acuan alokasi resiko

102

Upload: tommysupapto56

Post on 29-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acuan Alokasi Resiko
Page 2: Acuan Alokasi Resiko

i

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN RI

Memahami kebutuhan akan dukungan fiskal Pemerintah untuk percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, khususnya

dalam skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau Public Private Partnership (PPP), Pemerintah telah mendirikan PT Penjaminan

Infrastruktur Indonesia (Persero) / PT PII untuk menyediakan penjaminan terhadap kewajiban finansial dari institusi Pemerintah

yang berkontrak (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama / PJPK) dengan pihak swasta (Badan Usaha), sehubungan dengan adanya

kejadian risiko yang dipicu oleh tindakan atau tiadanya tindakan Pemerintah, sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerjasama

antara PJPK dan Badan Usaha.

Telah merupakan suatu keputusan Pemerintah Indonesia untuk memberlakukan Kebijakan Satu Pelaksana (Single Window Policy)

dalam pemrosesan pemberian penjaminan Pemerintah, yaitu melalui PT PII, untuk setiap proyek infrastruktur KPS yang tercakup

dalam Peraturan Presiden No. 78 tahun 2011 tentang “Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan

Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur”. Dengan demikian, PII akan menjadi pemroses

tunggal untuk mengevaluasi Usulan Penjaminan, menyusun struktur penjaminan, serta mengelola penjanjian penjaminan dan

memproses klaim atas jaminan yang diberikan.

Melalui PT PII diharapkan keseluruhan proses pemberian dan pengelolaan penjaminan infrastruktur oleh PII dapat dilaksanakan

secara profesional, transparan dan konsisten yang akan dapat memberikan tingkat kenyamanan dan kepastian yang lebih kepada

sektor swasta, baik investor dan kreditur, serta suatu proses yang lebih baik dan akuntabel bagi Pemerintah.

Selain proses yang baik dan akuntabel, Pemerintah juga memiliki kepentingan bahwa penjaminan infrastruktur disediakan setelah

mempertimbangkan alokasi risiko yang adil dan wajar dalam Perjanjian Kerjasama, yang sesuai dengan praktik-praktik di pasar,

guna memastikan struktur yang bankable sehingga dapat meningkatkan kepastian keberhasilan implementasi proyek KPS.

Untuk pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Peraturan Menteri Keuangan No. 260 Tahun 2010 tentang “Petunjuk

Pelaksanaan Penjaminan infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha” (PMK No. 260/2010)

mengamanatkan PT PII untuk menyusun dan menerbitkan acuan kategori dan alokasi risiko infrastruktur sebagai referensi bagi PT

PII dalam menilai Usulan Penjaminan dari PJPK. Acuan ini juga akan merupakan rujukan bagi PJPK ketika menyetujui jenis risiko

yang dijanjikan akan diberi kompensasi dalam Perjanjian Kerjasama antara PJPK dengan Badan Usaha. Juga, diharapkan dengan

adanya Acuan ini, para pemangku kepentingan kunci lainnya dalam proyek KPS di bidang infrastruktur dapat memperoleh

pemahaman yang lebih baik mengenai struktur dasar dari alokasi risiko dalam Perjanjian KPS di Indonesia, guna mendorong

percepatan pembangunan infrastruktur melalui skema KPS.

Page 3: Acuan Alokasi Resiko

ii

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas terpenuhinya ketentuan dalam PMK No. 260/2010 oleh PT PII. Pembuatan dan

penerbitan Acuan Alokasi Risiko ini merupakan bagian tak terpisahkan dari tugas PT PII sebagai pelaksana Single Window Policy

dalam pemberian jaminan pemerintah. Selanjutnya, Kementerian Keuangan berkeyakinan bahwa PT PII akan senantiasa

mengupayakan penyempurnaan atas Acuan ini dan juga terhadap keseluruhan mekanisme dan proses pemberian jaminan

pemerintah.

Agus D.W. Martowardojo

Menteri Keuangan Republik Indonesia

Page 4: Acuan Alokasi Resiko

iii

PENGANTAR

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)/PII dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai suatu institusi yang dapat

mendukung percepatan penyediaan infrastruktur melalui skema KPS/PPP di Indonesia. Peran utama PII yang diharapkan adalah:

Sebagai penyedia dukungan fiskal kontinjen untuk proyek infrastruktur KPS melalui penyediaan penjaminan atas risiko

kontraktual terkait tindakan pemerintah;

Meningkatkan kualitas transaksi KPS; dan

Mendorong pendekatan yang baku dan akuntabel untuk implementasi KPS, dengan keberadaannya sebagai pemroses tunggal

bagi penyediaan penjaminan infrastruktur.

Melalui PII, penjaminan disediakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian lebih dalam mencapai financial closing proyek,

melalui peningkatan kelayakan kredit atau bankability dari proyek-proyek KPS. Model bisnis PII sangat terkait erat dengan

kerangka regulasi KPS dan penjaminan saat ini, yang harus menekankan pada:

Kelayakan proyek (teknis, legal, ekonomi, finansial, sosial dan lingkungan);

Kesiapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk implementasi skema KPS; dan

Kemampuan PJPK untuk mengelola risiko proyek yang dialokasikan secara wajar kepada mereka.

Sehubungan dengan penekanan pada alokasi risiko yang wajar, keberadaan Acuan Alokasi Risiko ini menjadi sangat penting

sebagai referensi utama dalam mengevaluasi dan mengalokasikan risiko untuk keperluan penyediaan penjaminan infrastruktur,

sesuai amanat regulasi. Acuan ini juga dimaksudkan untuk menjadi referensi utama bagi:

PJPK dalam menyiapkan Perjanjian KPS dan Usulan Penjaminan (UP) yang akan dievaluasi PII untuk perolehan penjaminan; dan

Investor dan penyedia dana dalam mengevaluasi potensi investasi dan pembiayaan untuk proyek-proyek KPS di Indonesia.

Namun demikian, perlu dicatat bahwa dalam penerapannya, beberapa alokasi risiko dapat berbeda dari apa yang ada dalam Acuan

ini, mengingat adanya kondisi spesifik suatu proyek atau sektor tertentu, atau terkait posisi komersial yang disepakati para pihak.

Acuan ini selanjutnya akan senantiasa disempurnakan dan ditinjau secara periodik, paling sedikit setiap 12 bulan, dengan

menggalang masukan dari berbagai pemangku kepentingan utama, sebagaimana telah dilakukan pada saat menyusun Acuan ini,

antara lain: Kementerian Keuangan, Kementerian sektor, BKPM, Bappenas, BPPSPAM, BPJT, Pemda, Investor dan Pengembang,

Perbankan, Lembaga Multilateral, serta Konsultan dan Tenaga Ahli di bidang risiko infrastruktur.

Sinthya Roesly

Direktur Utama

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

i

Page 5: Acuan Alokasi Resiko

iv

DAFTAR ISI

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN RI ……………..…………………………..…………………………..……………………………………………………………..i

PENGANTAR – DIREKTUR UTAMA, PT PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA ………..……..……..…………………….…….………………….....…iii

DAFTAR ISI …..………..…………………………………………………………………………..…………..…………………………...…………………..…..………v

RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI ……………………………………………………..…………..…………………………...…………………..…..…. ….x

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………………..……..………………………………..…………………..……...........viii

DAFTAR TABEL …..…………………………………………………………………………….…..……………………….……………..………………..….…….….viii

DEFINISI DAN ISTILAH UMUM ……….……………………………………………………..…………………………..…………………………………….………….xi

PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP .......................................................................................................... 1

1 KERANGKA REGULASI PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA .................................................................................................... 1

2 STRUKTUR PROYEK KPS DI INDONESIA ............................................................................................................................................... 2

2.1 STRUKTUR PROYEK KPS SECARA UMUM .......................................................................................................................................................... 3

2.1.1 Struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) ....................................................................................... 3

2.1.2 Struktur berbasis-ketersediaanlayanan infrastruktur (Availability-based PPP) ................................................................................ 4

2.1.3 Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) ........................................................................................................................ 5

2.2 STRUKTUR KPS PADA MASING-MASING SEKTOR INFRASTRUKTUR .......................................................................................................................... 6

2.2.1 Struktur KPS sektor Air Minum ....................................................................................................................................................... 6

2.2.1.1. Struktur Konsesi Penuh Air Minum ............................................................................................................................................................. 6

2.2.1.2. Struktur BOT Air Minum ............................................................................................................................................................................. 7

2.2.2 Struktur KPS sektor Pengelolaan Limbah ........................................................................................................................................ 8

2.2.2.1. BOT Persampahan ...................................................................................................................................................................................... 8

2.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah....................................................................................................................................................................... 9

2.2.3 Struktur KPS Sektor Jalan Tol ........................................................................................................................................................ 10

2.2.3.1. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol .............................................................................................................................................................. 10

2.2.3.2. O&M Jalan Tol .......................................................................................................................................................................................... 11

Page 6: Acuan Alokasi Resiko

v

2.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M .......................................................................................................................................................... 12

2.2.4 Struktur KPS Sektor Perkeretaapian .............................................................................................................................................. 13

2.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian .................................................................................................................................................................. 13

2.2.4.2. O&M Perkeretaapian ................................................................................................................................................................................. 14

2.2.5 Struktur KPS Sektor Ketenagalistrikan .......................................................................................................................................... 14

2.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan .............................................................................................................................................................................. 15

2.2.5.2. BOT Mulut Tambang ................................................................................................................................................................................ 16

2.2.6 Struktur KPS Sektor Kepelabuhanan ............................................................................................................................................. 17

2.2.7 Struktur KPS Sektor Kebandaraan ................................................................................................................................................. 18

3 PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DAN PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR ........................................... 19

3.1 ALOKASI RISIKO DALAM KONTEKS MANAJEMEN RISIKO ...................................................................................................................................... 19

3.2 PRINSIP ALOKASI RISIKO DALAM KONTEKS IMPLEMENTASI PROYEK KPS ................................................................................................................. 19

3.2.1.1. Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS ................................................................................................... 20

3.2.1.2. Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PII .............................................................................. 23

4 ACUAN ALOKASI RISIKO INFRASTRUKTUR ........................................................................................................................................ 24

4.1 KATEGORI RISIKO KPS .............................................................................................................................................................................. 24

4.2 MATRIKS RISIKO KPS PER SEKTOR ............................................................................................................................................................... 28

4.2.1 Matriks Risiko KPS sektor Air Minum ............................................................................................................................................ 28

4.2.1.1. BOT Air Minum ........................................................................................................................................................................................ 28

4.2.1.2. Konsesi Penuh Air Minum ......................................................................................................................................................................... 33

4.2.2 Matriks Risiko KPS sektor Pengelolaan Limbah ............................................................................................................................. 38

4.2.2.1. BOT Persampahan .................................................................................................................................................................................... 38

4.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah..................................................................................................................................................................... 43

4.2.3 Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol .............................................................................................................................................. 48

4.2.3.1. Konsesi Penuh Jalan Tol ........................................................................................................................................................................... 48

Page 7: Acuan Alokasi Resiko

vi

4.2.3.2. O&M Jalan Tol .......................................................................................................................................................................................... 53

4.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M .......................................................................................................................................................... 57

4.2.4 Matriks Risiko KPS sektor Perkeretaapian ..................................................................................................................................... 62

4.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian .................................................................................................................................................................. 62

4.2.4.2. O&M Perkeretaapian ................................................................................................................................................................................. 67

4.2.5 Matriks Risiko KPS sektor Ketenagalistrikan ................................................................................................................................. 71

4.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan .............................................................................................................................................................................. 71

4.2.5.2. BOT Mulut Tambang ................................................................................................................................................................................ 76

4.2.6 Matriks Risiko KPS sektor Kepelabuhanan .................................................................................................................................... 81

4.2.7 Matriks Risiko KPS sektor Kebandaraan ....................................................................................................................................... 85

5 RINGKASAN .................................................................................................................................................................................... 90

Page 8: Acuan Alokasi Resiko

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure) ............................................................. 3

Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atau retail infrastructure)) ........................................................... 4

Gambar 3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................................... 6

Gambar 4. Struktur BOT Air Minum .................................................................................................................................................... 7

Gambar 5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah ..................................................................................................................................... 8

Gambar 6. Struktur KPS Pengelolaan Sampah ..................................................................................................................................... 9

Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol .................................................................................................................................... 10

Gambar 8. Struktur O&M Jalan Tol .................................................................................................................................................... 11

Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol ............................................................................................................................................... 12

Gambar 10. Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian ......................................................................................................................... 13

Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................................ 14

Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................................... 15

Gambar 13. Struktur BOTMulut Tambang ......................................................................................................................................... 16

Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan ........................................................................................................................ 17

Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan ............................................................................................................................ 18

Gambar 16. Tahapan proses pengelolaan risiko ............................................................................................................................... 19

Gambar 17. Kerangka Pengelolaan Risiko Proyek KPS ...................................................................................................................... 21

Gambar 18. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS ....................................................................................................... 22

Gambar 19. Kaitan Acuan Risiko PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur...................................................................... 23

Page 9: Acuan Alokasi Resiko

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP ................................................................................................................................... 5

Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum .................................................................................................................................. 28

Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................. 33

Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan .............................................................................................................................. 38

Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah .............................................................................................................. 43

Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol ..................................................................................................................... 48

Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol .................................................................................................................................... 53

Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol .................................................................................... 57

Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian ........................................................................................................... 62

Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................ 67

Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................... 71

Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang ........................................................................................................................ 76

Tabel 13. Matrik Risiko untuk Sektor Kepelabuhanan ....................................................................................................................... 81

Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan ............................................................................................................ 85

Tabel 15. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS ....................................................................................... 90

v

Page 10: Acuan Alokasi Resiko

ix

RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI

Versi Deskripsi Catatan

Maret

2011

Edisi pertama Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan

pada tanggal 25-26 Februari 2011

April

2012

Edisi kedua Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan

pada tanggal 14-15 Maret 2012. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk :

- pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 56/2011)

- tambahan diagram yang menggambarkan framework implementasi alokasi risiko proyek KPS (juga

penjaminan) dan framework yg berkaitan dengan proses manajemen risiko

- pemutakhiran dan penambahan kolom “Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko) pada matriks risiko

- penambahan struktur KPS (dan matriks risiko terkait):

o Listrik: BOT minemouth

o Jalan tol: Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M

o Pengelolaan Limbah: BOT Pengolahan Air limbah

Page 11: Acuan Alokasi Resiko

x

DEFINISI DAN ISTILAH UMUM

BOO Build Operate Own - suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi,

operasi dan memiliki suatu fasilitas infrastruktur, baik selama kontrak maupun setelah kontrak tersebut berakhir

BOT Build Operate Transfer – suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi

dan operasi suatu fasilitas infrastruktur, termasuk transfer kepemilikan setelah kontrak tersebut berakhir dari pihak

swasta ke pihak pemerintah.

