agropolitan
DESCRIPTION
agropolitanTRANSCRIPT
PENERAPAN KONSEP PENGEMBANGAN
AGROPOLITANPeluang dan Tantangan dalam Perencanaan
Pengembangan Wilayah di Indonesia
Oleh :
Dr Ernan Rustiadi
Disampaikan pada
Kuliah Umum di Universitas Pakuan,
15 November 2006
Latar Belakang
Dalam konteks spasial, proses pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini telah menimbulkan permasalahan tingkat kesejahteraan antar wilayah yang tidak berimbang.
Perkembangan kota sebagai pusat pertumbuhan ternyata seringkali tidak memberikan efek penetesan ke bawah (trickle down effect) dan spread effect, justru sering menimbulkan efek pengurasan sumberdaya dari wilayah sekitarnya (backwash effect). Berakibat rusaknya sumber daya alam & lingkungan hidup serta meluasnya kemiskinan di perdesaan, dan terjadi urbanisasi berlebih (over urbanization)
Urban Informal
Urban Modern
Rural Enclave
Mesin Pertumbuhan Masa Lalu
World MarketUtara
Selatan
Mayoritas Masyarakat Perdesaan Yang Miskin
Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan
Penyebab Ketimpangan Desa-Kota (Urban Side)
Denah Posisi Wilayah Perdesaan dalam Sistem Makro Ekonomi Spasial yang Menciptakan Perangkap Structural Dualistic Dependency (Anwar, 2001).
KOTA
ECONOMY OF SCALE
ECONOMY OF SCOPE
INVESTASI PEMBANGUNAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN
Infrastruktur
Modal
Industri
Teknologi
DESA
INVESTASI PEMBANGUNAN PERDESAAN MELALUI INTENSIFIKASI
Term Of Trade Produk Mentah Semakin Rendah
Suplai produk mentah semakin meningkat kuantitas dan kualitasnya
• Produk olahan makin murah dan beragam
• Berkembangnya teknologi produksi dan pola konsumsi masyarakat perkotaan menyebabkan kebutuhan bahan baku bergeser ke barang jadi atau setengah jadi
• Rasio bahan baku/nilai tambah dalam aktivitas produksi semakin kecil
Penyebab Ketimpangan Desa-Kota (Interaction Side)
Penyebab Ketimpangan Desa-Kota (Rural Side)
Aksesibilitas terbatas, bentuk permukiman menyebar, kepadatan rendah, pengorganisasian/institusi lemah
Kawasan Perdesaan
Infrastruktur pelayanan terbatas karena tidak efisien
Komunikasi, Informasi dan Transportasi terbatas, sehingga :
• Aktivitas ekonomi terpecah/tersegmentasi ke dalam skala-skala kecil
• Kuantitas dan kualitas produk beragam
• Resiko terhadap fluktuasi harga dan perubahan musim tinggi (karena skala kecil)
Pasar Kompetitif Tidak Terbentuk
Struktur pasar spatial monopoli (untuk hasil produksi) dan spatial monopsoni (untuk sarana pertanian) yang dikuasai tengkulak
Masyarakat Perdesaan
Ekonomi internasional harga/input komoditas pertanian rendah dan tidak stabil, investasi di
perdesaan sangat terbatas
Pemerintahan nasional Ketidakcukupan infrastruktur dan layanan dasar/pendukung, dan
lemahnya organisasi masyarakat
Pendapatan RT stagnan/ cenderung
turun
4
Frekuensi belanja di kota kecil yang
jarang
5 Layanan penjualan
input produsen terbatas
6
Ekspor regional rendah
8 Permintaan tak
efektif untuk layanan konsumen
7
E Kota
Terbatasnya investasi produsksi
D
Tidak adanya keterkaitan hilir
Permintaan input lokal yang terbatas
3 2 Kreativitas
lapangan kerja dan ketrampilan rendah
1
Keterbatasan peningkatan pendapatan/ persistensi kemiskinan
H Diversifikasi sistem tidak berkembang kebocoran
wilayah
G
Kerusakan sumberdaya
dan degradasi lingkungan
F
A
C
B
Pe
rtum
bu
han
pro
duksi
pro
du
sen
yan
g terb
ata
s
Pe
rtum
buh
an
pe
rkota
an
ya
ng re
nda
h
Siklus pembangunan wilayah dan keterkaitan desa-kota tidak berkualitas (Douglass, 1998)
Masyarakat Perdesaan
Ekonomi Internasional harga komoditas di pasar internasional yang stabil dan menguntungkan:
lokalisasi dan Diversifikasi investasi asing
Pemerintahan Nasional Kondisi infrastruktur dan layanan dasar/pendukung yang cukup dan memadai;
Dukungan organisasi dan sistem insentif dari pemerintah daerah
Peningkatan pendapatan
Rumah Tangga
4
Pertumbuhan pusa- pusat untuk belanja
konsumen
5 Pertumbuhan pasar input dan pelayanan
produsen
6
Perluasan pasar ekspor regional
8 Peningkatan jasa
pelayanan kesehatan kesejahteraan dan
rekreasi
7
E Kota
Investasi Dasar/ Sektor Unggulan
D
Pemrosesan dan pengolahan
Permintaan input dan sarana
produksi
3 2 Kesempatan
kerja prime dan non primer
1
Perluasan basis peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan
H
Diversifikasi ekonomi/
peningkatan produktifitas
G
Pemulihan sumberdaya
dasar/lingkungan/ ekologi
F
A
C
B
Pertum
buhan
perde
saa
n P
ertumb
uhan
perkotaa
n
Siklus pembangunan wilayah dan keterkaitan desa-kota berkualitas (Virtous Cycle menurut Douglass, 1998)
Definisi PerdesaanDefinisi PerdesaanUU No. 24 tahun 1992UU No. 24 tahun 1992: kawasan yang mempunyai kegiatan utama : kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. dan kegiatan ekonomi. KKawasan yang secara fisik dan spasial dicirikan dengan awasan yang secara fisik dan spasial dicirikan dengan pemanfaatan ruang yang didominasi lansekap alamiah, pemanfaatan ruang yang didominasi lansekap alamiah, aktivitas pertanian, baik sebagai satu sistem agribisnis aktivitas pertanian, baik sebagai satu sistem agribisnis maupun tidak,maupun tidak, kerapatan aktifitas yang rendah kerapatan aktifitas yang rendah serta memiliki serta memiliki sistem tata nilai masyarakat desasistem tata nilai masyarakat desa (Draft Rev UUPR 24/92-RTM (Draft Rev UUPR 24/92-RTM PT & ASPI)PT & ASPI)
BPS (Sensus 2000)BPS (Sensus 2000): Kepadatan penduduk, % petani, keberadaan : Kepadatan penduduk, % petani, keberadaan dan akses untuk mencapai fasilitas perkotaandan akses untuk mencapai fasilitas perkotaan
DesaDesa: kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas : kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara KesatuanPemerintahan Negara Kesatuan R.I R.I (UU 32 Thn 2004) (UU 32 Thn 2004)
MasalahMasalahPendefinisian Pendefinisian
PerdesaanPerdesaan
Definisi ini kurang memberikan tempat dan dorongan pentingnya kegiatan pengolahan (industri) dan jasa produksi.
