adsorpsi
TRANSCRIPT
MAKALAH
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN
ADSORPSI
OLEH
KELOMPOK IV
1. IRWAN MARYON (05174025)
2. FANNY NOVIA (07174001)
3. RESTI AYU LESTARI (07174002)
4. RINDA ANDHITA REGIA (07174004)
5. SHABEQ YOVINO HARZI (07174006)
6. DESNI MUTIA (07174030)
7. FEBRY YURSA PUTRA (07174035)
DOSEN
YOMMI DEWILDA, MT
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010
I. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik,rumah
tangga,perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang beripa
cair,padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi
kehidupan kita. Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil
dan sepele, karena apabila limbah tersebut dibiarkan ataupun dianggap
sepele penanganannya ,atau bahkan melakukan penanganan yang salah
dalam menanganani limbah tersebut,maka dampak yang luas dari Limbah
tersebut akan semakin meluas,bahkan dampaknyapun akan sangat dirasakan
bagi lingkungan sekitar kita,dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus
pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam
jangka pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang
dimasa yang akan datang.
Dalam pengelolaan limbah, identifikasi dan karakteristik limbah adalah hal
yang penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu
diketahui agar dalam penanggulangan limbah tersebut menjadi tepat seperti
mengetahui klasifikasi didalam limbah tersebut,mengidentifikasi limbah,
serta hal-hal lain yang menjadi pendukung dalam mengenal limbah tersebut.
II. DEFENISI
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen
dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap
(adsorben). Biasanya partikel partikel kecil zat penyerap dilepaskan pada
adsorpsi kimia yang merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang
diserap sehingga tidak mungkin terjadi proses yang bolak-balik . Dalam
adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah
substansi yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam
hal ini berupa senyawa karbon.
Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan
merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak
dengan zat lainnya. Proses ini menghasilkan akumulasi konsentrasi zat
tertentu di permukaan media setelah terjadi kontak antarmuka atau bidang
batas (paras, interface) cairan dengan cairan, cairan dengan gas atau cairan
dengan padatan dalam waktu tertentu. Contohnya antara lain dehumidifikasi,
yaitu pengeringan udara dengan desiccant (penyerap), pemisahan zat yang
tidak diinginkan dari udara atau air menggunakan karbon aktif, ion
exchanger untuk zat terlarut di dalam larutan dengan ion dari media
exchanger. Artinya, pengolahan air minum dengan karbon aktif hanyalah
salah satu dari terapan adsorpsi.
III. PROSES ADSORPSI DAN FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI
Berdasar pada besarnya interaksi yang terjadi antara adsorben dengan
adsorbat, proses adsorpsi terbagi dua jenis yaitu :
1. Adsorpsi fisika (physisorption)
Disebabkan bekerjanya gaya van der waals antara absorbat dan adsorben.
Pada adsorpsi fisika molekul-molekul teradsorpsi dengan ikatan yang
lemah pada permukaan adsorben. Proses adsorpsi ini bersifat dapat balik,
sehingga memungkinkan desorpsi molekul-molekul yang teradsorpsi
dapat terjadi pada temperatur yang sama.
2. Adsorpsi kimia (chemisorption)
Karena pada adsorpsi kimia terjadi reaksi kimia maka sifat-sifat yang
dimiliki oleh adsorben dan adsorbat sudah hilang. Adsorpsi ini bersifat
tidak dapat balik dan memerlukan energi yang banyak untuk melepaskan
kembali adsorbat dari permukaan adsorben. Jumlah zat yang teradsorpsi
hanya satu lapis (monolayer)
Melekul zat organik terlarut akan teremoval dari larutannya dan terserap
oleh adsorben selama proses adsorbsi. Mekanisme ini dapat menyebabkan
konsentrasinya pada air limbah berkurang, karena sebagian telah tertahan
(terserap) oleh adsorben. Berkurangnya jumlah senyawa organik secara
langsung dapat menyebakan berkurangnya nilai COD pada limbah.
Salah satu faktor penting yangmempengaruhi proses adsorpsi adalah
adsorben.
