adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/publications/files/... · web...

71
OPTIMASI PUPUK ORGANIK DAN NPK MAJEMUK PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN ADINDA NURUL HUDA M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: others

Post on 20-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

OPTIMASI PUPUK ORGANIK DAN NPK MAJEMUK PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM

MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN

ADINDA NURUL HUDA M

SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2015

Page 2: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh
Page 3: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DANSUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertas berjudul Optimasi Pupuk Organik dan NPK Majemuk pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Adinda Nurul Huda MNIM A252130341

Page 4: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

RINGKASAN

ADINDA NURUL HUDA M. Optimasi Pupuk Organik dan NPK Majemuk pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun. Dibimbing oleh SUDRADJAT dan HARIYADI.

Pemupukan merupakan faktor yang penting dalam pemeliharaan dan produksi kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit yang tinggi membutuhkan sejumlah masukan pupuk yang tepat. Optimasi pemupukan akan mengoptimalkan produksi, mempertahankan kesuburan tanah dan menjaga lingkungan dari pemupukan berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari pengaruh pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur dua tahun, (2) menganalisis efisiensi pupuk NPK majemuk pada kelapa sawit umur dua tahun, dan (3) menentukan dosis optimum pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur dua tahun.

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit, IPB-Cargill Jonggol, mulai bulan Maret 2014 sampai Maret 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pupuk organik, terdiri atas empat taraf, yaitu : 0, 25, 50, dan 75 kg pupuk organik tanaman-1 tahun-1. Faktor kedua adalah pupuk NPK majemuk terdiri atas lima taraf, yaitu : 0, 1.2, 2.4, 3.6 dan 4.8 kg NPK majemuk tanaman-1 tahun-1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik nyata meningkatkan luas, kadar nitrogen, fosfor, kalium daun ke-9 dan laju pertumbuhan lingkar batang dan luas daun. Pupuk NPK majemuk nyata meningkatkan tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, luas daun ke-9, laju asimilasi bersih, kadar klorofil, nitrogen, fosfor daun serta laju pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah pelepah.

Berdasarkan peubah morfologi dan fisiologi yang sudah menunjukkan respon secara kuadratik, dosis optimum NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur dua tahun adalah 3.45 kg pupuk NPK majemuk tanaman-1 tahun-1. Dosis optimum untuk pupuk organik tidak dapat ditentukan pada penelitian ini.

Kata kunci: Fotosintesis, Laju pertumbuhan, Titik kritis nutrisi.

Page 5: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

SUMMARY

ADINDA NURUL HUDA M. Optimizing Rate of Organic and NPK Compound Fertilizer on Second Year Immature Oil Palm. Supervised by SUDRADJAT and HARIYADI.

Fertilization is an important factor in the maintenance and production of oil palm. High productivity of oil palm requires the optimize amount of fertilizer inputs. Ferlitizer optimization will optimize the production, maintain soil fertility and protect the environment from excessive fertilization. This study aims to (1) study the effect of organic fertilizer and NPK compound on second year immature oil palm, (2) analyze the efficiency rate of NPK compound fertilizer, (3) determine the optimum rate of organic and NPK compound fertilizer on second year immature oil palm.

This research was conducted at IPB-Cargill Oil palm Teaching Farm, Jonggol, Bogor, from March 2014 to March 2015. The treatment was laid out in complete factorial randomized block design with three replications. The first factor was organic fertilizer, i.e. 0, 25, 50, and 75 kg of organic fertilizer plant -1

year-1. The second factor is the NPK compound fertilizer, i.e. 0, 1.2, 2.4, 3.6 and 4.8 kg of NPK compound fertilizer plant-1 year-1.

The results showed that organic fertilizer increased leaf area, nitrogen, phosphorus, pottasium content of ninth leaf, and growth rate of trunk girth and leaf area significantly. NPK fertilizer significantly increased plant height, girth, number of frond, frond lenght, ninth leaf area, net assimilation rate, leaf chlorophyll, nitrogen, phosphorus content and growth rate of plant height and number of fronds.

Based on morphological and physiological responses which already showed a quadratic response, optimum rate of NPK compound on second year immature was 3.45 kg NPK compound fertilizer plant-1 year-1. The optimum rate for organic fertilizers can not be determined in this study.

Keywords: Photosyntesis, Growth rate, Critical level of nutrients.

Page 6: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh
Page 8: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Tesissebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

OPTIMASI PUPUK ORGANIK DAN NPK MAJEMUK PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM

MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN

SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2015

ADINDA NURUL HUDA M

Page 9: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Penguji pada Ujian Tertutup:

Page 10: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Judul Tesis : Optimasi Pupuk Organik dan NPK Majemuk pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun

Nama : Adinda Nurul Huda MNIM : A252130341

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Sudradjat, MSKetua

Dr Ir Hariyadi, MSAnggota

Diketahui oleh

Ketua Program StudiAgronomi dan Hortikultura

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

Page 11: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah optimasi pemupukan dengan judul Optimasi Pupuk Organik dan NPK Majemuk pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun. Sebagian hasil penelitian ini telah dipublikasikan pada Asian Journal of Applied Science Vol. 3 No. 3 Juni 2015.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, semangat, doa, arahan dan bimbingan selama kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini serta selama penulis menempuh masa studi di Institut Pertanian Bogor :1. Bapak Dr Ir Sudradjat, MS dan Bapak Dr Ir Hariyadi, MS selaku komisi

pembimbing. 2. Ibu Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku ketua program studi Agronomi dan

Hortikultura.3. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan

Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi magister (S2).

4. Ayah, Ibunda, Suami, Saudara dan seluruh keluarga yang menjadi penyemangat dan memberi doa selama penulis menyelesaikan studi.

5. Manager, Mandor dan seluruh karyawan Kebun Pendidikan dan Penelitian IPB-Cargill yang telah membantu penulis selama kegiatan penelitian.

6. Ega Faustina, Putri Irene dan Ratih Rahhutami yang telah bersama dan membantu penulis selama penelitian hingga tesis ini dapat terselesaikan.

7. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penelitian yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan perkebunan rakyat.

Bogor, Juli 2015

Adinda Nurul Huda M

Page 12: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR viDAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1Latar Belakang 1Tujuan Penelitian 3Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3Morfologi Kelapa Sawit 3Ekologi Kelapa Sawit 4Pemupukan Kelapa Sawit 4NPK Majemuk 5Pupuk Organik 6Optimasi Pemupukan 7

3 METODE 8Tempat dan Waktu Penelitian 8Bahan dan Alat 8Prosedur Penelitian 8Pelaksanaan Penelitian 9Pengamatan Parameter 9Analisis Data 11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12Keadaan Umum 12Tanggap Morfologi 12Tanggap Fisiologi 19Penentuan Dosis Optimum 23Dinamika Hara Tanah 26

5 SIMPULAN 26

DAFTAR PUSTAKA 27LAMPIRAN 27RIWAYAT HIDUP 29

Page 13: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

DAFTAR TABEL

1 Respons tinggi tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 132 Respons lingkar batang tanaman kelapa sawit pada perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 143 Respons jumlah pelepah tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 154 Panjang pelepah tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 165 Luas daun tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 176 Panjang tangkai daun tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 187 Korelasi parameter morfologi pada perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk umur 24 bulan 198 Kadar klorofil daun kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 199 Laju fotosintesis daun kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 2010 Kadar hara pada jaringan daun kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk 2111 Korelasi antar peubah fisiologi terhadap pemberian pupuk organik dan NPK majemuk umur 24 bulan 2212 Penentuan dosis optimum pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit di TBM II berdasarkan peubah morfologi tanaman 2413 Neraca hara N, P dan K di dalam tanah pada piringan pohon kelapa sawit umur 24 bulan 26

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik korelasi kadar nitrogen dan fosfor terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk umur 24 bulan 232 Kurva optimasi tinggi tanaman (a), lingkar batang (b), jumlah pelepah (c), dan luas daun ke-9 (d) pada umur 24 bulan 233 Kandungan nitrogen (a), fosfor (b) dan kalium (c) pada tiga kedalaman tanah pada perlakuan kontrol ( ) dan terbaik ( ) 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis tanah awal Kebun Pendidikan dan Penelitian IPB-Cargill Jonggol 322 Hasil analisis pupuk organik yang digunakan dalam penelitian 323 Hasil analisis pupuk NPK majemuk yang digunakan dalam penelitian 324 Data curah hujan, suhu dan kelembaban udara Kebun Pendidikan dan Penelitian IPB-Cargill Jonggol Maret 2014–Maret 2015 33

Page 14: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman potensial dan memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga berkontribusi nyata dalam meningkatkan devisa negara, serta dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak. Olahan minyak kelapa sawit dapat menghasilkan berbagai produk seperti minyak goreng, margarin, kosmetik, sabun mandi, biodiesel. Menurut GAPKI (2014), konsumsi minyak nabati meningkat 8.4 kali dibandingkan tahun 1980 dengan jumlah konsumsi 151.6 juta ton. Konsumsi minyak nabati terbesar berasal dari kelapa sawit yaitu sebanyak 41% dari total konsumsi dunia.

Peningkatan permintaan akan minyak kelapa sawit meningkatkan luas areal kelapa sawit Indonesia. Luas areal kelapa sawit terus meningkat dan mencapai 10.6 juta ha pada tahun 2013 dengan total produksi CPO mencapai 26.9 juta ton (BPS 2014). Indonesia menyumbang 49.9% dari total produksi CPO dunia. Produksi ini harus terus ditingkatkan seiring dengan peningkatan kebutuhan akan minyak nabati dunia. Jumlah kebutuhan minyak nabati akan mengikuti pertumbuhan penduduk dunia yang terus berkembang pesat dari 7 milyar pada 2011 menjadi 9.5 milyar pada 2050 (Widjaja et al. 2013).

Produktivitas kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai 3 hingga 4 ton CPO ha-1 tahun-1. Menurut Goenadi (2008), produktivitas CPO Indonesia berpotensi mencapai 6 hingga 7 ton ha-1 tahun-1. Rendahnya produktivitas nasional ini disebabkan oleh rendahnya produksi kebun milik rakyat. Menurut World Growth (2011), 41% perkebunan kelapa sawit dimiliki petani kecil. Minimnya pengetahuan dalam teknik budidaya kelapa sawit menjadi penyebab rendahnya produktivitas. Penggunaan pupuk majemuk yang lebih praktis dalam aplikasi dan hemat tenaga kerja sesuai untuk diaplikasikan di perkebunan rakyat.

Aspek pemupukan menjadi penting mengingat kelapa sawit saat ini banyak diusahakan di tanah-tanah yang memiliki tingkat kesuburan fisik dan kimia yang rendah. Pemupukan yang tepat akan mendukung produktivitas kelapa sawit hibrida yang umumnya sangat responsif terhadap pemupukan. Di sisi lain, pemupukan berlebihan akan menurunkan efisiensi pemupukan dan meninggalkan residu di lingkungan. Optimasi pemupukan akan meningkatkan efisiensi sekaligus menjaga kualitas lingkungan. Prinsip optimasi pemupukan adalah pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan target hasil yang ingin dicapai, dengan tetap mempertahankan status kesuburan tanah. Aspek pemupukan perlu diperhatikan sejak tanaman belum menghasilkan (TBM). Pada masa TBM, kelapa sawit memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif.

Pupuk majemuk yang tersedia di pasar salah satunya adalah NPK majemuk. NPK majemuk mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM), sistem pertumbuhan vegetatif kelapa sawit belum maksimal sehingga memerlukan pupuk dengan kandungan nutrisi yang lengkap. Nitrogen merupakan hara penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Nitrogen adalah komponen penyusun asam amino esensial, klorofil, protein, DNA/RNA, enzim dan berpengaruh pada proses fotosintesis dan respirasi (Said-Al et al.

Page 15: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

2009). Fosfor berperan pada transfer energi pada proses metabolisme penting seperti fotosintesis dan respirasi. Kalium berperan penting dalam aktivasi enzim, sintesis protein, fotosintesis, osmoregulasi, gerakan stomata, mentransfer energi, transportasi floem, keseimbangan kation-anion dan ketahanan stres (Marschner 2012).

