agroforestri jalawure · 2020. 3. 6. · agroforestry (bppta), badan litbang dan inovasi...

88

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas
Page 2: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

i

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

Pangan Alternatif dari Hutan untuk Wilayah Pesisir

Page 3: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

ii

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987

Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982

Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak

ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,

dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan

pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

iii

Aji Winara, dkk

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

Pangan Alternatif dari Hutan untuk Wilayah Pesisir

UNS PRESS

Page 5: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

iv

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides) Pangan Alternatif dari Hutan untuk Wilayah Pesisir Hak Cipta© Aji Winara, dkk. 2019

Penyusun

Aji Winara Rd. Dedi Herdiyana Asep Rohandi Udin Saepudin Eva Fauziyah Fitria Nurlaela Suhartono

Editor

Asep Rohandi Ary Widiyanto

Ilustrasi Sampul

UNS Press Penerbit & Percetakan

Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press) Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126 Telp. (0271) 646994 Psw. 341 Fax. 0271 7890628 Website : www.unspress.uns.ac.id Email : [email protected] Cetakan 1, Edisi 1, Oktober 2019 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Rights Reserved

ISBN 978-602-397-321-7

Page 6: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

v

KATA PENGANTAR

Isu pangan masih menjadi isu utama di dunia saat ini

termasuk di Indonesia. Kawasan hutan berkontribusi dalam pemenuhan ketahanan pangan melalui agroforestri. Namun jika terbentuk tegakan hutan, produktivitas tanaman pangan nasional menjadi menurun karena tidak mampu optimal dalam beradaptasi di bawah naungan. Sementara beberapa jenis tanaman pangan alternatif mampu bertahan di bawah tegakan hutan seperti jenis umbi-umbian.

Buku ini lahir sebagai upaya untuk kembali mengangkat pangan lokal khususnya yang secara alami berada di wilayah hutan. Jalawure (Tacca leontopetaloides) merupakan salah satu tanaman pangan yang mampu beradaptasi di bawah tegakan hutan dan mampu beradaptasi pula pada habitat tanah marginal pasir pantai. Agroforestri jalawure hadir berkontribusi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang kebutuhan pangan lokal masyarakat sekitar hutan dan optimalisasi lahan di bawah tegakan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penulis dan editor atas sumbangsihnya sehingga buku “Agroforestri Jalawure: Pangan Alternatif dari Hutan untuk Wilayah Pesisir” dapat diterbitkan. Semoga Buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ciamis, Oktober 2019 Kepala Balai Bagus Novianto, S.Hut. MP.

Page 7: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, telah terbit buku “Agroforestri Jalawure: Pangan Alternatif dari Hutan untuk Wilayah Pesisir”. Buku ini merupakan hasil penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas tentang tanaman jalawure (Tacca leontopetaloides) mulai dari aspek taksonomi, morfologi, ekologi, kandungan gizi, pemanfaatan umbi, teknik agroforestri, analisis usaha tani, sosial budaya masyarakat dan tantangan dalam pengembangannya.

Latar belakang dilakukannya penelitian jalawure adalah adanya pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang teknik budidaya jalawure. Buku ini hadir sebagai upaya untuk mengisi kekosongan informasi tersebut.

Proses kegiatan penelitian hingga penulisan buku ini banyak dibantu oleh banyak pihak. Terima kasih kepada BPPTA yang telah mendanai kegiatan penelitian dan pencetakan buku ini, dan kepada Dr. Murniati selaku Koordinator RPPI Sumber Pangan Alternatif dari Pusat Litbang Hutan yang telah membimbing kami serta para editor. Terima kasih pula kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam hal ini para penyuluh dari Kantor Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Cikelet, Pemerintah Desa Cigadog dan Cijambe dan Kelompok Tani Muara III Desa Cigadog (Bpk. Jono Sujono).

Page 8: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

vii

Semoga hadirnya buku ini dapat meningkatkan kontribusi agroforestri bagi masyarakat di Indonesia umumnya dan para pegiat agroforestri pada khususnya.

Ciamis, Oktober 2019

Penulis

Page 9: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................... vi DAFTAR ISI ..................................................... viii 1. Pendahuluan ......................................................................... 1

2. Taksonomi, Morfologi dan Ekologi Jalawure ........... 7

3. Kandungan Nutrisi dan Pemanfaatan Jalawure ...... 15

4. Agroforestri Jalawure ....................................................... 27

5. Analisis Usaha Tani Jalawure ......................................... 45

6. Aspek Sosial Budaya dan Prospek Pengembangan Tanaman Jalawure: Studi di Kabupaten Garut ................................................................ 57

7. Penutup .................................................................................. 73

TESTIMONI ................................................................................. 75 TENTANG PENULIS ................................................................. 76

Page 10: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

1

PENDAHULUAN

Agroforestri Jalawure dan Ketahanan Pangan

Asep Rohandi dan Aji Winara

A. Agroforestri dan Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan menjadi salah satu program prioritas

nasional saat ini di Indonesia. Penambahan jumlah penduduk

memberikan konsekuensi meningkatnya kebutuhan akan pangan

di tengah masih kurangnya daya dukung produktivitas hasil

pertanian dan semakin banyaknya alih fungsi lahan pertanian

menjadi areal penggunaan lain seperti pemukiman. Selain

mengandalkan lahan basah, untuk mendukung ketahanan

pangan diharapkan pula kontribusi dari lahan kering seperti

pertanian lahan kering dan lahan hutan, meskipun produktivitas

pertanian di lahan kering masih belum bisa mengimbangi lahan

basah (Abdurachman, Dariah, & Mulyani, 2008).

Kontribusi kawasan hutan dalam mendukung ketahanan

pangan dilakukan melalui pola agroforestri (Widodo, 2011). Pola

agroforestri yang biasa dikembangkan pada petani di sekitar

hutan khususnya melalui perhutanan sosial ataupun pengelolaan

hutan bersama masyarakat mampu memberikan kontribusi

pendapatan rumah tangga hingga 41,32 % (Mayrowani & Ashari,

2011). Selain itu, agroforestri dapat memperbaiki kualitas tanah

Page 11: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

2

dan lingkungan sehingga agroforestri merupakan wujud sinergis

antara sektor pertanian, kehutanan dan lingkungan (Kohli, Singh,

Batish, & Jose, 2008; Sabarnurdin, Budiadi, & Suryanto, 2011).

Praktek agroforestri penghasil pangan pada beberapa

wilayah hutan biasanya diterapkan pada kondisi 3-5 tahun

pertama. Hal tersebut dilakukan karena beberapa tanaman

pertanian khususnya padi, jagung dan kacang tanah hanya

produktif pada lahan tanam yang masih terbuka atau biasa

disebut agroforestri awal. Namun ketika telah terbentuk pohon

dengan tajuk yang rapat, jenis tanaman pertanian utama

penghasil pangan seperti Padi Jagung Kedele (Pajale) sudah tidak

bisa ditanam oleh para petani sehingga diperlukan pemilihan

jenis tanaman pangan yang bisa adaptif di bawah naungan

pohon. Umbi-umbian merupakan tanaman potensial sebagai

pangan alternatif selain beras. Disamping itu sebagian jenis

umbi-umbian mampu bertahan di bawah naungan dalam sebuah

pola agroforestri (Maryanto, 2013).

Umbi-umbian banyak memberikan peran dalam ketahanan

pangan masyarakat di dunia. Di Indonesia, LIPI merekomendasi-

kan beberapa jenis umbi-umbian alternatif bagi sumber pangan

antara lain Sente (Alocasia macrorrizha), Talas (Colocasia

esculenta), Suweg (Amorphophallus paeoniifolius), Porang/Iles-

iles (Amorphophallus muelleri), Amorphophallus prainii,

Crytosperma merkusii, kimpul (Xanthosoma sagittifolium), Tacca

lancaeofolia, Tacca macrantha, Tacca palmate, Jalawure (Tacca

leontopetaloides), Uwi (Dioscorea alata), Gembili (Dioscorea

esculenta), Gadung (Dioscorea hispida), Dioscorea bulbifera,

Dioscorea penthapylla dan Dioscorea nummularia, Garut

(Maranta arundinacea), Ganyong (Canna indica), Kentang hitam

Page 12: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

3

(Plectranthus rotundifolius), Ubi Kayu (Manihot esculenta) dan

Ubi Jalar (Ipomea batatas). Umbi-umbian yang paling potensial

dimanfaatkan sebagai pengganti karbohidrat selain beras adalah

ubi kayu atau singkong dengan produksi yang cukup tinggi

(Bantacut, 2010). Namun umbi tersebut tidak produktif pada

areal tanam di bawah tegakan.

Beberapa jenis tanaman pangan (umbi-umbian) memiliki

potensi yang baik dan mampu beradaptasi di bawah tegakan

hutan seperti porang atau iles-iles (Wijayanto & Pratiwi,

2011;Fauziyah & Diniati, 2011), ganyong di bawah tegakan

sengon (Rahayu & Wijayanto, 2014), kimpul di bawah tegakan

jati (Murniyanto, Sugito, Guritno, & Handayanto, 2011), uwi,

garut, taro (Lewerissa, 2013) dan Jalawure (Setiawan, 2013).

B. Jalawure dan Ketahanan Pangan dari Hutan

Jalawure (T. leontopetaloides) merupakan umbi umbian

wilayah pesisir pantai yang potensial sebagai cadangan pangan.

Jalawure memiliki nilai gizi yang sangat tinggi antara lain

karbohidrat bersih 85,74%, kalsium 0,058%, fosfor 0,007%, air

12.1% dan menghasilkan energi sebesar 346 kalori

(Spennemann, 1994). Adapun adanya potensi pengembangan

jalawure sebagai herba pangan dari hutan pantai didukung oleh

beberapa faktor antara lain daya dukung sosial dan daya dukung

ekologi. Daya dukung sosial adalah berupa pengenalan sebagian

masyarakat pesisir akan manfaat tanaman tersebut serta

pengetahuan tentang pengolahan pasca panen yang telah

dimiliki. Selain itu proses pengenalan secara nasional telah

dilakukan oleh LIPI yang menjadikan jalawure menjadi maskot

flora hari cinta puspa dan satwa nasional tahun 2012. Sementara

Page 13: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

4

itu secara ekologi daya dukung jalawure terletak pada eksistensi

jalawure yang tumbuh dengan baik pada lahan marjinal

menjadikannya potensial sebagai tanaman pangan untuk

gerakan rehabilitasi lahan marjinal pantai. Selain itu daya tahan

tanaman Jalawure di bawah naungan pepohonan atau pandan-

pandanan yang menjadikannya potensial dikembangkan sebagai

tanaman agroforestry.

Permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah upaya

budidaya jalawure belum banyak dilakukan oleh masyarakat,

namun pemanfaatan umbi dari alam senantiasa dilakukan

sehingga jika tidak ada kontrol dapat mengancam

keberadaannya. Disamping itu beberapa habitat alaminya telah

mengalami gangguan oleh perubahan habitat seperti tambak

udang dan kawasan ekowisata.

Guna mengoptimalkan manfaat jalawure bagi ketahanan

pangan dari wilayah hutan maka perlu dilakukan upaya

konservasi jenis serta pengembangan jenis dalam pola

agroforestri. Buku ini hadir sebagai upaya awal untuk

mendesiminasikan kegiatan domestikasi melalui budidaya

agroforestri jalawure dibawah tegakan hutan, khususnya hutan

jati di wilayah pesisir.

Page 14: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

5

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., Dariah, A., & Mulyani, A. (2008). Strategi dan teknik pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Litbang Pertanian, 27(2), 43–49.

Bantacut, T. (2010). Ketahanan pangan berbasis cassava. Jurnal Pangan, 19(1), 3–13.

Fauziyah, E., & Diniati, D. (2011). Pola pengembangan dan pemanfaatan iles-iles di bawah tegakan. Prosiding Workshop Status Riset Dan Rencana Induk Penelitian Agroforestry, 202–210. Bogor: Pusat Penelitian Peningkatan Produktivitas Hutan.

Kohli, R. K., Singh, H. P., Batish, D. R., & Jose, S. (2008). Ecological Interactions in Agroforestry: An Overview. In Ecological Basis of Agroforestry (pp. 3–14). New York: CRC Press.

Lewerissa, E. (2013). Inventarisasi jenis umbian di bawah tegakan agroforestri sebagai sumber pangan (Studi Kasus di Desa Kali Upa Kecamatan Tobelo Tengah). Jurnal Agroforestri, 8(4), 276–285.

Maryanto, I. (2013). Bioresources Untuk Pembangunan Ekonomi Hijau (D. Susiloningsih, ed.). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Mayrowani, H., & Ashari. (2011). Pengembangan agroforestry untuk mendukung ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 83-98.

Page 15: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

6

Murniyanto, E., Sugito, Y., Guritno, B., & Handayanto, E. (2011). Potensi Xanthosoma sagittifolium dibawah tegakan hutan produksi jati: penunjang ketahanan pangan. Prosiding Seminar Nasional Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan, 20 Oktober 2011. Madura: Universitas Trunojoyo.

Rahayu, A. R., & Wijayanto, N. (2014). Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Ganyong Merah (Canna edulis Ker.) di Bawah Tegakan Sengon (Falcataria moluccana Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika, 5(2), 119–123.

Sabarnurdin, M. ., Budiadi, & Suryanto, P. (2011). Agroforestri untuk indonesia : strategi kelestarian hutan dan kemakmuran. Yogyakarta: Cakrawala Media.

Widodo, Y. (2011). Strategi sinergistik peningkatan produksi pangan dalam hutan lestari melalui wanatani. Pangan, 20(3), 251–270.

