpemohon, bahwa hak konstitusionalpemohon dirugikan dengan keberadaanUU APBN 2006.

Sidang pemeriksaan bagi permohon-an HM Rusli Yunus dan H Soedijartomerupakan titik krusial pertama. Jika legalstanding dan kerugian konstitusionalmereka tidak terbukti, maka bisa dipasti-kan tidak akan ada pemeriksaan pokokperkara. Artinya, dalil bahwa UU APBN2006 melanggar ketentuan UUD 1945akan berhenti tanpa pernah “diadili”substansinya. Tentu saja, hal ini akanmenjadi kegagalan bagi pemohon, danmasyarakat luas yang diklaim ada dibela-kang PGRI dan ISPI.

“PGRI ini kan hanya sekedar maju,di belakang kita ada kepentingan seluruhrakyat untuk pendidikan yang baik bagibangsa ini,” kata HM Rusli Yunus menang-gapi pertanyaan wartawan . (mw)

Mantan Menteri Pendidikan Wardiman Djo-jonegoro bergabung dengan para guru yangmelakukan demonstrasi mendukung pemohon

Foto

: D

enny

Fei

shal

Page 15: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 15

RuangSidang

Enam puluh tahun bukanusia yang muda bagikemerdekaan sebuah

negara. Kemerdekaan yangseharusnya benar-benar mem-bebaskan rakyat dari berbagaiketertindasan; kebodohan,kemiskinan, keterkungkungan.

Pemahaman seperti itumendasari Ikatan Sarjana Pen-didikan Indonesia (ISPI) danPersatuan Guru Republik In-donesia (PGRI) mengajukanpermohonan judicial review atasUU APBN 2006 kepada Mah-kamah Konstitusi. Permo-honan yang menurut merekaharus diajukan demi kemajuandan kesejahteraan rakyat.

Berikut petikan keteranganyang disampaikan Ketua Pe-ngurus Besar PGRI HM RusliYunus dan Ketua ISPI H Soe-dijarto, yang juga mantan ang-gota tim perumus amandemenUUD 1945, kepada reporterKonstitusi dan beberapa mediamassa, Jumat, 13 Januari 2006.HM Rusli Yunus:

Kita ingin bicara nasibrakyat. UUD 1945 mengatakananggaran belanja negara 20persen sedikitnya. Kok seka-rang 8,1 persen. Nah, itu jelasmelanggar UUD 1945. KalauUUD 1945 sudah dilanggar,mau dibawa kemana RepublikIndonesia ini?

Bayangkan 45 juta rakyatndak sekolah. Delapan ratusribu gedung sekolah hancur.Darimana uangnya (untukmembiayai)? Kalo cuma 8,1persen ndak ada artinya.

Jadi kita harus berjuangmenegakkan konstitusi. Karenabagi kita UUD 1945 adalahpegangan bagi semua orang.Bagaimana kita mengamankan

Hak Rakyat untukPendidikan Bebas Biaya

republik proklamasi ini?Media:

Tentang perbaikan (per-mohonan) yang disarankanhakim MK?HM Rusli Yunus:

Oo.., kita akan patuhi.Nasehat itu baik, kita akanlaksanakan. Dan hakim sangatkooperatif sekali, beliau me-ngerti aspirasi rakyat di bela-kang kita. PGRI ini kan hanyasekedar maju, di belakang kitaada kepentingan seluruh rakyatuntuk pendidikan yang baikbagi bangsa ini.Media:

Selama ini jawaban peme-rintah jika ditanya PGRI?HM Rusli Yunus:

Ya, janji melulu kan. Men-teri pendidikan pernah bicara2 bulan yang lalu. Anggarantahun 2006 ini bertahap. Itu kansudah dipatahkan oleh MK.Dua puluh persen harus dilak-sanakan. Nah, sekarang kitatuntut.

Menurut (menurut) men-teri pada tahun 2006, karenabertahap, (anggaran pendidi-kan) itu akan 12 persen. Ternya-ta 8,1 persen. Dengan janji,menteri saja sudah agak kacau,apalagi ini dengan UUD 1945.

Ini hak warganegara. Se-bab kalau tidak, hendak diba-wa kemana negara ini jikakonstitusi dilanggar? Rakyatbanyak dirugikan dengan ang-garan yang kecil ini.H Soedijarto:

Amandemen dimaksud-kan untuk memperjelas Pasal31 ayat 2 UUD 1945. Itu arti-nya negara menanggung biaya.Semua negara di Eropa itupendidikan tidak perlu bayar.Tapi ternyata sejak orde baru

di Indonesia, ada sumbanganpengembangan pendidikan(SPP) yang orang tua harusnyumbang. Sedangkan wajibbelajar kan harusnya tidakmembayar.Media:

Tentang argumentasi defi-sit dari pemerintah?H Soedijarto:

Telah saya pelajari, ternya-ta tidak begitu. Tiga puluhpersen APBN ternyata untukbank, untuk privatisasi danuntuk pembayaran utang. Cici-lan utang dalam dan luar negeriitu 30 persen atau 191 Triliun.Dan belanja daerah lebih dari30 persen atau 322 Triliun.Kalo ada kemauan politik peme-rintah, pasti bisa diambilkandari itu.

Kedua, dunia sedang inginmengutamakan pendidikan.Karena itu pemerintah diun-dang untuk moratoium utang.Karena itu jika pemerintahingin meninjau, bisa saja adadebt swap. Utang menjadi hibah.Dan kalo itu untuk pendidikanpasti diberikan. Tapi menteripendidikan mengatakan malu.Lha kok malu? Wong ndakpunya uang.

Ketiga, secara konstitu-sional penyelenggara negara

Wawancara Pemohon Pengujian UU APBN 2006

disumpah untuk berpegangteguh kepada UUD 1945.

Sebenarnya ada uang, teta-pi tidak ada kemauan politik.Kondisi pendidikan Indonesiatidak memungkinkan bangsaini cerdas. Apa gunanya UUD1945 diamandemen kalo tidakdilaksanakan. Padahalketentuan-ketentuan politiklangsung dilaksanakan.

Apa tidak bisa rundingan,lalu alokasi untuk kegiatan laindialihkan untuk pendidikan?Pasti bisa..Media:

Terkait putusan MK ten-tang UU APBN 2005?H Soedijarto:

Sesungguhnya MK tidakboleh memakai bahasa mema-hami. MK itu harus mengukurseberapa sejauh APBN 2005sesuai amanat UUD 1945.Karena dia penjaga UUD 1945,bukan penjaga pemerintah.

MK itu ada karena, sejarahrepublik, Presiden pada me-nyimpang kecuali terhadappolitik. Lalu ada MK, agar hati-hati. Ternyata tiga orang hakimMK memahami. Lho kok me-mahami? Memahami bahwaUU APBN 2005 melanggarUUD 1945?

(mw)

H Soedijarto dan HM Rusli Yunus

Foto: Denny Feishal

Page 16: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200616

RuangSidang

M edley, demikian hakimMaruarar Siahaan menyebutsidang maraton MK pada hari

Kamis, 12 Januari 2006. Hari itu MKsecara berturutan menggelar tiga sidangpemeriksaan pendahuluan terhadap tigapermohonan judicial review. Ketiga per-mohonan judicial review tersebut diajukanoleh pemohon dan/atau kuasa pemohonyang sama, yaitu Bahrul Ilmi Yakub, S.H.

Sidang pertama pemeriksaan penda-huluan dimulai pukul 10.00 WIB denganagenda pemeriksaan pendahuluan terha-dap permohonan judicial review atas UUKehutanan. Sedangkan sidang peme-riksaan pendahuluan yang kedua, dimulaipukul 11.00 WIB, ditujukan untuk meme-riksa permohonan judicial review terhadapUU Pemasyarakatan. Terakhir, sidangketiga, dengan agenda memeriksa permo-honan judicial review atas UU MK dan SKGubernur Sumatera Selatan dilang-sungkan pukul 11.25 WIB.UU Kehutanan

Permohonan judicial review terhadapUU Kehutanan diajukan oleh PemohonHendra Sugiharto dari PT. Astra SedayaFinance yang dalam kesempatan tersebutdiwakili oleh Bahrul Ilmi Yakub, S.H., danAdri Fadly, S.H. sebagai kuasa hukum.Hendra Sugiharto sendiri adalah WakilPresiden Direktur PT. Astra SedayaFinance yang bergerak di bidang pembi-ayan otomotif.

Pemohon dalam perkara pengujianUU ini mendalilkan bahwa Pasal 78 ayat(15) UU No. 41 Tahun 1999 tentangKehutanan, sebagaimana telah diubahberdasar UU No. 19 Tahun 2004 tentangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 melanggar hakkonstitusional pemohon. Kerugian terse-but berupa ikut disitanya kendaraan milikpemohon oleh negara dengan alasanterlibat illegal loging. Padahal, menurutpemohon PT. Astra Sedaya Finance tidakterlibat illegal loging, tetapi hanya terlibaturusan pembiayaan terhadap pelaku illegalloging dengan skema penjaminan fidusia.Dan kendaraan milik pelaku illegal logingyang disita negara, sebenarnya merupakanmilik pemohon berdasar skema fidusia.

“MEDLEY” PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

Undang Undang No. 42 Tahun 1999tentang Jaminan Fidusia menjelaskanfidusia sebagai pengalihan hak kepemi-likan suatu benda dari satu pihak kepadapihak lain, atas dasar kepercayaan.Dikatakan berdasarkan kepercayaan,karena benda yang dijadikan jaminan(hutang) tersebut tetap berada dan dipergu-nakan di tangan pemilik benda, yaitupihak yang berhutang.

Dalam pemeriksaan pendahuluantersebut, panel hakim belum memeriksasubstansi masalah yang diajukan pemo-hon. Pemeriksaan baru berkisar tentanglegal standing pemohon dan kelengkapanberkas-berkas permohonan. Berkenaandengan legal standing pemohon, dalamkonteks memberi nasehat, panel hakimmeminta diperjelas apakah permohonandiajukan oleh PT. Astra Sedaya Financeatau perseorangan warga negara. Karenaterdapat perbedaan signifikan jika permo-honan diajukan oleh badan hukum diban-dingkan jika diajukan oleh perseoranganwarga negara. Menanggapi nasehat panel

hakim, pemohon menyatakan akan mem-perbaiki permohonannya.UU Pemasyarakatan

Asosiasi Advokat Konstitusi (AAK)mengajukan judicial review terhadap UUNo. 12 Tahun 1995 tentang Pemasya-rakatan. Dalam sidang pemeriksaanpendahuluan pasca perbaikan permo-honan ini, panel hakim meminta pene-gasan kembali tentang legal standing yangdimiliki AAK. Ketua dan Wakil Sekre-taris AAK Bahrul Ilmi Yakub, S.H. danAdri Fadly, S.H. yang bertindak sebagaikuasa AAK menjelaskan bahwa legalstanding yang mereka ajukan tetap samaseperti yang disampaikan sebelumnya.Meskipun menyatakan tidak ada peruba-han dalam permohonan berkenaan denganlegal standing, AAK menyampaikan buktitambahan tentang konsep perluasan hakgugat organisasi.

Dalam permohonan judicial review inipemohon mempermasalahkan kewena-ngan pemberian remisi seperti diaturdalam UU Pemasyarakatan. Dalam UU

Pemohon pengujian UU Kehutanan

Foto

: D

enny

Fei

shal

Page 17: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 17

RuangSidang

tersebut, kewenangan pemberian remisiberada di tangan eksekutif (pemerintah).Sementara menurut pemohon, berda-sarkan penafsiran mereka terhadap Pasal24 ayat (1) juncto Pasal 14 UUD 1945,kewenangan pemberian remisi seharusnyaberada di tangan lembaga yudikatif.UU MK dan SK Gubernur Sumsel

Yang terakhir dari rangkaian persida-ngan adalah pemeriksaan pendahuluanuntuk judicial review terhadap UU MK danSK Gubernur Sumatera Selatan. Pemohondalam perkara ini adalah Asosiasi AdvokatKonstitusi (AAK) yang memberi kuasakepada Bahrul Ilmi Yakub dan Dhabi K.Gumayra.

Bahrul Ilmi menerangkan, bahwayang menjadi latar belakang pengajuanjudicial review adalah keluarnya SuratKeputusan Gubernur Sumatera SelatanNo. 142/KPTS/III/1983 tanggal 24Maret 1983. SK Gubernur SumateraSelatan tersebut menyatakan dihapusnyapemerintahan marga; DPR, ketua dan/atau anggota marga; perangkat dan pejabatpamong marga lainnya.

Pemohon menganggap SK tersebutbertentangan dengan UUD 1945 khusus-nya Pasal 18B ayat (2). Karena berten-tangan dengan UUD 1945, yang berartimasuk dalam ranah pengujian konsti-tusionalitas, maka pemohon mendalilkanbahwa pengujian terhadap SK tersebutmerupakan kewenangan MK.

Ketika mejelis hakim menanyakanmengapa tidak mengajukan judicial reviewSK Gubernur kepada MA, Bahrul menje-laskan bahwa menurutnya kewenanganMA hanya sebatas melakukan pengujianlegalitas peraturan perundang-undangan.Dan sama sekali bukan pengujian konsti-tusionalitas.

Lebih lanjut, sebagai jalan agar MKmelakukan judicial review sesuai denganpermohonannya, Bahrul mengajukan pulajudicial review terhadap Pasal 10 ayat (1)butir a UU No. 24 Tahun 2003 tentangMK. Pasal 10 menjelaskan kewenanganMK, yaitu “Menguji undang-undangterhadap Undang-Undang Dasar 1945”.Bahrul menginginkan agar dengan judicialreview, Pasal 10 UU MK ini memperluaskewenangan MK. Bukan hanya mengujiundang-undang namun juga mengujiperaturan perundang-undangan di bawahundang-undang. (mw)

Mahkamah Konstitusi menya-takan dr. Ruyandi. M.Hutasoit tidak memiliki legal

standing untuk mengajukan permohonanpengujian Undang-Undang No. 23 Tahun2002 tentang Perlindungan Anak (UUPerlindungan Anak). Dengan demikianpermohonan yang diajukan dr. Ruyanditidak dapat diterima (niet onvankelijkverklaard). Hal itu terkemuka dalamsidang putusan perkara Nomor 018/PUU-III/2005 pada hari Selasa 17Januari 2005 di Gedung MK.

Ruyandi. M. Hutasoit adaalah seo-rang dokter yang juga berprofesi sebagaipendeta sehingga sering memberikanpelajaran agama, pendidikan agama,bimbingan agama, penyuluhan agama,dan pelayanan masyarakat umum yangberupa pelajaran atau khotbah menurutagamanya (Kristen) kepada orang-orangbaik yang sudah dewasa maupun anak-anak yang dilakukan di depan orangbanyak di dalam gereja, tempat-tempatibadah, balai/tempat pertemuan umumdan di tempat-tempat pendidikan.

Dengan berlakunya Pasal 86 UUPerlindungan Anak yang berbunyi:“Setiap orang yang dengan sengaja meng-gunakan tipu muslihat, rangkaian kebo-hongan, atau membujuk anak untukmemilih agama lain bukan atas kemau-annya sendiri, padahal diketahui atau patutdiduga bahwa anak tersebut belum berakaldan belum bertanggung jawab sesuaidengan agama yang dianutnya dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima)tahun dan/atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”,Ruyandi menganggap hak konstitu-sionalnya dirugikan.

Dalam permohonannya Ruyandimenyatakan, ketentuan yang diatur Pasal86 UU Perlindungan Anak bertentangandengan hak dan kewenangan konstitu-sional dan kewajiban asasi yang adapadanya yang diatur di dalam UUD1945, yaitu Pasal 28, Pasal 28E ayat (1),dan Pasal 28E ayat (2),”Setiap orangberhak atas kebebasan meyakini keperca-yaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai

dengan hati nuraninya.”Ruyandi menegaskan juga bahwa

ketentuan yang diatur pada Pasal 86 UUPerlindungan Anak potensial untuk me-ngurangi kebebasan dan kemerdekaanseorang anak untuk memilih pendidikandan pengajaran agama yang dikehen-dakinya, oleh karena harus mengikutidan menganut agama orang tuanya atauwali mereka. Ruyandi juga menyatakanakibat hukum dari peraturan perundang-undangan tersebut, seseorang yang mem-berikan pendidikan dan pengajaranagama tertentu kepada anak yang menga-nut agama orang tua atau wali mereka,menyebabkan orang yang memberikanpendidikan dan pengajaran agamatertentu bukan agama orang tua atau walidari si anak, dapat dituduh dan dipidanatelah melakukan perbuatan yang diaturPasal 86 UU Perlindungan Anak.

Menanggapi itu, MK dalam pertim-bangan hukumnya menyatakan, bahwahak konstitusional pemohon tidakmengandung hubungan sebab-akibat(causal verband) dengan ketentuan Pasal86 UU Perlindungan Anak. Karena,dengan adanya Pasal 86 UU Perlin-dungan Anak sama sekali tidak mengu-rangi hak konstitusional pemohonsebagaimana dijamin dalam Pasal 28Eayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. MenurutMK ketentuan sebagaimana yang ter-muat dalam Pasal 86 UU PerlindunganAnak tersebut malah merupakan pene-gasan bahwa negara bertanggung jawabuntuk melindungi hak setiap anak yangbelum berakal dan belum mampu ber-tanggung jawab dari kemungkinan tipumuslihat, kebohongan, atau bujukanyang menyebabkan anak tersebut memi-lih agama tertentu bukan atas kesada-rannya sendiri

MK menegaskan, unsur-unsur keru-gian hak konstitusional dr. Ruyandi yangdipersyaratkan Pasal 51 ayat (1) UU MKjungto yurisprudensi mahkamah tidakterpenuhi, sehingga Ruyandi tidak mem-punyai legal standing untuk mengajukanpermohonan pengujian Pasal 86 UUPerlindungan Anak. (Lwe)

Pemohon Tak Miliki “Legal Standing”Putusan Pengujian UU Perlindungan Anak

Page 18: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200618

RuangSidang

Jumat (6/1), Mahkamah Konstitusimenyatakan permohonan Doming-gus Maurits Luitnan, dkk. niet onvan-

kelijk verklaard ‘tidak dapat diterima’.Keputusan ini diambil majelis hakimsetelah terbukti dalam persidangan bahwapemohon tidak memiliki legal standinguntuk mengajukan judicial review UU No.5 Tahun 2004 tentang Perubahan atasUndang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung(UU MA) dan UU No. 22 Tahun 2004tentang Komisi Yudisial (UU KY).

Pemohon mengajukan judicial reviewterhadap UU MA dan UU KY karenamenilai kedua undang-undang tersebutmereduksi kewenangan Komisi Yudisial(KY) yang telah diamanatkan oleh UUD1945. Pasal 24B ayat (1) UUD 1945memberikan kewenangan kepada KYuntuk mengusulkan pengangkatan hakimagung sekaligus memberikan sanksiterhadap hakim agung dalam rangkamenjaga dan menegakkan kehormatan,keluhuran martabat serta perilaku hakim.Selengkapnya Pasal 24B ayat (1) tersebutdiatas berbunyi “Komisi Yudisial bersifatmandiri yang berwenang mengusulkanpengangkatan Hakim Agung dan mempu-nyai wewenang lain dalam rangka menjagadan menegakkan kehormatan, keluhuranmartabat serta perilaku hakim”.

Sementara UU MA dan UU KYmereduksi amanat UUD 1945 tersebutdengan menyatakan bahwa penilaian atasbenar atau salahnya hakim agung yangdiadukan KY merupakan kewenanganMajelis Kehormatan MA. Masing-masingketentuan dalam kedua undang-undangmenyebabkan pengawasan dan penin-dakan terhadap hakim yang seharusnyamenurut UUD 1945 dilakukan KY,menjadi tidak ada artinya dan tidak efektifkarena KY hilang kemandiriannya sertatergantung pada kebijakan/kehendakKetua MA.

Disinilah area yang didalilkan pemo-hon menjadi (potensi) kerugian konstitu-sional mereka. Pemohon menjelaskantimbulnya kerugian ini karena oknumhakim yang dilaporkan melakukan kejaha-tan justru dilindungi oleh MA dengan caramengeluarkan Surat Edaran MahkamahAgung No. 4 Tahun 2002 yang melarangoknum hakim, panitera, dan juru sitauntuk memenuhi panggilan penyidik

Sidang Putusan UU MA dan UU KY

Tersandung “Legal Standing”

untuk diperiksa.Diskriminasi hukum yang terjadi

berupa terampasnya hak pemohon sekali-gus bertentangannya UU MA dan UU KYdengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat(1) serta Pasal 24B ayat (1) UUD 1945.Pasal 27 ayat (1) menentukan bahwa segalawarga negara bersamaan kedudukannya didepan hukum dan pemerintahan dan wajibmenjunjung hukum dan pemerintahan itudengan tidak ada kecualinya; Pasal 28Dayat (1) UUD 1945 menentukan bahwasetiap orang berhak atas pengakuan,jaminan, perlindungan dan kepastianhukum yang adil serta perlakuan yangsama di hadapan hukum.

Terhadap dalil pemohon, majelismenilai hak konstitusional dalam Pasal 27ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) bukanlahhak konstitusional yang berkaitan denganUU MA dan UU KY. Demikian pula

dengan SEMA No. 4 Tahun 2002, majelismenganggap keluarnya surat edarantersebut “…sama sekali tidak menyangkuthak konstitusional yang dirugikan denganberlakunya UU No. 5 Tahun 2004 dan UUNo. 22 Tahun 2004…”

Berkenaan dengan kemandirian KYyang direduksi oleh UU MA dan UU KYitu sendiri, majelis memandang haltersebut tidak merugikan hak konstitusi-onal pemohon. Argumen yang dikemuka-kan majelis ialah, hak konstitusional yangdinyatakan pemohon tidak memilikisangkut paut dengan pemohon, melainkanmenyangkut pihak lain. Berdasar pertim-bangan-pertimbangan tersebut, majelisberpendapat pemohon tidak memiliki legalstanding untuk mengajukan permohonanjudicial review kedua undang-undang,sehingga permohonan dinyatakan nietontvankelijk verklaard. (mw)

Permohonan Tidak Diterima

Suasana sidang putusan pengujian UU Mahkamah Agung dan UU Komisi Yudisial.

Page 19: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 19

OPINI

Konsekuensi Putusan MKatas Pilkada Kota Depok

Oleh Ibnu Tricahyo, S.H., M.H.

Sengketa pemilihan kepala daerah (Pilkada) kota Depoktelah mendapatkan kepastian putusan setelah diputus olehMahkamah Konstitusi (MK) pada tanggal 25 Januari 2006

yang lalu. Walaupun putusan MK adalah kelanjutan dari sengketayang pernah diajukan ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat danPeninjauan Kembali oleh Mahkamah Agung, namun substansiputusan MK berbeda dengan putusan kedua pengadilan tersebut.

Jika putusan Pengadilan Tinggi adalah masalah selisihperhitungan suara hasil Pilkada yang kemudian dibatalkan olehputusan PK MA karena dianggap dilakukan di luar batas waktuyang ditentukan, maka putusan MK adalah masalah kedudukanputusan PK MA dan masalah lembaga negara. Yang menarikuntuk dibahas adalah permohonan yang terkait dengankedudukan putusan PK MA dan kewenangan MK untukmelakukan pengujian. Putusan MK tersebut tentu membawakonsekuensi hukum tertentu. Paling tidak terdapat duakonsekuensi hukum, yaitu; pertama, terkait dengan wewenangpengujian undang-undang; dan kedua, terkait dengan prosessengketa Pilkada.

Pasangan calon Walikota Depok Badrul Kamal-Syihabud-din, mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadapundang-undang dasar. Namun yang diajukan untuk diuji adalahputusan MA yang dianggap sama kedudukannya dengan undang-undang dan telah merubah ketentuan UU Pemda terkait masalahPilkada yang menyatakan bahwa Putusan Pengadilan Tinggiadalah final.

Mencermati putusan PK MA dalam kasus tersebut, jelasbahwa putusan tersebut telah menyimpangi ketentuan Pasal 106ayat (7) UU No. 32 Tahun 2004. Yang dilakukan hakim di tingkatPK tersebut juga dapat dilihat sebagai pengujian UU oleh hakim.Hal ini berarti juga ada pengakuan bahwa pengujian undang-undang juga dilakukan secara terdesentralisasi oleh hakim(decentralized system of judicial review). Namun pengujian olehhakim tidak membatalkan sebuah ketentuan undang-undang,tetapi hanya mengesampingkannya dalam kasus yang sedangditangani. Hal ini juga terjadi di negara-negara lain yang menganutsistem pengujian campuran antara sistem pengujian terpusat(centralized system) dan terdesentralisasi (decentralized system).

MA, disamping berwenang mengadili pada tingkat kasasi,menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undangterhadap undang-undang, dan wewenang lain yang diberikanoleh undang-undang, juga dapat melakukan judicial review terkaitdengan kasus yang sedang ditangani. Namun akibat hukum dariputusan yang mengandung unsur judicial review berbeda denganputusan yang dibuat atas permohonan judicial review terhadapperaturan perundang-undangan di bawah undang-undangsebagaimana disebutkan dalam Pasal 24A ayat (1) UUD 1945.

Putusan judicial review yang dilaksanakan terhadap peraturanperundang-undangan di bawah undang-undang berdasarkan Pasal

24A ayat (1) UUD 1945 tersebut dapat membatalkan sebagianatau seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan sertadinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Sedangkanputusan yang mengandung unsur judicial review, bahkan termasukjuga constitutional review, tidak dapat membatalkan ataumenyatakan tidak berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan, tetapi hanya mengesampingkannya dalam kasus yangdiputus.

Putusan MA yang mengandung unsur pengujian peraturanperundang-undangan tetapi bukan dalam perkara judicial reviewberdasarkan Pasal 24A ayat (1) UUD 1945, baik dalam tingkatkasasi maupun PK, adalah norma yang bersifat kongkrit danindividual (individual-concret norms). Putusan tersebut berbedadengan undang-undang yang merupakan norma abstrak danumum (general-abstract norms). Alasan inilah yang menjadi salahsatu pertimbangan hakim MK menyatakan permohonan tidakdapat diterima karena bukan merupakan kewenangan MK.Putusan PK MA, ataupun yurisprudensi, berbeda dan bukanmerupakan UU yang menjadi kewenangan MK untuk melakukanpengujian.

Konsekuensi selanjutnya dari putusan MK terkait kasusPilkada Depok adalah terbukanya ruang perlawanan hukumterhadap putusan pengadilan tinggi dalam kasus perselisihan hasilPilkada. Namun hal ini tidak berarti bahwa Pasal 106 ayat (7)UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yangmenyatakan bahwa Putusan Pengadilan Tinggi bersifat finalmenjadi tidak berlaku. Ketentuan tersebut tetap berlaku mengikatsebagai norma abstrak dan umum.

Namun demikian, adalah hak setiap orang untuk mengajukanperlawanan hukum, terutama PK yang sering disebut sebagaiupaya hukum luar biasa di luar banding dan kasasi. Di sisi lain,hakim terikat oleh prinsip dilarang menolak sebuah perkarakarena tidak ada hukum yang mengaturnya. Dengan demikian,permohonan PK yang diterima oleh MA harus tetap diterimadan diperiksa terlepas apakah keputusannya nanti akanmenyatakan bahwa MA tidak berwenang, menolak ataumengabulkan permohonan PK.

Salah satu kekhawatiran yang muncul dengan terbukanyapeluang mengajukan PK atas putusan pengadilan kasus Pilkadaadalah maraknya pengajuan PK terhadap putusan pengadilantinggi pada kasus-kasus pilkada di masa mendatang. Hal ini tentuakan mengganggu proses Pilkada dan jalannya pemerintahan,seperti yang terjadi dalam kasus kota Depok. Apalagi jika prosespengambilan keputusan mulai dari pengadilan tinggi hingga MAmemakan waktu yang lama.

Ibnu Tricahyo, S.H., MHDosen dan Ketua PP OTODA

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang.

Page 20: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200620

����������

W orkshop penyusunan kodeetik hakim kerajaan Kambojaitu diselenggarakan oleh The

East-West Management Institute bekerja-sama dengan American Bar Association.Kehadiran Maruarar dalam workshop initak bisa dilepaskan dengan keterlibatan-nya dalam kegiatan simposium bertajuk“Global Rule of Law” yang diselenggarakanoleh Bar Association di Washington padabulan Oktober tahun lalu. Dalam sim-posium yang dihadiri lebih dari 40 utusannegara itu, Bar Association meminta

�������� ����� ���� �� ������� ��������������� ����� ���� �� ������� ��������������� ����� ���� �� ������� ��������������� ����� ���� �� ������� ��������������� ����� ���� �� ������� �������Hakim Mahkamah Konstitusi RI Maruarar Siahaan, S.H. menghadiri workshop tentang penyusunankode etik hakim kerajaan Kamboja di Phnom Penh pada 14-16 Desember 2005. Workshop diikuti oleh

sekitar 300 orang peserta terdiri dari perwakilan lembaga-lembaga hukum, seperti kehakiman,kejaksaan dan Dewan Agung Pembaruan Peradilan di Kamboja. Selain itu, workshop juga dihadiri oleh

tiga pakar hukum terdiri dari Hakim Maruarar Siahaan dari Indonesia, J. Clifford Wallace dariAmerika Serikat dan Dato’ Syed Ahmad Idid dari Malaysia. Berikut laporan perjalanan Hakim

Maruarar yang ditulis oleh Rafiuddin Munis Tamar.

Maruarar sebagai seorang pembicaraexpert bersama pakar hukum lain untukturut serta dalam kagiatan di Kamboja.

The East-West Management Institutedan American Bar Association memilikisuatu program penguatan kekuasaankehakiman di Kamboja. Salah satu agendakegiatannya adalah menyusun kode etikperilaku hakim Kamboja sesuai standarinternasional. Dalam hal ini, MahkamahAgung Kamboja telah menyusun drafmentah kode etik hakim untuk dibicara-kan dalam workshop yang menghadirkan

pakar-pakar dari negara lain.

“Panca Dharma”Hakim Maruarar menjadi pembicara

utama pada hari kedua dengan pokokbahasan mengenai implementasi danpenegakan kode etik hakim, langkah-langkah yang yang harus diambil untukmengimplementasikan kode etik, danprinsip-prinsip kode etik. Dengan mem-bawakan makalah berjudul “The Role ofJudicial Code of Ethics and Code of Conductin Supporting an Independent Judiciary”,

Foto: Dok. Maruarar

Page 21: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 21

Hakim Maruarar memperkenalkan pe-ngalaman Indonesia dalam menyusunkode etik hakim pada tahun 1966. Me-nurutnya, di Indonesia terdapat limasimbol yang menjadi prinsip kode etikhakim yang terangkum dalam pancadharma yaitu: 1) kartika (bintang) yangberarti kepercayaan kepada Tuhan, 2)cakra panah (panah) yang berarti keadilan,3) candra (bulan) yang berarti kebi-jaksanaan, 4) tirta (air) yang berartikejujuran, dan 5) sari (sari) yang berartiketegasan. Generasi pertama kode etikhakim Indonesia tersebut telah diperbaruilagi dengan diterimanya kode etik hakimIndonesia yang disahkan dalam MunasIkahi pada tauh 2002. Tetapi MK sendiritelah mendeklarasikan Kode Etik danPerilaku Hakim Konstitusi yang baru padatanggal 18 Oktober 2005 yang padadasarnya mengacu pada The BangalorePrinciples of Judicial Conduct 2002, yangtelah diterima baik oleh negara yangmenganut sistem civil law maupun commonlaw.

Selama workshop berlangsung, Ha-kim Maruarar terlibat aktif baik dalamdiskusi komisi maupun diskusi pleno.Ketika diminta pendapat mengenai hasilrumusan diskusi dalam pleno, HakimMaruarar mengusulkan supaya di masadepan hakim-hakim Kamboja melepaskanafiliasinya terhadap partai politik. Hal ini,menurutnya, sangat penting untuk dijadi-kan agenda oleh pemerintah kerajaanKamboja untuk mewujudkan lembagakekuasaan kehakiman yang independen.

Usulan independensi hakim dariHakim Maruarar itu mendapat tanggapanpro dan kontra dari peserta. Kelompokyang menolak beralasan bahwa sistempolitik dan ekonomi Kamboja tidakmemungkinkan bagi terlaksananya gagas-an tersebut. Selama ini rekrutmen hakimdi Kamboja melalui pintu partai politik.Hal ini masih diperburuk oleh gaji hakimyang dapat dikatakan masih berada dibawah standar. Bahkan, jikapun dibandingdengan gaji hakim di Indonesia, gaji hakimKamboja masih jauh berada di bawahnya.Rendahnya kesejahteraan hakim itu tentusaja berpengaruh kuat pada independensihakim. Kelompok yang resisten terhadapgagasan independensi hakim itu sebagianbesar terdiri dari para hakim sendiri.

Kedua, kelompok yang mendukungmemandang gagasan independensi hakimsebagai salah satu tujuan dari terseleng-garanya workshop. Kelompok pendukungini terdiri dari pemrakarsa kegiatanworkshop, negara donor dan sikap resmipemerintah Kamboja sendiri. PemerintahKerajaan Kamboja berkepentingan denganterwujudnya sistem kekuasaan kehakimanyang mandiri karena negara Kambojaberkeinginan untuk terlibat dalam keang-gotaan World Trade Organization (WTO),di mana salah satu syarat keanggotaannyaadalah adanya sistem peradilan yang sesuaidengan standar internasional.

Sistem politik dan Hukum di KambojaNegara Kamboja berbentuk kerajaan

(monarki) yang menganut sistem peme-

rintahan demokrasi parlementer. Kondisipolitik dalam negeri Kamboja selaludiwarnai konflik, baik konflik antarelitseperti perseteruan antara Pangeran HunSen dan Pangeran Ranarid maupun kon-flik pemerintah dengan kaum pembe-rontak Khmer Merah.

Sistem politik yang tidak stabilmenjadi salah satu faktor lemahnyapenegakan hukum di Kamboja. Sebenar-nya, kalau dilihat secara kelembagaan,perangkat hukum yang ada di Kambojasudah tidak kalah dengan negara-negaralain. Di negeri seribu pagoda itu terdapatbeberapa institusi penegak hukum, antaralain: Constitutional Council (DewanKonstitusi, setara Mahkamah Konstitusi);Mahkamah Agung; Dewan Agung Pem-baruan Peradilan (setara Komisi Yudisial).

Akan tetapi, banyaknya institusipenegak hukum di Kamboja itu tidakdiikuti dengan kultur penegakan hukumyang baik. Negeri ini masih mengidappersoalan hukum sebagaimana banyakdijumpai di negara-negara berkembanglainnya: hukum berpihak kepada pengu-asa. Sebagai akibatnya, kelompok-kelom-pok yang berseberangan dengan peme-rintah kerajaan tidak mendapatkan per-lindungan hukum.

Hakim Maruarar mempresentasikan maka-lahnya yang berjudul: “The Role of JudicialCode of Ethics and Code of Conduct inSupporting an Independent Judiciary.”

Hakim Maruarar sedang menikmati rehatkopi bersama para peserta workshoppenyusunan kode etik hakim Kamboja.Fo

to:

Dok

. M

arua

rar

Foto

: D

ok.

Mar

uara

r

Page 22: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200622

AKSIAKSI

DI “RANAH MINANG”Sebagai bagian tak terpisahkan dari

kegiatan pemasyarakatan MK,Ketua MK Prof. Dr. Jimly Asshid-

diqie, S.H. mengadakan kunjungan kerjake “Ranah Minang”, Sumatera Barat pada26-28 Januari 2006. Di negeri urang awaktersebut kegiatan Prof. Jimly sangat padat,yaitu mengadakan temu wicara denganpara hakim se-Sumbar, temu wicaradengan pejabat tingkat provinsi dan tokohmasyarakat se-Sumbar, dengan alim ulamadan santri pesantren, serta dengan jajaranPolda Sumbar.

Kunjungan kerja di Sumbar itudimulai dengan kegiatan Temu WicaraKetua MK dengan para hakim se-Sumbardi Kantor Pengadilan Tinggi Padang,Jalan Sudirman, Padang pada Kamis (26/1). Dalam pertemuan yang diikuti olehempat lingkungan peradilan se-Sumbaritu, Prof. Jimly meminta kepada jajaranhakim peradilan umum, militer, agama,dan tata usaha negara untuk rajin mengi-kuti perkembangan putusan MK. Hal inidisampaikan karena banyak UU yangberubah pasca putusan MK. “Sebenarnyabegitu MK memutus perkara, langsungdimuat di Berita Negara. Namun taksemua orang mengetahui hal itu,” tandasJimly. Hal ini menjadi penting, tambahJimly, karena ada beberapa hakim masihmemutus perkara menggunakan UU lamapadahal UU tersebut telah berubah.

Selain itu, ditambahkannya bahwaselama ini terdapat 80 UU yang diajukanke MK untuk di-judicial review dan 21 diantaranya telah diputus. “Dari 21 UUyang telah diputus, terdapat tiga UU yangdinyatakan tidak mengikat lagi yaitu UUKetenagalistrikan, UU PembentukanProvinsi Irian Jaya Barat dan UU Teroris-me,” imbuh Jimly.

Kemudian, untuk menjalin tali sila-turrahmi sekaligus sosialisasi MK lebihlanjut diadakan Temu Wicara dengan ParaPejabat dan Tokoh Masyarakat se-SumbarJumat sore harinya (26/1) di Kantor

Gubernur. Hadir dalam pertemuan ituantara lain Asisten II Gubernur BidangEkonomi dan Pembangunan Drs. H.Azwar Risman Thaher, pimpinan dananggota DPRD, tokoh agama dan masya-rakat, pimpinan Ormas dan para penga-cara.

Dalam ceramahnya, Prof. Jimlymenegaskan bahwa perubahan UUD telahterjadi secara besar-besaran, sehinggasistem hukum nasional harus ditatakembali. “Tak heran jika sistem hukumkita sekarang masih berantakan atau taksesuai dengan UUD. Misalnya banyak UUyang bertentangan dengan UUD, PPbertentangan dengan UU, Keppres berten-tangan dengan PP, dan sebagainya,”katanya. Sebab itu, Prof. Jimly menghim-bau agar pemkot Bukittinggi perlu mene-liti kembali Perda yang ada apakah sudahsesuai dengan peraturan di atasnya. Lebihjauh dikatakannya, bahwa sistem hukumIndonesia susah untuk ditegakkan saat inikarena adanya ketidakcocokan antaranorma hukum dengan etika yang ada.“Hukum tak tegak karena etika sosial,politik, bisnis, dan profesi tak berfungsi,”kata Jimly. Oleh sebab itu, menurutnyacara memperbaikinya adalah denganberagama yang baik. Karena agama adalahsumber moral yang paling hakiki.

Meski angin semilir terasa dingin,namun acara tersebut berlangsung dinamisdiwarnai dialog seru yang dibarengibanyak pertanyaan dan komentar kritisterhadap MK. Ketika menjawab perta-nyaan seorang peserta yang menyoalputusan MK, Prof. Jimly menegaskanbahwa semua hakim konstitusi dilarangmembahas putusan di luar. Karena hal ini,menurutnya, adalah sikap universal untukhakim di seluruh dunia. “Hal itu disebab-kan karena setelah putusan dijatuhkanmenjadi milik umum, sehingga biarlahmasyarakat umum yang menilainya,”imbuhnya.

(koen)

KETUA MK

Foto

-fot

o: R

icky

Naf

ri

Silaturrahmi Ketua MK di Pesantren Assyarif Koto

Temu wicara di Pemerintah Kota Bukittinggi.

Mendapat anugerah gelar adat.

Temu wicara dengan Pemda Kabupaten Agamdan ulama serta santri Madrasah SumateraThawalib Parabek.

Page 23: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 23

AKSIAKSI

Ketua MK Prof. Dr. Jimly Asshid-diqie, S.H. dan rombongan menu-

naikan shalat Jumat di masjid Jami’ Al-Syarif, Koto Tangah, lalu berkunjung kePondok Pesantren Al-Syarif dan Mad-rasah Sumatera Thawalib Parabek,Bukittinggi. Tiba di tempat tujuan, tampakhadir antara lain Bupati, Pimpinan DPRD,alim ulama dan para santri.

Ketika memberikan sambutan, Prof.Jimly mengatakan bahwa pendidikanadalah agenda yang sangat penting bagisebuah negara, bahkan menjadi tujuanbernegara sebagaimana tercantum dalampembukaan UUD 1945, yaitu mencer-daskan kehidupan bangsa. Selain itu, jugadisinggung masalah anggaran pendidikansebesar 20% dari APBN/APBD. Menu-rutnya, di dunia ini hanya ada tiga negarayang mencantumkan besaran anggaranpendidikan dalam UUD, yaitu Taiwan,Brasil, dan Indonesia. Hal ini terjadikarena kondisi pendidikan kita terlalu jauh

Ketua MK Kunjungi Pesantrentertinggal dibandingkan dengan negaralain. Akibatnya, meskipun Indonesiaadalah negara terbesar keempat jumlahpenduduknya dan negara muslim terbesardi dunia tetapi tak diperhitungkan dalamtataran internasional. Menjawab perta-nyaan seorang peserta, Prof. Jimlymenambahkan bahwa dualisme pendi-dikan adalah tindakan yang tidak tepat.Oleh sebab itu, menurutnya, bangsaIndonesia ke depan harus menginteg-rasikan kedua sistem pendidikan tersebut.“Jangan lagi dipisah-pisah,” kata Jimly.

