web viewmasih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu...
TRANSCRIPT
MODEL PEMBELAJARAN(Setiadi)
Pada dasarnya seorang pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya
untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta
mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh pendidik adalah dengan mengajar
dan salah satu yang paling penting pada saat mengajar adalah performance pendidik, penguasaan keadaan
kelas dan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Metode
pembelajaran ialah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
A. Apa Bedanya Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik Dan Model Pembelajaran
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatar belakangi metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam pendekatan pembelajaran ada muatan-muatan
etis-pedagogis yang menyertai kegiatan proses pembelajaran yang berisi religius/spiritual,
Rasional/intelektual, Emosional, Fungsional, Keteladanan, Pembiasaan, dan Pengalaman. Dilihat dari
pendekatannya dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada pendidik (teacher centered approach).
2. Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Kegiatan ini dilakukan dengan cara-cara tertentu yang digunakan secara
sistematis & prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya, bahwa strategi pada dasarnya
masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning,
Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning
dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian
dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara lain strategi pembelajaran
induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
3. Metode Pembelajaran
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan
sebagainya.
4. Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya
terbatas. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu
5. Model pembelajaran berbasis kompetensi
Standar kompetensi yang menjadi dasar untuk pembentukan kompetensi adalah KKNI.
Sehingga seharusnya model pembelajarannya juga menerapkan model pembelajaran berbasis
kompetensi. Model pembelajaran berbasis kompetensi digambarkan sebagai sebuah tangga dengan
setiap anak tangga mempengaruhi anak tangga di atasnya atau di bawahnya. Anak tangga yang terbawah
adalah Foundation, kedua keterampilan, yaitu kemampuan dan pengetahuan yang dikembangkan
dalam proses belajar. Anak tangga ketiga adalah kompetensi yang diperoleh melalui pembelajaran
dan pengalaman, dan yang terakhir adalah demonstration (unjuk kerja) sebagai hasil menerapkan
kompetensi-kompetensi yang diperoleh. Pada level teratas inilah pembelajaran berdasarkan unjuk kerja
bisa dinilai (assessed).
B. Jenis model pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan kontruktivisme adalah
pembelajaran kooperatif. Menurut Kagan (2000:1), belajar kooperatif adalah suatu istilah yang digunakan
dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana peserta didik belajar bersama-sama dalam kelompok-
kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap peserta didik tidak hanya menyelesaikan tugas
individunya, tetapi juga berkewajiban membantu tugas teman kelompoknya, sampai semua anggota
kelompok memahami suatu konsep. Setiap kelompok dengan peserta didik dari tingkat kemampuan
berbeda, menggunakan aktivitas belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap
suatu konsep. Tujuan akhir yang ingin dikembangkan dari pembelajaran kooperatif adalah mengoptimalkan
kompetensi individu menjadi kompetensi kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran bersama, hal ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar
mengajar, sebagai fondasi yang baik untuk meningkatkan prestasi peserta didik.
Berdasarkan pada prosedur pelaksanaan pembelajarannya, Lie (2002: 14) membedakan
pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, yaitu make a match (mencari pasangan), Think–Fair–Share
(berpikir - berpasangan - berbagi), bertukar pasangan, berkirim salam dan soal, numbered heads together
(kepala bernomor), two stay two stray (dua tamu dua tinggal), talking chips (kartu berbicara), roundtable
(meja bundar), inside–outside–circle (lingkaran besar lingkaran kecil), paired storytelling (berbicara
berpasangan), three steps interview (tiga tahap wawancara), dan jigsaw dan lain-lain.
1. Pembelajaran Jigsaw (model tim ahli :Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar
dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain
untuk meningkatkan rasa tanggungjawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan
demikian, jigsaw juga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim
ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.
Kemudian peserta didik-peserta didik itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada
anggota kelompoknya apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
a. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4 sampai dengan 6
orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas peserta didik dengan beragam latar belakang, misalnya dari
segi prestasi, jenis kelamin, suku, agama, status sosial dan lain-lain. Kelompok ini disebut kelompok
asal.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Setiap peserta didik yang mendapat sub topik yang sama berkumpul membentuk tim ahli. Tim ahli
membahas sub topik masing-masing dan menjadi ahli dalam topik itu.
d. Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, anggota kembali ke kelompok asal masing-masing.
