adln perpustakaan universitas airlanggarepository.unair.ac.id/13792/9/9. bab 2.pdf · sebagai...
TRANSCRIPT
12
BAB II
KARAKTERISTIK DAN PERAN ASURANSI MIKRO DI INDONESIA
2.1 Karakteristik Asuransi Mikro
Asuransi mikro adalah perkembangan dari asuransi, perbedaannya dengan
asuransi umum lainnya salah satunya adalah dari segi karakteristik asuransi mikro
tersebut. Perkembangan asuransi mikro yang salah satunya tujuannya sebagai
mekanisme perlindungan atas risiko keuangan yang dihadapi oleh masyarakat
berpenghasilan rendah dengan kepemilikan asuransi, maka dari itu asuransi mikro
mempunyai karakteristik yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu:7
1. Sederhana, bahwa produk asuransi mikro memberikan manfaat
perlindungan dasar atas risiko yang umum dihadapi oleh masyarakat
berpenghasilan rendah, serta polis, fitur, dan proses adminitrasinya harus
sederhana dan mudah dipahami oleh semua masyarakat;
2. Mudah, bahwa masyarakat dapat memiliki produk asuransi mikro di
berbagai macam tempat yang lebih terjangkau yang sudah ditentukan
seperti di kantor pos, outlet pegadaian, minimarket, supermarket dan
lainnya;
3. Ekonomis, bahwa dalam asuransi mikro besar nilai preminya harus
terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan manfaat
asuransi seoptimal mungkin; dan
7 “Karakteristik dan Definisi Asuransi Mikro Indonesia”, www.asuransimikroindonesia.org,
diakses pada 12 Mei 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
13
4. Segera, bahwa dalam asuransi mikro pembayaran klaim harus segera
dilakukan setelah terjadinya risiko maksimal 10 (sepuluh) hari setelah
dokumen klaim yang dipersyaratkan diterima oleh perusahaan asuransi
secara lengkap.
Sebelum membahas tentang asuransi mikro maka penulis akan menjelaskan
mengenai asuransi terlebih dahulu, hal ini dikarenakan asuransi mikro merupakan
salah satu hasil dari perkembangan produk asuransi. “Life is a game of
uncertainty” dimana hidup kita penuh dengan ketidakpastian atau sering kita sebut
sebagai risiko, yaitu sesuatu yang belum pasti terjadi dan belum pasti akibat yang
timbul. Misalnya seperti kebakaran, sakit, banjir, kecelakaan, dan meninggal.
Tidak ada seorang pun yang tahu secara pasti kapan risiko akan terjadi. Risiko
bisa saja menimbulkan keuntungan dan kerugian. Ketika timbul kerugian dari
peristiwa tidak pasti inilah asuransi bekerja untuk mengcover risiko kerugian yang
dihindari oleh kebanyakan orang. Asuransi memberi jaminan atas peristiwa tidak
pasti di masa yang akan datang dengan pembayaran premi yang sudah diatur dan
disepakati oleh kedua belah pihak. Ketika seseorang ikut asuransi berarti di
dalamnya telah terjadi risk transfer antara pihak tertanggung dan pihak
penanggung (pihak asuransi).8
Asuransi menurut Pasal 246 KUHD adalah :
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seseorang penanggung mengikatkan diri terhadap tertanggung, dengan
memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya penggantian karena
suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak
tertentu.
8 Kun Wahyu Wardana, Op Cit, h. 16
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
14
Pada Undang-Undang No 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5618), dalam Pasal 1 angka 1, asuransi adalah :
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Perjanjian asuransi adalah salah satu perjanjian yang pada dasarnya diatur dalam
Burgerlijk Wetboek (BW), dalam Pasal 1320 BW ada 4 (empat) syarat sah suatu
perjanjian yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu; dan
4. Suatu sebab yang diperbolehkan.
Asuransi sebagai salah satu cara untuk mengalihkan risiko selalu
berkembang sesuai kebutuhan, di Indonesia ada beragam jenis asuransi salah
satunya yang sedang dikembangkan adalah asuransi mikro yaitu asuransi yang
produknya diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Produk
asuransi mikro itu sendiri sesuai dengan karakteristik yang sudah penulis sebutkan
di atas adalah fitur dan administrasinya sederhana, mudah didapat, harganya
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
15
ekonomis, dan penyelesaian pemberian santunannya segera.9 Pada dasarnya
seluruh jenis produk asuransi konvensional dan asuransi syariah dapat menjadi
produk asuransi mikro maupun asuransi mikro syariah asal sesuai dengan
karakteristik asuransi mikro.10
Asuransi juga pada dasarnya terbagi atas beberapa
jenis yaitu:
a. Asuransi kerugian, menyangkut tentang perlindungan terhadap harta
kekayaan;
b. Asuransi sejumlah uang. Contohnya asuransi jiwa, menyangkut tentang
perlindungan terhadap jiwa seseorang; dan
c. Asuransi sosial atau wajib, asuransi yang diselenggarakan pemerintah
berdasarkan undang-undang.
