acara vi
DESCRIPTION
salah 1 laporan kimdasTRANSCRIPT
![Page 1: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Kolorimeter
B. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi suatu senyawa dengan metode kolorimeter.
![Page 2: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
METODE
A. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Pipet ukur
2. Pro pipet
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Labu ukur
6. Shaker
b. Bahan :
1. Larutan cuplikan x1 15ml dan x2 15ml
2. Aquades
3. Larutan KCNS 10%
4. Larutan NH4Fe(SO4)2 + HCl 0,01M (Ferri ammonium sulfat)
B. Cara Kerja
Pembuatan Larutan standar
Tawas ferri ammonium diambil sebanyak 0,864 gr
↓
Kemudian dilarutkan kedalam aquades yang ditambah larutan HCl pekat sebanyak
10ml
↓
Larutan tersebut kemudian diencerkan menjadi 1000ml (1 L)
![Page 3: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/3.jpg)
Pembuatan Deret Standar
10 ml larutan ferri ammonium sulfat diambil dengan pipet ukur lalu dimasukkan
kedalam labu ukur
↓
Aquades ditambahkan dilabu ukur sampai batas
↓
Sebanyak 5 tabung reaksi disiapkan kemudian masing- masing diisi dengan
NH4Fe(SO4)2 + HCl 0,01M sebanyak 1ml, 2ml, 4ml, 6ml, 8ml dan 10ml
↓
Setiap tabung yang sudah diisi dengan NH4Fe(SO4)2+HCl 0,01M ditambahkan
5ml larutan KCNS 10%
↓
Aquades ditambahkan pada setiap tabung hingga volume 20ml
↓
Kemudian dikocok dengan menggunakan shaker
↓
Perubahan warna diamati dan tentukan konsentrasinya
![Page 4: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/4.jpg)
Larutan Cuplikan
Sebanyak 15ml untuk tiap larutan cuplikan(x1 dan x2) dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang berbeda
↓
Kemudian larutan KCNS 10% sebanyak 5ml ditambahkan.
↓
Larutan diencerkan dengan aquades hingga 20ml kemudian dikocok
menggunakan shaker
↓
Warna cuplikan diamati dan dibandingkan dengan warna pada larutan standar dan
konsentrasinya dihitung
![Page 5: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Deret larutan standar
NOVolume
VolumeVolume
Volume Normalitas
NH4Fe(SO4)2KCNS
Aquades Akhir NH4Fe(SO4)2
1 1 5 14 20 0,0005 N2 2 5 13 20 0,001 N3 4 5 11 20 0,002 N4 6 5 9 20 0,003 N5 8 5 7 20 0,004 N6 10 5 5 20 0,005 N
Tabel 2. Perhitungan larutan cuplikan
Cuplikan
Volume Voume sesuai tabung KonsentrasiCuplikan KCNS deret standar Cuplikan
X1 15 ml 5 2 s/d 4 0,0015 NX2 15ml 5 8 0,004 N
B. Pembahasan
Salah satu cara untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa adalah dengan
membandingkan warna pada senyawa dengan warna senyawa yang sudah
diketahui konsentrasinya. Cara ini juga disebut dengan kolorimeter dengan
metode deret standar, menurut Busser (1960) kolorimetri adalah cara analisis
jumlah yang berdasarkan kenyataan bahwa perubahan tua-mudanya warna larutan
zat yang berwarna tergantung pada kepekatan. Warna biasanya berasal dari suatu
![Page 6: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/6.jpg)
senyawa yang terbentuk dan dibandingkan dengan warna larutan yang
kepekatannya diketahui.
Pada kolorimeter ada beberapa metode yang dapat dipakai,
1. Metode Deret Standar
Pada metode ini, tabung- tabung seragam yang tidak berwarna dan
dengan dasar datar (disebut tabung Nessler) digunakan untuk
menampung larutan berwarna dengan volume tertentu. Warna pada
larutan ini dibandingkan dengan larutan standar yang dibuat dari
komponen yang sama namun telah diketahui konsentrasinya. Pada
dasarnya prinsip Nessler ini bekerja dengan membandingkan
warnanya (Khopkar, 1990).