Pemberian pupuk anorganik sebaiknya disertai dengan pemberian pupuk organik sebagai pelengkap dan penyeimbang penggunaan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan campuran bahan organik yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi pertanaman dengan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta dapat mensubstitusi sejumlah hara yang berasal dari pupuk anorganik (Makinde et al. 2011). Berdasarkan Uwumarongie et al. (2012), bibit kelapa sawit yang diberi pupuk organik dapat tumbuh dengan baik dengan menunjukkan pertumbuhan vegetatif kuat dan kandungan klorofil tinggi. Kombinasi pemakaian pupuk organik dan anorganik diperlukan untuk menjaga kesuburan tanah.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Siallagan et al. (2014). Menurut Siallagan et al. (2014), interaksi dari pemberian pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit, berpengaruh nyata pada lingkar batang, tinggi tanaman dan kadar nitrogen dan fosfor daun kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun. Dosis optimasi pada TBM I adalah 40.7 kg pupuk organik dan 1.9 kg NPK majemuk tanaman-1 tahun-1. Selanjutnya akan dikaji bagaimana pengaruh pemberian dan menentukan dosis optimum pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit TBM II.

Tujuan Penelitian

1. Mempelajari pengaruh pupuk organik dan pupuk NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit umur dua tahun.

2. Menganalisis efisiensi pemakaian pupuk NPK majemuk pada TBM kelapa sawit umur dua tahun.

3. Menentukan dosis optimum pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit berumur dua tahun.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit, khususnya pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan dan sebagai bahan informasi bagi pihak perkebunan rakyat.

Page 16: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

2 TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Kelapa Sawit

Akar kelapa sawit terdiri dari akar primer, sekunder dan tersier. Pemanjangan akar ke arah vertikal bergantung pada keberadaan air tanah. Akar primer berdiameter 5-10 mm dan memanjang ke arah horizontal. Akar sekunder berdiameter 1-4 mm yang merupakan cabang dari akar primer. Akar tersier berdiameter 0.5-1.5 mm dengan panjang mencapai 20 cm. Kerapatan perakaran pada hingga kedalaman 60 cm akan semakin berkurang dengan semakin jauhnya dari batang. Pada kelapa sawit dewasa, ratusan akar primer akan menyebar dan akar primer baru akan terus tumbuh menggantikan akar yang mati. Akar berperan penting dalam penyerapan air dan hara. Kedalaman perakaran bergantung pada tipe tanah. Pemotongan akar akan menurunkan pembukaan stomata menurun secara signifikan (Corley dan Tinker 2003).

Batang berfungsi sebagai penopang, tempat jaringan pembuluh dan merupakan organ penyimpan. Diameter batang tanpa tempat tumbuh pangkal daun, bervariasi antara 20-75 cm. Besar dan panjangnya batang bergantung pada jenis dan varietasnya. Tingkat pemanjangan batang sangat bervariasi, bergantung pada kondisi lingkungan tumbuh dan faktor hereditasnya. Di bawah naungan atau pada temperatur yang rendah, pertumbuhan daun dan batang akan melambat. Rata-rata pertumbuhan tinggi batang antara 0.3 hingga 0.6 m tahun-1 (Corley dan Tinker 2003).

Rachis daun ber tekstur keras, berserat dan dapat mencapai panjang 8 meter. Produksi pelepah pada perkebunan kelapa sawit antara 30-40 pelepah tahun-1 pada umur 2-4 tahun. Selanjutnya produksi daun hanya 20-25 pelepah tahun-1. Pada pelepah dewasa, akan terbentuk anak daun menyirip yang terletak pada kedua sisi rachis. Pelepah akan terbagi menjadi dua bagian, yaitu rachis dengan anak daun dan tangkai pelepah (petiole). Tangkai pelepah merupakan bagian yang lebih pendek yang memiliki duri-duri lateral yang pendek. Tangkai pelepah bisa mencapai panjang hingga 1.2 m (Corley dan Tinker 2003).

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yang berarti bunga jantan (staminate) dan betina (pistillate) tidak berada dalam satu bunga tetapi masih dihasilkan dari satu pohon yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafodit). Kelapa sawit disebut sebagai dioceous temporal karena meskipun bunga jantan dan bunga betina tumbuh pada satu pohon yang sama, tetapi waktu pematangannya berbeda sehingga memungkinkan terjadinya penyerbukan silang (Adam et al. 2011).

Varietas Dami Mas Sejahtera memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan varietas pendahulunya. Adapun keunggulannya, antara lain : (1) produksi buah lebih cepat, panen dapat dimulai pada 24 bulan setelah penanaman dengan hasil 8 hingga 10 ton tandan buah segar (TBS) hektar-1, (2) rata-rata hasil panen (umur 3-8 tahun) >26 ton TBS hektar-1 tahun-1; pada kondisi baik dapat mencapai 36  ton TBS hektar-1 tahun-1, (3) nilai ekstraksi minyak > 24% dan minyak kernel > 6%, (4) total produksi minyak > 9 ton hektar-1 tahun-1, (5) probabilitas yang rendah terhadap kemunculan chimera dan penyakit tajuk di pembibitan dan

Page 17: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

lapangan, (6) adaptif pada berbagai kondisi lingkungan, (7) kerapatan tanam adalah 136 pohon hektar-1 untuk menghasilkan produksi maksimum, (8) tingkat kontaminasi Dura di lapangan < 0.1% (Damimas 2013).

Ekologi Kelapa Sawit

Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit adalah tanah dengan tekstur lempung-liat, berdrainase baik, kedalaman tanah lebih dari 100 cm dan tidak berbatu. Kiswanto et al. (2008) menyebutkan beberapa jenis tanah yang dapat ditanami kelapa sawit antara lain podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, dan alluvial atau regosol. Solum tebal tanah yang ideal adalah 80 cm. Topografi datar, berombak dan bergelombang dapat sesuai untuk budidaya kelapa sawit dengan lereng antara 0-25%. pH optimum untuk kelapa sawit adalah 5-6, dengan KTK lebih besar dari 16 cmol kg-1 dan C-organik lebih besar dari 0.8% (Lumbangaol 2010). Kandungan bahan organik akan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Bahan organik berperan sebagai perekat yang menstimulir pembentukan agregat. Pembentukan agregat tanah akan mempengaruhi persentase pori di dalam tanah. Perubahan tersebut berakibat pada kemampuan tanah menahan air, permeabilitas, tingkat infiltrasi dan aerasi (Ichsan et al. 2012).

Daerah yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit berada pada 15°LU-15°LS. Ketinggian tempat yang ideal berkisar antara 1-500 m dpl. Pertumbuhan dan produktivitas optimal dapat tercapai jika ditanam di lokasi dengan ketinggian maksimum 400 m dpl. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam hari-1. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Cekaman kekeringan akan menyebabkan perubahan kadar air daun, kadar air relatif, luas daun spesifik, potensial air daun, prolin, glisin betain, ABA, gula-gula osmotik terutama glukosa dan silosa, serta protein dengan bobot molekul rendah (Toruan-Mathius 2001).

Suhu optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit berkisar antara 27-29°C. Suhu dingin dapat menyebabkan aborsi pada tandan bunga dan mengakibatkan tidak meratanya proses pembungaan sepanjang tahun. Kecepatan angin yang sesuai untuk membantu penyerbukan adalah 5-6 km jam-1. Kelembaban yang ideal sekitar 80-90% (Corley dan Tinker 2003). Fungsi kelembaban udara adalah untuk membantu mengurangi penguapan air, sedangkan angin dibutuhkan dalam proses penyerbukan alami (Lubis, 2008).

Pemupukan Kelapa Sawit

Jumlah pupuk yang diaplikasikan ke tanah, harus dapat menggantikan jumlah hara yang diangkut dan tidak dikembalikan ke dalam tanah. Pemupukan juga harus dapat mencegah terjadinya penurunan kesuburan tanah, akibat pencucian, erosi maupun penguapan. Jumlah pupuk yang diaplikasi ke tanaman harus lebih besar dari jumlah yang diangkut saat panen, jika kesuburan tanah ingin dipertahankan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap jumlah nutrisi yang diserap oleh tanaman kelapa sawit, menunjukkan bahwa unsur kalium merupakan unsur hara yang paling besar dibutuhkan tanaman (Waluyo et al. 2012).

Menurut Sugiyono et al. (2005), status kesuburan tanah pada areal kelapa sawit dapat digolongkan rendah, sedang dan tinggi bila K dapat dipertukarkan berturut-turut adalah <0.2, 0.2-0.5 dan >0.5 mg 100 g tanah-1. Selanjutnya kriteria

Page 18: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Mg dapat dipertukarkan rendah, sedang dan tinggi, bila kadar Mg dalam tanah berturut-turut adalah <0.4, 0.4-1.0 dan >1.0 mg 100 g tanah-1. Sugiyono, et al. (2005), memberikan kriteria status K, Ca dan Mg dapat dipertukarkan rendah, sedang dan tinggi bila Kejenuhan basa adalah < 25%, 25-50% dan > 50%, serta nisbah K/Ca/Mg adalah 10/60/30. K, Ca dan Mg optimum untuk kelapa sawit adalah pada KB 50%. Ketidakseimbangan hara di dalam tanah saat pemupukan dapat menyebabkan tidak tercapainya optimasi pemupukan (Sudradjat et al. 2015) dan mengalami peningkatan produksi TBS dan penurunan berat per pohon (Arsyad et al. 2012).

NPK Majemuk

Pupuk NPK adalah jenis pupuk majemuk yang berfungsi untuk menyuburkan tanah dan sebagai penyedia hara serta meningkatkan produktivitas tanaman yang mempunyai tiga nutrisi utama yaitu nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Pupuk majemuk dapat digunakan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Pada masa TBM, sistem pertumbuhan kelapa sawit belum sempurna sehingga akan lebih baik jika diberikan pupuk dengan kandungan nutrisi yang lengkap. Pupuk majemuk umumnya digunakan pada tanah marginal seperti tanah berpasir karena pupuk majemuk mempunyai tingkat kelarutan yang lambat dan tidak mudah menguap oleh panas. Selain itu pupuk majemuk mempunyai efisiensi pemupukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk tunggal (Rustam et al. 2012).

Salah satu pupuk majemuk yang diuji penggunaannya untuk tanaman kelapa sawit adalah pupuk majemuk lengkap (NPK). Pupuk majemuk ini memiliki sifat intermediate release, sehingga efek pelepasan hara dapat dipertahankan hingga enam bulan. Pupuk majemuk dapat digunakan sebagai alternatif mengatasi ketidaktepatan aplikasi pupuk tunggal, selain adanya kemudahan dalam penanganan dan aplikasi di lapangan, biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam aplikasi pupuk majemuk lebih kecil dan efektif dibandingkan dengan biaya aplikasi pupuk standar (biaya aplikasi, transportasi, penyimpanan) (PTPN III 2007).

Nitrogen adalah unsur utama dari berbagai substansi yang penting dalam tanaman. Nitrogen merupakan penyusun asam amino esensial. Asam amino akan membentuk protein dan DNA/RNA. Nitrogen juga ditemukan pada banyak struktur metabolisme penting seperti pigmen klorofil dan sitokrom yang penting pada proses fotosintesis dan respirasi. Nitrogen juga memegang peranan penting dalam sintesis berbagai enzim (Said-Al et al. 2009). Nitrogen dalam tanaman mempengaruhi penggunaan karbohidrat dan penyerapan hara yang lain (Tisdale et al.1985). Kekurangan nitrogen cenderung mempengaruhi partisi substrat karbon (C) tersedia seperti respirasi, eksudasi dan produksi polimer ekstraseluler (Korsaeth et al. 2001).