BU Badan Usaha; Badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD), dan koperasi, yang merupakan mitra PJPK/CA dalam perjanjian KPS. Juga dikenal sebagai Project

Company (PC).

Financial Close Suatu tanggal dimana semua perjanjian dan dokumentasi finansial proyek ditandatangani para pihak, dan prasyarat

(conditions precedent) untuk penarikan pinjaman telah dipenuhi.

IIGF Indonesia Infrastructure Guarantee Fund atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) – suatu entitas

berbentuk BUMN yang berdasarkan regulasi bertanggung jawab dalam penyediaan penjaminan infrastruktur

Konsesi Penuh Suatu kontrak KPS dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi dan operasi suatu fasilitas

infrastruktur dan pihak pelanggan retail/pengguna akhir (publik) membayar layanan infrastruktur secara langsung

kepada pihak BU yang oleh PJPK diberikan izin pengusahaan selama jangka waktu tertentu.

KPS Kerjasama Pemerintah Swasta; Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama atau pemberian

Izin Pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah dengan Badan Usaha, yang meliputi pekerjaan

konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan

infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Juga dikenal

sebagai Public-Private Partnership (PPP)

Off-taker Pembeli layanan infrastruktur dalam suatu perjanjian KPS (biasanya berupa suatu perusahaan utilitas sektor publik)

PJPK Penanggung Jawab Proyek Kerjasama; Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, atau BUMN/BUMD dalam hal

berdasarkan peraturan perundang-undangan, penyediaan infrastruktur diselenggarakan atau dilaksanakan oleh

BUMN/BUMD. Dikenal juga sebagai Contracting Agency (CA) atau Public Authority (PA) atau Implementing Agency (IA)

Page 12: Acuan Alokasi Resiko

1 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pembangunan infrastruktur. Dengan anggaran Pemerintah yang terbatas, ratusan triliun

rupiah diharapkan akan datang dari sektor swasta dalam beberapa tahun kedepan untuk mendukung pembangunan infrastruktur.

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan tekad dan semangat untuk mengatasi tantangan ini, terutama dengan menyediakan

kerangka peraturan dan kelembagaan untuk menarik minat dari sektor swasta dalam berpartisipasi di proyek-proyek infrastruktur

dengan skema kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPS).

Beberapa dari inisiatif yang telah dilakukan Pemerintah adalah pembentukan lembaga-lembaga utama yang dapat mengatasi

permasalahan infrastruktur KPS melalui pemberian dukungan fiskal. Pada bulan Desember 2009, Pemerintah mendirikan PT.

Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) (PII) atau PII, yang juga dikenal sebagai Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF),

sebuah badan usaha milik negara/BUMN yang diberi tugas menyediakan penjaminan untuk mengurangi eksposur sektor swasta

terhadap risiko kontraktual dari pihak pemerintah dalam proyek infrastruktur KPS.

Risiko kontraktual tersebut pada dasarnya adalah kewajiban finansial pihak Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) sebagai entitas

sektor publik di bawah kontrak KPS/PPP yang mencakup pelanggaran kontrak serta perubahan peraturan dan perundangan. PII dan

penjaminan infrastruktur ditujukan untuk membawa kenyamanan bagi investor swasta dan pemberi pinjaman, yang pada akhirnya

diharapkan dapat mempercepat pelaksanaan proyek KPS di Indonesia.

1 KERANGKA REGULASI PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

Dalam rangka meningkatkan kelayakan kredit (credit worthiness) proyek infrastruktur sebagai upaya mendorong partisipasi sektor

swasta dalam pembangunan infrastruktur, Jaminan Pemerintah dapat diberikan kepada proyek infrastruktur yang dilaksanakan

berdasarkan skema kerjasama antara Pemerintah dengan badan usaha (KPS) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden no. 67

tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha juncto Peraturan Presiden no. 13 tahun 2010 juncto Peraturan

Presiden no. 56 tahun 2011 (“Regulasi KPS”). Sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan-undangan tersebut, pemberian

jaminan pemerintah dapat diberikan oleh Menteri Keuangan melalui BUMN yang didirikan oleh Pemerintah dan diberikan tugas khusus

untuk melaksanakan penjaminan infrastruktur (Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur/BUPI). Berdasarkan PP no.35/2009, PII didirikan

sebagai BUPI melalui penanaman modal negara dengan tujuan menyediakan penjaminan untuk proyek-proyek infrastruktur dengan

pola KPS.

Pemberian penjaminan infrastruktur melalui PII diatur lebih lanjut melalui Peraturan Presiden no.78 tahun 2010 tentang Penjaminan

Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur

v

i

Page 13: Acuan Alokasi Resiko

2 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

(“Perpres 78/2010”), dan Peraturan Menteri Keuangan no.260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur

dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (“PMK 260/2010”). Dalam buku ini, kedua regulasi tersebut kemudian

disebut sebagai “Regulasi Penjaminan Infrastruktur”.

PMK 260/2010 pasal 11 mengamanatkan diterbitkannya suatu acuan mengenai kategori dan distribusi Risiko Infrastruktur antara

sektor publik dan swasta (“Acuan Kategori dan Distribusi Risiko Infrastruktur” atau singkatnya “Acuan”), sebagai rujukan utama bagi

Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”) dalam membuat Perjanjian KPS, mengajukan Usulan Penjaminan (“UP”) untuk Proyek KPS

kepada PII, serta rujukan bagi Badan Usaha untuk ikut menanamkan modal dan perbankan untuk mendanai Proyek KPS.

Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini disusun melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan utama (key stakeholders)

antara lain Kementerian Keuangan, Bappenas, BKPM, PJPK terkait (Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah),

investor/pengembang, perbankan, lembaga multilateral, dan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi di bidang Risiko

Infrastruktur. Acuan ini juga merupakan bagian dari rangkaian publikasi oleh PII dan melengkapi Acuan Penyediaan Penjaminan

Infrastruktur yang juga menjadi referensi utama bagi PII dalam penyediaan penjaminan infrastruktur untuk proyek KPS di Indonesia.

2 STRUKTUR PROYEK KPS DI INDONESIA

Identifikasi risiko-risiko infrastruktur dalam Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini mengacu kepada struktur kerjasama pemerintah dan

badan usaha (Struktur KPS) yang dapat berlaku menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dengan demikian, selain dari

Struktur KPS secara umum yang dapat berlaku lintas sektor, diidentifikasi pula secara spesifik sektor-sektor KPS yang termasuk dalam

Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini. Sektor-sektor tersebut termasuk:

1. Sektor Air Minum

2. Sektor Jalan Tol

3. Sektor Pengelolaan Limbah

4. Sektor Perkeretaapian

5. Sektor Ketenagalistrikan

6. Sektor Kepelabuhan

7. Sektor Kebandaraan

Seperti halnya dalam edisi sebelumnya, cakupan terhadap ketujuh sektor diatas mengacu pada sektor-sektor yang memiliki potensi

proyek yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Page 14: Acuan Alokasi Resiko

3 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.1 Struktur Proyek KPS secara Umum

Berdasarkan Regulasi KPS, PJPK adalah Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, dan untuk sektor infrastruktur yang menurut

peraturan perundang-undangan diselenggarakan atau dilaksanakan oleh BUMN/BUMD, maka PJPK proyek sektor tersebut adalah

BUMN/BUMD. Regulasi KPS tidak mengamanatkan bentuk-bentuk kerjasama atau Struktur KPS tertentu. Untuk keperluan penyusunan

acuan ini, struktur KPS diklasifikasikan berdasarkan sifat dari pelayanan dan pembagian risiko yang termuat dalam kontrak KPS. Kedua

kategori utama yang juga merupakan struktur proyek KPS dasar adalah struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-

based PPP), dan struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP).

2.1.1 Struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP)

Dalam struktur ini, lingkup penyediaan infrastruktur meliputi seluruh peran atau pekerjaan yang dimungkinkan untuk dilakukan oleh

pihak swasta (wholesale infrastructure). Sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah ini, BU secara langsung menyediakan layanan

infrastruktur kepada pelanggan retail/pengguna akhir, dimana PJPK hanya berperan sebagai regulator.

Gambar1.Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure)

Kontrak KPS

PJPK

Konsesi

Lenders

Sponsor Proyek

Badan Usaha

KontraktorKonstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Konstruksi dan OperasiPengguna

KonsultanDesain

Transaksi sesuai Tarif

Sektor Publik selainPJPK

Page 15: Acuan Alokasi Resiko

4 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Struktur ini kerap disebut juga sebagai model Konsesi Penuh (di Indonesia dikenal luas sebagai model “Konsesi”) dan umumnya

digunakan di sektor perhubungan (misal jalan tol, kereta api) dan sektor utilitas (misal air minum). Dan seperti terlihat dalam diagram

di atas, PJPK secara kontraktual sepakat untuk memberikan suatu hak pengusahaan/konsesi untuk penyediaan layanan infrastruktur

secara keseluruhan selama periode kontrak yang disepakati.

2.1.2 Struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP)

Dalam struktur ini, lingkup penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan hanya meliputi sebagian dari seluruh peran atau pekerjaan

yang dimungkinkan untuk dilakukan pleh pihak swasta (retail infrastructure). Kebanyakan dari layanan jenis ini mencakup penyediaan

unit pembangkit/pemroses („fasilitas‟), dan sebagian dari lingkup dapat mencakup penyediaan transmisi bahan baku untuk fasilitas

atau konstruksi dan operasi dari fasilitas, atau distribusi output fasilitas menuju jaringan utama ke pelanggan.

Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atau retail infrastructure))

Seperti terlihat pada diagram, BU menerima pembayaran berkala dari PJPK selama periode kontrak atas ketersediaan layanan

infrastruktur (termasuk biaya operasional yang „diteruskan‟ atau pass-through ke PJPK). Karenanya, biasanya entitas yang menjadi

PJPK adalah instansi utilitas publik (misal PLN untuk sektor listrik).

Kontrak KPS

PJPK

Kontrak BOT Perjanjian Jual Beli

Lenders

Sponsor Proyek

Badan Usaha

KontraktorKonstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Konstruksi dan Operasi

PenggunaKonsultan

Desain

Sektor Publik selain PJPK

Transaksi Tarif

Page 16: Acuan Alokasi Resiko

5 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Skema kontraktual tipe ini bisa berupa skema Build Operate Transfer (BOT) atau Build Operate Own (BOO) atau modifikasi keduanya.

Dalam skema tersebut, BU biasanya bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan dan operasional dan pemeliharaan (O&M)

dari fasilitas yang outputnya digunakan/dibeli oleh PJPK. Perbedaan dari keduanya adalah, berlawanan dengan BOT, skema BOO tidak

mengharuskan pihak swasta (BU) untuk mengalihkan kepemilikan aset ke sektor publik setelah kontrak KPS berakhir.

2.1.3 Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract)

Sebagai tambahan terhadap 2 struktur dasar proyek KPS/PPP, mengacu juga ke Regulasi KPS dan terkait potensi implementasi

khususnya di sektor transportasi, kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) juga akan didiskusikan lebih jauh dalam acuan ini.

Karena skema ini tidak mencakup pelaksanaan dan pembiayaan konstruksi fasilitas (biasa disebut sebagai proyek brownfield), kontrak

O&M dapat mengacu pada suatu kontrak dimana BU adalah pihak yang diberikan hak untuk mengelola (dalam kasus tertentu:

menyewa) fasilitas dengan tanggung jawab untuk pengoperasian, pemeliharaan dan peremajaan tertentu dari fasilitas infrastruktur

tersebut. Selama kontrak berlangsung, pihak swasta (BU)-lah yang menyediakan layanan infrastruktur, namun kepemilikan dari

fasilitas tersebut berada pada sektor publik sebagai pihak yang melakukan investasi modal (capital investment). Di negara lain,

Kontrak O&M dapat berbentuk sebagai affermage contract dan lease contract.

Berikut ini ringkasan fitur-fitur struktur KPS/PPP dasar yang dibahas di atas.

Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP

Kegiatan Availability-based Usage-based O&M

Kepemilikan Pemerintah Pemerintah Pemerintah

Investasi Swasta Swasta Pemerintah

Produksi √ √ √/-

Distribusi ke Pelanggan

retail/pengguna akhir

- √ √/-

Pemeliharaan √ √ √/-

Penagihan ke pelanggan - √ √/-

Horison Waktu 10-20 tahun 20-30 tahun 5-15 tahun

Pelanggan Pembeli tunggal/Pemerintah Pelanggan ritel Pembeli tunggal/PJPK atau Pelanggan

Sumber Arus Kas Pembayaran oleh instansi utilitas Pembayarandari pelanggan Bagian dari revenue dari tarif

Page 17: Acuan Alokasi Resiko

6 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2 Struktur KPS pada masing-masing Sektor Infrastruktur

2.2.1 Struktur KPS sektor Air Minum

Struktur KPS di sektor air minum mengacu kepada Undang-Undang no.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU 7/2004), Peraturan

Pemerintah no.16 tahun 2005 (PP 16/2005), serta Regulasi KPS. Struktur KPS dapat melibatkan PDAM sebagai perusahaan utilitas

pemerintah daerah, untuk menjadi PJPK (dengan persetujuan dari Badan Pengawas sebagaimana pasal 37 dari PP 16/2005). Jika proyek

mencakup wilayah diluar wilayah pelayanan PDAM, maka akan melibatkan Kepala Daerah untuk memasuki perjanjian KPS dengan BU

(sesuai pasal 64 dari PP 16/2005). Sejalan dengan regulasi dan implementasi proyek saat ini, ada dua jenis struktur KPS yang

merupakan turunan dari struktur KPS generik di atas, yaitu: struktur Konsesi Penuh (struktur berbasis penggunaan), dan struktur

konsesi sebagian (BOT) (struktur berbasis ketersediaan). Deskripsi dan diagram masing-masing struktur diuraikan sebagai berikut.

2.2.1.1. Struktur Konsesi Penuh Air Minum

Gambar3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum

Kontrak KPS

Kepala Daerah sebagai PJPK

Konsesi

Lenders

Sponsor ProyekBadan Usaha

KontraktorKonstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrakkonstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Pemda

Konstruksi dan Operasi

PDAM

DPRD Badan Regulator

Pelanggan

KonsultanDesain

• Perjanjian Sambungan

• Transaksi sesuai tarif

Page 18: Acuan Alokasi Resiko

7 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Struktur Konsesi Penuh untuk sektor air minum meliputi (hampir) seluruh lingkup yang mungkin untuk diserahkan ke pihak swasta,

yaitu Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi dan Penagihan ke Pelanggan. Biasanya opsi ini digunakan untuk proyek

baru yang membutuhkan investasi yang signifikan bagi PDAM (sebagai pengelola sektor air minum eksisting). Risiko pasar dan risiko

kenaikan tarif merupakan jenis risiko yang paling sering dikuatirkan oleh pihak swasta dalam struktur ini.

