acne vulgaris

14
Acne Vulgaris Acne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum dan polimorfik. Lesi primernya adalah hiperkeratosis folikuler yang menimbulkan komedo terbuka (open comedo) dan tertutup (closed comedo) juga papula, pustula, serta lesi kistik. Kriteria Diagnosis Signifikan Klinis. Acne vulgaris ditandai dengan adanya komedo terbuka dan tertutup (open and closed comedo), papula, pustula, lesi nodulokistik, dan terkadang jaringan parut (scar). Ini sering terjadi pada masa remaja dan diselingi periode eksaserbasi. Namun, dapat pula meluas melampaui masa remaja. Acne vulgaris terdistribusi utamanya pada daerah-daerah yang kaya dengan folikel sebasea- wajah, punggung bagian atas, dan dada. Penyakit ini juga menunjukkan sejumlah varian klinis yang dapat membedakannya dalam morfologi, distribusi, dan haluannya. Laboratorium. Kajian laboratorium biasanya tidak dibutuhkan untuk diagnosis atau penatalaksanaan, kecuali ada hubungannya dengan efek samping obat. Genetik. Selain untuk menyatakan adanya peningkatan kejadian familial pada kasus jerawat, tidak ada pernyataan klinis bermakna tentang genetik yang dapat dibuat saat ini. Penatalaksanaan Waktu yang cukup harus dialokasikan oleh dokter selama kunjungan pertama untuk duduk tenang dan menjelaskan dalam istilah-istilah sederhana, dan dengan bantuan gambar , anatomi dasar lesi obstruktif dan inflamasi dari jerawat. Hal ini menjadi dasar bagi kesediaan dan kerjasama pasien dalam menjalankan terapi yang memerlukan komitmen besar selama berbulan-bulan bahkan tahunan. Penjelasan tentang kronisitas

Upload: nur-haniyyah-syahab

Post on 04-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

TRANSCRIPT

Page 1: Acne Vulgaris

Acne Vulgaris

Acne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum dan polimorfik. Lesi primernya adalah hiperkeratosis folikuler yang menimbulkan komedo terbuka (open comedo) dan tertutup (closed comedo) juga papula, pustula, serta lesi kistik.

Kriteria Diagnosis Signifikan

Klinis. Acne vulgaris ditandai dengan adanya komedo terbuka dan tertutup (open and closed comedo), papula, pustula, lesi nodulokistik, dan terkadang jaringan parut (scar). Ini sering terjadi pada masa remaja dan diselingi periode eksaserbasi. Namun, dapat pula meluas melampaui masa remaja. Acne vulgaris terdistribusi utamanya pada daerah-daerah yang kaya dengan folikel sebasea- wajah, punggung bagian atas, dan dada. Penyakit ini juga menunjukkan sejumlah varian klinis yang dapat membedakannya dalam morfologi, distribusi, dan haluannya.

Laboratorium. Kajian laboratorium biasanya tidak dibutuhkan untuk diagnosis atau penatalaksanaan, kecuali ada hubungannya dengan efek samping obat.

Genetik. Selain untuk menyatakan adanya peningkatan kejadian familial pada kasus jerawat, tidak ada pernyataan klinis bermakna tentang genetik yang dapat dibuat saat ini.

Penatalaksanaan

Waktu yang cukup harus dialokasikan oleh dokter selama kunjungan pertama untuk duduk tenang dan menjelaskan dalam istilah-istilah sederhana, dan dengan bantuan gambar , anatomi dasar lesi obstruktif dan inflamasi dari jerawat. Hal ini menjadi dasar bagi kesediaan dan kerjasama pasien dalam menjalankan terapi yang memerlukan komitmen besar selama berbulan-bulan bahkan tahunan. Penjelasan tentang kronisitas jerawat, bertambah dan memudarnya jerawat, dan yang paling penting, kenyataan bahwa dibandingkan kesembuhan, perbaikan dan kontrol adalah satu-satunya tujuan realistis dengan terapi yang tersedia saat ini. Dari fondasi kepercayaan dan pemahaman yang solid ini, dokter dapan melakukan pendekatan terapi yang rasional dengan harapan yang besar untuk sukses dalam mengontrol penyakit. Pilihan terapi dapat dibantu secara signifikan dengan mempertimbangkan jenis jerawatnya, yaitu jerawat non-inflamasi dan jerawat inflamasi.