Wijayanto, N., & Pratiwi, E. (2011). Pengaruh naungan dari tegakan sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap pertumbuhan tanaman porang (Amorphophallus onchophyllus). Jurnal Silvikultur Tropika, 2(1), 46–51.

Page 16: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

7

TAKSONOMI, MORFOLOGI DAN EKOLOGI JALAWURE

Aji Winara dan Udin Saepudin

A. Taksonomi

Taksonomi Jalawure menurut Lim (2016) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Subdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsidau

Subkelas : Liliidae

Ordo : Dioscoreales

Famili : Dioscoreaceae

Genus : Tacca J.R.

Species : Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze

Sinonim : Chaetaea tacca Sol. Ex Seem, Leontice

leontopetaloides L, Tacca abyssinica Hoschst. ex.

Baker, Tacca artocarpifolia Seem, Tacca browni

var. paeoniifolia limpr., Tacca dubia Schult &

Page 17: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

8

Schult.f., Tacca gaogao Blanco, Tacca guineensis

G. Don ex. Loudon, Tacca hawaiiensis H. Limpr.,

Tacca involucrate Schumach & Thonn.

Nama Inggris : arrowroot, east indian arrowroot, fiji arrowroot,

polynesian arrowroot, tacca, tahiti arrowroot,

william arrowroot.

Nama lokal : Pia (Aceh), Kacunda (Jakarta), Likir-jalawure

(Sunda), Kecondang (Jawa), Condang (Madura),

Totoan (Bima), Kolopale (Makasar), Kacodo

(Bugis), Kacunda (Timor), Telo (Buru), Kayeli

(Ternate) (Heyne, 1987).

Jalawure (Tacca leontopetaloides (L.) O. Kuntze) pada

awalnya tergolong famili Taccaceae (Drenth, 1972), namun

secara molekuler saat ini lebih dekat pada famili Dioscoreaceae

(Maryanto & Susiloningsih, 2013).

B. Morfologi

Secara habitus, jalawure adalah tanaman herba umbi-

umbian semusim. Tinggi tanaman mencapai 100-165 cm dengan

arah pertumbuhan tegak lurus dan memiliki batang semu dari

bagian umbi. Daun majemuk menjari berwarna hijau dengan

permukaan agak bergelombang, diameter tajuk daun hingga 100

cm (Gambar 1a). Bunga jalawure terletak diujung batang yang

terbentuk tersendiri terpisah dari daun, berkelamin ganda

dengan putik dan benang sari yang dapat dibedakan. Buah

Page 18: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

9

jalawure berjumlah banyak, berbentuk subglobosa, bulat telur

atau elipsoid, berukuran 3,5 x 2,5 cm, oranye pucat jika matang,

berusuk. Setiap buah jalawure mengandung biji dalam jumlah

banyak, berbentuk ovoid hingga elipsoid, berukuran 5-8 x 4-6

mm, berwarna coklat kekuningan.

Gambar 1. Morfologi jalawure: a. herba dewasa; b. biji; c. bunga;

d. buah; e. umbi.

c

a d

e b

Page 19: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

10

Umbi jalawure berbentuk bulat hingga oval dengan

permukaan kulit tipis dan halus berwarna krem hingga coklat

muda dan memiliki akar-akar ketika telah dewasa. Umbi anak

akan keluar dari umbi empu melalui stolon meskipun umbi

empu akan terbentuk setelah terjadi pertumbuhan vegetatif.

Umbi anak terbentuk pada posisi tanah lebih dalam

dibandingkan umbi empu hingga 30 cm dan sangat bergantung

pada kondisi tanah. Umbi empu akan membusuk ketika fase

pertumbuhan umbi anak telah matang.

Gambar 2. Keragaan morfologi jalawure dewasa dan umbi nya (tanda lingkaran dan panah) dari habitat pantai Kabupaten Garut.

C. Ekologi

Secara alami tanaman jalawure tumbuh pada ketinggian

3-330 m dpl, dijumpai pada eksositem pantai, padang alang-

alang, savana dan kebun kelapa. Tanaman ini tersebar mulai dari

Page 20: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

11

wilayah Afrika Barat melalui Asia Tenggara ke Australia Utara,

menyeberang ke wilayah Nugini dan Polinesia. (Lim, 2016).

Indonesia merupakan salah satu habitat alami tanaman

jalawure diantaranya Jawa Barat (Pelabuhan Ratu, Garut,

Kepulauan Krakatau), Yogyakarta (Gunung Kidul), Jawa Tengah

(Kepulauan Karimun Jawa, Kepulauan Kagean), Jawa Timur

(Kediri, Madura) dan Pulau Sumatera seperti Kepulauan Bangka

Belitung (Maryanto & Susiloningsih, 2013).

Gambar 3. Habitat alami jalawure pada tanah dominan pasir

pantai di Kabupaten Garut (kiri) dan pada tanah liat

di Yogyakarta (kanan).

Habitat alami jalawure adalah tanah dominan pasir pantai

hingga 98 % pasir (Garut, Kepulauan Karimun Jawa, Kepulauan

Kagean, Yogyakarta dan Madura) dan tanah lempung/liat

(Sukabumi dan Yogyakarta) (Syarif, Lestari, & Wawo, 2014;

Winara & Murniati, 2018) sebagaimana Gambar 2. Jalawure

ditemukan tumbuh alami dibawah tegakan jati, ketapang, mindi,

akasia, mangga dan pandan laut (Setyowati et al., 2012;

Setiawan, 2013; Syarif, Lestari, & Wawo, 2014; Susiarti, 2015;

Winara & Murniati, 2018).

Page 21: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

12

Jalawure dapat tumbuh dibawah naungan tegakan pohon

dengan intensitas cahaya rendah yaitu hingga 10 %, seperti di

pantai barat dan selatan Kabupaten Bangkalan (Setiawan, 2013).

Selain itu jalawure dapat tumbuh bersama tanaman herba

lainnya seperti Curcuma amada dan Dioscorea bulbifera (Meena

& Yadav, 2010), dan dapat ditumpangsarikan dengan tanaman

pangan semusim lainnya seperti jagung dan kacang tanah.

Gambar 4. Jalawure dibawah tegakan pandan laut.

Keberadaan populasi jalawure di alam ditemukan

menyebar secara soliter dan mengelompok serta mendominasi

tumbuhan bawah khususnya pada fase vegetatif atau belum

berbuah. Jalawure mendominasi tanaman bawah pada

habitatnya di Pantai Cigadog dan Sayangheulang Kabupaten

Garut, dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 96,69 % dan

kelimpahan individu mencapai 12.500 – 29.000 individu/ha

(Winara & Murniati, 2018).

Page 22: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

13

DAFTAR PUSTAKA

Drenth, E. (1972). A revision of the family Taccaceae. Blumea, 20(2), 367–406.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia I. Bogor: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.

Lim, T. K. (2016). Edible Medicinal and Non Medicinal Plants (Vol. 10, Modifi). London: Springer. https://doi.org/10.1007/978-94-017-9511-1

Maryanto, I., & Susiloningsih. (2013). Bioresources Untuk Pembangunan Ekonomi Hijau. (D. Susiloningsih, Ed.). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Meena, K. L., & Yadav, B. L. (2010). Short Communications Tacca leontopetaloides ( Linn .) O . Kuntze ( Taccaceae ) – A new record to the flora of Rajasthan. Indian Journal of Natural Product and Resources, 1(4), 512–514.

Setiawan, E. (2013). Eksplorasi Tacca leontopetaloides (L) : Pola sebaran dan ekologi di kabupaten Bangkalan. In Prosiding Seminar Nasional “Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan” (pp. 570–574). Madura: Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo.

Setyowati, N., Susiarti, S., & Rugayah. (2012). Tacca Leontopetaloides: Persebaran dan Potensinya sebagai Sumber Pangan Lokal di Jawa Timur, 536(April), 31–40.

Susiarti, S. (2015). Potensi To’toan ( Tacca leontopetaloides ( L .) O . Kuntze ) sebagai bahan pangan di Pulau Kagean, Jawa Timur. Berita Biologi, 14(1), 97–103.

Page 23: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

14

Syarif, F., Lestari, P., & Wawo, H. (2014). Variasi karakteristik pertumbuhan Tacca leontopetaloides ( L ) Kuntze ( Taccaceae ) di Pulau Jawa dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Berita Biologi, 13(2), 161–171.

Winara, A., & Murniati. (2018). Pola sebaran, kelimpahan populasi dan karakteristik habitat jalawure (Tacca leontopetolides) di Kabupaten Garut. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 16(02), 79–89.

Page 24: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

15

KANDUNGAN NUTRISI DAN PEMANFAATAN JALAWURE

Aji Winara dan Nurlaela Fitriani

A. Kandungan Nutrisi

Umbi jalawure telah diketahui memiliki kandungan nutrisi

yang layak sebagai sumber pangan. Umbi jalawure di wilayah

kepulauan Pasifik memiliki kandungan nutrisi diantaranya

karbohidrat sebesar 85,74%, 12,1 % kadar air, 0,18% protein,

0,05% lemak, 1,89% abu, 58 % kalsium, 7,2% posfor, 0,002

thiamin dan energi 346 kalori (Murai, Pen, & Miller, 1958).

Wardah et al., (2017) melaporkan kandungan nutrisi umbi

kering jalawure (100 g) di Indonesia antara lain 80,11-88,07 %

karbohidrat, 0,78 % lemak, 5,23% protein, 1,85% serat dan 334-

369 kal energi. Kandungan karbohidrat dan energi yang

dikandung oleh umbi jalawure sangat memungkinkan

menjadikan umbi tersebut sebagai pangan alternatif baik untuk

manusia maupun hewan (Ogbonna et al., 2017).

Ogbonna et al., (2017) melaporkan potensi kandungan

nutrisi lainnya dari umbi jalawure adalah 100 g umbi

mengandung natrium 34,72 mg, kalium 40,18 mg, kalsium 0,25

mg, magnesium 1,40 mg, besi 1,37 mg, seng 1,64 mg, mangan

Page 25: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

16

0,72 mg, tembaga 0,68 mg dan fosfor 0,06 mg. Selain itu umbi

jalawure pun mengandung beberapa komponen utama metabolit

sekunder seperti tanin 2,50 mg, phytat 49,77 mg, oksalat 15,51

mg, sianida 0,18 mg, alkaloid 42,90 mg, saponin 14,67 mg dan

flavanoid 1,46 mg.

Tabel 1. Kandungan proksimat umbi segar dan pati jalawure hasil agroforestri dibawah tegakan jati (Winara, 2018)

No Kandungan Umbi Segar Pati 1 Air (%) 63,99 14,7 2 Abu (%) 1,24 0,1 3 Lemak (%) 0,06 0,06 4 Protein total (%) 2,81 0,14 5 Serat Kasar (%) 0,415 ta 6 Karbohidrat by different (%) 31,38 84,4 7 Kalori (kal) 128,80 323 8 Vitamin C (mg/100 gr) 16,06 9,19 9 Pati (%) 29,64 84

10 Fe (ppm) 8,31 ta 11 Amilosa ta 30,4 12 Amilopektin ta 53,8

Keterangan: ta = tidak dianalisis

Sementara itu Winara (2018) melaporkan bahwa

kandungan nutrisi umbi jalawure hasil budidaya agroforestri

tidak berbeda jauh dengan kandungan dari sebaran alami yaitu

umbi basah (100 g) mengandung 31,38 % karbohidrat, 0,06 %

lemak, 2,81 % protein, 0,42 % serat kasar, 16,06 % vitamin C,

29,64 % pati, 8,31 ppm Fe dan menghasilkan energi sebesar

128,8 kalori, sedangkan pati jalawure mengandung 84,4 %

Page 26: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

17

karbohidrat, 323 kalori energi, 30,4 % amilosa dan 53,8 %

amilopektin (Tabel 1).

B. Pemanfaatan Secara Tradisional

Pemanfaatan jalawure secara tradisional telah dilakukan

cukup lama dan teruji secara turun temurun pada beberapa

negara. Bagian tanaman yang telah dimanfaatkan sebagai bahan

pangan adalah umbi.

Umbi jalawure menjadi bahan baku pangan penting bagi

beberapa masyarakat tradisional di kepulauan pasifik khususnya

di wilayah kepulauan. Di Nigeria tanaman jalawure menjadi

sumber pangan utama yang tumbuh secara liar pada wilayah

savana (Omojola, 2013). Sementara di kepulauan Marshall, umbi

jalawure menjadi tanaman pangan penting kedua pada masa

paceklik karena ketersediaanya di beberapa pulau cukup

melimpah khususnya pada musim kering disaat tanaman pangan

lain tidak berproduksi (Spennemann, 1994).

Demikian pula di Indonesia, pemanfaatan umbi jalawure

sebagai penyedia pangan telah lama dilakukan masyarakat

khususnya pada saat musim paceklik dan kesulitan pangan, sejak

jaman pendudukan Hindia Belanda terutama di kepulauan

Karimun Jawa dengan sebutan kecondang (Heyne, 1987).

Pemanfaatan umbi jalawure di Kabupaten Garut dilakukan pada

masa paceklik tahun 1980-an dengan sebutan jalawure

(Fauziyah, 2017).