Fosfor adalah unsur esensial pada proses fotosintesis dan respirasi. Fosfor merupakan komponen utama dari adenosin difosfat (ADP) dan adenosin trifosfat (ATP) yang berguna untuk mensuplai energi dalam reaksi biokimia pada tumbuhan. Fosfor juga komponen struktural fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, koenzim, dan phosphoprotein. Fosfolipid penting dalam struktur membran. Asam nukleat dari gen dan kromosom membawa materi genetik dari sel ke sel. P

Page 19: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

anorganik dan organik pada tanaman juga berfungsi sebagai penyangga dalam mempertahankan pH seluler (Hazelton dan Murphy 2007). Kelebihan P pada daerah perakaran dapat mengurangi pertumbuhan tanaman karena kelebihan P akan menekan pertumbuhan tanaman (Hochmuth et al. 2009), memperlambat penyerapan dan translokasi hara-hara mikro (Corley dan Tinker 2003).

Kalium berperan sebagai aktivator enzim, membantu dalam translokasi asimilat dan pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium dalam jumlah yang cukup akan menjamin kekokohan tanaman dan merangsang pertumbuhan akar. Menurut Thombo dan Souza (1977), total kalium yang diserap kelapa sawit sebagian besar digunakan untuk membentuk bagian vegetatif dan pelepah daun. Absorbsi unsur kalium oleh tanaman dipengaruhi oleh jumlah K+ tersedia bagi tanaman. K juga berperan dalam proses fotosintesis, secara langsung meningkatkan pertumbuhan dan laju asimilasi CO2 serta meningkatkan translokasi hasil fotosintesis ke organ pengguna (sink) (Gardner et al. 1991).

Berdasarkan hasil penelitian Jannah et al. (2012), pemberian macam pupuk NPK majemuk nyata meningkatkan tinggi, jumlah daun dan diameter batang tanaman bibit kelapa sawit umur 4, 5 dan 6 bulan. Pemberian pupuk NPK Phonska juga nyata lebih baik meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit dibandingkan dengan pupuk NPK Mutiara pada bibit kelapa sawit. Ramadhaini et al. (2014) menyatakan bahwa pemberian NPK majemuk nyata meningkatkan tinggi bibit dan jumlah daun serta sangat nyata meningkatkan lingkar batang bibit sejak umur 3 bulan hingga 8 bulan pada pembibitan utama.

Pada masa belum menghasilkan tahun pertama, pemberian paket pemupukan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, kandungan klorofil, N dan P daun (Sudradjat et al. 2015). Berdasarkan penelitian Siallagan et al. (2014), interaksi dari pemberian pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit TBM I, berpengaruh nyata pada lingkar batang, tinggi tanaman dan kadar nitrogen dan fosfor daun kelapa sawit. Pemberian pupuk NPK majemuk secara tabur merata di permukaan tanah merupakan metode paling efektif untuk penanaman kelapa sawit belum menghasilkan yang ditanam pada daerah berbukit (Zakaria et al. 2006).

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan campuran bahan organik yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman dengan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik juga dapat mensuplai kebutuhan hara makro dan mikro tanaman, serta dapat mensubstitusi sejumlah hara yang berasal dari pupuk anorganik (Makinde et al. 2011). Peranan bahan organik dalam memperbaiki sifat fisik tanah adalah dengan meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air (Dharmawan 2003), mengurangi erosi permukaan tanah dan berkontribusi terhadap kesuburan tanah melalui aktivitas mikroorganisme (Lubis 2008).

Pencapaian kondisi tanah yang subur diperlukan kombinasi pemakaian pupuk organik dan anorganik. Unsur hara utama yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Tanaman memperoleh unsur hara dari beberapa sumber, yaitu tanah, residu bahan organik, dan pupuk buatan yang diberikan pada tanaman (Sutarta et al. 2007).

Page 20: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Pupuk organik penting dalam membantu memperbaiki struktur tanah (agregasi). Pupuk organik telah digunakan sebagai pupuk di pertanian, meningkatkan struktur tanah sehingga memegang lebih banyak nutrisi dan air dan menjadi lebih subur. Pupuk organik juga mendorong aktivitas mikroba tanah yang mempromosikan tanah untuk mencari pasokan mineral, meningkatkan nutrisi tanaman. Pupuk organik juga mengandung nitrogen dan nutrisi lain yang membantu pertumbuhan tanaman (Uwumarongie et al. 2012).

Berdasarkan Uwumarongie et al. (2012), kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di tanah diubah dengan pupuk organik. Bibit menunjukkan pertumbuhan vegetatif kuat, klorofil tinggi dan kandungan nitrogen. Pemberian bahan organik berupa abu tandan kosong kelapa sawit meningkatkan kandungan klorofil daun lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang. Pemberian pupuk organik pada pembibitan utama kelapa sawit meningkatkan efektivitas pemupukan NPK majemuk hingga 179.38% (Sari 2013). Berdasarkan penelitian Winarti dan Neneng (2014), pemberian bahan organik berupa limbah sawit meningkatkan ketersediaan unsur hara N, K dan Mg serta berpotensi untuk meningkatkan pH tanah,  unsur hara tanah dan memperkaya populasi mikrobial tanah.

Optimasi Pemupukan

Optimasi pemupukan N, P, dan K penting untuk menjaga keseimbangan hara di tanah dan menghindari penurunan kesuburan lahan, sehingga produktivitas tanaman yang tinggi dapat dicapai secara berkelanjutan (Manshuri 2012). Menurut Sugiyono et al. (2005), perimbangan hara kation K, Ca dan Mg di dalam tanah, terutama K dan Mg, menjadi faktor pembatas bagi tercapainya produktivitas kelapa sawit. Antagonisme K dan Mg mengakibatkan defisiensi hara K dan atau Mg di lapangan. Defisiensi K dan Mg disebabkan kadar hara di tanah rendah.

Penentuan dosis pemupukan anorganik pada kelapa sawit harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Menurut Pahan (2008), sifat pupuk yang penting adalah kandungan unsur hara utama pupuk, kandungan unsur hara tambahan, reaksi kimia pupuk di dalam tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim. Optimasi pemupukan N, P dan K dapat dilakukan berdasarkan status hara tanah atau menggunakan pendekatan petak omisi berdasarkan nilai efisiensi agronomi. Dosis pemupukan dihitung menggunakan data status hara dan nilai efisiensi agronomi N, P, dan K pada lahan yang akan ditanami (Manshuri 2012).

Penggunaan regresi linier berganda untuk menguji pemupukan dapat digunakan secara efektif untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan penggunaan pupuk. Optimasi ini dapat meminimalkan potensi negatif dampak pupuk berlebih. Teknik optimasi juga memungkinkan untuk melihat efek tunggal nutrisi serta interaksinya. Hasil optimasi dapat digunakan sebagai alat pendukung memutuskan dosis dasar pemupukan. Analisis kandungan hara daun juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat pemupukan dengan melihat gejala kahat yang terjadi (Webb 2009).

Page 21: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

3 METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargill, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor dengan ketinggian 115 m di atas permukaan laut (dpl). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 hingga bulan Maret 2015. Analisis tanah, pupuk dan jaringan tanaman akan dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah IPB Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit varietas Dami Mas berumur 12 bulan, pupuk organik, pupuk NPK majemuk, cat besi, dan bahan-bahan kimia yang akan digunakan untuk analisis jaringan tanaman, pupuk dan tanah.

Alat yang digunakan adalah label sampel, meteran, plastik, timbangan digital, SPAD-502 (soil plant analysis development), Li-6400 Li Cor USA, ring tanah, bor tanah, oven, gelas objek dan alat-alat yang digunakan untuk analisis jaringan tanaman, pupuk dan tanah.

Prosedur Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas dua faktor perlakuan yaitu: pupuk organik dan pupuk NPK majemuk. Perlakuan pupuk organik (P) terdiri atas 0 (P0), 25 (P1), 50 (P2) dan 75 (P3) kg tanaman-1 tahun -1. Pupuk NPK majemuk (N) terdiri atas 0 (N0), 1.2 (N1), 2.4 (N2), 3.6 (N3) dan 4.8 (N4) kg tanaman-1 tahun-1. Setiap satuan percobaan terdiri atas 5 tanaman, sehingga terdapat 300 sampel tanaman. Perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk diberikan dua kali yaitu pada umur 14 dan 20 bulan dengan aplikasi metode sebar di sekitar piringan pohon. Setiap aplikasi diberikan setengah dosis perlakuan. Data hasil pengamatan diuji dengan sidik ragam. Jika hasil pengujian sidik ragam nyata pada taraf 5%, maka akan dilanjutkan dengan uji kontras polinomial ortogonal. Model linier aditif yang digunakan dalam rancangan ini adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + τk + εijk ; i = 1,2,3,4 ; j = 1,2,3,4,5 ; k = 1,2,3

Keterangan :Yijk = respon pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan

pupuk organik taraf ke-i, pupuk NPK taraf ke-j dan ulangan ke-kµ = rataan umumαi = pengaruh utama perlakuan pupuk organik ke-i

βj = pengaruh utama perlakuan pupuk NPK ke-j(αβ)jk = pengaruh interaksi perlakuan pupuk organik ke-i dan perlakuan pupuk

NPK ke-jτk = pengaruh aditif dari kelompok ke-kεijk = pengaruh acak dari perlakuan pupuk organik ke-i, perlakuan NPK ke-j

dan kelompok ke-k

Page 22: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Pelaksanaan Penelitian

Pengendalian Gulma PiringanPengendalian gulma dilakukan pada piringan kelapa sawit dengan

diameter tiga meter yang dilakukan sebelum aplikasi pemupukan. Pembersihan piringan dilakukan untuk membersihkan gulma di sekitar tanaman yang akan digunakan sebagai tempat aplikasi pupuk.

Aplikasi Pupuk OrganikAplikasi pupuk organik dilakukan pada umur 14 dan 20 bulan setelah

pindah tanam. Pupuk diberikan secara melingkar di piringan tanaman dengan jarak ± 30 cm dari batang tanaman hingga ±100 cm. Jumlah pupuk yang diberikan disesuaikan dengan taraf dosis setiap perlakuan. Dosis yang diberikan pada setiap aplikasi adalah setengah dari total dosis perlakuan.

Aplikasi Pupuk NPK MajemukPupuk diaplikasikan sesuai dengan dosis pemupukan masing-masing

perlakuan, yaitu pada 14 dan 20 bulan setelah pindah tanam. Dosis yang diberikan pada setiap aplikasi adalah setengah dari total dosis perlakuan. Pupuk diaplikasikan merata permukaan tanah piringan dengan jarak 50-150 cm dari batang tanaman.

PemeliharaanPenyiangan gulma dan pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai

dengan kondisi lapangan. Interval penyiangan gulma dilakukan dengan mengamati pertumbuhan gulma di dalam piringan dan lahan. Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai serangan yang terjadi di lapangan. Kastrasi dilakukan dengan membuang seluruh bakal bunga jantan dan betina, dan dihentikan ketika umur 18 bulan. Kastrasi dilakukan dengan dodos dengan rotasi satu bulan.

Pengamatan Parameter

Pengamatan respon tanaman yang dilakukan meliputi respon morfologi berupa tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, luas daun dan panjang tangkai pelepah. Respon fisiologi yang diamati meliputi kadar klorofil daun, laju fotosintesis, analisis kandungan hara N, P dan K pada daun dan neraca hara tanaman.

Tinggi Tanaman (cm)Tinggi tanaman diamati dengan mengukur tinggi tanaman kelapa sawit dari

atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi jika daun ditegakkan. Pengukuran dilakukan dengan meteran dan diukur setiap dua bulan sekali.

Lingkar Batang (cm)Lingkar batang yang diamati adalah besarnya bonggol pangkal batang

tanaman kelapa sawit, setelah pelepah terbawah dibersihkan. Bagian bonggol yang diukur diberikan tanda sebagai patokan pengukuran yang dilakukan setiap bulan.

Page 23: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Jumlah Pelepah (helai)Jumlah pelepah yang dihitung adalah pelepah dengan daun yang telah

membuka. Daun yang telah membuka adalah pelepah yang memiliki anak daun yang telah terpisah. Pengamatan dilakukan setiap bulan.

