air sbg komponen tumbuhan
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1 Teori
Molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh karena itu
terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang
lain. Pada keadaan seimbang hasil akhir dari pergerakan molekul-molekul di dalam
suatu medium ini tidak akan menimbulkan efek apapun. Akan tetapi bila keadaan
tidak seimbang atau lebih banyak molekul akan bergerak ke satu arah dan sebaliknya
akan menimbulkan difusi, atau dengan kata lain difusi merupakan pergerakan
molekul sejenis dari daerah konsentrasi timggi ke konsentrasi rendah (Bidwell,
1979).
Pergerakan air sebagai fenomena aliran massa sudah sangat dikenal, misalnya
pada system pipa air minum. Tapi di lingkungan sekitar kita, sejumlah besar air
bergerak dengan cara difusi yang tidak dapat kita lihat, aliran massa bisa terjadi
akibat aliran tekanan yang timbul dari peristiwa difusi (Salisbury, 1995).
Difusi merupakan proses fisika, yang prosesnya dapat terjadi setiap hari di
alam maupun di dalam kehidupan tumbuhan ataupun organisme lain. Difusi terjadi
sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu perbedaan terjadi apabila
terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan lain. Selain perbedaan
konsentrasi, perbedaan dalam sifat juga dapat menyebabkan difusi. Proses pertukaran
gas dalam tumbuhan yang terjadi pada daun adalah suatu contoh proses difusi.
Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk ke dalam rongga antar sel pada
mesofil daun, yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis (Tim Fisiologi
Tumbuhan, 2011).
Definit tekanan difusi adalah perbedaan difusi antara larutan dengan pelarut
murni pada tekanan yang sama. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tekanan
osmosa dan tekanan turgor. Misalnya kentang yang berisi larutan gula dimasukkan
ke dalam bejana yang berisi air murni (dalam hal ini kentangnya harus bersifat
simepermeabel). Sebelum terjadi difusi dari air ke dalam kentang, gula dimasukkan
ke dalam bejana, maka DTD di dalam kentang dan demikian pula dengan tekanan
osmosanya. Sedangkan tekanan turgornya adalah serendah-rendahnya atau nol.
Dengan masuknya air dalam kentang maka tekanan osmotiknya menurun, sehingga
DTDnya menurun dan tekanan turgornya naik (Dwijoseputro, 1985).
Difusi dapat terjadi karena gerakan acak kontinu yang mejadi ciri khas semua
molekul yang tidak terikat pada suatu zat padat. Tiap molekul bergerak secara lurus
sampai ia bertabrakan dengan molekul lainnya. Pada setiap tabrakan, molekul yang
terpental dan melaju ke arah lain, inilah yang menyebabkan gerakan acak pada
molekul tersebut (Kimball, 1996).
Difusi terjadi akibat adanya selisih antara gradien konsentrasi. Konsentrasi
adalah banyaknya zat atau partikel dalam suatu volume. Selisih atau gradien dapat
terjadi karena ada perubahan yang bertahap dari volume suatu ruang ke volume
ruang yang lainnya (Kimball, 1996).
Adapun yang mempengaruhi laju difusi adalah konsentrasi atau kepekatan
larutan. Makin besar konsentrasinya, maka cepat terjadinya difusi. Apabila
konsentrasi kecil maka difusi akan berlangsung lambat. Selain itu, apabila suhu
rendah gerakan difusi akan bergerak ke arah panas. Jika suhu tinggi maka difusi
bergerak ke arah dingin (Salisbury, 1995).
Banyak lalulintas melintasi membran terjadi dengan cara difusi. Apabila
suatu substansi lebih tinggi konsentrasinya pada suatu sisimembran daripada sisi lain,
substansi tersebut cenderung berdifusi melintasi membran menuruni gradien
konsentrasinya (dengan menganggap bahwa membran tersebut permeabel terhadap
substansi yang dimaksud). Satu contoh penting adalah penyerapan oksigen oleh seal
yang melakukan respirasi seluler. Oksigen terlarut berdifusi ke dalam sel melintasi
membran plasmanya. Selama respirasi seluler mengkonsumsi oksigen yang masuk,
difusi ke dalam sel akan berlanjut, karena gradien konsentrasi akan mendukung
pergerakan molekul ke arah tersebut (Campbell, 2002).
