adinkes pusatdiskes.jabarprov.go.id/dmdocuments/sosialisasi_adinkes_pusat_2013.pdf · 12/12/2013 3...

27
12/12/2013 1 ADINKES PUSAT NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1.Asosiasi ini bernama ASOSIASI DINAS KESEHATAN SELURUH INDONESIA atau ADINKES, berkedudukan dan berkantor pusat di Rukan Royal Palace, Blok B Nomor 31, Jalan Profesor Supomo, Jakarta Selatan 2.Asosiasi dapat membuka kantor cabang atau perwakilan di tempat lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia berdasarkan keputusan Pengurus dengan persetujuan Pembina

Upload: tranmien

Post on 10-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

12/12/2013

1

ADINKES PUSAT

NAMA DAN TEMPAT

KEDUDUKAN

Pasal 1

1.Asosiasi ini bernama ASOSIASI DINAS KESEHATAN

SELURUH INDONESIA atau ADINKES, berkedudukan

dan berkantor pusat di Rukan Royal Palace, Blok B

Nomor 31, Jalan Profesor Supomo, Jakarta Selatan

2.Asosiasi dapat membuka kantor cabang atau

perwakilan di tempat lain, baik di dalam maupun di luar

wilayah Republik Indonesia berdasarkan keputusan

Pengurus dengan persetujuan Pembina

12/12/2013

2

azas, visi, misi, fungsi dan

tujuan

Pasal 2

ADINKES berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945

Pasal 3

ADINKES mempunyai visi menjadi mitra utama

Pemerintah dan Pemerintah Daerah seluruh

Indonesia

azas, visi, misi, fungsi dan

tujuanPasal 4

ADINKES mempunyai misi :

1. Meningkatkan komunikasi antar anggota, pemerintah, swasta dan

masyarakat dalam melaksanakan otonomi daerah/desentralisasi

2. Mengembangkan kapasitas dan meningkatkan kompetensi anggota

dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

3. Menggerakan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan

4. Mendukung pemerintah dalam pengembangan upaya kesehatan

masyarakat, perorangan dan pemberdayaan masyarakat.

5. Mendukung pemerintah dalam pengembangan upaya kesehatan

perorangan terutama pelayanan primer

6. Mendukung implementasi Jaminan KesehatanNasional di daerah

12/12/2013

3

azas, visi, misi, fungsi dan

tujuanPasal 5

ADINKES mempunyai tugas : membantu Pemerintah dalam

mewujudkan tujuan pembangunan Nasional

ADINKES berfungsi sebagai :

1.Wadah pembinaan dan pengembangan Dinas Kesehatan

Daerah sebagai Penanggung Jawab Urusan Kesehatan di

daerah

2.Wadah peran serta anggota dan organisasi dalam

mensukseskan pembangunan nasional

3.Sarana komunikasi dan kerjasama antar anggota dan

organisasi lainnya, serta berupaya membangun harmonisasi

hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

azas, visi, misi, fungsi dan

tujuanPasal 6

ADINKES mempunyai tujuan :

1.Menjadikan Dinas Kesehatan yang maju dan berdaya saing

tinggi

2.Mengadakan upaya-upaya dalam meningkatkan kapasitas

anggota

3.Membantu anggota dalam menjaga keberadaannya dalam

pelaksanaan tugas dan fungsinya

4.Menjadi mitra pemerintah dalam mewujudkan regulasi yang

benar dan dapat diterima semua pihak serta pelaksanaan

sosialisasi, mentoring, monitoring dan evaluasi pelaksanaan

regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah

5.Membantu pemerintah dalam berbagai program pembangunan

kesehatan

12/12/2013

4

kegiatanPasal 7

ADINKES mempunyai kegiatan :

Di Bidang Pelayanan yang meliputi :

1.Mendukung anggota penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, upaya

pemberdayaan, upaya kesehatan perorangan, termasuk pelayanan primer dan

pembangunan berwawasan kesehatan.

