acara 7 pesti

17
LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA PERTANIAN ACARA VII PENGUJIAN DAYA RACUN BAKTERISIDA DENGAN METODE ZONA PENGHAMBATAN Disusun oleh: LABORATORIUM TOKSIKOLOGI PERTANIAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Nama : Imam Syafii NIM : 12833 Asisten : Ignatius Putra Andika Rosa Chyse Sutomo

Upload: ahmad-syafii-dzulzannan

Post on 24-Sep-2015

232 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMPESTISIDA PERTANIANACARA VIIPENGUJIAN DAYA RACUN BAKTERISIDA DENGAN METODE ZONA PENGHAMBATAN

Nama: Imam SyafiiNIM: 12833Asisten: Ignatius Putra Andika Rosa Chyse Sutomo Disusun oleh:

LABORATORIUM TOKSIKOLOGI PERTANIANJURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2015

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA PERTANIANACARA VIIPENGUJIAN DAYA RACUN BAKTERISIDA DENGAN METODE ZONA PENGHAMBATANI. TUJUANMengetahui daya racun bakterisida terhadap pertumbuhan koloni bakteriII. TINJAUAN PUSTAKAAntibakteriadalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikanbakteridengan cara mengganggumetabolismemikrobayang merugikan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhanbakteri. Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan akhir-akhir ini adalahantibiotik. Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Penggunaan antibiotik sebagai zat antibakteri juga mempunyai efek negatif seperti timbulnyaresistensibakteri terhadap aktivitas kerja obat (Anonim, 2015).Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dibagi dalam dua golongan. Golongan pertama, antibiotik bersifat bakterisida (dapat membunuh bakteri) dan golongan kedua bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Yang termasuk golongan pertama adalah derivate penisilin. Sedangkan yang termasuk golongan kedua yaitu derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan sulfanomida (Anonim, 2015).Penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum merupakan penyakit utama pada tanaman solanaceae (Persley et. al., 1985). Bakteri ini mempunyai kisaran inang luas dan menyerang tanaman yang mempunyai arti ekonomi penting (Hayward, 1994). Pengendalian penyakit layu bakteri yang sering diterapkan antara lain penggunaan varietas tahan, rotasi tanaman bukan inang, dan penggunaan bakterisida (Paath, 2005).Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum merupakan salah satu penyakit tanaman paling berbahaya yang tersebar luas di daerah tropika dan sub tropika, dan banyak menyerang tanaman pertanian di antaranya tomat, kacang tanah, pisang, kentang, tembakau dan suku Solanaceae lainnya. Hasil pengamatan akar dan batang secara visual menunjukkan adanya nekrotik pada jaringan pembuluh pada akar dan batang yang ditandai warna cokelat sampai hitam sepanjang jaringan kayu dan kambium. Gejala ini sebagai bentuk serangan dan perkembangan bakteri pathogen di dalam jaringan pembuluh kayu dalam bentuk massa bakteri (Nasrun et al., 2007).

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUMPraktikum pestisida pertanian yang berjudul Pengujian Daya Racun Bakterisida dengan Metode Zona Penghambatan ini dilakukan pada hari Jumat, 8 Mei 2015 di Laboratorium Toksikologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bahan dan alat yang digunakan antara lain biakan murni Ralstonia solanacearum, Antibiotik Tetracycline, Agrept, medium PDA, akuades, cawan petri, gelas beker, gelas ukur, timbangan analitik, penggaris, mikropipet, pinset, dan kertas saring. Cara kerja yang dilakukan yaitu dibuat larutan bkaterisida dengan kepekatan 0,4 %, 0,2 %, dan kontrol. Agrept ditimbang dengan seri konsentrasi, kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml aquades kemudian diencerkan hingga diperoleh seri pengenceran terkecil. Kemudian kertas saring dicelupkan kedalam larutan bakterisida(4x 3 ulangan). Sterlah itu pembuatan larutan antibiotik dengan konsentrasi 2000ppm, 1000ppm, 500ppm dan kontrol.Cara pengujuan dayaracun bakterisida adalah pertama tabung reaksi yang sudah ada air sterilnya diberi suspensi pekat yang sudah ada dalam tabung reaksinya biakan bakteri Ralstonia solanacearum kemudian pada 9ml PDAditambahkan 1 mlsuspensi bakteri kemudian dihomogenkan kemudian dituang dalam cawan petri yang tanpa diberi asam laktat 25%, kemudian diletakkankertas saring yang sudah direndam dalam bakterisida. Setelah itu diinkubasi 3 hari dan diukur diameterpenghambatan serta luas zona penghambatan. Hasil yang didapat kemudian dianalisis