Secara teoritis, cairan tetap akan memasuki sel jika konsentrasi antara cairan
molekul cairan sel, baik di dalam maupun di luar sel merupakan penentu. Ketika
tekanan turgor sel mencapai puncak dan tekanan dari dinding sel terhadap isi sel
akan mengakibatkan terhentinya pemasukan air. Walaupun begitu, setelah tekanan
turgor menurun, molekul air akan berdifusi dengan sangat cepat melalui kedua sisi
membran. Difusi dari air melalui meambran permeabel yang berbeda ini dikenal
dengan osmosis dan tekanan berkembang dari tekanan osmosis (Gelston, 1961).
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan
kerja dibandingkan dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan
atmosfer dan pada suhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena
air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau tekanan
pada larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja (potensial air
larutan) juga meningkat (Salisbury, 1995).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air yang menggambarkan
kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi (Tim Fisiologi Tumbuhan,
2011).
Ketika selaput semipermeabel memisahkan air murni dari larutan, hanya air
yang bisa masuk lewat pori dan larutan akan keluar. Difusi air terjadi karena
perbedaan potensial kimia. Menciptakan penekanan yang menghasilkan adanya
aliran massa di sepanjang pori selaput tersebut (Wilkins, 1984).
Menurut Didik Indradewa cit Ayyas (2009) komponen-komponen potensial
air (Ψw) sel atau jaringan adalah Potensial solut (Ψs), potensial tekanan (Ψp), dan
potensial matriks (Ψm). Hubungan antara kompenen tersebut dapat dilihat pada
rumus:
Ψw = Ψs + Ψp + Ψm
dimana :
Ψw = potensial air suatu sel tumbuhan
Ψs = potensial solut
Ψp = potensial tekanan
Ψm = potensial matriks
Jika kita analisa dari rumus tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk mencari
potensial air sangat tergantung dengan ada/tidak komponen-komponen tersebut serta
keterkaitan setiap komponen yang ada di dalamnya. Jadi, kita harus mencari sumber
komponen-komponen itu terlebih dahulu. Sumber komponen penyusun potensial air
dapat kita cari jika kita memahami mekanisme pergerakan air. Pergerakan air
memiliki mekanisme tersendiri. Terdapat lima mekanisme utama yang
menggerakkan air dari suatu tempat ke tempat lain, yaitu melalui proses: difusi,
osmosis, tekanan kapiler, tekanan hidrostatik, dan gravitasi (Anonymous cit Ayyas,
2009).
Penentuan potensial air sudah sejak lama dikenal oleh V.S Chardakov yang
berasal dari Rusia. Metode ini masih tetap digunakan dan dibahas orang karena
dianggap relatif mudah, sederhana, murah dan relatif cepat untuk mengestiminasi
nilai potensial air. Prinsipnya terletak pada pertumbuhan densitas dari larutan yang
diketahui tingkat kepekatannya. Larutan yang sering digunakan dalam
mengestiminasi potensial aior adalah larutan sukrosa (C12H22O11), sampel yang
dimasukkan kedalam seri larutan akan kehilangan atau menyerap air secara osmosis.
Jika densitas larutan tidak berubah, berarti potensial air sampel yang diuji sama
dengan larutan tersebut. Penggunaan zat warna seperti methyl blu atau methyl orange
yang dimaksudkan untuk memudahkan pengamatan terhadap geakan larutan yang
diuji bila dimasukkan ke dalam larutan control (Malik cit Ayyas, 2009).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukan praktikum “Air sebagai Komponen Tumbuhan” adalah
untuk melihat peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis,
menghitung tekanan osmosis cairan sel, dan untuk mengetahui cara mengukur
potensial air jaringan dengan metode chardakov.
II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Air sebagai Komponen Tumbuhan dilaksanakan pada hari Rabu 9 Maret
2011 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
2.2 Alat dan Bahan.
Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah pisau silet, tabung reaksi, pinset,
objek glass, cover glass, mikroskop, pipet tetes, pengebor gabus. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah daun Rhoe discolor yang masih segar, larutan sukrosa dengan
konsentrasi: 0,24:0,22:0,20:0,18:0,16:0,14:0,12:0,10 M. umbi Daucus carota, larutan
sukrosa 0,1:0,2:0,3:0,4:0,5:0,6 M, methylene blue, sukrosa 1M dan NaCl 1M.