Industri dan jasa adalah salah satu kunci utama perekembangan desa.
Definisi pertanian dalam arti sempit (on-farm) dapat dan telah menjadi “jebakan” bagi potensi perdesaan untuk berkembang secara optimal.
Faktor pemanfaatan ruang (land use) dan kepadatan penduduk/aktifitas harus menjadi kunci definisi kawasan di dalam sistem penataan ruang.
Definisi PerdesaanDefinisi Perdesaan
Kawasan yang dicirikan dengan Kawasan yang dicirikan dengan pemanfaatan ruang utama aktifitas pemanfaatan ruang utama aktifitas pertanian dan pengelolaan sumberdaya pertanian dan pengelolaan sumberdaya alamalam dengan susunan fungsi kawasan dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, kegiatan pelayanan sosial, kegiatan budidaya budidaya pertanian, pertanian, pengolahan/industri pengolahan/industri pertanian dan non pertanian, pertanian dan non pertanian, distribusi distribusi dan pasardan pasar pertanian dan non pertanian pertanian dan non pertanian yang memiliki yang memiliki kerapatan/kepadatan kerapatan/kepadatan yang rendahyang rendah. .
Beberapa Definisi PerdesaanBeberapa Definisi Perdesaan Sparsely settled places away from the influence of large Sparsely settled places away from the influence of large citiescities and and townstowns
. Such areas are distinct from more intensively settled . Such areas are distinct from more intensively settled urbanurban and and suburbansuburban areas, and also from unsettled lands such as areas, and also from unsettled lands such as outbackoutback or or wildernesswilderness. People in rural areas live in . People in rural areas live in villagesvillages, on , on farmsfarms and in other and in other isolated isolated houseshouses, as in , as in pre-industrial societiespre-industrial societies (Wilkipedia, 2006) (Wilkipedia, 2006)
Norway: 3 tipe kriteria: Norway: 3 tipe kriteria: 1.1. Jumlah penduduk, Jumlah penduduk, 2.2. Rasio penduduk terhadap lahan terbukaRasio penduduk terhadap lahan terbuka3.3. Tipe aktifitas ekonomi : pertanian, perikanan, produksi pangan dan Tipe aktifitas ekonomi : pertanian, perikanan, produksi pangan dan
ekploitasi bahan mentah ekploitasi bahan mentah
Perdesaan di USA (lebih dari sekedar pertanianPerdesaan di USA (lebih dari sekedar pertanian). ). – 76% of all counties, 83% of the nation's land, and 25% of the 76% of all counties, 83% of the nation's land, and 25% of the
nation's population). nation's population). – Hanya 6.3% penduduk desa bekerja di sektor pertanian (Mills, Hanya 6.3% penduduk desa bekerja di sektor pertanian (Mills,
1995). 1995). – 50% petani memiliki pekerjaan off-farm. 50% petani memiliki pekerjaan off-farm. – Usahatani terhitung sebanyak 7.6% dari seluruh pekerjaan di Usahatani terhitung sebanyak 7.6% dari seluruh pekerjaan di
perdesaan (Mills, 1995). perdesaan (Mills, 1995). – Lebih dari 90% pekerja perdesaaan mempunyai aktifitas pekerjaan Lebih dari 90% pekerja perdesaaan mempunyai aktifitas pekerjaan
nonfarm (Mills, 1995).nonfarm (Mills, 1995).
Definisi PerdesaanDefinisi Perdesaan
KarakteristikKarakteristik PerdesaanPerdesaan PerkotaanPerkotaan
Interaksi Interaksi KomunitasKomunitas
Sesuai mandatSesuai mandat SukarelaSukarela
AturanAturan Dianggap berasalDianggap berasal DicapaiDicapai
Sangsi Sangsi pelanggaranpelanggaran
SebagianSebagian MenyeluruhMenyeluruh
OrientasiOrientasi KelompokKelompok IndividuIndividu
KepemimpinanKepemimpinan TradisionalTradisional RasionalRasionalSumber : Markley & Macke. 2003
Perbedaan Perdesaan dan Perkotaan di USA
NegaraNegara Sumber Sumber Kriteria Karakteristik DesaKriteria Karakteristik Desa
INDONESIINDONESIAA
UU UU 32/20032/20044
Kawasan otonomi Kawasan otonomi Memiliki adat tertentu yanMemiliki adat tertentu yang diakuig diakui
UU UU 24/19924/19999
Kegiatan utama pertanianKegiatan utama pertanian
CANADACANADA du Plessis. du Plessis. et alet al. . (Statist(Statistics ics CanadCanada)a)
Kriteria Statistik Kanada terus berkembang dan ada 6 Kriteria Statistik Kanada terus berkembang dan ada 6 definisi yang akan menghasilkan kriteria dan hasil definisi yang akan menghasilkan kriteria dan hasil pembatasan perdesaan yang berbeda.pembatasan perdesaan yang berbeda.
Kawasan sensus perdesaanKawasan sensus perdesaan: kriteria utama: : kriteria utama: jumlah penduduk & jumlah penduduk & kepadatan pendudukkepadatan penduduk, yaitu, yaitu jumlah penduduk >=1000, kepadatan jumlah penduduk >=1000, kepadatan >=400/ km>=400/ km22
Perdesaan dan kota kecilPerdesaan dan kota kecil: : penduduk tinggal di luarpenduduk tinggal di luar zone zone commutingcommuting. . JikaJika kawasan urban berpendudukkawasan urban berpenduduk kurang dari 10000 kurang dari 10000 termasuk termasuk rural town.rural town.