Diet. Hingga saat ini, tidak ada bukti yang cukup meyakinkan untuk melibatkan satupun item diet atau kombinasinya dalam produksi atau eksaserbasi jerawat. Pada kasus yang jarang, ditemukan pasien yang menunjukkan suar dari jerawat (flare-up) setelah ingesti makanan tertentu, tidak ada bahaya dalam mengeliminasi item ini dari dietnya, dalam periode waktu tertentu, untuk mengevaluasi pengaruhnya.

Pajanan pada Panas dan Kelembaban Berlebih. Pajanan tersebut dapat mengeksaserbasi jerawat inflamasi; pakaian ketat juga dapat mempengaruhi. Walaupun terkadang penting

Page 2: Acne Vulgaris

untuk tidak melanjutkan kegiatan olahraga aktif seperti futbol dan gulat, seringkali kemungkinan untuk melanjutkannya dapat diwujudkan dengan mengintensifkan program perawatan.

Iritasi Mekanis. Wool atau tekstil bertekstur kasar lainnya juga dapat mengeksaserbasi jerawat.

Manipulasi Manual. Mencongkel, memencet, atau manipulasi lainnya dapat mengubah jerawat non-inflamasi atau jerawat inflamasi ringan menjadi lesi parut yang destruktif dengan menyebabkan konten folikuler yang ruptur menyebar ke dermis sekitar.

Stres. Terkadang stres dapat menjadi penyebab dari eksaserbasi jerawat yang tidak dapat dijelaskan asalnya. Seringkali, peningkatan manipulasi mekanis sebagai respons terhadap stres, menyebabkan kerusakan dinding folikuler dan memicu pembentukan lesi inflamasi baru. Contohnya adalah memegang dan memijat wajah secara tak sadar saat belajar untuk ujian. Menarik perhatian pasien pada urutan kejadian seringkali berguna. Obat penenang tidak diindikasikan.

Kosmetik. Penggunaan kosmetik yang tepat dapat menjadi bantuan yang dipertimbangkan dalam mengurangi dampak emosional langsung dari noda yang dihasilkan oleh jerawat. Walaupun demikian, terdapat bukti bahwa agen kosmetik tertentu dapat mempengaruhi perkembangan jerawat terutama pada wanita dewasa; istilah ini dikenal dengan acne cosmetica. Pelembap kulit tampaknya mengganggu sedangkan lipstik , eye shadow, eyeliner, pensil alis, dan bedak wajah tampaknya relatif tak berbahaya. Instruksi sederhana untuk mencegah kosmetik yang komedogenik tidak memungkinkan oleh karena adanya perubahan komposisi kosmetik dan efek yang tidak bisa diduga dari kombinasi agen . Keputusan yang biasanya dapat disarankan, tidak selalu mencegah masalahnya, adalah dengan menghindari sediaan berminyak yang berat (oil-based) dan menggunakan sediaan water-based yang lebih ringan dan model losio.

Penatalaksanaan Jerawat Non-Inflamasi

Jerawat jenis ini adalah penyakit obstruktif. Terapinya berdasarkan pada pembersihan dan kemudian pencegahan atau pengurangan pembentukan komedo baru.

Pembersihan komedo. Bukti terbaru mengindikasikan bahwa utamanya komedo tertutup (closed comedo) dan terkadang komedo terbuka (open comedo) adalah sumber inflamasi dan parut (scarring). Oleh karena itu, pembersihan komedo nontraumatis reguler mengurangi risiko kemungkinan adanya lesi inflamasi dan parut mendatang serta dengan segera menghasilkan manfaat yang memuaskan dari perbaikan cepat penampilan pasien. Hanya komedo terbuka dan tertutup yang terlihat secara klinis yang dapat dibersihkan secara mekanis. Jika dokter melakukan pembersihan komedo, terdapat waktu berdiskusi dengan pasien untuk memperkuat dan memperluas bahasan dari kunjungan pertama. Penerapan regimen terapetik terkini tergantung kebutuhan juga dapat dilakukan selama waktu ini. Asisten yang terlatih dengan layak akan seringkali melakukan hal ini sama baiknya dengan dokter.

