advokasi no 17

24

Upload: buletin-advokasi-yda

Post on 13-Mar-2016

258 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: advokasi no 17
Page 2: advokasi no 17

2

Surat TaniSurat TaniSurat TaniSurat TaniSurat Tani

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

BRDP iko pitisnyo dapet dari ngutang kek orang sono (luar negeri), jadi utang ko tanggungjawab kito besamo.Kalo idak elok-elok, pacak kito mati kelak banyak utang besak. Anak cucung kito jadi banyak utang jugo.

Ucapan Terimakasih dari

KOMPOS Sulteng

Kami seluruh staf lembaga

KOMPOS Sulteng berterimakasih

kepada Yayasan Duta Awam yang

telah mengirim Buletin Advokasi, dan

juga poster Pertanian Organik.

Ingin Tanam Cabai

Melalui surat ini, saya atas nama

petani pemonitor, pada tahun 2001

hingga 2004 menanam padi dengan

menggunakan sistem gowo (Legowo-

red) dengan teknis yang ada. Dan kini

saya mempunyai keinginan untuk

menanam cabai dengan meng-

gunakan teknis yang ada. Harapan

saya, agar YDA berkenan untuk

Mohon Dikirimi Buletin Advokasi

Bagaimana kabar YDA? Perkenalkan kami dari Serikat Petani Pati,

mohon dikirimi juga Buletin Petani Advokasi. Rencananya kami akan

menyebarkan Buletin ini ke teman-teman petani di 10 Kecamatan di

Kota Pati, Jawa Tengah, untuk kami jadikan referensi bagi kebutuhan

penguatan organisasi kami. Dan tentunya kegunaan lainnya seiring

dengan kegiatan kami mendatang bersama petani.

Kami dapat informasi Buletin Advokasi setelah mengikuti kegiatan

dengan petani-petani lain, dan beberapa NGO, diantaranya YDA, di Solo

bulan kemarin.

Husaini

Serikat Petani Pati (SPP)

Jl. Diponegoro 30 A Pati

Jawa Tengah.

Mohon Dikirim Buku

Panduan Perikanan

Teriring doa, semoga Allah SWT,

senantiasa melimpahkan rohmat dan

hidayahNya kepada kita dalam

menjalankan pekerjaan sehari-hari.

Dengan surat ini, saya atas nama

petani pemonitor yang sejak 2000

menanam padi secara teknis dengan

sistem legowo.

Kemudian saya ada keinginan

untuk membudidayakan Itik Tegal

dengan cara teknis. Maka saya

mohon, bila YDA berkenan untuk

memberikan informasi buku panduan

perikanan.

Sutopo

Jl Raya Sukamarga

Muara Aman 25

Lebong Utara Kab. Lebong

Bengkulu

Semoga hubungan kerjasama ini

terus berjalan sesuai harapan kita.

Organisasi kami selama ini ber-

gerak dalam kegiatan advokasi petani

dan kegiatan pertanian organik di

wilayah Sulawesi Tengah. Dan dalam

perjalanannya, ada keterbatasan

karena dihadapkan pada beberapa

persoalan prinsip. Kami juga ber-

maksud meminta dukungan kepada

YDA (Yayasan Duta Awam) yang

sifatnya mengembangkan penge-

tahuan dan ketrampilan sumberdaya

staf khususnya pada persoalan

petani.

Lembaga Advokasi dan Penguatan

Masyarakat Pedesaan Sulawesi

Tengah (KOMPOS Sulteng)

Jl Ampera Lrg. Al-Inaya No. 34 Kel.

Maesa Kec. Parigi –Moutong.

Sulawesi Tengah.

mengirimkan buku panduan

menanam cabai yang baik. Dan

apakah YDA ada informasi tentang

pupuk cair? Saya tunggu YDA untuk

memberikan petunjuknya.

Amir Syarifudin

Jl Raya Sukamarga-Muara Aman

No 16 Kec. Lebong Utara.

Kab. Lebong Bengkulu.

Buletin Selalu Kurang

Sebelumnya saya ucapkan terima

kasih atas kiriman Buletin Petani

Advokasi oleh Yayasan Duta Awam

sebanyak 10 eksemplar tiap edisi

untuk 3 kali terbitan. Buletin ini

sangat bermanfaat bagi kami petani

yang jauh di ujung Kalimantan

Selatan. Banyak pengalaman dan

aksi pertanian yang dapat dijadikan

pelajaran dan pengetahuan.

Buletin ini selalu kurang, karena

perlu diketahui anggota kelompok

kami 20 orang dan banyak teman-

teman petani lain yang ingin

membaca. Sehingga setiap mendapat

kiriman saya bagikan bergantian.

Untuk ke depan saya mohon agar

jumlah yang dikirimkan agar

diperbanyak, dan kelompok kami juga

ingin menyampaiakn kegiatan kami

melalui buletin ini. Dan kalau boleh

juga kami minta kiriman permainan

Alat Asah Advokasi (AAA).

Harapan kami semoga YDA selalu

hadir di setiap napas petani.

Made Lutra

KSM Rumpun Pemuda Tani

Ds. Sumber Mulia Rt.3 Kec.

Pelaihari Kab. Tanah Laut

Kalimantan Selatan 70811

Sebelumnya kami sampaikan terima kasih

atas surat dan tulisannya. Tulisan Pak Made

akan kami muat pada edisi depan. Kami

juga akan mengirimkan buletin yang lebih

banyak dan Alat Asah Advokasi untuk Pak

Made dan teman-teman petani di KSM

Rumpun Pemuda Tani (-red)

Kami hanya bisa mengirim kumpulan tulisan

tentang ikan, semoga bermanfaat (-red)

Page 3: advokasi no 17

Salam AdvokasiSalam AdvokasiSalam AdvokasiSalam AdvokasiSalam Advokasi

3

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Buletin Petani Advokasi diterbitkan

oleh Yayasan Duta Awam (YDA),

sebagai media komunikasi dan

advokasi menuju petani Indonesia

mandiri.

Redaksi Buletin Petani Advokasi

menerima tulisan, gambar/foto

dengan misi pemberdayaan petani

dari berbagai pihak, khususnya dari

kalangan petani sendiri.

Penanggung Jawab: M Riza

Sidang Redaktur: Mediansyah

(koordinator), Haleluya Giri

Rahmasih, M Yunus, M Riza,

Kurniawan Eko, M Zainuri Hasyim,

Gideon Sumiyarsa.

Penulis edisi ini: M. Yunus,

Mediansyah, Gideon S, Kurniawan

Eko, Lis Dhaniati, Giyanto (petani),

Tamam (petani), Kris Supranta

(petani), Mujiyono (petani), Suradi

(petani).

Administrasi: Puitri Hatiningsih

Pengiriman: Agus Wahyono

Alamat:

Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57145

Telp: (0271) 710816

Fax: (0271) 729176

e-mail: [email protected]

ISSN (International Standart Serial

Number): 1829-6939

Sampul depan: Gambar oleh Bengkel Qomik

dengan olah komputer oleh Mediansyah

Sampul belakang: Gambar oleh Bengkel

Qomik

Daftar IsiHal 4 - Pemerintahan Baru, Harapan

Baru?

Hal 8 - Privatisasi: Antara Mitos dan

Fakta

Hal 10 - Anjloknya Harga Tembakau,

Pahitnya Nasib Petani

Hal 12 - Album Advokasi

Hal 14 - Seekor Emprit Terbang

Rendah

Hal 20 - Kenyataan Tak Seindah

Harapan

Bapak Presiden, Bapak WakilPresiden, Bapak MenkoPerekonomian, Bapak Menko Kesra,Bapak Menteri Pertanian, BapakMenteri Tenaga Kerja,

Kami ingin pemerintah inimembangun (kesejahteraan)petani, Bung. Bukan sekadar

membangun pertanian, apalagiagroindustri, bila tidak bertujuanutama mensejahterakan petani.Atau yang sekadar menjadikan sek-tor pertanian sebagai pemasoksektor industri.

Bangkit dan hancurnya hargalada, cengkih, tembakau, dan lain-lain adalah sebuah bukti yang me-nunjukkan pembangunan pertaniandan atau agroindustri tidak memi-hak pada petani.

Dan jika Bung membangun per-tanian, tentu haruslah mengingatsekian juta (sekitar 60%) rakyat In-donesia yang merupakan manusiapetani. Hal ini lah yang harus dipi-kirkan dan kemudian dibangun.

Membangun pertanian tanpamengikutsertakan manusia petani,sedang dan masih dilakukan Negaraini! Lihat saja program-programyang sedang dan masih berjalan,berorientasi pada peningkatan hasilproduksi. Bukan peningkatan kese-jahteraan petani.

Bahkan lebih berorientasi padakeamanan persediaan pangan. Punpara peneliti di Deptan tetap sibukmeneliti tanaman pangan yang pro-duktivitasnya tinggi. Sekali-kali cobameneliti untuk cari jalan agar hargajual produk petani kian layak.

Membangun pertanian dan ma-nusia petani, berarti menciptakankondisi yang ideal sehingga sektor

pertanian bisa menjadi harapanmasa depan, dan pilihan pencaha-rian! Sehingga TKI kita tidak perlulagi disia-sia di negeri orang.

Membangun pertanian dan ma-nusia petani, adalah membangunharkat dan harga diri bangsa kita!

Sungguh pilu melihat negeriyang subur ini menjadi terus miskin.

Sungguh pilu melihat hasil me-limpah tetapi tidak mensejahterakanpetani.

Sungguh pilu melihat pemba-ngunan agroindustri hanya akanmenginjak petani tembakau (misal-nya) dan menguntungkan perusaha-an rokok.

Sungguh pilu bila agroindustrihanya akan menginjak petani horti-kultura dan hanya menguntungkanperusahaan raksasa semisal Indo-food.

Sungguh pilu melihat percepat-an pembangunan pertanian yanghanya merusak lingkungan dengansegala input pestisida dan kimia-kimia pertanian lain.

Jadi, ayo kita bangun pertanianyang pro-petani. Memanusiakanpetani! Atau agroindustri yang akanmemperhatikan manusia petani?

Pembangunan pertanian yangsemacam ini, akan ikut membangunharga diri bangsa kita. Yang kini se-bagian warga negara negeri suburini, membungkuk merendah, me-ngepel lantai di negeri orang, untukmencari hidup.

Sementara itu tanah-tanah su-bur kita ditanami sawit, dan lain-lainoleh investor asing …, dan petanikita mulai menjadi kuli kontrak yangtidak punya masa depan.

Ayo beraksi Bung!

Membangun Pertanian? Atau

Petani?

Page 4: advokasi no 17

4

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

LaporanLaporanLaporanLaporanLaporan

Dua tahun lalu ketika

mengunjungi Mardjuki di

Riau, pria tersebut sedang

termenung di kebun kelapanya. Ia

pandangi buah-buah kelapa yang siap

petik dengan wajah putus asa. Ketika

ditanya mengapa termenung, dengan

nada penuh putus asa, “Bagaimana

nggak susah, Pak. Panen kelapa

hibrida saya itu saya bawa ke pasar

pun hasilnya tidak akan cukup untuk

bayar tenaga petik dan sewa kereta

ke pasar,” katanya dengan logat

Melayu.

Beberapa petani saat itu juga

mengeluhkan hal yang sama. Harga

kelapa hibrida sangat-sangat rendah,

bahkan digambarkan, hasil jualnya

untuk ongkos petik dan angkutpun

tidak akan cukup. Oleh karenanya

banyak petani yang membiarkan saja

buah kelapanya tidak dipetik.

Keluhan ini didapati pada petani

kelapa hibrida eks ISDP (Proyek

Pengembangan Rawa Terpadu) di

Riau dan Kalimantan Barat.

Sementara panen kelapa hibrida

tidak laku dijual, permasalahan-

permasalahan yang lama tidak tuntas

juga. Misalnya soal sertifikat tanah

yang belum kembali ke petani,

padahal mereka sudah lunas pin-

jamannya.

Hampir senada adalah nasib petani

di Bengkulu yang menjadi peserta

proyek kebun karet melalui TCSSP.

Melalui surat, mereka menceritakan

bagaimana kebun karetnya tidak

keluar getahnya. Padahal sudah umur

untuk keluar getah.

