agus sri antana
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI LARI 100M MELALUI LATIHAN
AKSELERASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PENGKOL 01 KECAMATAN
NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Agus Sri Antana
SD Negeri Pengkol 01-Nguter-Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi olahraga dengan latihan akselerasi
terhadap prestasi lari 100 meter. Disamping itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sejak dini
peningkatan prestasi lari 100 meter. Populasi adalah siswa Kelas V SD Negeri Pengkol 01 Nguter Kabupaten
Sukoharjo tahun 2011/2012, sejumlah 30 siswa. Sampel diambil dengan teknik randomizet control group design
dengan 30 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan sport skill tes lari 100 meter dari Larson dan Jurcom.
Berdasarkan analisa data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan. Selanjutnya dapat disimpulkan sebagai
berikut :(1)Metode akselerasi berpengaruh dalam peningkatan prestasi lari 100 meter pada siswa SD Negeri
Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dengan hasil tes awal 12% dari 30 anak, hasil terbaik 12,20
detik, dengan kategori tuntas. (2) Metode akselerasi berpengaruh dalam peningkatan prestasi lari 100 meter pada
siswa kelas V SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dengan hasil tes siklus I dari 30 anak
terdapat peningkatan 33 % dari hasil tes awal sebesar 12% , hasil terbaik diraih ananda Priyino dengan waktu 12,16
detik dengan kategori tuntas.(3) Metode akselerasi sangat berpengaruh pada peningkatan prestasi olahraga atletik
lari 100 M terjadi pada pembelajaran siklus ke II dengan peningkatan yang signifikan dari hasil tes awal 12%
miningkat 33% dan dari 30 anak yang termasuk tuntas 25 anak dari batas KKM 12.60 detik waktu yng
ditentukan. (4) Pengaruh latihan akselerasi baik untuk peningkatan lari 100 meter bagi para pemula. dilihat dari
hasil % dari waktu tempuh selama latihan berlangsung dalam batas KKM waktu 12.60 detik yang telah
ditentukan.
Kata Kunci : Latihan Akselerasi, Lari 100 M
Latar Belakang Masalah
Prestasi olahraga cenderung akan lebih meningkat dimasa-masa yang akan dating, seperti
halnya peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih
dan modern. Penemuan dibidang olahraga melalui latihan dari hasil penelian, sehingga sangat
mempengaruhi peningkatan prestasi, tidak kalah hanya olahraga dapat menjalin serta
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, dan didalam olahraga itu sendiri masih
dibagi lagi jenis nomor masing-masing diantaranya yaitu Ateleik, senam, renang, beladiri dan
olahraga permainan masing-masing cabang tersebut masih dibagi nomor dan menurut (Sukiyo,
1998: 34) tujuan yang ingin dicapai dalam olahraga dapat dibedakan menjadi: 1). Olahraga
pendidikan 2). Olahraga Prestasi 3).Oahraga Rekreasi 4), Olahraga Rehabilitasi, Olahraga yang
tujuannya untuk usaha-usaha Rehabilitasi.
Gerakan-gerakan yang ada pada cabang atletik. Nomor atletik menurut (Soegito,1992: 1)
terdiri : nomor lompatan, nomor jalan atau lari, nomor lempar , didalam hal ini yang akan diteliti
aalah nomor lari khususnya pada lari 100 meter. Aktivitas lari yang digunakan atau dilakukan
secara terprogram dengan beban kerja tertentu akan menghasilkan daya tahan aerobic atau
anaerobic. Daya tahan aerobic dan anaerobic ini merupakan salah satu unsure yang ibutuhkan
untuk meningkatkan prestasi di setiap cabang olahraga, termasuk pada cabang tletik khusunya
nomor lari 100 meter.
Nomor lari dalam cabang atletik sangat banyak dari nomor lari jarak pendek (100 meter. 200
meter, 400 meter) lari jarak menengah (800 meter), sampai dengan 1.500 meter). Lari jarak jauh
(3000 meter, 5000 meter, 10000 meter). Termasuk pada lari marathon (42,195 km). Atelit yang
menekui olahraga tertentu yang sesuai dengan cabang yang ditekuni, pelari jarak pendek ia akan
sulit berprestasi pada nomor lari jarak menengah atau lari jarak jauh, demikian sebaliknya daya
tahan aerobic yang lebih baik dibanding dengan daya tahan anaerobic. Tetapi ada pelari yang
meliliki daya tahan aerobic dan anaerobic yang hampir seimbang, seperti pelari jarak menengah,
karena atlet ditentukan cepat juga ditentukan untuk tahan sampai di garis finis.