2. Metode Pengenceran
Larutan sempel dan larutan stdandar dimasukkan ke dalam tabung
kaca yang sama kemudian larutan yang lebih pekat diencerkan
hingga mem[unyai intensitas warna yang sama dengan larutan
yang encer. Metode ini juga bias diukur dengan kenaikan tinggi
pada tabung atau dnegan cara silinder herner (Khopkar, 1990).
3. Metode Penitraan Kolorimetri
Zat yang diperiksa dalam suatu tabung Nessler. Dalam suatu
tabung lain terdapat sejumlah air yang sama yang telah ditambahi
pereaksi, lalu dari suatu buret ditambahkan setetes demi setetes
larutan baku, hingga warna dalam kedua tabung menjadi sama
(Busser, 1960).
4. Metode Kesetimbangan
Metode yang paling umum digunakan pada kolorimetri visual. Alat
yang menggunakan teknik ini disebut dengan kolorometri
Dubsouque atau kolorimetri celup. Pada metode ini menggunakan
![Page 7: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/7.jpg)
dua tabung kaca yang sama, larutan pertama konsentrsinya
diketuhi (cx) dijaga tetap sama, begitu juga dengan tingginya (bx).
Konsentrasi larutan yang dicari (cy). Panjang jalan yang ditempuh
sinar divariasikan hingga intensitas warna pada kedua tabung
sama. Setelah mengetahui sinar yang masuk ke px dan py (tabung
kaca), dapat ditentukan dengan cara cy = cx pxpy
(Khopkar, 1990).
Prinsip dari metode kolorimetri ini adalah bila sinar polokromatis atau
monokromatis mengenai suatu media maka intensitasnya akan berkurang. Hal ini
dikarenakan sinar yang jatuh pada suatu zat akan dipantulkan, menembus zat atau
diserap oleh zat itu. Apabila lapisan yang ditembus tebalnya bertambah, menurut
deret hitung, cahaya yang menembus lapisan itu menurun menurut deret ukur
(Busser, 1960).
Dalam kolorimetri modern, digunakan sel fotolistrik yang menghasilkan
arus yang kekuatannya tergantung dengan banyaknya cahayayang mengenai sel
itu. Cara ini dapat diukur dengan teliti banyaknya cahaya yang dihisap oleh
larutan yang diuji. Penyaringan dari keca berwarna memungkinkan memilih jenis
cahaya tertentu. Kepekatan dihitung dengan rumus dan mempergunakan grafik
yang dibuat dengna larutan- larutan yang kepekatannya diketahui (Busser, 1960).
Adapun hukum- hukum yang mendasari dari percobaan kolorimetri ini
adalah sebagai berikut:
a. Hukum Beer
Beer menyelidiki hubungan antara pengisapan cahaya dan
kepekatan suatu larutan bila tebal lapisan tetap.
InI t
I o = -k’ . c
c adalah kepekatan (Busser, 1960).
b. Hukum Bougner
![Page 8: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/8.jpg)
Jika suatu berkas radiasi monikromatik (yakni radiasi dengan
panjang gelombang tunggal) diarahkan menembus medium
penyerap yang homogeny, ternyata bahwa tiap lapisan menyerap
fraksi radiasi yang sama besar, atau tiap lapisan mengurangi daya
radiasi berkas itu dengan fraksi yang sama besar (Day, 1996).
c. Hukum Bougner- Beer
Bila hukum bougner dan hukum Beer digabungkan maka didapat
persamaan :
It = Io . 10−ε .l . c
Bila kepekatan c diukur dengan g mol/L, maka ε adalah koefisien
eksistensi molekul (Busser, 1960).
Pada percobaan ini, metode yang digunakan adalah metode deret standar
untuk menentukan konsentrasi pada kedua larutan cuplikan. Larutan standar
dibuat dari NH4Fe(SO4)2 + HCl 0,01M (Ferri ammonium sulfat) masing- masing
tabung reaksi berbeda dengan penambahan KCNS 10% masing- masing 5ml dan
aquades hingga volume mencapai 20ml. pada pembuatan larutan deret standar ini
semakin banyak aquades yang ditambahkan maka akan semakin kecil
konsentrasinya, sebaliknya dengan penambahan aquades yang sedikit semakin
tinggi konsentrasinya. Larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi akan berwarna
lebih pekat dari pada larutan berkonsentrasi lebih rendah.