Madrasah Sumatera Thawalib Para-bek memang cukup tua dan dikenal luassebagai pencetak kader ulama yangmantap dalam ibadah, intelektual dalamberpikir dan terampil dalam masyarakat.Beberapa alumninya di antaranya adalahH. Adam Malik (mantan Wapres RI),Prof. DR. Hamka (mantan Ketua MUI),H.M. Daud Rasyidi Dt. Palimo Kayo(Mantan Dubes RI di Irak) dll. (koen)

Pada Jumat (27/1) di Balai RumahGadang Datuak Batuah Surau UsangKoto Malintang, Koto Tangah, Kabupa-ten Agam, Ketua MK Prof. Dr. JimlyAsshiddiqie, S.H. secara adat dianuge-rahi gelar kehormatan Tuanku ImamBasa Suri Dirajo oleh Majelis Adat XSuku Tilatang Kamang. Ketika itu Prof.Jimly memakai tanda pakaian kehorma-tan yang dipasangkan oleh Payung PanjiMajlis Adat, Bupati Agam AristoMunandar berupa selempang kainsarung dan peci yang disaksikan olehninik mamak dan tokoh adat setempat.Anugerah gelar kehormatan itu, menu-rut Ketua majelis Adat X Suku TilatangKamang Asrak Datuk Putih, S.H.didasarkan pada jatidiri dan ketokohanProf. Jimly yang memiliki perananpenting dalam melindungi kelestarianhukum adat di tanah air, disampingfaktor historis Prof. Jimly yang berasaldari Palembang, Sumsel yang juga

Ketua MK Mendapat Gelar AdatTuanku Imam Basa Suri Dirajo

memiliki ikatan emosional denganMinangkabau. Dalam acara tersebuthadir antara lain Asisten IV GubernurDrs. Yohannes Dahlan, Bupati AgamAristo Munandar, Wakil Ketua DPD-RI Ir. Irman Gusman dan beberapatokoh masyarakat lainnya.

Dalam sambutannya, Prof. Jimlymengingatkan bahwa UUD 1945 secarategas dan jelas memberikan tempat danmelindungi keberadaan hukum adat(Adat Law) yang hidup di tengah masya-rakat, selama masyarakat masih meng-gunakannya yang diatur dengan UU dandisesuaikan dengan perkembanganmasyarakat itu sendiri. “Kalau adaproduk hukum negara yang bertenta-ngan dengan hukum adat atau dikhawa-tirkan dapat merusak tata nilai masya-rakat hukum adat yang berarti jugabertentangan dengan UUD 1945, makamasyarakat jangan ragu menggugatnyamelalui MK,” tandas Jimly. (koen)

Temu wicara denganempat Peradilan Tinggi.

Bersama istri di pelaminan nagari Magek.

Page 24: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200624

AKSIAKSI

SEKITAR 50 orang mahasiswa InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) WalisongoSemarang mengadakan kunjungan ke MKpada Selasa (27/12/2005). Kunjungantersebut dimaksudkan untuk mengenallebih jauh tentang kewenangan dan halihwal berperkara di MK. Para mahasiswatersebut didampingi oleh dua orang dosenyaitu Ali Mahsun, M.Ag, Kepala JurusanSiyasah Jinayah dan Arifin, M.Hum,Kepala Bina Satuan Kredit Semester.Acara dimulai pukul 9.30 WIB dan digelardi ruang Serbaguna lantai 4 gedung MK.Para mahasiswa tersebut mendapatkan

Mahasiswa IAIN Walisongo

Mahasiswa Universitas PasundanDENGAN tujuan mengenal lebih dekatdan mengetahui proses beracara di MK,sekitar 50 orang mahasiswa yang didam-pingi tujuh dosen Fakultas Hukum Uni-versitas Pasundan (Unpas) Bandungberkunjung ke MK pada Senin (5/12/2005). Acara tatap muka yang dimulaipukul 13.00 WIB itu berlangsung secaralesehan di ruang serba guna lantai 4 gedungMK. Para mahasiswa tersebut diterimaoleh Kapala Biro Humas dan Protokol MKDrs. Lukman El Latief, M.Si, tenaga ahliMK Dr. Taufiqurrahman Syahuri, S.H.,dan Kasubbag Registrasi KepaniteraanMK Wiryanto, S.H., M.Hum.

Dalam kesempatan tersebut paramahasiwa Unpas yang datang dari Paris vanJava ini mendapatkan penjelasan mengenaihal ihwal mengenai MK, termasuk masa-lah kewenangan dan kewajiban MK dalamsistem ketatanegaraan RI yang disam-paikan oleh Dr. Taufiqurrahman Syahuri,S.H. Sedangkan penjelasan tentang proses

Ketua MK Prof. Dr. JimlyAsshiddiqie, S.H. menghadiritemu wicara MK dengan Ke-

polisian Daerah Sumatera Barat, diMapolda Sumbar pada Sabtu (28/1),yang dihadiri oleh sekitar 300 peserta,di antaranya para Kapolres dan Kapolsekse-Sumbar.

Dalam kesempatan itu, Prof. Jimlymengajak para peserta agar sesamapenegak hukum harus saling memahamitugas dan wewenang masing-masing.Selain itu, menurutnya, akibat per-ubahan UUD, Kepolisian juga menga-lami perubahan yang besar. Oleh sebabitu, dalam pelaksanaan wewenang Polri,apabila terjadi sengketa antara Polridengan TNI, hal itu dapat dilihat sebagaisengketa kewenangan antarlembaganegara sebagaimana dimaksud UUDdan lembaga yang berhak mengadili danmemutuskan adalah MK. “Itu bisaterjadi kalau TNI/Polri termasuk dalampengertian lembaga negara,” katanya.

Menyangkut koordinasi MK danPolri terutama terkait adanya putusanMK, hal ini dapat terjadi ketika MKmenguji UU yang kemudian muncul

Temu Wicara MK dengan

tuduhan atau dugaan kejahatan terkaitdengan UU, misalnya dugaan suap dalamproses pembuatan UU. “MK disibukkanbeberapa kali dalam hal ini,” tandasJimly. Karena itu, MK mengeluarkanPMK yang isinya menunda pengujianUU bila ada dugaan tindak pidana dalampembuatannya.

Prof. Jimly juga menegaskan bahwadalam menjalankan tugas, sejak dahuluPolisi telah independen. Menurutnya,independensi polisi terbagi atas indepen-densi fungsional yang sudah dijalankanPolri sejak dulu selama Polri men-jalankan tugas hukum. Sedang indepen-densi struktural dapat dilihat dalamketentuan bahwa pengangkatan Kapolribukan hanya menjadi wewenang Pre-siden, tetapi juga harus mendapatpersetujuan DPR. “Ini untuk mencegahKapolri semata-mata tunduk padaPresiden,” tegas Jimly.

Acara ditutup dengan konferensi pers.Didampingi Kapolda Sumbar Brigjen SriKresno, Prof. Jimly memberikan keteranganpers dan menjawab pertanyaan parawartawan, khususnya dari media massalokal. (koen)

Jajaran Polda Sumbar

KUNJUNberacara di MK disampaikan oleh Wir-yanto, S.H., M.Hum. Dalam pertemuanyang berlangsung dialogis itu, banyakpertanyaan yang dikemukakan secara antu-sias oleh para mahasiswa, khususnyamengenai judicial review dan impeachment.

Setelah dilakukan tanya jawab dandiskusi, acara kunjungan tersebut berakhirpada pukul 14.30 WIB dengan menyak-sikan ruang sidang MK. (koen)

Foto

: R

icky

Naf

ri

Prof. Jimly sedang menyampaikan ceramah.

Page 25: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 25

AKSIAKSI

SEBAGAI bagian tak terpisahkan daritugas akademis, dengan mengendaraiempat bus, sekitar 160 orang mahasiswayang didampingi delapan dosen dan tigapimpinan Fakultas Hukum UniversitasIslam Sultan Agung (Unissula) Semarangmelakukan kuliah kerja lapangan ke MKpada Senin (23/1/2006).

Bertempat di ruang serbaguna MK,para mahasiswa tersebut diterima olehKapala Biro Humas dan Protokol Drs.Lukman El Latief, M.Si, Kabiro Peren-canaan dan Keuangan Drs. Sudihardjo,MA, Tenaga Ahli Wasis Susetio, S.H.,M.H. dan Kasubbag Registrasi Kepanitera-an MK Wiryanto, S.H., M.Hum. Acaradigelar mulai pukul 10.00 WIB diawalidengan pemutaran slide film profil MKselama sekitar 30 menit.

Pada acara selanjutnya para mahasiwaUnissula yang datang dari Kota Lumpia inimendapatkan penjelasan tentang latar

Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung

belakang dan hal ihwal pembentukan MK,termasuk juga soal kewenangan MKdalam sistem ketatanegaraan RI yangdisampaikan oleh Wasis Susetio, S.H.,MH. Sedangkan penjelasan tentang prosesberacara di MK disampaikan oleh Wir-yanto, S.H., M.Hum.

Dalam pertemuan yang berlangsungseruis tapi santai itu, banyak pertanyaanyang dikemukakan secara antusias olehpara mahasiswa, khususnya mengenaijudicial review dan impeachment. Pertanya-an-pertanyaan tersebut dijawab oleh WasisSusetio dengan menggunakan pendekatanteori dan ketentuan hukum yang berlaku.

Zagi, mahasiswa semester 5 mengakusemakin memahami keberadaan MKdalam sistem ketatanegaraan RI setelahmengikuti acara ini. “Saya semakin jelasmengetahui tentang MK,” katanya.

Setelah sesi tanya jawab dan diskusi,acara kunjungan tersebut diakhiri padapukul 12.15 WIB dengan menyaksikanruang sidang MK. Tak lupa pula diserah-terimakan cinderamata yang berupaplakat dan buku-buku terbitan MK. (koen)

penjelasan tentang kewenangan MK danhal ihwal berperkara di MK dari Kapus-litka Winarno Yudho, S.H. M.A. danTenaga Ahli Dr. Zen Zanibar, M.Z., S.H.

Dalam pertemuan yang berlangsungakrab namun serius tersebut, beberapa halyang cukup mendapatkan perhatian daripara mahasiswa di antaranya menyangkutkewenangan MK dalam hal pengujianUndang-Undang, impeachment, dan pem-bubaran partai politik.

Hamam, mahasiswa Fakultas Syariahsemester tujuh, kepada BMK menyatakandirinya mendapat banyak tambahanpengetahuan dan informasi setelah mengi-kuti acara tersebut. Selama ini, menurut-nya, dia belum mengetahui kedudukan danwewenang MK dalam sistem ketata-negaraan RI pasca amandemen UUD1945. “Saya banyak mendapat tambahanpengetahuan tentang ilmu tata negara,khususnya berkenaan dengan kewenanganMK,” ujar Hamam.

Sebelum acara diakhiri pada pukul11.15 WIB dengan mengunjungi ruangsidang MK, diserahterimakan pula cin-

deramata yang berupa plakat dan buku-buku terbitan MK. (koen)

GAN MAHASISWA KE MK

Foto

: D

enny

Fei

shal

Para mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung sedangserius menyimak materi yang disampaikan pembicara.

Page 26: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200626

AKSIAKSI

Dalam rangka mengupayakanpemasyarakatan konstitusiyang perlu mendapat du-

kungan dari agenda pendidikan konsti-tusi (constitutional education) dan pendi-dikan kewarganegaraan (civic edu-cation) yang luas dan mencerdaskan,Mahkamah Konstitusi (MK) be-kerjasama dengan Departemen Pen-didikan Nasional (Depdiknas), Depar-temen Hukum dan Hak Asasi Manusia(Dephukham) dan Universitas Pen-didikan Indonesia (UPI) Bandungmenyelenggarakan lokakarya Pengem-bangan Silabus dan Kerangka Isi BukuPendidikan Kesadaran Berkonstitusi diHotel Papandayan Bandung pada 26s/d 28 Desember 2005 lalu.

Dengan mengambil tema “BukuAdalah Guru yang tak Pernah Jemu”acara tersebut ditujukan untuk menyu-sun silabus sebagai bahan acuan me-nulis buku Pendidikan KesadaranBerkonstitusi bidang konstitusi danHAM untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Peserta terdiriatas tim editor, penulis, dan ilustratoryang berjumlah 35 orang. Bertindaksebagai narasumber adalah RektorUPI Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata,M.Pd., Prof. Drs. A. Kosasih Djahiri,Drs. Djaenuddin Harun, S.H., MS. Dr.Dasim Budimansyah, M.Si, Dr. AstimRiyanto, S.H., M.H., Prof. A. ChaedarAlwasilah, MA, Ph.D dan Drs. HarrySulastiyanto, MS.

Sekjen MK Janedjri M. Gaffarketika membuka acara menegaskanperlunya diselenggarakan programpenyebarluasan informasi mengenaikeberadaan MK, baik kepada penye-lenggara negara, pendidik, LSM,maupun penulis buku kewargane-garaan/sistem tata negara, baik di pusatmaupun di daerah, mengingat MKmasih berusia sangat muda. “Untuk ituMK menyusun program penye-barluasan informasi yang dikemas

Pengembangan Silabus danBuku Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi

dalam bentuk penulisan buku Pen-didikan Kesadaran Berkonstitusi,” kataJanedjri.

Dengan demikian semakin luasnyakesadaran berkonstitusi akan me-nyebabkan UUD 1945 menjadi kon-stitusi yang hidup (living constitution),sehingga tugas Mahkamah Konstitusiuntuk menjaga dan mengawal kon-stitusi menjadi makin mudah untuk

Mengawali tahun 2006, koperasipegawai MK menambah unitusaha baru, yaitu unit usaha

cleaning service. Resmi berdiri pada 2Januari 2006 di ruang pertemuan MKlantai 4, unit usaha cleaning service koperasipegawai MK ini memiliki 21 karyawandengan ruang kerja empat lantai GedungMK.

Acara peresmian unit usaha ini diha-diri oleh para karyawan cleaning service,Staf Koperasi Evi, Manajer KoperasiHendani, Bendahara Koperasi Wiryanto,Sekretaris Koperasi Bambang Soeroso,dan salah seorang Pengawas Koperasi ZenZanibar. Dalam kesempatan itu Hendanimenyatakan alasan utama dibentuknyaunit usaha ini adalah untuk lebih memak-simalkan kinerja pelayanan koperasi.

Koperasi Pegawai MK ResmikanUnit Usaha “Cleaning Service”

Sebe lumnya,MK memakai jasapihak lain yang ter-nyata kurang mem-perhatikan kebu-tuhan dan kepen-tingan para karya-wan yang bertugassebagai cleaning ser-vice, hal itu akhirnyaberimbas pada ki-nerja dan profesio-nalitas karyawanFo

to:

Den

ny F

eish

al

diwujudkan.Apa yang dilakukan MK meru-

pakan salah satu perwujudan pelak-sanaan amanat pendiri bangsa yaknimencerdaskan kehidupan bangsadengan memperluas pengetahuanpublik berkaitan dengan berbagai isudan masalahmengenai konstitusi,kenegaraan dan kewarganegaraan.(koen)

cleaning service. Melihat kondisi ituakhirnya koperasi MK yang di motori olehHendani berinisiatif untuk menaungi parakaryawan tersebut.

Bambang Soeroso yang menjabatsebagai sekretaris koperasi menjelaskanbahwa perekrutan karyawan itu telahmelalui beberapa tes yang sangat ketat,diantaranya tes pengenalan alat, tes tatacara pembersihan lantai, tes kecepatanwaktu pembersihan, dan tes upaya peme-liharaan gedung.

Selain itu yang paling utama, dilihatjuga kemampuan dan motivasi calonkaryawan untuk memberikan pelayananterbaik pada para pegawai MK. Setelahditerima, ternyata ada juga waktu training3 bulan yang harus diikuti para karyawanbaru koperasi tersebut. (Lwe)

Para pegawai cleaning service.

Page 27: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 27

AKSIAKSI

Dalam rangka sosialisasi MK keSumatera Utara (Sumut), di tengah

kesibukan yang luar biasa, Ketua MKProf. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. masihmenyempatkan diri untuk memenuhipermintaan wawancara radio CAS danradio MARA di Hotel Parapat, Pema-tangsiantar, Sumut, pada Sabtu malam(10/12/2005). Dalam kesempatan itu,Ketua MK mendapatkan berbagai per-tanyaan tentang hal ihwal MK dalamsistem ketatanegaraan RI, khususnyaberkenaan dengan tugas dan kewajibanMK sebagai pengawal konstitusi.

Menjawab pertanyaan reporter, seca-ra runtut Prof. Jimly menguraikan tentangkewenangan MK dalam hal pengujian UU,sengketa kewenangan antarlembaga nega-ra, perselisihan hasil pemilu, pembubaranpartai politik, dan masalah impeachmentpresiden. Selain itu, juga disinggung soalsengketa antara kewenangan pemerintahpusat dan daerah. Acara tersebut berlang-sung live dan mendapatkan perhatian seriusdari masyarakat Pematangsiantar dansekitarnya. (koen)

Dengan mengusung tema “DenganSemangat Hari Ibu Ke-77 KitaTerus Berjuang Meningkatkan

Kualitas Moral Bangsa Menuju Pem-bangunan Berkelanjutan” Setjen danKepaniteraan MK menyelenggarakanupacara bendera untuk memperingati HariIbu Ke-77 di halaman gedung MK padaKamis (22/12/2005). Bertindak sebagaiinspektur upacara Sekretaris JendrealMK, Janedjri M. Gaffar. Hadir dalamacara tersebut antara lain panitera, parakepala biro, tenaga ahli dan karyawan MK.

Dalam sambutannya, Sekjen MKJanedjri M. Gaffar menegaskan bahwadengan semangat persatuan dan kesatuanbangsa Indonesia, pada Kongres Perem-

Bertempat di Masjid Jami’ Al-Ukhuwah Perumahan Palem Semi

Tengerang, Banten, pada 10 Dzulhijjah1426 H yang bertepatan dengan tanggal10 Januari 2006 lalu, Sekretaris JenderalMahkamah Konstitusi (Sekjen MK) H.Janedjri M. Gaffar menyampaikanKhutbah Idul Adha 1426 H. Dalamkhutbah di hadapan sekitar seribujamaah tersebut, Janedjri mengingatkan

Wawancara RadioKetua MK di Sumut

Upacara PeringatanHari Ibu Ke-77

puan Indonesia III di Bandung tahun 1938ditetapkan tanggal 22 Desember sebagaihari ibu. Kemudian oleh pemerintah RIdengan Keppres Nomor 316 tahun 1959tentang Hari Nasional tertanggal 16Desember 1959, hari ibu dijadikan harinasional bukan hari libur yang diperingatisetiap tahun secara khidmat, tertib danpenuh makna oleh seluruh masyarakatIndonesia di mana pun berada.

Selain itu, peringatan Hari Ibu Ke-77yang berlangsung khidmat itu juga dituju-kan untuk meningkatkan moral bangsayang berkualitas, beriman dan bertaqwasebagai upaya memantapkan pemba-ngunan berkelanjutan demi terwujudnyakeadilan dan kesetaraan gender. (koen)

Sekjen MK SampaikanKhutbah Idul Adha 1426 H

tentang hikmah ibadah haji dan kurban.Menurutnya, sebagai makhluk, manu-

sia harus memiliki keyakinan, keteguhandan ketaatan sepenuh hati untuk melak-sanakan perintah Allah SWT, sepertidalam menunaikan ibadah haji dan ber-kurban demi kepentingan sesama. Selainitu, melalui Idul Adha 1426 H, diaberharap agar diupayakan terus pening-katan kebajikan kepada sesama, termasuk

kepada anak yatim, fakir miskin, dankaum dluafa. “Dengan cara inilah insya-Allah kita akan meraih kebajikan hidupyang sempurna,” tandas Janed.

Dalam kesempatan itu, Sekjen MKjuga menyampaikan soal pentingnyaupaya penegakan hukum di Indonesia.Menurutnya, bangsa Indonesia telahmenyempurnakan sistem penegakanhukum dengan dibentuknya lembagaMahkamah Konstitusi, Komisi Yudi-sial, dan Komisi Pemberantasan Ko-rupsi untuk melengkapi keberadaanlembaga Mahkamah Agung, Kepo-lisian, dan Kejaksaan yang telah adasebelumnya.

Sekjen MK juga menyinggungkewenangan MK dalam ketatanegaranRI pasca amandemen UUD1945 yangputusannya bersifat final dan mengikat.“Dengan demikian penyelenggaraannegara lebih mungkin dilakukan secaratransparan, akuntabel, modern, dandemokratis,” ujar Janedjri. (koen)

Foto

: D

enny

Fei

shal

Para pegawai MK melaksanakan upacara peringatan Hari Ibu ke-77.

Page 28: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200628

AKSIAKSI

Terkait dengan cetak ulang bukuKemerdekaan Berserikat,Pembubaran Partai Politik dan

Mahkamah Konstitusi, pada Kamis 15Desember 2005 lalu Konpress bekerjasama dengan Benang Merah Books danBadan Penerbitan Pers Mahasiswa Fakul-tas Hukum Universitas Gadjah Mada (FHUGM) Mahkamah menggelar bedah bukukarya Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.tersebut. Kalau dulu ketika terbit pertamakali, bedah buku dilakukan pada 29September 2005 di Jakarta, untuk laun-ching cetakan kedua buku karya ketuaMahkamah Konstitusi (MK) ini, dilaksa-nakan di Gedung Magister Hukum, FHUGM Yogyakarta. Pada kesempatan inihadir Denny Indrayana, S.H., LLM.,PH.d. (Dosen Hukum Tata Negara UGM)dan Dr. Satya Arinanto, S.H., M.H.(Dosen Hukum Tata Negara UI) sebagaipembahas buku dengan moderator FebriDiansyah (Pimpinan Redaksi BPPMMahkamah Fakultas Hukum UGM).

Bedah buku ini dihadiri lebih dari 70orang yang berasal dari kalangan mahasis-wa, dosen, praktisi, kalangan media, danmasyarakat umum. Bedah buku berlang-sung sangat menarik. Pembicara banyakmengungkapkan hal-hal baru terkaitdengan tata negara dan realitas politik diIndonesia, sehingga menggugah terjadinyadiskusi yang hangat antara peserta denganpembicara.

Satya Arinanto yang datang dariJakarta untuk bedah buku ini lebih banyakmengungkapkan mengenai MK dan latarbelakang mengapa MK memiliki kewena-ngan salah satunya untuk memutuspembubaran partai politik (parpol). Satyayang merupakan salah satu tenaga ahli MKini menjelaskan secara detail proses peng-godokan MK sebagai sebuah institusi barudan perubahan struktur ketatanegaraanIndonesia pasca amandemen UUD 1945.Terkait dengan isu parpol, Satya menya-takan, MK belum pernah menggunakankewenangannya untuk memutus pem-bubaran partai politik dan MK memangsaat ini sedang menyusun hukum acarapembubaran partai politik.

Terkait dengan tema dan isi buku yangsedang laris di pasaran ini, Denny Indra-yana yang juga merupakan direkturIndonesia Court Monitoring (ICM),mengungkapkan kalau buku karya Prof.

Bedah Buku “Pembubaran PartaiPolitik” di UGMDr. Jimly Asshiddiqie, S.H. ini masihmenitikberatkan pada pembahasan rule oflaw, akan lebih baik bila buku ini jugamembahas rule of ethic. Denny mem-bandingkan masa sekarang dengan masaorde baru, kondisi rule of law saat inimenurut Denny sudah lebih baik, bisadipahami bahwa pemilihan legislatifsampai presiden telah mampu meng-akomodasikan suara rakyat, namun dalamsoal rule of ethic ternyata masih lemah.Denny mencontohkan kasus dana parpol.

Menurutnya, tak ada satu parpol pun yangmurni dananya dari partai, bantuan dariluar negeri tetap ada, padahal dalam UUParpol itu tidak boleh. Nyatanya parpolyang melanggar tidak mendapatkan sanksiyang tegas.

Bedah buku diakhiri dengan pengun-dian Konstitusi Press Quiz yang berhadiah10 paket buku dari MK dan KonstitusiPress. Acara ditutup dengan pembagianbuku gratis dari Konpress kepada seluruhpeserta diskusi. (Lwe)

Dalam rentang waktu 4-7Desember 2005 lalu, Konpressseperti menyelenggarakan dis-

kusi buku setiap harinya. Maklumlah saatitu Konpress sedang berpartisipasi dalampameran (exhibition) Muktamar IV IkatanCendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)yang diadakan di Hotel Sahid JayaMakassar. Muktamar yang bertema“Membangun Masyarakat Madani yangBermoral dan Berdaya Saing Tinggi” itudibuka Presiden SBY dan dihadiri paratokoh dan cendikiawan Indonesia, sepertimantan Presiden BJ Habibie, Ketua MPRHidayat Nur Wahid, Ketua MahkamahKonstitusi Jimly Asshiddiqie, mantanKetua Umum ICMI Adi Sasono, KetuaUmum ICMI Muslimin Nasution, Men-teri Agama Maftuh Basyuni, MenteriNegara BUMN Sugiharto, Menteri Per-hubungan Hatta Rajasa, dll. Karena

Konpress Buka Stand di Muktamar IV ICMIpeserta muktamar merupakan para pakardan cendikiawan maka buku yang menjadipusat perhatian mereka. Setiap ada kesem-patan dan reses, para pakar dan cende-kiawan tersebut sering berkumpul di standKonpress dan membahas buku-bukuterbitan Konpress. Dan pembahasan ituserius sekali, layaknya diskusi buku yangdiselenggarakan secara informal.

Hani Andani, tim pameran Konpressberujar, “keikutsertaan Konpress dalamexhibition Muktamar IV ICMI ini sungguhtepat, karena terbitan-terbitan Konpressbisa langsung mendapat apresiasi dari parapakar dan cendikiawan Indonesia yanghadir dalam muktamar.”

Hani sendiri beberapa kali terlibatdalam diskusi karena para peserta muk-tamar menanyakan beberapa hal terkaitdengan tema yang diusung Konpress.(Lwe)

Foto

: Lu

thfi

WE

Page 29: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 29

AKSIAKSI

Dalam rangka publikasi sekaliguspromosi produk-produk Kon-press, pada 16-21 November

2005 lalu Konpress ikut serta dalamkegiatan Bursa Buku Murah Jogja 2005 yangdiselenggarakan oleh Keluarga Mahasis-wa Fisika Fakultas MIPA UniversitasGadjah Mada.

Bertempat di Gedung Mandala BhaktiWanitatama Jalan Laksda AdisuciptoYogyakarta, acara pameran buku yangdiikuti oleh sekitar 100 penerbit dariYogyakarta dan kota-kota lain seperti Solodan Jakarta ini menjadi agenda pentingpara penikmat buku di Yogyakarta dansekitarnya. Bursa buku tersebut memangdirancang untuk para penikmat bukukarena selain koleksi lengkap dan mema-dai (karena banyak penerbit yang terlibat),dalam pameran buku ini ditawarkan puladiskon besar-besaran untuk pengunjung,

Konpress di Bursa Buku Murah Jogjapenerbit-penerbit yang terlibat dalampameran berani memberikan diskon 20-80%, termasuk Konpress yang bekerjasama dengan Benang Merah Books sebagaidistributor resmi buku-buku terbitanKonpress untuk wilayah Jogja dan JawaTengah dan berpartner dengan penerbitAlenia, memberikan diskon 20%.

Wahyudi Djafar dari Benang MerahBooks menyatakan, animo masyarakatYogyakarta sangat yang besar padapameran ini, kurang lebih 5 ribu pengun-jung datang setiap harinya. MenurutWahyudi hal ini wajar mengingat Jogjayang dijuluki kota pendidikan banyakdihuni oleh para pelajar dan mahasiswaserta kaum akademisi lainnya, “tak heranjika minat masyarakatnya terhadap bukusangat tinggi,” ujar Wahyudi.

Puncak acara Bursa Buku MurahJogja 2005 ini, seperti biasanya pada

penyelenggaraan pameran buku, ada padahari terakhir yaitu pada Sabtu 19 Novem-ber 2005. Khusus untuk stand Konpress,stand penuh sesak oleh pengunjung yangselain ingin mencari buku juga berminatmengetahui pemenang kuis yang diadakanoleh Konpress. Konstitusi Press Quiz yangdiadakan Konpress memang sangat mena-rik pengunjung karena memperebutkan 15paket buku dari Mahkamah KonstitusiRepublik Indonesia dan Konpress. Peng-undian Konstitusi Press Quiz memangsengaja dilakukan pada hari terakhir, danbertepatan malam minggu sehingga bisaramai dikunjungi.

Pengundian Konstitusi Press Quizmendapatkan pemenang yang berasal dariberbagai kalangan, mulai dari dosenhingga siswa SMA. Wahyudi yang melaku-kan pengundian menyatakan bahwamelalui pameran dan 15 paket bukupemenang Konstitusi Press Quiz Konpressberarti telah mampu menyosialisasikanpemikiran-pemikiran, ide-ide, gagasandan hasil kerja dari MK. (Lwe)

Bedah Buku “Konstitusi danKonstitusionalisme” di Unpad

Buku ini merupakan karya yangpenuh pertimbangan dari pakaryang memang berkompeten untuk

menulisnya. Kalimat itu diungkapkanBambang Soeroso, Sekretaris KoperasiKonstitusi, dalam sambutannya mewakiliKonpress pada Bedah Buku Konstitusi danKonstitusionalisme Indonesia Kamis (1/12/2005). Bedah buku yang dilaksanakan diFakultas Hukum Universitas Padjajaran(FH Unpad) Bandung ini merupakan kerja-sama Konpress dengan Unit Kegiatan Pers

Mahasiswa FH Unpad bernama Vonnis.Bedah buku dimulai pukul 09.30 WIB

dan dihadiri 139 peserta. Turut hadir pulaantara lain Pemerintah Kota Bandung,Kepala Bagian HTN UNISBA, Dekan FHUnpad, Dekan Fisip Unpad, STPDN, FHUNPAS, STIE Bandung, FH UNISBA,Polda Jabar dll. Hadir pula kalangan pers.

Meskipun Ketua MK Prof. Dr. JimlyAsshiddiqie S.H. sebagai penulis buku initidak bisa hadir namun acara tetap berjalandengan baik. “Sudah diberitahukan

seminggu sebelumnya bahwa Prof. Jimlytidak bisa datang, kami benar-benar tidakmenyangka tetap banyak yang datang”ungkap ketua panitia Ni Nyoman MeiMelianawati. Mungkin karena pembicaraterdiri dari para pakar yang juga sudahdikenal, mungkin juga karena ada iming-iming 70 buku gratis buku pengunjungumum yang hadir.

Pakar yang hadir untuk membahasbuku tersebut adalah Dr. Satya AriantoS.H., M.H. dari Universitas Indonesia danDr. I Gde Pantja Astawa S.H., M.H. dariUnpad. Dalam kesempatan itu I GdePantja Astawa lebih banyak mengung-kapkan bahasan mengenai materi buku iniyaitu kaitan antara konstitusi dan konstitu-sionalisme, sedangkan Satya Ariantomembicarakan hal-hal kontekstual terkaitdengan perkembangan konstitusi Indone-sia. Satya yang juga anggota tim ahli panitiaAd Hoc I Badan Pekerja MPR yangmerumuskan perubahan UUD 1945tentunya memiliki kompetensi untukmembahas tema buku ini. Menjelangpukul 12.00 WIB bedah buku ini ditutupdengan Konstitusi Press Quiz yang mem-bagikan 10 paket buku Konpress dan MKdan pembagian buku yang telah di bedahsejumlah dijanjikan. (Lwe)

Foto

: Lu

thfi

WE

Page 30: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200630

penyerahan cindera mata dan pembacaandoa. (koen)

Temu Wicara di Pengadilan Tinggi SumutKESIBUKAN Ketua MKRI terus ber-lanjut. Siang harinya (10/12), Prof. Jimlykembali menggelar temu wicara di kantorPengadilan Tinggi Sumut. Acara tersebutdiikuti oleh sekitar 250 orang peserta,

AKSIAKSI

Sebagai upaya sosialisasi MK kepadamasyarakat luas, Ketua MK Prof.Dr. Jimly Asshiddidqie, S.H. di-

dampingi hakim konstitusi MaruararSiahaan, S.H. mengadakan kunjungankerja ke “Tanah Batak”, Sumatera Utarapada Sabtu dan Minggu (10-11 Desember2005). Dalam kunjungan kerjanya, KetuaMK mengadakan acara “Temu WicaraMahkamah Konstitusi Dalam SistemKetatanegaraan RI” dengan berbagaipihak, diantaranya temu wicara di jajaranpemda provinsi Sumut, di PengadilanTinggi Sumut, di jajaran pemda KabupatenSamosir, pemda Kabupaten/KotamadyaSimalungun dan Ceramah Umum di STTNomensen Pematang Siantar.

Temu Wicara di Kantor Gubernur SumutTEMU wicara dengan jajaran pemdaprovinsi Sumut yang digelar di AulaMartabe lantai II kantor Gubernuran padaSabtu (10/12-05) tersebut dibuka secararesmi oleh Wagub Sumut Rudolf MPadede yang diwakili Sekda provinsiSumut Drs. H. Muhyan Tambuse. Acaraitu dihadiri sekitar 300 orang, diantaranyapara pejabat pemda, unsur Muspida,pimpinan dan anggota DPRD, tokohagama, tokoh adat, tokoh masyarakat danpimpinan ormas. Dalam sambutannya,Tambuse mengatakan bahwa melalui acaraini diharapkan segenap jajaran pemda dankomponen masyarakat Sumut dapatberperan aktif dalam memahami kewe-nangan MKRI.

Sementera itu, Prof. Jimly dalamsambutannya menerangkan tentang prosespembentukan MK pasca amandemenUUD 1945. Selain itu, Prof. Jimly jugamenguraikan tentang kewenangan MKbaik menyangkut pengujian UU terhadapUUD 1945, memutus sengketa pemilu,pembubaran partai politik, sengketakewenangan antarlembaga negara, danimpeachment. Namun demikian, tambahJimly, hingga kini MK baru melaksanakantiga kewenangan, yaitu memutus pengu-jian UU, sengketa hasil Pemilu 2004 dansengketa kewenangan antarlembaga nega-

KUNJUNGAN KERJA KETUA MK

ra. “Hingga kini MK telah melaksanakantiga kewenangannya,” kata Jimly. Selainitu, Prof. Jimly juga menegaskan bahwafungsi MK sebagai pengawal konstitusiselama ini telah ditunjukkan melaluikewenangan MK dalam pengujian konsti-tusionalitas UU terhadap UUD 1945.

Setelah digelar diskusi dan dialog,temu wicara itu akhirnya disudahi dengan

DI “TANAH BATAK”

Prof. Jimly dan Maruarar (mengenakan mahkota adat Batak)sedang berfoto bersama pejabat Kabupaten Samosir (atas).Tukar menukar cinderamata (bawah).

Foto

: Fr

itzFo

to:

Fritz

Page 31: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 31

AKSIAKSI

terdiri atas para hakim tingkat banding danpertama dari lingkungan PeradilanUmum, Agama, Militer, dan Tata UsahaNegara Se-Sumatera Utara.

Ketua Pengadilan Tinggi Sumut,Monang Siringo-ringo, S.H., dalam pe-ngantarnya menyambut baik kehadiranKetua MK dalam rangka sosialisasi MKuntuk yang pertama kalinya di wilayahSumut. “Kami menyambut gembirakehadiran Ketua MKRI untuk yangpertama kalinya di Sumut,” kata Monang.

Sementara itu, dalam sambutannyaKetua MK Prof. Jimly mengingatkankepada para hakim agar tidak mudahmengeluh meskipun menerima gaji kecil.Selain itu, Prof. Jimly juga menegaskantentang pentingnya pembenahan hakimagar kepercayaan masyarakat semakinmeningkat. “Yang lebih dibutuhkansekarang adalah hakim harus dapat mem-benahi diri agar kepercayaan masyarakatterhadap hakim semakin meningkat,” kataJimly. (koen)

Temu Wicara dengan Pemda SamosirACARA temu wicara Ketua MK terusberlanjut. Ketua MK kembali menggelartemu wicara dengan jajaran pemda Kabu-paten Samosir pada Minggu (11/12).Tampak hadir dalam acara itu sekitar 100orang peserta yang terdiri dari BupatiSamosir Ir. Mangindar Simbolon, ketuaDPRD Samosir Johny Naibaho, tokohagama, tokoh adat, tokoh masyarakat danpimpinan ormas setempat. Sebelum acaratemu wicara dimulai, didahului denganupacara adat masyarakat Batak di Samosiruntuk penganugerahan gelar “MargaSidabutar” kepada Ketua MK. Penyam-butan yang sangat meriah itu dimulaiketika Ketua MK turun dari kapal danmendarat di Pulau Samosir hingga ketempat acara temu wicara digelar.

Dalam sambutannya, Ketua MKkembali menegaskan tentang peranankonstitusi di tengah keragaman bangsaIndonesia. Menurutnya, bangsa Indonesiamerupakan bangsa unik yang memiliki17.000 pulau, 665 bahasa, dan latarbelakang agama yang berneka ragam. Olehsebab itu, menurut Jimly, kebhinnekaanitu harus dirajut sebagai satu kesatuan.“Adapaun faktor pemersatu terpentingadalah konstitusi”. Kata Jimly.

Selain itu, Ketua MK juga meng-ingatkan bahwa setiap warga negaramemiliki kesedarajatan di depan hukum.Sehingga, agar warga negara dapat me-mahami isi UUD dengan baik perludilakukan civic education kepada rakyat.“Agar rakyat tidak hanya mengetahuikewajiban hukumnya, tetapi juga hak-haknya,” imbuh Jimly (koen).

Temu Wicara di Kabupaten SimalungunKetua MK kembali menggelar temuwicara dengan jajaran pemda Simalungundi Hotel Niagara Parapat pada Minggu(11/12). Tampak hadir di antaranyaBupati Simalungun, Drs. ZulkarnaenDamanik, Kapolres AKBP Drs. AdhiPrawoto, Kajari, Azahirin Lubis, S.H. danKetua DPRD, H. Syahmidun Saragih,para tokoh masyarakat, tokoh agama, dantokoh adat serta ormas setempat.

Dalam sambutannya, Prof. Jimlykembali mengingatkan tentang adanyaperubahan UUD 1945 hingga keempatkalinya yang akhirnya menimbulkan peru-bahan mendasar dalam sistem ketata-negaraan RI. Dibentuknya MK, menurutProf. Jimly, merupakan tuntutan peru-bahan ketatanegaraan RI pasca aman-demen UUD 1945. Oleh sebab itu, dalamkesempatan tersebut Prof. Jimly menga-jak kepada segenap jajaran pemda danmasyarakat Sumalungun agar lebih mema-hami fungsi, kewenangan, dan kewajibanMK dalam sistem ketatanegaraan RI.“Fungsi MK jelas, yaitu menguji kon-stitusionalitas UU terhadap UUD 1945,memutus sengketa pemilu, memutuskanpembubaran partai politik, memutussengketa kewenangan antarlembaga nega-ra, dan memutus pendapat DPR bahwapresiden dan atau wakil presiden melang-

gar hukum atau tidak layak lagi mendu-duki jabatannya,” kara Jimly. (koen)

Kuliah Umum di STT NomensenPematang SiantarSEBAGAI rangkaian akhir dari kun-jungan kerja Ketua MK ke Sumatera Utara,Prof. Jimly memberikan kuliah umumkepada civitas akademika Sekolah TinggiTeologi (STT) HKBP Nomensen Pema-tang Siantar pada Minggu sore (11/12).Acara berlangsung meriah dan dihadirisekitar 400 orang yang terdiri atas civitasakademika STT Nomensen dan parapejabat pemda kotamadya PematangSiantar.

Ketua MK Prof. Dr. Jimly Asshid-diqie, S.H. dalam sambutannya kembalimenjelaskan hal ihwal mengenai peru-bahan UUD 1945 yang telah berlangsunghingga empat kali dan membawa implikasipara perubahan mendasar dalam sistemketatanegaraan RI. Menurutnya, keha-hadir MK dalam sistem ketatanegaraan RIdimaksudkan sebagai penafsir resmi danpengawal konstutusi menuju terwujudnyakehidupan ketatanegaraan yang demok-ratis. Oleh sebab itu, Ketua MK kembalimengajak kepada segenap civitas aka-demika STT Nomensen dan para pejabatdi lingkungan pemda kotamadya Pema-tang Siantar agar dapat memahami kebera-daan, fungsi, kewenangan dan kewajibanMKRI dalam sistem ketatanegaraan RI.“Adalah menjadi tugas kita semua, khusus-nya para civitas akademika STT Nomen-sen dan jajaran pemda kotamadya Pema-tang Siantar untuk ikut menyosialisasikanperubahan UUD 1945 di tengah-tengahmasyarakat luas,” tandas Jimly.

(koen)

Prof. Jimly sedang menjalani upacarapemberian gelar adat Batak (kanan).

Prof. Jimly dan Maruarar (ketiga dankeempat dari kiri) usai kegiatan temu wicara.

Foto

: Fr

itz

Foto

: Fr

itz

Page 32: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200632

AKSIAKSI

Pergantian Pejabat StrukturalSekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RITahun 2006

Dengan tujuan meningkatkankesadaran hukum danberkonstitusi dalam lingkup

nasional, Mahkamah Konstitusi (MK)bersepakat menjalin kerjasama denganberbagai lembaga terkait. Lembaga-lembaga yang dirasakan memiliki keter-kaitan erat dan kapabilitas untuk merea-lisasikan tujuan tersebut adalah Depar-temen Hukum dan HAM (Dephukham),Departemen Pendidikan Nasional (Dep-diknas) dan Universitas Pendidikan Indo-nesia (UPI) Bandung.

Kerjasama dengan beberapa lembagatersebut diterakan dalam dua nota kese-pahaman terpisah. Kerjasama denganDephukham, dalam hal ini didelegasikankepada BPHN, meliputi pengkajian sertapenelitian hukum dan konstitusi; penye-barluasan informasi hukum dan kon-stitusi; pertemuan ilmiah dalam bidanghukum dan konstitusi; serta dokumentasihukum dan konstitusi. Sedangkan kerja-sama yang dilakukan MK dengan UPImeliputi fasilitasi penyediaan bukupengayaan bidang konstitusi dan HAMoleh MK; dan upaya membangun kesa-daran berkonstitusi melalui penyebar-luasan informasi kepada guru-guru tingkatSD sampai SLTA.

Penandatanganan dua nota kesepa-

KERJASAMA BIDANG HUKUM

haman dilakukan pada hari Jumat, 16Desember 2005, oleh masing-masing

Dari kanan: Sekjen MK, Sekjen Depdiknas, Dirjen Perlindungan HAMdan Rektor UPI sedang menandatangani nota kesepahaman.