Kemudian secara bergantian, tiap peserta didik yang telah menjadi ahli mengajar teman satu tim
mereka tentang sub topik yang mereka kuasai.
e. Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, atau membuat rangkuman. Fasilitator
bisa juga memberikan tes pada kelompok. Tapi pada saat mengerjakan tes peserta didik tidak boleh
bekerja sama.
f. dosen memberi evaluasi
g. penutup
Bagan pengelolaan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Keterangan :
I : Kelompok asal
II : Kelompok ahli
2. Model Pembelajaran Team Kuis
Model pembelajaran team kuis bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab peserta didik
dalam pembelajaran yang menyenangkan. Menurut Steven dan Slavin (1995) Penerapan model ini
dengan cara mengelompokkan peserta didik heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda.
Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok,
suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara
fasilitator bersikap terbuka, ramah , lembut, santun. Setelah selesai kerja, kelompok menyajikan hasil
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Secara teknis langkah-langkah pembelajaran team kuis adalah :
a. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam empat segmen
b. Bagi peserta didik menjadi empat kelompok A, B, C dan D
c. Sampaikan kepada peserta didik format penyampaian pelajaran-pelajaran kemudian mulai
penyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit.
d. Setelah penyampaian, minta kelompok A untuk menyapaikan pertanyaan-pentanyaan berkaitan
dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B, C dan D menggunakan waktu ini untuk
melihat lagi catatan mereka.
e. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat
menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. Jika kelompok C tidak dapat
menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok D.
f. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab,
lemparkan kepada kelompok D. Jika kelompok D tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
g. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok D, jika kelompok D tidak bisa menjawab,
lemparkan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok C.
h. Jika Tanya jawab ini selesai, lanjutkan pembelajaran kedua, dan tunjuk kelompok B untuk menjadi
kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A
i. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ke tiga,
dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya.
j. Setelah kelompok C selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ke tiga,
dan tunjuk kelompok D sebagai kelompok penanya.
k. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan Tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta
didik yang keliru.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips
Pembelajar kooperatif tipe taliking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada
tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan
untuk memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering
mewarnai kerja kelompok.
Dalam pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu / “chips”
(biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota kelompok menyampaikan pendapat
dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan
menambah pendapatnya sampai semua kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia
tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelompoknya juga menghabiskan semua kartu mereka.
Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan
untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47).
Secara sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat
menarik perhatian peserta didik, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-
batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut berbunyi gemerincing, maka
istilah untuk talking chips dapat disebut juga dengan “kancing gemerincing” (Lie, 2002 : 63).
4. Student Teams-Achievement Divisions (Stad : Tim Peserta didik Kelompok Prestasi Slavin, 1995)
langkah-langkah :
a. membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll)
b. dosen menyajikan pelajaran
c. dosen memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
d. dosen memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu
e. memberi evaluasi
f. kesimpulan
5. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
langkah-langkah :
a. dosen menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. mahapeserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan dosen
c. mahapeserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d. dosen memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e. berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diuangkapkan para mahapeserta didik
f. dosen memberi kesimpulan
g. penutup
6. Role Playing
langkah-langkah :
a. dosen menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b. menunjuk beberapa mahapeserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
c. dosen membentuk kelompok mahapeserta didik yang anggotanya 5 orang
d. memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
e. memanggil para mahapeserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
f. masing-masing mahapeserta didik duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan
mengamati skenario yang sedang diperagakan
g. setelah selesai dipentaskan, masing-masing mahapeserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja
untuk membahas
h. masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
i. dosen memberikan kesimpulan secara umum
j. evaluasi
k. penutup
7. Cooperative Script (Dansereau Cs., 1985)
skrip kooperatif : metode belajar dimana mahapeserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara
lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
langkah-langkah :
a. dosen membagi mahapeserta didik untuk berpasangan
b. dosen membagikan wacana/materi tiap mahapeserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan
c. dosen dan mahapeserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
d. pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya.
sementara pendengar :
• menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
• membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainnya
e. bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. serta lakukan
seperti di atas.
f. kesimpulan dosen
g. penutup
8. Debate
langkah-langkah :
a. dosen membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
b. dosen memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
c. setelah selesai membaca materi. dosen menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk
berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai
sebagian besar mahapeserta didik bisa mengemukakan pendapatnya.
d. sementara mahapeserta didik menyampaikan gagasannya dosen menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan di papan tulis. sampai sejumlah ide yang diharapkan dosen terpenuhi
e. dosen menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
f. dari data-data di papan tersebut, dosen mengajak mahapeserta didik membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai
9. Curah pendapat (Brain storming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat,
informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Mahapeserta didik diberi topik atau masalah
dan kemudian mereka diminta untuk memberi tanggapan dan dosen menulis tanggapan-tanggapan
mahapeserta didik. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung,
dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat
pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi
(kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind-map) untuk menjadi
pembelajaran bersama
10.Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada
sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.
Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan
metode ceramah, pendidik dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran
dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan
jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan
Metode ceramah dapat dilakukan dengan berbagai kombinasi Metode pembelajaran ceramah adalah
penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui
ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, pendidik dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran
dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan
jika bahan belajar tersebut sukar didapatkanvariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah
ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan,
studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif,
yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan
pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi
yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu
metaplan dan/kertas plano, dll
11. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979:
251). Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi
dapat meningkatkan peserta didik dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah.
Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding
penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas
pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
12. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong
peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya?
Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode
pembelajaran adalah bilamana seorang pendidik atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja
diminta) atau seorang peserta didik memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya
bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
13.Bermain peran (roleplay)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam
dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan
maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif
pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah
yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalan melakukan permainan
14.Simulasi
Metode simulasi adalah cara belajar dengan mencuplik suatu situasi kehidupan nyata yang diangkat ke
dalam kegiatan belajar. Metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah disampaikan
dengan cara lain (misalnya: ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini lebih banyak
mempengaruhi rana keterampilan dari para peserta (keterampilan mental maupun fisik). Dalam metode
simulasi, peserta diminta berperan seakan-akan tengah menerapkan materi yang telah diperoleh kepada
kelompok sasarannya. Peserta lainnya diandaikan sebagai kelompok sasaran yang benar-benar akan
ditemui dalam keseharian peserta (misalnya seorang peserta menjadi tutor, dan peserta lainnya menjadi
warga belajar). Dalam beberapa hal, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam
simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri
15.Sandiwara
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi
sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan
analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai
permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.
Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang
digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari
jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan
efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaiknya permainan
digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar
permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh
peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai,
atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai
16.Minute Paper
mahapeserta didik memperoleh kesempatan beberapa menit pada akhir kelas untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tertulis. “hal paling penting apa yang telah anda pelajari hari ini” “ pertanyaan
apa yang masih belum terjawab”
17.Writing Activities Of Many Kinds
dosen memberi pertanyaan dan mahapeserta didik diberi waktu untuk menjawab (menulis) pertanyaan
tadi secara tertulis atau dosen juga dapat memberi waktu kepada para mahapeserta didik untuk menulis
topik tertentu
18.Games
mencocokan, teka-teki silang, misteri, kompetisi, gambar
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau
penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses
belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk
membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan
adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan).
Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak
(akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai
secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau
berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi
waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau
kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah
yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah
rana sikap-nilai.
19. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan peserta didik
membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan
mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan
orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
20.Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik
mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat
laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh
pendidik.
21.Picture And Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Pendidik menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Pendidik menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Pendidik menunjuk / memanggil peserta didik secara bergantian memasang / menpendidiktkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Pendidik menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut pendidik memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Pendidik lebih mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
Memakan banyak waktu. Banyak peserta didik yang pasif
22.Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap peserta didik diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak pendidik memanggil nomor dari peserta didik.
Langkah-langkah:
1. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Pendidik memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4. Pendidik memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian pendidik menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
Setiap peserta didik menjadi siap semua.
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai.
Kelemahan:
Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh pendidik.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh pendidik
23.Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit
untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan peserta didik sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut para peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para pendidik yang menggunakan
metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
5 hingga 6 peserta didik dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga
didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para peserta
didik memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik
yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parapeserta didik memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh pendidik. Para peserta didik selanjutnya diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6
orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parapeserta didik beserta pendidik merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parapeserta didik melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para peserta
didik untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
Pendidik secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parapeserta didik menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari
agar semua peserta didik dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh pendidik.
f. Evaluasi
Pendidik beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap peserta didik secara individu
atau kelompok, atau keduanya.