2.2.1.2. Struktur BOT Air Minum

Dalam struktur BOT, kredibilitas PJPK memegang peranan penting dalam kesuksesan implementasi proyek. Pihak swasta biasanya

hanya bertanggung jawab terhadap masing-masing dari Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi atau setiap

kombinasi dari masing-masing, tetapi tidak menanggung tugas penagihan biaya ke pelanggan. Dalam konteks Perjanjian Jual Beli Air

(Water Purchase Agreement/WPA), air hasil dari proses yang dilakukan oleh BU kemudian dijual ke PDAM sebagai PJPK (umumnya

pembeli tunggal) yang nantinya akan didistribusikan dan dijual ke pelanggan retail/pengguna akhir oleh PDAM.

Gambar4. Struktur BOT Air Minum

Kontrak KPS

Kepala Daerahsebagai PJPK

Bangun Guna Serah (BOT/Built Operate Transfer)

Lenders

Sponsor Proyek

Badan Usaha

KontraktorKonstruksi

OperatorKontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Pemda

Konstruksi dan Operasi

PDAM

DPRD Badan Regulator

Pelanggan

KonsultanDesain

• Perjanjian Sambungan

• Transaksi sesuai tarif

Page 19: Acuan Alokasi Resiko

8 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Dengan demikian, untuk kesuksesan transaksi proyek dengan struktur ini, pihak swasta (terutama lender) perlu diyakinkan bahwa

PDAM memiliki kelayakan kredit yang baik untuk melakukan pembayaran periodik sebagai off-taker selama masa kontrak.

2.2.2 Struktur KPS sektor Pengelolaan Limbah

Dalam sektor pengelolaan limbah, baik itu persampahan maupun pengelolaan air limbah, struktur proyek dapat menggunakan skema

KPS berbasis ketersediaan (infrastruktur retail) atau struktur BOT. Sebagaimana dalam sektor air minum, PJPK dalam sektor ini adalah

Pemerintah Daerah (misal pemerintah kabupaten, kota atau provinsi).

2.2.2.1. BOT Persampahan

Serupa dengan BOT air minum, BU swasta hanya bertanggung jawab terhadap Produksi, Operasi dan Pemeliharaan (misal

pembangunan dan operasi tempat pembuangan akhir), tetapi tidak mengambil tugas pengumpulan sampah maupun penagihan ke

pelanggan retail/pengguna akhir.

Gambar5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah

Kontrak KPS

Kepala Daerahsebagai PJPK

Lenders

Sponsor ProyekKontraktor

Konstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Pemda

Konstruksi dan Operasi

Jual-Beli Sampah- klausul 'take of pay'

DPRD Badan Regulator

PLN

Jual-Beli Listrik

(bila ada)

KonsumenResidensial/Industri

Bangun Guna Serah (BOT/Built Operate Transfer)

KonsultanDesain

Badan Usaha

Page 20: Acuan Alokasi Resiko

9 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Pemerintah Daerah selaku PJPK (umumnya selaku penyedia sampah yang mengumpulkan pembayaran dari pelanggan retail/pengguna

akhir dan lokasi lainnya) memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan BU di Tempat Pembuangan Akhir (“TPA”). Bergantung

kepada pemilihan teknologi yang diterapkan pada proyek, output dari proses yang dilakukan oleh BU dapat dimanfaatkan atau dijual

untuk menghasilkan pendapatan tambahan kepada BU (misalnya penjualan listrik ke PLN selaku utilitas listrik). Pada akhir masa

kontrak BOT, kepemilikan dari TPA dialihkan kepada PJPK yang akan melanjutkan pengoperasian TPA sampai akhir usia aset tersebut.

2.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah

Sebagaimana sektor persampahan, proyek pengelolaan air limbah dapat dilaksanakan dengan struktur BOT. Dalam hal ini BU swasta

hanya bertanggung jawab terhadap Produksi, Operasi dan Pemeliharaan (misal pembangunan dan operasi tempat pengolahan dan

jaringan pengumpul air limbah), tetapi tidak termasuk tugas pengumpulan air limbah dari dan/atau penagihan ke pelanggan

retail/pengguna akhir. Pemerintah Daerah selaku PJPK (umumnya selaku penyedia air limbah yang mengumpulkan pembayaran dari

pelanggan retail/pengguna akhir dan lokasi lainnya) memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan fasilitas BU.

Gambar6. Struktur KPS Pengelolaan Sampah

Pada akhir masa kontrak BOT, kepemilikan dari TPA dialihkan kepada PJPK sebagai operator TPA sampai akhir usia aset tersebut.

Kontrak KPS

Kepala Daerahsebagai PJPK

Lenders

Sponsor ProyekKontraktor

Konstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Pemda

Konstruksi dan Operasi

DPRD Badan Regulator

KonsumenResidensial/Industri

Bangun Guna Serah (BOT/Built Operate Transfer)

KonsultanDesain

Badan Usaha

Perusahaan UtilitasDaerah

Page 21: Acuan Alokasi Resiko

10 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.3 Struktur KPS Sektor Jalan Tol

Pada sektor jalan tol di Indonesia, tidak seperti kedua sektor sebelumnya (yaitu air minum dan persampahan), KPS dilakukan melalui

skema berbasis penggunaan. PJPK dalam sektor ini adalah Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum.

2.2.3.1. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol

Pada struktur Konsesi Penuh jalan tol, pelanggan retail/pengguna akhir membayar atas pelayanan jalan tol langsung kepada BU selaku

pemegang (hak) Konsesi Penuh yang juga bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi, operasi dan perawatan fasilitas

hingga akhir masa Konsesi Penuh. Konsesi Penuh biasanya diberikan kepada BU sektor swasta menggunakan struktur BOT.

Sebagaimana dapat terlihat dalam struktur di bawah ini, mirip dengan struktur Konsesi Penuh pada sektor lain, risiko permintaan dan

risiko terkait tarif adalah risiko-risiko yang menjadi fokus perhatian BU.

Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol

Kontrak KPS

Badan PengaturJalan Tol (BPJT) sebagai PJPK a/n Menteri PU

Konsesi

Lenders

Sponsor ProyekKontraktorKonstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Menteri PU sebagai Badan Regulator

Konstruksi dan Operasi Pengguna(Kendaraan)

KonsultanDesain

Transaksi sesuai Tarif

Badan Usaha

Page 22: Acuan Alokasi Resiko

11 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.3.2. O&M Jalan Tol

Dalam struktur ini, lingkup KPS umumnya adalah untuk proyek brownfield dimana pekerjaan desain, konstruksi dan pembiayaan

fasilitas jalan tol tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU. Struktur ini dapat dipilih pada kasus dimana suatu ruas jalan tol tidak

mampu mencapai kelayakan secara komersial yang baik jika biaya investasi termasuk kedalam lingkup KPS yang ditawarkan.

BU selaku operator (dalam kontrak operasi dan pemeliharaan ini) akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan

jalan tol sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas nama pemerintah (sebagai pemilik jalan tol). Pendapatan BU kemudian

dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diterima berdasarkan volume penggunaan jalan tol, sebagai insentif kepada BU dalam

menjaga kualitas pelayanan.

Gambar8. Struktur O&M Jalan Tol

Kontrak KPS

Badan PengaturJalan Tol (BPJT) sebagai PJPK a/n Menteri PU

Konsesi

Lenders

Sponsor Proyek

Operator

Kontrakoperasi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Menteri PU sebagai Badan Regulator

Konstruksi fan Operasi Pengguna(Kendaraan)

Transaksi sesuai Tarif

Badan Usaha

Page 23: Acuan Alokasi Resiko

12 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M

Struktur kombinasi ini bisa diaplikasikan sebagai suatu solusi terhadap suatu jaringan jalan tol yang terdiri dari ruas yang dibangun

dan dibiayai dari berbagai sumber pendanaan terkait profil kelayakan finansial yang berbeda. Dalam struktur ini, lingkup pekerjaan

yang dikerjasamakan dibedakan berdasarkan ruas, namun menjadi lingkup kontrak untuk seluruh jaringan. Dengan demikian profil

risiko para pihak akan sangat berbeda tergantung ruas mana yang menjadi perhatian.

Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol

Kontrak KPS

Badan PengaturJalan Tol (BPJT) sebagai PJPK a/n Menteri PU

Kontrak Konsesi danO&M

Lenders

Sponsor Proyek

Operator ruas A dan B

Kontrakoperasi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Menteri PU sebagai Badan Regulator

Konstruksi fan Operasi Pengguna(Kendaraan)

Transaksi sesuai Tarif

Badan Usaha

KontraktorKonstruksi ruas A Kontrak

konstruksi

KonsultanDesain ruas A

Kontrakdesain

KontraktorKonstruksi ruas B Kontrak

konstruksi

KonsultanDesain ruas B

Kontrakdesain

Page 24: Acuan Alokasi Resiko

13 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.4 Struktur KPS Sektor Perkeretaapian

Seperti halnya digunakan dalam sektor transportasi (darat) lainnya, KPS dilakukan melalui infrastruktur dengan skema berbasis

penggunaan (wholesale). PJPK dalam sektor ini adalah Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan / Kemenhub).

2.2.4.1. Konsesi PenuhPerkeretaapian

Dalam sektor ini, struktur Konsesi Penuh memberikan kewenangan bagi BU untuk mengumpulkan pendapatan langsung dari

pelanggan retail/pengguna akhir. Lingkup kerja BU meliputi, sesuai regulasi, penyediaan dan pengoperasian layanan dan infrastruktur

perkeretaapian terhadap aset rolling stock (kereta api dan gerbong pengangkut), stasiun atau track (jalur kereta) saja.

Terkait besarnya biaya investasi dan tarif yang diatur (regulated), pengalaman di negara lain menunjukkan proyek akan sangat sulit

memenuhi kelayakan finansial bila menggunakan konsesi perkeretaapian yang mencakup aset rolling stock, stasiun dan track

sekaligus (kecuali) menyertakan lingkup pengelolaan properti (sekitar) stasiun.

Gambar 10.Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian

Kontrak KPS

Dirjen Perkeretaapiansebagai PJPK a/n Menhub

Konsesi

Lenders

Sponsor ProyekKontraktor

Konstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Menteri Perhubungan sebagai Regulator

Konstruksi dan Operasi

Pengguna Akhir(Penumpang/Kargo)

KonsultanDesain

Transaksi sesuai Tarif

Badan Usaha

acer
Highlight
Page 25: Acuan Alokasi Resiko

14 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.4.2. O&M Perkeretaapian

Serupa dengan struktur O&M di proyek jalan tol, skema KPS ini umumnya dirancang untuk proyek brownfield dimana pekerjaan

desain, konstruksi dan pembiayaan fasilitas jalur kereta tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU. Operator akan memelihara

fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas nama pemerintah (sebagai

pemilik jalur kereta). Pendapatan kemudian dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diambil.

Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian

2.2.5 Struktur KPS Sektor Ketenagalistrikan

Di sektor listrik, KPS telah diterapkan hanya untuk lingkup pembangkitan tenaga listrik, melalui skema Pembangkit Listrik Independen

(Independent Power Producer atau “IPP”), dan tidak termasuk penyediaan layanan infrastruktur lainnya (seperti transmisi, distribusi,

dan penagihan tarif). Meskipun secara struktur, kontrak IPP dapat menggunakan skema BOT dan BOO, sebagai proyek KPS di Indonesia

Kontrak KPS

Dirjen Perkeretaapiansebagai PJPK a/n Menhub

Konsesi

Lenders

Sponsor Proyek

Operator

Kontrakoperasi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Menteri Perhubungan sebagai Regulator

Konstruksi dan Operasi

Pengguna Akhir(Penumpang/Kargo)

Transaksi sesuai Tarif

Badan Usaha

KontraktorKonstruksi Kontrak

konstruksi

KonsultanDesain

Kontrakdesain

Page 26: Acuan Alokasi Resiko

15 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

struktur yang cenderung digunakan adalah struktur BOT saja dimana kepemilikan aset pembangkit ditransfer ke sektor publik (PLN)

setelah berakhirnya kontrak KPS (dimana selama masa kontrak pembangkit tersebut dimiliki oleh pihak IPP swasta).

2.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan

Secara kontraktual, badan usaha swasta atau IPP bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan serta operasi dan

pemeliharaan dari fasilitas pembangkit tenaga listrik (pembangkit). Tenaga listrik yang dihasilkan kemudian dijual oleh IPP kepada PLN

sebagai badan usaha milik negara (juga sebagai PJPK) melalui sebuah perjanjian pembelian listrik (Power Purchase Agreement atau

“PPA”). Seperti struktur BOT lainnya, pembangkit akan diserahkan kepada PJPK pada akhir masa kerjasama.

Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan

PLN sebagai pembeli tunggal listrik (single off-taker) akan membayar atas listrik dari IPP secara berkala dengan dasar pembayaran

ambil-atau-bayar (take-or-pay) selama masa perjanjian pembelian listrik. Sehingga kemampuan PLN dalam memenuhi kewajiban

finansialnya ini selalu menjadi risiko utama yang perlu diperhatikan untuk skema ini.

Kontrak KPS

PT PLN sebagai PJPK

Jual Beli Listrik(BOT/Built Operate Transfer)

Lenders

Sponsor Proyek

Badan Usaha

(Independent Power Producer)

KontraktorKonstruksi

OperatorKontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Kementerian ESDM sebagai Regulator

Konstruksi dan Operasi

PelangganKonsultan

Desain

• Perjanjian Sambungan

• Transaksi sesuai tarif

Page 27: Acuan Alokasi Resiko

16 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.5.2. BOT Mulut Tambang

Proyek pembangkit listrik mulut tambang adalah proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap/batubara) dengan fitur berikut:

- Dibangun dengan alasan utama untuk meminimalkan risiko ketidakpastian suplai dan risiko kenaikan harga batubara;

- Komponen biaya transportasi batubara yang relatif rendah karena lokasi tambang batubara dekat dengan pembangkit;

- Kualitas batubara yang dipasok relatif rendah sehingga dibutuhkan fasilitas/teknologi yang dapat meningkatkan kualitas batubara

tersebut yang mengakibatkan biaya kontruksi pembangkit yang relatif tinggi dibandingkan dengan PLTU lainnya; dan

- Lokasi pembangkit relatif terpencil dari jalur transmisi utama sehingga membutuhkan biaya untuk fasilitas transmisi tambahan

Sebagai suatu proyek KPS, variasi terhadap skema alokasi risiko dalam pembangkit mulut tambang ini tidak hanya tergantung dari

struktur KPS yang dipilih (BOT atau BOO) saja. Faktor kepemilikan tambang batubara, penentuan lokasi tambang dan pembangkit

sangat menentukan bagaimana risiko dialokasikan pada proyek jenis ini.