DAN KONSTITUSIpemimpin lembaga. Nota kesepahamanpertama antara MK dengan Dephukhamditandatangani oleh Sekjen MK JanedjriM. Gaffar dan Kepala BPHN Prof. Dr.Abdul Gani Abdullah, S.H. Sementaranota kesepahaman kedua antara MK,Depdiknas, Dephukham dan UPI ditan-datangani oleh Sekjen MK, Sekjen Dep-diknas Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS,Dirjen Perlindungan HAM Dr. HafidAbbas dan Rektor UPI Prof. Dr. SunaryoKartadinata, M.Pd.

Dalam sambutannya, MendiknasBambang Sudibyo menyinggung tentangrencana pemerintah menerapkan metodepembelajaran berteknologi tinggi. Metodeini ditujukan untuk mengejar keterting-galan pendidikan di beberapa daerahterpencil, antara lain Aceh, SumateraUtara, Bengkulu, seluruh Kalimantan,Maluku Utara, Maluku, Sulawesi Tengah,NTT, NTB serta Irjabar. Salah satuteknologi tinggi yang akan dipergunakanadalah televisi edukasi yang dipancarkanmelalui satelit. Teknologi tersebut diha-rapkan dapat mengatasi masalah keku-rangan guru dan kekurangan buku-bukupelajaran di daerah-daerah terpencil.(mw)

Foto

: D

enny

Fei

shal

No. Nam a Pangkat Jabatan

1 Drs. W arsono Pembina Tingkat I (IV/b) Kepala Bagian Pelayanan Risalah dan Putusan Perkara

2 Nelly M urni, S.Sos Penata Tingkat I (III/d) Kepala Bagian Tata Usaha

3 Ida Ria Tam bunan, S.H. Pembina (IV/a) Kepala Bagian Adm inistrasi Perkara

4 Imam M argono, S.E., M .M . Penata (III/c) Kepala Subbagian Pengadaan, Penyimpanan dan Inventarisasi

5 Tetra Pordandy, S.E. Penata M uda Tingkat I (III/b)

Kepala Subbagian Program dan Anggaran

6 Sarpin, S.H. Penata (III/c) Kepala Subbagian Analisa, Evaluasi dan Laporan

7 Kurniasih Panti Rahayu, S.E. Penata (III/c) Kepala Subbagian Kas dan Perbendaharaan

8 Santosa Penata Tingkat I (III/d) Kepala Subbagian Persuratan

9 Edy Santoso, BA Penata (III/c) Kepala Subbagian Tata U saha Pim pinan

10 Arif Bintarto Yuwono, S.Sos. Penata (III/c) Kepala Subbagian Rumah Tangga

11 Poniman, S.Sos. Penata (III/c) Kepala Subbagian Protokol

12 Ina Zuchriyah, S.H. Penata M uda Tingkat I (III/b)

Kepala Subbagian Pelayanan Persidangan

13 Fazlun Budi SN, S.H., M .H um . Penata (III/c) Kepala Subbagian Pem anggilan

14 M akhmudah, S.H. Penata Tingkat I (III/d) Kepala Subbagian Pelayanan Putusan

Page 33: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 33

TanyaJawab

Website MK membuka forum konsultasi mengenai konstitusi dan Mahkamah Konstitusi dengan masyarakat luasmelalui email yang diasuh oleh tenaga ahli Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H. Redaksi memilih pertanyaandan jawaban yang menarik untuk ditampilkan di BMK. Pertanyaan dapat diajukan melalui www.mahkamahkonstitusi.go.id

PERTANYAAN:Saya ingin bertanya mengenai tafsiran kongkrit para hakim

konstitusi terhadap UUD 1945, sehingga bisa dijadikan dasarataupun pijakan untuk menguji undang-undang. Misalkan pendapatpara hakim konstitusi mengenai UUD 1945. Terima kasih.

Kayu WurukE-mail: [email protected]

Tanggal: 08 Oktober 2005JAWABAN:

MK memang bertugas mengawal dan menafsir UUD. Namuncara MK menafsir sangat tergantung kepada perkara yang masukke MK. Hakim MK hanya akan menafsirkan konstitusi kalu adapengujian UU atau perkara yang diajukan ke MK. Jadi kalau Andaberminat mengetahui tafsir konstitusional atas sebuah UU, Andadapat temukan dalam putusan MK.

PERTANYAAN:Apa sih arti atau makna konstitusi untuk orang awam? Lebih

tinggi mana wewenang MK dengan MPR?Umar

E-mail: [email protected]: 21 Oktober 2005

JAWABAN:Konstitusi dalam pengertian Indonensia adalah UUD Negara

RI Tahun 1945 yang biasa ditulis UUD 1945. UUD 1945merupakan hukum tertinggi di negara Indonesia. Oleh karena itu,segala jenis peraturan harus berpedoman kepada UUD. MK sebagailembaga negara yang baru, hasil amandemen UUD 1945, diberitugas oleh UUD untuk mengawal dan menafsirkan UUD yangdalam pelaksanaanya berupa UU. MPR merupakan lembaga negarayang dulu, versi UUD 1945 sebelum amandemen, merupakanlembaga negara tertinggi, akan tetapi sekarang MPR sama denganMK, yaitu sama-sama sebagai lembaga negara yang sejajar.Keduanya memiliki tugas yang berbeda.

PERTANYAAN:Apakah tidak lebih patut bilamana MK menerbitkan saja fatwa

tentang Perpres No. 55/2005 bertentangan dengan putusan MKNo. 002/PUU-I/2003 tentang UU No. 22/2001 tentang Minyakdan Gas Bumi tanggal 21 Desember 2004, agar dengan demikianlebih dapat tercipta situasi dan kondisi yuridis yang lebihberkepastian hukum, daripada berwujud surat pemberitahuankepada presiden, yang ternyata memunculkan kontroversi dikalangan masyarakat luas.

Dan bilamana diperlukan guna pemenuhan tatacara adminis-tratif, bisa saja pihak MASBETA 45 (Masyarakat Bela Tanah Air45 sebagai pengaju Petisi Bela Tanah Air tentang UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi ke Komisi VII DPR RI tanggal13 Januari 2005) mengajukan surat permohonan Fatwadimaksudkan di atas agar dengan demikian lalulintas yuridis

menjadi lebih berkepastian hukum di antara para pihak yangberkepentingan dalam upaya-upaya penegakan hukum konstitusidi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum.

Hal fatwa ini, tentunya akan banyak artinya bagi bahanmasukan yuridis (ad informandum) di MA ketika uji materialPerpres No. 55/2005 terhadap putusan MK No. 002/PUU-I/2003 tentang UU No. 22/2001 termaksud di atas.

Dengan segala hormat, kami tunggu jawaban dari MK.Pandji R. Hadinoto

(Mantan pemohon VI uji material UU No. 22/2001 tentangMigas yang ternyata di-N.O. pada putusan MK termaksud).

E-mail: [email protected]: 25 Oktober 2005

JAWABAN:Putusan yang bersifat atau bertentuk fatwa tidak ada dalam

kewenangan MK. Oleh karena itu MK tidak mungkin mengeluar-kan fatwa, sungguhpun ada yang memintanya.

PERTANYAAN:1. Saya minta penjelasan hubungan negara hukum dengan

mahkamah konstitusi.2. Dalam menjalankan tugasnya menyelesaikan perselisihan hasil

pemilu, apakah MK menemui kendala (ex. dalam kasus gugatanCapres Wiranto)?

Samsudin NursehaE-mail: [email protected]

Tanggal: 08 NovemberJAWABAN:

Negara hukum (rechtsstaat) secara teori (menurut Julius Stahl)harus terpenuhi empat unsur, yaitu perlindungan HAM,pembagian kekuasaan, pemerintahan berdasarkan UU, peradilanTUN. Untuk masa sekarang (modern) batasan negara hukumtersebut kurang memadai, menurut Jimly Asshiddiqie, perluditambah satu lagi yakni pengadilan konstitusional atauconstitusional court (MK).

Kendala yang dihadapi MK dalam menyelesiakan perkarapemilu tidak banyak, hanya soal batas waktu yang sangat singkatyakni 30 hari harus selesai memutus 200-an perkara pemilulegislatif. Namun, untuk perkara pemilu presiden sama sakali tidakada kendala.

1. Jawaban pertanyaan dari alfiana, ([email protected]),pada alinea kedua baris ketiga dari bawah, tertulis “menggangguputusan MK kalau ada kasus..”, seharusnya: “menungguputusan MK kalau ada kasus...”

2. Jawaban pertanyaan dari Widada ([email protected]), bariske tiga dari atas tertulis “(Tap MPR No 1/2004)”, seharusnya“(Tap MPR No 1/2003).

Demikian kesalahan sudah kami perbaiki. (Redaksi)

RALAT:Dalam Rubrik Forum Tanya Jawab BMK Edisi 13 Nopmebr-

Desember 2005 halaman 5 terdapat kesalahan cetak antara lain:

Page 34: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200634

����� ����������

Sejarah Konstitusi Perancis

Sejarah Bangsa Perancis

Wilayah yang sekarang kita kenalsebagai wilayah negara Perancis inidulunya sebagian besar disebutdengan wilayah Celtica yang padamasa itu didiami suku Gaul yangkemungkinan besar berasal dariistilah yunani Gallia yang merupakansebutan untuk suku barbar yang padamasa itu mendiami wilayah Celtica.

Pada perang Gallic yang terjadipada tahun 57 sebelum masehi,bangsa Romawi dipimpin KaisarJulius berhasil menaklukkan seba-gian besar wilayah Celtic. Akibat daripenaklukkan itu adalah terjadinyafusi kebudayaan yang memunculkanbudaya Gallic-Romans yang lebihberadab dan modern. Pengaruhkultur kebudayaan Romawi meng-akibatkan bangsa Gaul mulai me-ngenal politik, struktur pemerintahandan strategi militer.

Setelah kerajaan Romawi runtuh,sejarah Perancis masuk dalam babakyang penuh ketidakjelasan dan masihsering diperdebatkan. Sejarah bangsaFranks yang kemudian muncul padasaat itu banyak diwarnai oleh mito-logi-mitologi yang bercampur baurdengan fakta. Para ahli sejarah dalammenentukan apa yang terjadi padamasa itu banyak berpegang padatulisan penulis Romawi galia yangterkenal, Gregory of Tours, HistoriaFranconum. Menurut Gregory namasuku Frank diambil dari pemimpin

Sejarah terbentuknya konstitusi suatu negara secara tidak langsung dapatmenggambarkan kesluruhan perkembangan bangsa itu sendiri. Kali inirubrik Jejak Konstitusi akan membahas sekilas sejarah terbentuknyaKonstitusi Perancis sebagai rekaman sejarah perkembangan bangsa ini.

Nama Negara: Republique Francaise Ibu-kota: Paris Presiden: Jacques Chirac HariNasional: Bastille Day, 14 July (1789) Luaswilayah: 547,030 km2 Populasi: 63,587,700Moto: Liberté, Égalité, Fraternité LaguKebangsaan: La Marseillaise.

wik

iped

ia.c

om

La Déclaration des droits de l'Homme et du citoyen atau Dekalarasi Hak-Hak Asasi Manusiadan Warga Negara merupakan dokumen fundamental yang dilahirkan oleh Revolusi Perancis.Disahkan pada tanggal 26 Agustus 1789 oleh Assemblée Nationale Constituante, sebagaipatokan dalam penyusunan konstitusi, dan menjadi dasar dari hukum di Perancis pasca revolusi.

Page 35: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 35

mereka yang terkenal Franko, padamasa itu mereka yang mulanyabermukim di muara Laut Hitamkemudian berimigrasi mengikutisungai Danube hingga sampai kesungai Rhine yang terletak di wilayahPerancis. Bangsa Franks juga disebut-sebut dalam buku itu sebagai ke-turunan dari bangsa Simmeria danScythe.

Pada tahun 250, bangsa Franksjuga disebut-sebut berperan dalamkeruntuhan Kerajaan Romawi, danberhasil membebaskan sebagian besarwilayah Perancis dan Spanyol darikekuasaan Romawi. Bangsa Frankskemudian membentuk kerajaan yangberturut-turut dipimpin oleh berbagaidinasti antara lain Merovingians,Clovis serta Carolians. Kekuasaankerajaan Franks mengalami masakejayaannya ketika dipimpin olehRaja Charlemagne pada dinastiCarolians. Setelah Charlemagne wafatpada tahun 814, para penerusnyatidak mampu lagi mempertahankankeutuhan kerajaan Perancis. Saat itupula bangsa viking mulai melakukanekspansi ke tanah Perancis, mem-perparah keruntuhan kerajaan Peran-cis.

Konstitusi Perancis: dari MonarkiBorjuis menjadi Republik.

Salah satu bagian dari sejarahperancis yang paling populer mungkinadalah mengenai Revolusi Perancis,babak-babak dramatis revolusi yangterjadi pada tahun 1789 ini seringdijadikan bahan pelajaran sejarahuntuk menunjukkan bahwa kekuatanrakyat berada di atas kekuatanmonarki. Pada tahun 1791 BadanKonstituante Nasional (AssembléeNationale Constituante) membentukkonstitusi Perancis pertama, yangmulai berlaku pada tahun 1792.konstitusi tersebut berusaha untukmembentuk suatu monarki baru yangliberal dan konstitusional, di manaakan dibentuk badan legislatif yangdapat mengajukan legislasi kepadaRaja – saat itu Raja Louis XVI –namun raja dapat mengajukan veto.Konstitusi monarki itu tidak bertahan

lama, karena pada 10 Agustus 1792,masyarakat Paris yang tergabungdalam blok pemberontak (dikenalsebagai Paris Commune) mengepungistana Kerajaan di Tuileries menuntutpembubaran monarki borjuis a laLouis XVI, tanggal 10 Agustus 1792inilah yang kemudian dikenal sebagaihari jatuhnya monarki.

Pada tahun 1793, Perancis kem-bali membentuk konstitusi baru.Konstitusi itu juga disebut Consti-tution Montagnarde, karena disusunoleh grup Montagnarde diambil darikata montagnarde yang berarti“gunung”. Istilah Montagnarde meru-pakan sebutan di badan legislatifPerancis bagi para anggota yangduduk di bangku-bangku tertinggi diruang sidang legislatif tersebut.Konstitusi Montagnard yang diratifi-kasi oleh National Convention pada24 Juni 1793 ternyata tidak pernahsempat diberlakukan, ditunda akibatinsiden-insiden Revolusi Perancis.

Pada tahun 1795, dibentuklahKonstitusi 1795, atau sering disebutsebagai Konstitusi Tahun ke III,disebut demikian karena dibentukpada tahun ke III dalam KalenderRevolusi Perancis. Konstitusi ini

membentuk Directoire Exécutif yangmerupakan pemegang kekuasaaneksekutif selama proses revolusi yangberanggotakan lima orang. Konstitusi1795 pada dasarnya bersifat lebihkonservatif dari rancangan konstitusi1793, di mana Pemerintahan pusatmemeiliki kekuasaan yang lebihbesar, termasuk kekuasaan untukmembatasi kebebasan pers dankemerdekaan berserikat. Kemudianpada tahun 1799, tepatnya pada tahunke IIIV dalam Kalender RevolusiPerancis, dibentuklah konstitusibaru, yang pada intinya membentukpemerintahan yang disebut denganConsulate. Consulate ini memegangpemerintahan di Perancis dari tahun1799-1804, dan di bawah peme-rintahan inilah Napoleon Bonapartesebagai Konsul Utama mulai menun-jukkan diri sebagai kekuatan dominandi Perancis.

Perubahan besar terjadi padapemerintahan Perancis pada tahun1802, ketika Konstitusi baru lagi-lagidimunculkan. Perubahan yang ter-jadi pada tahun X Kalender RevolusiPerancis cukup drastis, terutama padaketentuan yang tiba-tiba mengangkatNapoleon Bonaparte sebagai KonsulUtama seumur hidup. Kondisi inibertambah ekstrim ketika Konstitusiberikutnya pada tahun XII mem-bentuk Kerajaan Perancis yang

Jenderal de Gaulle ketika penan-datanganan Konstitusi 1958.

Naskah asli Konstitusi 1958 yangditampilkan dan disimpan dikantor ketua Dewan KonstitusiPerancis.

dok: conseil-constitutionnel.fr

Page 36: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200636

pertama dengan mengangkat Napo-leon sebagai Raja. Kerajaan Perancispun dibentuk setelah selama ber-tahun-tahun revolusi tidak dapatmenghasilkan pemerintahan republikyang stabil. Walaupun demikianmonarki yang dipimpin oleh dinastiNapoleon kekuasaannya tidak se-mutlak monarki a la borjuis sebelumrevolusi, karena masih dikendalikanoleh konstitusi. Daripada memper-kuat kekuasaan absolut, Napoleonlebih cenderung untuk melakukanpropaganda dengan cara melakukanekspansi besar-besaran ke negaratetangga dengan ambisi membentukkerajaan besar sejenis KerajaanRomawi. Namun kekalahan demikekalahan memaksa Napoleon untukmundur. Kekalahan di Spanyol danRusia membuat Napoleon semakinkehilangan kepercayaan dari rakyat,apalagi ketika Inggris menyatakanperang dalam kondisi terlemahkerajaan Perancis.

Pada abad ke-19 itu juga, konsti-tusi Perancis mengalami beberapakali perubahan, perubahan itu pulaberdampak kepada perubahan bentukpemerintahan. Setelah Napoleonruntuh, Konstitusi 4 November 1848kembali membentuk pemerintahanRepublik. Namun pada tahun 1852muncullah konstitusi baru yangkembali membentuk monarki konsti-tusional yang kali ini dipimpin olehRaja Napoleon III. Lalu pada tahun1870 setelah kekalahan Napoleon IIIdi perang Franco-Prussia, dibentuk-lah pemerintahan sementara yangkembali berbentuk Republik di bawahkonstitusi baru lagi. Yang mengejut-kan adalah kenyataan bahwa sejak

Revolusi Perancis, pemerintahaninilah yang bertahan paling lamawalaupun dimaksudkan sebagaipemerintahan sementara.

Pada tahun 1940 perubahankembali terjadi ketika terjadi PerangDunia ke-2, ketika Perancis ber-perang melawan Jerman. Dibentuk-lah pemerintahan yang disebutdengan Vichy France atau rezimVichy yang merupakan pemerintahanPerancis secara de facto selama masaokupasi Nazi Jerman pada tahun1942. Pemerintahan ini tidak memi-liki konstitusi. Dan pemimpin yangdipilih oleh National Assembly, HenryPhillipe Petain memegang kekuasaankonstitusial, eksekutif, legislatif danyudikatif sekaligus.

Kondisi tersebut bertahan hinggaakhir Perang Dunia ke-2, ketikatentara sekutu berhasil membebas-kan Perancis dari Jerman. Pada masaitu pula Perancis kembali membentukRepublik baru yang kemudian dikenalsebagai Republik Perancis Keempat.Konstitusi Republik Keempat disah-kan pada tanggal 13 Oktober 1946.Akan tetapi pemerintahan ini dikenalsebagi pemerintahan yang tidak stabildan tidak sanggup mengambil kebi-jakan-kebijakan penting. Kericuhansempat terjadi ketika terjadi kudetapada tahun 1958, di mana elemen-elemen sayap kiri dipimpin olehJenderal Jacques Massu mengambilalih kekuasaan di Aljazair, yangwaktu itu merupakan negara koloniPerancis. Massu mengancam untukmenyerang Paris, kecuali Charles deGaulle, yang pada saat itu dianggapsebagai pahlawan PD II, diangkatsebagai Presiden. De Gaulle hanya

bersedia menjadi Presiden apabilakonstitusi baru dibentuk.

Krisis Aljazair pun menjadi latarbelakang terbentuknya konstitusibaru Perancis. Pada bulan September1958, diadakan referendum untukmengganti konstitusi dan 79,2 persensetuju untuk mengganti konstitusi.Republik Kelima terbentuk kemudiandemi mengangkat Charles de Gaulle,menggantikan sistem pemerintahanRepublik Keempat yang lemah danterpecah-pecah dengan sistem peme-rintahan baru yang lebih tersentrali-sasi.

Konstitusi Republik Kelima yangdisahkan tanggal 4 Oktober 1858inilah yang kemudian bertahanhingga kini sebagai konstitusi Peran-cis, walaupun beberapa amandementerjadi, seperti pengurangan masajabatan presiden dari tujuh tahunmenjadi lima tahun dan prosespemilihan presiden yang sejak tahun1962 dipilih langsung melalui referen-dum, namun konstitusi itu sendiritidak lagi diubah dan diganti olehkonstitusi baru.(ery)

Logo kenegaraan resmiPerancis, perempuanyang digambarkan ditengah-tengah ben-dera merah-putih-birudinamai “Marianne”yang muncul sebagailambang personifikasiruh demokrasi Peran-cis, asal usul Marianneyang telah populersejak masa RevolusiPerancis ini masih men-jadi misteri.

Presiden Charles André Joseph Marie de Gaulle,yang mendirikan fondasi bagi Republik Kelima Pe-rancis

dok:

wiki

pedi

a.co

m

dok:

wiki

pedi

a.co

m

Sumber Penulisan:- www.conseil-constitutionnel.fr- www.wikipedia.com

����� ����������

Page 37: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 37

���������

Mengenal Dewan Konstitusi Perancis

Pengujian konstitusional di Perancis tidak diserahkan padasuatu badan yang berbentuk mahkamah konstitusi sepertinegara-negara lain. Untuk melaksanakan kekuasaantersebut, Perancis membentuk Dewan Konstitusi (ConseilConstitusionnel). Rubrik Cakrawala kali ini akan membahasprofil Dewan Konstitusi tersebut.

KKKKKonstitusi Republik Kelima sebagai Dasar

Perancis menurut Konstitusi Republik Kelimaberbentuk negara yang menganut sentralisasidengan sistem pemerintahan semi-presidensialyang disebut rationalized parlementarism atausistem parlemen yang rasional. Kepala negaramerupakan seorang Presiden (le Président de laRépublique) yang dipilih secara langsung setiap 5tahun (hasil amandemen konstitusi September2000). Presiden mengangkat seorang perdanamenteri berdasarkan suara mayoritas parlemen.Parlemen itu sendiri terdiri dari senat dan DewanNasional (Assemblée Nationale), yang meng-ajukan rancangan undang-undang.

Sistem peradilan Perancis terdiri dari duabadan, yaitu peradilan biasa dan peradilanadministratif. Diatas semua badan peradilan biasa– peradilan perdata, pidana, dagang, dan tenagakerja – terdapat Mahkamah Agung sebagaiperadilan kasasi (Cour de Cassation), yang terdiridari 80 hakim agung yang ditunjuk oleh presidenrepublik dari nama-nama yang dinominasikanoleh Dewan Tinggi Peradilan. Saat ini di Perancisterdapat 35 peradilan tingkat banding, 181tribunaux de grande instance, dan 478 tribunauxd’instance sebagai peradilan-peradilan tingkat dibawahnya. Di puncak badan peradilan admi-nistratif terdapat Dewan Negara (Conseil d’Etat)dengan 8 cours administratives d’appel dan 36 tri-bunaux administratifs, sebagai peradilan-peradilan adminsitratif di bawahnya.

Dewan Konstitusi (Conseil Constitusionnel)Perancis didirikan pada tahun 1958 yangbertepatan dengan berlakunya KonstitusiRepublik Kelima. Di dalam konstitusi tersebut,Dewan Konstitusi diatur dalam Bab VII, mulaidari Pasal 56 sampai dengan Pasal 63. Kemudianpada 7 November 1958 juga dikeluarkanperaturan pemerintah No. 58-1067 mengenaipembentukan Dewan Konstitusi.

Konstitusi Republik Kelima dibentuk dilatar-belakangi oleh keinginan untuk membatasikekuatan parlemen. Republik Perancis yangterdahulu dikenal memiliki kekuasaan Parlemenyang dianggap terlalu besar, kondisi ini seringmengakibatkan ketidakstabilan pemerintahan,dan kesulitan dalam mengambil kebijakan.Pembentukan Dewan Konstitusi juga merupakansalah satu sarana untuk membatasi dan mengen-dalikan kekuasaan parlemen.

Pada awalnya wewenang Dewan

Foto-foto para ketua Dewan Konstitusi.

Patung Sphinx Fenosa yang terdapat di pintumasuk gedung Dewan Konstitusi Perancis.

Page 38: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200638

���������Berikut ini adalah daftar anggota-anggotaDewan Konstitusi saat ini:

1. Pierre Mazeaud, ditunjuk oleh presidenrepublik pada bulan Februari 1998 dan dipilihsebagai ketua Dewan Konstitusi olehpresiden republik pada tanggal 27 Februari2004.

2. Valéry Giscard d´Estaing, mantan presidensebagai anggota ex officio.

3. Simone Veil, ditunjuk oleh Ketua Senat padabulan Februari 1998.

4. Jean-Claude Colliard, ditunjuk oleh KetuaDewan Nasional pada bulan Februari 1998.

5. Olivier Duthillet de Lamonthe, ditunjuk olehPresiden Republik pada bulan Maret 2001.

6. Dominique Schnapper, ditunjuk oleh KetuaSenat bulan Maret 2001.

7. Pierre Joxe, ditunjuk oleh Ketua DewanNasional pada bulan Maret 2001.

8. Pierre Steinmetz, ditunjuk oleh PresidenRepublik pada bulan Februari 2004.

9. Jacqueline de Guillenchmidt, ditunjuk olehKetua Senat pada bulan Februari 2004.

10. Jean-Louis Pezant, ditunjuk oleh KetuaDewan Nasional pada bulan Februari 2004.

Konstitusitidak secara sengaja dimak-sudkan untuk mempertahankan hak-hak konstitusional. Tugas dan wewe-nang Dewan ini sangat bersifattekhnis yaitu memastikan bahwaproses pemilihan umum berjalansecara adil, menyelesaikan sengketaantara produk-produk hukum badanlegislatif dengan produk-produkhukum eksekutif. Peran konsti-tusional tersebut baru terlhat ketikapada tahun 1971, Dewan menyatakanrancangan undang-undang barumengenai organisasi nonprofit, kare-na ketentuan-ketentuan di dalamnyadianggap melanggar prinsip kebe-basan berserikat yang dijamin dalamDeklarasi Hak-Hak Asasi Manusiadan Warga Negara 1789. Pada saat ituuntuk pertama kalinya sebuah ran-cangan undang-undang dinyatakaninkonstitusional bukan karena me-langgar prinsip-prinsip tekhnis pem-bentukan, akan tetapi karena di-anggap melanggar hak-hak kebebasanfundamental.

Wewenang Dewan Konstitusi

Wewenang Dewan Konstitusi Pe-rancis secara garis besar dibagi dalamdua kategori besar, yang pertamaadalah sebagai badan pengawaspemilihan umum, baik pemilihanpresiden maupun pemilihan parlemen

dan juga mengesahkan pelaksanaandan hasil dari referendum. Wewe-nang-wewenang ini disebutkan dalamPasal 58, 59 dan 60. Dewan dapat me-nyatakan sebuah pemilihan umumatau referendum tidak sah, atau salahsatu kandidat dalam pemilihan me-lakukan hal-hal yang tidak sah,bahkan menyatakan salah satukandidat tersebut melewati batasmaksimal dana kampanye yangdiizinkan.

Wewenang kedua dari Dewanadalah dalam hal interprentasi fun-damental dari konstitusi, undang-undang, pereturan pemerintah, danperjanjian-perjanjian internasional.Dewan dapat menyatakan bahwarancangan undang-undang berten-tangan dengan Konstitusi RepublikPerancis atau dengan prinsip-prinsipkonstitusional yang bersumber darikonstitusi atau dari Deklarasi HakAsasi Manusia dan Warga Negara (LaDéclaration des droits de l’Homme etdu citoyen). Dewan juga berwenangmenyatakan apabila ada undang-undang yang bertentangan denganperjanjian internasional yang telahditandatangani oleh pemerintah,misalnya Konvensi Eropa mengenaiHak-Hak Asasi Manusia. Undang-undang yang dinyatakan berten-tangan dengan perjanjian inter-nasional atau prinsip-prinsip konsti-

tusi itu secara otomatis dinyatakantidak berlaku lagi.

Tidak semua rancangan undang-undang memiliki tingkat urgensi yangsama dalam hal pemeriksaan olehDewan. Undang-undang organik yangmempengaruhi secara pemerintahansecara fundamental, harus diperiksaoleh Dewan Konstitusi sebelumdisahkan. Begitu juga perubahan-perubahan peraturan dalam prosedurparlemen harus juga melalui per-timbangan Dewan. Sementara ran-cangan undang-undang lain tidakperlu diperiksa oleh Dewan, walau-pun demikian presiden republik,ketua senat, ketua dewan nasional,perdana menteri, atau 60 anggotaperwakilan dan senat dapat meng-ajukan semua jenis rancangan un-dang-undang untuk diperiksa olehDewan sebelum ditandatangani olehpresiden.

Hal utama yang membedakanantara bentuk Dewan Konstitusi danmahkamah konstitusi adalah wewe-nang Dewan Konstitusi hanya ter-batas untuk memeriksa rancanganundang-undang sebelum disahkan,sedangkan mahkamah konstitusi padaumumnya berwenang untuk jugamemeriksa konstitusionalitas un-dang-undang setelah disahkan.

Dalam proses constitutionalreview tidak ada prosedur terperinci

Page 39: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 39

Ruangan kantor ketua Dewan Konsti-tusi Perancis yang beralamat di 2 ruede Montpensier, 75001 Paris.

Sumber Penulisan:- www.conseil-constitutionnel.fr- www.wikipedia.com

yang harus dipatuhi. Konstitusi hanyamengatur bahwa proses pengujiantersebut tidak boleh memakan waktulebih dari satu bulan, bahkan dalamkasus-kasus yang dianggap urgen,Dewan Konstitusi bisa hanya diberidelapan hari untuk menyelesaikanconstitutional review.

Proses pengujian rancanganundang-undang terdiri atas tigatahapan, pertama, ketua Dewan akanmenunjuk seorang anggota sebagairapporteur untuk menyiapkan berkas-berkas mengenai rancangan undang-undang yang akan dibahas. Rappor-teur itu akan melakukan investigasihukum untuk kasus tersebut dengandibantu oleh para staf sekretariatjenderal. Tahap kedua adalah tahapketika Dewan mendengarkan kete-rangan pemerintah yang diwakilkanoleh staff sekretariat jenderal peme-rintah (dalam hal ini parlemen), hasildari pertemuan inilah yang kemudiandirekam dan dipublikasikan. Tahapberikutnya adalah tahap pengambilanputusan, Dewan Konstitusi kemudianakan mengadakan pertemuan ter-tutup dengan presiden. Dalam per-temuan ini kehadiran tujuh anggotaDewan Konstitusi diperlukan untukmemenuhi kuorum, kecuali dalamkeadaan mendesak.

Selain kewenangan-kewenanganitu, Dewan konstitusi juga berwenanguntuk menentukan suatu kondisi dimana presiden tidak dapat lagimelakukan tugasnya, dan membutuh-kan pengganti. Selain itu DewanKonstitusi juga dapat mendiskualifi-kasi dan memberhentikan anggotaparlemen apabila dianggap tidak layakberada di parlemen.

Struktur Organisasi DewanKonstitusi Perancis

Dewan Konstitusi perancis terdiridari sembilan anggota, sepertigadarinya diganti setiap jangka waktutiga tahun.Tiga anggota dipilih olehpresiden republik, tiga anggota lagidipilih oleh ketua senat, sedangkantiga lainnya dipilih oleh ketua dewannasional. Mantan presiden republiksecara de jure merupakan anggota

seumur hidup dari Dewan Konstitusi,selain sembilan anggota tadi. KetuaDewan Konstitusi dipilih oleh pre-siden republik dari para anggota yangdinominasikan. Tentunya anggotaDewan Konstitusi dilarang memegangjabatan lain di dalam pemerintahan,apalagi memiliki posisi di partai politiktertentu. Mantan Presiden Perancis,Valéry Giscard d́ Estaing tidak pernahaktif sebagai anggota Dewan Konsti-tusi karena pada tahun 1984, Ia turutserta dalam kegiatan pemilu.

Untuk membantu melaksanakantugasnya, presiden republik melaluikeputusan presiden mengangkatseorang Sekretaris Jenderal yangmengepalai semua pelayanan admi-nistrasi Dewan Konstitusi Perancisyang terdiri dari para staf admi-nistrasi dari perwakilan parlemen,anggota-anggota badan-badan per-adilan, termasuk peradilan adminis-tratif dan juga para akademisi.

Beberapa Peristiwa PentingDewan Konstitusi

Pada tahun 1995, Rolan Dumasditunjuk presiden Francois Mitterandsebagai ketua Dewan Konstitusi.Selama menjabat sebagai ketuaDewan Konstitusi, Roland Dumastelah dua kali menimbulkan kontro-versi. Pertama, ia muncul dalamskandal korupsi yang melibatkanperusahaan minyak Elf, di mana iajuga sering tampil di depan publikdengan bergelimang kemewahan yangberlebihan. Kemudian di bawahpimpinannya Dewan Konstitusi meng-ambil beberapa opini yang kontro-versial sehubungan dengan Inter-national Criminal Court, dalam Pu-tusan 98-408 DC, menyatakan bahwapresiden republik hanya dapat diadiliatas tindak pidana oleh PeradilanTinggi, sebuah peradilan khusus yangdibentuk oleh Parlemen dan dituju-kan awalnya hanya untuk kejahatanpengkhianatan tingkat tinggi. Hal inimengakibatkan presiden saat itu,Jacques Chirac tidak dapat dikenaituntutan pidana. Pada tahun 1999,karena skandal Elf, Roland Dumasmengundurkan diri dari Dewan

Konstitusi dan digantikan sementaraoleh Yves Guéna.

Pada tahun 2005, Dewan Konsti-tusi juga menimbulkan kontroversiketika Valéry Giscard d’Estaing danSimone Veil berkampanye untuk ber-lakunya Konstitusi Uni Eropa, yangsaat itu akan diajukan untuk referen-dum. Simone Veil melakukan haltersebut setelah cuti sejenak dariDewan Konstitusi, hal ini mendapatkritik dari beberapa pihak termasukdari Jean-Louis Debre, ketua DewanNasional, yang menganggap haltersebut sebagai prosedur yangjanggal, karena menurut Debre apagunanya membuat peraturan yangmelarang anggota Dewan Konstitusimelakukan kegiatan politik partisan,apabila anggota-anggota tersebutjustru diperbolehkan cuti dari DewanKonstitusi selama masa kampanyeuntuk ikut berpartisipasi di dalamkampanye? Konstitusi Uni Eropaitupun pada akhirnya ditolak olehsebagian besar rakyat Perancis dalamreferendum 29 Mei 2005. Hal inididuga kuat diakibatkan kurangsimpatinya rakyat dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan JacquesChirac pada saat itu. (ery)

Page 40: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200640

PUSTAKA

Sengeketa kewenangan rentan terjadidi tubuh lembaga negara kita saatini. Menurut Prof. Dr. Jimly As-

shiddiqie, S.H. dalam karya terbarunyaSengketa Kewenangan Antarlembaga Nega-ra, ada beberapa ke-mungkinan penyebabyang memicu timbulnyasengketa itu. Pertama,mekanisme hubunganantarlembaga negarayang kini lebih bersifathorisontal, tidak lagivertikal. Sebagaimanadiketahui, rentang tahun2001-2004 sistem keta-tanegaraan kita menga-lami perubahan, me-nyusul terjadinya Per-ubahan I, II, III dan IVUUD 1945. Perubahantersebut selanjutnya ber-impact pada perubahanmekanisme hubunganantarlembaga.

Jika dalam perun-dang-undangan sebe-lumnya MPR, misalnya, dikenal sebagailembaga tertinggi negara, maka dalamsistem ketatanegaraan kita yang sekarangkedudukan MPR sederajat dengan lem-baga-lembaga konstitusional lainnya,seperti presiden, DPR, DPD, MK, MA,dan BPK. Mengingat, sekali lagi, dalamperundangan yang baru saat ini tidak adalagi lembaga tertinggi negara, maka sebagaikonsekuensinya hubungan antara satulembaga dengan lembaga yang lain diikatoleh prinsip check and balances.

Hanya saja dalam prakteknya, prinsipkerja yang demikian rentan dengankemungkinan timbulnya perselisihandalam menafsirkan amanat UUD 1945.Sehingga sengketa antarlembaga negarapun tak terelakkan.

Pada poin inilah Mahkamah Konstitusi(MK) hadir. Sebab inilah salah satu ke-wenangan Mahkamah Konstitusi (MK),sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal24C ayat (1) UUD 1945: memutus sengketa

Panduan Ketika Lembaga NegaraBersengketa

kewenangan antarlembaga negara yangkewenangannya diberikan oleh UUD 1945.

Lengkapnya pasal itu berbunyi: “Mah-kamah Konstitusi berwenang mengadili padatingkat pertama dan terakhir yang putus-annya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar,memutus sengketa kewenangan lembaga ne-gara yang kewenangannya diberikan olehUUD, memutus pembubaran partai politik,dan memutus perselisihan tentang hasilpemilihan umum.”

Kedua, norma-norma yang menen-tukan kewenangan-kewenangan subyekkelembagaan yang diatur dalam UUD1945 sendiri cakupannya lebih luas. Tidakhanya terkait dengan subyek-subyekketatanegaraan yang selama ini biasadikenal sebagai lembaga negara, melain-kan terkait pula dengan, misalnya, TentaraNasional Indonesia, Kepolisian Negara,Pemerintahan daerah, dan sebagainya.Sehingga rentan dengan hambatan-ham-

batan dalam me-laksanakan kon-stitusional masing-masing subyek ke-lembagaan itu. Ji-ka ini terjadi, lem-baga yang bersang-kutan dapat me-ngajukan perso-alannya kepadaMK guna menda-patkan penyelesai-an hukum. Di sini-lah peran pentinglainnya hadirnyaMK.

Buku ini ter-diri dari lima bab.Setelah pendahu-luan pada bab per-tama, yang meru-pakan pengantarakan pentingnyaarti MahkamahKonstitusi sebagai‘perelai’ jika ter-jadi sengketa di se-buah lembaga ne-gara, titik tekan(stressing) pembi-caraan selanjutnyaberada pada babkedua, ketiga dan

Sengketa Kewenangan Antar-lembaga Negara

Penulis: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.Penerbit: Konstitusi Press, 2005

Tebal: xii + 272 halaman

keempat. Masing-masing berisi tentangsengketa kewenangan antarlembaga nega-ra, subyek kelembagaan negara dalamUUD 1945, dan beracara di MK.

Harus diakui bahwa hingga saat ini bu-ku yang secara concern mengupas tentanginformasi maupun seluk beluk lainnyatentang prosedur beracara di MahkamahKonstitusi, khususnya berkenaan denganperkara sengketa kewenangan antar-lembaga negara, terbilang relatif masihlangka adanya. Untuk itulah, kehadiranbuku ini menjadi besar artinya, terutamadalam menjembatani ‘miskinnya’ infor-masi mengenai perkembangan hukum tatanegara, selain memperkaya khazanahbuku di tanah air sendiri.

ArifinMahasiswa Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga YogyakartaKonsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam.

Wartawan Majalah Hidayah

Suasana sidang sengketa kewenangan antarlembaganegarayang diajukan Calon Walikota Depok Badrul Kamal.

Page 41: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 41

PUSTAKA

Masyarakat hukum adat diseluruh penjuru dunia adalahmasyarakat yang termarjinal-

kan dalam berbagai aspek dinamikabernegara. Kedudukannya rentan berakarpada ‘pelenyapan’ hak masyarakat hukumadat atas penguasaan hajat hidup masyara-kat adat, berupa hak ulayat turun temu-run, baik oleh pengusaha maupun pengua-sa. Peristiwa ini terlegitimasi dalambentuk hukum negara (hukum modern)yang hadir belakangan dan diterapkanpada masyarakat hukum adat tanpapengecualian.

Konteks Indonesia menengarai sejum-lah pelanggaran hak masyarakat hukumadat. Sejumlah produk hukum Indonesiamembuat posisi masyarakat hukum adattidak berdaya secara hukum, ekonomi danpolitik karena hukum negara tidak mem-berikan ruang gerak yang cukup bagiimplementasi hukum adat bagi masyara-katnya. Faktor inilah yang kemudianmenjadi acuan Komisi Nasional HakAsasi Manusia (Komnas HAM), Mahka-mah Konstitusi (MK), dan DepartemenDalam Negeri (Depdagri) membuat bukubertajuk “Masyarakat Hukum AdatInvetarisasi dan Perlindungan Hak”.Buku ini lahir dari Lokakarya NasionalInventarisasi dan Perlindungan HakBermasyarakat Hukum Adat di Jakartapada 14 – 15 Juni 2005.

Terhitung enam buah tulisan darienam penulis tentang masyarakat dalamberbagai perspektif, dua kata sambutan,dan satu kesimpulan hasil lokakaryamemadati buku ini. Isinya secara garisbesar terbagi menjadi dua tipe, yaknimasyarakat hukum adat dalam perspektifpemerintah, yang diwakili oleh M.S.Kaban (Menteri Kehutanan), PurnomoYusgiantoro (Menteri ESDM), Dardjo

Eksistensi Masyarakat Hukum AdatMenggugat

Masyarakat Hukum Adat Invetarisasi dan Perlindungan HakPenulis: Zoemrotin K. Susilo, Janedri M. Gaffar, H.M.S Kaban, dkk

Editor: Hilmy Rosida, S.H., MM, Bisariyadi, S.H.Penerbit: Komnas HAM, MK, dan Depdagri, Desember 2005

Tebal: iv+141 halaman

Sumarjono (Dirjen Pemberdayaan Masya-rakat dan Desa Depdagri); serta gugatanmasyarakat hukum adat atas produkhukum Indoensia, mulai dari UUD 1945hingga Peraturan Pemerintah, yangdipaparkan oleh Soetandyo Wignjosoeb-roto (Guru Besar Emiritus UniversitasAirlangga), Prof. Dr. Satjipto Raharjo(Guru Besar Emiritus Universitas Dipone-goro), dan Dr. Saafroedin Bahar (Komisi-oner Bidang Hak Masyarakt Hukum Adat,Komnas HAM). Perspektif di tiap tulisanyang berbeda menjadi daya tarik utama-nya. Hukum tidak hanya dibahas secarapositif tetapi juga secara sosiologis,budaya, dan antropologis.

Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 menjadititik pijak tempat dan kehadiran masyara-kat hukum adat di Indonesia. Negaramengajukan empat syarat keberadaanmasyarakat hukum adat beserta hak-haktradisionalnya, yaitu (1) sepanjang masih

hidup, (2) sesuai dengan perkembanganmasyarakat, (2) sesuai dengan prinsipNKRI, (4) diatur dengan undang-undang.Titik pijak inilah yang menjadi mayoritaspembahasan di tiap tulisan.

Pengakuan keberadaan dan perlindu-ngan hak-hak masyarakat hukum adatdalam pengelolaan hutan di Indonesiaoleh M.S. Kaban menjadi tulisan pembu-ka. Kaban memaparkan pengakomodasi-an hutan masyarakat hukum adat ke dalampengertian hutan negara, sebagai konseku-ensi adanya hak menguasai oleh negarayang tertuang dalam UU No. 14 Tahun1999 tentang Kehutanan. Walaupun hutanadat dapat dimasukkan ke dalam pengertianhutan negara, tetapi tidak meniadakan hak-hak masyarakat hukum adat sepanjangmasyarakat masih ada dan diakui kebe-radaannya (oleh negara) untuk melakukankegiatan pengelolaan hutan (hal.16).Tulisan ini diperkaya dengan definisi hakulayat dari berbagai sumber.

Senada dengan Kaban, Punomo Yus-giantoro menyajikan tulisan tentang hakmasyarakat adat dalam format pem-bahasan undang-undang. Isinya berupajabaran pasal-pasal yang mengatur kegia-tan pertambangan yang salah satunyatidak boleh dilaksanakan di tanah milikmasyarakat adat (hal.34). Keseluruhanperundangan tentang ESDM meletakkankewenangan penentuan wilayah kuasapertambangan, ganti rugi kepada pemerin-tah tanpa adamya jaminan partisipasimasyarakat hukum adat untuk memper-tahankan hak ulayatnya.

Kecemasan akan eksistensi masyara-kat hukum adat menjadi bahasan yangmenukik tajam dari Soetandyo Wigno-soebroto. Persyaratan pengakuan masya-rakat adat dalam peraturan perundang-undangan, baik ipso jure maupun ipso factoakan gampang ditafsirkan sebagai ‘penga-kuan’ yang harus dimohon, dengan bebeanpembuktian akan masih eksisnya masya-rakat hukum adat itu oleh masyarakathukum adat itu sendiri, dengan kebijakanuntuk mengakuti atau tak mengakui secarasepihak berada ditangan kekuasaan peme-rintah pusat’ (hal.39). Wignjosoebrotomembawa pembaca berkilas balik padamasa kolonial ketika Inlandsche GemeenteOrdonantie 1906 (IGO 1906) diterapkan.IGO 1906 mengakui desa-desa adatsebagai masyarakat hukum adat yang

Page 42: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200642

PUSTAKAotonom. Hal ini sangat berbeda dengankebijakan dan kenyataan saat ini, betapasangat state oriented (hal.40 – 41).

Perspektif sosiologi hukum menjadialat optik Prof. Dr. Satjipto Raharjo dalammemaparkan hukum adat dalam NKRI.Pasal 18 B (2) UUD 1945 dikupas tuntas.Pemaknaan keempat syarat eksistensimasyarakat hukum adat perlu ditelitidengan seksama dan hati - hati. Salah satucontoh dengan menyimak aspek historiesmasyarakat adat yang alpa dalam UU No.5 Tahun 1979. UU ini menjadi alatpembuat desa yang modern, telah memus-nahkan kekuasaan-kekuasaan otonomlokal. Penyamarataan pembentukan desamodern yang berkaca pada desa teritorialdi Jawa memunculkan masalah bagi desadi luar Jawa yang bersifat geanologis.Parameter hukum untuk mengatur danmencampuri masyarakat, secara sosio-antropologis sebaiknya ditundukkankepada semangat emphaty, concern, dan care(hal.47). Sehingga disarankan agar dalammembaca, memaknai, dan menerapkanpasal 18 B (2) UUD 1945, MK danpengadilan-pengadilan lain disemangatioleh keinginan dan tekad untuk menjagadan merawat hukum adat sebaik-baiknya.Tulisan ini semakin berisi dengan menyer-takan pengalaman masyarakat Aceh danBali yang hidup dengan hukum adatnya.

Dr. Saafroedin Bahar pun mengajakpembaca untuk mengulik empat syarateksistensi masyarakat hukum adat. HAMyang juga menjadi hak assasi masyarakathukum adat, akan selalu terkait denganperan dan kualitas kehidupan kenegaraan(hal.59). Bahar menegarai perubahansikap dasar negarawan. Pendiri negarasangat menghormati eksistensi dan hakmasyarakat hukum adat. Hal ini sangatberbeda dengan negarawan generasi keduadan generasi ketiga yang justru mencurigaimasyarakat hukum adat sebagai bagiandari ancaman SARA. Oleh karena itu, legaldrafters perlu mempunyai pemahamanyang dalam, dan komitmen yang tinggi,serta paradigma fungsional Pancasilasebagai dasar negara (hal. 81).

Tulisan terakhir berasa hadir dalambentuk poin-poin; sejarah peraturanmengenai desa di dalam peraturan perun-dang-undangan di Indonesia, mulai dariPrasasti Himadwalandit. + 1350 yangmemuat kata ‘swantantra’ yang dapatdiartikan sebagai kewenangan untuk

menyelenggarakan rumah tangga sendiri,hingga pada UU No. 22 Tahun 1999tentang Pemerintahan Daerah.Jabaranselanjutnya lebih kepada sosialisasi empatpersyaratan eksistensi masyarakat adatserta implementasi empat syarat tersebutdalam peraturan daerah (hal. 93 – 97).

Buku ini ditutup dengan dua buahlampiran, pertama berupa special rapporteur

Rudolfo Stavenhagen tentang hak masya-rakat tradisional di beberapa negara atastanah dan kampung halamannya, yangditerjemahkan oleh Dr. Saafroedin Bahar,kedua berupa daftar peserta lokakarya.

Tristia APegiat KL Researcher Community.

Pada pertengahan 1970-an hingga akhir1990-an wacana dan gejala demokra-

tisasi bergema luas hampir di seluruhdunia. Huntington dalam karyanya TheThird Wave of Democratization, sepertiyang dikutip dalam buku ini, menerang-kan bahwa sejak runtuhnya rezim fasisPortugal pada tahun 1974, dunia moderentelah memasuki gelombang ketiga demok-ratisasi (hal. 29). Menurut MunafrizalManan, secara terminologis, demokratisa-si ialah proses perubahan dari rezimnondemokratis menjadi rezim demok-ratis. Sementara gelombang demokra-tisasi, menurut definisi Huntington adalahsekelompok transisi rezim-rezim nonde-mokratis ke rezim-rezim demokratis yang

Mengkaji Politik Indonesia pada ErMengkaji Politik Indonesia pada ErMengkaji Politik Indonesia pada ErMengkaji Politik Indonesia pada ErMengkaji Politik Indonesia pada Era Ta Ta Ta Ta Trrrrransisiansisiansisiansisiansisi

Gerakan Rakyat Melawan ElitePenulis: Munafrizal MananPenerbit: Resist Book, Januari 2005Tebal: xviii+268 halaman

terjadi dalam kurun waktu tertentu danjumlahnya signifikan lebih banyak dari-pada transisi kea rah sebaliknya. Sebuahgelombang biasanya juga mencakupliberalisasi atau demokratisasi sebagianpada sistem politik yang tidak sepenuhnyamenjadi demokratis (hal. 30-31). DanIndonesia mengalami proses itu salahsatunya ditandai pada 21 Mei 1998 saatSoeharto menyatakan berhenti sebagaiPresiden RI, setelah 32 tahun lebihmenjadi orang nomor satu di negeri ini.

Banyak pihak yang yang memaknaijatuhnya Soeharto sebagai titik awal eratransisi Indonesia, tetapi jatuhnya rezimitu tidak otomatis identik dengan demok-ratisasi. Philippe C. Schmitter menyata-kan, seperti yang diutarakan Manan padafootnote buku ini, bahwa ada empatkemungkinan yang umum terjadi dalamkasus transisi dari rezim autokratik atauotoritarian, yaitu: tampilnya reaautokrasiatau reotoritarian, terbentuknya rezimhibrida (hybrid regime) yang tidak demok-ratis dan tidak otoritarian, demokrasitidak terkonsolidasi (unconsolidated democ-racy), dan demokrasi yang terkonsolidasi(consolidated democracy). Menurut Philip-pe, demokrasi sukses apabila mampumencapai demokrasi yang terkonsolidasi(hal. 2). Bila benar demikian makadibutuhkan banyak hal untuk mencip-takan ruang bagi dinamika politik yangsesuai pada era transisi di Indonesia, agarkesalahan otoritarianisme tidak terulanglagi dan mampu mencapai demokrasi yangterkonsolidasi.

Kondisi Indonesia saat ini memangmasih sangat rentan. Untuk itu dibutuhkanbanyak studi tentang dinamika politikpada era transisi di Indonesia. Dan bukuini yang mulanya merupakan tesis S2penulis di Universitas Gadjah Madamemang dibuat untuk itu. (Luthfi W.E.)

Page 43: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 43

PUSTAKA

Buku ini dibuat saat Indonesiasedang menghadapi pemben-

tukan Konstituante. Konstituanteberdasarkan Pasal 134 Undang-Undang Dasar Sementara Tahun1950 (UUDS 1950), bersama-samapemerintah berkewajiban untuksegera menyusun Undang-UndangDasar Republik Indonesia yang akanmenggantikan UUDS 1950 tersebut.Terkait dengan perintah itu makadiadakanlah pemilihan umum (Pe-milu) yang berhasil diadakan padabulan Desember 1955. Hasil dariPemilu tersebut diresmikanlah Kon-stituante di Kota Bandung padatanggal 10 November 1956.

Tulisan-tulisan dalam buku ininyata disusun untuk bahan bagi Kon-stituante untuk meletakkan dasarkedudukan presiden yang palingsesuai. Seperti dikemukakan Mr A.K. Pringgodigdo dalam pengantar-nya, “Pada saat Negara menghadapipembentukan Konstituante jang akanmerentjanakan Undang-undang dasartetap bagi Republik Indonesia, makaada gunanja untuk mengemukakansuatu penindjauan mengenai halkedudukan Presiden menurut Un-

Tinjauan Historis Kedudukan PresidenTinjauan Historis Kedudukan PresidenTinjauan Historis Kedudukan PresidenTinjauan Historis Kedudukan PresidenTinjauan Historis Kedudukan Presiden

Bagi penduduk asli warga Sulawesi Selatan,istilah siri’ sudah tidak asing lagi. Siri’ adalah

kata bahasa Bugis – Makassar yang secara harfiahbermakna malu atau rasa malu yang dalam. Orang-orang Bugis Makassar lebih menghayati siri’ darisudut pandang kultur dan turut berperan sebagaibagian kesadaran hukum rakyat Bugis – Makassar.Dalam siri’ terkandung dua nilai utama: nilai maluserta nilai harga diri (martabat). Kedua nilai utamaini menyatu secara simbiosis. Nilai malu menjadikanseseorang malu melakukan hal-hal yang tercela danterlarang, sementara nilai harga diri (martabat)menanamkan dignity dalam diri seseorang gunasenantiasa berperilaku baik secara terhormat (hal. 214).

Akan tetapi masyarakat pada umumnya seringmemberi konotasi negatif pada siri’, menurut LaicaMarzuki hal itu terjadi karena kurangnya pemahamandan penghayatan terhadap sistem budaya Bugis –Makassar tempat siri’ berlaku. Siri’ acapkali masihdikonotasikan dengan luapan impuls dendam kesumat(wraakzuchtig) dari seseorang atau sekelompok orangyang menyebabkan terjadinya berbagai peristiwaberdarah pada masyarakat Bugis – Makassar (hal. 3).Padahal konsepsi siri’ menurut hukum adalah bagiannilai-nilai etika hukum (value of legal ethic) yangdisublimasikan dari kandungan nilai etika siri’ yangmenempati wujud sistem budaya (culture system) Bugis– Makassar. Bagi Laica pula, nilai-nilai etika hukumyang antara lain memuat kandungan nilai-nilai maluserta harga diri (martabat) merupakan bagian asas-asashukum (rechtbeginselen) yang mendasari kaidah-kaidahhukum adat (ade’) beserta segenap lembaganya. Siri’termasuk bagian sumber hukum (rechtbron) darisegenap kaidah hukum (rechtsnormen) (hal. 206).

Hal-hal itulah yang mendasari Laica Marzukimelakukan penelitian siri’ untuk kepentingan disertasibeliau dan telah dipertahankan di UniversitasPadjajaran Bandung pada Juli 1995. Hasilnya adalahbuku ini. (Luthfi W.E.)

Boekankah sedjarah dari barang sesoeatoedapat memberi pegangan-pegangan jangdapat digoenakan dalam mengatoer hal

itoe oentoek tempo jang datang?MR A. K. Pringgodigdo

Memperbaiki KonotasiMemperbaiki KonotasiMemperbaiki KonotasiMemperbaiki KonotasiMemperbaiki KonotasiNegatif “Siri’”Negatif “Siri’”Negatif “Siri’”Negatif “Siri’”Negatif “Siri’”

Siri’, Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis– MakassarPenulis: Dr. H M. Laica Marzuki, S.H.Penerbit: Hasanuddin University Press, Makassar,1995Tebal: xviii+380 halaman

Purnomo (Staf Bagian Perlengkapan) –Purnomo (Staf Bagian Perlengkapan) –Purnomo (Staf Bagian Perlengkapan) –Purnomo (Staf Bagian Perlengkapan) –Purnomo (Staf Bagian Perlengkapan) –Nely Welminche SulaNely Welminche SulaNely Welminche SulaNely Welminche SulaNely Welminche SulaPada hari Sabtu, 7 Januari 2006 di Jl. Veteran III No.12 Jakarta Pusat

Keluarga Besar Mahkamah Konstitusi MengucapkanSelamat atas Pernikahan

Semoga menjadi keluarga sakinah, amin.

Didi Ahmadi (Staf Bagian Poliklinik) –Didi Ahmadi (Staf Bagian Poliklinik) –Didi Ahmadi (Staf Bagian Poliklinik) –Didi Ahmadi (Staf Bagian Poliklinik) –Didi Ahmadi (Staf Bagian Poliklinik) –Novi Fitria HermiatiNovi Fitria HermiatiNovi Fitria HermiatiNovi Fitria HermiatiNovi Fitria HermiatiPada hari Sabtu, 14 Januari 2006 di Gedung AnekaBhakti II Depsos Jl. HM Joyo Martono Bekasi Timur

dang-undang Dasar dan menurutpraktek kehidupan.”

Buku ini terbagi atas 2 bab.Bab pertama menjelaskan menge-nai kedudukan presiden dalammasa UUD 1945 (setelah kemer-dekaan sebelum berganti denganUUD RIS). Dan bab kedua berisipenjelasan kedudukan presidendalam masa UUD-RIS dan UUDs1950. Tentunya akan cukup repotmemahani buku “klasik” ini kare-na selain menggunakan ejaan lama,naskah buku ini banyak memakaifrase-frase lama yang membalutpikiran dan interpretasi penulis.Akan tetapi hal tersebut tidaklahmengurangi pentingnya buku inimenjadi referensi serta bahan rujuk-an bagi pemuka-pemuka hukumsaat ini. (Luthfi W.E.)

Kedudukan Presiden MenurutTiga Undang-Undang DasarDalam Teori dan PraktekPenulis: MR A. K. PringgodigdoPenerbit: P.T. Pembangunan-Djakarta, 1956Tebal: 66 halaman

PUSTAKA KLASIK

Page 44: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200644

CatatanPanitera

Kepaniteraan Mahkamah Kon-stitusi RI menerima per-mohonan Pengujian Un-

dang-undang (PUU) Republik Indo-nesia Nomor 13 Tahun 2005 tentangAnggaran Pendapatan dan BelanjaNegara Tahun Anggaran 2006 (UUAPBN 2006) terhadap Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 (UUD 1945).Permohonan yang diajukan olehPengurus Besar Persatuan GuruRepublik Indonesia (PGRI) danPengurus Ikatan Sarjana PendidikanIndonesia (ISPI) itu telah diregistrasidi bagian administrasi perkara MKdengan perkara nomor 026/PUU-III/2005 pada tanggal 23 Desember 2005.Para pemohon memohon kepadaMK untuk menguji UU tentangAPBN 2006. Pemohon menganggapundang-undang a quo bertentangandengan Pasal 31 ayat (4) UUD 1945.

Menurut pemohon, dalam lam-piran anggaran berdasarkan programyang merupakan bagian tak ter-pisahkan dari UU APBN 2006, sektorpendidikan mendapatkan alokasidana sebesar Rp 36,755,8 milliardikurangi alokasi gaji dosen sehinggajumlahnya menjadi Rp 34,635,4milliar atau equivalent 8,1% darijumlah keseluruhan APBN tahun2006 Rp 427,598,3 milliar. Jumlahanggaran atau alokasi dana pen-didikan tersebut hanyalah berkisar8,1% dari APBN 2006 saja. Ke-nyataan itu ternyata melanggaramanat UUD 1945 yang meng-haruskan negara untuk mempri-oritaskan alokasi dana pendidikansekurang-kurangnya 20% dari APBNmaupun APBD, sebagaimana di-jelaskan dalam Pasal 31 ayat (4) UUD1945, “Negara memprioritaskan ang-garan pendidikan sekurang-kurangnyadua puluh persen dari APBN serta dariAPBD untuk memenuhi kebutuhan penye-lenggaraan pendidikan nasional”.

Perkara pengujian UU APBN

2006 telah diperiksa oleh majelis panelpada 13 Januari 2006 dalam per-sidangan MK. Dalam pemeriksaanpendahuluan, majelis panel mem-berikan nasihat-nasihat kepada pemo-

PGRI AJUKAN PENGUJIANUU APBN 2006

hon terkait dengan permohonan yangdiajukan. Pemeriksaan persidanganperkara pengujian UU APBN 2006juga telah diselenggarakan oleh MK.Dalam pemeriksaan tersebut, majelispleno hakim mendengarkan kete-rangan dari pemerintah, yang diwakilioleh menteri hukum dan HAM,menteri keuangan dan menteri pen-didikan nasional serta mendengarkanketerangan dari DPR.

(edi)

T a h a p a n P e r s id a n g a n N o . P e r k a r a /P o k o k P e r k a r a

P e m o h o n

I I I II I 0 1 9 /P U U -III /2 0 0 5

P e n g u jia n U U N o . 3 9 T a h u n 2 0 0 4 te n ta n g

P e n e m p a ta n d a n P e r lin d u n g a n T e n a g a

K e rja In d o n e sia d i L u a r N e g e ri

A so s ia s i

P e ru sa h a a n Ja sa T e n a g a K e r ja

In d o n e s ia (A P JA T I), d k k

P A N E L P e m e rik sa a n P e n d a h u lu an

P A N E L P e m e r ik sa a n P e n d a h u lu a n

P L E N O P e m e rik sa a n P e rs id an n g a n

0 2 0 /P U U -III /2 0 0 5 P e n g u jia n U U N o . 3 9 T a h u n 2 0 0 4 te n ta n g

P e n e m p a ta n d a n P e r lin d u n g a n T e n a g a

K e rja In d o n e sia d i L u a r N e g e ri

S o e k itjo J .G . , D ic k y R . H id a y a t,

K e v in G io v a n n i A b a y

( In d o n e s ia M a n p o w e r

W a tc h )

P A N E L P e m e rik sa a n P e n d a h u lu an

P A N E L P e m e r ik sa a n P e n d a h u lu a n

P L E N O P e m e rik sa a n P e rs id an n g a n

0 2 1 /P U U -I II /2 0 0 5 P en g u j ia n U U N o . 4 1 T a h u n

1 9 9 9 ya n g te la h d iu b a h b e rd a sa rk a n U U N o m o r 1 9

T a h u n 2 0 0 4 ten ta n g P e ra tu ran P e m erin ta h P en g g a n t i

U n d a n g -u n d n a g N o m o r 1 T a h u n 2 0 0 4

P T . A s tra S e d a ya F in a n c e (H e n d ra

S u g ih a r to )

P A N E L P e m e rik sa a n P e n d a h u lu an

P A N E L P e m e r ik sa a n P e n d a h u lu a n

P L E N O P e m e rik sa a n P e rs id an n g a n

0 2 2 /P U U -I II /2 0 0 5 P en g u j ia n U U N o . 1 2 T a h u n

1 9 9 5 ten ta n g P e m a sya ra k a ta n

A so s ia s i A d v o k a t K o n s ti tu s i (A A K )

P A N E L P e m e rik sa a n P e n d a h u lu an

P A N E L P e m e r ik sa a n P e n d a h u lu a n

0 2 4 /P U U -I II /2 0 0 5 P e n g u j ia n U U N o . 3 2 T a h u n

2 0 0 4 ten ta n g P em e rin ta h a n D a e ra h

D rs . H . M u h a m m a d M a d e l, M M .

P A N E L P e m e rik sa a n P e n d a h u lu an

P A N E L P e m e r ik sa a n P e n d a h u lu a n

0 2 6 /P U U -I II /2 0 0 5 P en g u j ia n U U N o . 1 3 T a h u n

2 0 0 5 ten ta n g A n g g a ra n P e n d a p a ta n d a n B e la n ja

N e g a ra T a h u n A n g g a ra n 2 0 0 6

P e n g u ru s B es a r P G R I, P e n g u ru s Ik a ta n S a r ja n a

P e n d id ik a n In d o n e s ia ( IS P I)

P A N E L

P e m e rik sa a n P e n d a h u lu an

P L E N O

P e m e r ik sa a n P e rs id an n g a n

Hingga bulan Januari 2006 terdapat enam perkara yang diperiksa olehMahkamah Konstitusi. Pemeriksaan perkara tersebut meliputi pemeriksaan

pendahuluan dan pemeriksaan persidangan.

PERKEMBANGAN PEMERIKSAAN PERKARA PENGUJIAN UU

Hj. Karneki binti Mangundiwirjo(Ibu dari Drs. Sudihardjo, MA, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen MK)

pada Selasa, 14 Februari 2006.

Keluarga Besar Mahkamah Konstitusi

Semoga amal ibadahnya diterima dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT, Amin.

Turut Berduka atas Meninggalnya

Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn(Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah sesungguhnya kita kembali)

Page 45: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 45

Pasal 31 ayat (1) Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah (UUPemda) menyangkut anak kalimat “diber-hentikan sementara” dan “karena didakwa”diuji di MK. Permohonan bernomorregistrasi 024/PUU-III/2005 itu diajukanoleh Drs. H. Muhammad Madel MM,Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupa-ten Sarolangun, Jambi.

Pemohon mengganggap Pasal 31 ayat(1) UU a quo bertentangan dengan Pasal28D ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 (UUD 1945). Menurut

PERMOHONAN PENGUJIAN UU PEMDA“Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan sementara olehPresiden tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa melakukan tindak pidanakorupsi, tindak pidana terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadapkeamanan negara”.

(Pasal 31 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004)

pemohon, sangat tidak adil dan tidakdemokratis seseorang yang belum memili-ki kepastian hukum melakukan tindakansebagaimana disebut dalam Pasal 31 ayat(1) tetapi sudah diusulkan untuk disekors(pemberhentian sementara).

Perkara tersebut telah diperiksa olehmajelis panel hakim konstitusi dalamsidang pemeriksaan pendahuluan. Ketikasidang berlangsung, majelis panel hakimtelah memberikan nasihat-nasihat kepadapemohon terkait dengan permohonan.Sidang akan dilanjutkan dengan pemerik-saan persidangan.

(edi)

CatatanPanitera

Untuk kedua kalinya, Undang-Undang Republik Indonesia No-

mor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,yang telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19Tahun 2004 tentang Peraturan Pemerin-tah Pengganti Undang-undang Nomor1 Tahun 2004 tentang Perubahan atasUndang-Undang Republik IndonesiaNomor 41 Tahun 1999 tentang Kehu-tanan Menjadi Undang-Undang, diuji diMK.

Permohonan pengujian UU terse-but diajukan oleh PT Astra SedayaFinance, yang memberikan kuasakepada anggota Asosiasi AdvokatKonstitusi (AAK) yang terdiri atas,Bahrul Ilmi Yakup, S.H., Adri Fadly,S.H. dan Dhabi K. Gumayra, S.H. Pe-mohon menghendaki agar MK mengujiPasal 78 ayat (15) dan Penjelasan Pasal78 ayat (15) undang-undang a quo.

Menurut pemohon, perumusannorma pidana dalam Pasal 78 ayat (15)UU a quo bersifat kategoris, tidakbersifat hipotetis. Karena norma a quodirumuskan secara kategoris, maka

UU KEHUTANAN DIUJI LAGInorma yang muncul adalah norma tung-gal yang bersifat luas, fleksibel, vague(kabur) serta memberikan beberapapeluang penafsiran (multi tafsir) dantidak mensyaratkan adanya dwingenverband antara kondisi dan konsekuensiseperti yang disyaratkan oleh Logemannsebagai dasar berlakunya suatu normahukum.

Salah satu fakta hukum yang mem-buktikan bahwa pasal a quo bersifatmulti tafsir adalah munculnya duaputusan pengadilan yang saling berten-tangan, yaitu putusan Pengadilan NegeriSengeti Muaro Jambi No. 33/Pid.B.2005/PN.SGT dan putusan Penga-dilan Negeri Sengeti Muaro Jambi No.04/Pdt.Plw/2005/PN.SGT.

Perkara bernomor registrasi 021/PUU-III/2005 itu telah memasukipemeriksaan persidangan. Dalam peme-riksaan telah didengar keterangan daripihak pemerintah, DPR dan saksi sertaahli yang dihadirkan oleh pemohon. Pe-meriksaan tersebut adalah pemeriksaanketiga setelah diadakan dua kali sidangpanel. (edi)

Pada umumnya, bila ada orang diluar suku Batak ingin menjadi

bagian dalam suku tersebut, ia harusmembeli marga. Hal ini biasanyaterlihat dalam proses pernikaanantara orang Batak dengan non-Batak, di mana non-Batak diwa-jibkan membeli marga terlebihdahulu supaya dapat diterima seba-gai keluarga Batak.

Tidak demikian halnya denganpara pejabat MK yang melakukantemu wicara dengan Pemda Samosir,Sumatera Utara, mereka justrudidaulat untuk menjadi keluargaBatak dan mendapat anugerah mar-ga. Ketua MK Prof. Dr. JimlyAsshiddiqie, S.H. mendapat margaSidabutar, istri Ketua MK Ibu TutiAmalia mendapat marga Naibaho,dan Sekretaris Jenderal MK JanedjriM Gaffar mendapat marga Sim-bolon.

Ketua MK Punya Marga

SERBA-SERBI

Hamid Awaluddin“Ngantor” di MK

Biasanya, proses persidanganpengujian undang-undang di

MK selain dihadiri pemohon, jugadihadiri saksi, ahli dan pihak-pihakterkait. Pihak yang selalu terkaitdengan pengujian suatu undang-undang tentu saja adalah DPR selakupembuat dan pemerintah selakupelaksana (dan kadang-kadang pe-ngusul).

Selaku pelaksana undang-un-dang, pihak pemerintah biasanyamenghadirkan dirjen sebuah depar-temen yang terkait dengan pelak-sanaan undang-undang yang sedangdiperkarakan bersama menteri hu-kum dan HAM. Saking seringnyawajah Menhukham Hamid Awalud-din muncul di ruamg sidang MK,seorang wartawan berseloroh:

“Kantor Pak Hamid sekarang diMK ya?” katanya.

Page 46: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200646

OPINI

Dalam suatu diskusi santai dengan seorang rekan yangbergiat dalam bidang hukum yang berkaitan dengan HakAsasi Manusia dan Konstitusi, saya mencatat ungkapan-

nya bahwa hukum acara Mahkamah Konstitusi adalah hukumyang unik. Maksudnya, hukum acara Mahkamah Konstitusiberbeda dengan hukum acara yang dikenal dan diberlakukandalam praktek peradilan umum, karena hukum acara MahkamahKonsitusi mengandung kekhususan-kekhusuan tertentu yangtidak ditemukan dalam praktek di peradilan umum. Salah satukekhususan dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi, katanya,adalah adanya syarat kerugian konstitusional bagi pemohon yangmengajukan pengujian undang-undang terhadap UUD 45. Olehkarena itu nasehatnya, advokat yang terbiasa beracara di peradilanumum yang hendak maju ke Mahkamah Konstitusi harus bisamemahami apa arti kerugian konstitusional tersebut agar tidakgagal di Mahkamah Konstitusi.

Sebagai advokat yang menekuni bidang litigasi perdata danniaga (civil & commercial litigation), ungkapan yang diikuti nasehatsemacam itu memprovokasi saya. Bukan disebabkan karenadipergunakannya kata ‘unik’ yang bagi saya bersifat netral dantidak menjelaskan apapun —apabila jika dipergunakan dalamkhasanah ilmu pengetahuan hukum—melainkan oleh syaratkerugian konstitusional yang disebutnya sebagai kekhususan darihukum acara Mahkamah Konsitusi tersebut. Sebab apa yangdimaksudkannya sebagai kekhususan tersebut, di mata saya, lebihmerupakan kejanggalan.

Dalam pikiran saya, konsep kerugian pada dasarnya adalahdomain hukum perdata (private law), bukan domain hukumkonstitusi. Jika dalam hukum perdata kerugian dimaknai sebagaihilang atau terganggunya hak-hak perdata seseorang yangdiakibatkan oleh perbuatan orang lain yang melanggar haktersebut atau yang melawan hukum, bagaimanakah kerugiandalam konteks hukum konstitusi bisa kita maknai? Apakahdengan pendekatan yang sama dengan makna kerugian dalamhukum perdata tadi, kita bisa menyepakati bahwa kerugian dalamkonteks hukum konstitusi berarti terhambat atau hilangnya hak-hak seseorang yang diatur dalam konstitusi? Lalu karena apakahkerugian tersebut terjadi?

Pembentuk undang-undang tidak menyediakan penjelasansedikitpun dalam UU Mahkamah Konstitusi mengenai penger-tian dari kerugian konstitusional. Oleh karena itulah, dalambeberapa putusannya, Mahkamah Konstitusi berusaha mem-berikan arahan tersendiri untuk memaknai kerugian konstitu-sional, Dalam Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan PutusanNomor 010/PUU-III/2005, yang kemudian ditekankan kembalidalam Putusan nomor 015/PUU-III/2005, MahkamahKonstitusi mengharuskan siapapun yang hendak memohonkanpengujian atas pasal atau muatan materi suatu undang-undang

Kerugian KonstitusionalOleh Yanwar Malaming

terhadap UUD 45 untuk menguraikan dengan jelas lima hal.Pertama, adanya hak konstitusional yang bersangkutan yang

diberikan oleh UUD 45, Kedua, hak konstitusional tersebutdianggap oleh yang bersangkutan telah dirugikan oleh undang-undang yang dimohonkan pengujian. Ketiga, kerugian konstitusi-onal tersebut bersifat khusus dan aktual atau setidak-tidaknyabersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapatdipastikan akan terjadi. Keempat, adanya hubungan sebab akibat(causal verband) antara kerugian tersebut dan berlakunya undang-undang yang dimohonkan untuk diuji. Terakhir, adanyakemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, makakerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidaklagi terjadi.

Dengan kelima hal tersebut, dapat kita tafsirkan di sini bahwaMahkamah Konstitusi memaknai kerugian konstitusional secaraserupa dengan kerugian dalam hukum perdata sebagaimana telahdisebut di atas tadi. Namun kerugian tersebut tidak timbul karenaperbuatan orang yang melanggar hak atau melawan hukum,namun karena berlakunya pasal atau materi tertentu dari suatuundang-undang. Oleh karena itulah pasal atau materi undang-undang tersebut dapat dimintakan pengujian. Sampai di sini,memang tidak ada kejanggalan dengan konsep materil kerugiankonstitusional.

Namun jika dalam hukum perdata, terhadap kerugian yangditimbulkan karena perbuatan melawan hukum misalnya, hukumperdata memberikan sarana untuk menuntut suatu remedy atashak yang dirugikan tersebut (1365 BW), bagaimanakah dengankerugian konstitusional tadi?

Dalam hukum perdata, sebagai contoh dan secara mendasar,seseorang dapat menuntut suatu ganti kerugian ataupunpenghentian atau pembatalan dari apa yang menyebabkankerugian tersebut kepada pengadilan. Lebih jauh dalam hukumperdata, ada atau tidaknya kerugian berakibat langsung padaketersediaan remedy. Jika kerugian tidak terbukti, maka tidakada remedy. Dengan itulah dapat dipahami mengapa di pengadilanperdata, pemeriksaan mengenai ada atau tidaknya kerugiandiletakkan dalam pemeriksaan mengenai pokok perkara. Karenakonsep kerugian dalam hukum perdata berhubungan langsungdengan ketersediaan remedy.

Dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi tidak demikian.Walaupun sekilas tampak bahwa ‘penganuliran’ terhadap pasalatau materi tertentu dari suatu undang-undang merupakan remedyterhadap kerugian konstitusional yang terjadi sebagai akibat dariberlakunya pasal atau materi tertentu dari undang-undangtersebut, sesungguhnya ‘penganuliran’ tersebut bukanlah akibatlangsung dari adanya kerugian konstitusional tersebut, melainkanakibat dari adanya pertentangan antara pasal atau materi tertentudari undang-undang tersebut dengan UUD 45 (lihat Pasal 57

Page 47: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 47

OPINI

ayat [1]). Jadi, dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi, adaatau tidaknya kerugian konstitusional tidak berhubunganlangsung dengan berakibat langsung pada ada atau tidaknyaketersediaan remedy. Di sinilah kejanggalan itu terjadi. Terbukti,dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi, pemeriksaanmengenai ada atau tidaknya kerugian konstitusional tidakdiletakkan dalam pemeriksaan mengenai pokok perkara,melainkan dalam pemeriksaan mengenai legal standing.Pemeriksaan mengenai pokok perkara dikhususkan pada ada atautidaknya pertentangan antara pasa atau materi tertentu dariundang-undang yang dimintakan pengujian dengan UUD 45.

Kejanggalan tersebut terjadi karena syarat adanya kerugiankonstitusional dalam mekanisme permohonan pengujian pasalatau materi tertentu dari suatu undang-undang terhadap UUD45 telah diberlakukan secara analog dengan syarat adanyakepentingan (legitima persoana standi in judicio) dalam prosespersidangan perdata. Tidakkah hal ini tampak terlalu dipaksakan?Jika secara perdata, ada atau tidaknya kepentingan tersebut bisadibuktikan secara formil berdasarkan, salah satunya, ada atautidaknya hubungan hukum, maka bagaimana membuktikanadanya ‘kepentingan’ dalam persidangan di MahkamahKonstitusi. BUkankah janggal rasanya, jika ada atau tidaknyakerugian konstitusional, yang secara konseptual bersifat materiil,dibuktikan dengan cara-cara yang formil.

Bagi saya, seharusnya tidak perlu ada syarat kerugiankonstitusional untuk memohonkan pengujian atas pasal ataumateri tertentu dari suatu undang-undang terhadap UUD 45.Jika memang secara mencolok atau, meminjam istilah hakimkonstitusi ‘dengan penalaran yang wajar’ terdapat pertentanganantara pasal atau materi tertentu dari suatu undang-undangterhadap UUD 45, maka siapapun seharusnya maju ke hadapanMahkamah Konstitusi untuk mengupayakan ‘penganuliran’ ataspasal atau materi tertentu dari undang-undang tersebut.

Pemberlakuan syarat adanya kerugian konstitusionalsemacam itu hanya akan membuka peluang terjadinyakontroversi atas putusan-putusan Mahkamah Konstitusi pasalatau materi tertentu dari undang-undang secara mencolokbertentangan dengan UUD 45. Sebab walaupun pertentangantersebut demikian nyatanya, Mahkamah Konstitusi ‘terpaksa’membiarkan saja keberadan pasal atau materri tertentu dariundang-undang tersebut karena si pemohon tidak mampumembuktikan, atau brangkali karena hakim konstitusi tidaksependapat, menganai adanya kerugian konstitusional.

Yanwar MalamingFounding partner pada

Malaming, Wibisono, Imanuddin Law Firm

IstilahHukum

Istilah “toetsingsrecht”, “judicial review”, dan “constitutionalreview” sering dicampuradukkan penggunaannya satu sama

lain. Ketiga istilah tersebut sesungguhnya berasal dari duasistem yang berbeda dengan makna yang berbeda pula.Toetsingsrecht berasal dari Belanda yang sesungguhnya lebihberdasarkan pada supremasi parlemen sehingga tidakmengenal konsep judicial review apalagi constitutional review.Sedangkan konsep judicial review dan constitutional reviewberasal dari negara-negara yang menganut prinsip supremasikonstitusi.

Toetsingsrecht secara harfiah adalah hak uji. Istilah inidigunakan pada saat membicarakan hak atau kewenanganuntuk menguji peraturan perundang-undangan. Hak ataukewenangan tersebut dapat saja dimiliki oleh hakim,pemerintah, atau legislatif. Hak atau kewenangan yangdimiliki oleh lembaga tertentu tersebut juga dapat meliputikeseluruhan jenis peraturan perundang-undangan dalamhirarki tata urutan peraturan perundang-undangan.

Judicial review adalah pengujian peraturan perundang-undangan tertentu oleh hakim (yudikatif). Hal ini berarti hakatau kewenangan menguji (toetsingsrecht) dimiliki oleh hakim.Pengujian tersebut dilakukan atas suatu ketentuan peraturanperundang-undangan terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau terhadap konstitusi sebagaihukum tertinggi. Kewenangan judicial review dapat dimilikioleh hakim di semua tingkat, atau diberikan secara terpusatkepada Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi. Jikahak atau kewenangan tersebut ada pada hakim pengadilanbiasa, kewenangan tersebut biasanya terbatas pada mengesam-pingkan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidaksampai membatalkan atau menyatakan tidak mempunyaikekuatan hukum mengikat seperti yang dilakukan olehMahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi.

Constitutional review merupakan pengujian suatuketentuan perundang-undangan terhadap konstitusi.Parameter pengujian dalam hal ini adalah konstitusi sebagaihukum tertinggi. Hal ini berbeda dengan judicial review yangdari lingkup materinya lebih luas karena menguji suatuperaturan perundang-undangan terhadap peraturan perun-dang-undangan yang lebih tinggi, jadi tidak terbatas padakonstitusi sebagai parameter pengujian. Namun dari sisilembaga yang dapat melakukan pengujian, istilah constitu-tional review dapat dimiliki oleh yudikatif, eksekutif, ataulegislatif.

Muchamad Ali Safa’atDosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Unibraw),

Kandidat Doktor Universitas Indonesia (UI),dan Redaktur KONSTITUSI.

“Toetsingsrecht”“Judicial Review”“Constitutional Review”

Oleh Muchamad Ali Safa’at

Page 48: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200648

����� �������

Boleh jadi berbusana adalah soalselera atau pilihan. Namun, bagikalangan tertentu, berbusana juga

merupakan sebentuk apresiasi atas bahanpakaian yang dikenakannya. Ada sebagianorang yang merasa lebih pede kala berpanta-lon atau berjas dan berdasi. Atau merasalebih bergengsi mengenakan wool dan jikaingin lebih bebas cukup ber-jeans saja.Namun ada pula yang bangga mengenakanbatik yang dianggap busana nasional danmemiliki nilai seni adi luhung.

Hal itu ditunjukkan oleh MenteriPendidikan Nasional Prof. Dr. BambangSudibyo, MBA. Pria yang lahir di Te-

������� ����������� �����

Mengurus pegawai bukanlah perkara sepele.

Lebih-lebih jelang masa se-leksi CPNS MK digelar.Sebongkah harapan para pela-mar selalu melambung. Me-reka semua berharap dapat di-terima jadi PNS. Segala uborampe pun harus segera di-persiapkan. Inilah antara lainyang membuat Kabag Kepe-gawaian MK ini ruuuuarrbiasaaaaaaa sibuknya. Pulangtengah malam adalah halbiasa. Bahkan, suatu kali --saking sibuknya urusan kan-tor -- Pak Mul pulang pagi.Weleh-weleh.

�������

manggung pada 8 Oktober 1952 inimengenakan baju batik coklat kehijauanlengan panjang bermotif kawung ketikamenghadiri acara penandatanganan kerja-sama antara MK dengan DepartemenPendidikan Nasional, Departemen Hu-kum dan HAM serta Universitas Pendidi-kan (UPI) Bandung di gedung MK padaJumat (16/12). Priyayi Yogya yangbernaung di bawah partai berlambangmatahari terbit ini nampak kelihatan apikdan pas dengan baju batiknya.

Memang dalam berbagai acara, suamiRetno Sunarminingsih ini acapkali “ber-batik ria”, baik ketika berdinas di kantor,menghadiri acara kenegaraan, maupunacara-acara penting lainnya. “Saya me-nyukai batik selain karena sebagai busananasional, juga karena praktis dan nyamandipakai,” katanya. (koen)

������ ����

Pria terlahir di Kebu-men 1 Januari 1960 inimemang menemukan sema-ngat baru dalam menjalan-kan tugasnya. Apalagi mo-mentum tahun 2006 lalubertepatan dengan hari ulangtahunnya yang ke-46. MeskiTahun 2006 menurut astro-logi Cina adalah Tahun An-jing Api yang akan meng-hadirkan banyak tantangandan gejolak, namun suamidari Tuti Widiarti ini tetapmenyambutnya dengan pe-nuh optimistis. “Tantangandan gejolak boleh saja meng-hadang, namun optimismeharus tetap menyala. “Marikita selesaikan tugas dengansemangat baru,” tandasnya.