Asuransi mikro yang dibahas dalam penulisan skripsi ini dapat ditawarkan dalam
berbagai bentuk sesuai kebutuhan masyarakat.11
Contohnya, pertama sebagai
asuransi jiwa dengan manfaat berupa santunan biaya pemakaman dan pembayaran
sisa pinjaman kepada lembaga keuangan penyedia pinjaman. Kedua sebagai
asuransi kerugian dengan manfaat santunan untuk pembangunan rumah atau
tempat usaha pasca kebakaran atau penggantian kerugian akibat gagal panen yang
disebabkan oleh bencana alam. Ketiga sebagai asuransi kesehatan maka asuransi
mikro memberikan manfaat pembayaran biaya rumah sakit dan juga santunan
tunai sebagai pengganti penghasilan akibat peserta sakit atau untuk merawat
anggota keluarga yang sakit. Asurani mikro bukan salah satu produk asuransi
9 Nidia Zuraya,“Apa itu Asuransi Mikro?”, www.republika.co.id, diakses pada 15 Mei 2015
10 www.asuransimikroindonesia.org, “Fitur Produk Asuransi Mikro”, diakses pada 15 Mei 2015
11 Buku Saku Asuransi Mikro, h.34-37
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
16
sosial atau wajib, sedangkan contoh produk asuransi sosial atau wajib adalah
BPJS.
Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme pengalihan atau
transfer risiko (Risk Transfer Mechanism) maka dalam asuransi pada umumnya
maupun dalam asuransi mikro tidak semua risiko bisa dialihkan, risiko tersebut
dapat dialihkan kepada pihak asuransi jika memenuhi karakteristik dari Insurable
Risks12
yaitu:
1. Fortuitous (Secara kebetulan)
Risiko tersebut tidak dapat diketahui secara pasti kapan terjadinya, jika
risiko tersebut diketahui secara pasti maka tidak dapat diasuransikan;
2. Financial Value
Bahwa asuransi sebagai salah satu cara pengalihan risiko dan memberi
kompensasi keuangan atas kerugian tertanggung;
3. Insurable Interest (Kepentingan yang dapat diasuransikan)
Bahwa tertanggung mempunyai kepentingan atau hubungan dengan obyek
yang diasuransikan secara saha atau diakui secara hukum;
4. Exposures Homogen
Risiko yang diasuransikan harus bersifat homogen yang mempunyai
kesamaan sifat atau karakter;
12
Afrianto Budi, “Pengertian Umum Asuransi”, www.akademiasuransi.org, diakses pada 25 Mei
2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
17
5. Pure Risks (Risiko murni)
Risiko yang ditanggung atau dijamin adalah risiko yang menyebabkan
kerugian bagi tertanggung (risiko murni) bukan untuk diharapkan sebuah
keuntungan;
6. Particular Risk
Risiko yang bersumber dari peristiwa individual dan berdampak terbatas;
dan
7. Public Policy (Kebijakan publik)
Bahwa kontrak asuransi tidak boleh bertentangan dengan kebijakan publik
atau melawan hukum karena jika dilanggar maka kontrak asuransi tersebut
menjadi tidak sah.
Perusahaan atau lembaga penyelenggara usaha perasuransian harus
memenuhi prinsip-prinsip dasar dalam asuransi, yang berfungsi agar pelaksanaan
asuransi sesuai ketentuan yang berlau dan mencegah agar tidak ada pihak yang
merasa dirugikan dengan adanya asuransi tersebut. Prinsip-prinsip dasar asuransi
tersebut adalah:
1. Insurable interest (kepentingan yang diasuransikan)
Diatur dalam Pasal 250, 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Merupakan salah satu faktor penting bagi penanggung ketika akan
membayar ganti rugi kepada tertanggung pada saat terjadi peristiwa tidak
pasti. Bahwa tertanggung harus memiliki kepentingan (interest) dengan
harta benda yang dapat diasuransikan (insurable) tersebut secara legal dan
equitable (tidak melawan hukum), jika prinsip ini dilanggar maka akan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
18
berdampak pada klaim tidak dapat dibayarkan jika terjadi peristiwa tidak
pasti yang menimbulkan kerugian;
2. Utmost Good Faith (Itikad baik)
Diatur dalam pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dimana
dalam melakukan perjanjian asuransi maka kedua belah pihak harus
dilandasi oleh itikad baik. Antar penanggung dan tertanggung harus saling
mengungkapkan fakta secara jujur dan terbuka atau disebut juga duty of
disclosure.
3. Idemnity (Idemnitas)
Diatur dalam pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Prinsip ini
pada dasarnya berprinsip bahwa penanggung mengembalikan posisi
tertanggung sama seperti sebelum terjadi kerugian yang dijamin polis.
Prinsip ini menjadi pengendali agar tertanggung tidak memperoleh ganti
rugi yang lebih besar dari kerugian yang sebenarnya sehingga
menimbulkan keuntungan pada tertanggung.
4. Subrogation (Subrogasi)
Diatur dalam pasal 284 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Penanggung yang telah membayar ganti kerugian atas benda yang
diasuransikan menggantikan tertanggung dalam segala hak yang
diperolehnya terhadap pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian
tersebut, dan tertanggung bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang
dapat merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
19
Prinsip-prinsip dasar asuransi diatas juga berlaku dalam asuransi mikro, dalam
asuransi mikro diharuskan adanya prinsip Insurable Interest seperti ketika kita
membeli asuransi mikro kebakaran maka kita harus punya kaitan yang sah atau
diakui secara hukum terhadap objek yang diasuransikan tersebut agar ketika
terjadi kerugian akibat kebakaran kita berhak atas santunan yang diberikan.