Sebagai ilustrasi dalam menyusun matriks risiko, opsi struktur proyek yang dipilih adalah jenis kontrak BOT (karena pertimbangan

teknologi yang relatif tinggi) dan dimana lokasi tambang pemasok batu bara pembangkit swasta ditentukan oleh (dan kemudian

dimiliki oleh) PLN yang juga sebagai PJPK.

Gambar 13. Struktur BOT Mulut Tambang

Kontrak KPS

PT PLN sebagai PJPK

Jual Beli Listrik(BOT/Built Operate Transfer)

Lenders

Sponsor Proyek

Badan Usaha

(Independent Power Producer)

KontraktorKonstruksi

OperatorPembangkit Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Kementerian ESDM sebagai Regulator

Konstruksi dan Operasi

Pelanggan

KonsultanDesain

• Perjanjian Sambungan

• Transaksi sesuai tarifBadan UsahaPemasok Batubara

Kontrak desain

KontrakSuplai

Batubara

Kepemilikan

OperatorTambang

Kontrakoperasi

Page 28: Acuan Alokasi Resiko

17 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Seperti terlihat dari struktur di atas, lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan tidak berbeda dengan tipikal struktur BOT yaitu pekerjaan

detail desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan fasilitas pembangkit dalam rangka penyediaan listrik untuk kemudian dibeli secara

berkala dan didistribusikan oleh PLN ke pelanggan. Perbedaan utamanya adalah pada profil risiko bagi para pihak, terutama risiko

ketidakpastian suplai dan kenaikan harga batubara (selain risiko dalam akuisisi dan pengoperasian tambang bagi PLN dalam opsi ini).

2.2.6 Struktur KPS Sektor Kepelabuhanan

Dalam sektor ini, pelanggan retail/pengguna akhir dari KPS ini dapat merupakan penumpang, perusahaan pelayaran, dan / atau

perusahaan ekspedisi barang (kargo atau kontainer). PJPK pada sektor ini adalah Otoritas Pelabuhan (OP) dibawah Kementerian

Perhubungan (“Kemenhub”) yang akan memberikan pelimpahan kewenangan berupa hak Konsesi Penuh kepada BU sektor swasta

untuk menarik tarif langsung kepada konsumen atau pelanggan retail/pengguna akhir.

Walaupun pada saat ini belum ada implementasi proyek KPS pada sektor ini, kerangka regulasi sektor pelabuhan di Indonesia

memungkinkan struktur KPS yang menyerupai sektor transportasi lainnya seperti skema berbasis penggunaan (atau Konsesi Penuh).

Pada sektor ini, Konsesi Penuh diberikan oleh OP kepada BU sektor swasta untuk menarik tarif langsung ke pelanggan retail/pengguna

akhir. Lingkup pekerjaan BU mencakup, sesuai peraturan yang berlaku, adalah mengembangkan dan mengoperasikan baik prasarana

pelabuhan maupun jasa-jasa yang ada.

Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan

Kontrak KPS

Otoritas Kepelabuhanansebagai PJPK a/n Menhub

Konsesi

Lenders

Sponsor ProyekKontraktor

Konstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Menteri Perhubungan sebagai Regulator

Konstruksi dan Operasi

Pengguna(Penumpang/Kargo)

KonsultanDesain

Transaksi sesuai Tarif

Badan Usaha

Page 29: Acuan Alokasi Resiko

18 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.7 Struktur KPS Sektor Kebandaraan

Seperti pada sektor kepelabuhanan, KPS pada sektor kebandaraan dapat berupa jasa infrastruktur berbasis penggunaan (Konsesi

Penuh), dimana pelanggan retail/pengguna akhir dari jasa ini adalah penumpang, maskapai penerbangan dan/atau perusahaan

ekspedisi barang seperti kargo. PJPK dari sektor ini adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara (“DJPU”), Kemenhub yang

melimpahkan hak Konsesi Penuh kepada badan usaha untuk menarik pendapatan secara langsung kepada pelanggan retail/pengguna

akhir. Dalam sektor ini juga belum ada proyek KPS yang telah berhasil dilaksanakan saat ini.

Pada sektor ini, Konsesi Penuh diberikan oleh PJPK kepada BU untuk menarik pendapatan secara langsung kepada pelanggan

retail/pengguna akhir. Lingkup kerja dari BU, seperti yang diatur dalam peraturan yang berlaku, adalah mengembangkan dan

mengoperasikan baik prasarana bandara maupun jasa-jasa yang ada.

Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan

Kontrak KPS

Dirjen Perhubungan Udarasebagai PJPK a/n Menhub

Konsesi

Lenders

Sponsor ProyekKontraktor

Konstruksi

Operator

Kontrak operasi

Kontrak konstruksi

Sektor Publik

Sektor Swasta

Pembiayaan Pinjaman

Pembiayaan Ekuitas

Pembiayaan

Financial Close

Menteri Perhubungan sebagai Regulator

Konstruksi dan Operasi

Pengguna(Penumpang/Kargo)

KonsultanDesain

Transaksi sesuai Tarif

Badan Usaha

Page 30: Acuan Alokasi Resiko

19 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

3 PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DANPENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR

3.1 Alokasi Risiko dalam konteks Manajemen Risiko

Dalam konteks proses pengelolaan risiko secara umum, prinsip alokasi risiko merupakan konsep yang digunakan dalam proses

penanganan risiko (risk treatment).

Secara garis besar, penanganan risiko termasuk: menanggung risiko; menghindari risiko; memitigasi risiko dan mengalihkan

atau mengalokasikan risiko kepada pihak lain.

Gambar 16. Tahapan proses pengelolaan risiko

Dalam menentukan dan merumuskan upaya penanganan risiko melalui cara mengalokasikannya baik kepada pihak lain maupun

menanggung risiko tersebut, dibutuhkan suatu prinsip yang dapat digunakan menjadi landasan bagaimana, sejauhmana dan

kepada pihak mana risiko sebaiknya tersebut dialokasikan.

3.2 Prinsip Alokasi Risiko dalam konteks Implementasi Proyek KPS

Dalam konteks transaksi proyek KPS, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama proyek KPS (yang dilakukan setelah

melakukan analisis risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek) perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya

menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal penting demi memaksimalkan value for money.

Prinsip yang lazim diterapkan untuk alokasi risiko adalah bahwa,

“Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah

untuk menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang

rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.”

Page 31: Acuan Alokasi Resiko

20 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek KPS adalah sebagai berikut:

• Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya, sebaiknya

ditanggung pihak swasta

• Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya

ditanggung bersama (kejadian kahar)

• Risiko yang dapat dikelola pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan

swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung pemerintah

• Risiko yang walaupun sudah ditransfer, tetap memberikan eksposur kepada pemerintah atau PJPK (menghambat tersedianya

layanan penting ke masyarakat), dimana jika Badan Usaha gagal memenuhi kewajiban maka pemerintah dapat mengambil

alih proyek

3.2.1.1. Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS

Secara umum, penerapan alokasi risiko mulai dilakukan dalam tahap penyiapan proyek KPS, khususnya melalui suatu kajian

risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek untuk kemudian menjadi dasar dalam penyusunan draft Perjanjian KPS.

Secara skematis, proses pengelolaan risiko dalamskema KPS (juga digambarkan dalam diagram di halaman berikut) adalah:

1) Penentuan lingkup pengelolaan risiko proyek KPS sesuai sasaran yang diinginkan oleh PJPK. Sebagai contoh, pengelolaan

risiko dapat mencakup penyusunan Rencana Mitigasi Risiko dan dokumen kontrak yang bankable dari sisi alokasi risiko

2) Identifikasi risiko proyek KPS yang kemudian dapat dilakukan melalui metode ceklist, pengamatan lapangan atau

brainstorming dan diskusi dengan pihak terkait. Khusus untuk tahap inilah ceklist Kategori Risiko KPS (A) dapat digunakan.

3) Penilaian risiko, mencakup estimasi probabilitas risiko dan dampak risiko, yang dapat dilakukan dengan metode evaluasi

data historis, pengamatan lapangan atau brainstorming dan diskusi dengan para ahli atau pihak terkait.

4) Evaluasi risiko, meliputi penentuan prioritas atau risiko utama yang menjadi concerns para pihak yang perlu penanganan

lebih jauh dan spesifik. Di tahapan ini, kebutuhan dukungan pemerintah dan penjaminan pemerintah mulai teridentifikasi.

5) Penanganan risiko yang dituangkan dalam suatu rencana mitigasi risiko. Pada tahapan inilah, dokumen acuan Matriks

Alokasi Risiko (B) diharapkan dapat digunakan untuk membantu PJPK dalam mengevaluasi alokasi risiko kepada para pihak

untuk dapat dituangkan ke dalam draft Perjanjian KPS dan kemudian dinegosiasikan dengan pihak swasta.

6) Pemantauan risiko dilakukan setelah tercapainya kesepakatan antara para pihak dalam rangka memastikan rencana mitigasi

risiko yang dibuat sebelumnya dapat berjalan dengan efektif demi kesuksesan berjalannya proyek KPS tersebut.

Page 32: Acuan Alokasi Resiko

21 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

1

Ceklist Kategori Risiko

Matriks Alokasi Risiko

- Alokasi risiko optimal - Value for money

maksimal

6

Penetapan Konteks (berdasarkan sasaran dari sudut pandang tertentu)

Lingkup Pengelolaan Risiko

Identifikasi Risiko (pengamatan, brainstorming,

diskusi)

Daftar Risiko Proyek terkait(“Risiko Infrastruktur”)

Penilaian Risiko (metode kuantitatif dan/

atau kualitatif)

Daftar Risiko Proyek Prioritas

Penanganan Risiko (alokasi, menanggung,

mitigasi, transfer. hindari)

Risiko Proyek Utama untuk ditangani

Evaluasi Risiko (pengambilan

keputusan terhadap risiko prioritas)

- Risk Register- Strategi Alokasi

Risiko

Pemantauan Risiko

(Penilaian dan pengendalian berkala)

- Pre-FS (Legalitas Teknis, Ekonomis, Finansial, Lingkungan Hidup, Sosial, dsb)- Studi opsi KPS dan struktur kontraktual - Kebutuhan dukungan pemerintah (sebagaimana diperlukan)

2

3

4

5Rencana Mitigasi Risiko

A

B

Gambar 17. Kerangka Pengelolaan Risiko Proyek KPS

Dalam mengevaluasi alokasi risiko, sebagai bagian dari dokumen tender dalam tahap transaksi proyek, draft Perjanjian KPS

tersebut akan mencerminkan bagaimana pengalokasian risiko-risiko yang diidentifikasi dan dievaluasi sebelumnya kepada para

pihak terkait (BU dan PJPK) dalam bentuk klausul kontraktual. Dari klausul kontrak tersebut, risiko dapat digambarkan

berdasarkan peristiwa pemicunya, periode terjadinya dan konsekuensi bagi para pihak apabila risiko tersebut terjadi, baik

berupa kewajiban fisik ataupun kewajiban finansial sebagaimana dapat diilustrasikan secara sederhana dalam gambar berikut:

Page 33: Acuan Alokasi Resiko

22 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Alokasi Risiko dalam Perjanjian KPS

PJPK Bersama BU

A

B*

C

D*

E

F*

*: Risiko yang mengarah pada kewajiban finansial tertentu dari pihak yang menanggungnya

Gambar 18. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS

Secara umum, pengalokasian risiko dalam suatu kontrak KPS kepada para pihak adalah sebagai berikut:

o BU biasanya menanggung risiko terkait financing, design, construction, procurement, operation dan maintenance (kemudian

menalihkan sebagian risiko ke peserta lainnya, konsultan desainer/kontraktor/pemasok/operator/pengguna)

o PJPK mewakili Pemerintah biasanya menanggung risiko politik, termasuk perubahan peraturan perundangan yang faktor

pemicunya (relatif atau lebih dapat) dikendalikan oleh pemerintah

o Keduanya berbagi risiko terkait Keadaan Kahar/Force Majeure

Berdasarkan skema alokasi risiko proyek KPS tipikal di atas, sebagaimana tersedia pada dokumen Acuan ini, suatu dokumen

berupa matriks alokasi risiko bisa disediakan oleh otoritas yang berwenang sebagai referensi bagi para pihak untuk

mengevaluasi suatu proyek KPS.

Terhadap skematipikal tersebut, alokasi risiko tertentu dalam suatu proyek dapat berbeda dengan yang ada dalam matriks

referensi tersebut. Secara khusus, faktor-faktor yang dapat memungkinkan pengecualian tersebut diantaranya adalah:

o Sifat dan kondisi spesifik proyek. Pada proyek dengan tingkat urgensi dan kondisi alam tertentu, risiko tertentu (misalnya:

risiko kahar) dapat dialokasikan lebih besar kepada pihak PJPK

o Kemampuan dan kekuatan masing-masing pihak untuk mengelola risiko (dimana kecakapan dalam memitigasi dapat

semakin baik sejalan dengan berjalannya waktu)

o Fleksibilitas terhadap spesifikasi output (apakah ada hambatan yang mempengaruhi metode pengelolaan risiko)

o Tingkat pengalihan risiko sebelumnya (terkait keberhasilan sebelumnya dan kemampuan di masa datang dari para pihak)

o Faktor kepentingan umum dan pertimbangan kebijakan lain

o Perilaku pasar saat ini terhadap risiko, lingkungan eksternal dan skenario ekonomi

Page 34: Acuan Alokasi Resiko

23 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

3.2.1.2. Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PII

Pada dasarnya, penjaminan infrastruktur oleh PII mencakup kewajiban finansial PJPK dalam suatu perjanjian KPS. Dalam menentukan

cakupan penjaminan risiko infrastruktur dalam suatu proyek KPS tersebut, sesuai mandat dalam regulasi, PII mengevaluasi, antara lain,

kesesuaian draft perjanjian KPS dengan prinsip alokasi risiko, sebagaimana digambarkan pada diagram berikut.