Lari mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka ditentukan atau diperlakukan
metode, program dan strategi pendekatan latihan yang lain pula. Seperti lebih dikemukakan
sebelumnya bahwa nomor lari jarak pendek lebih dominan memerlukan daya tahan anaerobic
dari pada daya tahan mengarah pada terciptanya daya tahan anaerobic yang tinggi. Lari
merupakan aktivitas yang digunakan hampir semua cabang olahraga sebagai salam satu sarana
untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Aktivitas yang dilakukan dengan beban tertentu akan
menghasilkan daya tahan baik aerobic dan anaerobic. Sepengetahuan peneliti pada SD N
Pengkol 01 Kecamatan Nguter tersebut prestasi lari 100 meter sangat menurun sekali, oleh
kaena itu peneliti ingin meningkatkan prestasi lari 100 meter dengan mnggunakan latihan
akselerasi
Latihan yang terprogram adalah latihan yang memiliki tujuan yang jelas, materinya sesuai
dengan nomor olahraga yang dilatih, waktunya juga jelas. Nomor lari dalam olahraga atletik juga
memiliki metode latihan tertentu pula yang dapat digunakan dalam meningkatkan prestasi lari
100 meter. Metode latihan untuk meningkatkan prestasi lari 100 meter antara lain: circuit
training, interval training, sprint training, hollow sprint dan interval sprinting, acceleration.
Dalam penelitian ini akan dikaji latihan akselerasi terhadap lari 100 meter.
Latihan akselerasi sprint adalah suatu latihan yang di dalamnya berangsur-angsur adanya
suatu kreasi atau selang lari cepat dari jogging untuk jalan diakhiri dengan lari cepat. Untuk
latihan akselerasi, sprinter dapat latihan dengan tiga perbedaan: 1)Latihan jogging 50 meter atau
120 yard. 2) Latihan sprint 50 meter atau 120 yard. 3) Latihan jalan 50 meter atau 120 yard.
Untuk teknik sprint yang perlu diperhatikan adalah: 1) Kecepatan berlari harus dengan
langkah lebih besar atau lebih banyak langkah tiap detiknya.2) Kecepatan dapat dibagi waktu
reaksi (start0 20 meter pertama, 60 meter kedua dengan langkah yang ajeg, 10 sampai 20 meter
terakhir langkah panjang menurun. Jadi kecepatan dapat diberikan batasan sebagai kemampuan
berlari menempuh jarak yang telah ditentukan dalam waktu yang sependek mungkin.
Dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas V SD Negeri Pengkol 01 Nguter. Dengan
jalan membangi 2 kelompok coba. Berdasarkan berbagai pertimbangan yang melatar belakangi
permasalahan tersebut, maka adanya penelitian yang berkaitan dengan pengaruh latihan
akselerasi terhadap lari 100 meter. Pemilihan metode ini didasarkan pada pemakaian sistem
energy paling dominan pada lari 100 meter yang harus mengeluarkan seluruh tenaga dalam
waktu kurang dari 30 detik, sistem energy yang diperlukan adalah ATP-PC.
Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh latihan akselerasi terhadap prestasi lari 100 meter?
2. Manakan yang lebih baik antara latihan menggunakan akselerasi dengan latihan
konfensional?.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi khususnya kepada pelatih atletik dan guru olahraga, tentang latihan
teknik dasar atletik dalam peningkatan prestasi atlet.
2. Dapat memberikan informasi ada atau tidak pengaruh latihan akselerasi terhadap lari 100
meter.
3. Dapat digunakan untuk memilih calon atlet sprint secara tepat.
4. Dapat digunakan sebagai bahan menyusun bentuk latihan untuk meningkatkan prestasi lari
100 meter.