Page 3: Acne Vulgaris

Komedolitik. Asam retinoat dan benzoyl peroksida adalah dua agen terpenting yang tersedia saat ini pada kelompok obat ini.

Asam Retinoat. Manfaat terapetik dari asam retinoat topikal saat ini disadari bisa didapatkan tanpa adanya iritasi atau pengelupasan.Tujuan utama terapi asam retinoat adalah untuk mencegah retensi hiperkeratosis mendatang dan oleh karenanya mencegah pembentukan lesi obstruktif dan inflamasi baru. Asam retinoat juga bekerja untuk mengendurkan lesi obstruktif yang ada dan membuatnya mudah untuk dibersihkan. Dibutuhkan sekitar 12 minggu untuk mendapatkan efek klinis awal yang diinginkan, diikuti dengan terapi pemeliharaan yang dibutuhkan selama beberapa tahun. Penyebab tersering kegagalan terapi asam retinoat adalah kegagalan dokter untuk membiasakan pasien dengan masalah yang semestinya diwaspadai pada modalitas ini, seperi berkurangnya toleransi terhadap sinar matahari dan efek kering. Agen retinoat yang tersedia meliputi solutio, gel, dan krim. Kulit coklat gelap dan berminyak akan berefek lebih baik pada penggunaan solutio kering atau formulasi gel, sedangkan seseorang dengan kulit putih cerah di iklim kering akan lebih baik bila diberikan sediaan krim. Waktu yang dibutuhkan untuk menyediakan instruksi tepat untuk ini dan pengobatan lainnya sangat bermanfaat dalam periode waktu dimana pengobatan harus dilakukan. Lebih lanjut lagi, pasien harus diinformasikan tentang hasil yang bertentangan mengenai tumorigenesis ultraviolet tikus albino tak berambut, dimana asam retinoat mempercepat juga memperlambat proses tersebut. Relevansi penemuan ini pada manusia tidaklah jelas. Walaupun bukti tersebut nampaknya tidak membenarkan pemberhentian agen yang sangat efektif ini, namun pasien harus tetap berhati-hati dan disarankan mengurangi paparan terhadap sinar matahari dan UV serta menggunakan tabir surya yang sesuai.

Benzoyl Peroksida. Benzoyl Peroksida topikal dalam bentuk gel dengan konsentrasi 2,5 hingga 20% memiliki efek komedolitik lebih sedikit dibandingkan asam retinoat. Walapun demikian, benzoyl peroksida memiliki efek antibakterial terhadap Propionibacterium acnes, flora normal duktus folikuler yang berperan penting dalam patogenesis jerawat inflamasi dan kemungkinan juga turut berperan dalam patogenesis jerawat obsruktif. Oleh karena itu, seperti asam retinoat, benzoyl peroksida merupakan agen aktif yang berperan untuk mencegah pembentukan lesi baru.

Benzoyl Peroksida dan Asam Retinoat Topikal. Kombinasi penggunaan benzoyl peroksida dan asam retinoat yang baru-baru ini dilakukan telah menunjukkan hasil klinis yang sangat baik bahkan pada pasien dengan kasus jerawat sedang-berat, tanpa memerlukan terapi sistemik. Pada penggunaan kombinasi ini, salah satu agen digunakan di pagi hari dan yang lainnya saat malam hari.

Penatalaksanaan Jerawat Inflamasi

Operasi Jerawat. Kebanyakan lesi pustuler sangat superfisial sehingga agen peeling tidak.......(di kertas tidak jelas) dan menyebabkan drainase spontan. Ketersediaan terapi topikal juga sistemik yang ada dan, jika dibutuhkan, penggunaaan injeksi kortikosteroid intralesi membuat insisi dan drainase jarang diperlukan kecuali lesi fluktuan yang persisten.