Dugaan yang merebak konon

bibitnya tidak asli (bibit tidak

berkualitas). Ini sebenarnya info lama.

Yang terbaru adalah lagi-lagi soal

rendahnya harga jual. Konon dise-

babkan karena mutu karetnya tidak

standar. Lho kok bisa? Bukankah

bibit semua sudah disediakan oleh

proyek, semua input juga oleh pro-

yek, kok sekarang mutu hasilnya

bisa rendah? Katanya ini proyek karet

unggul?

Jawaban pihak proyek sudah bisa

ditebak, petani kurang bisa merawat.

Tetapi bukankah proyek sudah

menjanjikan pembinaan. Jika Tim

Pembina tidak sering datang, lantas

apakah petani yang disalahkan?

Pertanyaan-pertanyaan klasik

masyarakat peserta proyek, sering

muncul di saat permasalahan meng-

hantui mereka.

Selain soal proyek karet, di

Bengkulu ada kabar lain lagi dari

BRDP (Proyek Pengembangan

Wilayah Bengkulu). Konon proyek itu

sedang diselidiki oleh Badan Pe-

ngawas Keuangan Daerah.

Dana apa kata petani pemonitor

BRDP disana? “Terlambat Pak. Dulu

saja kita sering teriak-teriak soal

tersebut. Mereka diam saja. Seka-

rang baru ribut. Tetapi ya Alham-

dulillah, perjuangan kita tidak sia-sia”.

Begitu kata mereka, antara keke-

cewaan akan kelambatan pena-

nganan laporan petani, dengan rasa

syukur karena masih ada tindak lan-

jut. Petani BRDP sudah sejak tahun

2002 melakukan gerakan advokasi

terhadap masalah-masalah BRDP.

Dari Kalimantan Selatan? Masya-

rakat baru saja menghasilkan sebuah

rencana kerja, untuk mendorong agar

proyek CERD di Kalsel bisa berjalan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat

perdesaan. Bukan untuk kepentingan

segelintir pejabat negara atau pelak-

sana proyek saja.

Mengapa butuh aksi dari masya-

rakat? Dari pengalaman yang sudah

berjalan, banyak terjadi penyim-

pangan semisal kualitas pengerjaan

prasarana (jalan, air, dll), belum lagi

soal transparansi. Sehingga muncul

tekad masyarakat untuk proaktif

mengawasi jalannya proyek. Harap-

annya, agar proyek yang berasal dari

utang negara tersebut bisa maksimal

manfaatnya bagi masyarakat banyak.

Kabar-kabar tersebut tentunya

hanyalah sebagian kecil dari sekian

Pemerintahan Baru,

Harapan Baru?

Page 5: advokasi no 17

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

5

LaporanLaporanLaporanLaporanLaporankeluhan dan permasalahan yang

dihadapi petani. Masih banyak lagi

kabar sedih dari petani. Misalnya

banyak petani yang dirugikan ketika

menjalani kontrak kerjasama produk-

si, soal penyimpangan proyek, dan

lainnya.

Kabar gembiranya, di tengah-

tengah tempaan permasalahan,

petani telah memiliki ketrampilan

sebagai petani peneliti, pelatih, dan

lainnya. Bahkan di tengah-tengah

masyarakat sudah banyak muncul

pusat-pusat belajar pertanian yang

dikelola sendiri oleh petani.

Harapan?

Lantas bagaimana dengan

pemerintahan Kabinet Indonesia

Bersatu? Akankah persoalan-

persoalan yang terus dialami petani

dari satu pemerintahan ke peme-

rintahan berikutnya masih saja

terjadi?

Tentunya karena presiden dan

wakil presiden terpilih merupakan

buah pilihan rakyat langsung,

sudah sewajarnya berharap banyak

akan terjadinya perubahan, bahkan

berharap pada kabinetnya. Kenapa?

Karena pilihan mayoritas berarti

terpilihnya mereka adalah hasil dari

“olah pikir dan olah banding” atas

figur yang dipikir bisa memper-

hatikan nasib rakyat banyak.

Kembali ke pertanyaan awal,

lantas apakah bisa berharap banyak

terhadap pemerintahan baru? Sangat

sulit menjawabnya karena banyak

faktor yang perlu dipertimbangkan.

Minimal pemerintahan baru ini

diharapkan bisa memperhatikan

nasib petani yang jumlahnya sangat

banyak.

Jika mau dikelompokkan, perma-

salahan di atas antara lain:

Pertama, bagaimana Pemerintah

memperhatikan nasib petani yang

terlibat dalam proyek-proyek besar

pertanian yang dibiayai dengan utang

luar negeri. Misalnya bagaimana soal

pemasaran kelapa hibrida yang justru

tidak laku jual ketika sudah saatnya

panen. Padahal dulu mereka mela-

kukan itu ada yang karena terpaksa

harus ikut, bahkan sampai harus

menebangi kelapa-kelapa lokalnya.

Betapa besar pengorbanan petani

untuk “mensukseskan proyek” lantas

apa hasil yang didapati saat ini.

Di samping itu masih ada per-

soalan lainnya misalnya sertifikasi

yang macet, soal saluran air (tersier,

sekunder, primer) yang tidak berku-

alitas dan sekarang membebani ma-

syarakat karena biaya perawatannya

dibebankan pada masyarakat. Itu

baru satu proyek, ISDP.

Yang lain, misal soal tanaman ka-

ret tak bergetah, pemasaran karet,

isu-isu korupsi di banyak proyek.

Masih ada puluhan proyek pertanian

besar lainnya, yang petaninya

mempertanyakan nasibnya. Semua

butuh perhatian pemerintah.

Pengalaman selama ini memun-

culkan kesan setelah proyek selesai,

pemerintah cuci tangan. Disisi lain,

mereka menjadi bernasib seperti

sekarang ini, karena mereka dulunya

“patuh” terhadap proyek. Akankah

kepatuhan itu terabaikan?

Yang harus diperhatikan peme-

rintahan baru, bahwa dengan adanya

proyek-proyek pertanian tersebut ada

sejumlah hak yang harus diberikan

kepada petani-petani peserta, yang

hingga kini belum terpenuhi.

Kedua, persoalan klasik lainnya

adalah selalu merangkak naiknya

harga saprodi. Bahkan seringkali

naiknya harga saprodi justru lebih

tinggi dibanding naiknya harga

jual panen.

Dampaknya meskipun ketika

panen ada sedikit peningkatan

harga jual, selalu saja uang akhir

yang diterima senantiasa sedikit.

Kenapa? Habis untuk beli

saprodi, untuk masa tanam

berikutnya.

Lantas darimana biaya untuk

mecukupi kebutuhan keseharian

petani, biaya pendidikan, biaya

kesehatan, dan lainnya? Dalam

hal ini pemerintah harus berpikir

terintegrasi dengan berbagai

sektor, mengingat permasa-

lahan pasar produksi-konsumsi

selalu terkait dengan persoalan

lain.

Ketiga, sebuah pertanyaan

sempat dilontarkan seorang

petani dari Sragen, “Kalau kita

susah cari saprodi, kenapa kita

tidak belajar membuat sendiri?“

Selintas pertanyaan menggelitik

tersebut mesti disikapi pemerintahan

baru dengan mengedepankan pro-

gram-program pelatihan bagi para pe-

tani. Bukan hanya pelatihan budidaya

(sebagaimana dilakukan selama ini)

tetapi juga pelatihan-pelatihan yang

kaitannya dengan penyediaan input

produksi yang berkualitas serta ramah

lingkungan.

Bisakah berhasil? Petani dari

Sragen tersebut menjawab dengan

yakin, “Bisa.” Contohnya banyak

sekali pusat belajar yang toh bisa

dikembangkan oleh masyarakat

petani. Kalau pemerintah mau mem-

perhatikan soal ini, maka akan ba-

nyak lahir pusat-pusat belajar di

kalangan masyarakat. “Dengan

Page 6: advokasi no 17

6

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

LaporanLaporanLaporanLaporanLaporandemikian penyediaan saprodi bisa

ditekan,” begitu dia menambahkan.

Keempat, sikap masyarakat dari

Kalimantan Selatan yang berniat

melakukan gerakan pengawasan

terhadap proyek CERD, serta sikap

petani BRDP yang berharap penye-

lidikan proyek BRDP bisa sungguh-

sungguh berhasil, adalah sikap atau

respon masyarakat petani yang patut

dihargai oleh pemerintahan baru.

Pemerintahan lama menyikapi

gerakan monitoring (mereka menye-

butnya begitu) atas proyek-proyek

negara dianggap sebagai sikap “anti

pemerintah”. Padahal terbukti di

lapangan bahwa gerakan semacam

itu sangatlah efektif untuk mendorong

akuntabilitas proyek (proyek menjadi

lebih dapat dipertanggungjawabkan).

Contoh kasus di proyek CERD.

Meskipun dalam proyek tersebut

sudah ada unit monitoring dengan

sekian banyak biayanya, toh hal-hal

yang ditemukan masyarakat tidak

pernah ditemukan oleh unit moni-

toring tersebut. Artinya apa? Artinya

lembaga atau apapun namanya yang

diharapkan sebagai alat kontrol, tidak

bisa berjalan. Yang bisa berjalan

adalah kontrol langsung oleh ma-

syarakat. Bahkan mestinya peme-

rintahan baru nantinya diharapkan bisa

mendorong masyarakat untuk lebih

memiliki kemampuan dalam mela-

kukan monitoring.

Kelima, persoalan berat yang lain

yang harus diperhatikan oleh

pemerintah adalah soal kinerja

pelaksana proyek atau kinerja ins-

tansi/lembaga pemerintahan. Misal-

nya membanjirnya impor beras (ilegal

karena impor sudah dilarang) karena

lemahnya lembaga pengawasannya.

Demikian juga membanjirnya benih-

benih impor, karena lemahnya

pengawasan pihak-pihak terkait.

Keenam, terkait dengan poin lima

adalah bagaimana pemerintah

mengubah paradigma berpikir aparat

pemerintah agar lebih berorientasi

pada kepentingan petani.

Contoh kecil misalnya, kalau dulu

pejabat sangat gembira ikut di panen

raya (melihat hasil melimpah). Kini,

diharapkan pejabat tertawa saat me-

lihat petani mampu membiayai

sekolah dan kesehatan keluarganya

dari hasil bertani. Pejabat akan

senang dan dianggap berprestasi jika

di dae-rahnya semakin banyak petani

bisa menyediakan input produksinya

sendiri, dan lain lain.

Sekian banyak hal tadi memang

disadari oleh sebagian petani, karena

memang banyak faktor yang saling

berkait. Misalnya soal teknologi,

peralatan dan lain-lain. Hanya saja

harapan petani semoga pemerintahan

baru ini bisa belajar banyak dari

berbagai program pemerintah lama,

apa hasilnya, apa dampaknya. Juga

soal kebijakannya, soal penga-

wasannya, soal pilihan teknologinya,

dan lain-lain.

Pemerintahan baru ini adalah

pemerintahan hasil pemilu langsung,

rakyat berharap banyak peme-

rintahan baru bisa belajar dari

kesalahan dan kekeliruan peme-

rintahan terdahulu.

Namun, siapapun pemerintahnya

petani harus siap dan terus mela-

kukan monitoring dan gerakan untuk

meluruskan proyek atau kebijakan

yang tidak sesuai dengan masa

depan petani. Petani dari Kalimantan

Barat, dengan bangganya menam-

bahkan, “tidak ada pengawasan yang

paling bonafid, kecuali pengawasan

yang dilakukan oleh petani.”

Selamat datang pemerintahan

baru, selamat belajar dan bekerja.

Selamat berjuang untuk petani.

(M. Yunus)

Segenap Staf Yayasan Duta Awammengucapkan

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1425 HMohon Maaf Lahir dan Batin

Selamat Hari Natal 2004dan

Tahun Baru 2005

Page 7: advokasi no 17

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

7

LaporanLaporanLaporanLaporanLaporan

Menko Perekonomian Kabinet

Indonesia Bersatu, Aburizal

Bakrie menyatakan bahwa

arah kebijakan ekonomi nasional

pemerintah adalah fokus pada sektor

pertanian. Tentunya, ini menjadi

sebuah kabar gembira bagi petani.