LANDASAN TEORI
1. Akselerasi Lari 100 Meter
a. Kecepatan lari
Menurut (Jonath :1987: 58) membagi kecepaan lari dalam 4 periode: Waktu reaksi
langsung sebelum gerak start, periode percepatan positif (kadang-kadang sampai 60 meter)
hingga tercapai kecepatan tertinggi, periode kecepatan tetap sama, dari periode kecepatan negatif
dengan kecepatan yang menurun. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan sebagai
berikut: 1) Tenaga otot adalah salah satu persyaratan penting bagi kecepatan para pelari sprint
yang masih jauh dari puncaknya dapat sangat mempengaruhi prestasinya dengan latihan tenaga
secara teratur dan teratah.2) Kecepatan reaksi atau daya reaksi pada waktu start, tidak banyak
yang dilatih. Dalam praktek soalnya mengenai perbaikan dengan isyarat atau tanda visual.3)
Kecepatan kontraksi, yaitu kecepatan pengerutan otot setelah mendapat rangsangan syaraf, tidak
dapat ditingkatkan dengan latihan.4) Koordinasi, kerjasama antara sistem syaraf pusat dan otot-
otot yang digunakan.5) Ciri antropometri, yaitu bentuk tubuh atlet yang terutama perbandingan
badan dengan kakinya merupakan hal yang penting, tidak dapat dilatih.6) Stamina anaerobik
umum atau stamina kecepatan pada lari cepat jarak pendek.
b. Lari Akselerasi
Nama dari akselerasi sprint adalah di dalamnya berangsur-angsur ada kreasi atau selingan
lari cepat kemudian jalan kaki atau jalan cepat, lari kecil-kecil kemudian diakhirir dengan lari
cepat. Kesemuanya itu menempuh jarak 200 meter yang terdiri dari lari cepat 50 meter, jalan
cepat 50 meter, lari kecil-kecil 50 meter. Kemudian kedua atlet yang dilatih (kelompok)
kembalinya ke garis start dengan jalan dan yang lainnya dengan lari kecil-kecil, namun
sekembalinya dari garis finish dengan berjalan akan mengembalikan tenaga, tetapi untuk lari
kecil-kecil tenaga akan terkuras.
c. Bentuk-bentuk lari cepat akselerasi
Lari adalah suatu cara menggerakkan badan kemuka atau kedepan, dengan melangkahkan
kaki kanan dan kiri ganti berganti. Tiap kali kaki bertolak selalu ada saat melayang. Artinya pada
saat itu ada kaki atau bagian tubuh yang manapun berhubungan dengan tanah. Saat melayang
inilah yang membedakan antara berjalan dan berlari. Pada saat berjalan harus ada salah satu kaki
yang berhubungan dengan tanah. Bentuk lari ini sebenarnya lebih bersifat perseorangan sebab
setiap anak mempunyai bentuk lari yang paling sesuai baginya.
2. Sistem Energi Untuk Lari 100 Meter
Ada 3 macam sistem metabolik yang dapat memproduksi ATP menurut
(Fox,1984:22). 1) Sistem ATP-PC (Adenosine Triphosphate-Phospho Creatine). 2) Sistem
LA (Lactid/ asam laktat).3) Sistem aerobic atau oksigen
Kerangka Bepikir
Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subyek Penelitian
Kondisi Awal
GuruBelum
menggunakan metode
pembelajaran
SiswaHasil Prstasi Atletik
rendah
Siklus IGuru menggunakan
Metode Latihan Akselerasi
Siklus IIGuru menggunakan model pembelajaran
Akselerasi hasil akhir meningkatkan Prestasi lari 100M
Diduga dengan menggunakan
model pembelajaran
Akselerasi yang tepat dapat
meningkatkan Prestasi lari 100M
Kondisi Akhir
Tindakan
GuruMenggunakan
model pembelajaran dan media
pembelajaran yang sesuai
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepak bola Desa Pengkol, Keamatan Nguter,
Kabupaten Sukoharjo, baik pre test dan post testnya. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester
1 tahun pelajaran 2011/2012, Perlakuan dilaksanakan selama 2x pertemuan, yaitu hari Kamis
tanggal 23 Nopember 20011 , Kamis tanggal 30 Nopember 2011. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas V putera SD Negeri Pengkol 01 kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 30 orang umur antara 11 sampai 12 tahun.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan pengukuran untuk
mengukur prestasi lari 100 meter. Pengumpulan data sesuai dengan variabel yang diteliti, data
yang terkumpul adalah data prestasi lari 100 meter, diambil dengan menggunakan Stopwatch
dengan satuan detik diambil dua angka di belakang koma. Pengambilan data prestasi sebelum
mendapat perlakuan dan sesudah mendapat perlakuan
HASIL PENELIT1AN DAN PEMBAHASAN
Kondisi awal
Berdasarkan hasil dialog yang dilakukan peneliti sebelum dilaksanakan tindakan kelas
didapat bahwa Proses Belajar Mengajar masih dilaksanakan dengan model konvensional. Guru
masih sebagai pusat pembelajaran. Guru masih menggunakan metode ceramah. Siswa hanya
berperan sebagai pendengar dan pencatat ketika guru menerangkan didepan barisan. Setelah guru
selesai menerangkan guru selalu memberikan tugas dan siswa diminta untuk mengerjakan tugas.