Page 4: Acne Vulgaris

Benzoyl Peroksida dan Asam Retinoat Topikal. Pada banyak kasus, kombinasi ini dapat mengeliminasi atau mengurangi dosis antibiotik sistemik pada jerawat inflamasi yang lebih berat.

Agen Peeling. Agen-agen ini sekarang penggunaannya relatif terbatas karena tidak seefektif agen terapetik yang lain. Banyak peeling dan pengering dalam bentuk losio, krim, bedak dan cakes mengandung 2-8% sulfur, 1-4% resorcinol, dan 1-2% asam salisilat.

Krioterapi. Nitrogen cair atau karbondioksida padat /cairan aseton dapat dioleskan pada kulit dengan kain kasa yang dipegang dengan clamp. Penatalaksanaan awal oleh dokter harusnya hanya beberapa detik hingga muncul reaktivitas dari kulit pasien ditentukan setelah meningkat. Penerapan biasanya dilakukan mingguan.

Antibiotik

Antibiotik Topikal. Saat ini, antibiotik yang biasa digunakan adalah tetrasiklin, eritromisin, dan klindamisiin. Sediaan campuran dari 2 obat terakhir dengan konsentrasi 1-2% dalam pembawa air-alkohol lebih banyak digunakan. Baru-baru ini, resep yang disetujui FDA menggunakan sejumlah agen topikal meliputi klindamisin (Cleosin T); eritromisin (Staticin dan Ery Derm); tetrasiklin (Topicycline); dan congener baru yang menarik, meclocycline sulfosalisilat (krim Meclan). Klindamisin dan eritromisin tampak lebih unggul daripada tetrasiklin menurut pengalaman saya. Antibiotik topikal biasanya digunakan 2 kali sehari dan seperti antibiotik sistemik, perannya adalah mencegah atau mengurangi pembentukan lesi inflamasi baru. Obat-obat tersebut tidak membersihkan lesi yang ada dan harapan terhadap obat tersebut seringkali menyebabkan anggapan bahwa antibiotik topikal tidak efektif. Efek yang sedikit atau tidak ada sama sekali dapat dilihat minimal dalam 3-4 minggu. Dan seperti kombinasi benzoyl peroksida dengan asam retinoat, ekspektasi hasil yang muncul segera dapat menyebabkan kesan yang salah terhadap kegagalan terapi. Penggunaan antibiotik topikal pada jerawat inflamasi ringan hingga sedang umumnya akan lebih efektif bila digunakan dalam regimen yang juga mengandung asam retinoat dan/atau benzyl peroksida.

Antibiotik Sistemik. Pengalaman klinis yang luas telah menunjukkan kemanjuran terapi antibiotik sistemik yang dipilih dengan tepat terhadap pengobatan jerawat. Tetrasiklin paling banyak digunakan dan tampak sebagai yang paling aman untuk pemberian jangka panjang dalam pengobatan jerawat inflamasi yang lebih berat. Terapi harusnya diinisiasi hanya pada pasien yang jerawatnya tidak responsif terhadap bentuk pengobatan yang lebih ringan. Regimen tipikal terdiri dari pemberian tetrasiklin oral 500-1000 mg setiap hari selama 4 minggu atau sampai hasil positif didapatkan. Hal ini diikuti dengan pengurangan bertahap sampai pada jumlah yang cukup untuk mengontrol; pada beberapa pasien hal ini setara dengan 250 mg setiap 2 atau 3 hari sekali. Sejumlah efek samping dari pemberian tetrasiklin diketahui, dan klinisi harus mengetahuinya dengan baik sebelum memulai terapi.