Pemanfaatan umbi jalawure dilakukan tidak secara

langsung melainkan umbinya diolah terlebih dahulu menjadi

tepung (Lim, 2016). Pemanenan umbi jalawure dilakukan

Page 27: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

18

setelah tanaman memasuki masa dormansi atau mati. Hal ini

dilakukan agar kandungan pati dalam umbi tersebut cukup

optimal.

a. Pembuatan Pati Jalawure

Pengolahan umbi jalawure menjadi pati dilakukan

karena adanya rasa pahit dan racun pada kulit umbi segar

jalawure (Ukpabi, U. J., Ukenye, E., & Olojede, 2009). Rasa

pahit tersebut muncul karena umbi jalawure mengandung

senyawa Taccalin (Maryanto & Susiloningsih, 2013). Potensi

senyawa taccalin saat ini sedang dilakukan penelitian terkait

potensinya sebagai bahan baku obat.

Gambar 1. Pati umbi jalawure

Pembuatan pati jalawure dapat dilakukan secara

sederhana. Adapun tahapan proses pembuatan pati jalawure

oleh masyarakat Garut adalah sebagaimana Gambar 2. Proses

tersebut mirip dengan cara pengolahan umbi menjadi pati

jalawure pada beberapa wilayah lain.

Page 28: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

19

Gambar 2. Proses pembuatan pati jalawure secara sederhana oleh petani di Kabupaten Garut.

Umbi jalawure Umbi dikupas Umbi dicuci

Umbi diparut Campuran parutan dan air bersih diperas

dan disaring 4-5 kali

Hasil parutan

diaduk dengan

air bersih

Larutan yang

tersaring

diendapkan

Endapan pati

dipisahkan dan

dkeringkan

Tepung jalawure

yang sudah

kering

Page 29: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

20

Proses pembuatan pati jalawure menggunakan air

sebagai pelarut. Air digunakan untuk membuang rasa pahit

pada umbi. Masyarakat pesisir di Kabupaten Garut

menghasilkan pati jalawure dengan rendemen pati hingga

30% dengan syarat umbi jalawure berbobot minimal 0,5 kg

dan dalam kondisi cukup tua atau matang dalam tanah.

Pematangan pati dalam umbi jalawure biasanya dilakukan

dengan cara membiarkan umbi di dalam tanah sekitar 2-3

bulan setelah tanaman menguning (gugur).

Pati jalawure cukup tahan lama dalam penyimpanan.

Menurut pengalaman masyarakat, pati jalawure dapat

disimpan hingga satu tahun (Wardah et al., 2017). Selain itu

berdasarkan pengamatan langsung penulis, pati jalawure

lebih tahan terhadap serangan hama pati dibadingkan pati

terigu.

b. Pengolahan Pati Sebagai Bahan Baku Kue

Sebagian besar masyarakat pesisir di Indonesia

memanfaatkan pati jalawure sebagai bahan baku makanan

jenis kue. Masyarakat pesisir Garut Jawa Barat mengolah

pati jalawure menjadi beberapa jenis kue diantaranya kue

ongol-ongol, semprong, cendol, cheesestick, bolu, kue talam,

ladu, kue seroja, kue aci, kue widara, kue gabus, kue bangkat,

kue tamban (BP3K Cikelet, 2011; Wardah et al., 2017;

Fauziyah, 2017). Masyarakat Karimun Jawa mengolah pati

jalawure menjadi kue ender-ender dan kue delapan

(Sihotang, 2013). Sementara masyarakat di Pulau Buru

Maluku mengolah pati jalawure tidak hanya sebagai

bahanbaku kue tapi juga menjadi papeda atau makanan

pokok dan kue sagu mutiara (Heyne, 1987).

Page 30: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

21

Gambar 3. Aneka olahan kue dari pati jalawure.

Pemanfaatan pati jalawure sebagai bahan makanan

tidak untuk kebutuhan sehari-hari, namun lebih banyak

untuk waktu tertentu seperti pada masa paceklik, hari raya

atau kegiatan hajatan.

c. Pemanfaatan lain

Selain pemanfaatan bagian umbi, bagian lain dari

tanaman jalawure dimanfaatkan sebagai pangan, obat dan

bahan baku kerajinan. Buah jalawure dikonsumsi di Nigeria

dengan rasa yang manis (Borokini & Ayodele, 2012). Di

kepulauan Polinesia, umbi mentah dicampur dengan air dan

tanah merah digunakan untuk mengobati diare, disentri dan

pendarahan lambung Kay (1973) dalam (Lim, 2016). Di

Nigeria, bagian akar jalawure digunakan untuk mengobati

hepatitis dan bisa patukan ular (Borokini & Ayodele, 2012).

Sementara Heyne (1987) melaporkan bahwa tangkai

buah jalawure dimanfaatkan oleh masyarakat Kepulauan

lautan teduh sebagai bahan baku serat kerajinan anyaman

topi wanita pada tahun 1900an. Tangkai jalawure dibelah

menjadi bagian, bagian luar yang berwarna hijau dibuang

dan bagian dalamnya dicuci serta dijemur hingga kering.

Page 31: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

22

C. Prospek Pengembangan Komoditi

Selain pemanfaatan secara tradisional yang telah

dilakukan oleh masyarakat, umbi jalawure telah banyak diteliti

potensi pemanfaatannya sebagai komoditi industry pangan. Pati

jalawure telah dikaji memiliki potensi sebagai bahan baku

biskuit (Aatjin, Lelemboto, Koapaha, & Mamahit, 2013) dan mie

instan (Kurniawan, 2017). Kandungan amilopektin pada pati

jalawure lebih tinggi dari kandungan amilosa sehingga

menyebabkan biskuit yang terbuat dari pati jalawure berkesan

renyah namun tidak mudah patah. Demikian pula ketika

dijadikan bahan baku makanan ringan cheesestick yaitu

menghasilkan kue yang bertekstur sangat renyah namun kurang

mengembang.

Selain berpotensi sebagai bahan pangan, jalawure memiliki

manfaat lain diantaranya memiliki potensi kandungan obat yaitu

antioksidan (Martin, Aviana, Hapsari, Rantau, & Ermayanti,

2012), antitripanosomal (Dike et al., 2016), antimikroba (Habila,

Bello, Dzikwe, Ladan, & Sabiu, 2011). Selain itu berpotensi pula

sebagai bahan baku biopolimer manufaktur mobil (Makhtar,

Rodhi, Musa, & Hamid, 2013) dan bioplastik (Makhtar, Rais, et al.,

2013).

Page 32: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

23

DAFTAR PUSTAKA

Aatjin, A. Z., Lelemboto, M. B., Koapaha, T., & Mamahit, L. P.

(2013). Pemanfaatan pati Tacca (Tacca Leontopetaloides) pada pembuatan biskuit. COCOS, 2(1), 1–8.

Borokini, T. I., & Ayodele, A. E. (2012). Phytochemical Screening of Tacca Leontopetaloides ( L .) Kuntze Collected from Four Geographical Locations in, 2(4), 97–102. https://doi.org/10.5923/j.ijmb.20120204.06

BP3K Cikelet, B. P. P. P. dan K. K. C. (2011). Budidaya Jalawure. Leaflet.

Dike, V. T., Vihiior, B., Bosha, J. A., Yin, M., Ebiloma, G. U., Koning, H. P. De, … Gray, A. I. (2016). Antitrypanosomal Activity of a Novel Taccalonolide from the Tubers of Tacca leontopetaloides. Phytochemical Analysis, 27(February), 217–221. https://doi.org/10.1002/pca.2619

Fauziyah, E. (2017). Farmers knowledge abaout jalawure (Tacca leontopetaloides (L.). Kuntze) as an alternative flour substitute crop. In Proceeding of IUFRO-INAFOR Joint International Conference 2017 (pp. 469–477). Yogyakarta: IUFRO-INAFOR.

Habila, J. ., Bello, I. A., Dzikwe, A. A., Ladan, Z., & Sabiu, M. (2011). Comparative evaluation of phytochemicals , antioxidant and antimicrobial activity of four medicinal plants native to Northern Nigeria . Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(5), 537–543.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia I. Bogor: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.

Kurniawan, A. (2017). Karakter mie pati taka (Tacca leontopetaloides) yang disubstitusi mocaf. Universitas Gadjah Mada.

Page 33: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

24

Lim, T. K. (2016). Edible Medicinal and Non Medicinal Plants (Vol. 10, Modifi). London: Springer. https://doi.org/10.1007/978-94-017-9511-1

Makhtar, N. S. M., Rais, M. F. M., Rodhi, M. N. M., Bujang, N., Musa, M., & Hamid, K. H. K. (2013). Tacca Leontopetaloides starch : new sources starch for biodegradable plastic. Procedia Engineering, 68, 385–391. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2013.12.196

Makhtar, N. S. M., Rodhi, M. N. M., Musa, M., & Hamid, K. H. K. (2013). Thermal behavior of Tacca leontopetaloides starch-based biopolymer. International Journal of Polymer Science, 68(2013), 1–7.

Martin, A. F., Aviana, A., Hapsari, B. W., Rantau, D. E., & Ermayanti, M. (2012). Uji fitokimia dan aktivitas antioksidan pada tanaman ex vitro dan in vitro tacca leontopetaloides. In Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan “. Yogyakarta: Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia. https://doi.org/10.13140/RG.2.1.3648.8729

Maryanto, I., & Susiloningsih. (2013). Bioresources Untuk Pembangunan Ekonomi Hijau. (D. Susiloningsih, Ed.). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Murai, M., Pen, F., & Miller, C. D. (1958). Some Tropical South Pacific Island Foods. Honolulu, Hawaii: University of Hawaii Press.

Ogbonna, A., Adepoju, S., Ogbonna, C., Yakubu, T., Itelima, J., & Dajin, V. (2017). Root tuber of Tacca leontopetaloides L . ( kunze ) for food and nutritional security. Microbiology: Current Research, 1(1), 1–11.

Page 34: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

25

Omojola, M. (2013). Tacca starch: A review of its production, physicochemical properties, modification and industrial uses. African Journal of Food, Agriculture, Nutrition and Development, 13(4), 7972–7985.

Sihotang, V. B. L. (2013). The Utilization of Kecondang ( T . leontopetaloides ) in Karimunjawa Island as Alternative Food. In Proceeding ICGRC 2013 (pp. 44–48). Malang: Universitas Brawijaya.

Spennemann, D. H. R. (1994). Traditional arrowroot production and utilization in Marshall Islands, 14(2), 211–234.

Ukpabi, U. J., Ukenye, E., & Olojede, A. O. (2009). Raw-material potentials of Nigerian wild polynesian arrowroot (Tacca leontopetaloides) tubers and starch. Journal of Food Technology, 7(4), 135–138.

Wardah, Sambas, E. ., Ridwan, & Ariani, D. (2017). Starch Product of Wild Plants Species Jalawure ( Tacca leontopetaloides L .) Kuntze as The Source of Food Security in The South Coastal West Java Starch Product of Wild Plants Species Jalawure ( Tacca leontopetaloides L .) Kuntze as The Source of Food Sec. In International Conference on Food Science and Engineering 2016: Material Science and Engineering 193 (pp. 1–10). IOP Publishing. https://doi.org/10.1088/1757-899X/193/1/012035

Winara, A. (2018). Potensi agroforestri jalawure (Tacca leontopetaloides) untuk ketahanan pangan lokal di Kabupaten Garut. In Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2018 (pp. 84–89). Ciamis: Balai Litbang Teknologi Agroforestry-Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat-Masyarakat Agroforestri Indonesia.

Page 35: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

26

Page 36: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

27

AGROFORESTRI JALAWURE

Aji Winara, Suhartono, Asep Rohandi, Rd. Dedi Herdiyana

A. Status Budidaya Jalawure

Jalawure secara alami dapat tumbuh pada lahan terbuka

dan di bawah naungan. Budidaya jalawure telah dilakukan

sebagian masyarakat pesisir di Indonesia seperti di Kabupaten

Garut. Lahan yang digunakan adalah lahan pantai yang tidak jauh

dari habitat asli jalawure. Budidaya dilakukan secara

monokultur tidak intensif. Menurut BP3K Cikelet (2011),

kegiatan monokultur jalawure yang dilakukan oleh masyarakat

Garut cukup sederhana. Setelah dilakukan persiapan bibit,

kemudian dibuat lubang tanam jalawure pada lahan pasir pantai

dengan jarak 1 m x 1 m. Pupuk dasar berupa pupuk kandang

diberikan diawal sebelum penanaman. Penanaman dilakukan

sebelum musim hujan, biasanya bulan Agustus atau September.

Bibit umbi yang digunakan biasanya memiliki bobot 250 g atau

sebesar genggaman tangan. Pemanenan hanya dilakukan

sewaktu-waktu diperlukan. Karena tidak dilakukan secara

intensif, maka tidak informasi valid mengenai hasil panen umbi

jalawure tersebut.

Page 37: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

28

Gambar 1. Agroforestri jati dan jalawure

Sementara itu budidaya jalawure secara agroforestri

belum dilakukan di Indonesia. Salah satu kelebihan jalawure

adalah cukup adaptif terhadap naungan dengan tingkat naungan

hingga > 75% meskipun informasi produktivitas umbi jalawure

pada berbagai variasi tingkat naungan belum diketahui.

Budidaya agroforestri jalawure sebagai penghasil pangan dapat

menjadi pilihan dalam optimalisasi lahan di bawah tegakan.

Uraian budidaya agroforestri jalawure pada buku ini merupakan

pembelajaran dari demplot agroforestri jalawure di bawah

tegakan jati berumur 7 dan 9 tahun dengan tingkat naungan >

75% di wilayah pesisir Kabupaten Garut.

Page 38: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

29

B. Teknik Agroforestri Jalawure

Beberapa tahapan kegiatan dalam budidaya agroforestri

jalawure antara lain penyiapan lahan, penyiapan bibit,

penanaman, pemeliharaan, pengendalian organisme pengganggu

tanaman (OPT) dan pemanenan.

