agama

14
PUASA A. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar. Banyak orang-orang yang melakasanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya,pada saat mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala. Seperti yang dikatakan hadits: urung rampung Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu puasa, manfaat puasa, hikmah puasa, dan alasan mengapa kita wajib menjalankannya. B. Pokok Masalah Sebagai orang muslim sangatlah wajib bagi kita untuk mengetahui, bahkan untuk paham betul apa itu puasa, sarat sahnya puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan manfaat, serta hikmah puasa bagi kita. Dan berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka kami mendapatkan beberapa pokok permasalahan di dalam pembahasan ini. Diantaranya ialah: - Penyebab orang-orang tidak menjalankan ibadah puasa - Berpuasa tanpa mengetahui apa syarat dan ketentuan puasa - Bagaimana cara berpuasa tanpa mengurangi aktivitas kita - Tidak mengetahui fidyah yang akan dibayar jika meninggalkan puasa C. Tujuan

Upload: putri-laksono-indah-budiasih

Post on 29-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Agama

PUASA

A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang

salah satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat.

Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib

melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak

melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak mengetahui

manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak

mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan

benar.

Banyak orang-orang yang melakasanakan puasa hanya sekedar

melaksanakan, tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang

membatalkan puasa. Hasilnya,pada saat mereka berpuasa mereka hanyalah

mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah berpuasa tetapi

tidak mendapatkan pahala. Seperti yang dikatakan hadits: urung rampung

 Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu

puasa, manfaat puasa, hikmah puasa, dan alasan mengapa kita wajib

menjalankannya.

B. Pokok Masalah

Sebagai orang muslim sangatlah wajib bagi kita untuk mengetahui, bahkan

untuk paham betul apa itu puasa, sarat sahnya puasa, hal-hal yang membatalkan

puasa, dan manfaat, serta hikmah puasa bagi kita.

Dan berdasarkan latar  belakang masalah yang telah dijelaskan, maka kami

mendapatkan beberapa pokok permasalahan di dalam pembahasan ini.

Diantaranya ialah:

- Penyebab orang-orang tidak menjalankan ibadah puasa

- Berpuasa tanpa mengetahui apa syarat dan ketentuan puasa

- Bagaimana cara berpuasa tanpa mengurangi aktivitas kita

- Tidak mengetahui fidyah yang akan dibayar jika meninggalkan puasa

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini dibuat adalah :

- Agar ummat islam selalu melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan benar.

Page 2: Agama

- Bisa  melaksanakan puasa dengan ikhlas

- Untuk mengetahui semua hal yang membahas tentang puasa dan bersangkut

paut dengan puasa

BAB II Landasan Teori

A. DEFINISI PUASA

Shaum (puasa) berasal dari kata bahasa arab yaitu صيام يصوم صام shaama-

yashuumu, yang bermakna menahan atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu

menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa.

Adapun puasa dalam pengertian terminology (istilah)  agama adalah menahan

diri dari makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak

terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dengan syarat-syarat tertentu.

B. MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI HUKUM

Ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu

terbagi menjadi empat macam, yaitu :

1.Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.

2.Puasa sunnah (mandub)

3.Puasa makruh

4.Puasa haram

1. Puasa wajib atau fardhu yaitu puasa pada bulan ramadhan.

Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang

dilakukan secara tepat waktu artinya pada bulan Ramadhan secara ada’ dan

demikian pula yang dikerjakan secara qadha’. Termasuk puasa fardhu lagi ialah

puasa kifarat dan puasa yang dinazarkan. Ketentuan ini telah disepakati

menurut para imam-imam madzhab, meskipun sebagian ulama hanafiyah

berbeda pendapat dalam hal puasa yang dinazarkan. Mereka ini mengatakan

bahwa puasa nazar itu puasa wajib bukan puasa fardhu.