24.Metode Team Games Tournament (Tgt)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran pendidik menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin pendidik. Pada saat penyajian
kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan
pendidik, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada
saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar
bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen mingguan.
d. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah pendidik melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama pendidik membagi
peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e. Team recognize (penghargaan kelompok)
Pendidik kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat
julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45
dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
25.Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat
dari kasus/gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
a. Pendidik mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Pendidik menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c. Pendidik memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
memperhatikan / menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, pendidik mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
Kebaikan:
a. Peserta didik lebih kritis dalam menganalisa gambar.
b. Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
c. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
26.Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut
Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas pendidik-pendidik di
Jepang dengan jalan menyelidiki/menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Sejumlah pendidik bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
Perencanaan.
Praktek mengajar.
Observasi.
Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
Salah satu pendidik dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat
rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
Pendidik yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
Pendidik-pendidik lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil
mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
Semua pendidik dalam kelompok termasuk pendidik yang telah mengajar kemudian bersama-
sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap
ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan
untuk pembelajaran berikutnya.
Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/pembelajaran berikutnya dan
seterusnya kembali ke (2).
b. Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan
pada setiap tingkatan kelas.
Dapat dilaksanakan antar/lintas sekolah.
27.The Seven Jump
Metode The Seven Jump adalah sebuah metode PBL (Programme Based Learning) yang sangat tepat
digunakan untuk pembelajaran untuk menganalisa dan memecahkan sebuah kasus. Metode ini
merupakan langkah yang dinamis tetapi tetap memerlukan keseimbangan dan keserasian atau
movement control agar tujuan belajar dapat tercapai.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Clarify Unfamiliar Terms
Mahapeserta didik mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang jelas, anggota lainnya
mencoba untuk mendefinisikannya.
Mahapeserta didik mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum diketahuinya.
Kata atau nama yang oleh kelompok masih diperdebatkan ditulis di papan tulis atau flip chart.
b. Define the Problems
Problem (masalah), bias berupa istilah, fakta, fenomena, yang oleh grup masih perlu dijelaskan
(sesi terbuka pada step 1).
Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk member kontribusi dalam diskusi.
Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai masalah.
Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan meluaskan horizon intelektual.
Mencatat seluruh issue yang telah dijelaskan oleh kelompok.
c. Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation
Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar / salah, atau sebagai langkah awal untuk
mencari informasi lebih lanjut.
Mahapeserta didik mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang berbagai kemungkinan yang
sesuai dengan masalah.
Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat masuk ke hal-hal rinci.
Mencatat seluruh hipotesis yang ada.
d. Arrange Explanations Into Tentative Solutions
Many different explanations
Mahapeserta didik mencoba merinci masalah dan membandingkannya dengan hipotesis yang
sudah dikembangkan apakah sudah cocok atau belum.
Tahap ini merupakan proses aktif dan restrukturisasi pengetahuan yang ada, dan juga
merupakan tahap identifikasi perbedaan pemahaman.
Analyze the problem
Hasil diskusi :
Pengorganisasian penjelasan terhadap masalah.
Ditulis secara skematik
Mahasuswa mencoba menghubungkan ide baru yang muncul dari anggota kelompok dengan
pengetahuan yang ada dan dengan konteks berbeda.
e. Defining Learning Objectives
Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar.
Tutor mendorong mahapeserta didik agar inti tujuan belajar menjadi lebih focus, tidak terlalu
lebar atau superficial serta dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia.
Beberapa mahapeserta didik mungkin mempunyai tujuan belajar sendiri (ekstra) karena
kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri.
Catatan : 1) Setiap mahapeserta didik harus mempelajari seluruh sasaran belajar yang telah
disepakati (tidak dibenarkan membagi tugas). (2) Tutor member tugas pada masing-masing
mahapeserta didik untuk membuat resume sasaran belajar dengan tulisan tangan dan
menggunakan tinta biru, sehingga mahapeserta didik lebih siap berdiskusi di langkah ke-7.
Resume dinilai pada saat diskusi kedua (langkah ke-7)
f. Information Gathering : Private Study
Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet, computerized literarure search,
jurnal, specimen patologis / fisiologis, bertanya kepada pakar, dsb.
Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota kelompok (student’s individual
notes), termasuk sumber belajarnya. Usahakan sumber pustaka masing-masing mahapeserta
didik berbeda.
