web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu...

28
MODEL PEMBELAJARAN (Setiadi) Pada dasarnya seorang pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh pendidik adalah dengan mengajar dan salah satu yang paling penting pada saat mengajar adalah performance pendidik, penguasaan keadaan kelas dan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Metode pembelajaran ialah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. A. Apa Bedanya Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik Dan Model Pembelajaran 1. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatar belakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam pendekatan pembelajaran ada muatan-muatan etis-pedagogis yang menyertai kegiatan proses pembelajaran yang berisi religius/spiritual, Rasional/intelektual, Emosional, Fungsional, Keteladanan, Pembiasaan, dan Pengalaman. Dilihat dari pendekatannya dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered approach)

Upload: dangdieu

Post on 30-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

MODEL PEMBELAJARAN(Setiadi)

Pada dasarnya seorang pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya

untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta

mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh pendidik adalah dengan mengajar

dan salah satu yang paling penting pada saat mengajar adalah performance pendidik, penguasaan keadaan

kelas dan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Metode

pembelajaran ialah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah

lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu

kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

A. Apa Bedanya Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik Dan Model Pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih

sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatar belakangi metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam pendekatan pembelajaran ada muatan-muatan

etis-pedagogis yang menyertai  kegiatan proses pembelajaran yang berisi religius/spiritual,

Rasional/intelektual, Emosional, Fungsional, Keteladanan, Pembiasaan, dan Pengalaman. Dilihat dari

pendekatannya dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada pendidik (teacher centered approach).

2. Strategi Pembelajaran

Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien. Kegiatan ini dilakukan dengan cara-cara tertentu yang digunakan secara

sistematis & prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil

belajar. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa

dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya, bahwa strategi pada dasarnya

Page 2: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan

pembelajaran. Contoh  : contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning,

Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM. Dilihat dari strateginya,

pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning

dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian

dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara lain strategi pembelajaran

induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

3. Metode Pembelajaran

metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)

simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan

sebagainya.

4. Teknik Pembelajaran

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan

demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam

mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas

dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara

teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya

terbatas. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau

teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama

menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.

Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki

sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih

banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu

5. Model pembelajaran berbasis kompetensi

Standar kompetensi yang menjadi dasar untuk pembentukan kompetensi adalah KKNI.

Sehingga seharusnya model pembelajarannya juga menerapkan model pembelajaran berbasis

kompetensi. Model pembelajaran berbasis kompetensi digambarkan sebagai sebuah tangga dengan

setiap anak tangga mempengaruhi anak tangga di atasnya atau di bawahnya. Anak tangga yang terbawah

adalah Foundation, kedua keterampilan, yaitu kemampuan dan pengetahuan yang dikembangkan

dalam proses belajar. Anak tangga ketiga adalah kompetensi yang diperoleh melalui pembelajaran

dan pengalaman, dan yang terakhir adalah demonstration (unjuk kerja) sebagai hasil menerapkan

kompetensi-kompetensi yang diperoleh. Pada level teratas inilah pembelajaran berdasarkan unjuk kerja

bisa dinilai (assessed).

Page 3: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

B. Jenis model pembelajaran Kooperatif

Salah satu model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan kontruktivisme adalah

pembelajaran kooperatif. Menurut Kagan (2000:1), belajar kooperatif adalah suatu istilah yang digunakan

dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana peserta didik belajar bersama-sama dalam kelompok-

kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap peserta didik tidak hanya menyelesaikan tugas

individunya, tetapi juga berkewajiban membantu tugas teman kelompoknya, sampai semua anggota

kelompok memahami suatu konsep. Setiap kelompok dengan peserta didik dari tingkat kemampuan

berbeda, menggunakan aktivitas belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap

suatu konsep. Tujuan akhir yang ingin dikembangkan dari pembelajaran kooperatif adalah mengoptimalkan

kompetensi individu menjadi kompetensi kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran bersama, hal ini

memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar

mengajar, sebagai fondasi yang baik untuk meningkatkan prestasi peserta didik.

