ade maiditasari f16112008 daur karbon
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
DAUR KARBON
Oleh
ADE MAIDITASARI
(F16112008)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam ekosistem terjadi proses yang disebut siklus materi dan
aliran energy. Energy didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melanjutkan kerja. Energy yang dimiliki oleh setiap organisme adalah
energi kimia yang diperoleh dari makanannya dalam bentuk protein,
karbohidrat, lemak dan sebagainya. Energy tersebut diciptakan pertama
kali pada tingkatan produsen (tumbuhan hijau) dengan mengubah energy
matahari ke dalam bentuk energy potensial. Perlu diketahui bahwa energy
di dalam ekosistem ini tuduk pada hukum Termodinamika II. Aliran
energy dalam ekosistem akan selalu seirama dengan siklus materi. Kedua
proses tersebut berjalan melalui rantai makanan dan jarring makanan. Di
samping itu, di alam juga terjadi siklus biogeokimia yaitu peredaran bahan
abiotik dari lingkungan melalui komponen biotic dan kembali lagi ke
lingkungan. Siklus biogeokimia dikelompokkan ke dalam tipe siklus gas
(gas karbon, nitrogen, belarang), siklus padatan / siklus sedimen (fosfor),
dan tipe siklus air (hidrologi) (Indriyanto, 2006).
Karbon merupakan salah satu unsure yang mengalami daur dalam
ekosistem. Daur karbon merupakan bagian dari daur energi. Reaksi
fotosintesis sangat esensial untuk daur karbon maupun daur energi,
melalui proses fotosintesis tersebut karbon dioksida berhubungan dengan
mahluk hidup. Melalui proses fotosintesisnya tumbuhan hijau berperan
dalam daur karbon, karbon diubah menjadi karbohidrat dengan bantuan
energi matahari dan pigmen klorofil.
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari hubungan
antara produsen dan konsumen di dalam ekosistem.
C. Permasalahan
1. Apa pengaruh cahaya terhadap daur karbon?
2. Apa fungsi dari Bromthymol blue pada praktikum daur karbon?
3. Bagaimana hubungan antara Hydrilla verticillata dengan siput?
4. Bagaimanakan proses daur karbon berlangsung?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Karbon
Satu elemen penting di biosfer adalah karbon. Karbon adalah tulang belulang
dari komponen organik dan tersusun mendekati dari 40% sampai 50% dari berat
keadaan alam sekitar. Ada lebih komponen yang terbuat dari karbon dari pada
kombinasi elemennya. Banyak dari karbon di bumi ditransfer dalam bentuk bahan
bakar fosil, batu bara, tanah yang dipakai sebagai bahan bakar, minyak, dan gas
alam (Lim, 1998).
Carbon is an important element because it can form organic materials
necessary for life on earth. Carbon route travels through the earth experienced a
cycle called the "carbon cycle". Through the carbon cycle we can study the flow
of energy in the earth for almost all chemical energy needed for life is stored in
organic matter (Batjes,1996).
The Carbon cycle has two important parts, namely, the cycle on land and in
the water cycle. The carbon cycle in the waters of reviewing the movement of
carbon through the marine ecosystem and the carbon cycle in terrestrial
ecosystems reviewing the movement of carbon through the mainland. Free CO2
content in air is approximately 0.033%, and tends to increase from the results of
deforestation and burning of fossil fuels (Battle,2000).
2. Aliran Energi
Dalam ekosistem terdapat dua peristiwa yang tidak terhenti yaitu aliran energi dan
aliran materi. Aliran energi berasal dari sinar surya yang memasuki ekosistem.
Energi ini digunakan untuk proses fotosintesis tanaman hijau dan selanjutnya
beredar melalui ekosistem melalui rantai makanan. Sedangkan daur materi
berlangsung dari organisme hidup ke lingkungan abiotik baik tanah atau atmosfer
dan kembali lagi ke organisme hidup, sehingga keberadaan bahan-bahan di
ekosistem dalam keseimbangan dinamik.
Di dalam aliran energi terdapat aliran-aliran yang merupakan suatu peristiwa
yang terjadi terus menerus. Salah satunya adalah siklus karbon. siklus ini
memperlihatkan bahwa karbon bisa terdapat sebagai gas CO2 yang
konsentrasinya sangat kecil tetapi sangat menentukan karbon secara global.