2.Memberikan advokasi dan mentoring dalam pencapaian indikator standar

pelayanan minimal bidang kesehatan

3.Memberikan advokasi dan mentoring dalam pelaksanaan pengembangan

kapasitas dan kompetensi teknis pelaksanaurusan kesehatan di daerah;

pelaksanaan standar pelayanan minimal (SPM); pelaksanaan pembagian

urusan dalam antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam bidang kesehatan.

4.Memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada anggota dalam kerangka

peningkatan kapaitas dan kompetensi teknis pelaksanaan urusan bidang

kesehatan.

kegiatanPasal 7

ADINKES mempunyai kegiatan :

Di Bidang Kemanuasiaan yang meliputi :

1.Memberikan dukungan kepada anggota dalam pelayanan

kepada korban bencana

2.Memberikan dukungan dalam melestarikan lingkungan

hidup

3.Memberikan bantuan kepada ibu hamil, bayi dan anak di

bawah tiga tahun yang kekurangan gizi.

12/12/2013

5

jangka waktu

Pasal 8

Asosiasi ini didirikan untuk jangka waktu yang

tidak ditentukan lamanya.

kekayaanPasal 9

1. Asosiasi mempunyai kekayaan awal yang berasal dari

kekayaan Pendiri yang dipisahkan, dalam bentuk uang yang

berjumlah Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)

2. Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

kekayaan asosiasi dapat juga diperoleh dari : a. iuran

anggota, b. Bantuan dan sumbangan yang tidak mengikat, c.

Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran

Dasar Asosiasi dan atau peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3. Semua kekayaan asosiasi harus dipergunakan untuk

mencapai maksud dan tujuan asosiasi

12/12/2013

6

organ asosiasi

Pasal 10

Asosiasi mempunyai organ yang terdiri dari :

A.Rapat Umum Anggota

B.Pengawas

C.Pengurus

rapat umum anggotaPasal 11

1. Anggota ADINKES terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa dan

anggota kehormatan.

2. Anggota Biasa adalah Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah di

Indonesia

3. Anggota Luar Biasa ialah perorangan yang pernah menjadi pengurus

ADINKES

4. Anggota Kehormatan adalah pemerhati dan mereka yang mempunyai

keahlian dalam bidang teknis maupun pemerintahan yang terkait

dengan pembangunan kesehatan dalam hal terdapat penggantian Para

Pembina Asosiasi, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh hari) terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pembina

Asosiasi, Pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis

kepada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia

dan instansi terkait.

12/12/2013

7

kewajiban dan hak anggota

Pasal 12

Kewajiban anggota :

1.Menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan

asosisasi

2.Memegang teguh Anggaran Dasar, Anggaran

Rumah Tangga dan kode etik asosiasi

3.Aktif melaksanakan kegiatan asosiasi

4.Aktif membayar iuran anggota

kewajiban dan hak anggota

Pasal 12

Hak Anggota Biasa :

1.Hak berbicara

2.Hak memilih dan hak dipilih sebagai pengurus

ADINKES

3.Hak mendapat pembinaan, perlindungan dan

pembelaan asosiasi

12/12/2013

8

kewajiban dan hak anggotaPasal 12

Hak Anggota Luar Biasa dan hak Anggota Kehormatan

pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan

memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya kepada

anggota pembina lainnya paling lambat 30(tiga puluh

hari)sebelum pengunduran dirinya:

1.Hak berbicara

2.Hak memilih dan hak dipilih sebagai pengurus ADINKES

3.Hak mendapat pembinaan, perlindungan dan pembelaan

asosiasi

4.Hak merasakan kesejahteraan dan hasil usaha dan upaya

asosiasi

dewan pembinaPasal 13

1. Yang dapat diangkat sebagai anggota pembina, adalah perseorangan yang mampu

melakukan perbuatan hukum dan yidak dinyatakan bersalah dalam melakukan

Pembina Asosiasi yang menyebabkan kerugian bagi Asosiasi, masyarakat atau

negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima)tahun terhitung

sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.