Hasil tersebut didiskusikan pada step 7.
g. Synthesize and Test Acquired Informations (Reporting Phase)
Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar beberapa literatur maupun sumber
belajar lainnya.
Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian mendiskusikan kembali.
Mahapeserta didik bias menambahkan, menyanggah, bertanya, komentar terhadap referensi.
Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang ada dan membuat laporan tertulis.
Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan ditanyakan dalam diskusi dengan
pakar / narasumber.
Implementasi “the seven jumps”
Kelompok mahapeserta didik terdiri dari 8-10 orang.
Untuk setiap scenario, dipilih ketua kelompok dan sekretaris.
Setiap scenario didiskusikan dalam dua kali tutorial.
Pada tutorial I langkah 1 s/d 5 paling tidak dilaksanakan selama 2 jam.
Langkah ke-6 self study atau independent study dilaksanakan pada hari-hari berikutnya.
Tutorial II dilaksanakan beberapa hari sesudah tutorial pertama, kegiatan ini merupakan langkah
7
o Tahap pertama, membaca scenario secara seksama.
o Kelompok dapat mengambil keputusan apakah pembacaan scenario dilakukan secara tenang
(membaca dalam hati) atau dibaca secara keras oleh anggota kelompok.
o Setelah problem dibaca secara lengkap, maka kelompok mahapeserta didik bekerja dengan
menggunakan “the seven jump” secara berurutan, sampai selesai tujuan belajar.
Apabila hasil diskusi tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, maka dimungkinkan
karena ada kesalahan dalam langkah-langkah sebelumnya. Oleh karena itu harus diulang kembali
dari tahap yang terdapat kesalahan.
Keuntungan membaca dalam hati
Setiap individu memiliki kesempatan untuk membaca sesuai dengan irama dan gaya mereka.
Setiap individu terlibat membaca secara aktif.
Keuntungan membaca secara keras
Dengan membaca secara keras maka tutor akan mengetahui adanya salah ucap atau salah eja.
Individu yang lambat membaca (slow reader) mungkin tidak dapat membaca scenario secara
keseluruhan, sehingga terbantu bila ada yang membacakan secara keras.
h. Seven Jump Method (SJM)
SJM merupakan sebuah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Gijselaers (1995)
sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter pada University of Limburg-
Maastricht dengan pendekatan Problem Based Learning. Sesuai dengan namanya, pada
metode ini terdapat tujuh langkah pembelajaran yang harus dialami oleh peserta didik, yaitu:
1) Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami,
2) Mendefinisikan Permasalahan,
3) Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara,
4) Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan,
5) Menformulasi tujuan belajar,
6) Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri,
7) Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang
sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi penguatan hasil belajar
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa SJM memiliki tiga sesi belajar, yakni 1) pertemuan
klasikal pertama, 2) belajar mandiri, dan 3) pertemuan klasikal kedua. Pada pertemuan klasikal
pertama, dosen akan menyampaikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh mahapeserta didik
sekaligus mengembangkan diskusi singkat tentang terminologi atau konsep baru yang mungkin
belum difahami oleh mahapeserta didik. Mahapeserta didik dengan difasilitasi dosen akan
mendefinisikan permasalahan dan menentukan daftar penjelasan (teori) yang harus dikuasai untuk
menjawab permasalahan. Pada bagian akhir sesi pertama ini, mahapeserta didik akan menentukan
tujuan belajarnya. Setelah pertemuan klasikal pertama, mahapeserta didik akan belajar secara
mandiri untuk mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan. Mahapeserta didik ditugaskan
untuk melakukan kaji pustaka dengan cara mencari referensi baik di perpustakaan maupun internet
atau sumber informasi yang lain. Selanjutnya pembelajaran memasuki sesi ketiga, yaitu pertemuan
klasikal kedua. Pada pertemuan kedua ini, mahapeserta didik bersama dosen akan menggunakan
berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mensintesis jawaban atas permasalahan yang diajukan
pada sesi pertama. Selain itu, pada pertemuan kedua ini, mahapeserta didik bersama dosen akan
melakukan refleksi dan sekaligus penguatan atas proses dan hasil belajar yang telah dilakukan.
Contoh implementasi paket masalah
Nyeri Haid
Seorang remaja putri datang ke dokter dengan keluhan 3 hari ini perut bagian bawah nyeri seperti
diremas-remas. Keluhan ini terjadi tiap bulan bersamaan dengan datang bulan. Biasanya dia meminum
obat penghilang rasa sakit. Aktivitas sehari-hari masih berjalan seperti biasanya.