Prinsip asuransi yang kedua adalah Utmost Good Faith dimana dalam asuransi
mikro tertanggung dan penanggung harus saling terbuka dan jujur dalam
melakukan perjanjian asuransi agar tidak ada pihak yang merasa kerugian maupun
mendapat keuntungan di masa yang akan datang, dibuktikan dalam asuransi mikro
terdapat informasi di awal secara jelas mengenai jangka waktu asuransi, premi
yang harus dibayar, masa berlaku asuransi, dan waktu yang diperlukan ketika
mencairkan klaim. Pihak tertanggung juga berkewajiban memberikan infomasi
sejelas-jelasnya kepada penanggung agar ketika akan mencairkan klaim tidak
ditolak dengan alasan tidak jujur dalam memberikan informasi awal. Berkaitan
dengan prinsip asuransi Idemnity dalam asuransi mikro tidak berbeda dengan
asuransi umum dimana prinsip tersebut mencegah tertanggung mendapat santutan
melebihi kerugian yang diderita. Dalam asuransi mikro setiap orang berhak
membeli asuransi dan memiliki lebih dari 1(satu) polis sesuai kebutuhan, tetapi
dalam beberapa jenis produk asuransi mikro juga ada pembatasan pemilikan.
Sehingga kesimpulannya bahwa prinsip-prinsip asuransi dan asuransi mikro tidak
jauh berbeda.
Sebuah kejadian yang dapat dipertanggungkan berpotensi menyebabkan
kerugian, penting dalam asuransi bahwa tertanggung yang mendapat manfaat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
20
ganti rugi harus memiliki kepentingan (Insurable interest) dengan kejadian yang
dipertanggungkan jika tidak maka dapat menciptakan moral hazard yang nyata.
Jumlah manfaat yang diterima tertanggung harus sesuai dengan kepentingan yang
dipertanggungkan, hal ini disebabkan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan
atau mengambil keuntungan.13
Secara umum manfaat asuransi bagi pihak
tertanggung adalah:
1. Rasa aman dan perlindungan
Pihak tertanggung akan merasa aman atas risiko kerugian yang mungkin
timbul akibat dari peristiwa tidak pasti karena memiliki polis asuransi
yang di dalamnya pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian
sebesar nilai polis yang sudah disepakati atau diperjanjikan antara
penanggung dan tertanggung;
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Pihak asuransi akan secara cermat dan matang dalam perhitungan
penentuan nilai pertanggungan beserta premi yang dibebankan pada
tertanggung dan secara teliti mempelajari faktor-faktor yang saling
berkaitan dengan obyek asuransi. Dalam merumuskan nilai
pertanggungan pihak penanggung harus tidak merugikan kedua belah
pihak sehingga memenuhi prinsip keadilan. Dimana semakin besar premi
yang dibayar tertanggung maka semakin besar pula nilai
pertanggungannya;
13
“Desain manfaat: Berapa dan untuk siapa?”, www.labordoc.ilo.org, diakses pada 30 Mei 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
21
3. Alat penyebaran risiko;
Bahwa asuransi merupakan salah satu cara menyebarkan risiko yang
dilakukan oleh tertanggung sehingga penanggung juga ikut terbebani atas
risiko tersebut dengan kompensasi pembayaran sejumlah premi tertentu
atas besaran nilai pertanggungan oleh si tertanggung.
Manfaat asuransi mikro tidak jauh berbeda dengan manfaat yang disebutkan di
atas karena dalam asuransi mikro pihak tertanggung juga mendapat rasa aman dan
perlindungan, asuransi mikro juga bermanfaat sebagai alat penyebaran risiko oleh
tertanggung kepada penanggung. Dalam asuransi biasa jumlah premi dan nilai
pertanggungan setiap orang atau setiap objek yang diasuransikan berbeda-beda
sesuai kesepakatan penanggung dan tertanggung, dimana pada umumnya premi
yang harus dibayarkan cukup tinggi sedangkan dalam asuransi mikro ditetapkan
bahwa preminya tidak boleh lebih dari Rp 50.000,00 (Lima puluh ribu rupiah)
agar tidak memberatkan masyarakat khsusunya masyarakat dengan penghasilan
rendah yang merupakan target pemasaran asuransi mikro itu sendiri. Dengan nilai
premi tidak lebih dari Rp 50.000,00 (Lima puluh ribu rupiah) maka nilai
pertanggungan juga ditetapkan tidak lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah).14
Berdasarkan uraian di atas pentingnya asuransi ternyata tidak sejalan
dengan banyaknya masyarakat yang memproteksi dirinya dengan asuransi.