Analisis kolaboratif menyimpulkan akar permasalahan rendahnya hasil belajar siswa
dalam pembelajaran Penjaskes sebagai berikut: 1) kebosanan siswa, karena dalam pembelajaran
hanya diposisikan sebagai pendengar, 2) proses pembelajaran yang monoton dan kurang menarik
dan 3) rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Penjaskes kompetensi dasar lari
100 M.
Berdasarkan dialog awal dengan guru mitra diperoleh beberapa keterangan atau
gambaran bahwa dari sejumlah 30 siswa, yang telah memenuhi kreteria 12.60 detik 4 orang,
sedangkan lainnya masih belum memenuhi kreteria karena belum terbiasa dengan latihan-
latihan akselerasi Kondisi awal prestasi belajar siswa di kelas V SD Negeri pengkol 01
Kecamatan Nguter semester I Tahun 2011/ 2012 sebelum penelitian, disajiakan dalam bentuk
tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Data Kondisi Awal hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Pengkol 01
No Waktu Frekuensi Batas tuntas Keterangan
1 13._13-30” 26 12.60 Belum tuntas
2 12 – 12.30” 4 12.60 Tuntas
3 11 – 11.30” 0 12.60 Tuntas
4 10 -10.30” 0 12.60 Tuntas
Tingkat ketuntasan : Tuntas 4 anak (12 %) Tdk tuntas 26 anak (88%)
Rata-rata = Prestasi Masih Rendah
Hasil siklus I
Perencanaan Tindakan
Kegiatan latihan pada putaran I ini dilaksanakan dengan pedoman rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) selama 2 jam pelajaran atau 70 menit, dengan materi ajar adalah bentuk-
bentuk latihan Akselerasi. Kegiatan perencanaan pada tindakan siklus I ini adalah menyusun
rencana pelaksanaan latihan yang akan digunakan dalam tindakn pada siklus I. Rencana
pelaksanaan latihan ini digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tindakan siklus 1.
Materi yang digunakan dalam latihan ini adalah kegiatan latihan Akselerasi pada cabang atletik
indikator lari cepat atau sprint.Materi tersebut direncanakan akan diajarkan selama dua jam
pelajaran yaitu 2 X 35 menit setiap pertemuan selama 6 minggu.
Pelaksanan Tindakan
Tindakan kelas putaran I dilaksanakan pada hari Kamis, 23 November 2011 mulai pukul
07.00 sampai pukul 8.20 WIB. Peserta didik yang hadir dalam putaran pertama sebanyak 30.
siswa. Pada putaran ini pelaku tindakan adalah peneliti. Selain melaksanakan tindakan kelas,
peneliti dan guru yaitu sebagai rekan kolaborasi juga mengadakan observasi dan monitoring
selama pembelajaran berlangsung.
Dari hasil latihan pada putaran 1, hasil tes dapat diketahui bahwa siswa yang menempuh
waktu 12.60.detik dari batas KKMWaktu yang ditentukan sebanyak 15 siswa. Siswa yang
menemuh waktu lebih dari 14.53 detik sebanyak 1 siswa. Siswa yang menempuh waktu lebih
dari 15,07 detik sebanyak 8 siswa. Siswa yang menempuh waktu lebih dari 16.12 sebanyak 4
anak, Siswa yang menempun waktu lebih dari 17,37 detik sebanyak 2 siswa. Hasil tes pada
siklus I dapat disajikan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel: 2
Data hasil waktu tes pada siklus I siswa kelas V SD Penkol 1
No Nilai Frekuensi Batas tuntas Keterangan
1 14-60 –15.60 detik 10 12.60 Belum tuntas
2 13.60- 14.60 detik 4 12.60 Belum tuntas
3 13.60 -13,60 detik 1 12.60 Belum tuntas
4 11.60 –12,60 detik 15 12.60 Tuntas
5 11.60- 11.60 detik 0 12.60 Tuntas
6 10.60- 10.60 detik 0 12.60 Tuntas
Tingkat ketuntasan : Tuntas 15 anak ( 50 %) Tdk tuntas 15 anak ( 50%)
Rata-rata = Prestasi cukup
Refleksi
Refleksi tindakan kelas putaran ini dilakukan peneliti sebagai guru penjaskes untuk
mendiskusikan hasil tes yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal
yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu : pada
akhir siklus I masih terdapat 15 siswa yang hasil belajarnya belum mencapai ketuntasan yaitu
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM Waktu). Hal ini mungkin disebabkan oleh
kurangnya pemahaman siswa terhadap latihan, kurangnya latihan, kurangnya pemahaman atau
kondisi siswa pada saat mengikuti pelajaran kurang menunjukkan rasa keseriusan. Siswa tersebut
enggan bertanya pada guru maupun kepada teman tentang hal-hal yang belum dipahami.