2. Pembina diangkat oleh seluruh anggota asosiasi melalui Rapat Umum Anggota untuk

jangka waktu 5(limatahun) dan dapat diangkat kembali

3. Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatan, dengan memberitahukan secara

tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Anggota Pembina lainnya paling

lambat 30(tiga puluh hari) sebelum tanggal pengunduran dirinya.

4. Dalam hal terdapat penggantian Para Pembina Asosiasi, maka dalam jangka waktu

paling lambat 30(tiga puluh hari) terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian

Pembina Asosiasi, pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis

kepada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manuasia Republik Indonesia dan instansi

terkait.

5. Pembina tidak dapat merangkap sebagai pengurus

12/12/2013

9

tata cara pengangkatan

Pasal 14

1. Yang dapat diangkat sebagai anggota pembina, adalah perseorangan yang mampu

melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan

Pembina Asosiasi yang menyebabkan kerugian bagi Asosiasi, masyarakat atau

negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima)tahun terhitung

sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.

2. Pembina diangkat oleh seluruh anggota Asosiasi melalui rapat umum anggota untuk

jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali

3. Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara

tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada anggota pembina lainnya paling

lambat 30(tiga puluh) hari sebelum pengunduran dirinya.

4. Dalam hal terdapat penggatian Pembina Asosiasi maka dalam jangka waktu paling

lambat 30(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pembina

Asosiasi, pengurus wajib memberitahukan secara tertulis kepada Menteri Kehakiman

dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.

5. Pembina tidak dapat merangkap sebagai pengurus

tata cara pengangkatan

Pasal 15

Jabatan Pembina berakhir apabila:

1.Meninggal Dunia

2.Mengundurkan diri

3.Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan

putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman

penjara paling sedikit 5(lima)tahun

4.Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina

5.Masa jabatan berakhir

12/12/2013

10

hak dan kewajiban pembinaPasal 16

Jabatan Pembina berakhir apabila:

1. Pembina wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugas Pembina

untuk kepentinganAsosiasi

2. Ketua Pembina dan satu anggota Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama

Pembina

3. Pembina berwenang ; a. memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang

dipergunakan Asosiasi b. memeriksa dokumen c. memeriksa pembukuan dan

mencocokannya dengan uang kas; atau d. mengetahui segala tindakan yang telah

dijalankan oleh pengurus

4. Pembina dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih Pengurus,

apabila Pengurus tersebut betindak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

5. Pe,berhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang

bersangkutan disertai alasannya

6. Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara Pembina

diwajibkan mengurus Asosiasi.

berakhirnya keanggotaan pengurus pusat

dan pegurus wilayah

Pasal 17

1.Keanggotaan Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah

ADINKES berakhir karena: a. berhenti atas permintaan

sendiri b.meninggal dunia c.berakhir masa jabatannya

dalam kepengurusan dan tidak terpilih kembali d.dijatuhi

hukuma pidana dan oleh Pengadilan Negeri melalui

keputusan yang berkekuatan tetap

2.Bilamana Ketua Umum berhalangan tetap maka

Sekretaris Umum berkewajiban melaksanakan tugas-

tugas Ketua Umum sampai dengan Musyawarah

Nasional berikutnya

12/12/2013

11

rapat pembina

Pasal 18

1. Rapat pembina dapat dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas

permintaan tertulis dari seorang atau lebih Dewan Pembina

2. Panggilan Rapat pembina dilakukan oleh Pembina yang berhak mewakili

Pengawas

3. Panggilan Rapat Pembina disampaikan kepada setiap pengawas secara

langsung atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat

7(tujuh) hari sebelum rapat diadakan , dengan tidak memperhitungkan tanggal

panggilan dan tanggal rapat

4. Panggilan rapat harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.

5. Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan Asosiasi atau di temapt kegiatan

Asosiasi.