2.3 Cara kerja
a. Plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis
Epidermis bawah daun Rhoe Discolor yang masih segar dipotong melintang,
usahakan setipis mungkin, potongan tersebut diletakkan pada objek glass dan ditetesi
2–3 tetes air, setelah ditutup dengan cover glass diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran rendah. Hitung jumlah sel utuh yang bewarna merah keunguan (pigmen
antosianin). Kemudian ditambahkan 2-3 tetes sukrosa 1M pada tepi cover glass
melalui salah satu sisinya, lalu serap dengan kertas tissue di tepi cover glass yang
berlawanan, agar air dibawah cover glass tergantikan oleh sukrosa. Amati dan hitung
jumlah sel yang terplasmolisis dengan pemberian larutan sukrosa, catat waktu sampai
terjadi plasmolisis sempurna pada satu sel epidermis. Setelah selesai plasmolisis,
teteskan kembali air ke tepi cover glass dan serap dengan tissue pada tepi lainnya.
Pemberian air untuk mengamati peristiwa deplasmolisis. Amati dan hitung jumlah
sel yang terdeplasmolisis, catat waktu untuk deplasmolisis sempurna pada satu sel
epidermis.
b. Tekanan osmosis cairan sel
Siapkan 8 buah tabung reaksi dan kemudian di isi masing-masing dengan larutan
sukrosa kedalam tabung kira–kira 1/3 bagian (10 ml). selanjutnya, epidermis bawah
Rhoe discolor disayat tipis, setelah didapatkan sel yang representatif, hitung jumlah
sel yang berwarna merah keunguan dibawah mikroskop. Lalu, masukkan sayatan
kedalam tabung reaksi yang sudah berisi larutan sukrosa, catat waktu awal
dimasukkan, biarkan selama 30 menit, setelah 30 menit periksa dibawah mikroskop
jumlah sel yang tersisa hasil plasmolisis. Tandai larutan dengan konsentrasi yang
menyebabkan terjadinya insipient plasmolisis. Sel pada keadaan insipient plasmolisis
memiliki potensial osmitik sama dengan potensial osmotik larutan yang digunakan
lalu tentukan potensial osmotik sel pada insipien plasmolisis.
c. Mengukur potensial air dengan metode Chardakov
Siapkan 6 buah tabung reaksi, lalu masing-masing diisi dengan larutan sukrosa
sebanyak 10 ml kemudian potongan umbi dari tamanan wortel (Daucuss carota L.)
yang akan diukur potensial airnya dibuat dengan pengebor gabus dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing 10 potongan jaringan berukuran 2mm, kemudian
ditutup dengan aluminium foil dan biarkan selama 80 menit. Setiap 20 menit tabung
reaksi digoyang perlahan–lahan untuk mempercepat terjadinya kesetimbangan.
Setelah 80 menit potongan umbi dikeluarkan dengan mengunakan pinset lalu larutan
sisa diberi metilen blue dengan mengunakan pipet tetes dan pergerakan larutan
tersebut diamati. Apabila larutan pengetes jatuh kedasar larutan berarti larutan sisa
telah menjadi encer, apabila larutan pengetes dipantulkan lagi keatas berarti larutan
sisa telah menjadi pekat jika larutan pengetes melayang berarti larutan tersebut tidak
mengalami perubahan.
2.4 Parameter Pengamatan
a. Mengetahui perubahan jumlah sel disebabkan peristiwa plasmolisis dan
deplasmolisis sel.
b. Sel pada keadaan insipient plasmolisis memiliki potensial osmotic sama dengan
ptensial osmotic larutan, sehingga bisa dihitung potensial osmotic cairan sel.
c. Potensial air jaringan dapat diukur dengan metode Chardakov.