Berdasarkan pada prosedur pelaksanaan pembelajarannya, Lie (2002: 14) membedakan

pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, yaitu make a match (mencari pasangan), Think–Fair–Share

(berpikir - berpasangan - berbagi), bertukar pasangan, berkirim salam dan soal, numbered heads together

(kepala bernomor), two stay two stray (dua tamu dua tinggal), talking chips (kartu berbicara), roundtable

(meja bundar), inside–outside–circle (lingkaran besar lingkaran kecil), paired storytelling (berbicara

berpasangan), three steps interview (tiga tahap wawancara), dan jigsaw dan lain-lain.

1. Pembelajaran Jigsaw (model tim ahli :Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar

dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain

untuk meningkatkan rasa tanggungjawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan

demikian, jigsaw juga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Page 4: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim

ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.

Kemudian peserta didik-peserta didik itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada

anggota kelompoknya apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4 sampai dengan 6

orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas peserta didik dengan beragam latar belakang, misalnya dari

segi prestasi, jenis kelamin, suku, agama, status sosial dan lain-lain. Kelompok ini disebut kelompok

asal.

b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

c. Setiap peserta didik yang mendapat sub topik yang sama berkumpul membentuk tim ahli. Tim ahli

membahas sub topik masing-masing dan menjadi ahli dalam topik itu.

d. Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, anggota kembali ke kelompok asal masing-masing.

Kemudian secara bergantian, tiap peserta didik yang telah menjadi ahli mengajar teman satu tim

mereka tentang sub topik yang mereka kuasai.

e. Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, atau membuat rangkuman. Fasilitator

bisa juga memberikan tes pada kelompok. Tapi pada saat mengerjakan tes peserta didik tidak boleh

bekerja sama.

f. dosen memberi evaluasi

g. penutup

Bagan pengelolaan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Keterangan :

I : Kelompok asal

II : Kelompok ahli

 

2. Model Pembelajaran Team Kuis

Model pembelajaran team kuis bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab peserta didik

dalam pembelajaran yang menyenangkan. Menurut Steven dan Slavin (1995) Penerapan model ini

dengan cara mengelompokkan peserta didik heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda.

Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.

Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok,

Page 5: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara

fasilitator bersikap terbuka, ramah , lembut, santun. Setelah selesai kerja, kelompok  menyajikan hasil

kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Secara teknis langkah-langkah pembelajaran team kuis adalah :

a. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam empat segmen

b. Bagi peserta didik menjadi empat kelompok A, B, C dan D

c. Sampaikan kepada peserta didik format penyampaian pelajaran-pelajaran kemudian mulai

penyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit.

d. Setelah penyampaian, minta kelompok A untuk menyapaikan pertanyaan-pentanyaan berkaitan

dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B, C dan D menggunakan waktu ini untuk

melihat lagi catatan mereka.

e. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat

menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. Jika kelompok C tidak dapat

menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok D.

f. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab,

lemparkan kepada kelompok D. Jika kelompok D tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.

g. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok D, jika kelompok D tidak bisa menjawab,

lemparkan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok C.

h. Jika Tanya jawab ini selesai, lanjutkan pembelajaran kedua, dan tunjuk kelompok B untuk menjadi

kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A

i. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ke tiga,

dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya.

j. Setelah kelompok C selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ke tiga,

dan tunjuk kelompok D sebagai kelompok penanya.

k. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan Tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta

didik yang keliru.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips

Pembelajar kooperatif tipe taliking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada

tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan

untuk memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.

Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering

mewarnai kerja kelompok.

Dalam pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu / “chips”

(biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota kelompok menyampaikan pendapat

dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan

menambah pendapatnya sampai semua kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia

tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelompoknya juga menghabiskan semua kartu mereka.

Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan

untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47).

Page 6: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

Secara sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat

menarik perhatian peserta didik, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-

batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut berbunyi gemerincing, maka

istilah untuk talking chips dapat disebut juga dengan “kancing gemerincing” (Lie, 2002 : 63).

