adsorpsi emisi gas co, no dan nox menggunakan arang aktif ... · knalpot, dan instalasi gas-gas...
TRANSCRIPT
1
Adsorpsi Emisi Gas CO, NO dan NOX Menggunakan Arang Aktif dari Limbah
Ampas Tebu (Saccharum officinarum) pada Kendaraan Bermotor Roda Empat
Ismiyati H Yusuf, Abd. Wahid Wahab, dan Maming Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanudiin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245 email: [email protected]
Adsorption of Gases CO, NO and NOx Using Activated Carbon From Waste Dregs of
Sugarcane (Saccharum Officianarum) At Four Wheel Motor Vehicles.
Ismiyati H Yusuf, Abd. Wahid Wahab, dan Maming Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Science, Hasanuddin University, Perintis
Kemerdekaan Street Km. 10 Makassar 90245 email: [email protected]
Abstrak. Adsorpsi Emisi Gas CO, NO Dan NOx Menggunakan Karbon Aktif Dari Limbah
Ampas Tebu (Saccharum Officianarum) Pada Kendaraan Bermotor Roda Empat. Penelitian
ini bertujuan untuk menadsorpsi emisi gas CO, NO dan NOx pada kendaraan bermotor roda empat.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif dari ampas tebu dengan luas
permukaan yang besar dengan aktivasi KOH 5 M dengan variasi suhu. Penggunaan Arang Ampas
Tebu sebagai media adsorpsi gas CO, NO dan NOx pada emisi gas buang kendaraan bermotor roda
empat. Limbah biomassa dari ampas tebu merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa media karbon aktif yang dimasukkan pada tabung adsorpsi
memberikan hasil penurunan konsentrasi gas CO sebesar 33,3 % pada suhu 350 oC, 33,3% pada
suhu 400 oC dan 47,6% pada suhu 500
oC, sedangkan gas NO terjadi penurunan sebesar 25,69%
pada suhu 350 oC, 29,77% pada suhu 400 oC dan 33,58% pada suhu 500
oC, dan pada gas NOx
terjadi penurunan sebesar 25,65% pada suhu 350 oC, 29,47% pada suhu 400
oC dan 33,15% pada
suhu 500 oC.
Kata Kunci: kendaraan, emisi gas, ampas tebu, karbon aktif, PEM-9004.
Abstract. Adsorption of Gases CO, NO and NOx Using Activated Carbon From Waste Dregs
of Sugarcane (Saccharum Officianarum) At Four Wheel Motor Vehicles. This study aims to
menadsorpsi gas emissions CO, NO and NOx in automobiles. This study also aims to produce
activated carbon from bagasse with a large surface area with 5 M KOH activation with temperature
variations. The use of bagasse as a medium charcoal adsorption of CO, NO and NOx in exhaust
emissions automobiles. Waste biomass from bagasse is one alternative that can be used. The results
showed that activated carbon media is loaded in the adsorption tube results in decreased
concentrations of CO gas by 33.3% at a temperature of 350 ° C, 33.3% at a temperature of 400 ° C
and 47.6% at a temperature of 500 ° C, while the NO gas a decline of 25.69% at a temperature of
350 ° C, 29.77% at a temperature of 400 ° C and 33.58% at a temperature of 500 ° C, and the NOx
gases decline of 25.65% at a temperature of 350 ° C, 29.47% at a temperature of 400 ° C and
33.15% at a temperature of 500 ° C.
Keywords: vehicle, emissions, bagasse, activated carbon, PEM-9004.
2
PENDAHULUAN
Penggunaan motor Diesel di kota
besar menjadi sangat penting, hal ini bisa
dilihat dari banyaknya jumlah bus-bus
penumpang dan mesin-mesin industri.
Kelebihannya adalah tenaga yang besar
dan konsumsi bahan bakar yang rendah,
sedangkan kekurangannya adalah emisi
gas buang yang dihasilkan sangat
berbahaya. (Tobing, 2010).
Gas buang yang dihasilkan dari
sisa pembakaran pada sepeda motor
terdiri dari berbagai macam gas seperti
CO, HC (hidrokarbon) dan NOx (Arisma,
2010). Gas NOx dapat menyebabkan
sesak napas pada penderita asma, sering
menimbulkan sukar tidur, batuk-batuk
dan dapat juga mengakibatkan kabut atau
asap (Kusuma, 2003). Sedangkan gas CO
ini merupakan salah satu sebab utama
keracunan gas yang paling umum bagi
kesehatan manusia (Arisma, 2010).
Karbon aktif merupakan bahan
kimia yang saat ini banyak digunakan
dalam industri yang menggunakan proses
absorpsi dan purifikasi (Soetomo, 2012).
Ampas tebu dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan karbon aktif
karena merupakan material yang
mengandung lignoselulosa. Lignoselulosa
merupakan unsure yang banyak
mengandung karbon (Kalderis dkk,
2008).