Padahal manfaat yang didapat dari asuransi cukup lumayan besar tetapi pada
kenyataannya selama ini asuransi nyaris tak tersentuh masyarakat berpenghasilan
14
Farodlilah Muqoddam, “Inilah definisi asuransi mikro”, www.finansial.bisnis.com, diakses pada
31 Mei 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
22
rendah. Ada beberapa penyebab dasar mengenai hal tersebut. Pertama, masih
banyak masyarakat yang tidak tahu manfaat asuransi. Kedua, masih belum banyak
perusahaan asuransi yang dikhususkan untuk segmen masyarakat berpenghasilan
rendah atau produk asuransi yang sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat
dengan golongan tersebut. Ketiga, dukungan pemerintah atau regulator mengenai
asuransi untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah sangat minim.15
Alasan mengenai rendahnya tingkat penggunaan produk asuransi pada masyarakat
berpenghasilan rendah di atas di respon oleh Otoritas Jasa Keuangan, sehingga
sejak tahun 2013 Otoritas Jasa Keuangan bersama dengan Asosiasi Asuransi
Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dan Asosiasi
Asuransi Syariah Indonesia (AASI) berkomitmen dalam program pengembangan
asuransi mikro dalam upaya peningkatan akses masyarakat berpenghasilan rendah
terhadap produk asuransi.16
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas telah diberikan pengertian
asuransi mikro secara garis besar, dapat dikatakan bahwa asuransi mikro adalah
produk asuransi yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang
sederhana fitur dan administrasinya, mudah didapat, ekonomis harganya dan
segera dalam penyelesaian pemberian santunannya.17
Di Indonesia perkembangan
asuransi mikro tersebut saat ini menjadi fokus Otoritas Jasa Keuangan beserta
15
Munawarkasan, “Mengasuransikan Masyarakat Bawah”, www.munawarkasan.com, diakses
pada 5 Juni 2015 16
“OJK Fokus Kembangkan Asuransi Mikro”, www.beritasore.com, diakses pada 5 Juni 2015 17
“Definisi Asuransi Mikro”, www.asuransmikroindonesia.org, diakses pada 5 Juni 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
23
pelaku usaha perasuransian. Hal-hal yang menjadi fokus dalam upaya
perkembangan asuransi mikro adalah:18
1. Mendorong ketersediaan produk asuransi mikro yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan masyarakat yang berpenghasilan rendah; dan
2. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk asuransi.
Upaya mendorong ketersediaan produk asuransi mikro bagi masyarakat
berpenghasilan rendah direspon dengan peluncuran produk-produk standart
asuransi mikro oleh pelaku usaha perasuransian dengan dukungan dari Otoritas
Jasa Keuangan, contohnya seperti:
1. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengeluarkan produk standar
asuransi mikro berupa “Warisanku”, “Rumahku”, “Stop Usaha Erupsi”,
“Stop Usaha Gempa Bumi”, dan “Asuransiku”;
2. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia mengeluarkan produk standar asuransi
mikro berupa asuransi mikro penuh cinta atau “Si Peci”; dan
3. Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia mengeluarkan produk standar
asuransi mikro syariah “Si Bijak”.
Untuk menghindari biaya mahal dan agar dapat dijangkau oleh masyarakat kecil,
menurut pendapat Firdaus Djaelani maka produk asuransi mikro disarankan untuk
dijual secara massal.19
Sedangkan dalam upaya meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap produk asuransi maka saat ini Otoritas Jasa Keuangan dan
pelaku usaha perasuransian sedang menggalakkan dan menyebarkan informasi
18
“Siaran Pers: OJK Selenggarakan Pasar Asuransi Mikro”, www.ojk.go.id, diakses pada 5 Juni
2015 19
Afrianto Budi, “Dianggap Mahal, Asuransi Mikro Masih Minim”, www.akademiasuransi.org,
diakses pada 5 Juni 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
24
mengenai asuransi mikro hingga ke daerah pelosok Indonesia. Hal tersebut
dilakukan agar kesadaran berasuransi masyarakat meningkat.
Berdasarkan uraian yang telah penulis jelaskan di awal Otoritas Jasa
Keuangan mengeluarkan Grand Design tentang asuransi mikro Indonesia selain
mengenai karakteristik asuransi mikro tersebut yaitu sederhana, mudah,
ekonomis, dan segera juga dalam Grand Design asuransi mikro Indonesia tersebut
dijelaskan apa yang dimaksud dengan masyarakat berpenghasilan rendah sebagai
target dari asuransi mikro yaitu adalah masyarakat dengan penghasilan tiap
bulannya tidak lebih dari Rp 2.5000.000,00 (Dua juta lima ratus ribu rupiah).20
Objek yang dapat diasuransikan dalam asuransi mikro adalah harta, jiwa, dan
kepentingan peserta, sedangkan risiko yang dapat diasuransikan dalam asuransi
mikro adalah kerugian keuangan akibat rusak atau hilangnya harta, sakit, cacat,
dan meninggal dunia.21
Di dalam asuransi mikro nilai pertanggungan sifatnya adalah santunan.