6. Rapat Pembina dapat diadakan di tempat laindalam wilayah hukum Republik

indonesia dengan persetujuan dewan Pembina

rapat pembina

Pasal 19

1. Rapat Pembina dipimpin oleh Ketua Umum

2. Dalam hal Ketua umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pembina akan dipimpin

oleh satu orang Pembina yang dipilih oleh dan dari Pembina yang hadir

3. Satu orang anggota Pembinahanya diwakili oleh Pembina lainnya dalam Rapat Pembina

berdasarkan Surat Kuasa

4. Rapat Pembina sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila : a. dihadiri paling

sedkit 2/3(dua per tiga) dari jumlah Anggota Pembina; b.dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud

dalam ayat (4) hurif a tidak tercapai , maka dapat dilakukan pemanggilan Rapat Pembina kedua;

c.pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat

7(tujuh) hari sebelum Rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan

dan tanggal Rapat; d. Rapat Pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10(sepuluh) hari dan

paling lambat 21(duapuluh satu) hari terhitung sejahk Rapat Pembina pertama; e. Rapat Pembina

kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari 1/2

(satu per dua) jumlah anggota Pembina;

12/12/2013

12

rapat pembinaPasal 20

1. Keputusan Rapat Pembina dapat diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat

2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil

berdasarkan suara setuju, lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang sah

3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak

4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan ,

sedangkan pemungutan suara mengenai hak-hal lain dilakukan secara terbuka dan ditandatangan,

kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada yang keberatan dari yang hadir

5. Suara yang abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang

dikeluarkan

6. Setiap Rapat Pembina dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu)

anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh Rapat sebagai Sekretaris Rapat

7. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 tidak disyaratkan apabila berita acara Rapat

dibuat dengan akta notaris

8. Pengawas dapat mengabil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat pembina , dengan ketentuan

semua Pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua pengawas memberikan persetujuan usul yang

dilakukan secara tertulis serta menandatangani usulan tersebut

pengurus

Pasal 21

1. Pengurus adalah organ asosiasi yang dilaksanakan kepengurusan

asosiasi yang sekurang-kurangnya ; a).Seorang Ketua; b). seorang

Sekretaris ; dan c) Seorang Bendahara

2. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang ketua, maka 1 (satu)

diantaranya diangkat sebagai Ketua Umum

3. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu)

diantaranya diangkat sebagai Sekretaris Umum

4. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu)

diantaranya diangkat sebagai Bendahara Umum

12/12/2013

13

pengurusPasal 22

1. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus adalah perseorangan yang mampu

melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan

pengurusan asosiasi dan menyebabkan kerugian bagi asosiasi, masyarakat, atau

Negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung

sejak tanggal putuasn tersebut berkekuatan hukum tetap

2. Pengurus diangkat Rapat Anggota untuk jangka waktu 5(lima) tahun dan dapat

diangkat kembali.

3. Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium apabila pengurus asosiasi ; a).

bukan pendiri asosiasi dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas;

dan b)melaksanakan kepengurusan asosiasi secara langsung dan penuh.

4. Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama

30(tigapuluh0 hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan

Rapat, untuk mengisi kekosongan itu.

pengurusPasal 22

5. Dalam hal semua jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling

lama 30(tigapuluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus

menyelenggarakan Rapat, untuk mengangkat pengurus baru dan untuk

sementara asosiasi diurus oleh pembina

6. Pengurus berhak untuk mengundurkan diri dari jabatannya, dengan

memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada pembina

paling lambat 30 (tigapuluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya

7. Dalam hal terdapat penggantian Pengurus asosiasi, maka dalam jangka waktu

paling lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal penggantian pengurus

asosiasi, Pembina wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada

Menteri Hukum dan HAM RI dan instansi terkait.

8. Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengawas atau

Pelaksana kegiatan.