4. Student Teams-Achievement Divisions (Stad : Tim Peserta didik Kelompok Prestasi Slavin, 1995)

langkah-langkah :

a. membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,

jenis kelamin, suku, dll)

b. dosen menyajikan pelajaran

c. dosen memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu

mengerti.

d. dosen memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. pada saat menjawab kuis tidak boleh

saling membantu

e. memberi evaluasi

f. kesimpulan

5. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)

langkah-langkah :

a. dosen menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai

b. mahapeserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan dosen

c. mahapeserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan

mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

d. dosen memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

e. berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan

menambah materi yang belum diuangkapkan para mahapeserta didik

f. dosen memberi kesimpulan

g. penutup

6. Role Playing

langkah-langkah :

a. dosen menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

b. menunjuk beberapa mahapeserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm

c. dosen membentuk kelompok mahapeserta didik yang anggotanya 5 orang

d. memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

e. memanggil para mahapeserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah

dipersiapkan

f. masing-masing mahapeserta didik duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan

mengamati skenario yang sedang diperagakan

Page 7: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

g. setelah selesai dipentaskan, masing-masing mahapeserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja

untuk membahas

h. masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

i. dosen memberikan kesimpulan secara umum

j. evaluasi

k. penutup

7. Cooperative Script (Dansereau Cs., 1985)

skrip kooperatif : metode belajar dimana mahapeserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara

lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

langkah-langkah :

a. dosen membagi mahapeserta didik untuk berpasangan

b. dosen membagikan wacana/materi tiap mahapeserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan

c. dosen dan mahapeserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan

siapa yang berperan sebagai pendengar

d. pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok

dalam ringkasannya.

sementara pendengar :

• menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap

• membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau

dengan materi lainnya

e. bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. serta lakukan

seperti di atas.

f. kesimpulan dosen

g. penutup

8. Debate

langkah-langkah :

a. dosen membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra

b. dosen memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas

c. setelah selesai membaca materi. dosen menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk

berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai

sebagian besar mahapeserta didik bisa mengemukakan pendapatnya.

d. sementara mahapeserta didik menyampaikan gagasannya dosen menulis inti/ide-ide dari setiap

pembicaraan di papan tulis. sampai sejumlah ide yang diharapkan dosen terpenuhi

e. dosen menambahkan konsep/ide yang belum terungkap

f. dari data-data di papan tersebut, dosen mengajak mahapeserta didik membuat

kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai

Page 8: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

9. Curah pendapat (Brain storming)

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat,

informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Mahapeserta didik diberi topik atau masalah

dan kemudian mereka diminta untuk memberi tanggapan dan dosen menulis tanggapan-tanggapan

mahapeserta didik. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung,

dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat

pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi

(kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya

kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind-map) untuk menjadi

pembelajaran bersama

10.Ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada

sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.

Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan

metode ceramah, pendidik dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.

Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran

dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan

jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan

Metode ceramah dapat dilakukan dengan berbagai kombinasi Metode pembelajaran ceramah adalah

penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui

ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, pendidik dapat mendorong timbulnya

inspirasi bagi pendengarnya.

Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran

dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan

jika bahan belajar tersebut sukar didapatkanvariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah

ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan,

studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif,

yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan

pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi

yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu

metaplan dan/kertas plano, dll

11. Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih

untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam

pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang

menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979:

Page 9: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

251). Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi

dapat meningkatkan peserta didik dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah.

Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding

penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas

pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

12. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong

peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya?

Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode

pembelajaran adalah bilamana seorang pendidik atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja

diminta) atau seorang peserta didik memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya

bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

13.Bermain peran (roleplay)

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam

dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan

sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan

maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif

pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah

yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalan melakukan permainan

14.Simulasi

Metode simulasi adalah cara belajar dengan mencuplik suatu situasi kehidupan nyata yang diangkat ke

dalam kegiatan belajar. Metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah disampaikan

dengan cara lain (misalnya: ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini lebih banyak

mempengaruhi rana keterampilan dari para peserta (keterampilan mental maupun fisik). Dalam metode

simulasi, peserta diminta berperan seakan-akan tengah menerapkan materi yang telah diperoleh kepada

kelompok sasarannya. Peserta lainnya diandaikan sebagai kelompok sasaran yang benar-benar akan

ditemui dalam keseharian peserta (misalnya seorang peserta menjadi tutor, dan peserta lainnya menjadi

warga belajar). Dalam beberapa hal, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam

simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri

15.Sandiwara

Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi

sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan

analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai

permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.

Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang

digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari

Page 10: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan

efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaiknya permainan

digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar

permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh

peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai,

atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai

16.Minute Paper

mahapeserta didik memperoleh kesempatan beberapa menit pada akhir kelas untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan tertulis. “hal paling penting apa yang telah anda pelajari hari ini” “ pertanyaan

apa yang masih belum terjawab”

17.Writing Activities Of Many Kinds

dosen memberi pertanyaan dan mahapeserta didik diberi waktu untuk menjawab (menulis) pertanyaan

tadi secara tertulis atau dosen juga dapat memberi waktu kepada para mahapeserta didik untuk menulis

topik tertentu

18.Games

mencocokan, teka-teki silang, misteri, kompetisi, gambar

Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau

penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses

belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk

membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan

adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan).

Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak

(akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai

secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau

berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi

waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau

kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah

yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah

rana sikap-nilai.

19. Metode Resitasi

Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan peserta didik

membuat resume dengan kalimat sendiri.

Kelebihan Metode Resitasi adalah :

a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.

b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan

mandiri.

Page 11: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

Kelemahan Metode Resitasi adalah :

a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan

orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.

b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

20.Metode Study Tour (Karya wisata)

Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik

mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat

laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh

pendidik.

21.Picture And Picture

Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /

diurutkan menjadi urutan logis.

Langkah-langkah:

1. Pendidik menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Pendidik menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.

4. Pendidik menunjuk / memanggil peserta didik secara bergantian memasang / menpendidiktkan

gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

5. Pendidik menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

6. Dari alasan / urutan gambar tersebut pendidik memulai menanamkan konsep / materi sesuai

dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan / rangkuman.

Kebaikan:

1. Pendidik lebih mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik.

2. Melatih berpikir logis dan sistematis.

Kekurangan:

Memakan banyak waktu. Banyak peserta didik yang pasif

22.Numbered Heads Together

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap peserta didik diberi nomor

kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak pendidik memanggil nomor dari peserta didik.

Langkah-langkah:

1. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2. Pendidik memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

mengerjakannya.

Page 12: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

4. Pendidik memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil

kerjasama mereka.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian pendidik menunjuk nomor yang lain.

6. Kesimpulan.

Kelebihan:

Setiap peserta didik menjadi siap semua.

Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai.

Kelemahan:

Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh pendidik.

Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh pendidik

23.Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit

untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan peserta didik sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Metode ini menuntut para peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para pendidik yang menggunakan

metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan

5 hingga 6 peserta didik dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga

didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para peserta

didik memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik

yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara

keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Seleksi topik

Parapeserta didik memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya

digambarkan lebih dahulu oleh pendidik. Para peserta didik selanjutnya diorganisasikan menjadi

kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6

orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerjasama

Parapeserta didik beserta pendidik merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan

umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.

c. Implementasi

Parapeserta didik melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus

melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para peserta

didik untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

Pendidik secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika

diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Page 13: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

Parapeserta didik menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan

merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari

agar semua peserta didik dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai

topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh pendidik.

f. Evaluasi

Pendidik beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap

pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap peserta didik secara individu

atau kelompok, atau keduanya.

24.Metode Team Games Tournament (Tgt)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang

mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status,

melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan

reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT

memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,

kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:

a. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran pendidik menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan

dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin pendidik. Pada saat penyajian

kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan

pendidik, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada

saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

b. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik yang anggotanya heterogen dilihat dari

prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami

materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar

bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

c. Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat

peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab

pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan

mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen mingguan.

Page 14: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

d. Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah pendidik melakukan

presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama pendidik membagi

peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya

dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

e. Team recognize (penghargaan kelompok)

Pendidik kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat

sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat

julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45

dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

25.Model Examples Non Examples

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat

dari kasus/gambar yang relevan dengan KD.

Langkah-langkah:

a. Pendidik mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Pendidik menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

c. Pendidik memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

memperhatikan / menganalisa gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat

pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, pendidik mulai menjelaskan materi sesuai tujuan

yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan.

Kebaikan:

a. Peserta didik lebih kritis dalam menganalisa gambar.

b. Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

c. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekurangan:

1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

2. Memakan waktu yang lama.

26.Model Lesson Study

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut

Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.

Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas pendidik-pendidik di

Jepang dengan jalan menyelidiki/menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Page 15: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

a. Sejumlah pendidik bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:

Perencanaan.

Praktek mengajar.

Observasi.

Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.

Salah satu pendidik dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat

rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.

Pendidik yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas

sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.

Pendidik-pendidik lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil

mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.

Semua pendidik dalam kelompok termasuk pendidik yang telah mengajar kemudian bersama-

sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap

ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan

untuk pembelajaran berikutnya.

Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/pembelajaran berikutnya dan

seterusnya kembali ke (2).

b. Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:

Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan

pada setiap tingkatan kelas.

Dapat dilaksanakan antar/lintas sekolah.

27.The Seven Jump

Metode The Seven Jump adalah sebuah metode PBL (Programme Based Learning) yang sangat tepat

digunakan untuk pembelajaran untuk menganalisa dan memecahkan sebuah kasus. Metode ini

merupakan langkah yang dinamis tetapi tetap memerlukan keseimbangan dan keserasian atau

movement control agar tujuan belajar dapat tercapai.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Clarify Unfamiliar Terms

Mahapeserta didik mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang jelas, anggota lainnya

mencoba untuk mendefinisikannya.

Mahapeserta didik mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum diketahuinya.

Kata atau nama yang oleh kelompok masih diperdebatkan ditulis di papan tulis atau flip chart.

b. Define the Problems

Problem (masalah), bias berupa istilah, fakta, fenomena, yang oleh grup masih perlu dijelaskan

(sesi terbuka pada step 1).

Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk member kontribusi dalam diskusi.

Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai masalah.

Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan meluaskan horizon intelektual.

Mencatat seluruh issue yang telah dijelaskan oleh kelompok.

Page 16: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

c. Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation

Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar / salah, atau sebagai langkah awal untuk

mencari informasi lebih lanjut.

Mahapeserta didik mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang berbagai kemungkinan yang

sesuai dengan masalah.

Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat masuk ke hal-hal rinci.

Mencatat seluruh hipotesis yang ada.

d. Arrange Explanations Into Tentative Solutions

Many different explanations

Mahapeserta didik mencoba merinci masalah dan membandingkannya dengan hipotesis yang

sudah dikembangkan apakah sudah cocok atau belum.

Tahap ini merupakan proses aktif dan restrukturisasi pengetahuan yang ada, dan juga

merupakan tahap identifikasi perbedaan pemahaman.

Analyze the problem

Hasil diskusi :

Pengorganisasian penjelasan terhadap masalah.

Ditulis secara skematik

Mahasuswa mencoba menghubungkan ide baru yang muncul dari anggota kelompok dengan

pengetahuan yang ada dan dengan konteks berbeda.

e. Defining Learning Objectives

Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar.

Tutor mendorong mahapeserta didik agar inti tujuan belajar menjadi lebih focus, tidak terlalu

lebar atau superficial serta dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia.

Beberapa mahapeserta didik mungkin mempunyai tujuan belajar sendiri (ekstra) karena

kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri.

Catatan : 1) Setiap mahapeserta didik harus mempelajari seluruh sasaran belajar yang telah

disepakati (tidak dibenarkan membagi tugas). (2) Tutor member tugas pada masing-masing

mahapeserta didik untuk membuat resume sasaran belajar dengan tulisan tangan dan

menggunakan tinta biru, sehingga mahapeserta didik lebih siap berdiskusi di langkah ke-7.

Resume dinilai pada saat diskusi kedua (langkah ke-7)

f. Information Gathering : Private Study

Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet, computerized literarure search,

jurnal, specimen patologis / fisiologis, bertanya kepada pakar, dsb.

Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota kelompok (student’s individual

notes), termasuk sumber belajarnya. Usahakan sumber pustaka masing-masing mahapeserta

didik berbeda.

Hasil tersebut didiskusikan pada step 7.

g. Synthesize and Test Acquired Informations (Reporting Phase)

Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar beberapa literatur maupun sumber

belajar lainnya.

Page 17: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian mendiskusikan kembali.

Mahapeserta didik bias menambahkan, menyanggah, bertanya, komentar terhadap referensi.

Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang ada dan membuat laporan tertulis.

Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan ditanyakan dalam diskusi dengan

pakar / narasumber.

Implementasi “the seven jumps”

Kelompok mahapeserta didik terdiri dari 8-10 orang.

Untuk setiap scenario, dipilih ketua kelompok dan sekretaris.

Setiap scenario didiskusikan dalam dua kali tutorial.

Pada tutorial I langkah 1 s/d 5 paling tidak dilaksanakan selama 2 jam.

Langkah ke-6 self study atau independent study dilaksanakan pada hari-hari berikutnya.

Tutorial II dilaksanakan beberapa hari sesudah tutorial pertama, kegiatan ini merupakan langkah

7

o Tahap pertama, membaca scenario secara seksama.

o Kelompok dapat mengambil keputusan apakah pembacaan scenario dilakukan secara tenang

(membaca dalam hati) atau dibaca secara keras oleh anggota kelompok.

o Setelah problem dibaca secara lengkap, maka kelompok mahapeserta didik bekerja dengan

menggunakan “the seven jump” secara berurutan, sampai selesai tujuan belajar.

Apabila hasil diskusi tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, maka dimungkinkan

karena ada kesalahan dalam langkah-langkah sebelumnya. Oleh karena itu harus diulang kembali

dari tahap yang terdapat kesalahan.

Keuntungan membaca dalam hati

Setiap individu memiliki kesempatan untuk membaca sesuai dengan irama dan gaya mereka.

Setiap individu terlibat membaca secara aktif.

Keuntungan membaca secara keras

Dengan membaca secara keras maka tutor akan mengetahui adanya salah ucap atau salah eja.

Individu yang lambat membaca (slow reader) mungkin tidak dapat membaca scenario secara

keseluruhan, sehingga terbantu bila ada yang membacakan secara keras.

h. Seven Jump Method (SJM)

SJM merupakan sebuah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Gijselaers (1995)

sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter pada University of Limburg-

Maastricht dengan pendekatan Problem Based Learning. Sesuai dengan namanya, pada

metode ini terdapat tujuh langkah pembelajaran yang harus dialami oleh peserta didik, yaitu:

1) Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami,

2) Mendefinisikan Permasalahan,

3) Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara,

4) Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan,

5) Menformulasi tujuan belajar,

6) Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri,

Page 18: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

7) Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang

sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi penguatan hasil belajar

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa SJM memiliki tiga sesi belajar, yakni 1) pertemuan

klasikal pertama, 2) belajar mandiri, dan 3) pertemuan klasikal kedua. Pada pertemuan klasikal

pertama, dosen akan menyampaikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh mahapeserta didik

sekaligus mengembangkan diskusi singkat tentang terminologi atau konsep baru yang mungkin

belum difahami oleh mahapeserta didik. Mahapeserta didik dengan difasilitasi dosen akan

mendefinisikan permasalahan dan menentukan daftar penjelasan (teori) yang harus dikuasai untuk

menjawab permasalahan. Pada bagian akhir sesi pertama ini, mahapeserta didik akan menentukan

tujuan belajarnya. Setelah pertemuan klasikal pertama, mahapeserta didik akan belajar secara

mandiri untuk mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan. Mahapeserta didik ditugaskan

untuk melakukan kaji pustaka dengan cara mencari referensi baik di perpustakaan maupun internet

atau sumber informasi yang lain. Selanjutnya pembelajaran memasuki sesi ketiga, yaitu pertemuan

klasikal kedua. Pada pertemuan kedua ini, mahapeserta didik bersama dosen akan menggunakan

berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mensintesis jawaban atas permasalahan yang diajukan

pada sesi pertama. Selain itu, pada pertemuan kedua ini, mahapeserta didik bersama dosen akan

melakukan refleksi dan sekaligus penguatan atas proses dan hasil belajar yang telah dilakukan.

Contoh implementasi paket masalah

Nyeri Haid

Seorang remaja putri datang ke dokter dengan keluhan 3 hari ini perut bagian bawah nyeri seperti

diremas-remas. Keluhan ini terjadi tiap bulan bersamaan dengan datang bulan. Biasanya dia meminum

obat penghilang rasa sakit. Aktivitas sehari-hari masih berjalan seperti biasanya.

Implementasi 7 langkah “the seven jump”

1. Klarifikasi istilah atau konsep

a. Haid ?

Page 19: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

b. Nyeri haid ?

c. Obat penghilang rasa sakit ?

2. Menemukan / menetapkan masalah

a. Haid itu apa? Bagaimana mekanismenya? Mengapa remaja putrid? Mengapa tiap bulan?

Bagaimana siklusnya? Organ apa saja yang berperan?

b. Apa itu nyeri haid? Apa sebabnya? Bagaiman mekanismenya? Mengapa perut bawah? Bagaimana

mengatasinya?

c. Apa itu obat penghilang rasa sakit? Apa saja jenisnya? Bagaimana cara kerjanya?

3. Analisis problem (penjelasan hipotetik)

Dari semua kemungkina di atas, kemudian dianalisis menurut “prior knowledge” (pengetahuan yang

sudah dimiliki). Dari analisis => mahapeserta didik hanya tahu beberapa hal saja, yang lainnya belum

jelas.

4. Mahapeserta didik mencoba membuat formulasi (dalam tingkat hipotesis)

Sudah jelas. Belum Jelas

Haid : apa itu?

Nyeri haid : apa itu?

Obat penghilang rasa sakit : apa itu?

Mekanismenya? Remaja putri? Tiap bulan?

Organ apa saja? Siklusnya?

Sebabnya? Mekanismenya? Bagaimana

mengatasinya?

Apa saja jenisnya? Bagaimana cara kerjanya?

5. Menetapkan sasaran belajar

Mahapeserta didik membuat list apa saja pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan, misalnya :

a. Haid

1) Menjelaskan mekanisme haid

2) Menjelaskan mengapa remaja putri haid

3) Menjelaskan siklus haid dan apa yang mempengaruhinya

4) Menjelaskan organ apa saja yang berperan dan bagaimana perubahannya (anatomos-

fisiologis)

b. Dst.

6. Belajar mandiri

Agar kebutuhan di langkah 5 dapat terpenuhi.

a. Usaha, sbb (misalnya) :

1) Mempelajari buku-buku atau mencari di internet tentang haid dan organ yang berperan,

mekanismenya, hal-hal yang mempengaruhi siklus haid, mekanisme nyeri haid, penyebab,

obat penghilang rasa sakit, dst.

2) Mempelajari anatomi fisiologi, farmakologi.

3) Mempelajari specimen anatomo / histology tentang organ yang berperan.

4) Menanyakan kepada pakar atau dosen tentang hal yang belum jelas.

b. Membuat catatan apa yang telah diperoleh dari belajar mandiri sebagai bekal diskusi di langkah

ke-7.

Page 20: Web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching

7. Mendiskusikan hasil belajar mandiri

a. Mahapeserta didik bisa tahu sejauh mana dia sudah belajar, sedalam apa, seluas apa disbanding

dengan teman-temannya.

b. Mahapeserta didik bisa saling melengkapi pengetahuan yang diperoleh, dengan laporan kelompok.

c. Mahapeserta didik bisa sangat puas karena telah memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan

sesuai dengan sasaran belajarnya.

d. Hal-hal yang belum jelas atau ragu dicatat, kemudian ditanyakan pada pakar atau cari referensi,

diskusi dengan narasumber.

Sumber Bacaan:

Kagan. 2000. Beberapa Metode Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.

Lie, Anita. 2002. Cooperatif Learning. Mempraktekan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Ahmadi, Abu. (1984), Didaktik Metodik, Semarang, C.V. Toha Putera

Anita Lie, (2004), Cooperative Learning, Jakarta, Grasindo.

Rooyakkers, A. (1984), Mengajar dengan Sukses, Bandung, Gramedia.

Atherton, J .S. (2009). Learning and Teaching; Piaget's developmental theory. Diambil pada tanggal 18 Desember 2009, dari http://www.learningandteaching.info/learning/piaget.htm

BNSP. (2006). Pedoman Pelaksanaan Uji Kompetensi (Pedoman BNSP 301). Jakarta : BNSP.

BSNP. (2007). Permendiknas RI No 20, Tahun 2007, tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Kolb, D.A. (1984). Experiential Learning. New Jersey: Prentice Hall. Inc