Santunan yang dimaksud dalam hal ini adalah besar nilai klaim yang sudah
ditetapkan sejak awal secara pasti. Berdasarkan kebutuhan asuransi untuk
masyarakat berpenghasilan rendah, maka dalam Grand Design asuransi mikro
oleh Otoritas Jasa Keuangan maka ditetapkan bahwa nilai pertanggungan atau
santunan dalam asuransi mikro sebesar tidak lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima
puluh juta rupiah).22
Dengan penetapan nilai pertanggungan atau santunan sebesar
yang telah disebutkan di atas maka berapa nilai premi dari asuransi mikro itu
sendiri? Maka untuk hal tersebut Otoritas Jasa Keuangan dalam Grand Design
20
Ibid 21
“Fitur Produk Asuransi Mikro”, www.asuransimikroindonesia.org, diakses pada 15 Juni 2015 22
Ibid
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
25
asuransi mikro yang dikeluarkannya menetapkan nilai premi asuransi mikro
maksimal adalah sebesar Rp 50.000,00 (Lima puluh ribu rupiah).23
Penetapan
maksimal nilai premi asuransi mikro didasarkan dengan memperhatikan kondisi
masyarakat berpenghasilan rendah, sebagai target dari asuransi mikro itu sendiri.
Asuransi mikro Indonesia dirancang untuk meningkatkan kesadaran
berasuransi bagi masyarakat berpenghasilan rendah sehingga salah satu tujuan
asuransi mikro adalah memberikan kemudahan dalam berasuransi baik dari segi
harga premi yang harus dibayarkan maupun dari segi waktu pembayaran. Dalam
asuransi mikro untuk meningkatkan minat dan kesadaran berasuransi masyarakat
berpenghasilan rendah maka pembayaran preminya harus fleksibel dan sekaligus
(ex: bulanan, tiga bulanan, semesteran, atau tahunan), tujuannya adalah agar dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat yang tempat
tinggalnya jauh dari perkotaan atau perusahaan asuransi.24
Dalam berasuransi
maka kita tidak bisa lepas dari polis asuransi, dimana polis tersebut menjadi satu-
satunya alat bukti tertulis bahwa telah terjadi asuransi. Polis dalam asuransi mikro
harus ringkas dan ditulis dalam bahasa Indonesia yang jelas agar dapat dipahami
oleh masyarakat awam khususnya masyarakat berpenghasilan rendah yang asing
terhadap asuransi. Dalam polis asuransi mikro ada beberapa istilah dalam asuransi
yang disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat, yaitu:25
1. Mengganti istilah “polis” dengan “bukti kepesertaan”;
2. Mengganti istilah “tertanggung” dengan “peserta asuransi”;
3. Mengganti istilah “penanggung” dengan nama perusahaan asuransi;
23
Ibid 24
Ibid 25
Ibid
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
26
4. Mengganti istilah “uang pertanggungan” dengan “santunan/nilai
penggantian”; dan
5. Mengganti istilah “pengecualian” dengan “hal-hal yang tidak dijamin”.
Dalam asuransi mikro pembayaran klaim atau santunan dapat dibayarkan
maksimal 10 hari setelah dokumen klaim yang dipersyaratkan diterima
perusahaan asuransi secara lengkap dan benar. Dokumen yang dipersyaratkan
adalah sebagai pembuktian secara administratif bahwa peserta mempunyai polis
asuransi dan telah terjadi risiko yang dipertanggungkan.26
Asuransi mikro di Indonesia belum terlalu berkembang salah satu sebabnya
adalah mengenai jalur distribusi produk asuransi mikro hingga menyentuh sampai
daerah-daerah pelosok di Indonesia. Selama ini asuransi terkesan hanya milik
warga perkotaan saja, padahal lebih banyak masyarakat di daerah hingga pelosok
Indonesia yang membutuhkan asuransi khususnya dalam hal ini adalah asuransi
mikro. Negara Indonesia adalah salah satu negara kepualauan dimana jalur
distribusi produk asuransi mikro ini sendiri terhambat oleh besarnya biaya
produksi padahal di sisi lain produk asuransi mikro harus murah sesuai dengan
karakteristiknya yang sederhana, mudah, ekonomis, dan segera. PS Sriniyas,
Ekonom Keuangan Bank Dunia, mengatakan bahwa jalur distribusi asuransi
mikro yang mungkin adalah memanfaatkan teknologi telepon seluler sehingga
bisa menekan biaya produksi dan menjangkau hingga pelosok daerah.27
Pengalaman internasional mengenai jalur distribusi produk asuransi mikro juga
menyebutkan paling efektif dengan melibatkan komunitas masyarakat. Didukung
26
Ibid 27
“Bapepam-LK Siap Longgarkan Aturan Asuransi Mikro”, www.ipotnew.com, diakses pada 30
Juni 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
27
oleh Indonesia yang terdiri dari kepulauan-kepulauan maka jalur distribusi produk
asuransi mikro dengan memanfaatkan komunitas tertentu menjadi pilihan yang
tepat dan efektif, contohnya adalah menggunakan kerja sama dengan Bank
Perkreditan Rakyat atau lembaga keuangan mikro (LKM) seperti koperasi.
Dengan tetap memperhatikan karakteristik asuransi mikro dalam hal ini adalah
“ekonomis” maka produk asurani mikro dapat dipasarkan ke masyarakat oleh:28
1. Pialang asuransi;
2. Agen asuransi (perusahaan asuransi atau agen asuransi individu); dan
3. Lembaga selain perusahaan perasuransian seperti lembaga keuangan
mikro, koperasi, perbankan, retailer, organisasi berbasis komunitas, dan
lembaga swadaya masyarakat.