Evaluasi aspek lainnya

Evaluasi Dampak Penjaminan

PROSES PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR OLEH PII

Evaluasi aspek lainnya

1. Consultation and Guidance

2. Screening 3. Appraisal 4. Structuring

Evaluasi Aspek Risiko

Usulan Penjaminan (UP)

Matriks Risiko dan Rencana Mitigasi Risiko

Kerangka Regulasi KPS dan Penjaminan infrastruktur

Perpres 67/2005 j.o. 13/2010 j.o

56/2011 (Infrastruktur KPS)

Perpres 78/2010 (Penjaminan Infrastruktur)

Tidak dapat dijamin

Acuan Risiko PIIKategori Risiko KPS

& Matriks Risiko KPS

Sesuai Prinsip Alokasi Risiko?

Ya

Tidak

Prinsip Alokasi Risiko

Cakupan risiko yang dipertimbangkan untuk

dijamin oleh PII

PMK 260/2010 (Juklak Perpres

78/2010)

Draft Perjanjian KPS

Jenis risiko yang diminta untuk dijamin

Analisis Kelayakan

Penjaminan

Tidak Layak

Cakupan risiko untuk evaluasi struktur

penjaminanLayak

Analisis Kapasitas

Penjaminan

Cakupan risiko penjaminan PII

Cakupan risiko Co-guarantor

Gambar 19. Kaitan Acuan Risiko PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur

Terhadap cakupan penjaminan infrastruktur oleh PII, Regulasi Penjaminan Infrastruktur (Perpres 78/2010 dan PMK 260/2010)

mendefinisikan bahwa kewajiban finansial PJPK dalam kontrak KPS tersebut timbul akibat risiko yang disebabkan oleh peristiwa

penyebab (triggering events) sebagai berikut:

Page 35: Acuan Alokasi Resiko

24 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

a) tindakan atau tiadanya tindakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK dalam hal-hal yang menurut hukum atau peraturan

perundangan - PJPK atau Pemerintah selain PJPK memiliki kewenangan atau otoritas untuk melakukan tindakan tersebut;

b) kebijakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK;

c) keputusan sepihak dari PJPK atau Pemerintah selain PJPK;

d) ketidakmampuan PJPK dalam melaksanakan suatu kewajiban yang ditentukan kepadanya oleh Badan Usaha berdasarkan Perjanjian

Kerjasama (breach of contract).

4 ACUAN ALOKASI RISIKO INFRASTRUKTUR

Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini terdiri atas 1) Kategori Risiko dan 2) Matriks Alokasi Risiko untuk dapat digunakan oleh PJPK

dalam menyiapkan alokasi risiko untuk proyek KPS, yang berlaku sebagai basis bagi PJPK dalam menyiapkan usulan penjaminan ke PII.

serta dapat berperan meningkatkan penerapan dari kerangka manajemen risiko suatu proyek KPS.

4.1 Kategori Risiko KPS

Checklist Kategori Risiko KPS dikembangkan sebagai suatu daftar kelompok risiko yang generik, yang diharapkan dapat digunakan

untuk membantu mengidentifikasi peristiwa-peristiwa risiko spesifik kepada setiap proyek KPS. Peristiwa-peristiwa risiko yang

teridentifikasi tersebut dapat digunakan lebih jauh untuk tahapan penilaian risiko dan pengembangan matriks/strategi alokasi risiko.

Kategori risiko ini tidak bermaksud untuk menjadi suatu daftar risiko yang kaku untuk setiap proyek KPS. Situasi dan kondisi spesifik

dalam suatu proyek KPS perlu juga dipertimbangkan.

1. Risiko Lokasi adalah kelompok risiko dimana lahan proyek tidak tersedia atau tidak dapat digunakan sesuai jadwal yang sudah

ditentukan dan dalam biaya yang diperkirakan, atau bahwa lokasi dapat menimbulkan suatu beban atau kewajiban bagi pihak

tertentu. Dengan demikian, risiko-risiko yang termasuk kategori ini adalah:

a). Risiko pembebasan lahan: risiko-risiko yang terkait proses pembebasan lahan yang dibutuhkan proyek, yang dapat melibatkan

potensi tambahan biaya dan keterlambatan;

b). Risiko ketidaksesuaian lokasi lahan: risiko bahwa lokasi lahan yang diusulkan tidak dapat digunakan untuk proyek, dimana

penyebabnya dapat meliputi kontaminasi, penemuan artefak, keterlambatan/penolakan perolehan persetujuan perencanaan,

status lahan, dan lainnya;

c). Risiko lingkungan: risiko kerugian terkait kerusakan lingkungan yang terjadi (1) akibat kegiatan konstruksi dan operasi selama

masa proyek, atau (2) dari kegiatan sebelum pengalihan lahan proyek dari PJPK kepada BU atau pihak sub-kontraktor.

Page 36: Acuan Alokasi Resiko

25 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi adalah risiko desain, konstruksi atau uji operasi suatu fasilitas proyek atau elemen dari

prosesnya, dilakukan dengan cara yang menyebabkan dampak negatif terhadap biaya dan pelayanan proyek. Dengan demikian,

risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:

a). Risiko perencanaan: risiko bahwa penggunaan lokasi proyek yang diusulkan dalam perjanjian KPS dan, khususnya, konstruksi

fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku terkait perencanaan, tata guna lahan atau bahwa perijinan

terlambat (atau tidak dapat) diperoleh atau, kalaupun diperoleh, hanya dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih besar dari

yang diperkirakan;

b). Risiko desain: risiko dimana desain dari BU tidak dapat memenuhi spesifikasi output yang ditentukan;

c). Risiko penyelesaian: risiko dimana penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan suatu proyek dapat (1) terlambat sehingga

penyediaan layanan infrastruktur tidak dapat dimulai sesuai Commercial Operation Date (COD) yang sudah ditetapkan, atau (2)

terlambat, kecuali biaya lebih besar harus dikeluarkan untuk mempertahankan COD yang sudah terjadwal, atau (3) terlambat

karena perubahan/variasi yang terjadi;

d). Risiko kenaikan biaya: risiko dimana pada tahap desain dan konstruksi, biaya realiasi proyek melebihi proyeksi biaya proyek;

e). Risiko uji operasi: risiko dimana uji operasi terlambat atau hasilnya tidak memenuhi spesifikasi PJPK atau pihak otoritas lainnya.

3. Risiko sponsor adalah risiko dimana BU dan/atau sub-kontraktornya tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada PJPK

akibat tindakan pihak investor swasta sebagai sponsor proyek.

4. Risiko finansial adalah risiko-risiko terkait aspek kelayakan finansial proyek. Risiko-risiko tersebut dapat berupa:

a). Risiko ketidakpastian pembiayaan: risiko bahwa pihak penyedia dana (debt dan equity) tidak akan atau tidak dapat melanjutkan

komitmen untuk menyediakan pendanaan proyek;

b). Risiko parameter finansial: risiko yang disebabkan berubahnya parameter finansial (misalnya tingkat inflasi, nilai tukar, kondisi

pasar) sebelum kontraktor sepenuhnya berkomitmen untuk proyek ini, berpotensi memberikan dampak buruk terhadap biaya

proyek;

c). Risiko struktur finansial: risiko bahwa struktur keuangan tidak cukup baik untuk memberikan hasil yang optimal sesuai porsi

hutang dan ekuitas selama periode proyek dan karenanya dapat mengganggu keberlanjutan kelayakan proyek;

d). Risiko asuransi: (i) bahwa risiko-risiko yang sebelumnya dapat diasuransikan (insurable) pada tanggal penandatanganan sesuai

dengan asuransi proyek yang telah disepakati tetapi kemudian menjadi uninsurable atau (ii) tetap insurable tetapi dengan

kenaikan premi asuransi yang signifikan.

Page 37: Acuan Alokasi Resiko

26 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

5. Risiko Operasional adalah risiko dimana proses penyediaan layanan infrastruktur sesuai kontrak - atau suatu elemen dari proses

tersebut (termasuk input yang digunakan atau sebagai bagian dari proses itu) - akan terpengaruh dengan cara yang menghalangi

BU dalam menyediakan layanan kontrak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan/atau sesuai proyeksi biaya. Dengan

demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:

a). Risiko pemeliharaan: risiko dimana (i) realisasi biaya pemeliharaan aset proyek lebih tinggi/berubah dari biaya pemeliharaan

yang diproyeksikan, atau (ii) terdapat dampak negatif akibat pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik;

b). Risiko cacat tersembunyi (latent defect): risiko kehilangan atau kerusakan yang timbul akibat cacat tersembunyi pada fasilitas

yang termasuk sebagai aset proyek;

c). Risiko teknologi, dimana (i) teknologi yang digunakan berpotensi gagal menghasilkan spesifikasi output yang diperlukan, atau

(ii) perkembangan teknologi membuat teknologi yang digunakan menjadi usang (risiko keusangan teknologi);

d). Risiko utilitas: risiko dimana (i) utilitas (misalnya air, listrik atau gas) yang diperlukan untuk operasi proyek tidak tersedia, atau

(ii) keterlambatan proyek karena keterlambatan sehubungan dengan pemindahan atau relokasi utilitas yang terletak di lokasi

proyek;

e). Risiko sumber daya atau input: risiko kegagalan atau kekurangan dalam penyediaan input atau sumber daya (misalnya,

batubara atau bahan bakar lainnya) yang diperlukan untuk operasi proyek, termasuk kekurangan dalam kualitas pasokan yang

tersedia;

f). Risiko hubungan industri: risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk demonstrasi, larangan bekerja, pemblokiran, tindakan

perlambatan dan pemogokan - yang terjadi dengan cara yang, secara langsung atau tidak langsung, berdampak negatif

terhadap uji operasi, penyediaan layanan atau kelayakan proyek.

6. Risiko pendapatan (revenue) adalah risiko bahwa pendapatan proyek tidak dapat memenuhi proyeksi tingkat kelayakan finansial,

karena perubahan yang tak terduga baik permintaan proyek atau tarif yang disepakati atau kombinasi keduanya. Karenanya, risiko

termasuk dalam kategori ini adalah:

a). Risiko permintaan: risiko bahwa realisasi permintaan penyediaan layanan secara tak terduga lebih rendah dari proyeksi, karena:

1) faktor pemicu (tindakan, keputusan/kebijakan, regulasi) dari pihak Pemerintah, atau 2) kesalahan yang dilakukan pihak

swasta baik dalam estimasi volume permintaan dan yang terkait penurunan kualitas layanan; dan

b). Risiko tarif: risiko bahwa tarif layanan lebih rendah dari proyeksi, karena: 1) penyesuaian tarif secara periodik tidak dilakukan

sesuai rencana atau tingkat tarif disesuaikan lebih rendah dari proyeksi, atau 2) kesalahan estimasi tarif atau tidak terpenuhinya

standar yang disyaratkan untuk permintaan penyesuaian tarif.

Page 38: Acuan Alokasi Resiko

27 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

7. Risiko konektivitas jaringan adalah risiko terjadinya dampak negatif terhadap ketersediaan layanan dan kelayakan finansial proyek

akibat perubahan dari kondisi jaringan saat ini atau rencana masa depan. Risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:

a). Risiko konektivitas dengan jaringan eksisting: risiko bahwa akses ke jaringan eksisting tidak (akan) dibangun sesuai rencana;

b). Risiko pengembangan jaringan: risiko bahwa jaringan tambahan yang dibutuhkan tidak (jadi) dibangun sesuai rencana;

c). Risiko fasilitas pesaing: risiko bahwa dibangunnya fasilitas/infrastruktur serupa yang kemudian menyaingi output penyediaan

layanan sesuai kontrak.

8. Risiko interface adalah risiko dimana metode atau standar penyediaan layanan akan menghalangi atau mengganggu penyediaan

layanan yang dilakukan sektor publik atau sebaliknya. Risiko ini termasuk ketika kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah

tidak sesuai/tidak cocok dengan yang dilakukan oleh BU, atau sebaliknya.

9. Risiko politik adalah risiko yang dipicu tindakan/tiadanya tindakan PJPK yang tidak dapat diprediksi sebelumnya yang merugikan

secara material dan mempengaruhi pengembalian ekuitas dan pinjaman. Risiko yang termasuk kategori ini adalah:

a). Risiko mata uang yang tidak dapat dikonversi atau ditransfer: risiko bahwa pendapatan/profit dari proyek tidak bisa dikonversi

ke mata uang asing dan/atau direpatriasi ke negara asal investor;

b). Risiko pengambilalihan: risiko tindakan pengambilalihan aset proyek (termasuk nasionalisasi) oleh pemerintah, baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang dapat memicu pengakhiran kontrak proyek.

c). Risiko perubahan regulasi dan perundangan, yang secara langsung dapat mengurangi tingkat kelayakan finansial proyek;

d). Risiko sub-sovereign atau parastatal: risiko bahwa PJPK tidak mampu/bersedia melaksanakan kewajiban pembayaran kontrak

atau kewajiban material lainnya dipicu hal yang terkait status sebagai entitas pemerintah;

e). Risiko perijinan: risiko dimana perijinan yang diperlukan dari suatu otoritas pemerintah lainnya tidak dapat diperoleh atau, jika

diperoleh, diperlukan biaya yang lebih besar dari proyeksi;

f). Risiko perubahan tarif pajak: risiko perubahan tarif pajak yang berlaku (tarif pajak penghasilan, PPN) atau pajak baru yang

dapat menurunkan pengembalian ekuitas yang diharapkan.

10. Risiko kahar (force majeure) adalah risiko terjadinya kejadian kahar yang sepenuhnya di luar kendali kedua belah pihak (misalnya

bencana alam atau akibat manusia) dan akan mengakibatkan penundaan atau default oleh BU dalam pelaksanaan kewajiban

kontraknya.

11. Risiko kepemilikan aset adalah risiko terjadinya peristiwa seperti kejadian kehilangan (misalnya hilangnya kontrak, force majeure),

perubahan teknologi, dan lainnya, yang menyebabkan nilai ekonomi aset menurun, baik selama atau pada akhir masa kontrak.

Page 39: Acuan Alokasi Resiko

28 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2 Matriks Risiko KPS per Sektor

Setelah penggunaan Kategori Risiko KPS, peristiwa-peristiwa risiko yang telah diidentifikasi kemudian dievaluasi menggunakan

matriks alokasi risiko yang dibuat untuk setiap sektor dan struktur (“Matriks Risiko KPS”). Dalam mengembangkan matriks tersebut,

prinsip alokasi risiko, best practice dan kerangka regulasi terkait di Indonesia menjadi referensi yang digunakan. Namun, sebagaimana

disampaikan pada bagian 3.2.1.1, matriks ini hanya merupakan referensi dan tidak bersifat kaku, mengingat alokasi suatu risiko yang

akhirnya dianggap optimal perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi spesifik dalam proyek yang ditinjau.

