agrobiologi respirasi

Upload: musliminwalmuslimat

Post on 10-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UNIVERSITAS JEMBERFAKULTAS PERTANIANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIANLABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASARLAPORAN PRAKTIKUMNAMA: EKO NUR SULISWANTONIM: 121510501137GOL/KELOMPOK: D/IANGGOTA:1. BASKORO D. B.(091510501115)2. SUSESTI O.(121510501123)3. BAGUS ASHARI (121510501133) 4. IMAM ROFIQ (121510501134)5. LUDFI TEGAR R.(121510501135) 6. WAHYU HIDAYAT(121510501136) 7. JULIANA EKA P.(121510501148)8. ERNI ROSITA (121510501153)9. SUWINDA F.(121510501167) JUDUL ACARA: RESPIRASITANGGAL PRAKTIKUM: 21 MARET 2013TANGGAL PENYERAHAN: 23 MARET 2013ASISTEN: 1. MOH. AMINNUDDIN 2. ASRI RINA H 3. FAJAR FIRMANSYAH 4. FAKHRUSY ZAKARIYYA 5. KHUSNUL KHOTIMAH 6. NORMA LAILATUN NIKMAHBAB

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangRespirasi merupakan suatu reaksi katabolisme yaitu proses-proses perombakan bahan makanan menjadi konstituen-konstituen yang lebih sederhana dengan disertai pembebasan energi (eksergonik). Respirasi terjadi pada makhluk hidup heterotrof seperti hewan, dan terdapat pada jaringan tumbuhan yang tidak berwarna hijau, bahkan pada jaringan tumbuhan yang berwarna hijau mempunyai kemampuan untuk berfotosintesis. Respirasi merupakan kebalikan dari proses fotosintesis, dimana penyimpanan makanan cadangan seperti lemak dan tepung sudah terbentuk di dalam proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis membutuhkan energi untuk menghasilkan makanan, sedangkan pada proses respirasi menghasilkan energi yang berasal dari perombakan bahan makanan yang berasal dari fotosintesis, jadi fotosintesis dan respirasi merupakan proses yang saling berkesinambungan. Pada daun, respirasi berlangsung di bagian sel yaitu mitokondria dan sitoplasma berkesinambungan. Reaksi respirasi sangat efisien dalam hal pelepasan semua potensi eergi dari gula. Hasil respirasi berupa ATP dimanfaatkan untuk mengendalikan reaksi kimia, dengan kata lain ATP dipergunakan dalam proses fotosintesis untuk direduksi. Respirasi terdiri atas dua macam yaitu respirasi aerob dan respirasi anaero dimana respirasi aerob bergantung pada keberadaan oksigen. Sedangkan respirasi anaerob tidak bergantung pada keberadaan oksigen, respiarasi anaerob sering disebut dengan istilah fermentasi. Reaksi respirasi dapat dilihat sebagai berikut :C6H12O6 + O2 6CO2 + 6H2O + Energi Pada proses respirasi pelepasan energi terjadi secara terkontrol sedangkan pada proses pembakaran tidak terkontrol misalnya sampai fase mana molekul-molekul terpecah. Energi yang dihasilkan dalam proses tersebut tidak dikeluarkan secara langsung tetapi dalam bentuk ikatan ATP yang akan dipecah apabila dibutuhkan. Glukosa (gula) terdapat di dalam sel, sedangkan oksigen berasal dari udara bebas atau hasil samping dari proses fotosintesis. Di dalam sel hidup, oksigen digunakan langung untuk proses fotosintesis.Pada umumnya, bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi serta metabolisme lain sampai bahan tersebut menjadi rusak dan proses kehidupan berhenti. Dalam proses respirasi beberapa senyawa penting yang dapat digunakan untuk mengukur ATP, glukosa, CO2 dan O2 dengan mengukur perubahan kandungan gula, jumlah ATP, jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah CO2 yang digunakan.

1.2 Tujuan1. Membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirasi.2. Menghitung volume O2 dan CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKARespirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa jumlah besar elektron. Senyawa makromolekul dioksidasi untuk membentuk NADH (Nicotinamida Adenin Dinucleotida) dan ion H+. Melalui flavoprotein dan system cytochrom, elektron yang dihasilkan akan mereduksi oksigen untuk memperoleh air. Dari reaksi yang panjang tersebut akan dihasilkan energi dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phospat) sebesar 30 moL ATP/mol glukosa.