Lembaga keuangan mikro memiliki peran yang penting dalam upaya
peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia yang secara
khusus berorientasi terkait dengan pengembangan usaha mikro. Lembaga keuanga
mikro juga mendukung Otoritas Jasa Keuangan dalam pengembangan asuransi
mikro di Indonesia karena dalam konsep asuransi mikro tersebut tujuannya adalah
memperbaiki struktur perekonomian dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
Indonesia khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.29
Lembaga keuangan
mikro adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau
pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,
28
“Penyalur Produk Asuransi Mikro”, www.asuransimikroindonesia.org, diakses pada 30 Juni
2015 29
Santi Riziyanti dan Siti Anisatul Khoiriyah, “Bunga Rampai Asuransi Indonesia”,
www.kompasiana.com, diakses pada 5 Juli 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
28
pengelolaan simpanan maupun pemberian jasa kosultasi pengembangan usaha
yang tidak semata-mata mencari keuntungan.30
Lembaga keuangan mikro
memiliki cakupan wilayah dalam satu wilayah desa atau kelurahan, kecamatan,
dan kabupaten atau kota sehingga keberadaan lembaga keuangan mikro dekat
dengan masyarakat sehingga sangat efektif sebagai salah satu distributor asuransi
mikro di Indonesia sehingga perusahaan asuransi yang memiliki produk asuransi
mikro tidak perlu mempunyai cabang hingga tingkat daerah. Hubungan diantara
lembaga keuangan mikro, nasabah, dan juga perusahaan perasuransian menjadi
salah satu upaya mendorong keberhasilan jalur pendistribusian produk asuransi
mikro hingga sampai ke masyarakat di pedalaman yang belum tersentuh. Jalur
distribusi yang masih belum merata menjadi tantangan bagi perkembangan
asuransi mikro Indonesia. Dimana hubungan jalur distribusi seperti diatas juga
menghasilkan win-win-win yaitu:31
1. Bagi lembaga keuangan mikro mendapat fee dari pendistribusian produk
asuransi mikro ke masyarakat;
2. Bagi nasabah maka mendapat produk asuransi mikro yang didesain oleh
ahli asuransi sehinggan memberikan nilai lebih besar dengan biaya rendah;
dan
3. Bagi perusahaan asuransi maka terbuka peluang untuk pasar baru yang
berpotensi meningkatkan penjualan produk asuransi mikro.
30
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5394 31
Craig F.C, Dominic L, Michael J.M, James R, “Mengembangkan Asuransi Bagi Lembaga
Keuangan Mikro”, www.labordoc.ilo.org, diakses pada 1 Juli 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
29
Dalam upaya pendistribusian produk asuransi melalui lembaga keuangan mikro
maka dalam hal ini lembaga keuangan mikro dapat dikatakan bertindak sebagai
agen asuransi yang menjual asuransi kepada klien atau nasabah atas nama
perusahaan asuransi dan mendapatkan komisi sebagai imbalannya. Bagi
perusahaan asuransi kerjasama dengan lembaga keuangan mikro dapat
meningkatkan perkembangan layanan dan produk yang sesuai karena lembaga
keuangan mikro lebih mengetahui pasar. Asuransi mikro juga dapat
didistribusikan kepada masyarakat melalui Laku Pandai (Layanan keuangan tanpa
kantor dalam rangka keuangan inklusif). Laku Pandai hadir untuk melindungi
masyarakat ekonomi lemah di daerah terpencil dan perdesaan yang belum
mengenal dunia perbankan. Kehadiran laku pandai diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan asuransi mikro.
2.1.1 Perbedaan Asuransi Mikro dan Asuransi pada umumnya
Asuransi mikro pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan asuransi pada
umumnya, tetapi salah satu perbedaannya adalah karakteristik diantara keduanya.
Selama ini masyarakat Indonesia angka kesadaran berasuransinya belum terlalu
tinggi dibanding dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Hal tersebut dikarenakan pandangan masyarakat dalam praktek mengenai asuransi
pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Rumit, karena asuransi dijual dengan kontrak yang tebal dan berisi
berbagai persyaratan dan ketentuan yang wajib dipenuhi untuk proses
klaim;
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
30
2. Susah, karena jika masyarakat ingin mengikuti program asuransi harus
datang ke cabang perusahaan asuransi yang jumlahnya terbatas;
3. Mahal, karena premi asuransi ditentukan melalui proses penilaian terhadap
objek yang akan diasuransikan dan berdasarkan kesepakatan bersama,
yang umumnya besaran premi mencapai angka ratusan ribu bahkan bisa
hingga jutaan rupiah; dan
4. Lama, karena dalam asuransi bukan mikro (asuransi umum) proses
pembayaran klaim memakan waktu 30 hari setelah semua dokumen
diserahkan secara lengkap.