Sebagian dari karbon terlarut dalam air permukaan, dan sumber air sebagai
HCO3- atau sebagai CO2. sejumlah besar karbon terdapat dalam mineral-mineral,
terutama dalam bentuk kalsium dan magnesium karbonat, seperti CaCO3. Reaksi
fotosintesis menyediakan karbon dalam bentuk anorganik menjadi karbon dalam
bentuk organic. Yang dinyatakan sebagai (CH2O), yang merupakan komponen-
komponen dari molekul-molekul seluruh kehidupan.
3. Siklus Karbon
Siklus karbon melibatkan seluruh lingkungan yang ada di alam semesta,
meliputi atmosfer, biosfer, hidrosfer dan geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut
sebagai siklus biogeochemical. Pada setiap lingkungan dan antara lingkungan
terjadi pertukaran karbon.
Karbon berpindah dari lingkungan atmosfer ke biosfer sebagai gas
karbondioksida. Gas karbondioksida digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis.
Karbon ‘memasuki’ lingkungan atmosfer dari lingkungan bisofer juga sebagai gas
karbondioksida. Gas karbondioksida dilepaskan ke atmosfer dari hasil pernafasan
mahluk hidup, hasil pembusukan/fermentasi oleh bakteri/jamur dan hasil
pembakaran senyawa-senyawa organik.
Selain petukaran karbon dari lingkungan atmosfer ke biosfer atau sebaliknya,
karbon dipertukarkan dalam lingkungan bisofer melalui rantai makanan.
Pertukaran karbon pun terjadi dari lingkungan biosfer ke geosfer. Cangkang
hewan-hewan lunak pada umumnya mengandung karbonat. Karbonat kemudian
diubah menjadi batu kapur melalui suatu proses yang disebut sedimentasi.
Sedangkan perpindahan karbon dari lingkungan geosfer ke lingkungan atmosfer
terjadi melalui hasil reaksi batu kapur dan erupsi gunung merapi.
Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus
karbon dan mutlak diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga
kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa
yang mempengaruhi hubungan tersebut karena terdapat banyak faktor yang
mempengaruinya. Dalam siklus karbon, atom karbon terus mengalir dari produsen
ke konsumen dalam bentuk molekul CO2 dan karbohidrat, sedangkan energy
foton matahari digunakan sebagai pemasok energi yang utama. produsen
memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis. Dari
kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan
oksigen yang diperlukan oleh konsumen untuk melangsungkan kehidupannya
(Anshory, 1984).
Siklus karbon sendiri memiliki arti yang luas. Dalam siklus karbon cadangan
di atmosfer adalah sangat kecil jumlahnya jika dobandingklan dengan jumlah
karbon yang ada didalam laut, minyak bumi dan cadangan-cadangan lain di dalam
kerak bumi. Kehilangan karbon dalam aktifitas pertanian (misalnya karena
penambahan karbon ke atmosfer lebih banyak dari pada yang disebabkan karena
yang diikat oleh tanaman-tanaman tidak dapat menggantikan karbon yang
dilepaskan dari tanah, terutama yang diakibatkan karena seringnya pengolahan
tanah. Penebangan hutan dapat melepaskan karbon yang tersimpan dalam kayu,
terutama apabila kayu tersebut segera terbakar, dan kemudian diikuti oleh oksidasi
humus jika lahan tersebut digunakan untuk pengembangan daerah p[ertanian dan
perkotaan (Hadioetomo, 1993).
Agar dapat lebih memahami tentang siklus karbon di dalam ekosistem, akan
dimulai dari karbon dioksida (CO2) yang ada di udara atau larut di dalam air.
CO2 dibentuk menjadi senyawa tertentu melalui proses fotosintesis. Senyawa ini
bergabung dengan berbagai cara membentuk materi organism. Selama proses
fotosintesis berjalan, energi dijalinkan ke dalam senyawa organic. Senyawa
organik yang dihasilkan oleh produsen dapat diteruskan kepada konsumen. Waktu
produsen atau konsumen menggunakan energi dari senyawa-senyawa organic,
CO2 dapat dilepas kembali baik ke udara maupun ke dalam air, bergantung pada
lingkungan hidup organism. Tetapi selama masih ada energi yang dapat
dipergunakan, senyawa-senyawa organic akan tetap ada. Baik produsen maupun
konsumen dapat membuang sisa materi yang mengandung karbon. Kalau
organism mati tubuh mereka akan tinggal sebagai tumpukan suatu senyawa-
senyawa karbon. Organisme saprovor (pembusuk) menyempurnakan proses
pelepasan karbon (dalam bentuk CO2) dari sisa kotoran dan jasad-jasad yang
mati. Sebagian besar dari saprovor yang menjadi konsumen terakhir, adalah
mikroorganisme, kecuali jamur yang jelas dapat dilihat dengan mata bugil.