Panjang Pelepah (cm)Panjang pelepah diukur dari pangkal pelepah sampai ujung pelepah. Pelepah

yang diukur adalah pelepah yang kesembilan setelah daun tombak. Pengukuran dilakukan setiap bulan.

Luas Daun ke-9 (m2)Pengukuran luas daun dilakukan pada tiga anak daun tanaman. Daun yang

digunakan adalah daun kesembilan dari daun pertama setelah daun tombak. Anak daun yang diambil adalah anak daun pada bagian tengah pelepah yang diambil secara acak. Pengukuran dilakukan setiap bulan. Pengukuran dilakukan setiap bulan. Luas daun dihitung dengan rumus (Hardon et al. 1969):

Σ (p x l) 3

Keterangan : p = panjang anak daun rata-rata (cm)l = lebar anak daun rata-rata (cm)n = jumlah anak daun sebelah kiri atau kanank = konstanta (TBM = 0,57)

Panjang Tangkai Pelepah (cm)Panjang tangkai pelepah diukur dari pangkal pelepah hingga permulaan

anak daun pertama pada pelepah. Pelepah yang diukur adalah pelepah kesembilan setelah daun tombak. Pengukuran dilakukan setiap bulan.

Kadar Klorofil Pengukuran dilakukan dua kali, yaitu pada bulan September 2014 dan

Maret 2015. Pengamatan diukur dengan alat SPAD-502 plus chlorophyll meter. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan sampel daun pada titik alat pembaca, kemudian tombol pembaca tersebut ditekan. Pengukuran dilakukan pada tiga titik (pangkal tengah dan ujung) yang berjarak ± 5 cm dari tepi leaflet. Berdasarkan Farhana et al. (2007), kandungan klorofil dapat dihitung menggunakan rumus : y = 0.0007x – 0.0059. Dimana y = kandungan klorofil, x = nilai hasil pengukuran SPAD-502.

Laju Fotosintesis (μmol CO2 m-2 det-1)Pengamatan laju fotosintesis bersih dilakukan dengan Li 6400, Li Cor

USA. Pengukuran dilakukan pada anak daun bagian tengah daun kesembilan, saat sinar matahari penuh. Pengamatan dilakukan pada bulan Oktober 2014.

Analisis Kandungan N, P dan K pada DaunAnalisis kandungan hara N, P dan K dilakukan dengan mengambil daun

kesembilan (Broeshart 1955) dari salah satu sampel per perlakuan yang paling mewakili pertumbuhan rata-rata dari seluruh sampel. Pengambilan contoh dilakukan pagi hari, kemudian contoh dikeringkan dalam oven dengan suhu 600C

x 2n x kLuas daun =

Page 24: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

selama 72 jam. Contoh yang telah kering kemudian digiling hingga halus. Contoh yang telah digiling dimasukkan ke dalam plastik klip dan ditutup rapat agar tidak terkontaminasi dan diberi label sesuai perlakuan. Contoh kemudian dianalisis di laboratorium.

Neraca Hara (N, P dan K)Neraca hara dihitung pada akhir penelitian, yaitu pada Maret 2015 pada

perlakuan kombinasi terbaik. Neraca hara dihitung dengan menganalisis jaringan anak daun dan pelepah tanaman. Perhitungan meliputi sumber hara, recovery nutrient, efisiensi pemupukan dan persentase pupuk yang hilang yang dihitung dengan :a. Bobot hara tanah awal (g) = kadar hara tanah awal (ppm) x bobot kering tanah

awal (g) b. Bobot hara dalam pupuk (g) = kadar hara pupuk (%) x bobot pupuk perlakuan

(g)c. Bobot hara tanah akhir (g) = kadar hara tanah akhir (ppm) x bobot kering

tanah akhir (g) d. Serapan tanaman (g) = kadar hara jaringan (%) x bobot kering jaringane. Efisiensi pemupukan (%) = (serapan tanaman (g) : pupuk (g)) x 100%f. Pupuk yang tidak terserap (g) = (bobot hara dalam pupuk (g) – (bobot hara

tanah akhir (g) – bobot hara tanah awal (g)) – serapan tanaman)

Analisa TanahSebelum penelitian dimulai, dilakukan analisis tanah awal sebanyak enam

contoh tanah sebelum dilakukan pemupukan. Setiap ulangan diambil dua contoh tanah, masing-masing pada daerah piringan dan gawangan pada beberapa titik dan kemudian dikompositkan. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm sebanyak 250 g, kemudian sampel di analisis di laboratorium.

Dinamika HaraContoh tanah pada piringan tanaman kontrol dan perlakuan terbaik pada

masing-masing ulangan, lalu dikompositkan. Tanah sampel diambil dari tiga kedalaman, yaitu 0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm. Pengamatan ini ditujukan untuk mengukur kadar hara pada masing-masing kedalaman tanah.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Apabila hasil sidik ragam pada uji F taraf α 0.05 terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji kontras orthogonal pada taraf α 5%. Analisis dilakukan dengan program SAS.

Page 25: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Lahan penelitian berada pada ketinggian ± 115 m dpl dengan topografi datar hingga bergelombang. Analisis tanah awal sebelum perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 1 (Siallagan 2014). Tanah pada lahan Penelitian ini bertekstur liat berdebu dan tergolong masam dengan pH (H2O) 4.5-5.0. Tanah mengandung N total sedang (0.17-0.19%), P (Bray 1) sedang (7.6-8.8 ppm) dan K rendah (0.15-0.35 me 100g-1). Kapasitas tukar kation sedang (21.59-25.98 me 100g-1) dan C-organik 1.75-2.00%.

Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian memiliki pH 7.50 dengan kadar C-organik 33.1%, N-total 1.34%, P2O5 1.03%, K2O 1.02%, Ca 1.99% dan Mg 0.37% yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Pupuk NPK majemuk yang digunakan dalam penelitian mengandung 12.33% N, 15.31 P2O5, 14.12% K2O (Lampiran 3).

Curah hujan rata-rata di areal penelitian yaitu 237.8 mm bulan-1, tertinggi pada bulan April 2014 dan terendah pada bulan Oktober 2014 masing-masing 472 mm dan 5 mm. Hari hujan berkisar antara 1-19 hari dengan rata-rata 11 hari hujan bulan-1, suhu bulanan berkisar antara 27.1-31.1oC dengan rata-rata 29oC, kelembaban udara berkisar antara 59-85% dengan rata-rata 74.4% bulan-1. Data iklim lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tanggap Morfologi

Tinggi Tanaman Perlakuan pupuk organik dan interaksinya dengan NPK majemuk tidak

berpengaruh nyata pada umur 12-24 bulan. Respons peubah tinggi tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk dapat dilihat pada Tabel 1.

Perlakuan pupuk NPK majemuk nyata meningkatkan tinggi tanaman kelapa sawit. Pemberian pupuk NPK majemuk telah memberikan respon kuadratik pada umur 12 hingga 24 bulan. Pada main nursery, pemberian NPK majemuk memberikan pengaruh terbaik pada tinggi bibit kelapa sawit umur 4, 5 dan 6 bulan (Jannah et al. 2012). Sementara pada masa TBM I, pemberian pupuk NPK majemuk nyata meningkatkan tinggi tanaman kelapa sawit dan telah memberikan respons secara kuadratik (Siallagan et al. 2014). Pemupukan NPK majemuk mampu meningkatkan perkembangan akar dan produksi biomassa (Barros et al. 2007). Peningkatan biomassa salah satunya dapat dilihat dari tinggi tanaman yang lebih baik.

Pemberian pupuk NPK majemuk nyata meningkatkan laju pertumbuhan tinggi tanaman secara kuadratik. Peningkatan laju pertumbuhan ini terjadi akibat peningkatan jumlah nitrogen yang mempengaruhi luas daun. Peningkatan luas daun akan meningkatkan jumlah asimilat yang dihasilkan. Peningkatan asimilat akan meningkatkan berat kering tanaman. Peningkatan berat kering dapat dilihat

Page 26: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

melalui parameter tinggi tanaman. Menurut Sudradjat et al. (2015), terdapat korelasi yang kuat antara luas daun dengan tinggi tanaman dan jumlah pelepah.Tabel 1. Respons tinggi tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan

NPK majemuk.

Dosis pupuk Umur tanaman (bulan) LPT12 14 16 18 20 22 24…….………. tinggi tanaman (cm) .……………. cm bulan-1

Pupuk organik(kg tan-1)

0 275.0 305.0 339.4 371.8 387.1 414.1 441.5 13.8825 268.7 299.9 337.3 371.2 386.4 413.1 439.8 14.2650 271.1 288.4 333.9 373.7 390.8 414.4 441.9 14.2375 279.1 302.2 337.8 368.6 382.0 410.7 446.9 13.98Pr 0.5796 0.772 0.983 0.987 0.941 0.994 0.966 0.975

Respon tn tn tn tn tn tn tn tnPola respon - - - - - - - -

NPK majemuk  (kg tan-1)

0 252.8 244.5 290.7 333.1 352.5 372.1 391.3 11.551.2 275.6 310.4 342.7 373.7 388.5 405.3 437.2 13.472.4 278.2 313.2 350.4 384.9 400.8 433.0 464.1 15.493.6 277.4 310.8 349.1 382.9 397.6 426.0 459.4 15.174.8 283.5 315.4 352.2 382.0 393.4 429.0 460.6 14.75

Pr0.013

10.001

90.001

20.008

30.028

20.002

50.000

2 0.0064Respon ** ** ** ** * ** ** **

Pola respon Q* Q* Q* Q* Q* Q* Q* Q*Interaksi                

Pr0.940

10.889

20.890

50.664

20.593

20.649

40.513

7 0.3717Respon tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : LPT : laju pertumbuhan tanaman; *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda nyata pada taraf 1 %; Pr: probability; L: linier; Q: kuadratik; tn: tidak nyata

Lingkar Batang Respons peubah lingkar batang kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk

organik dan pupuk NPK majemuk dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan pupuk organik dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter lingkar batang umur 12 hingga 24 bulan. Perlakuan pupuk NPK majemuk berpengaruh sangat nyata secara linier pada 12, 18, 20, dan 22 dan berpengaruh nyata secara kuadratik pada umur 14, 16, 23 dan 24 bulan.

Pemberian pupuk organik nyata meningkatkan laju pertumbuhan lingkar batang kelapa sawit secara linier. Berdasarkan penelitian Uwumarongie et al. (2012), pemberian pupuk organik pada bibit kelapa sawit menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang kuat, klorofil yang tinggi dan kandungan nitrogen yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi bibit, lingkar batang dan luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk anorganik (NPKMg).

Berdasarkan data pada Tabel 2, diketahui bahwa pemberian pupuk NPK majemuk meningkatkan pertumbuhan lingkar batang kelapa sawit. Pertumbuhan yang lebih didapatkan dengan peningkatan dosis NPK hingga batas optimum. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan hara yang lebih baik. Arisha et al. (2003)

Page 27: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

menyatakan bahwa salah satu efek positif dari pemberian pupuk anorganik adalah lingkar batang yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan hara di dalam tanah yang lebih tinggi.