enzimApabila senyawa makromolekul tersebut adalah glukosa, maka reaksinya sebagai berikut :C6H12O6 + 6O2 6H2O + 6CO2 + Energi (38 ATP)Pada umumnya, bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi serta metabolisme lain sampai bahan tersebut menjadi rusak dan proses kehidupan berhenti (Syarief dan Irawati, 1988). Respirasi dalam sel tumbuhan dibedakan atas respirasi aerob dan anaerob. Respirasi aerob yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen dari udara bebas, sedangkan pada reaksi anaerob tidak memerlukan oksigen dari udara bebas. Respirasi anaerob memperoleh oksigen dalam jaringan tanaman, atau dari proses metabolisme lainnya. Respirasi anaerob sering disebut dengan fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi dapat dikatakan anaerob (Jumin, 1988).Jika kita ringkas reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob, maka akan didapati sebagai berikut :1. Glikolisis: 2 ATP2. Oksidasi XH2, dari glikolisis: 6 ATP3. Siklus kreb, oksidasi XH2: 30 ATPTotal pembentukan 38 molekul ATP dianggap merupakan didapatnya kembali 40 persen atau lebih energi yang terdapat dalam molekul gula (Djitrosomo dkk, 1987).Menurut Tranggono et al (1992), umur simpan buah sangat dipengaruhi oleh laju respirasi. Laju respirasi dapat dikendalikan antara lain dengan memanipulasi kandungan gas CO2 atau O2 dalam kemasaman atau ruang penyimpanan. Penurunan konsentrasi O2 atau peningkatan CO2 dapat memperlambat laju respirasi sehingga umur simpan dapat diperpanjang. Laju respirasi tanaman M. Arundinacea pada setiap perlakuan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor dari tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Faktor dari dalam berhubungan dengan umur tanaman yang menyebabkan perbedaan struktur perkembangan dan kebutuhan energi. Faktor lingkungan meliputi suhu, kadar CO2 dan O2, cahaya, perlakuan, dan pengaruh mekanik. Respirasi tetap tinggi selama fase vegetatif dan mengalami penurunan pada fase generatif. Cahaya meningkatkan fotosintesis sehingga dihasilkan fotosintat yang banyak sebagai substrat respirasi. Cahaya juga mampu meningkatkan suhu yang mampu mendukung respirasi, tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan inaktifnya enzim-enzim sehingga menghambat respirasi (Lestari dkk, 2008).Laju respirasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain ketersediaan substrat (gula), ketersediaan oksigen sebagai bahan utama, jenis dan umur tumbuhan, dan yang terpenting adalah suhu. Laju respirasi sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana pada 0C respirasi sangat rendah sedangkan pada suhu 30C-40C berjalan sangat cepat. Respirasi sangat sukar untuk diamati prosesnya ketika berada pada suhu di bawah 0C. Hanya pada tumbuhan tertentu yang bisa diamati proses respirasinya sampai suhu -20C (Dwidjoseputro, 1985).Berdasarkan suatu penilitian, buah mangga gedong gincu yang dimemarkan dengan tingkat tekanan sebesar 50% mempunyai kecenderungan laju respirasinya lebih rendah dibandingkan dengan mangga gedong gincu yang tidak dimemarkan (kontrol). Sedangkan mangga gedong gincu yang disimpan dalam suhu 10C, mempunyai laju respirasi yang paling rendah dibandingkan dengan mangga gedong gincu yang disimpan pada suhu 20C dan 25C. Hal ini menunjukkan bahwa laju respirasi ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal. Faktor eksternal seperti suhu, komposisi gas, kerusakan produk berpengaruh nyata terhadap laju respirasi dan reaksi biologis lainnya (Paramita, 2010). Suhu rendah akan mereduksi laju respirasi dan transpirasi, serta menghambat reaksi enzimatis, menekan laju pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat laju produksi etilen, serta laju kemunduran mutu produk. Suhu dingin (chilling) dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat jelas pada kecepatan glikolisis dan respirasi mitokondria, yang mengakibatkan laju respirasi menjadi lambat dibandingkan dengan suhu tinggi (Kader, 1987).Peranan cahaya sangat penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama respirasi, fotosintesis, dan transpirasi. Tumbuhan membutuhkan cahaya dengan intensitas yang cukup beragam, ada tanaman yang yang membutuhkan cahaya matahari penuh dan ada tanaman yang tidak tahan terhadap cahaya yang berlebih (Anggarwulan dkk, 2008).Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat kloaka kendur, karena tekanan hidrostatik pada caelom maka katup kanal dan pohon respirasi terbuka. Pohon respirasi berkontraksi dan air keluar dari tabung pohon respirasi. Pengambilan oksigen melalui pohon respirasi berkisar 50-60% dibanding melalui organ lain (Nugroho dkk, 2012). Tumbuhan H. Corymbosa pada intensitas cahaya 100% memiliki titik kompensasi tinggi dan dapat menggunakan cahaya lebih efisien sehingga memungkinkan fotosintesis melebihi respirasi. Pada kondisi inilah tumbuhan dapat meningkatkan kapasitas fotosintesisnya sehingga proses pertumbuhan juga meningkat. Adanya fotosintat yang banyak salah satunya digunakan untuk meningkatkan aktifitas meristematis pada pembentukan primordia daun (Istiqomah dkk, 2010).Tahap pertama suatu perkecambahan benih (imbibisi) dimulai dengan proses penyerapan air, kulit benih yang terlunak dan hidrasi dari protoplasma. Selain reaktivitas makromolekul dan penyerapan air secara cepat, imbibisi sebagai langkah awal awakening juga berhubungan dengan respirasi yang menghasilkan ATP untuk suplai energi. Disamping perlakuan tersebut memudahkan terjadinya imbibisi juga kemungkinan mampu meningkatkan permeabilitas kulit benih terhadap masuknya oksigen (Mustika dkk, 2010).