Kadang-kadang proses pembusukkan yang dilakukan oleh sapravor berjalan
sangat lambat, sehingga selama masa berjuta-juta tahun sejumlah besar senyawa
karbon dapat menumpuk dalam bentuk gambut, batubara dan minyak bumi.
Beberapa organism mengalihkan arus karbon melalui batu karang yang
selanjutnya tertimbun sebagai batuan. Dengan demikian, lintasan arus utama
siklus karbon adalah dari atmosfer atau hidrosfer ke dalam jasad hidup, kemudian
kembali lagi ke atmosfer atau hidrosfer (Amir, 1981).
Ada beberapa persesuaian pendapat terhadap masalah CO2 dan kontribusi dari
berbagai aktivitas manusia terhadap pengkayaan CO2 di atmosfer. Suatu
pandangan yang ekstrim dari Woodwell dkk (1978), mengatakan bahwa
pembinasaan atau pembakaran “pool biotik” (misalnya, pembakaran hutan) sama
pentingnya dengan pembakaran minyak bumi. Broecke dkk (1977),
menyimpulkan bahwa sumber CO2 terbesar berasal dari pembakaran minyak
bumi, dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya. Bolin (1977) setuju terhadap
semua pendapat diatas, bahkan hutan-hutan merupakan cadangan karbon dalam
biomasa hutan sebanyak 1,5 kali lipat dan didalam humus tanah hutan sebanyak 4
kali lipat dari banyaknya karbon diatmosfer (Kamajaya.1996).
Oksidasi humas yang cepat dan pelepasan gas CO2 yang pada lazimnya
ditahan dalam tanah yang mempunyai efek tajam dari pada apa yang baru
diketahui sekarang termasuk pengaruhnya terhadap peredaran nutrient lainya.
Sebagai contoh, Nelson (1967) menggunakan kerang untuk menunjukkan bahwa
penggundulan hutan dan aktivitas pertanian telah mengakibatkan penurunan
jumlah “trace element” tertentu dalam aliran permukaan tanah. Dia menemukan
bahwa kerang yang berumur 1000 tahun hingga 2000 tahun mengandung sekitar
50 – 100% lebih banyak mangan (mg) dan barium (Ba) dibandingkan dengan
kerang sekarang. Dalam proses pembersihan (eliminasi) Nelson berkesimpulan
bahwa pengurangan aliran air asam yang mengandung CO2 yang merembes ke
dalam tanah dapat mengurangi kecepatan pelarutan unsure-unsur tersebut dari
batuan yang dialirinya. Dengan kata lain, air sekarang cenderung lebih cepat
mengalir di permukaan tanah dari pada merembes kebawah melalui lapisan humas
dalam tanah (Sowasono, 1987).
Karbon yang terdapat di laut cenderung mengatur karbondiokida di atmosfer.
Karbon yang terdapat di dalam suatu perairan merupakan hasil dari proses sebagai
berikut:- Difusi C02 dari udara- Air hujan- Respirasi organisme akuatik-
Dekomposisi bahan organik- Gunung merapi bawah laut- Pelapukan batuan-
Pelarutan batuan karbonat- Injeksi CO2 ke dalam air Karbondiokida dari atmosfer
mengalami reaksi yang cepat ketika larut dalam air. CO2 yang larut dalam air
bereaksi membentuk suatu kesetimbangan jenis ionik dan non-ionik yaitu:1.
karbondioksida yang terlarut bebas2. asam karbonat (H2CO3)3. bikarbonat
(HCO3-)4. karbonat (CO32-) (Nurhayati,2000).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat
- Tabung / botol biakan tertutup
- Keranjang
- Pipet tetes
- Beaker glass
- Kamar gelap
B. BAHAN
- Siput kecil (Lymnaea sp.)
- Hydrilla verticillata sebagai produsen
- Larutan Bromthymol blue
- Air
- Sumber cahaya
- Label
- ATK
C. Cara Kerja
1. Siapkan dua percobaan A dan B, masing-masing terdiri dari empat
tabung / botol biakan. Tandai tabung-tabung biakan ini dengan kode
A1, A2, A3 A4 dan B1, B2, B3, B4. Buat tiga ulangan untuk setiap
percobaan.