Puasa ramadhan adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang mukllaf yang mampu

berpuasa. Puasa ramdhan tersebut mulai diwajibkan pada tanggal 10 sya’ban

satu setengah tahun setelah hijrah. Tentang dalil dasarnya yang menyatakan

kewajiban puasa ramadhan ialah Al-qur’an, hadits dan ijma’. Dalil dari Al-qur’an

iala firma Allah swt :

Page 3: Agama

١٨٥ البقرة)القران فيه انزل الذي رمضان شهر

Artinya : (bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bulan ramadhan,

yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-qur’an.(Al-Baqarah 185)

2. Puasa sunnah (mandub)

Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan

apabila kita tinggalkan atau tidak kita kita kerjakan tidak berdosa. Berikut

contoh-contoh puasa sunnat:

Puasa hari Tasu’a – ‘asyura – hari-hari putih dan sebagainya

Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa pada bulan Muharram. Yang lebih

utama adalah tanggal ke 9 dan ke 10 bulan tersebut.

Puasa hari arafah

Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu

disebut hari ‘arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang

sedang melaksanakan ibadah haji.

Puasa hari senin dan kamis

Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di

dalam melakukan puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh.

Hal demikian tak ada keraguan lagi.

Puasa 6 hari di bulan syawal

Disunahkan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal secara mutlak

dengan tanpa syarat-syarat

Puasa sehari dan berbuka sehari

Disunnahkan bagi oramg yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak

berpuasa sehari. Diterangkan bahwa puasa semacam ini merupakan salah

satu macam puasa sunnah yang lebih utama.

Puasa bulan rajab, sya’ban dan bulan-bulan mulia yang lain.

Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan sya’ban menurut kesepakatan

tiga kalangan imam-imam madzhab. Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4,

dan yang tiga berturut-turut yakni: Dzulqa’dah, dzulhijjah dan Muharram,

dan yang satu sendiri yakni bulan Rajab, maka berpuasa pada bulan-bulan

tersebut memang disunnahkan .

Bila seseorang memulai berpuasa sunnah lalu membatalkannya

Menyempurnakan puasa sunnah setelah dimulai dan meng-qadha nya jika

dibatalkan adalah disunnahkan menurut ulama syafi’iyyah dan hanafiyyah.

3. Puasa Makruh

Page 4: Agama

Puasa hari jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari

perayaan besar yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau

sesudahnya selama hal itu tidak bertepatan dengan kebiasaan, maka puasa itu

dimakruhkan menurut tiga kelompok imam madzhab. Namun ulama madzhab

syafi’I mengatakan : tidak dimakruhkan berpuasa pada kedua hari itu secara

mutlaq.

4. Yang keempat ialah puasa haram

Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada

saat itu, jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita

tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah

menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa

keadaan, diantaranya ialah :

Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya

kurban (idul adha)

Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat

tentang hal ini(fiqih empat madzhab hal 385)

Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa

sunnat, atau dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan

izin secara terang-terangan. Kecuali jika sang suami memang tidak

memerlukan istrinya, misalnya suami sedang pergi, atau sedang ihram,

atau sedang beri’tikaf.

C. Syarat Wajib Puasa

1. Beragama Islam

2. Baligh (telah mencapai umur dewasa)

3. Berakal

4. Mumayyiz

5. Berupaya untuk mengerjakannya.

6. Sehat

7. Tidak musafir

D. Syarat Sah Puasa

1. Beragama Islam

2. Berakal

3. Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum wanita

4. Hari yang sah berpuasa.

Page 5: Agama

E. Rukun-rukun puasa

1. Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa

wajib) atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah

mulai daripada terbenamnya matahari sehingga terbit fajar. Meninggalkan

sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari.

F. Hal-hal yang membatalkan puasa dan mengurangi nilai puasa

1. Makan

Ayat yang menjelaskan tentang batalnya puasa karena makan adalah

Surah Al-baqarah ayat 187.

Artinya : dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamupun

adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat

menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf

kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah

ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlam hingga terang bagimu

benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa

itu sampai(datang) malam.

