agama

16
3.2. Bedah Menurut Islam Bedah merupakan salah satu pengobatan dengan jalan memotong atau mengiris bagian tubuh seseorang. Tindakan pembedahan telah dimulai sejak zaman Nabi, saat teknologi masih sangat sederhana, adalah berbekam, teknik pengobatan ini telah dipraktekkan dan dianjurkan oleh Nabi. Arti berbekam adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Nabi sendiri-pun pernah melakukannya. (Zuhroni, 2012) sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi: Artinya: “Bahwa Rasulullah SAW pernah berbekam di kepalanya.” (HR al- Bukhari, Muslim, al-Nasai, Ibn Majah, dan Ahmad) Pada hadits lain dinyatakan bahwa Nabi bersabda:

Upload: egawidiawan

Post on 14-Apr-2016

21 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

agama

TRANSCRIPT

Page 1: Agama

3.2. Bedah Menurut Islam

Bedah merupakan salah satu pengobatan dengan jalan memotong atau mengiris bagian

tubuh seseorang. Tindakan pembedahan telah dimulai sejak zaman Nabi, saat teknologi masih

sangat sederhana, adalah berbekam, teknik pengobatan ini telah dipraktekkan dan dianjurkan

oleh Nabi. Arti berbekam adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah kotor

dari dalam tubuh. Nabi sendiri-pun pernah melakukannya. (Zuhroni, 2012) sebagaimana

dinyatakan dalam hadits Nabi:

Artinya: “Bahwa Rasulullah SAW pernah berbekam di kepalanya.” (HR al-Bukhari, Muslim, al-

Nasai, Ibn Majah, dan Ahmad)

Pada hadits lain dinyatakan bahwa Nabi bersabda:

فاء في ثالثة في شرطة محجم أو شربة الشة بنار وأنا أنهى أمتي عن الكي عسل أو كي

)رواه البخارى وابن ماجه واحمد وهو صحيح(Artinya: "Pengobatan itu dengan tiga cara: Berbekam, minum madu, dan dicos dengan api, dan

aku melarang umatku mencos dengan api itu." (HR al-Bukhāri, Ibn Majāh, dan Ahmad)

Sirkumsisi atau khitan adalah bukti operasi medis tertua yang termasuk salah satu sunnah

fitrah sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Dalam sejarah, sirkumsisi atau khitan telah

disyariatkan sejak Nabi Ibrahim. Kata Nabi:

Page 2: Agama

عن أبي هريرة: الفطرة خمس أو خمس من الفطرة الختان وارب )رواه اال ستحداد ونتف اإلبط وتقليم األظفار وقص الش

البخارى ومسلم والترمذى(Artinya: (Sunnah) Fitrah ada lima, yaitu khitan, membuang bulu kemaluan, mencabut bulu

ketiak, dan memotong kuku, dan memotong kumis. (HR al-Bukhāri, Muslim, dan al-Turmudzi)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan ilmu bedah telah

berkembang dan terdiri dari 2 jenis tindakan, yaitu bedah Rekonstruksi dan Estetik Bedah

Rekonstruksi adalah tindakan bedah yang ditujukan untuk memperbaiki dari suatu keadaan yang

tidak normal/cacat diupayakan menjadi normal atau mendekati normal. Cacat yang diperbaiki

dapat berupa kelainan sejak lahir, cacat akibat kecelakaan, trauma atau cacat yang ditimbulkan

setelah tindakan operasi. Tindakan rekonstruksi ditujukan untuk memperbaiki penampilan agar

dapat meningkatan kualitas kehidupannya. Contohnya : cacat bawaan (bibir sumbing, daun

telinga tidak ada atau kecil, jari tangan dempet, kemaluan bengkok dll), cacat karena kecelakaan

(luka bakar, luka dimuka, patah tulang muka dll), cacat bekas tumor, cacat bekas tatto, keloid dll.

(Wim De jong, 2002).

Bedah Estetik atau kosmetik adalah tindakan untuk merubah dari keadaan normal

menjadi supernormal atau cantik (keadaan yang lebih baik dari semula). Tindakan ini untuk

individu yang menginginkan keadaan lebih baik, lebih muda, lebih cantik atau lebih percaya diri.