OECD: OECD: komunitas komunitas perdesaanperdesaan memiliki kepadatan <150 jiwa/km2. memiliki kepadatan <150 jiwa/km2. Terdapat 3 tipe perdesaan: Terdapat 3 tipe perdesaan:
OECD: OECD: Kawasan dominasi perdesaanKawasan dominasi perdesaan (>50% merupakan (>50% merupakan komunitas perdesaan), komunitas perdesaan),
Wilayah non metropolitanWilayah non metropolitan: wilayah di luar kota dengan penduduk : wilayah di luar kota dengan penduduk > 50000 penduduk. Dibagi atas 3 wilayah berdasarkan permukiman, > 50000 penduduk. Dibagi atas 3 wilayah berdasarkan permukiman, dan 4 kelompok berdasakan kedekatan ke wilayah Utaradan 4 kelompok berdasakan kedekatan ke wilayah Utara
Wilayah rute layanan pos perdesaanWilayah rute layanan pos perdesaan: : kawasan tanpa tukang pos. kawasan tanpa tukang pos. Masyarakat pergi ke kantor pos untuk menerima dan mengirim surat. Masyarakat pergi ke kantor pos untuk menerima dan mengirim surat. Angka 0 pada dijit ke-2 menunjukkan wilayah perdesaan.Angka 0 pada dijit ke-2 menunjukkan wilayah perdesaan.
Sebaran Sebaran Penduduk Penduduk Perkotaan Perkotaan dan dan Perdesaan Perdesaan (BPS)(BPS)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
< 60 60-80 80-100 100-150 150-200 200-300 300-500 > 500
Kelas Pengeluaran perkapita (Rp 000/bulan)
% p
endu
duk
Perkotaan
Perdesaan
Tahun
Jumlah PendudukPersentase Jumlah
Penduduk
Perkotaan
Perdesaan
TotalPerkotaa
n (%)Perdesaan (%)
Total
197120,765,2
7298,467,2
27119,232,
49917.42 82.58 100
198543,029,5
26121,017,
462164,046,
98826.23 73.77 100
199055,433,7
90123,813,
993179,247,
78330.93 69.07 100
200082,861,0
37113,721,
542196,582,
57942.15 57.85 100
200493,860,0
44123,212,
302217,072,
34643.24 56.76 100
Struktur Struktur Pengeluaran Pengeluaran penduduk penduduk perkotaan perkotaan dan dan perdesaanperdesaan
Perbandingan Penduduk Tinggal Perbandingan Penduduk Tinggal di Perdesaan & Perkotaandi Perdesaan & Perkotaan
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
Per
sent
ase
1971 1985 1990 2000 2004
Tahun
Perkotaan (%)
Perdesaan (%)
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
Laju
per
ubah
an
1971-1985 1985-1990 1990-2000 2000-2004
PeriodePerkotaan
Perdesaan
Perbandingan Penduduk Tinggal diPerdesaan dan Perkotaan
Laju Perubahan Pertumbuhan Penduduk Di Perdesaan dan Perkotaan
Perbandingan Penduduk antar Perbandingan Penduduk antar PulauPulau
Pulau1990 1995 2000 2003
K D K D K D K D
Sumatera 26,5 73,5 29,4 70,6 34,3 65,7 34,0 66,0
Jawa dan Bali 30,7 69,3 38,0 62,0 47,6 52,4 49,4 50,6
Kalimantan 27,6 72,4 31,1 68,9 35,8 64,2 36,1 63,9
Sulawesi 22,9 77,1 26,3 73,7 27,7 72,3 28,0 72,0
Lainnya 21,9 78,1 25,1 74,9 26,5 73,5 24,9 75,1
KBI 33,3 66,7 38,4 61,6 44,9 55,1 45,0 55,0
KTI 22,1 77,9 25,0 75,0 29,5 70,5 29,5 70,5
Indonesia 32,0 68,0 36,8 63,2 42,9 57,1 42,8 57,2
Inonesia adalah Negara “Perdesaan”
Status Pendidikan Penduduk Perdesaan Status Pendidikan Penduduk Perdesaan dan Perkotaandan Perkotaan
Provinsi
Tdk/belum pernah
SMU diploma/universitas Yg masih sekolah
K P K P K P K P
Sumatera 2,24 6,06 7,02 3,53 3,43 0,39 24,88 20,64
Jawa dan Bali 5,83 13,94 5,06 2,60 3,71 0,49 20,82 16,13
Kalimantan 3,44 7,89 5,72 2,58 2,71 0,38 22,43 18,97
Sulawesi 2,51 8,75 6,19 2,44 4,64 0,38 23,88 17,25
Lainnya 4,92 14,24 7,41 2,45 2,94 0,24 26,29 49,75
KBI 3,81 9,21 6,16
3,16
3,55 0,43 23,10
18,83
KTI
3,63 10,46
6,49
2,48
3,48 0,33 24,32
29,35
Indonesia 4,7 11,32 5,34 2,64 2,83 0,35 21,28 71,22
Propinsi
2000 2003
Primer Sekunder Tertier Primer Sekunder Tertier
K D K D K D K D K D K D
Sumatera 12,2 81,3 17,7 5,6 70,2 13,2 19,3 79,0 17,8 5,4 63,1 15,6
Jawa dan Bali 9,8 39,0 21,3 12,8 54,6 19,6 13,8 51,1 27,6 12,4 59,1 22,2
Kalimantan 12,5 72,6 19,9 9,8 67,6 17,7 16,1 74,5 18,1 8,4 65,7 17,0
Sulawesi 16,3 1,4 15,4 6,8 68,2 19,5 14,8 73,9 14,4 6,2 70,8 19,9
Lainnya 23,9 90,3 11,6 4,1 64,5 5,8 23,1 82,2 12,8 4,6 64,1 13,3
KBI 10,7 57,9 16,3 7,7 60,6 16,8 19,0 76,9 18,3 6,7 62,9 16,4
KTI 13,3 38,0 13,0 6,4 52,2 13,4 18,2 77,0 14,9 6,3 66,9 16,7
Indonesia 11,4 65,7 25,0 11,6 90,1 22,7 15,1 69,3 25,6 9,1 59,3 14,6
Status Lapangan Usaha Penduduk di Status Lapangan Usaha Penduduk di Perkotaan dan Perdesaan 2002 dan 2003Perkotaan dan Perdesaan 2002 dan 2003
Kawasan Perdesaan tidak akan tumbuh berkembangn jika tidak diiringi dengan pertumbuhan sektor sekunder dan tersiernya secara memadai.
Di dalam rentang agribisnis, produktifitas sektor primer (on-farm) selalu terendah
Pembangunan Infrastruktur Pembangunan Infrastruktur PerdesaanPerdesaan
KKeterkaitan antara infrastruktur dgeterkaitan antara infrastruktur dg perkembangan ekonomiperkembangan ekonomi. T. Tanpa infrastruktur anpa infrastruktur pembangunan ekonomi pembangunan ekonomi berjalan efektifberjalan efektif
TapiTapi, , tidak ada jaminantidak ada jaminan bahwa infrastruktur bahwa infrastruktur canggih akan berdampak pada pertumbuhan canggih akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi tinggiekonomi tinggi..