Sedangkan karakteristik dari asuransi mikro telah penulis jelaskan pada awal bab
di atas. Perbedaan asuransi mikro dengan asuransi pada umumnya juga dapat
dilihat secara tabel seperti dibawah ini:32
PRODUK ASURANSI MIKRO
PRODUK ASURANSI BUKAN
MIKRO
Polisnya berupa voucher atau
sertifikat (maksimal 2 lembar)
Polisnya berlembar-lembar
Bentuk dan jenis santunan sederhana
dan tidak rumit
Polis memuat syarat dan ketentuan yang
luas
Sedikit pengecualian Banyak pengecualian
Premi dan santunan sudah
ditetapkan dan jumlahnya sama bagi
setiap tertanggung
Premi dan nilai pertanggungan tergantung
dari kemampuan dan permintaan
tertanggung
32 Buku Saku Asuransi Mikro, h.36-37
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
31
Jangka waktu umumnya tidak lebih
dari 1 tahun
Jangka waktu 1 taahun atau lebih
Tanpa perlu melakukan cek
kesehatan
Perlunya cek kesehatan untuk asuransi
kesehatan
Distribusi produknya dapat dibeli
secara langsung melalui swalayan,
kios-kios, kantor kepala desa atau
tempat lain yang ditentukan
Distribusi produk asuransinya dapat
diperoleh di kantor cabang asuransi
melalui agen atau broker
Santunan diterima tidak lebih dari 10
hari kerja setelah dokumen diterima
secara lengkap dan benar oleh
perusahaan asuransi
Ganti rugi diterima dalam 30 hari setelah
dokumen lengkap dan benar di serahkan
langsung di kantor cabang asuransi
2.2 Peran Asuransi Mikro di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia tidak berjalan lurus dengan
kesadaran berasuransi oleh masyarakat, khususnya masyarakat dengan ekonomi
lemah. Fakta di lapangan menyebutkan penetrasi pasar asuransi di Indonesia
masih rendah dibanding dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan
Singapura.33
Asuransi merupakan kebutuhan masyarakat dari semua golongan.
33 “Ketika Asuransi Mikro Jadi Penopang Ekonomi”, www.neraca.co.id, diakses pada 2 Juli 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
32
Asuransi mikro berperan penting dalam menyelamatkan perekonomian
masyarakat berpenghasilan rendah dimana asuransi mikro Indonesia mempunyai
peran untuk menopang masyarakat dengan ekonomi lemah sebagai katup
penyelamat dari kemiskinan dan keputusasaan saat musibah yang tiba-tiba datang.
Asuransi mikro di Indonesia memberikan sebuah pilihan alternatif pengalihan
risiko untuk keluarga dengan penghasilan rendah yang ditawarkan dalam berbagai
bentuk seperti untuk membiayai pendidikan anak bila tulang punggung pencari
nafkah keluarga meninggal, untuk membiayai rumah sakit ketika ada anggota
keluarga yang sakit, atau untuk melindungi petani kecil terhadap ancaman gagal
panen karena iklim. Asuransi mikro adalah bagian dari Financial Inclusion yang
digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia karena banyaknya
manfaat yang dapat diperoleh dari asuransi mikro. Contohnya di bidang pertanian
ada asuransi mikro yang berupa Crop Insurance yaitu petani dapat
mengasuransikan tanamannya sehingga jika terjadi gagal panen maka dia dapat
dana dari asuransi. Otoritas Jasa Keuangan juga sedang mengkaji tentang asuransi
bencana dengan pertimbangan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berada
di sabuk gempa pasifik yang ketika terjadi bencana banyak merugikan masyarakat
terutama masyarakat dengan ekonomi lemah.
Asuransi mikro selain memberikan manfaat bagi masyarakat dengan
penghasilan rendah juga memberikan manfaat bagi perusahaan perasuransian,
yaitu bagi perusahaan yang sudah memiliki produk asuransi mikro maka ketika
lebih dulu dikenal oleh masyarakat dengan ekonomi lemah maka akan menjadi
pilihan asuransi bagi masyarakat tersebut dan berpotensi kemudian untuk
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
33
diwariskan dengan memberitahu informasi mengenai asuransi mikro tersebut
kepada orang di sekitarnya sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang membeli
asuransi mikro dan berdampak positif pada industri asuransi dan ada
kemungkinan meningkatnya pengguna asuransi mikro yang akan menjadi generasi
penerus yang akan naik ke Middle Class.34
Tetapi kenyataannya masih banyak
perusahaan asuransi yang tidak melirik pasar asuransi mikro Indonesia
dikarenakan besar premi yang jauh lebih kecil dari premi asuransi pada umumnya
dan dianggap tidak memberikan keuntungan yang signifikan. Tetapi dengan
digalakannya asuransi mikro oleh Otoritas Jasa Keuangan dan didukung banyak
pihak, kini sudah mulai banyak dan mulai beragam jenis produk asuransi mikro
yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi.
Berawal dari pengenalan terhadap asuransi mikro kepada masyarakat
ekonomi lemah maka masyarakat tersebut mempunyai pilihan asuransi yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, maka kesadara berasuransi
masyarakat Indonesia meningkat dan berdampak pada tingginya jumlah pengguna
asuransi di Indonesia. Asuransi mikro berdampak sosial dengan berperan sebagai
penyelamat ekonomi bagi masyarakat dengan penghasilan rendah dari jurang
kemiskinan juga pada jangka panjang akan meningkatkan ketahanan ekonomi,
meninggikan pertumbuhan ekonomi, dan memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi industri keuangan Indonesia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan
asuransi mikro berperan memberikan efek domino bagi industri perasuransian,
ekonomi, dan keuangan di Indonesia. Kekurangan asuransi mikro di Indonesia
34
Istihanah, “Pentingnya Asuransi Mikro di Industri Asuransi Jiwa”, www.swa.co.id, diakses pada
5 Juli 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
34
sejauh ini adalah mengenai belum adanya regulasi untuk landasan hukum terkait
asuransi mikro untuk mendukung pertumbuhan implementasi Grand Design
asuransi mikro di Indonesia.