Di percobaan ini ion Fe3+ yang terkandung dalam Ferri ammonium sulfat
bereaksi dengan CNS sehingga terjadi reaksi bolak- balik.
Fe3+ + 6 CNS ↔ Fe(CNS)6
KCNS merupakan reagen spesifik dari ion Fe yang menyebabkan larutan menjadi
berwarna merah. Reaksi lain yang terjadi saat pembuatn larutan deret standar
tepatnya saat pengenceran. Aquades yang ditambahkan berfungsi untuk
menghidrolisis ion Fe3+ sehingga CNS dapat mengikatnya dengan baik.
![Page 9: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/9.jpg)
Setelah dilakukan pengenceran, larutan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dengan volume berbeda. Masing- masing tabung diberi 1ml, 2ml, 4ml, 6ml,
8ml, dan 10ml. lalu ditambahkan KCNS 10% untuk mengikat Fe3+ tadi dan warna
berubah. Larutan yang mengandung NH4Fe(SO4)2 + HCl lebih banyak akan
menghasilkan warna yang lebih pekat. Warna pekat mengindikasikan konsentrasi
lebih tinggi dai pada larutan dengan warna kurang pekat.
Pembuatan larutan cuplikan menggunakan larutan cuplikan sebnayak 15ml
untuk tiap tabungnya (x1 dan x2) lalu ditambahkan 5ml KCNS 10% di masing-
masing tabung reaksi. Setelah larutan jadi, larutan cuplikan ini dibandingkan
dengan larutan deret standar. Hasil pembandingan, larutan cuplikan pertama
berada pada kisaran 2-4 dilarutan dideret standard an untuk larutan cuplikan ke
dua berada pada kisaran 8 dideret standar.
Hasil penghitungan konsentrasi pada larutan cuplikan pertama adalah
1,5 × 10-3 M sementara untuk larutan cuplikan kedua mendapat hasil 4× 10−3M.
penghitungan untuk konsentrasi larutan deret standar tabung 1 adalah 5×10−4M,
untuk tabung 2 adalah 1 ×10−3M, untuk tabung 3 adalah 2 ×10−3M, untuk tabung
4 adalah 3×10−3M, untuk tabung 5 adalah 4×10−3M, dan untuk tabung 6 adalah 5
×10−3M.
![Page 10: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB IV
KESIMPULAN
1. Metode yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi adalah metode
deret standar.
2. Semakin sedikit penambahan larutan aquades semakin tinggi konsentrasi
suatu larutan.
3. Konsentrasi larutan cuplikan pertama adalah 1,5 × 10-3 M.
4. Konsentrasi larutan cuplikan kedua adalah 4× 10−3M,
5. Kisaran warna pada larutan cuplikan pertama 2-4 di larutan deret standar.
6. Kisaran warna larutan cuplikan kedua 8 di larutan deret standar.
![Page 11: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Busser, H. 1960. Penuntun analisis djumlah. Balai Penyelidikan Kimia. Bogor.
Day, R.A dan A.L. Underwood. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kelima.
Erlangga. Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
![Page 12: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/12.jpg)
LAMPIRAN
Perhitungan
Konsentrasi larutan cuplikan 1 (x1) =10−3+2.10−3
2 = 1,5.10−3N
Konsentrasi larutan cuplikan 2 (x2) = konsentrasi tabung 6(8ml)
= 4.10−3N
Konsentrasi larutan deret standar
V1C1= V2C2
Tabung 1 = 1 × 0,01N = 20 × C2
C2 = 0,0005 N
Tabung 2 = 2 × 0,01N = 20 × C2
C2 = 0,001 N
Tabung 3 = 4 × 0,01N = 20 × C2
C2 = 0,002 N
Tabung 4 = 6 × 0,01 N = 20 × C2
C2 = 0,003 N
Tabung 5 = 8 × 0,01 N = 20 × C2
C2 = 0,004 N
![Page 13: Acara VI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082422/55cf8ff0550346703ba17525/html5/thumbnails/13.jpg)
Tabung 6 = 10 × 0,01 N = 20 × C2
C2 = 0,005 N