Namun jangan dilupakan adalah

pembangunan sektor pertanian

seperti apa yang akan dilakukan

pemerintah.

Kita tahu bahwa pembangunan

sektor pertanian seringkali lebih

menjadikan sektor pertanian sebagai

penopang bagi pembangunan sektor

yang lain. Sektor industri misalnya.

Pembangunan sektor industri yang

berbasis hasil pertanian yang

kemudian banyak disebut agro-

industri selama ini lebih mengede-

pankan industrinya. Artinya, sektor

pertanian hanya merupakan

penyedia bahan baku dari sektor

industri. Dengan demikian, sektor

pertanian bukan merupakan fokus

pada agroindustri. Tembakau,

misalnya sebagai bahan baku

industri rokok. Apa yang terjadi? Kita

melihat nasib petani tembakau yang

dipermainkan oleh rendahnya harga

yang ditetapkan industri rokok.

Sementara industri rokok menikmati

keuntungan yang sangat besar.

Petani tidak mampu dan tidak bisa

mendapatkan posisi tawar ketika

berhadapan dengan sektor industri.

Karena memang begitulah logika

industri yang berupaya mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya

dengan salah satunya menekan

biaya. Banyak hal lain yang bisa

dijadikan contoh.

Persoalannya, adalah bagaimana

menempatkan posisi petani bukan

semata-mata sektor pertanian dalam

agroindustri? Dalam sektor pertanian

pun fokusnya adalah dalam upaya

peningkatan produktivitas dan bukan

kesejahteraan petani. Inilah yang

kemudian menjadi bias ketika

berbicara masalah sektor pertanian.

Di satu sisi seringkali dianggap

ketika berbicara masalah sektor

pertanian akan otomatis menyangkut

kesejahteraan petani. Namun yang

terjadi adalah hanya pada per-

masalahan peningkatan produktivitas

yang dihitung secara kuantitatif.

Kemudian kalau kita melihat

agroindustri sendiri, banyak hal yang

memang masih rancu. Banyak

ketidaksinkronan kebijakan pe-

merintah. Tebu sebagai bahan baku

industri gula sebagai contoh.

Membanjirnya gula impor di pasaran

membuktikan adanya ketidak-

sinkronan antar jajaran pemerintah

dalam mensikapi suatu persoalan.

Agroindustri,Jawaban Terhadap Masalah Kesejahteraan Petani?

Lantas, kalau kita kembali ke

pertanyaan bagaimana dengan

kesejahteraan petani? Apa yang

harus dilakukan pemerintah?

Tentunya kita harus melihat persoalan

ini dengan mengedepankan fokus

utama persoalannya adalah pada

petani. Petani adalah fokus dalam

sektor pertanian. Selama ini yang

menjadi fokus pemerintah dalam hal

ini Departemen Pertanian adalah

tingkat produktivitas. Ini yang harus

diubah. Pertama-tama, pemerintah

harus meletakkan fokus pem-

bangunan sektor pertanian pada

petani. Ini menjadi penting karena

petani dengan lahan sempit yang

menjadi bagian terbesar dari petani

Indonesia. Dan ini tidak bisa kalau

kemudian sektor pertanian hanya

melayani kebutuhan sektor industri

walau dengan istilah agroindustri

sekalipun. Sekali lagi, agroindustri

tidak akan membawa kesejahteraan

petani selama petani tidak menjadi

fokus.

Masalah terbesar yang harus

dijawab dalam sektor pertanian

adalah mengembangkan kemampuan

petani gurem bukan dalam kerangka

produktivitas namun dalam kerangka

mensejahterakan petani. Artinya

bahwa kesejahteraan petani mestinya

lebih menjadi fokus daripada sekadar

peningkatan produktivitas.

Kita berharap ini yang dimasud

oleh pemerintah dengan fokus pada

sektor pertanian. Petani sebagai

bagian terbesar rakyat Indonesia

sudah semestinya memperoleh

perhatian yang lebih. Apalagi dalam

sistem pemilihan langsung yang

mengedepankan partisipasi rakyat.

Semoga. (Gideon S)

Page 8: advokasi no 17

8

Monitoring dan AdvokasiMonitoring dan AdvokasiMonitoring dan AdvokasiMonitoring dan AdvokasiMonitoring dan Advokasi

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Privatisasi: Antara Mitos dan Fakta

Apa itu privatisasi/swastanisasi?Privatisasi atau swastanisasi artinya menjual perusahaan yang selama ini dimiliki negara ke pihak swasta. Hal inimerupakan bagian dari strategi global yang menghantam masyarakat sipil dan demokrasi politik. Ini bisa dilakukan

lewat intervensi militer dan birokrasi dengan cara-cara kekerasan dan keputusan sepihak pemerintah.

Mitos:Privatisasi akan menghasilkan per-baikan dalam pelayanan masyarakatdan efisiensi.

Fakta:Biaya produksi dan tujuan meningkat-kan laba perusahaan menyebabkanpelayanan pada masyarakat menurunkualitasnya.

Kasus yang terjadi:1. Australia: 50% saham Telstra

(Telecommunication Australia)dijual pada swasta. Hal inimengakibatkan 20 ribu pengang-guran dalam 2 tahun, pelayananmasyarakat di daerah pinggirankota dan pedesaan menjadinomor 2, terjadinya kenaikkanharga dan peningkatan biayakarena lambatnya kehadiranteknologi baru.

2. Inggris: Privatisasi tube (keretabawah tanah) di London meng-akibatkan terjadi dua Kereta Api(KA) tergelincir dalam 48 jam,dan lima KA dalam setahun.Sejauh ini 39 orang terluka,inspeksi lapangan menjadijarang, kelambatan dalamperbaikan rel serta kebingu-ngantentang perusahaan swastamana yang bertanggung jawabsaat mengajukan keluhan.

3. Argentina: Privatisasi KeretaApi direkomendasikan oleh BankDunia pada tahun 1990. Relkereta api yang tadinya sepan-jang 35.000 km kini menciutmenjadi 8500 km, dan 80.000buruh di PHK.

4. Argentina: Privatisasi di sektortelekomunikasi. Meskipun meng-hasilkan perbaikan pelayanan,namun harga menjadi lebihmahal.

5. Rusia: Privatisasi perdaganganretail menyebabkan: kecurangandalam transaksi jual beli, sikapkasar pelayan, antrean panjang,praktek-praktek yang tidakhigienis, kenaikan harga sepihak,rendahnya kualitas barang yangdijual, serta keseluruhan in-efisiensi dan serba tidak teratur.

6. Australia: Privatisasi RumahSakit Port Macquarie BaseHospital dan La Trobe ValleyHospital di Victoria tahun 2003mengakibatkan tingginya biayakesehatan dan penurunanstandar pelayanan kesehatan.

7. Australia: Pengurangan biayaperawatan demi mengirit biayaproduksi dan meninggalkankeuntungan, berperan besardalam kasus meledaknya gas diperusahaan Longford, Victoria1998, kontaminasi air di Sydneytahun 1998 dan sejumlah besarpemadaman listrik total diseluruh Victoria pada tahun yangsama.

8. Jakarta: Masuknya PT. PAMLyonnaise Jaya (Palyja) dan PT.Thames PAM Jaya (TPJ) yangmenguasai 90% saham, menaik-kan harga air secara sepihak,sementara mutu pelayanan tetapsama. Mereka juga mendapat-kan hak spesial untuk mengelolaaset PAM Jaya selama 25 tahun,tanpa perlu membangun ja-

ringan infra-struktur dan mencaripelanggan. Gejala swastanisasisektor air juga terjadi di kota-kota besar lain di Indonesia.

Mitos:Privatisasi akan menghasilkan per-saingan yang aktif dan terbukadiantara berbagai perusahaan, yangpada gilirannya akan memberikanperbaik-an para konsumenkesempatan untuk memilih danmenjadi konsumen yang bebas danberdaulat.

Fakta:Dalam berbagai kasus setelah pela-yanan publik yang diprivatisasi,konsumen justru dihadapkan hanyapada satu pil ihan, yaitu satuperusahaan swasta yang memonopoliseluruh jaringan pelayanan. Perbe-daan yang timbul hanyalah jika duluyang memonopoli adalah perusahaanyang dimiliki publik, maka sekarangdimiliki perorangan. Persaingan danharga murah, yang didengung-dengungkan untuk membenarkanprivatisasi adalah omong kosong!!

Mitos:Penyediaan kebutuhan sosialdianggap sama dengan prosesproduksi jual-beli.

Fakta:ü Pelayanan energi dan air adalah

hal mendasar dalam seluruhkehidupan manusia dan merupa-kan inti dari kualitas pelayananhidup manusia secara keseluruh-an.

Page 9: advokasi no 17

Monitoring dan AdvokasiMonitoring dan AdvokasiMonitoring dan AdvokasiMonitoring dan AdvokasiMonitoring dan Advokasi

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

9

ü Penggunaan energi dan air untukkebutuhan rumah tangga sangatdipengaruhi oleh perubahanharga dan upah.

ü Penyediaan energi dan air bagikebutuhan rumah tanggadilakukan berdasarkan cakupandaerah tertentu saja. Dan iniberarti akan terjadi monopolipelayanan di satu, beberapaatau bahkan seluruh teritori.

Mitos:Privatisasi akan mendemokratisasikankepemilikan, karena masyarakatdapat bersama-sama memilikinyalewat penjualan saham.

Fakta:Dalam berbagai kasus setelahpelayanan publik diprivatisasi,konsumen justru dihadapkan hanyapada satu pil ihan, yaitu satuperusahaan swasta yang memonopoliseluruh jaringan pelayanan.Perbedaan yang timbul hanyalah jikadulu yang memonopoli adalahperusahaan negara, maka sekarangdimiliki perorangan. Persaingan danharga murah, yang didengungkanuntuk membenarkan privatisasiadalah mitos.

Mitos:Privatisasi akan menghasilkan hargayang lebih murah dengan pelayananlebih baik.

Fakta:Perusahaan swasta diharapkanmampu untuk mendapatkan keun-tungan yang lebih tinggi daripada yangsering dicapai oleh perusahaannegara. Maka dengan sendirinya,selama tidak ada tingkat efisiensi yangsangat tinggi dalam hal prosesproduksi dan distribusinya,perusahaan swasta pasti akanmenaikkan harga.

1. Columbia: Buruh perusahaanminyak mogok total selama 37hari. Mereka menolak privatisasiEcopetrol, perusahaan minyakmilik negara (Mei 2004).

2. Afrika Selatan: Pemogokantotal dua hari, diikuti 5,5 jutamassa, menolak privatisasilistrik, telkom, kereta api danperusahaan senjata milik negara(29-30 Agustus 2001).

3. Victoria, Australia: 10 ribuburuh demonstrasi menolakprivatisasi gas, listrik dan airVictoria (Juni 1995).

4. Meksiko: 1 juta orang berde-monstrasi menolak privatisasiperusahaan listrik dan minyaknegara (Mei 1998).

5. India: 50 juta orang di Indiamelakukan demo dalam pemo-gokan umum menolak programprivatisasi pemerintah pusat (Mei2003).

6. El Savador: 200 ribu rakyatmenuju ke ibukota negaramenolak rencana pemerintah

memprivatisasi pelayanan kese-hatan. Sebelumnya ratusandokter, perawat dan pekerjakesehatan telah mogok totalselama 35 hari dengan isu yangsama (Oktober 2002).

9. Korea Selatan: 5 ribu buruhpekerja energi mogok totalselama enam minggu mempro-tes rencana pemerintah menjualKorea Power Pant Industry (April2002).

Ayo Lawan Privatisasi,dengan:

1. Aksi. Buat agenda demokrasidengan berbagai bentuk aksi-aksiperlawanan rakyat untuk terusmenekan penguasa penjual asetnegara.