4.2.1 Matriks Risiko KPS sektor Air Minum

Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 2.2.1, yaitu BOT Air Minum

dan Konsesi Penuh Air Minum.

4.2.1.1. BOT Air Minum

Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT (Built, Operate, Transfer) yang meliputi Transmisi atau

Produksi atau Operasi dan Pemeliharaan atau Distribusi atau kombinasi diantaranya, di luar Pemungutan Tarif ke pelanggan akhir.

Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan untuk WTP

dan jaringan transmisi sudah

diidentifikasi dengan jelas

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa

menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik

denganpihak yang terkena

dampak

Kebutuhan lahan proyek

jenis ini biasanya tidak luas

dan dampak sosial relatif

kecil

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas risiko

geoteknis relatif bisa dikelola

Page 40: Acuan Alokasi Resiko

29 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan studi Amdal

yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat design brief tidak jelas/lengkap

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

x Instrumen lindung nilai

Page 41: Acuan Alokasi Resiko

30 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle

cost

x Faktor indeksasi tarif;

Rebasing tarif

Risiko suku bunga Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

risiko terkait keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi–

karena inefisiensi unit

x Kualitas dan spesifikasi unit

yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

x Tindakan antisipasi: fasilitas

back up listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

Berkurangnya kuantitas

input

Defisit air baku karena alasan dalam

kendali sektor publik

x Regulasi dan koordinasi yang

baik antar instansi terkait

Menurunnya kualitas input Kualitas air turun karena alasan

dalam kendali sektor publik

x Regulasi dan koordinasi yang

baik antar instansi terkait

Ketidakpastian kontinuitas

input

x Regulasi dan koordinasi yang

baik antar instansi terkait

Tergantung lokasi sumber air

Berkurangnya kuantitas

output

x Operator yang handal;

Mekanisme penalti

Menurunnya kualitas

output

x Operator yang handal;

Mekanisme penalti

Page 42: Acuan Alokasi Resiko

31 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan volume

permintaan output proyek

x Survai volume permintaan yang

handal

Kegagalan penetapan awal

tariff

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (konstruksi atau operasi,

khususnya tarif)

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

pada indeksasi tarif terhadap tingkat

inflasi

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

khususnya setelah indeksasi tarif dan

rebasing tarif

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIFITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Kebocoran/kontaminasi dalam

jaringan eksisting

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas membangun dan

memelihara jaringan yang diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (4) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sector publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko interface (1) Output tidak terserap di awal periode

operasional

x klausul „take or pay‟ dalam

perjanjian jual beli air

Risiko interface (2) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya lebih

rendah

Risiko interface(3) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan standar/ metode

yang akan diterapkan para pihak

sedini mungkin

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak

dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Page 43: Acuan Alokasi Resiko

32 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Mata uang asing tidak

dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi x Mediasi

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicukeputusan

sepihak/tidak wajar dari otoritas

terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

Keterlambatan perolehan

akses ke lokasi proyek

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Risiko parastatal (1) Wanprestasi kewajiban kontraktual

PJPK sebagai offtaker

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Risiko parastatal (2) akibat privatisasiofftaker atau default

PJPK

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Transfer aset setelah

kontrak KPS berakhir

x Studi kelayakan bisnis yang baik

dan lengkap (dalam PFS)

Page 44: Acuan Alokasi Resiko

33 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Sebagaimana tercantum dalam matriks di atas, terdapat beberapa peristiwa risiko spesifik sektoral dalam struktur ini, sementara ada

yang lain yang berlaku di setiap sektor. Risiko-risiko sektoral yang spesifik terhadap struktur ini adalah risiko interface (tidak

terserapnya output pada awal tahun operasi), risiko yang terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas), risiko parastatal

(cidera janji kewajiban kontraktual off-taker dan privatisasi off-taker) dan risiko permintaan yang pada dasarnya dapat diminimalkan

melalui suatu klausul take or pay dalam perjanjian jual beli air dengan PDAM sebagai PJPK.

4.2.1.2. Konsesi Penuh Air Minum

Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek air minum dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup kombinasi atau

keseluruhan Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi, termasuk Pemungutan Tarif ke pelanggan akhir.

Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan untuk WTP

dan jaringan transmisi sudah

diidentifikasi dengan jelas

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa menjadi

kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Kebutuhan lahan proyek jenis

ini biasanya tidak luas dan

dampak sosial relatif kecil

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas risiko

geoteknis relatif bisa dikelola

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada

lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan studi Amdal

yang baik

Page 45: Acuan Alokasi Resiko

34 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel dan solid

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

x Faktor indeksasi tarif;

Rebasing tarif

Risiko suku bunga Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Page 46: Acuan Alokasi Resiko

35 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi–

karena inefisiensi unit

x Kualitas dan spesifikasi unit

yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

x Tindakan antisipasi: fasilitas

back up listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

Berkurangnya kuantitas

input

Defisit air baku karena alasan dalam

kendali sektor publik

x Regulasi dan koordinasi yang

baik antar instansi terkait

Menurunnya kualitas input Kualitas air turun karena alasan

dalam kendali sektor publik

x Regulasi dan koordinasi yang

baik antar instansi terkait

Ketidakpastian kontinuitas

input

x Regulasi dan koordinasi yang

baik antar instansi terkait

Tergantung lokasi sumber air

Berkurangnya kuantitas

output

x Operator yang handal;

Mekanisme penalti

Menurunnya kualitas output x Operator yang handal;

Mekanisme penalti

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan volume

permintaan output proyek

x Survai volume permintaan yang

handal

Kesalahan estimasi dari

model sebelumnya

x Survai volume permintaan yang

handal

Page 47: Acuan Alokasi Resiko

36 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Pelanggan akhir gagal bayar

( tarif tidak terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (konstruksi atau operasi,

khususnya tarif)

Kegagalan memungut

pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

sistem pemungutan tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Gagalnya penyesuaian tarif karena

BU tidak mampu memenuhi standar

minimal yang disepakati

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Penyesuaian tarif periodik

terlambat

pada indeksasi tarif terhadap tingkat

inflasi

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

khususnya setelah indeksasi tarif

dan rebasing tarif

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Kebocoran/kontaminasi dalam

jaringan eksisting

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun dan memelihara

jaringan yang diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (4) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sector publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko interface (1) Output tidak terserap di awal

periode operasional

x

Risiko interface (2) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya lebih

rendah

Risiko interface(3) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan para pihak sedini

mungkin tentang standar /

metode yang akan diterapkan

Page 48: Acuan Alokasi Resiko

37 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak

dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak

dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK x Mediasi

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Transfer bisnis eksisting Ketidakpastian kondisi bisnis setalah

transfer dari operator sebelumnya

x Studi kelayakan bisnis yang baik

dan lengkap (dalam PFS)

Transfer aset eksisting Tidak terantisipasinya kondisi

fasilitas yang dibangun

x Studi kelayakan aset yang baik

dan lengkap (dalam PFS)

Page 49: Acuan Alokasi Resiko

38 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Dibandingkan struktur BOT, beberapa risiko spesifik sektoral dialokasikan kepada pihak yang sama, seperti peristiwa risiko yang

terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas). Tetapi, karena struktur Konsesi Penuh mencakup layanan keseluruhan, BU

biasanya menanggung risiko permintaan dan risiko interface (tidak terserapnya output pada awal tahun operasi). Selain itu, BU juga

lebih rentan terhadap risiko penyesuaian tarif karena tarif ke pelanggan retail/pengguna akhir seringkali menjadi isu politis

dibandingkan sebagai isu komersial pada saat mekanisme penyesuaian tarif tersebut harus dilakukan.

4.2.2 Matriks Risiko KPS sektor Pengelolaan Limbah

4.2.2.1. BOT Persampahan

Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT dimana BU bertanggung jawab atas Produksi, Operasi dan

Pemeliharaan (konstruksi dan operasi fasilitas TPA), tapi tidak bertanggung jawab untuk pengumpulan bahan baku sampah dan

pembayaran tarif dari pelanggan akhir.

Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan untuk WTP

dan jaringan transmisi sudah

diidentifikasi dengan jelas

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa menjadi

kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Kebutuhan lahan proyek jenis

ini biasanya tidak luas dan

dampak sosial relatif kecil

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas risiko

geoteknis relatif bisa dikelola

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Page 50: Acuan Alokasi Resiko

39 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan studi Amdal

yang baik

Keresahan masyarakat akibat potensi ketidaknyamanan

terhadap proses/output

x Sosialisasi pada masyarakat

yang terkena dampak

Kegagalan implementasi

AMDAL

x Konsultan spesialis aspek

lingkungan yang handal

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Risiko design brief

Kesalahan desain Uji operasi teknis mengarah ke

penemuan kesalahan desain

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Termasuk mengembalikan akses

lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Kenaikan biaya konstruksi

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

Risiko uji operasi

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Page 51: Acuan Alokasi Resiko

40 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat

inflasi terhadap asumsi dalam life-

cycle cost

x Faktor indeksasi tarif;

Rebasing tarif

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi–

karena inefisiensi unit

x Kualitas dan spesifikasi unit

yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

x Tindakan antisipasi fasilitas back

up listrik/utilitaslainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

Berkurangnya kuantitas

input (sampah)

x Perjanjian suplai limbah;

Sosialisasi pengelolaan limbah

Menurunnya kualitas input

(komposisi sampah)

x Membatasi „peran‟ pemulung

terhadap komposisi sampah

Peran pemulung dapat

merubah komposisi sampah

Kualitas output olahan tidak

memenuhi standar

x Spesifikasi yang baik

dari teknologi yang digunakan

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan volume

permintaan output proyek

x Kebijakan yang konsisten dan

sejalan dengan sasaran proyek

Page 52: Acuan Alokasi Resiko

41 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Pelanggan akhir gagal

bayar( tarif tidak

terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Penyesuaian tarif periodik

terlambat

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ketidakpastian dalam jaringan

pemungutan sampah eksisting

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas terkait jaringan

pengumpul sampah yang diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas yang

diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko Interface (1) Tidak seimbangnya input dan

kapasitas pengolahan di awal masa

operasi

x klausul „take or pay‟ dalam

kontrak suplai sampah

Risiko Interface (2) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU

x x tindakan perbaikan dari pihak

yang kualitas pekerjaannya lebih

rendah

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak

dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedia dan/

atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak

dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Page 53: Acuan Alokasi Resiko

42 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

Keterlambatan perolehan

akses ke lokasi proyek

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Risiko parastatal (1) Wanprestasi kewajiban kontraktual

PJPK sebagai offtaker

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Risiko parastatal (2) akibat privatisasi offtaker atau

default PJPK

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Terminasi akibat

default PJPK

x Penjaminan pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

11. ASSET KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Pada sektor persampahan, risiko spesifik sektor adalah risiko lingkungan (misal ketidaknyamanan masyarakat akibat adanya potensi

gangguan dari proses/output, kegagalan menerapkan AMDAL, risiko operasi (misal kuantitas sampah sebagai input rendah, risiko

komposisi sampah, ketidaksesuaian kualitas output), risiko jaringan (misal ketidakpastian jaringan pengumpulan sampah eksiting,

Page 54: Acuan Alokasi Resiko

43 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

tidak dipenuhinya kewajiban pihak berwenang untuk menjaga jaringan pengumpulan sampah yang ada dan untuk mengembangkan

fasilitas yang diperlukan) dan risiko interface (misal ketidakseimbangan antara input dan kapasitas pengolahan di tahun awal operasi).

Ditemukan pula hal yang menarik terkait tindakan sah dari pemerintah untuk mengurangi produksi sampah (misal program 3RP

Recycle, Reuse, Reduce) yang pada kenyataannya menghambat BU memperoleh volume sampah yang cukup untuk diolah. Dari sisi

tarif, pemerintah menarik dua jenis tarif, yaitu tarif retribusi sampah (untuk jasa pengelolaan sampah) dalam menutup biaya

operasional dari adanya fasilitas pembuangan sampah, dan kopmensasi terhadap dampak negatif dari lingkungan. Kedua jenis tarif ini

dapat didukung dengan subsidi operasional dari anggaran Pemda sebagai bagian dari sumber dana untuk pembayaran tipping fee dari

PJPK kepada BU.

4.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah

Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT dimana BU bertanggung jawab atas Produksi, Operasi dan

Pemeliharaan (konstruksi dan operasi fasilitas TPA), tapi tidak bertanggung jawab untuk pengumpulan bahan baku sampah dan

pembayaran tarif dari pelanggan akhir.

Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan untuk WTP

dan jaringan transmisi sudah

diidentifikasi dengan jelas

Lahan tidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa

menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Kebutuhan lahan proyek

biasanya tidak luas dan

dampak sosial relatif kecil

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas risiko

geoteknis relatif bisa dikelola

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada

lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Page 55: Acuan Alokasi Resiko

44 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan studi Amdal

yang baik

Keresahan masyarakat Akibat potensi ketidaknyamanan

terhadap proses/output

x Sosialisasi kepada masyarakat

yang terkena dampak

Kegagalan implementasi

AMDAL

x Konsultan spesialis aspek

lingkungan yang handal

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Kesalahan desain Uji operasi teknis mengarah ke

penemuan kesalahan desain

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Risiko design brief Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Termasuk mengembalikan akses

lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Page 56: Acuan Alokasi Resiko

45 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat

inflasi terhadap asumsi dalam life-

cycle cost

x Faktor indeksasi tarif;

Rebasing tarif

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi–

karena inefisiensi unit

x Kualitas dan spesifikasi unit

yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

x Tindakan antisipasi: fasilitas back

up listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

Berkurangnya kuantitas

input (limbah)

x Perjanjian suplai limbah;

Sosialisasi pengelolaan limbah

Kualitas output olahan tidak

memenuhi standar

x Spesifikasi yang baik

dari teknologi yang digunakan

Page 57: Acuan Alokasi Resiko

46 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan volume

permintaan output proyek

x Kebijakan yang konsisten dan

sejalan dengan sasaran proyek

Pelanggan akhir gagal bayar

( tarif tidak terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ketidakpastian dalam jaringan

pemungutan limbah eksisting

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk menjaga

jaringan pengumpul limbah yang

diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas yang

diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko Interface (1) Tidak seimbangnya input dan

kapasitas pengolahan di awal masa

operasi

x Perjanjian/kesepakatan suplai

limbah

Risiko Interface (2) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU

x x Remedial action by party who

has lower quality of works

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak

dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Page 58: Acuan Alokasi Resiko

47 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Mata uang asing tidak

dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

Keterlambatan perolehan

akses ke lokasi proyek

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Risiko parastatal (1) Wanprestasi kewajiban kontraktual

PJPK sebagai offtaker

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Risiko parastatal (2) akibat privatisasi offtaker atau

default PJPK

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Terminasi akibat

default PJPK

x Penjaminan pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. ASSET KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Page 59: Acuan Alokasi Resiko

48 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Pada sektor pengelolaan air limbah, risiko spesifiknya mirip dengan apa yang ditemukan dalam sektor persampahan. Di sektor volume

dan kualitas suplai limbah yang diperoleh biasanya tidak terlalu bervariasi. Selain itu, tergantung dari teknologi yang digunakan dan

persepsi dari calon pengguna output (air bersih olahan), output yang dihasilkan sifatnya tidak komersial.