Adsorben yang baik harus memiliki sifat sebagai berikut :
1. Adsorben harus memiliki luas permukaan efektif yang besar
2. Adsorben harus memiliki sejumlah besar jaringan pori-pori sebagai jalan
bagi molekul menuju ke dalam adsorben.
Proses adsorpsi terjadi pada permukaan pori-pori dalam adsorben, sehingga
untuk bisa teradsorpsi, logam dalam cairan mengalami proses-proses seri
sebagai berikut :
1. Perpindahan massa logam dari cairan ke permukaan adsorben
2. Difusi dari permukaan adsorben ke dalam adsorben melalui pori
3. Perpindahan massa logam dari cairan dalam pori ke dinding pori adsorben
4. Adsorpsi logam pada dinding pori adsorben.
Perpindahan massa logam dari cairan dalam pori ke dinding pori adsorben
umumnya berlangsung sangat cepat sehingga proses ini tidak mengontrol
kecepatan adsorpsi secara keseluruhan.
Bagaimana terjadinya fenomena adsorpsi itu? Ahli pengolahan air membagi
adsorpsi menjadi tiga langkah, yaitu :
1) makrotransport: perpindahan zat pencemar, disebut juga adsorbat (zat
yang diadsorpsi), di dalam air menuju permukaan adsorban;
2) mikrotransport: perpindahan adsorbat menuju pori-pori di dalam
adsorban;
3) sorpsi: pelekatan zat adsorbat ke dinding pori-pori atau jaringan
pembuluh kapiler mikroskopis.
Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektivitas adsorpsi, yaitu:
1) jenis adsorban, apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam,
dll;
2) temperatur lingkungan (udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik
jika temperaturnya makin rendah;
3) jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat
(makin mudah larut, makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik
yang tidak terionisasi lebih mudah diadsorpsi).
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga,
yaitu lemah (weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen
(salah satunya adalah klor). Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat
organik alifatik dan adsorpsi kuat (strong) terjadi pada senyawa aromatik
(zat organik yang berbau (aroma) dengan struktur benzena, C6H6).
IV. MEKANISME ADSORPSI
Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat
atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain.
Pada proses adsorpsi terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan
film yang mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion
process).
3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben
(pore diffusion process ).
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau
permukaan adsorben.
V. PROSES OPERASI ADSORPSI
Operasi dari proses adsorpsi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Proses adsorpsi dilakukan dalam suatu bak dengan sistem pengadukan,
dimana penyerap yang biasanya berbentuk serbuk dibubuhkan,
dicampur dan diaduk dengan air dalam suatu bangunan sehingga terjadi
penolakan antara partikel penyerap dengan fluida.
2. Proses adsorpsi yang dijalankan dalam suatu bejana dengan sistem
filtrasi, dimana bejana yang berisi media penyerap di alirkan air dengan
model pengaliran gravitasi. Jenis media penyerap sering digunakan
dalam bentuk bongkahan atau butiran/granular dan proses adsorpsi
biasanya terjadi selama air berada di dalam media penyerap.
VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN ADSORPSI
Menurut Droste (1997) proses penyerapan dalam adsorpsi dipengaruhi :
1. Bahan penyerap
Bahan yang digunakan untuk menyerap mempunyai kemampuan
berbedabeda, tergantung dari bahan asal dan juga metode aktivasi yang
digunakan.
2. Ukuran butir
Semakin kecil ukuran butir, maka semakin besar permukaan sehingga
dapat menyerap kontaminan makin banyak. Secara umum kecepatan
adsorpsi ditujukan oleh kecepatan difusi zat terlarut ke dalam pori-pori
partikel adsorben. Ukuran partikel yang baik untuk proses penyerapan
antara -100 / +200 mesh.
3. Derajat keasaman (pH larutan)
Pada pH rendah, ion H+ akan berkompetisi dengan kontaminan yang akan
diserap, sehingga efisiensi penyerapan turun. Proses penyerapan akan
berjalan baik bila pH larutan tinggi. Derajat keasaman mempengaruhi
adsorpsi karena pH menentukan tingkat ionisasi larutan, pH yang baik
berkisar antara 8-9. Senyawa asam organik dapat diadsorpsi pada pH
rendah dan sebaliknya basa organik dapat diadsorpsi pada pH tinggi.