Zona Penghambatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL1. Agrepthari kekontrol0,40,20,05

10,2000

20,28000

30,28000

2. Tetrasiklin hari kontrol2000ppm1000ppm500ppm

101,861,461,37

201,891,531,43

302,171,621,56

B. PEMBAHASANBakterisida merupakan salah satu jenis pestisida yang digunakan untuk membunuh bakteri. Bakterisida disebut juga antibakteri. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikanbakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikrobia yang merugikan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhanbakteri. Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan akhir-akhir ini adalahantibiotik. Antibiotik adalah substansi yang dihasilkan dan bersifat racun bagi jasad renik lain. Kebanyakan antibiotika yang dikenal sekarang ini dihasilkan oleh Actinomycetes dan beberapa macam jamur, misalnya Penicillium. Umumnya antibiotika beracun bagi bakteri, khususnya bakteri rewel, mikoplasma dan juga beberapa jamur. Rumus kimia antibiotika sangat kompleks dan pada umumnya tidak mirip satu dengan lainnya. Antibiotika yang dipakai dalam pengelolaan penyakit tumbuhan pada umumnya diserap dan diangkut secara sistemik dalam badan tumbuhan. Antibiotika dapat berpengaruh langsung terhadap patogen atau secara langsung terhadap inang, setelah mengalami transformasi dalam badan inang. Diantara antibiotika yang banyak dipakai dalam pengelolaan penyakit tumbuhan adalah streptomisin, tetrasiklin dan sikloheksimid.Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.Menurut Anonim (2015) berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dibagi dalam dua golongan. Golongan pertama, antibiotik bersifat bakterisida (dapat membunuh bakteri) dan golongan kedua bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Yang termasuk golongan pertama adalah derivate penisilin. Sedangkan yang termasuk golongan kedua yaitu derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan sulfanomida.Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum merupakan salah satu penyakit tanaman paling berbahaya yang tersebar luas di daerah tropika dan sub tropika. Ralstonia solanacearum merupakan patogen tular tanah yang dapat bertahan lama di dalam tanah, baik berasosiasi dengan atau tanpa ada vegetasi seperti tanaman atau gulma inangnya. Pada tanaman tembakau, Ralstonia solanacearum dapat bertahan 6 bulan di dalam lapisan tanah tanpa ada vegetasi. Gejala penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum dapat menyebar secara merata pada satu areal pertanaman dengan gejala daun layu dan diakhiri dengan kematian tanaman dalam waktu singkat. Gejala awal serangan penyakit layu tersebut adalah salah satu daun pucuk layu dan diikuti dengan daun bagian bawah. Setelah terlihat gejala lanjut dengan intensitas serangan di atas 50%, tanaman akan mati dalam waktu 7-25 hari. Pada serangan lanjut, akar dan pangkal batang membusuk dan terlihat adanya masa bakteri berwarna kuning keputihan seperti susu. Cara pengendalian penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum sesuai dengan konsep agroekosistem antara lain adalah dengan rotasi tanaman atau penggunaan tanaman sela untuk memberikan lingkungan yang tidak cocok bagi perkembangan pathogen, penggunaan benih sehat dari varietas tahan agar tanaman sehat dan mengurangi akumulasi patogen dan penggunaan agen hayati sebagai kompetitor patogen penyebab penyakit. Untuk penggunaan agen hayati yang sering digunakan untuk mengendalikan penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum adalah Pseudomonasberfluoresen, Streptomyces sp., streptomisin, tetrasiklin dll (Nasrun et al., 2007).Istilah antibiotik berasal dari bahasa Yunani anti (melawan) dan bio (kehidupan). Antibiotik merupakan obat-obatan yang mampu menghambat reproduksi bakteri atau membunuh bakteri. Golongan antibiotik yang membunuh bakteri disebut bakterisida dan golongan yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik. Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetoprim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang secara aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lainTetrasiklina (INN) adalah antibiotik poliketida spektrum luas yang diproduksi dari genus Streptomyces dari Actinobacteria. Ia umumnya digunakan untuk mengobati acne vulgaris. Ia dijual dengan beberapa nama dagang seperti Sumycin, Terramycin, Tetracyn, Panmycin, dll. Actisite yang berbentuk seperti benang serat digunakan dalam aplikasi kedokteran gigi. Ia juga digunakan untuk memproduksi beberapa senyawa turunan semi-sintetik yang dikenal sebagai antibiotik tetrasiklina. Tetrasiklin umumnya diproduksi oleh beberapa anggota dari genus Streptomyces dan merupakan antibiotik yang umum digunakan untuk pengobatan manusia. Namun, tetrasiklin juga sering digunakan untuk pengobatan hewan contohnya unggas. Tetrasiklin termasuk antibiotik dengan spektrum luas karena menginhibisi hampir semua bakteri gram-negatif maupun gram-positif. Tetrasiklin termasuk ke dalam golongan antibiotik aminoglikosida seperti eritromisin. Cara kerjanya adalah menghambat atau menginhibisi sintesis protein pada bakteri dengan cara mengganggu fungsi subunit 30S ribosom (Madigan, 2006).Streptomisin adalah antibiotik aminoglikosida berasal dari kultur Streptomyces griseus. Dalam dunia pertanian streptomisin sulfat biasa digunakan sebagai bakterisida dengan nama dagang Agrept. Agrept merupakan bahan dan jenis bakterisida yang bersifat antibiotika, berbentuk tepung berwarna putih yang dapat isuspensikan dan bermanfaat untuk mengendalikan penyakit layu bakteri pada tanaman kedelai, tembakau, cabai, jahe, tomat, dan kentang, penyakit Hawar daun pada tanaman padi, akasia dan sengon, penyakit bercak daun bakteri pada tanaman jarak pagar.

