ada makna di balik shoot
DESCRIPTION
fsdfsfTRANSCRIPT
Ada Makna di Balik Shot31 JULI 2008 / DIKI UMBARA
Ada Makna di Balik Shot (part 1)
Oleh Diki Umbara
Melalui unsur verbal dan visual (nonverbal), diperoleh dua
tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada
semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari
semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada
tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat
dipahami secara utuh (Barthes, 1998:172-173).
Saya setuju dengan tesis yang dikemukanan ahli semiotika
dunia Roland Barthes di atas, namun pada tulisan saya kali ini
justru akan lebih banyak melihat dari makna pertama utamanya
unsur visual (gambar) yakni makna denotatif. Penulis akan
mencoba bagaimana makna-makna verbal itu dihasilkan dari sisi
praktisi, si pembuat pesan (sinematografer, videografer,
filmmaker, videomaker, broadcaster). Secara spesifik penulis
akan mengurai ada makna apa di balik sebuah shot. Ketika kita
menonton sebuah film atau tayangan televisi, sebenarnya kita
sedang menyaksikan rangkaian shot dalam sebuah scene, dan
rangkaian scene dalam sebuah sequence, dan seterusnya hingga
kita melihat tayangan atau film secara utuh. Disadari atau tidak
disadari sebenarnya penonton telah disuguhi ratusan bahkan
ribuan shot yang muncul silih berganti di layar televisi setiap
harinya.
Pasti ada pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat dalam
menciptakan rangkaian shot-shot tadi, sayangnya tidak semua
pesan bisa disampaikan dengan baik dan celakanya hal ini karena
”kesalahan” dari si pembuat pesan. Shot semestinya tidak
semata urusan teknis mekanis dan estetis,menyampaikan pesan
akan ”berurusan” dengan falsafah, the philosophy of the shot.
Wah serumit itukah? mari kita pahami sampai tuntas.
Belum ada kesepakatan tentang definisi yang benar-benar pas
tentang apa itu sebenarnya shot. Ketika kita menekan
tombol rec atau start sampai kita tekan sekali lagi tombol yang
sama, maka itu adalah satu shot. Walaupun hanya satu detik atau
bahkan sampai satu jam dari awal sampai akhir, baik bergerak
maupun diam.
SHOT SIZE/Type of Shot
Shot size/type of shot atau ukuran shot adalah besar kecilnya
subjek dalam sebuahframe.Type of shot itu terdiri atas :
ECU : Extreme Close Up (detail shot)
VCU : Very Close Up (shot wajah) dari atas kepala sampai
dagu
BCU : Big Close Up (tight CU, full kepala), wajah memenuhi
layar
CU : Close Up, dari keapala sampai pundak
MCU : Medium Close Up,
Knee, 3/4Shot :
MLS : Medium Long Shot
LS : Long Shot
ELS : Extra Long Shot (extereme LS, XLS)
Masing-masing ukuran shot di atas akan memiliki makna yang
berbeda-beda ketika diimplementasikan pada pengambilan
sebuah gambar/shooting.
Long Shots, secara umum penggunaan shot jauh ini akan
dilakukan jika :
Untuk mengikuti area yang lebar atau ketika adegan
berjalan cepat
Ketika subjek
Untuk menunjukkan dimana adegan berada/menujukkan
tempat
Untuk menujukkan progres
Untuk menjukkan bagaimana posisi subjek memiliki
hubungan dengan yang lain
Medium Shots, type shot seperti ini yang paling umum kita
jumpai dalam film maupun televisi. Jenis shot ini adalah paling
aman, karena tidak ada penekanan khusus seperti halnya
pada Long Shots dan Close Shots. Semua adegan bisa
ditampilkan dengan netral di sini.
Close Shots, televisi adalah media close up. Awalnya premis ini
karena berkaitan dengan hal teknis. Pertama, acara dengan
media televisi harus ditampilkan secara close up karena ukuran
televisi yang kecil jika dibandingkan dengan layar di bioskop. Ke
dua, berbeda juga dengan bisokop, acara televisi ditonton sambil
lalu, akan lebih cocok menampilkan gambar-gambar dengan close
shot/padat.
Tapi,yang perlu dipahami juga justru makna-makna yang
ditampilkan ketika shot-shot itu dibuat secara close up. Efek close
up biasanya, akan terkesan gambar lebih cepat, mendominasi,
menekan. Ada makna estestis, ada juga makna psikologis.