Infrastruktur memungkinkan bisnis perdesaan Infrastruktur memungkinkan bisnis perdesaan mudah mengakses input dan pasar outputnyamudah mengakses input dan pasar outputnya dengan dengan meminimumkan biaya pelaksanaan meminimumkan biaya pelaksanaan bisnis, dan memfasilitasi proses produksinya. bisnis, dan memfasilitasi proses produksinya.
IInfrastruktur mendorong penfrastruktur mendorong pengembanganngembangan penduduk miskin (penduduk miskin (pro-poorpro-poor) ) dengan dengan mengurangi resiko mengurangi resiko & & biaya transaksibiaya transaksi produksi dan distribusi produk yang akan produksi dan distribusi produk yang akan meningkatkan produktifitas usaha. meningkatkan produktifitas usaha.
TetapiTetapi, pembangunan fasilitas tertentu, , pembangunan fasilitas tertentu, misalnya jalan, misalnya jalan, meningkatkan meningkatkan kompetisikompetisi dan dan mengurangi keunggulan mengurangi keunggulan kompetitifkompetitif sebagian produsen d sebagian produsen dii suatu suatu wilayah terpencilwilayah terpencil (paradoks) (paradoks)..
Tipe infrastrukturTipe infrastruktur
Hard InfrastructureHard Infrastructure Soft InfrastructureSoft Infrastructure ListrikListrik PerumahanPerumahan PasarPasar PerkantoranPerkantoran Jalan dan rambu-rambunyaJalan dan rambu-rambunya Sistem transportasi lainnya, Sistem transportasi lainnya,
misalnya kereta api, jalur udaramisalnya kereta api, jalur udara Sanitasi dan pengelolaan Sanitasi dan pengelolaan
sampahsampah SekolahSekolah Pertokoan dan layanan kota Pertokoan dan layanan kota
kecil lainkecil lain Fasilitas penyimpananFasilitas penyimpanan Jaringan gas alamJaringan gas alam TelekomunikasiTelekomunikasi Jaringan air bersihJaringan air bersih
Layanan lembaga keuangan Layanan lembaga keuangan dan layanan terkait bisnis dan layanan terkait bisnis lainnya, misalnya: bank, jasa lainnya, misalnya: bank, jasa konsultan bisniskonsultan bisnis
Layanan terkait kesehatan dan Layanan terkait kesehatan dan sosial/ kesejahteraan sosial/ kesejahteraan masyarakat lainnyamasyarakat lainnya
Kelompok-kelompok informalKelompok-kelompok informal Kelembagaan Kelembagaan PasarPasar Layanan pos dan kurirLayanan pos dan kurir PelatihanPelatihan
Kebijakan pendukung Kebijakan pendukung Transformasi PertanianTransformasi Pertanian
Sumber: Downwards et al. (2004) dalam Andersen (2006)
Peran Peran infrastruktinfrastruktur dalam ur dalam pembangupembangunan nan pertanianpertanian(Andersen, (Andersen, 2006)2006)
Peran infrastruktur dalam pembangunan pertanian di Peran infrastruktur dalam pembangunan pertanian di beberapa negarabeberapa negara
Peran infrastruktur dalam penurunan kemiskinan di Peran infrastruktur dalam penurunan kemiskinan di beberapa negarabeberapa negara
Pembangunan Infrastruktur di Pembangunan Infrastruktur di IndonesiaIndonesia
Tambunan (2006) menyatakan Tambunan (2006) menyatakan terjadi terjadi keterpurukan pembangunan infrastruktur di keterpurukan pembangunan infrastruktur di Indonesia sejak krisis 1997/1998 Indonesia sejak krisis 1997/1998 karena karena fokus pemerintah lebih pada: fokus pemerintah lebih pada:
1.1. upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ekonomi makro, ekonomi makro,
2.2. mencegah pelarian modal, mencegah pelarian modal,
3.3. menanggulangi hutang luar negeri dan menanggulangi hutang luar negeri dan
4.4. menstabilkan kondisi politik dan sosialmenstabilkan kondisi politik dan sosial. .
Permasalahan Infrastruktur di Permasalahan Infrastruktur di Indonesia menurut ISEI (2005) Indonesia menurut ISEI (2005)
dalamdalam Tambunan (2006) Tambunan (2006) 1.1. Menurunnya belanja infrastruktur karena Menurunnya belanja infrastruktur karena
keterbatasan danaketerbatasan dana..
Persentase pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur
Partisipasi Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur
Peran swasta meningkat sejak awal 90 sampai dengan sebelum krisis ekonomi dan mengalami penurunan drastis sejak terjadinya krisis ekonomi kembali seperti awal 90-an.
2.2. Rendahnya kualitas infrastrukturRendahnya kualitas infrastruktur
Hal tersebut terkait dengan Hal tersebut terkait dengan rendahnya belanja rendahnya belanja infrastrukturinfrastruktur. Berbagai contoh yang . Berbagai contoh yang menunjukkan rendahnya kualitas infrastruktur: menunjukkan rendahnya kualitas infrastruktur: – Jalan : Pejalan raya 1,7 km per penduduk dan 50% Jalan : Pejalan raya 1,7 km per penduduk dan 50%
berkondisi buruk.berkondisi buruk. – Air bersih : 22% penduduk tidak mendapatkan akses Air bersih : 22% penduduk tidak mendapatkan akses
air bersih. Hanya 1,3% penduduk yang memiliki air bersih. Hanya 1,3% penduduk yang memiliki akses pada pembuangan limbahakses pada pembuangan limbah..
– Listrik : 43% dari jumlah penduduk tidak Listrik : 43% dari jumlah penduduk tidak mendapatkan sambungan listrik.mendapatkan sambungan listrik.
– Telkom : Kepadatan sambungan tetap hanya 4%.Telkom : Kepadatan sambungan tetap hanya 4%.
3.3. Rendahnya tingkat recovery infrastruktur Rendahnya tingkat recovery infrastruktur terkait dg kinerja sektor riil. terkait dg kinerja sektor riil.
4.4. Kesenjangan pembangunan infrastruktur Kesenjangan pembangunan infrastruktur antar wilayah antar wilayah contoh: desa-kota, KBI- contoh: desa-kota, KBI-KTI, pertanian-non pertanian.KTI, pertanian-non pertanian.