III. HASIL DAN PEMBAHASA
3.1 Hasil
Dari hasil pengamatan pada praktikum Air sebagai Komponen Tumbuhan didapatkan
hasil sebagai berikut :
a). Plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis
Awal Plasmolisis Deplasmolisis
Tabel 1. Pengamatan plasmolisis dan deplasmolisis
Perlakuan Deskripsi pengamatan sel Waktu plasmolisis-deplasmolisis
Air Destilata Sel berjumlah 165 buah - Sukrosa 1M Sel berjumlah 75 buah Plasmolisis 1 menit dan
deplasmolisis 7 menit.Na Cl 1M Sel berjumlah 55 buah Plasmolisis 2 menit
b). Penentuan tekanan osmosik cairan sel
Tabel 2. Pengamatan tekanan osmotik cairan sel epidermis Rhoe discolor
Larutan Sukrosa pada 20oCPersentase Plasmolisis (%)
Molaritas (M) Potensial Osmotik (atm)0,24 -6,4 90,80,22 -5,9 91,50,20 -5,3 1000,18 -4,7 1000,16 -4,2 1000,14 -3,7 360,12 -3,2 1000,10 -2,6 53,3
c. Menghitung Potensial air
Perendaman umbi wortel 80 menit Setelah ditetesi methylene blue
Tabel 3. Pengamatan pontensial air jaringan umbi Daucus carota
No Tabung Reaksi
Konsentrasi SukrosaPotensial Osmotik pada 20oC (atm)
Arah pergerakan larutan uji
1 0,1 -2,6 Memantul2 0,2 -5,3 Tenggelam3 0,3 -8,1 Melayang4 0,4 -11,1 Tenggelam5 0,5 -14,3 Tenggelam6 0,6 -14,7 Memantul
3.2 Pembahasan
a. Plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada percobaan 1 jumlah sel
berwarna 165 sel. kemudian setelah ditambahkan sukrosa, jumlah selnya menjadi 75
sel. Pada pengamatan awal, sel belum terplasmolisis. Setelah diberi larutan sukrosa,
barulah sel terplasmolisis. Dinding selnya berkerut dan terlihat batasan antara
membran sel dengan dinding sel. Larutan sukrosa dapat menyebabkan sel
terplasmolisis karena potensial air pada sel lebih tinggi daripada di luar sel, sehingga
cairan di dalam sel berdifusi ke luar sel. Akibatnya, terjadi penurunan volume sel dan
sel dinding sel tampaknya berkerut. Menurut Salisbury dan Ross (1995),
Terlepasnya protoplas dari dinding sel disebabkan oleh penyusutan atau pengurangan
volume, karena cairan di dalam protoplas sudah menjadi lebih pekat dan karenanya
berpotensial osmotik lebih negatif.
Setelah sukrosa diserap dari cover glass dan sel diberi air, sel kembali
mengembang. Cairan di luar sel masuk ke dalam sel sehingga terjadi penambahan
volume sel. Jadi cairan di dalam protoplas sudah menjadi lebih encer. Kejadian ini
disebut dengan deplasmolisis. Waktu yang dibutuhkan sel ini untuk deplasmolisis
yaitu 7 menit.
Pada percobaan 2 yaitu tekanan osmosis cairan sel, hanya didapatkan 1 sel
yang tidak terplasmolisis lebih sama 50 % yaitu pada konsentrasi 0,14 M dengan
potensial osmosik -3,7 atm dan persentase plasmolisisnya 36%.
Para ahli fisiologi tumbuhan menganggap bahwa plasmolisis insipien terjadi
pada jaringan yang separuh jumlah selnya baru saja mulai mengalami plasmolisis
(protoplas baru mulai terlepas dari dinding sel), berarti tekanan di dalamnya sama
dengan nol. Jika anggapan itu benar, maka potensial osmotik larutan penyebab
plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel, sesudah
kesetimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury, 1995).
Dari hasil percobaan di atas, praktikan mendapatkan keadaan hanya ada satu
yang tidak demikian, artinya potensial osmotik di dalam sel dan di luar pada sel tsb
tidak tercapai kesetimbangan.
Menurut Dwijoseputro (1995), jika defisit tekanan di dalam sel (difusi) lebih
rendah daripada larutan defisit tekanan difusi di sekitarnya, maka air akan
meninggalkan sel itu sampai tekanan defisit itu terletak di luar dan di dalam sel sama.
Tidak tercapainya sel pada keadaan insipien plasmolisis dengan tepat benar
ini disebabkan karena pada waktu pelaksanaan percobaan, praktikan melakukan
prosedur yang salah. Praktikan tidak menghitung jumlah sel terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam larutan sukrosa. Setelah diberitahu asisten, jaringan yang telah
dimasukkan ke dalam larutan sukrosa diangkat kembali dan dilihat di bawah
mikroskop, barulah disini sel dihitung. Selain itu, pada waktu memasukkan jaringan,
waktunya tidak bersamaan. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M jaringan
dimasukkan terlebih dahulu tanpa menunggu jaringan lain. Jaringan ini tidak diambil
kembali karena waktu yang digunakan terbatas.
Pada percobaan 3 didapatkan bahwa setelah ditetesi larutan penguji hanya
larutan sisa perendaman sampel dengan konsentrasi 0,2 M yang dipantulkan,
selebihnya larutan penguji jatuh untuk konsentrasi 0,1 M, 0,3 M, 0,4 M, 0,5 M, 0,6
M. Dari sini dapat dilihat pada tetesan yang dipantulkan, hal ini berarti larutan
perendaman jaringan menjadi lebih pekat, menandakan jaringan telah menyerap air.
Osmosis terjadi dari larutan ke dalam jaringan. Dalam hal ini, jaringan mempunyai
potensial air yang lebih rendah (lebih negatif) dari larutan awal.