Tabel 2. Respons lingkar batang tanaman kelapa sawit pada perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk

Dosis pupuk Umur tanaman (bulan) LPT12 14 16 18 20 22 23 24

………….……… lingkar batang (cm) ……….………… cm bulan-1

Pupuk organik(kg tan-1)

0 78.3 109.3 131.3 151.6 160.4 167.1 182.5 203.9 10.525 77.3 109.3 130.0 156.2 161.3 170.2 183.4 200.9 10.350 79.2 113.1 133.9 152.7 163.0 173.7 188.1 210.0 10.975 78.5 115.1 138.6 161.2 172.0 184.4 198.7 219.4 11.7Pr 0.972 0.653 0.279 0.584 0.394 0.142 0.127 0.098 0.0448

Respon tn tn tn tn tn tn tn tn *Pola Respon - - - - - - - - L*

NPK majemuk(kg tan-1)

0 66.0 96.0 114.8 134.9 144.4 154.5 166.9 183.3 9.81.2 78.9 111.8 134.0 152.4 160.2 168.7 184.4 203.4 10.42.4 80.6 116.8 140.3 168.5 170.9 178.8 195.7 216.5 11.33.6 81.4 115.9 138.6 159.2 169.0 179.6 197.7 219.5 11.54.8 84.8 117.9 138.6 162.7 176.6 187.8 196.0 220.1 11.3Pr 0.003 <0.000

1 0.0001 0.006 0.004 0.005 0.003 0.0004 0.024Respon ** ** ** ** ** ** ** ** *

Pola respon L* Q* Q* L* L* L* Q* Q* L*Interaksi

Pr 0.823 0.618 0.849 0.715 0.852 0.859 0.659 0.394 0.3839Respon tn tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : LPT : laju pertumbuhan tanaman; *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda nyata pada taraf 1 %; Pr: probability; L: linier; Q: kuadratik; tn: tidak nyata

Jumlah Pelepah Respons peubah jumlah pelepah kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk

organik dan pupuk NPK majemuk dapat dilihat pada Tabel 3. Perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh terhadap jumlah pelepah kelapa sawit, sedangkan untuk perlakuan pupuk NPK majemuk berpengaruh nyata secara kuadratik terhadap jumlah pelepah pada umur 12 hingga 24 bulan namun tidak terdapat interaksi antara pemberian pupuk organik dan NPK majemuk.

Pemberian NPK majemuk nyata meningkatkan jumlah pelepah kelapa sawit TBM II. Pada masa TBM I, pemberian NPK majemuk nyata meningkatkan jumlah pelepah dan telah memberikan respon secara kuadratik (Siallagan 2014). Peningkatan jumlah pelepah disebabkan oleh respon penambahan tinggi tanaman yang berespon secara kuadratik (Tabel 1), akibat ketersediaan hara yang lebih baik. Sudradjat et al. (2015) menyatakan bahwa pada aplikasi NPK majemuk pada kelapa sawit TBM I, terdapat korelasi yang kuat antara luas daun dengan tinggi

Page 28: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

tanaman dan jumlah daun. Peningkatan tinggi tanaman akan diikuti dengan peningkatan jumlah daun.

Tabel 3. Respons jumlah pelepah tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk

Dosis pupuk Umur tanaman (bulan) LPT12 14 16 18 20 22 24

..……………….jumlah pelepah (pelepah) …….……………. pelepah bulan-1

Pupuk Organik

(kg tan-1)0 29.8 35.8 41.7 37.8 39.3 43.7 53.1 1.925 29.3 35.7 41.0 37.3 38.8 43.3 52.1 1.950 28.2 34.2 40.0 36.3 37.9 42.2 50.8 1.975 30.4 36.6 42.3 38.4 39.9 44.3 53.1 1.9Pr 0.1472 0.1589 0.3345 0.4472 0.4755 0.4576 0.4475 0.9321

Respon tn tn tn tn tn tn tn tnPola respon - - - - - - - -

NPK majemuk(kg tan-1)

0 27.1 32.8 37.0 32.4 33.5 37.5 45.4 1.51.2 29.7 35.9 41.8 38.4 39.8 44.4 52.8 1.92.4 30.1 36.5 42.8 39.2 40.7 45.3 54.2 2.03.6 30.4 36.6 42.5 39.0 40.6 45.1 53.8 1.94.8 29.9 36.1 42.2 38.5 40.1 44.6 53.5 2.0Pr 0.0301 0.0149 0.0009 0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001 <.0001

Respon * * ** ** ** ** ** **Pola respon Q* Q* Q* Q* Q* Q* Q* Q*

InteraksiPr 0.3266 0.191 0.3948 0.4435 0.4664 0.479 0.5414 0.2858

Respon tn tn tn tn tn tn tn tnKeterangan : LPT : laju pertumbuhan tanaman; *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda

nyata pada taraf 1 %; Pr: probability; L: linier; Q: kuadratik; tn: tidak nyata

Panjang Pelepah Perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap peubah

panjang pelepah tanaman kelapa sawit. Perlakuan NPK berpengaruh nyata secara linier pada umur 16, 23, 24 bulan. Terdapat interaksi antara pupuk organik dan NPK majemuk pada umur 24 bulan (Tabel 4).

Interaksi pupuk organik dan NPK majemuk nyata pada umur 24 bulan. Kombinasi pemberian pupuk organik dan NPK majemuk meningkatkan panjang pelepah. Kombinasi antara pupuk anorganik dengan organik umumnya akan menyediakan unsur hara lebih baik sehingga akan meningkatkan pertumbuhan karena bahan organik dapat memperbaiki fisik, biologi dan kimia tanah (Quansah 2010). Perbaikan tanah berupa peningkatan KTK tanah, mampu mengikat unsur hara dan meningkatkan kefektifan pemupukan anorganik (Herviyanti et al. 2012). Pemberian pupuk organik pada pembibitan utama kelapa sawit meningkatkan efektivitas pemupukan NPK majemuk hingga 179.38% (Sari 2013).

Page 29: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Tabel 4. Panjang pelepah tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk

Dosis pupuk Umur tanaman (bulan) LPT12 14 16 18 20 22 23 24

….….…………….panjang pelepah (cm) …….……………. cm bulan-1

Pupuk organik(kg tan-1)

0 178.8 212.8 228.0 252.6 264.4 279.2 296.1 316.5 11.525 170.3 209.4 223.2 252.4 266.9 277.2 300.3 325.4 12.950 167.4 212.6 224.7 254.6 271.0 276.9 300.7 328.5 13.475 179.2 222.0 233.7 263.8 279.7 283.8 309.6 336.0 13.1Pr 0.301 0.293 0.427 0.289 0.224 0.722 0.180 0.117 0.085

Respon tn tn tn tn tn tn tn tn tnPola Respon - - - - - - - - -

NPK majemuk(kg tan-1)

0 161.8 200.5 210.0 243.8 268.4 268.5 288.5 310.3 12.41.2 174.1 215.5 227.9 253.1 265.5 276.4 298.8 320.9 12.22.4 176.7 219.9 231.5 259.1 272.0 283.5 308.6 337.7 13.43.6 180.7 216.8 231.0 261.1 276.0 283.7 301.6 323.4 11.94.8 176.4 218.3 236.5 262.0 270.7 284.2 310.9 340.6 13.7Pr 0.226 0.092 0.013 0.110 0.790 0.193 0.020 0.008 0.199

Respon tn tn * tn tn tn * * tnPola respon - - L* - - - L* L* -

InteraksiPr 0.759 0.868 0.736 0.900 0.958 0.971 0.249 0.019 0.031

Respon tn tn tn tn tn tn tn * *Keterangan : LPT : laju pertumbuhan tanaman; *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda

nyata pada taraf 1 %; Pr: probability; L: linier; Q: kuadratik; tn: tidak nyata

Luas Daun ke-9Pemberian pupuk organik berpengaruh nyata secara linier pada umur 16

dan 18 bulan serta kuadratik pada umur 17 bulan terhadap luas daun ke-9. Perlakuan NPK majemuk berpengaruh nyata secara linier pada umur 16 dan 18 bulan serta kuadratik pada umur 13, 17, 23 dan 24 bulan terhadap luas daun ke-9. Interaksi antara pupuk organik dan NPK majemuk berpengaruh sangat nyata pada 16,17 dan 18 BSP (Tabel 5).

Pada perlakuan NPK majemuk, terjadi peningkatan jumlah luas daun ke-9. Berdasarkan penelitian Sudradjat et al. (2015), pemberian NPK majemuk nyata meningkatkan luas daun kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun. Hal ini disebabkan karena ketersediaan nitrogen yang lebih baik hingga titik optimum. Penurunan luas daun terjadi pada dosis tertinggi sebagai gejala pemupukan berlebihan. Nitrogen mempengaruhi luas daun, warna daun, produksi jumlah daun dan asimilasi bersih tanaman. Menurut Uexkull dan Fairhurst (1991), respon terhadap nitrogen ini lebih terlihat pada tanaman kelapa sawit muda dengan LAI

Page 30: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

dibawah 5. Respon terhadap nitrogen sulit terlihat pada tanaman kelapa sawit tua (LAI>6), akibat adanya persaingan cahaya, sehingga respon terhadap nitrogen ini akan sulit terlihat.

Tabel 5. Luas daun tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk

Dosis pupuk

Umur tanaman (bulan) LPT12 14 16 17 18 20 22 23 24

……………….luas daun (m²) ………………. (m² bulan-1)

Pupuk organik

(kg tan-1)0 1.18 1.54 1.63 1.90 1.74 1.58 1.62 1.84 2.18 0.0825 1.07 1.45 1.65 1.87 1.75 1.62 1.72 1.84 2.09 0.0950 1.07 1.57 1.63 1.93 1.83 1.72 1.81 1.95 2.25 0.1075 1.16 1.64 1.97 2.52 2.08 1.64 1.88 2.15 2.48 0.11

Pr 0.370 0.360 0.032 0.006 0.032 0.691 0.115 0.001 0.002 0.019

Respon tn tn * ** * tn tn ** ** *Pola respon - - L* Q* L* - - L* L* L*

NPK majemuk(kg tan-1)

0 0.96 1.39 1.47 1.71 1.61 1.51 1.68 1.76 1.93 0.081.2 0.12 1.55 1.69 1.98 1.82 1.66 1.71 1.89 2.15 0.092.4 0.18 1.66 1.73 2.03 1.86 1.70 1.89 2.09 2.40 0.103.6 0.15 1.54 1.97 2.57 2.10 1.63 1.71 2.00 2.43 0.114.8 1.19 1.60 1.74 1.98 1.85 1.71 1.81 2.01 2.34 0.10

Pr 0.092 0.234 0.034 0.009 0.025 0.538 0.409 0.004 0.000

1 0.081

Respon tn tn * ** * tn tn ** ** -Pola respon - - L* Q* L* - - Q* Q* -

Interaksi

Pr 0.557 0.608 0.009 0.001 0.005 0.448 0.486 0.402 0.444 0.7132

Respon tn tn ** ** ** tn tn tn tn tnKeterangan : LPT : laju pertumbuhan tanaman; *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda

nyata pada taraf 1 %; Pr: probability; L: linier; Q: kuadratik; tn: tidak nyata

Berdasarkan data pada Tabel 5, pemberian pupuk organik nyata meningkatkan luas daun ke-9 dan laju pertumbuhan luas daun secara linier. Laju pertumbuhan luas daun tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk organik 75 kg tanaman-1. Hal ini terjadi karena pupuk organik mampu meningkatan ketersediaan nutrisi yang bisa menyebabkan peningkatan kapasitas air tanah (Roe dan Cornforth 2000) dan meningkatkan aktivitas organisme tanah. Organisme tanah ini akan melepaskan phyto-hormon dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan membantu dalam penyerapan nutrisi (Arisha et al. 2003).

Panjang Tangkai Pelepah (Petiole)Pemberian pupuk organik dan interaksinya dengan NPK majemuk tidak

berpengaruh nyata terhadap panjang tangkai pelepah. Perlakuan pupuk NPK majemuk berpengaruh nyata secara linier pada umur 18 hingga 22 bulan dan

Page 31: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

kuadratik pada umur 23 dan 24 bulan terhadap panjang tangkai pelepah kelapa sawit (Tabel 6).

Pola respon tangkai daun disebabkan oleh panjang pelepah secara total. Hal ini diduga akibat ketersediaan nitrogen yang lebih banyak dan lebih baik pada pemberian NPK majemuk. Pemberian NPK majemuk menjamin ketersediaan nitrogen dalam jangka panjang karena bersifat slow release. Hal serupa dikemukakan oleh Rasid et al. (2014), bahwa pemberian pupuk yang bersifat slow release juga memberikan pengaruh yang nyata berbeda pada parameter panjang pelepah. Panjang pelepah bibit kelapa sawit 9-13% lebih panjang pada umur 30 minggu.