BAB 3. METODOLOGI3.1 Waktu dan TempatPraktikum acara III dengan judul Respirasi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2013 pukul 12.00-12.30 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 AlatAdapun alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan praktikum kali ini, sebagai berikut :1. Neraca2. Kertas saring3. Respirometer4. Beaker glass5. Botol semprot6. Erlenmeyer 250 cc7. Biuret

3.2.2 BahanAdapun bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan praktikum kali ini, sebagai berikut :1. Kecambah kedelai dan benih kedelai imbibisi2. Larutan CaCl2 0,2 N3. Indikator pp4. Larutan NaOH 0,2 N5. Larutan HCl 0,05 N6. Aquadest 7. Tinta cina

3.3 Cara Kerja1. Memasukkan sedikit NaOH (1 atau 2 gram) ke dalam dasar respirometer dan memasukkan pula kassa logam ke dalam tabung objek. Kemudian menutup tabung objek dengan tabung pengumpul.2. Memasukkan kecambah kedelai atau benih kedelai imbibisi ke dalam tabung objek.3. Mengisi alat suntik dengan sedikit tinta cina dengan menyedotnya.4. Menyuntik air satu tetes kecil ke ujung atas pipa ukur dan tabung pengumpul (sebaiknya tetes tinta cina tersebut berada pada angka yang mudah terbaca). 5. Dalam waktu beberapa lama akan terlihat perubahan tetes tinta cina (menurun) dalam pipa ukur. Setelah selang waktu tertentu dapat mengetahui volume oksigen yang terpakai oleh kecambah tersebut. 6. Menghitung volume oksigen yang terpakai dengan rumus :V = 3,14 x 0,75 x 0,75 x (perubahan posisi tetes air )mm3 Catatan= diameter pipa 1,5 mmDari hasil ini, kita dapat mengetahui hubungan antara berat sample, waktu, dan oksigen yang terpakai.

Pengamatana. Melakukan pengamatan setelah 24 jam.b. Mengambil NaOH dan respirometer.c. Memasukkan larutan tersebut ke dalam beaker glass dan menambahkan 2,5 cc CaCl2 (endapan putih yang terjadi adalah CaCO3 yang menunjukkan adanya CO2). d. Menyaring larutan tersebut dengan kertas filter, mencuci endapan yang terjadi atau melekat pada kertas filter dengan aquadest dan menampung sampai volume 300 cc kemudian menambahkan beberapa indikatorpp sampai warnanya menjadi pink atau merah. e. Menitrasikan dengan HCl 0,1 M sampai warna merah hilang dan mencatat volume HCl yang digunakan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Dari praktikum yang telah dilakukan,diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :PerlakuanV O2 (mm3/detik)V CO2 (mL)

Benih Kedelai Imbibisi 0,182165

Kecambah Kedelai0,324182,82

H = H0 H1V O2 imbibisi= 3,14 x 0,75 x 0,75 x = 3,14 x 0,75 x 0,75 x = 0,182 mm3/sV O2 kecambah= 3,14 x 0,75 x 0,75 x = 3,14 x 0,75 x 0,75 x = 0,324 mm3/sV CO2 imbibisi= x V HCl x M HCl x Mr CO2= x 75 x 0,1 x 44= 165 mlV CO2 kecambah= x V HCl x M HCl x Mr CO2= x 83,1 x 0,1 x 44= 182,2 ml

4.2 Pembahasan Respirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa jumlah besar elektron. Dari reaksi yang panjang tersebut akan dihasilkan energi dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phospat) sebesar 30 mol ATP/mol glukosa. Apabila senyawa makromolekul tersebut adalah glukosa, maka reaksinya sebagai berikut :

enzimC6H12O6 + 6O2 6H2O + 6CO2 + Energi (38 ATP)Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah bahan utama yang meliputi oksigen dan glukosa (gula), jenis dan umur tumbuhan, cahaya dan yang terpenting adalah suhu. Hal ini didukung oleh Dwidjoseputro (1985), bahwa laju respirasi sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana pada 0C respirasi sangat rendah sedangkan pada suhu 30C-40C berjalan sangat cepat. Respirasi sangat sukar untuk diamati prosesnya ketika berada pada suhu di bawah 0C. Hanya pada tumbuhan tertentu yang bisa diamati proses respirasinya sampai suhu -20C. Lestari mengatakan bahwa laju respirasi tanaman pada setiap perlakuan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor dari tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Faktor dari dalam berhubungan dengan umur tanaman yang menyebabkan perbedaan struktur perkembangan dan kebutuhan energi. Faktor lingkungan meliputi suhu, kadar CO2 dan O2, cahaya, perlakuan, dan pengaruh mekanik. Respirasi tetap tinggi selama fase vegetatif dan mengalami penurunan pada fase generatif. Cahaya juga mampu meningkatkan suhu yang mampu mendukung respirasi, tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan inaktifnya enzim-enzim sehingga menghambat respirasi.Substrat utama dalam proses respirasi adalah karbohidrat, karbohidrat merupakan bahan utama dalam proses respirasi yang akan diubah menjadi CO2 bersama O2. Gula merupakan substrat yang terdapat dalam sel dan oksigen merupakan hasil samping dari reaksi fotosintesis. Oksigen masuk melalui stomata lentisel pada tumbuhan yang berasal dari udara bebas. Dalam respirasi, oksigen oksigen mengalir ke dalam tubuh melalui jaringan sklerenklim misalnya padi.Tahap-tahap respirasi meliputi tahap oksidasi, perombakan molekul dan transfer energi. Pada tahap oksidasi, terjadi proses dehidrogenesis dimana senyawa hidrogen terlepas dari gula heksosa. Kemudian pada tahap perombakan molekul, dari tahap oksidassi antara ikatan karbon dengan karbon dalam molekul gula akan terus menerus dirombak menjadi kecil hingga akhirnya menjadi karbondioksida. Pada tahap transfer energi, energi ditangkap oleh suatu molekul ADP yang kemudian menjadi ATP yang kaya akan anergi. Phosporilisasi merupakan tahap penambahan phospor, energi ditampung dalam bentuk yang mudah melalui proses pembakaran di dalam tubuh tumbuhan. Reaksi kimia proses respirasi pada bahan glukosa terjadi menjadi tiga tahap yaitu : 1. Glikolisisglikolisis merupakan tahap dimana perombakan gula (C6) menjadi asam piruvat (C3) yang membutuhkan oksigen (aerob). Pada keadaan anaerob biasanya disebut dengan istilah fermentasi.2. Siklus Kreb atau Siklus Asam Trikarbosilat (TCA)Tahap ini merupakan merupakan perombakan asam piruvat menjadi karbondioksida.3. Transfer energi Tahap ini biasa disebut dengan istilah phoporilisasi oksidatif. Transfer energi hidrogen dan elektron yang membentuk air terjadi dalam tahap ini. Jika kita ringkas reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob, maka akan didapati sebagai berikut :1. Glikolisis: 2 ATP2. Oksidasi XH2, dari glikolisis: 6 ATP3. Siklus kreb, oksidasi XH2: 30 ATPTotal pembentukan 38 molekul ATP dianggap merupakan didapatnya kembali 40 persen atau lebih energi yang terdapat dalam molekul gula. Pada hasil pengamatan, diketahui bahwa perubahan tetes tinta cina (H) sepanjang 31 mm yang pada akhinya melalui proses perhitungan diperoleh nilai volume oksigen setiap detik pada imbibisi kedelai mencapai 0,182 mm3, sedangkan pada kecambah kedelai mencapai 0,324 mm3 setiap detik. Hal ini membuktikan bahwa volume O2 yang dihasilkan oleh kecambah kedelai lebih tinggi dari pada imbibisi kedelai. Pada pengamatan V CO2, NaOH digunakan untuk mengikat CO2 hasil respirasi dari kedelai imbibisi maupun kecambahnya. Kemudian NaOH dilarutkan dengan menggunakan CaCl2 agar mengindikasikan adanya endapan putih CaCO3 yang menujukkan adanya CO2. Menyaring larutan tersebut dengan kertas filter, mencuci endapan yang terjadi atau melekat pada kertas filter dengan aquadest dan menampung sampai volume 300 cc kemudian menambahkan beberapa indikator pp sampai warnanya menjadi pink atau merah. Dengan menggunakan respirometer, larutan tersebut dinitrasikan dengan HCl 0.1 M sampai warna merah hilang dan mencatat volume HCl yang digunakan. Dari cara tersebut, volume HCl yang digunakan pada imbibisi dan kecambah kedelai masing-masing sebanyak 75 mL dan 83,1 mL. Setelah melalui proses perhitungan diperoleh V CO2 imbibisi kedelai sebanyak 165 mL dan V CO2 kecambah kedelai sebanyak 182,82 mL. Setelah diketahui V CO2 dan V O2 pada masing-masing bahan perlakuan, diperoleh V CO2 imbibisi kedelai sebanyak 165 mL dan V CO2 kecambah kedelai sebanyak 182,82 mL. Dan diperoleh VO2 setiap detik pada imbibisi kedelai mencapai 0,182 mm3, sedangkan pada kecambah kedelai mencapai 0,324 mm3 setiap detik. Hal tersebut diakibatkan suhu pada imbibisi kedelai lebih rendah daripada kecambah kedelai, sehngga dapat disimpulkan bahwa suhu yang semakin rendah mengkibatkan laju respirasi menjadi lambat.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanRespirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa jumlah besar elektro. Energi yang dikeluarkan dalam proses reaksi kimia ini berbetuk ATP. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah bahan utama yang meliputi oksigen dan glukosa (gula), jenis dan umur tumbuhan, cahaya dan yang terpenting adalah suhu. Dan substrat utama dalam proses respirasi adalah karbohidrat. Tahap-tahap respirasi meliputi tahap oksidasi, perombakan molekul dan transfer energi (fosforilisasi oksidatif). Reaksi kimia proses respirasi pada bahan glukosa terjadi menjadi tiga tahap yaitu glikolisis, siklus krab, dan transfer energi. Reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob pada tahap glikolisis menghasilkan 2 ATP, oksidasi XH2 dari glikolisis menghasilkan 6 ATP dan pada siklus kreb menghasilkan 30 ATP. Total pembentukan 38 molekul ATP dianggap merupakan didapatnya kembali 40 persen atau lebih energi yang terdapat dalam molekul gula.Laju repirasi pada kedelai imbibisi yang lebih lambat daripada kedelai kecambah, suhu pada saat imbibisi lebih rendah pada saat berkecambah. Sehingga semakin tinggi suhu mengakibatkan laju respirasi semakin cepat dan sebaliknya.