1. Penyiapan bibit

Jalawure termasuk tanaman herba yang menghasilkan

biji. Regenerasi alami tanaman jalawure terjadi melalui biji.

Namun untuk menghasilkan umbi yang besar membutuhkan

waktu cukup lama. Selain menggunakan biji, penyediaan bibit

jalawure dapat pula dilakukan melalui umbi baik umbi anak

maupun umbi induk atau umbi empu. Perbedaan umbi induk

dan umbi anak sebagaimana Gambar 2.

Gambar 2. Umbi jalawure: umbi induk (tanda lingkaran) dan

umbi anak (tanda panah)

Menurut Wawo, Lestari, & Utami (2015), penggunaan

umbi sebagai bibit jalawure dapat dilakukan sesuai dengan

tujuannya. Umbi induk dapat digunakan untuk menghasilkan

Page 39: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

30

umbi anak dalam jumlah banyak namun berukuran kecil,

sehingga bisa dimanfaatkan lagi sebagai bibit. Sementara umbi

anak dapat digunakan untuk menghasilkan umbi anak sebagai

sumber pangan karena akan menghasilkan umbi dalam ukuran

lebih besar dari bibit.

Seleksi sumber benih menjadi hal penting yang harus

dilakukan pada awal penyiapan bibit. Hingga saat ini belum ada

informasi mengenai kualitas sumber benih jalawure. Adapun

informasi yang tersedia masih terbatas pada keragaman genetik

jalawure pada sebaran alami. Ardiyani, Sulistyaningsih, & Esthi

(2014) melaporkan bahwa jalawure yang berasal dari

Gunungkidul memiliki variasi genetik tertinggi atau

menunjukkan bahwa lokasi tersebut merupakan pusat

keragaman jalawure di Indonesia.

Pemilihan umbi anak sebagai sediaan bibit jalawure sangat

penting untuk menjamin persentase tumbuh yang lebih baik.

Umbi yang dipilih sebaiknya umbi yang sehat dan memiliki bakal

kemunculan tunas (Gambar 3).

Bibit umbi diangin-anginkan beberapa minggu sebelum

ditanam, sehingga kemungkinan muncul mata tunas dari bagian

bekas penempelan stolon telah terlihat. Umbi jalawure termasuk

umbi yang mudah untuk bertunas meskipun dalam

penyimpanan. Cadangan pati dalam umbi digunakan sebagai

sumber energi awal untuk menumbuhkan tunas.

Page 40: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

31

Gambar 3. Perlakuan bibit umbi jalawure dan posisi bakal tunas (tanda lingkaran)

2. Penyiapan lahan

Lahan untuk menanam jalawure sebaiknya memenuhi

beberapa syarat tumbuh ideal. Beberapa syarat tumbuh

tersebut antara lain:

- Ketinggian tempat 0-300 mdpl

- Tanah gembur atau berpasir

- Derajat keasaman tanah normal

- lahan terbuka atau dibawah naungan

Lahan hutan menjadi salah satu areal yang bisa

dimanfaatkan untuk penanaman jalawure. Lahan hutan berisi

tegakan pohon yang biasanya dipenuhi oleh semak belukar

atau gulma, tanah yang telah mengalami pemadatan dan

dipenuhi oleh serabut akar pohon (Gambar 4). Sementara itu

untuk melakukan penanaman umbi jalawure memerlukan

area penanaman dan kondisi tanah yang cukup gembur

sehingga harus dilakukan penyiapan lahan.

Page 41: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

32

Gambar 4. Kondisi lahan dibawah tegakan sebelum pengolahan dan setelah digemburkan

Beberapa tahapan dalam penyiapan lahan antara lain:

- Pembersihan semak belukar atau gulma (land clearing)

- Pengolahan tanah

- Pembuatan bedeng tanam

- Pengajiran

- Pembuatan lubang tanam.

Pembersihan lahan dapat dilakukan dengan

menggunakan herbisida atau dengan cara manual

menggunakan alat sabit atau kored bergantung pada kondisi

semak belukar.

Page 42: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

33

Gambar 5. Pembuatan bedeng tanam dan pemberian sekam padi

Pengolahan tanah dilakukan untuk menyiapkan lahan

tanam jalawure. Tanah yang gembur menjadi syarat utama

media tanam jalawure. Pengolahan tanah menggunakan

garpu dan cangkul dilakuan untuk membalikan tanah dan

menghancurkan gumpalan tanah yang sudah terlanjur

memadat. Guna menjaga kegemburan tanah, biasanya

dilakukan pembuatan bedeng tanam dan pemberian sekam

padi sekaligus sebagai asupan bahan organik.

Pembuatan bedeng tanam dilakukan sesuai dengan

jarak tanam jalawure (Gambar 5). Pembuatan bedeng tanam

tidak dilakukan searah kontur namun dilakukan melawan

kontur. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi erosi tanah

pada saat musim hujan. Alur atau jalur air limpasan

permukaan tetap disediakan agar tidak terjadi penggenangan

air. Jika terjadi penggenangan air hujan biasanya dapat

mengakibatkan pembusukan umbi dan rentan serangan

penyakit tanaman.

Page 43: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

34

3. Penentuan Jarak Tanam dan Pengajiran

Jarak tanam jalawure ditentukan berdasarkan ukuran

umbi bibit yang akan ditanam. Untuk ukuran umbi bibit 250-

300 g dapat digunakan jarak tanam 50 cm x 50 cm, 75 cm x

75 cm dan 100 cm x 100 cm. Produktivitas umbi panen pada

setiap jarak tanam berbeda-beda. Menurut (Winara et al.,

2017) produktivitas umbi panen jalawure pada jarak tanam

50 cm x 50 cm sebesar 13,36 ton/ha, pada jarak tanam 75 cm

x 75 cm sebesar 8,14 ton/ha dan pada jarak tanam 100 cm x

100 cm sebesar 3,98 ton/ha. Namun berdasarkan analisis

usahatani jalawure yang dilakukan oleh Suhartono & Winara,

(2019) jarak tanam jalawure dibawah tegakan jati lebih

direkomendasikan jarak tanam 75 cm x 75 cm karena lebih

layak secara finansial. Sementara untuk ukuran bobot umbi

bibit dibawah 250 g bisa menggunakan jarak tanam lebih

rapat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi persaingan ruang

dan cahaya mengingat bentuk pertumbuhan daun jalawure

sangat melebar.

Gambar 6. Pemasangan ajir dan desain pola tanam alternate rows (adaptasi dari Atangana et al., 2014)

Page 44: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

35

Pengajiran dilakukan untuk membantu mengetahui

posisi lubang tanam. Posisi ajir diletakkan menyesuaikan

dengan jarak tanam dan kondisi tegakan jati. Metode

alternate rows (Atangana, Khasa, Chang, & Degrande, 2014)

bisa digunakan untuk mengoptimalkan semua ruang tanam

yang tersedia dibawah tegakan jati (Gambar 6). Pengosongan

ruang tanam dilakukan pada radius 50 cm sekitar tegakan

jati agar pertumbuhan umbi tidak terhambat oleh perakaran

jati.

4. Pembuatan lubang tanam

Lubang tanam jalawure dibuat dengan ukuran 25 cm x

25 cm kedalaman 25 cm. Jika lubang tanam terlalu dangkal,

maka bibit tanah penutup akan terbuka oleh benturan air

hujan sehingga upaya penimbunan harus dilakukan.

5. Pemupukan Dasar

Pupuk dasar diberikan sebelum penanaman dilakukan,

minimal 2 minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk dasar

sebagai penyedia hara bagi tanaman. Pupuk dasar yang

digunakan adalah pupuk organik dari kotoran ternak atau

pupuk kandang dengan dosis 500 g/tanaman. Meskipun

kandungan hara pupuk kandang tidak sebanyak pupuk kimia,

namun ketersediaannya di sekitar masyarakat cukup mudah.

Resikonya adalah dosis pupuk kandang lebih banyak dari

pupuk kimia. Selain itu, efektivitas daya serap hara dari

pupuk kandang sangat bergantung pada proses dekomposisi-

nya. Penggunaan pupuk kandang yang telah terdekomposisi

lebih disarankan.

Page 45: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

36

6. Penanaman

Umbi jalawure ditanam menjelang musim penghujan.

Posisi benih umbi ditempatkan dengan cara mengarahkan

bakal tunas kearah atas permukaan tanah. Dibuat guludan

sampai menutupi umbi yang ditanam agar tidak mudah

terbuka ketika musim hujan.

Gambar 7. Penanaman umbi jalawure dan pertumbuhan tunas daun jalawure

7. Pemeliharaan

Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi 1)

pembersihan gulma dan serasah daun yang menimpa

tanaman 2) pendangiran, 3) pembumbunan/pengurugan, 4)

pemupukan lanjutan, 5) pengajiran, 6) pengendalian hama

dan penyakit.

a. Pembersihan Gulma dan Serasah

Gulma dan serasah merupakan gangguan pada

agroforestri jalawure. hasil kajian Suhartono & Winara

(2018), dijumpai 26 jenis gulma (16 famili) pada lahan

agroforestri jati dan jalawure di Kabupaten Garut yang

Page 46: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

37

didominasi oleh jenis rumput-rumputan Axonus

compresus. Pengendalian gulma dilakukan secara manual

menggunakan alat sederhana seperti kored karena

sebagian jenis gulma dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ternak.

Gambar 8. Gangguan serasah jati dan gulma serta kegiatan pembersihan secara manual

Serasah jati merupakan gangguan lain pada

agroforestri jati dan jalawure. Daun jati yang cukup besar

dapat mengganggu kekokohan tanaman jalawure. Musim

gugur daun jati terjadi bersamaan dengan pemunculan

buah jalawure. Pembersihan serasah daun jati dari

permukaan daun jalawure akan mengurangi beban

batang jalawure. Serasah daun jati dapat dikumpulkan

sebagai mulsa organik bagi tanaman jalawure.

b. Pendangiran

Pendangiran dilakukan secara rutin untuk menjaga

kegemburan tanah. Pendangiran dapat dilakukan

beberapa kali disesuaikan dengan kemampuan dan

kondisi tanaman. Semakin rapat jarak tanam jalawure

Page 47: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

38

akan berpengaruh secara teknis pada kegiatan

pendangiran tanaman.

Gambar 9. Kegiatan pendangiran dan pembumbunan tanaman

c. Pembumbunan/pengurugan

Kegiatan pembumbunan atau pengurugan sangat

penting pada budidaya tanaman pertanian apalagi umbi-

umbian. Selain untuk memacu perkembangan umbi juga

untuk menambah kekokohan tanaman (supaya tidak

mudah roboh), menghindari munculnya tunas dari umbi

dan menghindari serangan hama. Kegiatan

pembumbunan dapat dilakukan minimal 3 kali per

musim.

d. Pengajiran Lanjutan

Pengajiran lanjutan dilakukan ketika tanaman

memasuki fase generatif berbunga dan berbuah. Hal ini

dilakukan untuk menopang beban daun dan buah

jalawure yang cukup berat bagi tanaman.

Tanaman jalawure akan roboh karena bobot buah

jalawure cukup berat dan daun yang cukup lebar. Selain

itu biasanya wilayah pesisir pantai selatan memiliki

Page 48: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

39

musim angin barat sehingga hembusan angin yang

kencang bisa menambah gangguan kekokohan batang

jalawure. oleh karena itu pengajiran ulang dengan ajir

yang lebih kuat harus dilakukan seperti menggunakan

ajir dari bambu bulat atau kayu. Pengikatan batang

jalawure pada ajir membantu menegakkan tanaman

jalawure.

Gambar 10. Kondisi jalawure yang hampir roboh dan kegiatan pengajiran lanjutan

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan jalawure

dibawah tegakan jati menunjukkan tidak adanya interaksi

jenis hama dan penyakit antara kedua jenis tanaman

penyusun. Adapun jenis hama dan penyakit yang

dijumpai dalam pola tersebut bersifat mandiri atau tidak

saling berhubungan satu dan yang lainnya. Jenis hama

tidak dijumpai pada tanaman jalawure, namun dijumpai

adanya serangan penyakit tanaman baik pada jati

maupun jalawure. Serangan penyakit pada tanaman jati

adalah berupa penyakit benalu, sedangkan pada jalawure

adalah busuk pangkal umbi sebagaimana Gambar 12.

Page 49: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

40

Gambar 11. Gejala penyakit busuk pangkal umbi pada tanaman jalawure

Luas serangan penyakit busuk pangkal umbi

mencapai 8,67% untuk plot agroforestri dibawah

tegakan jati berumur 7 tahun dan 5,16% untuk plot

agroforestry dibawah tegakan jati berumur 9 tahun. Luas

serangan tersebut masih termasuk kategori serangan

ringan. Patogen penyebab penyakit busuk pangkal umbi

pada jalawure belum bisa diketahui. Namun secara umum

jenis patogen penyebab busuk pangkal biasanya

disebabkan oleh patogen tular tanah. Kondisi tanah

dibawah tegakan jati tergolong dominan liat sehingga

curah hujan yang tinggi dan sepanjang tahun

menyebabkan adanya genangan air disekitar bedeng

tanam. Adanya genangan menyebabkan tanaman jenis

umbi-umbian rentan serangan penyakit patogen tular

tanah. Kondisi tersebut terjadi pula pada tanaman suweg

Page 50: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

41

(Amorphophallus spp.) yang terserang patogen jenis

Slerotium rottsii akibat drainase yang kurang baik dan

adanya pelukaan mekanis (Saleh et al., 2015).