MOVEMENT
Terdapat paradoks dalam menciptakan camera movement untuk
menghasilkan perubahan visual ketika mencoba
membuat invisible movement. Secara teknis hal ini dimaksudkan
untuk menghindari bergesernya perhatian penonton. Caranya
adalah dengan melakukan pergerakkan kamera yang mengikuti
pergerakkan subjek. Tapi yang harus diperhatikan tentu saja
adalah tujuan atau motivasi dari pergerakkan kamera itu dibuat.
Secara umum, menurut Peter Ward dalam Digital Video
Camerawork,motivasi itu antara lain :
Untuk menambah interest visual
Mengekresikan kegembiraan
Meningkatkan ketegangan
Memberikan interes pada subjek baru
Memberikan perubahan angle/sudut pandang.
Secara khusus, ada dua kaidah dalam mengontrol camera
movement, yakni menyesuaikan gerakkan dengan aksi subjek
sehingga gerakan kamera akan distimulasi oleh aksi dan yang
kedua adanya kebutuhan untuk menjaga komposisi yang baik
selama pergerakkan.
Hampir di keseluruhan shot yang ditampilkan dalam film
Emergency Room atau E.R. menggunakan konsep ini, dengan
demikian efek dramatis tercipta sehingga penonton akan
merasakan bagaimana suasana yang sangat dinamis di setiap
ruang rumah sakit. Demikian juga di beberapa filmnya Rudy
Soedjarwo, walaupun menurut saya masih terasa nanggung. Jadi,
apa sebenarnya motivasi Rudy membuat film dengan
konsephandheld tersebut ?
ANGLE
Secara mekanis, angle atau sudut pengambilan gambar itu
berhubungan erat dengan lensa kamera, baik jenis lensa yang
digunakan maupun penempatan kamera itu sendiri. Masih
menurut Ward, ruang internal shot sering menonjolkan kualitas
emosional dari adegan. Perspektif yang normal untuk
membangun shot sering digunakan secara gamblang dan
langsung. Tinggi lensa akan mengendalikan bagaimana penonton
mengidentifikasi subyek. Lensa rendah akan mengurangi detail
level latar belakang dan menghilangkan indikasi antara latar
belakang dengan objek. Posisi lensa yang tinggi memiliki efek
sebaliknya.
Low Angle
Pengambilan gambar dengan low angle, posisi kamera lebih
rendah dari objek akan mengakibatkan objek lebih superior,
dominan, menekan.
High Angle
Kebalikan dari low angle, akan mengakibatkan dampak
sebaliknya, objek akan terlihat imperior, tertekan
Dengan mengetahui dampak pesan yang akan tersampaikan dari
sudut pengambilan gambar ini, diharapan sinematografer atau
videografer bisa mengkonstruksi shot-shot yang akan dibuat
sesuai dengan pesan apa yang ingin kita sampaikan pada
penonton.
Satu sekuens yang sama akan dimaknai berbeda ketika pemlihan
angle shot yan berbeda pula. Misalnya adegan demontrasi
mahasiswa, rangkaian petama : 1.long shotpara demontrans,
2. high angle demonstran teriak-teriak, 3. low angle polisi sedang
menggebuki demonstran. 4. high angle demontran kesakitan,
sedangkan rangkain ke dua : 1.long shot para demontrans, 2. low
angle demonstran teriak-teriak, 3. high anglepolisi sedang
menggebuki demonstran. 4. low angle demontran.Dalam sekuens
pertama, penonton akan memaknai rangkaian shot tersebut
bahwa ada demontrasi yang dilakukan mahasiswa, polisi dengan
superioritasnya bisa menangani aksi demontrasi itu dengan sikap
represif, mahasiswa teretekan. Sedangkan dalam rangkain shot
pada sekuens ke dua, penonton akan melihat demontrasi yang
dilakukan mahasiswa walapun dijaga oleh para polisi, mahasiswa
terlihat superior dan mendominasi bahkan lebih gagah dari para
polisi.
Ya, ini baru satu aspek saja yakni dari angle atau sudut
pengambilan gambar bisa mengahsilkan efek yang berbeda pada
penonton. Jadi, angle menjadi elemen makna atau pesan. Pesan
apa yang ingin disampaikan pemberi pesan ?
Secara detail, Ward mengemukan bahwa sudut lensa mana yang
dipilih tergantung dari tujuan shot, yang terdiri atas :
Menonjolkan subyek prinsip
Menyediakan variasi ukuran shot
Memberikan kelebihan tambahan terhadap subyek yang
dipilih
Menyediakan perubahan sudut atau ukuran shot untuk
memungkinkan terjadinya inter cutting yang tidak menonjol
Menciptakan komposisi shot yang baik
Meningkatkan arah mata