Memang, indahnya ha-rapan terkadang tak seindahkenyataan. Namun gelorasemangat yang dipancarkanPak Mul ini patut disambutdengan antusiasme oleh parapegawai di lingkungan Setjendan Kepaniteraan MK. Ka-rena kinerja yang baik akanterlahir dari kepribadianyang optimistik serta di-lumuri oleh semangat baru.Selamat bekerja, Pak Mul.(koen)

Foto

: N

anan

g Su

bekt

i

Foto

: D

enny

Fei

shal

����� ������

������ �����Dalam kegiatan temu

wicara Ketua MK keSumbar beberapa waktu la-lu, nampak H. Irman Gus-man, SE, MBA. Wakil Ke-tua DPD ini memberi sam-butan dalam acara temu wi-cara di Pemda Provinsi danHakim se-Sumbar. Juga ke-tika acara penganugerahangelar adat dari Mejelis AdatX Suku Tilatang Kab. Agamkepada Ketua MK, tokohMuhammadiyah ini jugamemberi sambutan.

Kehadirannya dalamkunjungan Ketua MK keSumbar tersebut tidak anehkarena ia merupakan tokohnasional berasal dari Sum-bar. Ia anggota DPD mewa-kili Sumbar dengan meraihperingkat pertama perolehansuara, yakni 348.200(17,59%). Dalam pemilihanpimpinan DPD, ia terpilihmenjadi salah seorang WakilKetua. Tidak heran dalamsetiap sambutannya ia me-nyampaikan informasi sing-kat mengenai DPD.

Pak Irman – begitu iabiasa dipanggil – sangat dike-nal masyarakat Sumbar, mu-lai dari ibukota Padang sam-pai ke pelosok. Itu semuaakibat aktivitasnya yang pan-jang di berbagai organisasidan juga karena kiprahnyasebagai pengusaha sukses,baik di Sumbar maupun dipusat. Sebelum aktif di DPD,urang awak kelahiran PadangPanjang 11 Februari 1962 inimenjadi Utusan Daerah Sum-bar di MPR periode 1999-2004. Dan pasca Pemilu2004, ia mengemban mewa-kili aspirasi masyarakat Sum-bar di tingkat nasional mela-lui lembaga DPD. (rua)

Foto

: Lip

utan

6.co

m

Page 49: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 49

Proses sidang di MK itu menarik! Sekurang-kurangnya itulah kesan FiraAbdurrahman, reporter SCTV. Dara berdarah Jakarta ini mengaku sangatsenang jika kebagian tugas meliput sidang di MK. Alasannya, persoalan

yang disidangkan di MK tidak melulu persoalan hukum, tapi juga ada unsurpolitiknya.

Tak hanya itu, Fira juga melihat proses sidang di MK jauh lebih baik jikadibanding pengadilan lainnya. Terlebih jika dikaitkan dengan profesi Fira sebagaiwartawan, MK memberikan pelayanan yang optimal kepada wartawan, mulaidari undangan, release hingga kenyamanan meliput. “Terutama dalam soalkenyamanan, MK memberikan pengamanan yang memadai dan selalu siapmenghadapi kondisi yang diperkirakan akan terjadi,” tutur reporter desk Tin-dak Pidana Korupsi (Tipikor) ini.

Fira datang ke MK untuk meliput sidang yang diajukan oleh Calon Wali-kota Depok Badrul Kamal untuk menguji putusan peninjauan kembali MahkamahAgung yang memenangkan Calon Walikota Nurmahmudi Ismail. Bagi lulusan

Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada ta-hun 2002ini, meliput persoalan hukum

bukan sekedar tuntutan profesi, tetapijuga penyaluran kemampuan.Sebelum direkrut SCTV, gadis pe-nyuka warna hitam ini pernahmenjadi reporter desk hukum diKantor Berita Radio Voice ofHuman Right.

“Desk hukum sesuai denganlatar belakang pendidikan saya.Saya belajar hukum di FakultasHukum di Universitas Indonesia.

Sewaktu kuliah, saya pernahdiajar Pak Jimly,”

tukasnya.(rmt)

���� ����������������� ������� �� ��

Bagai mobil yang melaju, kehadiranseseorang dalam suatu acara tentu

memiliki tujuan. Demikian pula bagi Prof.Dr. Ing Wardiman Djojonegoro, mantanMendikbud Kabinet Pembangunan VI yanghadir dalam sidang pengujian Undang-Undang Nomor 13 tahun 2005 tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara(UU APBN) 2006 di MK pada Jumat (13/1) . Ada apa?

Bagi Ketua Umum Yayasan Putri Indo-nesia (YPI) ini, pendidikan adalah “soalhidup matinya” suatu bangsa. Oleh sebabitu, kehadirannya dalam persidangan itusemata-mata bertujuan untuk memberikandukungan moral bagi Pendidikan GuruRepublik Indonesia (PGRI) sebagai pemo-hon pengujian UU APBN 2006. Sebagaimantan Mendikbud, ia merasa terpanggiluntuk ikut mendorong agar realisasi 20%anggaran pendidikan dapat terwujud.

Namun demikian, Ketua Dewan Pe-ngurus Yayasan The Habibie Centre ini tetapoptimistik bahwa dunia pendidikan Indone-sia dapat ditingkatkan dengan optimalmanakala perintah konstitusi tentangbesaran 20% anggaran pendidikan dariAPBN/APBD terpenuhi. Oleh sebab itu,kehadirannya dalam persidangan di MKtersebut secara “terang benderang” menjadienergi yang mendarahi PGRI untuk memo-honkan pengujian UU APBN 2006. “Sayahadir dalam persidangan ini dengan maksuduntuk memberikan dukungan moral bagiPGRI,” ujarnya. (koen)

Foto

: Er

y

�������� ������������������� �����

Foto

: D

enny

Fei

shal

Page 50: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200650

PARLEMENTARIA

Tanggal 1 Februari 2005 merupa-kan awal masa kerja DewanPerwakilan Rakyat (DPR) peri-

ode 2004-2009 di bidang penyusunanperaturan perundang-undangan (legisla-si). Terkait dengan itu, Pasal 5 UU No.10Tahun 2004 tentang Pembentukan Pera-turan Perundang-undangan (UU P3) me-nyatakan bahwa perencanaan penyusu-nan UU dilakukan dalam suatu ProgramLegislasi Nasional (Prolegnas). Sebenar-nya, apa pengertian Prolegnas?

Pasal 1 ayat (9) UU P3 menyatakan,Prolegnas adalah instrumen perencana-an program pembentuan UU yang disu-sun secara berencana, terpadu, dan sis-tematis. Pasal 17 ayat (1) UU P3 kemu-dian menyatakan, RUU baik yang ber-asal dari DPR, presiden, maupun DPDdisusun berdasarkan Prolegnas. Walaudemikian Pasal 17 ayat (3) UU P3 menye-butkan, dalam keadaan tertentu DPRatau presiden dapat mengajukan RUU diluar Prolegnas. Yang dimaksud dengankeadaan tertentu adalah menetapkanPerpu menjadi UU, meratifikasi konvensiatau perjanjian internasional,melaksanakan putusan Mahka-mah Konstitusi dan mengatasikeadaan luar biasa seperti kon-flik dan bencana alam.

Dalam Prolegnas terdapat284 Rancangan Undang-Un-dang (RUU) yang diprioritas-kan sampai dengan 2009 dandisepakati pula 55 RUU menja-di prioritas legislasi 2005.Sedangkan sisanya (229 RUU)menjadi prioritas tahun 2006-2009. Dengan kata lain, menga-cu pada Prolegnas 2005-2009setiap tahunnya DPR bersamapemerintah harus menyelesai-kan RUU antara 57 hingga 58setiap tahun.

Dari 55 RUU Prolegnas2005, terdapat perincian 23RUU di bidang politik, hukumdan keamanan, 24 RUU di bi-dang perekonomian dandelapan RUU di bidang kese-jahteraan rakyat (Hukum Online24/1/2006). Bagaimana kriteriaprioritas Prolegnas 2005?

Dalam rapat konsultasi an-tara menteri hukum dan HAMdan badan legislatif pada 31

Prolegnas 2005dan Realisasinya

Januari 2005 (seperti dikutip BivitriSusanti dkk. dalam Catatan PSHK TentangKinerja Legislasi DPR 2005, 2006)disepakati kriteria prioritas Prolegnas2005 meliputi: RUU yang merupakanperintah UUD 1945; RUU yang merupa-kan perintah Ketetapan MPR; RUU yangterkait dengan pelaksanaan UU lain;RUU yang mendorong percepatan refor-masi; RUU yang merupakan warisanProlegnas 2000-2004 disesuaikan dengankondisi saat ini; RUU yang menyangkutrevisi atau amandemen terhadap UUyang bertentangan dengan UU lainnya;RUU yang merupakan ratifikasi terhadapperjanjian internasional; RUU yang ber-orientasi pada pengaturan perlindunganHAM dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan jender;RUU yang mendukung pemulihan dan

pembangunan ekonomi kerakyatan yangberkeadilan; dan RUU yang secaralangsung menyentuh kepentingan rakyatuntuk memulihkan dan meningkatkankondisi kesejahteraan sosial masyarakat.

Akan tetapi dari 55 RUU dalam Pro-legnas yang harus selesai dibahas tahun2005 tersebut, kenyataannya baru 14 yangrampung. Hal itu dikemukakan KetuaDPR Agung Laksono dalam rapat pari-purna penutupan masa sidang II diGedung DPR/MPR, Jakarta, 9 Desem-ber 2005 (Hukum Online 24/1/2006).

Adanya sorotan tajam terhadapkuantitas kinerja DPR membuat KetuaDPR Agung Laksono menjanjikan bah-wa 60 % dari waktu masa sidang ketiga(12 Januari s/d 24 Maret 2006) akan digu-nakan untuk pelaksanaan fungsi legislasi.Agenda masa sidang III tersebut akan

diutamakan untuk membahasRUU yang diperintahkanProlegnas. Sisanya, 40 %, akandialokasikan untuk pelak-sanaan fungsi anggaran danpengawasan (Pidato KetuaDPR RI pada Rapat ParipurnaDPR RI Pembukaan MasaPersidangan III Tahun Sidang2005-2006, 12 Januari 2006).

Akhirnya telah ditetapkandaftar prioritas legislasi 2006yang mencantumkan 43 RUUbaru yang akan menjadi targetDPR. Namun menurut BivitriSusanti dkk, hal itu bukan be-ban riil DPR karena limpahanRUU prioritas 2005 yang be-lum selesai dibahas masih 33RUU lagi. Total yang akanmenjadi beban riil DPR adalah76 RUU. Ini belum termasukRUU yang akan masuk di te-ngah jalan yang tidak masukdalam daftar Prolegnas 2004-2009, Perpu yang tiba-tibaharus dibentuk karena keadaangenting, dan RUU perubahanatas UU akibat putusan MK.(Luthfi Widagdo E.)

No. U ndang-U ndang Tahun 2005 1 U U N o. 1 Tahun 2005 tentang Perubahan A tas UU N o.

36 T ahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belan ja N egara T ahun 2005.

2 U U N o. 2 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pem erin tah Pengganti UU No. 1 Tahun 2005 tentang Penangguhan M ula i Berlakunya UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesa ian Perse lis ihan Hubungan Industria l M en jad i UU .

3 U U N o. 3 Tahun 2005 tentang S istem Keolahragaan N asional.

4 U U N o. 4 Tahun 2005 tentang Pem bentukan Pengadilan T inggi Agam a Banten.

5 U U N o. 5 Tahun 2005 tentang Pem bentukan Pengadilan T inggi Agam a Kepulauan Bangka Belitung.

6 U U N o. 6 Tahun 2005 tentang Pem bentukan Pengadilan T inggi Agam a Gorontalo .

7 U U N o. 7 Tahun 2005 tentang Pem bentukan Pengadilan T inggi Agam a M aluku U tara.

8 U U N o. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pem erin tah Pengan ti U U No. 3 Tahun 2005 ten tang Perubahan A tas U U No. 32 Tahun 2004 tentang Pem erin tahan Daerah M enjad i UU .

9 U U N o. 9 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua A tas U U N o. 36 Tahun 2004 tentang APBN Tahun Anggaran 2005.

10 U U N o. 10 Tahun 2005 tentang Pene tapan Peraturan Pem erin tah Pengganti UU No. 2 Tahun 2005 tentang Badan R ehab ilitasi dan Rekonstruksi W ilayah dan Kehidupan M asyarakat Provinsi Nanggroe Aceh D arussalam dan Kepulauan N ias P rovinsi Sum atra U tara M enjad i UU .

11 U U N o. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan In ternasional tentang H ak-Hak Ekonom i, Sosia l dan Budaya.

12 U U N o 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan In ternasional tentang Hak-H ak S ip il dan Politik .

13 U U N o. 13 Tahun 2005 tentang APBN Tahun Anggaran 2006.

14 U U N o. 14 Tahun 2005 tentang G uru dan Dosen.

Page 51: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 51

KUTIPAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

P U T U S A NNomor 001/PUU-IV/2006

DEMI KEADILAN BERDASARKANKETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Yang memeriksa, mengadili dan memutusperkara konstitusi pada tingkat pertama danterakhir, telah menjatuhkan putusan dalamperkara permohonan pengujian undang-undangterhadap Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yang diajukanoleh:1. Nama :Drs. H. Badrul Kamal, MM;

TempatTanggal Lahir/Umur :Bogor, 20 Desember 1945;Agama :Islam;Pekerjaan :Pensiunan Pegawai NegeriAlamat :Sektor Anggrek III No.1

Depok;KTP : 3 2 . 7 7 . 7 3 . 1 0 11 / 0 0 1 0 8 /

73000519;Nomor Telepon :(021) 924 0960;Nomor Faksimili:(021) 924 0960;Nomor HP :0811 901 569;

2. Nama :KH. Syihabuddin Ahmad, BA;TempatTanggal Lahir/Umur :Bogor, 07 Desember 1949;Agama :Islam;Pekerjaan :Guru;Alamat :Jl. Alamanda No.17 Kp.

Areman Rt. 08/07 Tugu,Cimanggis, Depok;

KTP :32.77.01.1009/9273/3280614;Nomor Telepon :(021)8721717;Nomor Faksimili: -Nomor HP :0816184 9046;

Dalam hal ini memberi kuasa kepada AlberthM. Sagala dan Muhyar Nugraha, SH., Advokatyang tergabung dalam Tim Hukum dan Advokasi,Badrul Kamal dan KH. Shyihabudin Achmad, BA,yang berkantor di Kota Kembang Depok RayaSektor Anggrek blok A1 nomor 1 Depok, Telp.021-9240960 Hp. 0811142469 dan 0811113169,berdasarkan surat kuasa khusus bertanggal 2Januari 2006 masing-masing bertindak untukdan atas nama diri sendiri dan/atau bersama-sama sebagai pasangan calon Walikota danWakil Walikota Kota Depok, peserta PemilihanKepala Daerah Kota Depok Tahun 2005;Selanjutnya disebut sebagai Pemohon;

Telah membaca surat permohonanPemohon;

Telah mendengar keterangan Pemohon;Telah mendengar keterangan Komisi

Pemilihan Umum Kota Depok yang diwakili olehkuasanya yang dipandang sah oleh Mahkamah;

Telah membaca keterangan tertulis KomisiPemilihan Umum Kota Depok yang diwakili oleh

kuasanya yang dipandang sah oleh Mahkamah;Telah mendengar keterangan Pihak Terkait

Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah KotaDepok;

Telah mendengar keterangan Pihak Terkaitpasangan calon Nur Mahmudi Ismail dan YuyunWirasaputra atau yang diwakili kuasanya;

Telah memeriksa bukti-bukti;Telah mendengar dan membaca keterangan

para ahli yang diajukan oleh Pemohon;Telah mendengar dan membaca keterangan

para ahli yang diajukan oleh Pihak Terkaitpasangan calon Nur Mahmudi Ismail dan YuyunWirasaputra;

DUDUK PERKARADan seterusnya

PERTIMBANGAN HUKUMMenimbang bahwa maksud dan tujuan

permohonan Pemohon adalah sebagaimanaterurai di atas;

Menimbang bahwa sebelum MahkamahKonstitusi (selanjutnya disebut Mahkamah)mempertimbangkan lebih lanjut mengenaikewenangan Mahkamah dan kedudukan hukum(legal standing) Pemohon dalam permohonan aquo, terlebih dahulu akan mempertimbangkanhal-hal sebagai berikut:

· Bahwa permohonan a quo secara adminis-tratif telah lengkap sebagaimana dimaksudPasal 29, Pasal 31 ayat (1) huruf a, dan ayat(2) Undang-undang Republik IndonesiaNomor 24 Tahun 2003 tentang MahkamahKonstitusi (selanjutnya disebut UUMK),maka permohonan dicatat dalam BukuRegistrasi Perkara Konstitusi (BRPK) sesuaiketentuan Pasal 32 ayat (3) UUMK;

· Bahwa menurut ketentuan Pasal 16 ayat (1)Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004tentang Kekuasaan Kehakimanmenyebutkan pengadilan tidak bolehmenolak untuk mengadili suatu perkara, lagipula untuk memeriksa, mengadili, danmemutus permohonan, Mahkamah harusmenyelenggarakan persidangan dalamrangka proses persidangan yang jujur danadil (processual fairness, een goede pro-cess);

· Bahwa dalam pemeriksaan suatupermohonan tidak jarang masalahkewenangan Mahkamah berhimpitandengan masalah kedudukan hukum (legalstanding) Pemohon, sehingga kedua haltersebut baru dapat ditentukan setelahmemeriksa hubungannya satu dengan yanglain atau bahkan setelahmenghubungkannya dengan pokok perkara;Menimbang bahwa atas dasar uraian

tersebut di atas, maka Mahkamahmenyelenggarakan persidangan untukmendengar dan memberikan kesempatan parapihak guna membuktikan kebenaran dalil-dalilnya;

Menimbang bahwa sebelum memasuki

pokok perkara, Mahkamah perlu terlebih dahulumempertimbangkan hal-hal berikut:1. Apakah Mahkamah berwenang untuk

memeriksa, mengadili, dan memutuspermohonan yang diajukan sebagaimanadidalilkan oleh Pemohon;

2. Apakah Pemohon memiliki kedudukanhukum (legal standing) untuk mengajukanpermohonan a quo seperti yang didalilkannya;Terhadap kedua hal tersebut di atas,

Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

1. Kewenangan MahkamahMenimbang bahwa berdasarkan ketentuan

Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(selanjutnya disebut UUD 1945) dan Pasal 10ayat (1) dan ayat (2) UUMK juncto Pasal 12 ayat(1) dan ayat (2) Undang-undang Republik Indo-nesia Nomor 4 Tahun 2004 tentang KekuasaanKehakiman (Lembaran Negara Republik Indo-nesia Tahun 2004 Nomor 8, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4358, selanjutnya disebut UU KekuasaanKehakiman), Mahkamah memiliki kewenangansebagai berikut:a. menguji undang-undang terhadap UUD 1945;b. memutus sengketa kewenangan lembaga

negara yang kewenangannya diberikan olehUUD 1945;

c. memutus pembubaran partai politik;d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan

umum; dane. wajib memberikan putusan atas pendapat

DPR bahwa Presiden dan/atau WakilPresiden diduga telah melakukanpelanggaran hukum berupa pengkhianatanterhadap negara, korupsi, penyuapan, tindakpidana berat lainnya, atau perbuatan tercela,dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagaiPresiden dan/atau Wakil Presiden.

Menimbang bahwa permohonan Pemohon,sebagaimana tercantum dalam perihalpermohonannya berjudul “PermohonanPengujian Undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945”; akan tetapi, ternyataisinya adalah mengenai keberatan Pemohonterhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor01 PK/Pilkada/2005 yang didalilkannyabertentangan dengan Undang-undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(selanjutnya disebut UU Pemda) junctoPeraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan,dan Pemberhentian Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah (selanjutnya disebut PP Nomor6 Tahun 2005) juncto Peraturan MahkamahAgung Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2005Tentang Tata Cara Pengajuan Upaya HukumKeberatan Terhadap Penetapan Hasil Pilkadadan Pilwakada Dari KPUD Propinsi dan KPUDKabupaten Kota (selanjutnya disebut Perma No.02 Tahun 2005);

Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan

Nomor 001/PUU-IV/2006 mengenai pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

PUTUSAN PILKADA DEPOK

Page 52: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200652

PUTUSAN PILKADA DEPOK

Putusan Mahkamah Agung No. 01 PK/Pilkada/2005 yang kemudian akan menjadi yurisprudensiberarti sama atau lebih kuat dari pada undang-undang, maka harus diakui eksistensinya danditempatkan dalam kedudukan sebagai sebuahundang-undang, dan oleh karena itu, PutusanMahkamah Agung No. 01 PK/Pilkada/2005 harusdiperiksa dan diputus oleh Mahkamah, baikdalam pengujian materiil maupun formil, sertadinyatakan bertentangan dengan Pasal 24 UUD1945 dan dinyatakan tidak mempunyai kekuatanhukum mengikat;

Menimbang bahwa untuk mendukung dalil-dalilnya, Pemohon selain mengajukan alat buktisurat (Bukti P1 s.d. P5), juga mengajukan 3 (tiga)orang Ahli yang telah memberikan keterangandi bawah sumpah yang pada pokoknya sebagaiberikut:i. Prof. Dr. Muhammad Ryaas Rasyid, M.A.

menurut pemahamannya, di Amerika Serikat,judicial review dapat diajukan baik terhadapundang-undang maupun terhadapkeputusan-keputusan yang dianggap olehpihak yang dirugikan sebagai sesuatu yangbertentangan dengan undang-undang dasar,sehingga memungkinkan warga negara biasadapat mengajukan judicial review ataspenerapan suatu undang-undang ataukeputusan yang dinilai bertentangan denganketentuan yang lebih tinggi yaitu undang-undang dasar. Tetapi ahli menyatakan tidaktahu apakah asumsi yang dipahaminya ituberlaku di Indonesia. Mengenai legal stand-ing, ahli berpendapat bahwa Pemohonmemiliki legal standing, sedangkan mengenaipokok perkara pengertian putusan final danmengikat semestinya mengacu kepadapengertian final dan mengikat serta tidak adaupaya hukum lagi seperti yang diatur di dalamUUMK;

ii. Prof. H. Soehino, S.H. menyatakan bahwaMahkamah berwenang dan Pemohonmemiliki legal standing, tanpa memberikanalasan lebih lanjut. Namun, dalam tambahanketerangan tertulisnya ahli menyatakanbahwa yurisprudensi tidak masuk tata urutanperaturan perundang-undangan karenamemang tidak merupakan peraturanperundangan, meskipun secara substansialyurisprudensi memiliki kekuatan hukum samadengan undang-undang;

iii. Dr. I Gede Panca Astawa, S.H. menyatakanbahwa Mahkamah mempunyai kewenanganjudicial review. Persoalannya adalahbagaimana Mahkamah memaknai judicialreview itu, apakah hanya menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,ataukah memaknai lebih luas, sebagaimanadikatakan oleh ahli Ryaas Rasyid seperti yangdianut di Amerika Serikat. Bahkan menurutahli, Mahkamah seharusnya lebih dari itu,yaitu memberi tafsir terhadap undang-undang, termasuk mengenai pemaknaanberbagai istilah dalam undang-undang yangmenjadi perdebatan dalam masyarakat,seperti pengertian “putusan bersifat final danmengikat” yang tidak lain harus dinyatakansebagai sudah selesai, terlepas dari adiltidaknya putusan Pengadilan Tinggi;Menimbang bahwa Pemohon juga

menambahkan keterangan tertulis ahli AgunGunanjar dan Ida Fauziah, tetapi karenaketerangannya mengenai pokok perkara yaituberkaitan dengan latar belakang perumusanketentuan Pasal 106 ayat (7) UU Pemda dantidak menyangkut kewenangan Mahkamah danlegal standing Pemohon, maka Mahkamah tidakmempertimbangkannya lebih lanjut;

Menimbang pula bahwa Pihak Terkait KPUKota Depok telah memberikan keterangan lisandan tertulis yang intinya menolak dalil-dalilPemohon dan menyatakan Mahkamah tidak

berwenang mengadili permohonan a quo, sertaPemohon tidak memiliki legal standing.Keterangan lengkap KPU Kota Depok sepertitercantum dalam uraian mengenai DudukPerkara dan selain itu KPU Kota Depok jugamengajukan keterangan tertulis ahli Prof. Dr. RM.Sudikno Mertokusumo, S.H. yang padapokoknya sebagai berikut:· Undang-undang merupakan produk lembaga

legislatif yang bersifat abstrak/umum,berlaku umum menurut waktu, umummenurut tempat, dan umum menurut orang,sedangkan putusan pengadilan bersifat in-dividual konkrit yang hanya mengikat pihak-pihak yang bersangkutan;

· Dari tata urutan sumber hukum kedudukanundang-undang lebih tinggi dari padaputusan pengadilan;

· Upaya hukum terhadap putusan pengadilanhanya ada tiga cara yaitu banding, kasasi,dan peninjauan kembali; putusan pengadilantidak dapat dilakukan judicial review;

Menimbang bahwa Pihak Terkait PanwasPilkada Kota Depok memberikan keterangansecara lisan dan tertulis yang selengkapnyatercantum dalam uraian mengenai dudukperkara, tetapi pada pokoknya mendukung dalil-dalil Pemohon;

Menimbang pula bahwa Pihak Terkait NurMahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra melaluikuasa hukumnya mengajukan keterangan lisandan tertulis yang selengkapnya tercantum dalamuraian mengenai duduk perkara, tetapi padapokoknya menolak dalil-dalil Pemohon, sertameminta Mahkamah menyatakan tidakberwenang mengadili permohonan a quo danPemohon tidak memiliki legal standing. Selainitu, pihak terkait juga mengajukan 2 (dua) or-ang ahli yang memberikan keterangan lisan dibawah sumpah dan seorang ahli yangmemberikan keterangan tertulis sebagai berikut:1. Topo Santoso, S.H., M.H. memberikan

keterangan lisan di bawah sumpah yangpada intinya menyatakan bahwayurisprudensi tidak sama dengan undang-undang, karena yurisprudensi mengandungnorma hukum khusus dan sifatnya individualterhadap kasus tertentu, sedangkan undang-undang sifatnya umum, lebih-lebih jikamengacu kepada tafsir otentik seperti yangtercantum dalam UU No. 10 Tahun 2004Tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan dan UUMK, jelasbahwa yurisprudensi tidak sama dan setaradengan undang-undang;

2. Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D yangmemberikan keterangan lisan di bawahsumpah yang pada intinya juga menyatakanbahwa yurisprudensi tidak sama denganundang-undang, baik dari segi ketentuanhukum positif maupun dari segi doktrin.Bahkan untuk menyatakan putusanMahkamah Agung Nomor 01 PK/Pilkada/2005 sebagai yurisprudensi menurut ahliterlalu prematur karena putusan MahkamahAgung tersebut tidak dengan sendirinyamenjadi yurisprudensi tetap. Menurut ahlipermohonan a quo bukan kewenanganMahkamah. Keterangan ahli selengkapnyatercantum dalam uraian duduk perkara;

3. Prof. Dr. Philipus M. Hadjon, S.H.memberikan keterangan tertulis yangselengkapnya tercantum dalam uraian dudukperkara, tetapi pada intinya menyatakanbahwa dengan menggunakan pendekatankonseptual, undang-undang menurut UUD1945 adalah produk kewenangan legislasiDPR dengan karakter yuridis yang sifatnyaabstrak-umum, sedangkan PutusanMahkamah Agung berada dalam ranah judi-cial decision yang sifatnya konkrit-individual,

maka undang-undang tidak dapatdisamakan dengan putusan MahkamahAgung. Selain itu, ahli juga menggunakanpendekatan perbandingan dengan contohmengutip ketentuan Article 93 Section (2)UUD Jerman yang menyatakan bahwa “TheFederal Constitutional Court shall also ruleon any other cases referred to by federal leg-islation”. Dengan demikian menurut ahlipengujian putusan Mahkamah Agung Nomor01 PK/Pilkada/2005 tidak termasukkewenangan Mahkamah;

Menimbang bahwa terhadap dalil-dalilPemohon, keterangan Pihak Terkait, keteranganahli, dan alat-alat bukti sebagaimana tersebut diatas, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:a. Bahwa permohonan Pemohon pada

pokoknya bermaksud melakukan pengujianundang-undang terhadap UUD 1945, denganmembangun konstruksi hukum seolah-olahputusan Mahkamah Agung Nomor 01 PK/PILKADA/2005 adalah yurisprudensi danyurisprudensi setara atau bahkan lebih tinggidari undang-undang;

b. Bahwa pengujian putusan Mahkamah Agungbukanlah kewenangan konstitusionalMahkamah sebagaimana tercantum dalamPasal 24C ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945juncto UU Kekuasaan Kehakiman junctoUUMK;

c. Bahwa serta merta mempersamakan putusanMahkamah Agung dengan yurisprudensi dandemikian pula menyamakan yurisprudensidengan undang-undang adalah pendapatyang tidak tepat, karena:· baik dalam arti formil maupun materiil,

undang-undang tidak sama denganyurisprudensi. Putusan Mahkamah Agungadalah putusan peradilan (een judicieelevonnis), yang termasuk dalam kategorikaidah individual-konkrit (individual andconcrete norms) yang tidak mengikatsecara umum (erga omnes), melainkanhanya mengikat para pihak (inter-partes).Putusan Mahkamah Agung ataupunyurisprudensi bukanlah merupakanperaturan perundang-undangan yangbersifat umum-abstrak (general and ab-stract norms). Kedua jenis norma hukumtersebut tidak dapat dipersamakan satudengan yang lain meskipun sama-samamerupakan sumber hukum dalam artiformil.

· selain itu, tidak semua putusanMahkamah Agung terus menerus diikutioleh putusan pengadilan berikutnya(constante jurisprudentie) dan menjadiyurisprudensi tetap (vaste jurisprudentie).Bahkan dalam hal telah menjadiyurisprudensi tetap pun – quod non – tidakmenjadikannya obyek kewenanganMahkamah untuk mengujinya dalampengertian Pasal 24C ayat (1) UUD 1945;

· mengenai pengujian undang-undangterhadap Undang-Undang Dasar yangdimaksud oleh UUD 1945, Mahkamahberpendapat hal tersebut harus diletakkandalam kerangka sistem check and bal-ances karena adanya pembagiankekuasaan dalam UUD 1945, danmemang Mahkamah hanya diberiwewenang untuk melakukan pengujianterhadap produk legislatif yang berupaundang-undang, dan tidak dimaksudkanuntuk menguji produk kekuasaan yudisialdalam hal ini Mahkamah Agung;

· sementara itu, yang dimaksud dengan“undang-undang” dalam rangka pengujianundang-undang terhadap UUD 1945adalah undang-undang sebagaimanadimaksud pada Pasal 20 UUD 1945 dan

Page 53: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 53

Pasal 1 butir 3 UU Nomor 10 Tahun 2004tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan, yaitu “Peraturanperundang-undangan yang dibentuk olehDewan Perwakilan Rakyat denganpersetujuan bersama Presiden”. Haltersebut diperkuat dengan ketentuanPasal 51 ayat (3), Pasal 56 ayat (4) danayat (5), serta Pasal 57 ayat (1) dan ayat(2) UUMK.

d. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut padahuruf a, b, dan c di atas permohonan Pemohonberada di luar ruang lingkup kewenangan(onbevoegheid des rechters) Mahkamah.

2. Kedudukan hukum (legal standing)PemohonMenimbang bahwa Pasal 51 UUMK telah

menentukan hal-hal yang terkait denganPemohon dan permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945 sebagai berikut:(1) Pemohon adalah pihak yang menganggap

hak dan/atau kewenangan konstitusionalnyadirugikan oleh berlakunya undang-undang,yaitu:a. perorangan warga negara Indonesia;b. kesatuan masyarakat hukum adat

sepanjang masih hidup dan sesuaidengan perkembangan masyarakat danprinsip Negara Kesatuan Republik Indo-nesia yang diatur dalam undang-undang;

c. badan hukum publik atau privat; ataud. lembaga negara.

(2) Pemohon wajib menguraikan dengan jelasdalam permohonannya tentang hak dan/ataukewenangan konstitusionalnya sebagaimanadimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam permohonan sebagaimana dimaksudpada ayat (2), Pemohon wajib menguraikandengan jelas bahwa:a. pembentukan undang-undang tidak

memenuhi ketentuan berdasarkanUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945; dan/atau

b. materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang yangdianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone-sia Tahun 1945.

Menimbang pula bahwa menurutyurisprudensi Mahkamah, kerugian yang timbulkarena berlakunya suatu undang-undangmenurut Pasal 51 ayat (1) UUMK harusmemenuhi 5 (lima) syarat sebagai berikut:a. adanya hak konstitusional Pemohon yang

diberikan oleh UUD 1945;b. hak konstitusional Pemohon tersebut

dianggap oleh Pemohon telah dirugikan olehberlakunya undang-undang yang sedangdiuji;

c. kerugian konstitusional itu bersifat spesifikdan aktual atau setidak-tidaknya bersifatpotensial yang menurut penalaran yang wajardapat dipastikan akan terjadi;

d. adanya hubungan sebab akibat (causalverband) antara kerugian konstitusionalPemohon dan undang-undang yang sedangdiuji;

e. adanya kemungkinan bahwa dengandikabulkannya permohonan, maka kerugiankonstitusional yang didalilkan tidak akan atautidak lagi terjadi;

Menimbang bahwa permohonan Pemohontidak memenuhi ketentuan yang tercantumdalam Pasal 51 UUMK juncto yurisprudensiMahkamah, karena:a. meskipun Pemohon dapat dikualifikasikan

sebagai Pemohon perorangan warga negaraIndonesia, tetapi Pemohon tidakmenjelaskan hak konstitusionalnya yangdiberikan oleh UUD 1945, yang hak

konstitusionalnya itu dirugikan olehberlakunya undang-undang yangdimohonkan untuk diuji;

b. bahwa seandainya pun ada kerugian yangdiderita oleh Pemohon dalam perkara aquo, kerugian dimaksud bukanlahdisebabkan oleh berlakunya suatu ketentuanundang-undang, melainkan secara primafacie, sebagaimana didalilkan olehPemohon, disebabkan karena penerapanundang-undang;

c. bahwa ketentuan Pasal 51 ayat (3), Pasal56 ayat (4) dan ayat (5), serta Pasal 57 ayat(1) dan ayat (2) UUMK lebih mempertegasbahwa yang dimaksud dengan undang-undang yang diuji terhadap UUD 1945adalah undang-undang sebagaimanadimaksud oleh UUD 1945 seperti yang telahdiuraikan di atas, sehingga memperkuat butira dan b di atas Mahkamah berpendapat,Pemohon tidak memenuhi ketentuansebagai Pemohon perkara pengujianundang-undang;

Menimbang bahwa dengan demikian,Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidakmemiliki kedudukan hukum (legal standing)sebagai Pemohon;

Menimbang bahwa dari uraian terhadapkedua hal tersebut di atas, Mahkamahberpendapat bahwa permohonan a quo tidaktermasuk lingkup kewenangan Mahkamah danPemohon tidak memiliki kedudukan hukum (le-gal standing), sehingga permohonan Pemohontidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard).Dengan demikian, Mahkamah tidak perlumempertimbangkan lebih lanjut pokokpermohonan a quo;

Mengingat Pasal 56 ayat (1) Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003tentang Mahkamah Konstitusi (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor94, Tambahan Lembaran Negara Republik In-donesia Nomor 4316);

MENGADILI

Menyatakan permohonan Pemohon tidakdapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

Pendapat Berbeda (Dissenting Opinion)Terhadap putusan di atas, Hakim Konstitusi

Soedarsono, S.H. dan Maruarar Siahaan, S.H.menyampaikan pendapat berbeda sebagaiberikut:

Hakim Konstitusi Soedarsono, S.H.I. Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Bahwa Pasal 24C ayat (1) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(selanjutnya disebut UUD 1945), yang antara laindijabarkan dalam Pasal 10 ayat (1) huruf aUndang-undang Republik Indonesia Nomor 24Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (yangselanjutnya disebut UU MK) menyebutkan,“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadilipada tingkat pertama dan terakhir yangputusannya bersifat final untuk:

a. menguji undang-undang terhadapUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;”

Bahwa bagian ke delapan UU MK mengenaipengujian undang-undang terhadap undang-undang dasar pada Pasal 51 ayat (1) huruf amenyebutkan, “Pemohon adalah pihak yangmenganggap hak dan/atau kewenangankonstitusionalnya dirugikan oleh berlakunyaundang-undang yaitu:

a. perorangan warga negara Indonesia;”

Oleh karena dalam Pasal tersebut di atasdisebutkan “hak konstitusional perseorangan”

yng adalah sebagai hak dasar manusia (funda-mental rights), maka kerugian konstitusional disini harus ditafsirkan secara luas; tidak hanyaakibat berlakunya undang-undang akan tetapimencakup pula akibat putusan pengadilan yangmerugikan hak konstitusional seseorang, olehkarena kedua-duanya berlaku mengikat danharus dipatuhi.

Bahwa dengan penafsiran yang demikian,Pasal a quo dapat menampung adanyapengaduan konstitusional (constitutional com-plaint) atas pelanggaran hak konstitusional warganegara.

Bahwa Mahkamah Konstitusi (selanjutnyadisebut Mahkamah) sebagai lembaga negarayang berfungsi menangani perkara tertentu dibidang ketatanegaraan, dalam rangka menjagakonstitusi agar dilaksanakan secarabertanggungjawab sesuai dengan kehendakrakyat dan cita-cita demokrasi; harus berwenangmengadili pelanggaran hak konstitusional warganegara baik yang ditimbulkan karena berlakunyaundang-undang maupun adanya putusanpengadilan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

Bahwa para Pemohon dalampermohonannya menyatakan keberatanterhadap putusan Mahkamah Agung (selanjutnyadisebut MA) Nomor 01 PK/PILKADA/2005tanggal 16 Desember 2005 karena dianggapbertentangan dengan UUD 1945.

Bahwa dengan pertimbangan tersebut diatas, saya berpendapat Mahkamah berwenangmengadili permohonan a quo.

II. Kedudukan Hukum (Legal Standing)Pemohon

Bahwa ketentuan Pasal 51 UU MKmenyebutkan:(1) “Pemohon adalah pihak yang menganggap

hak dan/atau kewenangan konstitusionalnyadirugikan oleh berlakunya undang-undang,yaitu:

a. perorangan warga negara Indonesia;b. kesatuan masyarakat hukum adat

sepanjang masih hidup dan sesuaidengan perkembangan masyarakatdan prinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia yang diatur dalam undang-undang;

c. badan hukum publik atau privat; ataud. lembaga negara.

(2) Pemohon wajib menguraikan dengan jelasdalam permohonannya tentang hak dan/ataukewenangan konstitusionalnyasebagaimana dimaksud pada ayat (1).”

Bahwa Mahkamah dalam pertimbanganhukum Putusan Perkara No. 006/PUU-III/2005dan Perkara No. 010/PUU-III/2005 telahmenentukan 5 (lima) persyaratan mengenaikerugian konstitusional yang timbul karenaberlakunya suatu undang-undang sebagaimanadimaksud Pasal 51 ayat (1) UU MK, yaitu:a. adanya hak konstitusional Pemohon yang

diberikan oleh UUD 1945;b. bahwa hak konstitusional Pemohon tersebut

dianggap oleh Pemohon telah dirugikan olehsuatu undang-undang yang dimohonkanpengujian;

c. bahwa kerugian konstitusional Pemohonyang dimaksud bersifat khusus (spesifik) danaktual atau setidak-tidaknya bersifatpotensial yang menurut penalaran yangwajar dapat dipastikan akan terjadi;

d. adanya hubungan sebab akibat (causalverband) antara kerugian dan berlakunyaundang-undang yang dimohonkanpengujian;

e. adanya kemungkinan bahwa dengan

Page 54: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200654

PUTUSAN PILKADA DEPOK

dikabulkannya permohonan, maka kerugiankonstitusional yang didalilkan tidak akan atautidak lagi terjadi;Bahwa para Pemohon adalah perorangan

warga negara Indonesia, terbukti dari surat buktiyang dilampirkan dalam permohonannya berupafoto kopi KTP WNI Pemerintah Kota Depok yangtelah disahkan di persidangan.

Bahwa para Pemohon menganggap hakkonstitusionalnya dirugikan dengandikeluarkannya putusan MA Nomor 01 PK/PILKADA/2005 tanggal 16 Desember 2005 yangmembatalkan putusan Pengadilan Tinggi JawaBarat di Bandung Nomor 01/PILKADA/2005/PT.BDG tanggal 04 Agustus 2005 yang sudahbersifat final dan mengikat, di mana paraPemohon sebagai pasangan calon walikota dancalon wakil walikota Depok setelah dimenangkanoleh Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barattersebut, beralasan untuk tidak jadi dilantiksebagai walikota dan wakil walikota Depok.

Bahwa hak warga negara untuk menjadiwalikota dan wakil walikota adalah hakkonstitusional yang dijamin oleh Pasal 28D ayat(3) UUD 1945 yang menyebutkan, “Setiap warganegara berhak memperoleh kesempatan yangsama dalam pemerintahan.”

Dengan demikian para Pemohonmempunyai kedudukan hukum (legal standing)untuk mengajukan permohonan a quo.

III. Pokok PermohonanPermohonan para Pemohon beserta

penjelasannya yang diberikan di persidangan,pada pokoknya bermaksud sebagai berikut:

· Bahwa para Pemohon adalah pasangancalon walikota dan calon wakil walikota KotaDepok peserta Pemilihan Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah (Pilkada) Kota DepokTahun 2005 dengan nomor urut 3 (tiga), yangdengan Putusan Pengadilan Tinggi JawaBarat di Bandung Nomor 01/PILKADA/2005/PT.BDG tanggal 04 Agustus 2005 dinyatakansebagai pemenang pertama denganperolehan suara 269.551 suara.

· Bahwa Putusan Pengadilan Tinggi JawaBarat tersebut dibatalkan oleh MA denganputusannya yang bernomor 01 PK/PILKADA/2005 tanggal 16 Desember 2005, sehinggaberalasan para Pemohon tidak jadi dilantiksebagai walikota dan wakil walikota Depok.