Penggunaan fungsisida biologis berbahan dasar fungi

Tricoderma spp. cukup efektif untuk mengendalikan jenis

penyakit tular tanah tersebut.

8. Pemupukan Lanjutan

Pemupukan lanjutan dilakukan pada saat tanaman

memasuki masa muda atau tumbuh daun. Pupuk majemuk

jenis NPK dengan dosis 50 g/tanaman bisa digunakan.

9. Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika tanaman sudah

menguning secara serempak dan mati (masa dormansi

umbi). Tanaman memasuki masa menguning pada umur 7-8

bulan setelah tanam (BST). Sementara masa panen dilakukan

setelah daun tanaman mati atau umbi memasuki masa

dormasi dan pematangan kandungan pati. Pemanenan harus

dilakukan secara hati-hati karena umbi mudah terluka. Umbi

anak yang dihasilkan bervariasi sebagian besar menghasilkan

1 umbi anak dengan ukuran lebih besar dari umbi bibit awal.

Sementara umbi induk pakanmembusuk.

Page 51: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

42

Gambar 12. Kondisi tanaman jalawure matang (menguning)

dan siap panen (daun mati layu)

C. Penyimpanan Hasil

Umbi yang telah dipanen harus disimpan pada tempat

yang kering untuk menghindari gangguan jamur. Penyimpanan

umbi jalawure tidak bisa bertahan lama atau lebih dari satu

musim karena akan tumbuh tunas. Pengolahan pasca panen

umbi lebih disarankan guna menghindari pertumbuhan tunas

pada umbi.

Page 52: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

43

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyani, M., Sulistyaningsih, L. D., & Esthi, Y. N. (2014). Keragaman genetik Tacca leontopetaloides ( L .) Kuntze ( Taccaceae ) dari beberapa provenansi di Indonesia berdasarkan marka inter simple sequence repeats (ISSR). Berita Biologi, 13(1), 85–96.

Atangana, A., Khasa, D., Chang, S., & Degrande, A. (2014). Tropical Agroforestry. Springer.

BP3K Cikelet, B. P. P. P. dan K. K. C. (2011). Budidaya Jalawure. Leaflet.

Saleh, N., Rahayuningsih, S. ., Radjit, B. ., Ginting, E., Harnowo, & Mejaya, I. M. . (2015). Tanaman Porang. Pengenalan, Budidaya dan Pemanfaatannya. Bogor: . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian.

Suhartono, & Winara, A. (2018). Keragaman dan potensi pemanfaatan jenis gulma pada agroforestri jati (Tectona grandis L.f) dan jalawure (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntz). Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 15(2), 65–77.

Suhartono, & Winara, A. (2019). Kelayakan usahatani jalawure (Tacca leontopetaloides) dibawah tegakan jati (Tectona grandis). Manuskrip.

Wawo, A. H., Lestari, P., Utami, W., Botani, B., Penelitian, P., & Lipi, B. (2014). Studi perbanyakan vegetatif tanaman taka ( Tacca leontopetaloides ( L .) Kuntze ) dan pola pertumbuhannya. Berita Biologi, 14 (1), 1–9.

Page 53: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

44

Winara, A., Rohandi, A., Fauziyah, E., Suhartono, Gunawan, Herdyana, R. D., & Saepudin, U. (2017). Penerapan model agroforestry tanaman hutan penghasil sumber pangan (umbi-umbian) dalam mendukung ketahanan pangan lokal di Kabupaten Garut dan KPHP Yogyakarta. Laporan Hasil Penelitian. Ciamis.Tidak dipublikasikan.

Page 54: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

45

ANALISIS USAHATANI JALAWURE

Suhartono

A. Prospek Pengembangan Jalawure dengan Pola

Agroforestri

Jalawure adalah salah satu jenis umbi-umbian yang

memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman

penghasil pati. Di Indonesia tanaman ini masih dianggap sebagai

komoditas minor karena kurang memiliki nilai ekonomis (Wawo

et al., 2015). Namun demikian tanaman ini sebenarnya memiliki

banyak manfaat seperti bahan pangan alternatif sumber

karbohidrat (Wardah, 2012; Hapsari et al., 2018), bahan

kosmetik, anyaman dan sumber pakan ternak (Wawo dan

Lestari, 2015). Bahkan di Nigeria, jalawure telah dimanfaatkan

sebagai bahan plastik (Makhtar et al., 2013). Begitu juga di

beberapa negara tropis tanaman ini telah digunakan sebagai

obat dalam pengobatan tradisional (Vu et al., 2017).

Di Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut, jalawure telah

dikenal oleh masyarakat setempat sebagai tanaman yang dapat

menghasilkan umbi yang dapat diolah menjadi pati. Pati hasil

olahan dari umbi jalawure tersebut dimanfaatkan untuk

membuat macam-macam olahan kue. Umbi jalawure biasanya

diperoleh masyarakat dari habitat alami jalawure di lahan pesisir

pantai. Meskipun manfaat jalawure telah diketahui oleh

Page 55: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

46

masyarakat, hingga saat ini belum banyak yang

membudidayakan tanaman ini secara intensif. Salah satu sebab

tanaman jalawure belum banyak dibudidayakan oleh masyarakat

di Kecamatan Cikelet adalah masih tersedianya habitat alami

jalawure. Pangsa pasar yang belum begitu terbuka juga

mempengaruhi minat masyarakat dalam membudidayakan

tanaman ini.

Umbi jalawure banyak dicari oleh masyarakat hanya pada

waktu-waktu tertentu seperti menjelas hari raya lebaran. Selain

itu informasi teknologi budidaya dan potensi usahatani dari

komoditas ini belum banyak tersedia sehingga tingkat

pengetahuan masyarakat tentang jalawure sangat minim.

Untuk keperluan penelitian dan pengembangan IPTEK,

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry

(BPPTA) telah mencoba mengangkat komoditas jalawure sebagai

objek penelitian. Bekerjasama dengan masyarakat tani di

Kecamatan Cikelet, Balai Litbang Teknologi Agroforestry

melakukan uji adaptasi jalawure di bawah tegakan hutan rakyat

jati. Kegiatan ini bertujuan untuk mencari model agroforesti

yang dapat dikembangkan di bawah tegakan hutan rakyat jenis

jati dengan jalawure sebagai tanaman bawahnya. Hasil penelitian

diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyakat

tentang potensi pengembangan jalawure di bawah tegakan

hutan.

Secara umum, jalawure dapat tumbuh baik dan

berproduksi di bawah tegakan hutan rakyat jati. Rata-rata

produksi umbi jalawure terbaik adalah dengan jarak tanam

75x75 yaitu mencapai 462 gram per batang atau 8,4 ton/hektar

(Winara et al., 2017). Hal ini menggambarkan bahwa penanaman

Page 56: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

47

jalawure dengan sistem agroforestri dapat menjadi peluang

untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga petani.

Disamping itu, tersedianya lahan-lahan di bawah tegakan hutan

rakyat yang sudah tidak memungkinkan untuk budidaya

tanaman palawija juga menjadi salah satu peluang dalam

pengembangan tanaman jalawure.

B. Struktur Biaya dan Penerimaan Usahatani

Sebagaimana umumnya kegiatan usahatani, penggunaan

faktor produksi seperti tanah, bibit, pupuk, tenaga kerja dan

obat-obatan juga dibutuhkan dalam proses produksi umbi

jalawure. Lahan merupakan unsur faktor peroduksi yang paling

penting untuk memulai proses budidaya tanaman. Lahan yang

digunakan untuk produksi umbi jalawure adalah lahan hutan

rakyat jenis jati umur 7 dan 9 tahun. Selain lahan input produksi

yang lain seperti saprodi bibit, pupuk dan obat-obatan juga tidak

kalah penting dalam proses produksi tanaman. Jenis pupuk yang

digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk NPK. Lahan di

bawah tegakan jati memiliki potensi untuk dapat ditanami

jalawure sebanyak 17.600 batang dengan jarak tanam jalawure

75x75 cm (Winara et al., 2017).

Teknologi budidaya tanaman jalawure di bawah tegakan

jati yang digunakan secara sederhana dimulai dengan

pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan

pascapanen. Pemupukan dilakukan dengan dosis pupuk kandang

500 gram per lobang tanam dan pupuk NPK 50 gram per lobang

tanam. Selain itu pemasangan ajir bambu juga dilakukan untuk

menopang tanaman jalawure agar tidak roboh. Setiap tahapan

kegiatan proses produksi kecuali pascapanen diasumsikan

Page 57: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

48

dikerjakan oleh tenaga kerja keluarga sendiri. Berikut adalah

prakiraan biaya produksi umbi jalawure dengan pola

agroforestri pada skala usahatani 1 ha dengan jarak tanam

75x75 cm.

Tabel 1. Struktur biaya produksi umbi jalawure dengan pola agroforestri pada skala usahatani 1 Ha

No. Jenis biaya usahatani volume Jumlah (Rp)

1. Biaya tak langsung -Sewa lahan sendiri 1 ha 2.000.000

-Tenaga kerja budidaya 270 HOK 16.200.000

2. Biaya langsung -Pengadaan saprodi 1 paket 23.760.000

-Tenaga kerja pascapanen 182 HOK 10.920.000

3. Biaya Total -Produksi s.d panen umbi

41.960.000 -Produksi s.d jadi pati

52.880.000

Jenis pembiayaan dalam usahatani dapat digolongkan

menjadi dua kategori yaitu biaya langsung (tunai) dan biaya tak

langsung (non tunai). Biaya tunai biasanya dikeluarkan secara

riil untuk membeli sarana produksi seperti bibit, pupuk dan

bahan ajir. Sedangkan biaya sewa lahan milik sendiri dan tenaga

kerja keluarga dapat dikategorikan sebagai biaya non tunai

karena tidak secara riil dikeluarkan. Begitu pula tenaga kerja

dalam keluarga yang tidak dibayar. Jumlah biaya total usahatani

jalawure dalam skala usaha 1 ha mencapai Rp 41.960.000,-

(produksi umbi) dan Rp 52.880.000,- (produksi pati). Usahatani

jalawure dengan produksi akhir pati jalawure memerlukan biaya

yang lebih besar dibanding produksi umbi segar karena adanya

Page 58: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

49

biaya tenaga kerja dari luar keluarga untuk pengolahan umbi

menjadi pati.

Kebutuhan biaya yang cukup besar dalam usahatani

jalawure terdapat pada biaya pengadaan saprodi dan tenaga

kerja. Pada tahap awal kegiatan pembukaan lahan dibutuhkan

cukup banyak tenaga kerja karena calon area penanaman masih

dalam kondisi hutan sehingga pekerjaan pengolahan tanah

menjadi cukup berat. Selain itu kegiatan pengolahan pati dalam

jumlah banyak membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga

karena tidak memungkinkan dikerjakan oleh tenaga kerja dalam

keluarga. Disamping biaya tenaga kerja, pengadaan saprodi juga

membutuhkan cukup banyak biaya sesuai jumlah bibit yang

ditanam.

Pada jarak tanaman 75x75 cm, tanaman jalawure dapat

memproduksi umbi 462 g/batang dengan kadar pati atau pati

yang cukup tinggi yaitu 28,47% (Winara et al., 2017). Jauh

sebelum dilakukan penelitian, sebagian masyarakat di

Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut telah memanfaatkan umbi

jalawure yang dipungut dari alam untuk diolah menjadi pati.

Bahkan umbi dan pati jalawure telah diperjualbelikan dengan

harga Rp 3.000/kg untuk umbi segar dan Rp 25.000/kg untuk

pati jalawure. Berdasarkan tingkat harga umbi dan pati yang

telah berlaku di masyarakat, estimasi produksi dan pendapatan

usahatani jalawure yang di bawah tegakan jati dengan jarak

tanam 75x75 cm dalam skala 1 ha dapat dilihat seperti pada

tabel berikut.

Page 59: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

50

Tabel 2. Penerimaan dan pendapatan usahatani jalawure di bawah tegakan jati hutan rakyat

No Uraian Bentuk produksi usahatani

Umbi Pati

1. Produksi (kg) 8.131 2.315

2. Harga jual (Rp/kg) 3.000 25.000

3. Biaya usahatani

-Biaya langsung (Rp) 23.760.000 34.680.000

-Biaya tak langsung (Rp) 18.200.000 18.200.000

-Biaya total (Rp) 41.960.000 52.880.000

4. Penerimaan (Rp) 24.393.000 57.875.000

5. Pendapatan :

-Biaya total (Rp) -17.567.000 4.995.000

-Biaya langsung (Rp) 633.000 23.195.000

Penerimaan dan pendapatan usahatani dengan menjual

umbi segar lebih rendah dibanding dengan penjualan dalam

bentuk pati. Bahkan pendapatan dari penjualan umbi bernilai

minus apabila penerimaan usaha dibandingkan dengan biaya

total. Namun apabila dibandingkan dengan biaya non tunai

masih diperoleh pendapatan yang positif sebesar Rp 633.000,-.

Pengolahan hasil pertanian merupakan salah satu sub

sistem yang peting dalam sistem agribisnis (Soekartawi, 2013;

Rahim dan Hastuti, 2005). Selain untuk memperpanjang umur

produksi, pengolahan hasil pasca panen pada usahatani dapat

meningkatkan nilai tambah hasil pertanian tersebut. Begitu pula

umbi jalawure yang telah dipanen tidak dapat bertahan dalam

waktu lama. Oleh karena itu pengolahan umbi menjadi pati

Page 60: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

51

merupakan cara yang tepat dalam penanganan pasca panennya.