12/12/2013

14

PENGAWAS ATAU

PELAKSANA KEGIATAN

Pasal 23

Jabatan Pengurus berakhir apabila :

1.meninggal dunia;

2.mengundurkan diri

3.bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang

diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5(lima) tahun;

4.diberhentikan berdasarkan keputusan rapat

5.masa jabatan berakhir

tugas dan wewenang

pengurusPasal 24

1. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan asosiasi untuk

kepentingan asosiasi

2. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan

asosiasi untuk disahkan oleh Pembina

3. Pengurus wajib meberikan penjelasan tentang segala yang ditanyakan Pembina

4. Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab

menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku

5. Pengurus berhak mewakili asosiasi di dalam dan di luar pengadilan tentang

segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal

sebagai berikut :

12/12/2013

15

tugas dan wewenang

pengurusPasal 24

A. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama asosiasi (tidak termasuk mengambil uang

asosiasi di Bank);

B. Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha baik

di dalam maupun di luar negeri;

C. Memberi atau menerima pengalihan atau harta tetap;

D. Membeli atau dengan cara lain lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atas nama asosiasi

E. Menjual atau dengan cara lain melepasakan kekayaan asosiasi serta

mengagunkan/membebani kekayaan asosiasi

F. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Asosiasi, Pengurus dan

atau Pengawas Asosiasi atau seorang yang bekerja pada asosiasi yang perjanjian tersebut

bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan asosiasi

G. Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a,b,c,d,e dan f harus mendapat

persetujuan dari Pembina.

tugas dan wewenang

pengurusPasal 25

Pengurus tidak berwenang mewakili Asosiasi dalam hal :

1.mengikat asosiasi sebagai jaminan hutang;

2.membebani kekayaan asosiasi untuk kepentingan pihak

lain;

3.mengadakan perjanjian dengan organisasi yang

terafiliasi dengan asosiasi, Pengurus dan atau Pembina

atau seorang yang bekerja pada asosiasi, yang

perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi

tercapainya maksud dan tujuan asosiasi

12/12/2013

16

tugas dan wewenang

pengurusPasal 26

1. Ketua Umum bersama dengan salah satu anggota Pengurus lainnya berwenang bertindak untuk dan atas

nama Pengurus serta mewakili asosiasi

2. Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu

dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang ketua lainnya bersama-sama dengan Sekretaris Umum atau

apabila Sekretaris Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu

dibuktikan kepada pihak ketiga, seorang ketua lainnya bersama dengan seorang Sekretaris lainnya berwenang

bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili asosiasi.

3. Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Ketua Umum

berlaku juga baginya

4. Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Asosiasi, dalam hal hanya adas eorang Sekretaris, maka

segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Sekretaris Umum berlaku baginya

5. Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan asosiasi, dalam hal hanya ada seorang Bendahara, maka

segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Bendahara umum berlaku baginya

6. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina melalui Rapat Pembina

7. Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan

kuasa.

tugas dan wewenang

pengurusPasal 27

1. Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas

permintaan tertulis dari satu orang atau lebih Pengurus, atau Pembina.

2. Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus

3. Penggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada setiap anggota pengurus secara

langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat

7(tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal

panggilan dan tanggal rapat

4. Panggilan Rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara

rapat.

5. Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan asosiasi atau di tempat kegiatan

asosiasi

6. Rapat Pengurus dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia

dengan persetujuan Pembina

12/12/2013

17

tugas dan wewenang

pengurusPasal 28

1. Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum

2. Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus

akan dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus

sendiri

3. Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh pengurus lainnya dalam Rapat

Pengurus berdasarkan surat kuasa

4. Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat

apabila : a. dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah pengurus, b.dalam hal

kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat

diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua; c.pemanggilans ebagaiman yang

dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7(tujuh) hari sebelum

rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal

rapat; d.rapat pengurus kedua diselenggarakan paling lambat 10 (sepuluh) hari dan

paling lambat 21(dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama;

e.Rapat pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat,

apabila dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah pengurus.

tugas dan wewenang

pengurusPasal 29

1. Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat

2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan

suara setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang sah.

3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak

4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan

pemungutan suara menganai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak

ada keberatan dari yang hadir

5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan

6. Setiap Rapat Pengurus dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota

pengurus lainnya yang ditunjuk oleh Rapat sebagai Sekretaris Rapat

7. Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuatkan dengan

akta notaris

8. Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengurus, dengan ketentuan semua

anggota pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota pengurus memberikan persetujuan mengenai

usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.

9. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan

yang dia,bil dengan sah dalam Rapat Pengurus.