· Bahwa Putusan MA a quo yang bersumberdari pikiran Gustav Radbruch yangmemprioritaskan keadilan baru kepastianhukum dinilai oleh para Pemohon tidakseharusnya mengenyampingkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah(selanjutnya disebut UU Pemda) yangbersumber dari UUD 1945. Di manaketentuan Pasal 106 ayat (7) UU Pemdamenyebutkan, “(7) Putusan PengadilanTinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)bersifat final”, dan dalam penjelasan Pasal106 ayat (7) tersebut menjelaskan, “PutusanPengadilan Tinggi yang bersifat final dalamketentuan ini adalah putusan pengadilantinggi yang telah memperoleh kekuatanhukum tetap dan tidak bisa lagi ditempuhupaya hukum.”

· Bahwa pada saat putusan MA tersebutmenjadi yurisprudensi maka kekuatannyadan kedudukannya setara dengan undang-undang atau lebih tinggi dari undang-undangdengan cara menunjuk/merujukyurisprudensi itu dan mengenyampingkanundang-undang.

· Bahwa ketika putusan MA menjadiyurisprudensi yang berkedudukan setaradengan undang-undang berada dalam ruanglingkup tugas Mahkamah untuk mengujinyaterhadap UUD 1945; berdasarkan ketentuan

Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi,“Kekuasaan kehakiman merupakankekuasaan yang merdeka untukmenyelenggarakan peradilan gunamenegakkan hukum dan keadilan.”

· Bahwa atas dasar uraian tersebut, Pemohonmohon Mahkamah memeriksa dan memberiputusan yang menyatakan Putusan MANomor 01 PK/PILKADA/2005 tanggal 16Desember 2005 adalah bertentangandengan Pasal 24 UUD 1945 juncto Pasal 106UU Pemda, sehingga harus dinyatakan tidakmempunyai kekuatan hukum mengikat.

Bahwa oleh karena Mahkamah berwenangmengadili perkara ini, saya berpendapatmemang seyogyanya Mahkamah tidak menilaisubstansi putusan MA Nomor 01 PK/PILKADA/2005 akan tetapi Mahkamah harus memeriksadan mengadili apakah dalam putusan MA a quoterdapat pelanggaran hak konstitusionalseseorang warga negara in casu pelanggaranhak konstitusional para Pemohon, sehinggaputusan MA tersebut bertentangan dengan UUD1945.

“Bahwa ketentuan Pasal 106 UU Pemdamenyebutkan:(1) Keberatan terhadap penetapan hasil

pemilihan kepala daerah dan wakil kepaladaerah hanya dapat diajukan oleh pasangancalon kepada Mahkamah Agung dalamwaktu paling lambat 3 (tiga) hari setelahpenetapan hasil pemilihan kepala daerah danwakil kepala daerah.

(2) Keberatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) hanya berkenaan dengan hasilpenghitungan suara yang mempengaruhiterpilihnya pasangan calon.

(3) Pengajuan keberatan kepada MahkamahAgung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada pengadilan tinggi untukpemilihan kepala daerah dan wakil kepaladaerah provinsi dan kepada pengadilannegeri untuk pemilihan kepala daerah danwakil kepala daerah kabupaten/kota.

(4) Mahkamah Agung memutus sengketa hasilpenghitungan suara sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) paling lambat 14(empat belas) hari sejak diterimanyapermohonan keberatan oleh PengadilanNegeri/Pengadilan Tinggi/ MahkamahAgung.

(5) Putusan Mahkamah Agung sebagaimanadimaksud pada ayat (4) bersifat final danmengikat.

(6) Mahkamah Agung dalam melaksanakankewenangannya sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat mendelegasikan kepadaPengadilan Tinggi untuk memutus sengketahasil penghitungan suara pemilihan kepaladaerah dan wakil kepala daerah kabupatendan kota.

(7) Putusan Pengadilan Tinggi sebagaimanadimaksud pada ayat (6) bersifat final.”Dalam penjelasan Pasal 106 UU Pemda,

disebutkan, “Ayat (1) cukup jelas; Ayat (2) cukupjelas;

Ayat (3) dalam hal daerah tersebut belumterdapat pengadilan negeri, pengajuankeberatan dapat disampaikan ke DPRD;

Ayat (4) cukup jelas; Ayat (5) cukup jelas;Ayat (6) cukup jelas;

Ayat (7) putusan pengadilan tinggi yangbersifat final dalam ketentuan ini adalah putusanpengadilan tinggi yang telah memperolehkekuatan hukum tetap dan tidak bisa lagiditempuh upaya hukum.

Bahwa walaupun nampak terdapatketidakkonsistenan perumusan Pasal 106 ayat(5) UU Pemda yang menyebutkan putusan MAbersifat final dan mengikat, sedangkan pada ayat(7) menyebutkan putusan pengadilan tinggi

bersifat final; saya berpendapat hal tersebut tidakmenyebabkan adanya ketidakpastian hukumkarena dalam penjelasannya disebutkan putusanpengadilan tinggi yang telah memperolehkekuatan hukum tetap dan tidak bisa lagiditempuh upaya hukum;

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 106 UUPemda dan penjelasannya tersebut dapatdipahami sebagai berikut:· Bahwa kewenangan mengadili keberatan atas

penetapan hasil pemilihan kepala daerah danwakil kepala daerah adalah kewenangan MAsecara atributif. Kewenangan mengadilitersebut “dapat” didelegasikan kepadapengadilan tinggi dalam hal untuk memutussengketa hasil penghitungan suara pemilihankepala daerah dan wakil kepala daerahkabupaten dan kota;Dengan demikian pendelegasian wewenang

mengadili tersebut tidak bersifat imperatif, dalamarti MA masih dapat mengadili sendiri untukmemutus sengketa hasil penghitungan suarapemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerahkabupaten dan kota;

Bahwa dari surat-surat bukti yang diajukanyang berupa Salinan Putusan Pengadilan TinggiJawa Barat di Bandung Nomor 01/PILKADA/2005/PT.BDG tanggal 04 Agustus 2005 danSalinan Putusan MA Nomor 01 PK/PILKADA/2005 tanggal 16 Desember 2005, ternyataPengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung dalammemutuskan sengketa a quo didasarkan atasalat-alat bukti yang berkenaan dengan teknisdalam penyelenggaraan pemilihan, yang untukmemeriksa dan memutuskan bukan menjadiwewenang MA maupun pengadilan tinggisebagai penerima delegasi wewenang untukmemutuskan sengketa hasil penghitungan suarapemilihan kepala daerah dan wakil kepaladaerah; sebagaimana dimaksud oleh ketentuanPasal 106 UU Pemda tersebut di atas;

Bahwa hak konstitusional yang didalilkanpara Pemohon diperoleh dari putusanPengadilan Tinggi Jawa Barat yang menyatakanpara Pemohon sebagai pasangan calonmemperoleh jumlah suara terbanyak dalamPilkada Kota Depok Tahun 2005 dan mempunyaihak untuk menjadi walikota dan wakil walikotaDepok — menjadi batal pula —. Karena hakkonstitusional tersebut diperoleh dari putusanPengadilan Tinggi Jawa Barat di mana dalammengadili sengketa a quo tidak melaksanakanwewenangnya seperti yang dimaksud olehketentuan Pasal 106 UU Pemda. MA sebagaipemberi delegasi sudah tentu dapat mengadilisendiri sengketa hasil penghitungan suaraPilkada Kota Depok Tahun 2005 sesuaiwewenang yang diberikan oleh ketentuan Pasal106 UU Pemda a quo.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangantersebut di atas, Putusan MA Nomor 01 PK/PILKADA/2005 tanggal 16 Desember 2005 tidakbertentangan dengan UUD 1945. Dengandemikian permohonan para Pemohon tidakberalasan dan oleh karenanya harus ditolak.

Hakim Konstitusi Maruarar Siahaan, S.H.Yang menjadi pertanyaan pertama yang

harus dijawab, apakah dengan analogi yangdiutarakan pemohon tentang kedudukan putusanMA sebagai yurisprudensi benar setara denganUU, karenanya menjadi tunduk pada wewenangpengujian MK?

Putusan MA tidak selalu dapat dikatakansebagai jurisprudensi. Dikatakan demikian jikaputusan MA tentang satu masalah hukumtertentu telah demikian rupa secara tetap atauajeg dipedomani sehingga menjadi hukum yangberlaku. Akan tetapi terlepas dari fakta bahwaputusan MA a quo belum merupakan satujurisprudensi, karena baru merupakan pendapathukum MA yang menyangkut arti putusan final

Page 55: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 55

dan mengikat, yang menyebabkan dibukanyapintu PK dalam perkara a quo, dansesungguhnya masih merupakan res judicata,yaitu satu putusan yang telah ditetapkan olehhakim yang berwenang dan diterima sebagaisatu bukti kebenaran (evidence of truth) untukperkara pilkada Depok. Dalam urutan peraturanperundang-undangan dalam UU 10 Tahun 2004,jurisprudensi bukanlah termasuk satu peraturanperundangan yang ada dalam hierarki secaraformal. Oleh karena Pasal 24C UUD l945 danPasal 10 UU 24 Tahun 2004 menyebut secaraformal yang diuji adalah Undang-undang, makaseandainya juga Putusan MA telahmengesampingkan satu UU, maka prima faciehal demikian bukan menjadi kompetensi MK.Akan tetapi menjadi satu hal yang seriussekarang, jika hal demikian terjadi, sebagaimanadikemukakan oleh Pemohon, apakah kasusdemikian bukan menjadi satu keluhan akantindakan lembaga Negara yang dianggapbertentangan dengan Konstitusi, yangsesungguhnya merupakan constitutional com-plaint warga negara atas pelanggaran UUD l945,yang seharunya ada organ yang memeriksa danmengadilinya? Kami berpendapat sebagai salahsatu upaya mengawal Konstitusi hal demikianseharusnya menjadi bagian wewenang MKsebagaimana juga diterima dalam jurisdiksimayoritas MK negara-negara lain, sebagai suatumekanisme Konstitusi yang mewajibkan jugauntuk menguji konstitusionalitas dari perbuatanmengadili dalam hal upaya-upaya lainya telahhabis(exhausted). Hal demikian menjadi sangaturgen, dalam hal adanya tafsiran yang keliruuntuk menegakkan kompetensinya, karena UUPilkada yang menjadi dasar itu sendiri telahmemberi tafsiran apa yang dimaksud denganputusan yang bersifat final dan mengikat, yaitudalam penjelasan mengartikannya sebagai tidakada upaya hukum lagi, meskipun juga harusdiakui bahwa delegasi kewenangankonstitusional untuk mengadili dan memutusyang sifat tanggungjawabnya sangat personaldan menuntut akuntabilitas individual personal,adalah inkonstitusional sebagaimana dilakukanoleh UU 32 Tahun 2004. Kewenangan asli (origi-nal jurisdiction) yang dapat didelegasikan dalamproses peradilan hanyalah sepanjangmenyangkut fact finding atau pemeriksaan dudukperkara, dan bukan mendelegasikanpertimbangan dan pengambilan putusan, apalagimemberi putusan demikian satu kekuatanmengikat yang final. Yang boleh dilakukan jikaterjadi pelanggaran UU dalam hal pelaksanaanwewenang peradilan demikian, bukan denganmemberi kemungkinan upaya hukum PKmelainkan dengan mengambil alih prosesperkara dengan memeriksa dan memutussebagai layaknya judex factie melakukan prosesdari awal. Argumen yang mendasari hal iniadalah karena Pasal 106 ayat (5) yangmenetapkan bahwa pemeriksaan, peradilan, danputusan MA dalam sengketa pilkada sebagaioriginal jurisdiction (wewenang asli), dengan sifatputusan final dan mengikat (final and bind-ing), merupakan wewenang yang tidak melaluiproses banding/kasasi/PK (appealable jurisdic-tion). Wewenang konstitusional demikian,terutama memutus dan mengadili yangdidasarkan pada Keyakinan dan hati nurani atasdasar bukti minimal tidak mungkin dapatdidelegasikan pada peradilan yang lebih rendah,karena wewenang memutus dan mengadilimenuntut pertanggungjawaban yang bersifat in-dividual dan pribadi (personal/individual account-ability) yang tidak dapat dipindahkan dandidelegasikan Pasal 106 ayat (6) UU 32/2004yang membuka kemungkinan MA dapatmendelegasikan wewenang memeriksa,memutus, mengadili tersebut kepada PengadilanTinggi adalah pelanggaran Konstitusi berdasar

Pasal 24A ayat (1) kalimat pertama UUD 1945,yang dilihat secara a contrario, baik oleh pembuatUU maupun MA, karena seharusnya juga MAmenafsir kata ’dapat’, sebagai diskresi yangharus dinilai secara konstitusional dan prioritasdalam Samenspanning antara keadilan,kepastian, dan manfaat hukum melainkanprioritasnya ditetapkan berdasarkan tuntutankepentingan umum sesuai waktu, situasi, kondisidan tempat. Oleh karena itu terdapat alasanuntuk menilainya dari sudut individual constitu-tional complaint (pengaduan konstitusional),yang sesungguhnya memiliki dasar hukum yangcukup berdasarkan prinsip-prinsip Konstitusiyang terdapat dalam UUD 1945 . Uraianpermohonan baik dalam perkara PermohonanNo. 001/PUU-IV/2006 maupun perkaraPermohonan 002/SKLN-IV/2006, hemat kamiadalah dalam rangka usaha Pemohon untukmenemukan saluran keluhan (pengaduan)konstitusional yang dianggap merugikannya.

Kewenangan MK memeriksa danmenyatakan tindakan eksekutif, legislatif danjudikatif (MA) batal tidaklah mengandung maknasuperioritas MK, melainkan hal ini timbul sebagaikonsekuensi prinsip bahwa Indonesia adalahNegara Hukum, dimana dalam hierarkiperundang-undangannya menempatkan UUDl945 sebagai hukum tertinggi dan karenanyamenjadi hukum dasar dengan penyusunanstruktur kekuasaan negara berdasar prinsipseparation of power dan mekanisme checks andbalances. Hal ini merumuskan prinsip bahwasetiap tindakan/perbuatan/aturan dari semuaotoritas yang diberi delegasi oleh Konstitusi, tidakboleh bertentangan dengan basic rights danKonstitusi itu sendiri, dengan konsekuensihukum bahwa perbuatan, aturan atau tindakantersebut menjadi “batal demi hukum” karenabertentangan dengan konstitusi. Tidak adatindakan lembaga negara yang bolehbertentangan dengan konstitusi menjadi sah.Menyangkal hal ini akan mengukuhkan keadaanbahwa wakil itu lebih besar dari principal, ataupelayan lebih besar dari majikannya (AlexanderHamilton, The Federalist Papers no. 78 hal.467).

Interpretasi UUD sebagai hukum dasarmerupakan tugas yang wajar dan khas dari MK.Karenanya terletak pada mereka untukmenentukan artinya maupun untuk menentukanarti dari tindakan tertentu yang dibuat badan ataulembaga negara. Jikalau terjadi perbedaan yangtidak dapat diperdamaikan, maka MK yangmemiliki kewajiban secara absah, harusmenentukan bahwa yang lebih tinggi harusdiutamakan. Dengan kata lain konstitusi harusdiutamakan, dan maksud atau kehendak rakyatharus lebih utama daripada wakilnya. MKmendasarkan putusannya pada hukum dasar.Fungsi utama MK untuk mengawal UUD l945yang dilakukan dalam putusan-putusan atasperkara yang diajukan padanya, harusmelakukan tafsiran, sebagai sebuah fungsi yangperlu dan biasa dilakukan, bahkan fungsi yangpaling khas dari MK, karena MK harus memberiakibat hukum pada hukum dasar yang dibentukrakyat. Makna konstitusi harus diangkat ke satutingkat keumuman yang lebih tinggi danpenerapan prinsip yang lebih umum tersebutdisesuaikan kepada keadaan dari tiap masayang menuntut pemecahan baru. Tindakaninterpretasi merupakan spesifikasi dari apa yangbersifat umum dan luas dari konstitusi.Interpretasi modern harus mengusahakankecocokan seoptimal mungkin berdasarkreatifitas dalam batas-batas yang dipandangkonsisten dengan konstitusi, tanpa selalu melihatintent perumus UUD, karena adanya keadaandan perkembangan potensi dan keadaan yangtidak terlihat saat pembentukannya. MK harusjuga melihat tugasnya dalam rangka

mengalihkan konflik politik menjadi dialogkonstitusional. Sebagaimana dikatakan:

By transforming political conflicts into con-stitutional dialogues, Court can reduce the threatto Democracy and allow it to grow. To displaythis important role of contributing to democraticstability and deliberation, Court must developtheir own power over time. (Tom Ginsburg, Ju-dicial Review in New Democracies, CC inAsian Countries, 2003, hal. 247)

Tugas dari pada satu pemerintah yangdibentuk rakyat, menurut UUD 1945 adalahmelindungi segenap bangsa, seluruh tumpahdarah Indonesia, memajukan kesejahteraanumum, mencerdaskan kehidupan bangsa,melaksanakan ketertiban dunia, dalam satuNegara RI yang berdasar hukum yangberkedaulatan rakyat dan didasarkan Pancasila.Ketentuan UUD 1945 yang jelas, maupunpembukaan UUD, yang membentuk sejumlahprinsip-prinsip umum, akan merupakan batuujian yang harus digunakan MK dalammenjalankan fungsi utamanya untukmenegakkan Konstitusi dan prinsip Negarahukum, dalam rangka menjaga agar Konstitusidilaksanakan secara bertanggung jawab sesuaidengan kehendak rakyat. Oleh karena tugas danfungsi utama MK yang demikian, kewenanganMK sebagaimana diatur dalam Pasal 24C UUD1945 dan Pasal 10 ayat (1) UU 24 tahun 2003tentang MK, harus ditafsir dalam semangatpembukaan dan prinsip perlindungan Konstitusiyang dapat ditarik dari UUD 1945, sehinggakeluhan atau gugatan atas sikap, perlakuan danputusan setiap lembaga Negara yang mendapatmandat dari UUD, yang didalilkan melanggarhak-hak dasar (basic rights/fundamental rights)dan prinsip yang dimuat dalam UUD harus bolehdiuji, apakah yang dilakukan lembaga negaratersebut sesuai atau menyimpang dari kehendakrakyat yang dirumuskan dalam Konstitusi, agarpelayan tidak menjadi lebih besar darimajikannya. Karenanya kami melihat bahwaindividual constitutional complaint sepertipermohonan a quo merupakan upaya hukumyang luar biasa yang harus disediakan bagi or-ang/perorangan untuk mempertahankan hak-hakkonstitusionalnya, tapi juga dengan tujuan untukmemelihara hukum (Tata Negara) secara objektifmelalui interpretasi dalam pengembangannya.

Pasal 24C UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1)UU No. 24/2003 juncto Pasal 51 ayat (1) UU 24/2003, yang memberi legal standing padaperorangan mengajukan pengujiankonstitusionalitas UU, sesungguhnya harusditafsir termasuk pengujian perbuatan lembagaNegara yang menjalankan UU yang melanggarhak dasar yang kemudian menimbulkan kerugianKonstitusi bagi perorangan dan masyarakat,karena legal standing bagi perorangan untukmenguji UU, tidak banyak ditemukan dalam UUDmaupun UU tentang MK di banyak negara didunia, tapi memberikan kepada perseoranganlegal standing untuk menggugat pelanggaranhak-hak dasar (basic rights) yang diaturKonstitusi, yang dikeluhkan telah dilakukandalam lembaga-lembaga negara baik eksekutif,legislatif maupun judikatif.

Oleh karenanya Kami berpendapat, bahwakewenangan MK dalam Pasal 24C UUD 1945dan Pasal 10 ayat (1) UU 24 Tahun 2003 sertaPasal 51 ayat (1) UU 24/2003, adalah sesuatukewenangan yang terbuka untuk kemungkinanperkembangan, sepanjang masih dalam batas-batas yang menjadi tugas utama MK, sehinggaoleh karenanya permohonan pemohon - yangmeskipun dirumuskan sebagai satu pengujianUU karena menganggap putusan MA a quosebagai satu yurisprudensi yang tingkatnya samadengan UU - yang dalam kenyataannyasesungguhnya dilakukan Pemohon sebagaiupaya untuk memenuhi syarat kompetensi MK

Page 56: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200656

PUTUSAN PILKADA DEPOK

padahal kenyataannya adalah putusan MA yangdidalilkan Pemohon bertentangan dengan hak-hak dasar (basic right) yang diakui dalam UUD1945, sesungguhnya merupakan satu constitu-tional complaint, sebagaimana diakui sebagaisalah satu wewenang MK di Jerman dan Koreadan sejumlah besar MK dari negara-negarabekas Komunis di bawah Uni Soviet. Hemat kamijuga dengan keyakinan penuh sebagai hasilinterpretasi yang benar (comparative study in-terpretation), pilihan perancang perubahan UUD1945 yang membentuk sebuah MahkamahKonstitusi secara terpisah dari MahkamahAgung, dengan kewenangan melakukan judicialreview, secara logis juga mengandungkonsekuensi bahwa putusan Mahkamah Agungsebagai kekuasaan Judikatif dapat diuji terhadapUUD 1945 oleh Mahkamah Konstitusi, sebagailembaga yang sederajat dan mengujinya dalamrangka pengawasan fungsional horizontal danbukan secara vertikal hierarkis. Kalau bukan ituyang menjadi maksud ( intent) perancangperubahan UUD l945, seharusnya yang dipilihadalah model Amerika Serikat dan bukan modelEropa Kontinental, yang menyerahkankewenangan tersebut kepada satu organkekuasaan kehakiman yang terpisah dariMahkamah Agung; dan seandainya juga hal itubukan maksud (intent) perancang perubahanUUD 1945, konsekuensi yang tidak dimaksudkantersebut tidak dapat dihindarkan. Dengandemikian menurut pendapat kami, permohonanPemohon a quo merupakan wewenang MK, yangseyogyanya substansi atau pokok perkaranya

Putusan selengkapnya dapat dilihat dalam situswww.mahkamahkonstitusi.go.id atau dapat diperolehsecara cuma-cuma di Kepaniteraan MahkamahKonstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 JakartaPusat, Telp. (021) 3521073, 3520787.

Untuk Salinan Putusan ini sah dan sesuaidengan aslinya diumumkan kepada masyarakatberdasarkan Pasal 14 Undang-undang RepublikIndonesia Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi.

Jakarta, 25 Januari 2006Panitera.

harus diperiksa, dipertimbangkan dan diputusoleh MK, karena tentang legal standing pemohondalam kategori permohonan yang demikian,seluruhnya terpenuhi dilihat dari hakkonstitusional Pemohon.

Akan tetapi meskipun kami berpendapatbahwa permohonan Pemohon termasuk salahsatu kewenangan MK, namun dari bukti-buktiyang didapati sepanjang mengenai substansi,MA dalam putusannya tidak melakukanpelanggaran basic rights Pemohon dalamsengketa Pilkada yang diakui dan dihargai olehUUD 1945.

* * * * * * *Demikian diputuskan dalam Rapat

Permusyawaratan Hakim yang dihadiri oleh 9(sembilan) Hakim Konstitusi pada hari ini Rabu,tanggal 25 Januari 2006 dan diucapkan dalamSidang Pleno Mahkamah Konstitusi yangterbuka untuk umum pada hari ini juga, olehkami Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. selakuKetua merangkap Anggota, Prof. Dr. H.M.Laica Marzuki, S.H., Prof. H.A.S. Natabaya,S.H., LL.M., Prof. H. A. Mukthie Fadjar,S.H. M.S., H. Achmad Roestandi, S.H., Dr.Harjono, S.H., M.C.L., I Dewa Gede Palguna,S.H., M.H., Maruarar Siahaan, S.H., sertaSoedarsono, S.H., masing-masing sebagaiAnggota, dengan dibantu oleh Sunardi, S.H.,sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri olehPemohon/Kuasanya, Komisi Pemilihan UmumDaerah Kota Depok, Panitia PengawasPemilihan Kepala Daerah Kota Depok, Pihak

Terkait dan kuasanya, dan wakil Pemerintah.KETUA,

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie S.H.ANGGOTA-ANGGOTA

Prof. Dr. H. M Laica Marzuki, S.H.Prof.. H.A.S Natabaya.S.H. LLM

Prof. H. Abdul Mukthie Fadjar, S.H. M.S.H. Achmad Roestandi, S.H.

Dr. Harjono, S.H., M.CL.I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H.

Maruarar Siahaan, S.H.Soedarsono, S.H.

PANITERA PENGGANTISunardi, S.H.

KUTIPAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Nomor 002/SKLN-IV/2006 mengenai Sengketa Kewenangan Lembaga Negara yang kewenangannya diberikanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

P U T U S A NNomor 002/SKLN-IV/2006

DEMI KEADILAN BERDASARKANKETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Yang memeriksa, mengadili dan memutusperkara konstitusi pada tingkat pertama danterakhir, telah menjatuhkan putusan dalamperkara permohonan Sengketa KewenanganLembaga Negara yang kewenangannyadiberikan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yang diajukanoleh:1. Nama :Drs. H. Badrul Kamal, MM;

TempatTanggal Lahir/Umur :Bogor, 20 Desember 1945;Agama :Islam;Pekerjaan :Pensiunan Pegawai Negeri

Alamat :Sektor Anggrek III No.1Depok;

KTP : 3 2 . 7 7 . 7 3 . 1 0 11 / 0 0 1 0 8 /73000519;

Nomor Telepon :(021) 924 0960;Nomor Faksimili :(021) 924 0960;Nomor HP :0811 901 569;

2. Nama :KH. Syihabuddin Ahmad, BA;TempatTanggal Lahir/Umur :Bogor, 07 Desember 1949;Agama :Islam;Pekerjaan :Guru;Alamat :Jl. Alamanda No.17 Kp.

Areman Rt. 08/07 Tugu,Cimanggis, Depok;

KTP : 3 2 . 7 7 . 0 1 . 1 0 0 9 / 9 2 7 3 /3280614;

Nomor Telepon :(021)8721717;Nomor Faksimili: -Nomor HP :0816184 9046;Dalam hal ini memberi kuasa kepada: Alberth

M. Sagala dan Muhyar Nugraha, SH., Kedua-duanya Pengacara dan Advokad yang berkantor

di kantor Alberth M Sagala, SH & Patner yangberalamat di Sektor Anggrek III No. 1 KotaKembang Depok, berdasarkan Surat KuasaKhusus bertanggal 12 Januari 2006 masing-masing bertindak untuk dan atas nama dirisendiri dan/atau bersama-sama sebagaipasangan calon Walikota dan Wakil WalikotaKota Depok, peserta Pemilihan Kepala DaerahKota Depok Tahun 2005, selanjutnya disebutsebagai Pemohon;

TerhadapKomisi Pemilihan Umum Daerah Kota

Depok (KPUD) berkedudukan di Depok, JalanRaya Sawangan, Pancoran Mas, Kota Depok,Propinsi Jawa Barat, selanjutnya disebutsebagai Termohon;

Telah membaca surat permohonanPemohon;

Telah mendengar keterangan Pemohon;Telah mendengar keterangan Termohon

Komisi Pemilihan Umum Kota Depok yangdiwakili oleh kuasa yang dipandang sah olehMahkamah;

Telah membaca keterangan tertulis

Page 57: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 57

Termohon Komisi Pemilihan Umum Kota Depokyang diwakili oleh kuasa yang dipandang saholeh Mahkamah;

Telah mendengar keterangan Pihak TerkaitPanitia Pengawas Pemilihan Daerah KotaDepok;

Telah mendengar keterangan Pihak Terkaitpasangan calon Nur Mahmudi Ismail dan YuyunWirasaputra atau yang diwakili kuasanya;

Telah mendengar keterangan para ahli yangdiajukan oleh Pemohon;

Telah mendengar keterangan para ahli yangdiajukan oleh Pihak Terkait pasangan calon NurMahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra;

DUDUK PERKARADan seterusnya

PERTIMBANGAN HUKUMMenimbang bahwa maksud dan tujuan

permohonan Pemohon adalah sebagaimanaterurai di atas;

Menimbang bahwa sebelum MahkamahKonstitusi (selanjutnya disebut Mahkamah)mempertimbangkan lebih lanjut mengenaikewenangan Mahkamah dan kedudukan hukum(legal standing) Pemohon dalam permohonan aquo, terlebih dahulu akan mempertimbangkanhal-hal sebagai berikut:· Bahwa permohonan a quo secara adminis-

tratif telah lengkap sebagaimana dimaksudPasal 29, Pasal 31 ayat (1) huruf a, dan ayat(2) Undang-undang Republik IndonesiaNomor 24 Tahun 2003 tentang MahkamahKonstitusi (selanjutnya disebut UUMK),maka permohonan dicatat dalam BukuRegistrasi Perkara Konstitusi (BRPK) sesuaiketentuan Pasal 32 ayat (3) UUMK;

· Bahwa menurut ketentuan Pasal 16 ayat (1)Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004tentang Kekuasaan Kehakiman,menyebutkan Pengadilan tidak bolehmenolak untuk mengadili suatu perkara, lagipula untuk memeriksa, mengadili, danmemutus permohonan, Mahkamah harusmenyelenggarakan persidangan dalamrangka proses persidangan yang jujur danadil (processual fairness, een goede pro-cess);Menimbang bahwa atas dasar uraian

tersebut di atas, maka Mahkamahmenyelenggarakan persidangan untukmendengar dan memberikan kesempatan parapihak guna membuktikan kebenaran dalil-dalilnya;

Menimbang sebelum memasuki pokokperkara, Mahkamah perlu pula terlebih dahulumempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Apakah Mahkamah berwenang untuk

memeriksa, mengadili, dan memutuspermohonan yang diajukan oleh Pemohon;

2. Apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum( legal standing) untuk mengajukanpermohonan a quo;

Terhadap kedua hal tersebut di atas,Mahkamah berpendapat sebagai berikut:1. Kewenangan Mahkamah

Menimbang bahwa kewenangankonstitusional Mahkamah menurut Pasal 24Cayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD1945) adalah mengadili pada tingkat pertama danterakhir yang putusannya bersifat final antaralain, untuk memutus sengketa kewenanganlembaga negara yang kewenangannya diberikanoleh Undang-Undang Dasar, kewenangantersebut juga ditegaskan kembali dalam Pasal

10 ayat (1) huruf b Undang-undang Republik In-donesia Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi (selanjutnya disebutUUMK), dan Undang-undang Nomor 4 Tahun2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (UUKekuasaan Kehakiman);

Menimbang bahwa kemudian dalamketentuan Pasal 61 UUMK menentukan hal-halsebagai berikut:(1) “Pemohon adalah lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 yang mempunyai kepentinganlangsung terhadap kewenangan yangdipersengketakan”

(2) “Pemohon wajib menguraikan dengan jelasdalam permohonannya tentang kepentinganlangsung pemohon dan menguraikankewenangan yang dipersengketakan sertamenyebutkan dengan jelas lembaga negarayang menjadi termohon”Dari ketentuan Pasal 61 UUMK tersebut di

atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:a) Bahwa baik Pemohon maupun Termohon

harus merupakan lembaga negara yangkewenangannya diberikan oleh UUD 1945;

b) Bahwa harus ada kewenangankonstitusional yang dipersengketakan olehPemohon dan Termohon, dimanakewenangan konstitusional Pemohondiambil alih dan/atau terganggu olehtindakan Termohon;

c) Bahwa Pemohon harus mempunyaikepentingan langsung dengankewenangankonstitusional yang dipersengketakan;Menimbang bahwa permohonan Pemohon

sesuai dengan judul pokok permohonan adalah“Permohonan Pengujian KewenanganLembaga Negara yang diberikan olehUndang-Undang Dasar 1945”, sedangkan isipermohonan Pemohon adalah memohonMahkamah menguji kewenangan suatu lembaganegara yakni menguji kewenangan KPU KotaDepok (Termohon) yang mengajukanpermohonan Peninjauan Kembali kepadaMahkamah Agung atas putusan PengadilanTinggi Jawa Barat Nomor 01/PILKADA/2005/PT.Bdg. tanggal 4 Agustus 2005, serta mengujiputusan Mahkamah Agung RI mengenaiPeninjauan Kembali terhadap putusanPengadilan Tinggi a quo. Selanjutnya sebagaialasan, Pemohon mengajukan dalil-dalil yangpada pokoknya sebagai berikut:a. bahwa Pemohon adalah pasangan calon

Walikota dan Wakil Walikota terpilihberdasarkan putusan Pengadilan TinggiJawa Barat a quo, sehingga dapatdikategorikan sebagai Lembaga Negara;

b. bahwa KPU Kota Depok dalam menjalankanperintah Pasal 57 Undang-undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(selanjutnya disebut UU Pemda) dapatdikategorikan sebagai Lembaga Negara;

c. bahwa dengan mengajukan permohonanpeninjauan kembali terhadap putusanPengadilan Tinggi Jawa Barat Nomor 01/PILKADA/2005/PT.Bdg. tanggal 4 Agustus2005 yang dilakukan oleh KPU Kota Depoktelah melampaui kewenangan yangdiberikan oleh UU Pemda maupun UUD1945;Menimbang bahwa di dalam persidangan

Ahli yang diajukan oleh Pemohon yaitu Prof. Dr.Ryaas Rasyid dan Dr. I Gede Panca Astawa,S.H., dan keterangan tertulis Prof. Soehino, S.H.menerangkan hal-hal sebagai berikut:Prof. Dr. Ryaas Rasyid

· bahwa untuk memangku jabatan sebagaipejabat publik, misalnya Walikota, harus adapersyaratan sebagaimana yang ditentukandalam undang-undang, sehingga jika tidakmemenuhi persyaratan tersebut, maka tidakdapat dikatakan sebagai pejabat publik;

· bahwa untuk menjadi kepala daerah sudahditentukan dalam undang-undang, yaitu harusdidasarkan atas keputusan KPUD,selanjutnya secara administratif KPUDmengusulkan kepada Menteri Dalam Negerimelalui Gubernur, kemudian Menteri DalamNegeri atas nama Presiden membuatkeputusan yang berisi pengesahanpengangkatan. Selanjutnya, Gubernur atasnama Presiden, melantik pasangan Walikotadan Wakil Walikota terpilih menjadi Walikotadan Wakil Walikota;

· bahwa sebelum seseorang dilantik dandisumpah sebagai pejabat publik, dia tidakmungkin bertindak mengatasnamakanjabatan publik tersebut;

Dr. I Gede Panca Astawa, S.H.· bahwa lembaga negara adalah institusi

kenegaraan yang melaksanakan ataumenyelenggarakan kekuasaan negara,dikaitkan dengan pendapat Montesquieudengan doktrin trias politica-nya, mengatakanlembaga negara adalah institusi kenegaraanyang menjalankan salah satu cabangkekuasaan negara;

· KPUD termasuk pemerintah daerah yangdapat dikatakan sebagai lembaga negara,karena lembaga negara tidak hanya ada dipusat tetapi juga termasuk yang ada didaerah, karena institusi-institusi yang ada didaerah pun dalam rangka melaksanakansalah satu kekuasaan yang ada di dalamnegara; dan institusi kenegaraan tidak hanyasebatas yang diatur di dalam UUD 1945;

· bahwa dilihat dari jabatannya, jabatanWalikota adalah masuk dalam lingkup institusikenegaraan, bukan orang;

· bahwa selagi seseorang merupakanpasangan calon walikota dan wakil walikota,maka tentu saja belum dapat dikatakansebagai lembaga negara;

Prof. Soehino, S.H.· calon terpilih belum/tidak dapat disebut

“lembaga negara”, atau Walikota/WakilWalikota sebelum dilantik dan diambilsumpahnya oleh pejabat yang berwenang;

· namun Pemohon dapat dianggap memilikilegal standing karena orang-perseoranganpun dapat memiliki legal standing;Menimbang bahwa pihak Termohon KPU

Kota Depok di dalam keterangan lisan maupuntertulisnya mendalilkan:· Bahwa kedudukan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah (Gubernur dan WakilGubenur, Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota) beserta segalakewenangannya baru memiliki legalitassetelah mengucapkan sumpah/janji jabatan,sebagaimana dinyatakan secara eksplisitdalam ketentuan Pasal 110 UU No. 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah. Olehkarena Pemohon belum mengucapkansumpah/janji jabatan, maka dengan demikianPemohon bukanlah Lembaga Negara,sehingga tidak memenuhi syarat yang telahditetapkan dalam Pasal 61 UU No. 24 Tahun2003, atau dengan lain perkataan Pemohontidak memiliki kedudukan hukum (legal stand-ing) dalam perkara a quo;

· Peninjauan kembali adalah upaya hukumyang merupakan hak setiap subyek hukum,

Page 58: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200658

PUTUSAN PILKADA DEPOK

Putusan selengkapnya dapat dilihat dalam situswww.mahkamahkonstitusi.go.id atau dapat diperolehsecara cuma-cuma di Kepaniteraan MahkamahKonstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 JakartaPusat, Telp. (021) 3521073, 3520787.

Untuk Salinan Putusan ini sah dan sesuaidengan aslinya diumumkan kepada masyarakatberdasarkan Pasal 14 Undang-undang RepublikIndonesia Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi.

Jakarta, 25 Januari 2006Panitera.

termasuk Lembaga Negara, yang terlibatdalam suatu perkara. Hak untuk mengajukanpeninjauan kembali oleh suatu lembaganegara bukan dan tidak dapat dipandang danditempatkan dalam konteks kewenanganLembaga Negara. Berwenang tidaknya suatulembaga negara yang terlibat dalam suatuperkara mengajukan peninjauan kembalibukan masalah kewenangan yang dapatdipersengketakan dalam peradilan diMahkamah Konstitusi, sebagaimana secarategas dinyatakan dalam ketentuan Pasal 23Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentangKekuasaan Kehakiman;Menimbang bahwa keterangan Termohon

KPU Kota Depok tersebut, dikuatkan pula olehketerangan para Ahli dari Pihak Terkait pasangancalon Nurmahmudi Ismail dan YuyunWirasaputra, bernama Topo Santoso, S.H., M.H.,dan Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D, yangmenerangkan sebagai berikut:Topo Santoso, S.H., M.H.- bahwa seseorang yang belum dilantik

menjadi pejabat dalam posisi tersebut, tidakdapat dikatakan selaku lembaga negara.Dengan demikian, Pemohon tidak dapatmewakili jabatan Walikota dan Wakil Walikotasebagai lembaga negara;

Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D.- bahwa Pemohon tidak atau paling tidak belum

dapat disebut sebagai lembaga negara,karena belum ada proses pengesahanpengangkatan dan pelantikan, sehingga dalilPemohon yang menyatakan sebagailembaga negara adalah prematur;Menimbang bahwa Panwas Pilkada Kota

Depok memberikan keterangan yang padapokoknya sejalan dengan dalil-dalil yang diajukanoleh Pemohon. Menurut Panwas Pilkada KotaDepok, KPU Kota Depok adalah lembaga negarayang diberi wewenang oleh UUD 1945 dan UUPemda untuk menyelenggarakan Pilkada KotaDepok, sehingga tugas dan wewenang KPU KotaDepok adalah sebagaimana yang telahditentukan dalam Pasal 66 ayat (1) UU Pemda.Panwas Pilkada Kota Depok tidak melihat dantidak memandang baik secara tekstual maupunnon tekstual KPU Kota Depok mempunyaiwewenang untuk mengajukan permohonanPeninjauan Kembali atas putusan PengadilanTinggi;

Terhadap hal-hal tersebut di atas, Mahkamahberpendapat bahwa oleh karena kewenanganMahkamah dalam memeriksa, mengadili, danmemutus permohonan a quo berkait dengankedudukan hukum (legal standing) Pemohon,maka Mahkamah akan mempertimbangkan halitu bersamaan dengan pertimbangan mengenaikedudukan hukum (legal standing) Pemohon;2. Kedudukan Hukum (Legal Standing)Pemohon

Menimbang bahwa untuk menentukanapakah Mahkamah berwenang memeriksa,mengadili, dan memutus permohonan Pemohon,serta apakah Pemohon memiliki kedudukanhukum (legal standing) dalam perkara sengketakewenangan lembaga negara yangkewenangannya diberikan oleh Undang-UndangDasar, Mahkamah akan mempertimbangkansebagai berikut:· Bahwa permohonan Pemohon mengenai

kewenangan KPU Kota Depokmengajukan permohonan PeninjauanKembali atas putusan Pengadilan TinggiJawa Barat Nomor 01/Pilkada/2005/PT.Bdg, bukanlah sengketa kewenangankonstitusional yang dimaksudkan dalamPasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal

10 ayat (1) huruf b UUMK, melainkan hakyang timbul karena adanya kewenangansebagaimana dimaksud Pasal 66 ayat (1)UU Pemda yang memuat tugas danwewenang KPUD dalam pemilihan kepaladaerah dan wakil kepala daerah, dengandemikian objek sengketa bukanlah objeksengketa kewenangan konstitusional antarlembaga negara sebagaimana ditentukanPasal 61 UUMK;

· Bahwa tidak ada kewenangan Pemohonyang diambil-alih dan/atau terganggu olehtindakan Termohon, oleh karenanya tidakterdapat sengketa kewenangankonstitusional lembaga negara antaraPemohon dan Termohon;

· Bahwa Kepala Daerah dalam hal ini Walikotadan Wakil Walikota Terpilih, menurutketentuan Pasal 109 ayat (2) UU Pemda danPasal 100 ayat (2) Peraturan PemerintahNomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,Pengesahan Pengangkatan, danPemberhentian Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah (selanjutnya disebut PPNomor 6 Tahun 2005), masihmempersyaratkan pengesahanpengangkatan oleh Menteri Dalam Negeriatas nama Presiden dan pelantikan olehGubernur atas nama Presiden, sesuaiketentuan Pasal 110 ayat (1) dan Pasal 111ayat (2) UU Pemda dan Pasal 102 ayat (2)PP Nomor 6 Tahun 2005. Dengan demikian,pasangan calon Walikota dan Wakil WalikotaTerpilih belum menjadi kepala daerahsebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (4)UUD 1945 juncto UU Pemda juncto PPNomor 6 Tahun 2005;

· Bahwa KPU Kota Depok merupakan KPUDyang kewenangannya diberikan olehundang-undang dalam hal ini UU Pemda.Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada),menurut UU Pemda dan sebagaimana jugadiakui oleh Pemohon, KPUD bukanlahbagian dari KPU yang dimaksudkan Pasal22E UUD 1945. Dengan demikian, meskipunKPUD adalah lembaga negara, namundalam penyelenggaraan Pilkadakewenangannya bukanlah kewenanganyang diberikan oleh Undang-Undang Dasar,sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945dan UUMK;

· Bahwa terhadap dalil Pemohon yangmenyatakan pengajuan peninjauan kembalioleh Termohon dalam hal ini KPU KotaDepok adalah bukan kewenangan yangdiberikan oleh UU Pemda Pasal 66 kepadaTermohon, Mahkamah berpendapat harusdibedakan antara kewenangan dan hak yanglahir dari hukum acara. Bahwa pengajuanpeninjauan kembali tersebut memang bukankewenangan organik KPU Kota Depok,melainkan merupakan hak untukmendapatkan keadilan dalam prosesperadilan, sebagaimana setiap subjekhukum memiliki kebebasan untuk mencaridan mendapatkan keadilan. Dengandemikian, diajukannya permohonanpeninjauan kembali tidak dapatdikonstruksikan sebagai dasar untukmenentukan ada tidaknya sengketakewenangan konstitusional antar lembaganegara;Menimbang bahwa berdasarkan seluruh

pertimbangan tersebut di atas, baik dari segiobjek sengketa kewenangan konstitusionalmaupun dari segi subjek Pemohon danTermohonnya, maka permohonan a quobukanlah termasuk lingkup perkara sengketa

kewenangan konstitusional antar lembaganegara sebagaimana dimaksud dalam Pasal24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1)huruf b juncto Pasal 61 UUMK. Oleh karena itu,permohonan Pemohon harus dinyatakan tidakdapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

Menimbang bahwa oleh karena permohonanPemohon dinyatakan tidak dapat diterima, makaterhadap pokok perkara tidak perludipertimbangkan lebih lanjut

Mengingat Pasal 64 ayat (1) Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003tentang Mahkamah Konstitusi;

MENGADILIMenyatakan permohonan Pemohon tidak

dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);Demikian diputuskan dalam Rapat

Permusyawaratan Hakim yang dihadiri oleh 9(sembilan) Hakim Konstitusi pada hari ini Rabu,tanggal 25 Januari 2006 dan diucapkan dalamSidang Pleno Mahkamah Konstitusi yangterbuka untuk umum pada hari ini juga, olehkami Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. selakuKetua merangkap Anggota, Prof. Dr. H.M. LaicaMarzuki, S.H., Prof. H.A.S. Natabaya, S.H.,LL.M., Prof. H. A. Mukthie Fadjar, S.H.M.S., H. Achmad Roestandi, S.H., Dr. Harjono,S.H., M.C.L., I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H.,Maruarar Siahaan, S.H., serta Soedarsono, S.H.,masing-masing sebagai Anggota, dengandibantu oleh Sunardi, S.H., sebagai PaniteraPengganti serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Komisi Pemilihan Umum Daerah KotaDepok, Panitia Pengawas Pemilihan KepalaDaerah Kota Depok, Pihak Terkait, dan wakilPemerintah.