Selain memperpanjang usia simpan produk juga meningkatkan

nilai jualnya. Hal ini terlihat dari hasil usahatani jalawure yang

dijual dalam bentuk pati dapat menghasilkan pendapatan yang

positif seperti pada lahan dengan jarak tanam jalawure 75x75

cm diperoleh pendapatan sebesar Rp 23.195.000,-.

C. Kelayakan Usahatani

Layak atau tidak layak suatu usahatani untuk dijalankan

dapat dilihat dari perbandingan hasil yang diperoleh dengan

korbanannya (Soekartawi, 2013). Usahatani dikatakan meng-

untungkan apabila jumlah penerimaan dari usahatani lebih besar

dari jumlah biaya yang dikeluarkan.

Tabel 3. Kelayakan usahatani jalawure di bawah tegakan jati hutan rakyat

No Farameter kelayakan

usahatani Bentuk produksi

umbi pati

1. R/C dari biaya total 1,03 1,67 2. R/C dari biaya langsung 0,58 1,09 3. Produktivitas lahan (Rp) - 6.993.816 4. Produktivitas kerja (Rp) - 78.496 5. Produktivitas modal (%) - 14,4

Keterangan : Layak apabila produksi dijual dalam bentuk pati jalawure

Secara finansial, tanaman jalawure diketahui layak untuk

diusahakan dengan pola agroforestri di bawah tegakan jati hutan

rakyat apabila hasil produksi dijual dalam bentuk pati. Nilai R/C

1,67 menunjukkan bahwa setiap korbanan Rp 1,- yang

Page 61: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

52

dialokasikan untuk kegiatan usahatani dapat menghasilkan Rp.

1,67,-. Dengan demikian, usahatani jalawure dengan hasil akhir

produksi yang dijual dalam bentuk pati cenderung lebih

menguntungkan dibanding dengan menjual dalam bentuk umbi.

Adanya kegiatan pasca panen berupa pengolahan umbi menjadi

pati secara nyata memberi kontribusi terhadap peningkatan

pendapatan usahatani jalawure.

Penilaian kelayakan usaha berdasarkan nilai R/C tidak

hanya dilakukan atas dasar biaya tunai namun juga

dibandingkan dengan biaya total. Pendapatan ssahatani jalawure

di bawah tegakan jati hutan rakyat menjadi kurang layak apabila

dibandingkan dengan biaya total pada produksi akhir umbi.

Namun menjadi layak apabila diusahakan sampai dengan

produksi pati sebagaimana ditunjukkan dengan nilai nilai R/C

1,09. Hal ini menunjukkan bahwa faktor tenaga kerja sangat

berpengaruh. Apabila tenaga kerja yang digunakan sepenuhnya

berasal dari luar keluarga akan mengakibatkan kebutuhan biaya

semakin tinggi sehingga pendapatan usahatani menjadi lebih

kaeci dari penerimaannya.

Berdasarkan produktivitas usahatani yang dihasilkan

dapat juga ditentukan bahwa suatu usahatani dikategorikan

layak atau tidak untuk dijalankan. Usahatani jalawure pada jarak

tanam 75x75 cm dengan produksi akhir pati cukup layak

dijalankan karena dapat menghasilkan produktivitas kerja

sebesar Rp 78.496/HOK lebih besar dari satuan upah kerja

daerah setempat (Rp 60.000/HOK). Pilihan usahatani jalawure

dengan pola di bawah tegakan jati sudah tepat bagi petani

karena waktu kerja yang dicurahkan dalam kegiatan ini dapat

terbayarkan lebih besar dari upah kerja menjadi buruh tani di

Page 62: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

53

tempat lain. Begitu juga hasil produktivitas lahan sebesar Rp

6.993.816,- menunjukkan angka yang lebih besar dari nilai sewa

lahan milik sendiri (Rp 2.000.000/Ha). Dengan demikian

kegiatan usahatani jalawure dengan jarak tanam 75x75 cm

dengan produksi pati menjadi sebuah peluang bagi petani untuk

melakukan ekstensifikasi usahatani karena pendapatan yang

diperoleh cukup untuk biaya sewa lahan baru. Usahatani

tersebut juga menjadi prospektif karena rentabilitas 14,4% per

tahun lebih besar dari rata-rata bunga simpanan deposito di

bank (2,5-6,5%) per tahun (Anonim, 2018).

Berdasarkan tolok ukur produktivitas, usahatani jalawure

di bawah tegakan jati dengan jarak tanam 75x75 cm cukup layak

untuk dijalankan apabila hasil produksi yang dijual dalam

bentuk pati. Hal ini didukung pula dengan nilai R/C dari biaya

tunai 1,67 dan R/C dari biaya total 1,09 yang menunjukkan

adanya ketuntungan dari setiap rupiah modal yang dikeluarkan

dalam usahatani tersebut. Walaupun demikian menurut

Soekartawi (2002) nilai R/C <1,5 masih dianggap kurang layak

apabila diperhitungkan dengan bunga modal sendiri. Akan tetapi

dalam kondisi ini petani masih memiliki peluang untuk dapat

bertahan hidup dan menjaga keberlanjutan usahanya.

Page 63: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

54

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2018). Bunga Acuan BI Tak Berubah, Ini Daftar Bunga Deposito Terbaru (19 April 2018). Https://keuangan.kontan.co.id/news/bunga-acuan-bi-tak-berubah-ini-daftar-bunga-deposito-terbaru-19-april-2018. Diakses pada Januari 2019.

Hapsari, B. W., Martin, A. F., & Ermayanti, T. M. (2018). Pertumbuhan Kultur Tunas Taka Pada Media Ms Yang Mengandung Sitokinin Dan Manitol Untuk Konservasi In Vitro. Prosiding SEMNASTAN, 35-43

Makhtar, N. S. M., Rais, M. F. M., Rodhi, M. N. M., Bujang, N., Musa, M., & Hamid, K. H. K. (2013). Tacca Leontopetaloides starch: new sources starch for biodegradable plastic. Procedia Engineering, 68, 385-391.

Rahim, A., & Hastuti, D. R. D. (2005). Sistem Manajemen Agribisnis. Makasar. Universitas Negeri Makasar Press.

Soekartawi. (2002). Analisis Usahatani. Jakarta, UI Press.

Soekartawi. (2013). Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta. PT. Rajagrapindo Persada.

Vu, Q. T. H., Le, P. T. K., Vo, H. P. H., Nguyen, T. T., & Nguyen, T. K. M. (2017, September). Characteristics of Tacca leontopetaloides L. Kuntze collected from An Giang in Vietnam. In AIP Conference Proceedings (Vol. 1878, No. 1, p. 020022). AIP Publishing.

Wawo, A. H., & Lestari, P. (2015). Studi perbanyakan vegetatif tanaman taka (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze) dan pola pertumbuhannya. Berita Biologi, 14(1), 1-9.

Page 64: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

55

Wawo, A.H., Lestari, P., & Wikan, N. (2015). Studi Perbanyakan Vegetatif Tanaman Taka (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze) dan Pola Pertumbuhannya. Berita Biologi, 14(1), 1-9.

Winara, A., Rohandi, A., Fauziyah, E., Suhartono, Gunawan, Widiyanto, A., Herdyana, R.D., & Saepudin, U. (2017). Laporan Hasil Penelitian (LHPt) Penerapan Model Agroforestri Tanaman Hutan Penghasil Sumber Pangan (Umbi-umbian) Dalam Mendukung Program Ketahanan Pangan Lokal di Kabupaten Garut dan KPHP Yogyakarta. Ciamis. Balai Litbang Teknologi Agroforestry.

Page 65: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

56

Page 66: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

57

ASPEK SOSIAL BUDAYA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JALAWURE: STUDI

DI KABUPATEN GARUT

Eva Fauziyah

A. Jalawure dalam Kehidupan Sosial Budaya

Masyarakat

Bagi masyarakat di wilayah pesisir Garut, jalawure (Tacca

leontopetaloides) bukanlah tumbuhan asing. Keberadaan

jalawure di sepanjang pantai Garut sudah diketahui oleh

sebagian besar masyarakat, terutama yang berpofesi sebagai

nelayan, sehingga tidak heran jika jalawure disebut sebagai salah

satu jenis tanaman lokal di Garut. Sebaran alami jalawure di

Kabupaten Garut dijumpai pada beberapa kawasan pesisir dan

hutan pantai di Kecamatan Cikelet dan Pamengpeuk yaitu di

Pantai Cigadog, Pantai Gunung Geuder dan pantai Sayang

Heulang dengan ketinggian 20 m dpl (Winara & Murniati, 2018).

Jalawure merupakan tumbuhan daerah tropis yang diduga

berasal dari Malesia dan tersebar meliputi Asia, Afrika dan

Osenasia. Beberapa nama lokal untuk tanaman jalawure seperti

nubong (Bangka Belitung), kecondang (Jawa Tengah dan Jawa

Timur), taka laut (Sumatera), anuwun (Sulawesi Utara)

Compleng (Yogyakarta), To’toan (Jawa Timur) dan di luar negeri

ada beberapa nama yang digunakan untuk nama Indonesia dari

Page 67: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

58

umbi taka ini yakni arrowroot (Afrika), Yabyaban (Filipina) dan

Kabitsa (Madagasdar) (Sihotang, 2013; Susiarti, 2015b; Kogoya,

Rawung, Sumual, & Djarkasi, 2017). Penamaan umbi taka di

setiap tempat juga memiliki sejarah yang berbeda, jalawure

berasal dari kata jala dan are yang secara harfiah mempunyai

jaring dan nelayan (Fauziyah, 2017; Wardah & Ariani, 2013).

Jalawure sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat

sekitar pesisir, tidak hanya di pantai wilayah Garut tetapi juga

wilayah lain seperti di Sukabumi, Cianjur, Yogyakarta, Kepulauan

Karimun Jawa, Madura, Bangka Belitung dan Kabupaten

Kepulauan Talaud Sulawesi Utara, bahkan di Afrika dan juga

India sebagai bahan makanan dan obat (Wardah, Sambas,

Ridwan, & Ariani, 2016;Jagtap & Satpute, 2015; Susiarti, 2015a,

2015b; Sihotang, 2013); Setiawan, 2013; Aatjin, Lelemboto,

Koapaha, & Mamahit, 2013; Borokini & Ayodele, 2012).

Jalawure yang telah diolah menjadi pati memiliki

kandungan pati yang cukup tinggi sekitar 80,11-88,07%

(Wardah, 2011; Kogoya et al., 2017), sementara kandungan

protein dan lemaknya lebih rendah dibandingkan dengan beras.

Namun demikian melalui penambahan bahan lain dan

pengolahan dapat meningkatkan nilai nutrisi dan dapat disimpan

dalam jangka waktu yang lama (Wardah et al., 2016; Kogoya et

al., 2017).

Tidak ada cerita khusus bagaimana awal mula

pemanfaatan jalawure oleh masyarakat di sekitar pantai Garut

Selatan. Pengetahuan tentang pemanfaatan jalawure diperoleh

secara alami, turun temurun dari orangtua terdahulu. Wardah &

Ariani, (2013) menyebutkan bahwa masyarakat yang memerlu-

kan dan mencoba mengkonsumsi jalawure adalah nelayan. Pada

Page 68: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

59

awalnya mereka khawatir jika jalawure mengandung racun (rasa

pahit), namun setelah mencoba mengolahnya ternyata racun

dapat dihilangkan sehingga aman untuk dikonsumsi. Racun

tersebut adalah senyawa pahit yang dapat dihilangkan dengan

perendaman di air tawar (Aatjin et al., 2013).

Dari proses pengumpulan dan pengolahan jalawure yang

dilakukan diketahui terdapat pengetahuan dan nilai-nilai sosial

budaya dalam budidaya maupun pemanfaatan jalawure. Nilai

tersebut berupa simbol kognitif (cognitive symbol) dan simbol

penilaian (evaluative symbol) serta simbol pengungkapan

perasaan (expression symbol) dalam interaksi sosial (Fauziyah,

2017).

Simbol kognitif terlihat pada keyakinan bahwa jalawure

aman dikonsumsi dan memiliki rasa yang enak melalui

penjelasan-penjelasan akal sehat yang berkaitan dengan

jalawure. Hal tersebut terlihat pada proses adaptasi para

leluhurnya dalam mengkonsumsi jalawure dengan mengolahnya

menjadi pati terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa pahit.

Simbol penilaian dan simbol pengungkapan perasaan

terlihat dalam interaksi sosial. Simbol penilaian terlihat pada

kondisi dimana tanaman jalawure dimanfaatkan oleh

masyarakat yang tempat tinggalnya berdekatan dengan pantai

dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak mempunyai

tanaman pangan di kebunnya. Sementara simbol pengungkapan

perasaan terlihat dalam proses pemanfaatan pati jalawure,

dimana pati jalawure biasanya dibuat khusus untuk kerabat

terdekat ataupun kerabat yang tinggal jauh dari desa. Simbol

pengungkapan perasaan yang dimaksud adalah pengungkapan

perasaaan keakraban, kasih sayang dan penghormatan. Waktu

Page 69: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

60

memanen jalawure juga waktu yang menyenangkan karena

mereka bisa bersama-sama sambil bercanda diantara warga

yang memanen (Fauziyah, 2017; Wardah dan Ariani, 2013).

B. Karakteristik Masyarakat dan Pandangannya

Terhadap Jalawure

Tanaman pangan alternatif merupakan tanaman yang

sejatinya dapat dimanfaatkan untuk menggantikan tanaman

pangan utama, artinya komposisi yang dimiliki oleh tanaman

pangan alternatif dapat sama atau mirip dengan tanaman pangan

utama. Pati jalawure memiliki komposisi yang hampir sama

dengan pati aren atau pati tapioka, sehingga pati ini dapat

dimanfaatkan untuk membuat makanan-makanan yang

berbahan dasar pati tersebut.