Page 5: Acne Vulgaris

Kortikosteroid

Injeksi Kortikosteroid Intralesi. Salah satu metode yang bermanfaat untuk menangani jerawat yang berbentuk nodul parah dan kista adalah injeksi larutan encer kortikosteroid intralesi. Telah menjadi pengalaman bahwa larutan saline kortikosteroid lebih baik daripada pengencerannya dalam lidokain atau anestetik lokal lainnya. Penggunaan jarum disposable No.30 lebih jauh lagi mengurangi ketidaknyamanan dalam prosedur. Konsentrasi yang direkomendasikan adalah triamcinolone acetonide 2,5 mg per ml atau setara. Kemungkinan terjadinya pseudoatrofi -yangdiinduksi-kortikosteroid harus dijelaskan pada pasien. Terapi steroid intralesi tidak hanya sering menghasilkan involusi cepat dari lesi nodulokistik tetapi juga mengurangi kecenderungan terjadinya parut pada lesi tersebut.

Terapi Kortikosteroid Sistemik. Walaupun kortikosteroid sistemik dalam dosis yang cukup dapat menyebabkan erupsi akne berupa folikuler papulopustuler, terapi ini efektif dalam mengurangi komponen inflamasi pada jerawat nodulokistik yang berat. Penggunaannya harus dipesankan secara hati-hati pada pasien-pasien tertentu dengan jerawat nodulokistik berat yang tidak responsif terhadap jenis terapi yang lain. Dimulai dari prednison dengan dosis 30-45 mg/hari atau setara, lalu harus diikuti penurunan dosis dan pemberhentian sesegera mungkin, lebih baik dalam waktu sebulan. Kortikosteroid sistemik yang setara dengan prednison 5-10 mg/hari juga bisa digunakan sebagai terapi supresif pada wanita yang menunjukkan produksi androgen adrenal yang dibuktikan dari evaluasi endokrin.

Retinoid Sistemik. Asam 13-cis retinoid sistemik merupakan suatu agen baru menjanjikan

yang sangat efektif menghambat produksi sebum dan telah terbukti efektif pada beberapa

kasus acne kistik parah. Penggunaan obat ini memiliki beberapa efek samping yang

bergantung dengan dosis. Baru-baru ini dilaporkan hipertrigliserida sebagai efek samping

yang mengganggu . Dibutuhkan pengalaman lebih lanjut untuk menentukan level dosis yang

sesuai dan menentukan rasio resiko-keuntungan relatif dari asam retinoid 13-cis. Agen ini

dan agen retinoid aromatik lainnya hanya tersedia sebagai obat investigasional.

Dermabrasion. Jika pasien cukup selektif dan operator terlatih dengan baik, lubang dan

bekas luka superfisial dapat diminimalisir. Untuk mencapai hasil maksimal, prosedur

mungkin harus diulang. Bekas luka yang dalam atau “ice-pick” paling baik ditangani dengan

mengeluarkan pemindahan penyumbat. Untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Kontraindikasi prosedur ini harus dipertimbangkan dengan baik.

Modalitas terapeutik yang jarang digunakan

1. Sinar UV

Karena masalah penuaan kulit, kulit gosong terbakar matahari, dan cedera mata harus

dipertimbangkan, pemilihan sinar UV sebagai terapi tidak lagi dianggap berguna sebagai

Page 6: Acne Vulgaris

terapi pasien acne. Telah diketahui bahwa manfaat utama dari terapi sinar ultraviolet dengan

kuarsa panas merupakan suatu efek tanning yang membantu menyamarkan atau

menghilangkan tampilan lesi. Bukti terbaru menunjukkan bahwa peningkatan pembentukan

komedo adalah salah satu efek jangka panjang terapi sinar ultraviolet ini.

2. Terapi X-ray

Terapi ini lebih jarang digunakan dan sulit untuk dibenarkan karena perkembangan bentuk

pengobatan acne telah sangat pesat dan jauh lebih efektif.

3. Vitamin A

Tidak ada bukti yang membenarkan bahwa penggunaan vitamin A sistemik sebagi kontrol

penyakit acne efektif.

4. Vaksin

Tidak terdapat bukti kuat yang merekomendasikan toksin stafilokokus sebagai pilihan terapi

acne.