Implementasi 7 langkah “the seven jump”
1. Klarifikasi istilah atau konsep
a. Haid ?
b. Nyeri haid ?
c. Obat penghilang rasa sakit ?
2. Menemukan / menetapkan masalah
a. Haid itu apa? Bagaimana mekanismenya? Mengapa remaja putrid? Mengapa tiap bulan?
Bagaimana siklusnya? Organ apa saja yang berperan?
b. Apa itu nyeri haid? Apa sebabnya? Bagaiman mekanismenya? Mengapa perut bawah? Bagaimana
mengatasinya?
c. Apa itu obat penghilang rasa sakit? Apa saja jenisnya? Bagaimana cara kerjanya?
3. Analisis problem (penjelasan hipotetik)
Dari semua kemungkina di atas, kemudian dianalisis menurut “prior knowledge” (pengetahuan yang
sudah dimiliki). Dari analisis => mahapeserta didik hanya tahu beberapa hal saja, yang lainnya belum
jelas.
4. Mahapeserta didik mencoba membuat formulasi (dalam tingkat hipotesis)
Sudah jelas. Belum Jelas
Haid : apa itu?
Nyeri haid : apa itu?
Obat penghilang rasa sakit : apa itu?
Mekanismenya? Remaja putri? Tiap bulan?
Organ apa saja? Siklusnya?
Sebabnya? Mekanismenya? Bagaimana
mengatasinya?
Apa saja jenisnya? Bagaimana cara kerjanya?
5. Menetapkan sasaran belajar
Mahapeserta didik membuat list apa saja pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan, misalnya :
a. Haid
1) Menjelaskan mekanisme haid
2) Menjelaskan mengapa remaja putri haid
3) Menjelaskan siklus haid dan apa yang mempengaruhinya
4) Menjelaskan organ apa saja yang berperan dan bagaimana perubahannya (anatomos-
fisiologis)
b. Dst.
6. Belajar mandiri
Agar kebutuhan di langkah 5 dapat terpenuhi.
a. Usaha, sbb (misalnya) :
1) Mempelajari buku-buku atau mencari di internet tentang haid dan organ yang berperan,
mekanismenya, hal-hal yang mempengaruhi siklus haid, mekanisme nyeri haid, penyebab,
obat penghilang rasa sakit, dst.
2) Mempelajari anatomi fisiologi, farmakologi.
3) Mempelajari specimen anatomo / histology tentang organ yang berperan.
4) Menanyakan kepada pakar atau dosen tentang hal yang belum jelas.
b. Membuat catatan apa yang telah diperoleh dari belajar mandiri sebagai bekal diskusi di langkah
ke-7.
7. Mendiskusikan hasil belajar mandiri
a. Mahapeserta didik bisa tahu sejauh mana dia sudah belajar, sedalam apa, seluas apa disbanding
dengan teman-temannya.
b. Mahapeserta didik bisa saling melengkapi pengetahuan yang diperoleh, dengan laporan kelompok.
c. Mahapeserta didik bisa sangat puas karena telah memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan
sesuai dengan sasaran belajarnya.
d. Hal-hal yang belum jelas atau ragu dicatat, kemudian ditanyakan pada pakar atau cari referensi,
diskusi dengan narasumber.
Sumber Bacaan:
Kagan. 2000. Beberapa Metode Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.
Lie, Anita. 2002. Cooperatif Learning. Mempraktekan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ahmadi, Abu. (1984), Didaktik Metodik, Semarang, C.V. Toha Putera
Anita Lie, (2004), Cooperative Learning, Jakarta, Grasindo.
Rooyakkers, A. (1984), Mengajar dengan Sukses, Bandung, Gramedia.
Atherton, J .S. (2009). Learning and Teaching; Piaget's developmental theory. Diambil pada tanggal 18 Desember 2009, dari http://www.learningandteaching.info/learning/piaget.htm
BNSP. (2006). Pedoman Pelaksanaan Uji Kompetensi (Pedoman BNSP 301). Jakarta : BNSP.
BSNP. (2007). Permendiknas RI No 20, Tahun 2007, tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Kolb, D.A. (1984). Experiential Learning. New Jersey: Prentice Hall. Inc