Salah satu contoh nyata peran asuransi mikro bagi masyarakat, Vicolanti
membeli asuransi kesehatan demam berdarah untuk seluruh anggota keluarganya
dari salah satu perusahaan asuransi dengan premi Rp 50.000 di sebuah
minimarket. Alasan Vicolanti membeli asuransi kesehatan mikro tersebut karena
di lingkungan sekitar tempat tinggalnya banyak yang terkena penyakit demam
berdarah (DBD). Vicolanti merasa jikalau asuransi tersebut tidak terpakai ia tidak
merasa rugi karena preminya relatif ekonomis. Satu bulan setelah membeli
asuransi kesehatan tersebut, ternyata anak bungsu Vicolanti terkena demam
berdarah (DBD). Vicolanti pun melakukan klaim dengan mengirimkan SMS
sesuai prosedur yang terdapat dalam voucher asuransi tersebut. Esoknya, pihak
asuransi menghubungi dan meminta kelengkapan dokumen dan hasil
laboratorium. Seminggu setelah Vicolanti memberikan dokumennya, klaim
asuransi langsung masuk ke rekeningnya sebesar Rp 2.000.000,00 dan tanpa
potongan. Dari contoh tersebut perbandingan nilai premi dan manfaat yang
diberikan dapat dikatakan bahwa premi asuransi bersifat mikro dengan manfaat
yang makro.35
35
“Asuransi Mikro”, Majalah Fortune Volume 35, 29 April 2012
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
35
2.3 Asuransi Mikro Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA)
Asuransi mikro Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) tidak hanya terancam tetapi juga memiliki peluang. Pertumbuhan asuransi
mikro Indonesia meningkat akhir-akhir ini dan juga masih terbuka lebarnya
potensi yang tersedia akibat belum maksimalnya distribusi asuransi mikro hingga
pelosok Indonesia menjadikan Indonesia sebagai target market dari perusahaan-
perusahaan asing. Meskipun perkembangan asuransi mikro Indonesia kalah
dengan negara-negara tetangga tetapi tidak berarti pelaku industri asuransi tidak
dapat memasuki pasar bebas ASEAN. Pelaku industri perasuransia Indonesia
dapat mengembangkan produk dan bersaing secara bebas dan sehat dengan pelaku
industri asuransi negara-negara ASEAN. Pelaku industri perasuransian tidak perlu
takut dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN karena jika suatu perusahaan
ingin melakukan ekspansi untuk memperluas pasar ke negara lainnya maka
dibutuhkan waktu untuk mempelajari dan menyusun produk yang sesuai, maka
dari itulah tingginya pertumbuhan asuransi mikro Indonesia harusnya bisa digarap
sendiri dengan maksimal oleh pelaku industri perasuransian Indonesia. Dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pasar asuransi mikro akan
berhadapan dengan Filipina dan Thailand dikarenakan kedua negara tersebut
mempunyai pengalaman yang lebih matang mengenai pasar asuransi mikro
dibanding Indonesia.36
Mengenai belum berpengalamannya pelaku industri
asuransi Indonesia dalam menggarap potensi asuransi mikro yang sangat besar di
36
“Asuransi Mikro Bakal Tergerus Asing”, www.neraca.co.id, diakses pada 10 Juli 2015
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI
36
Indonesia membuat Otoritas Jasa Keuangan juga tidak memungkiri adanya
ekspansi Joint Venture pada perusahaan yang menyediakan produk asuransi mikro
di Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga berdampak positif bagi
pasar asuransi mikro Indonesia yaitu karena para pelaku industri perasuransian di
Indonesia sudah mengenal pasarnya maka akan terpacu kreatifitasnya agar dapat
menghasilkan produk sesuai kebutuhan masyarakat. Masyarakat pada akhirnya
akan mendapati beragam jenis produk asuransi mikro yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya. Dalam menghadapi masayarakat ekonomi
ASEAN Indonesia bisa memanfaatkan perusahaan asuransi asing yang masuk ke
Indonesia dengan mewajibkan perusahaan asuransi asing tersebut untuk memiliki
program asuransi mikro sebagi bentuk kontribusi kepedulian terhadap masyarakat
berpenghasilan rendah di Indonesia. Jadi mereka tidak hanya mengeruk
keuntungan dengan potensi besarnya premi perasuransian di Indonesia37
, sehingga
masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia juga mendapatkan manfaat dari
adanya perusahaan asuransi asing yang masuk tersebut. Dengan diwajibkannya
perusahaan asuransi asing yang masuk ke Indonesia untuk memiliki produk
asuransi mikro maka masyarakat akan mempunyai banyak pilihan asuransi
sehingga persaingan asuransi mikro di dalam negeri bisa kompetitif dan semakin
bervariasi produk yang tersedia.
37
Munawarkasan, “Mengasuransikan Masyarakat Bawah”, Infobank edisi November 2013
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA
AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI