adinkes pusatdiskes.jabarprov.go.id/dmdocuments/sosialisasi_adinkes_pusat_2013.pdf · 12/12/2013 3...
TRANSCRIPT
12/12/2013
1
ADINKES PUSAT
NAMA DAN TEMPAT
KEDUDUKAN
Pasal 1
1.Asosiasi ini bernama ASOSIASI DINAS KESEHATAN
SELURUH INDONESIA atau ADINKES, berkedudukan
dan berkantor pusat di Rukan Royal Palace, Blok B
Nomor 31, Jalan Profesor Supomo, Jakarta Selatan
2.Asosiasi dapat membuka kantor cabang atau
perwakilan di tempat lain, baik di dalam maupun di luar
wilayah Republik Indonesia berdasarkan keputusan
Pengurus dengan persetujuan Pembina
12/12/2013
2
azas, visi, misi, fungsi dan
tujuan
Pasal 2
ADINKES berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945
Pasal 3
ADINKES mempunyai visi menjadi mitra utama
Pemerintah dan Pemerintah Daerah seluruh
Indonesia
azas, visi, misi, fungsi dan
tujuanPasal 4
ADINKES mempunyai misi :
1. Meningkatkan komunikasi antar anggota, pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam melaksanakan otonomi daerah/desentralisasi
2. Mengembangkan kapasitas dan meningkatkan kompetensi anggota
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
3. Menggerakan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan
4. Mendukung pemerintah dalam pengembangan upaya kesehatan
masyarakat, perorangan dan pemberdayaan masyarakat.
5. Mendukung pemerintah dalam pengembangan upaya kesehatan
perorangan terutama pelayanan primer
6. Mendukung implementasi Jaminan KesehatanNasional di daerah
12/12/2013
3
azas, visi, misi, fungsi dan
tujuanPasal 5
ADINKES mempunyai tugas : membantu Pemerintah dalam
mewujudkan tujuan pembangunan Nasional
ADINKES berfungsi sebagai :
1.Wadah pembinaan dan pengembangan Dinas Kesehatan
Daerah sebagai Penanggung Jawab Urusan Kesehatan di
daerah
2.Wadah peran serta anggota dan organisasi dalam
mensukseskan pembangunan nasional
3.Sarana komunikasi dan kerjasama antar anggota dan
organisasi lainnya, serta berupaya membangun harmonisasi
hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
azas, visi, misi, fungsi dan
tujuanPasal 6
ADINKES mempunyai tujuan :
1.Menjadikan Dinas Kesehatan yang maju dan berdaya saing
tinggi
2.Mengadakan upaya-upaya dalam meningkatkan kapasitas
anggota
3.Membantu anggota dalam menjaga keberadaannya dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya
4.Menjadi mitra pemerintah dalam mewujudkan regulasi yang
benar dan dapat diterima semua pihak serta pelaksanaan
sosialisasi, mentoring, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah
5.Membantu pemerintah dalam berbagai program pembangunan
kesehatan
12/12/2013
4
kegiatanPasal 7
ADINKES mempunyai kegiatan :
Di Bidang Pelayanan yang meliputi :
1.Mendukung anggota penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, upaya
pemberdayaan, upaya kesehatan perorangan, termasuk pelayanan primer dan
pembangunan berwawasan kesehatan.
2.Memberikan advokasi dan mentoring dalam pencapaian indikator standar
pelayanan minimal bidang kesehatan
3.Memberikan advokasi dan mentoring dalam pelaksanaan pengembangan
kapasitas dan kompetensi teknis pelaksanaurusan kesehatan di daerah;
pelaksanaan standar pelayanan minimal (SPM); pelaksanaan pembagian
urusan dalam antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam bidang kesehatan.
4.Memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada anggota dalam kerangka
peningkatan kapaitas dan kompetensi teknis pelaksanaan urusan bidang
kesehatan.
kegiatanPasal 7
ADINKES mempunyai kegiatan :
Di Bidang Kemanuasiaan yang meliputi :
1.Memberikan dukungan kepada anggota dalam pelayanan
kepada korban bencana
2.Memberikan dukungan dalam melestarikan lingkungan
hidup
3.Memberikan bantuan kepada ibu hamil, bayi dan anak di
bawah tiga tahun yang kekurangan gizi.
12/12/2013
5
jangka waktu
Pasal 8
Asosiasi ini didirikan untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan lamanya.
kekayaanPasal 9
1. Asosiasi mempunyai kekayaan awal yang berasal dari
kekayaan Pendiri yang dipisahkan, dalam bentuk uang yang
berjumlah Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)
2. Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
kekayaan asosiasi dapat juga diperoleh dari : a. iuran
anggota, b. Bantuan dan sumbangan yang tidak mengikat, c.
Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar Asosiasi dan atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku
3. Semua kekayaan asosiasi harus dipergunakan untuk
mencapai maksud dan tujuan asosiasi
12/12/2013
6
organ asosiasi
Pasal 10
Asosiasi mempunyai organ yang terdiri dari :
A.Rapat Umum Anggota
B.Pengawas
C.Pengurus
rapat umum anggotaPasal 11
1. Anggota ADINKES terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa dan
anggota kehormatan.
2. Anggota Biasa adalah Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah di
Indonesia
3. Anggota Luar Biasa ialah perorangan yang pernah menjadi pengurus
ADINKES
4. Anggota Kehormatan adalah pemerhati dan mereka yang mempunyai
keahlian dalam bidang teknis maupun pemerintahan yang terkait
dengan pembangunan kesehatan dalam hal terdapat penggantian Para
Pembina Asosiasi, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh hari) terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pembina
Asosiasi, Pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia
dan instansi terkait.
12/12/2013
7
kewajiban dan hak anggota
Pasal 12
Kewajiban anggota :
1.Menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan
asosisasi
2.Memegang teguh Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan kode etik asosiasi
3.Aktif melaksanakan kegiatan asosiasi
4.Aktif membayar iuran anggota
kewajiban dan hak anggota
Pasal 12
Hak Anggota Biasa :
1.Hak berbicara
2.Hak memilih dan hak dipilih sebagai pengurus
ADINKES
3.Hak mendapat pembinaan, perlindungan dan
pembelaan asosiasi
12/12/2013
8
kewajiban dan hak anggotaPasal 12
Hak Anggota Luar Biasa dan hak Anggota Kehormatan
pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya kepada
anggota pembina lainnya paling lambat 30(tiga puluh
hari)sebelum pengunduran dirinya:
1.Hak berbicara
2.Hak memilih dan hak dipilih sebagai pengurus ADINKES
3.Hak mendapat pembinaan, perlindungan dan pembelaan
asosiasi
4.Hak merasakan kesejahteraan dan hasil usaha dan upaya
asosiasi
dewan pembinaPasal 13
1. Yang dapat diangkat sebagai anggota pembina, adalah perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan yidak dinyatakan bersalah dalam melakukan
Pembina Asosiasi yang menyebabkan kerugian bagi Asosiasi, masyarakat atau
negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima)tahun terhitung
sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2. Pembina diangkat oleh seluruh anggota asosiasi melalui Rapat Umum Anggota untuk
jangka waktu 5(limatahun) dan dapat diangkat kembali
3. Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatan, dengan memberitahukan secara
tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Anggota Pembina lainnya paling
lambat 30(tiga puluh hari) sebelum tanggal pengunduran dirinya.
4. Dalam hal terdapat penggantian Para Pembina Asosiasi, maka dalam jangka waktu
paling lambat 30(tiga puluh hari) terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian
Pembina Asosiasi, pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manuasia Republik Indonesia dan instansi
terkait.
5. Pembina tidak dapat merangkap sebagai pengurus
12/12/2013
9
tata cara pengangkatan
Pasal 14
1. Yang dapat diangkat sebagai anggota pembina, adalah perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan
Pembina Asosiasi yang menyebabkan kerugian bagi Asosiasi, masyarakat atau
negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima)tahun terhitung
sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2. Pembina diangkat oleh seluruh anggota Asosiasi melalui rapat umum anggota untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali
3. Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara
tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada anggota pembina lainnya paling
lambat 30(tiga puluh) hari sebelum pengunduran dirinya.
4. Dalam hal terdapat penggatian Pembina Asosiasi maka dalam jangka waktu paling
lambat 30(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pembina
Asosiasi, pengurus wajib memberitahukan secara tertulis kepada Menteri Kehakiman
dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.
5. Pembina tidak dapat merangkap sebagai pengurus
tata cara pengangkatan
Pasal 15
Jabatan Pembina berakhir apabila:
1.Meninggal Dunia
2.Mengundurkan diri
3.Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan
putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman
penjara paling sedikit 5(lima)tahun
4.Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina
5.Masa jabatan berakhir
12/12/2013
10
hak dan kewajiban pembinaPasal 16
Jabatan Pembina berakhir apabila:
1. Pembina wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugas Pembina
untuk kepentinganAsosiasi
2. Ketua Pembina dan satu anggota Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama
Pembina
3. Pembina berwenang ; a. memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang
dipergunakan Asosiasi b. memeriksa dokumen c. memeriksa pembukuan dan
mencocokannya dengan uang kas; atau d. mengetahui segala tindakan yang telah
dijalankan oleh pengurus
4. Pembina dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih Pengurus,
apabila Pengurus tersebut betindak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Pe,berhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan disertai alasannya
6. Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara Pembina
diwajibkan mengurus Asosiasi.
berakhirnya keanggotaan pengurus pusat
dan pegurus wilayah
Pasal 17
1.Keanggotaan Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah
ADINKES berakhir karena: a. berhenti atas permintaan
sendiri b.meninggal dunia c.berakhir masa jabatannya
dalam kepengurusan dan tidak terpilih kembali d.dijatuhi
hukuma pidana dan oleh Pengadilan Negeri melalui
keputusan yang berkekuatan tetap
2.Bilamana Ketua Umum berhalangan tetap maka
Sekretaris Umum berkewajiban melaksanakan tugas-
tugas Ketua Umum sampai dengan Musyawarah
Nasional berikutnya
12/12/2013
11
rapat pembina
Pasal 18
1. Rapat pembina dapat dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas
permintaan tertulis dari seorang atau lebih Dewan Pembina
2. Panggilan Rapat pembina dilakukan oleh Pembina yang berhak mewakili
Pengawas
3. Panggilan Rapat Pembina disampaikan kepada setiap pengawas secara
langsung atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat
7(tujuh) hari sebelum rapat diadakan , dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat
4. Panggilan rapat harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5. Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan Asosiasi atau di temapt kegiatan
Asosiasi.
6. Rapat Pembina dapat diadakan di tempat laindalam wilayah hukum Republik
indonesia dengan persetujuan dewan Pembina
rapat pembina
Pasal 19
1. Rapat Pembina dipimpin oleh Ketua Umum
2. Dalam hal Ketua umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pembina akan dipimpin
oleh satu orang Pembina yang dipilih oleh dan dari Pembina yang hadir
3. Satu orang anggota Pembinahanya diwakili oleh Pembina lainnya dalam Rapat Pembina
berdasarkan Surat Kuasa
4. Rapat Pembina sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila : a. dihadiri paling
sedkit 2/3(dua per tiga) dari jumlah Anggota Pembina; b.dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4) hurif a tidak tercapai , maka dapat dilakukan pemanggilan Rapat Pembina kedua;
c.pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat
7(tujuh) hari sebelum Rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan
dan tanggal Rapat; d. Rapat Pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10(sepuluh) hari dan
paling lambat 21(duapuluh satu) hari terhitung sejahk Rapat Pembina pertama; e. Rapat Pembina
kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari 1/2
(satu per dua) jumlah anggota Pembina;
12/12/2013
12
rapat pembinaPasal 20
1. Keputusan Rapat Pembina dapat diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan suara setuju, lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang sah
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak
4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan ,
sedangkan pemungutan suara mengenai hak-hal lain dilakukan secara terbuka dan ditandatangan,
kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada yang keberatan dari yang hadir
5. Suara yang abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang
dikeluarkan
6. Setiap Rapat Pembina dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu)
anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh Rapat sebagai Sekretaris Rapat
7. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 tidak disyaratkan apabila berita acara Rapat
dibuat dengan akta notaris
8. Pengawas dapat mengabil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat pembina , dengan ketentuan
semua Pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua pengawas memberikan persetujuan usul yang
dilakukan secara tertulis serta menandatangani usulan tersebut
pengurus
Pasal 21
1. Pengurus adalah organ asosiasi yang dilaksanakan kepengurusan
asosiasi yang sekurang-kurangnya ; a).Seorang Ketua; b). seorang
Sekretaris ; dan c) Seorang Bendahara
2. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang ketua, maka 1 (satu)
diantaranya diangkat sebagai Ketua Umum
3. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu)
diantaranya diangkat sebagai Sekretaris Umum
4. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu)
diantaranya diangkat sebagai Bendahara Umum
12/12/2013
13
pengurusPasal 22
1. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus adalah perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan
pengurusan asosiasi dan menyebabkan kerugian bagi asosiasi, masyarakat, atau
Negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal putuasn tersebut berkekuatan hukum tetap
2. Pengurus diangkat Rapat Anggota untuk jangka waktu 5(lima) tahun dan dapat
diangkat kembali.
3. Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium apabila pengurus asosiasi ; a).
bukan pendiri asosiasi dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas;
dan b)melaksanakan kepengurusan asosiasi secara langsung dan penuh.
4. Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama
30(tigapuluh0 hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan
Rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
pengurusPasal 22
5. Dalam hal semua jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling
lama 30(tigapuluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus
menyelenggarakan Rapat, untuk mengangkat pengurus baru dan untuk
sementara asosiasi diurus oleh pembina
6. Pengurus berhak untuk mengundurkan diri dari jabatannya, dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada pembina
paling lambat 30 (tigapuluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya
7. Dalam hal terdapat penggantian Pengurus asosiasi, maka dalam jangka waktu
paling lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal penggantian pengurus
asosiasi, Pembina wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
Menteri Hukum dan HAM RI dan instansi terkait.
8. Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengawas atau
Pelaksana kegiatan.
12/12/2013
14
PENGAWAS ATAU
PELAKSANA KEGIATAN
Pasal 23
Jabatan Pengurus berakhir apabila :
1.meninggal dunia;
2.mengundurkan diri
3.bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5(lima) tahun;
4.diberhentikan berdasarkan keputusan rapat
5.masa jabatan berakhir
tugas dan wewenang
pengurusPasal 24
1. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan asosiasi untuk
kepentingan asosiasi
2. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan
asosiasi untuk disahkan oleh Pembina
3. Pengurus wajib meberikan penjelasan tentang segala yang ditanyakan Pembina
4. Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab
menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
5. Pengurus berhak mewakili asosiasi di dalam dan di luar pengadilan tentang
segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal
sebagai berikut :
12/12/2013
15
tugas dan wewenang
pengurusPasal 24
A. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama asosiasi (tidak termasuk mengambil uang
asosiasi di Bank);
B. Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha baik
di dalam maupun di luar negeri;
C. Memberi atau menerima pengalihan atau harta tetap;
D. Membeli atau dengan cara lain lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atas nama asosiasi
E. Menjual atau dengan cara lain melepasakan kekayaan asosiasi serta
mengagunkan/membebani kekayaan asosiasi
F. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Asosiasi, Pengurus dan
atau Pengawas Asosiasi atau seorang yang bekerja pada asosiasi yang perjanjian tersebut
bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan asosiasi
G. Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a,b,c,d,e dan f harus mendapat
persetujuan dari Pembina.
tugas dan wewenang
pengurusPasal 25
Pengurus tidak berwenang mewakili Asosiasi dalam hal :
1.mengikat asosiasi sebagai jaminan hutang;
2.membebani kekayaan asosiasi untuk kepentingan pihak
lain;
3.mengadakan perjanjian dengan organisasi yang
terafiliasi dengan asosiasi, Pengurus dan atau Pembina
atau seorang yang bekerja pada asosiasi, yang
perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi
tercapainya maksud dan tujuan asosiasi
12/12/2013
16
tugas dan wewenang
pengurusPasal 26
1. Ketua Umum bersama dengan salah satu anggota Pengurus lainnya berwenang bertindak untuk dan atas
nama Pengurus serta mewakili asosiasi
2. Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu
dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang ketua lainnya bersama-sama dengan Sekretaris Umum atau
apabila Sekretaris Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu
dibuktikan kepada pihak ketiga, seorang ketua lainnya bersama dengan seorang Sekretaris lainnya berwenang
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili asosiasi.
3. Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Ketua Umum
berlaku juga baginya
4. Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Asosiasi, dalam hal hanya adas eorang Sekretaris, maka
segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Sekretaris Umum berlaku baginya
5. Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan asosiasi, dalam hal hanya ada seorang Bendahara, maka
segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Bendahara umum berlaku baginya
6. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina melalui Rapat Pembina
7. Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan
kuasa.
tugas dan wewenang
pengurusPasal 27
1. Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas
permintaan tertulis dari satu orang atau lebih Pengurus, atau Pembina.
2. Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus
3. Penggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada setiap anggota pengurus secara
langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat
7(tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat
4. Panggilan Rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara
rapat.
5. Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan asosiasi atau di tempat kegiatan
asosiasi
6. Rapat Pengurus dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia
dengan persetujuan Pembina
12/12/2013
17
tugas dan wewenang
pengurusPasal 28
1. Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum
2. Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus
akan dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus
sendiri
3. Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh pengurus lainnya dalam Rapat
Pengurus berdasarkan surat kuasa
4. Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat
apabila : a. dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah pengurus, b.dalam hal
kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua; c.pemanggilans ebagaiman yang
dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7(tujuh) hari sebelum
rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
rapat; d.rapat pengurus kedua diselenggarakan paling lambat 10 (sepuluh) hari dan
paling lambat 21(dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama;
e.Rapat pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat,
apabila dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah pengurus.
tugas dan wewenang
pengurusPasal 29
1. Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan
suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang sah.
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak
4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan
pemungutan suara menganai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak
ada keberatan dari yang hadir
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan
6. Setiap Rapat Pengurus dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota
pengurus lainnya yang ditunjuk oleh Rapat sebagai Sekretaris Rapat
7. Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuatkan dengan
akta notaris
8. Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengurus, dengan ketentuan semua
anggota pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota pengurus memberikan persetujuan mengenai
usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
9. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan
yang dia,bil dengan sah dalam Rapat Pengurus.
12/12/2013
18
musyawarah nasional
anggotaPasal 30
1. Musyawarah Nasional Anggota adalah rapat yang diadakan Pengurus dan Pembina
2. Musyawarah nasional anggota diadakan paling lambat 30 (tiga puluh)hari terhitung sejak Asosiasi tidak
lagi mempunyai sebagian besar Pembina maupun Pengurus.
3. Panggilan Musyawarah nasional Anggota dilakukan oleh Pengurus
4. Panggilan Musyawarah Nasional Anggota disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pembina secara
langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7(tujuh) hari sebelum rapat
diadakan , dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan rapat.
5. Panggilan Musyawarah Nasional Anggota harus mencantumkan tanggal, waktu tempat dan acara rapat.
6. Musyawarah Nasional Anggota diadakan di tempat kedudukan Asosiasi atau di tempat kegiatan asosiasi
7. Musyawarah Nasional Anggota dipimpin oleh Ketua Pengurus
8. Dalam hal Ketua Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Musyawarah Nasional Anggota
dipimpin oleh Ketua Pembina
9. Dalam Ketua Pengurus dan Ketua Pembina tidak atau berhalangan hadir, maka Musyawarah Nasional
Anggota dipimpin oleh Pengurus atau Pembina yang dipilih oleh dan dari Pengurus dan Pembina yang
hadir
musyawarah nasional
anggotaPasal 31
1. Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh pengurus lainnya dalam Rapat
Gabungan berdasarkan surat kuasa
2. Satu orang Pembina hanya dapat diwakili oleh Pembina lainnya dalam Rapat
Gabungan berdasarkan surat kuasa
3. Setiap Pengurus atau Pembina yanghadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara
dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap Pengurus atau Pembina lainnya yang
diwakilinya
4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup
tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain
dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak da
keberatan dari yang hadir.
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan , dan
dianggap tidak ada.
12/12/2013
19
musyawarah nasional
anggotaPasal 32
1. a). Musyawarah Nasional Anggota adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri
paling sedikit 2/3 9dua per tiga) dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota setiap Provinsi. b). dalam hal kuorum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Musayawarah Nasional
Anggota kedua. c). Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling lambat
7 (tujuh) hari sebelum diselenggarakan , dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
Musyawarah Nasional. d). Musyawarah Nasional Anggota kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh)
hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Musyawarah Nasional pertama. e). Musyawarah
Nasional Anggota kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri paling
sedikit 1/2 (satu per dua) dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten dan stu Kepala Dinas Kesehatan Kota.
2. Keputusan Musyawarah Nasional Anggota sebagaimana tersebut di atas ditetapkan berdasarkan musyawarah
untuk mufakat
3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan
pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah suara yang sah
yang dikeluarkan dalam rapat.
4. Setiap Rapat Umum Anggota dibuat Berita Acara Rapat, yang untuk pengesahannya ditandatangani oleh Ketua
Rapat dan 1 (satu) orang anggota dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota yang hadir yang ditunjuk oleh rapat
musyawarah nasional
anggotaPasal 32
5. Berita Acara rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menjadi bukti yang sah
terhadap asosiasi dari pihak ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi
dalam rapat
6. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak disyaratkan apabila
Berita Acara Rapat dibuat dengan akta Notaris
7. Anggota Pengurus dan Anggota Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang
sah tanpa mengadakan Musyawarah Nasional Anggota, dengan ketentuan semua
pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua pengurus dan semua pembina
meberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis dengan
menadatangani usul tersebut.
8. Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam
Musayawarah Nasional Anggota.
12/12/2013
20
perubahan anggaran dasar
Pasal 33
1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Keputusan Rapat umum Anggota,
yang dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota setiap Provinsi
2. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan ditetapkan
berdasrkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah dari jumlah Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota
setiap Provinsi yang hadir atau yang diwakili
4. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak tercapain, maka diadakan pemanggilan
Rapat Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal Rapat Umum Anggota yang
pertama
5. Rapat Anggota kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) dari seluruh dari
seluruh jumlah dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota setiap Provinsi
6. Keputuasan Rapat Umum Anggota kedua sah, apabila diambil berdasrkan persetujuan suara terbanyak
dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan satu
Kepala Dinas Kesehatan Kota setiap Provinsi yang hadir atau yang diwakili
perubahan anggaran dasar
Pasal 34
1. Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia
2. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan
tujuan asosiasi
3. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan
asosiasi, harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Ham RI
4. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut selain hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan
HAM RI
5. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat asosiasi
dinyatakan pailit, kecuali atas persetujuan kurator.
12/12/2013
21
penggabungan
Pasal 35
1. Penggabungan asosiasi dapat dilakukan dengan menggabungkan
1(satu) atau lebih asosiasi dengan asosiasi lain, dengan mengakibatkan
asosiasi yang menggabungkan diri menjadi bubar
2. Penggabungan asosiasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan dengan memperhatikan : a). ketidakmampuan asoasiasi
melaksansakan kegiatan usaha tanpa dukungan asosiasi lain; b).
asosiasi yang menerima penggabungan dan yang bergabung
kegiatannya sejenis; atau c). asosiasi yangmenggabungkan diri tidak
pernah melakukan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya,
ketertiban umum dan kesusilaan.
3. Usul dan penggabungan asosiasi dapat disampaikan oleh Pengurus
kepada Pembina.
penggabunganPasal 36
1. Penggabungan asosiasi dapat dilakukan berdasarkan Musyawarah Nasional Anggota yang dihadiri paling
sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota dan disetujui paling sedikit 3/4 dari jumlah seluruh
anggota yang hadir
2. Pengurus dari masing-masing asosiasi yang akan menggabungkan diridan yang akan menerima
pemggabungan menyusun usul rencana penggabungan
3. Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dituangkan dalam rancangan akta
penggabungan oleh pengurus dari asoasiasi yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima
penggabungan
4. Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Pembina masing-masing asosiasi
5. Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dituangkan dalam akta penggabungan yang dibuat
dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia
6. Pengurus asosiasi hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabunga dalam surat kabar
haran berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penggabungan selesai
dilakukan
7. Dalam hal penggabungan asosiasi diikuti dengan Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan
persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI, maka aktaa Anggaran Dasar wajib disampaikan kepada
Menteri Hukum dan HAM RI untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan.
12/12/2013
22
pembubaran
Pasal 37
1.Asosiasi bubar karena: a). alasan
sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu
yang ditetapkan , dalam Anggaran Dasar
berhasil; b). tujuan asosiasi yang ditetapkan
dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak
tercapai; c).putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan :
pembubaran
Pasal 37
1. Asosiasi yang melanggar ketertiban umum dan
kesusilaan
2. tidak mampu membayar hutangnya setelah
dinyatakan pailit; atau
3. harta kekayaan asosiasi tidak cukup untuk
melunasi hutangnya setelah pernyataan pailit
dicabut.
12/12/2013
23
pembubaran
Pasal 37
2. Dalam hal asosiasi bubar sebagaimana diatur
dalam ayat (1) huruf a dan b, Pembina
menunjuk likuidator untuk membereskan
kekayaan asosiasi
3. Dalam hal ditunjuk likuidator, maka pengurus
bertindak sebagai likuidator
pembubaran
Pasal 38
1. Dalam hal asosiasi bubar, asosiasi tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk
membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi
2. Dalam hal asosiasi sedang dalam proses likuidasi, untuk semua surat keluar dicantumkan
frasa “dalam likuidasi” di belakang nama asosiasi.
3. Dalam hal yayasan bubar karen putusan pengadilan juga menunjuk likuidator
4. Dalam hal pembubaran asosiasi karena pailit, berlaku peraturan perundang-undangan di
bidang kepailitan
5. Ketentuan mengani penunjukan, pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian,
wewenang, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta pengawasan terhadap Pengurus,
berlaku juga bagi likuidator
6. Likuidator atau kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan yayasan yang
bubar atau yang dibubarkan , paling lambat 5(lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan
wajib mengumumkan pembubaran asosiasi dan proses likuidasinya dalam surat kabar
berbahasa Indonesia
12/12/2013
24
pembubaran
Pasal 38
7. Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajib
mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar harian berbahasa
Indonesia
8. Likuidator atau kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal proses likuidasi berkahir wajib melaporkan
Pembubaran Yayasan kepada Pembina.
9. Dalam hal laporan mengenai pembubaran asosiasi sebagaimana
dimaksud ayat (80 dan pengumuman hasil likuidasi sebagaiaman
dimaksud ayat 970 tidak dilakukan, maka bubarnya asosiasi tidak
berlaku bagi Pihak Ketiga
cara penggunaan kekayaan
sisa likuidasiPasal 39
1. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada asosiasi lain yang
mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan asosiasi yang
bubar
2. Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang melakukan
kegiatan yang sama dengan asosiasi yang bubar, apabila hal
tersebut diatur dalam Undang-Uandang yang berlaku bagi badan
hukum tersebut
3. Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada
asosiasi lain atau badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2), kekayaan tersebut diserahkan kepada Negara
dan penggunaannya dilakukan dengan maksud dan tujuan asosiasi
yang bubar.
12/12/2013
25
ketentuan peralihan
Pasal 40
Perubahan ini bersifat sementara dan akan
diputuskan dalam forum tertinggi
peraturan penutup
Pasal 41
1. Susunan Pengurus Pusat ADINKES terdiri dari :
A. Pelindung : - Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
- Menteri Kesehatan Republik Indonesia
B Penasehat : - Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
- Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
- Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia
- Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
dan Desentralisasi
C Pembina : 1. dr. UMAR WAHID HASYIM, SpP
2. dr. YUDHI PRAYUDHA I.D MPH
3. DR.drg. SONYA PRIYADHARSINI, MSi
12/12/2013
26
peraturan penutup
Pasal 41
1. Pengurus :
A. Ketua Umum : dr. KHRISNAJAYA, MS
B Wakil Ketua : 1. dr. DIEN EMAWATI, MKes
2. dr. ALMA LUCYATI, MKES, MSi, MHKes.
C Sekretaris Umum : dr. ANGLIANA DIANAWATI
Sekretaris : dr. SALIMAR SALIM, MARS
Sekretaris : drg. NANI ISNAENI LESTARI MKes.
Bendahara
Umum
: drg. TINI SURYANTINI MKes.
Bendahara : Dra. AVA W KANTAATMADJA, Apt, MM
Bendahara : dr. NOERZAMANTI LIES KARMAWATI, MKes.
peraturan penutup
Pasal 41
Bidang Hubungan Eksternal dan Lembaga Internaional :
1.dr. FERDINAND JOHANIS MPHM
2.dr. YANRI WIJAYANTI, PhD, SpPD
Bidang Pengembangan Organisasi :
1.DR. MADE SUWANDI, MSc
2.dr. ACHMAD HARJADI, MSc
Bidang Pengembangan Jaminan Pelayanan Kesehatan :
1.dr. BONDAN AGUS SOERYANTO
2.drg. YUDITHA ENDAH, MKes.
12/12/2013
27
peraturan penutupDEWAN PAKAR
1. Prof. DR.dr. AGUS PURWADIANTO
2. dr. HAIKIN RAHMAT, MPH
3. dr. BAMBANG IRAWAN, MSc
4. dr. IWAN SETYAWAN SUPARLAN, MPH
5. dr. BAGUS SUKASWARA WIJAYA, MPH
6. dr. PAUDAH DARMI, MSi
7. dr. HARTANTO
8. drg. ROSIHAN ADHANI, MS
9. dr. IWAN MULYONO, MPH
10. dr. ABDUL RIVAI, MKes
11. dr. M. SUBUH, MSCPH
12. dr. ANDI MUHADIR, MPH