Tujuannya adalah untuk memperbaiki yang kurang harmonis, individu normal ingin lebih dari

normal atau individu yang merasa kurang cantik menjadi lebih cantik. Contohnya : 

mengencangkan kulit muka,  membuat lipatan mata, menghilangkan kantong mata,

memancungkan hidung, menambah tonjolan dagu, membesarkan atau mengecilkan payudara,

mengatasi kegemukan, menipiskan atau menebalkan bibir, membuat lipatan dagu, tanam rambut

Page 3: Agama

(kebotakan), mengembalikan bentuk dan fungsi organ intim wanita seperti keadaan sebelum

melahirkan dll (Anita, 2004).

Hukum dari tindakan bedah ini ada yang mubah dan ada yang haram. Tindakan pada

bedah rekonstruksi hukumnya mubah karena bertujuan untuk memperbaiki cacat sejak lahir

(al-’uyub al-khalqiyyah) seperti bibir sumbing, atau cacat yang datang kemudian (al-’uyub al-

thari`ah) akibat kecelakaan, kebakaran, atau semisalnya, seperti wajah yang rusak akibat

kebakaran atau kecelakaan (Anita, 2004).

Tindakan bedah rekonstruksi untuk memperbaiki cacat ini hukumnya adalah mubah,

berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan untuk berobat (al-tadawiy).

Menurut para ulama memperbaiki dan memulihkan kembali fungsi organ yang rusak,

baik bawaan sejak lahir maupun karena kecelakaan dan hal-hal sejenis itu dibenarkan dalam

Islam, karena niat dan motivasi utamanya adalah penyempurnaan fungsi pengobatan. Di antara

ayat yang dapat dijadikan sebagai dalil pembolehan terhadap bentuk operasi medis dianggap

sebagai upaya menjaga kehidupan dan menghindari dari yang dapat membinasakannya (Zuhroni,

dkk, 2003).

Allah SWT berfirman :

Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa

yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau

bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh

Page 4: Agama

manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,

maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan

sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)

keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu

sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi (Q. S Al-

Maidah (5) : 32 )

Berdasarkan ayat ini, Allah menghargai setiap upaya mempertahankan kehidupan

manusia, menjauhkan diri dari hal yang dapat membinasakannya. Operasi medis dilakukan

adalah dalam rangka seperti itu. Banyak jenis penyakit yang pengobatannya hanya dengan

operasi bahkan kadang-kadang jika itu tidak dilakukan atau terlambat dilakukan akan megancam

kehidupannya, dengan di operasi akhirnya dapat tertolong.

Ahli ilmu pengetahuan di bidang medis kini telah menemukan cara memperbaiki fungsi

organ tubuh atau alat tubuh manusia yang dikenal dengan istilah bedah estetika atau banyak

disebut bedah plastik. Bedah plastik atau “Jirahah Tajmil” adalah bedah atau operasi yang

dilakukan untuk mempercantik atau memeperbaiki satu bagian didalam anggota badan, baik

yang nampak atau tidak, dengan cara ditambah atau dikurangi atau dibuang, bertujuan untuk

memeperbaiki fungsi dan estetika (seni) tubuh (Azhar et all, 2007).

Adapun operasi plastik yang diharamkan adalah jenis operasi tipe dua yaitu yang

bertujuan semata untuk mempercantik atau memperindah wajah atau tubuh, tanpa ada hajat

untuk pengobatan atau memperbaiki suatu cacat. Contohnya, operasi untuk memperindah bentuk

hidung, dagu, buah dada, atau operasi untuk menghilangkan kerutan-kerutan tanda tua di wajah,

dan sebagainya.

Dalil keharamannya firman Allah SWT :

Page 5: Agama

Artinya: dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-

angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang

ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah

ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya". Barangsiapa yang menjadikan

syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang

nyata (QS An-Nisaa` (4) : 119).

Ulama tafsir berbeda pandangan tentang maksud mengubah ciptaan Allah dalam ayat di

atas, sebagian mereka menyatakan mengubah fitrah keragaan dan sebagian yang lain menyatakan

mengubah bentuk fisik asli ,mengubah fitrah keagamaan, artinya mengubah ketentuan agama

dengan kekufuran, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, ini menurut tafsir

Mujahid, Qatadah, al-Dahahaq, dan lain lain. Mengubah bentuk fisik dengan tindakan

penyiksaan, misal dengan cara mengebiri manusia atau hewan, mentatoo, memotong telinga, dan

lain lain, diantaranya menurut salah satu tafsir Ibnu Abbas, Anas. Iqrimah, Abu Shalih, Altsauri,

dan lain-lain yang diperkuat dengan banyak hadits. Dengan kata lain, berdasarkan pendapat

tersebut maka ciptaan Allah yang dimaksud atau fitrah Allah di ayat ini adalah bentuk fisik

bawaan sejak lahir yang normal (Anita, 2004).

Larangan merubah fitrah antara lain disebutkan dalam ayat Al-Quran :

Page 6: Agama

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada

fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui

(Q.S. Ar-Rum (30) : 30)

Ada beberapa pelaksanaan operasi kecantikan yang diharamkan karena tidak memenuhi

ketentuan-ketentuan dispensasi syar’i (rukhshah) yang disepakati dan karena termasuk

mempermainkan ciptaan Allah, serta berbagai operasi kecantikan yang hanya bertujuan demi

keindahan dan kecantikan semata, misalnya memperindah payudara dengan mengecilkan atau

membesarkannya, operasi untuk menghilangkan kesan ketuaan, misalnya menghilangkan kerut

muka karena ketuaan, memperbesar pinggul, melangsingkan pinggang, memancungkan hidung,

mengubah bentuk mata yang sipit, dan lain-lain. Keharamannya karena tidak ada urgensinya atau

darurat, termasuk tindakan megubah ciptaan Allah yang didorong oleh nafsu, mengandung unsur

penipuan dan pemalsuan, tidak bersyukur apalagi jika menggunakan bahan yang haram sering

pula menimbulkan efek samping yang membahayakan (Anita, 2004).

Namun demikian jika dimaksudkan untuk membantu kekurangan fisik hukumnya boleh,

seperti memasang kaki palsu bagi yang berkaki buntung karena bawaan atau bekas diamputasi,

termasuk menggunakan pin karena patah atau retaknya tulang, demikian pula memasang alat

pacu jantung bagi pasien penyakit jantung, alat bantu pernapasan, memakai atau memasang gigi

sintetis, dan lain-lain (Zuhroni et all, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa bedah merupakan salah satu pengobatan

dengan jalan memotong atau mengiris bagian tubuh seseorang. Tindakan pembedahan telah

dimulai sejak zaman Nabi, saat teknologi masih sangat sederhana, seperti berbekam, yaitu suatu

tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Nabi sendiri-pun

pernah melakukannya.

Page 7: Agama

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan ilmu bedah telah

berkembang dan terdiri dari 2 jenis tindakan, yaitu bedah Rekonstruksi dan Estetik Bedah

Rekonstruksi adalah tindakan bedah yang dilakukan untuk memperbaiki dari suatu keadaan

yang cacat diupayakan menjadi normal atau mendekati normal, dikarenakan bawaan lahir atau

trauma. Sedangkan bedah Estetik atau kosmetik adalah tindakan untuk merubah dari keadaan

normal menjadi supernormal dengan .tujuannya adalah untuk memperbaiki yang kurang

harmonis agar menjadi lebih cantik. Contohnya :  mengencangkan kulit muka, membuat lipatan

mata, menghilangkan kantong mata, memancungkan hidung dan lainnya.

Al-Qur´an Terjemahnya 1999. Departemen Agama Republik Indonesia. Jakarta.

Ahsin W 2007. Fikih Kesehatan. Amzah. Jakarta.

Al-Utsaimin Syaikh Muhammad bin Shalih. 1999. Syarat Kitab Tauhid Jilid I. Daru Falah. Jakarta. Hal 138-141

An-Naba 2008. Kesehatan dalam Pandangan Islam. Diunduh dari: http://an-naba.com/kesehatan-dalam-pandangan-islam/ Diakses pada tanggal 13 mei 2014

As Sayyid Abdul Basith Muhammad DR 2006, Hidup Sehat Dalam Islam. Penerbit : Almahira. Jakarta.

Page 8: Agama

Dalam Islam, berobat jika sakit merupakan hal yang wajib karena itu merupakan salah

satu bentuk dari usaha agar dapat lulus dari ujian yang Allah turunkan dan bersabar atas proses

pengobatan tersebut. Seorang muslim yang sedang sakit, dianjurkan untuk berusaha dalam

berobat (Zuhroni, 2010). Hal yang perlu diketahui dalam penyakit ini adalah apapun cara

pengobatannya kaum muslimin harus tetap berusaha dan berdoa dalam kesembuhan

penyakitnya, sebagaimana sabda Rasulullah ‘’Dari Usamah bin Syarik berkata : Aku pernah

berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab

dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Ya,

wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan

sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya:

“Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua” (HR. Al- Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad

Al-Hakim, dan Ibnu Hibban).