Secara umum dengan merujuk
pada program EST (Environment
Sustainable Transportation), untuk
mengontrol atau mengurangi polutan
udara dari kendaraan bermotor dapat
dilakukan dengan cara modifikasi pada
mesin, modifikasi penggunaan bahan
bakar atau sistem bahan bakarnya dan
modifikasi pada saluran gas buang.
Sedangkan hal yang dapat dilakukan
sebagai wujud dari Vehicle Emission
Control adalah cara ke tiga yaitu
modifikasi saluran gas buang yaitu
dengan melakukan rancang bangun dan
pemasangan alat PEM-9004 (Portable
Emissions Analyzer) pada sistem saluran
pembuangan gas kendaraan bermotor
untuk mengukur kadar emisi gas pada
kendaraan tersebut (PEM-9004, 2008).
.Instrumen analitik Teledyne
(TAI) model PEM 9004 merupakan suatu
penganalisa komputer multifungsi untuk
menganalisis gas dengan integrasi
perhitungan fungsi. Sistem ini cocok
untuk pemantauan pemanasan, baris
knalpot, dan instalasi gas-gas buang.
PEM 9004 menganalisis hasil proses
pembakaran gas. Informasi yang tersedia
dilayar dapat dicetak dalam bentuk
3
laporan. PEM-9004 dapat mengukur gas
O2, CO, SO2, dan NO serta beberapa gas
lainnya (PEM-9004, 2008).
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah limbah ampas
tebu sebagai sumber arang, KOH 5 M,
akuades, tissue roll, HCl 5 M, kertas
saring Whatmann No. 42, Mobil dan
kertas lakmus.
Alat
Tanur, Portable Emission
Measurment (PEM) 9004, neraca analitik,
penyaring ukuran 125 mesh, timbangan,
cawan petri, corong Buchner, tabung
adsorpsi, batang pengaduk, neraca
analitik, corong kaca, lumpang porselin,
grinder, burner, desikator, gelas kimia
100 mL, 250 mL, 600 mL, oven, Gelas
Ukur 10 mL, 25 mL.
Prosedur
Karbonisasi
Ampas tebu diproses menjadi karbon
melalui proses karbonisasi. Ampas tebu
yang digunakan terlebih dahulu dicuci,
dikeringkan dan dipotong kecil-kecil dan
dihaluskan menggunakan grinder.
Kemudian ampas tebu dimasukkan ke
dalam kaleng dan dibakar sampai asap
keluar dari kaleng. Setelah semua
menjadi arang, lubang pada kaleng
ditutup agar tidak ada udara yang masuk..
Proses karbonisasi selesai ketika ampas
tebu sudah sepenuhnya berubah menjadi
warna hitam. Kemudian arang dari ampas
tebu yang dihasilkan dihaluskan dengan
menggunakan penyaring berukuran 50
mesh
Aktivasi
Hasil karbon yang telah
dikarbonisasi kemudian dicampur dengan
larutan activating agent KOH dengan
rasio massa KOH/massa karbon adalah
3/1. Setelah pencampuran, dilakukan
pengaduk serbuk karbon dan KOH dan
diamkan hingga 1 hari pada suhu kamar.
Setelah didiamkan didapatkan
karbon hasil impregnasi dengan KOH
berbentuk slurry. Kemudian disaring
dengan menggunakan corong Buchner.
Pencucian, Pengeringan, dan
Pendinginan
Selanjutnya dicuci dengan HCl 5
N dan akuades secara berulang-ulang
untuk menghilangkan sisa kotoran dan
menetralkan karbon aktif. Setelah dicuci,
sampel dikeringkan didalam oven dengan
temperatur 110 oC. Selanjutnya, sampel
karbon aktif yang diperoleh disimpan
dalam desikator agar karbon tetap kering.
Dan diaktivasi dengan dimasukkan
4
kedalam tanur dengan variasi suhu 350
oC, 400
oC dan 500
oC.
Penentuan Kadar Air
Karbon aktif (350 oC, 400
oC, 500
oC) ditimbang 1-2 g dalam cawan
petridish kemudian dikeringkan pada
oven 105 oC selama 4 jam. Karbon aktif
didinginkan dalam destikator dan
ditimbang. Menurut Sudarmadji (1984),
kadar air dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
Kadar air (%) =
dengan:
W awal = berat karbon aktif mula-mula
(gram)
W akhir = berat karbon aktif setelah
dikeringkan (gram)
Penentuan Kadar Abu
Satu gram karbon aktif (350 oC,
450 oC, 500
oC) dimasukkan ke dalam
cawan porselen. Selanjutnya contoh
dipanaskan di dalam tanur pada suhu 750
°C selama 6 jam. Setelah itu didinginkan
di dalam desikator selama 1 jam dan
ditimbang. Pemanasan dan penimbangan
diulang hingga diperoleh bobot yang
konstan.Waktu pemanasan cukup 1 jam
selama pengulangan. Kadar abu dihitung
dengan rumus (AOAC, 1990) :
Kadar Abu =
Analisis Kadar Mudah Menguap
Sebanyak 1 g sampel arang aktif
(350, 400, dan 500 oC) dimasukkan ke
dalam cawan porselen yang telah
diketahui bobot keringnya. Selanjutnya
sampel dipanaskan dalam furnice 600 °C
selama 10 menit, kemudian didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang. Cawan
ditutup serapat mungkin. Perhitungan
kadar zat volatil menggunakan persamaan
berikut ini:
Kadar zat menguap (%) =
dengan
a = bobot sampel sebelum pemanasan (g)
b = bobot sampel sesudah pemanasan (g)
Analisis Kadar Karbon Terikat
Karbon dalam arang adalah zat
yang terdapat pada fraksi padat hasil
pirolisis, selain abu (zat anorganik) dan
zat volatil yang masih terdapat pada pori-
pori arang.
Perhitungan kadar karbon terikat
menggunakan persamaan berikut ini:
Kadar karbon terikat (%) = 100% - (b +
c)
Dengan :
b = kadar zat mudah menguap (%)
c = kadar abu (%)
5
Pembuatan Tabung Adsorpsi
Tabung adsorpsi ini bertujuan untuk
menyimpan arang aktif sebagai media
penyerap emisi gas CO, NO dan NOx.
Rincian spesifikasi tabung adsorpsi
adalah sebagai berikut :
1.Panjang tabung : 20 cm
2.Diameter tabung luar : 3 cm
3. Diameter tabung dalam : 2,5 cm
Tabung adsorpsi pada (Gambar 1) terbuat
dari besi dn aluminium. Tabung bagian
luar terbuat dari besi, tabung bagian
dalam terbuat dari aluminium.
Gambar 1 Rancangan Tabung Adsorpsi
(Basuki, dkk, 2008).
Pengukuran Emisi Gas CO, NO dan
NOx tanpa Katalitik Konverter
Kendaraan yang akan diukur ditempatkan
pada posisi datar. Kemudian dinyalakan
dengan variasi waktu selama 0 menit, 1
menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit dan 5
menit. Setelah itu, dilakukan pengukuran
emisi gas menggunakan PEM-9004.
Pengukuran Emisi Gas CO, NO dan
NOx Arang Aktif dari ampas tebu
Kendaraan yang akan diukur
ditempatkan pada posisi datar. Kemudian
tabung adsorpsi yang berisi arang aktif
dari limbah ampas tebu dengan suhu 350
oC, 400
oC, dan 500
oC dipasang di
knalpot mobil, Dinyalakan mobil dan
kemudian, dilakukan pengukuran emisi
gas terhadap asap kendaraan bermotor
roda empat dengan variasi waktu sama
yaitu 0 menit 1 menit, 2 menit, 3 menit, 4
menit dan 5 menit . Kemudian, probe alat
uji PEM 9004 diletakkan tepat di dalam
tabung adsorpsi selama 20 detik untuk
masing-masing pengukuran sebelum
menggunakan tabung adsorpsi berisi
arang aktif dan setelah menggunakan
tabung adsorpsi berisi arang aktif.
Selanjutnya, hasil pengukuran emisi gas
akan ditampilkan pada layar PEM-9004.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Preparasi Bahan Ampas Tebu
Ampas tebu diproses menjadi
karbon melalui proses karbonisasi.
Ampas tebu yang digunakan terlebih
dahulu dikeringkan dan dipotong kecil-
kecil dan dihaluskan menggunakan
grinder agar ukuran tereduksi. Dengan
adanya penghalusan ini, proses ampas
tebu akan lebih merata karena semakin
kecil (halus) ukuran ampas tebu, maka
semakin besar luar permukaan ampas
6
tebu yang terkena kontak dengan panas
pada proses karbonisasi.
Gambar 2. Ampas tebu sebelum
dihaluskan
Karbonisasi
Proses karbonisasi ampas tebu
dilakukan di dalam kaleng bekas yang
telah diberi lubang sebagai jalan
masuknya udara. Ampas tebu yang telah
kering dimasukkan ke dalam kaleng dan
dibakar sampai asap keluar dari kaleng.
Setelah semua menjadi arang, lubang
pada kaleng ditutup agar tidak ada udara
yang masuk karena akan membuat
sebagian arang menjadi abu. Proses
karbonisasi selesai ketika ampas tebu
sudah sepenuhnya berubah menjadi
warna hitam. Arang hasil proses
karbonisasi ampas tebu ini dapat dilihat
pada gambar 4.
Gambar 3. Ampas tebu sesudah
dihaluskan
Gambar 4.Arang hasil proses karbonisasi
Setelah Setelah proses karbonisasi
selesai, arang dari ampas tebu yang
dihasilkan dihaluskan dengan
menggunakan penyaring berukuran 50
mesh. Penghalusan ini bertujuan agar
arang lebih berukuran homogen dan
lebih kecil ukuran partikelnya. Ukuran
partikel ini akan mempengaruhi luas
permukaan karbon aktif yang dihasilkan.
Menurut Shofa 2009, Semakin kecil
7
ukuran partikel arang/karbon akan
memperbesar luas permukaan karbon
yang melakukan kontak dengan
activating agent sewaktu proses aktivasi
sehingga lebih banyak karbon yang
teraktivasi dan semakin banyak pori-pori
yang terbentuk pada setiap partikel
karbon.
Gambar 5 Arang aktif yang telah
dihaluskan
Hasil Pencampuran Activating Agent
dengan Karbon
Avtivating agent yang digunakan
pada penelitian ini ialah KOH. KOH yang
digunakan berupa padatan sehingga
sebelum dilakukan pencampuran dengan
karbon ampas tebu, KOH tersebut dibuat
menjadi larutan. Padatan KOH ditimbang
14 gram, dan perbandingan massa
activating agent dengan massa karbon
yang digunakan, yaitu sebesar 3:1.
Pemilihan rasio massa activating agent
dengan massa karbon yang digunakan ini
berdasarkan penelitian sebelumnya
bahwa pada rasio tersebut karbon yang
berasal dari ampas tebu bereaksi dengan
KOH saat aktivasi mengahsilkan luas
permukaan yang tinggi yaitu diatas 900
m2/gram (Lydia, 2012). . Campuran
diaduk dan dibiarkan hingga 1 hari atau
24 jam untuk memperluas pori-pori
permukaan arang aktif. Selain itu,
perlakuan tersebut bertujuan agar karbon
terimpregnasi oleh activating agent KOH
dan kandungan air pada larutan KOH
dapat menguap sehingga KOH dapat
bereaksi dengan karbon dan pori-pori
dapat terbentuk. Setelah proses
perendaman, didapatkan campuran
karbon aktif dengan Activating agent
berwarna hitam.
Proses Pencucian dan Hasil
Pengeringan Karbon Aktif
Setelah proses aktivasi, karbon
aktif hasil aktivasi dengan KOH yang
didapat masuk dalam tahap pencucian.
Pencucian ini dilakukan untuk
menghilangkan sisa activating agent
KOH dan zat-zat hasil reaksi sewaktu
aktivasi yang mungkin menutupi
permukaan pori-pori karbon aktif. Bila
tidak dilakukan pencucian maka dapat
menyebabkan tertutupnya karbon aktif
8
oleh zat-zat hasil reaksi yang akan
membuat luas permukaan menjadi rendah
atau data luas permukaan menjadi tidak
tepat.
Tahap pencucian diawali dengan
mencuci karbon aktif yang telah disaring
dengan larutan HCl 5 M. larutan ini
berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa
–OH dari activating agent pada karbon
aktif dan menghasilkan zat-zat hasil
reaksi sewaktu aktivasi. Sewaktu
penambahan larutan HCl 5 M ke karbon
aktif, timbul gelembung-gelembung gas.
Hal ini menandakan bahwa pada karbon
aktif terdapat gas-gas hasil reaksi sewaktu
aktivasi, yaitu gas H2 dan CO2, yang
menutupi pori-pori karbon aktif sehingga
sewaktu dilakukan pencucian, gas-gas ini
keluar dari pori-pori karbon aktif tersebut.
Pencucian karbon aktif dengan HCl ini
dilakukan 2-3 kali. Pencucian diulakukan
dengan merendam karbon dengan HCl
kemudian disaring menggunakan corong
Buchner.
Setelah pencucian dengan HCl,
karbon aktif dicuci dengan menggunakan
akuadest. Pencucian dengan akuades ini
bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa
ion –Cl yang masih terdapat pada karbon
aktif. Pencucian dengan akuades ini
dilakukan berkali-kali sampai akuades
mencapai pH netral
Hasil Proses Aktivasi Karbon
Proses aktivasi ini dilakukan
dengan cara pemanasan suhu. Proses
aktivasi ini dilakukan pada suhu 350,
400, dan 500 oC selama ½ jam.
Pemilihan suhu dan waktu merupakan
parameter penting sewaktu proses
aktivasi terkait bahan baku yang
digunakan dan pembentukan pori-pori.
Ampas tebu merupakan salah satu
material yang mengandung karbon
dalam jumlah yang cukup/sedang. Pada
suhu dan waktu tertentu, activating
agent akan bereaksi dengan karbon
sehingga membentuk pori-pori. Jika
suhu yang digunakan terlalu rendah,
dikhawatirkan karbon dengan activating
agent tidak bereaksi optimal bahkan
belum bereaksi sehingga pori-pori yang
dihasilkan hanya sedikit. Namun bila
suhu yang digunakan terlalu tinggi pula
akan merusak struktur pori-pori karbon
sewaktu aktivasi. Selain itu, waktu juga
mempengaruhi pembentukan pori-pori
pada karbon. Lama waktu yang terlalu
rendah akan menyebabkan activating
agent dengan karbon tidak bereaksi
secara optimal. Sedangkan waktu yang
9
terlalu panjang juga akan menyebabkan
karbon hilang atau habis bereaksi
sewaktu aktivasi. kondisi optimum untuk
menghasilkan luas permukaan yang
tinggi.