pra siklus siklus 1 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Siklus 1 Pra siklus
Gambar 4.1
Grafik Peningkatan Hasil latihan Siklus I
Hasil siklus II
Pelaksanaan
Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 23 November 2011 mulai pukul
7.20 sampai pukul 8.45 WIB. Peserta didik yang hadir dalam putaran II sebanyak 30 siswa. Pada
putaran ini pelaku tindakan adalah peneliti. Kegiatan pembelajaran pada putaran II ini
dilaksanakan dengan pedoman rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama 2 jam pelajaran
atau 70 menit, dengan materi ajar yaitu latihan akselerasi.
Observasi
Guru memberi apersepsi untuk mereproduksi kembali proses latihan yang berlangsung
pada siklus I yang lalu dan menyampaikan materi ajar yang akan dilakukan pada siklus II ini.
Pada tahap apersepsi siklus II ini keadaan siswa belum kembali pada kelompok semula, siswa
terlihat semakin meningkat tingkat keaktifaan dan kedisiplinanya dibandingkan pada siklus
sebelumnya. Setelah beberapa lama proses apersepsi berlangsung kegiatan pembelajaran
dilakukan dengan menerapkan latihan akselerasi. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok
dengan masing – masing kelompok memiliki anggota 15 orang sebagaimana kelompok yang
dilakukan pada siklus sebelumnya Setiap anggota kelompok mengerjakan latihan yang
bervariasi darikelompok yang lain, latihan dilakukan bersamaan dengan satu aba-aba “awas
yack” kelompok harus mengerjakan tugas latihan tersebut dengan sportif.
Siswa tampak semakin serius dan aktif dalam melaksanakan tugas latihan dengan
penerapan latihan akselerasi. Terjadinya interaksi positif ini tidak terlepas dari rasa senang
siswa bahwa kegiatan latihan ini dirasakan semakin menarik karena diantara siswa terjadi
komunikasi aktif dalam rasa sportifitas yang tinggi. Latihan berjalan sangat menyenangkan,
walaupun masih ada sebagian kecil dari siswa yang merasa masih kebingungan terhadap tugas
yang diterimanya, hal ini terjadi memang keadaan siswa atau kemampuan pribadi siswa yang
rendah dibanding teman-teman yang lain. Masing-masing kelompok setelah selesai. .
Dari hasil pembelajaran pada siklus II, hasil tes dapat diketahui bahwa siswa yang
menempuh waktu 12.00 – 13.60 detik sebanyak 25 siswa.Siswa yang menempuh waktu 14.00-
15.30 sebanyak 5 siswa. Siswa yang menepuh waktu 11- 11.30 sebanyak 0 siswa. Siswa yang
mendapat menempuh waktu 10-10.30 sebanyak 0 siswa.
Hasil tes pada siklus II dapat disajikan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel: 4
Data hasil tes pada siklus II siswa kelas V SD Pengkol 01
No Waktu Frekuensi Batas tuntas Keterangan
1 13”- 13.30’ 5 12.60 detik Belum tuntas
2 12’-12.60’ 25 12.60 detik Tuntas
3 11’- 11.30’ 0 12.60 detik Tuntas
4 10’- 10.30’ 0 12.60 detik Tuntas
Tingkat ketuntasan : Tuntas 25 anak (75 %) Tdk tuntas 5 anak (1,5%)
Rata-rata = Target ketuntasan tercapai
Data komulatif hasil belajar siswa kelas V pada pokok bahasan latihan kecepatan pada
lari 100 m pada cabang atletik menunjukkan peningkatan yang baik yakni pada siklus I dengan
rata – rata 12 % meningkat menjadi 13 % pada akhir siklus II. Kenaikan tersebut menunjukan
keberhasilan pembelajaran siklus I dan siklus II yang telah dilaksanakan oleh guru dengan
latihan akselerasi. Dengan kata lain latihan akselerasi dapat meningkatkan prestasi olahraga
siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada Kompetensi Dasar 1.3 Mempraktikan
variasi gerak dasar kedalam modifikasi atletik, serta nilai semangat, sportifitas, percaya diri dan
kejujuran pada siswa kelas V SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter semester I Tahun
2011/ 2012. Adapun peningkatan hasil siklus II ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 4.2
Grafik peningkatan hasil Latihan Akselerasi siklus II
PRA SIKLUSSIKLUS 1
SKLUS 2
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
PRA SIKLUSSIKLUS 1 Siklus 2
Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi putaran II maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan
latihan telah mengalami peningkatan keaktifan dari hasil latihan siswa. Dengan mengamati
perubahan-perubahan perilaku yang terjadi setelah dua putaran ke arah yang lebih baik yaitu
adanya peningkatan-peningkatan yang cukup signifikan seperti peningkatan keaktifan dan hasil
latihan, maka peneliti tidak melakukan revisi maupun tindakan lapangan berikutnya.