12/12/2013

18

musyawarah nasional

anggotaPasal 30

1. Musyawarah Nasional Anggota adalah rapat yang diadakan Pengurus dan Pembina

2. Musyawarah nasional anggota diadakan paling lambat 30 (tiga puluh)hari terhitung sejak Asosiasi tidak

lagi mempunyai sebagian besar Pembina maupun Pengurus.

3. Panggilan Musyawarah nasional Anggota dilakukan oleh Pengurus

4. Panggilan Musyawarah Nasional Anggota disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pembina secara

langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7(tujuh) hari sebelum rapat

diadakan , dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan rapat.

5. Panggilan Musyawarah Nasional Anggota harus mencantumkan tanggal, waktu tempat dan acara rapat.

6. Musyawarah Nasional Anggota diadakan di tempat kedudukan Asosiasi atau di tempat kegiatan asosiasi

7. Musyawarah Nasional Anggota dipimpin oleh Ketua Pengurus

8. Dalam hal Ketua Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Musyawarah Nasional Anggota

dipimpin oleh Ketua Pembina

9. Dalam Ketua Pengurus dan Ketua Pembina tidak atau berhalangan hadir, maka Musyawarah Nasional

Anggota dipimpin oleh Pengurus atau Pembina yang dipilih oleh dan dari Pengurus dan Pembina yang

hadir

musyawarah nasional

anggotaPasal 31

1. Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh pengurus lainnya dalam Rapat

Gabungan berdasarkan surat kuasa

2. Satu orang Pembina hanya dapat diwakili oleh Pembina lainnya dalam Rapat

Gabungan berdasarkan surat kuasa

3. Setiap Pengurus atau Pembina yanghadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara

dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap Pengurus atau Pembina lainnya yang

diwakilinya

4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup

tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain

dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak da

keberatan dari yang hadir.

5. Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan , dan

dianggap tidak ada.

12/12/2013

19

musyawarah nasional

anggotaPasal 32

1. a). Musyawarah Nasional Anggota adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri

paling sedikit 2/3 9dua per tiga) dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota setiap Provinsi. b). dalam hal kuorum sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Musayawarah Nasional

Anggota kedua. c). Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling lambat

7 (tujuh) hari sebelum diselenggarakan , dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal

Musyawarah Nasional. d). Musyawarah Nasional Anggota kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh)

hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Musyawarah Nasional pertama. e). Musyawarah

Nasional Anggota kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri paling

sedikit 1/2 (satu per dua) dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten dan stu Kepala Dinas Kesehatan Kota.

2. Keputusan Musyawarah Nasional Anggota sebagaimana tersebut di atas ditetapkan berdasarkan musyawarah

untuk mufakat

3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan

pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah suara yang sah

yang dikeluarkan dalam rapat.

4. Setiap Rapat Umum Anggota dibuat Berita Acara Rapat, yang untuk pengesahannya ditandatangani oleh Ketua

Rapat dan 1 (satu) orang anggota dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota yang hadir yang ditunjuk oleh rapat

musyawarah nasional

anggotaPasal 32

5. Berita Acara rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menjadi bukti yang sah

terhadap asosiasi dari pihak ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi

dalam rapat

6. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak disyaratkan apabila

Berita Acara Rapat dibuat dengan akta Notaris

7. Anggota Pengurus dan Anggota Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang

sah tanpa mengadakan Musyawarah Nasional Anggota, dengan ketentuan semua

pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua pengurus dan semua pembina

meberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis dengan

menadatangani usul tersebut.

8. Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)

mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam

Musayawarah Nasional Anggota.