2. Galang kekuatan. Harusdiupayakan secara terus-menerus, untuk membangunkekuatan alternatif bersama.

3. Menuju demokrasi ekonomi.Arah ekonomi penguasa harusdibelokkan ke arah ekonomi pro-kerakyatan.

Gerakan Rakyat Melawan Privatisasi

Sumber:1. Dampak Privatisasi terhadap Rakyat-Pengalaman Kesengsaraan dan Perlawanan di Berbagai Negara (makalah Dita Indah Sari

Pada acara Seminar Nasional: Privatisasi Air-Keuntungan dan Kerugiannya bagi Masyarakat 4 Agustus 2004).

2. Pembangunan itu Lucu. Seri Pengawasan Pembangunan: Buku Kesatu. Terbitan JARI Indonesia. 2002.

Page 10: advokasi no 17

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Pengalaman AksiPengalaman AksiPengalaman AksiPengalaman AksiPengalaman Aksi

10

Bagi petani di lereng Gunung

Merapi dan Merbabu terutama

di Kecamatan Cepogo dan

Selo Kabupaten Boyolali, Jawa

Tengah, tembakau merupakan

komoditas unggulan. Pada saat

musim tembakau (Maret-

Agustus), hampir semua lahan

pertanian di kawasan tersebut

dipenuhi tanaman tembakau.

Pada musim kering, petani

di kawasan tersebut bisa

memanfaatkan lahannya

karena tembakau adalah

tanaman yang tidak memer-

lukan banyak air. Di samping

itu, harganya juga cukup

lumayan. Sebelum tahun 2003

harga daun tembakau basah

antara 2000–3000 rupiah per

kg. Sedangkan harga tembakau

rajangan kering antara 23.000 –

28.000 per kg, bahkan di beberapa

tempat mencapai 30.000 per kg.

Sepanjang sejarah tembakau di

daerah ini, tahun 2004 ini merupakan

yang paling terpuruk. Harga tem-

bakau mengalami penurunan sangat

tajam. Harga daun tembakau hijau

hanya 700–1000 rupiah per kg. Bah-

kan ada yang hanya 350 rupiah per

kg. Sedangkan harga tembakau ra-

jangan kering yang paling bagus

hanya 12.000–14.000 rupiah per kg,

itupun hanya beberapa hari sebelum

tanggal 30 Agustus 2004. Setelah itu

harga tembakau kering antara 2.000–

5.500 rupiah per kg.

Melihat anjloknya harga daun tem-

bakau, petani enggan menjual

tembakau hijau. Mereka memilih

menjual tembakau rajangan kering,

walaupun harus membayar upah un-

tuk perajang karena banyak petani

tembakau tidak bisa merajang sendiri.

Tetapi, petani malah semakin rugi

karena biaya untuk pengolahan dari

daun tembakau hijau menjadi menjadi

rajangan kering memerlukan biaya

besar. Sementara, harga jualnya tidak

imbang dengan biaya yang dike-

luarkan. Misalnya, untuk tembakau

kering 150 kg, seorang petani harus

mengeluarkan biaya produksi selama

6 bulan dan biaya pengolahan

(merajang) sebesar 2.235.000 rupiah,

sedangkan hasil yang mereka

peroleh hanya 1.1875.000 rupiah.

Tanpa Gula

Jika pada tahun-tahun sebelumnya

petani masih bisa mencampurkan

gula putih ke dalam lelehan

tembakau, tetapi kini tembakau harus

benar-benar bebas dari gula. Bebe-

rapa petani yang tidak tahu bahwa

pihak pabrik tidak menerima tem-

bakau bergula mengolah tembakau

seperti biasanya dengan menambah-

kan gula. Tetapi tembakau tersebut

tidak laku dijual. Akhirnya petani juga

yang menanggung akibatnya.

Sebetulnya kalau saja perusahaan

mau menerima tembakau bergula

seperti tahun-tahun yang lalu dengan

harga sedikit menurun, tidaklah

masalah. Tetapi yang terjadi,

tembakau murni tanpa gula harganya

malah turun sampai 100%, padahal

harapan petani harga tembakau tanpa

gula bisa naik minimal 50%. Ada

beberapa keuntungan petani

mencampurkan gula ke dalam

lelehan tembakau yaitu bau lebih

sedap, warna lebih bagus,

tembakau lebih lengket dan yang

lebih penting bisa menambah

berat tembakau.

Tembakau Proyek

Bersamaan dengan turunnya

harga tembakau di Cepogo, Selo

dan sekitarnya, muncul tembakau

proyek (istilah petani di kawasan

Merapi-Merbabu) untuk tembakau

yang dihasilkan dari kerjasama

antara petani penanam tembakau

dengan pengusaha tembakau

kering. Dalam kerjasama ini tanpa

ada tawar menawar antara petani dan

pengusaha. Segala aturan ditentukan

pengusaha mulai dari pra-budidaya

sampai proses pengolahan dan dalam

kerjasama ini tidak ada kontrak

perjanjian secara tertulis.

Kerjasama yang demikian

tentunya sangat merugikan petani.

Oleh karena itu dihimbau kepada

petani :

1.Agar berhati-hati dalam melakukan

kerjasama dengan pengusaha atau

perusahaan.

2.Petani harus tahu bagaimana

seharusnya mereka bersikap dan

melakukan kerjasama dan apa saja

persiapannya agar petani tidak

selalu dirugikan.

3.Persatuan di kalangan petani perlu

ditingkatkan dengan cara

berorganisasi.

Tamam (petani tembakau)

Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah

Anjloknya Harga Tembakau

Pahitnya Nasib Petani

Tembakau di daerah Selo, Boyolali, Jawa Tengah

Foto: Gideon

Page 11: advokasi no 17

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Pengalaman AksiPengalaman AksiPengalaman AksiPengalaman AksiPengalaman Aksi

11

Banyak persoalan yang muncul

di tengah-tengah komunitas

petani, baik masalah politik sampai

dengan masalah lainnya.

Di tengah-tengah perubahan jaman,

semua orang dituntut untuk mengikuti

perubahan tersebut, termasuk petani.

Perubahan jaman ini tentunya diwarnai

dengan percaturan politik yang kian

berkembang juga. Petani dirasakan semakin

terpinggirkan. Nasib petani kian terkatung-

katung terutama petani tembakau. Bagaimana

tidak? Petani tembakau pada musim ini untuk

mengembalikan modal harus menghabiskan

tabungannya, baik ternak, kendaraan dan juga

perhiasan. Namun demikian, di tengah nasib

petani yang kian tidak jelas banyak pihak yang

menawarkan kerjasama kepada petani

tembakau. Petani diajak untuk menanam

tembakau dengan menggunakan pupuk

tertentu yang harga dasarnya ditentukan oleh

pihak penyuplai. Jadi, petani tidak dapat

menawar dan pengelolaan tanaman

ditentukan pula oleh pihak penyuplai. Dan

pada saat panen harga juga ditetapkan pihak

penyuplai pupuk ini. Dengan kata lain, petani

menjadi buruh di lahannya sendiri.

Sedangkan bagi pihak penyuplai mampu

menganalisis hasil usahanya dan

mengontrolnya dengan baik. Dengan kata lain

kerjasama ini belum mampu membawa petani

dari keterpinggirannya, bahkan semakin

terpinggirkan.

Nasib Tembakau Indonesia

Sebenarnya ada peluang tembakau

Indonesia memasuki persaingan pasar.

Namun untuk membawa tembakau Indonesia

menuju persaingan pasar tidaklah semulus

yang diinginkan. Ada beberapa tangga

hambatan yang harus dilaluinya. Tangga

pertama, petani harus menjaga kualitas

tembakau yang dihasilkan untuk memenuhi

standar yang diinginkan oleh pabrik maupun

dokter tembakau di Indonesia. Tangga kedua,

harus ada orang yang dipercaya petani untuk

membawa tembakau yang dihasilkan dapat

masuk gudang sesuai contoh tembakau yang

diajukan. Realitas yang ada selama ini

tengkulak (pengepul) melakukan kesalahan

dengan memalsukan contoh tembakau kepada

dokter tembakau di gudang. Tengkulak hanya

memilih beberapa tembakau yang berkualitas

bagus untuk dicontohkan. Sementara kelas

tembakau berbeda-beda. Tangga ketiga, ada

standar kadar nikotin yang ditentukan. Dan

tangga keempat, tembakau Indonesia harus

bersaing dengan tembakau yang diimpor

pemerintah dari luar negeri.

Kemudian, dengan melakukan

kerjasama dengan pihak lain, mampukah

membawa tembakau Indonesia menuju

persaingan pasar? Apakah tembakau yang

dihasilkan petani sudah memenuhi standar?

Bagaimana kadar nikotinnya? Dalam

kerjasama ini apakah ada beberapa orang

yang memang dapat dipercaya petani untuk

mempengaruhi kebijakan yang membawa

petani tembakau menuju nasib yang lebih

baik? Karena selain persoalan di atas,

pemerintah dengan menaikkan cukai tembakau

sangat berpengaruh terhadap nasib petani

tembakau.

Petani Dimanfaatkan Penyuplai

Jika kerjasama ini terus berlangsung, apa

kira-kira dampak terhadap petani tembakau.

Ada beberapa dampak negatifyang bisa

dirasakan petani.

Petani kehilangan akses dan kontrol

terhadap harga tembakau. Dengan adanya

kerjasama ini, petani akan kehilangan akses

dan kontrol terhadap harga tembakau. Bentuk

kerjasama ini adalah dengan sistem harga

kontrak. Dengan demikian, petani tembakau

tidak punya lagi harga tawar terhadap hasil

produksinya. Petani harus mengikuti harga

yang telah ditentukan oleh pihak penyuplai.

Petani lahannya menjadi dimanfaat-

kan oleh pihak penyuplai. Dengan terus

melakukan kerjasama ini, maka pihak penyu-

plai akan tetap melangsungkan usahanya

dengan analisa usaha yang jelas. Dengan

menetapkan harga pupuk per kilo dan membeli

tembakau dengan harga kontrak maka

penyuplai punya anggaran pemasukan dan

pengeluaran yang jelas. Sementara petani

dengan lahan yang dimiliki hasil produksinya

dari tahun ke tahun tidak mengalami

perubahan. Dengan demikian lahan petani

yang telah dimiliki selama ini hanya akan

dimanfaatkan oleh pihak penyuplai.

Petani kecanduan menggunakan

pupuk tertentu. Pupuk ini bersifat instan

maka banyak kemudahan yang didapatkan

oleh petani, dengan sendirinya petani akan

selalu menggunakan pupuk tertentu ini. Tetapi,

kemudahan ini akankah membawa

keberlangsungan budidaya tanaman

tembakau yang ramah lingkungan? Ataukah

petani akan meninggalkan pupuk kompos

sebagai permulaan untuk tetap menjaga

kesuburan tanah dan menuju petani yang

ramah lingkungan dan berkelanjutan? Sebab

jika menggunakan pupuk ini tidak dapat

dicampur-adukkan dengan pupuk kompos

(organik), padahal petani dituntut untuk tetap

menjaga kesuburan tanah dari saat sekarang

samapai tanah itu diwariskan kepada anak

cucunya.

Petani tidak mengetahui masa depan

kerjasama ini. Karena kerjasama ini baru

permulaan, maka masih banyak kemudahan

yang diterima petani. Namun seberapa lama

kerjasama ini dapat dijalin, petani sama sekali

tidak mengetahui. Ketika semua petani

tembakau melakukan kerjasama ini, maka

akan didapatkan tembakau dengan cara ini

yang sangat banyak. Soal standarisasi produk

juga solah menjadi rahasia penyuplai. Jika

terjadi kelebihan produksi pada petani apakah

kerjasama ini akan tetap berjalan sesuai

dengan yang telah disepakati.

Petani tidak dapat meningkatkan

hasil produksinya. Jika pihak penyuplai

menentukan standar pembelian tiap tahunnya

maka petani tidak akan meningkatkan hasil

produksinya. Karena ada batasan

penanaman tembakau yang menggunakan

pola kerjasama ini. Padahal petani harus

spekulasi dengan pupuk yang telah dibeli dan

tenaga pengolahan tembakau ini. Belum tentu

dengan standar penggunaan pupuk ini semua

tanaman akan dapat hidup dan berproduksi

dengan baik.