Tabel 6. Panjang tangkai daun tanaman kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk

Dosis pupuk Umur tanaman (bulan)14 16 18 20 22 24…….…………panjang tangkai daun (cm) ……….………

Pupuk Organik(kg tan-1)

0 49.9 44.6 39.6 35.4 35.9 45.525 48.7 47.2 39.4 34.9 36.9 46.450 51.1 44.3 39.4 35.2 36.6 48.375 53.0 45.7 40.4 35.4 36.0 48.7Pr 0.0100 0.7073 0.7935 0.9802 0.8857 0.1790

Respon * tn tn tn tn tnPola Respon L* - - - - -

NPK Majemuk(kg tan-1)

0 49.9 44.5 37.0 31.0 33.1 38.81.2 50.1 43.2 38.6 34.6 35.9 45.92.4 50.2 48.2 40.5 35.6 37.4 49.83.6 51.0 45.8 40.5 36.8 36.1 50.54.8 52.2 45.6 42.0 38.0 39.3 51.1

Pr 0.4783 0.5759 0.0043 0.0021 0.0072 <0.0001

Respon tn tn ** ** ** **Pola Respon - - L* L* L* Q*

InteraksiPr 0.0495 0.6591 0.376 0.6124 0.9419 0.1179

Respon tn tn tn tn tn tnKeterangan : *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda nyata pada taraf 1 %; Pr:

probability; L: linier; Q: kuadratik; tn: tidak nyata

Korelasi Antar Peubah MorfologiKorelasi antara antar peubah morfologi umur 24 bulan dapat dilihat pada

Tabel 7. Berdasarkan nilai korelasi pada Tabel 7, diketahui ada korelasi yang kuat antar parameter morfologi. Nilai korelasi antar parameter morfologi tergolong korelasi dengan kriteria kuat (0.5-0.75), kecuali korelasi tinggi tanaman dengan luas daun. Sudradjat et al. (2015) juga menemukan korelasi positif yang kuat antara luas daun dengan tinggi tanaman dan jumlah pelepah pada kelapa sawit umur satu tahun yang diberi NPK majemuk. Pemberian hara N, P dan K meningkatkan berat kering

Page 32: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

tanaman melalui peningkatan luas daun dan pertumbuhan vegetatif keseluruhan (Corley dan Mok 1972).

Tabel 7. Korelasi parameter morfologi pada perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk umur 24 bulan

Parameter Tinggi tanaman

Lingkar batang

Panjang pelepah

Jumlah pelepah

Luas daun

Panjang petiole

Tinggi tanaman 1.000Lingkar batang 0.588 1.000Panjang pelepah 0.595 0.748 1.000

Jumlah pelepah 0.645 0.633 0.512 1.000Luas daun 0.334 0.683 0.592 0.516 1.000Panjang petiole 0.699 0.683 0.696 0.534 0.569 1.000

Tanggap Fisiologi

Kadar Klorofil Daun Pupuk organik dan interaksinya dengan NPK majemuk tidak berpengaruh

nyata terhadap kadar klorofil. Pemberian pupuk NPK majemuk berpengaruh nyata secara linier terhadap kandungan klorofil daun kelapa sawit pada umur 24 bulan (Tabel 8).

Tabel 8. Kadar klorofil daun kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk

Dosis pupuk Umur tanaman (bulan)6 12

…………kadar klorofil (mg cm⁻²)………Pupuk organik

(kg tan-1)0 0.045 0.04225 0.043 0.04350 0.045 0.04275 0.043 0.043Pr 0.6404 0.4805

Respon tn tnPola respon - -

NPK majemuk(kg tan-1)

0 0.046 0.0401.2 0.041 0.0412.4 0.043 0.0433.6 0.044 0.043

Page 33: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

4.8 0.045 0.045Pr 0.2703 0.0003

Respon tn **Pola respon - L*

InteraksiPr 0.635 0.798

Respon tn tnKeterangan : *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda nyata pada taraf 1 %; Pr:

probability; L: linier; tn: tidak nyata

Pemberian NPK majemuk meningkatkan kadar klorofil daun kelapa sawit pada umur 24 bulan. Hal ini disebabkan oleh kandungan nitrogen yang meningkat secara linier (Tabel 10), akibat pemupukan NPK majemuk. Nitrogen merupakan unsur pembentuk klorofil. Peningkatan kadar nitrogen ini akan meningkatkan jumlah klorofil di daun. Sudradjat et al. (2015) menyatakan bahwa pemberian paket pemupukan NPK majemuk pada kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun nyata meningkatkan luas daun, kandungan klorofil, nitrogen dan fosfor daun. Interaksi pupuk NPK majemuk dan pupuk organik juga nyata meningkatkan kadar nitrogen dan fosfor daun kelapa sawit TBM I (Siallagan et al. 2014).

Laju FotosintesisRespons peubah laju fotosintesis kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk

organik dan pupuk NPK majemuk dapat dilihat pada Tabel 9. Perlakuan pupuk organik dan interaksinya dengan NPK majemuk tidak berpengaruh nyata pada laju fotosintesis. Perlakuan NPK majemuk berpengaruh nyata secara kuadratik terhadap laju fotosintesis.

Tabel 9. Laju fotosintesis daun kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk

Dosis pupuk Laju fotosintesis(μmol CO2 m-2 det-1)

Pupuk organik  (kg tan-1)

0 15.41225 15.17250 15.42475 15.470Pr 0.7743

Respon tnPola respon -

NPK majemuk  (kg tan-1)

0 13.4611.2 15.8412.4 15.9003.6 15.7734.8 15.873Pr <0.0001

Respon **

Page 34: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Pola respon Q*Interaksi

Pr 0.9114Respon tn

Keterangan : *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda nyata pada taraf 1 %; Pr: probability; Q: kuadratik; tn: tidak nyata

Perlakuan pemupukan NPK lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan adanya kandungan nitrogen yang lebih banyak pada perlakuan dengan NPK majemuk. Menurut Corley dan Mok (1972), aplikasi nitrogen akan meningkatkan jumlah daun dan laju fotosintesis kelapa sawit. Peningkatan laju fotosintesis ini terjadi akibat peningkatan indeks luas daun yang terjadi pada kelapa sawit muda. Peningkatan indeks luas daun ini secara langsung akan meningkatkan laju fotosintesis dan produksi biomassa.

Kadar Hara Jaringan Daun Kadar hara jaringan tanaman menggambarkan kandungan hara yang

terdapat di dalam jaringan tanaman sehingga dapat menunjukkan tingkat kecukupan, defisiensi dan kelebihan hara. Analisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh perlakuan. Respons pemberian pupuk organik dan NPK majemuk terhadap kadar hara N, P dan K daun dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kadar hara pada jaringan daun kelapa sawit terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk

Dosis pupukUmur tanaman (bulan)

18 24N P K N P K

.................... kadar hara (%) ....................Pupuk organik

(kg tan-1)0 2.147 0.154 0.572 2.467 0.175 1.032

25 2.473 0.157 0.789 2.738 0.191 1.05150 2.343 0.161 0.797 2.746 0.188 1.08975 2.378 0.162 0.764 2.817 0.198 1.056Pr 0.0380 0.0872 0.0113 0.027 <0.0001 0.9137

Respon * tn * * ** tnPola respon Q* - Q* L* L* -

NPK majemuk(kg tan-1)

0 2.087 0.146 0.743 2.428 0.174 1.1141.2 2.301 0.155 0.741 2.716 0.184 1.0052.4 2.388 0.162 0.713 2.759 0.191 1.0103.6 2.404 0.163 0.703 2.736 0.194 1.0394.8 2.495 0.168 0.753 2.821 0.198 1.118Pr 0.0241 <0,0001 0.9689 0.0046 <0.0001 0.5737

Respon * ** tn ** ** tnPola respon L* L* - L* Q* -

Interaksi

Page 35: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Pr 0.3175 0.116 0.7819 0.7509 0.032 0.3658Respon tn tn tn tn * tn

Keterangan : *: berbeda nyata pada taraf 5%; **: berbeda nyata pada taraf 1 %; Pr: probability; L: linier; Q: kuadratik; tn: tidak nyata

Hasil analisis jaringan daun mengindikasikan bahwa konsentrasi hara jaringan terhadap pertumbuhan berada pada zona cukup jika dibandingkan dengan status hara pada critical nutrient level pada tanaman belum menghasilkan sebesar 2.50% N (Ollagnier dan Ochs 1981). Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 9, hanya NPK dengan dosis tertinggi yang melewati batas kritis N pada umur 18 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi defisiensi pada kelapa sawit dengan tingkat pemupukan yang lebih rendah.

Nilai optimum konsentrasi P pada daun kelapa sawit adalah 0.165% (Foster et al. 1988). Hasil analisis kandungan P daun umur 18 bulan pada Tabel 9, hampir seluruhnya berada di bawah konsentrasi optimum. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemupukan dengan dosis yang lebih rendah menyebabkan defisiensi fosfor yang gejalanya belum terlihat secara langsung.

Kandungan kalium pada daun kelapa sawit dengan berbagai perlakuan memiliki keragaman yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur K merupakan unsur yang mobil dan tidak terdapat dalam struktur kompleks dalam tubuh tumbuhan. Kandungan hara dalam tanaman juga bergantung pada banyak faktor seperti kesediaan air, jumlah pupuk, umur tanaman, pertumbuhan vegetatif dan faktor iklim termasuk curah hujan (Lee et al. 2011). Berdasarkan hasil penelitian Wang et al. (2013), kandungan kalium daun pada kondisi defisit air lebih rendah dibandingkan pada kondisi cukup air. Kondisi iklim kering ini yang menyebabkan kandungan kalium pada umur 18 bulan (September 2014) lebih rendah dibandingkan pada umur 24 bulan (Maret 2015). Menurut Teoh dan Chew (1988), pengukuran kandungan kalium juga sebaiknya dilakukan pada jaringan pelepah yang lebih sensitif dan lebih menunjukkan status K dalam daun.

Korelasi Antar Peubah FisiologiKorelasi antara peubah fisiologi umur 24 bulan dapat dilihat pada Tabel 11.

Dari data korelasi, diketahui ada korelasi yang kuat antara kadar klorofil dan P daun serta kadar N dengan kadar P daun. Grafik hubungan kadar N dan P dapat dilihat pada Gambar 9.

Tabel 11. Korelasi antar peubah fisiologi terhadap pemberian pupuk organik dan NPK majemuk umur 24 bulan

ParameterKadar klorofil Kadar N Kadar P Kadar K

Kadar klorofil 1.000Kadar N 0.433 1.000Kadar P 0.514 0.763 1.000Kadar K 0.247 0.254 0.246 1.000

Dari data korelasi pada Tabel 11, ditemukan korelasi yang sangat kuat (0.763) antara kadar nitrogen dan fosfor pada daun. Menurut Law et al. (2012),

Page 36: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

pemupukan P memiliki efek sinergi dengan efisiensi penyerapan nitrogen. Nitrogen dalam tanaman juga mempengaruhi penyerapan hara yang lain (Tisdale et al.1985). Berdasarkan grafik hubungan N dan P yang didapatkan dari data penelitian (Gambar 1), didapatkan hubungan yang linier antara kadar N dan P pada perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk, yaitu : Leaf P (%) = 0.0387 Leaf N (%) + 0.0838. Ollagnier and Ochs (1981) telah menemukan korelasi N dan P ini dan menjadikan korelasi ini untuk memprediksi defisiensi fosfor pada daun kelapa sawit. Adapun hubungan N dan P menurut Ollagnier and Ochs (1981) : Leaf P (%) = 0.0487 Leaf N (%) + 0.039.