5.5. Kesenjangan aksesibilitas infrastruktur Kesenjangan aksesibilitas infrastruktur penduduk berpendapatan rendahpenduduk berpendapatan rendah
6.6. Inefisiensi penyediaan infrastruktur Inefisiensi penyediaan infrastruktur rendahnya kompetisi penyediaan rendahnya kompetisi penyediaan
Infrastruktur pertanian: Infrastruktur pertanian: irigasiirigasi
Dibandingkan dengan beberapa negara di Dibandingkan dengan beberapa negara di ASIA lain % irigasi terhadap total lahan ASIA lain % irigasi terhadap total lahan pertanian di Indonesia relatif terendah.pertanian di Indonesia relatif terendah.
Konsep Agropolitan pada dasarnya ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah di atas
Menurut Pradhan (2003), model agropolitan ini sebenarnya didasarkan pada pendekatan perencanaan pembangunan perdesaan di Cina yang diorganisasikan oleh Mao Tse Tsung pada awal tahun 1960-an.
Friedman dan Douglass dalam Rondinelli (1985) : agropolitan adalah aktivitas pembangunan terkonsentrasi di wilayah perdesaan dengan jumlah penduduk antara 50.000 sampai 150.000 orang. Otoritas perencanaan dan pengambilan keputusan akan didesentralisasikan sehingga masyarakat yang tinggal di perdesaan akan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pekembangan dan pembangunan daerahnya sendiri.
Definisi Agropolitan
Deptan (2002) : agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya
Menurut website Deptan (http:\\www.deptan.go.id) :
AGROPOLITAN (Agro = pertanian : Politan = kota) adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem & usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.
KAWASAN AGROPOLITAN, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan.
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN, adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.
Saefulhakim 2004 : secara terminologi agropolitan berasal dari kata agro dan metropolis/metropolitan.
Agro berasal dari istilah bahasa latin yang bermakna “tanah yang dikelola” atau “budidaya tanaman”, yang kemudian digunakan untuk menunjuk kepada berbagai aktivitas berbasis pertanian. Sementara metropolis mempunyai pengertian sebagai sebuah titik pusat dari beberapa/berbagai aktivitas.
Dengan demikian agropolis atau agro-metropolis adalah lokasi pusat pelayanan sistem kawasan sentra-sentra aktivitas ekonomi berbasis pertanian.
Karena itu pengembangan agropolitan sendiri berarti pengembangan berbagai hal yang dapat memperkuat fungsi/peran AGROPOLIS sebagai lokasi pusat pelayanan sistem kawasan sentra-sentra aktivitas ekonomi berbasis pertanian dimana tipologi pengembangan disesuaikan dengan karakteristik tipologi kawasan yang dilayaninya.
Definisi Kawasan Agropolitan Menurut Peneliti P4W IPB
Anwar (2005) : Agropolitan adalah tempat-tempat pusat (central places) yang mempunyai struktur ber-hierarki, dimana agropolis mengandung arti adanya kota-kota kecil dan menengah disekitar wilayah perdesaan (Micro Urban-village) yang dapat bertumbuh dan berkembang karena berfungsinya koordinasi kepada sistem kegiatan-kegiatan utama usaha agribisnis, serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian di kawasan sekitarnya.
Kawasan agropolitan : sistem fungsional satu atau lebih kota-kota pertanian pada wilayah produksi pertanian tertentu, yang ditunjukkan oleh adanya sistem hierarki keruangan (Spatial hierarchy) satuan-satuan permukiman petani, yang terdiri dari pusat agropolitan dan pusat-pusat produksi di sekitarnya.
Rustiadi (2004) : pembangunan agropolitan adalah suatu model pembangunan yang mengandalkan desentralisasi, mengandalkan pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah perdesaan, sehingga mendorong urbanisasi (pengkotaan dalam arti positif) serta bisa menanggulangi dampak negatif pembangunan (migrasi desa-kota yang tak terkendali, polusi, kemacetan lalu lintas, pengkumuhan kota, kehancuran masif sumber daya, pemiskinan desa dll).
DefinisiDefinisi
AGROPOLITAN: adalah kawasan yang merupakan adalah kawasan yang merupakan sistem fungsional yang terdiri dari satu atau lebih sistem fungsional yang terdiri dari satu atau lebih pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban urban function centerfunction center) pada wilayah produksi pertanian ) pada wilayah produksi pertanian tertentu, yang ditunjukkan oleh adanya sistem tertentu, yang ditunjukkan oleh adanya sistem keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan-satuan sistem permukiman dan sistem satuan-satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis agribisnis Pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban function center) adalah lokasi pusat pelayanan sistem permukiman dan agribisnis yang dapat berbentuk atau mengarah pembentukan kota tani skala kecil/sedang (agropolis) yang berbasis pada kegiatan jasa dan industri berbasis pertanian.
PENGEMBANGAN AGROPOLITAN: adalah suatu PENGEMBANGAN AGROPOLITAN: adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (pelayanan fasilitas perkotaan (urban function urban function centercenter) yang dapat berupa atau mengarah pada ) yang dapat berupa atau mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis pertanian terbentuknya kota-kota kecil berbasis pertanian (agropolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan (agropolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud meningkatkan pendapatan dengan maksud meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan (kawasan perdesaan (regional incomeregional income), ), mengindari kebocoran pendapatan kawasan mengindari kebocoran pendapatan kawasan perdesaan (perdesaan (regional leakagesregional leakages), menciptakan ), menciptakan pembangunan yang berimbang (pembangunan yang berimbang (regional balanceregional balance) ) dan keterkaitan desa-kota (dan keterkaitan desa-kota (urban rural linkagesurban rural linkages) ) yang sinergis dan pembangunan daerah. yang sinergis dan pembangunan daerah.
AGROPOLITANAGROPOLITAN Agropolitan adalah salah satu wujud nyata Agropolitan adalah salah satu wujud nyata
dari Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan dari Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan KehutananKehutanan
Lahir sebagai respon dari munculnya Lahir sebagai respon dari munculnya ketimpangan desa-kota dan kebijakan ketimpangan desa-kota dan kebijakan pembangunan yang bersifat pembangunan yang bersifat urban biasurban bias
Dari sisi kewilayahan, agropolitan Dari sisi kewilayahan, agropolitan merupakan konsep pembangunan wilayah merupakan konsep pembangunan wilayah berbasis pertanian yang mampu berbasis pertanian yang mampu memfasilitasi berkembangan kawasan memfasilitasi berkembangan kawasan perdesaan dalam suatu hubungan desa – perdesaan dalam suatu hubungan desa – kota yang saling memperkuat kota yang saling memperkuat
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI AGROPOLITAN DI INDONESIAINDONESIA
Sebagian besar pemahaman masih menangkap Sebagian besar pemahaman masih menangkap bahwa agropolitan merupakan suatu proyek dari bahwa agropolitan merupakan suatu proyek dari pusat, pusat,
Perlu komitmen daerah dalam mengembangkan Perlu komitmen daerah dalam mengembangkan agropolitan sesuai dengan hakikat dan prinsip-agropolitan sesuai dengan hakikat dan prinsip-prinsip pengembangan agropolitan yang benar.prinsip pengembangan agropolitan yang benar.