Karena jalawure banyak tumbuh di sekitar pantai maka

orang yang memanfaatkan tanaman ini sebagian besar adalah

masyarakat yang sedikit banyak sering melakukan kegiatan di

sepanjang pantai. Hasil penelitian Winara et al. (2016) di Desa

Cigadog dan Desa Cijambe Kecamatan Cikelet memperlihatkan

secara umum sumber mata pencaharian masyarakat yang

memanfaatkan jalawure adalah mata pencaharian yang berbasis

lahan. Sebagian besar kepala keluarga merupakan petani dengan

kepemilikan lahan yang sangat terbatas dan sebagai buruh tani,

buruh bangunan serta merantau. Salah satu strategi yang

dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keterbatasan

alternatif pekerjaan di desanya adalah dengan merantau baik

sebagai buruh (kuli bangunan) dengan sistem kontrak sesuai

masa proyek dan atau memanfaatkan sumber-sumber lain untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk menambah pendapatan

Page 70: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

61

keluarga, kepala keluarga maupun pasangannya juga melakukan

pekerjaan sampingan, dimana pekerjaan sampingan yang banyak

dilakukan adalah sebagai petani dan nelayan kecil yaitu nelayan

yang hanya menggunakan ban, sementara perempuan

melakukan pekerjaan sampingan sebagai buruh tani atau petani,

tergantung kondisi yang ada. Meskipun masyarakat di Desa

Cigadog dan Desa Cijambe secara posisi berada di wilayah pantai

selatan di dataran rendah pesisir samudra pasifik dengan

ketinggian 2 m dpl, namun hanya sebagian kecil masyarakat

yang berprofesi utama sebagai nelayan. Jenis tanaman dominan

yang ditanam petani sebagian besar adalah jagung, kacang tanah

dan kacang hijau, sedangkan tanaman kayu seperti jati hanya

sedikit. Hasil kebun selain untuk memenuhi kebutuhan pangan,

juga untuk dijual, sedangkan hasil dari sawah sebagian besar

hanya dikonsumsi. Bahkan beberapa keluarga seringkali masih

mengalami kekurangan sumber pangan jika hanya

mengandalkan hasil dari kebun atau sawahnya, sehingga

membeli dari warung atau pasar.

Hasil penelitian Winara et al. (2016) di Desa Cigadog dan

Desa Cikelet memperlihatkan bahwa kondisi masyarakat yang

memanfaatkan jalawure termasuk dalam kategori tidak

sejahtera jika dilihat dari alokasi pengeluaran dan pendapatan

yang diterimanya. Rambe, Karsin, & Hartoyo (2008)

menyebutkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap

pengeluaran keluarga adalah pendidikan dan pendapatan. Lebih

lanjut Suhardjo (1989) mengemukakan bahwa pendapatan

sangat berpengaruh terhadap alokasi pengeluaran keluarga.

Keluarga berpenghasilan rendah akan menggunakan sebagian

besar pendapatannya untuk pangan sebagai kebutuhan pokok.

Tingkat pendapatan yang tinggi memberi peluang lebih besar

Page 71: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

62

bagi keluarga untuk memilih pangan yang baik berdasarkan

jumlah maupun jenisnya (Roedjito, 1989). Rendahnya

pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tak

mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan

(Sayogyo et al., 1994).

Bagi yang mengenal, mengolah dan memanfaatkan

jalawure, pati jalawure dianggap sebagai bahan pangan “bernilai

tinggi” karena proses pengumpulan umbinya, pengolahannya

dan keunikan rasa dari pati itu sendiri. Hal ini tidak sejalan

dengan anggapan-anggapan yang menyatakan bahwa orang yang

mengkonsumsi bahan pangan non beras adalah masyarakat yang

tidak sejahtera. Widowati (2011) dalam Susiarti (2015)

menyatakan adanya anggapan bahwa masyarakat yang pangan

pokoknya non beras mempunyai status ekonomi dan sosial yang

lebih rendah dibandingkan masyarakat yang pangan pokoknya

beras. Di Garut Selatan, bahan pangan pokok masyarakatnya

juga adalah beras, sedangkan umbi-umbian termasuk jalawure

memang tidak menjadi bahan pangan pokok. Namun Wardah

dan Ariani (2013) menyebutkan bahwa Kecamatan Cikelet

merupakan salah satu daerah kekurangan pangan. Kondisi ini

dapat dilihat dari ketergantungan lahan pertanian terhadap

hujan, kesuburan tanah yang rendah, jumlah bulan hujan lebih

rendah dari musim kemarau. Oleh karena itu, upaya-upaya

pengembangan tanaman pangan yang tahan kering dilakukan,

salah satunya adalah pengembangan tanaman jalawure.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut juga

mempengaruhi persepsinya terhadap pengembangan jalawure.

Secara sederhana persepsi diartikan sebagai penglihatan atau

tanggapan, atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui

Page 72: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

63

interpretasi data indra (Fitriah, 2015). Menurut Manoppo,

Amanah, Asngari, & Tjitropranoto (2017) persepsi adalah proses

yang diawali dengan penginderaan, yaitu proses yang berwujud

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya

yang diteruskan melalui pengolahan ingatan dan terjadi proses

psikologis sehingga individu tersebut mengalami pengertian

(persepsi). Persepsi petani secara umum menganggap jalawure

sebagai tanaman yang mudah dibudidayakan, bisa tumbuh pada

semua kondisi lahan, tanaman untuk keperluan adat, tanaman

yang ditanam untuk menghadapi musim paceklik, dan tanaman

yang tidak bernilai ekonomi (tidak ada pasarnya). Menurut

Wardah dan Ariani (2013) pada dasarnya masyarakat bisa

menanam jalawure, tetapi karena keterbatasan lahan, hal inipun

belum banyak dilakukan baik ditanam secara monokultur

maupun agroforestri.

Persepsi masyarakat terhadap tanaman jalawure secara

umum positif karena menurut responden jalawure memiliki

keunggulan dalam budidayanya seperti tidak memerlukan

pemeliharaan, patinya memiliki rasa yang khas dan lembut

dibandingkan dengan pati lainnya, dapat digunakan untuk

beraneka olahan makanan dan dapat disimpan dalam jangka

waktu yang lama (Winara et al., 2016). Namun, menurut

responden jalawure juga mempunyai kelemahan yakni jalawure

hanya tumbuh baik ditanah berpasir bukan di tanah yang padat,

sehingga lahan untuk menanam jalawure sangat terbatas.

Page 73: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

64

Tabel 1. Persepsi responden mengenai jalawure

No. Persepsi tentang Uraian

1. Budidaya

Jalawure

Jalawure adalah tanaman yang mudah

dibudidayakan, tidak memerlukan

pemeliharaan yang intensif, tahan

terhadap naungan, namun harus

ditanam di lahan berpasir.

2. Pemanfaatan

jalawure

Bagian tanaman jalawure yang bisa

dimanfaatkan adalah umbinya untuk

diolah menjadi pati. Pati jalawure

rasanya enak, unik, dan tahan lama.

3. Pengolahan

jalawure

Pengolahan umbi jalawure menjadi

pati sangat mudah, bisa dilakukan

secara manual, tidak memerlukan

keahlian khusus, namun memerlukan

proses penyaringan yang lebih lama.

4. Pemasaran

jalawure

Pasar untuk umbi jalawure belum ada,

sedangkan pasar pati jalawure

terbatas pada orang-orang tertentu

yang sudah mengetahui jalawure dan

rasa dari patinya, namun karena

bahan baku terbatas dan prosesnya

juga tidak mudah harga belum bisa

bersaing dengan pati lainnya.

C. Dukungan Kebijakan dalam Pengembangan

Agroforestry Jalawure

Jalawure merupakan tanaman khas yang habitat aslinya

adalah di sepanjang pantai. Tanaman ini menarik dijadikan

sebagai tanaman pangan alternatif karena karakteristiknya yang

sama dengan beberapa jenis tepung pati seperti tepung pati aren

Page 74: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

65

dan tepung pati tapioka. Upaya pemerintah Kabupaten Garut

untuk menjadikan jalawure sebagai tanaman pangan unggulan

lokal pernah dilakukan melalui program pengembangan

tanaman jalawure oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP)

Kabupaten Garut.

Program Pengembangan dan Pembinaan Pangan Jalawure

Terarah dan Berkelanjutan dilakukan selama tiga tahun (2012-

2014). Program ini meliputi perlindungan sumber bibit (plasma

nutfah), pengembangan budidaya, pembinaan teknik pengolahan

pati dan pembuatan kue, pembinaan kemasan dan pemasaran

serta pembinaan manajerial usaha (Muharam, 2011). Kegiatan

yang dilakukan diantaranya adalah sosialisasi tanaman jalawure

dan membuat demplot jalawure seluas 1 ha di kantor Badan

Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cikelet serta berbagai

pelatihan yang berkaitan dengan pengolahan umbi jalawure.

Pelaksanaan program ini melibatkan berbagai pihak. Selain

pemerintah daerah (Badan Ketahanan Pangan), lembaga yang

terlibat pada pelaksanaan program ini adalah pemerintah

kecamatan dan desa, penyuluh, petani (kelompok tani), dan

peneliti.

Pembahasan mengenai pengembangan jalawure ini juga

pernah dilakukan melalui lokakarya di Pendopo Bupati

Kabupaten Garut yang diinisiasi oleh LIPI. Kegiatan-kegiatan

yang dilakukan pada saat itu membuahkan hasil, hingga

Kecamatan Cikelet memperoleh penghargaan. Namun dalam

perjalanannya program ini mengalami kendala baik dalam hal

teknis budidaya, ekonomi, sosial maupun teknis pengolahan

sehingga tidak berlanjut lagi. Salah satu penyebabnya adalah

karena belum diketahui cara budidaya jalawure yang baik.

Page 75: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

66

Kondisi ini ditemui pula pada jenis pangan lokal lainnya yang

dikembangkan di Garut seperti ganyong, jawawut, hanjeli,

sorgum dan tanaman garut. Potensi dan kendala dalam

pengembangan jalawure disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi dan kendala dalam pengembangan jalawure

No. Aspek Potensi Kendala

1. Budidaya - Tanaman jalawure tahan naungan sehingga dapat ditanam dengan pola agroforestry.

- Tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif.

- Budidaya jalawure memerlukan waktu yang lama (lebih kurang satu tahun)

- Belum diketahui teknis budidaya yang baik dan bisa meningkatkan produktivitas.

2. Pengolahan Mudah dan bisa dilakukan secara manual.

Bahan baku terbatas.

3. Sosial Mempunyai nilai sejarah dan budaya bagi masyarakat di sekitar pantai.

Belum mempunyai nilai penting bagi masyarakat karena masih ada sumber karbohirat yang lain.

4. Ekonomi Memiliki rasa yang khas dan unik serta dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Belum menguntungkan

Page 76: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

67

Hal yang kurang medorong pengembangan jalawure dan

pangan lokal lainnya adalah tidak adanya dukungan kebijakan

yang nyata dari pemerintah daerah. Pengembangan komoditas

pangan lokal terutama pangan lokal minor untuk diversifikasi

pangan tidak lagi menjadi program BKP Kabupaten Garut

ataupun instansi lainnya. Program yang dilaksanakan oleh BKP

Kabupaten Garut sejak tahun 2015 lebih pada bagaimana

mengkomposisikan makanan seimbang dalam keluarga, kegiatan

KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), dan pembinaan

Kelompok Wanita Tani (KWT), sementara komoditas pangan

lokal minor seperti jalawure tidak lagi menjadi prioritas. Dinas

Kehutanan Kabupaten Garut juga hanya berperan sebagai

penunjang yaitu dari sisi konservasi, tidak terlibat jauh dalam

pengembangan tanaman pangan meskipun beberapa jenis

tanaman tersebut dapat dikembangkan di bawah tegakan. Hal

ini juga berkaitan dengan road map yang sudah disusun pada

masing-masing lembaga.

Memperhatikan potensi dan kendala yang ada, maka perlu

dilakukan upaya-upaya konkrit dalam mendukung

pengembangan jalawure menjadi tanaman pangan lokal

alternatif. Upaya-upaya pengembangan budidaya, membuka

peluang-peluang pasar dan pengembangan sumberdaya manusia

harus menjadi prioritas. Winara (2018) menyarankan beberapa

strategi dalam mendorong pengembangan jalawure di wilayah

Kabupaten Garut diantaranya adalah melalui strategi SOW

(Strength Opportunity Weakness) dan SOT (Strength Opportunity

Treath). Strategi SOW yaitu mendorong pemerintah daerah

untuk membuat program manajeman pengembangan jalawure

terintegrasi dengan ekowisata Garut Selatan sehingga tersedia

Page 77: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

68

pasar bagi jalawure, sementara strategi SOT adalah dengan

membuat payung hukum untuk konservasi jenis jalawure pada

habitat alami (insitu) maupun di luar habitat alaminya (eksitu).

Dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat di wilayah

Garut Selatan, jalawure memiliki nilai tersendiri. Jalawure dapat

dipandang sebagai tanaman penting dan bernilai karena

jalawure adalah tanaman lokal yang khas yang bisa

dikembangkan sebagai tanaman pangan alternatif pengganti

pati. Namun disisi lain, jalawure belum memiliki keunggulan

komparatif dibanding umbi yang lain dan kebutuhan pangan

selama ini dapat dipenuhi oleh beras dan jenis umbi-umbian

lainnya. Oleh karena itu, untuk mengembangkan tanaman

jalawure menjadi tanaman lokal alternatif perlu adanya

dukungan dari pemerintah terutama dalam mendorong peluang

pasar baik dari sisi teknis maupun kebijakan.