2. Isilah setiap tabung dengan jumlah air yang sama sampai permukaan
air kira-kira 20mm di bawah mulut tabung.
3. Tambahkan 5 tetes Bromthymol blue ke dalam tiap-tiap tabung.
4. Masukkan siput kecil ke dalam tabung A1 dan B1, siput kecil dan
Hydrilla verticillata ke dalam tabung biakan A2 dan B2, Hydrilla
verticillata saja ke dalam tabung A3 dan B3, dan hanya air ke dalam
tabung A4 dan B4 sebagai control.
5. Tutup semua tabung biakan tersebut rapat agar kedap udara.
6. Letakkan percobaan A di tempat terang (cahaya) dan percobaan B di
tempat gelap.
7. Amati tabung biakan 24 jam kemudian dan catatlah semua warna
indikator dari setiap tabung (buatlah tabelnya). Catat pula perubahan
yang mungkin terjadi dengan siput dan Hydrilla verticillata.
8. Setelah itu pindahkan tabung biakan A ke tempat gelap dan tabung
biakan B ke tempat terang. Lalu catat perubahannya setelah 24 jam
dipindahkan. Ulangi perpindahan ini selama 7 hari.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Hasil
TABUNG PERLAKUANHARI KE-
1 2 3 4 5 6 7
A
A1 (siput) 0 0 0 + ++ ++ +
A2 (siput+ hydrilla )
++ ++ ++ ++ ++ +++ ++
A3 (Hydrilla sp)
++ ++ ++ ++ ++ ++ +++
A4 (Aq) 0 0 0 0 0 0 0
B
B1 (siput)) 0 0 0 ++ ++ ++ ++
B2 (siput+ hydrilla )
++ ++ + ++ ++ ++ +++
B3 (Hydrilla sp)
0 0 0 0 ++ ++ ++
B4(Aq) 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 1. Hasil Pengamatan Daur Karbon
Keterangan :
0 = Jernih
+ = Biru Kekuningan
++ = Agak Kekuningan
+++ = Kuning Kemerahan
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan tentang daur
karbon. praktikum ini dilakukan untuk dilakukan untuk mempelajari daur
biogeikimia pada ekosistem khususnya daur karbon.
Digunakan siput sebagai specimen karena siput mudah diperoleh
dan ia berhabitat pada air tawar. Ukuran siput yang digunakan harus sama
agar kita dapat membandingkan dengan seimbang hasilnya dengan
berbagai perlakuan. Pada praktikum kali ini digunakan Hydrilla sp.
sebagai produsen atau organisme autotrof yang dapat melakukan
fotosintesis. Digunakannya indicator Bromthymol Blue pada percobaan ini
sebagai indikator untuk dapat mengetahui apakah terdapat CO2 didalam
tabung reaksi karena larutan bromtimol biru sangat sensitif dengan CO2,
kesensitifan ini dapat dilihat dengan adanya reaksi perubahan warna. Akan
berwarna biru dalam larutan basa dan berwarna kuning kemerahan pada
larutan asam.
Percobaan dilakukan pada dua tempat yang berbeda yaitu yang di
tempat terang dan yang di tempat gelap. Hal itu dimaksudkan untuk
membandingkan apakah adanya cahaya berpengaruh terhadap siklus
karbon pada ekosistem aquatik. Dan ternyata berpengaruh yaitu pada
tempat terang tumbuhan dapat berfotosintesis dan dapat memungkinkan
terjadinya daur karbon pada ekosistem tersebut.
Penggunaan hewan dan tumbuhan ini dimaksudkan untuk
mengetahui peristiwa daur karbon. dimana terjadi proses fotosintesis yang
dilakukan oleh Hydrilla sp.yang menghasilkan O2, dimana O2 digunakan
untuk proses respirasi yang dilakukan oleh Lymnea sp. Penggunaan
Lymnea karena praktikum ini akan melihat peristiwa fotosintesis dalam air
yang merupakan tempat hidup dari Lymnea, selain itu, ini dimungkinkan
karena Lymnea mempunyai cangkang, Cangkang berupa kalsium karbonat
yang berasal dari kombinasi Ca dan CO2.
Kalsium karbonat terbentuk karena proses fotosintesis tumbuhan
laut sehingga cangkang merupakan suatu bukti adanya daur karbon dan
ketika Lymnea itu mati, air dapat melarutkan kalsium karbonat,karena
adanya CO2 yang terlarut. sedangkan penggunaan Hydrilla karena
merupakan hewan air yang kosmopolit atau ditemukan dimana-mana.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari pertama tabung
A1 yang berisi siput hidup dan kondisi abiotik jernih. Pada A2, A3, dan
B2 telah mengalami perubahan warna.