5.2 SaranDalam praktikum kali ini, diharapkan dalam penerapan di luar kegiatan praktikum untuk menjelaskan bagaimana jalannya respirasi terhadap pertumbuhan tanaman. Dan mengetahui sifat sifat daun, diharapkan praktikan bisa mengetahui mekanisme reaksi-reaksi kimia dalam tumbuhan termasuk respirasi.

DAFTAR PUSTAKAAnggarwulan E., dkk. 2008. Karakter Fisiologi Kimpul (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) pada Variasi Naungan dan Ketersediaan Air. Biodiversitas, 9(4): 264-268.

Djitrosomo S.H., dkk. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Offset Angkasa.

Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Istiqomah A.H., dkk. 2010. Pertumbuhan dan Struktur Anatomi Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa [L.] Lamk.) Pada Ketersediaan Air dan Intensitas Cahaya Berbeda. Ekosains, 2(1): 55-64.

Jumin, H.B.. 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kader, A. 1987. Respiration and Gas Exchange of Vegetables. New York: Mercel Dekker.

Lestari G.W., dkk. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, dan laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Bioteknologi, 5(1): 1-9.

Mustika S., dkk. 2010. Perkecambahan Benih Pinang Pada Berbagai Cara Penanganan Benih dan Cahaya. Agroland, 17(2): 108-114.

Nugroho G.B., dkk. 2012. Histokomparatif Organ Integumen, Intestinum, Pohon Respirasi Pada Beberapa Jenis Teripang Dari Perairan Karimunjawa. Marine Research, 1(1): 67-74.

Paramita, Octavianti. 2010. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi, Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Magnifera indica L) var Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Kompetensi Teknik, 2(1): 29-38.

Syarief R. Dan Irawati A.. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Tranggono, dkk. 1992. Petunjuk Laborotarium Praktikum Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.