4. Waktu serap
Waktu serap yang lama akan memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul zat terlarut yang terserap berlangsung dengan baik.
5. Konsentrasi
Pada konsentrasi larutan rendah, jumlah bahan diserap sedikit, sedang
pada konsentrasi tinggi jumlah bahan yang diserap semakin banyak. Hal
ini disebabkan karena kemungkinan frekuensi tumbukan antara partikel
semakin besar.
VII. KARBON AKTIF
Salah satu adsorban yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum
(juga air limbah) adalah karbon aktif atau arang aktif. Arang ini digunakan
untuk menghilangkan bau, warna, dan rasa air termasuk ion-ion logam berat.
Karena merupakan fenomena permukaan maka semakin luas permukaan
kontaknya makin tinggilah efisiensi pengolahannya. Syarat ini dapat
dipenuhi oleh arang yang sudah diaktifkan sehingga menjadi porus dan kaya
saluran kapiler. Yang belum aktif, ruang kapilernya masih ditutupi oleh
pengotor berupa zat organik dan anorganik.
Activated carbon digunakan pertama kali pada pengolahan air dan air limbah
untuk mengurangi material organik, rasa, bau dan warna . Activated carbon
juga sering digunakan untuk mengurangi kontaminan organik, partikel kimia
organik sintesis (SOCs), tapi karbon aktif juga efektif untuk mengurangi
kontaminan inorganic seperti radon-222, merkuri, dan logam beracun
lainnya.
Activated carbon dapat digunakan sebagai bahan pemucat, penyerap gas,
penyerap logam, menghilangkan polutan mikro misalnya zat organik,
detergen, bau, senyawa phenol dan lain sebagainya. Pada saringan arang
aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan
dihilangkan oleh permukaan arang aktif.
Apabila seluruh permukaan arang aktif sudah jenuh, atau sudah tidak
mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak baik
lagi,sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
Saat ini, arang aktif telah digunakan secara luas dalam industri kimia,
makanan/minuman, farmasi. Pada umumnya arang aktif digunakan sebagai
bahan penyerap, dan penjernih. Dalam jumlah kecil digunakan juga sebagai
katalisator (tabel )
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair
atau gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait
dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki
kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya.
Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya
memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam
berbagai proses seperti penjernihan air.
.Bagaimana proses pembuatannya? Tahap pertama, buatlah arang misalnya
dari tempurung kelapa (arang batok, Cocos nucifera), kayu, batubara,
merang, sekam, atau serbuk gergaji. Arang ini kemudian diaktifkan dengan
cara pemanasan pada kondisi sedikit oksigen agar hidrokarbonnya lepas.
Hasilnya berupa arang yang sangat porus sehingga luas permukaannya besar.
Setelah itu barulah digunakan untuk mengolah air minum atau air buangan,
misalnya memisahkan pencemar organik dan inorganik seperti air raksa,
krom, atau untuk deklorinasi (pengurangan klor di dalam air).
Relatif mudah membuat filter arang aktif ini. Penjual filter skala rumah
tangga di kota dan desa sudah biasa membuatnya bahkan tanpa berlatar
pendidikan teknik. Hanya perlu keterampilan dan tahu sedikit tentang fungsi
arang aktif dan kapan harus diganti. Bahkan penjual filter ini bisa memiliki
pelanggan setia untuk reparasi dan perawatan filter yang dibeli oleh warga.
Selain menggunakan arang butir (granular) berdiameter 0,3 - 0,5 mm atau 1
– 2 mm, arang bubuk, serbuk atau tepung (powder) pun dapat diterapkan.
VIII. VARIASI TEKNOLOGI
Teknologi sederhana dalam penerapan arang aktif dengan cara pembubuhan.