Pengujian Kualitas Karbon Aktif
Pengujian kualitas dari sifat
karbon aktif dihasilkan dalam penelitian
ini. Perbedaan suhu aktivasi memberikan
sifat karakteristik yang berbeda pada
masing-masing karbon aktif. Sifat
karakterisasi yang diamati pada penelitian
ini yaitu sifat fisiokimia karbon aktif
meliputi kadar air, kadar abu, kadar zat
mudah menguap, kadar karbon terikat dan
unsur penyusunnya dengan mikgrograf
Scanning Electron Microscopy- Electron
Dispertive Analysis X-Ray (SEM-EDAX).
Variasi suhu (oC) % Kadar air % Kadar abu % Kadar zat mudah
menguap
% Kadar
Karbon Terikat
350
400
500
15,13
11,45
10,47
8,02
8,66
9,81
19,51
16,61
14,68
72,40
74,70
77.51
Tabel 1 Hasil Analisa Karbonisasi pada Ampas Tebu
Pengujian Kadar Air
Metode yang digunakan dalam
penentuan kadar air dari karbon adalah
metode gravimetric yang merupakan
analisis kimia berdasarkan penimbangan.
Dalam penentuan kadar air pada karbon
aktif ini dianalisis berdasarkan
penimbangan berat karbon aktif sebelum
diuapkan kandungan airnya dan ketika
sudah diuapkan kandungan airnya.
Penguapan kandungan air dalam karbon
aktif dilakukan dalam oven dengan suhu
105 oC selama 3 jam agar kandungan air
dalam karbon teruapkan secara maksimal.
Karbon aktif yang telah diuapkan
kandungan airnya selanjutnya
dimasukkan dalam desikator agar sampel
berupa karbon aktif tetap dalam kondisi
kering tidak menyerap air disekitar
ruangan sebelum ditimbang.
telah memenuhi syarat mutu karbon aktif
dengan nilai kadar yang telah ditentukan.
10
Pengujuian Kadar Abu
Semakin besar ukuran karbon
aktif maka kadar abu yang terkandung di
dalamnya semakin besar. Karbon aktif
yang terbuat dari ampas tebu tergolong
karbon aktif fasa cair yang terbuat dari
bahan baku yang mempunyai densitas
kecil dan mempunyai struktur kadar abu
yang tinggi berupa silica.
Kadar abu (Tabel 1) yang
dihasilkan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa untuk arang aktif
ampas tebu, kadar abu tertinggi (9,8`%)
terdapat pada arang aktif yang diaktivasi
dengan KOH pada suhu 350 oC,
sedangkan kadar abu terendah (8,02%)
terdapat pada arang aktif yang diaktivasi
dengan KOH pada suhu 500 °C.
Pengujian Kadar Zat Mudah Menguap
Zat mudah menguap bertujuan
untuk mengetahui kandungan senyawa
yang belum menguap pada proses
karbonisasi tetapi menguap pada suhu
600 °C . Pada suhu 350 oC kadar zat
mudah menguap yang didapat adalah
19,51% sedangkan pada suhu 400 oC
kadar zat mudah menguap menurun
menjadi 16,61% dan pada suhu 500 oC
kadar zat mudah menguap yang didapat
semakin menurun yaitu 14,68%. Hasil
penelitian ini juga pernah diperoleh
Wibowo, dkk (2004) yang dilakukan pada
tempurung biji nyamplung. Hal ini
disebabkan karena adanya interaksi antara
karbon dengan udara sehingga kadar zat
mudah menguap yang diperoleh semakin
meningkat.
Pengujian Kadar Karbon Terikat
Penentuan kadar karbon terikat
ampas tebu bertujuan untuk mengetahui
kandungan karbon setelah proses
karbonisasi. Kadar karbon terikat yang
dihasilkan pada penelitian ini berkisar
antara 70,68 ~ 77,3%. Kadar karbon
terikat terendah dihasilkan dari perlaku
aktivasi 300 oC tertinggi pada perlakuan
aktivasi 500 oC
Berdasarkan SNI 06-3730-95,
kadar karbon terikat pada penelitian ini
semuanya memenuhi syarat karena
memiliki karbon terikat lebih besar dari
65%. Menurut Perrich (1981), besar
kecilnya kadar karbon terikat arang aktif
yang dihasilkan dipengaruhi oleh
bervariasinya kadar abu dan kadar zat
mudah menguap.
Pengujian Permukaan Adsorben
Melalui Analisin Scanning Electron
Microscope (SEM)
Morfologi permukaan adsorben
karbon aktif aktivasi KOH pada suhu 500
oC dan tanpa aktivasi KOH diidentifikasi
11
menggunakan SEM dengan perbesaran
objek 20 µm yang hasilnya dapat dilihat
pada Gambar berikut :
Gambar 6. Mikrograf SEM permukaan
adsorben tanpa aktivasi
Gambar 7. Mikrograf SEM permukaan
adsorben aktivasi KOH suhu 500 oC
Berdasarkan Gambar tersebut,
terlihat perbedaan morfologi permukaan
dari karbon aktif teraktivasi KOH dengan
suhu 500 oC dan karbon aktif tanpa
aktivasi. Pada karbon aktif teraktivasi
KOH dengan suhu 500 oC terlihat
distribusi pori-pori yang lebih beraturan
dengan jumlah pori yang lebih banyak
disbanding dengan karbon aktif tanpa
aktivasi. Selain itu, pada karbon aktif
aktivasi KOH jumlah pori-pori
permukaan terlihat lebih banyak
dibandingkan dengan pori-pori karbon
aktif tanpa aktivasi yang lebih sedikit.
Hal ini dikarenakan aktivasi dengan KOH
lebih dapat melarutkan pengotor sehingga
pori-pori lebih banyak terbentuk dan
proses penjerapan adsorbat menjadi lebih
maksimal, dibandingkan dengan tanpa
aktivasi yang lebih sedikit jumlah pori-
porinya.
Pengolahan Data
Kendaraan yang akan diukur ditempatkan
pada posisi datar. Kemudian dilakukan
pengulangan selama 5 kali dan diukur
emisi gas CO, NO, dan NOx
menggunakan PEM-9004. Selanjutnya
sampel dimasukkan pada tabung katalitik
11uchner11r yang telah berisi arang aktif
kemudian dimasukkan kedalam knalpot
mobil. Pada penelitian ini. Perlu diketahui
hubungan emisi yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar pada kendaran
bermotor roda empat.
Gambar 8 Tabung Katalitik Konverter
12
Adsorpsi gas CO, NO dan NOx
dengan adsorben karbon aktif yang
berasal dari limbah ampas tebu dapat
dilihat dengan pengukuran gas.
Pengukuran gas dilakukan dengan
melewatkan emisi gas kendaraan mobil
pada adsorben karbon aktif sebanyak 15
gram yang telah dimasukkan kedalam
tabung katalitik. Daya adsorpsi gas CO,
NO, dan NOx karbon aktif ampas tebu
dapat dilihat dengan membandingkan
hasil pengukuran emisi gas CO, NO, dan
NOx tanpa adsorben dan adsorben dengan
variasi suhu.
Perlakuan Gas yang diukur
CO
(ppm)
NO
(ppm)
NOx
(ppm)
(A1) 210 78,6 76
(A2) 190 69,6 67,6
(A3) 140 58,4 56,5
(A4) 140 55,2 53,6
(A5) 110 52,2 50,8
Tabel 2 Pengukuran Kadar Emisi Gas
CO, NO dan NOx dengan PEM-9009
Ket :
A1 = Kontrol
A2 = Arang aktif tanpa aktivasi
A3 = Arang aktif dengan suhu 350 oC
A4 = Arang aktif dengan suhu 400 oC
A5 = Arang aktif dengan suhu 500 oC
Gambar 9 Grafik Kadar Emisi Gas CO,
NO dan NOx
Berdasarkan data pada tabel dan
grafik tersebut, hasil pengukuran emisi
gas, konsentrasi kadar emisi gas CO
sebelum penambahan karbon aktif
sebesar 210 ppm, NOx 76 ppm dan NO
78,6 ppm, sedangkan setelah penambahan
dengan arang aktif tanpa aktivasi
diperoleh hasil dari CO sebesar 190 ppm,
NOx sebesar 67,7 ppm dan NO sebesar
69,6 ppm. Dengan demikian pemakaian
arang aktif tanpa aktivasi juga dapat
menyebabkan penurunan kadar emisi gas.
Selain itu, pada tabel tersebut terlihat
terjadi penurunan ketika arang aktif
ampas tebu dilakukan perlakuan dengan
mengaktivasi pada suhu 350, 400 dan 500
oC. Pada variasi suhu tersebut terjadi
penurunan konsentrasi emisi gas. Pada
suhu 350 oC terjadi penurunan yaitu pada
gas CO penurunan sebesar 70 ppm, pada
NOx sebesar 19,5 ppm dan pada gas NO
sebesar 20,2 ppm. Pada suhu 400 oC
0
50
100
150
200
250
A1 A2 A3 A4 A5
Ko
nse
ntr
asi
CO
NOx
NO
suhu
13
terjadi penurunan gas CO sebesar 70
ppm, gas NOx sebesar 22,4 ppm dan NO
turun sebesar 23,4. Sedangkan pada suhu
500 oC terjadi penurunan CO sebesar 100
ppm, NOx sebesar 25,2 ppm dan NO
sebesar 26,1. Dengan demikian
pemakaian arang aktif dengan aktivasi
suhu 500 oC dapat menyebakan
penurunan yang sangat besar atau daya
penyerapan pada suhu 500 oC adalah
lebih besar dibandingkan suhu 350 oC dan
400 oC.
Perlakuan Gas yang diukur
CO
(%)
NO
(%)
NOx
(%)
Arang Aktif 9,5 11,45 11,05
A1- 350 oC 33,3 25,69 25,65
A2- 400 oC 33,3 29,77 29,47
A3- 500 oC 47,6 33,58 33,15
Tabel 2 Persentase Daya Serap Karbon
Aktif dengan Variasi Suhu Terhadap Gas
CO, NOx dan NO
Gambar 10. Grafik Persentase Daya
Serap Karbon Aktif Terhadap Gas CO,
NO dan NOx
Persentase adsorpsi gas CO, NO
dan NOx dalam variasi suhu karbon aktif
dapat dihitung dengan rumus :
% Adsorpsi =
x
100 %
Pada tabel dan grafik diatas
terlihat terjadi penurunan ketika arang
aktif ampas tebu dilakukan perlakuan
dengan mengaktivasi pada suhu 350, 400
dan 500 oC. Dimana persentase
penurunan yang paling tinggi terjadi pada
karbon aktif yang diaktivasi pada suhu
500 oC. Hal ini menandakan bahwa
semakin besar suhu uang diaktivasi maka
semakin besar tingkat penyerapannya.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan terhadap kendaraan bermotor
roda empat, dapat disimpulkan bahwa
kendaraan roda empat merupakan salah
satu penyumbang emisi gas buang dengan
konsentrasi yang tinggi dan karbon aktif
dari ampas tebu yang telah diaktivasi
memiliki potensi untuk menyerap emisi
gas yang dihasilkan oleh kendaraan roda
empat yaitu CO, NO dan NOx. Karbon
aktif dari ampas tebu yang memiliki
0
10
20
30
40
50
Arang Aktif A1 A2 A3
CO
NO
NOx
14
tingkat adsorpsi yang tinggi yatiu karbon
aktif yang diaktivasi pada suhu 500 oC
dengan penyerapan gas CO sebesar
47,7%, NOx sebesar 33,15% dan NO
sebesar 33,58%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2012, Pencemaran
Udara,
www.artikelbagus.com/2012/01/pe
ncemaran-udara.html, diakses 12
Januari 2014 (Online).
2. Azhary S. H., Permana I., Wibisino
G. W., 2012, Pembuatan Karbon
Aktif dari Cangkang Biji
Ketapang, 8 (10), Diakses 12
Februari 2014.
3. Bapedalda Kota Makassar, 2006,
Neraca Kualitas Lingkungan
Daerah Kota Makassar Tahun
2005, Buku II Rangkuman
Deskriptif, Pemerintah Daerah
Kota Makassar.
4. Bapedalda Kota Makassar, 2008,
Laporan Hasil Pemantauan
Kualitas Udara Kota Makassar,
Tanggal 18– 23 Agustus 2008,
Pemerintah Daerah Kota Makassar.
5. Basri, S., 2010, Pencemaran Udara
dalam Antisipasi Teknis
Pengelolaan Sumberdaya
Lingkungan: Smartek, (online), 8,
(2), (http://jurnal.untad.ac.
Id/jurnal/index.php/SMARTEK/art
icle/download/ 446/383, diakses 11
November 2013).
6. Basuki, K. T., 2007, Penurunan
Konsentrasi CO dan NO2 pada
Emisi Gas Buang menggunakan
Arang Tempurung Kelapa yang
Disisipi TiO2: Sekolah Tinggi
Teknologi Nuklir: Batan (Online),
1, (2) (http://jurnal.sttn-
batan.ac.id/wp-
content/uploads/2008/ 12/1-
KrisTri%20Basuki55-66.pdf,
diakses 3 Desember 2013).
7. Basuki, K. T., Setiawan, B., dan
Nurimaniwathy, 2008, Penurunan
Konsentrasi CO dan NO2 pada
Emisi Gas Buang menggunakan
Arang Tempurung Kelapa yang
Disisipi TiO2, (Online), 4, (1)
(Http://www.digilib. Batan.go.id.,
diakses 3 Desember 2013).
8. BPS, Produksi Perkebunan Besar
menurut Jenis Tanaman, Indonesia
, 1995-2009, Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia, (Online),
15
(http://www.bps.go.id/tab_sub/vie
w.php?tabel=1&daftar=1&id_suby
ek=54¬ab=, diakses 313
Januari 2014).
9. Cheremisinoft. 1998. Carbon
Adsorption Hand Book. Ann
Arboor. Science : New Jersey.
10. Darmawan S. 2006. Pembuatan
Minyak Kemiri dan Pemurniannya
dengan Arang Aktif dan Bentonit.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan
24:413-423.