Giyanto (petani tembakau)

Suroteleng, Selo, Boyolali, Jawa Tengah

Petani Kian Terpinggirkan

Page 12: advokasi no 17

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

12

Album AdvokasiAlbum AdvokasiAlbum AdvokasiAlbum AdvokasiAlbum Advokasi

Pelatihan Bokasi -Anggota Paguyuban Petani Mandiri DesaPilang Payung Kec Toroh, Grobogan Jateng, mengikutipelatihan pembuatan bokasi (29/08/04). Pelatihan inibertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM petanimengelola lingkungan dan lahannya.

Konsultasi Perbenihan -Mujiono, anggota KelompokPeduli Petani Klaten (KPPK) melakukan diskusi hasil silanganpadi dengan H Muksin, petani pakar benih padi (13/09/04). Mujiono telah beberapa musim ini menyilangkan padidengan “berguru” pada Mbah Muksin.

Pompa Hidrolik -Masyarakat Dusun Sumber DesaNguneng, Kecamatan Puhpelem KabupatenWonogiri, Jawa Tengah, beramai-ramaimemasang pompa hidrolik. Pompa bertenagatekanan air (tanpa bahan bakar) ini dinilai ramahlingkungan. Teknologi mengangkat air ke daerahpemukiman yang lebih tinggi ini, didapat wargayang berjaringan dan berbagi informasi, khususnyadengan Desa Suroteleng Kecamatan Selo Boyolali,yang sama-sama berada di daerah lereng gunung.Penduduk di kedua desa ini, dalam tahun 2004 initelah bermitra dengan YDA dalam membuatrencana strategis (Renstra) pembangunan didesanya.

Bayu

Eko

Zen

Eko

Page 13: advokasi no 17

13

Album AdvokasiAlbum AdvokasiAlbum AdvokasiAlbum AdvokasiAlbum Advokasi

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Rosyid

Pelatihan Benih Sayur -Sebanyak 5 petani dari Eks-Karesidenan Surakarta berada di antara peserta lain dalamPelatihan Teknologi Perbanyakan Benih Sayuran yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura DepartemenPertanian di Pengalengan, Jawa Barat. Pelatihan ini dilakukan 31 Agustus - 5 September 2004. Kelima petani mitraYDA yang mengikuti pelatihan di Pengalengan itu, ialah Nur Wardoyo (Sukoharjo), Marimin (Sukoharjo), Ngaliman(Sragen), Sumarsono (Klaten), dan Rosyid (Boyolali).

Pelatihan Advokasi -Warga yang memonitor ProyekPemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa/Community Empowerment for Rural Development Project(CERDP) di Kalimantan Selatan mengikuti Pelatihan Advokasi(6-8/10/04). Pelatihan yang difasilitasi LK3, YCHI dan YDAini merupakan langkah lanjutan dari monitoring sebelumnya.

UripMedi

Kedaulatan Pangan -September lalu, di Kraton Solodigelar Festival Masyarakat untuk Kedaulatan Pangan(Peoples Caravan 2004). Di sini masyarakat beberapanegara Asia menuntut Tanah dan Pangan untuk Rakyat.Marimin, dari KOMPPOS Sukoharjo, menyampaikanpengalamannya melakukan advokasi kontrak kerjasama.

Page 14: advokasi no 17

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

14

DangauDangauDangauDangauDangau

Sudah tiga kali orang-orang

Jakarta itu mendatangi

rumah Kang Gino. Dan

sudah tiga kali pula Kang Gino me-

nemui mereka dengan pekewuh.

Kupikir wajar jika Kang Gino

pekewuh. Banyak orang akan

pekewuh jika didatangi berkali-kali

hanya untuk menanyakan sebuah

sikap. Lebih lagi mereka bersikap

sangat manis menyenangkan.

Namun Kang Gino sudah cukup

paham untuk membedakan mana

wajah manis yang tulus, atau

sebaliknya manis tapi mengan-

dung rasa yang lain. Rasa yang

pahit. Atau asam. Masih belum

jelas.

Mereka sudah benar-benar

meninggalkan rumah Kang Gino

dengan mobil Carry hijaunya.

Meninggalkan debu beterbangan

di belakangnya. Segera kudatangi

Kang Gino yang masih berdiri di

pintu menatapi kepergian mereka.

Ia berdua dengan Kang Landung,

tetangga yang hanya berjarak lima

rumah ke kanan.

“Masih menawarkan kerja

sama ketela Taiwan itu, Kang?”

tanyaku begitu mereka melihatku

datang. Kang Gino mengangguk

lemah. Diiyakan oleh Kang

Landung. “Kang Gino dan Kang

Landung ndak usah takut. Mau

atau tidak mau bekerja sama

dengan mereka, kan haknya Kang

Gino, Kang Landung dan teman-

teman lainnya,” kataku mencoba

memberi pendapat.

“Kamu benar. Itu memang hak

kami. Tapi kamu tidak menghadapi

dipelumasi mereka yang lihai

sekali itu..” ujar Kang Gino

mencoba menggunakan istilah

yang sering didengarnya di tivi-tivi.

“Diplomasi?”

“Oh iya, diplomasi, bukan

dipelumasi. Ngapunten keliru,

Mas. Mereka sangat pintar. Sering

kami hampir terpojok...”

Aku menghela nafas. Posisi

Kang Gino memang sulit. Sebagai

ketua kelompok dia harus bisa

mengambil keputusan yang tepat.

Dan menurutku, juga menurut dua

orang itu, keputusan yang tepat

seharusnya diambil setelah

melakukan pemikiran yang dalam.

Apalagi terkait yang dinamakan

kerja sama. Harus dipikirkan un-

tung ruginya atau baik buruknya.

Sayang sekali banyak ang-

gota yang juga telah didatangi

rumah per rumah. Dan mereka

hanya mampu membaca wajah di

permukaan. Wajah yang manis.

Hati yang terbujuk mendorong

mereka untuk mendesak Kang

Seekor EmpritTerbang RendahCerpen:Lis Dhaniati

Gambar: Kuilu

Page 15: advokasi no 17

15

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

DangauDangauDangauDangauDangauGino dan Kang Landung segera

menyetujui tawaran kerja sama itu.

***

Hamparan padi yang kosong.

Pemandangan yang tidak meng-

enakkan bagi Kang Gino. Dan

ternyata aku bisa merasakan hal

yang sama. Burung-burung emprit

terbang kesana kemari. Kecele.

Mereka sering tidak menemukan

bulir-bulir kehidupan yang mereka

harapkan.

“Puso lagi ya, Kang?” aku

bertanya sembari memandangi

seekor emprit berayun pada

batang padi yang kuning coklat

merana.

“Tahun kemarin juga, Mas...”

jawab Kang Gino sendu mengingat

sebuah kegagalan. “Makanya

mereka selalu bilang bahwa

bertanam ketela Taiwan itu lebih

menguntungkan. Tak ada resiko

puso. Dan mereka mau membeli

dengan harga tinggi.”

“Tapi kita belum tahu benar,

Kang....”

“Mereka bilang, makanya

harus dicoba agar tahu kebe-

narannya, Mas...”

“Kebenaran apa? Kebenaran

kalau tanaman itu memang

genjah. Lalu jika panen menum-

puk akan dikatakan panen terlalu

banyak, lalu dibeli dengan harga

tidak sesuai kontrak? Lalu?”

“Ha ha ha...., lha kok malah

Sampeyan yang emosi to, Mas?”

“Gimana ndak es mosi alias

emosi jika nanti begitu jadinya?”

“Sayang sekali, orang-orang

itu ndak pada mikir panjang...aku

dan Landung merasa terpojokkan.

Bagaimanapun suara setuju lebih

banyak terdengar, Mas. Untung

ada kamu yang bisa dijadikan

tempat rasan-rasan. Sayangnya

kamu juga cuma tamu yang hanya

akan sedikit didengar. Salah-salah

malah dikira provokator...” ujar

Kang Gino kali ini tepat dalam

menggunakan istilah provokator.

“Dan nanti dibandemi batu

sama warga ya, Kang?” ujarku

diikuti deraian tawa kami berdua.

Mengejutkan sekelompok emprit

yang sedang terbang rendah.

***

“Pokoknya kami ingin Kang

Gino segera membuat keputusan,”

Kang Sobirin bicara mendesak.

“Jika memang lebih mengun-

tungkan, kenapa tidak kita terima

saja?” seorang petani yang aku

tak tahu namanya urun bicara.

“Daripada nanam padi gabug

terus. Kita mau makan apa?”

giliran Lik Kenthung yang bicara

keras.

Suasana jadi agak panas.

Kang Gino dan Kang Landung

berusaha tenang meski ditekan kiri

kanan.

“Mohon tenang. Mohon te-

nang.....,” Kang Landung

berusaha meredam suasana.

Untung mereka mau menurut.

Kulihat Kang Gino menghela

nafas. Ada kelegaan. Namun juga

ada yang berat di dalam helaan itu.

“Begini.....saya bukannya

tidak setuju dengan tawaran itu.

Tapi, yang terlebih penting,

mestinya kita pikir dulu dalam-

dalam. Apa bapak-bapak sekalian

lupa dengan kasus desa kidul kali?

Mereka telanjur menanam timun

Jepang, ketika panen melimpah,

janji tinggal janji. Pengusaha kabur

membiarkan timun membusuk di

persawahan...”

“Waktu itu mereka tidak ada

perjanjian di atas kertas, Kang...

Tak ada materai dan tanda

tangan...” Kang Sobirin kembali

angkat bicara.

“Iya...”

“Kita kan ada...”

“Apalagi yang kita pikirkan?”

Suara-suara terangkat tak

beraturan. Rapat gagal menjadi

rapat yang saling mendengarkan.

Kang Gino terdiam. Juga kang

Landung. Orang-orang itu sedang

menuju pada arah yang entah.

***

Hamparan daun ketela

tampak sangat hijau menyenang-

kan. Aku dan kang Landung

berjalan menyusuri pematang.

Kulihat ada seekor emprit terbang

rendah di atas dedaunan. Entah

mengapa aku merasa aneh

dengan kehadirannya.

“Sebentar lagi panen, Kang..”

“Iya, Mas....”

“Kecurigaan pada orang-or-

ang Jakarta itu tetap tinggal dalam

otakku dan tak mau pergi, Kang...”

“Iya, Mas...”

“Nanti yang akan rugi kita

juga, Kang...”

“Iya, Mas...”

“Kok iya-iya saja, Kang?”

“Ya bagaimana lagi? Memang

demikianlah kita. Sering ndak mau

mikir panjang. Nanti mengumpat-

umpat saja kalau hasil tak sesuai

impian...”

Kang Landung menghela

nafas berat sembari memandangi

hijau hamparan sawah. Ya semoga

kami hanya berprasangka. Kuha-

rap apa yang telah ditanam benar-

benar memberikan kebahagiaan.

Tinggal beberapa saat lagi panen

sehingga harapan kami akan tahu

kabar baik atau mengecewakan.

Kami akan sabar menunggunya. Di

kejauhan kulihat Kang Gino

berjalan mendekat.(*)

Emprit: sejenis burung prencak, sering dimaknaisebagai simbol keberuntungan dan persahabatan

pekewuh: sungkanngapunten: maaf

rasan-rasan: berbagi rasadibandemi: dilempari

Sampeyan: AndaLik: Pak/Bu Cik

Kang/Mas: panggilan untuk kakak laki-laki atausebagai bentuk penghormatan kepada

orang yang lebih tua atau dituakan.

Page 16: advokasi no 17

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

16

Berita TaniBerita TaniBerita TaniBerita TaniBerita Tani

Karanganyar jadi Sentra

Produksi Gandum?

Lima Kecamatan di Kabupaten

Karanganyar, antara lain Desa

Karang, Kec. Karang Pandan, Desa

Berjo, Kec. Ngargoyoso, Desa

Jenawi, Balong, dan Angromanis di

Kec. Jenawi, Desa Beruk, Wonoreja,

Wonokeling, dan Jatiyoso di Kec.