Arang bubuk dimasukkan ke dalam air yang diolah setelah dibuatkan
suspensinya. Proses adsorpsi terjadi cepat apabila zat yang diadsorpsi
berada di dekat arang aktif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperkecil
diameter karbon, menjadi 50 mikron lalu diaduk. Apabila pengolahan airnya
menggunakan slow sand filter (SSF), pembubuhan arang dilakukan sebelum
unit filter. Menurut Nur Muhammad et.all, SSF efektif untuk menghilangkan
logam berat (heavy metal) (International Conference on Water Supply and
Sanitation, Durban, South Africa, 1997). Jika ada proses koagulasi – flokulasi,
pembubuhan dilakukan sesudah koagulator agar serbuk arangnya bersatu
dengan flok di dalam flokulator kemudian diendapkan di sedimentor.
Lain halnya pada unit filter arang butir (granular activated carbon). Unit ini
berupa filter berbentuk kolom dengan variannya.Penjelasannya sbb:
1) media statis tunggal (single fixed bed); media arang dipasang dalam
bentuk satu tabung saja. Cara ini rendah efisiensinya.
2) media statis seri (fixed bed in series); efisiensinya sudah meningkat.
Makin banyak unit yang dipasang makin besarlah efisiensinya.
3) media dinamis (moving, pulse, fluidized, dispersed bed); arang bergerak
dinamis di seluruh bagian kolomnya sehingga adsorpsinya besar.
4) media statis paralel (fixed bed in parallel); cara ini ditempuh untuk
menghasilkan debit yang besar dalam tempo singkat. Kualitas air
olahannya tak jauh beda dengan media statis tunggal.
5) media ekspansi (upflow expanded bed); disusun secara seri dengan aliran
ke atas dan waktu operasinya lebih lama.
Masalah utama yang muncul pada varian filter karbon aktif statis tersebut
ialah sumbatan (clogging) akibat suspensi yang ada di dalam air. Untuk
menanggulanginya biasanya unit ini dilengkapi dengan pencuci permukaan
media (surface washer) dengan air dan udara. Namun tipe expanded dan
fluidized bed, yaitu aliran dari bawah ke atas bisa mencegah potensi
penyumbatan dengan pengaturan kecepatan aliran airnya. Variasi lainnya
dengan mode operasi yang berbeda dapat saja bermunculan seiring dengan
penelitian terbaru di bidang teknologi adsorpsi ini.
IX. CONTOH SOAL
Hitunglah time breakthrough suatu kolom GAC dengan kecepatan filtrasi 5
gal/ft2. Asumsi luas permukaan kolom 10 ft2, kedalaman 5 ft. Konsentrasi
effluent TOC 3.25 mg/l dan konsentrasi breakthrough 0.75 mg/l. Berat jenis
GAC 38 lb/ft2 (600 kg/m2)
Diketahui : Q = 5 gal/ft2.min
A = 10 ft2
H = 5 ft
Ce = 3.25 mg/l
Cb = 0,75 mg/l
ρ = 38 lb/ft3
Ditananya: tb = ….
Jawab :
(x/m) = Kf.Ce1/n
= 0,0015 (3,25)3,56
= 0,0966 mg/mg = 0,1 mg/mg = 0,1 lb/lb
Asumsi (x/m)b = 50% (x/m)o
= 0.5 (0,1)lb/lb
= 0,05 lb/lb
Mc = V. ρ
= 10 ft2. 5 ft. 38 lb/ft3
= 1900 lb
Q = v.A
= (5 gal/ft2.min x 1440 min/d) 10 ft2
= 72000 gal/d
= 0,072 Mgal/d
Tb
= 56 day
X. PUSTAKA
Anonim. www.pencemaranlimbah.com 16.02. Diakses 18 Desember 2010
Metcalf & Eddy Inc. 1991. “ Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and
Reuse”,McGrawHill, Third Edition, Singapore.
Putu Astari Merati, Utilization of fly ash from power plant for removal of dyes,
(2006). http://majarimagazine.com/2008/06/abu-terbang-batubara-
sebagai-adsorben/. Diakses 18 desember 2010