Pada praktikum ini dilakukan dua perlakuan yaitu Agrept dan Tetrasiklin. Pada perlakuan Agrept nampak bahwa tidak ada kemunculan zona penghambatan pada perlakuan konsentrasi, namun zona penghambatan justru muncul pada perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan karena kemungkinan kontaminasi antara kontrol dan perlakuan sehingga hasil yang diharapkan tidak sesuai.

Pada perlakuan tetrasiklin, didapati bahwa pada kontrol tidak ditemukan adanya zona penghambatan. Namun pada masing-masing perlakuan konsentrasi terdapat zona penghambatan. Pada perlakuan tetrasiklin didapati bahwa pada konsentrasi yang lebih tinggi, zona penghambatan akan semakin lebar. Hal ini sesuai dengan koefisien regresi yang bernilai 0,96 dimana makin tinggi konsentrasi maka zona hambat akan semakin luas.

VII. KESIMPULAN1. Antibiotika dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu bakteriostatik dan bakterisidal. Bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan koloni, sedangkan bakterisidal bersifat membunuh koloni bakteri.2. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang berasal dari Streptomyces dan bersifat bakteriostatik.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2015. Antibiotik. . Diakses 13 mei 2015.Anonim. 2015. Pengertian Antibiotik. . Diakses 13 mei 2015.Hayward, A. C. 1994. Systematics and Phylogeny of Pseudomonas solanacearum and Related Bacteria. P. 123-135.Madigan MT, Martinko JM. 2006. Biology of Microorganism. Pearson Prentice Hall New Jersey:.Nasrun, Christanti, Triwidodo Arwiyanto, dan Ika Mariska. Karakteristik fisiologis ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu bakteri nilam. Jurnal Littri 15 : 43-45.Paath, J. M. 2005. Pengandalian Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Tomat dengan Pestisida Nabati. Eugenia 11(1):47-55.Pelczar, M.J. dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1, UI Press, Jakarta.Persley, g.j., p. Batugal., d. Gapsia, and p. Vander Zaag. 1985. Summary Of Discussion And Recommendations Of Bacterial Wilt Disease In Asia And The South Pacific. Proceeding of an international workshop hold at pcarrd, los bans phillipines.