12/12/2013

20

perubahan anggaran dasar

Pasal 33

1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Keputusan Rapat umum Anggota,

yang dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota setiap Provinsi

2. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat

3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan ditetapkan

berdasrkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah dari jumlah Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota

setiap Provinsi yang hadir atau yang diwakili

4. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak tercapain, maka diadakan pemanggilan

Rapat Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal Rapat Umum Anggota yang

pertama

5. Rapat Anggota kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) dari seluruh dari

seluruh jumlah dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kota setiap Provinsi

6. Keputuasan Rapat Umum Anggota kedua sah, apabila diambil berdasrkan persetujuan suara terbanyak

dari jumlah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan satu

Kepala Dinas Kesehatan Kota setiap Provinsi yang hadir atau yang diwakili

perubahan anggaran dasar

Pasal 34

1. Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam

bahasa Indonesia

2. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan

tujuan asosiasi

3. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan

asosiasi, harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Ham RI

4. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut selain hal-hal sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3) cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan

HAM RI

5. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat asosiasi

dinyatakan pailit, kecuali atas persetujuan kurator.

12/12/2013

21

penggabungan

Pasal 35

1. Penggabungan asosiasi dapat dilakukan dengan menggabungkan

1(satu) atau lebih asosiasi dengan asosiasi lain, dengan mengakibatkan

asosiasi yang menggabungkan diri menjadi bubar

2. Penggabungan asosiasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

dilakukan dengan memperhatikan : a). ketidakmampuan asoasiasi

melaksansakan kegiatan usaha tanpa dukungan asosiasi lain; b).

asosiasi yang menerima penggabungan dan yang bergabung

kegiatannya sejenis; atau c). asosiasi yangmenggabungkan diri tidak

pernah melakukan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya,

ketertiban umum dan kesusilaan.

3. Usul dan penggabungan asosiasi dapat disampaikan oleh Pengurus

kepada Pembina.

penggabunganPasal 36

1. Penggabungan asosiasi dapat dilakukan berdasarkan Musyawarah Nasional Anggota yang dihadiri paling

sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota dan disetujui paling sedikit 3/4 dari jumlah seluruh

anggota yang hadir

2. Pengurus dari masing-masing asosiasi yang akan menggabungkan diridan yang akan menerima

pemggabungan menyusun usul rencana penggabungan

3. Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dituangkan dalam rancangan akta

penggabungan oleh pengurus dari asoasiasi yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima

penggabungan

4. Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Pembina masing-masing asosiasi

5. Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dituangkan dalam akta penggabungan yang dibuat

dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia

6. Pengurus asosiasi hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabunga dalam surat kabar

haran berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penggabungan selesai

dilakukan

7. Dalam hal penggabungan asosiasi diikuti dengan Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan

persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI, maka aktaa Anggaran Dasar wajib disampaikan kepada

Menteri Hukum dan HAM RI untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan.

12/12/2013

22

pembubaran

Pasal 37

1.Asosiasi bubar karena: a). alasan

sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu

yang ditetapkan , dalam Anggaran Dasar

berhasil; b). tujuan asosiasi yang ditetapkan

dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak

tercapai; c).putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan :

pembubaran

Pasal 37

1. Asosiasi yang melanggar ketertiban umum dan

kesusilaan

2. tidak mampu membayar hutangnya setelah

dinyatakan pailit; atau

3. harta kekayaan asosiasi tidak cukup untuk

melunasi hutangnya setelah pernyataan pailit

dicabut.

12/12/2013

23

pembubaran

Pasal 37

2. Dalam hal asosiasi bubar sebagaimana diatur

dalam ayat (1) huruf a dan b, Pembina

menunjuk likuidator untuk membereskan

kekayaan asosiasi

3. Dalam hal ditunjuk likuidator, maka pengurus

bertindak sebagai likuidator

pembubaran

Pasal 38

1. Dalam hal asosiasi bubar, asosiasi tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk

membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi

2. Dalam hal asosiasi sedang dalam proses likuidasi, untuk semua surat keluar dicantumkan

frasa “dalam likuidasi” di belakang nama asosiasi.

