abstrak skizo

5
ABSTRAK Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, terjadi distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, paham yang kadang- kadang aneh, gangguan persepsi, efek abnormal yang tidak terpadu dengan situasi nyata/sebenarnya dan autisme. Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun. Gambaran klinis didominasi oleh waham yang secara relatif stabil, sering kali bersifat paranoid diserta oleh halusinasi, terutama halusinasi pendengaran. Gangguan-gangguan afektif, dorongan kehendak (volition) dan pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol. Berdasarkan pemeriksaan psikiatri pada kasus ini didapatkan sindrom psikotik, antara lain: Bentuk pikir non-realistik; Waham bizare, yaitu waham kendali pikir; Waham non-bizare, yaitu waham curiga, waham dikejar, dan waham kebesaran; Gangguan persepsi, yaitu halusinasi auditorik, halusinasi visual dan derealisasi; Penurunan kualitas, kuantitas, dan kecepatan pembicaraan. Oleh karena itu penegakan diagnosis sebagai skizofrenia paranoid dapat terpenuhi. Keyword : skizofrenia paranoid, sindrom psikotik KASUS Seorang Wanita, umur 56 tahun, Pasien dibawa ke Rumah Sakit Ghrasia oleh adik dan keponakannya karena mengamuk, dan mencoba membakar rumahnya 1 minggu yang lalu. Riwayat penyakit dahulu : ada riwayat gangguan jiwa sebelumnya dirawat inap 1x tahun 2010 di RSJ karena mengamuk. Pasien juga memiliki riwayat batuk lama. Faktor predisposisi : ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serupa. Faktor presipitasi : Adanya perasaan merasa bersalah dan berdosa karena masa lalu . Berdasarkan pemeriksaan psikiatri didapatkan sindrom psikotik, antara lain: • Bentuk pikir non- realistik • Waham bizare, yaitu waham kendali pikir dan siar pikir • Waham non-bizare, yaitu waham curiga, waham dikejar • Gangguan persepsi, yaitu halusinasi auditorik, • Penurunan kualitas, kuantitas, dan kecepatan pembicaraan DIAGNOSIS • Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0) • Aksis II : Tipe kepribadian

Upload: rickyagungkurniawan

Post on 04-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: abstrak skizo

ABSTRAK Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, terjadi distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, paham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, efek abnormal yang tidak terpadu dengan situasi nyata/sebenarnya dan autisme. Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun. Gambaran klinis didominasi oleh waham yang secara relatif stabil, sering kali bersifat paranoid diserta oleh halusinasi, terutama halusinasi pendengaran. Gangguan-gangguan afektif, dorongan kehendak (volition) dan pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol. Berdasarkan pemeriksaan psikiatri pada kasus ini didapatkan sindrom psikotik, antara lain: Bentuk pikir non-realistik; Waham bizare, yaitu waham kendali pikir; Waham non-bizare, yaitu waham curiga, waham dikejar, dan waham kebesaran; Gangguan persepsi, yaitu halusinasi auditorik, halusinasi visual dan derealisasi; Penurunan kualitas, kuantitas, dan kecepatan pembicaraan. Oleh karena itu penegakan diagnosis sebagai skizofrenia paranoid dapat terpenuhi. Keyword : skizofrenia paranoid, sindrom psikotik KASUS Seorang Wanita, umur 56 tahun, Pasien dibawa ke Rumah Sakit Ghrasia oleh adik dan keponakannya karena mengamuk, dan mencoba membakar rumahnya 1 minggu yang lalu. Riwayat penyakit dahulu : ada riwayat gangguan jiwa sebelumnya dirawat inap 1x tahun 2010 di RSJ karena mengamuk. Pasien juga memiliki riwayat batuk lama. Faktor predisposisi : ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serupa. Faktor presipitasi : Adanya perasaan merasa bersalah dan berdosa karena masa lalu . Berdasarkan pemeriksaan psikiatri didapatkan sindrom psikotik, antara lain: • Bentuk pikir non-realistik • Waham bizare, yaitu waham kendali pikir dan siar pikir • Waham non-bizare, yaitu waham curiga, waham dikejar • Gangguan persepsi, yaitu halusinasi auditorik, • Penurunan kualitas, kuantitas, dan kecepatan pembicaraan DIAGNOSIS • Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0) • Aksis II : Tipe kepribadian schizoid • Aksis III : batuk kronis • Aksis IV : Dukungan keluarga kurang • Aksis V : GAF Scale 60-51 TERAPI 1. Psikofarmaka a. Risperidone 2mg 1-0-1/2 b. Clozaryl 25mg 0-0-1 c. Trihexyphenidyl 2mg 1-0-1 2. Psikoterapi a. Terapi individual : membina hubungan terapetik yang baik antara dokter dan pasien b. Terapi kelompok : untuk menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, meningkatkan tes realitas c. Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku : meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif d. Terapi keluarga : membina hubungan dan kepercayaan yang lebih baik antara pasien dan keluarga. DISKUSI Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu, yang melibatkan proses pikir, persepsi, emosi, gerakan dan tingkah laku. Sedangkan definisi dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia (PPDGJ-III) gangguan skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, terjadi distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, paham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, efek abnormal yang tidak terpadu dengan situasi nyata/sebenarnya dan autisme. Penegakan diagnosis menurut Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder –IV (DSM-IV) sebagai berikut: 1. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil): a. Waham b.

Page 2: abstrak skizo

Halusinasi c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi) d. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas e. Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition) Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya. 2. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan). 3. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual. 4. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual. 5. Penyingkiran zat/kondisi medis umum. 6. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut: 1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas): a. - “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda. - “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan - “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau - “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar - “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); - “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; c. Halusinasi auditorik: - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atau - Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau - Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien d. Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa e. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: - Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus. - Arus pikiran yang terputus atau

Page 3: abstrak skizo

yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau pembicaraannya tidak relevan atau neologisme. - Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu (porturing), fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor; - Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosialdan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial. KESIMPULAN Penegakan diagnosis skozofrenia paranoid berdasarkan PPDGJ III dan gejala klinis adalah adanya waham yang secara relatif stabil, sering kali bersifat paranoid diserta oleh halusinasi, terutama halusinasi pendengaran. Gangguan-gangguan afektif, dorongan kehendak (volition) dan pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol. Pada kasus ini, berdasarkan pemeriksaan psikiatri didapatkan sindrom psikotik yang memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid, antara lain: Bentuk pikir non-realistik; Waham bizare, yaitu waham kendali piker dan siar pikir; Waham non-bizare, yaitu waham curiga, waham dikejar; Gangguan persepsi, yaitu halusinasi auditorik; Penurunan kualitas, kuantitas, dan kecepatan pembicaraan. REFERENSI Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50. PENULIS Della Rianadita RSUD Salatiga