Dalam pengobatan perkembangan pengobatan saat ini telah berkembang teknologi dibidang

kedokteran salah satunya diciptakan Robotic Leg Control bagi penderita amputasi.

Perkembangan teknologi menurut Islam sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT

Page 9: Agama

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah

bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.

Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Qs: Al-

Fusilat (41):53)

Menurut ajaran Islam, muslim yang menderita suatu penyakit hendaklah mencari pertolongan untuk mengobatinya dan tidak menggunakan cara dan obat-obatan yang diharamkan, sebagaimana hadits Rasulullah SWA:

دواءفتداووا داء ل�كل وجعل والدواء الداء أنزل الله إ�ن والب�حرام تداووا

Artinya: “Bahwa Allah-lah yang menurunkan penyakit dan obatnya dan Dia Menjadikan setiap penyakit ada obatnya, berobatlah dan jangan berobat dengan hal yang haram” (HR. Abu Dawud)

Ajaran Islam telah mengatur dalam pengobatan hendaklah mencari obat yang di halalkan, menjauh dari obat-obatan yang diharamkan karena obat yang haram belum tentu sebagai penyembuh. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits :

م يما حر فاءكم ف� وقال ابن مسعود : إن الله لم يجعل ش�عليكم

Artinya : ”Ibnu Masud berkata: “Bahwa Allah tidak menjadikan penyembuhan kalian dari sesuatu yang diharamkan”. (HR Bukhori)

Page 10: Agama

عليه� جاب�ر عن الله صلى الله� رسول� عن ، عنه الله ي رض�الداء� : " دواء يب أص� فإ�ذا ، دواء داء ل�كل قال أنه ، وسلم

وجل عز الله� ب�إ�ذن� بر�ئ " ، مسل�م رواه

Artinya: Dari Jabir r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat yang tepat diberikan, dengan izin Allah, penyakit itu akan sembuh”. (HR Muslim)

Dari hadits Rasulullah SAW tersebut di atas menganjurkan berobat apabila sakit, karena Allah SWT menurunkan setiap penyakit beserta obatnya kecuali penyakit tua. Perlu diyakini bahwa proses penyembuhan terhadap suatu penyakit hendaklah adanya kecocokan pengobatan dengan penyakit, penyakit akan sembuh tidak lepas dari izin dan rhido Allah SWT, manusia bisa berusaha untuk mencari pengobatan sebaik mungkin tetapi Allah SWT yang menyembuhkan. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW :

له أنزل إ�ال داء الله أنزل مافاء ش�Artinya:“Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan obatnya”. (HR Abu

Hurairah)

Keratokonus tergolong penyakit sebagai bentuk ujian kepada manusia, apakah dia mampu bersabar dalam menghadapi ujian itu. Perlu diyakini bahwa Allah SWT tidak akan membebani hamba-Nya di luar batasan kemampuannya sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Q.S. A1-Baqarah [2]:286).

Sebagai mukmin yang beriman tertimpa ujian sakit hendaklah melakukan pengobatan dan memohon pertolongan Allah dengan sabar, dan lebih mendekatkan diri pada Allah dengan selalu mengingat Allah melalui zikir. Allah maha penolong hamba-hamba yang bersabar. Sesuai dengan firman Allah SWT:

Page 11: Agama

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah [2]: 153)

Menurut ajaran Islam dalam menyelesaikan setiap permasalahan hendaklah bertanya kepada ahlinya, bagi penderita keratokonus yakni kepada dokter mata. Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: “ Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.” (QS An-Nahl (16): 43).

Bagi penderita keratokonus berusaha selalu berdo’a, bersabar dan berharap kesembuhan dari Allah SWT, karena Dia-lah yang Maha Penyembuh, sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku.” (QS. Asy-Syua’ara (26):80)

Berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa penyakit keratokonus merupakan ujian keimanan. Islam menyuruh umatnya berusaha dalam penyembuhan penyakit yang diderita dengan berobat kepada ahlinya, yaitu dokter yang ahli dengan pemyakit mata. Sebagai seorang mukmin hendaklah meyakinin bahwa kesembuhan adalah dari Allah. Dalam menghadapi ujian sakit disamping berobat, berharap pertolongan Allah untuk kesembuhan disertai dengan sabar, dan semakin mendekatkan diri kepda Allah SWT.