Jatiyoso, Desa Karang Lo dan Bandar

Dawung Kec.Tawangmangu menjadi

Pilot Project untuk menghasilkan

bibit gandum yang kini sedang getol

ditangani. Dinas Pertanian Karang-

anyar dan Unisri (Universitas Slamet

Riyadi Solo)

Menurut Kasubdin Tanaman

Pangan dan Hortikultura Dinas

Pertanian Karang Anyar Ir Indra

Mardi, kini total areal gandum yang

ada di Kabupaten Karanganyar adalah

30 Hektare. Rata-rata luas areal tiap

Kecamatan 5 Hektare.

Tahun 2005, rencananya Deptan

akan memberikan bibit gandum

kepada Kabupaten Karanganyar yang

melimpah,sehingga areal yang

ditanami gandum menjadi 150

Hektare.

Pemkab Karanganyar juga telah

menandatangani MOU (nota

kesepahaman) dengan Unisri.

Menurut Ir Indra Mardi, pihak Indofood

ikut menyaksikan dalam penanda-

tanganan MOU itu.

“Kini petani Karanganyar sudah

mulai meningkat, yang dulunya

menanam ketela pohon, kini me-

nanam gandum, tentu ini langkah

maju, dari anak singkong beralih ke

gandum,” kata Bupati Karanganyar,

Hj Rina Iriani SPd MHum.

Berdasarkan kemudahan persya-

ratan teknik budidaya dan besarnya

permintaan produk gandum, Rina

berharap komoditas gandum dapat

jadi komoditas andalan.

“Hal ini karena gandum merupakan

komoditas serelia yang punya

potensi untuk bahan pangan teruta-

ma sebagai bahan penunjang beras

yang dapat memberi manfaat bagi

perbaikan gizi masyarakat, terutama

di pedesaan “ lanjut Rina. (Solopos,

18 Oktober 2004)

Bangun Lumbung Air

Sebanyak-banyaknya

Menteri Permukiman dan Pra-

sarana Wilayah (Menkimpraswil) di

kabinet Megawati Sukarnoputri, Prof

Dr Ir Soenarno Dipl HE PhD

mengatakan, Pemerintah bersama

masyarakat perlu membangun

lumbung air sebanyak-banyaknya

untuk mengatasi kekeringan yang

berulang-ulang terjadi pada setiap

tahun di daerah-daerah sulit air.

Selain itu keberadaan waduk-

waduk, seperti Gajah Mungkur di

Wonogiri Jawa Tengah, perlu dijaga

kelestariannya.

“Kolam-kolam seperti lumbung dan

waduk itu bisa menampung air di

akhir musim hujan, yang nantinya

bisa digunakan di musim kemarau.

Kalau lumbung air mencapai puluhan

ribu dan tersebar, bisa mengatasi

kekeringan,” kata Ir Soenarno seusai

pengukuhan menjadi guru besar di

UMS (Universitas Muhammadiyah

Surakarta) .

37 Bahan Aktif Pestisida Tetap Dilarang

Departemen Pertanian hingga kini tetap melarang 37 jenis bahan aktif

pestisida yang dianggap sangat berbahaya,sedangkan bahan aktif pestisida

paraquat meskipun diijinkan, namun penggunaannya terbatas. Dirjen Bina

Sarana Pertanian Deptan, Ato Suprapto, 37 jenis bahan pestisida yang dilarang

tersebut antara lain, trikorafenol, natrium, aldikarb,aldrin, arsomat, syhexatin,

diklorodifinitrikloroetan, dieldrin, dinosib dan endrin yang dianggap

membahayakan pengguna.

“Prinsipnya semua pestisida berbahaya, namun kalau kita gunakan secara

bijak, maka resiko bisa diminimalkan,” kata Ato Suprapto. Dia mengatakan

khusus pestisida paraquat hingga saat ini pemerintah tetap memberikan izin

terbatas karena masih diperlukan namun demikian setiap penggunanya

terlebih dahulu harus dilatih dan mempunyai sertifikat.

Menurut dia, pestisida merupakan bahan umum yang memiliki sifat beracun

dan cenderung berbahaya bagi lingkungan oleh karena itu penanganannya

harus hati-hati sesuai yang tertera di label.Kesalahan dalam penggunaan

bisa berakibat pada kerusakan lingkungan termasuk terganggunya populasi

organisme, biota air, tanah, serangga serta musuh alami. Maka senantiasa

pemerintah melakukan upaya untuk mengurangi kasus-kasus keracunan

pestisida dengan menggunakan berbagai acuan standar internasional.

Ato menambahkan, salah satu instrumen penting dalam melaksanakan

evaluasi pestisida adalah digunakannya protokol pengujian efikasi pestisida.

“Kita perlu melakukan perbaikan, karena protocol pengujian ini sebagai dasar

penilaian sudah berlaku 20 tahun”.

Tak Pernah Dilaporkan

Sementara itu Direktur Pupuk dan Pestisida, Ditjen Bina Sarana Pertanian,

Sofyan Sukirman, mengatakan hingga saat ini belum ada masyarakat yang

melapor keracunan pestisida.

“Sulit bagi kita untuk menghitung kasus keracunan, karena tidak pernah

dilaporkan kepada kita,” kata Sofyan Sukirman. Meski begitu, Sofyan

mengakui kalau kasus itu memang ada, tapi tidak tahu jumlahnya. (Solopos,

13 Oktober 2004)

Page 17: advokasi no 17

17

Berita TaniBerita TaniBerita TaniBerita TaniBerita Tani

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Menurutnya kondisi waduk

sekarang harus dijaga, karena secara

alamiah terancam sedimentasi,

akibatnya seperti Waduk Gajah

Mungkur, debit airnya cepat

menyusut.

“Selain proses alamiah, sedi-

mentasi bisa dipercepat oleh perilaku

masyarakat sendiri. Kalau semua

masyarakat care (peduli) terhadap

masalah air, maka sebenarnya

sedimentasi bisa dicegah. Harapan

saya, masyarakat di daerah hulu bisa

melakukan konservasi tanah dan

lahan, jadi kelestarian waduk terjaga”

kata Ir Soenarno.

Ditambahkan, gerakan-gerakan

rehabilitasi lahan dan hutan harus

ditingkatkan. Dengan hutan, air akan

tertampung. “Sekarang ini sudah tak

normal, kalau musim kering tak ada

airnya, kalau hujan airnya besar,

sehingga debit air di saat kemarau

dan hujan itu meyebabkan air jadi

destruktif (merusak),” paparnya.

Dengan dana lebih dari Rp 400

miliar, Depkimpraswil membangun

sumur, pompa, dan hujan buatan.

“Menjelang musim hujan ini awan

sudah terbentuk, jadi bisa menper-

cepat turunnya hujan” katanya.

(Suara Merdeka, 19 Oktober 2004)

Petani Kutabawa

Buang 15 Ton Kubis

Harga Kubis yang terlalu rendah di

awal Bulan Oktober, bahkan dalam

satu minggu pernah tak ada pembeli,

membuat beberapa petani di

beberapa desa di lereng Gunung

Slamet, Kec Karangreja Purbalingga

Jawa Tengah membuang belasan ton

kubis.

Aksi petani dalam wadah “Petani

Gotong Royong” membuang kubis

dilakukan di jalan depan Kantor

Pemerintah Kabupaten Purbalingga,

sebagai protes atas ketidakpedulian

pejabat Pemkab terhadap nasib

petani sayur.

Sekitar 20 petani membawa 15 ton

kubis di bak terbuka, semula kubis

itu dibuang di jalan depan Pemkab,

karena banyak warga yang

memunguti,maka akhirnya dibagi-

bagikan ke warga.

Menurut Budiono (39) dari PGR,

saat ini seluruh petani menanam

kubis sehingga produksinya berlebih.

Sebelumnya mereka adalah petani

kentang dan cabai yang mendapat

bantuan modal dari Pemkab, tapi

kemudan dihentikan. Dan petani

beralih ke kubis yang biayanya kecil.

“Kubis tak ada harganya, dijual Rp

50 yang sama dengan ongkos petik

saja tidak laku, apalagi Rp 250 per

Kg,” ujar Sarwan (40) petani

Kutabawa.

“Kalaupun laku Rp 250, belum bisa

menutup biaya produksi, untuk

menanam bibit sampai petik Rp 500-

Rp600 perbatang“, lanjut Sarwan.

“Masih ada ribuan ton kubis yang

siap dipanen. Kami akan melacak

apakah bantuan modal Rp 1,8 miliar

yang dikembalikan ke Pemkab itu

melalui Dinas Pertanian itu benar-

benar masuk ke kas Pemkab, apabila

telah dikembalikan, kan dapat

dipinjamkan lagi,” kata Budiono

(Kompas, 4 Oktober 2004)

Konversi Lahan

Jadi Isu Penting

Menteri Pertanian (kabinet Indo-

nesia Bersatu - red) Anton Aprianto

mengatakan, sejumlah isu penting

dalam pembangunan dalam lima

tahun kedepan. Salah satunya adalah

konversi lahan pertanian ke nonper-

tanian yang semakin cepat dan luas.

Sedang isu lainnya adalah ancam-

an produk impor, wabah penyakit

tanaman dan hewan, swasembada

pangan, dan konflik kepentingan

antara pusat dan daerah.Sementara

terkait dengan perdagangan luar

negeri, Mentan mengatakan

pemerintah tetap berprinsip bahwa

petani harus dilindungi. Pemerintah

harus menerapkan prinsip-prinsip per-

lindungan petani itu karena pertanian

bukan hanya menghasilkan pangan,

tapi juga berperan dalam pengentasan

kemiskinan, kelestarian lingkungan

dan pembangunan pedesaan.

“Saya akan berkoordinasi dengan

menteri lain tentang arti pentingnya

pertanian sehingga alokasi APBN

untuk pertanian meningkat. Kita

mencegah liberalisasi perdagangan

dunia yang terlalu cepat dan banyak

merugikan negara berkembang.

Apabila memungkinkan dan dipan-

dang perlu kita dapat membuat

peraturan-peraturan sendiri sejauh itu

memang melindungi petani,” kata

Anton.

Ia mengatakan secara normal

harga-harga akan diserahkan ke

pasar, dalam kondisi tertentu peme-

rintah perlu masuk, pada saat panen

melimpah. Untuk melindungi petani,

pihaknya juga akan memberikan

perhatian pada komoditas yang

mengancam produk nasional untuk

diusulkan dikenakan bea masuk.Tapi

harus berkoordinasi dengan instansi

teknisnya.

“Saya berharap dalam 100 hari

(dilantik 21 Oktober 2004-red) ke

depan kita mulai menunjukkan

perubahan itu, yang menyangkut

sumber daya manusia, kebijakan

program dan proyek, perkembangan

teknologi, investasi dan aspek

pendukung lainnya,“ kata Anton.

Sejahterakan Petani

Menurut Anton, membangun

sektor pertanian ke depan, berarti

menyejahterakan petani, peternak,

pekebun, dan petani lainnya. Jadi tak

semata-mata mengejar peningkatan

produksi, yang lebih penting adalah

peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan petani.

“Oleh karena itu, diperlukan suatu

perubahan penting, yaitu agar

pembangunan pertanian berpusat

kepada manusianya,” kata Anton.

(Kompas, 22 Oktober 2004)

Page 18: advokasi no 17

Santai SejenakSantai SejenakSantai SejenakSantai SejenakSantai Sejenak

18

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Pemenang Kuis Edisi 16:AMIR SYARIFUDINJl. Raya Sukamarga-Muara Aman No. 16 Kec Lebong UtaraKab Lebong-Bengkulu

berhadiah!Kuis

Suatu hari di sebuah terminalterbesar di Jakarta nampak

seorang laki-laki setengah baya turundari sebuah bus jurusan Solo-Jakarta.Kedatangannya ke dua kali di Jakartaini adalah untuk memenuhi undanganhajatan sahabatnya yang bekerja dikota metropolitan itu.

Dengan penuh percaya diri,Jumadi, nama laki-laki setengah bayatersebut mencari bus kota yang akanmembawanya pada tempat yangdituju, yaitu sebuah wilayah di Jakartayang bernama Kramat. Setelahbeberapa saat kemudian ia menemu-kan bus yang dimaksud, lalu naiklahia kedalamnya.