KETUA,Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie S.H.

ANGGOTA-ANGGOTA

Prof. Dr. H. M Laica Marzuki, S.H.Prof.. H.A.S Natabaya.S.H. LLM

Prof. H. Abdul Mukthie Fadjar, S.H. M.S.H. Achmad Roestandi, S.H.

Dr. Harjono, S.H., M.CL.I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H.

Maruarar Siahaan, S.H.Soedarsono, S.H.

PANITERA PENGGANTISunardi, S.H.

Page 59: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 59

KUTIPAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Nomor 015/PUU-III/2005 mengenai pengujian Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan danPenundaan Kewajiban Pembayaran Utang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

P U T U S A NPerkara No.015/PUU-III/2005

DEMI KEADILAN BERDASARKANKETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIKINDONESIA

Yang memeriksa, mengadili dan memutusperkara konstitusi pada tingkat pertama danterakhir, telah menjatuhkan putusan dalamperkara permohonan pengujian Undang-undangNomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan danPenundaan Kewajiban Pembayaran Utangterhadap Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yang diajukanoleh:

Nama : Tommy S. Siregar, SH., LLM.,Alamat : :Jln. Camar II Blok AG/25, RT.04/

RW.08, Kelurahan Pondok Betung, KecamatanPondok Aren, Kabupaten Tangerang, Jawa Barat

berdasarkan surat kuasa khusus bertanggal20 Juni 2005 telah memberikan kuasa kepada:Swandy Halim,SH., Marselina Simatupang, SH.,Muhammad As’ary, SH., Nur Asiah, SH., FindaMayang Sari, SH., Lucas, S.H., masing-masingsebagai Advokad yang berkantor di Law FirmLUCAS & PARTNERS, beralamat di WismaMetropolitan I Lantai 14, Jalan JenderalSudirman Kavling 29, Jakarta Selatan 12920,bertindak untuk dan atas nama Tommi S. Siregar,SH, LL.M. selanjutnya disebut sebagaiPEMOHON; Selanjutnya disebut sebagaiPEMOHON;

Telah membaca surat permohonan Pemohon;Telah mendengar keterangan Pemohon;Telah mendengar keterangan Pemerintah;Telah membaca keterangan tertulis

Pemerintah;Telah membaca keterangan tertulis Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;Telah membaca dan memeriksa bukti-bukti

surat dari Pemohon;

DUDUK PERKARAdan seterusnya

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang bahwa maksud dan tujuanpermohonan Pemohon adalah sebagaimanadiuraikan di atas;

Menimbang bahwa sebelummempertimbangkan lebih lanjut materipermohonan Pemohon, Mahkamah Konstitusi(selanjutnya disebut Mahkamah) terlebih dahuluakan mempertimbangkan hal-hal berikut:1. Apakah Mahkamah berwenang memeriksa,

mengadili, dan memutus permohonan a quo;2. Apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum

(legal standing) untuk bertindak selakuPemohon dalam permohonan a quo;

Terhadap kedua permasalahan di atas,Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

1. Kewenangan Mahkamah

Menimbang bahwa, tentangkewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1)UUD 1945 menyatakan antara lain bahwaMahkamah Konstitusi berwenang mengadilipada tingkat pertama dan terakhir yangputusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar.Ketentuan tersebut ditegaskan kembali dalamPasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 24Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi(selanjutnya disebut UUMK).

Menimbang bahwa permohonan a quo adalahpermohonan pengujian UU Kepailitan terhadapUUD 1945, maka Mahkamah berwenang untukmengadili dan memutus permohonan a quo.

2. Kedudukan Hukum (Legal Standing)Pemohon

Menimbang bahwa Pasal 51 ayat (1)UUMK menyatakan, “Pemohon adalah pihakyang menganggap hak dan/atau kewenangankonstitusionalnya dirugikan oleh berlakunyaundang-undang, yaitu:a. perorangan warga negara Indonesia;b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang

masih hidup dan sesuai denganperkembangan masyarakat dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia yangdiatur dalam undang-undang;

c. badan hukum publik atau privat; ataud. lembaga negara”.

Dengan demikian, agar seseorang atau suatupihak dapat diterima sebagai Pemohon dalampermohonan pengujian undang-undangterhadap UUD 1945, maka orang atau pihaktersebut terlebih dahulu harus menjelaskan:

a. kualifikasinya dalam permohonan a quo,apakah sebagai perorangan warga negaraIndonesia, kesatuan masyarakat hukum adat(yang memenuhi persyaratan sebagaimanadimaksud Pasal 51 ayat (1) huruf b di atas),badan hukum (publik atau privat), ataulembaga negara;

b. hak dan/atau kewenangan konstitusionalnyadalam kualifikasi dimaksud yang dianggaptelah dirugikan oleh berlakunya suatu undang-undang;

Menimbang bahwa berdasarkan duaukuran dalam menilai dimiliki atau tidaknyakedudukan hukum (legal standing) sebagaiPemohon dalam pengujian undang-undangterhadap UUD 1945 tersebut di atas, Mahkamahmelalui sejumlah putusannya, antara lainPutusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan PutusanNomor 010/PUU-III/2005, telah menegaskanpula syarat-syarat kerugian konstitusional yang

harus diuraikan dengan jelas oleh Pemohondalam permohonannya, yaitu:a. adanya hak konstitusional Pemohon yang

diberikan oleh UUD 1945;b. bahwa hak konstitusional Pemohon tersebut

dianggap oleh Pemohon telah dirugikan olehundang-undang yang dimohonkan pengujian;

c. bahwa kerugian konstitusional Pemohonyang dimaksud bersifat spesifik (khusus) danaktual atau setidak-tidaknya bersifat potensialyang menurut penalaran yang wajar dapatdipastikan akan terjadi;

d. adanya hubungan sebab akibat (causalverband) antara kerugian dimaksud danberlakunya undang-undang yangdimohonkan untuk diuji;

e. adanya kemungkinan bahwa dengandikabulkannya permohonan, maka kerugiankonstitusional yang didalilkan tidak akan atautidak lagi terjadi.Menimbang bahwa Pemohon, Tommi S.

Siregar, S.H., LL.M, telah menjelaskankualifikasinya dalam permohonan a quo yaitusebagai perorangan warga negara Indonesiayang berprofesi sebagai kurator. Kualifikasisebagai perorangan warga negara Indonesiadibuktikan dengan fotokopi kartu tanda penduduk(Bukti P-3), sedangkan sebagai kurator, sesuaidengan ketentuan Pasal 70 ayat (2) huruf b UUKepailitan dibuktikan dengan Surat TandaTerdaftar sebagai Kurator dan Pengurus denganNomor C-HT.05.14-16 Tahun 2000 bertanggal 24Agustus 2000 yang diterbitkan oleh DepartemenHukum dan Hak Asasi Manusia, c.q. DirekturJenderal Administrasi Hukum Umum (Bukti P-4) dan Surat Keterangan dari Ikatan Kurator danPengurus Indonesia (IKAPI) Nomor 094/Peng-IKAPI/VI/05 bertanggal 13 Juni 2005 yangmenyatakan bahwa Pemohon adalah benarmerupakan anggota aktif IKAPI dan menjabatsebagai Wakil Sekretaris Jenderal IKAPI (BuktiP-5);

Menimbang bahwa salah satu hakkonstitusional yang diberikan kepada setiaporang adalah hak atas pengakuan, jaminan,perlindungan, dan kepastian hukum yang adilserta perlakuan yang sama di hadapan hukum,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28D ayat(1) UUD 1945;

Menimbang bahwa Pemohon dalampermohonannya telah menjelaskan, hakkonstitusionalnya sebagai kurator gunamemperoleh kepastian hukum dinilai telahdirugikan oleh ketentuan-ketentuan dalam UUKepailitan, yaitu Pasal 17 ayat (2), Pasal 18 ayat(3), Penjelasan Pasal 59 ayat (1), Pasal 83 ayat(2), Pasal 104 ayat (1), Pasal 127 ayat (1),Penjelasan Pasal 127 ayat (1), Penjelasan Pasal228 ayat (6), dan Pasal 244;

Menimbang bahwa berdasarkan uraian diatas, terlepas dari berhasil tidaknya Pemohonmembuktikan dalil-dalilnya, Mahkamahberpendapat Pemohon memiliki kedudukanhukum (legal standing) untuk bertindak selaku

PUTUSAN UU KEPAILITAN

Page 60: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200660

PUTUSAN UU KEPAILITAN

Pemohon dalam permohonan a quo;Menimbang bahwa oleh karena Mahkamah

berwenang untuk memeriksa, mengadili, danmemutus permohonan a quo dan Pemohonmemiliki kedudukan hukum (legal standing)untuk bertindak sebagai Pemohon, makaselanjutnya Mahkamah akanmempertimbangkan substansi atau pokokperkara;

Pokok PerkaraMenimbang bahwa dalam memeriksa

permohonan a quo, Mahkamah telah mendengarketerangan lisan Pemerintah yang disampaikanpada persidangan tanggal 22 Agutus 2005 dan11 Oktober 2005 dan juga telah membacaketerangan tertulis dari Pemerintah besertaketerangan tambahannya yang diterima diKepaniteraan Mahkamah masing-masingtanggal 7 September 2005 dan 26 Oktober 2005,yang uraian selengkapnya telah diuraikan padabagian Duduk Perkara putusan ini;

Menimbang bahwa Mahkamah telah pulamembaca keterangan tertulis Dewan PerwakilanRakyat yang diterima di Kepaniteraan Mahkamahtanggal 27 September 2005 yang selengkapnyatelah diuraikan dalam bagian Duduk Perkaraputusan ini;

Menimbang bahwa terhadap undang-undanga quo telah pernah diajukan permohonanpengujian dan telah diputus oleh Mahkamahsebagaimana tertuang dalam putusan Nomor071/PUU-II/2004 dan Nomor 001-002/PUU-III/2005, sehingga segala keterangan dalamputusan Mahkamah dimaksud, sepanjangrelevan dengan substansi permohonan a quo,juga dijadikan pertimbangan dalam putusan ini;

Menimbang bahwa Pemohon mendalilkanPasal 127 ayat (1) UU Kepailitan yang berbunyi,“Dalam hal ada bantahan sedangkan HakimPengawas tidak dapat mendamaikan keduabelah pihak, sekalipun perselisihan tersebut telahdiajukan ke pengadilan, Hakim Pengawasmemerintahkan kepada kedua belah pihak untukmenyelesaikan perselisihan tersebut dipengadilan”, dan Penjelasan Pasal 127 ayat (1)UU Kepailitan yang berbunyi, “Yang dimaksuddengan ‘pengadilan’ dalam ayat ini adalahpengadilan negeri, pengadilan tinggi, atauMahkamah Agung”, bertentangan dengan UUD1945 karena tidak memberikan kepastian hukumkepada Pemohon selaku Kurator, denganargumentasi sebagai berikut:· Bahwa menurut Pasal 3 ayat (1) UU

Kepailitan, putusan atas permohonanpernyataan pailit dan hal-hal lain yangberkaitan dan/atau diatur dalam UU Kepailitandiputuskan oleh Pengadilan yang daerahhukumnya meliputi daerah tempat kediamanDebitor. Adapun yang dimaksud dengan “hal-hal lain” tersebut, menurut Penjelasan Pasal3 ayat (1) UU Kepailitan, adalah antara lainactio pauliana, perlawanan pihak ketigaterhadap penyitaan, atau perkara di manaDebitor, Kreditor, Kurator atau Pengurusmenjadi salah satu pihak dalam perkara yangberkaitan dengan harta pailit, termasukgugatan Kurator terhadap Direksi yangmenyebabkan perseroan dinyatakan pailitkarena kelalaiannya atau kesalahannya.Hukum Acara yang berlaku dalam mengadiliperkara yang termasuk “hal-hal lain” adalahsama dengan Hukum Acara Perdata yangberlaku bagi permohonan pernyataan pailit,termasuk mengenai pembatasan jangkawaktu penyelesaiannya;

· Bahwa Pasal 1 angka 7 UU Kepailitanmenyatakan, “Pengadilan adalah PengadilanNiaga dalam lingkungan peradilan umum”;

· Bahwa “perselisihan yang disebabkan olehadanya bantahan sedangkan Hakim

Pengawas tidak dapat mendamaikan keduabelah pihak”, sebagaimana diatur dalamPasal 127 ayat (1) UU Kepailitan, adalahtermasuk dalam pengertian “hal-hal lain yangberkaitan dan/atau diatur dalam Undang-undang ini” sebagaimana diatur dalam Pasal3 ayat (1) UU Kepailitan;

· Bahwa dalam hal terjadi perselisihan yangdisebabkan oleh adanya bantahan suatupihak di mana perselisihan tersebut tidakdapat didamaikan oleh Hakim Pengawas,maka Pemohon selaku Kurator perlumengajukan perselisihan ini ke pengadilan.Namun, dengan adanya ketentuan Pasal 127ayat (1) UU Kepailitan beserta penjelasannya,Pemohon selaku Kurator tidak memperolehkepastian hukum tentang pengadilan manayang berwenang menyelesaikan perselisihandimaksud: apakah Pengadilan Niaga atauPengadilan Negeri? Sebab, apabila diajukanke Pengadilan Negeri [atas dasar Pasal 127ayat (1) UU Kepailitan] padahal seharusnyake Pengadilan Niaga [atas dasar Pasal 3 ayat(1) UU Kepailitan], maka hal itu akanmenjadikan putusan Pengadilan Negerimenjadi tidak sah karena telah melanggarkewenangan absolut untuk mengadili,demikian pula sebaliknya;Terhadap dalil Pemohon di atas, Mahkamah

akan mempertimbangkan sebagai berikut:o Bahwa dalam rumusan pasal dimaksud, dari

segi struktur tata bahasa, terkandung maknabahwa Hakim Pengawas tetap memilikikewenangan untuk mendamaikan pihak-pihak yang berselisih (yaitu dalam hal terjadibantahan) sekalipun perselisihan itu telahdiajukan ke pengadilan (dengan huruf “p”kecil). Adanya kata-kata “telah diajukan” jelasmenunjukkan bahwa pengadilan yangdimaksud di sini bukan Pengadilan Niaga.Dengan kata lain, kewenangan HakimPengawas untuk mendamaikan pihak-pihakyang berselisih dimaksud tidaklah hilangdengan alasan bahwa perselisihan itu telahdiajukan ke pengadilan (dengan huruf “p”kecil). Dalam pengertian demikian tentumenjadi tidak logis jika “pengadilan” (denganhuruf “p” kecil) dalam rumusan pasaldimaksud diartikan sebagai PengadilanNiaga. Sebab, jika diartikan demikian disamping tidak logis, juga tidak ada kebutuhanmenegaskan kewenangan Hakim Pengawasuntuk mendamaikan karena hal demikiansudah dengan sendirinya melekat padakedudukan Hakim Pengawas dalam prosesperadilan di Pengadilan Niaga. Namun, jikausaha mendamaikan oleh Hakim Pengawastersebut ternyata tidak berhasil, sedangkanperselisihan dimaksud haruslah mendapatpenyelesaian agar proses beracara diPengadilan Niaga dapat berjalan, makaHakim Pengawas memerintahkan kepadapihak-pihak terkait untuk menyelesaikannyamelalui Pengadilan (dengan huruf “P” kapital),yaitu Pengadilan Niaga. Jadi, dalam hal iniberlaku prosedur renvoi (renvoi procedure),sehingga kata “pengadilan” dalam anakkalimat Pasal 127 ayat (1) yang berbunyi“Hakim Pengawas memerintahkan keduabelah pihak untuk menyelesaikanperselisihan tersebut di pengadilan”seharusnya ditulis “Pengadilan” (denganhuruf “P” kapital);

o Bahwa, namun demikian, penjelasan Pasal127 ayat (1) tidaklah keliru, karena penjelasantersebut adalah menunjuk pada kata“pengadilan” pada anak kalimat Pasal 127ayat (1) yang berbunyi “sekalipun perselisihantersebut telah diajukan ke pengadilan”,sedangkan penulisan kata “pengadilan” yangditulis dengan huruf “p” kecil pada anak

kalimat dalam Pasal 127 ayat (1) yangberbunyi “...Hakim Pengawas memerintahkankepada kedua belah pihak untukmenyelesaikan perselisihan tersebut dipengadilan”, menurut Mahkamah, adalahkekurangcermatan penulisan (clerical error)pembentuk undang-undang di mana kata“pengadilan” dalam anak kalimat dimaksudseharusnya menggunakan huruf “P” kapitalkarena yang dimaksud adalah PengadilanNiaga, sesuai dengan pengertian yangdiberikan oleh Pasal 1 angka 7 UU Kepailitan.Bukti bahwa hal itu merupakan clerical erroradalah adanya ketentuan Pasal 127 ayat (2)yang berbunyi, “Advokat yang mewakili parapihak harus advokat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7”, sedangkan Pasal 7 dimaksudsecara umum adalah ketentuan yangmengatur tentang proses beracara diPengadilan Niaga. Pasal 7 tersebutselengkapnya berbunyi, “(1) Permohonansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 43, Pasal 56,Pasal 57, Pasal 58, Pasal 68, Pasal 161,Pasal 171, Pasal 207, dan Pasal 212 harusdiajukan oleh seorang advokat; (2) Ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakberlaku dalam hal permohonan diajukan olehkejaksaan, Bank Indonesia, BadanPengawas Pasar Modal, dan MenteriKeuangan”. Artinya, jika yang dimaksud olehkata “pengadilan” pada anak kalimat di atasadalah bukan Pengadilan Niaga melainkanpengadilan negeri atau pengadilan tinggi atauMahkamah Agung, maka tidak ada kebutuhanuntuk merumuskan ketentuan sebagaimanatertuang dalam Pasal 127 ayat (2) di atas;

o Bahwa adanya ketentuan Pasal 127 ayat (3)UU Kepailitan makin memperjelas bahwa“pengadilan” yang dimaksud dalam anakkalimat dalam Pasal 127 ayat (1) tersebutyang berbunyi “Hakim Pengawasmemerintahkan kedua belah pihak untukmenyelesaikan perselisihan tersebut dipengadilan” adalah Pengadilan Niaga. Pasal127 ayat (3) UU Kepailitan berbunyi, “Perkarasebagaimana dimaksud pada ayat (1)diperiksa secara sederhana”. Pemeriksaansecara sederhana tidak mungkin dilakukanjika “pengadilan” (dengan huruf “p” kecil)dalam anak kalimat di atas diartikan sebagaipengadilan negeri, pengadilan tinggi, atauMahkamah Agung (peradilan umum);

o Bahwa, dari sudut pandang teknikperancangan undang-undang (legal drafting),setiap kata “Pengadilan” yang dimaksudkansebagai Pengadilan Niaga, sebagaimanadimaksud Pasal 1 angka 7 UU Kepailitan,maka penulisannya selalu menggunakanhuruf P kapital, di mana pun kata itu terletak,misalnya Pasal 15 ayat (1), Pasal 99 ayat (1),Pasal 225 ayat (2), (3), (4), dan (5), tanpaharus memperhatikan kaidah-kaidah tatabahasa mengenai penggunaan huruf kapitalmenurut pedoman Ejaan YangDisempurnakan (EYD). Jika kata“Pengadilan” itu hendak diartikan bukansebagai Pengadilan Niaga, makapenggunaannya akan tunduk pada kaidah-kaidah tata bahasa menurut EYD. Dan dalamhal demikian, ia harus diberi penjelasan,sebagaimana halnya kata “pengadilan”(dengan huruf “p” kecil) dalam Pasal 127 ayat(1) UU Kepailitan pada anak kalimat“sekalipun perselisihan tersebut telahdiajukan ke pengadilan”;

o Bahwa dengan demikian, Mahkamah dapatmenerima keterangan Pemerintah yangmenyatakan bahwa muatan Pasal 127 ayat(1) UU Kepailitan adalah mengatur tentangperselisihan yang terjadi sebelumnya antara

Page 61: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 61

pihak-pihak yang harus diselesaikan terlebihdahulu, baik secara musyawarah untukmufakat maupun melalui gugatan kepengadilan (Peradilan Umum), dan bahwaperselisihan yang dimaksud dalam ketentuantersebut bukanlah perselisihan dalam perkarakepailitan sehingga dengan sendirinya tidaktunduk pada kewenangan Pengadilan Niaga,dengan catatan sebatas bahwa keteranganini hanya berlaku terhadap kata “pengadilan”dalam anak kalimat yang berbunyi “sekalipunperselisihan tersebut telah diajukan kepengadilan” dalam Pasal 127 ayat (1) UUKepailitan di atas;

o Bahwa, meskipun Mahkamah berpendapattelah terdapat kekurangcermatan (clericalerror) dalam penulisan kata “pengadilan” padaanak kalimat dalam Pasal 127 ayat (1) UUKepailitan yang berbunyi “Hakim Pengawasmemerintahkan kedua belah pihak untukmenyelesaikan perselisihan tersebut di[p]engadilan”, namun dengan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana telah diuraikandi atas, kekurangcermatan demikian tidaklahsampai mengakibatkan timbulnyaketidakpastian hukum sebagaimanadidalilkan Pemohon. Apabila kata“pengadilan” dalam anak kalimat yangberbunyi “Hakim Pengawas memerintahkankedua belah pihak untuk menyelesaikanperselisihan tersebut di [p]engadilan” diartikanbukan sebagai Pengadilan Niaga justru halitu yang dapat menimbulkan ketidakpastianhukum karena akan mengakibatkan berlarut-larutnya proses beracara di Pengadilan Niagasehingga tidak sesuai dengan salah satugagasan dasar dibentuknya PengadilanNiaga, sebagaimana antara lain diuraikandalam Penjelasan Umum UU Kepailitan yangberbunyi, “Untuk kepentingan dunia usahadalam menyelesaikan masalah utang-piutangsecara adil, cepat, terbuka, dan efektif, sangatdiperlukan perangkat hukum yangmendukungnya”;

o Bahwa dengan demikian ketentuan Pasal 127ayat (1) UU Kepailitan dan Penjelasannyaadalah tidak bertentangan dengan konstitusisepanjang dipahami sebagaimana dimaksuddalam pertimbangan Mahkamah tersebut diatas.Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di

atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalilPemohon sepanjang menyangkut Pasal 127 ayat(1) dan penjelasan Pasal 127 (1) UU Kepailitantidak terbukti bertentangan dengan UUD 1945,sehingga dalil Pemohon dimaksud tidak cukupberalasan;

Menimbang Pemohon mendalilkan bahwaPasal 17 ayat (2) UU Kepailitan yangmenyatakan, “Majelis hakim yang membatalkanputusan pernyataan pailit juga menetapkan biayakepailitan dan imbalan jasa Kurator” dan Pasal18 ayat (3) UU Kepailitan yang menyatakan,“Majelis hakim yang memerintahkan pencabutanpailit menetapkan jumlah biaya kepailitan danimbalan jasa Kurator” bertentangan dengan UUD1945 karena tidak memberikan kepastian hukumkepada Pemohon selaku Kurator, denganargumentasi sebagai berikut:· Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat

(1) juncto Pasal 21 UU Kepailitan, Kuratoradalah pihak yang ditunjuk untuk menguasaiharta pailit dan melakukan pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit yangdikuasai tersebut. Namun, Pasal 17 ayat (2)dan Pasal 18 ayat (3) mengatur bahwapenetapan biaya kepailitan dan imbalan jasakurator dilakukan oleh majelis hakim;

· Bahwa dengan demikian, ketentuan Pasal 17ayat (2) dan Pasal 18 ayat (3) UU Kepailitandimaksud jelas bertentangan dengan hakikat

tugas Kurator sebagai penguasa boedel,karena sebagai penguasa boedel,seharusnya Kurator memiliki kewenangandalam mengeluarkan boedel pailit untukmembayar biaya kepailitan sebagaimanahalnya kewenangan Direksi dalammengeluarkan uang perseroan untukmembayar biaya operasional perseroan;

· Bahwa, di samping itu, Kurator tidakmemperoleh kepastian hukum ke majelismana permohonan penetapan biayakepailitan dan imbalan jasa kurator harusdiajukan, apakah ke Pengadilan Niaga[sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (3)UU Kepailitan] atau ke hakim tingkatMahkamah Agung [sebagaimana diaturdalam Pasal 17 ayat (2) UU Kepailitan];

· Bahwa, jika Pemohon sebagai Kurator tidakdiberikan kewenangan dalam mengeluarkanharta pailit secara langsung untuk melakukanpembayaran biaya kepailitan (tanpamemerlukan penetapan majelis hakim) danPemohon sebagai Kurator tidak memperolehkepastian hukum tentang hakim mana yangberwenang menetapkan biaya kepailitan danimbalan jasa kurator, maka biaya-biayaselama proses pengurusan dan/ataupemberesan harta pailit jelas tidak dapatdibayar karena tidak jelas siapa yangberwenang menetapkannya. Tidakdibayarkannya biaya kepailitan tersebutmenyebabkan Pemohon sebagai Kuratordapat dianggap lalai melaksanakan tugasnyauntuk melakukan pengurusan dan/ataupemberesan harta pailit, kelalaian manaharus dipertanggungjawabkan oleh Pemohonsebagai Kurator sebagaimana diatur olehPasal 72 UU Kepailitan;

· Bahwa biaya kepailitan dapat timbul setiaphari selama proses kepailitan berlangsung,bahkan biaya kepailitan bisa timbul seharisetelah putusan pernyataan pailit diucapkan.Dalam hal demikian, Pemohon sebagaiKurator tidak dapat mengetahui bahwaperkara pailit yang bersangkutan akanberakhir: apakah dengan pencabutan ditingkat Pengadilan Niaga [sebagaimanadiatur dalam Pasal 18 ayat (3) UU Kepailitan]atau dengan pembatalan putusan pernyataanpailit oleh majelis hakim tingkat Kasasi atauPeninjauan Kembali [sebagaimana diaturdalam Pasal 17 ayat (2) UU Kepailitan].Dengan demikian, selama masa itu,Pemohon sebagai Kurator tidak memperolehkepastian hukum ke mana permohonanpenetapan biaya kepailitan harus diajukanatau siapa yang berwenang menetapkanbiaya kepailitan. Apabila Pemohon sebagaiKurator kemudian membayar biaya kepailitandari harta pailit secara langsung (tanpaadanya penetapan biaya kepailitan), makaPemohon dapat dianggap telah melakukanpenggelapan harta pailit atau setidak-tidaknyamenyalahgunakan kewenangannya dan olehkarenanya Pemohon dapat dituntut secarahukum;

· Bahwa, selain itu, Pasal 17 ayat (2) UUKepailitan dan penjelasannya memberikanaturan yang bertentangan karena di satu sisiPasal 17 ayat (2) UU Kepailitan mengaturbahwa majelis hakim yang membatalkanputusan pernyataan pailit (atau dengan katalain menunjuk pada majelis hakim tingkatKasasi atau Peninjauan Kembali) adalahpihak yang berwenang untuk menetapkanbiaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator,sedangkan penjelasan pasal tersebutmengatur bahwa yang berwenang adalahmajelis hakim Pengadilan yang memutusperkara kepailitan (atau dengan kata lainmenunjuk pada majelis hakim tingkat

Pengadilan Niaga);· Bahwa, di samping itu, Penjelasan Pasal 17

ayat (2) UU Kepailitan hanya mengaturmengenai penetapan biaya kepailitan sajatanpa mengatur mengenai imbalan jasaKurator, sehingga penjelasan pasal tersebutmenimbulkan interpretasi bahwa pengertianbiaya kepailitan juga mencakup imbalan jasaKurator;Terhadap dalil Pemohon di atas, Mahkamah

akan mempertimbangkan sebagai berikut:o Bahwa Kurator, menurut Pasal 1 angka 5 UU

Kepailitan, adalah “Balai Harta Peninggalanatau orang perseorangan yang diangkat olehPengadilan untuk mengurus danmembereskan harta Debitor Pailit di bawahpengawasan Hakim Pengawas sesuaidengan Undang-Undang ini”. Dengandemikian, tugas Kurator adalah mengurusdan membereskan boedel pailit. Dalampengertian itu, memang benar terkandungmakna hak Kuarator “menguasai” boedelpailit, namun bukanlah menguasai dalampengertian sebebas-bebasnya sebagaimanalayaknya menguasai hartanya sendiri. Dalamhubungan ini, Kurator yang pada hakikatnyamenerima kuasa dari undang-undang, dalammenjalankan tugasnya harus tunduk padaamanat pemberi kuasa, dalam hal ini UUKepailitan, tidaklah benar jika Kuratordiartikan berhak menguasai harta pailitsebebas-bebasnya dengan menentukansendiri imbalan jasanya sebagai Kurator.Istilah “mengurus” dan “membereskan” padahakikatnya berarti memberi kewenangankepada Kurator untuk menjaga,membereskan, dan menyalurkan harta pailitdimaksud kepada pihak-pihak yang berhaksebagaimana ditentukan dalam undang-undang a quo, yang atas jasanya itu Kuratormendapatkan imbalan yang semuanyaditentukan oleh majelis hakim yangmenangani perkara yang bersangkutan yangrancangannya datang dari Kurator dansetelah mendengar pertimbangan HakimPengawas [Penjelasan Pasal 17 ayat (2)].Oleh karena itu, pendapat Pemohon yangmenyamakan kedudukan Kurator dengandireksi suatu perseroran – yang merupakanbadan hukum – yang mempunyaikewenangan mengeluarkan uang perseroanuntuk membayar biaya operasionalperseroan, adalah tidak tepat;

o Bahwa, pengeluaran biaya kepailitan tanpasepengetahuan dan tanpa melalui PenetapanHakim, akan memberikan kekuasaan yangsangat besar kepada Kurator sehingga akanbertentangan dengan hakikat makna kata“pengurus” yang disandang oleh Kuratorsehingga membuka peluang penyalahgunaanyang dapat merugikan pihak-pihak terkait,khususnya debitor dan kreditor.Kekhawatiran Pemohon bahwa PenjelasanPasal 17 ayat (2) UU Kepailitan hanyamengatur mengenai penetapan biayakepailitan saja tanpa mengatur mengenaiimbalan jasa Kurator sehingga penjelasanpasal tersebut menimbulkan interpretasibahwa pengertian biaya kepailitan jugamencakup imbalan jasa Kurator, tidaklahcukup beralasan karena Pasal 76 undang-undang a quo secara tegas menyatakanbahwa besarnya imbalan jasa yang harusdibayarkan kepada Kurator ditetapkanberdasarkan pedoman yang ditetapkandengan Keputusan Menteri yang lingkuptugas dan tanggung jawabnya di bidanghukum dan perundang-undangan. Berkaitandengan ini, Keputusan Menteri dimaksudtelah diterbitkan yaitu Keputusan MenteriKehakiman Republik Indonesia Nomor: M.09-

Page 62: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200662

PUTUSAN UU KEPAILITAN

HT.05-10 Tahun 1998 tentang PedomanBesarnya Imbalan Jasa Bagi Kurator danPengurus. Dengan demikian, Hakim –sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat(2) undang-undang a quo dan penjelasannya– dalam menetapkan biaya kepailitan danimbalan jasa Kurator terikat oleh ketentuanini dan tidak memungkinkan untuk membuattafsir lain sebagaimana yang dikhawatirkanoleh Pemohon;

o Bahwa, selain itu, seandainya pun anggapanPemohon benar bahwa ada pertentanganantara Pasal 17 ayat (2) dan penjelasannya,hal itu tidaklah merugikan Pemohon, dalampengertian tidak memperoleh kepastianhukum tentang haknya untuk menerimaimbalan jasa selaku Kurator. Sebab, terlepasdari siapa yang menetapkan, Pemohonselaku Kurator tetap dijamin haknya untukmendapatkan imbalan jasa sebagaimanaditentukan dalam Pasal 75 dan Pasal 76undang-undang a quo.Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di

atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalilPemohon sepanjang menyangkut Pasal 17 ayat(2) dan Pasal 18 ayat (3) yang dianggapbertentangan dengan UUD 1945 tidak cukupberalasan;

Menimbang bahwa Pemohon mendalilkanpenjelasan Pasal 59 ayat (1) UU Kepailitan yangberbunyi, “Yang dimaksud dengan ‘harusmelaksanakan haknya’ adalah bahwa Kreditorsudah mulai melaksanakan haknya”bertentangan dengan UUD 1945 karena tidakmemberikan kepastian hukum bagi Pemohonsebagai Kurator dalam menjalankan profesinya,dengan argumentasi sebagai berikut:· Bahwa Pasal 59 ayat (1) UU Kepailitan

mengatur, dalam jangka waktu 2 (dua) bulansetelah dimulainya keadaan insolvensikreditor pemegang hak (kreditor separatis)harus melaksanakan haknya. PenjelasanPasal 59 ayat (1) tersebut mengatur yangdimaksud ‘harus melaksanakan haknya’adalah bahwa Kreditor sudah mulaimelaksanakan haknya. Sementara itu, Pasal59 ayat (2) UU Kepailitan mengatur bahwasetelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulanKurator harus menuntut diserahkannya bendayang menjadi agunan untuk selanjutnya dijualsesuai dengan cara yang ditentukan olehundang-undang tanpa mengurangi hakkreditor pemegang hak (kreditor separatis)tersebut atas hasil penjualan agunan;

· Bahwa pada dasarnya Pasal 59 ayat (2) UUKepailitan adalah untuk memberikankepastian hukum bagi kreditor konkuren padakhususnya dan proses kepailitan padaumumnya, karena dalam hal penjualan bendaagunan oleh kreditor separatis bisa sajaterdapat sisa hasil penjualan yang merupakanhak kreditor konkuren. Oleh karena itu, Pasal59 ayat (2) UU Kepailitan memberikan adanyasuatu jangka waktu tertentu (yaitu dua bulansetelah keadaan insolvensi) bagi kreditorseparatis untuk melaksanakan penjualanbenda agunan. Setelah jangka waktu tersebutlewat, Pasal 59 ayat (2) UU Kepailitanmengharuskan Kurator untuk menuntutpenyerahan benda agunan demi kepentingankreditor konkuren (namun tidak mengurangihak kreditor separatis atas hasil penjualanbenda agunan yang bersangkutan) tanpamemberikan pengecualian terhadap kreditorseparatis yang belum menjual benda agunannamun sudah ‘mulai melaksanakan haknya’tersebut.

· Bahwa, dengan demikian, Penjelasan Pasal59 ayat (1) UU Kepailitan telah bertentangandengan kepastian hukum yang hendakdiberikan oleh Pasal 59 ayat (2) UU Kepailitan

karena penjelasan Pasal 59 ayat (1)memungkinkan kreditor separatis yang telahmulai melaksanakan haknya untuk tidakmenyerahkan benda agunan kepada Kuratormeskipun masa waktu dua bulan setelahinsolvensi telah lewat. Padahal Pasal 59 ayat(2) UU Kepailitan mengharuskan Kuratoruntuk menuntut penyerahan benda agunandari kreditor separatis setelah lewatnyajangka waktu 2 (dua) bulan setelah insolvensi.Apabila perintah Pasal 59 ayat (2) dimaksudtidak dilaksanakan, maka Pemohon sebagaiKurator dapat digugat karena dianggap lalaidalam melaksanakan tugasnya danmerugikan kepentingan kreditor konkuren.Terhadap dalil Pemohon di atas, Mahkamah

akan mempertimbangkan sebagai berikut:o Bahwa Mahkamah dapat menerima sebagian

dari argumentasi Pemohon di atas dan halitu sejalan pula dengan keteranganPemerintah yang menyatakan bahwaketentuan Pasal 59 ayat (1) UU Kepailitanadalah berkait dengan hak untukmelaksanakan eksekusi terhadap objek hakagunan kebendaan yang merupakan bagiandari harta pailit, sehingga apabila eksekusitersebut tidak dilaksanakan oleh KreditorSeparatis dan telah lewat 2 (dua) bulan makaobjek hak agunan kebendaan yangmerupakan bagian dari harta pailit menjadihak Kurator untuk menjual dan/ataumengalihkan kepada pihak lain sesuaidengan ketentuan Pasal 185 UU Kepailitantanpa mengurangi hak Kreditor Separatis atashasil penjualan objek hak agunan tersebutsetelah dikurangi dengan biaya kepailitan.Dengan kata lain, Pasal 59 ayat (1) dan ayat(2) UU Kepailitan telah dengan jelasmemberikan jaminan kepastian hukumkepada Kurator dalam melaksanakantugasnya;

o Bahwa adanya Penjelasan Pasal 59 ayat (1)UU Kepailitan yang menyatakan, “Yangdimaksud dengan ‘harus melaksanakanhaknya’ adalah bahwa Kreditor sudah mulaimelaksanakan haknya” sama sekali tidakdapat ditafsirkan sebagai mengurangijaminan kepastian hukum yang diberikan olehundang-undang a quo kepada Pemohonselaku Kurator. Sebab, andaikata punkeadaan sebagaimana dikhawatirkanPemohon terjadi, yaitu bahwa kreditorseparatis yang telah mulai melaksanakanhaknya tidak mau menyerahkan bendaagunan kepada Kurator meskipun masawaktu dua bulan setelah insolvensi telahlewat, maka kesalahan tidaklah berada padapihak Kurator, sepanjang Kurator yangbersangkutan telah melaksanakan keharusansebagaimana ditentukan dalam Pasal 59 ayat(2) undang-undang a quo. Oleh karena itu,kekhawatiran Pemohon bahwa Pemohondapat digugat karena dianggap lalaimelaksanakan tugasnya sehingga merugikanKreditor Konkuren adalah kekhawatiran yangberlebihan. Atau, jikalaupun terjadi, hal itulebih merupakan persoalan hukumpembuktian daripada persoalankonstitusionalitas.Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di

atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalilPemohon sepanjang menyangkut PenjelasanPasal 59 ayat (1) UU Kepailitan yang dianggapbertentangan dengan UUD 1945 tidak cukupberalasan.