Pada hekekatanya Pengembangan Agropolitan Pada hekekatanya Pengembangan Agropolitan merupakan GERAKAN MASYARAKAT untuk merupakan GERAKAN MASYARAKAT untuk membangun ekonomi berbasis pertanian di membangun ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis terpilih yang dirancang dan kawasan agribisnis terpilih yang dirancang dan dilaksanakan dengan pendekatan sistem, dengan dilaksanakan dengan pendekatan sistem, dengan mensinergikan dan mengelolamensinergikan dan mengelola potensi untuk potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatmeningkatkan kesejahteraan masyarakat..
Salah satu sudut kawasan sentra produksi (MERAPI-MERBABU Kabupaten Magelang)
Gudang seleksi dan pengepakan
Di Magelang
Fasum, STA SewukanFasum, STA Sewukan
spinac
Kobis & sledri
Tomat buah
Bawang daun
• Menciptakan pembangunan desa-kota secara berimbang
• Meningkatkan keterkaitan desa-kota yang sinergis (saling memperkuat)
• Mengembangkan ekonomi melalui upaya konsentrasi/akumulasi nilai tambah di perdesaan berbasis aktivitas pertanian
• Pengembangan lingkungan permukiman perdesaan
• Diversifikasi dan perluasan basis peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
• Menciptakan daerah yang lebih mandiri dan otonom
Tujuan Pengembangan Agropolitan
Menahan arus perpindahan penduduk perdesaan ke perkotaan secara berlebihan (berkontribusi pada penyelesian masalah perkotaan)
Pengembangan kota kecil dan (calon) kota menengah
Pemulihan sumber daya alam dan lingkungan hidup
Kriteria Agropolitan
Kawasasan Perencanaan Agropolitan
• Memiliki daya dukung dan potensi fisik kawasan yang memadai (kesesuaian lahan dan agroklimat) untuk pengembangan pertanian
• Luas kawasan dan jumlah penduduk yang mencapai economic of scale dan economic of scope (biasanya dalam radius 3-10 km, mencakup beberapa desa hingga gabungan bagian beberapa kecamatan)
• Memiliki komoditas dan produk olahan pertanian unggulan (merupakan sektor basis)
•Berkembangnya aktivitas sektor-sektor sekunder (pengolahan), dan tersier (jasa dan financial)
• Pengelola kawasan dengan otonomi yang cukup
• Adanya sistem penataan ruang kawasan yang terencana dan terkendali
• Kelembagaan ekonomi komunitas lokal yang kuat (organisasi/kelompok tani, pedagang, pengusaha lokal)
• Akses penguasaan masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi (terutama lahan) mencukupi
Kelembagaan
Kriteria Agropolis Kriteria Agropolis (Kota Pertanian Pusat Pertumbuhan)(Kota Pertanian Pusat Pertumbuhan)
Satu atau beberapa sentra prasarana dan sarana Permukiman Satu atau beberapa sentra prasarana dan sarana Permukiman dengan aksesibilitas tertinggi secara internal (dengan seluruh dengan aksesibilitas tertinggi secara internal (dengan seluruh bagian di kawasan agropolitan) dan secara eksternal (dengan bagian di kawasan agropolitan) dan secara eksternal (dengan pusat-pusat perkotaan lainnya lainnya) dengan standard memadaipusat-pusat perkotaan lainnya lainnya) dengan standard memadai
Pusat aktifitas pengolahan dan Pusat aktifitas pengolahan dan atau pusat distribusi hasil atau pusat distribusi hasil pertanian yang dicirikan pertanian yang dicirikan dengan pemusatan fasilitas-dengan pemusatan fasilitas-fasilitas dan institusi sistem fasilitas dan institusi sistem agribisnis agribisnis yang memadai dan berpihak pada kepentingan masyarakat lokal
Struktur AgropolitanStruktur Agropolitan
Struktur/Hirarki permukimanStruktur/Hirarki permukiman Struktur Jaringan AgribisnisStruktur Jaringan Agribisnis Struktur Jaringan TransportasiStruktur Jaringan Transportasi
• Struktur ruang yang solid yang terbentuk melalui sistem jaringan interaksi/transportasi yang efektif
a. mobilitas sistem residential
b. mobilitas sistem agribisnis
• Adanya satu atau beberapa (kelompok) desa sebagai pusat pelayanan dengan pertimbangan lokasi geografis (central places, gravity dan sebagainya) dengan sistem akses jalan tingkat sekunder (two lane, asphalt pavement) agar dapat dilalui truk kecil dengan sumbu terberat 8 ton
Strukur Pusat Strukur Pusat PermukimanPermukiman
AA Agropolis (Pusat Pelayanan)Agropolis (Pusat Pelayanan)
Aglomerasi 2-5 DesaAglomerasi 2-5 Desa
5000-10 000 jiwa5000-10 000 jiwa
BB Pusat Permukiman Desa Pusat Permukiman Desa
CC Dusun/Kampung Dusun/Kampung
DD Rumah-rumah tersebarRumah-rumah tersebar
KeteranganKeterangan
AdministrasAdministrasii
>10 desa sd < beberapa bagian kecamatan>10 desa sd < beberapa bagian kecamatan
PendudukPenduduk 50000-200000 jiwa50000-200000 jiwa
AgropolisAgropolis
Sistem Permukiman:Sistem Permukiman: PKL plus, RDTR PKL plus, RDTR
Instalasi Pengolahan Air Bersih, IPAL, Prasarana Instalasi Pengolahan Air Bersih, IPAL, Prasarana TelekomunikasiTelekomunikasi
Sistem Agribisnis: Sistem Agribisnis:
Pasar Pertanian/sub terminal agribisnis (Cold storage), Pasar Pertanian/sub terminal agribisnis (Cold storage), Bank Cabang Pembantu, Balai Penyuluhan dan Informasi Bank Cabang Pembantu, Balai Penyuluhan dan Informasi Pertanian/agribisnis, Sentra agroindustri, Kantor Pertanian/agribisnis, Sentra agroindustri, Kantor Pengelolan Agropolitan, Quality ControlPengelolan Agropolitan, Quality Control
Karakteristik AgropolitanKarakteristik Agropolitan
Menuju Kota
Kabupaten (Pusat
Kegiatan Lokal/Wilayah)
Menuju Kota
Kabupaten
(Pusat Kegiatan
Lokal/Wilayah)
Agropolis (PKL) Dusun/Kampung
Tipologi Tipologi AgropolitanAgropolitan
Komoditas Komoditas Unggulan Unggulan Pertanian (on Pertanian (on farm)farm)
1.1. Tanaman Tanaman PanganPangan
2.2. Hortikutur Hortikutur (sayur, buah, (sayur, buah, bunga)bunga)
3.3. PerkebunanPerkebunan4.4. Perikanan Perikanan
DaratDarat5.5. Peternakan Peternakan 6.6. Perikanan Perikanan
LautLaut
EkosistemEkosistem
1.1. PantaiPantai
2.2. Dataran Dataran rendahrendah
3.3. Dataran Dataran TinggiTinggi
PengolahanPengolahan
1.1. Pasca Panen Pasca Panen non industri non industri
2.2. Home Home IndustriIndustri