Bus yang hampir berangkat terse-but dipenuhi pelajar dan mahasiswa,guru, perawat, pekerja swalayan dan

nampak beberapa anggota ABRI.Tidak sampai lima menit kemu-

dian, berangkatlah bus untuk mengan-tar penumpang menuju tempattujuannya.

Tak beberapa lama kondekturmenarik tarif kepada penumpang.Selang beberapa saat kemudiankondektur berteriak, “Sekolah-sekolah!”, kemudian turunlah pelajardan guru.

Bus berjalan lagi dan setelahbeberapa saat kondektur kembaliberteriak, “Kampus-kampus!”, laluturunlah mahasiswa.

Di pemberhentian berikutnya,kondektur berteriak, “Mabes-mabes!”,turunlah beberapa anggota ABRI.Beberapa menit kemudian, kembalikondektur berteriak, “Rumah sakit-

rumah sakit!”, dan beberapa tenagamedis turun dari bus.

Sambil mengingat-ingat kembalilokasi yang menjadi tujuan ia bertanyapada penumpang disebelahnya, “MaafPak, kalau Kramat itu masih jauh tidakya?”, tanya Jumadi. “Oh, kagak, pa-ling 5 menit lagi nyampe”, jawabpenumpang tersebut.

Dengan wajah berseri-seri iamenoleh ke kanan-kiri untuk meng-ingat ingat kembali jalan yang pernahia lalui beberapa puluh tahun lalu.

Kemudian Jumadi terkejut ketikakondektur berteriak, “Kramat,kramat!”. Karena gugup dan inginmemastikan bahwa ia turun di tempattersebut kemudian Jumadi berteriak“Ya,...ya hantu turun”.

Nur W

Hantu di Bus Kota

1 2 3 4 5

6 7 8 9

1 0 1 1 1 2 1 3

1 4 1 5 1 6

1 7 1 8

Mendatar1. Ibadah yang dilakukan pada

bulan Ramadhan3. Dahaga6. Air pada masakan8. Institut Pertanian Bogor

(disingkat)9. Salah satu hama pertanian

yang tinggalnya dalam tanah

10. Kepala Urusan (disingkat)12. Lonceng13. Nama salah satu apotik hidup/

empon-empon14. Kata penunjuk15. Kondisi enggan melakukan

aktivitas17. Tanaman bisa dipanen pada

usia tiga bulan18. Gedung Olah Raga (disingkat)

Menurun1. Permasalahan yang harus

diselesaikan terlebih dahulu2. Makan malam dibulan puasa4. Air Susu Ibu5. Lawan sesudah7. Salah satu hama penyerang

padi11. Lawan kakanda12. Bahan untuk jahit-menjahit16. Pekerjaan Rumah

Kirimkan jawabanSaudara ke Redaksikami!!Kini tersedia kaosmenarik bagi pengirimyang beruntung

Kami juga menerimakiriman kuis daripembaca. Kuis yangdimuat akanmendapatkan hadiahdari kami

Page 19: advokasi no 17

19

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Konsultasi TaniKonsultasi TaniKonsultasi TaniKonsultasi TaniKonsultasi Tani

Saat ini petani hortikultura

ataupun petani padi yang

memanfaatkan galengan

(pematang) untuk tanaman sayuran

seperti kacang-kacangan, keceme,

buncis, dan lain-lain dihadapkan pada

penyakit yang sangat ganas dan

susah dalam pengendaliannya.

Kebanyakan tidak tahu atau tidak

menyadari bahwa terkena serangan

jamur tepung, dan hanya mengikuti

naluri bahwa di bulan-bulan yang

siang bersuhu panas dan malam

bersuhu dingin penampakan seperti

itu pada tanaman yang sebenarnya

terkena serangan penyakit adalah hal

yang biasa dan wajar.

Karena kurang pengetahuan,

petani pemberian insektisida karena

menganggap dibawa oleh serangga

atau penyebabnya adalah hewan.

Tentu, petani sangat rugi karena

mengeluarkan biaya penyemprotan

yang tidak tepat sasaran.

Penyakit tepung pada tanaman

labu-labuan sudah menyebar luas di

seluruh dunia. Akan tetapi saat ini

penyakit tepung juga menyerang

tanaman kacang-kacangan, terong

dan cabai. Penyakit tepung yang

ringan sudah dapat menurunkan mutu

hasil karena mengurangi kandungan

gula buah, mengurangi aroma dan

gambar “jala” pada permukaan buah

menjadi tidak baik.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur

tepung (Erysipho echoracearum De

ex Merat). Meskipun ada

yang menganggapnya

sebagai Sphaerotheca

fuligena (schecht ex Fr).

Telah diketahui bahwa

jamur mempunyai be-

berapa jenis yang mempersulit usaha

untuk menentukan kultivar tanaman

yang tahan.

Di daerah tropis jamur ini tidak

mempunyai stadium sempurna yang

membentuk askokarp (peritesium)

yang dapat dipakai untuk memperta-

hankan diri terhadap musim dingin.

Karena tidak dapat hidup sebagai

saprofit (parasit obligat). Pada waktu

tidak terdapat tanaman labu-labuan,

jamur mempertahankan diri pada

tumbuh-tumbuhan inang lain seperti

kacang panjang, pepaya, tembakau,

tomat, dan gulma.

Pada umumnya penyakit tepung

lebih berkembang pada musim

kemarau. Jamur berkecambah dalam

udara yang mempunyai kelembaban

20% atau kurang.

Embun dan kelembaban tinggi

pada permukaan daun membantu

penyakit. Hujan yang banyak justru

mengurangi penyakit. Penyakit ini

merupakan masalah yang penting

untuk kebun yang diairi.

Kelembaban rendah cenderung

membantu berkembangnya jamur di

permukaan tanaman (colonization),

sporalasi dan pemencaran jamur.

Kelembaban tinggi membantu infeksi

dan bertahannya kanidium.

Pengendalian kimia

Zat yang telah lama dipakai untuk

mengendalikan penyakit ini adalah

belerang atau bubur california

(belerang kapur). Penyemprotan

belerang tak akan efektif bila suhu

kurang dari 21º C. Sebaliknya

belerang cenderung meracuni

tanaman bila suhu lebih dari 32ºC.

Di banyak negara pengendalian

penyakit tepung dapat menggunakan

benonye, triarimol, mankoteb,

difekonazol dll. Meskipun sudah

terdapat laporan-laporan tentang

terjadinya resistensi (kebal) jamur

tepung terhadap fungisida sistemik.

Secara mekanik

Melalui pengamatan yang jeli,

apabila ada daun yang terinfeksi

segera dipotong dan dibuang. Pada

waktu pemotongan diharapkan hati-

hati agar supaya spora tidak tertular

pada daun lain. Kemudian daun

tersebut dibuang jauh dari lokasi atau

dibakar. Biasanya serangan dimulai

pada daun tua.

Kris Supranta

Jurang Jero, Karanganom, Klaten

Penyakit Tepung

(Powdery milderv)Pada saat musim kemarau ini, tanaman sayuran dan buah-

buahan seperti mangga saya terkena penyakit yang gejala-

gejalanya pada sisi bawah daun terdapat bercak agak bulat

keputih-putihan. Bercak-bercak ini jumlah dan ukurannya

bertambah, saling berhubungan, berkembang ke sisi atas daun.

Sehingga seluruh permukaan daun tampak dilapisi oleh tepung

putih. Daun yang sakit keras menjadi coklat dan mengeriput.

Batang juga terjangkit, pertumbuhannya terhenti dan dapat mati.

Buah tidak terjangkit tetapi bentuknya dapat berubah dan sering

terbakar oleh sinar matahari karena kurangnya daun-daun yang

melindunginya. Penyakit apakah itu? (Cahyono-Ceper, Klaten)

Tanaman yang terkena embun tepung daunnya menjadiputih dan kemudian kering serta tanaman mati

Page 20: advokasi no 17

20

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Info TaniInfo TaniInfo TaniInfo TaniInfo Tani

Di tengah terpuruknya petani

tembakau di tahun 2004 ini,

masyarakat petani tembakau

dihebohkan dengan munculnya isu

tentang pupuk fertilla. Salah satunya

adalah di wilayah Boyolali. Pupuk

fertilla ini diterjunkan ke masyarakat

petani tembakau dengan alasan

harga lebih murah dan menjadikan

tembakau lebih meningkat hasilnya.

Dan bagi petani yang menggunakan

pupuk fertilla ini hasil tembakaunya

akan dibeli dengan harga kontrak oleh

pihak yang menyuplai pupuk ini.

Namun apa yang terjadi di

masyarakat petani tembakau?

Mampukah pupuk fertilla menjawab

persoalan petani? Dan apa dampak

nantinya bagi petani?

Petani yang seharusnya menjadi

pengelola sekaligus manajer di

lahannya sendiri, sedikit demi sedikit

mulai terkikis. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor. Mulai dari kebijakan

yang memarjinalkan petani dan

didukung minimnya informasi pasar

yang dapat diakses oleh petani dan

adanya pihak lain (investor) yang ingin

memanfaatkan petani sebagai

pengembangan usahanya.

Ada banyak langkah yang dapat

dilakukan oleh investor untuk

mengembangkan usahanya dengan

mengajak bekerjasama petani. Salah

satunya adalah dengan keberadaan

pupuk fertilla di tengah-tengah

masyarakat petani yang disuplai dari

pihak pengembang usaha.

Dengan pupuk fertil la ini

diharapkan petani dapat diajak

bekerjasama dengan penyuplai dan

diharapkan petani lebih maju dalam

pengembangan pertaniannya dan

hasil produksinya lebih meningkat.

Namun apa yang terjadi di

masyarakat petani tembakau? Justru

sebaliknya. Dengan menggunakan

pupuk fertilla ini dan kerjasama yang

dibangun malah menimbulkan

berbagai masalah di kalanganpetani

tembakau Boyolali. Masalah yang

timbul diantaranya :

Kerjasama

Tidak Sesuai Harapan

Di kalangan masyarakat petani

tembakau harga kontrak yang

ditetapkan dari pihak penyuplai pupuk

fertil la tak menjadikan hasil

pertaniannya lebih meningkat. Hal ini

disebabkan tenaga untuk pengelolaan

tembakau masih menggunakan

standar yang berlaku di wilayah

masing-masing. Terutama pengelo-

laan pada waktu pasca panen.

Biaya yang harus dikeluarkan

untuk penanganan pasca panen ini

cukup tinggi. Setiap 5 kuintal tem-

bakau basah membutuhkan sekitar

300.000 rupiah untuk membayar

tenaga pengolahan dari tembakau

basah menjadi tembakau kering dan

untuk pembelian alat (keranjang dan

plastik) untuk penanganan tembakau

yang siap dijual. Biaya ini belum

termasuk biaya penyediaan makanan

bagi tenaga yang mengelola

tembakau pada waktu pasca panen.

Padahal setiap harinya membutuh-

kan sekitar 10 orang untuk penge-

lolaan pasca panen ini.

Selain harus mengeluarkan biaya

untuk penanganan pasca panen,

petani juga harus memberikan harga

terhadap tembakau yang dihasilkan

dari lahannya sendiri. Walaupun

tembakaunya dihasilkan dari

lahannya sendiri tidak serta merta

tembakau yang dihasilkan tidak diberi

harga yang layak. Harga yang standar

untuk tembakau basah adalah 1000

rupiah per kilonya.

Sebagai petani tembakau selain

berbagai hal yang telah disebut di

atas, petani tembakau juga harus

memiliki sarana produksi yang

mendukung mulai dari penyediaan

bibit yang sehat sampai dengan

pengelolaan tanaman yang butuh

tenaga maksimal. Dengan kata lain

harga kontrak yang ditawarkan oleh

penyuplai pupuk fertilla justru malah

mengecoh analisis usaha tani bagi

petani tembakau, karena petani

tembakau tidak memiliki harga tawar

yang layak untuk harga tembakau-

nya. Petani harus mengikuti harga

yang telah ditentukan oleh pihak

penyuplai pupuk fertilla tersebut.