Sedangkan untuk hasil tetesan yang jatuh (tenggelam), larutan telah menjadi
kurang pekat, berarti larutan telah menyerap air dari jaringan. Osmosis terjadi dari
jaringan ke dalam larutan.
Jika di satu sisi membran ada larutan dan di sisi lainnya ada larutan lain yang
berbeda konsentrasinya, maka osmosis akan berlangsung. Larutan yang lebih pekat
mempunyai potensial air yang lebih rendah (lebih negatif), jadi air akan berdifusi ke
daerahnya dari larutan aka larutan mempunyai potensial air lebih rendah daripada
jaringan awal. lain sampai tekanannya naik ke suatu titik, yaitu sampai potensial
airnya sama dengan potensial-air larutan yang kurang pekat. Hal ini mungkin terjadi
bila keduanya mempunyai wadah. Jika difusi berlangsung menuju larutan yang tidak
berwadah, maka pergerakan ini akan terus berlangsung sampai larutan yang lebih
pekat diencerkan, yaitu sampai potensial airnya sama dengan potensial air larutan di
sisi lain membran. Pada saat itu, kedua larutan mempunyai potensial air bernilai
negatif yang sama. Kesetimbangan pun tercapai (Salisbury, 1995).
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil tetesan yang melayang
(mengambang) pada konsentrasi 0,3 M, ini berarti tercapai kesetimbangan. Menurut
Salisbury dan Ross (1995), jika tetesan langsung berdifusi ke dalam larutan tanpa
naik atau tenggelam, maka tidak terjadi perubahan konsentrasi, potensial air larutan
sama dengan potensial jaringan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan hasil yang didapat, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sel akan mengalami plasmolisis jika diletakkan pada larutan yang hipertonik
(sukrosa) karena cairan sel akan berdifusi ke luar sel. Sel akan kehilangan air
sehingga dinding sel berkerut.
2. Sel akan kembali ke bentuk semula jika di tempatkan pada larutan hipotonik
(air). Karena air akan masuk ke dalam sel dan mengakibatkan sel kembali ke
bentuk semula.
3. Sel yang mengalami insipien plasmolisis (50% atau lebih selnya terplasmolisis)
yaitu pada semua konsentrasi kecuali pada konsentrasi 0,14 M didapatkan hasil
sebanyak 36 % dengan potensial osmotiknya yaitu -3,7 atm.
4. Larutan pengetes (methylen blue) akan menjadi memantul ketika dimasukkan
kedalam larutan jaringan apabila potensial air jaringan lebih rendah/lebih negatif
dari pada larutan awalnya dan sebaliknya. Sementara larutan pengetes akan
melayang apabila sama antara potensial air jaringan dengan larutan awalnya.
4.2 Saran
Adapun hal-hal yang perlu dievaluasi dalam praktikum kali ini adalah: agar praktikan
lebih teliti dalam pengamatan dan menguasai konsep percobaan yang dilakukan.
Pada percobaan pertama perlu ketelitian dalam menghitung sel yang utuh,
terplasmolisis, dan deplasmolisis. Perhatikan dan focus pada satu sel saat mengamati
peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis ini. Pada percobaan kedua juga harus cermat
dalam menghitung jumlah sel awal dan sel yang terplasmolisis.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ayyas, Fatih. 2009. Air sebagai Komponen Tumbuhan. http://bingkairumahku.blogspot.com/2009/03/laporan-praktikum-air-komponen-tumbuhan.html diakses 13 Maret 2011
Bidwell, R.G.S. 1979. Plant Physiology Second Edition. Max Million Publiching. New York
Campbell dan Reece. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Campbell, G.S. 1977. An Introduction to Environtment Biophysic. Springer Verlag. Berlin
Dwijoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Gelston, A. 1961. The Life of Green Plant. Prentice Hall. New Jessey.
Kimball, J.W. 1996. Biologi Jilid I. Erlangga. Jakarta
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB. Bandung
Tim Fisiologi Tumbuhan. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Universitas Andalas. Padang
Wilkins, M. 1984. Advanced Plant Physiology. British Pittman Press. London
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
AIR SEBAGAI KOMPONEN TUMBUHAN
NAMA : MELINDA PURNAMASARI
BP : 0910422035
KELOMPOK : IV
REKAN KERJA : - HARI MARTA SAPUTRA 0910421003
- HADI KURNIAWAN 0910422037
- MISREN AHYUNI 0910422053
- DEA RAHAYU 0910422067
- MIRA ROSNAWTA 0910421017
- RANNY 0910422113
- VEVI KURNIATI 06933031
ASISTEN : FISKA ZOLA SARI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2011