Gambar 1. Grafik korelasi kadar nitrogen dan fosfor terhadap perlakuan pupuk organik dan NPK majemuk umur 24 bulan

Penentuan Dosis Optimum

Perlakuan pupuk organik dan pupuk NPK majemuk tidak saling mempengaruhi pada peubah morfologi maupun fisiologi kelapa sawit. Hal ini terlihat dari tidak adanya interaksi antara pupuk organik dan NPK majemuk. Sehingga penentuan dosis optimum didasarkan pada respon morfologi dan fisiologi yang sudah memberikan respon kuadratik. Beberapa kurva respons optimasi pada peubah morfologi dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

Page 37: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

(c) (d)

Gambar 2. Kurva respons optimasi tinggi tanaman (a), lingkar batang (b), jumlah pelepah (c), dan luas daun ke-9 (d) pada umur 24 bulan

Tabel 12. Penentuan dosis optimum pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit di TBM II berdasarkan peubah morfologi tanaman

Peubah Umur Fungsi R2Dosis Optimum

NPK(bulan) (kg tan-1)

Tinggi Tanaman

12 y = -1.818N2 + 14.00N + 255.5 0.87 3.85

14 y = -6.342N2 + 42.30N + 252.1 0.86 3.33

16 y = -5.297N2 + 36.21N + 295.8 0.91 3.42

18 y = -4.736N2 + 31.70N + 336.0 0.96 3.62

20 y = -4.698N2 + 30.23N + 354.3 0.97 3.22

22 y = -4.705N2 + 33.80N + 372.6 0.96 3.59

24 y = -5.999N2 + 42.19N + 393.1 0.97 3.52

Rata-rata tinggi tanaman 3.51 ± 0.21

Lingkar Batang

14 y = -1.666N2 + 11.97N + 97.34 0.94 3.59

16 y = -2.295N2 + 15.35N + 116.2 0.95 3.34

17 y = -2.457N2 + 16.55N + 125.8 0.95 3.37

23 y = -2.360N2 + 17.28N + 167.0 1.00 3.66

24 y = -2.433N2 + 19.16N + 183.5 1.00 3.94

Rata-rata lingkar batang 3.58 ± 0.24

Jumlah Pelepah

12 y = -0.322N2 + 2.064N + 27.26 0.95 3.20

14 y = -0.382N2 + 2.440N + 0.96 3.19

Page 38: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

33.00

16 y = -0.576N2 + 3.694N + 37.36 0.94 3.21

18 y = -0.692N2 + 4.402N + 32.91 0.92 3.18

20 y = -0.736N2 + 4.709N + 34.01 0.93 3.20

22 y = -0.795N2 + 5.067N + 38.07 0.92 3.19

24 y = -0.845N2 + 5.495N + 46.05 0.93 3.25

Rata-rata jumlah pelepah 3.20 ± 0.02

Luas Daun

13 y = -0.051N2 + 0.304N + 1.100 0.65 2.98

17 y = -0.060N2 + 0.382N + 1.656 0.60 3.18

23 y = -0.026N2 + 0.177N + 1.749 0.88 3.40

24 y = -0.041N2 + 0.292N + 1.91 0.98 3.56Rata-rata luas daun 3.28 ± 0.25

Panjang Tangkai

Daun

22 y = -0.484N2 + 4.020N + 36.16 0.99 4.15

24 y = -0.801N2 + 6.279N + 39.07 0.96 3.92

Rata-rata panjang tangkai daun 4.04 ± 0.17Fotosintesi

sy = -0.235N2 + 1.527N +

13.74 0.85 3.25

Rata-rata 3.45 ± 0.29

Penentuan kebutuhan pupuk dapat menggunakan kurva respons umum tanaman (generalized curve) terhadap pemupukan. Penentuan kebutuhan pupuk optimum dilakukan agar tanaman dapat mencapai hasil maksimum. Perhitungan dosis optimum dilakukan dengan menurunkan persamaan regresi kurva respons kuadratik peubah pertumbuhan. Berdasarkan persamaan regresi kurva respons kuadratik beberapa peubah morfologi dan fisiologi tanaman, maka diperoleh dosis optimum pupuk NPK majemuk untuk kelapa sawit di tahun kedua sebesar 3.45 kg tanaman-1 tahun-1.

Penentuan dosis optimum untuk pupuk organik belum dapat ditentukan karena respon tanaman yang masih linier pada beberapa parameter amatan. Respon linier ini menunjukkan pemberian pupuk organik belum mencapai titik optimum yang diinginkan oleh tanaman, sehingga optimasi pemupukan organik belum bs dilakukan. Dosis terbaik dalam penelitian ini adalah 75 kg tanaman -1

tahun-1.

Neraca HaraNeraca hara dihitung pada perlakuan yang mendekati dosis optimum, yaitu

pada perlakuan pupuk organik 75 kg tanaman-1 tahun-1 dan NPK majemuk 3.6 kg tanaman-1 tahun-1 (Tabel 13). Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa efisiensi pemupukan N, P dan K masing-masing 85.1%, 13.8% dan 68%. Nilai efisiensi ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan efisiensi pemupukan yang

Page 39: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

didapatkan pada TBM I oleh Siallagan (2014). Adapun nilai efisiensi pemupukan N, P dan K pada TBM I masing-masing 85.2%, 16.96% dan 29.26%.

Efisiensi pemupukan dihitung dengan asumsi serapan hara tanaman seluruhnya berasal dari pupuk. Efisiensi pemupukan nitrogen pada penelitian ini tergolong tinggi. Efisiensi pemupukan nitrogen di Malaysia hanya mencapai 30-70%. Rendahnya efisiensi disebabkan oleh penggunaan urea. Kehilangan urea melalui volatilisasi dapat mencapai 30% (Goh 2005). Peningkatan efisiensi dengan pemupukan NPK majemuk terjadi karena NPK majemuk adalah pupuk yang bersifat intermediate release yang dapat menyediakan hara hingga waktu lama. Selain itu, pemberian pupuk organik dapat meningkatkan efisiensi pemupukan NPK majemuk. Menurut Sari (2013), pemberian pupuk organik pada pembibitan utama kelapa sawit meningkatkan efektivitas pemupukan NPK majemuk hingga 179.38%.

Tabel 13. Neraca hara N, P dan K di dalam tanah pada piringan pohon kelapa sawit umur 24 bulan

Uraian Kandungan hara (g)N P K

SumberBobot hara tanah awal (g) 5,480.7 184.3 487.6Bobot hara dari pupuk NPK(g) 419.2 227.2 398.3

Total sumber 5,899.9 411.6 885.9Recovery nutrient

Bobot hara tanah akhir (g) 5,056.7 161.5 312.2Serapan tanaman (g) 356.9 31.4 270.9

Total Recovery nutrient 5,413.6 192.9 583.1Efesiensi Pemupukan (%) 85.1 13.8 68.0Pupuk yang terjerap dalam tanah (g) -424.0 -22.9 -175.4Pupuk yang tidak terserap (g) 486.2 218.7 302.8Pupuk yang tidak terserap (%) 116.0 96.2 76.0

Pada TBM II, terjadi peningkatan efisiensi pemupukan kalium. Hal ini diduga karena kelapa sawit umur 24 bulan sudah memulai fase produksinya dengan penghentian kastrasi dan buah sudah mulai dipertahankan untuk dipanen. Pada kelapa sawit dewasa, pemanenan akan mengeluarkan kalium sebanyak 589-831 g kalium tanaman-1 tahun-1. Kalium ini setara dengan 4,5 g kalium kg-1 tandan buah segar (TBS) yang dikeluarkan dari ekosistem kelapa sawit melalui pemanenan (Ng dan Law 1971).

Dinamika Hara Tanah

Dinamika hara menunjukkan pergerakan kadar hara di dalam tanah. Pergerakan hara total N, P dan K diamati pada perlakuan dosis pupuk NPK majemuk 3.6 kg tanaman-1 dan pupuk organik 75 kg tanaman-1 pada akhir penelitian. Dinamika hara yang diamati mulai dari kedalaman 0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm di piringan pohon serta dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Page 40: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Gambar 3. Kandungan nitrogen (a), fosfor (b) dan kalium (c) pada tiga kedalaman tanah pada perlakuan kontrol ( ) dan terbaik ( ).

Dari hasil analisis pada tiga kedalaman tanah, terdapat kecenderungan yang sama pada hara N, P dan K. Kandungan hara tertinggi terdapat pada permukaan tanah (0-20 cm) dan semakin kecil hingga kedalaman 60 cm. Hal ini umum terjadi pada lahan tanpa olah tanah. Menurut Anderson et al. (2010), aplikasi pemupukan dengan sistem sebar pada permukaan tanah yang tidak diolah akan menyebabkan akumulasi hara pada lapisan tanah atas. Kandungan hara pada permukaan tanah ini dapat bertahan hingga tiga tahun.

5 SIMPULAN

Pupuk organik nyata meningkatkan luas, kadar nitrogen, fosfor, kalium daun ke-9 dan laju pertumbuhan lingkar batang dan luas daun. Pupuk NPK majemuk nyata meningkatkan tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, luas daun ke-9, laju asimilasi bersih, kadar klorofil, nitrogen, fosfor daun serta laju pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah pelepah. Dosis optimum NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur dua tahun adalah 3.45 kg pupuk NPK majemuk tanaman-1 tahun-1. Dosis optimum untuk pupuk organik tidak dapat ditentukan pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adam H, Collin M, Richaud F, Beule T, Cros D, Omore A, Nodichao L, Nouy B, Tregear JW. 2011. Enviromental regulation of sex determination in oil palm: current knowledge and insights from other spesies. Ann. Bot. 108:1529-1537. doi:10.1093/aob/mcr151.

Anderson NP, Hart JM, Horneck DA, Sullivan DM, Christensen NW, Pirelli GJ. 2010. Evaluating Soil Nutrients and pH by Depth in Situations of Limited or No Tillage in Western Oregon. Extension Catalog: https://catalog.extension.oregonstate.edu/em9014. Oregon State University (US).

Page 41: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Arisha HME, Gad AA, Younes SE. 2003. Response of some pepper cultivars to organic and mineral nitrogen fertilizer under sandy soil conditions. Zagazig J. Agric. Res 30:1875–99.

Arsyad AR, Junedi H, Farni Y. 2012. Pemupukan kelapa sawit berdasarkan potensi produksi untuk meningkatkan hasil tandan buah segar (TBS) pada lahan marginal Kumpeh. J Penelitian Univ Jambi Seri Sains.14(1):29-36.

Barros ID, Gaiser T, Lange FM, Römheld V. 2007. Mineral nutrition and water use patterns of a maize/cowpea intercrop on a highly acidic soil of the tropic semiarid. Field Crop. Res.101:26-36.

[BPS] Biro Pusat Statistik (ID). 2014. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2013. Jakarta (ID): Biro Pusat Statistik.

Broeshart H. 1955. The Application of Foliar Analysis in Oil Palm Cultivation. Amsterdam. Uitgeverij Excelsior.

Corley RHV, Mok CK. 1972. Effects of nitrogen, phosphorus, potassium and magnesium on growth of the oil palm. Experimental Agric Vol. 8:347–353.

Corley RHV, Tinker PB. 2003. The Oil Palm. 4 th ed. Oxford (GB): Blackwell Science Ltd.

[Damimas] PT. Dami Mas Sejahtera. 2013. Performa DxP Dami Mas Sejahtera [internet]. [diunduh pada 2014 Feb 25]. Tersedia pada http://www.damimas.com/news/15.

Dharmawan IW. 2003. Pemanfaatan endomikoriza dan pupuk organik dalam memperbaiki pertumbuhan Gmelina arborea LINN pada tanah tailing [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Farhana MA, Yusop MR, Harun MH, Din AK. 2007. Performance of tenera population for the chlorophyll contents and yield component. Di dalam: International Palm Oil Congress (Agriculture, Biotechnology & Sustainability). Proceedings of the PIPOC 2007 vol 2; 2007 Agustus 26-30; Kuala Lumpur, Malaysia. Kuala Lumpur (May): Malaysia palm oil board. hlm 701-705.

Foster HL, Tarmizi AM, Tayeb MD, Zakaria ZZ. 1988. Oil palm yield response to P fertilizer in Peninsular Malaysia. PORIM Bulletin No. 17:1-8.

[GAPKI] Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (ID). 2014. Indonesian palm oil industry to 100 years old. Jakarta (ID): GAPKI.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penterjemah ; Jakarta (ID) : UI Pr. Terjemahan dari : Phisiology of Crop Plant.

Goenadi. 2008. Perspective on Indonesian Palm Oil Production. Pada International Food and Agricultural Trade Policy Council. 12 Mei 2008. Bogor, Indonesia.