Pengelolaan Tanaman

Lebih Rumit

Ternyata ilmu tata cara budidaya

tanaman tembakau yang telah dimiliki

petani selama ini, tidak dapat

diterapkan pada budidaya tanaman

tembakau yang menggunakan pupuk

fertilla, karena pupuk ini tidak dapat

dicampur adukkan dengan dengan

penggunaan pupuk yang lain,

termasuk pupuk kandang (organik),

padahal pupuk organik telah terbukti

dapat menjaga kesuburan tanah

dengan baik, dan mengarah pada

pertanian yang ramah lingkungan.

Selain itu petani yang meng-

gunakan pupuk fertilla ini dituntut

untuk dapat menghasilkan daun

tembakau yang berkualitas bagus,

padahal pupuk ini tidak memberikan

jaminan kepada penggunanya untuk

dapat menghasilkan daun tembakau

yang berkualitas bagus. Dengan

berbagai permintaan yang diajukan

oleh pihak penyuplay pupuk fertilla

(pihak yang bekerjasama dengan

petani tembakau) dapat ditarik

kesimpulan bahwa, budidaya

tanaman tembakau dengan meng-

gunakan pupuk fertilla lebih rumit, dan

tidak sesuai dengan ilmu petani yang

telah dimiliki selama ini. Dengan

demikian banyak petani yang tidak

mampu memenuhi permintaan yang

dikehendaki pihak penyuplai pupuk

Kenyataan Tak Seindah Harapan

Page 21: advokasi no 17

21

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

Info TaniInfo TaniInfo TaniInfo TaniInfo Taniini. Hasilnya tentu tidak dapat di

tebak, petani harus menerima resiko

apapun, termasuk resiko disalahkan

yang dilontarkan oleh pihak penyuplai

pupuk ini, padahal kalau kita cermati

petani tidak boleh disalahkan begitu

saja, karena sebelum menggunakan

pupuk fertilla, petani dengan segala

ilmu yang telah dimiliki selama ini

mampu menghasilkan tembakau

yang berkualitas bagus. Namun

karena banyaknya persyaratan dalam

pengelolaan tanaman tembakau

dengan pupuk fertilla ini akhirnya

petani harus melakukan pengelolaan

tanaman tembakau di luar kemam-

puan selama ini.

Lahan Sempit Dituntut

Produksi Optimal

Dari tahun ke tahun kepadatan

penduduk kian banyak, begitu pula

dengan komunitas petani. Dengan

demikian kepemilikan lahan semakin

berkurang/sempit dikarenakan tanah

yang dimiliki harus dibagikan dengan

anak cucunya, maka salah satu tun-

tutan untuk menghadapi persoalan ini

adalah mengoptimalkan hasil

pertaniannya. Untuk dapat mengop-

timalkan hasil pertaniannya petani

harus bisa menekan biaya produksi.

Apakah pupuk fertilla ini dapat

menjawab pertanyaan tersebut?

Karena pengelolaan tanaman

dengan pupuk fertilla ini sangat rumit

dan memakan tenaga yang cukup

banyak dan ditambah lagi hasil dari

penggunaan pupuk fertilla ini belum

tentu sesuai dengan permintaan

pihak penyuplai pupuk ini. Jawaban

kedua dari pertanyaan diatas adalah

dengan mengembangkan teknologi

pertanian yang lebih maju dan menuju

ke arah ramah lingkungan dan peng-

gunanya (petani). Pupuk fertilla ini

belum terbukti ramah lingkungan di

komunitas pertanian , karena untuk

membuktikan ini butuh waktu lama.

Jika pupuk fertilla ini terbukti tidak

ramah lingkungan maka pupuk ini tak

mampu menjawab pengembangan

teknologi pertanian yang ramah

lingkungan dan berkelanjutan. Petani

yang menggunakan pupuk fertilla ini

ternyata belum menemukan jawab-

annya bagaimana dapat meng-

optimalkan hasil pertaniannya dengan

lahan yang kian sempit dan bakal

diwariskan kepada anak cucunya.

Butuh kejelian untuk menjawab

pertanyaan itu dan butuh waktu yang

berkesinambungan. Petani jangan

sampai terjebak lagi pada revolusi

hijau dengan gaya baru. Pengalaman

pada jaman revolusi hijau yang

mementingkan kepentingan sesaat

dan tanah yang sebenarnya titipan

anak cucunya banyak yang teracuni

oleh berbagai racun yang tidak ramah

lingkungan.

Giyanto

Suroteleng, Selo, Boyolali

Ikut berbahagia atas pernikahanIkut berbahagia atas pernikahanIkut berbahagia atas pernikahanIkut berbahagia atas pernikahanIkut berbahagia atas pernikahan

Kurniawan EkoYulianto SEdengan

Suharningtyaswati SE3 Oktober 2004

Yang Nofiar Desmayani SEdengan

Prasetyo Adi SE10 Oktober 2004

Page 22: advokasi no 17

22

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

ResepResepResepResepResep

Orang hidup membutuhkan

kesehatan, maka segala

sesuatu yang masuk diri

manusia atau yang mengenai/

mempengaruhi manusia harus sehat.

Saya Mujiyono, seorang petani di

Desa Jimus, Polanharjo, Klaten

(anggota KPPK) ingin memberikan

sumbangan pemikiran berupa

rumusan hidup sehat dan resep-resep

TOGA (tanaman obat keluarga) yang

ada di sekeliling kita. Mungkin

berguna bagi para pembaca.

Rumusan hidup sehat menurut saya

ada macam-macam yang dapat kita

singkat menjadi 9, yaitu :

A (air), L (lingkungan), T (tertawa),

T (tidur), O (olahraga), N (n u t r i s i

atau makanan), H (hidup sehat tanpa

ketergantungan obat), S (spirit/

semangat) dan S (sholat, termasuk

dzikir dan doa).

Sembilan macam tesebut dapat kita

jabarkan, sebagai berikut :

A : air

70% tubuh manusia terdiri dari air. Air

berguna untuk minum, mandi,

menurunkan suhu panas badan,

menyegarkan pikiran (badan), dsb,

maka bila minum air yang sehat :

mineral cukup, steril maka tubuh kita

juga sehat.

L : lingkungan hidup bersih (sehat)

Yaitu rumah, desa, tempat kerja,

seluruh kota juga bersih, pohon

rindang, tidak polusi maka

penghuninya juga sehat

T : tertawa

Manusia diberikan 2 yang saling

berlawanan :

a) tangis, mengekspresikan

sedih, sulit, kekurangan, dll

yang sifatnya negatif.

b) tertawa, mengekspresikan

senang, puas, dll yang

sifatnya positip.

Maka bila kita hidup tertawa (bukan

buatan seperti dagelan) yang sifatnya

senang akan sehat.

T : tidur

Tidur adalah untuk mengembalikan

tenaga dan menyegarkan badan dan

pikiran. Mengembalikan energi

dibutuhkan tidur dalam sehari adalah

5-8 jam untuk hidup sehat. Jadi,

kurang tidur tidak sehat, kelebihan

tidur juga tidak sehat (harus pas/

cukup kebutuhan manusia).

O : olahraga

Hidup sekarang serba instan

sehingga memanjakan tubuh sampai

gemuk sehingga mendatangkan

berbagai penyakit. Maka saya

memberi rumusan olahraga sebagai

berikut: 3, 5, 7/5 artinya berolahraga

30 menit setiap hari, 5X setiap minggu

yang dilaksanakan jam 7 pagi atau

jam 5 sore secara teratur dan

olahraga disesuaikan dengan umur

masing-masing.

N : nutrisi (makanan)

Makan, kebutuhan dasar hidup

manusia yang lengkap : yaitu

karbohidrat, protein, lemak, vitamin

dan mineral ini juga harus sehat. Ada

pepatah penyakit masuknya dari

mulut, juga malapetaka keluarnya

dari mulut. Artinya makan harus

selektif, jangan asal masuk (kalau

Islam makanan halal) dan bicaralah

dengan kata-kata baik dan sopan

agar tidak punya musuh.

H : hidup sehat tanpa ketergan-

tungan obat

Bila orang sudah tergantung obat

mahal harganya (sampai jut, jut). Ini

belum tentu sembuh. Maka hindari

narkoba (narkotika dan obat

terlarang) termasuk nikotin

(merokok), alkohol, dsb. Kembalilah

ke alami (organik) – bebas obat.

S : spirit (semangat)

Kita sejak lahir dibekali spirit/

semangat untuk mengatasi tantangan

hidup setiap hari. Terutama

kesehatan kita masing-masing. Ini

suatu kemenangan bagi manusia,

jangan sekali-kali putus asa

merupakan kekalahan manusia

sehingga menjadi sakit.

S : Sholat (termasuk dzikir & doa)

Kita beribadah untuk mengabdi

kepada Allah Swt dan mengagungkan

Allah Swt dan menolong, apa yang

diminta dikabulkan entah kapan.

Sehingga kita hidup sehat dan

sejahtera sampai tua. Amien.

(Mujiyono-KPPK Klaten)

Hidup Sehat Sampai Tua

Sehat, aktif dan bahagia sampai tua

Page 23: advokasi no 17

23

Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004

ResepResepResepResepResep

Sakit maag ada 2 macam yaitu

ada luka dalam lambung

(mulut lambung) dan fungsi

lambung memang tak baik (tak

normal). Penyebab sakit maag yaitu

faktor dari dalam (psikis). Contoh :

rasa takut, stress, minder, dsb.

Ciri-ciri sakit maag:

a). rasa nyeri

b). perut berasa kembung

c). mual-mual

d). perut seperti penuh (mudah

kenyang)

Cara mengatasi:

a.dengan obat-obatan (dari dokter)

atau obat alternatif

b.dengan pengaturan makanan

(sesuai standar gizi) makan

porsi kecil tapi sering

Larangan:

Sakit maag jangan makan yang

mengandung pedas-pedasan, asam

(kecut), soda, bahkan pengawet, dsb.

Mengatasi Sakit Maag(Perut kembung terus, perih, mual, rasa asam)

Anjuran:

Banyak makan sayur dan buah-

buahan seperti buncis, kol, sawi,

wortel, dsb dan buah apa saja boleh

tetapi jangan asam (kecut). Dan

makan menurut takaran (ukuran)

jangan berlebihan.

Resep obat alternatif untuk

sakit maag:

Bahan :

1. kencur 30gr

2. temu lawak 30gr

3. kunyit/kunir 15gr

4. jahe 10gr

5. lidah buaya (dicuci terus dikupas

kulitnya) 90gr

6. cengkeh 5 butir

7. kapulaga 5 butir

8. air (berkualitas) 4 gelas

Cara membuat :

Kencur, temu lawak, kunyit, dan jahe

dikeprek biar gepeng terus bersama

bahan yang lain masukkan dalam

periuk/kendil dari tanah. Lalu rebus

sampai mendidih hingga tinggal 3

gelas. Diamkan.

Cara pemakaian:

Setelah hangat-hangat kuku diminum

1 hari 2 kali (pagi dan sore). Setengah

jam sebelum makan pagi dan

setengah jam setelah makan sore.

Insya Allah cepat sembuh.

Mujiyono

Dusun Lembu, Jimus, Polanharjo,

Klaten (anggota KPPK)

Makanan Berkhasiat Obat

Pepes Daun Pepaya

Bahan

1 ikat daun pepaya direbus 1/2

matang

1 butir kelapa muda diparut

1/2 butir kelapa tua diambil

santannya 2 gelas

Bumbu

2 siung bawang putih

4 siung bawang merah

1/2 sendok ketumbar

Kuah

4 lembar daun salam

1 ibu jari serai

2 lembar daun jeruk purut

5 siung bawang merah

3 siung bawang putih

2 sendok bawang merah goreng

1 sendok ketumbar

3 butir kemiri

gula secukupnya

laos secukupnya

garam secukupnya

merica secukupnya

Cara membuat

Daun pepaya diremas dengan garam

kemudian cuci bersih. Rebus sampai

lunak dan tiriskan. Setelah itu, potong

kecil-kecil campur dengan bumbu

yang sudah dihaluskan juga parutan

kelapa muda. Kemudian beri santan

kental yang telah diberi bumbu kuah

dan bungkus dengan daun pisang.

Kukus sampai matang.

KirimanSuradi

Mulworejo Rt.03/06 Kamal Bulu

Sukoharjo - Jateng

Empon-empon

Page 24: advokasi no 17