11. Danarto Y.C., Samun T., 2008,
Pengaruh Aktivasi Karbon dari
Sekam Padi pada Proses Adsorpsi
Logam Cr(VI), Jurnal Teknik
Kimia ,(Online), 7, (1)
(http://eprints.uns.ac.id/690/1/Peng
aruh_Aktivasi_Karbon_dari_Seka
m_Padi_pada_Proses__Adsorpsi_
Logam_Cr(VI).pdf, diakses 22
Februari 2014).
12. Freedonia., World Activated
Carbon [Online].
http://www.marketresearch.com
/product/display.asp?produktid=27
17 702 (Akses Januari 2014).
13. Irawan RM. B., 2006, Pengaruh
Catalytic Converter Kuningan
Terhadap Keluaran Emisi Gas
Carbon Monoksida dan Hidro
Carbon Motor Bensin: Traksi,
(online), 4 (1)
(http://jurnal.unimus.ac.id/index.ph
p/jtm/article/view/610/ 662,
diakses 12 Januari 2014).
14. Irawan RM. B., 2012, Rancang
Bangun Catalytic Converter
Material Substrat Tembaga
Berlapis Mangan untuk Mereduksi
Emisi Gas Karbon Monoksida:
LPPM UNIMUS, (online), 6, (1)
(http://jurnal. Unimus.
Ac.id/index.php/jtm/
article/view/804/857, diakses 12
Januari 2014).
15. Kusuma W.G., 2003, Alat Penurun
Emisi Gas Buang pada Motor,
Mobil, Motor Tempel dan Mesin
Kendaraan Tak Bergerak , Jurnal
Teknologi, diakses 24 Agustus
2014.
16. Lidya, 2012, Skripsi : Pembuatan
Karbon Aktif dari Ampas Tebu
dengan Aktivasi Kimia
Menggunakan KOH dan ZnCl2.,
Depok : Universitas Indonesia.
17. Manik, 2007, Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Edisi Revisi,
Penerbit Djambatan.
18. Mangindaan, EE., M., 2013, Buku
Informasi Transportasi
16
Kementerian Perhubungan tahun
2012: Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat, (online),
(http://www.dephub.go.id/files/me
dia/statistik/bit2012.pdf, diakses 12
Desember 2013).
19. Manocha., S.M., 2003. Porous
Carbons. Sadhana 28 : 335-348.
20. Program Studi Teknik Lingkungan,
2009, Pengantar Pencemaran
Udara: Rekayasa Lingkungan
(Online),
(http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-
content/ uploads/2010/03/7-
pengantar-pencemaran –udara.pdf,
diakses 3 Desember 2013).
21. Portable Emission Measurement
(PEM) 9004, 2008, Operating
Instructions for PEM-9004
Portable Emissins Analyzer:
Teledyne Analytical Instruments,
(online) (http://www.teledyne-
ai.com, diakses 3 Desember 2013).
22. Pujiyanto, Pembuatan Karbon
Aktif Super dari Batu Bara dan
Tempurung Kelapa, Tesis,
Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, 2010.
23. Pujiarti, R.2007 Mutu Arang Aktif
dari Limbah Kayu Mahoni
(Swietenia macrophylla King)
sebagai Bahan Penjernih Air.
http://www.google.com. Jakarta.
24. Purwanto. 2005, Permodelan
Rekayasa Proses dan Lingkungan,
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
25. Schlesinger, William.
1990.Biogeochemistry An
Analysis Of Global Change, Duke
University, Durham, North
Carolina. Academic Press.
26. Soetomo, H. A., 2012, Pembuatan
Karbon Aktif dari Limbah Kulit
Singkong dengan Menggunakan
Furnance, Laporan Tugas Akhir,
Universitas Diponegoro,
Semarang.
27. Sudibandriyo M., dan Lidya, 2011,
Karakteristik Luas Permukaan
Karbon Aktif dari Ampas Tebu,
Jurnal Teknik Kimia Indonesia
(Online), 3, (10)
(http://jtki.aptekindo.org/index.php
/jtki/article/view/105/pdf_1.,
diakses 3 Januari 2014).
28. Sugiarti, 2009, Gas Pencemar
Udara dan Pengaruhnya Bagi
17
Kesehatan Manusia: Chemical
(Online), 10, (1),
(http://ojs.unm.ac.id/index.php/che
mica /article/download/399/pdf,
diakses 3 Desember 2013).
29. Susilawaty A., Ane L.R., 2009,
Analisis Udara Ambient Kota
Makassar, Jurnal Kesehatan
(Online), 2, (4), (http://www.uin-
alauddin.ac.id/download-
9.%20A.%20Susilawaty.pdf,
diakses 11 Januari 2014).
30. Tugaswati T, 2007, Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan,
Jurnal Kesehatan (Online), 6, (1)
(www.kpbb.org/makalah_ind/Emis
i_ Kesehatan.pdf, diakses 19 Juni
2014).
31. Warneck.P. 1988. Chemistry of the
natural 17uchner17re. Academic
Prees, London.