3.3. Industri Industri Kecil/ Kecil/ MenengahMenengah
4.4. Industri Industri BesarBesar
Distribusi Distribusi dan Pasardan Pasar
1.1. TengkulakTengkulak
2.2. Contract Contract FarmingFarming
Sistem UrbanSistem Urban
1.1. Hirarki Hirarki permukimanpermukiman
2.2. Mono/poli Mono/poli sentricsentric
3.3. InfrastrukturInfrastruktur
4.4. Jumlah/Jumlah/kepadatan kepadatan penduduk penduduk urbanurban
dlldll
Penunjang Penunjang AgribisnisAgribisnis
1.1. Lembaga Lembaga KeuanganKeuangan
2.2. Kios Kios SaprotanSaprotan
dlldll
AGRIBISNISAGRIBISNIS
Agropolis sebagai Sentra Agribisnis kawasan (Pasar Pertanian/sub terminal Pasar Pertanian/sub terminal agribisnis (Cold storage), Bank Cabang Pembantu, Balai Penyuluhan dan Informasi agribisnis (Cold storage), Bank Cabang Pembantu, Balai Penyuluhan dan Informasi Pertanian/agribisnis, Sentra agroindustri, Kantor Pengelolan Agropolitan, Quality Pertanian/agribisnis, Sentra agroindustri, Kantor Pengelolan Agropolitan, Quality Control, dll)Control, dll)
Struktur Hirarki/Jaringan Agribisnis di bawahnya ditentukan oleh karakteristik Tipologi Agropolitan
Jaringan TransportasiJaringan Transportasi
Jalan Kolektor/ArteriJalan Kolektor/Arteri
Agropolis – Kota sedang/besarAgropolis – Kota sedang/besar Jalan DesaJalan Desa
Pusat-pusat desa - AgropolisPusat-pusat desa - Agropolis Jalan DusunJalan Dusun
Dusun – Pusat Desa; Antar Dusun – Pusat Desa; Antar DusunDusun
Farm RoadFarm Road
Lahan/ladang pusat -Lahan/ladang pusat -pengumpulan/permukiman pengumpulan/permukiman (jalan diperkeras minimal untuk (jalan diperkeras minimal untuk kendaraan roda 2/3kendaraan roda 2/3
Gerakan agropolitan telah cukup populer dan mendapat sambutan yang cukup luas di berbagai daerah
Tahun 2002/2003: 8 KabupatenTahun 2003/2004: 39 KabupatenTahun 2004/2005: 61 KabupatenTahun 2005/2006: 98 KabupatenTahun 2006/2007: 120 Kabupaten/Kota
Namun masih menyimpan sejumlah masalah dan tantangan
konsistensi dukungan dan komitemen pemerintah pusat sangat dibutuhkan.
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT
DanaBarang JasaTenagadll
BarangJasadll
Peningkatan hasilPeningkatan pelayananPeningkatan ketrampilan
Peningkatan kesejahteraanPemerataan pendapatanPenurunan kesenjangan antara wilayah
MONITORING EVALUASI
Proses Evaluasi Pelaksanaan Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan
(Budiharsono dkk, 2006)
Kegiatan-kegiatan Pemerintah dalam Kegiatan-kegiatan Pemerintah dalam Pengembangan Agropolitan (2002 sd Pengembangan Agropolitan (2002 sd sekarang)sekarang)
sosialisasi program pengembangan kawasan, pembuatan master plan kawasan, penyusunan program kerja, pembangunan sarana dan prasarana, pemberdayaan masyarakat, dan pendidikan dan pelatihan. Pembuatan perda yang mendukung
pengembangan kawasan Kemitraan dengan dunia usaha, LSM, dan
Perguruan Tinggi Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pengembangan kawasan agropolitan
Isu-isu Strategis Dalam Pelaksanaan Pengembangan Agropolitan
ASPEK INPUT & PROSES•Rendahnya Kapasitas SDM pertanian/perdesaan •Rendahnya partisipasi masyarakat; •Akses masyarakat terhadap sumber daya – sumber daya utama •Lemahnya dukungan permodalan (akses terhadap sumberdaya finansial) •Pemasaran produk (info harga, fluktuasi harga dan kontinuitas pasar)•Lemahnya pengembangan kelembagaan pengelola di level lokal/komunitas (banyak infrastruktur yang tidak digunakan setelahproyek berakhir)•Ketidakjelasan dan lemahnya organisasi pengelola kawasan•Lemahnya kapasitas kelembagaan petani/produsen•Sistem tata niaga (dikuasai tengkulak, tidak berpihak pada masyarakat lokal/petani)
Non – Tata Ruang
• Rendahnya pemahaman dan adanya perbedaan persepsi tentang konsep kawasan agropolitan
• Ketidakjelasan dan tidak efektifnya penataan ruang kawasan perdesaan
• Lemahnya keterkaitan kawasan agropolitan dengan sistem kota-kota menengah-besar yang ada
ASPEK OUTPUT & OUCOME
•Belum berkembangnya aktivitas industri pengolahan
•Peningkatan pendapatan masyarakat (belum signifikan),
•Ketidaksesuaian Prasarana/sarana dikembangkan dg kebutuhan masyarakat
Tata Ruang
Rekomendasi Tindak Lanjut
• Sosialisasi, penyusunan pedoman-pedoman, fasilitasi komunikasi/dialog mengenai best practices pengelolaan agropolitan
• Pengembangan arahan/pedoman-pedoman/standar sistem tata ruang perdesaan (untuk pengendalian alih fungsi lahan, mengatur standar prasarana dan sarana serta struktur tata ruang yang sesuai dengan tingkat perkembangan kawasan, dan sebagainya)
• Mengembangkan pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, serta mengkampanyekan pentingnya perencanaan perdesaan (rural planning)
• Pengembangan pedoman/standar prasarana dan sarana fisik permukiman dan produksi (pertanian dan non-pertanian) perdesaan
• Pendidikan/capacity building pemerintahan desa/kecamatan di dalam perencanaan tata ruang dan perencanaan perdesaan
• Pengembangan kapasitas kelembagaan perencana dan pengendalian tata ruang pada tingkat perdesaan
Pedoman, Sosialisasi dan Capacity Building
• Pengembangan industri, jasa, dan institusi keuangan pertanian dan perdesaan
• Pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana permukiman
• Pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana perdesaan dan pertanian
• Revitalisasi dan pengembangan kota-kota kecil-menengah (Agropolis)
• Identifikasi (calon) kota kecil/menengah potensial dan perlu dikembangkan
Ekonomi, Struktur, Sarana dan Prasarana
III. Action Plan
Beberapa pokok pikiran penting :
1. Pembangunan kawasan perdesaan melalui agropolitan menjadi penting untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran, rendahnya pendidikan, kesehatan dan menjaga ketersediaan sumber-sumber pangan, sandang, papan, obat-obatan, energi, berbagai material alam seperti serat, getah, atsiri, mineral,logam, dan kayu serta fungsi tata air, siklus karbon-oksigen, temperatur udara dan keindahan landscape.