Simpulan
(1) Metode Akselerasi berpengaruh dalam peninqkatan prestasi lari 100 meter pada siswa
SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dengan hasil tes awal
kelompok A = 0,83. Berdasar kriteria koefisien reabilitas dari Manthew 0,80-0,85 termasuk
kategori cukup, sedangkan hasil akhir tes dari kelompok A = 0,97 kriteria dari Manthew 0,90—
0,99 termasuk tinggi. Sehingga mempunyai koefisien reabilitas yang tinggi, peningkatannya
6,79%. (2) Sebelum perlakuan anak mempunyai kreteria lari 100 meterm pada siswa SLTP
Negeri IV Nguter Kabupaten Sukoharjo tes awal kelompok B = 0,82. Berdasar reabilitas dan
Manthew 0,80-0,85 termasuk kategori cukup. (3) Pengaruh Latihan Akselerasi baik untuk
peningkatan prestasi lari 100 meter untuk para pemula. Latihan Akaselerasi berpengaruh
terhadpa prestasi lari 100 meter pada tingkat pemula tetapi dilihat dari hasil % dan korelasi
tersebut diatas.
Implikasi Hasil Penelitian
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini ada1ah Pengaruh Latihan Akselerasi baik
untuk peningkatan prestasi lari 100 meter bagi pemula dibandingkan dengan Latihan dengan
metode konfensional. Dari penelitian ini pula diharapkan penelitian sejenis mengetahui
efektifitas bermacam-macam nomor pada cabang olahragaa atletik khususnya, dan cabang
olahraga pada umumnya.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam pembelajaran
supaya pemahaman siswa terhadap materi meningkat antara lain: 1) Dalam pembelajaran
Olahraga, guru dapat menggunakan model Latihan akselerasi.2) Suasana latihan akselerasi
hendaknya menciptaan suasana yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk
meningkatkan kreatifitas siswa agar berprestasi dalam bidang olahraga.3) Memberi kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, menanamkan konsep kepada anak
dari yang sederhana kemudian secara bertahap ke yang kompleks.4) Melakukan perbaikan
pembelajaran jika mengalami kegagalan dalam menyampaikan materi.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, TD. 1990. Theory and Methodology of Training and Technical Training Wareward by
Fed—Wilt Beatrice’ Avenue West Headle Berg, Victoria, Australia
Fox & Manthew. 1998. The Physiologi Basic of Physical Education. Sauders Company, New
York ; Chicago.
Guntur Benhard. 1996. Atletik, Pririsip-Prinsip Dasar Latihan Lompat Jauh, Jangkit dan Lari
Cepa.t Dahana prese : Semarang
Harnid Nooersyah. 1990. Atletik Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : UNS Solo.
Marnin Suparmin. 1997. Metodologi Penelitian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
Mulyano, B. 1992. Pengukuran, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas
Pembangunan Surakarta.
Pendidikan Olahraga POK. 1995-1997. Tuntunan Mengajar Atletik. Proyek Pembinaan
Pendidikan Olahraga : Jakarta.
Paulus Ihee. 1998. Atletik: Dasar-Dasar Atletik. Persatuan Atletik Seluruh Indonesia : Semarang
Soemanto. D. 2007. Statistik. Fakultas Keguruan dan lirnu Pendidikan Universitas Tunas
Pembangunan Surakarta.
Slamet Suherman. 2002. Fisio1ogi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Sujarwo. 2002. Ilmu Kepelatihan Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sukiyo. 2008. Asas—Asas Pendidikan Keolahragaan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.