Page 78: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

69

DAFTAR PUSTAKA

Aatjin, A. Z., Lelemboto, M. B., Koapaha, T., & Mamahit, L. P. (2013). Pemanfaatan Pati Tacca (Tacca Leontopetaloides) Pad Pembuatan Biskuit. Cocos, 2(1), 1–8.

Borokini, T. I., & Ayodele, A. E. (2012). Phytochemical Screening of Tacca leontopelatoides (L.) Kuntze Collected from Four Geographical Locations in Nigeria. International Journal of Modern Botany, 2(4), 97–102. https://doi.org/10.5923/j.ijmb.20120204.06

Fauziyah, E. (2017). Farmer’s knowledge about Jalawure (Tacca leontopetaolides (L.) Kuntz as an alternative flour subtitute. In A. Rimbawanto, Krisdianto, M. Turjaman, H. L. Tata, H. Krisnawati, T. Setyawati, … M. Z. Mutaqin (Eds.), Proceedings of the IUFRO-INAFOR Joint International Conference “Promoting Sustainable Resources from Plantation for Economic Growth and Community Benefit’’” (pp. 469–478). Yogyakarta.

Fitriah, E. (2015). Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Pemanfaatan Tumbuhan Mangrove sebagai Pangan Alternatif untuk Menghadapi Ketahanan Pangan. Scientiae Educatia, 5(2).

Jagtap, S., & Satpute, R. (2015). Chemical Fingerprinting of Flavonoids in Tuber Extracts of Tacca leontopetaloides ( L .) O . Ktze. Journal of Academia and Industrial Research, 3(10), 485–489.

Kogoya, M., Rawung, D., Sumual, M. F., & Djarkasi, G. S. . (2017). Kajian potensi umbi anuwun (Tacca leontopetaloides L. Kuntz) sebagai sumber pangan alternatif. Cocos, 1(7), 43.

Page 79: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

70

Manoppo, C. N., Amanah, S., Asngari, P. S., & Tjitropranoto, P. (2017). Persepsi Perempuan terhadap Pemanfaatan Pekarangan Mendukung Diversifikasi Pangan di Sulawesi Utara. Jurnal Penyuluhan, 13(1).

Muharam, E. (2011). Jalawure (Tacca leontopetaloides) tumbuhan liar sumber pangan alternatif prospektif nasional dari Kabupaten garut. https://doi.org/10.1007/978-94-017-7276-1_16

Rambe, A., Karsin, E. S., & Hartoyo, H. (2008). Analisis Alokasi Pengeluaran Dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Studi Di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 1(1), 16–28. https://doi.org/10.24156/jikk/2008.1.1.16

Setiawan, E. (2013). The eksploration of tacca leontopetaloides L: distribution pattern and ecology in bangkalan district. Seminar Nasional Universitas Trunojoyo, (L), 570–574. Retrieved from http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/ wp-content/uploads/EKSPLORASI-TACCA-LEONTOPETALOIDES-L.-POLA-SEBARAN-DAN-EKOLOGI-DI-KABUPATEN-BANGKALAN-OLEH-EKO-SETIAWAN.pdf

Sihotang, V. B. L. (2013). The Utilization of Kecondang ( T . leontopetaloides ) in Karimunjawa Island as Alternative Food. 44–48.

Susiarti, S. (2015). Potensi To’toan ( Tacca leontopetaloides ( L .) O . Kuntze ) sebagai bahan pangan di Pulau Kagean, Jawa Timur. Berita Biologi, 14(1), 97–103.

Wardah, & Ariani, D. (2013). Wild Tuber of Jalawure (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntz) is an Alternative to overcome food insuffiency of sociaety in Cikelet sub-district, South Garut. Proceedings Asiahorcs, 135–145.

Page 80: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

71

Wardah, Sambas, E. N., Ridwan, & Ariani, D. (2016). Starch Product of Wild Plants Species Jalawure (Tacca leontopetaloides L.) Kuntze as the Source of Food Security in the South Coastal West Java. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 193(1). https://doi.org/10.1088/1757-899X/193/1/012035

Winara, A. (2018). Potensi agroforestri jalawure (Tacca leontopetaloides) untuk ketahanan pangan lokal di Garut. In D. K. Wardana, T. S. Widyaningsih, & Devy Priambodo Kuswantoro (Eds.), Prosiding Seminar Agroforestry 2018 (pp. 84–89). Jatinangor.

Winara, A., & Murniati, M. (2018). Pola sebaran, kelimpahan populasi dan karakteristik habitat jalawure (Tacca leontopetaloides) di Kabupaten Garut. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam. https://doi.org/10.20886/jphka.2018.15.2.79-89

Winara, A., Rohandi, A., Fauziyah, E., Suhartono, Gunawan, Widiyanto, A., … Saefudin, U. (2016). Laporan Hasil Penelitian "Penerapan Model Agroforestry Tanaman Hutan Penghasil Sumber Pangan (Umbi-umbian dalam Mendukung Ketahanan Pangan Lokal di Jawa Barat dan KPHP Yogyakarta. Ciamis.

Page 81: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

72

Page 82: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

73

PENUTUP

Salah satu kekurangan yang dimiliki wilayah pesisir adalah

kondisi lahan yang tergolong marjinal. Akibatnya adalah jenis

komoditi pangan yang dapat dikembangkan cukup terbatas.

Umbi jalawure menjadi alternatif cadangan pangan dari hutan

bagi masyarakat pesisir. Tanaman tersebut termasuk tanaman

yang dapat bertahan di wilayah pesisir pantai dengan kondisi

lahan marjinal. Namun posisi jalawure sebagai pangan minor

senantiasa tidak mendapatkan porsi yang cukup ideal dalam

pengembangannya. Disisi yang lain adanya arus perubahan lahan

yang menjadi habitat alami jalawure mulai mengalami gangguan

untuk kepentingan ekonomi lainnya seperti pengembangan

tambak dan ekowisata.

Meskipun jalawure tergolong pangan minor, namun upaya

untuk pemanfaatan, budidaya bahkan konservasi sumberdaya

genetik harus tetap dilakukan. Dukungan pemerintah terutama

dalam pengambilan kebijakan yang dapat mendukung

pengembangan komoditi jalawure tentu sangat penting.

Minimnya informasi mengenai teknik budidaya dan analisis

usahatani jalawure merupakan salah satu permasalahan

tersendatnya pengembangan jalawure di tingkat petani.

Agroforestri jalawure merupakan salah satu upaya

pengenalan Teknik budidaya jalawure guna menunjang

pengembangan komoditi minor ini menjadi populer di tengah

masyarakat khususnya dalam membantu ketahanan pangan

Page 83: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

74

lokal seiring dengan minimnya ketersediaan lahan terbuka.

Selain itu agroforestri jalawure dibawah tegakan hutan

diharapkan dapat membantu upaya optimalisasi lahan hutan

untuk menunjang kebutuhan pangan. Meskipun demikian,

permasalahan produktivitas umbi panen jalawure masih rendah

sehingga harus dicarikan solusinya melalui kegiatan penelitian

yang berkelanjutan.

Berdasarkan analisis usahatani jalawure dibawah tegakan

jati, diketahui bahwa untuk meningkatkan nilai tambah jalawure

diperlukan penjualan dalam bentuk pati bukan umbi segar,

sehingga petani harus melakukan pengolahan umbi jalawure

terlebih dahulu. Sementara secara sosial budaya, pengembangan

jalawure masih memerlukan dukungan kuat dari pemerintah

dalam bentuk program konkrit.

Page 84: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

75

TESTIMONI

Bapak Jono Sujono

Ketua Kelompok Tani Muara Tani III Desa Cigadog Kec. Cikelet Kab. Garut

Kami telah mendampingi kegiatan penelitian

agroforestri jalawure yang dilakukan oleh

BPPTA pada tahun 2016-2017. Kami

mengucapkan terima kasih atas program pengembangan

jalawure yang telah dilakukan oleh BPPTA. Hal ini menunjukkan

perhatian pemerintah bagi masyarakat di Desa kami, khususnya

dalam pengembangan tanaman jalawure untuk mendukung

ketahanan pangan lokal disini. Setelah mengikuti kegiatan

penelitian agroforestri jalawure, pengetahuan kami tentang

budidaya jalawure di bawah tegakan jati bertambah sekaligus

jadi mengetahui kalua tanaman jalawure dapat dikembangkan di

bawah pohon yang selama ini masyarakat anggap tidak bisa

tumbuh baik. Kami berharap mudah-mudahan kedepannya jenis

tanaman jalawure ini bisa dikembangkan lagi untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat.

Page 85: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

76

TENTANG PENULIS

Aji Winara, lahir di Sukabumi 03 Maret 1979.

Penulis merupakan peneliti pada Balai Penelitian

dan Pengembangan Teknologi Agroforestry, Balai

Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan. Penulis menyelesaikan

Pendidikan sarjana pada Jurusan Konservasi

Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor Tahun 2001 dan Pascasarjana

Magister Sains pada Program Studi Silvikultur

Tropika Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Tahun 2014.

Penulis menjadi kontributor pada Buku “Manglid” dan “Jasa

Lingkungan Agroforestri: Belajar dari Masyarakat DAS Balangtieng

Sulawesi Selatan”. Saat ini penulis aktif pada kegiatan penelitian

Agroforestri, Konservasi Kenakeragaman Hayati dan Perlindungan

Hutan.

Asep Rohandi, Lahir di Garut 31 Juli 1974. Penulis

merupakan peneliti pada Balai Penelitian

Teknologi Agroforestry, Badan Litbang dan Inovasi

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana pada

Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor Tahun 1998 dan

Pascasarjana Magister Sains pada Program Studi

Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Iinstitut Pertanian

Bogor Tahun 2006. Gelar Doktor diperoleh penulis pada Program Studi

Page 86: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

77

Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Tahun

2018. Saat ini penulis aktif pada kegiatan penelitian agroforestri dan

silvikultur serta kegiatan pembangunan sumber benih.

Eva Fauziyah adalah peneliti bidang sosial

ekonomi kehutanan, lahir di Lampung Utara 24

Maret 2981. Penulis mulai bekerja di Balai

Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Agroforestry setelah lulus sarjana kehutanan dari

Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan IPB

pada tahun 2003. Pada tahun 2007 penulis

melanjutkan pendidikan pada Sekolah

Pascasarjana Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan

mendapat gelar master tahun 2009. Penulis menjadi kontributor pada

Buku “Hutan Rakyat: Sumbangsih Masyarakat Pedesaan untuk Hutan

Tanaman (2014) dan ‘Bunga Rampai Konversi Lahan” (2017).

Suhartono, lahir di Ciamis pada 20 Desember 1979.

Penulis adalah peneliti pada Balai Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Agroforestry, Balai

Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan. Penulis menyelesaikan pendidikan

Strata 1 pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian di

Universitas Sebelas Maret Surakarta lulus pada

Tahun 2007. Penulis mengawali karir sebagai

aparatur sipil negara di Departmen Kehutanan dan Perkebunan pada

Tahun 2000 dengan status dipekerjakan pada Dinas Perhutanan dan

Konservasi Tanah Kabupaten Karanganyar. Sejak Tahun 2015 sampai

dengan sekarang beralih kembali menjadi pegawai negeri sipil pusat

pada Balai Litbang Teknologi Agroforestry. Kepakaran penulis adalah

bidang Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Page 87: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

78

Rd Dedi Herdyana, lahir di Ciamis 06 November

1963. Penulis merupakan teknisi likayasa pada

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Agroforestry, Balai Litbang dan Inovasi

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah

Menengah Atas tahun 1982. Penulis memulai

karirnya pada program PPHTA kerjasama

Departemen Kehutanan RI dan USAID, dan diangkat sebagai ASN pada

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan di Bogor. Penulis banyak

terlibat dalam kegiatan agroforestri pada lahan marjinal khususnya di

KHDTK Cikampek Jawa Barat dan Carita Banten. Penulis saat ini

bekerja di bagian silvikultur sebagai teknisi penyelia dan aktif pada

kegiatan Model Agroforestry Tanaman Hutan Penghasil Sumber

Pangan.

Udin Saepudin, lahir di Majalengka, tahun 1983.

Penulis menyelesaikan gelar sarjananya di

Universitas Galuh Fakultas Pertanian dengan

Program Studi Agribisnis. Penulis merupakan

Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Agroforestry sejak 2007

hingga sekarang. Sebelumnya penulis bekerja di

salah satu Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan

sejak 2003. Sejak 2016 penulis juga aktif sebagai Google Publisher dan

menaruh minat terhadap Web Building untuk media promosi tulisan

serta karya lainnya di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Page 88: AGROFORESTRI JALAWURE · 2020. 3. 6. · Agroforestry (BPPTA), Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama kurun waktu 2016-2017. Buku ini mengulas

AGROFORESTRI JALAWURE (Tacca leontopetaloides)

79

Fitria Nurlaela, Lahir di Garut pada tanggal 05 Mei

1981. Penulis merupakan penyuluh pertanian di

Dinas Pertanian Kabupaten Garut yang bertugas di

UPT Pertanian Kecamatan Cikelet. Penulis

menyelesaikan pendidikan sarjana di Institut

Pertanian Bogor Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian, Program Studi Ekonomi

Pertanian dan Sumberdaya pada tahun 1999-2004.

Penulis terlibat aktif dalam program pengembangan tanaman jalawure

di Kabupaten Garut dan bekerjasama dengan LIPI.