2. Pembangunan kawasan perdesaan melalui agropolitan harus diarahkan dalam upaya untuk memperkuat sistem kewilayahan nasional, sehingga terjadi keterkaitan yang saling sinergis dan berimbang antar komponen-komponen sistem (desa-kota)
3. Keterkaitan yang sinergis dan berimbang dapat dibangun melalui hubungan struktur hirarkhi desa-kota yang berjenjang sehingga pengembangan tata ruang kawasan agropolitan yang mengakomodasi tumbuhnya kota-kota kecil menengah yang dapat mamfasilitasi perkembangan kawasan produksi pertanian di perdesaan dapat menjadi solusi
Konsep Agropolitan pada dasarnya ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah di atas, karena itu keberhasilan pengembangan suatu kawasan agropolitan dicirikan oleh 3 hal yaitu :
• Berkembangnya wilayah perdesaan berbasis aktivitas ekonomi sektor pertanian (rural & agriculture development)
• Terciptanya keberimbangan pembangunan wilayah desa-kota (balance inter-regional development)
• Berkembangnya struktur keterkaitan wilayah desa-kota yang saling memperkuat (strengthening rural-urban linkage)
Dengan demikian beberapa kata kunci yang perlu diperhatikan adalah :
• Pengembangan aktivitas pertanian (sosial, ekonomi, kelembagaan, kebijakan)
• Pengembangan infrastruktur wilayah (jalan, listrik, pengairan dsb)
• Penataan ruang kawasan yang mencakup pengembangan pusat-pusat pelayanan (kota kecil menengah), agar tercipta hirarki hubungan desa-kota yang interdependent tetapi saling memiliki bargaining yang kuat
Berdasarkan uraian di atas usulan definisi kawasan agropolitan adalah :
“Pembangunan wilayah perdesaan berbasis aktivitas pertanian, melalui pengembangan infrastruktur wilayah di dalam suatu penataan ruang struktur pusat-pusat pelayanan (kota-kota kecil menengah) yang mampu melayani, mendorong, menarik, dan menghela berkembangnya kawasan-kawasan produksi pertanian di sekitarnya, serta menciptakan struktur hirarkhi hubungan desa-kota yang saling terkait dan berimbang “
TANTANGAN
• Penetapan kawasan agropolitan perlu mempertimbangkan kawasan lindung
• Agropolitan memerlukan pendekatan struktur ruang, dimana penataan ruang memegang peranan penting dalam menentukan tata guna lahan di kawasan agropolitan
• Pada tingkat mikro, aglomerasi desa-desa menjadi sebuah kawasan akan menimbulkan pergerakan sehingga diperlukan ketersediaan prasarana pendukung yang memadai
• Diperlukan pendekatan menyeluruh dimana agropolitan hanya akan efektif apabila sistem hirarki kota berjalan dengan baik
• Dukungan modal dan biaya hidup harian petani perlu diperhatikan agar lebih mandiri dan tidak tergoda untuk menjual langsung tanpa proses atau pengangkutan terlebih dahulu
STRATEGI
• Agropolitan memerlukan pendekatan struktur ruang, dimana penataan ruang memegang peranan penting dalam menentukan tata guna lahan di kawasan agropolitan
• Dari segi penataan ruang, diperlukan komitmen tegas untuk menjadikan sebuah kawasan sebagai kawasan agropolitan sehingga ada kesatuan visi dalam kegiatan harian kawasan tersebut
• Simpul-simpul kegiatan ekonomi akan ditentukan oleh jaringan jalan oleh karena itu perlu ditetapkan rencana jaringan jalan berwawasan agropolitan dalam RTRW Kabupaten
• UU Penataan Ruang perlu menegaskan peran desa sebagai sentra produksi dimana aksesibilitas minimum wajib dicapai agar dapat memerankan fungsi sebagai simpul kegiatan tingkat tiga (orde tiga)
• Potensi masalah koordinasi antara wilayah administratif perlu diantisipasi dengan menuangkan rencana kawasan kedalam rencana penataan ruang
• Agar pertumbuhan kota terjadi sesuai perencanaan, maka perlu tata kota yang disesuaikan dengan rencana Agropolitan
Program2 terkait, PPK (Program Pengembangan Program2 terkait, PPK (Program Pengembangan Kecamatan), dllKecamatan), dll
Dianggap proyekDianggap proyek Manajemen Kawasan, bisa lintas kecamatan (tidak Manajemen Kawasan, bisa lintas kecamatan (tidak
berbasis administrasi)berbasis administrasi) Badan Pengelola KawasanBadan Pengelola Kawasan Kasus BP Kapet, tabrakan kewenangan, resistensi Kasus BP Kapet, tabrakan kewenangan, resistensi
pemerintahan lokal (camat, dll)pemerintahan lokal (camat, dll) Untuk Pengemb Sektor Basis: pengolahan, Untuk Pengemb Sektor Basis: pengolahan,
perdagangan, infrastrukur komunikasi & energiperdagangan, infrastrukur komunikasi & energi Konsentrasi aktifitas di atas cenderung mengikuti pola Konsentrasi aktifitas di atas cenderung mengikuti pola
sebaran penduduk dan akses transportasisebaran penduduk dan akses transportasi Konsentrasi/aglomerasi di pusat-pusat lokal sudah Konsentrasi/aglomerasi di pusat-pusat lokal sudah
mulai menganggu.mulai menganggu.