3. Dalam hal yayasan bubar karen putusan pengadilan juga menunjuk likuidator

4. Dalam hal pembubaran asosiasi karena pailit, berlaku peraturan perundang-undangan di

bidang kepailitan

5. Ketentuan mengani penunjukan, pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian,

wewenang, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta pengawasan terhadap Pengurus,

berlaku juga bagi likuidator

6. Likuidator atau kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan yayasan yang

bubar atau yang dibubarkan , paling lambat 5(lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan

wajib mengumumkan pembubaran asosiasi dan proses likuidasinya dalam surat kabar

berbahasa Indonesia

12/12/2013

24

pembubaran

Pasal 38

7. Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajib

mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar harian berbahasa

Indonesia

8. Likuidator atau kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari

terhitung sejak tanggal proses likuidasi berkahir wajib melaporkan

Pembubaran Yayasan kepada Pembina.

9. Dalam hal laporan mengenai pembubaran asosiasi sebagaimana

dimaksud ayat (80 dan pengumuman hasil likuidasi sebagaiaman

dimaksud ayat 970 tidak dilakukan, maka bubarnya asosiasi tidak

berlaku bagi Pihak Ketiga

cara penggunaan kekayaan

sisa likuidasiPasal 39

1. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada asosiasi lain yang

mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan asosiasi yang

bubar

2. Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang melakukan

kegiatan yang sama dengan asosiasi yang bubar, apabila hal

tersebut diatur dalam Undang-Uandang yang berlaku bagi badan

hukum tersebut

3. Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada

asosiasi lain atau badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dan ayat (2), kekayaan tersebut diserahkan kepada Negara

dan penggunaannya dilakukan dengan maksud dan tujuan asosiasi

yang bubar.

12/12/2013

25

ketentuan peralihan

Pasal 40

Perubahan ini bersifat sementara dan akan

diputuskan dalam forum tertinggi

peraturan penutup

Pasal 41

1. Susunan Pengurus Pusat ADINKES terdiri dari :

A. Pelindung : - Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

- Menteri Kesehatan Republik Indonesia

B Penasehat : - Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

- Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

- Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik

Indonesia

- Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

dan Desentralisasi

C Pembina : 1. dr. UMAR WAHID HASYIM, SpP

2. dr. YUDHI PRAYUDHA I.D MPH

3. DR.drg. SONYA PRIYADHARSINI, MSi

12/12/2013

26

peraturan penutup

Pasal 41

1. Pengurus :

A. Ketua Umum : dr. KHRISNAJAYA, MS

B Wakil Ketua : 1. dr. DIEN EMAWATI, MKes

2. dr. ALMA LUCYATI, MKES, MSi, MHKes.

C Sekretaris Umum : dr. ANGLIANA DIANAWATI

Sekretaris : dr. SALIMAR SALIM, MARS

Sekretaris : drg. NANI ISNAENI LESTARI MKes.

Bendahara

Umum

: drg. TINI SURYANTINI MKes.

Bendahara : Dra. AVA W KANTAATMADJA, Apt, MM

Bendahara : dr. NOERZAMANTI LIES KARMAWATI, MKes.

peraturan penutup

Pasal 41

Bidang Hubungan Eksternal dan Lembaga Internaional :

1.dr. FERDINAND JOHANIS MPHM

2.dr. YANRI WIJAYANTI, PhD, SpPD

Bidang Pengembangan Organisasi :

1.DR. MADE SUWANDI, MSc

2.dr. ACHMAD HARJADI, MSc

Bidang Pengembangan Jaminan Pelayanan Kesehatan :

1.dr. BONDAN AGUS SOERYANTO

2.drg. YUDITHA ENDAH, MKes.

12/12/2013

27

peraturan penutupDEWAN PAKAR

1. Prof. DR.dr. AGUS PURWADIANTO

2. dr. HAIKIN RAHMAT, MPH

3. dr. BAMBANG IRAWAN, MSc

4. dr. IWAN SETYAWAN SUPARLAN, MPH

5. dr. BAGUS SUKASWARA WIJAYA, MPH

6. dr. PAUDAH DARMI, MSi

7. dr. HARTANTO

8. drg. ROSIHAN ADHANI, MS

9. dr. IWAN MULYONO, MPH

10. dr. ABDUL RIVAI, MKes

11. dr. M. SUBUH, MSCPH

12. dr. ANDI MUHADIR, MPH