4.2.3 Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol

Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 3.2.3, yaitu: Konsesi Penuh

jalan tol dan O&M jalan tol.

4.2.3.1. Konsesi Penuh Jalan Tol

Matriks risiko ini relevan untuk proyek jalan/jembatan tol yang mencakup desain, konstruksi, pembayaan dan operasi dan

pemeliharaan seluruh fasilitas tol serta menarik pembayaran atas layanan langsung dari pengguna (tipe user- charge).

Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan biasanya

masif dan dipengaruhi dari

trase yang direncanakan

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa

menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Dampak sosial relatif luas

bila lahan di perkotaan dan

sifatnya masih produktif

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Potensirisiko geoteknis bisa

signifikan karena volume

pekerjaan tanah relatif besar

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada

lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Page 60: Acuan Alokasi Resiko

49 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan studi Amdal

yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Kerugian akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

x Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Page 61: Acuan Alokasi Resiko

50 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

x Asuransi kewajiban pihak ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan proyeksi volume

permintaan

x Survai lalu lintas yang handal;

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan

minimum dapat

dipertimbangkan

Kesalahan estimasi

pendapatan dari

model awal

x Survai lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan pendapatan minimal

dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir gagal

bayar( tarif tidak

terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Kegagalan memungut

pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

sistem pemungutan tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Akibat BU tidak mampu memenuhi

standar minimal yang disepakati

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Page 62: Acuan Alokasi Resiko

51 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk

membangun dan memelihara

jaringan yang diperlukan

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Interface risk (1) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya lebih

rendah

Kontrak konstruksi dari

pihak pemerintah maupun

BU harus selaras dalam

kualitas pekerjaan

Interface risk (2) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan para pihak sedini

mungkin tentang standar /

metode yang akan diterapkan

Kontrak konstruksi dari

pihak pemerintah maupun

BU harus selaras dalam

kualitas pekerjaan

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak

dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak

dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK x Mediasi

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang umum

x

Page 63: Acuan Alokasi Resiko

52 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

10. RISIKO KEADAAN KAHAR

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Risiko spesifik sektor jalan tol adalah risiko lokasi (misal yang terkait pembebasan lahan), risiko permintaan (misal risiko permintaan

lalu lintas dan risiko tarif) dan risiko jaringan (misal isu konektivitas dan rute pesaing).

Satu hal tambahan, jenis peristiwa risiko yang dibahas masih dibatasi pada proyek proyek jalan tol yang menggunakan teknologi at-

grade atau di atas tanah dan fly-over atau layang (belum termasuk under-ground, seperti struktur terowongan).

Page 64: Acuan Alokasi Resiko

53 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.3.2. O&M Jalan Tol

Dalam kontrak O&M ini, BU mengoperasikan dan memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna akhir

(penumpang) atas nama pemerintah. Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU

dalam menjaga kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.

Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan

studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Page 65: Acuan Alokasi Resiko

54 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko nilai tukar

mata uang

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle

cost

x Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

x Asuransi kewajiban pihak

ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan proyeksi volume

permintaan

x Survai lalu lintas yang handal;

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan minimum

dapat dipertimbangkan

Kesalahan estimasi

pendapatan dari model awal

x Survai lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan pendapatan minimum

dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir gagal

bayar( tarif tidak terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Kegagalan memungut

pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

sistem pemungutan tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

Page 66: Acuan Alokasi Resiko

55 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Gagalnya penyesuaian tarif karena BU

tidak mampu memenuhi standar

minimal yang disepakati

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Penyesuaian tarif periodik

terlambat

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk

membangun dan memelihara

jaringan yang diperlukan

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas jalan

penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membagun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor public

8. RISIKO INTERFACE

Interface risk (1) Ketimpangan kualitas pekerjaan

pengadaan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya

lebih rendah

Kontrak konstruksi dari pihak

pemerintah maupun BU harus

selaras dalam kualitas

pekerjaan

Interface risk (2) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan para pihak sedini

mungkin tentang standar /

metode yang akan diterapkan

Kontrak konstruksi dari pihak

pemerintah maupun BU harus

selaras dalam kualitas

pekerjaan

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat

dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Page 67: Acuan Alokasi Resiko

56 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Mata uang asing tidak dapat

direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK x Mediasi

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang

diskriminatif dan spesifik

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

10. FORCE MAJEURE RISKS

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. ASSET OWNERSHIP RISKS

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Transfer bisnis jalan tol

eksisting

Ketidakpastian kondisi bisnis setalah

transfer dari operator sebelumnya

x Studi kelayakan bisnis yang

baik dan lengkap (dalam PFS)

Transfer aset jalan tol

eksisting

Tidak terantisipasinya kondisi jalan

tol yang dibangun

x Studi kelayakan bisnis yang

baik dan lengkap (dalam PFS)

Risiko spesifik dalam struktur O&M jalan tol ini (dibandingkan struktur Konsesi Penuh), adalah risiko lokasi (misal terkait pembebasan

lahan), desain konstruksi dan risiko uji operasi serta risiko transfer aset/bisnis jalan tol. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko

permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih menjadi perhatian BU. Khusus risiko interface, eksposurnya relatif lebih besar.

Page 68: Acuan Alokasi Resiko

57 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M

Matriks risiko ini diperuntukkan untuk struktur kombinasi Konsesi Penuh dan O&M pada proyek jalan tol yang terdiri dari lebih dari

satu ruas. Terkait kondisi bahwa lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan dibedakan berdasarkan ruas, skema alokasi risiko para pihak

juga akan merupakan kombinasi dari matriks risiko dari kedua struktur tersebut.

Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan biasanya

masif dan dipengaruhi dari

trase yang direncanakan

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa

menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Dampak sosial relatif luas

bila lahan di perkotaan dan

sifatnya masih produktif

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Potensi risiko geoteknis bisa

signifikan karena volume

pekerjaan tanah relatif besar

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan

lahan dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan

studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Kerugian akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Page 69: Acuan Alokasi Resiko

58 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle

cost

x Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Page 70: Acuan Alokasi Resiko

59 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

x Asuransi kewajiban pihak

ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan proyeksi volume

permintaan

x Survai lalu lintas yang handal;

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan minimum

dapat dipertimbangkan

Kesalahan estimasi

pendapatan dari model awal

x Survai lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan pendapatan minimal

dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir gagal

bayar( tarif tidak

terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Kegagalan memungut

pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

sistem pemungutan tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Akibat BU tidak mampu memenuhi

standar minimal yang disepakati

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk

membangun dan memelihara

jaringan yang diperlukan

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Page 71: Acuan Alokasi Resiko

60 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Interface risk (1) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya

lebih rendah

Kontrak konstruksi dari pihak

pemerintah maupun BU harus

selaras dalam kualitas

pekerjaan

Interface risk (2) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan para pihak sedini

mungkin tentang standar /

metode yang akan diterapkan

Kontrak konstruksi dari pihak

pemerintah maupun BU harus

selaras dalam kualitas

pekerjaan

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat

dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat

direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK x Mediasi

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang

diskriminatif dan spesifik

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

Page 72: Acuan Alokasi Resiko

61 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

10. RISIKO KEADAAN KAHAR

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Dalam struktur kombinasi ini, sedikit berbeda dengan matriks dengan 2 struktur sebelumnya, risiko interface akan sepenuhnya

menjadi tanggung jawab BU. Karenanya, kontrak konstruksi kepada kontraktor dari pihak pemerintah maupun BU harus selaras dalam

menetapkan kualitas pekerjaan yang diinginkan terhadap jaringan jalan tol secara keseluruhan sebagai satu kesatuan.

Page 73: Acuan Alokasi Resiko

62 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.4 Matriks Risiko KPS sektor Perkeretaapian

Ada dua matriks risiko disediakan untuk struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana diuraikan pada subbab 3.2.4,

yaitu: Konsesi Penuh perkeretaapian dan O&M perkeretaapian.

Risiko yang teridentifikasi lebih relevan untuk proyek perkeretaapian yang memberikan jasa transportasi penumpang (dibandingkan

kargo). Risiko desain dan konstruksi di sektor ini biasanya lebih tinggi dibandingkan moda transportasi lain (misalnya jalan dan

jembatan) karena kompleksitas teknologi yang diterapkan dan spesifikasi yang diperlukan untuk tingkat pelayanan tertentu dari jasa

yang diberikan.

4.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian

Berikut ini matriks risiko untuk proyek perkeretaapian dengan struktur Konsesi Penuh yang melibatkan desain, konstruksi,

pembiayaan, pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas transportasi perkeretaapian secara keseluruhan, termasuk penagihan tiket

kepada pelanggan retail/pengguna akhir (penumpang).

Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan biasanya

masif dan dipengaruhi dari

trase yang direncanakan

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa

menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Dampak sosial relatif luas

bila lahan di perkotaan dan

sifatnya masih produktif

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Potensi risiko geoteknis bisa

signifikan karena volume

pekerjaan tanah relatif besar

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan

lahan dan penyelidikan tanah

Page 74: Acuan Alokasi Resiko

63 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan

studi Amdal yang baik

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan

lahan dan penyelidikan tanah

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Kerugian akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

Risiko design brief Kerugian akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidak pastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Page 75: Acuan Alokasi Resiko

64 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam

life-cycle cost

x Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

x Asuransi kewajiban pihak

ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan proyeksi volume

permintaan

x Survai lalu lintas yang handal;

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan

minimum dapat

dipertimbangkan

Kesalahan estimasi

pendapatan dari model awal

x Survai lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan pendapatan minimal

dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir gagal bayar

(tarif tidak terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Page 76: Acuan Alokasi Resiko

65 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kegagalan memungut

pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

sistem pemungutan tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Akibat BU tidak mampu memenuhi

standar minimal yang disepakati

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk membangun

& memelihara jaringan KA yang

diperlukan

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas trek

penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko Interface (1) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya

lebih rendah

Risiko Interface (2) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan para pihak sedini

mungkin tentang standar /

metode yang akan diterapkan

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat

dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat

direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Page 77: Acuan Alokasi Resiko

66 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK x Mediasi

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

10. RISIKO KEADAAN KAHAR

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, struktur Konsesi Penuh perkeretaapian memiliki sejumlah risiko sektoral (yang mirip dengan

risiko dalam Konsesi Penuh jalan tol), yaitu: risiko pembebasan lahan, risiko permintaan, risiko tarif dan risiko interface.

Page 78: Acuan Alokasi Resiko

67 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.4.2. O&M Perkeretaapian

Serupa dengan Kontrak O&M di sektor jalan tol, BU memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna

akhir (penumpang). Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU dalam menjaga

kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.

Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan

studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidak pastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Page 79: Acuan Alokasi Resiko

68 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam

life-cycle cost

x Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat

suku bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

5. .RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

x Asuransi kewajiban pihak

ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan proyeksi volume

permintaan

x Survai lalu lintas yang handal;

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan

minimum dapat

dipertimbangkan

Kesalahan estimasi

pendapatan dari model awal

x Survai lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan pendapatan

minimum dapat

dipertimbangkan

Pelanggan akhir gagal

bayar( tarif tidak

terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Page 80: Acuan Alokasi Resiko

69 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kegagalan memungut

pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

sistem pemungutan tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Gagalnya penyesuaian tarif karena BU

tidak mampu memenuhi standar

minimal yang disepakati

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Penyesuaian tarif periodik

terlambat

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik dan

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordabilityand

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk

membangun dan memelihara

jaringan yang diperlukan

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas jalan

penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor public

8. RISIKO INTERFACE

Risiko Interface (1) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya

lebih rendah

Kontrak konstruksi dari pihak

pemerintah maupun BU harus

selaras dalam kualitas

pekerjaan

Risiko Interface (2) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan para pihak sedini

mungkin tentang standar /

metode yang akan diterapkan

Kontrak konstruksi dari pihak

pemerintah maupun BU harus

selaras dalam kualitas

pekerjaan

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat

dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Page 81: Acuan Alokasi Resiko

70 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Mata uang asing tidak dapat

direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Proyek bisa juga diambilalih atau

diterminasi akibat default PJPK

x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/ tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Transfer bisnis KA eksisting Ketidakpastian kondisi bisnis setalah

transfer dari operator sebelumnya

x Studi kelayakan bisnis yang

baik dan lengkap (dalam PFS)

Transfer aset KA eksisting Tidak terantisipasinya kondisi trek

yang dibangun

x Studi kelayakan aset yang baik

dan lengkap (dalam PFS)

Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M perkeretaapian ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian)

adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko

Page 82: Acuan Alokasi Resiko

71 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih

menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.

4.2.5 Matriks Risiko KPS sektor Ketenagalistrikan

Matriks risiko disediakan untuk 2 struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana dijelaskan pada subbab 3.2.5 yaitu:

BOT Ketenagalistrikan dan BOO Ketenagalistrikan.

4.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan

Berikut ini matriks risiko untuk suatu proyek pembangkit listrik dengan kontrak BOT (Build, Operate, Transfer). BU (umumnya dikenal

sebagai IPP) menjual tenaga listrik kepada PLN sebagai pembeli (off-taker) selama periode perjanjian jual beli listrik (PPA) dan akan

menyerahkan unit pembangkit listrik kepada PLN setelah kontrak tersebut berakhir.

Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan untuk

pembangkit sudah

diidentifikasi dengan jelas

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa

menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Kebutuhan lahan proyek ini

biasanya tidak luas dan

dampak sosial relatif kecil

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas risiko

geoteknis relatif bisa dikelola

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan

lahan dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan

studi Amdal yang baik

Page 83: Acuan Alokasi Resiko

72 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat design brief tidak

jelas/lengkap

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidak pastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam

life-cycle cost

x Faktor indeksasi tarif;

Rebasing tarif

Risiko suku bunga Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Page 84: Acuan Alokasi Resiko

73 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi–

karena inefisiensi unit

x Kualitas dan spesifikasi unit

yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

x Tindakan antisipasi: fasilitas

back up listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

Gangguan (downtime)

berkepanjangan

x

Berkurangnya suplai bahan

bakar

x

Menurunnya kualitas bahan

bakar

x

Ketidakpastian tersedianya

bahan bakar

x Kontrak suplai bahan bakar

jangka panjang

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan volume

permintaan output proyek

x Survai volume permintaan yang

handal

Pelanggan akhir gagal

bayar( tarif tidak

terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Page 85: Acuan Alokasi Resiko

74 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7.RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk menjaga

jaringan transmisi yang diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas yang diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko interface (1) Output tidak terserap di awal periode

operasional

x Perencanaan yang baik

Jaringan distribusi yang handal

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat

dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat

direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Proyek bisa juga diambilalih atau

diterminasi akibat default PJPK

x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang

diskriminatif dan spesifik

x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan

sepihak/tidak wajar dari otoritas

terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Page 86: Acuan Alokasi Resiko

75 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

Keterlambatan perolehan

akses ke lokasi proyek

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Risiko parastatal (1) Wan prestasi kewajiban kontraktual

PJPK sebagai offtaker

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Risiko parastatal (2) akibat privatisasiofftaker atau default

PJPK

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak(terutama bila

asuransi tdk ada)

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur kompensasi terminasi

proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Transfer aset setelah

kontrak KPS berakhir

x

Umumnya dalam struktur BOT Ketenagalistrikan, risiko spesifiknya adalah risiko pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian jual

beli listrik (PPA). Risiko sektor spesifik lainnya adalah risiko parastatal (pelanggaran kontrak oleh off-taker dan privatisasi off-taker).

Page 87: Acuan Alokasi Resiko

76 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.5.2. BOT Mulut Tambang

Berikut ini matriks risiko untuk suatu proyek pembangkit listrik mulut tambang dengan kontrak BOT (Build, Operate, Transfer).

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, struktur BOT dipilih karena pertimbangan teknologi yang relatif tinggi dan lokasi tambang

pemasok batu bara pembangkit swasta ditentukan oleh (dan kemudian dimiliki oleh) PLN yang juga sebagai PJPK.

Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan proyek juga

sangat tergantung dari lokasi

tambang yang dipilih

Lahan tidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kompleksitas bertambah

apabila kesepakatan harga

tambang tidak dapat tercapai

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Biasanya lokasi tambang

terpencil sehingga isu ini

relatif kecil dan bisa dikelola

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi, baik pembangkit

maupun tambang batubara

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Alokasi risiko ke sektor

publik karena opsi

kepemilikan tambang oleh

sektor publik

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan

lahan dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan

studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat design brief tidak

jelas/lengkap

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Page 88: Acuan Alokasi Resiko

77 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

dalam estimasi life-cycle cost

x Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Page 89: Acuan Alokasi Resiko

78 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi–

karena inefisiensi unit

x Kualitas dan spesifikasi unit

yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

x Tindakan antisipasi: fasilitas

back up listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

Gangguan (downtime)

berkepanjangan

x

Kenaikan biaya bahan bakar Risiko ini bisa dipicu kenaikan harga

batubara di pasar ekspor

x Kontrak suplai bahan bakar

jangka panjang;

Operator tambang yang baik;

Regulasi harga batubara

Meski dalam opsi ini

tambang dimiliki oleh sektor

publik, risiko suplai bahan

bakar erat terkait operasional

tambang

Berkurangnya suplai atau

menurunnya kualitas bahan

bakar

Risiko ini bisa dipicu kenaikan harga

batubara di pasar ekspor

x Kontrak suplai bahan bakar

jangka panjang;

Operator tambang yang baik;

Regulasi harga batubara

Meski dalam opsi ini

tambang dimiliki oleh sektor

publik, risiko suplai bahan

bakar erat terkait operasional

tambang

Ketidakpastian tersedianya

bahan bakar

Risiko ini bisa dipicu tidak selaranya

waktu produksi tambang dengan

masa operasional pembangkit

x Kontrak suplai bahan bakar

jangka panjang;

Operator tambang yang baik;

Regulasi harga batubara

Meski dalam opsi ini

tambang dimiliki oleh sektor

publik, risiko suplai bahan

bakar erat terkait operasional

tambang

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan volume

permintaan output proyek

x Survai volume permintaan yang

handal

Page 90: Acuan Alokasi Resiko

79 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Pelanggan akhir gagal bayar

(tarif tidak terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Penyesuaian tarif periodik

terlambat

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7.RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk menjaga

jaringan transmisi yang diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas yang diperlukan

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko interface (1) Output tidak terserap di awal periode

operasional

x Perencanaan yang baik

Jaringan distribusi yang handal

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat

dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat

direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Proyek bisa juga diambilalih atau

diterminasi akibat default PJPK

x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang

diskriminatif dan spesifik

x Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Page 91: Acuan Alokasi Resiko

80 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan

sepihak/tidak wajar dari otoritas

terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

Keterlambatan perolehan

akses ke lokasi proyek

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Risiko parastatal (1) Wanprestasi kewajiban kontraktual

PJPK sebagai offtaker

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

Risiko parastatal (2) akibat privatisasi offtaker atau

default PJPK

x Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam X Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

X Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim X Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak (terutama bila

asuransi tdk ada)

X Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur kompensasi terminasi

proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Transfer aset setelah

kontrak KPS berakhir

x

Dari matriks risiko di atas, terkait dengan opsi struktur proyek KPS mulut tambang yang dipilih, terlihat bahwa ada beberapa risiko

baru yang muncul akibat kepemilikan tambang batubara oleh PJPK yaitu risiko lahan (terkait biaya dan proses akuisisi tambang, risiko

geoteknik tambang). Selain itu, meskipun struktur ini dipilih untuk meminimalkan risiko ketersediaan bahan bakar pembangkit (subset

dari risiko operasi), risiko kenaikan biaya dan ketersediaan suplai batubara sangat terkait operasional tambang. Lebih jauh, risiko

suplai bahan bakar bisa juga dipicu tidak selarasnya kesiapan produksi tambang dengan kesiapan operasional pembangkit.

Page 92: Acuan Alokasi Resiko

81 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Sebagai langkah mitigasi, selain keterlibatan operator tambang yang kredibel dan kontrak suplai jangka panjang, pengaturan suplai

dan harga batubara mulut tambang juga diperlukan terkait potensi pengalihan suplai sebagai dampak akibat kenaikan harga batubara

di pasar ekspor atau industri lainnya.

4.2.6 Matriks Risiko KPS sektor Kepelabuhanan

Matriks risiko berikut ini mengacu pada proyek pelabuhan dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup desain, konstruksi, operasi

dan pemeliharaan fasilitas kepelabuhanan, termasuk pemungutan tarif kepada pelanggan akhir.

Tabel 13. Matrik Risiko untuk Sektor Kepelabuhanan

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan biasanya

masif dan dipengaruhi dari

trase yang direncanakan

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa

menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Dampak sosial relatif luas

bila lahan di perkotaan dan

sifatnya masih produktif

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidak

pastian kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan

studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Kerugian akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Page 93: Acuan Alokasi Resiko

82 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle

cost

x Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Page 94: Acuan Alokasi Resiko

83 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier sedini mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

x Asuransi kewajiban pihak

ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan proyeksi volume

permintaan

x Survai lalu lintas yang handal;

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan

minimum dapat

dipertimbangkan

Kesalahan estimasi

pendapatan dari model awal

x Survai lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan pendapatan minimal

dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir gagal bayar

( tarif tidak terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Kegagalan memungut

pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

sistem pemungutan tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Akibat BU tidak mampu memenuhi

standar minimal yang disepakati

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordabilityand

willingness yang handal

Page 95: Acuan Alokasi Resiko

84 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk

membangun & memelihara jaringan

sesuai rencana

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko interface (1) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya

lebih rendah

Kontrak konstruksi dari pihak

pemerintah maupun BU harus

selaras dalam kualitas

pekerjaan

Risiko interface (2) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan para pihak sedini

mungkin tentang standar /

metode yang akan diterapkan

Kontrak konstruksi dari

pihak pemerintah maupun

BU harus selaras dalam

kualitas pekerjaan

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat

dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat

direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK x Mediasi

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi

(dan pajak) yang

diskriminatif dan spesifik

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Page 96: Acuan Alokasi Resiko

85 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Profil alokasi risiko pada struktur Konsesi Penuh pelabuhan laut ini mirip dengan Konsesi Penuh perkeretaapian, dimana risiko

spesifiknya juga adalah risiko pembebasan tanah, risiko operasi tertentu (misalnya kecelakaan lalu lintas atau masalah keselamatan

umum), risiko permintaan, risiko tarif, dan resiko interface (terhadap standar layanan dan teknologi).

4.2.7 Matriks Risiko KPS sektor Kebandaraan

Berikut ini matriks risiko untuk proyek kebandaraan dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup desain, konstruksi, operasi dan

pemeliharaan fasilitas bandara, termasuk penagihan tarif kepada pelanggan.

Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan

Kategori Risiko dan

PeristiwaRisiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

x Pemerintah menyediakan lahan

proyek sebelum proses

pengadaan,

Kebutuhan lahan biasanya

masif dan dipengaruhi dari

trase yang direncanakan

Lahantidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

x Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

pembebasan lahan proyek

Kejelasan status hukum dan

tata ruang lahan bisa

menjadi kendala

Page 97: Acuan Alokasi Resiko

86 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

PeristiwaRisiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Proses pemukiman kembali

yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan

biayakarenarumitnya isu proses

pemukiman kembali

x Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan

pihak yang terkena dampak

Dampak sosial relatif luas

bila lahan di perkotaan dan

sifatnya masih produktif

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

x Data historis penggunaan lahan

dan penyelidikan tanah

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

x Data historis penggunaan

lahan dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

x Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

x Kesesuaian dengan

studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI

Risiko design brief Kerugian akibat tidak jelasnya/tidak

lengkapnya design brief

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator

x Konsultan desain yang

berpengalaman dan baik

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya penyelesaian

konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

x Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

x Koordinasi kontraktor dan

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Kinerja subkontraktor yang

buruk

x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default sub-kontraktor x Proses pemilihan subkontraktor

yang kredibel

Default BU Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier

x Konsorsium didukung sponsor

yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota

konsorsium)

x Proses PQ untuk memperoleh

sponsor yang kredibel

Page 98: Acuan Alokasi Resiko

87 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

PeristiwaRisiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

x Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal

x Konsorsium didukung sponsor

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

x Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle

cost

x Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

x Lindung nilai tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia dari

penyedia asuransi di pasaran

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan

asuransi risiko terkait

keadaan kahar

Risiko asuransi (2) Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

x Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM dan hubungan

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

x Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

x Kesepakatan/kontrak dengan

supplier sedini mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

x Asuransi kewajiban pihak

ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Perubahan proyeksi volume

permintaan

x Survai lalu lintas yang handal;

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan

minimum dapat

dipertimbangkan

Page 99: Acuan Alokasi Resiko

88 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

PeristiwaRisiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kesalahan estimasi

pendapatan dari model awal

x Survai lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan pendapatan minimal

dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir gagal bayar

( tarif tidak terjangkau)

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

kelayakan

x Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Kegagalan memungut

pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

sistem pemungutan tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

Kegagalan mengajukan

penyesuaian tarif

Akibat BU tidak mampu memenuhi

standar minimal yang disepakati

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

x Kinerja operasi yang baik

dan jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

x Survai user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk

membangun & memelihara jaringan

sesuai rencana

x Standar kinerja operasi dan

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas penghubung

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

Risiko jaringan (3) Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

x Pemahaman kontrak yang baik

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE

Risiko interface (1) Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

dikerjakan BU.

x x Pekerjaan perbaikan oleh pihak

yang kualitas pekerjaannya

lebih rendah

Kontrak konstruksi dari pihak

pemerintah maupun BU harus

selaras dalam kualitas

pekerjaan

Risiko interface (2) Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

yang digunakan

x Kesepakatan para pihak sedini

mungkin tentang standar /

metode yang akan diterapkan

Kontrak konstruksi dari

pihak pemerintah maupun

BU harus selaras dalam

kualitas pekerjaan

Page 100: Acuan Alokasi Resiko

89 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kategori Risiko dan

PeristiwaRisiko Deskripsi Publik Swasta Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat

dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat

direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

ke negara asal investor

x Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK x Mediasi

Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang umum

x

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

/tidak wajar dari otoritas terkait

x Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeur politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

x Setiap pihak dapat mengakhiri

kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tdk

tersedia untuk risiko tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi

Mirip dengan Konsesi Penuh kepelabuhanan laut dan perkeretaapian, risiko spesifik yang melekat pada Konsesi Penuh kebandaraan

adalah risiko pembebasan lahan, risiko permintaan dan tarif, dan resiko interface yaitu atas standar penyerahan dan teknologi).

Page 101: Acuan Alokasi Resiko

90 KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

5 RINGKASAN

Dari diskusi di atas, khususnya pada alokasi risiko pada setiap sektor dan struktur KPS, ada beberapa persamaan dan perbedaan

dalam bagaimana alokasi setiap peristiwa risiko antara sektor publik dan sektor swasta, termasuk saat risiko harus

ditanggungbersama oleh kedua pihak. Ringkasan dari matriks-matriks risiko tersebut ditampilkan pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 15. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS

Alokasi Persamaan Perbedaan

Sektor Publik Risiko lokasi (terkait pembebasan lahan)

Risiko politik

- Currency inconvertibiity & Non transfer

- Ekspropriasi/pengambilalihan

- Perubahan Perundangan (termasuk pajak) diskriminatif & spesifik

- Perijinan

- Risiko parastatal

- Default PJPK

Risiko operasi

- kuantitas, kualitas & kontinuitas input

Risiko pendapatan

- kelayakan proyek

- cidera janji penyesuaian tariff

Risiko konektivitas jaringan

- Fasilitas penyaing dan konektivitas

Risiko pendapatan

- Risiko permintaan (BOT Air Minum, BOT Persampahan, BOT

Ketenagalistrikan, BOT Mulut Tambang)

Sektor Swasta Risiko lokasi (terkait kondisi tanah)

Risiko desain, konstruksi & uji operasi

Risiko operasi

- Kuantitas dan kualitas output

Risiko politik

- Perubahan Perundangan (termasuk pajak) yang umum

Risiko pendapatan

Risiko finansial

Risiko sponsor

- Default BU, default kontraktor

Risiko pendapatan

- Risiko permintaan(Konsesi Penuh air minum,

Kebandaraan,Pelabuhan)

Bersama Risiko force majeure

Risiko interface

- Perbedaan kualitas pekerjaan antara sektor publik & sektor swasta

Risiko pendapatan

- Risiko permintaan (Konsesi Penuh dan O&M sektor Jalan

tol, Perkeretaapian) – tergantung pihak pemicu risiko

Page 102: Acuan Alokasi Resiko