5. Sulfones

Penggunaan diasetil diaminofenilsulfone (dapsone) dengan dosis 100 mg tiga kali seminggu

selama 3 bulan telah disarankan sebagai manajemen terapi acne bulat, nodulokistik resisten

yang sangat parah. Namun, terapi terapeutik ini pantas dijadikan pertimbangan hanya pada

pasien pasien yang mengerti dan sadar akan resiko yang mungkin timbul dari penggunaan

dapsone ini sendiri.

6. Zink Sulfat

Penelitian besar menunjukkan bahwa zink sulfat oral tidak efektif sebagai terapi acne.

Malahan, pasien yang menerima tetrasiklin harus menghindari penggunaan zink karena zink

akan menghambat absorbsi tetrasiklin.

7. Diuretik

Studi menyarakankan bahwa penggunaan diuretik tidak lebih berguna dibandingkan plasebo.

Page 7: Acne Vulgaris

Saran Terapi Tambahan bagi Pasien Acne Resisten

Terapi tambahan perlu diberikan pada pasien dengan acne yang resisten terapi. Tidak banyak

model terapi tambahan ini, namun saya akan menjelaskannya secara singkat

1. Tetrasiklin dosis tinggi

Agen ini telah terbukti pada beberapa pasien dengan acne inflamasi resisten terapi. Dosis 2-3

gram per hari telah digunakan namun sangat membutuhkan monitoring ketat terhadap efek

samping termasuk CBC, urinalisis, serta gangguan fungsi hati dan ginjal.

2. Kombinasi Dapsone dan Tetrasiklin dengan Asam Retinoid dan/atau Benzoil Peroksida

Kombinasi ketiga obat ini telah berhasil baik pada pasien dengan acne nodulokistik parah

atau acne bulat. Dapson dimulai dengan dosis 100mg per hari dan dinaikkan secara perlahan

menjadi 200mg per hari selama beberapa minggu, seiring dengan tetrasiklin sistemik 1 gram

per hari dan terapi topikal intensif termasuk penggunaan asam retinoid dan benzoil peroksida.

Setelah 2-3 bulan, lakukan penurunan dosis dapsone menjadi nol dan tetrasiklin menuju dosis

pemeliharaan. Kemudian perlahan-lahan gunakan hanya terapi topikal saja atau dengan

tetrasiklin minimal.

3. Penggunaan kombinasi estrogen dan kortikosteroid sistemik

Kombinasi ini dapat berguna pada pasien wanita setelah ovulasi dengan follow up yang baik.

Karena belum tersedia di amerika, anti androgen cukup efektif sebagai agen yang

menjanjikan sebagai terapi masa depan. Penggunaan kombinasi estrogen dan kortikosteroid

sistemin di Eropa telah berjalan sukses

4. 13-cis Asam Retinoid.

Asam retinoid cukup menjanjikan sebagai agen managemen acne nodulokistik parah bila

respon terapeutik telah di teliti lebih lanjut dan apabila efek samping telah cukup dapat

diterima.

PENCEGAHAN KLINIS

Folikulitis Gram-Negatif. Folikulits gram negatif merupakan komplikasi signifikan terhadap

penggunaan terapi antibiotik jangka panjang. Superinfeksi ini akan lebih sering muncul

sebagai kelompok pustul folikular di hidung, biasanya berhubungan dengan bakteri gram-

Page 8: Acne Vulgaris

negatif yang memfermentasi laktosa, terutama Enterobacter dan Klebsiella. Lebih jarang, lesi

mirip abses dalam pada area pipi sering diakibatkan oleh Proteus. Bertolak belakang dengan

respon acne vulgaris, sindrom sindrom ini merupakan infeksi murni yang respon (dalam

beberapa hari) terhadap antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes sensitivitas dan

dapat berulang secara cepat setelah penghentian terapi (biasanya jenis ampisilin). Antibiotik

perlu untuk diteruskan selama beberapa bulan atau tahun.Penggunaan terapi topikal dengan

benzoil peroksida dengan antibiotik sistemik terbukti efektif.

Lesi Nodular dan Traktus Sinus. Kadang-kadang, lesi nodular dan sinus traktus bertahan

dalam periode yang lama dan akan mengalami eksaserbasi inflamatori rekuren. Penggunaan

terapi steroid intralesi dan bedah sering efektif.