Pada pengamatan hari kedua tidak mengalami begitu banyak
perubahan , kondisi siput sama dengan pengamatan pertama begitu juga
dengan kondisi hydrila, yang membedakan dari kedua perlakuan tersebut
yaitu kondisi abiotik yang mengalami perubahan menjadi lebihbening dari
sebelumnya (A3 dan B3), kondisi abiotik A1dan B1 menjadi lebih keruh
dari sebelumnya hal ini terjadi karena siput sudah mati, kondisi abiotik
lainnya sama saja dengan pengamatan pertama. Namun belum terjadi
perubahan warna.
Pada pengamatan ketiga tidak banyak mengalami perubahandari
pengamatan sebelumnya, kondisi abiotik A1 dan B1 semakin keruh dan
mulai berbau, pada tabung A2 dan A3 kondisi abiotik semakin keruh, hal
ini terjadi karena di dalam tabung terjadi interaksi antara produsen dan
konsumen. Pada tabung A3 dan B3 kondisi abiotik semakin bening, biotik
tampak segar. Pada tabung A4 tetap sama kondisi abiotik tetap bening, hal
ini menunjukan bahwa air tersebut asam. Pada tabung B4 kondisi abiotik
warna biru mulai memudar.
Pada pengamatan keempat banyak mengalami perubahan, tabung
A2 produsen habis dimakan oleh konsumen, hal ini terjadi karena
konsumen lapar sehingga memakan produsen dan kondisi abiotik
perlakuan ini tampak keruh. Pada tabung A1 dan B1 kondisi abiotik sangat
keruh, tabung A4 menjadi agak keruh, tabung A3 tampak layu, tabung B2
dan B3 segar.
Pada pengamatan kelima kondisi perlakuan tidak begitu jauh dari
pengamatan sebelumnya, pada tabung B2 produsen habis dimakan oleh
konsumen hal ini terjadikarena konsumen lapar. Pada tabung lainnya tidak
begitu berbeda dengan pengamatan sebelumnya, kondisi A1 dan B1
semakin keruh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daur karbon meliputi fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis adalah
proses pembentukan glukosa oleh tumbuhan dengan bantuan CO2,
H2O dan cahaya matahari. Respirasi adalah proses pemecahan
glukosa dengan menggunakan oksigen (O2) dan menghasilkan
CO2 dan H2O serta energi.
Hubungan produsen dan konsumen saling bergantung satu sama
lain, jika salah satu tidak dapat melakukan proses dengan baik
maka proses lainnya tidak akan bisa berjalan, Dalam melakukan
proses fotosintesis mutlak diperlukan bantuan cahaya matahari,
Sinar matahari, CO2, O2, dan karbohidrat sangat diperlukan untuk
menjaga kestabilan antara hubungan produsen dan konsumen,
Dalam percobaan ini dapat dilihat adanya siklus karbon, yang
dapat dilihat pada tabung reaksi kedua, terjadi interaksi timbal
balik antara Hydrilla dan siput.
Kondisi ruangan dapat mempengaruhi keasamaan suatu
lingkungan, ini dapat dilihat pada perbedaan warna, dan bentuk
produsen, pada kamar terang dan kamar gelap. Pada kamar gelap,
kondisi asamnya lebih pekat, daripada di kamar terang.
B. Saran
Perlu Bimbingan asisten dalam pembuatan laporan seperti kisi-kisi
pembahasan agar tidak melenceng
DAFTAR PUSTAKA
Batjes. 1996. Total carbon and nitrogen in the soils of the world. European Journal
of Soil Science 47: 151-163.
Battle, m..2000. Global carbon sinks and their variability, inferred from atmospheric 02\
and dl3C. Science, 287: 2467-247
Lim, D. 1998. Microbiology Second Edition. New York : McGraw Hill
Companies :
Amir, A. 1981. Biologi umum. Jakarta : Gramedia.
Anshory, I. 1984. Biologi umum. Bandung: Genesa Exact
Hadioetomo, ratna Sari. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: PT.
Gramedia
Kamajaya.1996. Sains Biologi. Bandung: . Ganeca Exact.
Nurhayati.2000. Kajian CO2 pada Daur Karbon Siput. (Online).(www.
Journalindonesia.co.id, diunduh tanggal 3 Januari 2015).
Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali Press.