Goh KJ. 2005. Fertilizer recommendation systems for oil palm: estimating the fertiliser rates. In: Chew, P.S. and Tan, Y.P. (eds) Proceedings of MOSTA Best Practices Workshops – Agronomy and Crop Management. Malaysian Oil Scientists and Technologists Association (MOSTA): 235-268.

Hardon JJ, Williams CN, Watson I. 1969. Leaf area and yield in the oil palm in Malaya. Experimental Agric. 5:25-32.

Hazelton P, Murphy B. 2007. Interpreting soil test results. Sidney (AU): CSIRO Publishing.

Page 42: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Herviyanti, Fachri A, Riza S, Darmawan, Gusnidar, Amrizal S. 2012. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P pada ultisol. J Solum. 19(1):15-24.

Hochmuth G, Maynard D, Vavrina C, Hanlon E, Simonne E. 2009. Plant Tissue Analysis and Interpretation for Vegetable Crops in Florida. Florida 43 Cooperative Extension Service, University of Florida (US).

Ichsan CN, Nurami E, Saljuna. 2012. Respon aplikasi dosis kompos dan interval penyiraman pada pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). J Agrista Vol. 16(2):94-106.

Jannah N, Fatah A, Marhannudin. 2012. Pengaruh macam dan dosis pupuk NPK majemuk terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack). Media Sains Vol. 4(1):48-54.

Kiswanto, Purwanta JH, Wijayanto B. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bandar Lampung. 21hal.

Korsaeth A, Molstadb L, Bakken LR. 2001. Modelling the competition for nitrogen between plants and microflora as a function of soil heterogeneity. Soil Biology & Biochemistry 33:215-226.

Law CC, Zaharah AR, Husni MHA, Akmar ASN. 2012. Evaluation of nitrogen uptake efficiency of different oil palm genotypes using 15N isotope labelling method. Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 35(4):743–754.

Lee CT, Rahman ZA, Musa MH, Norizan MS, Tan CC. 2011. Leaf nutrient concentrations in oil palm as affected by genotypes, irrigation and terrain. J of Oil Palm and The Environment 2:38-47. doi:10.5366/jope.2011.05.

Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia. Medan (ID): Pusat penelitian kelapa sawit.

Lumbangaol P. 2010. Pedoman pembuatan dosis pupuk kelapa sawit buku panduan online [Internet]. [Diunduh 2012 Feb 20]. Tersedia pada http://googlesearch/bukupanduanonlinesawit

Makinde EA, Ayeni LS, Ojeniyi SO. 2011. Effects of organic, organomineral and NPK fertilizer treatments on the nutrient uptake of Amaranthus cruentus (L.) on two soil types in Lagos, Nigeria. J Central European Agric 12(1):114-123.

Manshuri AG. 2012. Optimasi pemupukan NPK pada kedelai untuk mempertahankan kesuburan tanah dan hasil tinggi di lahan sawah. J iptek tan pangan 7(1):38-46.

Marschner P. 2012. Marschner’s Mineral Nutrition of Higher Plants 3rd edition. London (UK): Academic Press. pp. 178–189.

Ng SK, Law WM. 1971. Pedogenesis and soil fertility in West Malaysia. In: Soils and Tropical Weathering. Natural Resources Research XI. Unesco, Paris: 129-139.

Ollagnier M, Ochs R. 1981. Management of mineral nutrition on industrial oil palm plantations. Oléagineux. 36:409-421.

Pahan I. 2008. Panduan lengkap kelapa sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.[PTPN III] PT. Perkebunan Nusantara III (ID). 2007. Evaluasi demplot

penggunaan pupuk majemuk palmo pada tanaman kelapa sawit menghasilkan TT 1993 (Januari 2005-Desember 2006). Medan (ID): PT. Perkebunan Nusantara III.

Page 43: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Quansah GW. 2010. Improving soil productivity through biochar amendments to soils. Africa J Environ Sci and Tech. 3:34-41.

Ramadhaini RF, Sudradjat, Wachjar A. 2014. Optimasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Kalsium pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama. J. Agron. Indonesia 42(1):52-58.

Rasid MNA, Chek TC, Redzuan AF. 2014. Effectiveness of Urea-Coated Fertilizer on Young Immature Oil Palm Growth. J of Advanced Agricultural Technologies Vol.1(1):56-59.

Roe EN, Cornforth CG. 2000. Effect of dairy lot scraping and composted dairy manure on growth, yield and profit potential of double-cropped vegetables. Compost Sci. and Utilization 8: 320–327.

Rustam R, Sulaeman R, Manurung GM, Kausar. 2012. Pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai bahan baku asap cair (cuka kayu) untuk meningkatkan kesejahteraan petani kebun kelapa sawit. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.

Said-Al AHAH, Hasnaa SA, Hendawy SF. 2009. Effect of potassium humate and nitrogen fertilizer on herb and essential oil of Oregon under different irrigation intervals. Ozean J of Applied Sciences 2(3):319-323.

Sari VI. 2011. Peran pupuk organik dalam meningkatkan efektivitas pupuk NPK pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada pembibitan utama [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Siallagan I. 2014. Optimasi pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) belum menghasilkan di lahan tanpa olah tanah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Siallagan I, Sudradjat, Hariyadi. 2014. Optimasi pupuk organik dan NPK majemuk pada kelapa sawit belum menghasilkan berumur satu tahun. J Agron Indonesia Vol. 42(2):166–172.

Sudradjat, Saputra H, Yahya S. 2015. Optimization of NPK Compound Fertilizer Package Rate on One Year Old Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq) Trees. International J of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) Vol 20(1):365-372.

Sugiyono, Sutarta ES, Darmosarkoro W, Santoso H. 2005. Peranan perimbangan K, Ca dan Mg tanah dalam rekomendasi pemupukkan kelapa sawit. Di dalam : Pertemuan Teknis Kelapa Sawit PPKS (2005 Apr 19-20); Medan, Indonesia.

Sutarta ES, Rahutomo S, Darmosarkoro W dan Winarna. 2007. Peranan unsur hara dan sumber hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit. Di dalam: W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Teoh KC, Chew PS. 1988. Use of rachis analysis as an Indicator of K nutrient status in oil palm. In: Hassan HAH, Chew PS, Wood BJ and Pushparajah E. (eds.) International Oil Palm/Palm Oil Conferences: Progress and Prospects. Conference I: Agriculture. Kuala Lumpur, 23–26 June 1987. PORIM, ISP, pp.262–271.

Thombo SNSK, Souza D. 1977. Kajian Unsur Kalium pada Tanaman Kelapa Sawit. Kongres Nasional IV.Himpunan Ilmu Tanah Indonesia Bogor.

Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 3rd Ed. The MacMillan Pub.Co.New York. hlm 754.

Page 44: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

Toruan-Mathius N, Wijana G, Guharja E, Aswidinnoor H, Yahya S, Subronto. 2001. Respons tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap cekaman kekeringan. Menara Perkebunan 69(2):29-45.

Uexkull HRV, Fairhurst TH. 1991. Fertilizing for high yield and quality the oil palm. IPI Bulletin 12. Switzerland : International Potash Institute Bern.

Uwumarongie-Ilori EG, Sulaiman-Ilobu BB, Ederion O, Imogie A, Imoisi BO, Garuba N, Ugbah M. 2012. Vegetative growth performance of oil palm (Elaeis guineensis) seedling in response to inorganic and organic fertilizer. Greener J of Agric Sci. Vol. 2(2):26-030.

Waluyo, Arief T, Ratmini S, Thamrin T. 2012. Kajian pengelolaan hara di perkebunan kelapa sawit berbasis efisiensi pemupukan. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian.

Wang M, Zheng Q, Shen Q, Guo S. 2013. The critical role of pottassium in plant stress response. Int. J. Mol. Sci. 14:7370-7390. doi:10.3390/ijms14047370.

Webb MJ. 2009. A conceptual framework for determining economically optimal fertiliser use in oil palm plantations with factorial fertiliser trials. Nutr Cycl Agroecosyst. 83:163-178.

Widjaja FO, Bangun D, Sinaga SM. 2013. Peluang dan tantangan industri minyak sawit Indonesia. Di dalam: POIDeC 2013 (2013 Okt 16); Jakarta, Indonesia.

Winarti S, Neneng L. 2014. Pengaruh pemberian limbah sawit terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah pada lahan kritis eks penambangan emas. J Agri Peat No.2 September 2014.

World Growth. 2011. Manfaat Kelapa Sawit bagi Perekonomian Indonesia. Laporan World Growth Februari 2011.

Zakaria ZZ, Khairuman H, Tarmizi AM. 2006. Fertilizer management for immature oil palm planted on an inland terrace soil. Malaysia : Malaysian Palm Oil Board TT No. 307.

Page 45: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis tanah awal Kebun Pendidikan dan Penelitian IPB-Cargill Jonggol

Parameter Nilai Kriteria*pH: H2O 4.05 – 4.70 masam

KCl 3.8 – 4.3 rendahC organik (%) 1.75 – 2.00 rendah

N total (%) 0.17 – 0.19 rendah

Page 46: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

C/N 10.44 sedangP Bray (ppm) 7.6 – 8.4 sangat rendah

Ca (me 100 g-1) 2.18 – 4.58 sedangMg (me 100 g-1) 0.95 – 3.55 sedangK (me 100 g-1) 0.15 – 0.35 sangat rendahNa (me 100 g-1) 0.14 – 0.25 rendah

KTK (me 100 g-1) 21.59 – 25.98 sedangKB (%) 14.06 – 40.57 Sedang - tinggi

Al-dd (me 100 g-1) 6.14 – 8.82 -H-dd (me 100 g-1) 0.48 – 3.09 -

Pasir 19.69Lempung liat berdebuDebu 28.16

Liat 52.14Keterangan: Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB

* Berdasarkan PPKS (1992)

Sumber : Siallagan (2014)

Lampiran 2 Hasil analisis pupuk organik yang digunakan dalam penelitian

Jenis pH C-Organik N P2O5 K2O Ca Mg Kadar Air......…(%)…......

Pupuk organik 7.50 33.10 1.34 1.03 1.02 0.99 0.37 48.02

Keterangan: Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB

Lampiran 3 Hasil analisis pupuk NPK majemuk yang digunakan dalam penelitian

Jenis N P2O5 K2O......…(%)…......

Pupuk NPK (15-15-15) 12.33 15.31 14.12Keterangan: Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB

Lampiran 4. Data curah hujan, suhu dan kelembaban udara Kebun Pendidikan dan Penelitian IPB-Cargill Jonggol Maret 2014 – Maret 2015

No. Bulan

Curah hujan (mm)

Hari hujan (hari)

Suhu rata-rata(oC)

Kelembaban rata-rata

(%)1 Maret 2014 397.0 14 28.6 81.32 April 2014 472.0 17 28.4 76.53 Mei 2014 154.5 13 29.8 77.0

Page 47: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

4 Juni 2014 250.0 7 29.3 77.85 Juli 2014 167.0 10 28.6 75.86 Agustus 2014 75.0 4 29.6 71.17 September 2014 27.0 1 30.1 63.98 Oktober 2014 5.0 1 31.1 59.19 November 2014 282.0 15 30.2 67.210 Desember 2014 297.5 11 28.6 69.111 Januari 2015 318.0 18 27.4 83.012 Februari 2015 244.0 16 27.1 84.913 Maret 2015 403.0 19 28.1 80.8

Total 3092.0 146Rataan 237.8 11.2 29.0 74.4

Page 48: adinda_nurul.staff.gunadarma.ac.idadinda_nurul.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · Web viewAnalisis dilakukan terhadap jaringan daun (leaflet) kelapa sawit pada seluruh

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 10Oktober 1988 sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Abdurrachman Manurung dan Murni Daulay. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU Medan, lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2013 penulis diterima di Program Studi Agronomi dan Hortikultura pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Penulis pernah bekerja sebagai Technical support plantation (2010-2013) pada PT. Sumatera Riang Lestari (RGE Group).