Endokrionopati Non-Suspek. Terapi acne inflamasi parah pada wanita dewasa, terlebih

pada onset lambat dan bila diikuti dengan hirsutisme dan/atau abnormalitas menstrual harus

diikuti dengan evaluasi dari penyakit dalam endokrin. Androgen eksogen seperti Danazol

terkadang menjadi penyebab non-suspek dari acne. Agen antigonadotropik dengan aktivitas

androgenik lemah direkomendasikan kepada pengobatan endometriosis, seksual prekok, dan

angiodema. Agen androgen lainnya adalah progestational androgen yang ditemukan pada pil

KB. Agen-agen ini merupakan derivat 19-nor testosteron norgestrol dan norethindrone, yang

mana keduanya dapat mengeksaserbasi acne. Penggantian pil KB yang mengandung agen

progestasional akan menunjukkan perbaikan acne yang pesat dalam 2-4 bulan pada sebagian

besar kasus. Kasus yang lebih sulit adalah defisiensi hidroksilase parsial non-suspek pada

onset lambat, yang akan menghasilkan acne ringan hingga parah pada wanita. Hal ini dapat

terjadi dengan atau tanpa hirsutisme, abnormalitas menstrual, dan infertilitas. Acne pada

kasus ini relatif resisten terhadap terapi konvensional namun biasanya respon terhadap dosis

supresif prednison pada batasan 5-10 mg per hari. Namun untuk menegakkan diagnosis,

diperlukan evaluasi endokrin teliti, termasuk infusi ACTH untuk mengetahui blokade

parsial.

Erupsi Obat Acneiform. Erupsi acneiform yang diinduksi obat sejatinya merupakan

folikulitas terinduksi obat. Diagnosis ini harus dipertimbangkan bila adanya keterlibatan

ekstensif, lokalisasi abnormal, kejadian yang tidak sesuai umur, dan tanda-tanda sistemik

keracunan obat. Erupsi ini harus dipertimbangkan sebagai penyebab dari eksaserbasi acne

yang akut. Obat-obat yang umumnya menyebabkan erupsi acneiform antara lain iodida,

bromida, INH, difenilhydantoin, trimethadione, fenobarbital, kortikosteroid(sistemik dan

Page 9: Acne Vulgaris

topikal), dan androgen. Obat lain termasuk lithium, karbonat, vitamin B12, thiourea,

thiouracil, kuinin, dan disulfiramin.

Acne Venetata. Acne yang disebabkan kontak dapat sering dicurigai dari lokalisasinya yang

tidak biasa. Faktor yang harus dipertimbangkan termasuk faktor pekerjaan yang terpajan

agent-agent tertentu seperti hidrokarbon berklorin, minyak petroleum, batu bara.Agen lain

yang juga harus dipertimbangkan adalah kosmetik, kortikosteroid topikal dan pajanan

matahari, yang akan menghasilkan acne aestivalis (Mallorca acne) dan komedo solar. Terapi

meliputi menghentikan faktor penyebab dan menginisiasi tindakan yang tepat.

Komplikasi injeksi Kortikosteroid intralesi. Area dengan atrofi lokal dapat dijumpai pada

tempat injeksi. Bila ini terjadi di wajah, pasien akan datang dengan keluhan psikososial.

Sebelum melakukan prosedur intralesi ini, pasien harus diedukasi terlebih dahlu. Untungnya,

depresi yang tampak pada tempat injeksi biasanya akan normal kembali dalam 6-12 minggu.

Penggunaan triaminocolon tidak boleh melebihi 2,5 mg per ml.

Tetrasiklin Sistemik. Gangguan GIT terkadang dikeluhkan akibat penggunaan obat ini.

Pasien wanita harus diperingatkan bahwa tetrasiklin harus dihentikan bila pasien terbukti

hamil. Hal ini karena tetrasiklin dapat menyebabkan gigi bayi berwarna tidak baik.

Vulvovaginitis akibat candida juga sering menjadi komplikasi yang mengganggu.