Menimbang bahwa Pemohon mendalilkanPasal 83 ayat (2) UU Kepailitan yang berbunyi,“Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak berlaku terhadap sengketa tentangpencocokan piutang, tentang meneruskan atautidak meneruskan perusahaan dalam pailit,

dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalamPasal 36, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 59 ayat (3),Pasal 106, Pasal 107, Pasal 184 ayat (2), danPasal 186, tentang cara pemberesan danpenjualan harta pailit, dan tentang waktu maupunjumlah pembagian yang harus dilakukan”,bertentangan dengan UUD 1945 karena tidakmemberikan kepastian hukum kepada Pemohonsebagai Kurator, dengan argumentasi sebagaiberikut:· Bahwa menurut Pasal 83 ayat (2) UU

Kepailitan, Kurator tidak wajib memintapendapat panitia kreditor, namun Pasal 104ayat (1) UU Kepailitan justru mengatur bahwaKurator perlu meminta persetujuan panitiakreditor untuk melanjutkan usaha Debitor;

· Bahwa tugas Pemohon sebagai Kuratoradalah untuk melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta (boedel) pailit, dandalam melaksanakan tugas tersebutPemohon dapat melanjutkan usaha Debitor.Adanya ketentuan Pasal 83 ayat (2) danPasal 104 ayat (1) UU Kepailitan yangbertentangan menyebabkan Pemohonsebagai Kurator tidak memperoleh kepastianhukum, apakah Pemohon sebagai Kuratormemerlukan persetujuan panitia kreditor atautidak untuk melanjutkan usaha Debitor. JikaPemohon sebagai Kurator tidak memintapersetujuan panitia kreditor denganmendasarkan diri pada ketentuan Pasal 83ayat (2) UU Kepailitan padahal ternyataseharusnya Pemohon wajib memintapersetujuan panitia kreditor, maka, jelastindakan Pemohon untuk melanjutkan usahaDebitor menjadi tidak sah dan Pemohonsebagai Kurator dapat digugat karenakesalahannya telah melanjutkan usahaDebitor tanpa persetujuan panitia kreditor;

· Bahwa, sebaliknya, jika mendasarkan diripada ketentuan Pasal 104 ayat (1) UUKepailitan, berarti Pemohon sebagai Kuratormemerlukan persetujuan panitia kreditoruntuk melanjutkan usaha Debitor. Namun,jika permohonan dimaksud ditolak olehpanitia kreditor, maka Pemohon sebagaiKurator tidak melanjutkan usaha Debitor.Keputusan untuk tidak melanjutkan usahaDebitor yang didasarkan atas penolakanpanitia kreditor tersebut tentunya dapatdigugat jika ternyata keputusan tersebut telahmenyebabkan kerugian pada boedel pailit danternyata ketentuannya mengatur bahwaseharusnya Kurator tidak memerlukanpersetujuan panitia kreditor untukmelanjutkan usaha Debitor;Terhadap dalil Pemohon di atas, Mahkamah

akan mempertimbangkan sebagai berikut:o Bahwa kendatipun tampak logis, argumentasi

yang dibangun Pemohon denganmenghubungkan ketentuan Pasal 83 ayat (2)dengan ketentuan Pasal 104 ayat (1)sesungguhnya tidak tepat. Secara umum,Pasal 83 adalah ketentuan yang mengaturtentang Panitia Kreditor, yang dalamsistematika UU Kepailitan termasuk dalamruang lingkup Bagian Ketiga mengenaiPengurusan Harta Pailit yang dimulai dariPasal 65 sampai dengan Pasal 92 yangterbagi atas 5 (lima) paragraf, yaitu Paragraf1 tentang Hakim Pengawas (Pasal 65 sampaidengan Pasal 68), Paragraf 2 tentang Kurator(Pasal 69 sampai dengan Pasal 78), Paragraf3 tentang Panitia Kreditor (Pasal 79 sampaidengan Pasal 84), Paragraf 4 tentang RapatKreditor (Pasal 85 sampai dengan Pasal 90),dan Paragraf 5 tentang Penetapan Hakim(Pasal 91 sampai dengan Pasal 92).Sedangkan Pasal 104 adalah ketentuan yangtermasuk dalam ruang lingkup pengaturanBagian Keempat UU Kepailitan mengenai

Page 63: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 63

Tindakan Setelah Pernyataan Pailit danTugas Kurator (yang meliputi Pasal 93 sampaidengan Pasal 112).

o Bahwa apabila Pasal 83 ayat (2) UUKepailitan tersebut diuraikan, maka akanterbaca sebagai berikut: “Ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakberlaku terhadap sengketa tentang:

§ pencocokan piutang,§ meneruskan atau tidak meneruskan

perusahaan dalam pailit, dalam hal-halsebagaimana dimaksud dalam Pasal 36,Pasal 38, Pasal 39, Pasal 59 ayat (3), Pasal106, Pasal 107, Pasal 184 ayat (2), dan Pasal186,

§ cara pemberesan dan penjualan harta pailit,dan

§ waktu maupun jumlah pembagian yang harusdilakukan”,

o Bahwa rumusan Pasal 83 ayat (2) UUKepailitan dimaksud jelas menunjuk padakeadaan sebelum adanya putusan pailit atausedang dalam proses menuju putusan pailit.Apabila dalam proses tersebut Kurator,sesuai dengan tugasnya, berpendapat bahwaperusahaan dalam pailit perlu diteruskan atautidak, dalam hal demikianlah ketentuan Pasal83 ayat (1) tidak diberlakukan. Namun hal itupun dibatasi sepanjang berkenaan denganhal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal36, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 59 ayat (3),Pasal 106, Pasal 107, Pasal 184 ayat (2), danPasal 186. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di

atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalilPemohon sepanjang menyangkut Pasal 83 ayat(2) UU Kepailitan yang dianggap bertentangandengan UUD 1945 tidak cukup beralasan.

Menimbang bahwa Pemohon mendalilkanketentuan Pasal 244 UU Kepailitan yangberbunyi, “Dengan tetap memperhatikanketentuan Pasal 246, penundaan kewajibanpembayaran utang tidak berlaku terhadap:a. tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan

fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hakagunan atas kebendaan lainnya;

b. tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan,atau pendidikan yang sudah harus dibayardan Hakim Pengawas harus menentukanjumlah tagihan yang sudah ada dan belumdibayar sebelum penundaan kewajibanpembayaran utang yang bukan merupakantagihan dengan hak untuk diistimewakan; dan

c. tagihan yang diistimewakan terhadap bendatertentu milik Debitor maupun terhadapseluruh harta Debitor yang tidak tercakuppada ayat (1) huruf b”dan penjelasan Pasal 228 ayat (6) UU

Kepailitan yang berbunyi, “Yang berhak untukmenentukan apakah kepada Debitor akandiberikan Penundaan Kewajiban PembayaranUtang tetap adalah Kreditor konkuren,sedangkan Pengadilan hanya berhakmenetapkannya berdasarkan persetujuanKreditor konkuren”, bertentangan dengan UUD1945 karena tidak memberikan kepastian hukumkepada Pemohon sebagai Kurator, denganargumentasi sebagai berikut:· bahwa menurut Pasal 222 ayat (2) UU

Kepailitan, Debitor yang tidak dapat ataumemperkirakan tidak akan dapat melanjutkanmembayar utang-utangnya yang sudah jatuhwaktu dan dapat ditagih, dapat memohonpenundaan kewajiban pembayaran utangdengan maksud untuk mengajukan rencanaperdamaian yang meliputi tawaranpembayaran sebagian atau seluruh utangkepada kreditor, termasuk kepada kreditorseparatis dan kreditor preferen. Dengandemikian, menurut Pasal 222 ayat (2) UUKepailitan, kreditor separatis dan kreditor

preferen jelas merupakan pihak dalamPenundaan Kewajiban Pembayaran Utang(PKPU);

· bahwa kedudukan kreditor separatis dankreditor preferen sebagai pihak dalam PKPU,khususnya dalam penentuan pemberianPKPU tetap bagi Debitor, ditegaskan olehPasal 228 ayat (4), demikian pula Pasal 229ayat (1) UU Kepailitan yang dengan tegas danspesifik mengatur ketentuan voting bagikreditor separatis dalam penentuanpemberian PKPU tetap bagi Debitor;

· bahwa kedudukan kreditor separatis sebagaipihak dalam PKPU, khususnya dalampenentuan rencana perdamaian, jugaditegaskan oleh Pasal 281 ayat (1) UUKepailitan yang mengatur bahwa kreditorseparatis berhak ikut menentukan rencanaperdamaian;

· bahwa dengan demikian dapat disimpulkan,Pasal 222 ayat (2) UU Kepailitan danpenjelasannya, yang merupakan ketentuandasar mengenai PKPU, telah menegaskankedudukan kreditor separatis dan kreditorpreferen sebagai pihak dalam PKPU, yangdidukung oleh Pasal 228 ayat (4) sertapenjelasannya, Pasal 229 ayat (2), dan Pasal281 ayat (1) UU Kepailitan;

· bahwa namun demikian, Pasal 244 UUKepailitan justru mengatur bahwa kreditorseparatis dan kreditor preferen bukanmerupakan pihak PKPU, yang didukung olehPenjelasan Pasal 228 ayat (6) UU Kepailitanyang menyatakan bahwa kreditor separatistidak berhak ikut menentukan pemberianPKPU tetap bagi Debitor;

· bahwa, oleh karenanya, jika Pemohonsebagai Kurator yang menjalankan tugasnyauntuk menyelenggarakan voting penentuanpemberian PKPU tetap tidakmengikutsertakan kreditor separatis dankreditor preferen berdasarkan Pasal 244 danpenjelasan Pasal 228 ayat (6) UU Kepailitan,maka Pemohon dapat digugat oleh kreditorseparatis dan kreditor preferen atas dasarPasal 222 ayat (2) dan penjelasannya, Pasal228 ayat (4) dan penjelasannya, dan/atauPasal 229 ayat (1) UU Kepailitan dan votingtersebut dapat dianggap tidak sah;

· bahwa dengan demikian, berlakunya Pasal244 dan penjelasan Pasal 228 ayat (6) UUKepailitan menyebabkan Pemohon sebagaiKurator tidak memperoleh kepastian hukum,apakah kreditor separatis dan kreditorpreferen merupakan pihak atau tidak dalamPKPU dan apakah dalam penyelenggaraanvoting penentuan PKPU tetap kreditorseparatis dan kreditor preferen mempunyaihak atau tidak untuk ikut serta dalam votingtersebut;

· bahwa, di samping itu, ketentuan Pasal 244butir (c) UU Kepailitan juga menimbulkanketidakpastian hukum bagi Pemohon dalammenjalankan tugasnya sebagai Kuratorkarena ketentuan tersebut mencantumkankata-kata “... ayat (1) huruf b” yang mana ayat(1) huruf b itu tidak ada dalam Pasal 244 UUKepailitan;Terhadap dalil Pemohon di atas, Mahkamah

akan mempertimbangkan sebagai berikut:o Bahwa Pasal 244 yang dipersoalkan

Pemohon secara jelas menunjuk ketentuanPasal 246 UU Kepailitan. Sementara itu,Pasal 246 dimaksud mengatur tentangpemberlakuan secara mutatis mutandispelaksanaan hak Kreditor sebagaimanadimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) UUKepailitan dan Kreditor yang diistimewakan.Pasal 246 tersebut selengkapnya berbunyi,“Ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58 berlaku

mutatis mutandis terhadap pelaksanaan hakKreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal55 ayat (1) dan Kreditor yang diistimewakan,dengan ketentuan bahwa penangguhanberlaku selama berlangsungnya penundaankewajiban pembayaran utang”. Adapun Pasal55 ayat (1) dimaksud berbunyi, “Dengan tetapmemperhatikan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, danPasal 58, setiap Kreditor pemegang gadai,jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek,atau hak agunan atas kebendaan lainnya,dapat mengeksekusi haknya seolah-olahtidak terjadi kepailitan”. Oleh karena itu,segala argumentasi Pemohon di atas, kecualimengenai kata-kata “ayat (1)” dalam Pasal244 butir c, menjadi tidak relevan untukdipertimbangkan lebih jauh karena hak ataupiutang-piutang para Kreditor (c.q. Kreditorseparatis dan Kreditor preferen) yangdipersoalkan oleh Pemohon sudah dengansendirinya terpenuhi karena dijamin olehPasal 55 ayat (1), sehingga pada dasarnyatidak ada kebutuhan lagi untuk ikut sertadalam pembicaraan tentang penundaankewajiban pembayaran utang (PKPU);

o Bahwa, walaupun demikian, apabilapemenuhan atau pelunasan piutang-piutangKreditor separatis dan Kreditor preferen yangtelah dijamin oleh Pasal 55 ayat (1) tersebutternyata tidak mencukupi atau kurang, makaberdasarkan ketentuan Pasal 246 junctoPasal 60 dan Pasal 138 UU Kepailitan,kekurangan tersebut tetap dapat ditagihdengan hak jaminan sebagai Kreditorkonkuren, termasuk hak suara selama PKPUberlaku. Kekurangan yang belum terbayartersebut dapat diajukan dalam rapat verifikasi(pencocokan utang) sebagai Kreditorkonkuren yang dalam undang-undang a quodiatur pada Bagian Kelima mengenaiPencocokan Piutang (Pasal 113 sampaidengan Pasal 143). Oleh karena itu,ketentuan Pasal 222 ayat (2) adalahketentuan yang justru konsisten denganpemahaman mengenai pihak-pihak dalamPKPU, sebagaimana diatur dalam Pasal 228ayat (4) dan penjelasannya, tentang pesertarapat dalam mempertimbangkan danmenyetujui rencana perdamaian di manapesertanya, selain Debitor, disebutkan dalamPenjelasan Pasal 224 ayat (4) adalah “baikKreditor konkuren, Kreditor separatis,maupun Kreditor lainnya yang didahulukan”.Sebab, kedua pasal tersebut – Pasal 222 ayat(2) dan Pasal 228 ayat (4) – adalah ketentuanyang berkenaan dengan rencanaperdamaian, jadi belum merupakan PKPUtetap;

o Bahwa rencana perdamaian sebagaimanadisebutkan di atas, untuk menjadi PKPUtetap, memerlukan penetapan Pengadilan.Hal itulah yang diatur dalam Pasal 229 ayat(1) huruf b UU Kepailitan yang memasukkanhak suara Kreditor separatis dan Kreditorpreferen dalam proses penetapan PKPUtetap beserta perpanjangannya olehPengadilan;

o Bahwa, selanjutnya, ketika prosessebagaimana dimaksud dalam Pasal 229ayat (1) huruf b UU Kepailitan di atas telahdilalui, yaitu dengan ditetapkannya PKPUtetap oleh Pengadilan, yang merupakan hasilpersetujuan pihak-pihak, yaitu dalam hal inipihak-pihak sebagaimana dimaksud Pasal229 ayat (1) huruf b tersebut, maka padatahapan ini semua Kreditor sudah menjadiKreditor konkuren, tidak ada lagi kualifikasiKreditor separatis ataupun Kreditor preferen.Hal inilah yang dimaksud oleh ketentuanPasal 228 ayat (6) sehingga dalam

Page 64: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200664

PUTUSAN UU KEPAILITAN

penjelasannya ditegaskan, “Yang berhakuntuk menentukan apakah kepada Debitorakan diberikan Penundaan KewajibanPembayaran Utang tetap adalah Kreditorkonkuren, sedangkan Pengadilan hanyaberwenang menetapkannya berdasarkanpersetujuan Kreditor konkuren”;

o Bahwa pertimbangan-pertimbangan di atasbukan hanya telah membuktikan tidakberalasannya dalil-dalil Pemohon sepanjangmenyangkut Pasal 244 dan Penjelasan Pasal228 ayat (6) UU Kepailitan, melainkansekaligus menunjukkan konsistensi undang-undang a quo baik dalam pengaturanmengenai kepailitan maupun dalampengaturan tentang penundaan kewajibanpembayaran utang;

o Bahwa, selain itu, hal yang dipersoalkan olehPemohon bukanlah merupakan kepentinganyang berkait dengan hak konstitusionalPemohon selaku Kurator, meskipunPemohon berusaha keras membangunargumentasi hukum seolah-olah hal itu adahubungannya dengan hak konstitusionalPemohon selaku Kurator dengan mengaitkankemungkinan bahwa Pemohon selakuKurator dapat digugat oleh Kreditor separatisdan Kreditor preferen atas dasar Pasal 222ayat (2) dan penjelasannya, Pasal 228 ayat(4) dan penjelasannya, dan/atau Pasal 229ayat (1) UU Kepailitan;

o Bahwa, walaupun demikian, mengenaitercantumnya kata “ayat (1)” dalam rumusanPasal 244 huruf c di atas, Mahkamahberpendapat telah terjadi kekurangcermatandalam penulisan (clerical error) kata “ayat(1)” dalam Pasal 244 huruf c dimaksud, dimana hal itu telah diakui oleh Pemerintahdalam keterangannya pada persidangantanggal 11 Oktober 2005. Namun,kekurangcermatan demikian tidaklah cukupuntuk menyatakan bahwa materi muatanPasal 244 tidak memberikan kepastianhukum bagi Pemohon selaku Kurator,sehingga tidak serta-merta mengakibatkanketentuan dimaksud menjadi inkonstitusional.Meskipun demikian, menurut Mahkamah kata“ayat (1)” harus dipandang tidak ada.Oleh karena itu, dalil Pemohon sepanjang

menyangkut Pasal 244 dan Penjelasan Pasal228 ayat (6) UU Kepailitan yang dianggapbertentangan dengan UUD 1945 tidak cukupberalasan.

Menimbang bahwa berdasarkan keseluruhanpertimbangan di atas, Mahkamah berpendapatbahwa permohonan Pemohon tidak cukupberalasan, sehingga harus ditolak.

Mengingat Pasal 56 ayat (5) Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003tentang Mahkamah Konstitusi;

MENGADILI

Menyatakan permohonan Pemohon ditolakuntuk seluruhnya.

Terhadap putusan ini, seorang Hakimmengemukakan pendapat berbeda (dissentingopinion) sebagai berikut:

Pendapat Berbeda (Dissenting Opinion)Hakim Konstitusi Prof. Dr. H.M. Laica Marzuki,SH:

Dipandang perlu mempertimbangkan lebihmendalam, salah satu permohonan yangdiajukan Pemohon, sehubungan dengandiberlakukannya Pasal 127 ayat (1) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitandan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,yang menetapkan: ‘Dalam hal ada bantahansedangkan Hakim Pengawas tidak dapatmendamaikan kedua belah pihak, sekalipunperselisihan tersebut telah diajukan ke

pengadilan, Hakim Pengawas memerintahkankepada kedua belah pihak untuk menyelesaikanperselisihan tersebut di pengadilan’. PenjelasanPasal 127 ayat (1) menyatakan: “Yang dimaksuddengan ‘pengadilan’ dalam ayat ini adalahpengadilan negeri, pengadilan tinggi, atauMahkamah Agung”.

Penjelasan Pasal 127 ayat (1) dimaksudmenyatakan, bahwasanya dalam hal terdapatbantahan yang tidak dapat didamaikan HakimPengawas, sekalipun perselisihan tersebut telahdiajukan ke pengadilan, Hakim Pengawasmemerintahkan kedua belah pihak untukmenyelesaikan perselisihan tersebut dipengadilan negeri, pengadilan tinggi, atauMahkamah Agung, menurut acara pemeriksaanpengadilan di luar kewenangan (‘absolutecompetentie’) Pengadilan Niaga, menurutUndang-undang Nomor 37 Tahun 2004. Padahal,Pasal 1 angka 7, BAB I yang mengatur KetentuanUmum, menetapkan bahwa Pengadilan -sebagaimana dimaksud Undang-undang Nomor37 Tahun 2004 - adalah Pengadilan Niaga dalamlingkungan Peradilan Umum.

Pengaturan hal Ketentuan Umum merupakanbagian esensial dari Batang Tubuh Undang-Undang, ditempatkan pada Bab I, atau pasal-pasal awal dari padanya. Ketentuan Umumberpaut dengan begripsbepalingen dari suatuundang-undang, antara lain menetapkan definisi(batasan), singkatan atau akronim yangdigunakan beserta hal-hal lain yang bersifatumum, yang berlaku bagi pasal(-pasal)berikutnya.

Dengan demikian, Ketentuan Umum dariundang-undang termasuk materi muatanundang-undang yang sifatnya fundamental,dalam makna het eigenaardig, onderwerp derwet, sebagaimana dimaksud J.R. Thorbecke(1798-1872) vide A. Hamid S. Attamimi, 1990 :194.

Lagipula, secara substantif, materi muatanPasal 127 ayat (1) Undang-undang Nomor 37Tahun 2004 tidak ternyata menjamin kepastianhukum bagi para pencari keadilan(‘justiciabellen’), in casu Pemohon selaku kurator.Tidak jelas apa yang dimaksud denganbantahan, apakah bantahan dalam maknarechtsmiddel, ataukah bantahan biasa yangbelum menjadi upaya hukum dalam suatulingkungan peradilan, apakah dapat dijadikanfundamentum petendi di luar lingkunganperadilan umum yang bersifat keperdataan(civiele rechtelijk proceduur), atau masihberkaitan dengan harta debitor pailit, ataukahbantahan yang ada itu berkaitan dengan PutusanPengadilan Niaga atas permohonan pernyataanpailit dan hal-hal lain yang berkaitan dan/atauyang diatur dalam Undang-undang Nomor 37Tahun 2004, sebagaimana termaktub dalamPasal 3 ayat (1). Penjelasan Pasal 3 ayat (1)Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004menyatakan “yang dimaksud dengan ‘hal-hallain’, adalah antara lain, actio pauliana,perlawanan pihak ketiga terhadap penyitaan,atau perkara di mana Debitor, Kreditor, Kurator,atau pengurus menjadi salah satu pihak dalamberperkara yang berkaitan dengan harta pailit,termasuk gugatan Kurator terhadap Direksi yangmenyebabkan perseroan dinyatakan pailit karenakelalaiannya atau kesalahannya”.

Pembuat undang-undang (‘de wetgever’)seyogianya menjelaskan hal dimaksud,menentukan apakah hal ikhwal bantahan yangada menurut Pasal 127 ayat (1) itu berkaitan atausama sekali tidak berkaitan dengan de meritesvan een zaak dari Pengadilan Niaga, walaupunsesungguhnya terdapat pertentangan(‘contradictief ’) antara Penjelasan Pasal 127 ayat(1) dengan Pasal 1 ayat (7).

Penjelasan Undang-Undang, lazim disebut

memorie van toelichting, berada di luar kerangkaBatang Tubuh undang-undang, pada umumnyaterdiri atas Penjelasan Umum dan PenjelasanPasal Demi Pasal. Undang-undang diundangkan(‘afkondiging ’) dalam Lembaran Negara,sedangkan Penjelasan undang-undang dimuatdalam Tambahan Lembaran Negara. Tatkalaterdapat pertentangan antara Penjelasan denganteks Batang Tubuh Undang-undang, maka teksBatang Tubuh menyampingkan PenjelasanUndang-undang.

Penduduk (‘burgers’) hanya terikat padaundang-undang (wet, Gezetz). Mereka tidakharus mengetahui semua penjelasan dan semuapembicaraan dan pembahasan tentang undang-undang dimaksud, sebagaimana dikemukakanoleh Irawan Soejito, mengutip Rapportwetgevingstechniek, 1948.

Berdasarkan pendapat di atas,seyogianya Pasal 127 ayat (1) Undang-undangNomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan danPenundaan Kewajiban Pembayaran Utangdinyatakan tidak mengikat secara hukum karenabertentangan dengan Pasal 28D UUD 1945.

* * * * * * * * * Demikian diputuskan dalam Rapat

Permusyawaratan Hakim yang dihadiri oleh 9(sembilan) Hakim Konstitusi pada hari Senin,tanggal 12 Desember 2005, dan diucapkandalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi yangterbuka untuk umum pada hari ini, Rabu tanggal14 Desember 2005, oleh kami 8 (delapan) HakimKonstitusi, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.selaku Ketua merangkap Anggota dan Prof. Dr.H.M. Laica Marzuki, S.H., Prof. H.A.S. Natabaya,S.H., LL.M, H. Achmad Roestandi, S.H., Dr.Harjono, S.H., M.C.L., Prof. H. Abdul MukthieFadjar, S.H., M.S., I Dewa Gede Palguna, S.H.,M.H., serta Soedarsono, S.H., masing-masingsebagai Anggota, dengan dibantu oleh Sunardi,SH sebagai Panitera Pengganti, serta dihadirioleh Pemohon/Kuasa Pemohon, Pemerintah danDewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;

KETUA,Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie S.H.

ANGGOTA-ANGGOTA

Prof. Dr. H. M Laica Marzuki, S.H.Prof.. H.A.S Natabaya.S.H. LLM

Prof. H. Abdul Mukthie Fadjar, S.H. M.S.H. Achmad Roestandi, S.H.

Dr. Harjono, S.H., M.CL.I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H.

Maruarar Siahaan, S.H.Soedarsono, S.H.

PANITERA PENGGANTISunardi, S.H.

Putusan selengkapnya dapat dilihat dalam situswww.mahkamahkonstitusi.go.id atau dapat diperolehsecara cuma-cuma di Kepaniteraan MahkamahKonstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 JakartaPusat, Telp. (021) 3521073, 3520787.

Untuk Salinan Putusan ini sah dan sesuaidengan aslinya diumumkan kepada masyarakatberdasarkan Pasal 14 Undang-undang RepublikIndonesia Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi.

Jakarta, 25 Januari 2006Panitera.

Page 65: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 65

PUTUSANPerkara No. 017/PUU-III/2005

DEMI KEADILAN BERDASARKANKETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIKINDONESIA

Yang memeriksa, mengadil i, danmemutus perkara konstitusi pada tingkatpertama dan terakhir, telah menjatuhkanputusan dalam perkara permohonanPengujian Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentangPerubahan atas Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 14 Tahun 1985 tentangMahkamah Agung dan Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2004tentang Komisi Yudisial terhadap UndangUndang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 yang diajukan oleh;1. Nama: Dominggus Maurits Luitnan, SH,

Pekerjaan: Advokat/PengacaraAlamat: Jl. Stasiun Sawah Besar No.1-2Jakarta Pusat;

2. Nama: H. Azi Ali Tjasa, SH,Pekerjaan: Advokat/PengacaraAlamat: Jl. Stasiun Sawah Besar No. 1-2Jakarta Pusat;

3. Nama: Toro Mendrofa, SH,Pekerjaan: Advokat/PengacaraAlamat: Jl. Stasiun Sawah Besar No. 1-2Jakarta Pusat.

selanjutnya disebut sebagai PARAPEMOHON;

Telah membaca surat permohonan paraPemohon;

Telah mendengar keterangan paraPemohon di persidangan;

Telah mendengar keterangan Pemerintahsecara lisan di dalam persidangan;

Telah membaca keterangan tertulisPemerintah, dan pihak terkait;

Telah membaca dan memeriksa bukti-bukti surat dari para Pemohon;

DUDUK PERKARA

dan seterusnya

PERTIMBANGAN HUKUMMenimbang bahwa maksud dan tujuan

KUTIPAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Nomor 017/PUU-III/2005 mengenai pengujian Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atasUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial terhadap Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945

permohonan para Pemohon adalahsebagaimana telah diuraikan di atas:

Menimbang bahwa sebelummempertimbangkan lebih jauh materipermohonan para Pemohon, MahkamahKonstitusi (selanjutnya disebut Mahkamah),terlebih dahulu akan mempertimbangkan hal-hal berikut:1. Apakah Mahkamah berwenang

memeriksa, mengadili, dan memutuspermohonan a quo;

2. Apakah para Pemohon memiliki kedudukanhukum (legal standing) untuk bertindakselaku para Pemohon dalam permohonana quo.Terhadap kedua permasalahan tersebut

di atas, Mahkamah akan memberikanpertimbangan sebagai berikut:

1. KEWENANGAN MAHKAMAHBahwa tentang kewenangan Mahkamah,

Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyatakanantara lain bahwa Mahkamah Konstitusiberwenang mengadili pada tingkat pertamadan terakhir yang putusannya bersifat finaldan mengikat untuk menguji undang-undangterhadap Undang-Undang Dasar. Haltersebut ditegaskan kembali dalam Pasal 10ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi(selanjutnya disebut UUMK);

Bahwa permohonan a quo adalahpermohonan pengujian Undang-undangNomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan AtasUndang-undang Nomor 14 Tahun 1985tentang Mahkamah Agung dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang KomisiYudisial, yang pasal-pasal tentangpengawasan dalam kedua undang-undangtersebut dianggap oleh para Pemohonbertentangan dengan UUD 1945, sehinggaoleh karenanya merupakan kewenanganMahkamah untuk memeriksa, mengadili danmemutus permohonan a quo berdasarkanPasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10ayat (1) huruf a UUMK.

2. KEDUDUKAN HUKUM (LEGALSTANDING) PARA PEMOHONMenimbang bahwa Pasal 51 ayat (1)

UUMK menyatakan, “Pemohon adalah pihakyang menganggap hak dan/atau kewenangankonstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya

undang-undang, yaitu:a. perorangan warganegara Indonesia;b. kesatuan masyarakat hukum adat

sepanjang masih hidup dan sesuai denganperkembangan masyarakat dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia yangdiatur dalam undang-undang;

c. badan hukum publik atau privat; ataud. lembaga negara”.

Dengan demikian agar seseorang atausuatu pihak dapat diterima sebagai Pemohondalam permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945, sebagaimanadalam perkara a quo, maka orang atau pihaktersebut terlebih dahulu harus menjelaskan:a. Kualifikasinya dalam permohonan a quo

sebagaimana disebut dalam Pasal 51 ayat(1) huruf a di atas;

b. Hak dan/atau kewenangankonstitusionalnya dalam kualifikasidimaksud yang dianggap telah dirugikanoleh berlakunya undang-undang yang diuji.Menimbang bahwa berdasarkan dua

ukuran yang telah disebut di atas, dalammenilai ada tidaknya kedudukan hukum (legalstanding) sebagai para Pemohon dalamperkara a quo, maka Mahkamah juga akanmemperhatikan syarat-syarat kerugiankonstitusional yang harus diuraikan denganjelas oleh para Pemohon, sebagaimana telahmenjadi yurisprudensi Mahkamah, yaitu:1. adanya hak konstitusional Pemohon yang

diberikan oleh UUD l945;2. bahwa hak konstitusional Pemohon

tersebut dianggap oleh Pemohon telahdirugikan oleh undang-undang yangdimohonkan pengujian;

3. bahwa kerugian konstitusional Pemohondimaksud bersifat spesifik (khusus) danaktual atau setidak-tidaknya bersifatpotensial yang menurut penalaran yangwajar dapat dipastikan akan terjadi;

4. adanya hubungan sebab-akibat (causalverband) antara kerugian dimaksud danberlakunya undang-undang yangdimohonkan untuk diuji;

5. adanya kemungkinan bahwa dengandikabulkannya permohonan Pemohonmaka kerugian konstitusional yangdidalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.Menimbang bahwa para Pemohon telah

menjelaskan kualif ikasinya sebagaiperorangan masing-masing selaku warga

PUTUSAN UU MA& KY

Page 66: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 200666

PUTUSAN UU MA& KY

negara Indonesia dan/atau selaku paraadvokat yang tergabung dalam “LembagaAdvokat/Pengacara Dominika”, telahdirugikan hak/kewenangan konstitusionalnyayang diatur dalam:a. Pasal 27 ayat (1) yang menentukan bahwa

segala warga negara bersamaankedudukannya di depan hukum danpemerintahan dan wajib menjunjung hukumdan pemerintahan itu dengan tidak adakecualinya;

b. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yangmenentukan bahwa setiap orang berhakatas pengakuan, jaminan, perlindungandan kepastian hukum yang adil sertaperlakuan yang sama di hadapan hukum;

c. Pasal 24B ayat (1) UUD 1945 yangmenentukan bahwa Komisi Yudisial bersifatmandiri yang berwenang mengusulkanhakim agung dan wewenang lain dalamrangka menjaga dan menegakkankehormatan, keluhuran martabat sertaperilaku hakim, yang dijabarkan dalamPasal 11 ayat (1), Pasal 12 ayat (1) dan(2), Pasal 13 ayat (1), Pasal 32 ayat (2)Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004,serta Pasal 21, Pasal 22 ayat (1) huruf edan Pasal 23 ayat (3), (4), (5), dan (6)Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004.Masing-masing ketentuan undang-undangitu telah menyebabkan pengawasan danpenindakan terhadap hakim yangseharusnya menurut UUD 1945 dilakukanKomisi Yudisial, tidak ada artinya dan tidakefektif karena Komisi Yudisial menjadi tidakmandiri dan tergantung pada kebijakan/kehendak Ketua Mahkamah Agung. Haltersebut secara konkret, mempunyaihubungan sebab-akibat dengan kerugianhak konstitusional para Pemohon, karenaoknum hakim yang dilaporkan melakukankejahatan tidak diambil tindakan oleh KetuaMahkamah Agung, justru dilindungi dengancara mengeluarkan Surat EdaranMahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2002yang melarang oknum hakim, panitera, danjuru sita untuk memenuhi panggilanpenyidik untuk diperiksa, hal manamerupakan wujud diskriminasi hukum yangmerampas hak para Pemohon danbertentangan dengan Pasal 27 ayat (1),Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 24B ayat (1)UUD 1945.Menimbang bahwa terhadap dalil-dalil

para Pemohon tersebut, Mahkamahberpendapat sebagai berikut:1. bahwa apa yang didalilkan para Pemohon

tentang hak konstitusional yang disebutdalam Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat(1) UUD 1945, menurut Mahkamahtidaklah merupakan hak konstitusionalyang berkaitan dengan undang-undangyang dimohon untuk diuji, karena Pasal 27ayat (1) adalah menyangkut hak warganegara dan penduduk yang mempunyaihak yang sama di depan hukum danpemerintahan serta tidak diperkenankanadanya perlakuan yang diskriminatif atashak dalam hukum dan pemerintahantersebut. Argumen yang diajukan paraPemohon tentang adanya Surat EdaranMahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2002,yang tidak memperkenankan Hakim,

Panitera, dan Jurusita untuk memenuhipanggilan penyidik atas perkara yangsedang ditanganinya, sama sekali tidakmenyangkut satu hak konstitusional yangdirugikan dengan berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 sepanjangmengenai pasal-pasal yang dimohonkanuntuk diuji, yang keseluruhannya adalahmenyangkut pengawasan terhadap hakim,yang dilakukan baik oleh Mahkamah Agungatau oleh Komisi Yudisial;

2. bahwa kemandirian Komisi Yudisial dalammelakukan wewenangnya yang ditentukandalam Pasal 24B ayat (1) UUD 1945, yangoleh Para Pemohon didalilkan telahdijabarkan oleh pasal-pasal dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 danUndang-undang Nomor 5 Tahun 2004tentang Perubahan Atas Undang-undangNomor 14 Tahun 1985 tentang MahkamahAgung secara bertentangan dengan UUD1945, Mahkamah memandang bahwadalam hal tersebut para Pemohon tidakdirugikan hak konstitusionalnya, karenahak konstitusional tersebut tidakmenyangkut para Pemohon, melainkanmenyangkut pihak lain, sehingga paraPemohon tidak dapat mendasarkan diripada Pasal 24B ayat (1) Undang UndangDasar 1945 sebagai landasan untukmengkonstruksikan adanya hakkonstitusional para Pemohon yangdirugikan, baik secara aktual maupunpotensial, yang timbul dalam hubungansebab-akibat (causal verband) denganberlakunya Undang-undang Nomor 5Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 22Tahun 2004.Menimbang bahwa dengan alasan dan

pertimbangan yang demikian, makaMahkamah berpendapat bahwa paraPemohon tidak memiliki kedudukan hukum( legal standing) untuk mengajukanpermohonan a quo.

Dalam pada itu seorang Hakim Konstitusiberpendirian bahwa para Pemohon memilikilegal standing dengan alasan bahwakepentingan konstitusional yang timbulberdasar Pasal 24B UUD 1945 memang tidakmenyangkut para Pemohon, akan tetapiterdapat hak konstitusional yang timbulsecara derivatif dari adanya Pasal 28D ayat(1) yang secara tegas didalilkan, dan pasal-pasal lainnya dalam Bab XA UUD 1945meskipun secara tegas tidak didalilkan, yangmenyangkut hak asasi, terutama jikadikaitkan dengan Pasal 1 ayat (3) danPembukaan UUD 1945. Hak konstitusionalsecara derivatif itu meliputi hak setiap oranguntuk memperoleh perlindungan yang adilmelalui satu peradilan yang bebas, mandiri,bersih, dan berwibawa berdasarkan hukumdan keadilan (fair trial, due process of law,and justice for all).

Menimbang bahwa terlepas dari adanyaperbedaan pendapat di atas, tanpa harusmempertimbangkan lebih lanjut pokokperkara, telah cukup alasan bagi Mahkamahuntuk menyatakan bahwa permohonan paraPemohon tidak dapat diterima (nietontvankelijk verklaard).

Mengingat Pasal 56 ayat (1) Undang-

undang Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi;

MENGADILI

Menyatakan permohonan para Pemohontidak dapat diterima (niet ontvankelijkverklaard).

Demikian diputuskan dalam RapatPermusyawaratan Hakim yang dihadiri oleh9 (sembilan) Hakim Konstitusi pada hari Rabutanggal 4 Januari 2006 dan diucapkan dalamSidang Pleno Mahkamah Konstitusi yangterbuka untuk umum pada hari ini Jumat, 6Januari 2006, oleh kami Prof. Dr. JimlyAsshiddiqie, S.H., selaku Ketua merangkapAnggota, Prof. Dr. H. M. Laica Marzuki, S.H.,Prof. H.A.S. Natabaya, S.H., LL.M., Prof. H.A.Mukthie Fadjar, S.H., M.S., H. AchmadRoestandi, S.H., Dr. Harjono, S.H., M.C.L., IDewa Gede Palguna, S.H., M.H., MaruararSiahaan, S.H., dan Soedarsono, S.H.,masing-masing sebagai Anggota, dengandibantu oleh Fadzlun Budi S.N, S.H.,M.Hum. sebagai Panitera Pengganti, sertadihadiri oleh para Pemohon/Kuasanya,Pemerintah, dan Dewan Perwakilan Rakyatatau yang mewakili, serta Pihak Terkait dariKomisi Yudisial.

KETUA,Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie S.H.

Anggota,Prof. Dr. H. M Laica Marzuki, S.H.Prof. H.A.S Natabaya. S.H. LL.M.

Prof. H. Abdul Mukthie Fadjar, S.H. M.S.H. Achmad Roestandi, S.H.

Dr. Harjono, S.H., M.C.L.Dewa Gede Palguna, S.H., M.H.

Maruarar Siahaan, S.H.Soedarsono, S.H.

PANITERA PENGGANTIFadzlun Budi S.N., S.H., M.Hum

Putusan selengkapnya dapat dilihat dalamsitus www.mahkamahkonstitusi.go.id ataudapat diperoleh secara cuma-cuma diKepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jl.Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat,Telp. (021) 3521073, 3520787.

Untuk Salinan Putusan ini sah dan sesuaidengan aslinya diumumkan kepadamasyarakat berdasarkan Pasal 14 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Jakarta, 25 Januari 2006Panitera.

Page 67: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan

KONSTITUSI No. 14, Januari - Februari 2006 67

KETETAPAN SKLN

KETETAPAN MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Nomor 025/SKLN-III/2005 mengenai Sengketa Kewenangan Lembaga Negara

KETETAPANNomor 025/SKLN-III/2005

DEMI KEADILAN BERDASARKANKETUHANAN YANG MAHA ESA

KETUA MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Membaca:1. Surat permohonan dari SJACHROEDIN,

Z.P (Gubernur Lampung), bertanggal 21Desember 2005, beralamat di Jalan W.R.Monginsidi No. 69, Teluk Betung, BandarLampung, dalam hal ini memberikan kuasakepada SYAIFULLAH SESUNAN, S.H.,M.H.; DEDDY AMARULLAH, S.E., S.H.;YUDHI ALFADRI, S.H.; DEKRISON, S.H.,M.H.; BRIERLY NAPITUPULU, S.H., M.H.,bertindak untuk dan atas namaSJACHROEDIN, Z.P. (Gubernur Lampung),berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor183.1/2548/02/2005 bertanggal 22November 2005, yang terdaftar diKepaniteraan Mahkamah KonstitusiRepublik Indonsia dengan registrasi Nomor025/SKLN-III/2005 bertanggal 21 Desember2005 dalam perkara Sengketa KewenanganLembaga Negara;Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON;Terhadap DEWAN PERWAKILAN RAKYATDAERAH PROVINSI LAMPUNG.Selanjutnya disebut sebagai TERMOHON;

2. Ketetapan Ketua Mahkamah KonstitusiRepublik Indonesia Nomor 025/TAP.MK/2005 bertanggal 22 Desember 2005,tentang Penunjukan Panel Hakim;

3. Ketetapan Ketua Panel Hakim MahkamahKonstitusi Republik Indonesia Nomor 025/SKLN-III/2005 bertanggal 22 Desember2005 tentang Hari Sidang Pertama untukPemeriksaan Pendahuluan;

4. Surat permohonan dari SYAIFULLAHSESUNAN, S.H., M.H.; DEDDYAMARULLAH, S.E., S.H.; YUDHIALFADRI, S.H.; DEKRISON, S.H., M.H.,dan BRIERLY NAPITUPULU, S.H., M.H.,selaku kuasa hukum Pemohon, bertanggal26 Desember 2005 perihal penarikankembali permohonan perkara Nomor 025/SKLN-III/2005, yang pada pokoknyamenyatakan Pemohon menarik kembalipermohonan a quo, dengan alasan yangmenurut Pemohon, “kondisi terakhir diProvinsi Lampung yang kelihatannyacenderung membaik”;

Menimbang:1. Bahwa perkara Nomor 025/SKLN-III/2005 a

quo telah diregistrasi di KepaniteraanMahkamah Konstitusi dan telah ditetapkanPanel Hakim dan hari sidang;

2. Bahwa berdasarkan hasil Rapat PlenoHakim, penarikan kembali permohonan aquo perlu dikonfirmasi kepada Pemohondalam Sidang Panel;

3. Bahwa Pemohon pada persidangan tanggal5 Januari 2006 telah menerangkan bahwapenarikan kembali permohonan dimaksuddalam surat Pemohon bertanggal 26Desember 2005 benar adanya;

4. Bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimanatelah diuraikan di atas, MahkamahKonstitusi berpendapat bahwa penarikankembali permohonan Pemohon a quo tidakbertentangan dengan undang-undang, olehkarenanya permohonan Pemohon tersebutharus dikabulkan;

Mengingat:Pasal 35 Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 24 Tahun 2003 tentang MahkamahKonstitusi;

MENETAPKAN

- Mengabulkan permohonan Pemohon untukmenarik kembali permohonan;

- Menyatakan perkara Nomor 025/SKLN-III/2005 tentang Sengketa KewenanganLembaga Negara antara Gubernur Lampungdengan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahProvinsi Lampung, ditarik kembali;

- Menyatakan permohonan Pemohon a quo,tidak dapat diajukan kembali;

- Memerintahkan kepada Panitera untukmencatat penarikan kembali perkara Nomor025/SKLN-III/2005 a quo dalam BukuRegistrasi Perkara Konstitusi;

Ditetapkan di: Jakarta.Pada tanggal: 5 Januari 2006.

KETUA,Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H.

Kartun BANG EMKA

Page 68: Akhir Perselisihan Pilkada Depok - … satu contoh data yang dimuat ... khusus untuk menangani pembuatan soal ... tahapan tes CPNS MKRI berikut-nya adalah tes toefl yang akan dilaksanakan