2. Minum

3. Hubungan seksual

Sama seperti surat diatas tapi yang membedakan adalah konsekuensi

hukumnya yang lebih berat yaitu bagi suami istri yamg vberhubungan sex

saat puasa Ramadhan maka ia harus membebaskan budak jika punya, atau

jika tidak punya, berpuasalah selama 2 bulan berturut-turut, atau jika tidak

mampu, memberi makan fakir miskin 60 orang, dan mengganti puasanya.

Adapun jika bermimpi di siang hari atau bangun kesiangan padahal dia lupa

mandi zunub maka hal itu tidak membatalkan puasa.

4. Muntah dengan sengaja

Hadist yang menjelaskan tentang muntah yang disengaja yang artinya :

Barang siapa yang muntah maka tidak ada kewajiban mengganti terhadapnya.

Namun barang siapa muntah denjgan sengaja maka hendaklah ia

menggantinya. (HR. Tirmidzi, abu daud, ibn mazah, dari abu hurairah)

5. Keluar darah haidh dan nifas sebagai konsekwensi dari syarat syahnya puasa.

Page 6: Agama

6. Gila saat sedang puasa

Sedangkan hal yang mengurangi nilai puasa adalah mengerjakan hal-hal

yang memang dibenci oleh Allah swt, seperti bertengkar berkata jorok, berperilaku

curang, atau berbuat sesuatu yang tidak ada manfaatnya dan semacamnya.

Intinya, bila seluruh panca indera dan anggota badannya tidak ikut

dipuasakan terhadap hal-hal yang memang dibenci bahkan dilarang oleh allah swt

maka dapat mengurangi bahkan menghilangkan bobot puasanya, sehingga dia

termasuk orang yang merugi.

G. Adab-adab berpuasa

1. Niat karena Allah swt semata.

Niat ini cukup dalam hati tanpa diucapkan. Akan tetapi banyak ulama

yang berbeda pendapat tentang hal ini. Yang pertama ialah menurut imam

hanbali, menurut beliau niat cukup pada awal puasa saja untuk satu bulan

penuh. Kedua, ialah menurut imam Maliki yang mengatakan niat bisa dimulai

ketika awal ramadhan sekaligus. Yang terakhir yaitu menurut imam Syafii yang

mengatakan bahwa niat dilakukan setiap malam atau bertepatan dengan

terbitnya fajar shadiq. Bahkan jika semisal ada seseorang yang berniat puasa

satu tahun yang lalu itupun sebenarnya sudah bisa dikatakan niat.

Berbeda halnya dengan puasa wajib, untuk puasa sunat kebanyakan

ulama membolehkan berniat puasa pada siang hari, sebagaimana riwayat dari

Aisyah bahwa Rosululloh saw pernah datang kepadanya dan bertanya “ apakah

kamu punya sesuatu (maksudnya makanan?) jawab aisyah “ tidak! Kata Nabi

saw “ kalau begitu saya puasa saja”. Dan dari riwayat tersebut dapat

disimpulkanb bahwa niat puasa sunat bisa dilakukan pada siang hari.

2. Makan sahur

Nabi saw bersabda yang artinya “ sahurlah kalian, karena pada sahur itu

terdapat berkah”     (HR. Jama’ah kecuali abu Daud, dari Anas ra). Dari riwayat

tersebut sudahlah jelas bahwa sahur pada saat akan berbuasa sangatlah

dianjurkan. Sedangkan waktu makan sahur yang disunatkan dan yang paling

baik menurut Nabi saw yaitu diakhir malam.

3. Menjahui hal-hal yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi nilai puasa.

Selain yang telah disebutkan di atas berkumur secara berlebihan saat

berwudu juga termasuk salah satu hal yang bisa mengurangi nilai puasa.

Seperti sabda Nabi saw yang artinya “ sempurnakanlah dalam berwudhu, sela-

Page 7: Agama

selailah diantara jari-jemarimu dan smpikanlah (ke dalam-dalam) dalam

berkumur, kecualai kamu berpuasa”. ( HR. Imam yang lima, dari Laqith bin

Shabirah).

4. Berbuka puasa dengan segera.

Bila waktu berbuka sudah tiba, sangat dianjurkan untuk menygerakannya.

Hal ini karena Nabi saw bersabda yang artinaya: manusia senantiasa berada

dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. Segerakanlah berbuka

karena orang Yahudi mengakhirkannya.

H. Halangan puasa

Beberapa uzur (halangan) yang membolehkan berbuka(tidak berpuasa)

1.Sakit dan menderita kepayahan yang sangat

Beberapa uzur atau halangan yang membolehkan orang yang berpuasa,

berbuka atau membatalkan puasanya diantaranya ialah sakit. Apabila orang

yang berpuasa jatuh sakit dan ia merasa khawatir bertambah sakit jika

berpuasa atau ia khawatir terlambat kesembuhannya, atau ia malah menderita

kepayahan yang sangat jika berpuasa maka ia diperbolehkan berbuka.

2.Khawatirnya wanita hamil dan wanita menyusui terhadap bahaya bila berpuasa.

Apabila wanita hamil dan wanita menyusui merasa khawatir ditimpa

bahaya akibat berpuasa yang kelak akan menimpa pada diri mereka dan anak

mereka sekaligus, atau pada dirinya saja, atau pada anak mereka saja, maka

mereka diperbolehkan tidak berpuasa (berbuka).

3.Berbuka sebab bepergian

Diperbolehkan berbuka (tidak berpuasa) bagi orang yang bepergian

dengan syarat bepergiannya itu dalam jarak yang jauh yang membolehkan

shalat qashar, sesuai dengan ketentuannya. Dan dengan syarat hendaknya ia

telah mulai pergi sebelum terbit fajar, yaitu sekiranya ia bisa sampai di tempat

dimana ia memulai meng-qashar shalat sebelum terbit fajar. Apabila keadaan

pergi itu yang membolehlkan meng-qashar shalat, maka ia tidak boleh berbuka.

4.Puasa wanita yang sedang haidh dan nifas

Apabila wanita yang sedang berpuasa datang bulan atau haidh, atau nifas,

maka wajiblah berbuka dan haramlah baginya berpuassa. Jikalau ia

memaksakan diri berpuasa, maka puasanya adalah batal dan dalam hal ini ia

berkewajiban meng-qadha’.

Page 8: Agama

5.Orang yang ditimpa kelaparan atau kehausan yang sangat.

Adapun kelaparan dan kedahagaan yang sangat yang dengan kedua-

duanya itu seorang seseorang tidak kuat berpuasa, maka bagi orang yang

tertimpa hal seperti itu boleh berbuka dan ia berkewajiban meng-qadha’.

6.Orang yang sudah lanjut usia

Orang yang telah berusia lanjut, yang tidak kuat melakukan puasa pada

seluruh masa dalam setahun, ia boleh berbuka, artinya ia boleh tidak berpuasa

Ramadhan, tetapi ia berkewajiban membayar fidyah, yaitu memberi makan

orang miskin. Orang yang sudah lanjut usia tidak berkewajiban meng-qadha’.

Sebab sudah tidak mampu melakukan puasa.

7.Orang yang ditimpa penyakit gila disaat berpuasa.

Apabila orang yang berpuasa ditimpa penyakit gila, meskipun hanya

sekejap mata, maka ia tidak berkewajiban berpuasa dan puasanya tidak sah.

Kewajiban atas meng-qadaha’ puasanya itu dijelaskan oleh imam syafi’I sebagai

berikut: “bila ia sengaja dengan penyakit gilanya misalnya di malam harinya

secara sengaja memakan sesuatu benda yang pagi harinya bisa menghilangkan

akalnya, maka ia berkewajiban meng-qadha’ hari-hari dimana ia gila. Tetapi

kalau ia tidak bersengaja gila, maka ia tidak berkewajiban meng-qadha’.

Page 9: Agama

I. Hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa

1.Bersegera untuk berbuka setelah nyata-nyata matahari terbenam. Dan berbuka

itu dilakukan sebelum shalat. Dan disunnahkan berbuka itu dengan kurma

basah, atau kurma kering, atau manisan atau air. Hendaknya yang dibuat

berbuka itu ganjil, yaitu tiga atau lebih.

2.Berdo’a setelah berbuka dengan do’a yang telah diajarkan oleh Nabi SAW.

3.Makan sahur dengan sesuatu makanan walaupun sedikit. Meskipun hanya

seteguk air. Seperti sabda Nabi SAW yang menjelaskan tentang makan sahur

itu adalah berkah.

4.Mencegah lisan dari omongan yang tidak berfaidah. Sedangkan mencegah lisan

dari hal yang haram seperti menggunjing (ghibah) dan adu domba, maka hal itu

adalah wajib setiap saat, dan hal itu lebih dikukuhkan pada bulan Ramadhan.

5.Memperbanyak sedekah dan berbuat baik kepada sanak saudara, kaum fakir dan

miskin.

6.Menyibukkan diri dalam menunutut ilmu, membaca Al-Qur’an, berzikir, membaca

shalawat atas Nabi SAW. Bilamana ada kesempatan untuknya baik siang hari

maupun malamnya.

7.Beri’tikaf.

J. Meng-qadha’ puasa Ramadhan

Barang siapa berkewajiban meng-qadha’ puasa Ramadhan karena

membatalkannya secara sengaja, atau karena suatu sebab dari beberapa sebab

terdahulu, maka ia berkewajiban meng-qadha’ sebagai pengganti hari-hari yang ia

batalkan dan ia qadha’ pada masa yang diperbolehkan melakukan puasa sunnah.

Jadi tidak dianggap mencukupi meng-qadha’ puasa Ramadhan pada hari-hari yang

dilarang berpuasa padanya. Seperti hari raya, baik idul fitri maupun idul adha’. Juga

tidak dianggap mencukupi pada hari-hari yang memang ditentukan untuk berpuasa

fardhu, seperti bulan ramadhan yang sedang tiba waktunya, hari-hari nazar yang

ditentukan, misalnya ia bernazar akan berpuasa sepuluh hari diawal bulan bulan

Dzulqo’dah. Jadi meng-qadha’ puasa ramadhan pada hari-hari itu tidak bisa dinilai

mencukupi. Sebab telah ditentukan untuk nazar. Demikianlah menurut kalangan

ulama Malikiyah dan Syafi’iyyah.

Begitu juga tidak bisa mencukupi melakukan qadha’ pada bulan Ramadhan

yang sedang tiba saatnya. Sebab bulan tersebut ditentukan untuk menunaikan

kewajiban puasa secara khusus. Jadi tidak bisa untuk dibuat melakukan puasa

selainnya. Melakukan puasa qadha’ dianggap sah pada hari syak, karena pada hari

itu melakukan puasa sunnah dianggap sah. Ketentuan meng-qadha’ ialah dengan

cara mengikuti jumlah puasa yang terluput(tertinggal), bukan mengikuti hilal atau

Page 10: Agama

tanggal bulan. Jadi kalau seseorang meninggalkan puasa selama 30 hari atau

sebulan penuh, maka ia harus meng-qadha(berpuasa) selama 30 hari juga. Jika

dalam bulan yang ia puasa tersebut ada 29 hari, maka ia harus menambah 1 hari

lagi.

Bagi yang mempunyai kewajiban meng-qadha’ puasa disunnahkan untuk

segera meng-qadha’ puasanya. Disunnahkan juga agar dilakukan secara berturut-

turut dalam melakukannya. Dan berkewajiban juga meng-qadha’ secara segera

apabila Ramadhan yang selanjutnya akan segera tiba. Barang siapa mengundur-

undur qadha’ hingga bulan Ramadhan keduanya tiba maka ia berkewajiban

membayar fidyah sebagai tambahan atas kewajiban meng-qadha’. Yang dimaksud

fidyah ialah memberi makanan orang miskin untuk setiap hari dari hari-hari qadha’.

Ukurannya ialah sebagaimana yang diberikan kepada orang miskin dalam kifarat.

Maksud Fidyah ialah satu cupak makanan asasi tempatan yang disedekahkan

kepada fakir miskin mewakilli satu hari yang tertinggal puasa Ramadhan padanya.

Makanan asasi masyarakat Malaysia adalah beras, maka wajib menyedekahkan

secupak beras kepada fakir miskin bagi mewakili sehari puasa. Ukuran secupak

beras secara lebih kurang sebanyak 670gram. Contohnya sipulan telah

meninggalkan puasanya sebanyak 5 hari, maka dia wajib membayar Fidyahnya

sebanyak 5 cupak beras kepada fakir miskin. Firman Allah yang bermaksud :

“(Puasa Yang Diwajibkan itu ialah beberapa hari Yang tertentu; maka sesiapa

di antara kamu Yang sakit, atau Dalam musafir, (bolehlah ia berbuka), kemudian

wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari Yang dibuka) itu pada hari-hari Yang lain; dan

wajib atas orang-orang Yang tidak terdaya berpuasa (kerana tua dan sebagainya)

membayar Fidyah Iaitu memberi makan orang miskin. maka sesiapa Yang Dengan

sukarela memberikan (bayaran Fidyah) lebih dari Yang ditentukan itu, maka itu

adalah suatu kebaikan baginya; dan (Walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik

bagi kamu daripada memberi Fidyah), kalau kamu mengetahui.” (Al-Baqarah : 184)

Fidyah dikenakan kepada orang yang tidak mampu berpuasa dan memang

tidak boleh berpuasa lagi. Maka dengan itu Islam telah memberikan keringanan

(rukshoh) kepada mereka yang tidak boleh berpuasa dengan cara membayar

Fidyah yaitu memberikan secupak beras kepada orang fakir miskin. Begitu juga

kepada orang yang meninggalkan puasa dan tidak menggantikan puasanya

sehingga menjelang puasa Ramadhan kembali (setahun), maka dengan itu mereka

dikehendaki berpuasa dan juga wajib memberikan secupak beras kepada fakir

miskin. Begitu juga pada tahun seterusnya. Fidyah akan naik setiap tahun selagi

mana orang tersebut tidak menggantikan puasanya.

Page 11: Agama

K. Hikmah puasa

Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap

individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani.

Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar

terbiasa mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga

mampu melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan merasakan

langsung rasa lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk

membantu mereka dengan memperbanyak shadaqah.

Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan

ketahanan jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari

makanan, dan kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk

manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula

keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-

minumnya.

Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara

umum:

1.Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari

kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita

makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat

tarawih, iktikaf, baca qur’an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin

waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau

ikut latihan ini.

2.Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam

hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal

ibadah,

dan amal-amal sunat.

3.Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti

persaudaraan, dan silaturahmi.

4.Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.

5.Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam

kehidupan.

6.Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai

ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah,

berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang

duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala

Page 12: Agama

sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah.

Artinya semua dapat bernilai ibadah.

7.Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap

perbuatan, terutama yang mengandung dosa.

8.Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan

rintangan.

9.Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana.

10.Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas

nikmat-nikmat yang diberikan pada kita.

Page 13: Agama

BAB IV Kesimpulan

Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk

melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang

lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain,

maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar

dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini

hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada

orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-

orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas

orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah)

Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah

swt. Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan

ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah

kami sebutkan diatas, kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan

betapa banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari berpuasa ini.

Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan

puasa, karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan

apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah.

Daftar pustaka

1. Kuliah fiqh ibadah oleh Syakir Jamaluddin, MA.

2. Fiqih Empat Madzhab (bagian ibadah) oleh Drs. H. Moh. Zuhri, Dipil. Tafl dkk.

3. Buku puasa lahir dan batin oleh Malaki Tabrizi

4. Terjemah ihya’ ulumiddin( jilid II) oleh imam ghazali